NAVIGATION
14. Page
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ
[الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْب]
“Mereka yang beriman kepada yang ghaib”
(Q.S. Al-Baqarah: 3)
Jika engkau ingin mencapai, bahwa di dalam iman itu tersimpan kebahagian dan kenikmatan yang begitu agung, dan betapa didalamnya terdapat kelezatan, kesenangan yang begitu besar, maka renungilah hikayat dan ibarat-ibarat ringkas di bawah ini:
Pada suatu hari, dua orang pergi melakukan perjalanan untuk bersenang-senang dan berdagang. Salah seorangnya egois, dan menuju ke suatu arah yang tidak jelas. Dan seorang lagi yang sangat mencintai Rabnya, menuju arah lain. Keduanya memulai perjalanannya masing-masing.
Orang yang egois, karena dia bersifat sombong, yang hanya mementingkan diri sendiri dan suka berprasangka buruk, maka sampailah di negara tujuan yang semrawut. Dia memandang bahwa di setiap tempat dipenuhi oleh manusia lemah yang tidak berdaya sedang meratap akibat tangan-tangan orang zalim yang ganas lagi kejam, akibat pemusnahan yang mereka lakukan. Dia melihat kondisi yang menyedihkan dan menyakitkan ini di semua tempat yang ia lalui. Semua tempat seakan menjadi tempat ratapan umum. Untuk melepaskan diri dari kondisi ini dia tidak mampu mencari jalan keluar, selain bermabuk-mabukan. Karena dalam pandangannya, semua orang kelihatannya seperti musuh dan orang yang tidak pernah dikenalinya. Dimana-mana dia melihat jenazah yang mengerikan dan anak-anak yatim yang menangis karena putus asa maka sanubarinya berada dalam penderitaan.
Adapun seorang lagi, karena dia pribadi yang mencintai Allah dan taat beribadah, pencari kebenaran dan berakhlak mulia, dalam pandangannya ia telah sampai ke sebuah negara yang amat indah, justru di negara yang dimasukinya itu, orang yang shaleh ini melihat kemeriahan yang menyeluruh, dia melihat kegembiraan masyarakatnya, majlis zikir dalam juzbah (kegairahan berzikir) dan keriangan di setiap penjuru. Baginya semua orang kelihatan sebagai saudara dan sahabat dekat. Dia menyaksikan kemeriahan luar biasa dalam melepas kepergian tentara ke medan latihan dan diiringi dengan nyanyian “semoga panjang umur” dan rasa syukur di seluruh negara. Dia mendengar musik yang menggetarkan jiwa yang diiringi oleh takbir dan tahlil ketika menyaksikan perayaan anggkatan udara yang mengembirakan dan menyenangkan.
Sedangkan orang pertama menderita dalam kesakitan dirinya dan kesakitan masyarakat ramai, di lain pihak orang yang baik tadi merasa tenang, damai, indah dan gembira dengan kebahagian dirinya dan kebahagian masyarakat yang dia jumpai, bahkan dia mendapatkan bisnis yang sangat menguntungkan, dia bersyukur kepada Allah. Kemudian dia berjumpa dengan lelaki malang tadi, dia memahami keadaan sahabatnya itu dan berkata, “wahai sahabatku! Nampaknya kamu sudah tidak waras. Keburukan-keburukan yang terdapat di dalam batinmu telah mengaburi pandangan lahirmu, karena itu ketawa kamu lihat bagaikan tangisan, merayakan perjalanan itu kau lihat sebagai perampokan dan perampasan. Sadarlah wahai
15. Page
sahabatku! Sucikan hatimu supaya tirai musibah hilang dari pandanganmu, sesudah itu engkau akan melihat kebenaran yang jelas. Negara yang indah dengan rajanya yang begitu adil, penyayang, mengutamakan rakyatnya, menghormati aturan-aturan hukum, memiliki kemajuan yang luar biasa dan kesempurnaan dalam menata pemerintahan, engkau lihat sebagai sesuatu yang semrawut, kacau balau dan zalim seperti persangkaan negatifmu.
Kemudian lelaki malang tadi kembali sadar dan menyesal, lalu berkata “memang, aku menjadi tidak waras karena selalu dalam keadaan mabuk, wahai saudaraku yang baik, semoga Allah meredhaimu, karena engkau telah menyelamatkan aku dari lembah kehinaan laksana neraka.
Wahai nafsuku! Ketahuilah! Bahwa orang pertama yang tidak waras itu ialah orang kafir atau orang fasiq yang lalai (ghafil). Dalam pandangan mereka dunia ini seakan suatu dewan ratapan umum. Seakan semua makhluk bernyawa ini mereka sangka seperti anak-anak yatim yang sedang menangis oleh kehilangan dan perpisahan dengan orang tuanya. Manusia dan hewan yang ada di sekitarnya mereka lihat seperti makhluk-makhluk liar yang tidak bertuan dan dibinasakan karena berbagai musibah. Ciptaan Allah yang lain seperti gunung-gunung dan lautan, mereka lihat seperti mayat-mayat tidak bernyawa yang mengerikan. Banyak lagi hayalan-hayalan lain yang menyakitkan, menyiksa dengan dahsyat sepertti ini, yang dilahirkan akibat kekufuran dan kesesatan, lantas semua ini seakan menyiksanya.
Manakala yang seorang lagi adalah seorang mukmin yang taat kepada Allah, mengenali Allah, meyakiniNya, dan mebenarkanNya. Dalam pandangannya, dunia ini laksana suatu majlis zikir, berzikir kepada al-Rahmaan. Dunia ini tempat latihan bagi manusia dan hewan, sekaligus medan ujian bagi manusia dan jin. Semua kematian manusia dan hewan merupakan tempat perpisahan. Mereka yang menyelesaikan tugas kehidupanya, berpindah dari fana ke alam kegembiraan dan tiada huru hara agar ada petugas baru yang menjalankan urusannya. Adapun kelahiran semua hewan dan manusia adalah untuk menjadi tentara, menerima senjata dan mulai bertugas. Semua makhluk bernyawa, adalah petugas dan bergembira menjadi pegawai istiqamah dan redha. Nada para petugas ini adalah sama yaitu zikir dan tasbih ketika memulai tugas masing-masing, serta kesyukuran dan kegembiraan setelah menyelesaikan tugas masing-masing ataupun senandung kebahagiaan diakhir tugasnya.
Pada dasarnya, menurut pandangan orang beriman setiap makhluk ciptaan Allah ibarat pelayan yang ramah, para petugas yang teratur dan rapi dan siap sedia menerima perintah tuannya dan juga ibarat sebuah kitab yang menarik untuk dibaca oleh Tuannya yaitu Allah al Karim dan al-Rahim. Banyak lagi ibarat-ibarat yang lain berupa keagungan, kelezatan iman dan manis yang menjelma dari buah keimanan kepada Allah zat yang Latiif. Artinya iman itu ibarat membawa sebiji benih pohon Tuba surga. Adapun kekufuran menyembunyikan sebiji pohon zaqum neraka. Ini berarti keselamatan dan keamanan hanya bisa kita dapatkan dalam diinul Islam dan keimanan kepada Allah SWT. Oleh sebab itu semestinyalah kita selalu mengucapkan alhamdulillahi ala diinul Islam wakamaalil iimaan.
.اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى دِينِ الْإِسْلاَمِ وَ كَمَالِ الْإِيمَانِ