Kalimah Kedua Puluh Empat

145. Page

KALIMAH KEDUA PULUH EMPAT

 

Kalimah ini terdiri lima dahan. Perhatikan dahan keempat. Berpautlah kepada dahan kelima dan naiklah (ke atasnya). Petik dan ambillah buahnya.

 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ

 [ اَللّٰهُ لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ لَهُ الْاَسْمَاءُ الْحُسْنَى]

“(Dialah) Allah, Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik” (Q.S. Taha, 20:8)

 

Kami akan mengisyaratkan kepada lima dahan untuk satu hakikat dari banyak hakikat untuk pohon nurani ayat mulia di atas.


Dahan Pertama:

Seorang Sultan memiliki gelar yang berbeda dalam wilayah pemerintahannya, nama dan sifat yang berlainan dalam lapisan rakyatnya, nama dan pangkat yang bermacam-macam pada martabat kerajaannya.


Sebagai contoh; di wilayah kehakiman baginda adalah seorang hakim yang adil, dalam wilayah pemilikan baginda ialah Sultan, dalam ketentaraan bagindalah panglima tertinggi, dalam keilmuan bagindalah khalifah. Seterusnya, sekiranya kamu mengetahui nama dan gelaran lain dengan cara mengkiaskannya dengan masalah ini, kamu akan memahami bahwa raja yang satu itu bisa memiliki seribu nama dan gelar dalam wilayah kekuasaan dan pada martabat-martabat peringkat pemerintahan baginda. Seolah-olah pemerintah itu adalah selalu berada di setiap wilayah dan mengetahui melalui jabatan dan telefon peribadi maknawinya. Melalui undang-undang, peraturan dan wakilnya, baginda disaksikan dan mengawasi dan melihat di setiap peringkat. Melalui hukuman, ilmu dan kekuatan baginda ialah pengurus dan pengawas serta mengurus dan memandang di setiap bagian di sebalik tabir.


Demikian juga, Rabbul ‘Alamin yang merupakan Sultan keazalian dan keabadian mempunyai urusan dan nama yang berbeda-beda tetapi melihat satu sama lain pada martabat-martabat Rububiyyah-Nya, terdapat nama dan tanda yang kelihatan berlainan tetapi di dalam setiap wilayah Uluhiyyah-Nya dan terdapat tamsilan dan jilwah yang terpisah tetapi menyerupai antara satu dengan lainnya dalam urusan-Nya yang memaparkan kehebatan. Terdapat gelaran yang berlainan tetapi merasakan satu sama lain pada pengurusan qudrat-Nya. Terdapat pernyataan suci yang berbeda tetapi memperlihatkan satu sama lain pada tajalli sifat-sifat-Nya. Terdapat tindakan-tindakan berhikmah yang bermacam-macam tetapi melengkapkan satu sama lain pada jilwah perbuatan-perbuatan-Nya. Terdapat kehebatan Rububiyyah yang beraneka ragam tetapi menyaksikan satu sama lain pada hasil seni-Nya yang berwarna-warni.


146. Page

Di samping itu, di setiap entitas pada alam semesta, dalam setiap kelompoknya menjelma satu tanda nama dari Asmaul Husna. Nama itu menguasai wilayah itu. Di situ nama-nama lain adalah pengikutnya bahkan berada di dalamnya. Malah pada setiap peringkat makhluk, sedikit atau banyak, kecil atau besar, khusus atau umum, setiap satunya terdapat jilwah dengan tajalli yang khusus, rububiyyah yang khusus dan nama yang khusus. Yakni, walaupun nama itu meliputi dan umum untuk semua benda, ia terfokus kepada satu benda dengan tujuan dan kepentingan, seolah-olah nama itu adalah khusus untuk benda itu. Di samping itu, walaupun al-Khaliq Zul Jalal adalah dekat untuk semua benda, Dia memiliki hampir tujuh puluh ribu tabir nurani. Contoh, kamu boleh mengkiaskan berapa banyak tabir yang ada yang dimulai dari level juz’i pada makhluqiyyat (sifat makhluk) nama al-Khaliq yang bertajalli kepadamu sehingga ke martabat tertinggi dan gelaran teragung yaitu al-Khaliq seluruh alam semesta. Maknanya dengan syarat membiarkan semua alam semesta di belakang, kamu bisa sampai dari pintu makhluqiyyat sehingga ke penghujung nama al-Khaliq dan dapat menghampiri daerah sifat-Nya.


Memperhatikan tabir-tabir tersebut mempunyai jendela-jendela yang menatap satu sama lain, dan nama-nama kelihatan di dalam satu dengan lainnya, urusan-urusan berhadapan satu dengan yang lain, kemiripan masuk satu sama lain, gelaran-gelaran merasakan satu sama lain, pernyataan-pernyataan menyerupai satu sama lain, tindakan-tindakan membantu dan menyempurnakan satu sama lain dan tarbiah rububiyyah yang bermacam-macam membantu dan saling menolong antara satu sama lain. Sudah tentu perlu bahwa jika seseorang mengenali satu nama Allah Taala melalui satu gelaran, rububiyyah dan yang seterusnya, dia tidak mengingkari gelaran, rububiyyah dan urusan lain di dalamnya (dalam nama itu). Bahkan, jika dia tidak berpindah dari jilwah setiap nama kepada nama-nama yang lain dia akan rugi.


Contoh: Sekiranya dia melihat kehebatan nama al-Qadir dan al-Khaliq namun tidak nampak nama al-‘Alim, dia mungkin terjatuh ke dalam kelalaian dan kesesatan tabiat. Bahkan pandangannya perlu selalu membaca dan melihat هُوَ هُوَ اللّٰهُ di hadapannya. Telinganya perlu mendengar قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ dari semua benda. Lidahnya perlu melafazkan dan mengumumkan لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ بَرَابَرْ مِيزَنَدْ عَالَمْ. Justeru, melalui firman اَللّٰهُ لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ لَهُ الْاَسْمَاءِ الْحُسْنَىُ al-Quranul Mubin mengisyaratkan kepada hakikat-hakikat yang telah kami sebutkan. Jika kamu mau menyaksikan hakikat-hakikat yang tinggi itu dari dekat, pergi dan tanyalah laut yang bergelora dan tanah yang bergoncang. Tanyalah, “apa kata kamu?” Sudah tentu, kamu akan mendengar mereka menjawab يَاجَلي۪لُ يَاجَلي۪لُ يَاعَز۪يزُ يَاجَبَّارُ . Kemudian, tanyalah hewan-hewan kecil dan anak-anaknya yang dididik dengan tarbiah yang penuh kasih sayang di dasar laut dan di atas muka bumi. Tanyalah mereka: “Apa kata kamu?” Niscaya mereka akan berkata “يَاجَمي۪لُ يَاجَمي۪لُ يَارَح۪يمُ يَارَح۪يمُ [1]”. Dengarlah langit, bagaimanakah ia menyebut Ya Jalil Zul Jamal. Berilah telinga bumi

[1] Sehingga, suatu hari saya memandang kucing-kucing. Hewan-hewan itu hanya memakan makanan mereka, bermain dan tidur. Terlintas di benak saya, bagaimanakah hewan liar kecil yang tidak ada tugas ini dikatakan diberkati? Setelah itu saya berbaring untuk tidur. Saya lihat seekor dari kucing-kucing itu datang dan bersandar ke bantal saya. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga saya. Dengan berkata “Ya Rahim, Ya Rahim, Ya Rahim, Ya Rahim dalam bentuk yang jelas, seolah-olah atas nama kelompoknya iamengingatkan saya di atas bantahan dan kutukan yang terlintas di benak saya. Lalu terlintas di fikiran,mungkin zikir tadi dikhususkan untuk makhluk ini? Ataupun umum kepada jenisnya? Ataupun mendengarnya hanya khusus kepada orang yang membantah sepertiku? Ataupun adakah sekiranya semua orang memberi tumpuan mereka akan dapat mendengarnya? Kemudian pagi esoknya saya mendengarnya dari kucing yang lain. Secara lahir ia tidak sejelas yang sebelumnya tetapi ia mengulangi zikir yang sama pada tahap yang lebih kurang sama. Sesudah mengeong pada awalnya kedengaran zikir Ya Rahim. Lama-kelamaan ngeong dan zikirnya sama-sama berbunyi Ya Rahim. Ia menjadi satu zikir sayu yang fasih tanpa makhraj. Ia menganga dan menyebut Ya Rahim dengan baik. Saya telah menceritakannya kepada saudara-saudara yang datang kepada saya. Mereka pun memberi perhatian dan berkata kami juga mendengarnya. Mungkin pengkhususan nama itu dan mengapakah mereka berzikir dengan loghat manusia dan tidak melakukannya dengan bahasa hewan? Lalu terlintas di hati, kerana hewan ini menjadi teman yang bergaul dengan manusia yang sangat manja dan lembut seperti anak-anak, ia sangat butuh kepada belas dan kasihan. Ketika mereka mendapat belaian mesra apabila diusap, sebagai satu kesyukuran kepada nikmat itu, tidak seperti anjing, ia meninggalkan sebab-sebab lalu ia mengingatkan menusia-manusia yang berada di dalam lena kelalaian melalui pemberitahuan rahmat al-Khalilur Rahim-nya di alamnya sendiri dan memberi peringatan tentang dari siapakah datangnya bantuan dan dari siapakah rahmat dinantikan kepada mereka yang memuja sebab-sebab. 

147. Page

(dengar). Bagaimanakah ia menyebut Ya Jamil Zul Jamal. Perhatikanlah hewan, bagaimanakah mereka berkata Ya Rahman dan Ya Razzaq?

 

Tanyalah dari Musim Bunga. Kamu akan mendengar banyak nama seperti Ya Hannan, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Karim, Ya Latif, Ya ‘Atuf, Ya Musawwir, Ya Munawwir, Ya Muhsin dan Ya Muzayyin. Tanyalah manusia yang benar-benar insan, lihat bagaimanakah dia membaca semua Asmaul Husna dan Asmaul Husna itu tertulis di dahinya. Seandainya kamu memperhatikannya, kamu dapat membacanya. Seolah-olah alam semesta adalah irama zikir yang agung. Dengan memadukan alunan yang paling samar dengan alunan-alunan yang paling lantang, ia menghasilkan satu kemerduan yang hebat. Kiaskanlah selanjutnya.


Walaupun secara ekplisit manusia menyebutkan semua nama, namun bermacam-macam nama menghasilkan berbagai alam semesta dan perbedaan ibadah para malaikat turut menjadi sebab terhadap perbedaan manusia. Syariat para nabi yang berbeda-beda, tarikat para wali yang berlainan dan aliran para asfiya’ yang berbagai muncul dari rahasia ini. Contoh: Bersama dengan nama-nama lain, nama al-Qadir adalah lebih menyerlah pada Nabi Isa ‘Alaihissalam. Pada para pencinta, nama al-Wadud dan pada para bijaksana nama al-Hakim lebih menyerlah.


Seandainya seorang manusia merupakan guru, pegawai, panitera mahkamah dan intelijen negara dalam waktu yang sama, dalam setiap lapangan, dia mempunyai serba satu kaitan, tugas, khidmat, gaji, tanggungjawab, peningkatan dan musuh serta saingan yang mengakibatkan kegagalannya.


Dia dilihat dan melihat di depan raja melalui gelaran yang banyak. Dia meminta bantuan dari baginda melalui lidah yang banyak. Dia merujuk kepada gelaran ketuanya yang banyak. Untuk menyelamatkan diri dari kejahatan para musuhnya, dia memohon pertolongan dengan cara yang banyak. 











148. Page

Begitulah juga manusia yang menyatakan banyak nama dibebankan dengan banyak tugas dan diuji dengan musuh yang banyak, menyebutkan banyak nama dalam munajat dan istiazahnya. Sebagaimana Nabi Muhammad yang merupakan sebab kebanggaan bangsa manusia dan insan kamil paling benar dan paling hakiki Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa melalui seribu satu nama dalam munajatnya yang bernama Jaushanul Kabir, baginda beristiazah (memohon perlindungan supaya dijauhkan) dari api neraka. Justeru, dari rahasia inilah surah


 [قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (١)مَلِكِ النَّاسِ (٢)إِلَهِ النَّاسِ (٣)مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (٤)]

“Katakanlah “Aku berlindungkepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. (Q.S. Al Naas: 1-4)

Memerintahkan isti’azah melalui tiga gelaran dan memperlihatkan isti‘anah melalui tiga nama-Nya.


Dahan Kedua:

Dahan ini menerangkan dua rahasia yang berisi anak kunci banyak rahasia.

 

Rahasia Pertama: Para wali sepakat tentang dasar-dasar keimanan, tetapi kenapa mereka banyak berbeda pendapat tentang penyaksian dan kekasyafan mereka? Kenapa kadang-kadang penjelasan mereka ditahap penyaksian menyalahi waqi’ dan bertentangan dengan kebenaran?


Malah, kenapa pemikiran, para pemikir dan pengamat melihat dan memperlihatkan hakikat yang berlawanan sedangkan masing-masing menganggapnya benar melalui bukti yang kuat? Kenapa satu hakikat diwarnai dengan banyak warna?


Rahasia Kedua: Kenapa para nabi terdahulu membiarkan sebagian rukun-rukun iman seperti Hasyir Jismani (kebangkitan dengan tubuh) (diterangkan secara) ringkas dan tidak memberikan perincian seperti al-Quran? Kemudian kenapa (sebagian) dari umat mereka di kemudian hari sanggup mengingkari rukun-rukun yang mujmal itu? Kenapa juga sebagian wali yang benar-benar arif maju di dalam tauhid saja, bahkan, walaupun mereka telah sampai kepada derjat haqqal yaqin, namun dalam masyrab mereka sebagian rukun iman kelihatan sangat sedikit dan ringkas, karena itu para pengikut mereka kemudian hari tidak mementingan rukun-rukun iman tersebut. Sehingga sebagian mereka sesat?


Melihat kesempurnaan sebenarnya ditemui melalui kewujudan semua rukun iman, namun kenapa (perkembangan itu) sangat lebih utama pada sebagian ahli hakikat dan ditinggalkan oleh sehagian yang lain. Sedangkan Rasulullah Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam yang merupakan penerima martabat keagungan semua nama dan pemimpin sekalian nabi dan al-Quranul Hakim yang merupakan ketua cahaya semua kitab suci telah memperincikan semua rukun iman dalam bentuk yang jelas, dalam ifadah yang sangat bersungguh-sungguh dan dengan niat yang tulus. 


149. Page

Ya, karena kesempurnaan paling tinggi pada hakikat adalah seperti itu. Justeru hikmah bagi rahasia-rahasia itu seperti berikut: Secara lahirnya, manusia adalah penerima semua nama (Ilahi) dan bersedia kepada semua kesempurnaan. Walaupun upayanya juz’i, ikhtiyarnya juz’i, kemampuannya berlainan dan kehendaknya beraneka ragam, manusia mencarii hakikat di dalam ribuan tabir dan tirai. Karena itu pada kekasyafan hakikat dan penyaksian kebenaran, tirai-tirai jatuh ke tengah. Sebagian orang tidak dapat melintasi tirai. Uupaya mereka berbeda-beda. Usaha sebagian mereka tidak dapat menjadi dasar bagi perkembangan sebagian rukun iman. Malah warna jilwah-jilwah nama menjadi pelbagai dan menjadi berbeda-beda menurut penerima. Sebagian orang menjadi penerima tidak dapat menjadi dasar bagi jilwah sesungguhnya untuk suatu nama. Malah berdasarkan kepada ke universalan, kejuz’ian, bayangan dan keaslian, jilwah nama mengambil bentuk yang berlainan. Sebagian kemampuan tidak dapat menembusi kejuz’ian dan tidak dapat keluar dari bayangan. Berdasarkan kemampuan, kadang-kadang satu nama menguasai dan hanya menjalankan ketetapannya sendiri. Dalam kemampuan itu tatapannya menjadi penguasa.


Justeru, kami merujuk kepada rahasia yang dalam dan hikmah yang luas ini, melalui satu perumpamaan yang rahasia, luas dan sedikit berpadu dengan hakikat.

 

Sebagai contoh: Kita mengandaikan sekuntum bunga berhias bernama zahrah, satu qatrah bernyawa yang rindukan bulan dan satu rasyhah jernih yang memandang matahari kononnya masing-masing mempunyai satu perasaan dan kesempurnaan dan terdapat kerinduan kepada kesempurnaan itu. Di samping mengisyaratkan kepada banyak hakikat pada tiga benda itu, ia mengisyaratkan kepada tingkah laku nafsu, akal dan hati serta merupakan perumpamaan kepada tiga[1] peringkat ahli hakikat.


Pertama: Isyarat kepada ahli filsafat, para wali dan para nabi.


Kedua: Contoh bagi mereka yang berusaha kepada kesempurnaan dan menuju hakikat melalui peralatan jasmani, mereka yang menuju hakikat dengan cara bermujahadah melalui penyucian jiwa dan penggunaan akal dan mereka yang menuju hakikat melalui pemurnian hati, keimanan dan penyerahan diri.


Ketiga: Perumpamaan-perumpamaan yang mengisyaratkan kepada perbedaan hikmah bagi tiga golongan yang mempunyai persediaan yang berbeda-beda yaitu mereka yang tidak meninggalkan ananiyyah, tenggelam dalam empiris dan mencapai hakikat hanya melalui kajian, mereka yang mencapai hakikat melalui hikmah, akal dan makrifah dan mereka yang menuju hakikat dengan cepat melalui keimanan, al-Quran, kefakiran dan ubudiyyah.


[1] Di setiap peringkat juga terdapat tiga golongan. Tiga contoh dalam perumpamaan merujuk kepada tiga golongan itu pada setiap peringkat bahkan merujuk kepada sembilan golongan. Bukannya kepada tiga peringkat.

150. Page

Justeru, kami akan memperlihatkan sedikit rahasia dan hikmah yang luas pada peningkatan bagi tiga peringkat di bawah gelaran Zahrah, Qatrah dan Rasyhah melalui satu perumpamaan.


Sebagai contoh: Dengan keizinan dan perintah al-Khaliq-nya sendiri, matahari memiliki tiga jenis tajalli, pantulan dan pelimpahan. Yang pertama, pantulan-pantulan yang berlainan kepada bunga. Kedua, kepada bulan dan planet-planet. Ketiga, kepada benda-benda berkilau seperti kaca dan air.


Yang pertama adalah dalam tiga cara:

Pertama ialah tajalli dan pantulan yang menyeluruh dan umum yaitu limpahannya kepada semua bunga secara serentak. Yang kedua ialah tajalli yang khusus yang mempunyai pantulan yang khusus menurut setiap jenis. Yang ketiga ialah tajalli yang juz’i yaitu limpahannya menurut ciri-ciri setiap bunga. Perumpamaan kami adalah menurut kata-kata berikut: Warna-warna bunga yang berhias lahir dari perubahan pantulan tujuh warna pada cahaya matahari. Maka berdasarkan kata-kata ini, bunga-bungaan merupakan sejenis kaca bagi matahari.


Yang kedua ialah nur dan limpahan yang diberikan oleh matahari kepada bulan dan planet-planet melalui keizinan al-Fatirul Hakim. Setelah limpahan dan nur yang menyeluruh dan luas itu, cahaya bulan yang ibarat bayangan cahaya itu, beristifadah dari matahari dalam bentuk yang menyeluruh. Kemudian ialah pemberian manfaat dan pelimpahan dalam bentuk yang khusus kepada lautan, udara, tanah yang berkilau dan dalam bentuk yang juz’i kepada buih-buih kecil di laut, benda-benda lutsinar di tanah dan zarah-zarah udara.


Yang ketiga, dengan perintah Ilahi, dengan menjadikan ruang udara dan permukaan laut sebagai kaca, matahari memiliki pantulan yang murni, menyeluruh dan tanpa bayang. Kemudian, matahari itu memberikan serba satu pantulan yang juz’i dan contoh kecil kepada setiap buih di lautan, tetesan air, aliran udara dan kaca-kaca kecil salju. Matahari mempunyai tawajjuh dan pelimpahan melalui dua jalan dalam tiga sudut yang telah disebutkan kepada setiap bunga, setiap tetesan yang menghadap bulan dan kepada setiap aliran.


Jalan Pertama: Dengan cara asli secara langsung tidak ada tirai dan hijab. Jalan ini mewakili jalan kenabian.


Jalan Kedua: Tirai-tirai menjadi perantara. Kemampuan kaca dan penerima memakaikan serba satu warna kepada jilwah-jilwah matahari. Jalan ini mewakili jalan kewalian.


Pada jalan sebelum ini setiap zahrah, qatrah dan rasyhah boleh berkata: “Aku ialah kaca bagi matahari seluruh alam.” Tetapi mereka tidak bisa berkata begitu pada jalan yang kedua. Tetapi bisa berkata: “Aku ialah kaca matahariku sendiri” ataupun “aku adalah kaca bagi matahari yang muncul bagi jenisku.” Karena ia mengenal matahari yang seperti itu. Ia tidak dapat melihat matahari yang memandang ke seluruh alam. 


151. Page

Sedangkan matahari orang itu ataupun bangsanya ataupun jenisnya kelihatan olehnya di bawah satu keterikatan yang terbatas di dalam barzah yang sempit. Walhal dia tidak mampu memberikan bukti-bukti matahari mutlak yang tidak terikat dan tidak ada tirai bagi matahari yang terikat itu. Karena melalui penyaksian hati dia tidak dapat memberikan bukti yang menonjolkan kehebatan seperti memanaskan bumi, meneranginya, menggerakkan kehidupan semua tumbuhan dan hewan dan memutarkan planet-planet di sekelilingnya. Dia hanya melihat matahari dalam keterikatan yang sempit dan barzah yang terbatas itu.


Bahkan jika ia meyakini penjelasan diatas yaitu memberikan bukti-bukti yang menakjubkan itu bagi matahari yang dilihatnya di bawah keterikatan itu, ia hanya bisa menerima apa yang terikat itu sebagai ‘ainul mutlaq melalui penyerahan secara ‘aqli dan dan imani.


Tetapi hikmah-hikmah ini yakni Zahrah, Qatrah dan Rasyhah yang kita andaikan berakal seperti manusia yakni penyandaran bukti-bukti yang sangat besar bagi matahari-matahari mereka adalah berbentuk ‘aqli bukan syuhudi (berdasarkan penyaksian). Bahkan kadang-kadang ketetapan iman mereka nihilkan penyaksian ‘alami mereka. Sangat susah untuk mereka percaya.Justeru kita bertiga juga perlu masuk ke dalam perumpamaan yang tidak tertampung untuk hakikat yang anggota-anggota hakikat kelihatan di sebagian sudutnya dan bercampur dengan hakikat itu. Kita bertiga juga akan mengandaikan diri kita Zahrah, Qatrah dan Rasyhah. Karena akal yang kita andaikan terdapat pada mereka tidak mencukupi. Kita juga perlu menambahkan akal kita untuk mereka. Yakni kita perlu memahami bagaimana mereka mengambil limpahan dari matahari maddi mereka. Maka kita juga mengambil limpahan dari mentari maknawi kita. Wahai sahabat yang tidak melupakan dunia dan bergelimang dengan perkara maddi (materi) dan memperoleh kelegapan nafsu! Jadilah Zahrah. Sebagaimana zahrah itu mengambil satu warna yang telah terpancar dari sinar matahari dan mencampurkan contoh matahari dalam satu warna itu, ia memakaikan bagi dirinya satu rupa yang indah. Karena persediaanmu juga menyerupainya.


Malah Ahli filsafat moderen yang telah tenggelam dalam sebab-sebab itu seperti Said Lama perlu menjadi qatrah yang merindui bulan supaya bulan memberikan kepadanya bayangan cahaya yang diambilnya dari matahari dan memberi satu nur kepada anak matanya (qatrah). Qatrah yang bersinar juga bersinar dengan nur itu. Tetapi, melalui nur itu qatrah itu hanya melihat bulan. Qatrah tidak dapat melihat matahari tetapi dapat melihatnya melalui imannya.


Malah si fakir yang mengetahui bahwa setiap benda itu secara langsung dari Allah Ta’ala dan menerima sebab sebagai tabir dan kita andaikan sebagai rasyhah. Iaitu rasyhah yang benar-benar fakir. Ia idak memiliki apa-apa untuk bersandar kepadanya lalu bergantung kepada diri sendiri seperti zahrah. Ia tidak memiliki warna apapun untuk dilihat dengannya. Ia juga tidak mengenali benda-benda lain untuk ia fokus kepadanya. Namun, disebabkan ia memiliki kejernihan yang murni, maka ia menyembunyikan arca matahari secara langsung di dalam anak matanya.


Sekarang, memperhatikan bahwa kita pernah berada di tempat tiga benda ini, maka kita perlu memandang diri sendiri. Apakah yang ada pada kita? Apakah yang kita akan lakukan?


152. Page

Mari kita perhatikan bahwa dzat al-Karim menghiasi, menerangi dan mendidik kita dengan cara yang paling baik melalui kurniaan-Nya. Sebaliknya manusia, memuja yang mengurniakan. Dia mau menghampiri yang dipuja mau melihat-Nya. Seabab itu, setiap kita akan berjalan melalui tarikan, rasa cinta itu berdasarkan apa yang ada dalam diri kita. Wahai yang seperti zahrah! Kamu hilang tetapi hilanglah sebagai bunga. Maka kamu telah pergi. Sambil naik dari satu tahap ke tahap yang lain sehingga kamu telah sampai ke satu martabat kulli. Seolah-olah, kamu telah menjadi seperti semua bunga. Sedangkan zahrah ialah satu kaca yang gelap. Ada di dalamnya tujuh warna dalam cahaya yang terurai dan berpecah. Ia menyembunyikan pantulan matahari. Maka kamu tidak akan mampu melihat permukaan matahari yang kamu senangi. Karena warna-warna dan kekhususan yang terikat memnacarkan (cahaya matahari) dan menarik tabir dan tidak mampu memperlihatkannya. Dalam kondisi demikian kamu tidak akan dapat menyelamatkan diri dari perpisahan yang lahir akibat kemasukan rupa dan barzah ke tengah. Tetapi kamu bisa menyelamatkan diri dengan satu syarat iaitu kamu perlu mengangkat kepalamu yang telah tenggelam dalam rasa cinta dengan dirimu sendiri, menarik pandanganmu yang menikmati dan berbangga dengan kecantikan diri lalu menghadapkannya ke wajah matahari di langit.


Di samping itu kamu juga perlu mengangkat wajahmu memandang ke tanah untuk mencari rezeki ke arah matahari di atas. Karena kamu adalah kacanya maka tugasmu adalah memantulkannya. Apakah kamu tahu atau tidak, rezekimu dari tanah yang merupakan pintu khazanah rahmat tetap akan datang.


Ya, sebagaimana sekuntum bunga adalah kaca kecil bagi matahari, matahari yang besar itu juga adalah kaca bagi kilauan seperti qatrah yang bertajalli dari nama Nur Mentari Azali di lautan langit.


Wahai hati manusia! Ketahuilah dari perkara ini bahwa kepada matahari yang bagaimanakah kamu menjadi kacanya? setelah kamu melaksanakan syarat ini kamu akan menemui kesempurnaan. Tetapi kamu tidak akan dapat melihat matahari dalam keadaan yang sebenar. Kamu tidak mungkin memahami hakikat itu secara tuntas. Bahkan warna sifat-sifatmu memberinya warna dan teropongmu yang gelap akan menggunakan suatu bentuk. Kemampuanmu yang terikat juga akan mengambilnya ke bawah satu ikatan.














153. Page

Sekarang, kamu wahai para ahli filsafat yang masuk ke dalam qatrah! Melalui teropong tetesan fikiranmu dan melalui anak tangga falsafah kamu telah naik sampai ke bulan. Kamu telah masuk ke dalam bulan. Lihat !, sebenarnya diri bulan itu sendiri adalah hitam pekat dan gelap. Ia tidak memiliki cahaya ataupun nyawa. Usahamu telah hilang secara sia-sia dan ilmumu berlalu tanpa manfaat. Kamu hanya dapat menyelamatkan diri dari kegelapan putus asa, kesunyian, keseorangan dan gangguan-gangguan roh yang keji serta dari kedahsyatan kesepian itu melalui syarat-syarat berikut yaitu sekiranya kamu meninggalkan malam tabiat lalu menuju ke arah mentari hakikat dan sekiranya kamu percaya sepenuhnya bahwa nur-nur malam ini ialah bayangan cahaya mentari siang. Setelah melakukan syarat ini kamu akan menemui kesempurnaanmu. Sebagai ganti kepada bulan yang fakir dan gelap, kamu akan mendapat matahari yang hebat. Tetapi, kamu juga seperti sahabatmu seorang lagi, kamu tidak akan dapat melihat matahari secara jelas. Bahkan kamu hanya dapat melihatnya dari sebalik tabir yang telah menyatu dan biasa dengan akal dan falsafahmu dan di belakang hijab yang disulam oleh ilmu dan hikmahmu dan di dalam warna yang telah diberikan oleh keupayaanmu.


Sesungguhnya sahabat ketiga kalian yang seperti rasyhah pula adalah fakir dan tiada warna. Dia segera mengering menjadi uap akibat kepanasan mentari. Dia meninggalkan ananiyyah lalu, menunggangi uap dan naik ke udara. Api akan mengambil bahan hitam pekat di dalamnya dengan api kerinduan dan bertukar menjadi nur melalui cahaya. Ia melekat kepada sinaran yang datang dari jilwah-jilwah cahaya itu dan mendekatinya.


Wahai yang seperti rasyhah! Memperhatikan bahwa kamu mencerminkan matahari secara langsung, maka beradalah di martabat manapun, sesungguhnya kamu akan menemui lubang atau jendela yang darinya matahari dapat dipandang dalam bentuk yang jelas dan ‘ainal yaqin. Kamu tidak akan mendapat kesusahan untuk memberikan bukti-bukti keajaiban matahari itu kepadanya. Kamu akan dapat memberikan kepadanya sifat-sifat hebat yang layak tanpa ragu-ragu. Tiada benda apapun yang tidak akan memegang tanganmu dan menghindarkanmu dari memberikan bukti-bukti dahsyat kerajaan dzat-Nya kepada-Nya. Apakah kesempitan barzah ataupun keterikatan keupayaan ataupun kekerdilan kaca tidak mungkin mengelirukanmu dan membawa kepada menyalahi hakikat. Karena kamu telah memandangnya dengan jelas, bersih dan secara langsung, maka kamu telah paham bahwa apa yang kelihatan pada para penerima dan disaksikan di kaca bukanlah matahari bahkan sejenis jilwahnya dan sejenis pantulannya yang berwarna. Sebenarnya pantulan-pantulan itu ialah tanda-tandanya tetapi tidak dapat memperlihatkan keseluruhan bukti kehebatannya.


Karena di dalam perumpamaan yang bercampur dengan hakikat ini, kesempurnaan dituju melalui tiga jalan yang berlainan seperti ini. Pada keistimewaan kesempurnaan itu dan pada perincian martabat penyaksian, mereka adalah berlainan. Tetapi pada hasil akhir, pada keyakinan terhadap kebenaran dan pada pembenaran hakikat, mereka bersepakat.







154. Page

Seseorang yang dipanggil orang malam tidak pernah melihat matahari. Bulan pun dia melihat bayangannya hanya pada kacanya sendiri. Dia tidak dapat memasukkan cahaya hebat dan tarikan dahsyat yang paling khusus kepada matahari ke dalam akalnya. Bahkan, dia menyerahkan kepada orang yang melihat lalu mengikuti mereka. Demikian juga orang yang tidak dapat mencapai martabat agung warisan Muhammad Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan nama-nama seperti al-Qadir dan al-Muhyi, dia menerima Hasyir agung dan kiamat besar secara ikut-ikutan dan mengatakan bahwa ia bukan masalah yang bisa difikirkan akal. Karena hakikat Hasyir dan Kiamat ialah penerima darjat agung bagi Ismul A’zam dan sebagian nama lain. Seandainya pandangan siapapun tidak sampai ke situ ia terpaksa mengikut. Seandainya pikiran siapapun dapat masuk ke sana, ia akan melihat Hasyir dan Kiamat adalah mudah seperti malam dan siang, musim dingin dan musim bunga. Maka dia akan menerima dengan hati yang tenang. Justeru, kerana rahasia inilah al-Quran menyebutkan tentang Hasyir dan Kiamat pada martabat paling agung dan dengan perincian yang paling sempurna dan Rasul kita Muhammad Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam yang merupakan penerima Ismul A’zam mengajarkannya. Para Rasul yang terdahulu, tidak menyampaikan Hasyir kepada umat mereka yang dalam keadaan kehidupan yang agak ringkas dan primitif dalam tahap yang tinggi dan melalui perincian yang paling luas disebabkan oleh hikmah bimbingan. Serta karena rahasia inilah sebagian para wali tidak melihat sebagian rukun iman pada martabat agungnya ataupun tidak dapat memperlihatkannya. Kerana rahasia ini juga derjat ‘arifin pada ma’rifatullah adalah sangat berbeda. Banyak lagi rahasia seperti ini terlihat disebabkan hakikat ini. Sekarang, oleh karena perumpamaan ini telah merasakan sedikit hakikat dan oleh karena hakikat adalah sangat luas dan dalam, kami juga cukupkan dengan perumpamaan. Kami tidak akan masuk ke dalam rahasia-rahasia yang melebihi batas dan kemampuan kami.


Dahan Ketiga:

Oleh kerana Hadis-hadis as-Syarif yang membicarakan tentang tanda-tanda kiamat, peristiwa akhir zaman dan tentang fadhilah dan pahala sebagian amal tidak dipahami dengan baik, Sebagian ilmuwan yang bergantung dengan akalnya telah mengatakan bahawa sebagian Hadis itu adalah dha‘if atau maudhu’. Manakala sebagian yang lemah iman tetapi kuat ananiyyahnya sampai ke tahap mengingkarinya. Sekarang kami tidak akan masuk ke dalam perincian. Kami hanya akan menerangkan tentang dua belas dasar.


Dasar Pertama: Dasar ini adalah masalah yang telah kami jelaskan dalam soal-jawab di penghujung Kalimah Kedua Puluh. Secara ringkasnya seperti berikut:


Agama adalah satu ujian dan percobaan. Ia membedakan roh-roh mulia dengan roh-roh hina. Sebab itu ia akan membicarakan peristiwa-peristiwa yang akan dilihat dengan mata dalam bentuk yang begitu hebat untuk semua orang di masa depan sehingga ia menjadi apakah tidak diketahui sama sekali ataupun menjadi masalah yang jelas sehingga mau tidak mau semua orang terpaksa menerima untuk mengakuinya. Ia akan membuka pintu bagi akal dan tidak akan mengambil pilihan dari tangan. Karena seandainya satu tanda kiamat dilihat di tahap yang jelas secara keseluruhan, dan andaikan semua orang terpaksa mengakui, pada waktu itu satu persediaan seperti arang akan tinggal bersama dengan persediaan seperti berlian. Rahasia pertanggungjawaban dan hasil ujian akan hilang. Maka, karena ini, telah 

155. Page

berlaku banyak khilaf dalam banyak masalah seperti Mahdi dan Sufyan. Riwayat juga adalah sangat berlainan dan menjadi bertentangan di antara satu sama lain.


Dasar Kedua: Sesungguhnya persoalan-persoalan keimanan mempunyai tingkatannya. Jika salah satu darinya menginginkan burhan yang pasti, maka yang lain hanya cukup dengan zhannul ghalib (sangkaan umum) yang lebih jelas menguasai. Yang lainnya hanya ingin penerimaan berbentuk penyerahan dan tanpa menolak. Jika demikian, satu burhan yang qat’i (pasti) melalui pemahaman yang yakin, tidak bisa diminta pada tiap-tiap masalah-masalah cabang yang bukan dari dasar-dasar keimanan ataupun pada peristiwa menurut zaman. Bahkan menyerah diri lalu tidak menolak dan mengusiknya.


Dasar Ketiga: Ramai ulama Bani Israil dan Nasrani telah masuk Islam di zaman para Sahabat. Maka pengetahuan-pengetahuan lama mereka juga telah masuk ke dalam Islam bersama-sama mereka. Maka sebagian pengetahuan masa lalu mereka yang bertentangan dengan waqi’ telah disangkakan sebagai milik agama Islam.


Dasar Keempat: Sebagian qaul (perkataan) ataupun makna-makna yang telah diistinbatkan oleh para perawi Hadis as-Syarif telah dianggap sebagai bersumber dari matan Hadis. Sedangkan manusia tidak sunyi dari kesalahan, maka sebagian istinbat mereka ataupun qaul mereka yang menyalahi waqi’ telah dianggap sebagai Hadis lalu telah dihukumkan sebagai Dha‘if.


Dasar Kelima: Menurut rahasia اِنَّ فِى اُمَّتِى مُحَدَّثُونَ yakni مُلْهَمُونَ sebagian arti yang datang melalui ilham sebagian muhaddisinul muhaddasin yang merupakan ahli kasyaf dan kewalian telah dianggap sebagai Hadis. Padahal dengan beberapa halangan ilham para wali bisa salah. Justeru itu, sebagian perbedaan dari jenis ini muncul menyalahi hakikat.


Dasar Keenam: Terdapat sebagian cerita yang masyhur di kalangan manusia dan diangap sebagai contoh. Sedangkan maksud sebenarnya tidak pernah diperhatikan. Apa yang diperhatikan adalah apa tujuannya. Maka dengan maksud untuk membimbing, Rasulullah Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menceritakan sebagian kisah dan hikayat dari jenis yang diketahui manusia dalam bentuk perumpamaan dan kiasan. Seandainya terdapat kekurangan pada arti sesungguhnya tentang masalah-masalah seperti ini, ia merujuk kepada ‘uruf dan adat manusia dan tentu saja merujuk kepada pengetahuan dan pendengaran umum.


Dasar Ketujuh: Terdapat terlalu banyak tasybih (penyerupaan) dan tamsil (perumpamaan) yang dianggap sebagai hakikat-hakikat maddi (materi) lantaran peredaran zaman ataupun perpindahan hakikat-hakikat tersebut dari tangan ilmu ke tangan kejahilan. Maka terjadilah kesalahan.


Contoh: Dua Malaikat Allah yang bernama Tsaur dan Hut yang berupa seperti kerbau dan ikan besar di alam misal yang merupakan pemantau hewan darat dan laut telah disangka sebagai seekor kerbau gergasi dan seekor ikan raksasa lalu Hadis tersebut telah diusik.

156. Page

Contoh lain, pada suatu masa ketika Rasulullah duduk bersama para Sahabat, kedenganran suatu bunyi dentuman yang kuat. Lalu Rasulullah bersabda: Bunyi ini ialah bunyi sebutir batu yang jatuh selama tujuh puluh tahun dan pada masa inilah ia terlempar ke dasar Jahannam. Maka mereka yang mendengar hadis ini tetapi tidak sampai kepada hakikat lau mengingkari. Sedangkan dua puluh minit sesudah hadis tersebut, disabdakan telah tetap bahwa seseorang datang dan berkata kepada Rasulullah Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa seorang munafik yang masyhur telah mati dua puluh minit sebelum itu. Maka jelas bahwa Rasulullah Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menerangkan tentang seluruh usia munafik yang mencapai usia tujuh puluh tahun itu telah dihabiskan dalam kehinaan dan telah jatuh kepada asfala safilin kekufuran bagaikan sebutir batu neraka dalam bentuk yang penuh balaghah. Allah Taala telah memperdengarkan bunyi itu pada detik kematiannya dan menjadikan tanda kematiannya.


Dasar Kedelapan: Allah Taala yang merupakan al-Hakimul Mutlaq menyembunyikan banyak benda yang penting di negara percobaan dan medan ujian ini di dengan benda yang begitu banyak. Banyak hikmah dan maslahah yang terkait dengan penyembunyian itu. Contoh: Dia telah menyembunyikan Lailatul Qadar dalam seluruh Ramadhan, waktu doa diterima pada hari Jumat, wali-Nya yang makbul (yang diterima) di kalangan manusia, ajal di dalam usia dan waktu Qiamat dalam umur dunia. Karena, jika ajal manusia telah ditentukan, ia akan memberi kedahsyatan seperti separoh umurnya akan dihabiskan dalam kelalaian mutlak dan separoh lagi langkah demi langkah menuju ke tali gantung. Sedangkan maslahah memelihara keseimbangan akhirat dan dunia serta berada di antara khauf (rasa takut) dan raja’ (berharap) setiap waktu teringat bahwa kematian dan kehidupan adalah mungkin dalam setiap minit. Dalam keadaan itu, satu usia yang tertutup selama dua puluh tahun dalam bentuk mubham (tertutup) adalah diutamakan dibanding seribu tahun umur yang telah ditentukan. Justeru, Qiamat juga merupakan ajal bagi dunia yang merupakan manusia terbesar ini. Jika waktunya telah ditentukan, niscaya seluruh kurun permulaan dan pertengahan akan hanyut dalam kelalaian mutlak dan kurun-kurun akhir akan tinggal dalam kedahsyatan. Sebagaimana manusia terkait dengan kebaqaan rumah dan kampungnya dari sudut kehidupan peribadinya, begitulah juga kehidupan bermasyarakatnya. Ia terkait dengan kehidupan bumi dan dunia. Al-Quran menyebut [اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ] yang bermakna Qiamat telah menghampiri. Belum hadirnya walaupun seribu tahun telah berlalu tidak merusakkan kehampirannya. Karena, kiamat ialah ajal dunia. Nisbah umur dunia dengan seribu atau dua ribu tahun dunia adalah seperti nisbah satu atau dua hari ataupun satu atau dua minit dengan setahun. Ini kerana waktu kiamat bukanlah ajal manusia sehingga ia perlu dibandingkan dengan umur manusia lalu ia dilihat sangat jauh.


Justeru, karena inilah, al-Hakimul Mutlaq menyembunyikan kiamat dalam ilmu-Nya sebagai satu dari al-mughayyabatul khamsah (lima perkara yang disembunyikan). Justeru, dari rahasia penyembunyian inilah setiap zaman hatta ‘Asrus Sa‘adah yang merupakan zaman yang melihat hakikat juga selalu takut dari kiamat. Hatta sebagian mereka mengatakan hampir semua tandanya telah muncul.


Justeru manusia tidak insaf yang tidak mengetahui hakikat ini berkata: “kenapa pikiran para Sahabat yang berhati sadar dan berpandangan tajam yang mengetahui perincian Akhirat bisa menganggap bahwa satu hakikat yang akan datang dalam jangka waktu setelah seribu empat 

157. Page

ratus tahun sebagai dekat dengan kurun mereka dan seolah-olah pikiran mereka telah jauh dari hakikat selama beribu tahun?


Jawaban: Karena para Sahabat memikirkan Darul Akhirat lebih dari orang lain hasil dari limpahan keberkatan percakapan bersama Nabi, mengetahui kefanaan dunia, memahami hikmah Ilahi pada penyembunyian waktu Qiamat dan mengambil sikap selalu menunggu ajal dunia seperti ajal manusia, maka mereka telah berusaha untuk akhirat mereka secara bersungguh-sungguh. Sabda Rasulullah Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berulang kali tentang “Tunggu dan nantikanlah kiamat” ialah satu bimbingan Nabawi yang lahir dari hikmah ini. Ia bukan dengan ketetapan wahyu tentang kejadian tertentu lalu menjadi jauh dari hakikat. ‘illah dan hikmah adalah berbeda. Justeru, sabda-sabda baginda Rasul Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti ini lahir dari hikmah penyembunyian.


Dari rahasia ini juga sejak sekian lama (para Sahabat) hatta para Tabi‘in di zaman mereka telah menunggu dan bercita-cita untuk bertemu dengan orang-orang yang akan datang di akhir zaman seperti Mahdi dan Sufyan. Bahkan sebagian para wali mengatakan bahwa orang-orang itu telah datang.


Masalah ini seperti kiamat. Hikmah Ilahi ingin supaya waktu-waktunya tidak ditentukan. Karena, setiap waktu dan setiap kurun membutuhkan makna Mahdi yang akan menjadi dasar kepada pengukuhan kekuatan maknawi dan akan menyelamatkan (umat) dari putus asa. Dalam arti demikian, perlu terdapat satu hadiah bagi setiap kurun. Agar jangan sampai mengikuti kejahatan dalam kelalaian dan tidak membiarkan tali kendali nafsu dalam ketidak pedulian, setiap kurun perlu risau dan takut dari orang-orang dahsyat yang akan mengepalai kemunafikan. Sekiranya ia telah ditentukan, maslahah bimbingan umum akan menjadi sia-sia.


Sekarang kekhilafan dan rahasia bagi riwayat-riwayat tentang orang-orang seperti Mahdi adalah seperti berikut: Mereka yang mentafsirkan Hadis telah menyesuaikan matan hadis kepada tafsiran dan istinbat mereka. Sebagai contoh: Disebabkan pusat pemerintahan  pada masa itu adalah di Syam atau di Madinah, dengan membayangkan bahwa peristiwa Mahdi atau Sufyan adalah di tempat-tempat di sekitar pusat pemerintahan seperti Basrah, Kufah dan Syam maka mereka telah mentafsirkannya demikian. Malah di samping membayangkan bukti agung milik peribadi maknawi orang itu ataupun jamaah yang diwakilinya pada dzat orang-orang itu, maka mereka telah mentafsirkannya begitu sehingga mereka telah memberikan gambaran supaya orang-orang yang luar biasa itu muncul mereka seolah-olah akan mengenalinya. Sedangkan kami telah menyatakan bahwa dunia ini adalah medan ujian. Akan dibuka pintu kepada akal. Tetapi pilihan tidak diambil dari tangannya. Oleh itu, orang-orang itu bahkan Dajjal apabila muncul, kebanyakan mereka juga Dajjal sendiri pun pada awalnya tidak tahu bahwa dia adalah Dajjal. Bahkan dengan perhatian melalui nur keimanan peribadi akhir zaman dia dapat dikenal.







158. Page

Tentang Dajjal merupakan tanda-tanda kiamat, di dalam Hadis ada disebutkan bahwa hari pertamanya adalah seperti satu tahun, hari keduanya seperti satu bulan, hari ketiganya seperti satu minggu dan hari keempatnya adalah seperti hari-hari lain. Apabila dia muncul dunia akan mendengar. Diriwayatkan bahwa dia menjelajahi dunia dalam masa empat puluh hari. Orang-orang yang tidak insaf mengatakan bahwa riwayat ini adalah mustahil. Hasya! Tidak sama sekali! Mereka telah mengingkari dan membatalkan riwayat ini. Sedangkan وَالْعِلْمُ عِنْدَ اللّٰهِ sepatutnya hakikatnya adalah seperti berikut: Di utara yang merupakan alam kekufuran yang paling dahsyat terdapat isyarat bahwa seorang yang akan mengetuai satu arus besar yang lahir dari pemikiran kufur para tabiiyun dan akan mengingkari uluhiyyah akan keluar dari sebelah utara. Di dalam isyarat itu terdapat petunjuk hikmah yaitu di suatu kawasan berhampiran dengan Kutub Utara sepanjang tahunnya hanyalah sehari dan semalam. Enam bulannya malam dan enam bulan lagi siang. Sehari Dajjal adalah setahun. Maka ia adalah isyarat bahawa Dajjal akan muncul dari kawasan yang berhampiran dengannya. Maksud dari hari keduanya adalah satu bulan ialah apabila dia datang dari utara ke arah sini, kadang-kadang berlaku dalam satu bulan musim panas matahari tidak akan terbenam. Ini isyarat bahwa Dajjal keluar dari arah utara lalu menjarah dunia yang bertamadun. Dengan menyandarkan hari kepada Dajjal mengisyaratkan kepada isyarat ini. Apabila dia makin dekat ke arah sini, matahari tidak terbenam dalam satu minggu. Apabila dia semakin datang akan berterusan antara terbit dan terbenam selama tiga jam. Ketika saya ditawan di Rusia, saya telah berada di suatu tempat seperti itu. Terdapat satu tempat yang berhampiran dengan kami yang matahari tidak terbenam selama seminggu. Tempat itu dikunjungi untuk makan angin. Kenyataan bahwa ketika Dajjal muncul maka seluruh dunia akan mendengarnya telah diselesaikan oleh telegraf dan radio. Tentang empat puluh hari jelajahnya pula telah dijawab oleh keretapi dan kapal terbang yang merupakan kenderaannya. Para mulhid yang melihat dua kenyataan ini adalah mustahil sebelum ini melihatnya sebagai perkara biasa sekarang.


Disebabkan saya telah menulis tentang Yakjuj dan Makjuj dan tembok (Zulqarnain) yang merupakan tanda kiamat secara terperinci dalam satu risalah maka saya menyerahkan kepadanya dan di sini kami hanya berkata: “Terdapat riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa, bangsa Manchuria dan bangsa Mongol yang menghuru-harakan kehidupan masyarakat sejak dahulu dan golongan yang menjadi sebab kepada pembinaan Tembok Besar Cina sekali lagi akan mengkucar-kacirkan ketamadunan manusia dengan satu pemikiran seperti anarkisme sebelum kedatangan kiamat. Maka sesetengah mulhid berkata: “Di manakah bangsa yang sedang dan akan melakukan keajaiban seperti itu?”


Jawaban: Satu bencana seperti belalang terdapat dengan sangat banyak pada sesuatu musim. Apabila musim berganti, hakikat kelompok yang banyak menyebabkan kemusnahan kepada negara itu akan bersembunyi pada sebagian anggota kumpulannya. Apabila sampai waktunya, dengan perintah Ilahi, sekali lagi makhluk ini akan memulai kemusnahan yang sama melalui sebagian anggotanya itu dengan sangat banyak. Seolah-olah tali hakikat bangsa mereka menjadi halus namun tidak putus. Sekali lagi, bila sampai musimnya mereka akan muncul. Sama seperti itu juga, kelompok itu yang suatu masa pernah menghuru-harakan dunia, apabila sampai waktunya sekali lagi dengan keizinan Ilahi kelompok yang sama itu akan membuat huru hara. Tetapi para penggerak mereka dalam bentuk yang lain. لاَ يَعْلَمُ الْغَيْبَ اِلاَّ اللّٰهُ


159. Page

Dasar Kesembilan: Sebahagian kesuksesan dari masalah-masalah keimanan memperhatikan alam yang terikat dan sempit ini. Satu bagian lagi memandang ke alam Akhirat yang luas dan mutlak. Sebab sebagian Hadis as-Syarif berkenaan fadhilah dan pahala amal datang dalam uslub yang penuh balaghah untuk memberi bukti yang sesuai kepada sebagian targhib dan tarhib, orang-orang yang tidak peka telah menyangka bahwa Hadis-hadis itu adalah sangat mubalaghah (mendalam). Sedangkan semua itu adalah ‘ainul Haq dan hakikat itu sendiri maka tidak terdapat mujazafah dan mubalaghah di dalamnya. Sebagai contoh: Masalah yang paling banyak menganggu pikiran mereka yang paling tidak insaf adalah hadis seperti berikut:


لَوْ وُزِنَتِ الدُّنْيَا عِنْدَ اللّٰهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا شَرِبَ الْكَافِرُ مِنْهَا جُرْعَةَ مَاءٍ Au kama qala Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ertinya: Sekiranya dunia ini bernilai seperti sayap lalat di sisi Allah Ta’ala, niscaya orang-orang kafir tidak akan dapat minum walaupun seteguk air dari-Nya.


Hakikatnya adalah seperti berikut: Maksud ungkapan عِنْدَ اللّٰهِ adalah dari alam baqa. Ya, memperhatikan satu nur sebesar sayap lalat dari alam baqa adalah abadi. Ia adalah lebih banyak dari satu nur yang akan memenuhi muka bumi buat sementara waktu. Artinya, bukanlah membandingkan dunia yang besar dengan sayap lalat bahkan dunia khusus bagi semua orang yang mengisi umurnya yang amat singkat tidak dapat dibandingkan dengan limpahan dan kurniaan Ilahi sebesar sayap lalat dari alam baqa yang abadi.


Dunia juga memiliki dua wajah, bahkan tiga. Pertama, sebagai kaca nama-nama Allah Taala. Kedua, memperhatikan ke akhirat iaitu ladang Akhirat. Ketiga: Memperhatikan kefanaan dan ketiadaan. Apa yang kita ketahui adalah masalah yang tidak diredhai Ilahi ialah dunia mereka yang sesat. Artinya bukanlah dunia besar yang merupakan cermin Asmaul Husna, tulisan as-Samad dan ladang Akhirat adalah isyarat bahwa dunia mereka yang menyanjung dunia yang merupakan lawan akhirat, sumber semua dosa serta pokok semua bala adalah tidak menyamai zarah sarmadi yang diberikan kepada ahli iman di akhirat. Justeru itu, di manakah hakikat yang paling benar dan sungguh ini? dan di manakah arti yang dipahami oleh ahli ilhad yang tidak insaf? Di manakah arti yang disangka sebagai paling mujazafah dan mubalaghah oleh para ahli ilhad yang tidak insaf?


Malah salah satu perkara yang disangka sebagai mubalaghah bahkan mustahil dan disangka sebagai mujazafah oleh golongan ilhad yang tidak insaf adalah riwayat-riwayat yang datang berkenaan dengan pahala amalan dan tentang fadhilah sebagian surah. Contoh: Terdapat riwayat bahawa surah al-Fatihah mempunyai pahala seperti al-Quran, Surah Ikhlas sepertiga al-Quran, Surah [ اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ ] seperempat. Surah [ قُلْ يَا اَيُّهَا الْكَافِرُونَ ] seperempat. Surah [يٰسٓ] Yasin adalah sepuluh kali lipat al-Quran. Maka orang-orang yang tidak insaf dan berhati-hati telah berkata bahwa ini adalah mustahil. Karena di dalam al-Quran terdapat Yasin dan surah-surah lain yang ada fadhilah. Sebab itu riwayat tersebut tidak memberi arti apa-apa. 


160. Page

Jawaban: Hakikatnya adalah seperti berikut. Setiap huruf al-Quranul Hakim mempunyai satu pahala dan satu kebaikan. Dari kelebihan Ilahi, pahala huruf-huruf itu bercabang. Kadang-kadang jadi sepuluh pahala, kadang-kadang tujuh puluh, kadang-kadang tujuh ratus (seperti huruf-huruf Ayatul Kursi), kadang-kadang seribu lima ratus (seperti huruf-huruf Surah al-Ikhlas), kadang-kadang sepuluh ribu (seperti ayat-ayat yang dibaca di malam-malam suci dan ketika bertemu dengan waktu-waktu yang makbul) dan kadang-kadang tiga puluh ribu (seperti benih hasyhasy yang banyak dan seperti ayat-ayat yang dibaca di malam Lailalatul Qadar).


Dengan isyarat bahwa ia menyamai seribu bulan, dipahami bahwa pada malam itu satu hurufnya mempunyai tiga puluh ribu pahala. Karena bersama dengan penggandaan pahala al-Quranul Karim, sudah tentu ia tidak mungkin dan tidak dapat dibandingkan. Bahkan pahala sesungguhnya antara sebagian dengan sebagian surat dapat dibandingkan.


Contoh: Kita andaikan sebuah ladang yang ditanam dengan seribu butir benih jagung. Seandainya kita memperkirakan sebagian bijinya menumbuhkan tujuh tangkai, dan pada setiap tangkai terdapat seratus biji, waktu itu satu biji adalah sama dengan dua pertiga ladang tersebut. Contoh: Sebiji telah menumbuhkan sepuluh tangkai, pada setiap setangkai terdapat dua ratus biji, waktu itu sebiji adalah dua kali lipat ladang tersebut. Dan kiaskanlah seterusnya seperti itu.


Sekarang, kita menggambarkan al-Quranul Hakim sebagai sebuah ladang samawi yang suci. Maka setiap hurufnya ibarat sebutir benih menurut pahalanya. Tangkai-tangkainya tidak dihitung. Surah yang diriwayatkan tentang fadhilahnya seperti Yasin, al-Ikhlas, al-Fatihah, [اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ ] dan [قُلْ يَا اَيُّهَا الْكَافِرُونَ] bisa dibandingkan dengan surah dan ayat-ayatnya.


Contoh: Karena huruf al-Quranul Hakim tiga ratus ribu enam ratus dua puluh, Surah al-Ikhlas bersama dengan Basmalah enam puluh sembilan. Tiga kali lipat dari enam puluh sembilan ialah dua ratus tujuh huruf. Artinya, pahala setiap huruf surah al-Ikhlas menghampiri seribu lima ratus. Seandainya jumlah huruf surah Yasin diperkirakan, kemudian dibandingkan dengan himpunan huruf-huruf di dalam al-Quranul Hakim dan seandainya sepuluh kali lipat pertambahannya diperhatikan, ia akan menghasilkan hasil berikut: Setiap huruf surah Yasin memiliki lebih kurang lima ratus pahala. Yakni bisa dihitung kebaikan sebanyak itu. Maka dengan mengkiaskannya kepada ini, seandainya anda bisa melakukannya kepada yang lainnya juga, kamu akan memahami betapa ia adalah hakikat yang sangat latif, indah, benar dan tanpa mujazafah.


Dasar Kesepuluh: Sebagaimana terjadi terhadap kebanyakan makhluk, terdapat sebagian manusia yang luar biasa pada perbuatan dan amalannya. Seandainya para pakar itu maju dalam kebaikan, maka mereka menjadi kebanggaan golongan tersebut. Jika tidak, para pakar itu menjadi tempat melampiaskan kemarahan golongan tersebut. Mungkin mereka ini bersembunyi. Seolah-olah mereka adalah ibarat peribadi maknawi dan tujuan hayalan. Setiap pakar berusaha untuk membuktikan keahliannya agar dia dapat dipandang oleh kaumnya. Artinya, peribadi mutlak yang sempurna itu ditemui tidak muncul kepermukaan dan bisa dijumpai di setiap tempat. Berdasarkan penyembunyiannya itu, menurut akal dapat diperhitungkan berdasarkan keuniversalannya dalam bentuk perkara yang mungkin. Yaitu, setiap amal mungkin dapat memberikan hasil seperti berikut:


161. Page

Contohnya, Siapa mendirikan dua rakaat solat pada waktu tertentu, maka pahalanya seperti fardhu Haji. Sesungguhnya persamaan dua rakaat sholat pada waktu tertentu dengan satu fardhu Haji ialah hakikat. Makna pada setiap dua rakaat sholat ini adalah mungkin dari segi keuniversalannya. Berarti, hakikat riwayat-riwayat jenis ini bukanlah benar-benar konsisten dan menyeluruh. Karena memperhatikan menerima pengertian demikian ada syarat-syaratnya, maka ia mengeluarkan (riwayat tersebut) dari keuniversalan dan kelangsungan. Bahkan apakah ia mesti sementara dan mutlak ataupun mungkin dan menyeluruh. Artinya keunivarsalannya dalam Hadis-hadis jenis ini berdasarkan kemungkinan.


Contoh lain: Perbuatan mengumpat seperti pembunuhan.Artinya dalam perbuatan mengumpat terdapat sesuatu seperti pembunuhan yang lebih berbahaya dari racun.


Contoh: Suatu kata-kata yang baik menyamai sedekah agung seperti memerdekakan seorang budak. Sekarang untuk mendorong sosok sempurna yang tersembunyi itu, dengan memperlihatkan kemungkinan keberadaannya di setiap tempat dalam bentuk yang mutlak dalam bentuk yang waqi’, ialah dorongan kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Di samping itu, perkara-perkara alam abadi tidak bisa diukur melalui ukuran alam ini. Yang paling besar di sini tidak akan sama dengan benda yang paling kecil di sana. Karena pahala untuk suatu amal merujuk kepada alam tersebut, maka pandangan duniawi kita menjadi sempit untuknya. Kita tidak dapat memahaminya melalui akal kita.

Contoh:

 مَنْ قَرَاَ هٰذَا اُعْطِىَ لَهُ مِثْلُ ثَوَابِ مُوسَى وَ هَارُونَ

 يعني اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ السَّمٰوَاتِ وَ رَبِّ الْاَرَضِينَ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِى السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ السَّمٰوَاتِ وَ رَبِّ الْاَرَضِينَ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَلَهُ الْعَظَمَةُ فِى السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

 وَلَهُ الْمُلْكُ رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Riwayat seperti di ataslah yang paling banyak menarik perhatian orang yang tidak insaf dan tidak teliti. Hakikatnya adalah seperti berikut: Di dunia, melalui pandangan kita yang sempit, dan pikiran kita yang kecil, sebanyak apakah pahala Nabi Musa dan Harun yang kita bayangkan dan kita ketahui? Di alam abadi, boleh jadi hakikat pahala yang akan diberikan oleh ar-Rahimul Mutlaq kepada wirid seorang hamba-Nya yang di dalam kepentingan yang tidak ada ujungnya dalam kebahagiaan abadi bisa jadi sama dengan pahala yang masuk ke dalam lingkungan ilmu dan perkiraan kita terhadap dua orang Nabi itu.


Contoh: Seorang Badwi yang kolot tidak pernah melihat Sultan. Dia tidak tahu tentang kehebatan kerajaan. Sebagaimana dia membayangkan seorang pengetua di kampung maka melalui pikirannya yang terbatas itu dia menganggap bahwa Sultan hanya lebih besar sedikit dari ketua kampung.





162. Page

Bahkan, terdapat satu golongan yang jujur di kalangan kita suatu masa dahulu pernah berkata: “Sesungguhnya ketua kami mengetahui apakah yang dilakukan oleh Sultan di tepi dapurnya sendiri dan di depan periuknya yang digunakan untuk memasak sup bulgur".” Artinya mereka membayangkan bahwa Sultan dalam keadaan yang amat sempit dan dalam bentuk yang biasa seperti itu maka baginda memasak supnya sendiri. Seolah-olah mereka mengandaikan baginda adalah sehebat seorang kapten tentara.


Sekarang, jika seseorang berkata kepada salah seorang darinya: “Seandainya kamu melakukan kerja ini untuk saya hari ini, saya akan memberikan kehebatan seperti kehebatan seorang sultan yang kamu ketahui. Yaitu, saya akan memberikan satu pangkat seperti seorang kapten. Kata-kata itu ialah hakikat. Karena, apa yang masuk ke dalam lingkungan pikirannya yang sempit dari kehebatan sultan hanyalah dorongan seorang kapten. Maka, dengan pikiran kita yang sempit, kita tidak dapat memikirkan hakikat pahala yang menghadap ke akhirat walaupun tingkat (pemahaman) orang badwi itu melalui pandangan dunia. Ini bukanlah membandingkan pahala hakiki Nabi Musa ‘Alaihis salam dan Nabi Harun ‘Alaihis salam yang kita tidak ketahui karena, menurut kaedah (tasybih) penyamaan, perkara yang tidak diketahui boleh dikiaskan dengan perkara yang diketahui. Bahkan melalui pahala mereka yang dibandingkan, yang kita ketahui dan masuk ke dalam anggaran kita ialah pahala hakiki untuk membalas satu wirid seorang hamba mukmin yang tidak kita ketahui. Malah permukaan laut dengan tetesan mata air sama dari segi pantulan matahari. Namun perbedaannya pada caranya. Perihal pahala yang memantul ke kaca roh Nabi Musa dan Harun ‘Alaihimassalam seperti laut adalah perihal pahala yang sama yang diperoleh dari satu ayat oleh seorang hamba mukmin yang ibarat satu titisan air. Mereka sama dari segi keadaan dan bilangan. Caranya bergantung kepada kemampuan. Kadang-kadang bisa terjadi bahwa satu kalimah dan satu tasbih bisa membuka satu khazanah kebahagiaan yang tidak pernah dibuka dengan bakti selama enam puluh tahun. Artinya, berlaku sebagian kondisi, di mana satu ayat bisa memberi manfaat sebanyak al-Quran. Bahkan Limpahan Ilahi yang diterima oleh Rasulullah Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam yang merupakan penerima Ismul A’zam pada satu ayat mungkin bisa menjadi sebanyak semua limpahan seorang Rasul. Jika seorang mukmin yang menjadi penerima bayangan Ismul A’zam melalui warisan Muhammad, dikatakan mengambil pahala sebanyak limpahan seorang nabi menurut bilangan berdasarkan kemampuannya sendiri, maka ia tidak akan menyalahi hakikat. Bahkan pahala dan fadhilah juga dari alam nur. Sebuah alam dari alam itu bisa memuat sebutir zarah. Ia seperti secebis kaca yang sebesar zarah dapat dilihat bersama-sama dengan bintang-bintang di langit. Begitu juga dalam satu zikir atau ayat yang melahirkan kekuatan melalui niat yang suci, pahala dan fadhilah nurani sebesar langit bisa memasukinya.


Kesimpulan: Wahai orang yang tidak insaf, tidak teliti, iman yang lemah, falsafahnya kuat, mementingkan diri dan suka mengkritik! Perhatikanlah kepada sepuluh dasar ini. Kemudian, janganlah menegakkan jari bantahanmu yang bisa memberi kemudaratan kepada Hadis-hadis yang mulia dan secara tidak langsung kepada martabat kemaksuman Rasulullah Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan menjadikan satu riwayat yang kamu rasakan menyalahi hakikat dan secara pasti bertentangan dengan waqi’ sebagai alasan!


163. Page

Karena, mula-mula sepuluh lingkungan sepuluh dasar itu dapat menghindarkanmu dari keengkaran. “Seandainya terdapat kekurangan yang hakiki, maka ia adalah kekurangan kami,” kata mereka. “Tidak mungkin ia merujuk kepada Hadis. Namun sekiranya ia tidak hakiki, ia adalah milik kelemahan kepahamanmu,” ujar mereka lagi. Hasilnya: Untuk terus kepada keengkaran dan penolakan (seseorang itu) perlu mendustakan dan membatalkan sepuluh dasarl itu. Sekarang jika keinsafanmu ada, setelah memikirkan sepuluh dasar ini dengan penuh ketelitian, maka janganlah bertindak untuk mengingkari satu hadis yang akalmu rasakan menyalahi hakikat itu. Katakanlah apakah ada tafsirannya ataupun ada takwilannya ataupun ada penjelasannya. Janganlah pula kamu mengkritiknya.


Dasar Kesebelas: Terdapat ayat mutasyabihat dalam al-Quranul Hakim. Ia membutuhkan takwil. Ataupun menghendaki penerimaan yang mutlak. Hadis-hadis juga mempunyai permasalahan seperti ayat mutasyabihat dalam al-Quran. Kadang-kadang ia membutuhkan tafsiran dan penjelasan yang sangat teliti. Kalian boleh mencukupkan dengan perumpamaan-perumpamaan sebelum ini. Ya, sebagaimana orang yang begadang malam boleh menjelaskan mimpi orang yang tidur, begitu jugalah kadang-kadang, orang yang terlena dapat mendengar kata-kata orang yang berbicara di sampingnya tetapi ia memberikan arti dalam bentuk yang sesuai dengan alam tidurnya. Begitu juga wahai orang tidak insaf yang ditidurkan dalam keterlenaan, kelalaian dan falsafah! Janganlah mengingkari apa yang telah dilihat oleh dzat yang menlahirkan hukum مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى dan تَنَامُ عَيْنِى وَلاَ يَنَامُ قَلْبِى, sungguh terbangun dan sadar di dalam mimpimu sendiri, tetapi tafsirkanlah ia. Ya, jika seekor nyamuk menggigit seseorang yang sedang tidur, kadang-kadang sebagian hakikat tidur menganggapnya seolah-olah dia mendapat luka dalam peperangan yang dahsyat. Seandanya dia ditanya, dia akan berkata: “Saya memang telah cedera. Meriam dan senapan telah ditembakkan ke arah saya.” Mereka yang duduk di sampingnya mentertawakan kesengsaraannya di dalam tidur. Karena pandangan kelalaian dan pikiran falsafah yang bercampur dengan tidur ini tentunya tidak dapat menjadi pengukur kepada hakikat nubuwwah (kenabian).    


Dasar Kedua Belas: Karena pandangan kenabian, tauhid dan keimanan melihat kepada keesaan, akhirat dan Uluhiyyah, maka ia melihat hakikat menurut kondisi seperti itu. Pandangan ahli falsafah dan hikmah melihat kathrah (banyak perkara), asbab dan tabiat maka mereka melihat sesuai kondisinya. Titik pandangan sangat jauh antara satu dengan yang lain. Dalam tujuan-tujuan ahli Usuluddin dan Ulama’ Ilmu Kalam, satu tujuan ahli falsafah yang paling besar adalah kecil dan tidak penting pada tahap tidak kelihatan.Karena itulah dalam memperincikan perihal maujudat dan hal-hal yang halus, ahli hikmah sangat maju ke depan. Tetapi mereka sangat mundur dalam ilmu-ilmu tinggi Ilahi dan Ukhrawi yang merupakan hikmah hakiki sehingga mereka lebih mundur dari seorang mukmin yang paling biasa. Orang yang tidak memahami rahasia ini menganggap para pengkaji Islam adalah mundur dibanding dengan bijak pandai yang lain. Apakah mereka yang tenggelam dalam perkara yang keliru mampu mengatasi orang-orang yang sampai kepada tujuan-tujuan tinggi yang suci melalui warisan kenabian? Bahkan apabila satu perkara dipandang melalui dua pandangan, ia memperlihatkan dua hakikat yang berbeda. Kedua-duanya bisa menjadi hakikat. Tiada satupun hakikat qat’i ilmu sains yang dapat menggugat hakikat-hakikat suci al-Quran. Tangan ilmu sains yang pendek tidak dapat mencapai ujung pakaian al-Quran yang suci dan mulia. Sebagai contoh, kami akan menyebutkan satu perumpamaan:


164. Page

Seandainya bola bumi dilihat melalui pandangan hikmah, hakikatnya adalah seperti berikut: Ia seperti sebuah planet sederhana yang berputar di keliling matahari di lingkaran bintang-bintang yang tidak terhitung. Jika dibandingkan dengan bintang-bintang, ia adalah makhluk yang kecil. Tetapi apabila ia dipandang menerusi pandangan ahli al-Quran, sepertimana telah diterangkan dalam Kalimah Kelima Belas, hakikatnya adalah seperti berikut: Insan yang merupakan buah alam adalah mukjizat qudrat yang paling lengkap, unggul, lemah, daif dan latif. Bumi yang merupakan buaian dan tempat tinggalnya, bersama dengan kekerdilannya dan kehinaannya dibanding dengan langit dari segi maddi (materi), dari segi arti dan penciptaan, ia adalah jantung seluruh alam semesta, pusatnya. Pentas dan tempat pameran semua mukjizat seni penciptaan. Penerima dan paksi semua tajalli nama-Nya. Tempat berhimpun dan pantulan perbuatan Rabbani yang tidak pernah berhenti, sebab pewujudan makhluk Ilahi terutama tumbu-tumbuhan dan hewan dari jenis-jenis kecilnya yang banyak dengan penuh sifat pemurah. Tempat contoh dalam ukuran yang kecil bagi masnuat di alam akhirat yang sangat luas. Laboratorium yang menghasilkan jalinan keabadian dengan cepat. Tempat peniruan bandingan kesarmadian yang cepat berubah dan kebun dan tempat tunas yang sempit dan sementara bagi benih-benih kebun kekal yang cepat berputik. Karena dari keagungan maknawi dan kepentingan penciptaan bumi ini, maka al-Quran menyamakan bumi yang ibarat buah kecil bagi sebatang pohon besar yang dibandingkan dengan langit seperti menyamai hati yang kecil kepada hati yang besar terhadap seluruh langit. Al-Quran meletakkan bumi di atas daun timbangan di sebelah dan seluruh langit di sebelah yang satu lagi. Al-Quran secara berulangkali menyebut رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَ الْاَرْضِ. Justeru kiaskanlah masalah-masalah lain dengan perkara ini dan pahamilah bahwa hakikat-hakikat falsafah yang tiada roh dan gelap tidak dapat menghancurkan dan menantang hakikat-hakikat al-Quran yang terang dan mempunyai roh. Oleh sebab titik pandangan adalah berbeda maka ia kelihatan berbeda-beda.


Dahan Keempat:

]اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِى السَّمٰوَاتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ[

صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظ۪يمُ

Kami akan memperlihatkan hanya satu permata dari khazanah ayat yang besar dan luas di atas. Seperti berikut: Al-Quranul Hakim secara terang-terangan menyatakan bahwa semua benda dari langit ke bumi, bintang sampai lalat, dari malaikat sampai ikan, dari planit sampai zarah; bersujud, beribadat, memuji dan bertasbih kepada Allah Taala. Tetapi berdasarkan kepada nama-nama yang diterima dan kemampuan mereka, ibadat mereka adalah berbeda-beda dan bermacam-macam. Kami akan menerangkan satu jenis keanekaan ibadat mereka melalui satu perumpamaan.


Contoh: وَلِلّٰهِ الْمَثَلُ الْاَعْلَى ketika dzat al-Malikul Mulki yang agung membangun sebuah kota besar atau sebuah istana yang hebat, dzat itu menggunakan dan mengerahkan empat Kelompok petugas.

165. Page

Kelompok pertama ialah para tawanan dan budak-Nya. mereka tidak mendapat gaji atau upah. Bahkan mereka mendapat kelezatan khusus dan kesenangan yang sangat menggembirakan pada setiap tindakan yang dilakukan mereka atas perintah tuan mereka. Apa pun pujian dan penjelasan yang disampaikan berkenaan tuan mereka akan menambah kelezatan dan kesenangann mereka. Dengan mengetahui bahwa mereka bergantung kepada tuannya yang suci dan merupakan kemuliaan yang besar mereka dan mereka puas dengan itu, maka apabila mereka melaksanakan tugasnya atas nama, untuk dan melalui pandangan tuan itu, mereka menemui kelezatan yang maknawi. Maka mereka tidak membutuhkan bayaran, upah dan gaji.


Kelompok kedua ialah sebagian petugas yang buta. Mereka tidak tahu untuk apakah mereka bekerja. Bahkan al-Malik Zi Sha’n itu mempergunakan mereka lalu memperkerjakan mereka mengikut pikiran dan ilmu-Nya. Dia juga memberi mereka bayaran juz’i yang sesuai. Para petugas itu tidak tahu apakah jenis tujuan menyeluruh dan maslahat tinggi yang direncanakan dengan pekerjaan mereka. Bahkan sebagian mereka menganggap bahwa tugasnya adalah milik mereka sendiri dan tidak ada tujuan lain selain dari upah dan gaji itu.


Kelompok ketiga ialah sebagian hewan bagi al-Malikul Mulki itu. Dia mengerah hewan-hewan itu pada sebagian pekerjaan dalam pembangunan kota dan istana itu. Dia hanya memberikan mereka bekatul. Tugas mereka disesuaikan menurut kemampuan mereka. Karena, jika kemampuan dan persediaan sesuai dengan tugas-tugs yang diberikan niscaya ia akan bernafas dengan senang. Memberikan kelezatan dan semua kelezatan pada segala tindakan adalah dari rahasia ini. Maka upah dan gaji bagi para petugas bagian ini hanyalah bekatul dan kelezatan maknawi ini. Mereka sudah puas dengan itu.


Kelompok keempat ialah para pekerja seperti berikut: Mereka tahu apa yang mereka lakukan, mengapa mereka melakukannya, untuk siapa mereka bekerja, mengapa pekerja lain bekerja, apakah tujuan al-Malikul Mulki itu dan mengapa Dia menyuruhnya bekerja. Justeru, para pekerja yang seperti ini mengetuai dan memantau para pekerja lain. Mereka memiliki gaji peringkat demi peringkat berdasarkan tingkat pendidikan dan pangkat mereka. Sama seperti ini, Rabbul ‘Alamin yang merupakan al-Malik Dzul Jalal langit dan bumi serta al-Bani Zuljamal dunia dan akhirat mempergunakan para malaikat, hewan, benda-benda mati, tumbuhan dan manusia bukanlah untuk keperluan ini kerana Dialah al-Khaliq setiap benda. Bahkan untuk sebagian hikmah seperti kemuliaan, keagungan dan rububiyyah di istana alam semesta ini di dalam lingkungan asbab. Dia mengerahkan mereka beribadat. Dia telah menugaskan empat kumpulan ini dengan tugas ubudiyyah yang berlainan.







166. Page

Bagian pertama seperti budak adalah para malaikat. Para malaikat tidak ada peningkatan melalui mujahadah (perjuangan). Bahkan masing-masing mempunyai maqam yang tetap dan jabatan yang tertentu. Tetapi mereka memiliki satu kelezatan khusus pada tugas yang sama. Mereka memiliki limpahan berdasarkan darjat mereka dalam ibadat yang sama. Artinya, ganjaran bagi para petugas-Nya itu adalah di dalam pengabdian mereka. Sebagaimana manusia mengambil manfaat dan menikmati air, udara, cahaya dan makanan, begitu juga para malaikat mengambil manfaat dan menikmati cahaya zikir, tasbih, tahmid, ibadat, makrifah dan mahabbah. Karena mereka adalah makhluk yang terjadi dari cahaya, maka nur cukup untuk santapan mereka. Bahkan bau wangi yang dekat kepada nur adalah sejenis santapan mereka kerana mereka tertarik dengannya. Ya, roh-roh yang suci menyukai bau wangi.


Para malaikat, dalam tugas-tugas yang mereka lakukan adalah karena perintah al-Ma’bud mereka, pada tugas yang mereka laksanakan untuk-Nya, dalam pengabdian yang mereka jalankan dengan nama-Nya, dalam pemantauan yang mereka lakukan melalui pandangan-Nya, dalam kemuliaan yang mereka peroleh melalui ketergantungan kepada-Nya, dalam suka ria yang mereka dapat dengan memutalaah alam mulk dan malakut-Nya dan dalam kenikmatan yang mereka kecapi dengan menyaksikan tajalli keindahan dan ketinggian-Nya terdapat suatu kebahagiaan yang tidak dapat difahami oleh akal manusia dan tidak dapat diketahui oleh siapapun yang bukan malaikat. Sebahagian malaikat ialah ahli ibadah. Ubudiyyah sebahagian lagi ialah pada amalan mereka. Bahagian pekerja malaikat bumi satu jenisnya adalah seperti manusia. Jika boleh diungkapkan, mereka melakukan sejenis tugas peternakan. Satu kumpulan lagi pertanian. Yakni, muka bumi ialah sebuah ladang yang umum. Seorang malaikat diwakilkan untuk memantau semua kelompok hewan di dalamnya melalui perintah, keizinan dan atas nama al-Khaliq Dzul Jalal. Dengan upaya dan kuasa-Nya. Yang lebih kecil darinya terdapat malaikat yang diwakilkan untuk melakukan sejenis peternakan yang khusus kepada setiap jenis hewan. Di samping itu, muka bumi ialah sebuah ladang. Semua tumbuhan ditanam di dalamnya. Maka terdapat seorang malaikat yang diwakilkan untuk memantau semuanya dengan nama dan kuasa-Nya. Terdapat juga para malaikat yang beribadat dan bertasbih kepada Allah Taala dengan memantau sebuah kelompok yang khusus. 










167. Page

Malaikat Mikail ‘Alaihissalam yang merupakan salah seorang dari penanggung takhta (urusan) rezeki merupakan pemantau terbesar bagi mereka. Para malaikat yang menjalankan tugas sebagai peternak dan petani tidak menyerupai manusia. Karena pemantauan mereka semata-mata untuk Allah Taala, dengan Nama-Nya, kuasa-Nya dan perintah-Nya. Bahkan pemantauan mereka terdiri dari tugas menyaksikan tajalli Rububiyyah pada kelompok yang ditugaskan, mengkaji jilwah Qudrat dan Rahmat pada kelompok itu, mengilhamkam perintah-perintah Ilahi kepada kelompok itu dan menyusun perbuatan berbentuk pilihan bagi kelompok tertentu itu. Terutamanya pemantauan mereka kepada tumbuhan di ladang di muka bumi, adalah mewakili tasbih maknawi mereka melalui lidah malaikat, mengumumkan tahiyyat maknawi mereka yang dipersembahkan kepada al-Fatir Dzul jalal melalui kehidupan mereka, menggunakan peralatan yang diberikan kepada mereka dengan baik, menghadapkan dan menyusun peralatan-peralatan itu kepada sebahagian tujuan. Pengabdian para malaikat ini adalah sejenis usaha melalui juzuk pilihan mereka. Bahkan sejenis ubudiyyah dan ibadah. Mereka tidak mempunyai tindak-tanduk sendiri. Karena pada setiap benda terdapat cap yang khusus bagi al-Khaliqu Kulli syai’. Selain-Nya tidak dapat mencampuri jemari-Nya untuk mewujudkan. Artinya pekerjaan-pekerjaan malaikat yang seperti ini adalah ibadah mereka, bukannya adat mereka seperti (yang berlaku pada) manusia.


Petugas bagian kedua di istana alam semesta ini ialah hewan. Hewan, karena mereka merupakan makhluk yang ada keinginan dan ada juzuk pilihan, maka kerja mereka tidak menjadi ikhlas karena Allah. Mereka memberikan sedikit kontribusi untuk nafsu mereka. Karena itu al-Malikul Mulki Dzul Jalali wal Ikram adalah al-Karim, memberikan satu upah untuk nafsu mereka Dia mengurniakan satu gaji kepada mereka ganjaran atas tugas mereka. Contoh: Burung Bulbul[1] yang masyhur. Al-Fatirul Hakim menggunakan hewan kecil yang terkenal dengan kerinduannya kepada bunga mawar itu untuk lima tujuan.


Pertama: Atas nama kelompok hewan, ia adalah petugas yang mengumumkan hubungan yang erat terhadap kelompok tumbuhan.


Kedua: Sebagai khatib Rabbani dari kalangan hewan yang ibarat para tetamu ar-Rahman yang berhajat kepada rezeki yaitu dengan menghargai hadiah-hadiah yang dikirim dari ar-Razzaqul Karim, ia ditugaskan untuk menunjukkan rasa keriangan.


Ketiga: Memperlihatkan penerimaan baiknya kepada tumbuhan yang dikirim untuk membantu golongannya di depan semua makhluk.


Keempat: Menjelaskan tentang kepentingan yang tinggi, yang merupakan penghubung kepada derjat kerinduan bangsa hewan terhadap tumbuhan di hadapan wajah tumbuhan yang cantik di atas kepala mereka yang mulia.


Kelima: Mempersembahkan tasbih yang paling latif ke hadirat belas kasihan al-Malikul Dzul Jalali wal Jamali wal Ikram dalam kebahagiaan yang paling latif dengan wajah yang paling latif seperti bunga mawar. Justeru, terdapat juga makna-makna lain seperti lima tujuan ini. Arti

[1] Oleh kerana bulbul berbicara bagaikan puisi, perbincangan kami ini juga bagaikan puisi. Bukan hayalan tetapi adalah hakikat..

168. Page

dan tujuan-tujuan ini ialah tujuan tugas yang dilaksanakan oleh bulbul atas nama Allah Subhanahu wa Taala.


Bulbul berbicara dengan bahasanya sendiri. Kita memahami arti tersebut dari siulannya yang sayu. Walaupun ia sendiri tidak memahami arti alunannya sendiri secara keseluruhan sepertimana para malaikat dan rohaniyyin pahami, ia tidak membahayakan kepahaman kita. Sudah menjadi biasa yang mendengar adalah lebih paham dari yang menyanyi. Walaupun Bulbul tidak mengetahui tujuan-tujuannya dengan terperinci, ia tidak menjadi petunjuk kepada ketiadaannya. Paling kurang ia memberitahu waktu-waktunya kepadamu bagaikan jam walaupun dirinya sendiri tidak tahu apa yang ia lakukan. Ketidaktahuannya tidak memudaratkan apa yang telah kamu ketahui.


Tetapi gaji juz’i bulbul itu ialah kelezatan yang diperolehnya dengan menyaksikan bunga-bunga mawar yang tersenyum dan tertawa dan kelezatan yang di ambilnya dengan berbicara, dan mencurahkan deritanya dengan kuntum-kuntum mawar yang indah itu. Artinya lagu-lagunya yang sayu itu bukanlah keluhan yang datang dari kesengsaraan hewan bahkan alunan kesyukuran di atas kurniaan ar-Rahman. Kiaskanlah bulbul hewan-hewan lain seperti nahli, fahli, ankabut dan namli yaitu lebah, hewan-hewan jantan yang menjadi perantara zuriat, labah-labah, semut, serangga dan hewan-hewan kecil lain dengan bulbul. Seperti burung bulbul, tugas setiap mereka mempunyai tujuan yang banyak. Karena itu, maka suatu kelezatan khusus masing-masing ibarat gaji juz’i telah disertakan dalam khidmat mereka. Melalui kelezatan itu mereka mengabdi untuk tujuan-tujuan penting pada ciptaan seni Ilahi. Sebagaimana pengemudi dalam bahtera Sultan mendapat gaji yang juz’i, begitu juga semua hewan yang ada dalam pengabdian as-Subhan ini mempunyai gaji juz’i yang tersendiri.


Pelengkap pembahasan tentang Bulbul:

 Awas jangan sekali-kali menyangka bahwa pengumuman, tugas penyiar, nyanyian dengan alunan tasbih ini hanya khusus kepada burung bulbul. Bahkan bagi kebanyakan jenis terdapat satu kumpulan yang seperti bulbul bagi setiap jenis yang mana terdapat satu pakarnya atau pakar-pakar yang akan mewakili perasaan-perasaannya yang paling latif (lembut) melalui tasbih yang paling latif dan irama kicauan yang paling latif. Terutamanya bulbul serangga dan ulat, banyak dan bermacam jenis sehingga dapat mendengarkan tasbih mereka oleh semua yang mempunyai telinga dari hewan yang paling kecil sehingga yang paling besar dengan irama kicauan yang indah lalu mereka menikmatinya. Sebagian mereka merupakan jenis yang begadang malam. Mereka merupakan juru puisi yang mesra untuk semua hewan kecil yang telah hanyut dalam kesepian dan masuk dalam kesunyian di waktu malam, jurubicara yang manis kata-kata bagi mereka yang masuk dalam kesunyian malam dan dalam kesepian maujudat. Mereka ialah qutub dalam daerah zikir tersembunyi yang dalam majlis suluk itu yang setiap mereka mendengarnya. Mereka berzikir dan bertasbih kepada al-Fatir Dzul Jalal mereka dengan hati mereka sendiri.


Satu bagian lagi merupakan jenis yang piket di waktu siang. Mereka mengumumkan rahmat ar-Rahmanur Rahim di atas mimbar-mimbar pepohonan di siang hari, di atas kepala semua benda hidup, di musim panas dan bunga melalui laungan mereka yang nyaring, dengan alunan yang latif, dan dengan kicauan tasbih.


169. Page

Seolah-olah, bagaikan seorang ketua halaqah zikir secara jahar (jelas) mereka membangkitkan rasa juzbah pada mereka yang mendengar. Lalu tiap-tiap yang mendengar mulai berzikir kepada al-Fatir Dzul Jalal melalui lisan yang khusus dan dengan suara yang tertentu. Artinya setiap jenis maujudat bahkan bintang-bintang juga mempunyai ketua zikir dan bulbul yang memancarkan cahaya. Tetapi, bulbul yang paling utama, paling mulia, paling bercahaya, terang, agung dan tinggi, dari segi suara yang paling lantang, sifat yang paling terang, zikir yang paling sempurna, syukur paling umum, perihal yang paling lengkap, rupa yang paling indah di taman alam semesta, yang membawa semua maujudat bumi dan langit kepada wajd dan juzbah melalui alunannya yang latif, nyanyiannya yang merdu dan tasbihnya yang tinggi, ialah andalib zisya’n dab bulbul pemilik al-Quran bani Adam iaitu Saidina Muhammad al-Arabi Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam.عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَمْثَالِهِ اَفْضَلُ الصَّلاَةِ وَ اَجْمَلُ التَّسْلِيمَاتِ


Hasilnya: Tasbih dan ibadah yang dilakukan oleh hewan-hewan yang mengabdi dalam istana alam semesta menjunjung perintah takwini dengan penuh ketaatan, lalu mengucapkan tujuan-tujuan dalam fitrah mereka dalam bentuk yang baik dan dengan nama Allah Taala, dan melaksanakan tugas kehidupan mereka dalam bentuk yang mengagumkan dengan cara menggunakan kekuatan Allah Taala merupakan hadiah dan tahiyyat yang dipersembahkan oleh mereka di hadapan gerbang al-Fatir Dzul Jalal dan al-Wahibul Hayat.


Bagian ketiga: Mereka ialah para pekerja yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati. Oleh sebab mereka tidak mempunyai juzuk ikhtiyar, mereka tidak mendapat gaji. Tugas  mereka ikhlas karena Allah dan melalui iradah dan nama Allah Taala dan atas nama dan dengan kuasa dan kekuatan-Nya. Tetapi dapat dirasakan dari perkembangan tumbuh-tumbuhan bahwa terdapat sejenis kelezatan pada tugas berbunga dan pertumbuhan dan pada pentarbiahan buah-buahan. Tetapi mereka langsung tidak merasa apa-apa kesakitan. Karena hewan adalah terpilih, bersama dengan kelezatan terdapat juga kesakitannya. Tidak ada pilihan dalam pekerjaan benda-benda mati dan tumbuh-tumbuhan, buktinya juga menjadi lebih sempurna dari pekerjaan hewan-hewan yang memiliki pilihan. Pekerjaan-pekerjaan makhluk yang diterangi dengan wahyu dan ilham seperti lebah, adalah lebih sempurna dari pekerjaan hewan dari kalangan yang mempunyai pilihan. Setiap kelompok tumbuhan di ladang muka bumi meminta dan berdoa kepada al-Fatirul Hakim melalui lisanul hal dan persediaan dan mereka berkata: “Ya Rabbana! (wahai Tuhan kami!) berikanlah kami kekuatan supaya kami dapat mengumumkan Kerajaan Rububiyyah-Mu melalui lidah kami dengan cara memancangkan panji kelompok kami di setiap sudut muka bumi dan berikanlah kami taufiq untuk beribadah kepada-Mu di setiap penjuru masjid muka bumi-Mu dan berikanlah kepada kami keizinan dan keupayaan mengembara untuk memasyhurkan ukiran Asmaul Husna-Mu, hasil seni-Mu yang unggul dan antik melalui lidah kami sendiri di setiap pelosok bumi-Mu yang seperti tempat pameran.”


Maka al-Fatirul Hakim menerima doa-doa maknawi mereka lalu memberikan sayap-sayap kecil dari bulu kepada benih-benih satu kelompok maka mereka terbang dan pergi ke seluruh tempat. Atas nama kelompok mereka, mereka membacakan nama-nama Ilahi. Seperti kebanyakan tumbuhan yang berduri dan sebagian benih bunga-bunga kuning. Kepada satu kumpulan lagi, Allah memberikan isi yang diperlukan oleh manusia ataupun akan disukainya. Allah menjadikan manusia sebagai khadamnya lalu manusia menanamnya di setiap tempat. Kepada sebagian kelompok yang lain juga, Allah memberikan isi yang akan ditelan oleh hewan 

170. Page

di atas tulang yang keras yang tidak akan hancur supaya hewan menyemainya di berbagai tempat. Kepada yang lain juga Allah memberikan cangkul-cangkul kecil lalu mereka melekat kepada setiap yang menyentuhnya. Dengan pergi ke tempat-tempat lain, mereka memancangkan panji kelompok mereka sendiri dan memamerkan hasil seni antik as-Sani’ Dzul jalal. Kepada satu kumpulan yang lain seperti tumbuhan yang dinamakan buah letup (Ecballium elaterium), Allah memberikan satu kekuatan seperti senapan berpeluru tabur yang apabila datang waktunya buahnya yang seperti timun kecil akan jatuh. Ia akan melemparkan dan menanam benih-benih kecilnya ke jarak beberapa meter seperti peluru. Mereka berusaha berzikir dan bertasbih kepada al-Fatir Dzul jalal melalui lidah-lidah yang banyak. Maka kiaskanlah yang seterusnya seperti itu.


Al-Fatirul Hakim dan al-Qadirul ‘Alim telah menjadikan, menyediakan semua benda dengan baik dengan penuh ketersusunan, memandunya kepada tujuan-tujuan yang indah, menugaskan dengan tugas-tugas yang baik lalu Dia memerintahkan tasbih-tasbih yang baik dilafazkan dan ibadah-ibadah yang indah dilaksanakan. Wahai manusia, jika kamu manusia, janganlah kamu mencampurkan tabiat, kebetulan, kesia-siaan dan kesesatan kepada tugas-tugas yang baik ini! Janganlah dungu dan melakukan kehodohan dan menjadi dungu!


Bahagian keempat: Manusia. Manusia yang seperti petugas di istana alam semesta ini menyerupai malaikat dan turut menyerupai hewan. Mereka menyerupai malaikat dalam ubudiyyah menyeluruh, pemantauan yang syumul, keluasan makrifah dan dalam tugas menjadi penyiar Rububiyyah. Bahkan insan lebih lengkap. Tetapi oleh sebab manusia mempunyai nafsu yang jahat dan bersyahwat, tidak seperti malaikat, maka manusia mempunyai peningkatan dan penurunan yang sangat getir. Di samping itu, karena manusia mencari peluang untuk nafsu dan upah untuk dirinya, mereka bagaikan hewan dalam tindakannya, maka, manusia mempunyai dua jenis gaji. Yang pertama berbentuk juz’i, hewani dan disegerakan. Yang kedua berbentuk malaki (kemalaikatan), menyeluruh dan ditangguhkan. Sekarang tugas, gaji, peningkatan dan penurunan manusia telah disebutkan dalam dua puluh tiga kalimah yang lepas. Terutama ia lebih banyak diterangkan dalam Kalimah Kesebelas dan Kedua Puluh Tiga. Untuk itu, dengan meringkaskannya di sini, kami menutup pintu. Dengan doa semoga al-Arhamurrahimin membuka pintu-pintu rahmat kepada kita dan mengiringkan taufiq-Nya kepada penyempurnaan kalimah ini, dengan memohon keampunan bagi kekurangan dan kesalahan kita, kami menamatkannya.



Dahan Kelima:

Dahan kelima ini mempunyai lima biji buah.

Buah Pertama: Wahai diriku yang menyembah nafsu dan wahai sahabatku yang menyembah dunia! Rasa cinta adalah salah satu sebab kewujudan alam semesta ini dan pengikat alam semesta ini. Nur dan juga nyawanya. Oleh kerana manusia ialah buah alam semesta yang paling lengkap, maka rasa cinta yang akan menguasai alam semesta yang merupakan benih buah itu telah disemai di dalam hatinya. Justeru, hanya yang memiliki kesempurnaan yang tidak ada ujungnya yang layak kepada rasa kasih yang demikian


171. Page

Wahai nafsu dan wahai teman! Dua peralatan yang akan menjadi alat kepada rasa takut dan rasa cinta telah diletakkan dalam fitrah manusia. ‘Ala kulli hal, rasa cinta dan takut itu akan berfokus kepada makhluk atau al-Khaliq. Sedangkan rasa takut makhluk ialah satu cobaan yang menyakitkan. Rasa cinta kepada makhluk adalah musibah yang membawa bencana. Karena kamu takut dari makhluk-makhluk yang tidak pernah merasa belas kasih kepadamu dan tidak menerima pinta kasihmu. Justeru, rasa takut yang dalam keadaan itu ialah cobaan yang menyakitkan. Manakala rasa cinta , apakah benda yang kamu cintai tidak pernah mengenalimu lalu berlalu pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Seperti masa muda dan hartamu. apakah ia menghinamu karena rasa cintamu. Tidakkah kamu nampak bahwa sembilan puluh sembilan persen orang yang berada dalam cinta yang palsu mengadu tentang kekasihnya. Karena menyembah kekasih-kekasih duniawi yang seperti berhala melalui batin hati yang merupakan cermin as-Samad adalah berat pada menurut para kekasih itu dan tidak disenanginya dan ditolaknya. Karena fitrah selalu menolak dan menyisihkan perkara yang tidak fitri dan tidak sesuai (dengannya). Percintaan berdasarkan nafsu adalah di luar topik pembicaraan kita. Artinya, apa yang kamu sukai, apakah dia tidak mengenalmu ataupun ia menghinamu ataupun ia tidak mendampingimu. Bahkan ia berpisah darimu walaupun engkau tidak menyukainya.


Berpegang dengan kondisi diatas, maka menghadapkan rasa takut dan cinta ini kepada siapa yang menjadikan rasa takutmu merupakan perendahan diri yang lezat dan rasa cintamu ialah kebahagiaan yang tiada kehinaan. Ya, merasa takut kepada al-Khaliq Dzul jalal-mu adalah berarti menemui jalan menuju kasih rahmat-Nya lalu berlindung kepada-Nya. Rasa takut ialah seutas tali. Ia mencampakmu ke ribaan rahmat-Nya. Dimaklumi bahwa seorang ibu menakutkan anaknya lalu menariknya ke dalam dekapannya. Bagi anak itu, ketakutan itu adalah sangat lezat. Karena si ibu menariknya ke dalam dekapan kasihnya. Karena, rasa kasih semua ibu ialah satu kilauan rahmat Ilahi. Artinya dalam khaufullah (rasa takut kepada Allah) terdapat kelezatan yang agung. Memperhatikan terdapat kelezatan yang begitu dalam khaufullah, niscaya akan dimaklumi betapa tidak ada ujungnya kelezatan di dalam mahabbatullah. Malah siapa yang takut kepada Allah akan selamat dari ketakutan orang lain yang kasar dan bermusibah. Karena rasa cintanya kepada makluk adalah karena Allah, maka ia tidak menjadi sesuatu yang menyakitkan.


Ya, mula-mula manusia mencintai dirinya, kemudian dia mencintai saudara-saudaranya, bangsanya, kemudian makhluk yang bernyawa, seterusnya alam semesta dan dunia. Dia mempunyai hubungan dengan setiap lingkungan ini. Dia mungkin dapat merasa enak dengan kelezatan mereka dan sakit dengan kesakitan mereka.


Sedangkan, karena tiada sesuatu pun yang kekal di tempatnya di alam yang huru-hara dan di dalam putaran angin ini, maka hati manusia yang buntu selalu terluka.








172. Page

Manakala dengan benda-benda yang telah melekat di tangannya, apabila benda-benda itu pergi, tangannya terkoyak bahkan tercabut. Dia selalu berkeluh-kesah ataupun mabuk dengan kelalaian. Wahai diri! Jika kamu mempunyai akal, himpunlah semua rasa cinta itu dan berikanlah kepada pemilik yang sesungguhnya lalu bebaskanlah diri dari derita itu. Rasa cinta yang tidak ada ujungnya adalah khusus untuk Pemilik kesempurnaan dan keindahan yang tiada tara. Apabila kamu menyerahkannya kepada Pemilik yang sesungguhnya, waktu itu kamu bisa mencintai semua benda dengan nama-Nya karena ia adalah cermin-Nya tanpa keluh-kesah. Artinya rasa cinta ini tidak semestinya dimubazirkan kepada alam semesta semata. Jika tidak dapat menikmati kelezatan rasa cinta, maka ia menjadi niqmah (bala) yang paling menyakitkan.


Wahai diri! Kamu membuang-buang rasa cintamu untuk nafsumu sendiri. Kamu menjadikan nafsumu sembahan dan kekasih bagi dirimu sendiri. Kamu mengorbankan segalanya untuk nafsumu. Seolah-olah kamu memberikan sejenis rububiyyah kepadanya. Sedangkan rasa cinta apakah berasal dari kesempurnaan atau dari manfaat, ataupun kelezatan, atau kebaikan atau dicintai di bawah satu sebab seperti semua itu?. Sekarang, wahai diri! Kami telah menetapkan dalam beberapa kalimah bahwa perihal asalmu telah diadon dari kecacatan, kekurangan, kefakiran dan kelemahan supaya memperlihatkan keterangan cahaya berdasarkan ukuran tahap kegelapan, berdasarkan kaedah pertentangan, kamu menjadi cermin bagi kesempurnaan, keindahan, kekuasaan dan rahmat al-Fatir Dzul Jalal melalui sifat-sifat itu. Artinya, wahai diri! Kamu sepatutnya tidak mencitai nafsumu mestinya memusuhinya atau mengasihinya atau setelah ia menjadi mutmainnah (nafsu yang tentaram) kamu perlu menyayanginya. Jika kamu mencintai nafsumu disebabkan nafsu adalah sumber kelezatan dan manfaat, maka kamu juga akan terpesona dengan kesenangan kelezatan dan manfaat. Janganlah mengutamakan kelezatan dan manfaat nafsu yang ibarat zarah itu di atas kelezatan dan manfaat yang tidak berkesudahan. Janganlah menjadi seperti kunang-kunang. Karena ia menenggelamkan semua kekasih dan benda-benda yang disukainya ke dalam kekejaman kegelapan dan puas dengan kilauan kecil pada dirinya. Karena bersama dengan kelezatan dan manfaatmu yang berbentuk peribadi, kamu perlu mencintai al-Mahbubul Azali yang semua manfaat dan nikmat seluruh alam semesta yang kamu ada hubungan dengannya, semua yang bermanfaat buatmu dan kamu gembira dengan kebahagiaannya adalah bergantung kepada penglihatan-Nya.









173. Page

Supaya kamu merasakan kebahagiaan sendiri dan kebahagian mereka. Agar kamu dapat mengambil satu kelezatan tanpa batas yang kamu peroleh dari rasa cinta al-Kamalul Mutlaq. Sesungguhnya rasa cintamu yang mendalam kepada dirimu adalah rasa cinta yang sejati kerana dzat-Nya untukmu, melainkan kamu menyalahgunakan dan memubazirkannya untuk nafsumu. Sebab itu koyaklah perkataan ana (aku) pada nafsumu lalu perlihatkanlah huwa (Dia). Rasa cintamu yang tersebar ke seluruh alam adalah rasa cinta yang diberi terhadap nama dan sifat-Nya. Kamu telah menyalahgunakannya maka kamu menanggung hukumannya. Karena hukuman bagi rasa cinta yang haram yang tidak digunakan di tempatnya menjadi musibah yang tiada belas kasihan. Melalui nama ar-Rahmanurrahim, sudah tentu sezarah rasa cinta al-Mahbubul Azali yang menyediakan sebuah kediaman yang lengkap untuk semua kehendakmu seperti surga yang dihiasi dengan bidadari untuk kehendak jasmanimu dan melengkapinya untukmu kurniaan abadi-Nya yang akan menenangkan seluruh kehendak roh, hati, rahasia, akal dan latifah-latifah yang lain di surga itu melalui nama-nama-Nya dan mempunyai banyak khazanah ihsan dan kemurahan maknawi pada setiap nama-Nya bisa menjadi pengganti bagi alam semesta. Alam semesta tidak mungkin bisa menjadi penganti bagi satu tajalli rasa cinta-Nya yang juz’i. Karena itu, dengar dan ikutilah firman azali yang telah disampaikan oleh kekasih al-Mahbubul Azali itu sendiri:[ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ],   (Katakanlah jika kamu mencintai Allah, maka ikutlah aku, Allah akan mencintai kamu) Q.S. Ali Imran, 3: 31).


Buah Kedua: Wahai diri! Ubudiyyah bukanlah mukaddimah ganjaran yang akan datang, ia adalah kesuksesan nikmat yang lalu. Kita telah mendapat bayaran. Maka kita diberi tanggungjawab dengan pengabdian kepadaNya.Wahai nafsu! Al-Khaliq Dzul Jalal yang memberi kewujudan yang merupakan kebaikan sesungguhnya, karena Dia telah memberikan perut yang ada yang memiliki selera, maka Dia telah meletakkan ke depanmu semua makanan di atas hamparan nikmat melalui nama ar-Razzaq. Seterusnya Dia telah memberikan kehidupan yang sangat sensitif, kehidupan itu juga menginginkan rezeki seperti perut. Semua pancainderamu seperti mata dan telinga adalah seperti tangan karena hamparan nikmat seluas muka bumi telah diletakkan di depan tangan-tangan tersebut. Kemudian, karena Dia telah memberimu kemanusiaan yang memerlukan banyak rezeki dan nikmat secara maknawi, maka Dia telah membentangkan satu hamparan nikmat seluas alam mulk dan malakut di depan perut manusia dan dalam ukuran dapat dicapai oleh tangan akalmu.


Seterusnya, karena Dia telah memberimu agama Islam yang merupakan kemanusiaan agung dan keimanan yang menginginkan nikmat yang tidak berkesudahan, memakan buah-buah rahmat yang tidak terhitung, maka bersama dengan daerah kemungkinan Dia telah membuka satu hidangan nikmat, kebahagiaan dan kelezatan yang universal ke daerah Asmaul Husna dan Sifat-sifat-Nya yang suci. Kemudian, dengan memberikan rasa cinta yang merupakan satu nur keimanan, Dia telah mengurniakan satu hidangan nikmat, kebahagiaan dan kelezatan kepadamu. Yaitu, kamu adalah bagian kecil, daif, lemah, hina, terikat dan terbatas menurut kejasmanian. Melalui kurnia-Nya dari juzuk yang juz’i kamu telah berubah kepada kulli nurani yang kulli. Karena dengan memberimu kehidupan Dia telah mengangkatmu dari juz’iah kepada sejenis kulliyyah. Dengan memberikan keinsanan kamu naik ke kulliyyah hakiki. Dengan memberikan agama Islam Dia menaikkanmu ke tahap kulliyyah yang tinggi dan nurani. Dengan memberikan makrifah dan rasa cinta dia telah mengangkatmu ke tahap nur yang meliputi (segala-galanya).




174. Page

Justeru itu wahai nafsu! Kamu telah mengambil upah ini. Maka kamu bertanggungjawab dengan khidmat yang lezat, nikmat, rehat dan ringan seperti ubudiyyah. Sedangkan dengan tugas ini pun kamu malas. Seandainya kamu melakukannya sekedar melepas batuk di tangga, seolah-olah upah yang lalu tidak mencukupi, kamu ingin mengadili benda-benda yang sangat besar. Kamu juga akan mengadu mengapa doa saya tidak dikabulkan. Ya, hak kamu bukanlah mengadu tetapi merayu. Dengan kelebihan-Nya yang mutlak dan sifat pemurah-Nya Allah Taala akan mengurniakan syurga dan kebahagiaan abadi. Kamu hendaklah selalu bernaung di bawah rahmat dan kepemurahan-Nya. Yakinilah Dia dan dengarlah firman berikut:

[قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ]

“Katakanlah (Muhammad) dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira, itu lebih baik dari apa yang mereka kuimpulkan” (Q.S. Yunus, 10:58)


Jika kamu berkata bagaimana saya bisa membalas semua nikmat tidak terbatas yang kulli dengan kesyukuranku yang terbatas ini?


Jawaban: Dengan niat yang kulli dan iktiqad yang tidak terbatas. Contoh: Sebagaimana seseorang masuk menemui seorang raja dengan hadiah bernilai lima sen dan dia nampak bahwa hadiah-hadiah yang bernilai jutaan telah datang dari orang-orang yang diterima dan telah disusun di sana. Maka terlintas di hatinya, “hadiahku adalah tidak bernilai, apa yang harus aku lakukan?” Lantas dia berkata: “Wahai tuanku! Patik mempersembahkan semua hadiah yang bernilai kepada tuanku atas nama patik sendiri. Karena tuanku berhak atasnya. Seandainya patik mampu niscaya patik akan menghadiahkan satu seumpama semua ini kepada tuanku.” Justeru raja itu yang langsung tidak membutuhkannya, yang menerima hadiah-hadiah rakyatnya sebagai tanda tahap kesetiaan dan penghormatan mereka menerima niat dan hasrat yang besar dan menyeluruh bagi si jahil itu dan kelayakan iktiqadnya yang baik dan tinggi bagaikan hadiah yang paling besar. Sama seperti itu juga: Seorang hamba yang lemah melafazkan اَلتَّحِيَّاتُ لِلّٰهِ di dalam solatnya. Yakni: “Aku mempersembahkan kepada-Mu semua hadiah ubudiyyah yang telah diberikan oleh semua makhluk melalui kehidupan mereka kepada-Mu atas namaku sendiri. Sekiranya aku mampu niscaya aku akan mempersembahkan tahiyyat (ucapan selamat) sebanyak mereka. Engkau layak untuk itu semua dan lebih banyak lagi darinya.” Justeru niat dan iktiqad itu ialah satu kesyukuran kulli yang sangat luas.


Benih-benih tumbuhan dan biji-bijinya ialah niat mereka. Sebagai contoh: Dalam bentuk nukleus (sel teras), benih melon bisa berniat seribu kali dengan berkata: Wahai al-Khaliqku! Aku ingin mengumumkan ukiran Asmaul Husna-Mu di banyak tempat di bumi-Mu. Karena Allah Taala mengetahui bagaimana akan datangnya benda-benda yang mendatang, Dia menerima niat mereka sebagaimana ibadat yang telah dilakukan. Niat seorang mukmin adalah lebih baik dari amalnya mengisyaratkan kepada rahasia tersebut.


175. Page

Hikmah bertasbih dengan jumlah yang tidak terkira seperti سُبْحَانَكَ وَ بِحَمْدِكَ عَدَدَ خَلْقِكَ وَ رِضَاءَ نَفْسِكَ وَ زِنَةِ عَرْشِكَ وَ مِدَادِ كَلِمَاتِكَ وَ نُسَبِّحُكَ بِجَمِيعِ تَسْبِيحَاتِ اَنْبِيَائِكَ وَ اَوْلِيَائِكَ وَ مَلٰئِكَتِكَ difahami melalui rahasia tadi. Sebagaimana seorang pegawai mempersembahkan semua khidmat bakti anak buahnya kepada raja atas namanya sendiri, begitu juga manusia yang menjadi pegawai bagi semua makhluk, menjadi panglima bagai hewan dan tumbuhan dan berupaya menjadi khalifah bagi maujudat bumi serta menjadikan dirinya sebagai wakil kepada semua orang di alamnya sendiri menyatakan اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. Atas namanya sendiri dia mempersembahkan ibadat dan permintaan bantuan sekalian makhluk kepada al-Ma’bud Dzul Jalal. Dia juga berkata: سُبْحَانَكَ بِجَمِيعِ تَسْبِيحَاتِ جَمِيعِ مَخْلُوقَاتِكَ وَ بِاَلْسِنَةِ جَمِيعِ مَصْنُوعَاتِكَ. Dia berkata mewakili semua maujudat. Manusia turut melafazkan اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ ذَرَّاتِ الْكَائِنَاتِ وَ مُرَكَّبَاتِهَا. Dia menyampaikan salawat atas nama semua orang. Karena setiap benda mempunyai hubungan dengan Nur Muhammad Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka pahamilah hikmah bilangan yang tidak terkira dalam zikir dan salawat.


Buah Ketiga: Wahai diri! Seandainya kamu menginginkan amal ukhrawi yang tidak terbatas dalam umur yang sedikit dan jika kamu ingin melihat setiap detik umurmu memberi manfaat bagaikan seumur hidupmu dan seandainya kamu ingin untuk mengubah adatmu menjadi ibadat dan kelalaianmu menjadi ketenangan maka ikutilah Sunnah Rasulullah. Karena, ketika kamu menyesuaikan amal menurut muamalah syariah, ia memberi ketenangan dan menjadi ibadat. Ia memberikan banyak buah-buahan ukhrawi.


Contoh: Kamu membeli suatu benda. Ketika kamu bertransaksi (yang dianjurkan), urusan jual beli itu menjadi ibadah. Perlaksanaan sesuai syariah itu memberikan satu gambaran rohani. Dalam transaksi selalu teringat Allah yang mensyariatkan akan menghasilkan tawajjuh Ilahi (tumpuan Ilahi). Ia juga memberikan ketenangan. Artinya, dengan melaksanakan Sunnah Rasulullah, umur yang fana ini akan memperoleh manfaat yang akan menjadi sumber kehidupan abadi yang akan memberikan buah-buah yang baqa’.


Dengarlah firman-Nya yang berikut: [فَآمِنُوا بِاللّٰهِ وَرَسُولِهِ النَّبِىِّ الْاُمِّىِّ الَّذِى يُومِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ].  “

(maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (Kitab-Kitab-Nya) ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk” (Q.S. Al-‘araf, 7:158)


Berusahalah menjadi satu penerima yang lengkap untuk limpahan tajalli setiap nama Asmaul Husna yang jilwah-jilwahnya bertebaran di dalam hukum-hukam Syariat dan Sunnah Rasulullah.


Buah Keempat: Wahai Diri! Janganlah perhatikan para pencinta dunia, terutama yang engkar, golongan kufur dan terpedaya dengan perhiasan palsu dan kelezatan haram yang menipu lalu meniru mereka.Seandainya kamu meniru mereka kamu tidak akan dapat menjadi seperti mereka. Kamu akan sangat sengsara. Kamu juga tidak dapat menjadi hewan. Karena akal di kepalamu itu akan menjadi alat tercela yang menyusahkan. Ia senantiasa memukul kepalamu.

176. Page

Contoh: Ada sebuah istana Dalam salah satu kamarnya yang luas lampu hias yang besar. Lampu-lampu kecil yang mendapat aliran darinya telah dialirkan ke rumah-rumah kecil. Jika seseorang memadamkan lampu besar itu, semua rumah akan gelap gulita. Di istana lain, lampu-lampu kecil tidak mengambil aliran dari lampu besar. Jika pemilik istana itu memadamkan lampu besar itu maka di rumah-rumah lain tetap masih ada. Dia dapat melakukan kerja dengannya. Para pencuri tidak akan dapat mengambil manfaat.


Wahai diriku! Istana pertama adalah seorang Muslim. Nabi Muhammad Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam dia adalah lampu hias besar yang berada di dalam hatinya. Jika manusia melupakan baginda, wal ‘iyazu billah (moga dijauhkan Allah), dan mengeluarkan baginda dari hatinya, dia tidak akan menerima siapapun Rasul lagi. Bahkan tidak akan terdapat lagi tempat kesempurnaan di dalam rohnya. Bahkan dia juga tidak akan kenal Tuhannya. Semua rumah dan latifah pada dirinya akan menjadi gulita dan menjadi pemusnahan dan keganasan yang dahsyat di dalam hatinya.


Keemungkinan, untuk menghadapi pemusnahan dan kedahsyatan ini bagaimana kamu mengantisipasinya, Agar dirimu tenang? Apa yang mesti kamu lakukan menghadapi mudarat pemusnahan itu? Sedangkan orang-orang asing (kafir) seperti istana kedua karena mereka mengeluarkan nur Muhammad Sollallahu ‘Alaihi wa Sallam dari hati mereka, bagi mereka sebagian cahaya lain masih ada ataupun mereka sangka ia akan tersisa. Secebis keimanan mereka kepada Nabi Musa dan Nabi Isa ‘Alaihimassalam dan kepercayaan mereka kepada al-Khaliq mereka yang menjadi sumber kepada kesempurnaan akhlak maknawi mereka kemungkinan masih ada. Wahai nafsu Ammarah! Jika engkau berkata “aku ingin menjadi hewan bukannya menjadi orang asing”. Saya telah beberapa kali mengatakan bahwa engkau tidak mungkin dapat menjadi seperti hewan. Hal ini disebabkan oleh akal yang berada di dalam kepalamu itu. Akal itu akan terus memukulmu dengan menghantam wajah, mata dan kepalamu melalui tamparan kesakitan masa lalu dan ketakutan masa akan datang. Ia menambahkan seribu kesakitan ke dalam satu kelezatan. Disamping itu hewan, dapat mengecap kelezatan yang enak tanpa kesakitan dan menikmatinya. Jika begitu, mula-mula keluarkanlah akalmu dan buangkan ia, kemudian jadilah hewan. Renunglah juga tamparan didikan ayat [كَالْاَنْعَامِ بَل هُمْ اَضَلُّ].

177. Page

Buah Kelima: Wahai diri! Sebagaimana kami nyatakan berulang kali bahwa manusia adalah buah pohon penciptaan, maka manusia adalah makhluk yang membawa benih hati yang memandang kepada yang paling jauh, paling lengkap dan paling umum dan menyembunyikan semua sudut keesaan di dalamnya seperti buah dan wajahnya memandang ke arah benda yang banyak (makhluk), kefanaan dan kepada dunia. Ubudiyyah adalah tali penghubung yang memalingkan wajahnya dari fana kepada baqa’, dari makhluk kepada al-Khaliq, dari banyak perkara kepada keesaan dan dari pengakhiran kepada permulaan ataupun satu titik pengikat di antara awal dan akhir. Seandainya buah berakal yang berharga yang akan menjadi benih memandang kearah makhluk bernyawa di bawah pohon, mempercayai keindahannya, mencampakkan dirinya ke tangan mereka ataupun jika dia lalai dan terjatuh, ia akan jatuh ke tangan mereka dan berserakan dan akan menjadi sia-sia seperti sebiji buah biasa. Seandainya buah itu menemui titik yang tepat, benih di dalamnya, sambil memegang semua sudut keesaan dan dapat memikirkan bahwa ia akan menjadi perantara kepada kebaqaan pohon itu dan kelangsungan hakikatnya, waktu itu sebiji benih di dalam sebiji buah itu menjadi penerima bagi satu hakikat kulli yang terus menerus di dalam satu usia yang baqa’. Begitu juga seandainya manusia lalai dalam kathrah lalu lemas dalam alam semesta lalu terpedaya dengan senyuman mereka yang fana kerana mabuk dengan rasa cinta kepada dunia, kemudian terlempar ke jurang, sudah tentu dia akan jatuh ke dalam kerugian yang tidak ada batasnya. Dia akan jatuh ke dalam keburukan, kefanaan dan ketiadaan. Secara maknawi dia menghapuskan dirinya sendiri. Seandainya dia mendengar pengajaran-pengajaran iman dari lidah al-Quran melalui telinga hatinya lalu mengangkat kepalanya dan menghadap kepada keesaan, melalui mikraj ubudiyyah dia dapat naik ke persada kesempurnaan. Dia akan menjadi seorang insan yang baqa. Wahai diriku (nafsuku)! Memperhatikan hakikat adalah begini dan memperhatikan kamu adalah dari kalangan ummat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, lafazkanlah ayat لاَ اُحِبُّ الآفِلِينَ seperti Nabi Ibrahim

‘Alaihissalam. Palingkanlah wajahmu kepada al-Mahbubul Baqi dan menangislah begini sepertiku:


Oleh sebab bait-bait berbahasa Farsi telah dituliskan di halaman ke tujuh puluh pada maqam kedua Kalimah Ketujuh Belas, maka ia tidak ditulis di sini.