Kalimah Keempat

19. Page

KALIMAH KEEMPAT

 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّينِ

“Shalat itu tiang agama” (al-Hadith)


Jika engkau ingin memahami alangkah pentingnya nilai shalat dan sangat sedikitnya biaya yang diperlukan untuk melaksanakannya. Alangkah bodoh dan tidak warasnya orang yang melalaikan dan meninggalkan shalat. Ini adalah kerugian yang pasti seperti pastinya dua kali dua itu sama dengan empat. Perhatikanlah hikayat di bawah ini:


Pada suatu hari seorang Raja yang agung memberi hadiah kepada dua orang budaknya, masing-masing mendapatkan dua puluh empat keping emas, lalu menyuruh mereka tinggal di ladangnya yang istimewa lagi indah, yang jaraknya sejauh dua bulan perjalanan dari tempat tinggalnya. Maka dia bertitah “gunakanlah uang itu untuk biaya perjalan kalian. Belilah bekal untuk keperluan kalian disana. Setelah sehari perjalanan, kalian akan menjumpai stasiun taxi, kapal laut, kereta api dan pesawat terbang, alat transportasi boleh dipilih sesuai dengan keinginan kalian”


Setelah mendengar nasehat sang raja, dua orang budak itupun pergi untuk memulai perjalanan mereka. Salah seorang dari mereka beruntung karena hanya menghabiskan sedikit uang untuk sampai di stasiun. Karena dia berbelanja sedikit maka dia dapat membeli barang dagangan yang bernilai tinggi yang sudah tentu bisa menyenangkan hati tuannya karena modalnya bertambah seribu kali lipat.


Manakala budak yang satu lagi, akibat kebodohannya, ia bernasib sangat malang. Dia membelanjakan dua puluh tiga keping emas untuk sampai ke stasiun. Uang yang begitu banyak itu dia gunakan untuk perbuatan sia-sia yaitu dengan berjudi, dia kehilangan semua uangnya kecuali satu keping emas saja.


Sahabat yang beruntung tadi berkata kepada sahabatnya yang malang “wahai sahabatku! Gunakanlah uang kamu yang tersisa untuk membeli tiket dan makanan agar kamu tidak berjalan kaki dan kelaparan untuk sampai ke tempat tujuan. Karena tuan kita adalah orang yang bijaksana, semoga saja dia akan mengasihi dan memaafkan kesalahan yang kamu lakukan. Kalau kamu tidak mau mendengar nasehatku, kamu terpaksa berjalan kaki dan kelaparan di padang pasir yang jaraknya dua bulan perjalanan itu”


Seandainya dia tetap tidak mau mendengar nasehat dan tidak mau membelanjakan uangnya untuk membeli tiket yang dianggap sebagai kunci utama untuk sampai ke tempat tujuan. Apalagi kalau sampai ia gunakan uang itu untuk kemaksiatan demi kesenangan sesaat, maka orang yang paling bodohpun tahu betapa bodoh dan ruginya si Malang ini.


Justru itu! Wahai orang yang tidak menunaikan shalat dan wahai nafsuku yang tidak menunaikan shalat! Sesungguhnya Raja itu ialah Rabb sebagai Pencipta kita. Salah seorang budak yang menjadi musafir itu ialah orang yang taat dengan agama yang senantiasa 

20. Page

menunaikan shalat dengan senang hati. Sedangkan yang satu lagi adalah orang-orang lalai dan tidak menunaikan shalat. Dua puluh empat keping emas itu adalah dua puluh empat jam usia dalam sehari, ladang yang istimewa itu adalah surga dan stasiun itu adalah kubur.


Perjalanan panjang itu adalah perjalanan manusia menuju kubur, kebangkitan kembali dan keabadian. Mereka akan menyelesaikan perjalanan masing-masing berdasarkan amal shaleh dan ketaqwaan pada tahap yang tentu berbeda-beda. Sebagian ahli taqwa mampu menyelesaikan perjalanan yang memakan waktu seribu tahun dalam sehari laksana kilat. Sebagian lagi bisa menyelesaikan perjalanannya yaang jaraknya lima puluh ribu tahun dalam sehari seakan seperti dalam hayalan. Al-Qur’an yang mulia mengisyaratkan hal itu dalam dua ayatnya.


Tiket itu adalah shalat, sejam cukup untuk menunaikan shalat lima waktu. Bagaimanakah cara orang menggunakan waktunya selama dua puluh tiga jam untuk kehidupan duniawi yang singkat ini? Kenapa mereka tidak menggunakan waktunya, walaupun satu jam untuk kehidupan yang abadi? Kenapa mereka merugikan dan menzalimi dirinya sendiri dan melakukan berbagai perbuatan yang yang bertentangan dengan akal sehat? Kenapa ada orang bisa menerima permainan perjudian? Dimana dia mempertaruhkan sesuatu yang kemungkinan kemenangannya amat kecil atau tidak mungkin sama sekali? Orang yang berakal tentu memahami bahwa tindakannya membelanjakan satu dari dua puluh empat hartanya untuk kepentingan yang abadi pasti akan sukses. Orang yang tidak mau membelanjakan hartanya ini tentulah termasuk orang yang tidak waras dan bertentangan dengan akal sehat.


Dalam shalat terdapat ketenangan yang tinggi bagi roh, hati dan akal. Shalat itu bukanlah pekerjaan yang berat bagi tubuh. Dengan niat yang ikhlas seluruh aktivitas dunia yang mubah bisa menjadi ibadah bagi orang yang shalat. Dengan demikian seluruh usianya bisa digunakannya untuk aset dan bekal akhirat.