Kalimah Keempat Belas

53. Page

KALIMAH KEEMPAT BELAS

بِسْمِ اللّهِ الرّحْمنِ الرّحِيمِ  

[الرٰٓ كِتَابٌ اُحْكِمَتْ ايَاتُهُٓ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ]

“Alif lam ra. (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi seta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahbijaksana lagi Mahatahu” (Q.S., Hud:1)


Kami akan jelaskan contoh sebagian hakikat mulia dari al-Qur’an, berikut penafsirannya yang hakiki berupa hadith Nabi SAW. Guna hal ini agar ia bisa menjadi tingkatan tangga untuk naik menuju berbagai hakikat yang ada guna menyembuhkan kalbu yang kurang tunduk dan patuh. Pada akhir kalimat akan dijelaskan pula sebuah pelajaran dan salah satu rahasia pertolongan Ilahi. Disini kita hanya akan menyebutkan sejumlah contoh dari lima persoalan dari berbagai hakikat mulia tersebut. Pasalnya, beberapa contoh yang terkait dengan kebangkitan dan kiamat telah disebutkan dalam kalimat kesepuluh, terutama dalam hakikat kesembilan darinya. Karena itu ia tidak perlu disebutkan lagi.


Pertama

Allah berfirman:

[خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضَ فِى سِتَّةِ اَيَّام]

Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa) (Q.S. Al-A’raf:54)

Ayat tersebut menunjukan bahwa dunia manusia dan dunia hewan hidup dalam enam hari dari hari-hari al-Qur’an, dimana ia merupakan zaman yang terbentang panjang. Barangkali ia seperti seribu tahun atau lima puluh tahun. Nah agar kalbu dapat menerima hakikat mulia ini, kami akan menjelaskan sejumlah alam yang mengalir, entitas yang berjalan, dan dunia yang melintas setiap hari, setiap bulan, setiap tahun dan setiap masa yang seukuran satu hari. Ya, semua dunia itu ibarat tamu yang melintas seperti manusia sehingga setiap musim alam terisi dan kosong sesuai dengan perintah Sang Pencipta Yang Mahamulia.


Kedua

Allah berfirman:

[وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ اِلاَّ فِى كِتَابٍ مُبِينٍ]

Tidak ada sesuatu yang basa atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Luh Mahfuzh) (Q.S., al-An’am: 59)


54. Page

[وَكُلَّ شَيْئٍ اَحْصَيْنَاهُ فِى اِمَامٍ مُبِينٍ]

Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh) (Q.S. Yasin: 12)


[لاَ يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِى السَّمٰوَاتِ وَلآَ فِى الْاَرْضِ وَلاَ اَصْغَرُ مِنْ ذٰلِكَ وَلآَ اَكْبَرُ اِلاَّ فِى كِتَابٍ مُبِينٍ]

Tidak ada yang tersembunyi dari pada-Nya sebesar zarah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata. (Lauh Mahfuzh) (Q.S., Saba:3)


Selain itu, masih banyak lagi ayat-ayat sejenis yang maknanya bahwa segala sesuatu dengan segala kondisinya telah tertulis. Entah sebelum ada, sesudah ada ataupun sesudah hilang dari wujud.


Kami akan menjelaskannya sebagai berikut agar kalbu menjadi tenang yaitu bahwa Tuhan Sang Pencipta Yang Maha Mulia memasukkan indeks wujud makhluk yang rapi dalam jumlah tak terhingga berikut tanggal hidup dan rambu-rambu aktivitasnya. Dia memasukkan secara maknawi dengan menjaganya pada benih dan asal makhluk tersebut, meskipun kemudian diganti pada setiap musim semi. Allah juga memasukkan lewat pena ketentuan yang sama setelah makhuk itu pergi di dalam buahnya. Sehingga ia menulis makhluk musim semi laksana sebuah bunga yang simetris dan indah dimana ia diletakkan oleh Tuhan diatas muka bumi lalu dipetik.


Jika demikian, bukankah aneh jika manusia masih tersesat dengan menyebut tulisan fitri, bentuk yang indah, serta hikmah yang digariskan diatas seluruh bumi itu dimana ia merupakan cermin manifetasi dari yang tertulis di Lauhil Mahfuzh dengan sebutan alam materi. Bukankah aneh jika manusia meyakini alam materi sebagai unsur dan sumber yang memberikan pengaruh? Mana mungkin hakikat agung tersebut dibandingkan dengan sangkaan kalangan yang lalai itu. mana mungkin tanah dibandingkan dengan bintang soraya?


Ketiga


Pemberi informasi yang jujur, Nabi SAW, telah menggambarkan malaikat yang bertugas memikul arasy misalnya, juga malaikat pemikul langit dan bumi, atau malaikat yang lain, bahwa malaikat memiliki 40 ribu kepala. Pada setiap kepala terdapat 40 ribu lisan. Setiap lisan bertasbih dengan 40 ribu jenis tasbih.


Hakikat mulia ini termasuk dari hadits-hadits yang mengungkapkan keteraturan ibadah dan komprehensifitasnya pada malaikat. Guna memahami hakikat tersebut kami akan menjelaskan sejumlah ayat yang mulia berikut untuk direnungkan, yaitu:


55. Page

[تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوَاتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ]

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah


[اِنَّاعَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ]

Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung


Selain itu, masih terdapat sejumlah ayat sejenis lainnya yang menjelaskan bahwa entitas paling besar dan paling luas bertasbih secara khusus sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Persoalannya sangat jelas, sebab, langit yang besar dan jauh bertasbih kepada Allah. Untaian tasbihnya berupa mentari, bulan dan bintang-bintang, bumi yang terbang diangkasa juga bertasbih memuji Allah. Lafaz pujiannya berupa hewan, tumbuhan dan pepohonan.


Artinya, setiap pohon dan setiap bintang memiliki tasbih khusus sebagaimana bumi yang memiliki tasbih khusus. Ia berupa tasbih komprehensif yang berisi tasbih semua bagiannya. Termasuk kesetiap lembah, gunung, lautan daratan yang terdapat di dalamnya. Sebagaimana bumi memiliki tasbih khusus lewat semua bagiannya, demikian juga dengan langit, gugusan bintang dan cakrawala, mereka bertasbih secara komprehensif sendiri-sendiri.


Bumi yang memiliki jutaan kepala dan jutaan lisan pada setiap kepala tentu memiliki malaikat yang bertugas kepadanya. Ia menerjemahkan bunga tasbih setiap lisan dan buah pujiannya yang lebih dari sejuta bentuk tasbih dan pujian. Ia menerjemahkan dan menjelaskannya dalam mitsal serta mengungkapkannya di dalam alam arwah. Sebab ketika berbagai hal yang beragam masuk dalam bentuk satu kumpulan ia pasti akan membentuk suatu sosok maknawi. Ketika kumpulan itu berkumpul dan menyatu akan terwujud suatu sosok maknawi baginya, satu jenis ruhnya yang bersifat maknawi, serta malaikat yang menunaikan tugas tasbihnya.


Perhatikan, misalnya sebuah pohon ia mencerminkan sebuah kata besar yang tegak di depan kamar kita. Ia berupa pohon yang memiliki tiga ranting. Ia mencerminkan kata besar yang diucapkan oleh lisan gunung yang terdapat di mulut Barla. Tidakkah engkau melihat ratusan lisan ranting pada setiap pangkal pohon yang tiga itu dan ratusan buah kata yang tersusun di setiap lisannya? Ratusan huruf benih terangkai di setiap buah.bukankah setiap pangkal dan lisan itu bertasbih? Mereka bertasbih kepada Pemilik Malaikat yang memiliki perintah kun fayakun. Bukankah ia bertasbih dengan ucapan yang fasih dan dengan pujian yang sangat jelas sehingga engkau dapat meyaksikan dan mendengar tasbihnya? Malaikat yang ada padanya mewakili tasbih tersebut di alam makna dengan lisan yang beragam bahkan demikianlah yang dituntut oleh hikmah.


Keempat

Allah berfirman:

                                          [اِنَّمَٓا اَمْرُهُ اِذَٓا اَرَادَشَيْئًا اَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ]                        

KeadaanNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanya berkata, ‘jadilah’maka jadilah ia (Q.S. Yasin: 82)


56. Page

[وَمَٓا اَمْرُ السَّاعَةِ اِلاَّ كَلَمْحِ الْبَصَرِ]

Kejadian kiamat itu hanya seperti sekejab mata. (Q.S. An-Nahl: 77)


[وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ]

Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya (Q.S. Qaf: 16)


[تَعْرُجُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوحُ اِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ اَلْفَ سَنَةٍ]

Para Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Q.S. Al-Maarij: 4)


Ayat-ayat diatas menegaskan sebuah hakikat yang mulia sebagai berikut:


Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu menciptakan segala sesuatu dengan sangat mudah dan cepat tanpa sentuhan langsung sehingga seolah-olah segalanya terwujud dengan sekadar perintah.


Kemudian Sang Pencipta Yang Maha Mulia sangat dekat kepada ciptaannya, sementara ciptaan itu sendiri sangat jauh dari-Nya. Lalu Dia dengan kebesarannya yang bersifat mutlak, tidak membiarkan makhluk yang paling hina sekalipun berada di luar kreasi apik-Nya. Hakikat al-Qur’an ini dibuktikan oleh adanya keteraturan yang paling sempurna pada seluruh entitas dengan sangat mudah. Nah perumpamaan berikut menerangkan rahasia hikmah-Nya:


Misalnya berbagai tugas yang diberikan perintah Ilahi dan penundukan Ilahi terhadap mentari- dimana ia melukiskan cermin tebal bagi nama-Nya an-Nur  -mendekatkan hakikat diatas kepada pemahaman manusia yaitu meski mentari sangat tinggi namun ia sangat dekat dengan materi transparan yang berkilau. Bahkan ia lebih dekat dengan materi tersebut dari dirinya sendiri. Meskipun mentari membuat segala seuatu terpengaruh oleh sinar dan aktifitasnya, namun materi tersebut sangat jauh darinya sejauh ribuan tahun perjalanan. Ia sama sekali tidak bisa memberikan pengaruh kepada mentari. Bahkan tidak dapat mengaku dekat dengannya.


Begitulah yang kita pahami dari pantulan sinar mentari pada setiap partikel sesuai dengan tingkat penerimaan dan warnanya. Seolah-olah sinar mentari hadir pada setiap partikel dan menatapnya dimanapun sinarnya sampai. Disamping itu pengaruh kilau mentari dari cakupannya selalu bertambah sesuai dengan besar cahayanya. Cahanya yang besar itulah yang meliputi segala seuatu yang berada dalam ruang lingkupnya sehingga sesuatu sekecil apapun tidak dapat bersembunyi atau lari dari padanya. Dengan kata lain kebesarannya tidak membuat benda lain skecil apapun berada di luar lingkupnya. Sebaliknya dengan rahasia cahayanya, ia tetap meliput semuanya dalam wilayah cakupannya.


Andaikan mentari memiliki kehendak sendiri dalam melakukan berbagai tugas dan manifestasi yang ia miliki, lewat izin Allah berbagai aktivitasnya mengalir dengan sangat mudah dan luas, mulai dari partikel sampai kepada butiran , permukaan laut dan semua planet yang beredar dengan demikian partikel dan planet memiliki kedudukan yang sama baginya. Sebab, limpahan 

57. Page

cahaya yang ia sebarkan ke permukaan laut juga dilakukan dengan sangat rapi kepada sebuah partikel sesuai denan kemampuan penerimaannya.


Mentari yang merupakan gelembung kecil itu bersinar terang di permukaan lautan langit. Ia merupakan cerminan kecil dan tebal yang memantulkan manifestasi nama an Nur Milik Tuhan Yang Kuasa atas segala sesuatu. Mentari tersebut menerangkan model tiga pilar asasi dari hakikat al-Qur’an. Tentu saja cahaya dan panas mentari padat sepadat tanah jika dibandingkan dengan pengetahuan dan kodrat Dzat yang merupakan cahaya dai segala cahaya. Penerang cahaya dan penentu cahaya..


Jadi Dzat Yang Maha Mulia dan Maha Indah tersebut sangat dekat dngan segala sesuatu, lewat pengetahuan dan kodrat-Nya . dia hadir dan menatapnya, sementara segala sesuatu amat jauh darinya. Dia menangani segala sesuatu tanpa ada kesulitan sedikitpun dan tanpa interaksi langsung dengan sangat mudah. Dapat dipahami bahwa dengan sekadar perintah segala sesuatu dapat terwujud dengan mudah dan cepat. Pada hakikatnya tidak ada sesuatupun entah parsial atau integral, kecil atau besar yang berada di luar wilayah kodrat-Nya dan jauh dari jangkauan kebesaran-Nya. Begitulah kita memahami dan mengimani dengan yakin dan sampai pada tingkat penyaksian. Bahkan demikianlah seharusnya keimanan kita.


Kelima


Berbagai ayat seperti berikut ini menjelaskan keagungan dan kebesaran Allah SWT, yaitu mulai dari firman-Nya:


[وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْاَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمٰوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ]

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal seluruh bumi dalam genggamannya pada hari kiamat. Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya (Q.S., Az Zumaar: 67)


[وَاعْلَمُوا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوُلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ]

Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi (mengetahui) antara manusia dan hatinya. (Q.S. Al Anfal: 24)


[خَالِقُ كُلِّ شَيْئٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ وَكِيلٌ]

Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu (Q.S. Az Zumar: 62)


[يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ]

Dia mengetahui yang mereka sembunyikan dan yang mereka tampakkan. (Q.S. Al-Baqarah: 77)


[خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضَ]


58. Page

Dia menciptakan langit dan bumi. (Q.S. Al-A’raf:54)


[خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ]

Dia menciptakan kalian dan berikut apa yang kalian perbuat (Q.S. Ash-Shafaat: 96)


[مَا شَٓاءَ اللّٰهُ لَا قُوَّةَ اِلاَّ بِاللّٰهِ]

Atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali atas pertolongan Allah (Q.S. Al Kahfi: 39)


[وَمَا تَشَاونَ اِلاَّ اَنْ يَشَا اَللّٰهُ]

Tidaklah kalian berkehendak kecuali dikehendaki oleh Allah. (Q.S. Al-Insaan: 30)


Ayat-ayat tersebut menegaskan integralitas kebesaran Rububiyyah Allah dan keagungan Uluhiyah-Nya terhadap segala sesuatu. Penguasa Agung, Azali dan abadi itu memberikan peringatan dan ancaman kepada manusia yang sangat lemah, fakir dan tak berdaya, dimana ia hanya memiliki sedikit kehendak dan kemampuan tanpa memiliki kekuasaan untuk mencipta. Lalu pertanyaan yang muncul “Apa landasan hikmah dari peringatan dan ancaman tersebut yang bersumber dari kebesaran-Nya terhadap manusia yang lemah? Bagaimana menyelaraskan dan memadukan antara keduanya?


Saya tegaskan! Agar kalbu menjadi tenang, maka perhatikanlah hakikat yang sangat mendalam dan mulia ini lewat dua perumpamaan sebagai berikut:


Perumpamaan Pertama:


Ada sebuah kebun sangat besar yang berisi buah matang dan bunga indah yang mengagumkan. Sejumlah pekerja ditugaskan untuk mengawasi kebun tersebut. Hanya saja seorang yang ditugaskan membuka saluran air untuk menyirami kebun. Sayang dia agak malas menunaikan tugasnya. Ia tidak membuka saluran tersebut sehingga air tidak mengalir.  Artinya tindakannya membuat seuruh yang terdapat dalam kebun menjadi rusak dan kering. Maka semua karyawan di kebun mengeluhkan pekerjaan petugas yang tidak melaksanakan tugasnya tadi. Di samping itu, semua ciptaan Allah dan semua yang berada di bawah tatapan penyaksiaan-Nya ikut mengeluh. Bahkan tanah, udara dan cahaya juga mengeluhkan orang malas ini. Sebab ia telah membuat tugas dan pengabdian mereka tidak berjalan dengan baik, atau minimal terganggu.


Perumpamaan Kedua:


Ada sebuah kapal milik raja. Jika seorang pekerja meninggalkan pekerjaan kecilnya hal itu akan membuat seluruh aktivitas pekerja akan terganggu. Karena ini, pemilik kapal yaitu sang raja mengancam pekerja yang lalai tadi atas nama seluruh pekerja di kapal. Namun orang yang lalai tadi tidak dapat berkata”Aku hanya orang biasa. Aku tidak layak mendapat ancaman keras semacam ini akibat pengabaian saya yang tidak penting.” Hal ini terjadi tentu akibat ketiadaan sesuatu yang menyebabkan sesuatu yang lain juga menjadi tiada. Sedangkan keberadaan 

59. Page

melahirkan berbagai buah sesuai dengan jenisnya. Sebab wujud dan keberadaan sesuatu bergantung kepada seluruh keberadaan sebab dan syarat. Sebaliknya ketiadaan sesuatu dari hasil terwujud dengan ketiadaan satu syarat dan satu bagian darinya. Dari sini “merusak lebih mudah dari membangun” menjadi satu rambu yang dikenal oleh manusia.


Ketika landasan kekufurtan, kesesatan, dan maksiat merupakan bentuk pengingkaran, pengabaian dan penolakan, meski gambaran lahiriyahnya tampak positif dan berwujud, namun hakikatnya ia merupakan bentuk ketiadaan. Karena itu, ia adalah kejahatan besar. Disamping merusak seluruh hasil pekerjaan yang ada , ia juga menghijab berbagai manifestasi asmaul husna yang indah dan membuatnya tidak terlihat. Demikianlah, seluruh entitas memiliki hak untuk mengeluh tanpa kecuali. Atas dasar itu penguasanya yang agung mengancam manusia yang berbuat maksiat dengan ancaman yang keras. Ini memiliki hikmah besar, karena pelaku maksiat memang layak mendapatkan ancaman yang keras dan menakutkan.


Penutup


Pelajaran dan Tamparan Keras Bagi yang Lalai

[وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ]

Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S. Ali ‘Imraan: 185)


Wahai diriku yang terjerumus dalam kelalaian, menganggap dunia sebagai sesuatu yang manis, mengejar dunia, dan melupakan akhirat. Tahukah seperti apa engkau? Engkau seperti burung unta. Ketika melihat pemburu ia tidak dapat terbang, namun ia memasukkan lepalanya ke pasir dan badannya yang besar tetap masih ada di luar. Ia mengira bahwa pemburu tidak melihatnya, padahal pemburu itu dengan jelas melihatnya, sementara dia sendiri yang tidak melihatnya.


Wahai diri, perhatikan perumpamaan ini dan renungkanlah bagaimana membatasi perhatian kepada dunia mengubah nikmat menjadi derita.


Andaikan di desa ini terdapat dua orang lelaki. Sembilan puluh sembilan persen keluarga salah seorangnya telah pergi ke Istanbul. Dimana mereka telah hidup dengan tenang dan indah, sementara yang tersisa di sini hanya satu orang yang sebentar lagi pula akan menyusul mereka. Tentu orang ini sangat merindukan Istanbul. Bahkan ia memikirkan dan ingin selalu berjumpa dengan para kekasihnya tersebut. Jika pada suatu saat ada yang berkata, “Ayo pergi kesana” ia pasti akan pergi dengan perasaan gembira.


Adapun seorang lagi yang telah ditinggalkan oleh sembilan puluh sembilan persen keluarganya, ia mengira bahwa sebagian mereka lenyap dan sebagian lagi tinggal di tempat yang tidak terlihat. Menurutnya mereka telah binasa. Maka, tentu saja orang yang malang ini dalam kondisi sakit kronis. Ia mencari pelipur lara bahkan pada seorang pengembara yang tersisa sekalipun sebagai ganti dari mereka semua. Dengannya dia ingin menutupi derita akibat perpisahan.


60. Page

Wahai diri! Seluruh orang yang engkau cintai, terutama sang kekasih Allah, yaitu Nabi Muhammad SAW, semua mereka sekarang berada disisi lain dalam kubur. Yang tersisa disini hanya satu atau dua orang. Merekapun sedang bersiap-siap pergi pula, karena itu jangan engkau memalingkan kepala karena takut mati dan cemas menghadapi kubur. Namun perhatikanlah kubur dan lihat lubangnya dengan penuh ketegaran. Perhatikan apa yang diminta. Lalu tersenyumlah di hadapan kematian dengan penuh kesatria. Lihat pa yang diinginkan. Jangan sekali-kali lalai sehingga seperti orang kedua diatas!


Wahai diri! Jangan sampai pernah berkata bahwa waktu telah berubah, sementara manusia sibuk dengan dunia dan tertipu dengan kehidupan mereka sehingga mabuk olehnya. Sebab sebenarnya kematian tidak berubah dan perpisahan juga tetap ada. Kelemahan dan kepayahan manusia merupakan dua unsur yang tidak berubah bahkan semakin bertambah perjalanan manusia tidak mungkin terputus, namun terus berlanjut. Kemudian jangan lupa berkata, “Aku seperti yang lain”. Sebab tidak akan ada yang menyertaimu kecualai hanya sampai di pintu kubur. Kalaupun engkau pergi mencari pelipur lara lewat keberadaan orang lain yang sama-sama mendapatkan musibah, ini juga tidak dapat dijadikan landasan sama sekali saat berada di kubur.


Jangan mengira dirimu bebas merdeka. Sebab jika kamu melihat kepada negeri jamuan dunia dengan pandangan hikmah dan cermat, tidak ada sesuatu tanpa aturan dan tujuan. Lalu bagaimana mungkin engkau akan tetap bertahan tanpa aturan dan tujuan? Bahkan berbagai kejadian alam dan peristiwa yang menyerupai gempa bumi bukanlah sesuatu yang bersifat kebetulan.


Misalnya pada saat engkau menyaksikan sebagian bumi dihiasi dengan berbagai tumbuh-tumbuhan dan hewan secara sangat rapi dan indah lalu engkau melihat semuanya mulai dari kepala hingga kaki dibungkus dengan hikmah dan tujuan, nah pada saat ia berputar menyerupai sebuah tarikan cinta dan kerinduan ma’nawi dengan sangat cermat dan rapi dibingkai dengan sejumlah tujuan mulia, pada saat engkau menyaksikan hal ini dan mengetahui bagaimana gempa bumi yang seperti hentakan bola bumi dimana ia menampakkan ketidak senangannya terhadap kesempitan maknawi yang bersumber dari perilaku manusia; terutama dari kaum beriman, bagaimana mungkin peristiwa yang berisi kematian itu terjadi tanpa tujuan sebagaimana dinyatakan oleh ateis yang menduganya sebagai peroses kebetulan sehingga dengan demikian ia melakukan suatu kesalahan yang amat besar. Ia menjadikan seluruh harta dan nyawa yang lenyap dari sisi mereka sebagai sesuatu yang percuma seraya mencampakkan mereka dalam keputusan yang pahit. Padahal berbagai kejadian semacam itu harusnya menyimpan aset kaum beriman dengan mengubahnya menjadi sedekah bagi mereka sebagai penebus dosa yang bersumber dari sikap kufur nikmat.


Hari saat engkau melihat wajah bumi demikian buruk akan tiba dimana keindahaannya dirusak oleh sikap syirik perbuatan manusia dan kekufuran mereka. Ketika itu wajahnya akan dihapus oleh kekuatan gempa yang sangat dahsyat sesuai perintah Sang Pencipta. Ia membersihkannya seraya memasukkan kaum musyrik ke dalam neraka dan menyeru kaum yang bersyukur, “Mari masuklah ke dalam surga”!


61. Page

Lanjutan Kalimah Keempat Belas


بِسْمِ اللّهِ الرّحْمنِ الرّحِيمِ

[إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ زِلْزَالَهَا وَأَخْرَجَتِ الأرْضُ أَثْقَالَهَا وَقَالَ الإنْسَانُ مَا لَهَا يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ]

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang sangat dahsyat). Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)? Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat atom sekalipun niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Barangsaiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar atom sekalipun, niscaya akan melihat (balasan) nya pula. (Q.S. Al-Zalzalah)


Surat mulia diatas menerangkan dengan tegas bahwa bumi dalam gerak dan gempanya mendapatkan ilham, sehingga tunduk kepada perintah Allah.


(Berkat penyadaran maknawi, sejumlah jawaban terhadap beberapa pertanyaan seputar gempa yang baru saja terjadi datang ke dalam kalbu. Meskipun beberapa kali aku bertekad untuk menuliskan jawaban tersebut secara terperinci, kesempatan itu tidak kunjung tiba. Karenanya ia akan dituliskan secara singkat dan global).


Pertanyaan Pertama


Gempa tersebut telah mendatangkan bencana maknawi yang lebih hebat dari bencana materi. Ia berupa rasa takut, resah dan gelisah serta putus asa yang tertanam dalam jiwa. Ia terus berlangsung sehingga mengusik ketenangan sebagian besar manusia di saat malam. Apakah gerangan yang menjadi sebab derita menyakitkan ini?


Berkat penyadaran maknawi pula kami menemukan jawabannya sebagai berikut:

Sikap lancang dan gila yang dilakukan secara terang-terangan oleh penduduk negeri ini-yang merupakan pusat Islam- pada bulan yang penuh berkah sepeti bulan Ramadhan serta di saat shalat tarawih dilakukan, lalu tindakan mereka meperdengarkan lagu yang meransang lewat suara wanita dan kadang kala lewat radio, telah mengakibatkan datangnya rasa takut dan cemas tersebut.


Pertanyaan Kedua


Mengapa azab dan peringatan Ilahi tersebut tidak menimpa negara kafir dan ateis, namun menimpa kaum muslim yang malang?


62. Page

Jawabannya : sebagaimana berbagai kejahatan besar dialihkan kepada pengadilan khusus untuk mengadili kejahatan besar dan hukumannya tidak langsung diberikan, sementara kejahatan kecil langsung diputuskan di pengadilan kecil dan wilayah, demikian juga dengan sebagian besar hukuman kaum kafir. Hukuman untuk mereka ditangguhkan ke pengadilan terbesar di hari akhir. Sementara kesalahan kaum beriman dihukum di dunia. Hal itu sesuai dengan hikmah Rabbani yang penting.


Petanyaan Ketiga


Mengapa musibah ini menimpa seluruh negeri, padahal ia bersumber dari dosa yang dilakukan oleh segelintir orang?


Jawabannya: sebagian besar manusia ikut bersama kalangan yang berbuat zalim itu bisa dalam bentuk perbuatan, bisa dalam bentuk masuk ke barisan mereka, atau bisa juga dalam bentuk patuh terhadap perintah mereka. Yakni ikut secara tidak langsung sehingga bencananya berlaku umum. Jadi bencana itu terjadi akibat maksiat yang dilakukan oleh mayoritas.


Pertanyaan Keempat


Karena gempa terjadi akibat pelanggaran dan kerusakan yang dilakukan lalu ia merupakan bentuk penebus dosa, mengapa orang- orang yang taat juga terkena padahal mereka tidak mendekati dosa? Bagaimana keadilan Ilahi tampak dalam hal ini?


Jawabannya: persoalan ini terkait dengan ketentuan Ilahi karena itu ia bisa dirujuk ke risalah “al qadr” (ketentuan Ilahi) Disini kami hanya akan menjawab sebagai berikut:

Allah berfirman

[اتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً]

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. (Q.S. Al-Anfaal: 25)


Maknanya bahwa negeri ini merupakan negeri ujian dan cobaan, serta negeri jihad dan perjuangan. Nah ujian dan perjuangan menuntut berbagai hakikat senantiasa tidak terlihat sehingga spirit persaingan tetap terpelihara, serta agar orang yang jujur naik ketingkat tertinggi bersama Abu Bakar RA, sementara para pendusta jatuh ke tingkat terendah bersama Musailamah al-Kadzzab. Andaikan kalangan taat selamat dari bencana serta tidak mendapat ujian, maka keimanan akan menjadi jelas. Artinya kaum kafir dan mukmin sama-sama tunduk sehingga beban penugasan menjadi percuma. Tidak dibutuhkan lagi upaya untuk naik ke berbagai tingkatan iman.


Jika musibah menimpa pihak yang zalim dan yang dizalimi sesuai hikmah Ilahi, maka bagaimana pihak yang dizalimi mendapat keadilan Ilahi dan rahmatnya yang luas?


63. Page

Jawabannya: terdapat manifestasi rahmat Allah di celah-celah murka dan ujian-Nya. Pasalnya, aset harta orang taat yang fana akan dikekalkan untuk mereka di akhirat dan akan disimpan sebagai sedekah. Juga kehidupan mereka yang fana akan berubah menjadi kehidupan mereka yang abadi sesuai dengan mati syahid maknawi. Artinya musibah dan ujian itu bagi kaum yang taat sebenarnya adalah bentuk rahmat Ilahi meski berada di dalam siksa pedih yang bersifat sementara. Sebab lewat derita dan siksa yang bersifat sementara dan kecil mereka akan diberi harta rampasan yang kekal dan besar.


Pertanyaan Kelima


Allah SWT sebagai Dzat yang Maha adil dan Penyayang, Mahakuasa dan Bijaksana, tidak membalas dosa khusus dengan hukuman khusus. Namun Dia menimpakan unsur yang besar seperti bumi untuk memberi pelajaran.apakah ini sesuai dengan kodrat dan keindahan rahmat-Nya yang bersifat komprehensif?


Jawabannya: Dzat Mahakuasa yang agung telah memberikan kepada setiap unsur begitu banyak tugas tersebut. Dia melahirkan hasil dan buah yang banyak pula. Andaikan sebuah hasil yang buruk-musibah dan bencana-muncul dari satu unsur saja dari salah satu tugas diantara sekian tugas yang banyak, maka segala hasil baik yang disebabkan oleh unsur tersebut akan menjadikan hasil buruk tadi sebagai seuatu yang bagus dan indah. Sebab, andaikan unsur yang murka pada manusia itu dilarang melakukan tugasnya sehingga sebuah hasil yang buruk tidak datang tentu banyak kebaikan sebanyak hasil baik yang disebabkan oleh seluruh tugas unsur tersebut akan ditinggalkan. Artinya akan muncul banyak keburukan sebanyak hasil yang baik. Sebab, tidak ditunaikannya sebuah kebaikan merupakan keburukan. Hal itu hanya untuk menghalangi datangnya sebuah keburukan. Ini tentu saja bertentangan dengan hikmah. Ia benar-benar buruk, jauh dari hakikat kebenaran, dan merupakan bentuk kekurangan. Padahal hikmah, kodrat dan hakikat kebenaran bersih dari segala bentuk kekurangan. Karena kesalahan semacam itu merupakan bentuk pembangkangan yang menyeluruh terhadap hak banyak makhluk sekaligus bentuk penghinaan terhadapnya sehingga layak mendapat murka banyak unsur, terutama tanah sehingga ia marah, maka perintah kepada unsur yang besar untuk menghukum para pembangkang itu merupakan bentuk hikmah dan keadilan. Ia wujud kasih sayang Allah terhadap kaum yang dizalimi.


Pertanyaan Keenam


Kaum yang lalai menyebarkan pemahaman di kalangan banyak orang bahwa gempa hanyalah hasil pergeseran dan pergerakan barang tambang yang terdapat di perut bumi. Mereka melihatnya sebagai suatu peristiwa yang terjadi begitu saja secara kebetulan dan alami. Mereka tidak melihat adanya sebab-sebab dan pengaruh maknawi dari peristiwa tersebut yang dapat menyadarkan mereka dari kealpaan. Adakah kebenaran dibalik argumen mereka?


Jawabannya: yang ada hanya kesesatan. Sebab kita menyaksikan bahwa setiap spesies dari ribuan makhluk yang jumlahnya lebih dari 50 juta diatas bumi memakai pakaiannya sendiri yang sesuai dimana ia diganti setiap tahun. Bahkan salah satu dari sayap sekalipun yang merupakan salah satu dari ratusan organ lalat tidak tetap dan tidak dibiarkan. Namun ada tujuan, kehendak dan hikmah di dalamnya. Hal itu menunjukan bahwa aktivitas dan kondisi bumi yang besar ini-

64. Page

sebagai tempat tinggal makhluk yang jumlahnya tidak terhingga-tidak berada diluar kehendak dan maksud Ilahi. Bahkan tidak satupun yang berada di luar kehendak tersebut baik secara parsial maupun menyeluruh.


Dzat Yang Maha Kuasa telah menghadirkan sebab-sebab lahiriah sebagai tirai dari berbagai tindakan-Nya sesuai dengan hikmah-Nya yang bersifat mutlak. Nah, ketika kehendak-Nya mengarah kepada penghadiran gempa. Dia menyuruh salah satu barang tambang berguncang dan bergerak sehingga gempa itupun terjadi. Kalaupun gempa itu terjadi karena adanya gerakan barang tambang, ia hanya mungkin terwujud karena adanya perintah Ilahi dan sesuai dengan hikmah-Nya.


Sungguh sangat bodoh dan sangat mengabaikan pihak terbunuh jika si pembunuh tidak dihukum lantaran melihat dan membatasi perhatian pada serbuk yang menyala pada letupan peluru. Dermikian pula sungguh bodoh jika hanya melihat alam dan lupa kepada perintah Ilahi yang menyuruh kepada peledakan bom yang tersimpan di perut bumi yang bagaikan kapal dan pesawat lewat hikmah dan kehendak-Nya. Dan menyuruhnya untuk terpecah dan terbelah untuk membangunkan kaum yang lalai.


Lanjutan Pertanyaan Keenam


 Kaum yang sesat dan kufur menampakkan sikap keras kepala yang aneh dan sikap dungu yang mengherankan. Sikap tersebut sampai membuat manusia menyesali keberadaannya sebagai manusia. Hal ini guna melestarikan cara hidup mereka yang menentang kenbangkitan orang yang beriman.


Sebagai contoh: pembangkangan yang melampaui batas yang ditunjukan oleh manusia di masa-masa terakhir ini yang berkembang secara merata mengundang murka seluruh unsur dari elemen. Karena itu Rububiyyah Tuhan pencipta bumi dan langit tampak sebagai pemelihara Semesta Alam dan Penguasa entitas di seluruh alam secara komprehensif: tidak hanya parsial. Tuhan semesta alam menghukum umat manusia dengan sejumlah bencana dan musibah yang bersifat umum dan mencekam. Misalnya perang dunia, gempa, banjir besar, angin topan, air bah dll yang menghancurkan. Semua itu untuk menyadarkan semua manusia yang sedang lalai dari kealpaannya serta mendorong manusia untuk tidak terlena dan melampaui batas. Ia juga untuk memperkenalkan manusia kepada Tuhan yang ia tentang. Tuhan memperlihatkan Hikmah, kodrat, keadilan, kehendak dan sifat hakimiyyah-Nya secara sangat jelas. Akan tetapi, meski demikian, setan yang dungu yang berbentuk manusia demikian keras kepala dalam menyaksikan semua petunjuk dan tarbiyah Ilahi tersebut. Mereka berkata “ia hanya faktor alam. Ia merupakan bentuk letupan sejumlah unsur dan pergerakan isi perut bumi. Ia hanya bersifat kebetulan.panas matahari dan listrik berbenturan sehingga semua mesin di Amerika menjadi berhenti selama lima jam dan iklim di Kastamomu memerah seakan-akan menyala” demikianlah igauan yang tidak berarti yang mereka ucapkan.


Kebodohan yang bersumber dari kesesatan dan sikap keras kepala yang lahir dari kekufuran menghalangi mereka menghalangi mereka untuk menangkap esensi berbagai sebab. Itulah yang membuat mereka terhijab dari kodrat Ilahi. Karena saking bodohnya salah seorang dari mereka memperlihatkan sebab-sebab laihiriah dengan berkata “pohon cemara yang besar ini 

65. Page

misalnya tumbuh besar dari benih” Ia mengingkari mukjizat penciptaannya yang Maha Agung. Padahal andaikan ia diserahkan kepada suatu sebab tentu seratus pabrik tidak akan cukup membentuk pohon tersebut.


Maka sikap memperlihatkan sebab-sebab lahiriah seperti diatas merupakan bentuk pelecehan terhadap kreasi Rububiyah yang agung yakni Tuhan yang penuh hikmah. Sementara itu, disisi lain ada yang memberikan istilah ilmiah terhadap hakikat penting yang tidak mampu ditangkap oleh akal. Seakan-akan hakikat tersebut telah dikenal dan diketahui dengan sekedar meletakkan istilah tersebut. Ia pun menjadi biasa tanpa ada hikmah di dalamnya.


Renungkan sikap dungu dan bodoh yang tidak berujung itu. Hakikat yang hikmahnya tidak mampu dijelaskan oleh seratus halaman, seolah-olah dengan sekedar diberi istilah tadi membuatnya dikenal dan biasa. Mereka berkata “sesuatu itu berasal dari ini. Ia diakibatkan oleh materi matahari yang berbenturan dengan listrik”. Perkataan ini membuatnya seakan-akan sudah dikenal dan dipahami.


Bahkan salah seorang dari mereka memperlihatkan sifat yang lebih bodoh dari Abu Jahal. Ia menisbatkan suatu peristiwa Rububiyah yang memiliki tujuan khusus kepada salah satu hukum alamiah. Seolah-olah hukum itulah yang bekerja dan berbuat. Dengan sikap itu ia memutuskan korelasinya dengan kehendak Ilahi yang bersifat komprehensif dan sifat Hakimiyah-Nya dimana ia dicerminkan oleh sunnah yang belaku di alam. Kemudian ia mengalihkan peristiwa tesebut kepada unsur kebetulan dan alam. Maka ia seperti orang dungu yang keras kepala yang menisbatkan kemenangan seorang prajurit dan pasukannya dalam perang kepada sistem keprajuritan dan militer yang ada tanpa mengaitkannya dengan sang panglima, pemimpin negara, dan sejumlah perbuatan yang memiliki maksud tertentu.


Marilah kita melihat sikap bodoh mereka yang demikian jelas dalam contoh berikut ini.:

Seorang produsen yang handal membuat seratus ons beragam makanan, dan seratus meter aneka kain dari sepotong kayu kecil yang ukurannya tidak lebih dari sepanjang jari. Lalu salah seorang dari mereka berkata bahwa pekerjaan luar biasa itu dilakukan oleh sepotong kayu kecil. Bukankah ia sangat bodoh? Ini sama dengan orang yang menampilkan sebuah benih yang keras yang mengingkari kehebatan kreasi Sang Pencipta dalam menciptakn pohon. Ia telah merendahkan nilai kreasi yang menakjubkan itu dengan menisbatkan kepada proses kebetulan dan sebab-sebab alam. Ini sama persis dengan diatas.


Pertanyaan Ketujuh


Bagaimana memahami bahwa kejadian gempa bumi ini mengarah kepada kaum muslimin di negeri ini? Artinya mereka yang menjadi sasaran. Mengapa ia justru sering terjadi di wilayah Izmir dan Erzincan?


Jawabannya: terdapat banyak petunjuk bahwa peristiwa tersebut tertuju kepada kaum beriman. Sebab ia terjadi di musim dingin, di kegelapan malam, khususnya di negeri ini yang tidak menghormati kehadiran bulan Ramadhan. Ia terus berlangsung akibat manusia tidak mau mengambil pelajaran dari padanya. Jadi ia terjadi untuk menyadarkan kaum muslimin yang lalai 

66. Page

dari tidur panjang mereka.. selain itu terdapat petunjuk yang menegaskan bahwa gempa tersebut mengarah kepada kaum beriman. Ia mengguncang mereka guna mengajak mereka menunaikan shalat, berdoa dan bersimpuh di hadapan-Nya.

Adapun guncangan keras yang terjadidi Erzincan memiliki dua makna:

Pertama, ia disegerahkan untuk menjadi penebus dosa kecil mereka.

Kedua, bisa jadi bahwa guncangannya pertama-tama terjadi di tempat tersebut karena dijadikan pusat kegiatan kaum zindik (fasik) yang menggunakan kesempatan ketika melihat sedikitnya jumlah pembela Islam yang kuat dan kondisi mereka yang lemah. Yang mengetahui hal yang ghaib hanya Allah.

 

[سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا اِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ]

 

Mahasuci Engkau. Kami tidak memiliki pengetahuan kecuali yang Engkau ajarkan. Engkau Maha mengetahui dan Maha bijkasana.