NAVIGATION
39. Page
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ
[فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ
وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمٰوٰتِ وَالأءَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ]
“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu malam dan diwaktu subuh” Dan segala puji bagi-Nya di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari)
(Q.S. al-Ruum: 17-18)
Wahai saudaraku! Kamu bertanya kepadaku tentang hikmah kenapa shalat itu khusus lima waktu yang sudah ditentukan. Kami hanya akan menjelaskan satu hikmah dari berbagai hikmah yang terdapat di dalamnya.
Benar, setiap waktu yang ditetapkan untuk shalat merupakan cermin tasarruf Ilahi (pelaksanaan urusan Allah) yang Agung, tempat pemantauan ihsanaat al-kulliyayah al-Ilahiyyah (anugrah Allah yang menyeluruh). Dalam tasarruf tersebut terdapat awal perubahan penting dalam diri manusia. Shalat artinya memperbanyak tasbih dan penghormatan (ta’zim) kepada al-Qaadir Zul Jalaal serta bersyukur dan memujiNya atas nikmat yang begitu banyak dan tidak terhitung yang terhimpun dianatara dua waktu, dan pada waktu tersebutlah diperintahkan shalat itu.
Untuk memahami makna yang halus dan dalam ini, simaklah lima nuktah (poin penting) ini:
Poin Pertama: Arti shalat adalah mensucikan, mengagungkan dan mensyukuri Allah Ta’ala dan mensucikan Allah dengan mengucapkan “Subhanallah” melalui perkataan dan perbuatan. Shalat adalah mengagungkan Allah dengan mengucapkan kalimat “Allahu Akbar” melalui lafaz dan dalam mengakui sifat al-Kamal Nya (kesempurnaan) dan juga bersyukur dengan mengucapkan “Alhamdulillah” melalui lisan, tubuh dan hati terhadap sifat Al-Jamal Nya (keindahan). Arti tasbih, Takbir, dan Tahmid ialah ibarat benih-benih dalam shalat. Sebab ketiga kalimah ini terdapat dalam seluruh pergerakan dan zikiri-zikir dalam shalat. Dan kalimah yang diberkati ini diulang sebanyak tiga puluh tiga kali sesudah selesai shalat untuk mengukuhkan makna dan nilai yang terdapat dalam shalat.
Poin Kedua: Pengertian Ibadah adalah; Hamba akan mampu melihat kekurangan, kelemahan dan kefakiran dirinya dihadapan Ilahi, dia bersujud dengan ketakjuban dan kasih sayang di hadapan Rububiyyah, qudrat Samadiyyah dan rahmat Ilahiyyah. Sebagaimana Kekuasaan Rububiyyah menghendaki pengabdian dan ketaatan, kekudusan dan kesucian Rububiyyah. Disamping itu Dia juga menuntut hamba Nya melihat kekurangan dirinya, lalu dengan istighfar, tasbih dan “Subhanallah” menyatakan bahwa Rabb nya suci dan terbebas dari segala kekurangan, Dia Munazzah dan Mu’alla (bersih dan Tinggi) dari pikiran-pikiran batil yang dimiliki orang-orang sesat. Dia juga Muqaddas dan Mu’arra (Suci dan Bebas) dari kekurangan semua yang ada di alam ini.
40. Page
Kesempurnaan qudrat Rububiyyah menginginkan supaya manusia memperhatikan kelemahan diri dan kelemahan makhluk, dia akan mengucapkan “Allahu Akbar” lalu ruku’ dengan merendahkan diri dalam istihsan (penghargaan) dan kekaguman terhadap keagungan tanda-tanda qudrat Samadiyyah lalu ia berlindung dan bertawakkal kepada Nya. Pemilik Khazanah rahmat Rububiyyah yang tanpa batas juga menginginkan agar manusia menyampaikan keinginan dan kebutuhannya sendiri sekaligus juga menyampaikan keperluan seluruh makhluk dengan doanya kepada Allah. Dan “Alhamdulillah” bahwa perkataan dan perbuatan dalam shalat mengandungi pengertian ini semua, sebab itu Allah telah mewajibkan shalat itu untuk manusia.
Poin Ketiga: Manusia adalah bagian kecil dari makhluk alam yang diciptakan oleh Allah SWT, karena itu ia perlu menyembah Allah SWT. Surat al Fatihah yang mulia adalah cahaya al-Qur’an, demikian juga dengan shalat , ia merupakan intisari yang lengkap dari semua ibadah, ia juga peta suci yang memberi petunjuk kepada berbagai jenis ibadah untuk semua makhluk.
Poin Keempat: sebagaiamana jarum jam , setiap minggu berputar detik-demi detik, menit, hari antara satu dan lainnya saling menjaga. Masing-masing mengambil posisinya. Demikian juga dengan alam dunia ini seakan ia merupakan jam besar Allah SWT, perputaran siang dan malam pertukaran tahun ke tahun gunanya untuk menghitung detik-detik, menit demi menit jam-jam demi jam minggu demi minggu dan bulan demi bulan yang bejalan. Masing-masing mengambil posisinya dan saling melengkapi.
Contoh: Waktu subuh sampai terbit matahari mengibaratkan permulaan musim bunga, memperingatkan detik-detik kelahiran seorang manusia dari rahim ibunya serta memperingatkan hari pertama dari hari penciptaan langit dan bumi dan menginatkan urusan-urusan Ilahi yang terdapat di dalamnya.
Waktu zuhur seakan menyerupai musim pertengahan panas, kesempurnaan masa muda, memperingatkan ketika manusia diciptakan dan mengingatkan akan tajalliyat (penzahiran) rahmat dan limpahan nimat yang terdapat di dalamnya.
Waktu Asar, seakan ia adalah musim gugur, masa tua, ‘asrus sa’adah’ (kurun kebahagiaan) Nabi akhir zaman. Waktu asar juga mengingatkan kepada manusia tentangnikmat Allah al-Rahmaan yang terdapat di dalamnya.
Waktu Maghrib memahamkan tentang Tajaliyat Jalaliah (Penjelmaan kehebatan Allah), menyadarkan dan membangkitkan manusia dari kelalaian dengan memberikan peringatan dengan cara hilangnya (ghurub) makhluk di penghujung musim dan kemusnahan dunia ketika awal kiamat datang.
Waktu Isya memberitahu tentang urusan Agung Al-Qahhar Zul Jalaal berkenaan dengan kekuatan Allah yang telah menghilangkan tanda-tanda siang dan berubah menjadi gelap malam gulita dan penutupan dunia menjadi medan ujian buat selamanya.
Waktu tengah malam mengingatkan manusia bahwa roh sangat butuh dengan rahmatal-Rahmaan dan malam itu menggambarkan tentang musim sejuk, kubur dan alam barzah.
41. Page
Tahajud di tengah malam memberikan kesadaran bahwa betapa perlunya suatu cahaya dalam kemalaman kubur dan dalam kegelapan alam barzah dan menyatakan betapa layaknya Allah tempat bersyukur dan memujinya dengan mengingat nikmat-nikmat-Nya yang tidak pernah putus.
Subuh selanjutnya mengingatkan hari kebangkitan, kita sadar bahwa waktu subuh adalah kepastian sama seperti musim bunga, demikian juga dengan subuh mahsyar dan musim bunga barzakh adalah suatu kepastian.
Artinya bahwa setiap lima waktu merupakan awal perubahan penting dan sekaligus mengingatkan perubahan-perubahan yang besar dengan isyarat dari Allah al-Samadiyyah dan ia juga mengingatkan mukjizat qudrat dan RahmatNya. Artinya tugas melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam sebagai dasar ubudiyah itu sangat sesuai dengan tugas fitrah manusia.
Poin kelima: secara fitrah, manusia itu sangata lemah sebab itu semua benda mengganggu, mempengaruhinya dan menyakitinya. Disamping itu musuhnya dan musibah yang menimpanya juga sangat banyak. Dia terlalu fakir karena itu kebutuhannya amat banyak, dia malas dan tidak punya upaya sebab itu tanggungjawabnya amat berat. Kemanusiaannya telah menghubungkan dengan alam semesta sebab itu ia akan kehilangan dan berpisah dengan seluruh perkara yang ia sayangi dan senangi. Akalnya telah membawanya ingin mencapai hal-hal yang tinggi dan buah-buahan yang abadi tapi tangannya pendek, umurnya singkat, upayanya kurang dan kesabarannya rendah. Maka dapat dimengerti bahwa roh yang lemah begini sangat perlu taufiq dan bantuan melalui permohonan dan hanya shalatlah cara yang paling tepat memohon ke hadirat al-Qadiir zul Jalal dan al-Rahiim Zul Jamaal. Waktu subuh adalah waktu yang amat penting untuk berdoa karena ia menjadi poin tempat bersandar bagi roh karena ia akan menanggung tugas-tugas berat diwaktu siang sampai subuh berikutnya.
Waktu Zuhur adalah detik-detik kesempurnaan siang. Condongnya cayaha matahari kearah menghilang dan menunjukan kematangan pekerjaan harian. Zuhur adalah waktu istirahat sementara dari berbagai kesibukan, pada waktu ini roh memerlukan istirahat dari berbagai aktifitas dunia yang fana ini.
Menunaikan shalat zuhur sangat baik, perlu dan sesuai karena pada waktu itu roh manusia menyhelamatkan diri dariberbagai kesempitan dan meloloskan diri dari kelalain dan dari melaksanakan pekerjaan yang tidak berarti dan tidak kekal, ia sekarang menuju al-Qayyumul Baaqi, Dia lah pemberi nikmat sesunguhnya. Sambil mendekap tangan, bersyukur, memuji semua nikmatNya kemudian meminta bantuan dan menyampaikan kelemahannya dengan rukuk di depan Allah Yang Maha Agung dan bersujud di depan kesempurnaan Nya yang tidak akan pernah hilang dan keindahaanNya yang tiada tandingannya. Selanjutnya ia menyampaikan ketakjubanya, kasih sayang dan kerendahannya. Manusia yang tidak memahami hakikat diatas berarti dia bukanlah manusia.
Waktu ashar mengingatkan kita kepada musim gugur yang menyedihkan, masa tua yang layu dan musim akhir zaman yang memilukan, ia juga waktu selesainya tugas harian dan waktu terbentuknya kurnia Ilahi seperti kesehatan, keselamatan dan diterimanya amal shaleh pada
42. Page
waktu itu. Dan condongnya matahari ke arah Barat mengisayaratkan bahwa semua yang ada ini hanyalah bersifat sementara.
Roh manusia yang menginginkan keabadian yang sedang pilu karena perpisahan dengan aktifitasnya pergi mengambil wudhuk untuk mendirikan shalat ashar. Sambil mempersembahkan munajat ke hadirat al-Samadiyyah al-Qaadimul Baaqi dan Qayyuumus Samadi, dia berlindung dibawah rahmat yang tidak ada ujungnya itu. Dia bersyukur dan memuji-muji nikmat yang tidak terhingga itu dia ruku’ dalam rasa terhina di hadapan Rububiyyah Nya kemudian bersujud dengan merendahka.n diri di hadapan PenciptaNya, ketika itu dia menemui hiburan dan ketengangan yang hakiki lalu bersedia menjadi hamba di hadirat kemulianNya. Dan hanya insan beriman yang bisa memahami bahwa mendirikan shalat ashar seperti diatas merupakan tugas amat tinggi, satu pengabdian yang sangat cocok dan satu pelunasan hutang fitrah yang paling sesuai dengan tempatnya dan itulah jalan untuk memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.
Waktu maghrib mengingatkan bahwa semua makhluk akan menghilang, dunia indah musim bunga, musim panas dan musim gugur berada dalam perpisahan yang menyedihkan karena sudah dimulainya musim dingin. Maghrib juga mengingatkan kepada manusia saat dia akan berpisah dengan segala yang dicintainya ketika ia menuju kematiannya lau ia masuk ke dalam kubur. Ia juga mengingatkan kepada seluruh makhluk penghuni dunia bahwa ia akan berpindah ke alam lain. Waktu maghrib memberikan peringatan keras kepada siapapun yang memuja kekasihnya atau benda apapun yang dia cintai, dia ingatkan bahwa sebentar lagi semua akan terbenam.
Menunaikan shalat Maghrib pada waktu ini merupakan kerinduan roh kepada Zat al-Jamaalul Baaqi, dan menghadapkan wajahnya ke arah tahta Agung al-Qaadim lam yazal (yang masih ada) dan al-Baaqi la yazal (yang tidak akan hilang). Dia mengerjakan tugas-tugas Agung memutar dan mengubah seluruh alam ini sesuai kehendakNya.
Kemudian dia mengucapkan “Allahu Akbar” atas benda-benda fana ini dan menarik tangannya lantas mendekap untuk mengabdi kepada Al-Maula dan berdiri di hadirat Ad-Daaimul Baqi. Dengan mengucapkan “alhmadulillah” dia bersyukur dan memuji kesempurnaanNya yang tiada kekurangan. Dengan mengucapkan [إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ] ia memamerkan ubudiyah dan memohon pertolongan dari Rububiyyah yang tiada pembantu, uluhiyyahNya yang tiada sekutu dan kerajaannya yang tiada mempunyai menteri.
kemudian dia ruku’ kepada kebesaraNya yang tiada akhir, QudratNya yang tiada batas dan kemulianNya yang tiada kelemahan. Dengan menyampaikan kelemahan, kefakiran dan kehinaannya bersama dengan seluruh alam dan memuji Rabbul Aziim dengan menyebut kata-kata “سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ “.
Selanjutnya ia bersujud kepada keindahaan Zat Nya yang tidak akan pernah hilang, sifat Qudusiah Nya yang tidak akan pernah berubah dan kesempurnaan Samadi Nya yang tidak akan pernah berganti. Dia menyatakan kasih sayang dan ubudiyahnya dengan meninggalkan selain Allah dalam ketkjuban dan kerendahan hati lantas dia menjumpai Al-Jaamiul Baaqi, Al-Raahimu Al-Sarmadi dan meninggalkan semua yang fana. Dengan berkata dengan ucapan yang indah
43. Page
“سُبْحَانَ رَبِّىَ الْاءَعْلَى“ dia mensucikan Rabbul A’laa nya yang munazzah (disucikan) dari segala kekurangan.
Melanjutkan shalatnya dia bertasyahud, duduk menghadiahkan tahiyyat-tahiyyat mubarakah, salawat-salawat thayyibah atas namanya sendiri kepada Allah al-Jamiil lam yazal dan al-Jaliil la yazal.
Dengan mengucapkan salam kepada Rasulnya yang mulia, dia memperbaharui bai’ahnya dan menyampaikan ketaatannya kepada perintah-perintah Allah. Untuk memperbarui dan menerangi imannya dia memandang peraturan-peraturan penuh hikmah. Kemudian ia menjadi saksi kepada wahdaniyyah (keesaan) as-Sani’ Dzul Jalaal (pencipta yang memiliki keagungan) serta menjadi saksi atas Risalah Muhammad SAW yang menjadi antar kesultanan Rububiyah, penyampai mardhiyyah (yang diredhai) Nya dan penterjemah ayat-ayat kitab alam semesta.
Bagaimana bisa orang yang tidak memahami kehebatan shalat maghrib ini disebut sebagai manusia? Ketahuilah sesungguhnya menunaikan sshalat maghrib adalah tugas yang amat latif (lembut) dan bersih, suatu ubudiyyah yang amat mulia, lezat, menarik, dan cantik, satu hakikat yang amat benar, suatu kebahagiaan yang berketerusan di rumah tamu yang fana ini.
Waktu isya adalah waktu sisa-sisa, bekas peninggalan siang hari, yang masih ada di ufuk turut menghilang lalu dunia malam meliputi alam semesta ia memperingatkan tasarrufat Rabbaniyyah al-Qadiir Dzul Jalaal (Aktifitas Rab yang Maha Menentukan dan meliliki Keagungan). Yang merupakan perubah malam dan siang dan pertukaran putih dengan hitam. Allah yang mengurus segala sesutu itu “مُسَخِّرُ الشَّمْسِ وَ الْقَمَرِ “ (penggerak matahari dan bulan) demikian juga dengan bertukarnya musim dari musim panas yang indah kepada musim dingin yang menyejukkan.
Waktu Isya juga mengingatkan kita kepada kekuasaan Ilahi al-Khaaliqul mauti wal hayah (pencipta kematian dan kehidupan) dan Dia yang memindahkan manusia dari alam kubur ke alam lain dan terputusnya penghuni kubur dari dunia ini, itulah gambaran waktu isya bagi manusia yang beriman.
Waktu Isya mengingatkan pula tentang kehebatan pengaturan Allah (Tasarrufat Jalaliyah) dan tajalliyat Jamaaliyah (Kehebatan dan Keindahan) bagi al-Khaaliqul ardhi was samawaat (pencipta bumi dan langit) ketika terbukanya alam akhirat yang luas, kekal dan Agung setelah kemusnahab dunia yang sempit, fana dan hina. Sesungguhnya hanya Allah yang bisa menukar, menulis, memadamkan dan mengubah siang dan malam, musim dingin dan panas, dunia dan akhirat seperti sebuah buku. Ini merupakan kewujudan al-Qaadirul Mutlaq (yang berkuasa secara mutlak) dan selalu menguasai semua ini.
Menunaikan shalat Isya pada waktu ini mempunyai arti yang sangat penting karena roh manusia yang lemah, fakir, butuh pertolongan, sedsng tenggelam menuju kegelapan menatap masa depan yang gelap masih dalam situasi goyang karena menghadapi berbagai pristiwa di waktu siang, saat itu sangat membutuhkan pertolongan seperti yang dialami Sayyina Ibrahim Alai salaam sambil berkata [لاَ أُحِبُّ اْلآفِلِينَ]
44. Page
Dia sangat membutuhkan berlindung di pintu al-Ma’bud lam yazal dan al-Ma’buud la yazal dengan cara shalat dan bermunajat dengan al-Baqiyus Sarmadi di alam yang faana, dalam kehidupan sementara, di dalam dunia yang gelap dan di dalam masa depan yang gulita. Pada saat itu dia meminta rahmat al-Rahmaanur Rahiim dan nur HidyahNya yang akan menabur cahaya kepada dunianya, menerangi masa depannya, menyapukan obat kepada luka-lukanya yang menganga akibat perpisahan dan kehilangan kekasihnya. Pada saat itu dia bisa melupakan dunia lalu mencurahkan perasaan hati dan masalah-masalahnya dengan tangisan di pintu rahmat Ilahi.
Untuk menghadapi kemungkinan apapun yang terjadi dia menutup kehidupan hariannya dengan shalat ini. Sebentar lagi dia akan memasuki masa tidur yang menyerupai kematian. Dia lakukan ubudiyah terakhir guna menutup buku amalan hariannya dengan husnul kahtimah. Dia dirikan sshalat menghadap ke hadirat al-Ma’bud dan Mahbubul Baqi sebagai kekasih yang sesunguhnya, menghadap al-Qaadirul Kariim tempat dia mengemis yang sebenarnya dan menghadap ke hadirat al-Haafir Rahiim untuk menyelamatkan diri dari kejahatan-kejahatan yang menakutkan.
Dia menghadap Rabnya sebelum tidur dengan memulainya dengan al-Fatihah, dengan memuji Rabbul Alamiin yang merupakan satu Zat al-Kaamilul Mutlaq dan al-Ganiyyul Mutlaq. Pujian ini tentu tidak sama dengan memuji makhluk yang tiada faedah, tidak layak untuk dipuji, tidak sempurna dan fakir. Dia ucapkan kata-kata [إيَّاكَ نَعْبُدُ] dengan perasaan kerdil, dengan ketiadaan teman dan kesendirian dia memasuki menjadi musafir dan bernaung kepada Maliki yaumid Diin yang merupakan Sultan ke azaliaan dan keabadiaan. Kemudian dengan menyhebut [إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ] dia mempersembahkan ibadah dan permintaan bantuan yang wujud pada jamaah terbesar dan jamiah teragung. Dengan menyebut ucapan [اهْدِنَا الصِّرٰطَ المُستَقِيمَ] dia meminta hidayah kepada Allah untuk mendapatkan Siratatul Mustaqim merupakan jalan nurani menuju kebahagiaan abadi. Dalam masa yang sama diua memikirkan kebesaran Dzul Jalal yang mana matahari telah tersembunyi, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan dan bintang-binatang kecil telah tidur. Mereka semua masing-masing mengikuti perintahNya seperti tentara dan setiap satunya menjuadi lampu dan budak dalam penginapan, dan dengan mengucapkan “Allahu Akbar” dia rukuk. Rukuk ini diiringi dengan sujud teragung seluruh makhluk, karena inilah sujud terakhirnya sebelum memasuki tidur. Semua mereka seakan berbaris teratur seperti tentara dengan mengucapkan kata-kata “Allahu Akbar” dan diantarlah mereka kealam ghaib.
Sebagaimana mereka bangkit dan bangun kembali di musim bunga dalam keadaan serupa antarfa satu dengan yang lain sebagiannya dan sebagian lain berbeda. Mereka bersiap untuk berbakti kepada al-Maula dengan laungan penghidupan yang datang dari perintah [كُنْ فَيَكُون]
Dan dengan melihat kebesaran ini manusia yang kerdil ini turut berkata “Allah Akbar” lalu bersujud dalam mahbbah (kasih sayang) yang bercampur dengan rasa ketakjuban, kerendahan diri yang bercampur dengan ke kekalan dan tazallul (rasa hina) yang bercampur dengan kemuliaan di dipan hadirat ar-Rahmaan Dzul Kamaal dan ar-Rahiim Dzul Jamaal dan seraya berucap Allahu Akbar. Ia mengucapkannya dengan penuh cinta dan kekagumannya dalam keadaan fana yang penuh dengan keabadian, dan dalam ketundukan yang dihiasi dengan kemuliaan.
45. Page
Wahai saudaraku! Engkau pasti sudah memahami bahwa dengan melaksanakan shalat Isya merupakan “kenaikan” yang menyerupai (perisstiwa) mi’raj. Sungguh ia merupakan tugas yang amat indah. Kewajiban sangat nikmat, pengabdian yang sangat istimewa, ubudiah yang sangat mulia serta hakikat yang sangat sesuai.
Dengan kata lain, setiap waktu shalat adalah isyarat bagi perubahan zaman yang sangat besar, tanda prosesi Ilahi yang agung, serta petunjuk anugerah Ilahi yang universal. Karena itu penetapan shalat wajib-yang merupakan utang fitrah-pada waktu-waktu tersebut penuh dengan hikmah.
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الحْكِيمُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مَنْ أَرْسَلْتَهُ مُعَلِّمًا لِعِبَادِكَ لِيُعَلِّمَهُمْ كَيْفِيَّةَ مَعْرِفَتِكَ وَالْعُبُودِيَّةَ لَكَ وَمُعَرِّفًا لِكُنُوزِ أَسْمَائِكَ، وَتُرْجُمَانًا لآيَاتِ كِتَابِ كَائِنَاتِكَ وَمِرْآةً بِعُبُودِيَّتِهِ لِجَمَالِ رُبُوبِيَّتِكَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْحَمْنَا وَارْحَمِ المُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ. آمِينَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
Ya Allah sampaikan salawat dan salam kepada sosok yang kau utus sebagai pengajar bagi hamba-hambaMu untuk memberitahukan cara mengenal dan beribadah kepadaMu, dimana beliau juga sosok yang memperkenalkan kekayaan nama-namaMu. Penafsir ayat-ayat kitab alam-Mu serta lewat ubudiyahnya menjadi ccermin terhadap keindahan Rububiyyah-Mu. Juga kepada keluargadan seluruh sahabatnya, kasihi kami dan seluruh kaum mukmin. Kabulkanlah wahai Dzat yang Maha Pengasih lewat rahmat-Mu.