Kalimah Ketiga

16. Page

KALIMAH KETIGA

 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ

[يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعبُدُوا]

Wahai manusia! Beribadalah kamu

 (Q.S. al-Baqarah: 21)

 

Jika engkau memahami bahwa ibadah itu bagaikan perniagaan dan kebahagiaan yang sangat besar, sebaliknya kemunafikan dan kemaksiatan adalah suatu kerugian dan kebinasaan yang mengerikan, maka dengarlah hikayat yang pendek ini!


Pada suatu hari, dua orang tentara menerima perintah untuk pergi ke sebuah kota yang sangat jauh. Mulailah mereka berjalan, tetapi memilih jalan masing-masing, sebelum berangkat dia berjumpa dengan seseorang dan berkata kepada mereka “jalan sebelah kanan tidak berbahaya, siapa saja yang lewat disana 90 persen selamat, menikmati keuntungan dan dapat beristirahat dengan tenang. Adapun jalan di sebelah kiri berbahaya dan menakutkan, hampir dari sepuluh orang yang lewat disitu selalu mendapat bahaya. Jarak perjalanan antara yang kanan dan kiri sama. Sayang ada perbedaan antara keduanya, orang yang mengambil jalan sebelah kiri akan berjalan tanpa peraturan, tidak perlu membawa senjata dan persediaan lain, dia akan dapat melenggang tanpa tas atau ransel dan akan menikmati perjalanan menyenangkan yang menipu. Adapun yang mengambil jalan sebelah kanan akan berjalan dengan peraturan yang ketat dia akan membawa peralatan dan ransum makanan seberat 5 kg dan persenjataan yang canggih yang bisa menewaskan semua musuh seberat 2.5 kg.


Setelah kedua tentara tersebut mendapat informasi demikian, tentara yang beruntung mengambil jalan sebelah kanan dengan memikul beban dipundak dan belakangnya seberat 7.5 kg. Walaupun begitu, hati dan rohnya merasa lega dan nyaman karena bisa berjalan tanpa ada rasa takut.


Adapun yang tentara satu lagi meninggalkan tugas ketentaraannya, dia tidak mau mengikuti peraturan lalu mengambil jalan sebelah kiri. Dirinya memang tidak memikul beban yang berat sebesar 7.5 kg, tetapi hati dan rohnya bagaikan dihimpit oleh beban yang sangat berat dan dia merasa takut yang tidak berujung, malah dia sampai mengemis kepada semua orang. Dia berjalan dalam ketakutan yang mencekam karena seakan benda-benda dan semua peristiwa yang ada di sekitarnya menjadi musuhnya. Akhirnya, setelah sampai di tempat tujuan, dia dihukum, karena di cap sebagai pengkhianat.


Adapun tentara yang mematuhi aturan, dia berjalan dengan tentaram, tenang dan tanpa ada rasa takut dan berutang budi kepada siapapun. Akhirnya dia sampai di kota yang dituju. Disana dia mendapatkan penghargaan yang setimpal sebagai seorang perwira yang melaksanakan tugasnya dengan baik.


17. Page

Demikianlah wahai nafsu yang durhaka! Ketahuilah, bahwa dua insan yang mengembara itu berbeda, seorang mentaati undang-undang Allah dan seorang lagi pendurhaka dan menjadi budak hawa nafsu.


Jalan yang mereka lalui itu adalah jalan kehidupan yang datang dari alam roh lalu melintasi kubur menuju akhirat. Ransel dan senjata adalah ibadah dan ketaqwaan. Secara lahir dalam berribadah kepada Allah itu banyak terdapat rintangan dan kesusahan, tetapi pada hakikatnya terdapat banyak ketenangan dan keringanan yang begitu indah sehingga tidak bisa di definisikan. Sebab orang yang beribadah kepada Allah dalam shalatnya selalu melafazkan asyhadu alla ilaha illallah yaitu tidak ada al Khaaliq (Sang Pencipta) dan al-Razaaq (Maha Pemberi Rezeki) selainNya. Kebaikan dan keburukan mutlkak berada di tanganNya. Dia bukan hanya al-Haakim (Maha Bijkasana) Dia tidak membuat seuatu yang sia-sia, malah Dia juga adalah al-Rahiim (Yang Maha Penyayang), ihsan dan kasih sayangNya sangat berlimpah.


Karena beritikad baik, tentara yang beruntung tersebut, menjumpai pintu-pintu kebaikan penuh rahmat pada setiap sesuatu lalu mengetuknya dengan doa dengan demikian dia melihat semua benda yang ada disekelingnya patuh kepada perintah Rabb nya dan selalu memohon perlindungan kepada Sang Pencipta. Dengan demikian tentara tersebut senantiasa bertawakal kepada Allah, dia menyandarkan dirinya kepada Yang Maha Agung lantas berlindung kepadaNya dalam menghadapi segala musibah. Dengan keimanan yang tinggi kepada Allah dia memperoleh keamanan yang sempurna.


Sebagaimana sudah diketahui bahwa sumber kebaikan dan keneranian yang hakiki ialah keimanan dan pengabdian. Sebaliknya seriap keburukan dan ketakutan adalah sumber kesesatan. Seorang ahli ibadah yang hatinya benar-benar diterangi oleh nur Allah, seandainya dunia fana ini menjadi bom lalu meledak, tentu tidak akan menggentarkannya bahkan dia akan menyaksikan dan merasakan kekuatan Allah al-Shamad, tempat bergantung semua makhluk. Keimanan itu menjadikan ledakan itu suatu keindahan yang menakjubkan.


Adapun ahli filsafat yang fasiq, terkenal dan buta hati, dan dia menganggap akalnya bercahaya, ketika dia melihat meteor jatuh kebumi dia akan menggigil ketakutan sambil berkata “jangan-jangan meteor itu akan menghantam bumi” ada suatu kejadian karena meteor seperti ini jatuh di Amerika, penduduk Amerika menggigil ketakutan dan mereka malah meninggalkan rumah mereka di waktu malam dan mengungsi ke tempat lain.


Tidak bisa dimungkiri, semua manusia membutuhkan berbagai fasilitas yang tiada batas, tetapi ia tidak memiliki modal yang cukup untuk menggapaikan, akhir, malah ia ditimpa musibah tanpa henti dan segala usahanya menjadi sia-sia, seolah-olah segala usaha dan upaya yang ia lakukan tidak menghasilkan apa-apa, kecuali sebatas apa yang bisa digapai oleh tangannya.


Semua orang yang terbuka mata dan hatinya akan mampu melihat dan memahami betapa ibadah, tawakal, tauhid serta penyerahan secara total kepada Allah merupakan suatu keuntungan, kebahagiaan dan nikmat yang sangat besar dan roh manusia yang lemah, dhaif, faqir ini sangat membutuhkan kekuatan dari Allah.


18. Page

Disini dapat kita pahami bahwa jalan tanpa rintangan pasti akan diutamakan dari jalan yang penuh bahaya, walaupun tetap ada kemungkinan sepersepuluh risiko yang akan ditemui. Padahal, jalan ibadah yang kita bicarakan disini penuh dengan kebaikan tidak membawa mudharat, yang mengandung sembilan persepuluh kebaikan, memiliki khazana kebahagiaan yang abadi. Adapun jalan kefasikan dan kemaksiatan menurut para ahli dan dibuktikan oleh para pakar dan mereka sepakat bahwa kefasikan itu tidak bermanfaat sama sekali, menurut mereka sembilan persepuluh kemungkinannya mengandung malapetaka yang abadi. Dan dibuktikan secara pasti oleh para ahli yang tinggi ilmunya dalam bidangnya dan ahli ibadah yang sangat dekat kepada Allah.


Kesimpulan : kebahagian akhirat itu terdapat dalam ibadah, demikian juga dengan kebahagian dunia dapat ditemui dalam ibadah. Ibadah itu itu bagaikan tentara Allah yang bisa digunakan untuk kepentingan kebahagian dunia dan akhirat. Sebab itu senantiasalah mengucapkan alhamdulillahi ‘alath tha’ati wa al taufiiq. Dan bersyukurlah menjadi seorang muslim.

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ عَلَى الطَّاعَةِ وَالتَّوْفِيقِ