NAVIGATION
47. Page
Kalimah ini terdiri dari dua Kedudukan, kedudukan (maqam) kedua adalah Pedoman Masa Muda. Oleh karena itu ia ditulis terpisah maka tidak dimasukkan ke dalam kalimah ini.
بِسْمِ اللّهِ الرّحْمنِ الرّحِيمِ
[وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ]
“Dan Kami turunkan al-Qur’an (sesuatu)nyang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, seddangkan bagi orang yang zalim (al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian”. ( Q.S.al-Isra’:82)
[وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِى لَه]
”Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah
layak baginya. (Q.S. Yaasin:69)
Seandainya anda mau membandingkan al-Qur’an dengan ilmu-ilmu falsafah dari segi hikmah yang terdapat di dalamnya, pengajaran, i’tibar dan derjat keilmuan maka perhatikanlah kata-kata berikut:
Kalau ditelusuri secara tajam, sesungguhnya al-Qur’an itu adalah Mu’jizatul Bayan yang telah memporakporandakan adat istiadat yang disebut adiyat di seluruh alam semesta dan merupakan keluar biasaan, ia adalah mu’jizat kudrat yang ada diatas sekalian alam. Ia telah menerangkan hakikat-hakikat ajaib kepada orang-orang yang berakal lalu mereka ditariknya.
Manakala hikmah falsafah menyembunyikan semua mu’jizatul qudrat yang maha dahsyat didalam tabir adat lalu melintas diatasnya bagaikan orang-orang bodoh dan tidak peduli. Apa yang mereka pamerkan adalah masalah-masalah yang tidak jelas dan amat gampang, keluar dari penciptaan dan jauh dari kesempurnaan fitrah. Ia mencoba mempersembahkan kepada makhluk sebagai suatu hikmah yang mempunyai iktibar.
Contoh, falsafah melihat penciptaan manusia yang merupakan mu’jizat qudrat yang paling lengkap, sebagai perkara biasa dan memandangnya tanpa peduli. Namun dilain pihak mereka asyik membicarakan seorang manusia yang keluar dari kesempurnaan yakni apakah berkaki tiga, berkepala dua dll, seakan ini adalah sesuatu yang dianggap luar biasa.
Contoh lagi: falsafah melihat urusan pemberian rezki kepada anak kecil adalah urusan biasa dan menutupnya dengan kekufuran, padahal ia adalah khazanah ghaib dalam keadaan teratur dan merupakan mu’jizat rahmat yang paling halus. Anehnya ketika mereka melihat urusan pemberian makanan sehelai daun hijau kepada seekor serangga di dasar lautan yang lari dari
48. Page
barisan, terpisah dari kelompoknya, terasing dan sendiri (sebagai sesuatu yang hebat). Malah para failasuf ini mau mengalirkan air mata nelayan melalui sifat pengasih, pemurah dan prihatin yang terjadi dalam masalah ini.
Justru itu! Lihatlah harta dan kekayaan yang ada dalam al-Qur’anul Hakiim dari sudut ilmu, hikmah dan makrifah Ilahiyyah-nya , kefakiran dan kekurangan yang terdapat dalam falsafah dan kenallah dengan al-Saani’. Ambillah pelajaran Rahasia al-Quranul Hakiim adalah amat terang dan hakikat-hakikat ketinggiannya amat lengkap, sebab itu ia tidak memerlukan hayalan-hayalan puisi.
Benar! Kenapa al-Qur’an bukanlah tek puisi atau syair? Walaupun terdapat aturan (nizam) dan intizam (susunan) yang sempurna pada derjat kemu’jizatan. Ciptaan dan susunannya penuh kesempurnaan dan penuh dengan nilai-nilai seni serta memaparkan keharmonisan kreasi Ilahi yang terdapat di alam, dan al-Qur’an juga tidak mengikuti tatanan tertentu. Setiap ayat yang bersinar tidak terkungkung oleh pola tertentu. Karenanya ia ibarat sentral bagi sebagian ayat dan saudara kandungnya. Garis-garis hubungan antar-berbagai ayat yang memiliki keterpautan makna menggambarkan satu wilayah yang luas. Seakan-akan setiap ayat yang mandiri-yang tidak terikat dengan pola wazan-memiliki mata dan wajah yang dapat melihat kepada sebagian besar ayat lainnya.
Sehingga tidak aneh jika kita menemukan dalam al-Qur’an ribuan kaitan dan dalil, dimana seolah-olah ia memberikan sebuah al-Qur’an kepada setiap aliran. Misalnya surat al-Ikhlas, ia berisi kekayaan ilmu tauhid yang sangat berlimpah, mengandung tiga puluh enam surat al-Ikhlas serta terdiri dari enam susunan kalimat saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kalimah kedua puluh lima.
Ya ketidak teraturan yang tampak pada bintang–bintang di langit menjadikannya setiap bintang tidak terikat dan menjadi seperti pusat bagi sebagian besar bintang di dalam wliayah lingkungannya. Garis-garis hubungan dan relasinya membentang ke setiap bintang untuk menunjukan adanya berbagai hubungan samar antara seluruh entitas. Seolah-olah setiap bintang-seakan ayat al-Qur’an- memiliki mata dan wajah yang dapat melihat ke seluruh bintang lainnya.
Perhatikanlah keteraturan yang sempurna pada ketidakteraturan yang ada. Dari sini engkau dapat mengetahui salah satu rahasia ayat al-Qur’an yang berbunyi
[ وَمَايَنْبَغِى لَهُ وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْر]
Artinya:”Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. (Q.S. Yaasin:69)
Hikmah lain yang perlu diketahui dari ungkapan “bersyair itu tidak layak baginya” sebagai berikut:fungsi syair adalah memperindah hakikat kecil yang tidak jelas, menghiasnya dengan hayalan yang bersinar, serta membuatnya menarik perhatian. Adapun hakikat al-Qur’an sudah demikian agung, mulia dan menarik sehingga berbagai hayalan yang hebat dan bersinar tetap tidak berdaya di hadapannya. Misalnya firman Allah yang berbunyi:
49. Page
[يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاءَ كَطَىِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ]
(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas
(Q.S. Al-Anbiyaa: 104)
[ يُغْشِى اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا ]
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat
(Q.S., al-A’raaf: 54)
[اِنْ كَانَتْ اِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَاِذَاهُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ]
Teriakan itu hanya sekali teriakan saja. Tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada kami
(Q.S., Yaasin: 53)
Serta berbagai ayat lain yang sejenisnya yang tidak terhitung jumlahnya dalam al-Qur’an menjadi bukti tentang masalah tersebut.
Seandainya engkau ingin merasakan dan melihat bagaimana setiap ayat al-Qur’an menebarkan cahaya kemukjizatan dan petunjuk serta menghapus gelapnya kekufuran seakan ia laksana bintang yang cahayanya menembus. Coba anda bayangkan seandainya dirimu berada dalam jahiliah dan lingkunganmu adalah Badui yang bodoh. Ketika kamu memandang bahwa segala sesuatu diselimuti oleh tirai kealpaan dan gelapnya kebodohan serta terkungkung oleh kebendaan, tiba-tiba engkau menyaksikan denyut kehidupan mengalir pada entitas tidak bernyawa, dimana ia bangkit dan bertasbih mengingat Allah lewat gema firmanNya:
[ يُسَبِحُ للّهِ مَا فِى السَّموَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْضِ اْلمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِاْلحَكِيمِ ]
Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia adalah Raja, yang Maha suci, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana
(Q.S. Al-Jumu’ah: 1)
Hal yang sama didapati pada ayat-ayat lainnya yang serupa. Lalu wajah langit yang gelap yang diterangi oleh bintang-bintang yang mati dalam pikiran pendengar menjadi hidup lewat firmanNya:
“langit yang tujuh dan bumi bertasbih kepadaNya” (al-Israa’:44)
Ya langit tersebut berubah menjadi mulut yang berzikir mengingat Allah. Setiap bintang mengirim cahaya hakikat dan menebarkan hikmah yang mendalam.
50. Page
Demikian juga dengan muka bumi yang berisi berbagai makhluk lemah dan tidak berdaya, lewat kalam samawi ia berubah menjadi kepala yang besar. Daratan dan lautan juga berubah menjadi lisan yang menyuarakan tasbih. Begitu juga dengan seluruh tumbuhan dan hewan mereka menjadi untaian kata yang berzikir dan bertasbih. Bahkan seluruh bumi seakan-akan mengalirkan denyut kehidupan.
Demikianlah. Dengan transfromasi perasaan ke era tersebut engkau dapat merasakan berbagai aspek kemukjizatan yang terdapat dalam ayat al-Qur’an, sementara kondisi sebaliknya membuatmu tak dapat merasakan hal tersebut.
Ya jika melihat kepada ayat-ayat al-Qur’an lewat kondisimu saat ini yang telah tersinari oleh cahaya al-Qur’an sejak era tersebut hingga esok dan bagaimana ia menerangi seluruh disiplin ilmu Islam sehingga ia menjadi seterang mentari; yakni jika engkau melihat berbagai ayat lewat tirai kebiasaan tentu engkau tidak akan melihat tingkat keindahan menakjubkan yang terdapat pada setiap ayat dan bagaimana ia menghapus kekegelapan lewat cahayanya yang terang. Selanjutnya engkau juga tidak akan merasakan sisi kemukjizatan al-Qur’an diantara sekian banyak sisinya.
Jika engkau ingin menyaksikan tingkatan paling agung dari berbagai kemukjizatan al-Qur’an, perhatikan contoh berikut:
Bayangkan sebuah pohon yang menakjubkan sangat tinggi, aneh, sangat rindang dan besar. Lalu ia dibungkus dengan tirai ghaib sehingga tak terlihat. Tentu terdapat keseimbangan, kesesuaian, dan hubungan antar dahan, buah daun, dan bunga pohon tersebut sebagaimana hal itu juga terdapat pada organ manusia. Masing-masing bagian mengambil bentuk tertentu sesuai dengan esensi pohon itu.
Jika seseorang datang dari pohon yang tidak pernah terlihat itu lalu ia melukis diatas kanvas sebuah bentuk dari setiap bagian pohon dengan membuat sejumlah garis yang mencerminkan hubungan antar bagian pohon dengan membuat sejumlah garis yang mencerminkan hubungan antar bagian, buah, dan daunnya, serta mengisi antara awal dan ujungnya yang demikian jauh tak terhingga dengan berbagai bentuk dan garis yang menggambarkan bentuk bagiannya secara sempurna, maka sudah pasti pelukis ini menyaksikan pohon ghaib tadi lewat pandangannya yang menembus alam ghaib. Lalu setelah itu ia melukisnya.
Nah, al-Qur’an seperti contoh diatas, penjelasannya yang menakjubkan yang terkait dengan hakikat entitas (hakikat yang mengacu kepada penciptaan yang terbentang mulai dari permulaan dunia hingga ke akhirat serta yang terhampar mulai dari bumi hinga ‘Arasy, dari partikel hingga mentari) menjaga keseimbangan dan keselarasan yang ada. Ia memberikan kepada setiap bagian dan setiap buah sebuah bentuk yang sesuai dengannya dimana lewat pencarian dan penelaahan yang dilakukan, para ulamapun berdecak kagum dengan mengucap “maa syaa’ Allah”. Sesungguhnya yang mengisi misteri alam dan menyingkap proses penciptaan yang tersembunyi adalah hanya engkau wahai al-Qur’an.
51. Page
Kita dapat mengupamakan nama, sifat, dan perbuatan-Nya yang penuh hikmah laksana pohon tuba yang berasal dari cahaya yang wilayah keagungannya membentang dari azali hingga abadi batas kebesarannya memenuhi jagat raya tanpa batas, ruang lingkupnya mulai dari:
[يَحُولُ بَيْنَ اْلمَرْءِ وَقَلْبِه]
“Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya” (Q.S. Al-Anfal: 24)
[فَالِقُ اْلحَبِّ وَالنَّوَى]
“Dia menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan” (Q.S. al-An’am: 95)
[خَلَقَ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضَ فِى سِتَّةِ اَيَّامٍ]
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa” (Q.S. Hud: 7)
[وَالسَّموَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ]
“Langit-langit terlipat di tanagan kananNya” (Q.S. Az-Zumar: 67)
Kita melihat al-Qur’an menjelaskan hakikat tersebut dengan seluruh cabang, dahan, tujuan, dan buahnya dengan penjelasan yang sangat selaras dan tepat dimana hakikat yang satu tidak bertabrakan dan tidak merusak hakikat yang lain. Dengan gambaran yang selaras itu al-Qur’an menjelaskan berbagai hakikat nama, sifat dan perbuatan Ilahi yang penuh hikmah dengan penjelasan yang menakjubkan sehingga semua ahli kasyaf, hakikat, ma’rifat, dan hikmah yang berkeliling di alam malakut memercayainya seraya berkata ketika berada di hadapan keindahan penjelasannya yang menakjubkan “Subhanallah”. Betapa ia sangat benar. Betapa ia sangat sejalan dengan hakikat yang ada. Betapa ia sangat indah dan apik”
Kita bisa mengambil contoh enam rukun iman yang mengarah kepada seluruh wilayah entitas dan wilayah sifat wajib Ilahi, dimana ia merupakan ranting dari dua pohon besar tersebut. Al-Qur’an al-Kariim menggambarkannya dengan semua dahan, cabang, buah dan bunganya dengan memerhatikan keselarasannya yang indah antara buah dan bunganya seraya memperkenalkan pola kesesuaian yang sangat ideal, seimbang dan rapi sehingga membuat akal meanusia tak mampu menangkap berbagai dimensi dan tercdengang di hadapan keindahannya.
Kemudian al-Qur’an memberikan gambaran dan potret yang demikian menakjubkan tentang lima rukun Islam yang merupakan cabang dari dahan iman. Al-Qur’an memerhatikan keindahannya yang sangat apik dan kesempurnaan yang seimbang diantara rukun-rukunnya. Bahkan ia menjaga adabnya yang paling sederhana, tujuannya yang paling tinggi, hikmahnya yang paling mendalam, manfaat dan buahnya yang paling kecil. Dalil paling jelas yang menunjukan hal ini adalah kesempurnaan tatanan syariat yang agung yang bersumber dari nash-nash al-Qur’an yang bersifat komprehensif serta dari berbagai petunjuknya. Kesempurnaan tatanan syariat yang menakjubkan, keindahannya yang cermat, dan keselarasan
52. Page
hukumnya menjadi bukti yang jujur dan dalil yang kuat yang sama sekali tidak mengandung keraguan terhadap kebenaran al-Qur’an.
Artinya, berbagai penjelasan al-Qur’an tidak mungkin bersandar kepada ilmu parsial manusia, terutama sosok manusia yang buta huruf. Namun ia pasti bersandar kepada pengetahuan yang luas yang meliputi sekaligus melihat segala sesuatu. Ia merupakan Kalam Allah yang Maha Agung, Maha melihat yang azali dan abadi serta Maha menyaksikan seluruh hakikat ayat yang berbunyi:
[اْلحَمْدُ ِللّهِ الَّذِى اَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا]
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya Al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. (Q S, Al Kahfi: 1)
[اَللّهُمَّ يَا مُنْزِلَ الْقُرْآنِ بِحَقِّ الْقُرْآنِ وَ بِحَقِّ مَنْ اُنْزِلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ نَوِّرْ قُلُوبَنَا وَ قُبُورَنَا بِنُورِاْلاِيمَانِ وَ الْقُرْآنِ آمِينَ يَا مُسْتَعَانُ]
“Ya Allah yang menurunkan al-Qur’an dengan kebenaran al-Qur’an dan dengan kebenaran sosok yang menerima al-Qur’an, terangi qalbu dan kubur kami dengan cahaya iman dan al-Qur’an. Aamiin.