NAVIGATION
290. Page
Kalimah ini terdiri dari tiga dasar
Risalah ini adalah tambahan yang menjelaskan “kilauan kedelapan” dari “Kalimat kedua puluh dua”, dan ia juga adalah tafsir bagi lisan pertama dari dua puluh lima lisan bagian dari lisan-lisan seluruh eksistensi alam, yang telah bersaksi atas keesaan-Nya. Dan hal ini pula yang aku isyaratkan pada risalah “al-Qithrah” (tetesan), yang mana ia merupakan salah satu hakikat dari sekian banyak hakikat berbentuk permisalan yang terkandung dalam ayat:
( لَوْ كَانَ فِيهِمَۤا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا )
“Sekiranya di langit dan bumi ada sesembahan-sesembahan selain Allah, niscaya keduanya akan rusak” (Q.S. al-Anbiya`: 22)
بسم الله الرحمن الرحيم
( لَوْ كَانَ فِيهِمَۤا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا )
“Sekiranya di langit dan bumi ada sesembahan-sesembahan selain Allah, niscaya keduanya akan rusak” (Q.S. al-Anbiya`: 22)
Tiada yang berhak disembah melainkan Allah seorang, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya seluruh kerajaan dan bagi-Nya segala pujian, Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, dan Ia Maha Hidup tiada pernah mati, ditangan-Nya segala kebaikan, dan Ia Maha Mampu atas segala sesuatu, dan kepada-Nya tempat kembali.
Pada suatu malam di bulan Ramdhan, aku pernah berkata bahwa pada setiap kalimat dari sebelas kalimat yang terangkai dalam perkataan tauhid di atas, terdapat tingkatan tauhid dan kabar gembira. Dari sekian tingkatan tersebut, aku hanya menjelaskan makna “Tiada sekutu bagi-Nya” secara ringkas sesuai dengan tingkat pemahaman orang awam. Yaitu dalam bentuk dialog permisalan dan diskusi kritis dengan menggunakan lisan hal (lisan perbuatan) dalam wujud lisan maqal (lisan perkataan). Selanjutnya, atas dasar permintaan saudara-saudaraku yang terhomat yang senantiasa membantuku, dan juga teman-temanku di masjid, maka aku akan memulai dialog ini sebagai berikut;
Kita ibaratkan ada seseorang yang merupakan pujaan dari para sekutu yang diyakini eksistensinya oleh para ahli kesyirikan, kekufuran dan kesesatan; seperti orang-orang ateis, penyembah kausalitas, dan para musyrikin dengan segala jenisnya.
291. Page
Kemudian pujaan itu tadi ingin menjadi ‘Rabb’ (Tuhan) dari salah satu eksistensi alam yang ada, dan ia mengklaim sebagai pemilik hakiki atasnya.
Pada awalnya, pujaan itu bertemu dengan sebutir partikel atom yang merupakan eksistensi paling terkecil yang ada. Dan dengan lisan hukum alam dan filsafat, ia mengatakan kepada atom bahwa ia adalaah Rabb (Tuhan) dan pemilik hakikinya.
Kemudian atom itu pun berkata kepadanya dengan lisan hakikat dan hikmah ilahiyahnya:
Sungguh aku telah melaksanakan tugas-tugas yang tak terkira, dan aku masuk ke dalam setiap ciptaan satu per satu, dan aku bekerja di dalamnya, maka apabila kamu benar-benar memiliki ilmu dan kekuatan yang bisa menjadikan aku mampu untuk melakukan tugas-tugas itu semua…
Dan begitu pula dengan atom-atom lainnya seperti diriku yang tak terkira dan terhitung jumlahnya, kami bekerja[1] bersama-sama, maka apabila kamu memiliki hukum dan kemampuan nyata untuk memanfaatkan dan mengatur kami semua…
Dan begitu pula apabila kamu mampu untuk menjadi penguasa dan pengatur hakiki bagi seluruh yang ada, dimana aku adalah bagian yang tak terpisahkan darinya dalam sebuah kesempurnaan penyusunan -laksana susunan sel-sel darah merah-, maka setelah itu kamu baru boleh untuk mengklaim rububiyyah (ketuhanan) mu atas diriku, dan menyerahkan segala urusanku kepada selain al-Haq (Allah) Ta`ala. Dan jika kamu tidak bisa memenuhinya, maka diamlah! Karena untuk mencampuri urusanku saja kamu tidak mampu, maka bagaimana kamu bisa menjadi Tuhanku. Karena dalam segala tugas dan gerak-gerik kami terdapat aturan-aturan khas dan istimewa yang saling terkait satu dengan lainnya, sehingga siapa saja yang tidak memiliki hikmah mutlak, dan tidak memiliki ilmu luas, maka dipastikan ia tidak bisa ikut campur di dalamnya. Dan apabila ia memaksakan diri untuk ikut campur, maka ia hanya akan merusaknya. Dan faktanya adalah orang yang keras, lemah dan buta seperti kamu, dimana kedua tangannya senantiasa bersama tangan-tangan orang buta seperti penganut paham spontanitas dan alamiah; Sama sekali tidak mampu menjulurkan jari-jarinya.
Maka pujaan yang mengklaim dirinya tuhan itu pun membalas perkataan itu dengan menukil perkataan orang-orang materialism;
Kalau begitu, kamu saja yang menjadi tuhan bagi dirimu sendiri, dan mengapa kamu harus mengatakan bahwa kamu bekerja untuk selain kamu?
Dan si atom pun menjawab:
Kalaulah aku memiliki otak sebesar matahari, dan keluasan ilmu seluas sinaran cahayanya, dan limpahan kekuatan laksana panasnya, dan indra yang membentang luas laksana tujuh warna yang terkandung dalam cahayanya, dan wajah yang senantiasa fokus, mata yang senantiasa terbelalak, dan kata yang didengar di setiap tempat aku bertiak dan di setiap yang ada aku
[1] Setiap sesuatu berkuasa atas pergerakannya sendiri dalam segala sesuatu menggunakan nama al-wahdah. Jadi yang tidak memiliki kemampuan untuk memegang seluruh bintang-bintang dengan tangannya maka ia tida berhak untuk dikatakan sebagai Tuhan.
292. Page
bekerja di dalamnya, maka mungkin saja aku berpikir bodoh seperti kamu, dengan mengklaim bahwa aku adalah pemilik diriku sendiri. Cukup sudah, enyah kamu dari hadapanku, Kamu tidak ada artinya bagiku!
Akhirnya pujaan orang-orang musyrikin itu putus asa menghadapi sebutir atom. Kemudian, ia mencoba menjumpai salah satu sel darah merah (eritrosit) yang terdapat dalam darah seraya berharap ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia pun berkata kepada sel darah merah itu dengan dasar logika sebab-akibat, dan lisan hukum alam dan filsafat;
Aku adalah tuhan dan rajamu!
Maka sel darah merah itu pun berkata menggunakan lisan hakikat dan bahasa hikmah ilahiyah;
Sungguh aku tidak sendiri, apabila kamu mampu untuk menguasai seluruh sel-sel lain seperti diriku yang tergabung laksana bala tentara darah, yang mengemban visi, misi dan strategi sama…
Dan apabila kamu memiliki kekuatan besar dan hikmah yang sangat teliti dan berkuasa atas keseluruhan tubuh, dimana kami hilir mudik dan dipekerjakan di dalamnya dengan penuh kesempurnaan hikmah; maka perlihatkanlah kepada kami! Sehingga klaim ketuhananmu itu memiliki fakta. Manakala seseorang dungu sepertimu yang memiliki tangan dengan kekuatan tuli dan fisik buta, tidak mampu ikut campur dalam urusan kami walaupun sebesar atom, maka kami menolak menjadikan kamu sebagai tuhan kami. Karena kami memiliki aturan istimewa, yang mana tidak ada sesiapa pun mampu mengatur kami kecuali yang mampu melihat, mendengar dan mengetahui segala sesuatu dan mampu berbuat sekehendak hatinya. Apabila kamu tidak mampu melakukan itu maka diamlah! Pekerjaanku sangat besar dan aturanku istimewa, sehingga aku tidak ada waktu untuk melayani pertanyaan bodohmu yang tidak bermanfaat ini. Beginilah sel darah merah itu menolaknya.
Ketika pujaan orang-orang musyrikin itu tidak bisa mengelabui sel darah merah itu, maka ia pun pergi. Namun tiba-tiba ia bertemu dengan sebuah rumah yang sangat kecil bernama sel. Maka sosok pujaan tadi pun berkata dengan lisan hukum alam dan filsafat:
Sungguh aku belum mampu memahamkan atom dan sel darah merah, mudah-mudahan kamu bisa paham dan mengerti maksud perkataanku sehingga kamu mau menurutinya. Bukankah kamu terbentuk dari beberapa materi yang sangat mirip dengan bangunan rumah kecil? Aku pasti bisa menciptakanmu, maka jadilah ciptaanku dan milikku yang hakiki.
Maka sel itu pun menjawab dengan lisan hakikat dan hikmah;
Meskipun aku adalah sesuatu yang kecil, namun aku memiliki fungsi yang sangat besar. Dan aku memiliki struktur yang sangat detail, dan keterikatan yang menghubungkan ku dengan seluruh sel-sel tubuh, dan dengan tubuh itu sendiri beserta seluruh anggota dan bagiannya. Sebagai contoh;
293. Page
Aku memiliki fungsi-fungsi detail dan khusus terhadap pembuluh vena dan arteri, dan terhadap saraf indra dan saraf motorik, dan terhadap daya; seperti daya tarik, dorong, produksi dan sketsa. Maka apabila kamu memilki ilmu dan kekuatan yang keduanya mampu untuk membuat, mengatur dan menggunakan seluruh tubuh beserta pembuluh, saraf dan dayanya…Dan apabila kamu memiliki kekuatan aktif dan keluasan hikmah yang keduanya mampu mengatur benda-benda sepertiku dari golongan sel-sel tubuh, dimana kami adalah ibarat saudara antara satu dengan yang lain dari sisi penciptaan dan bentuk; maka tunjukkan lah kepada kami! Kemudian setelah itu baru lah kamu mengklaim: “Aku mampu menciptakanmu”. Kalau tidak bisa, enyah lah! Sel darah merah telah memberikan aku rezeki (makanan), dan sel darah putih dengan fungsinya telah melindungiku dari penyakit yang senantiasa menyerangku, aku punya tugas-tugas yang menumpuk, jangan menyibukkan diriku.
Kemudian, seseorang yang lemah, keras, tuli dan bisu sepertimu, sungguh tidak mampu untuk ikut campur dalam tugasku dari sisi mana pun. Karena kami memiliki susunan yang sangat detail, halus dan sempurna.[1] Maka apabila yang mengatur kami bukan sesuatu yang maha bijaksana, maha mampu dengan segala sesuatu dan maha mengetahui atas segala sesuatu, niscaya susunan kami akan hancur dan aturan kami rusak.
Kemudian si pujaan tadi pun kembali putus asa, kemudian ia bertemu dengan tubuh manusia, dan ia berkata kepadanya sebagaimana perkataan orang-orang naturalis[2], menggunakan lisan hukum alam yang buta dan filsafat sesat; kamu adalah milikku, dan aku lah yang menciptakanmu, atau aku berperan terhadapmu. Dan tubuh manusia pun membantah perkataan itu menggunakan lisan hakikat dan hikmah, serta dengan lisan fakta susunannya;
Apabila kamu memiliki ilmu dan kekuatan yang benar-benar memiliki pengaruh terhadap diriku dan yang semisalku, serta seluruh tubuh manusia yang memiliki tanda kekuasaan dan segel fitrah kesucian di setiap wajah mereka…dan apabila kamu memiliki kekuasaan dan harta yang bisa membeli pundi-pundi rezekiku, mulai dari air, udara sampai ke tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dan apabila kamu memiliki kekuatan mutlak dan hikmah tak terhingga yang bisa mengatur kelembutan-kelembutan maknawi yang luas dan agung; seperti ruh, qalbu dan akal -dimana aku sebagai penutupnya-, menggunakan kesempurnaan hikmah serta menggiringnya kepada ibadah dengan balutan penutup hina nan sempit seperti diriku; maka perlihatkanlah!
Baru katakan setelah itu; Aku yang menciptakanmu. Kalau tidak bisa, diamlah!
Sesungguhnya Penciptaku maha mampu atas segala sesuatu, dan maha tahu atas segala sesuatu, melihat dan mendengar segala sesuatu, saksinya adalah kesempurnaan susunan yang
[1] Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana telah menciptakan tubuh manusia seperti kota yang sangat teratur. Sebagian dari urat-urat saraf berfungsi sebagai telegram dan telpon. Dan sebagian lain sebagai tempat untuk transportasi darah yang merupakan sebab kehidupan. Sedangkan darah diciptakan dengan dua bagian sel; sel darah merah dan sel darah putih. Sel darah merah berfungsi untuk menyebar sari pati makanan ke sel-sel tubuh berdasarkan ketentuan Tuhan. Dan sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit. Sedangkan kumpulan darah memiliki dua fungsi; memperbaiki sel-sel tubuh yang telah rusak, yang kedua membersihkan tubuh dengan cara mengumpulkan puing-puing sisa sel.
[2] Naturalis atau Thabi`iyyun adalah pemahaman yang mengembalikan segala sesuatu kepada kejadian alamiah, dan menafsirkan segala sesuatu sesuai dengan lingkup itu, serta menjauhkan segala sesuatu yang memiliki pengaruh di luar alam ini.
294. Page
ada pada diriku. Bukti lainnya adalah lambang al-wahdah (keesaan) yang tersegel di atas wajahku. Oleh karenanya, tidak akan pernah bisa sosok hina dan lemah sepertimu menjulurkan jari-jarinya ke arah apa yang telah diciptakan-Nya, bahkan tidak pula mampu ikut campur walau sedikit pun.
Dan para dai syirik tidak juga mendapatkan tempat di dalam tubuh manusia agar bisa mencampuri urusannya. Sehingga pada akhirnya, ia pun pergi.
Lalu ia bertemu dengan sosok manusia, dan bergumam dalam hati;
Semoga saja saya bisa masuk untuk mengatur urusan fisik dan mental sekolompok manusia yang beranekaragam ini. Sehingga aku menemukan tempat untuk memasukkan tanganku ke dalamnya, sebagaimana setan masuk ke dalam perbuatan sadar dan sosial mereka. Dan kalau telah mendapatkan tempat pada diri mereka, maka aku akan memaksakan aturanku kepada tubuh dan sel-sel tubuh yang sebelumnya telah menolakku.
Lantas ia pun mengatakan kepada sosok manusia itu menggunakan lisan hukum alam yang bisu dan lisan filsafat yang sesat untuk kesekian kalinya; kelihatannya kalian sedang berada dalam kesulitan yang amat besar, aku adalah tuhan dan rajamu, bahkan aku memiliki peran dalam penciptaanmu. Seketika itu juga, sosok manusia itu berkata menggunakan lisan kebenaran dan hakikat, serta lisan hikmah kebijaksanaan;
Kalau benar kamu memiliki kekuatan dan kebijaksanaan yang mampu menciptakan kelambu penutup bagi seluruh bumi, dijahit dengan kesempurnaan hikmah menggunakan benang-benang berwarna warni yang tersusun dari ratusan ribu jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis binatang, yang mirip dengan golongan kami. Dan menciptakan permadani yang membentang di atas permukaan bumi, ditenun dengan sempurna menggunakan ratusan ribu ragam jenis makhluk bernyawa, diukir dengan seindah-indahnya ukiran. Apabila kamu memiliki kekuatan untuk merekontruksi keduanya, - kelambu dan permadani -, dengan kesempurnaan hikmah di setiap saat, selain itu kamu juga memiliki kekuatan maha luas dan hikmah merata lagi mampu untuk mengatur alam semesta dimana kami laksana benih-benihnya, serta mengatur bumi dimana kami laksana buahnya, kemudian mampu dengan timbangan hikmah untuk mengirim material-material pokok dari penjuru alam bagi kehidupan kami. Dan apabila kamu memilki kemampuan untuk menghadirkan seluruh golongan kami dari yang paling awal sampai paling akhir yang di wajah-wajah mereka terdapat cap kekuasan Tuhan. Maka apabila kamu memiliki seluruh persyaratan tersebut, mungkin saja kamu boleh untuk menuntut hak ketuhanan (rububiyyah) atas diriku. Namun apabila tidak, maka diamlah! Jangan sekali-kali kamu mencoba mengatakan dengan melihat kekacauan yang tampak pada golongan kami; Sesungguhnya aku mampu untuk ikut campur tangan dalam mengurus urusan mereka. Karena pada hakikatnya aturan dalam golongan kami sangat detail dan sempurna, dan kondisi yang kamu lihat seperti kekacauan ini, sesungguhnya adalah proses pengkloningan yang simultan dengan kontruksi sempurna sesuai kitab takdir milik kekuasaan Tuhan. Sesungguhnya kontruksi yang indah pada tumbuhan dan hewan, dimana mereka merupakan golongan yang jauh dibawah kami, bahkan dibawah tingkatan kami, menunujukkan bahwa kekacauan atau kerancuan yang terlihat pada golongan kami sesungguhnya hanyalah sebatas penulisan.
295. Page
Apakah mungkin yang merajut benang-benang permadani yang menyusur seluruh bagiannya dengan telaten, adalah selain penenun permadani itu sendiri?
Apakah mungkin yang menciptakan buah adalah selain pencipta tumbuhannya?
Apakah mungkin yang menciptakan benih-benih adalah selain pencipta tubuh yang menampung benih-benih tersebut?
Sungguh kamu buta mata, tidak bisa melihat mukjizat kekuasaan Tuhan yang ada pada wajahku, bahkan tidak pula bisa melihat keajaiban fitrah yang ada pada esensi kami. Andai saja kamu bisa melihatnya, kamu pasti paham bahwa penciptaku adalah zat yang tidak ada sesuatu pun tersembunyi dari-Nya, zat yang tidak ada satupun bisa menggambarkan-Nya karena itu sulit. Bagi-Nya menciptakan bintang-bintang dan mengaturnya sama mudahnya dengan menciptakan dan mengatur partikel-partikel kecil, menciptakan musim semi sama mudahnya dengan menciptakan sekuntum bunga, dan Dia lah yang telah memasukkan ke dalam esensiku daftar jagad raya dengan kontruksi sempurna. Maka apakah mungkin sosok keras, mati, lemah, buta serta tuli seperti kamu mampu memasukkan jari jemarinya ke dalam sebuah kreasi dari sosok yang melakukan segala sesuatu ini?!.
Kemudian dikatakan kepadanya; “Diamlah kamu! Pergi! Menjauh dari hadapanku!” Dia pun akhrinya diusir.
Kemudian sosok pujaan ini mendatangi permadani luas yang terbentang di atas permukaan bumi, dan juga mendatangi kelambu indah warna-warni penutup bumi yang sangat menakjubkan. Lantas ia mengatakan kepada mereka dengan teori kausalitas menggunakan lisan hukum alam dan filsafat: “Aku mampu mengatur kalian”, kemudian ia mengklaim: “Aku adalah rajamu, bahkan Aku memiliki pengaruh terhadapmu!”
Permadani dan kelambu itu pun berkata kepadanya atas dasar kebenaran dan hakikat menggunakan lisan hikmah;
Kalau kamu memiliki kekuatan dan kemampuan seni dalam mewujudkan dan menciptakan kelambu dan permadani yang terhampar di atas permukaan bumi selama bertahun-tahun dan berabad-abad. Kemudian kamu bongkar secara seksama dan kamu gantungkan di tali masa lampau agar bisa dipasangkan seperti semula. Lalu program-program dan disain-disainnya disusun dan ditentukan sesuai dengan ketentuan takdir secara terukur, dan selanjutnya dipasangkan kepada pita-pita kaset masa depan, dimana pada masing-masingnya terdapat stempel khusus unik yang memiliki ukuran dan hikmah. Dan apabila kamu punya dua tangan maknawi yang memiliki hikmah dan kekuasaan, kemudian kamu mampu membentangkan keduanya yang bermula dari titik awal penciptaan bumi sampai pada titik akhirnya yaitu kehancurannya, bahkan dari titik azali (paling awal) sampai kepada titik abadi (kekal). Seandainya kamu memiliki hikmah dan kemampuan yang keduanya mampu membuat seluruh pakan simpulan benang-benang permadaniku satu per satu, dan juga memperbaiki serta memperbaharuinya dengan ukuran dan hikmah yang sempurna. Dan apabila kamu mampu memegang dengan tanganmu bola bumi yang merupakan model ukuran kami, yang kami selalu dipakai dan digunakannya sebagai penutup dan alas bagi dirinya, lalu kamu mampu melakukan
296. Page
semua ini, maka tuntut lah hak ketuhanan (rububiyah) mu atas diriku. Dan kalau tidak, maka keluarlah! Karena kamu tidak memiliki tempat di sini.
Sesungguhnya kami memiliki segel wahdaniyah (keesaaan) dan stempel tauhid sehingga tidak ada satupun yang bisa memiliki kami bahkan mencampuri urusan kami selama alam semestas ini tidak berada dalam genggaman kekuasaannya, yang tidak pula bisa melihat segala sesuatu dengan segala kondisinya dalam satu waktu, yang tidak juga mampu melaksanakan tugas yang tiada akhir secara bersamaan, yang tidak pernah eksis dan melihat di semua tempat, tidak pula bisa terlepas dari ruang, dan tidak memiliki ilmu, hikmah dan kekuasaan yang tiada batas.
Maka pendakwa itu pun pergi seraya berkata: “Semoga saja aku bisa menipu bumi, dan mendapatkan tempat pada dirinya”. Lalu ia berkata kepada bumi dengan argument kausalitas dan lisan hukum alam:
Kamu sangat bebas melayang di orbitmu, kelihatannya kamu tidak punya pemilik, maka kamu bisa jadi milikku.
Bumi pun menyanggah atas nama kebenaran dan lisan hakikat dengan suara lantang laksana petir:
Jangan banyak bicara! Bagaimana aku bisa melayang tanpa ada pemilik, coba kamu perhatikan pakaian ku, titik yang sangat kecil dan jahitan yang sangat detail, apakah tidak terukur? Atau apakah kamu melihatnya tanpa hikmah dan seni sehingga kamu sampai pada kesimpulan bahwa aku ini melayang tanpa pemilik? Kalaulah kamu bisa menjadi pemilik hakiki terhadap wilayah luas yang aku itari ini selama satu tahun, setahun berperistiwa kebetulan menempuh jarak kira-kira dua puluh lima ribu tahun, dimana selama itu aku menunaikan tugas dan kewajibanku dengan penuh perhitungan dan hikmah. Maka apabila kamu memiliki hikmah dan kekuasaan tiada tara yang dengannya kamu bisa memiliki saudara-saudaraku dari sepuluh planet lainnya yang tugasnya sama seperti diriku, beserta seluruh orbitnya, dan kamu mampu membuat matahari yang merupakan imam kami dan kami senantiasa terikat dan terkait kepadanya akibat adanya gravitasi rahmah (kasih sayang). Kemudian kamu mampu meletakkan matahari tersebut di tempatnya dan mengikatkanku beserta teman-temanku kepadanya seperti batu-batu katapel, lalu mengatur dan menggunakannya dengan penuh perhitungan dan hikmah. Maka tuntutlah hak ketuhanan (rububiyah) kepadaku, dan kalau tidak mampu, pergilah menjauh dari diriku! Masuklah kamu ke neraka, saya punya kesibukan yang harus saya kerjakan.
Kemudian, apa yang ada pada diri kami berupa tatanan terukur yang besar, pergerakan terstruktur, perjalanan yang penuh perhitungan, semuanya menunjukkan bahwa Pencipta dan Pembuat kami adalah; Dia yang seluruh eksistensi yang ada –mulai dari partikel terkecil hingga terbesar seperti matahari dan bintang-bintang- senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. mereka laksana pasukan yang siap sedia menunggu perintah tuannya. Dia lah Yang Maha Bijaksana lagi Pemilik Keagungan yang sempurna, serta Pemimpin absolut yang mengatur matahari beserta bintang-bintang dengan sangat mudah dan gampang sebagaimana mudahnya mengatur sebuah pohon beserta buah-buahannya.
297. Page
Kemudian si pendakwa itu pergi menemui matahari setelah ia tidak mendapat tempat pada diri bumi. Ia berkata dalam hati; Sungguh matahari ini sangat besar, mungkin aku akan mendapatkan celah dan aku bisa melaluinya, lalu aku juga bisa menguasai bumi. Lantas, Ia berkata kepada matahari sebagaimana perkataaan orang majusi, atas nama kesyirikan dan dengan lisan filsafat syeitan:
Kamu itu adalah raja dan pemimpin bagi dirimu sendiri, kamu bisa berbuat sesukamu atas kehendakmu sendiri.
Kemudian atas nama kebenaran berdasarkan lisan hakikat dan hikmah ilahiyah, matahari menimpali perkataan si pendakwa itu;
“Sungguh seratus ribu kali mustahil, sangat-sangat mustahil, aku ini dikendalikan dan dipekerjakan, aku ini tidak lain hanya sebatas pelita penerang di ruang tamu majikanku. Bahkan untuk menjadi pemilik hakiki seekor nyamuk pun aku tidak mampu, walaupun hanya untuk memiliki sebelah sayapnya saja. Itu karena didalam nyamuk terdapat permata maknawi, ciptaan dan barang antik istimewa laksana mata dan telinga. Itu semua tidak ada di gundangku, bahkan di luar kemampuanku”. Begitulah perkataannya yang menjelekkan dan merendahkan pendakwa itu.
Kemudian pendakwa itu kembali beragumen dengan filsafat fir`aun:
“Karena kamu bukan pemilik dirimu sendiri, melainkan adalah pelayan, maka kamu berdasarkan hukum kausalitas adalah milikku dan budakku!”
Lalu atas nama kebenaran dan hakikat, matahari berkata dengan lisan ubudiyaah:
“Sungguh tiada satu pun yang bisa memiliki kecuali yang mampu menciptakan seluruh bintang-bintang yang tinggi seperti diriku, kemudian meletakkannya di atas langit dengan kesempurnaan hikmah, dan mengaturnya dengan kesempurnaah keagungan, lalu menghiasinya dengan kesempurnaan hiasan”.
Pendakwa itu kembali berbisik dalam hatinya;
“Bintang-bintang itu tidak terhitung jumlahnya, dan kelihatannya berserakan tidak bersatu serta kacau. Nah, mungkin aku bisa berhasil berdasarkan perhitungan yang mewakilkanku”. Lalu ia masuk kedalam gugusan bintang-bintang itu seraya berkata berlandaskan teori kausalitas dan perhitungan serikatnya, dan dengan lisan filsafat zalim, hal ini sebagaimana perkataan kaum shabi`ah (penyembah bintang):
“Kalian ini di bawah kekuasaan penguasa yang berbeda-beda, sehingga kalian sangat berserakan dan berpecah belah”.
Salah satu bintang mewakili bintang-bintang lainnya menjawab:
298. Page
“Kamu ini sangat bodoh, tolol dan buta! Tidak kah kamu melihat segel wahdah (keesaan) dan cap tauhid pada wajah-wajah kami, dan tidak kah kamu menyadarinya! Tidak paham dengan struktur aturan kami yang hebat, tidak pula dengan undang-undang ubudiyah (peribadatan) kami, sehingga kamu mengira kami tanpa aturan. Kami ini adalah ciptaan dan pelayan bagi Yang Maha Esa lagi Satu (Tiada berbilang) Yang senatiasa memegang dengan satu genggaman kekuasaan-Nya seluruh petala langit yang merupakan lautan kami, jagad raya yang merupakan pohon kami, serta ruang angkasa yang tiada batas tempat kami mengembara. Dan kami adalah saksi-saksi bercahaya laksana lampu-lampu pesta yang menunjukkan kepada kesempurnaan rububiyyah-Nya. Serta bukti-bukti berkilau yang menegaskan kekuasaan rububiyah-Nya. Dan setiap kelompok kami adalah pelayan-pelayan bersinar dan bercahaya, menunjukkan kebesaran kekuasaan-Nya atas tingkatan-tingkatan tertinggi, terendah, duniawi, barzakh, ukhrawi, seluruhnya di bawah kekuasaan-Nya.
Sungguh, setiap diri kami adalah mukjizat dari kekuasaan Yang Maha Satu dan Esa. Laksana buah yang ditimbang dengan elok dari pohon penciptaan. Sebagai bukti bercahaya atas wahdaniyah (keesaan). Sebagai rumah, pesawat dan masjid bagi para malaikat. Sebagai pelita dan matahari bagi alam yang sangat tinggi. Sebagai saksi atas kekuasaan rububiyyah. Sebagai perhiasan, istana dan bunga bagi ruang angkasa. Laksana ikan bercahaya di samudra langit. Laksana sebuah mata indah[1] di wajah langit.
Maka dengan apa yang ada pada kelompok kami, dari sikap diam di keheningan dan kesenyapan, pergerakan yang terukur, perhiasan penuh wibawa, keakuratan ciptaan pada struktur, kesempurnaan seni dalam timbangan, penegasan kami dengan lisan yang tiada batas kepada seluruh alam atas satu, esa dan shamad (tempat bergantung) pencipta kami, Yang Maha memiliki kesempurnaan beserta segala sifat-sifat indah, agung, dan sempurna. Lantas dengan seluruh hal ini, kamu menuduh sosok pelayan patuh, tunduk, tanpa kenal pamrih, baik tiada hingga, seperti kami ini dengan tuduhan bahwa kami terlantar dalam kehampaan dan ketidakjelasan, tanpa pekerjaan, bahkan tanpa raja? Kamu pantas untuk mendapatkan tamparan!”
Begitulah bintang-bintang itu mengatainya dan menamparnya, mereka ibarat melempar syeitan dan menjatuhkannya dari atas bintang ke dasar neraka. Mereka menjatuhkannya bersama pemahaman naturalis ateis[2] ke dalam lembah skeptis, lalu melempar teori spontanitas ke dalam sumur kehampaan, mencampakkan sekutu-sekutunya ke dalam
[1] Kita adalah sebuah isyarat yang menjadi saksi keajaiban ciptaan Allah Ta`ala. Dan kita juga menjadikan orang lain menyaksikan hal yang sama. Maksudnya; seolah-olah langit melihat dengan mata keajaiban ciptaan Tuhan yang tidak terbatas yang berserakan di atas bumi. Dan bintang-bintang melihat dengan kapasitasnya ke bumi yang merupakan tempat berkumpulnya keajaiban dan keanehan. Hal ini menjadikan orang yang berakal tergerak untuk melihat hal itu dengan penuh seksama.
[2] Akan tetapi pemahaman naturalis bertobat setelah kejatuhannya, dan ia mulai memahami bahwa tugasnya bukanlah memberi pengaruh dan berbuat, namun hanya sebatas penerima dan pelaksana. Dan ia juga menyadari bahwa dirinya adalah daftar dari ketetapan Tuhan, akan tetapi ia adalah daftar ketetapan yang bisa berubah. Ia juga merupakan agenda-agenda dari kekuasan Tuhan, hukum-hukum fitrah dan kumpulan aturan-aturan dari Yang Maha Kuasa. Di lehernya digantungkan kalung tugas beribadah kepada Allah dengan segala kerendahan dan rasa penuh mohon. Kemudian ia diberi nama dengan nama fitrah ilahiyah dan ciptaan Tuhan.
299. Page
kegelapan ketidakrasionalan dan kemustahilan, melemparkan filsafat ke jurang paling hina, kemudian mereka saling melantunkan antara satu dengan lainnya sebuah titah qudsiy :
لَوْ كَانَ فِيهِمَۤا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا
“Sekiranya di langit dan bumi ada sesembahan-sesembahan selain Allah, niscaya keduanya akan rusak” (Q.S. al-Anbiya`: 22)
Lalu, bintang-bintang tersebut mengumumkan bahwa tiada tempat bagi sekutu (yang disembah selain Allah) untuk turut campur sedikitpun, mulai dari ujung sayap nyamuk sampai kepada penghabisan ujung langit.
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الحْكِيمُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سِرَاجِ وَحْدَتِكَ فِي كَثْرَةِ مَخْلُوقَاتِكَ، وَدَلاَّلِ وَحْدَانِيَّتِكَ فِي مَشْهَرِ كَائِنَاتِكَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ.
Maha Suci Engkau, tiada ilmu yang kami miliki kecuali ilmu yang Engkau ajarkan, sungguh Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
Ya Allah limpahkan lah shalawat beserta salam atas pemimpin kami Muhammad sang pelita keesaan-Mu diantara seluruh makhluk-Mu, petunjuk atas wahdaniyah-Mu dalam bentangan ciptaan-Mu, serta atas para keluarga dan seluruh sahabatnya.
بسم الله الرحمن الرحيم
(فَانْظُرْ اِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِى الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا)
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Ia menghidupkan bumi dari kematiannya” (Q.S. ar-Rum: 50)
Paragraf ini menunjukkan kepada sekuntum bunga di taman azali dari ayat di atas;
حَتَّى كَاَنَّ الشَّجَرَةَ الْمُزَهَّرَةَ قَصِيدَةٌ مَنْظُومَةٌ مُحَرَّرَةٌ
وَتُنْشِدُ لِلْفَاطِرِ الْمَدَائِحَ الْمُبَهَّرَةَ اَوْ فَتَحَتْ بِكَثْرَةٍ عُيُونُهَا الْمُبَصَّرَةَ
لِتُنْظِرَ للِصَّانِعِ الْعَجَائِبَ الْمُنَشَّرَةَ اَوْ زَيَّنَتْ لِعِيدِهَا اَعْضَائَهَا الْمُخَضَّرَةَ
لِيَشْهَدَ سُلْطَانُهَا آثَارَهُ الْمُنَوَّرَةَ وَتُشْهِرَ فِى الْمَحْضَرَةِ مُرَصَّعَاتِ الْجَوْهَرِ
300. Page
وَتُعْلِنَ لِلْبَشَرِ حِكْمَةَ خَلْقِ الشَّجَرِ بِكَنْزِهَا الْمُدَخَّرِ مِنْ جُودِ رَبِّ الثَّمَرِ
سُبْحَانَهُ مَا اَحْسَنَ اِحْسَانَهُ مَا اَزْيَنَ بُرْهَانَهُ مَا اَبْيَنَ تِبْيَانَهُ
خَيَاْل بِينَدْ اَزِينْ اَشْجَارْ مَلاَئِكْرَا جَسَدْ آمَدْ سَمَاوِى بَا هَزَارَانْ نَىْ
اَزِينْ نَيْهَا شُنِيدَتْ هُوشْ سِتَايِشْهَاىِ ذَاتِ حَىْ
وَرَقْهَارَا زَبَانْ دَارَنْد هَمَه هُو هُو ذِكْر آرَنْد بَدَرْ مَعْنَاىِ حَىُّ حَىْ
چُو لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَرْ مِيزَنَدْ هَرْشَىْ دَمَادَمْ جُويَدَنْد يَاحَقْ
سَرَاسَرْ گُويَدَنْد يَا حَىْ بَرَابَرْ مِيزَنَنْداَللّٰهْ
Bahkan pohon yang rindang dedaunannya pun… adalah qashidah tersusun nan tertulis indah
Senantiasa melantunkan jutaan puja puji bagi al-Fathir (Pencipta)…atau ia telah membuka ribuan mata seraya memandang
Untuk melihat keajaiban yang tersebar milik ash-shaani` (Pencipta)…atau ia telah menghiasi cabang dan rantingnya yang hijau untuk menyambut hari rayanya
Agar Rajanya dapat melihat bekas-bekas (kasih sayang)-Nya yang bersinar…dan mempertontonkan tahta-tahta permata dalam sebuah perhelatan
Dan mengumumkan kepada manusia rahasia penciptaan pohon…dengan harta karun yang tersimpan di dalamnya berkat kasih sayang Tuhan buah-buahan
Maha Suci Ia, alangkah luas kebaikan-Nya…alangkah indah petunjuk-Nya, alangkah jelas tuntunan-Nya
Atau (maknanya): kamu melihat dalam khayalan bawa pepohonan telah berubah menjadi jasad-jasad bagi para malaikat dengan ribuan kesatria langit, dan kamu mendengar dengan telinga akal puja puji untuk Allah yang Maha Hidup dari para kesatria itu, dan dedaunannya berubah menjadi lidah-lidah senantiasa berdzikir “huwa” “huwa” (dia, dia) yang bermakna “Ya hayyu” “ya hayyu” (Yang Maha Hidup, Yang Maha Hidup). Sehingga segala sesuatu seolah-olah berdzikir “laa ilaaha illallah”, meminta kepada Yang Maha Hidup kehidupan yang hakiki, seraya berkata: Wahai Haq, lalu seluruhnya berdzikir dari awal hingga akhir “Ya Hayyu” “Ya Allah”
(وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا)
“…dan Kami turunkan air yang diberkati dari langit” (Q.S. al-Qaf: 9)
301. Page
(اَفَلَمْ يَنْظُرُوا اِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا)
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada dia atas mereka, bagaimana Kami meningggikannya dan menghiasinya” (Q.S. al-Qaf: 6)
Kemudian lihatlah ke arah langit, perhatikanlah bagaimana diamnya ia dalam keheningan, pergerakan yang terukur, kilauan dalam kelambu sifat malu, senyum berbalut keindahan, dengan penciptaan yang terstruktur rapi, dengan seni yang seimbang, bersinar lenteranya, bercahaya lampunya, berkilau bintang-bintangnya, memberi pengumuman kepada orang-orang berakal sebuah kekuasaan yang tiada batas.
Kami akan menjelaskan makna-makna ini yang sedikit banyaknya merupakan tafsir dari ayat berikut;
(اَفَلَمْ يَنْظُرُوا اِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا)
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada dia atas mereka, bagaimana Kami meningggikannya dan menghiasinya” (Q.S. al-Qaf: 6)
Tafsirnya adalah; “Kemudian lihatlah ke arah langit, perhatikanlah bagaimana diamnya ia dalam keheningan”. Maksud dari ayat ini adalah palingkan pandanganmu ke arah langit yang dipenuhi hiasan nan indah, sehingga dengan pandangan yang dalam kamu dapat melihat di dalamnya ada ketenangan dalam keheningan dan kesenyapan yang sangat. Kemudian kamu akan paham bahwa keadaanya yang sedemikian rupa adalah perintah dan suruhan dari Sang Maha Kuasa. Jika tidak, sekiranya rangkaian jasad-jasad materi yang besar dan tidak terkira jumlahnya itu, dan bola-bola yang sangat besar dan saling terkait dan berhubungan antara satu dengan lainnya, sekiranya keseluruhan itu terpisah lepas kendali. Niscaya gerakan benda-benda besar tersebut yang kacau akan menghasilkan kegaduhan dan kebisingan yang dapat memekakkan telinga seluruh makhluk, dan menciptakan kekacauan gempa dahsyat yang menyebabkan kehancuran alam semesta. Sebagaimana diketahui, jikalau dua puluh ekor kerbau bergerak secara bersamaan di tempat yang sama, pasti akan menimbulkan goncangan dan keributan di padang rumput tempat mereka bermain. Sedangkan ahli ilmu astronomi mengatakan, diantara bintang-bintang ada bintang yang lebih besar seribu kali dari pada bumi kita, dan lebih cepat tujuh puluh kali dari pada laju peluru meriam. Maka pahamilah melalui ketenangan benda-benda dalam keheningan itu, sejauh mana keluasan kekuasan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Sempurna, Pencipta yang memiliki keagungan, serta sejauh mana pula dalamnya kepatuhan dan ketundukan bintang-bintang kepada-Nya.
“Pergerakan yang terukur” kemudian ayat ini memerintahkan untuk melihat pergerakan yang terjadi dalam keterukuran di wajah angkasa. Sungguh, pergerakan yang menakjubkan dan dahsayat ini terjadi dengan keterukuran yang hebat dan sangat teliti.
302. Page
Sebagimana seorang produsen mengatur roda-roda pabrik serta gudang-gudangnya dengan penuh ketelitian yang menunjukkan kepada kejeniusannya dan kehebatan buatannya, sesuai dengan kehebatan dan keteraturan pabriknya. Begitu pula terlihat dan tampak di depan mata sejauh mana kehebatan ketelitian dan kekuasaan Sang Maha Kuasa Yang Memiliki Keagungan sempurna sesuai dengan ciptaan-Nya, sebagaimana yang terlihat pada matahari yang begitu besar beserta gugusannya, yang Ia buatkan sebagai sebuah pabrik. Lalu Ia atur bola-bola besar bergerak mengitari matahari, laksana Ia sedang mengatur roda-roda pabrik dan batu-batu katapel.
“Kilauan dalam kelambu sifat malu, senyum berbalut keindahan” maknanya adalah pada wajah angkasa ada seberkas kilauan yang dahsyat dan senyuman yang indah, dimana keduanya menunjukkan akan keluasan kerajaan dan keindahan ciptaan Sang Pencipta Yang Maha Memiliki Keagungan sempurna.
Sebagiamana lampu-lampu elektrik yang begitu banyak bergantungan di hari-hari pesta, menunjukkan kebesaran raja, dan sejauh mana kesempurnaannya dalam menjamu para hadirin. Begitu pula halnya dengan langit yang luas dan besar, memperlihatkan kepada pemandangan penuh gemerlap bintang-bintang yang agung dan menghiasi kerajaan Sang Pencipta Yang Maha Memiliki Keagungan Sempurna dan keindahan ciptaan-Nya.
“Dengan penciptaan yang terstruktur rapi, dengan seni yang seimbang” ini seolah-olah mengatakan; maka lihat dan perhatikanlah rangkaian makhluk-makhluk pada wajah angkasa, ciptaan yang ditakar dengan takaran yang teliti, dan pahamilah! Sehingga kamu tahu, bagaiamana besarnya kekuasan Penciptanya dan kebijaksanaan-Nya.
Sungguh, sebagiamana hal itu menunjukkan kepada kemampuan dan kebijaksanaan Sang Pengatur benda-benda kecil yang berbeda, mengatur hewan-hewan, mempekerjakan setiap benda tersebut dengan ketentuan dan pekerjaan masing-masing, lalu menggiringnya ke jalan khusus dengan timbangan tertentu. Hal itu juga menunjukkan dalamnya ketaatan benda-benda yang bergerak patuh sesuai perintah-Nya, begitu pula bagaimana langit yang begitu luas dengan kebesarannya yang agung beserta bintang-bintang yang ada didalamnya yang tidak terhitung jumlahnya, tidak pernah sama sekali melanggar perintah. Sama hal nya dengan bintang-bintang yang besar beserta garis-garis orbitnya yang sempurna, sama sekali tidak pernah melewati batasannya walau hanya sebesar partikel atom, atau sedetik pun juga tidak. Tidak pernah tertinggal atau melewatkan tugasnya walau sepuluh detik pun. Hal ini semu menunjukkan bahwa Penciptanya Yang Maha Memiliki Keagungan menjalanakan tugas rububiyah-Nya dengan ukuran sangat detail dan khusus.
Sebagiamana yang disebutkan dalam ayat, dan dalam surat an-Naba`, begitu juga dalam ayat-ayat lain yang sangat banyak, yang menunjukkan kepada pengaturan matahari, bintang-bintang dan bulan, “Bersinar lenteranya, bercahaya lampunya, berkilau bintang-bintangnya, memberi pengumuman kepada orang-orang berakal sebuah kekuasaan yang tiada batas”. Maksudnya, meletakkan lampu yang terang bercahaya dan pemanas seperti matahari di atap langit yang telah dihiasi. Lalu menjadikannya sebagai wadah bercahya agar ditulis di atasnya tulisan-tulisan shamadhaniyah menggunakan tinta malam dan siang dalam lembaran-lembaran musim semi dan gugur. Kemudian menjadikan bulan sebagai jarum jam waktu yang besar di kubah langit
303. Page
laksana jarum-jarum jam besar yang berkilauan tergantung di menara-menara dan bangunan-bangunan tinggi. Dan menjadikan hilal khusus setiap malamnya dengan bentuk yang bermacam-macam dan beraneka ragam, lalu mengumpulkannya dan mengembailkannya ke bentuknya semula. Serta seluruh pengaturan dan penataan-Nya berdasarkan timbangan dan pengukuran yang sempurna. Bagaimana pula Ia menghiasi keindahan wajah langit dengan bintang-bintang yang senantiasa tersenyum dan berkilau di kubah langit.
Ya, Tidak diragukan lagi bahwa keseluruhan itu adalah syiar-syiar kekuasaan mutlak ketuhanan, serta tanda-tanda ilahiyah agung, yang memberikan rasa kekuasaaan mutlak ketuhanan bagi para pemilik perasaan, serta mengajak para pemilik pikiran kepada iman dan tauhid.
Dengarkanlah bisikan halus bintang-bintang dan perhatikanlah bagaimana hikmah telah mengatur bintang-bintang yang terang benderang tersebut.
Mereka seolah berkata-kata dengan lisan kebenaran; “Setiap diri kami adalah bukti nyata terhadap kekuasaan Sang Maha Kuasa Pemilik Keagungan.
Saksikanlah eksistensi Pencipta serta kemaha-esaan dan kuasa-Nya.
Kamilah ribuan mata terbelalak di langit melihat bumi [1] dan surga, agar para malaikat bisa melihat keajaiban-keajaiban halus yang menghiasi wajah bumi.
Kamilah kumpulan buah-buahan indah di taman penciptaan, menempel pada tangan hikmah karena keindahan Sang Pemilik Keagungan, pada salah satu bagian petala langit di cabang-cabang galaksi bima sakti.
Kamilah pesawat-pesawat, masjid-mesjid bergerak, tempat tinggal berputar, rumah-rumah tinggi, lampu-lampu bercahaya, dan bahtera kokoh bagi para penduduk langit.
Bagi Yang Maha Kuasa, Maha Sempurna, Maha Bijaksana, Pemilik Keagungan, kamilah alam cahaya, sebuah mukjizat kekuasaan, ciptaan yang luar biasa sesuai dengan kehebatan Penciptanya, hikmah yang nadir, serta kesempurnaan ciptaan.
Demikianlah kami mempersembahkan ratusan ribu bukti menggunakan ratusan ribu lisan, memperdengarkan manusia yang benar-benar manusia.
Telah buta mata para orang-oranag yang tida beragama, mereka tidak bisa melihat wajah kami, tidak bisa mendengar perkataan kami, padahal kami adalah tanda-tanda yang berbicara atas nama kebenaran.
[1] Sebagimana para malaikat yang ada di alam langit melihat mukjizat qudrah yang ada di bumi sebagai tunas dan taman kecil bagi surga, karena ia dipersiapkan untuk itu; begitu pula dengan bintang-bintang yang diibaratkan laksana mata bagi penduduk langit, ia seolah-olah sosok lain yang melihat alam surga setiap ia melihat ciptaan yang lembut di atas permukaan bumi. Maka ia kadang melihat ke surga dan kadang melihat ke neraka. Seolah-olah ia melihat hal-hal ajaib yang sementara itu dalam wujud abadi di surga. Inilah keutamaan baginya atas kedua alam tersebut.
304. Page
Segel kami satu, stempel kami satu, kami tunduk dan bertasbih kepada Tuhan kami, kami senantiasa berzikir kepada-Nya dengan penuh rasa penghambaan, kami adalah benda-benda yang ditarik dan tergabung ke dalam gugusan galaksi bima sakti yang megah.
Inilah yang aku dengar dari apa yang mereka katakan dalam khayalanku.
بسم الله الرحمن الرحيم
(قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ اَللّٰهُ الصَّمَدُ)
“Katakanlah Dia Allah Yang Maha Esa, Allah Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya”
(Q.S. al-Ikhlas: 1-2)
Bagian dasar ke dua ini terdiri dari tiga tujuan:
Pujaan orang-orang musyrik dan sesat, yang jatuh tersungkur ke tanah akibat tamparan bintang-bintang, mulai merujuk dakwaannya kembali. Karena ia tidak berhasil untuk menyediakan tempat untuk kesyirikan walau seluas partikel atom, dimana pun itu, mulai dari sebutir atom hingga ke gugusan bintang-bintang. Sehingga ia mencoba cara lain dengan tujuan menyebar virus skeptis dalam konsep tauhid sebagaimana yang biasa dilakukan setan. Ia membisikkan kepada para ahli tauhid seputar konsep tauhid dan keesaan dengan tiga pertanyaan penting;
Pertanyaan pertama;
Ia bertanya dengan lisan orang zindiq;
Wahai ahli tauhid, aku belum mendapatkan apapun yang bisa aku persembahkan untuk orang-orang yang mewakilkanku, aku juga tidak mampu mendapatkan sebuah kontribusi pada eksistensi yang ada, bahkan aku tidak berhasil mempertahankan kebenaran teoriku. Oleh karena itu, bagaimana pula kamu bisa membuktikan tentang kebenaran eksistensi Yang Maha Satu dan Esa Pemilik Kekuasaan mutlak?
305. Page
Jawabannya;
Sebagaimana yang telah ditetapkan dengan jelas dan konkrit pada “Kalimat ke dua puluh dua”, bahwa seluruh eksistensi, seluruh partikel atom serta seluruh bintang yang ada, adalah bukti-bukti nyata atas keharusan eksisnya wajib al-wujud (eksistensi wajib) dan Yang Maha Memiliki Kekuasaan Mutlak. Dan mata rantai eksistensi pada alam ciptaan, adalah petunjuk konkrit atas wahdaniyah-Nya (keesaan). Al-Quran telah banyak menyebutkan bukti paling kuat di hadapan seluruh manusia, sebagaimana ia juga telah menetapkan bukti-bukti lainnya yang amat banyak sekali.
Contohnya; Firman Allah Ta`ala;
(وَلَئِنْ سَاَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللّٰهُ)
“Maka apabila kamu bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan petala langit dan
bumi, pasti mereka akan mengatakan Allah” (Q.S. Luqman: 25)
(وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْض وَاخْتِلاَفُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْ)
“Dan dari tanda-tanda-Nya, penciptaan petala langit dan bumi dan keanekaragaman bahasa dan warna kulit kalian” (Q.S. ar-Rum: 22)
Al-Quran memaparkan penciptaan petala langit dan bumi dalam ayat-ayatnya yang sangat banyak, sebagaimana dalam ayat-ayat di atas terdapat bukti kuat atas wahdaniyah (keesaan). Bahwa setiap yang memiliki perasaan dan akal, secara alami –baik sadar atau tidak- mengakui dan meyakini Penciptanya Yang Maha Agung berdasarkan penciptaan-Nya terhadap langit dan bumi. Hal ini sebagaimana termaktub pada firman-Nya; [لايقولن الله] yang atinya; “pasti mereka akan mengatakan Allah”.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di ‘dasar pertama’, bahwa segel tauhid yang dimulai dari satu partikel atom sampai kepada bintang-bintang di langit. Begitu pula hal nya dengan al-Quran, menolak kesyirikan mulai dari bintang-bintang dan langit sampai akhirnya ke partikel atom sebagaimana yang ditunjukkan oleh ayat-ayat semisal di atas. Hal tersebut tampak secara tersirat sebagai berikut;
Al-Qadir al-Muthlaq (Yang Maha Memiliki Kekuasaan mutlak) yang telah menciptakan langit dan bumi dengan mekanisme yang sempurna, pastinya menjadikan tata surya dibawah kekuasaan-Nya, dan ia termasuk dalam mekanisme ciptaan yang ada.
Maka, karena Yang Maha Kuasa memegang matahari beserta planet-planetnya dalam genggaman kekuasaan-Nya, lalu mengatur, menata dan mengelolanya. Maka tidak diragukan lagi bahwa planet bumi juga berada dalam kekuasan dan arahan-Nya juga, karena bumi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tata surya. Karena bumi dibawah kekuasaan-Nya, maka seluruh yang ada di atas permukaan bumi yang kedudukannya laksana buah-buah pohon bumi, pastinya berada dalam kekuasaan-Nya juga.
306. Page
Dan juga karena seluruh ciptaan yang tersebar di atas permukaan bumi, yang menghiasi dan mempercantik bumi, yang selalu diperbaharui setiap saat, yang datang dan pergi, yang masuk dan keluar dari bumi, seluruhnya berada dalam genggaman kekuasaan dan ilmu-Nya. Dan ditimbang serta diatur dengan timbangan keadilan dan hikmah-Nya. Dan sebagimana pula seluruh jenis kelompok dalam genggaman kekuasaan-Nya; maka tidak diragukan lagi bahwa setiap parsial individu yang sangat detail dan sempurna dari kelompok tersebut - masing-masing ibarat miniatur kecil dari alam semesta, dan sebagai produsen bagi segala jenis eksistensi, laksana daftar isi pada buku alam semesta -, seluruhnya tentunya berada dalam genggaman kekuasaan, penciptaan, pengaturan dan pengawasan-Nya.
Karena setiap individu yang hidup berada dalam genggaman kekuasaan-Nya; maka pastinya seluruh sel, sel darah, anggota tubuh serta saraf-saraf yang menyusun tubuh individu hidup tersebut berada dalam genggaman ilmu dan kekuasaan-Nya.
Karena setiap sel dan sel darah dalam genggaman kekuasaan-Nya, mereka bergerak sesuai perintah dan aturan-Nya, maka pastinya bahwa partikel-partikel atom yang merupakan materi pokok pembentuk dan penyangga sel. Maka kami katakana, wajib hukumnya partikel-partikel atom tersebut termasuk ke dalam genggaman kekuasaan-Nya, bergerak sesuai dengan izin-Nya, melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang unik.
Karena setiap gerakan partikel atom dan aktivitasnya dalam melaksanakan tugas berdasarkan aturan dan izin dari-Nya, maka pastinya bahwa raut dan bentuk wajah yang berbeda setiap individu, dan adanya perbedaan dalam setiap suara pada setiap lisan, yang menunjukkan kepada identitas, pastinya berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya. lihatlah ayat di bawah ini yang memperlihatkan siklus tersebut dari awal hingga akhir:
(وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمٰوَاتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلاَفُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْ اِنَّ فِى ذٰلِكَ َٓلايَاتٍ لِلْعَالِمِينَ)
“Dan dari tanda-tanda-Nya, penciptaan petala langit dan bumi dan keanekaragaman bahasa dan warna kulit kalian” (Q.S. ar-Rum: 22)
Sekarang kami katakana:
Wahai pujaan ahli syirik! Bukti-bukti yang kuat ini laksana kuatnya rantai rangkaian alam, menetapkan konsep tauhid serta menunjukkan kepada Yang Maha memiliki Kuasa mutlak.
Karena penciptaan langit dan bumi menunjukkan kepada Pencipta Yang Maha Kuasa, dan kepada kekuasaan tiada batas yang dimiliki Pencipta itu, bahkan kekuasan tiada batas itu sangat sempurna, maka dari itu muncul ketidak-butuhan kepada rekanan, artinya adalah kekuasaan tersebut tidak memerlukan bantuan rekanan seidikit pun. Jadi, karena dia tidak memerlukan rekan, maka mengapa kamu tetap saja menempuh konsep sesat ini? Karena dia tidak memerlukan rekan, maka apa dasar dan sebab yang memaksakan kamu kepadanya?
Berdasarkan fakta bahwa Ia sama sekali tidak memerlukan rekanan, sedangkan alam semesta juga secara mutlak tidak memerlukan rekananan; dengan demikian tidak logis bahkan mustahil bahwa ada rekanan dalam ketuhanan dan proses penciptaan.
307. Page
Karena kita telah menetapkan kekuasaan Pencipta langit dan bumi sebagai kekuasan mutlak dan sempurna, dan andai kata ada rekanan lain maka mengharuskan munculnya kekuasaan lain yang berusaha menang atas kekuasan mutlak dan sempurna tersebut. Serta berusaha menguasai bagian dari daerah kekuasaannya, mengancamnya serta menjadikannya pada posisi lemah secara maknawi, walhasil kamu memberikan kekuasan mutlak itu batasan padahal sejatinya ia mutlak tidak berbatas.
Ini juga mengharuskan sesuatu yang terbatas memberikan batasan kepada sesuatu lain yang tidak terbatas bahkan menjadikan yang tidak terbatas tersebut menjadi terbatas, padahal tidak ada urgensi sedikitpun terhadap hal itu. Hal ini adalah tingkatan kemustahilan yang paling tidak rasional bagi akal, dan sangat jelas tertolak.
Bahwa rekanan itu “tidak diperlukan” dan “mustahil secara substansi”, dalam artian eksistensi mereka tidak diperlukan sama sekali dan mustahil ada, maka dakwaan atau klaim atas perlunya ada rekanan bagi Allah adalah dakwaan yang sangat mengada-ngada dan tidak jelas dasarnya. Karena dakwaan tersebut tidak memiliki argumentasi pendukung baik secara akal, logika dan tidak pula secara cara berpikir rasional. Ia hanya sebatas desas desus yang tidak memiliki makna, dan dalam ilmu usul dikenal dengan istilah “Iddi`aa tahakkumiy” (Dakwaan sepihak), yaitu hanya berupa dakwaan tanpa memiliki makna. Sedangkan dalam peraturan ilmu kalam dan usul disebutkan bahwa ‘tiada makna bagi sebuah asumsi yang dibangun tanpa dalil, dan tidak pula mampu menghapus kemungkinan subjektif yang diyakini secara ilmu’, maksudnya adalah asumsi yang dibangun tanpa dalil dan asas yang jelas, tidak berharga sama sekali. Dan ia tidak mampu memunculkan skeptis terhadap ilmu pasti, dan tidak pula mampu menggoyangkan hukum keyakinan.
Misalnya; mungkin saja danau barla atau danau akridir berubah zat yang ada didalamnya menjadi minyak atau lainnya. Namun karena kemungkinan tersebut tidak didasarkan atas adanya indikasi, maka tidak memberikan pengaruh kepada ilmu pasti kita yang menetapkan bahwa yang ada dalam danau tersebut adalah air, bahkan kita tidak ragu dan bimbang atas kepastian ini.
Berdasarkan contoh ini, kami menanyakan seluruh eksistensi yang ada dan setiap sudut-sudut alam semesta. Dan soal apapun yang kami tanyakan kepada mereka, mulai dari partikel-partikel atom sampai kepada bintang-bintang –sebagaimana telah kami jelaskan pada dasar pertama-, dan juga dari penciptaan langit dan bumi hingga pembentukkan karakter dan ciri khusus masing-masing eksistensi –sebagaimana telah kami jelaskan pada sasar kedua-, seluruhnya menjawab dan bersaksi dengan lisan keadaan mereka atas keesaan, dan menampakkan segel tauhid. Dan kamu juga telah menyaksikannya sendiri.
Oleh karena itu, tidak ada satu indikasi pun pada seluruh eksistensi alam semesta yang bisa menjadi dasar untuk mentoleransi kemungkinan syirik. Artinya, dakwaan atau klaim syirik (tuhan memerlukan rekanan), dibangun murni atas kebodohan dan kekonyolan. Apalagi itu hanya klaim sebelah pihak, desas desus yang tiada makna, dan hanya sebatas dakwaan.
Dengan demikian, tidak ada yang tersisa bagi pujaan orang-orang musyrik tersebut tentang dakwaan seperti ini, kecuali ungkapan;
308. Page
Indikasi yang menunjukkan kepada eksistensi syirik adalah hubungan kausalitas dalam alam semesta, dimana setiap sesuatu terikat dengan sebuah sebab dari berbagai sebab. Oleh karena itu, sebab-sebab itu memiliki pengaruh yang nyata, dan karena mereka memiliki pengaruh nyata maka mereka bisa menjadi rekanan tuhan.
Jawabannya; setiap akibat mesti ada sebab, hal ini terjadi atas kehendak dan hikmah ilahiyah, serta merupakan sebuah keharusan yang terjadi akibat dari asmaul husna. Segala sesuatu telah dikaitkan dengan sebab-akibat, akan tetapi kami telah menyatakan di berbagai tempat dengan pernyataan yang jelas bahwa sebab-akibat itu tidak memiliki pengaruh nyata dalam penciptaan. Sekarang kita cukupkan sampai di sini, dan kami katakan; yang pasti, sebab yang paling utama dan paling luas sebagai sebuah ikhtiar dan paling komplek urusannya adalah manusia itu sendiri. Perbuatan yang paling jelas yang dilakukan oleh manusia atas kesadarannya sendiri adalah makan, berbicara dan berpikir. Perbuatan-perbuatan ini adalah sebuah siklus yang sangat sempurna dan harmonis, serta penuh dengan berbagai rahasia. Sedangkan yang diberikan kepada kekuasaan kesadaran tindakan manusia hanya satu bagian saja dari ratusan bagian yang ada dalam siklus tersebut. Sebagai contoh ketika makan, kekuasaan manusia dalam bertindak sesuai kesadarannya berawal dari memasukkan makanan kedalam mulut, serta menggerakkan gigi-gigi yang ada dalam mulut, kemudian menelannya, tidak ada yang lain. Dalam siklus berbicara, manusia hanya memasukkan udara dalam kantong-kantong tempat suara dalam mulut, kemudian mengeluarkannya darinya. Sehingga satu kalimat saja di dalam mulutmu layaknya sebuah pohon, padahal pohon itu sendiri hanya sebatas benih bagi mulut, yang berbuah dengan jutaan buah di udara –buah kata-kata- kemudian masuk kedalam telinga para pendengar. Tidak ada yang bisa sampai kepada bulir permisalan ini kecuali manusia yang suka berkhayal, maka bagaimana bisa kekuasaan kesadaran manusia yang pendek itu mencapainya?
Dan apabila manusia –yang merupakan makhluk paling mulia dalam alam sebab-akibat, dan yang paling banyak berusaha- kedua tangan kekuasaanya terbelenggu sampai batas ini sehingga tidak bisa mencapai proses penciptaan hakiki, maka bagaimana dengan makhluk-makhluk lain seperti binatang, berbagai unsur, dan alam bisa ikut campur secara hakiki?
Sebab-sebab itu hanyalah sebagai sampul dan bungkusan bagi ciptaan Tuhan yang merupakan tempat diberikannya hadiah ar-Rahman. Tidak diragukan lagi bahwa sampul ataupun piring, yang merupakan tempat diletakkannya hadiah para Raja, atau sapu tangan yang membungkus hadiah, atau petugas yang membawakan hadiah itu kepadamu, keseluruhannya itu sudah pasti bukan merupakan rekanan kekuasaan bagi raja yang memberikan hadiah tersebut. Maka, barang siapa yang menyangka bahwa salah satu dari hal tersebut adalah rekanan kekuasaan bagi raja, ia telah menggigau dengan gigauan yang bodoh. Sebab-sebab yang zahir serta peranta-perantara yang tergambar tidak memiliki bagian sedikit pun dalam ketuhanan rububiyah ilahiyah, mereka tidak memiliki apapun kecuali hanya sebagai pelayan ubudiyah.
309. Page
Tatkala pujaan kaum musyrikin tidak bisa mempertahankan jalan syirik dari sisi mana pun, bahkan ia berputus asa untuk meyakinkannya, ia mulai berusaha merusak jalan tauhid dengan cara menyebar keraguan dan syubhat. Maka ia pun melempar pertanyaan kedua sebagai berikut;
Ia berkata; wahai ahli tauhid! Kalian mengatakan berdasarkan firman Allah:
(قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ اَللّٰهُ الصَّمَدُ)
“Katakanlah Dia Allah Yang Maha Esa, Allah Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya”
(Q.S. al-Ikhlas: 1-2)
Yang berarti bahwa Pencipta Alam itu Satu, Esa serta seluruh makhluk bergantung kepada-Nya. Dan Ia adalah Pencipta bagi segala sesuatu. Dengan keesaan zat-Nya, segala sesuatu berada langsung dalam genggaman tangan-Nya. Seluruh aturan dan kontrol berada dalam kekuasaan-Nya, tidak ada satupun yang bisa menghalangi perbuatan-Nya. Sangat memungkinkan bagi-Nya untuk mengatur segala sesuatu beserta hal-hal yang terkait dengannya dalam satu waktu. Maka bagaimana mungkin bisa ada keyakinan terhadap sebuah hakikat keajaiban seperti ini? Apakah mungkin bagi suatu zat yang berwujud satu, melakukan segala pekerjaan yang tidak terbatas dan terhitung di tempat yang tidak terbatas dan terhitung pula, tanpa ada kesulitan?
Jawabannya;
Pertanyaan ini akan dijawab dengan memaparkan rahasia Ahadiyah (keesaan) dan Shamadiyah (ketergantungan segala sesuatu kepada-Nya) yang memerlukan tingkat pemahaman tinggi dan analisa dalam, serta merupakan persoalan yang mulia dan luas.
Sesungguhnya pikiran manusia tidak dapat menjangkau rahasia itu kecuali dengan kaca mata permisalan serta observasi terhadap contoh-contoh. Dan tidak ada sesuatu yang mirip atau yang bisa menjadi contoh bagi zat Tuhan beserta sifat-sifat-Nya. Akan tetapi hal ini bisa dilihat dengan memperhatikan perbuatan-Nya berdasarkan beberapa contoh dan permisalan yang ada. Kami akan menunjukkan rahasia tersebut berdasarkan kemampuan kami dengan permisalan materi.
Permisalan pertama;
Sebagaimana yang telah ditetapkan pada “Kalimat ke enam belas”, bahwa suatu zat yang berwujud satu bisa menjadi sesuatu yang tanpa batas dengan perantara cermin yang berbeda-beda. Sehingga ia dihukumi sebagai sesuatu tanpa batas yang menjadi pemilik terhadap urusan yang banyak, meskipun pada hakikatnya ia hanya satu.
Ya, sebagaimana benda-benda seperti kaca dan air, keduanya merupakan cermin bagi benda-benda fisik, sehingga satu benda fisik menjadi tanpa batas dalam cermin-cermin itu. Bergitu
310. Page
pula halnya dengan udara, gas dan sebagian eksistensi alam materi dihukumi sebagai cermin-cermin serta gambaran perantara suatu perjalanan dan pengembaraan dengan kecepatan kilat, dan sebagai khayalan terhadap sesuatu yang berwujud nurani dan rohani. Dari sisi bahwa sesuatu yang berwujud nurani rohani tersebut berubah di dalam cermin-cermin yang bening tersebut dan rumah-rumah yang lembut dengan kecepatan khayalan. Dan kemudian dalam waktu bersamaan masuk ke dalam ribuan tempat, dan menguasai seluruh cermin-cermin, layaknya mereka benar-benar eksis pada setiap tempat, yang hal ini berbeda dengan sesuatu yang berbentuk fisik. Hal ini bisa terjadi karena mereka adalah cahaya-cahaya, juga karena gambar mereka yang ada dicermin adalah esensi dari zat mereka yang memiliki sifat-sifat mereka. Sebagaimana pantulan benda-benda fisik yang padat itu bukan inti dari benda-benda itu dan bukan pula pemilik sifat-sifatnya, bahkan dianggap sebagai benda mati.
Contohnya, matahari dihukumi sebagai sesuatu tanpa batas (kulliy) dengan perantara sesuatu yang bersinar meskipun ia adalah suatu benda yang terbatas pada satu wujud. Kemudian ia memberikan pantulan dan bayangan yang menyerupainya pada setiap sesuatu yang mengkilap di atas permukaan bumi, bahkan hingga tetesan air dan partikel kaca, sesuai dengan kepekaan responnya masing-masing. Dan sedikit banyaknya didapati pula panas matahari, sinarnya dan warna spectrum dalam sinarnya serta rupa aslinya pada setiap sesuatu yang mengkilap. Andai saja –meskipun mustahil- matahari memiliki ilmu dan akal, niscaya setiap cermin akan memiliki kedudukan layaknya rumah, singgasana dan bangku baginya. Dan niscaya dia akan mampu memberi pengaruh langsung kepada segala sesuatu. Dan niscaya dia akan mampu berkomunikasi dengan segala sesuatu yang memiliki akal, bahkan berkomunikasi dengan pupil mata mereka dengan perantara cermin layaknya berkomunikasi via telpon. Tidak akan ada sesuatu pun yang bisa menghalanginya dari melakukan sesuatu, dan tidak ada satupun yang bisa memotong jalur komunikasinya, dan ia tidak ada di seluruh tempat akan tetapi ia eksis di seluruh tempat.
Maka lihatlah bagaimana matahari yang kedudukannya laksana cermin materi, parsial dan padat, namun akibat nama cahaya saja ia mampu melakukan perbuatan tanpa batas di tempat tidak terbatas, padahal ia berwujud satu. Lantas apakah tidak mungkin bagi suatu Zat Yang Maha Agung melakukan perbuatan yang tiada batasan dalam satu waktu dengan keesaan zat-Nya?
Permisalan kedua;
Ketika alam semesta diibaratkan seperti sebuah pohon, maka setiap pohon mungkin dijadikan contoh bagi hakikat alam semesta. Dengan kapasitas kami, kami akan menjadikan pohon platanus yang besar, rimbun dan tinggi yang ada di depan kamar kita ini sebagai contoh miniatur alam semesta. Dan kami akan memperlihatkan manifestasi keesaan di alam semesta dengan perantaranya. Begini, setidaknya pohon ini berbuah paling sedikit sepuluh ribu buah, dan setiap buahnya tidak kurang dari seratus biji berkeping, maka keseluruhan buah yang mencapai puluhan ribu beserta jutaan bijinya, terwujud secara bersamaan dalam sekali proses kreasi dan penciptaan dalam satu waktu. Hal ini menunjukkan kepada adanya sebuah manifestasi sesuatu yang berwujud satu dari sekian banyak manifestasi kehendak ilahiyah yang disebut sebagai ikatan kehidupan pada biji asli dari pohon ini dan pada akar-akarnya serta batangnya. Juga ada sebuah sentral tempat penyusunan aturan-aturan pohon itu bersama
311. Page
dengan sebuah biji dari biji-biji perintah rabbaniy di atas setiap ujung dahan dan setiap buah serta setiap biji. Dimana setiap dahan, buah dan biji dibentuk dan diciptakan tanpa meninggalkan kekurangan sedikit pun pada setiap bagiannya, dan tanpa ada yang bisa menghalanginya.
Sementara manifestasi satu-satunya dari kehendak dan sistem perintah itu tidak berpencar ke segala tempat sebagaimana berpencarnya sinar, suhu dan udara. Karena keduanya tidak meninggalkan bekas pada jarak-jarak jauh di tengah-tengah tempat yang telah keduanya tempuh. Dan pada karya seni yang berbeda, dimana keduanya masuk kedalamnya namun tidak pernah didapatkan bekas keduanya. Bilamana manifestasi dari kehendak dan sistem perintah bertingkah laku dengan cara berpencar niscaya bekasnya akan kelihatan, bahkan bayangannya akan tetap bersama zatnya tanpa adanya fragmentasi dan pemisahan pada setiap bagiannya. Dan hal ini tidak bertentangan dengan keesaan-Nya sebagai sesuatu yang satu tidak berbilang. Bahkan sangat mungkin dikatakan bahwasannya manifestasi dari kehendak, sistem perintah dan ikatan kehidupan itu benar-benar eksis pada setiap bagian darinya, dan disaat bersamaan ia tidak ada di semua tempat. Seolah-olah sistem perintah itu memiliki mata dan telinga sejumlah buah-buah dan biji-biji yang ada pada tumbuhan yang besar dan tinggi ini. Bahkan pada setiap bagian dari pohon ini, berkedudukan sebagai markas atau sentral akal perasaan bagi sistem perintah tersebut. Dimana ia tidak menjadi sebagai dinding besar yang menutupi, dan tidak pula menghalangi, namun ia menjadi alat perantara yang memudahkan dan mendekatkan ibarat kabel-kabel telpon, sehingga yang jauh menjadi dekat.
Sebagaimana manifestasi parsial pada sebuah sifat dari sifat-sifat al-ahad dan ash-shamad, contohnya sifat kehendak (iradah), maka hal ini menjadi penampakan dan orbit bagi jutaan tingkah laku dan proses pada jutaan tempat tanpa ada perantara, dan ini ditetapkan dengan sebuah persaksian. Tidak ada keraguan bahwa wajib yakin dengan keyakinan yang sampai pada taraf persaksian bahwa Tuhan al-Haq Yang Memiliki Keagungan memelihara pohon alam semesta di seluruh bagiannya dan partikel-patikel terkecilnya melalui proses manifestasi dari sifat kekuasaan dan kehendak-Nya.
Dan kami katakan sebagaimana yang telah dijelaskan pada “kalimat ke enam belas”.
Dikarenakan matahari sebagai sebuah makhluk lemah yang diurus, sebuah ciptaan seni mirip cahaya yang terikat dengan materi laksana ruh, dan sebuah ikatan kehidupan yang berkedudukan sebagai ruh dan cahaya maknawi bagi pohon platanus ini, serta sebuah sistem perintah dan manifestasi kehendak yang merupakan sentral prilaku di dalamnya. Maka mungkin saja setiap bagian -makhluk, ciptaan, ikatan kehidupan, system perintah, dan manifestasi kehendak yang telah disebutkan di atas- berdiri sendiri mengerjakan pekerjaan yang banyak sekali di tempat yang banyak sekali melalui rahasia cahaya. Meskipun secara wujud dia dapat disaksikan hanya pada satu tempat, dan meskipun dia hanya berwujud satu, yang berkududukan “kulliy” tanpa batas meskipun sebenarnya ia terbatas dan terikat dalam wujud materi lalu bisa melakukan pekerjaan yang banyak dan berbeda-beda secara langsung berdasarkan kesadaran dalam satu waktu, dan hal ini dapat disaksikan langsung. Dan kamu dengan kapasitasmu dapat melihatnya, maka kamu tidak mungkin bisa mengingkarinya.
312. Page
Lalu lihatlah sesuatu apakah yang bisa bersembunyi dan tertutup dari orientasi keesaan Zat Yang Maha Suci yang mana orientasinya terlihat dalam manifestasi sifat-sifat dan perbuatan-Nya dengan samudra ilmu tanpa tepi, kekuasaan mutlak tiada tandingan, serta kehendak tiada batas, serta sifat-sifat-Nya maha meliputi dan kekuasaan-Nya maha luas?
Maka sesuatu apakah yang mampu bersembunyi dan tertutup dari sesuatu yang terpisah dan jauh lebih tinggi dari materi, suci dan terlepas dari batasan-batasan tertentu serta kegelapan kepadatan, bahkan seluruh cahaya beserta segala sesuatu nurani adalah bayangan padat bagi cahaya nama-nama-Nya yang suci.
Lebih dari itu, alam wujud ini serta kehidupan seluruhnya, alam arwah, alam barzakh, alam nyata, adalah sebuah cermin agak transparan bagi keindahan-Nya?!
Maka sesuatu apakah yang sulit bagi-Nya?
Tempat manakah yang tertutup dan tersembunyi dari-nya?
Individu manakah yang bisa eksis jauh dari-Nya?
Orang manakah yang mampu mendekat kepada-Nya kalau belum sampai mendapat derajat tanpa batas?
Apakah benar-benar ada sesuatu yang mampu bersembunyi dari-Nya?
Apakah ada kekuatan yang bisa menghalangi-Nya dari berbuat?
Apakah ada rongga tersisa dari suatu tempat tanpa kehadiran-Nya?
Bukankah Ia memiliki penglihatan maknawi yang melihat seluruh eksistensi yang ada, serta pendengaran maknawi yang mendengar segala yang ada sebagaimana perkataan Ibnu Abbas -semoga Allah meridhoinya-.
Bukankah rangkaian segala sesuatu itu laksana kabel-kabel dan urat-urat nadi tempat mengalirnya segala perintah dan aturan-Nya dengan sangat cepat?
Bukankah segala hambatan dan rintangan adalah sebagai perantara dan media tempat Ia bertindak?
Bukankah sebab-sebab serta berbagai perantara hanyalah sebuah kain penutup zahir saja?
Bukankah Ia ada di segala tempat walaupun Ia sendiri terpisah dari tempat?
Apakah sejatinya Ia memerlukan ruang atau tempat?
Mungkinkah ukuran-ukuran seperti jauh, kecil serta segala tabir tingkatan eksistensi menjadi penghalang bagi kedekatan-Nya, tindakan-Nya serta pengawasan-Nya?
313. Page
Mungkinkah hal-hal seperti perubahan, pergantian, bertempat, berbilang, yang kesuluruhannya merupakan karakteristik suatu benda yang bermateri, suatu yang mungkin, yang padat, yang banyak, yang terikat, serta yang terbatas, yang kesuluruhan ini juga merupakan elemen wajib khusus dimiliki benda materi, kemungkinan, kepadatan, banyak, terikat dan terbatas. Maka apakah semua ini bisa disandarkan kepada Zat Yang Maha Suci Yang Ia terlepas, terpisah dan tidak ada kaitannya dengan materi, Ia adalah eksistensi yang wajib, cahaya dari segala cahaya, Yang Satu, Esa dan Suci dari segala keterkaitan, Lepas dari segala batasan, Murni dari segala kekurangan, Tinggi dari segala kelemahan.
Maka apakah sifat lemah pantas bagi-Nya?
Apakah sebuah kelemahan atau kekurangan mampu mendekat berhadapan dengan kemuliaan dan jubah kesombongan-Nya?
Penutup Tujuan Kedua
Ketika aku terbenam dalam samudra tafakkur tentang keesaan, aku pun melihat buah-buah pohon platanus yang berada dekat dari ruang kamarku. Lalu rangkaian tafakkur menghampiri qalbuku, sehingga aku pun mencatat apa saja yang terpikirkan. Dan aku akan menjelaskannya secara singkat sebagaimana berikut;
Ya;
Aneka buah dan biji:
Rangkaian keajaiban hikmah.
Karya seni yang tidak terbayangkan.
Hadiah kasih sayang.
Tanda-tanda keesaan.
Janji-janji indah-Nya di hari akhirat.
Saksi jujur bahwa yang menciptakannya adalah Yang Maha Mampu atas segala sesuatu.
Dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
Segala buah dan biji-bijinya,
Cermin-cermin keesaan pada sudut-sudut yang banyak.
Petunjuk kepada ketetapan Tuhan.
314. Page
Rangkaian rahasia kekuasaan-Nya.
Yang menunjukkan bahwa sesuatu yang banyak itu berasal dari satu sumber.
Yang menghasilkan sebuah persaksian atas keesaan Pencipta dalam proses penciptaan dan pencitraan.
Berujung kepada muara keesaan, sambil mengingat hikmah Sang Maha Penguasa dalam penciptaan dan pentadbiran.
Dan mereka juga adalah gelombang hikmah yang menunjukkan bahwa Pencipta segalanya, melihat dengan penglihatan sempurna kepada hal juz`iy, kemudian kepada bagian dari juz’iy itu.
Apabila buah adalah tujuan utama dari penciptaan pohon ini, maka manusia adalah buah bagi pohon alam semesta ini. Manusia lah yang menjadi tujuan utama dari Pencipta seluruh yang ada.
Dan qalbu layaknya biji, ia adalah cermin bercahaya bagi Pencipta alam semesta.
Dari rahasia ini, dapat disimpulkan bahwa manusia yang kecil dibandingkan ciptaan-ciptaan besar lainnya, merupakan fokus utama bagi kebangkitan dan perkumpulan segala yang ada, dan fokus utama bagi kehancuran dan pergantian alam ini.
Gagasan pokok dari paragraf ini adalah;
Maha Suci Yang telah menjadikan taman bumi-Nya sebagai tempat hidup ciptaan-Nya. Tempat terkumpulnya hikmah-Nya. Tempat terlihatnya kekuasaan-Nya. Tempat berbunganya rahmat-Nya. Tempat bercocok tanam taman-Nya. lorong bagi makhluk. Tempat mengalir bagi seluruh eksistensi. Timbangan bagi ciptaan. Tempat yang dipenuhi hiasan bagi hewan. Tempat bagi burung-burung memahat angkasa. Tempat bagi pohon berbuah. Tempat bagi bunga berbunga. Sebuah petunjuk mukjizat ilmu-Nya. Keajaiban ciptaan-Nya. Hadiah kebaikan-Nya. Janji dari kelembutan-Nya. Sebuah senyuman berbunga dari perhiasan buah-buahan. Burung-burung yang memberi semangat dalam nafas pesona. Tetesan hujan di atas permukaan dedaunan. Kasih sayang orang tua kepada anaknya yang masih kecil. Sebuah perkenalan yang penuh kasih. Sebuah kasih yang penuh sayang. Sebuah sayang yang penuh kelembutan. Sebuah kelembutan yang penuh kedermawanan. Diperuntukkan kepada para jin dan manusia, para ruh dan hewan, para malaikat dan jin.
Penjelasan singkat dari renungan ini adalah;
Sebagaimana seluruh buah-buahan beserta biji yang ada di dalamnya merupakan mukjizat hikmah rabbaniyah, keajaiban ciptaan ilahiyah, hadiah rahmat ilahiyah, petunjuk materi atas keesaan ilahiyah, janji-janji kelembutan ilahiyah di surga, bukti nyata atas cakupan kekuasaan-Nya dan keluasan ilmu-Nya. Maka keseluruhan itu adalah cermin keesaan pada sudut-sudut
315. Page
alam yang banyak, dimana jelmaannya tersebar dimana-mana seperti pohon ini, sehingga mengalihkan pandangan dari yang banyak menjadi satu.
Semuanya berkata dengan lisan keadaan; jangan berpecah belah, dan jangan pula tenggelam ke dalam pohon besar ini yang cabang dan rantingnya menjulang. Segala apa yang ada pada pohon ini ada di dalam kita, jumlahnya yang banyak ada di dalam kesatuan kita, bahkan biji-biji yang diibaratkan seperti qalbunya buah. Sebagaimana dia adalah cermin materi bagi keesaan, begitu pula ia membaca dan menyebut asma’ul husna dengan dzikir berbisik di dalam qalbu. Dimana pohon yang besar menyebut dan membacanya dengan dzikir secara keras.
Selanjutnya, sebagaimana buah-buahan dan biji-bijian itu adalah cermin bagi keesaan, mereka juga merupakan tanda-tanda ketentuan (al-Qadr) yang terlihat, rahasia-rahasia kekuasaan (al-qudrah) yang memiliki wujud fisik. Hal ini karena al-Qadr menunjukkan kepadanya, yang kemudian kekuasaan pun mengatakan dengan kalimat-kalimat yang berbentuk rahasia; sebagaimana ranting dan cabang pohon yang banyak ini telah tumbuh dari sebutir biji, dan menunjukkan kepada keesaan Sang Pencipta pohon ini dalam penciptaan dan pencitraan. Lalu, pohon mengumpulkan seluruh hakikatnya dalam satu buah setelah ia tumbuh besar dan menjulurkan cabang-cabang dan ranting-rantingnya, dan menyertakan seluruh maknanya dalam sebuah biji. Semua ini menunjukkan kepada hikmah dari Penciptanya dalam penciptaan dan pengaturan. Begitu pula halnya dengan pohon alam semesta ini, ia eksis dari sebuah sumber keesaan dan tumbuh kembang dengannya.
Lalu sebagaimana manusia yang merupakan buah dari pohon alam semesta itu menunjukkan kepada keesaan dalam banyak hal dalam eksistensi ini, begitu pula hal nya dengan qalbunya yang melihat dengan mata iman rahasia keesaan atau kesatuan dalam keanekaragaman.
Oleh karena itu, buah-buahan dan biji-bijian merupakan gelombang hikmah rabbaniyah, hikmah tersebut berbicara melalui mereka, mengatakan kepada mereka yang memiliki akal;
Pengamatan dan pengaturan komprehensif yang dihadapakan kepada pohon ini mengamati dan fokus kepada sebiji buah melalui sifat tiada batas dan umumnya. Ini karena buah itu adalah miniatur kecil dari pohon itu, malah ialah maksud dari pohon itu.
Kemudian, pandangan dan pengaturan yang komprehensif itu melihat dan mengarah kepada setiap biji yang ada di dalam buah. Karena biji adalah daftar isi dari pohon itu yang menyimpan segala maknanya. Artinya, yang menjadi maksud dan tujuan dari penciptaan pohon itu adalah sesuatu yang mengatur urusan pohon itu yang senantiasa menghadap kepada seluruh buah-buahan dari pohon itu dengan segenap nama-nama yang terkait dengan pengaturan itu.
Namun kadangkala pohon yang besar ini kerap ditebang dan dipotong demi buah-buahan yang kecil itu, atau sebagian bagiannya dipotong agar tumbuh bagian baru, atau dicangkok agar muncul buah-buah yang lebih bagus dari sebelumnya. Begitu pula halnya dengan manusia yang merupakan buah-buahan dari pohon alam semesta, ia merupakan maksud dan tujuan dari penciptaan dan eksistensi alam semesta. Ia juga merupakan tujuan dari penciptaan seluruh eksistensi yang ada. Sedangkan qalbu manusia yang merupakan biji dari buah manusia itu, adalah cermin yang terbaik dan yang paling bersinar milik pencipta alam semesta.
316. Page
Berdasarkan hikmah ini, maka manusia yang kerdil telah menjadi poros penting dalam kejadian-kejadian maha dahsyat seperti hari berbangkit dan berkumpul. Dan juga merupakan sebab dari kehancuran alam semesta dan pergantiannya. Dan untuk menghakimi manusia ini, ditutup pintu dunia dan dibuka pintu akhirat.
Apabila perbincangan telah sampai kepada masalah hari berkumpul, maka telah tiba saatnya untuk menjelaskan sebuah titik hakikat yang menunjukkan kepada kekuatan redaksi al-Quran yang penjelasannya sebuah mukjizat, serta menjelaskan keluasannya dalam permasalahan seputar penetapan hari berkumpul. Penjelasan itu sebagai berikut;
Hasil dari perenungan ini menjelaskan bahwa apabila alam semesta ini perlu dihancurkan dengan tujuan untuk menghakimi manusia ada agar ia mendapatkan kebahagiaan abadi, maka kekuatan yang mampu untuk menghancurkan dan mengganti alam semesta ini telah ada dan jelas tampak. Akan tetapi hari berkumpul itu memiliki tingkatan;
Ada tingkatan yang wajib diketahui, dan mengimaninya wajib. Sedangkan tingkatan yang lain cukup dipahami sesuai dengan derajat tingkatan rohani dan pemikiran, dan ilmu serta pengetahuan tentang tingkatan itu merupakan keharusan. Al-Quran telah memperlihatkan kekuatan yang mampu untuk membuka daerah yang lebih luas dan besar dari pada daerah hari berbangkit, hal ini untuk menetapkan tingkatan yang lebih rendah dan lebih mudah dari tingkatan hari berbangkit secara penetapan defenitif yang kuat.
Adapun tingkatan hari berbangkit (al-Hasyr) –yang semua orang wajib mengimaninya- adalah; ruh manusia akan pergi ke tingkatan lainnya setelah mati. Jasadnya akan hancur kecuali bagian kecil yang merupakan bagian inti dan benih darinya, yang bisa disebut dengan ‘tulang ekor’. Allah Ta`ala akan membangkitkan dari bagian ini jasad manusia itu kembali pada hari berkumpul. Kemudian akan dikembalikan kepada jasad itu ruhnya. Tingkatan hari berkumpul yang ini sangat mudah untuk dipahami, karena jutaan contohnya dapat disaksikan pada musim semi berlangsung.
Untuk menetapkan tingkatan atau bagian yang satu ini, ayat-ayat al-Quran kadang kala menunjukkan kepada daerah dimana tampak di dalamnya interaksi kekuatan yang sangat mampu untuk mengumpulkan seluruh partikel-partikel dan membangkitkannya.
Dan kadang kala, ayat-ayat tersebut menjelaskan jejak-jejak kekuatan dan hikmah, yang memusnahkan seluruh makhluk kemudian mengembalikannya sekali lagi dari yang baru.
Dan kadang kala, ayat-ayat tersebut menjelaskan jejak-jejak dan interaksi dari hikmah dan kekuatan yang mampu untuk mendifusikan bintang-bintang, membelah langit-langit serta menciptakannya.
Kadang kala juga menunjukkan kepada manifestasi dan interaksi dari kekuatan dan hikmah yang mampu untuk mematikan seluruh yang bernyawa dan kemudian membangkitkannya kembali dalam satu waktu dan dengan satu teriakan.
317. Page
Kadang kala menunjukkan manifestasi dari kekuatan dan hikmah yang mampu untuk mengumpulkan dan membangkitkan yang bernyawa yang ada di atas seluruh permukaan bumi, semuanya secara tersendiri.
Kadang kala menunjukkan kepada jejak-jejak kekuatan dan hikmah yang mampu untuk mempreteli dan meratakan keseluruhan bumi, meledakkan gunung-gunung, mengubah bentuk sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Arti dari keseluruhan ini adalah, selain dari tingkatan hari berkumpul yang wajib bagi seluruh manusia mengimani dan mengetahuinya, Ia (Allah) dengan kekuatan dan hikmah-Nya telah menjelaskan kemampuannya dalam segala tingkatan yang ada pada hari berkumpul.
Sehingga apabila hikmah rabbaniyah menghendaki hal itu terjadi, maka tidak diragukan lagi bahwa ia akan melakukannya dengan menciptakan berbagai tingkatan lainnya untuk hari berkumpul dan berbangkit bersama dengan mengumpulkan dan membangkitkan manusia. Atau bisa saja ia akan melakukan sebagiannya saja yang terpenting darinya.
Pertanyaan;
Kalian mengatakan;
Dalam pemaparan di tulisan-tulisanmu, kamu banyak menggunakan logika permisalan (qiyas tamtsiliy), sedangkan logika jenis ini tidak memberikan keyakinan atau kepastian berdasarkan ilmu mantiq. Karena dalam permasalahan keyakinan wajib menggunakan petunjuk logika (burhan mantiqiy). Sedangkan logika permisalan biasa digunakan dalam permasalahan yang cukup diketahui dengan sangkaan kuat, hal ini sebagaimana yang telah ditetapkan oleh ahli ushul fikih.
Kemudian kamu juga kadang kala menyebutkan permisalan dengan menggunakan metode cerita, dan cerita merupakan khayalan bukan hakikat, dan bisa saja bertentangan dengan kenyataan.
Jawaban;
Berdasarkan ilmu mantiq, logika permisalan tidak menghasilkan keyakinan defenitif. Namun ada bagian dari jenis logika permisalan ini lebih kuat dari petunjuk defenitif yang dimiliki oleh mantiq/logika. Bahkan memberikan keyakinan lebih kuat dari pada bagian pertama dari konstruksi awal logika mantiq.
Bagian itu mejelaskan bagian parsial dari hakikat yang absolut melalui perantara logika permisalan, lalu membangun hukum atas hakikat tersebut. Kemudian menjelaskan aturan-aturan hakikat itu pada materi khusus sampai hakikat yang besar itu diketahui, lalu materi-materi parsial dikembalikan kepada hakikat itu.
Misalnya; “Matahari ada pada segala sesuatu yang berkilau dikarenakan cahaya, padahal zatnya satu”. ini adalah sebuah permisalan, dimana ia menunjukkan kepada aturan dari hakikat,
318. Page
yang maksudnya; tidak mungkin ada batasan bagi cahaya dan sinar, maka jauh atau dekat dan banyak atau sedikit menjadi sama, tempat tidak menjadi batas baginya.
Misalnya; “Pembentukan dan pencitraan buah-buahan dari pohon, beserta dedaunannya dalam waktu dan tipe yang sama, dapat dilakukan dengan sangat mudah dan sempurna. Dari satu sentral menggunakan pengaturan perintah”. Ini adalah satu permisalan yang menjelaskan salah satu sisi dari hakikat besar, dan dari hukum absolut. Dan hakikat dan hukum tersebut menetapkan hakikat itu dengan kekuatan hukum tetap, bahwa alam semesta yang besar ini juga merupakan salah satu penampakan dan media jelajah bagi aturan hakikat ini serta rahasia keesaan tersebut, layaknya pohon ini.
Oleh karena itu, logika permisalan yang ada dalam buku “al-Kalimat” –atau ‘Risalah an-Nur-, seluruhnya dari jenis ini, dan jenis ini lebih kuat dan lebih banyak dalam memberikan keyakinan dari pada petunjuk defenitif dari logika.
Jawaban untuk pertanyaan kedua:
Berdasarkan ilmu balaghah (retorika arab), apabila makna hakiki dari kata atau kalimat hanya sebagai alat penarik perhatian bagi makna lain yang diinginkan, maka hal ini disebut sebagai “al-lafdzu al-Kina`iy” atau kata kinayah. Makna asli dari perkataan kinayah ini, tidak menjadi objek pembenaran atau pembohongan. Akan tetapi makna kinayah dari perkataan itu lah yang menjadi objek pembenaran atau pembohongan. Maka apabila makna kinayahnya benar maka perkataannya benar meskipun makna asli dari perkataan itu adalah bohong, hal itu tidak mengurangi kebenaran makna kinayahnya. Akan tetapi apabila makna kinayahnya tidak benar, sedangkan makna aslinya benar, maka perkataannya adalah bohong.
Contoh dari perkataan kinayah; “Si Fulan sarung pedangnya panjang”. Perkataan ini adalah kinayah dari tingginya ukuran tubuh dari orang itu. Maka apabila orang itu tinggi, maka perkataannya adalah benar, meskipun ia tidak memiliki sarung pedang. Akan tetapi apabila orang itu tidak tinggi, maka perkataan itu adalah bohong meskipun ia menggunakan pedang dan sarungnya yang panjang, karena yang dimaksud dari perkataan itu adalah bukan makna asli atau dasarnya.
Oleh karena itu, cerita-cerita yang terdapat dalam kitab al-Kalimat atau –Rasa`il an-Nur- ini, seperti pada kalimat ke sepuluh dan dua puluh dua, merupakan bagian dari kinayah. Dimana hakikat yang terdapat pada setiap penutupan dari cerita tersebut merupakan makana kinayah darinya. Adapun cerita itu sendiri secara substansinya sangat benar dan sesuai dengan fakta yang terjadi, sedangkan makna asli dari cerita-cerita ini hanyalah sebagai kacamata permisalan.
Dan meskipun bentuk dan konstruksi makna asli dimiliki oleh cerita-cerita ini, namun hal itu tidak memberikan efek bahaya atau pengaburan kebenaran dan kejujuran makna kinayah dari cerita-cerita tersebut.
Sebagai tambahan, cerita-cerita itu juga hanyalah sebagai permisalan, akan tetapi ia memberikan efek yang lebih sebagai sebuah lisan keadaan yang berwujud lisan perkataan, dan
319. Page
dimunculkan di dalamnya tokoh maknawi dalam wujud tokoh fisik, yang bertujuan untuk memahamkan kepada semua orang.
Setelah mendapatkan jawaban tepat, meyakinkan dan mengikat dari soal yang ke dua[1], lantas pujaan para ahli kesesatan itu menanyakan pertanyaan yang ke tiga; ia menanyakan;
Di dalam al-Quran terdapat ayat yang berbunyi;
(اَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ)
“Yang Maha Penyayang diantara para penyayang” (Q.S. al-A`raf: 151)
(اَحْسَنُ الْخَالِقِينَ)
“Pencipta Yang Palik Baik” (Q.S. Al-Mukminun: 14)
Dan ayat-ayat lain yang mirip dengan kedua ayat di atas, dimana maknanya terkesan menunjukkan adanya para penyayang dan para pencipta yang lain.
Kemudian kalian juga mengatakan; bahwa pencipta alam semesta memiliki kesempurnaan mutlak yang tiada batas, sehingga Ia mengumpulkan seluruh tingkatan kesempurnaan, akan tetapi kesempurnaan sesuatu dapat diketahui dengan melihat tandingannya. Kalau bukan karena rasa sakit maka rasa sehat bukan lah kesempurnaan, kalau bukan karena kegelapan maka sinar tidak akan terlihat, dan kalau bukan perpisahan maka pertemuan tidak akan memberikan kenikmatan, begitulah seterusnya.
Jawabannya;
Kami akan menjawab bagian awal dari pertanyaan dengan lima petunjuk;
Petunjuk pertama;
Penetapan dan penjelasan al-Quran terhadap tauhid, sejatinya adalah dalil pasti bahwa makna dari sebagian kalimat-kalimat dalam ayat al-Quran seperti di atas tidak lah seperti yang kalian pahami. Akan tetapi makna dari “Pencipta Yang Terbaik” adalah Ia berada pada tingkatan sifat pencipta paling tinggi. Maka tidak ada petunjuk sedikit pun yang menunjukkan adanya pencipta yang lain, bahkan sifat pencipta memiliki banyak tingkatan sebagaimana sifat-sifat lainnya. Maka maksud dari “Pencipta Yang Terbaik” adalah Sang Pencipta Yang Memiliki Keagungan
[1] Yang dimaksud dengan sola ke dua adalah soal yang terdapat pada tujuan kedua, bukan pertanyaan kedua di akhir penutup.
320. Page
pada tingkatan Yang Paling Sempurna dalam sifat pencipta, dan tiada kesempurnaan setelahnya.
Petunjuk kedua;
Ayat yang berbunyi “Pencipta Yang Terbaik” dan semisalnya, merupakan penyampaian pesan yang tidak menunjukkan kepada pecipta yang berbilang. Akan tetapi justru menunjukkan kepada jenis-jenis sifat yang ada pada makhluk, artinya; Ia adalah Sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baik bentuk dan dengan tingkat kesempurnaan yang paling tinggi. Karena makna ini merupakan penjelasan dari ayat-ayat lain seperti;
(اَحْسَنَ كُلَّ شَيْئٍ خَلَقَهُ)
“Yang menjadikan segala yang diciptakan-Nya dengan sebaik-baiknya” (Q.S. As-Sajdah: 7)
Petunjuk ketiga;
Sesungguhnya perbandingan yang terdapat pada redaksi: “Pencipta Yang Terbaik”, “Allah Yang Paling Besar”, “Pemberi keputusan Yang Terbaik”, dan yang semisalnya, bukan lah perbandingan atau komparasi antara sifat dan perbuatan realistis milik Allah Ta`ala dengan sifat dan perbuatan yang dimiliki oleh contoh-contoh yang lainnya. Karena seluruh kesempurnaan yang terdapat pada diri jin, manusia dan malaikat serta yang ada dalam seluruh alam adalah bayangan lemah apabila dibandingkan dengan kesempurnaan milik-Nya ta`la. Maka bagaimana mungkin membuat perbandingan diantara keduanya? Sedangkan perbandingan yang dimaksud adalah dalam pandangan manusia terutama golongan orang-orang lalai.
Misalnya, seperti seorang prajurit yang menunjukkan ketaatan yang total dan rasa hormat kepada atasannya yang dalam pasukannya. Ia melihat bahwa segala kebaikan dan kebenaran datang dari orang itu. Sehingga ia tidak memikirkan tentang raja yang merupakan pemimpin tertingginya kecuali hanya sedikit. Bahkan meskipun ia memikirkannya ia tetap saja mempersembahkan penghormatannya kepada atasannya itu. Maka prajurit seperti ini perlu ditegur, dikatakan kepadanya; Hai prajurit, sesungguhnya raja lebih besar dari atasanmu, maka berterima kasih lah kepada rajamu seorang.
Perkataan ini bukanlah perbandingan antara kekuasaan terhormat yang hakiki yang dimiliki oleh raja dengan kekuasaan parsial dan tidak nyata yang dimiliki oleh atasan prajurit itu. Karena perbandingan antara keduanya pada hakikatnya tidak memiliki makna sama sekali. Namun perbandingan ini sesuai dengan kebutuhan prajurit itu yang mulai dari sikap keterikatannya dengan atasannya menjadikannya lebih mengutamakan atasannya dari yang lainnya, sehingga ia memberikan rasa terima kasih kepadanya, dan hanya menyayanginya seorang.
Melalui contoh ini; maka sebab-sebab yang tampak yang terkesan bahwa ia adalah pencipta dan pemberi nikmat, telah menjelma menjadi tabir penutup bagi pandangan orang-orang lalai dari melihat Sang Pemberi nikmat yang hakiki. Sehingga mereka memiliki keyakinan terhadap sebab-sebab yang tampak itu, dan memandang bahwa nikmat dan kebaikan datang dari sebab-sebab itu, dan pada akhirnya mereka memberikan pujian dan pujaan kepadanya.
321. Page
Sedangkan al-Quran senantiasa mengulang “Allah Maha Besar” dan Ia adalah “Sang Pencipta Terbaik” dan Ia adalah “Sang Pemberi kebaikan Terbaik”, sehingga manusia selalu menghadapkan diri kepada-Nya dengan rasa syukur.
Petunjuk keempat;
Perbandingan dan komparasi itu terjadi hanya pada sesuatu yang realistis, dan juga terhadap hal-hal yang memungkinkan untuk dibandingkan. Dikarenakan adanya tingkatan yang sangat banyak pada mayoritas esensi, maka secara akal mungkin pula terdapat tingkatan yang tiada batas pada esensi nama-nama ilahiyah berserta sifat-sifat-Nya yang suci. Sehingga Allah Ta`ala berada pada tingkatan yang paling baik dan sempurna dari pada tingkatan-tingkatan lainnya yang memungkinkan untuk digambarkan bagi nama-nama dan sifat-sifat tersebut. Alam semesta beserta kesempurnaannya bersaksi atas hakikat ini, dan ayat yang mensifatkan -“Maka baginya nama-nama yang indah” (Q.S. Al-Isara`: 110)- seluruh nama-nama-Nya dengan suatu yang paling indah ‘ahsaniyah’, menunjukkan makna ini.
Petunjuk kelima;
Ini bukan lah perbandingan dan komparasi antara Allah ta`la dengan selain-Nya, akan tetapi Ia memiliki dua tipe dari manifestasi dan sifat.
Yang pertama; interaksi-Nya dengan rahasia keesaan yang tersembunyi dibalik penutup media dan sebab, dan dalam wujud hukum kolektif.
Yang kedua; interaksi-Nya dengan rahasia keesaan dan orientasi khusus dengan interaksi langsung. Maksudnya, kebaikan, kebajikan dan kebesaran-Nya yang bermanifestasi dalam wujud-wujud median dan sebab.
Contohnya, anggap saja seorang raja yang memiliki kendali penuh atas hukum dan peraturan yang terkait dengannya. Maka seluruh pegawai dan komandannya adalah tirai penutup bagi raja itu. Oleh karena nya, tindak tanduk dari raja tersebut terdiri dari dua tipe;
Pertama; urusan-urusan yang diselesaikan dan perintah-perintah yang dikeluarkan oleh raja itu berdasarkan hukum kolektif melalui perantara pegawai dan komandannya yang tampak yang sesuai dengan fungsi masing-masing dari mereka.
Kedua; bisa dikatakan bahwa kebaikan khusus dari raja itu, dan urusan-urusan yang ia tangani secara langsung tanpa berdasarkan hukum kolektif dan tanpa menggunakan para pegawai yang tampak sebagai tirai penutup baginya. Maka tipe kedua inilah yang lebih baik dan mulia.
Oleh karena itu, begitu juga dengan Pencipta alam semesta ini yang merupakan Raja hakiki Yang tiada berawal dan berakhir, pada hakikatnya Ia telah menjadikan media dan sebab sebagai tirai penutup bagi perbuatan-Nya, dan Ia menampakkan kebesaran rububiyah-Nya. Namun, Ia telah memasang telfon khusus di qalbu hamba-hamba-Nya dengan cara memerintahkan mereka dengan ibadah-ibadah khusus. Dan memerintahkan mereka untuk mengatakan “hanya kepada Mu lah kami menyembah, dan hanya kepada Mu pula lah kami meminta pertolongan”
322. Page
(Q.S. Al-Fatihah; 5) untuk menghadap kepada-Nya secara langsung dan meninggalkan sebab-sebab dibelakang mereka. Dan dengan ini wajah mereka berpaling dari alam menuju kepada-Nya. Sehingga makna-makan dari “Pencipta Yang terbaik”, “Yang Maha Penyayang diantara para penyayang” dan “Allah Maha Besar” termasuk kedalam makna ini dan juga memberikan isyarat kepadanya.
Jawaban terhadap bagian kedua dari soal yang diutarakan oleh pujaan orang-orang sesat, terdiri dari lima rahasia;
Rahasia pertama;
Tanggapan terhadap pertanyaan;
Bagaimana sesuatu mendapatkan kesempurnaan apabila ia tidak memiliki pesaing?
Jawaban;
Sesungguhnya pemilik pertanyaan ini tidak mengetahui kesempurnaan hakiki. Karena ia hanya mengetahui kesempurnaan relatif, dimana perbedaan dan kelebihan yang merupakan hasil dari perbandingan antara satu dengan lawan atau pesaingnya bukanlah sebuah hakikat, namun hanyalah relativitas yang lemah. Sehingga apabila yang satunya dilepas dari perbandingan, maka lawannya tidak akan memiliki nilai.
Contohnya; kenikmatan dan kelebihan yang relatif yang dimiliki oleh rasa hangat adalah akibat pengaruh dari rasa sakit dari rasa dingin. Dan kenikmatan relatif pada makanan adalah akibat pengaruh tidak enaknya rasa lapar, maka apabila salah satunya hilang, hilang pula bagian lawannya.
Sedangkan kenikmatan, kerinduan, kesempurnaan serta keutamaan yang hakiki adalah yang tidak didasarkan atas pencitraan atau perbandingan kepada sesuatu yang lain. Namun harus terbentuk dari esensinya dan menjadi hakikat yang kuat dan kokoh secara substansinya. Oleh karena itu, kenikmatan wujud, kenikmatan hidup, kenikmatan cinta, kenikmatan ilmu, kenikmatan iman, kenikmatan abadi, kenikmatan kasih sayang, kenikmatan kelembutan, keindahan cahaya, keindahan melihat, keindahan berkata, keindahan kedermawanan, keindahan prilaku, keindahan fisik, serta kesempurnaan zat, kesempurnaan sifat, kesempurnaan perbuatan, dan semisalnya adalah merupakan kelebihan substansial yang tidak akan tergantikan meskipun saingan atau lawannya ada atau tidak.
Oleh karena itu, kesempurnaan Pembuat Yang Maha Agung, Sang Kreator Yang Maha Indah, Pencipta Yang Maha Sempurna, seluruhnya adalah kesempurnaan hakiki substansial, tidak terpengaruh oleh keberadaan sesuatu lain, namun mereka mungkin saja menjadi penampakan-penampakan.
Rahasia kedua;
Dalam kitab “Syarhul Mawaqif”, Said asy-Syarif al-Jirjaniy berkata;
323. Page
Sesungguhnya sebab dari timbulnya rasa cinta adalah bisa jadi karena kenikmatan atau manfaat, dan bisa jadi karena fakor bawaan atau kesempurnaan, karena kesempurnaan itu dicintai secara substansinya. Maksudnya, jika kamu mencintai sesuatu, maka kamu mencintainya bisa jadi dikarenakan adanya kenikmatan atau manfaat, atau mencintainya dikarenakan faktor bawaan seperti kecenderungan kepada anak-anak, atau bisa jadi dikarenakan kesempurnaan. Apabila penyebabnya adalah kesempurnaan, maka tidak mesti ada alasan sebab tertentu lainnya, karena ia dicintai secara substansinya. Oleh karena itu, orang-orang terdahulu seluruhnya mencintai segala sesuatu yang memiliki kesempurnaan, mereka mencintainya karena takjub dan terpesona kepadanya, padahal tidak ada hubungan diantara mereka. Maka seluruh kesempurnaan yang dimiliki oleh al-Haq Ta`ala, beserta seluruh keutamaan dan kelebihan nama-nama-Nya, adalah dicintai secara substansinya, karena seluruhnya adalah kesempurnaan yang hakiki.
Dan Allah al-Haq Ta`ala Yang Maha Agung, adalah Yang dicintai dengan kebenaran. Kekasih hakiki ialah yang mencintai kesempurnaan-Nya yang seluruhnya adalah hakiki. Dan mencintai sifat-sifat serta nama-nama-Nya dengan rasa cinta yang sesuai bagi keagungan-Nya. Dan juga mencintai ciptaan-Nya, keindahan-keindahan makhluk-Nya yang merupakan penampakan dan cerminan kesempurnaan-Nya. Dan juga mencintai para nabi dan wali-Nya, khususnya kekasih-Nya yang utama yang merupakan pemimpin para nabi dan wali. Artinya, dikarenakan kecintaannya terhadap keindahan-Nya maka ia juga mencintai kekakasih-Nya yang merupakan cermin dari keindahan tersebut. Dan dikarenakan kecintaannya kepada nama-nama-Nya, maka ia juga mencintai kekasih-Nya beserta saudara-saudara kekasih-Nya, dimana mereka merupakan penampakan yang lengkap dan symbol bagi nama-nama itu. Dan dikarenkan kecintaanya kepada ciptaan-Nya maka ia pun mencintai kekasih-Nya dan yang semisalnya. Karena kekasih-Nya itu adalah sosok yang menjadi sebab ia diciptakan. Dan dikarenakan kecintaanya kepada karya-Nya, maka ia juga mencintai kekasih-Nya dan sesiapa yang berada dibelakangnya, karena merekalah yang telah menghargai nilai karya tersebut dan memujinya dengan perkataan “Masya Allah! Sungguh indah karyanya!”. Dan dikarenakan kecintaanya kepada keindahan makhluk-makhluk-Nya, maka ia juga mencintai kekasih-Nya yang terhormat, yang terkumpul dalam dirinya seluruh akhlak-akhlak mulia, beserta para pengikut dan saudara-saudaranya.
Rahasia ketiga;
Kesempurnaan yang ada pada seluruh alam semesta sejatinya adalah tanda-tanda dari kesempurnaan yang dimiliki Zat Yang Maha Agung, dan juga merupakan isyarat kepada keindahan-Nya. Bahkan, keindahan, kesempurnaan, kecantikan yang tampak pada seluruh alam adalah bayangan halus bila dibandingkan dengan kesempurnaan-Nya yang hakiki.
Kami akan menunjukkan secara umum kepada lima hujjah untuk mendukung hakikat ini;
Hujjah pertama:
Istana yang megah, indah, terukir dan terhias menunjukkan secara spontan kepada kecemerlangan sang arsitek. Perbuatan yang cemerlang berupa seni konstruksi bangunan dan arsitektur, menunjukkan secara langsung kepada konstruktor, arsitek, teknisi, dan dengan
324. Page
segala nama dan gelar mereka seperti ahli arsitektur dan ahli ukir. Dan nama-nama yang hebat itu menunjukkan tanpa keraguan kepada sifat benda hasil karya indah bagi bangunan itu, serta kesempurnaan sebuah karya serta sifat menunjukkan secara pasti kepada kesempurnaan persiapan dari seorang arsitek serta kapabilitasnya, dan kesempurnaan persiapan serta kapabilitas itu menunjukkan secara pasti kepada kesempurnaan substansi bangunan tersebut dan nilai tinggi dari esensinya.
Begitu pula hal nya dengan istana alam ini, sebuah jejak yang terhias dengan indah. Menunjukkan secara spontan kepada perbuatan yang sangat sempurna. Karena kesempurnaan yang tampak pada jejak atau bekas ini, muncul dari kesempurnaan perbuatan itu dan menunjukkan kepadanya. Dan kesempurnaan perbuatan menunjukkan secara pasti kepada kesempurnaan yang berbuat dan kesempurnaan nama-namanya. Maskudnya menunjukkan –berdasarkan jejak-jejak itu- kepada kesempurnaan nama-nama ‘al-mudabbir’ (Maha Pengurus), ‘al-Mushawwir’ (Maha Pemberi rupa), ‘al-Hakim’ (Maha Bijaksana), ‘ar-Rahim’ (Maha Pengasih), ‘al-Muzayyin’ (Maha Penghias).
Adapun kesempurnaan nama-nama dan julukan menunjukkan –tanpa keraguan dan kesamaran- kepada kesempurnaan sifat bagi subjek tersebut. Karena apabila sifat-sifatnya tidak bagus dan sempurna maka nama-nama dan julukan yang muncul dari sifat-sifat itu juga tidak akan bagus dan sempurna.
Dan kesempurnaan sifat tersebut menunjukkan secara pasti kepada kesempurnaan keadaan substansinya, karena pendorong sifat-sifat itu muncul adalah keadaan substansi tersebut.
Sedangkan kesempurnaan keadaan substansi itu menunjukkan secara meyakinkan kepada kesempurnaan yang sesuai dengan zat yang memiliki keadaan yang maha agung dan tinggi. Karena sinar cahaya dari kesempurnaan itu telah memperlihatkan sampai batas ini sebuah keindahan dan kecantikan serta kesempurnaan alam ini, terlepas dalam perjalanannya dari tersembunyinya keadaan, sifat, nama, perbuatan dan jejak tersebut.
Sehingga setelah ditetapkan dengan bukti-bukti jelas dan nyata atas eksistensi kesempurnaan substansial yang hakiki dengan ketetapan defenitif sehingga menunjukkan betapa suram dan pucatnya kamu, maka apakah ada nilai dan urgensi yang tersisa bagi kesempurnaan relatif yang harus dihadapkan kepada sesuatu lain sehingga terlihat perbedaan kelebihan dan nilai dari lawannya.
Hujjah kedua;
Apabila alam semesta ini dilihat dengan kaca mata perenungan, maka hal ini akan memberikan intuisi kebenaran kepada qalbu bahwa yang menjadikan alam ini indah dan menghiasinya dengan berbagai macam kebaikan, pastinya ia memiliki keindahan dan kesempurnaan yang tiada batas. Oleh sebab itu lah terlihat keindahan dan kesempurnaan tiada batas itu dalam perbuatannya.
Hujjah ketiga:
325. Page
Suatu hal yang dimaklumi bahwa karya-karya yang begitu indah, rapi dan sempurna didasari atas program-program yang begitu teliti dan bagus. Dan program-program yang teliti dan bagus tersebut menunjukkan kepada keilmuan mumpuni, pikiran terbuka serta kapabilitas rohani yang sempurna. Oleh karena itu, keindahan ruh maknawi bermanifetasi dan menampakkan diri pada karyanya melalui perantara ilmu. Alam semesta ini beserta segala kebaikan materi yang ada di dalamnya yang tiada batasannya, adalah calon-calon kebaikan maknawi dan kebaikan keilmuan. Dan kebaikan-kebaikan itu beserta kesempurnaan ilmu dan maknawi, tidak diragukan lagi adalah manifestasi dari kebaikan, keindahan, kesempurnaan kekal yang mutlak.
Hujjah keempat:
Dan perkara yang dimaklumi juga adalah sesuatu yang menyinari mesti sesuatu yang memiliki sinar, dan seseuatu yang memancarkan cahaya mesti sesuatu yang memiliki cahaya. Kebaikan itu muncul dari sifat kaya, dan kelembutan timbul dari rasa lemah lembut.
Berdasarkan hal di atas, maka pemberian kebaikan dan keindahan kepada alam semesta ini sampai pada batas ini, dan juga memberikan kesempurnaan yang berbeda-beda terhadap segala yang ada, menunjukkan kepada keindahan abadi sebagaimana seberkas sinar menunjukkan kepada adanya matahari.
Karena segala eksistensi yang ada di atas permukaan bumi berkilau dengan kilauan kesempurnaan lalu berlalu, hal ini seumpama sungai besar, sungai besar yang berkilau dengan penampakan-penampakan matahari. Begitu juga dengan siklus eksistensi ini, yang berkilau secara temporer dengan kilauan kebaikan, keindahan dan kesempurnaan, lalu habis berlalu. Dari kemunculan eksistensi terdepan kemudian selapasnya datang eksistensi lain dipahami bahwa kemunculan itu adalah sinar yang sama dan kilauan yang sama. Butir-butir gelembung air yang mengalir serta keindahannya bukan dari dirinya namun keindahan itu berasal dari penampakan keindahan sinar matahari yang berkilau. Begitu pula hal nya dengan kebaikan-kebaikan beserta segala kesempurnaan yang berkilau secara temporer pada siklus aliran alam semesta. Pada hakikatnya mereka itu adalah kilauan dari keindahan nama matahari abadi. (ya, kebinasaan cermin adalah kemusnahan eksistensi bersama penampakan yang tiada henti dan bersama limpahan yang mengikutinya. Hal ini merupakan bukti yang jelas bahwa keindahan dan kesempurnaan yang tampak bukan lah milik yang menampakkannya, ini merupakan penjelasan yang sangat fasih, dan petunjuk yang sangat jelas atas keindahan yang tiada berbilang, kebaikan yang selalu terbaharui, eksistensi yang wajib ada milik Yang Maha Kekal lagi Maha Penyayang).
Hujjah kelima:
Sebagaimana yang diketahui bahwa sekiranya ada orang-orang yang berlainan tempat datang dengan sebuah kabar berita tentang sebuah kejadian tertentu, maka hal ini memberikan sebuah petunjuk pasti kepada kepastian sebuah kejadian yang disampaikan secara mutawatir, sehingga menghasilkan sebuah keyakinan.
Dan telah terjadi kesepakatan diantara para ahli Kasyaf (pembuka tabir), akal, saksi dan persaksian yang berbeda-beda dari segi sumber, metode, persiapan serta zaman, -para pencari
326. Page
hakikat dari tingkatan ‘tabaqat’ yang berbeda-beda, para wali dari jalan ‘thariqat’ yang berbeda-beda, para pencari kesucian dari metode ‘maslak’ yang berbeda-beda, para ahli hikmah dari madzhab yang berbeda-beda-, mereka sepakat berdasarkan ilmu kasyaf, akal dan saksi bahwa segala kebaikan dan kesempurnaan yang tampak pada alam semesta, dan pada cermin-cermin eksistensi adalah manifestasi atau penampakan dari kesempurnaan suatu zat yang wajib eksis, esa tiada berbilang, serta manifestasi dari keindahan nama-nama-Nya. Maka kesepakatan mereka seluruhnya adalah hujjah pasti yang tidak bisa diganggu gugat.
Dan saya mengira bahwa pujaan orang-orang sesat itu mulai tersedut dan ingin melarikan diri, menutup kedua telinganya agar tidak mendengar hakikat-hakikat kebenaran dari rahasia-rahasia ini. Kepala mereka yang gelap laksana kepala kelelawar itu tidak akan mampu bertahan melihat cahaya-cahaya kebenaran ini, maka kita tidak akan memperhitungkan mereka lagi setelah ini.
Rahasia keempat:
Kelezatan, kebaikan, keindahan pada sesuatu lebih merujuk kepada penampakan luarnya, ketimbang kepada lawan atau saingannya.
Contohnya, Dermawan adalah sifat luhur dan lembut. Maka orang yang dermawan akan merasakan kelezatan seribu kali lebih baik melalui kelezatan dan kegembiraan orang-orang yang didermanya, dari pada kelezatan relatif yang diperoleh dari persaingan dengan orang-orang dermawan lainnya. Begitu juga dengan orang-orang yang pengasih dan penyayang, akan mendapatkan kelezatan hakiki sejauh rasa damai yang didapat oleh makhluk-makhluk yang mereka kasihi dan sayangi.
Misalnya, kelezatan yang didapatkan oleh seorang ibu melalui perasaan kasih sayang, yang timbul akibat rasa aman bagi anak-anaknya serta keselamatan mereka sehinggga ia rela mengorbankan jiwanya demi keselamatan mereka. Bahkan kelezatan yang timbul dari rasa kasih sayang itu, telah mendorong seekor ayam betina untuk menyerang seekor singa demi mengamankan anak-anaknya.
Maka, kelezatan, kebaikan, kesempurnaan, keselamatan yang hakiki, yang termasuk dalam kategori sifat-sifat mulia tidak pernah dilihat atau dirujuk dari saingan atau lawannya. Namun dirujuk kepada penampakannya dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Tidak diragukan lagi bahwa kecantikan yang terpatri pada rasa kasih sayang dari zat yang memiliki kecantikan, kesempurnaan, yang maha hidup dan maha berdiri sendiri, maha lembut, maha pemurah, maha pengasih, maha penyayang, dilihat dan dirujuk dari mereka yang diberikan kasih sayang oleh-Nya.
Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang memiliki makna-makna yang agung, suci, indah, terlindungi –yang disebut dengan keadaan yang sesuai dengan keagungan-Nya-. Makna-makna itu seperti rasa cinta dan kasih yang sesuai dengan-Nya. Ia jugamemiliki keadaan yang terlindungi dan suci yang sampai kepada batas yang disebut dengan kelezatan suci, kasih suci, gembira yang terlindungi, senang suci, -dan lainnya yang tidak bisa kita sebutkan karena tidak ada izin syariat untuk itu-. Ini semua terlihat dengan kesejahteraan, kenikmatan, kegembiraan
327. Page
dari mereka yang menerima curahan kasih sayang-Nya terlebih bagi mereka yang mendapatkan berbagai jenis rahmat dan kasih-Nya yang tiada batas dalam surga yang kekal abadi. Hal ini sebagaimana yang telah kami tetapkan dalam banyak tempat bahwa seluruh nama-nama dan sifat-sifat itu adalah paling agung, tinggi, suci, terlindungi dengan tingkatan yang tidak bisa terjangkau, dibandingakan dari rasa kasih, sayang, gembira yang kita rasakan dan saksikan yang ada pada alam semesta ini.
Dan apabila kamu ingin melihat sebuah kilauan dari kilauan-kilauan kumpulan makna-makna itu, maka lihatlah melalui kaca mata permisalan berikut ini;
Misalnya; seorang pemurah, berakhlak mulia dan penuh kasih sayang ingin menyiapkan hidangan istimewa dan megah bagi para fakir, miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Maka ia menyiapkan jamuan tersebut di atas sebuah kapal pesiarnya yang cantik. Sehingga ia dapat melihat mereka menyantap makanan tersebut dari atas kapal. Maka rasakanlah betapa gembira dan bahagianya orang yang pemurah ini, betapa senangnya ia melihat kenikmatan yang didapat oleh para fakir tersebut, rasa syukur yang diberikan oleh para orang-orang kelaparan, serta pujian yang diberikan dengan kepadanya dari orang-orang yang membutuhkan.
Apabila seorang manusia bisa merasakan kesenangan sampai batas ini, padahal ia sejatinya bukan lah pemiliki hidangan kecil tersebut namun hanyalah sebatas pekerja yang menyalurkannya. Maka bagaiamana pula bagi yang telah menyenangkan para jin, manusia dan hewan-hewan dengan melayarkan mereka di atas samudera angkasa alam semesta menggunakan kapal bumi yang megah, yang disebut dengan kapal rabbaniy. Kemudian Ia membentangkan di atas permukaan kapal bumi itu hidangan lengkap yang jenisnya tiada batas, lalu Ia mengundang seluruh yang hidup ke jamuan itu layaknya Ia mengundang mereka ke sebuah sarapan pagi yang sederhana.
Kamu bisa saja mengkiaskan apa-apa yang kami tidak mampu untuk menjelaskannya terhadap makna-makna suci dari kecintaan kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang, begitu pula terhadap hasil-hasil dari kasih-Nya yang telah menjadikan setiap surga sebagai hidangan nikmat yang terkumpul di dalamnya seluruh kenikmatan, di rumah keabadian yang kekal, sempurna selamanya. Lalu Ia membagikan jamuan dengan kelezatan yang lengkap dan kelembutan yang tiada batas di alam keabadian yang kekal bagi hamba-hamba-Nya yang tidak terhitung jumlahnya, dimana mereka adalah orang-orang yang sangat membutuhkan dan sangat memerlukan makanan dengan makanan yang hakiki.
Contohnya; kalau lah ada penemu yang mahir yang suka memamerkan karyanya, dan ia menemukan sebuah alat fonograf yang indah dan sempurna yang bisa bersuara tanpa memerlukan piringan. Kemudian ia mengujinya di depan khalayak ramai. Apabila alat tersebut bekerja dengan sangat baik sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diharapkan oleh seniman tersebut, maka bayangkan bagaimana pamer dan senangnya dia! Betapa bahagianya ia sampai-sampai ia mengulang-ngulang dalam hatinya: Allah memberkati!
Maka apabila manusia kecil, tidak mampu untuk menciptkan, bisa bahagia sampai pada batas ini karena mampu mengoprasikan fonograf dengan sebaik mungkin meskipun itu hanyalah
328. Page
ciptaan gambaran saja. Maka bagaimana dengan Pencipta Yang Maha Memiliki Keagungan yang telah menciptakan alam semesta ini dari ketiadaan dalam bentuk sebuah rangkaian musik dan melodi. Yang menciptakan bumi dan apa-apa yang memiliki kehidupan yang ada di dalamnya, Yang menciptakan khusus kepala manusia dalam rupa melodi Rabbani dan musik ilahiy, sampai-sampai hikmah dan ilmu manusia terhenti takjub dan terperangah melihat ciptaan tersebut.
Kalau lah seluruh akal manusia bersatu menjadi akal yang satu, maka nicaya akal tersebut tidak akan mampu untuk menguasai dan meliputi penampakan seluruh ciptaan beserta seluruh hasil-hasilnya yang diharapkan dengan keindahan dan kecantikan yang luar biasa. Serta ketaatan mereka dengan peraturan takwiniyah yang dikenal dengan “ibadah khusus”, “tasbih khusus” dan “tahiyyat khusus”. Ditambah dengan makna-makna suci dan keadaan terjaga –yang tidak bisa kita katakan bahwa itu adalah kesombangan, kenikmatan dan kebahagiaan- yang dihasilkan setelah mencapai maksud-maksud rabbaniyah yang memiliki derajat sangat tinggi dan suci.
Contoh lainnya; seorang pemimpin yang adil pasti menyukai menegakkan kebenaran dan ia akan mendapatkan kelezatan dan kenikmatan dalam hal itu. Dan ia akan merasakan kelezatan tatkala ia memberikan hak-hak orang-orang yang terzalimi. Dan ia juga akan mendapatkan rasa terimakasih dan penghormatan mereka karena telah menghukum orang-orang yang berbuat zalim.
Maka, kamu bisa mengkiaskan hal ini dengan hal-hal maknawi suci yang muncul dari penegakan kebenaran dari Sang Pemimpin mutlak, Yang Maha Adil, Benar, Pemiliki Keagungan Yang sebenarnya, -yaitu dalam hal memberikan hak eksis dan hak hidup kepada segala sesuatu- bukan hanya kepada jin dan manusia saja tapi kepada seluruh yang ada. Dan juga perlindungan kepada kehidupan dan keberlangsungan bagi makhluk-makhluk dari para penjahat, pemberantasan kejahatan-kejahatan dari para makhluk jahat yang semena-mena. Ditambah dengan penampakan yang sangat besar yaitu berupa keadilan dan hikmah kepada seluruh yang memiliki nyawa ketika berada di padang mahsyar dan kehidupan akhirat, bahkan ketika penghakiman kepada jin dan manusia.
Melalui tiga permisalan ini maka; sesungguhnya dalam setiap nama dari seribu nama dan sebuah nama dari nama-nama ilahiyah yang indah, memiliki tingkatan yang banyak dalam cinta, angkuh, wibawa dan sombong. Sebagaimana juga terdapat tingkatan yang bangyak dalam keindahan, kecantikan, keutamaan dan kesempurnaan.
Oleh karena itu, para wali yang mencapai tingkatan hakikat yang telah bergumul dengan nama al-Wadud, mereka berkata: sesungguhnya ragi dari seluruh alam semesta ini adalah rasa cinta. Dan seluruh pergerakan yang ada dalam alam semesta ini terjadi dengan cinta. Hukum tarik menarik dan gravitasi dalam alam semesta ini terjadi dari rasa cinta.
Salah seorang dari mereka berkata;
Sungguh jagat raya tenggelam dalam rasa cinta Allah.
329. Page
Para malaikat tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Bintang-bintang tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Langit-langit tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Matahari tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Rembulan tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Bumi tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Segala unsur tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Segala tumbuhan tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Segala pepohonan tenggelam dalam rasa cinta Allah,
Manusia tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Dan seluruh yang hidup dari awal hingga yang paling akhir, tenggelam dalam rasa cinta Allah.
Serta partikel-partikel atom pada seluruh makhluk hidup tenggelam secara bersamaan dalam rasa cinta Allah.
Maksudnya; seluruhnya tenggelam tenggelam –sesuai dengan kesiapannya- dalam manifestasi rasa cinta ilahiy dan dari minuman cinta itu. Dan dimaklumi bahwa setiap qalbu mencintai siapa yang berbuat baik kepadanya, dan mencintai kesempurnaan hakiki, tertarik dan suka kepada kecantikan yang tinggi, dan mencintai dengan cinta berlebihan kepada yang bebuat baik kepadanya dan kepada yang mencintai dan menyayanginya.
Sampai sejauh ini, bukan kah bisa dipahami tentang kerberhakan Kecantikan Sang Maha pemilik Keagungan dan Yang dicintai Sang Pemilik Kesempurnaan pada setiap nama dari nama-nama-Nya yang didalamnya terdapat ribuan pundi-pundi kebaikan. Yang dengan segala kebaikan-Nya seluruh yang kita cintai menjadi sejahtera. Dimana Ia dinamai dengan seribu satu nama-nama yang merupakan sumber dari ribuan kesempurnaan dan merupakan pusat dari ribuan tingkatan keindahan. Kami kakatan bahwa bukan kah bisa dipahami betapa berhaknya Ia mendapatkan rasa rindu dan cinta, serta sebagai tempat untuk tenggelam dan mabuk dalam rasa penuh cinta kepada-Nya?!
Demi mengungkap rahasia ini, segolongan dari para wali yang mencapai kemuliaan derajat dengan nama “al-Wadud”, mengatakan; sungguh kami tidak rakus dengan surga, namun kilauan dari rasa cinta kepada Allah hingga abadi sudah cukup bagi kami. Dari rahasia ini juga, satu detik ketika memandang keindahan Allah dalam surga melebihi seluruh kenikmatan yang adal dalam surga sebagaimana yang pernah disebutkan dalam sebuah hadis mulia.
330. Page
Kesempurnaan rasa cinta yang tiada akhir ini, didapatkan dari nama-nama Allah ta`la Yang Memiliki Keagungan dan dari makhluk-makhluk-Nya dalam daerah keesaan dan ketauhidan. Oleh karena itu, adapun kesempurnaan-kesempurnaan yang dibayangkan diluar dari daerah itu, bukanlah kesempurnaan.
Rahasia keempat;
Rahasia ini terdiri dari lima poin;
Poin pertama;
Pujaan orang-orang sesat mengatakan;
Dunia ini telah dilaknat dalam perkataan kamu bahkan ia diibaratkan seperti bangkai. Dan semua para pemilik kewalian dan hakikat telah menghina dunia dengan mengatakan; dia itu jelek dan kotor. Sedangkan kamu mengatakan bahwa dunia itu sebagai objek bagi kesempurnaan ilahiyah dari segala sisi dan hujjahnya, dan kamu juga mengatakan tentang ia dipenuhi dengan kasih dan cinta.
Jawaban;
Dunia ini memiliki tiga sisi:
Sisi pertama;
Dilihat dari nama-nama Allah yang indah, maka akan terpancar pahatan nama-nama itu, dan akan terlihat peran sebagai cermin dalam makna harfiahnya. Maka dari sisi ini, dunia adalah tulisan-tulisan shamadiyah yang tak terbatas. Sisi dunia ini sangat indah sekali dan berhak untuk disukai bukan justru dijauhi.
Sisi kedua;
Dilihat dari negri akhirat, maka ia adalah tempat berladang bagi negri akhirat, tempat berladang bagi surga, bunga-bunga rasa kasih sayang. Dan sisi kedua ini juga indah seperti sisi pertama, berhak untuk disukai bukan untuk dicela.
Sisi ketiga;
Dilihat dari hawa nafsu manusia, maka ia adalah penutup kelalaian, tempat bermain bagi hawa nafsu para ahli dunia. Sisi ini jelek karena pada hakikatnya ia tidak kekal, akan hancur, menyakitkan dan penipu.
Maka celaan yang terdapat dalam hadis nabi yang mulia serta perintah untuk menjauh dari dunia bagi para ahli hakikat adalah pada sisi yang ini. Adapun sebutan al-Quran terhadap alam dan eksistensi sebagai sesuatu yang harus diperhatikan, bahkan menyebutnya dengan
331. Page
kebaikan, maka itu semua tertuju kepada sisi yang pertama dan kedua. Dan sisi pertama dan kedua ini lah yang disenangi oleh para sahabat dan wali-wali Allah.
Orang-orang yang mencela dunia ada empat golongan;
Pertama; alhi ma`riah, mereka mencelanya karena ia adalah tabir penutup dari ma`rifatullah, mencintai dan mengibadahi-Nya.
Kedua; ahli akhirat, mereka menjelekkan dunia dikarenakan perkara-perkara penting di dunia telah menghalangi mereka dari beramal ukhrawi, dan juga karena mereka melihat dunia itu sangan jelek –dengan iman yang sampai pada taraf persaksian- bila dibandingkan dengan kesempurnaan surga.
Ya, ibaratnya apabila seorang pemuda tampan dibandingkan dengan Nabi Yusuf a.s. maka akan terlihat betapa jeleknya pemuda tampan itu. Begitu pula halnya dengan seluruh keindahan mahal yang ada di dunia ini akan terlihat murahan ketika dibandingkan dengan keindahan surga.
Ketiga: yang mencela dunia dimana sejatinya ia telah mendapatkannnya namun dunia itu tidak kekal dan meninggalkannya. Maka akibat itu dia marah dan kesal kepadanya, ia menghinanya agar bisa sabar dan tenang. Ia berkata; sungguh dunia itu kotoran, maka celaan ini juga termasuk dari celaan yang muncul dari kecintaan kepada dunia. Sedangkan celaan yang diterima atau terpuji adalah yang muncul dari kecintaan kepada akhirat dan ma`rifatullah. Artinya, celaan terhadap dunia yang terpuji adalah dua jenis yang pertama saja.
Kami mengharap kepada Allah untuk menjadikan kita dari dua golongan pertama tersebut, Amin.
بسم الله الرحمن الرحيم
( وَاِنْ مِنْ شَيْئٍ اِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِه۪)
“Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya”
(Q.S. al-Isra`: 44)
332. Page
Dasar ketiga ini terdiri dari dua poin, yang dijabarkan dalam dua pembahasan;
Segala sesuatu memliki wajah yang sangat banyak yang ibaratnya seperti jendela-jedela yang menghadap kepada Allah Ta`ala.
( وَاِنْ مِنْ شَيْئٍ اِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِه۪)
“Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya”
(Q.S. al-Isra`: 44)
Dan hakikat seluruh eksistensi dan serta alam semesta ini bersumber dari nama-nama ilahiyah, sehingga hakikat setiap sesuatu bersumber dari salah satu nama dari nama-nama Allah yang indah, atau kepada sebagian besar nama-Nya. Dan setiap ciptaan dalam segala sesuatu bersumber dari nama-nama-Nya.
Bahkan ilmu hikmah hakiki bersumber dari nama Allah “al-Hakim”. Dan ilmu kedokteran yang hakiki juga bersumber dari nama Allah “asy-Syafi”. Dan ilmu teknik bersumber dari nama Allah “al-Muqaddir”.
Dan begitulah selanjutnya. Sebagaimana seluruh ilmu bersumber dari nama-nama Allah yang indah dan berakhir kepadanya, begitu pula halnya dengan hakikat-hakikat setiap ilmu manusia beserta kesempurnaannya dan juga hakikat dari tingkatan manusia sempurna bersumber dari nama-nama Allah. Sampai-sampai salah satu kelompok dari para wali taraf hakikat mengatakan; sesungguhnya hakikat dari sebuah hakikat pada sesuatu adalah nama-nama Allah. Sedangkan substansinya adalah bayangan bagi hakikat tersebut. Bahkan bisa saja pada setiap satu makhuk hidup terdapat mendekati dua puluh manifestasi dari ukiran nama-nama Allah yang tampak dan terlihat.
Dan kami akan berusaha menjelaskan hakikat yang detail, luas dan besar ini dengan pendekatan melalui permisalan, dan kami akan memaaparkannya dengan dua atau tiga klarifikasinya. Meskipun kami akan menjelaskannya secara panjang, itu akan terasa pendek agar tidak bosan. Penjelasannya sebagai berikut;
Apabila seorang pelukis pahatan yang ahli dan mahir inging melukis gambar sebuah Bunga yang begitu indah, atau membuat replica patung artis yang sangat cantik dan indah dari jenis yang lembut milik manusia. Maka pertama-tama ia harus membentuk pola umum dengan sebagian garis-garis, hal ini akan jadi sempurna dengan sebuah pengaturan dan pengukuran berdasarkan ilmu teknik.
Ya, pengaturan dan pengukuran itu keduanya menunjukkan bahwa keduanya dikerjakan berdasarkan “ilmu” dan “hikmah”. Maksudnya, pengukuran dan pengaturan itu menjadi sempurna sesuai dengan jangkar ilmu dan hikmah. Maka makna dari ilmu dan hikmah itu
333. Page
terdapat dibalik pengukuran dan pengaturan, dan ukuran jangkar itu akan muncul kepermukaan dengan sendirinya.
Ya, ini dia sedang menampakkan dirinya. Dimana ia telah mulai menggambar mata, telinga dan hidung artis itu, dan mulai menggambar daun-daun bunga dengan jahitan-jahitannya yang teliti sesuai dengan batasan-batasan yang telah dibuat.
Sekarang kita lihat tangkai bunga yang mulai muncul sesuai dengan pergerakan jangkar yang mengambil ukuran seni yang sempurna serta pengawasan yang teliti. Maka dari sini muncul makna-makna “seni” dan “pengawasan” yang berperan mengatur dan mengukur jangkar ilmu dan hikmah dari belakang, dan ia akan muncul dengan sendirinya.
Nah, sekarang mulai tampak wujud dari keindahan serta hiasan. Maka yang menggerakkan seni dan pengawasan adalah “keinginan untuk memperindah” dan “keinginan untuk menghias”.
Jadi keinginan untuk memperindah dan menghias telah mulai mengambil peran, oleh karena itu mulailah proses mengindahkan dan menghiasi. Lalu tampaklah keadaan tersenyum, maka ia mulai terlihat hidup. Tidak diragukan lagi bahwa yang menggerakkan makna memperindah dan menghias adalah makna “kelembutan” dan “Kedermawanan”.
Ya; seakan-akan kedua makna ini telah menetapkan sampai ke tingkatan seolah-olah bunga itu sesuatu yang lembut fisiknya, dan patung itu orang dermawan yang telah berbentuk fisik. Dan yang menggerakkan makan dermawan dan kelembutan itu adalah makna “pacaran” dan “perkenalan”. Maksudnya bahwa makna “perkenalan kepada zat-Nya” dan “percintaannya dengan Sang Pencipta” berperan dari belakang layar. Tidak diragukan lagi bahwa perkenalan dan percintaan ini muncul dari “kecenderungan rahmat” dan “keinginan memberi nikmat”.
Sebagimana rahmat dan keinginan memberikan nikmat berperan dari belakang layar, maka keduanya akan memenuhi segala sudut patung dengan segala nikmat dan akan menghiasinya. Dan keduanya juga akan menggantungkan gambar sekuntum bunga itu sebagai hadiah. Maka sekarang kedua tangan dan kantong-kantong patung itu mulai penuh dengan nikmat yang berharga, sedangkan gambar sekuntum bunga itu digantung di atas permata merah, maksudnya bahwa yang menggerakkan rahmat dan keinginan memberi nikmat itu adalah “rasa kasih” dan “rasa sayang”. Artinya yang menggerakkan rahmat dan nikmat adalah rasa kasih dan rasa sayang.
Dan tidak diragukan bahwa yang menggerakkan makna rasa kasih dan rasa sayang pada zat yang tidak membutuhkan manusia dan yang menggiring keduanya untuk muncul adalah “kecantikan “ dan “kesempurnaan” yang keduanya merupakan makna bagi zat yang tidak membutuhkan manusia, dimana keduanya ingin menampakkan diri.
Sedang “kecintaan” yang merupakan bagian terlembut dan terindah dari keindahan itu, dan “Kasih” yang merupakah bagian tercair dan termanis dalamnya, keduanya ingin muncul melalui cermin sebuah karya. Keduanya ingin becermin melihat dirinya masing-masing dengan mata
334. Page
kerinduan. Maksudnya adalah kecantikan dan kesempurnaan keduanya disukai secara substansi. Sehingga keduanya mencintai dirinya lebih dari segalanya.
Kemudian, keduanya –kecantikan dan kesempurnaan- adalah kebaikan dan cinta, maka peleburan kebaikan dan cinta bermula dari titik ini.
Karena kecantikan menyukai dirinya sendiri, maka ia harus melihat dirinya sendiri lewat cermin. Dan nikmat yang dicintai dan buah-buah kelembutan yang terletak di patung dan tergantung pada gambar, membawa kilauan-kilauan dari kecantikan maknawi itu, lalu kilauan-kilauan tersebut dipersembahkan kepada pemilik kecantikan dan kepada lainnya yang bersama dengannya.
Dari permisalan ini; Pencipta yang maha Bijaksana mengatur segala sesuatu bagian keselurahan ataupun sebagiannya, surga dan neraka, langit dan bumi, tumbuhan dan hewan, jin dan manusia, malaikat dan ruh-ruh. Serta menentukan bentuk-bentuknya dengan manifestasi nama-nama-Nya dan memberikan ukuran tertentu terhadapnya. Dengan pekerjaan ini –mengatur, menentukan dan mengukur- Ia membuat segala sesuatu, membaca nama “al-Muqaddir” (Maha Mengukur) “al-Munadzim” (Maha Mengatur) “al-Mushawwir” (Maha Pemberi Rupa), dan menentukan batasan-batasan pola umum bagi segala sesuatu, maka muncul dua nama “al-`Alim” (Maha Mengetahui) dan “al-Karim” (Maha Pemberi).
Kemudian Ia menambahkan dengan tangan putih dan dengan sikat inayah kepada ciptaan, warna-warna kebaikan dan perhiasan di atas bagian gambar itu, seperti mata, telinga, kumpulan kertas dan benang halus apabila gambar itu adalah gambar manusia dan bunga. Dan apabila gambarnya adalah bumi, Ia menambahakan kepada isi bumi, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhannya warna-warna baik dan indah. Dan apabila gambar surga maka Ia melimpahkan kepada taman-taman, istana-istana beserta bidadari-bidadari yang ada didalamnya warna-warna baik dan indah. Beginilah proses menyulam titik-titik yang lain pada mesin sulam ini.
Kemudian ia menghiasi dan menerangi sesuatu itu dengan segel yang dipenuhi dengan makna-makna kelembutan dan kedermawanan. Seakan-akan sesuatu yang berwujud yang telah dihias dan ciptaan yang telah bersinra itu telah mencapai pada derajat kelembutan dan kedermawanan yang berwujud. Dan keduanya menyebut nama “Maha Lembut” dan “Maha Dermawan”.
Dan yang membawa kelembutan dan kedermawanan itu kepada sebuah manifestasi ini dalah percintaan dan perkenalan. Maksudnya keadaan mencintai zatnya bagi makhluk hidup dan mengenal zatnya bagi makhluk berakal. Sampai hal itu membaca nama “Maha Dicintai” dan “Maha Dikenal” dibalik nama “Maha Lembut” dan “Maha Dermawan”. Dan bacaan ini terdengar dari lisan keadaan milik ciptaan itu sendiri.
Lalu Ia menghias makhluk yan gtelah terhias dan indah itu dengan buah-buahan yang lezat dan dengan hasil-hasil dari rasa cinta, maka Ia merubah hiasan itu menjadi nikmat dan dari kelembutan menjadi kasih sayang, maka dibacakan pula nama “al-Mun`im” (Maha Pemberi
335. Page
Nikmat) dan “ar-Rahim” (Maha Pengasih). Dan terlihat manifestasi dari kedua nama itu dari balik hijab zahir.
Dan yang membawa nama ar-Rahim dan al-Karim ini kepermukaan adalah keadaan rasa mengasihi dan menyayangi. Dimana nama “al-Hannan” (Maha Penyayang) dan “ar-Rahman” (Maha Pengasih) muncul dan terlihat. Dan tidak diragukan bahwa yang membawa makna-makan rasa kasih dan sayang kepada manifestasi adalah kecatikan dan kesempurnaan substansi yang ingin menampakkan diri, lalu keduanya membaca nama “al-Jamil” (Maha Cantik) dan nama “al-Wadud” (Maha Penuh Kasih) dan “ar-Rahim” yang merupakan bagian dari nama “al-Jamil”, karena kecantikan itu dicintai secara substansinya.
Kecantikan dan pemilik kecantikan mencintai dirinya dengan sendirinya, ia adalah kebaikan dan ia adalah cinta. Begitu pula dengan kesempurnaan, ia disukai secara substansi, dicintai tanpa harus ada sebab, maka ia mencintai dan dicintai.
Kecantikan dalam kesempurnaan itu tidak memiliki batas, dan kesempurnaan dalam kecantikan juga tidak memiliki batas, keduanya dicintai dengan rasa cinta yang tiada tepi, keduanya berhak menerima rasa rindu dan cinta. Sehingga keduanya harus menampakkan diri dengan melihat kilauan dan manifestasi keduanya pada cermin sesuai dengan kemampuan cermin dalam memantulkannya.
Jadi, kecantikan dan kesempurnaan secara substansi milik Sang Pencipta Yang Memiliki Keagungan dan Kebijaksanaan, Memiliki Kecantikan dan Kekuasaan, Memiliki Kesempurnaan menginginkan percintaan dan kelemahlembutan. Maka ia membawa nama “ar-Rahman” (Maha Pengasih) dan “al-Hannan” (Maha Lembut) kepada proses manifestasi.
Sedangkan rasa kasih dan sayang akan membawa nama “ar-Rahim” (Maha Pengasih) dan “al-Mun`im” (Maha Pemberi Nikmat) kepada manifestasi dengan menampakkan sifat rahmat dan nikmat.
Sedangkan rahmat dan nikmat mengharuskan keadaan percintaan dan perkenalan, dan keduanya membawa kepada nama “al-Wadud” (Maha Mencintai) dan “al-Ma`ruuf” (Maha Dikenal) kepada manifestasi dan memunculkan keduanya dari balik tabir ciptaan.
Adapun percintaan dan perkenalan itu menggerakkan makna kelembutan dan kedermawanan, keduanya memunculkan nama “al-Lathif” (maha Lembut) dan “al-Karim” (Maha Dermawan) dari balik tabir ciptaan.
Dan keadaan lembut dan kedermawanan akan menggerakkan perbuatan menghiasi dan menyinari, maka muncul lah nama “al-Muzayyin” (Maha Penghias) dan “al-Munawwir” (Maha Menyinari) dengan lisan kebaikan dan nurani dari ciptaan.
Dan keadaan menghiasi dan menyinari itu mengharuskan munculnya makna-makna menciptakan dan mengayomi, maka muncul lah nama “ash-Shani`” (Maha Pencipta) dan “al-Muhsin” (Maha Pemberi Kebaikan) dengan gelombang-gelombang keindahan bagi ciptaan tersebut.
336. Page
Penciptaan dan pengayoman tersebut memunculkan ilmu dan hikmah, maka akan memunculkan nama “al-`Alim” (Maha Mengetahui) dan “al-Hakim” (Maha Bijaksana) dengan bagian-bagian yang cocok dan pas bagi ciptaan itu.
Sedangkan ilmu dan hikmah tersebut memunculkan perbuatan mengatur dan mencitrakan dan membentuk, maka muncul lah nama “al-Mushawwir” (Maha Pemberi Rupa) dan “al-Muqaddir” (Maha Mengukur) dengan bentuk dan rupa ciptaan, dan keduanya menampakkannya.
Demikian lah, Sang Pencipta Yang memiliki Keagungan telah menciptakan ciptaan-Nya seluruhnya dari proses induksi-induksi nama-nama-Nya, terutama pada ciptaan yang memiliki nyawa. Sepertinya Ia telah memberika seluruh ciptaan-Nya dua puluh baju bagus dan indah yang beraneka ragam jenis, corak dan model. Atau telah membungkus mereka dengan dua puluh kain penutup, dan menulis di atas baju dan kain penutup tersebut bermacam-macam nama-Nya.
Contohnya di sana terdapat lembaran-lembaran shuhuf yang sangat banyak memperlihatkan secara kasat mata hanya untuk sebuah proses penciptaan sekuntum bunga yang indah. Dan dalam penciptaan rupawan dari jenis kedua dari manusia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam contoh.
Maka kiaskan lah ciptaan-ciptaan besar dan umum lainnya berdasarkan dua contoh parsial ini.
Lembaran pertama: bentuk bunga dan manusia yang menampakkan pola umum dan ukurannya; yang menyebut nama; “ya Mushawwir”, “ya Muqaddir”, “ya Munadzdzim”.
Lembaran kedua: bentuk dasar bagi bunga dan manusia yang dihasilkan dari penampakan bagian-bagian yang berbeda-beda dari rupa keduanya. Yang tertulis diatas lembaran itu nama-nama yang sangat banyak; seperti “al-`Alim” dan “al-Hakim”.
Lembaran ketiga: tertulis di atas lembaran itu nama-nama yang banyak seperti “ash-shani`”, “al-Baari`”, dengan tambahan keindahan dan perhiasan yang berbeda-beda pada bagian-bagian yang berbeda-beda milik kedua makhluk itu.
Lembaran keempat: perhiasan dan keindahan itu memberikan kehormatan kepada kedua makhluk tersebut. dan seakan-akan kelembutan dan kedermawanan telah menjadi jasad bagi bentuk keduanya. Lalu muncul dalam rupa keduanya. Itulah lembaran yang memyebutkan dan mengucapkan nama-nama yang sangat banyak seperti “ya lathif” “ya Karim”.
Lembaran kelima: dengan menggantukan buah-buahan yang lewat pada bunga itu, serta memberikan anak-anak yang dicintai dan akhlak yang mulia bagi rupawan itu, menjadikan lembaran itu mengeluarkan nama-nama yang banyak. Seperti “ya Wadud”, “ya Rahim”, “ya Mun`im”.
Lembaran keenam: dibaca dari lembaran pemberian nikmat dan kebaikan nama-nama seperti “ya Rahman”, “ya Hannan”.
337. Page
Lembaran ketujuh: terlihat kilauan kebaikan dan kecantikan pada nikmat dan hasil-hasilnya, sehingga ia menjadi ahli bersykur dan ikhlas, serta kecintaan suci yang dipenuhi dengan kerinduan dan kasih sayang hakiki. Pada lembaran ini dibaca nama-nama, “ Ya Jamil dza Kamal”, “ya Kamal dza jamal”, yang tertulis di atasnya.
Ya, apabila sekuntum bunga indah dan seorang wanita rupawan yang cantik saja telah memperlihatkan sampat kepada batas ini asma`ul husna dalam rupa keduanya yang berwujud materi dan terlihat, maka bayangkan sampai batas mana apabila seluruh bunga, dan seluruh yang memiliki hidup dan seluruh eksistensi yang besar yang mengandung nama-nama indah dan universal? Kamu sendiri bisa saja mengkiaskan hal itu.
Dan mungkin juga kamu mengkiaskan sejauh mana pembacaan manusia terhadap nama-nama yang suci bercahaya itu. Contoh; al-Hay, al-Qayyum, al-Muhyiy dari sisi ruh, qalbu dan akal. dan sejauhmana pembacaan itu memiliki lembaran-lembaran kehidupan dan kelembuatan.
Surga adalah sekuntum bunga, dan segolongan bidadari adalah bunga, hamparan permukaan bumi adalah bunga, musim semi adalah bunga, langit adalah bunga, bintang-bintang adalah ukiran-ukiran dari bunga yang dihiasi itu, matahari adalah bunga, sedangkan warna-warna spectrum ketujuh sinarnya adalah celupan-celupan yang terukir pada bunga itu.
Alam semesta adalah manusia yang cantik dan besar, sebagaimana manusia adalah alam kecil. Maka kelompok bidadari, jamaah kumpulan ruh, golongan malaikat, kelompok jin, kumpulan manusia, seluruhnya telah diberikan rupa, dibentuk dan diberikan wujud dalam sosok seseorang yang cantik.
Sebagaimana seluruhnya dengan jenis dan zatnya laksana satu orang yang menunjukkan dan menampakkan nama-nama Penciptanya Yang Memiliki Keagungan. Maka begitu pula bahwa seluruhnya adalah cermin-cermin yang beraneka jenis bagi kecantikan, keindahan, kesempurnaan, kasih sayang dan kecintaan-Nya. Serta sebagai saksi jujur atas kecantikan, kesempurnaan, rahmat, dan cinta-Nya yang tiada batas.
Seluruhnya adalah tanda-tanda dan riak-riak bagi kecantikan, kesempurnaan, rahmat dan cinta. Jadi, segala jenis dari kemsempurnaan ini yang tiada batasannya didapat dalam daerah keesaan dan ketauhidan. Artinya, apabila ada kesempurnaan lain yang dibayangkan diluar daerah ini, maka hal itu bukanlah kesempurnaan.
Maka dipahami dari ini, bahwa hakikat dari segala sesuatu bersumber dari nama-nama Allah, bahkan kebenaran dari hakikat adalah manifestasi dari nama-nama itu. Bahwa segala sesuatu sesungguhnya tidak lepas dari berdzikir dan bertasbih kepada Penciptanya dengan cara yang bermacam-macam, dan dengan lisan yang bermacam-macam pula. Dan ketahuilah sebuah makna dari makna-makna
( وَاِنْ مِنْ شَيْئٍ اِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِه۪)
“Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya”
338. Page
(Q.S. al-Isra`: 44)
Dan katakana: Maha Suci Zat yang bersembunyi dibalik penampakan-Nya!
Dan pahami pula sebuah rahasia dari rahasia-rahasia dzikir seperti وَهُوَالْعَزِيزُالْحَكِيمُ, وَ هُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ dan وَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ pada setiap akhir penutup ayat-ayat.
Apabila kamu tidak mampu untuk membaca nama-nama dengan sekuntum bunga, dan kamu tidak mampu untuk melihatnya dengan jelas, maka lihat kepada taman-taman, bayangkan pada musim semi dan saksikan permukaan bumi. Pada saat itu, mungkin kamu pada saat itu mampu untuk melakukan pembacaan secara jelas terhadap nama-nama yang tertulis dalam taman-taman itu, dan pada musim semi itu, dan di atas permukaan bumi, yang seluruhnya adalah bunga-bunga rahmat yang sangat banyak. Dan mungkin juga kamu bisa memahami dan melihat manifestasi dan ukiran-ukirannya.
Pujaan orang-orang tersesat ketika tidak mendapatkan sesuatu yang bisa ia pegang, dan yang bisa ia jadikan sebagai pondasi kesesatannya, dan justru terpojok dengan pertanyaan-pertanyaannya, lantas ia berkata;
Saya berpandangan bahwa kebahagiaan dunia, kelezatan kehidupan, kemajuan peradaban, kesempurnaan pembangunan adalah dengan cara tidak mengingat kehidupan akhirat, tidak mengenal Allah, dengan mencintai dunia, dengan kebebasan dan dengan percaya kepada diri sendiri. Oleh karena itu, aku mengajak banyak manusia yang memiliki nafus setan ke arah jalan ini. Dan saat ini juga aku masih menggiring mereka ke arah itu.
Jawaban; Kami dengan kapasitas kami menjawab berdasarkan nama al-Quran:
Wahai manusia yang lemah dan miskin, kembalilah ke kebenaranmu dan peganglah petunjukmu serta jadilah orang yang berakal. Jangan pernah dengar bisikan-bisikan orang sesat, apabila kamu mendengar bisikan itu niscaya kamu akan ditimpa kerugian besar, karena ruh, akal dan qalbu akan merasa berat untuk memayangkannya. Di hadapanmu ada dua jalan;
Pertama; jalan yang dipenuhi kesempitan yang ditunjukkan oleh pujaan orang-orang sesat.
Kedua; jalan yang dipenuhi kelapangan yang ditunjukkan oleh al-Quran al-Karim.
Kamu juga telah melihat perbandingan antara kedua jalan itu di banyak tempat dalam buka al-Kalimat ini –atau dalam risalah nur ini-, terutama dalam “Kalimat kecil” dan kamu telah memahaminya. Dan demi menyesuaikan dengan kondisi saat ini, aku akan menerangkan satu perbandingan dari seribu perbandingan diantara keduanya. Hal itu sebagai berikut;
Jalan kesyirikan, kesesatan, kebodahan dan kefasikan akan menggiring manusia kepada jurang kehancuran, akan membebankan pundakmu yang lemah itu dengan beban sangat berat sekali dalam keadaan kamu sedang sakit yang tak terkira. Hal itu karena manusia apabila tidak
339. Page
mengenal Allah Ta`ala, dan tidak bertawakkal kepada-Nya, maka ia akan menjadi seekor hewan yang tidak kekal, sakit-sakitan dan diliputi rasa lemah dan letih yang sangat. Dalam keadaan sangat miskin dan membutuhkan bantuan, ditimpa musibah yang tak henti-hentinya, dan menderita sakitnya perpisahan selamanya dengan yang ia cintai, sukai dan segala yang memiliki kaitan dengannya. Pada akhirnya dia akan meninggalkan saudara-saudaranya yang tersisa dengan perpisahan yang menyakitkan. Lalu ia masuk kedalam kegelapan alam kubur sendirian, berusaha bertarung selama hidupnya untuk sesuatu yang tiada berguna berdasarkan kesadaran dan pilihannya yang lemah, serta perhitungan sederhana, kehidupan yang sangat singkat sekali, umur yang pendek. Ia berpikir dalam keadaan pucat bersama rasa sakit dan angan-angan yang tiada ujungnya, berusaha menggapai tujuan dan maksud yang tiada manfaat dan hasil. Lalu diletakkan di atas pundaknya bola dunia yang besar sedangkan ia adalah makhluk lemah yang tidak mampu mengangkat beban itu sendirian. Akhirnya ia berjuang menghadapi azab neraka Jahannam sebelum ia memasukinya.
Ya, orang-orang yang tersesat tidak berpikir dan merasakan kepedihan dan azab maknawi yang sementara ini, karena mereka telah mematikan perasaan dan akal mereka dengan tuak kelalaian yang memabukkan. Tapi ketika mereka mulai merasakannya, yaitu ketika mereka mulai mendekati alam kubur, maka mereka akan terkejut. Karena manusia kalau tidak menjadi seorang hamba hakiki bagi Allah Ta`ala maka ia akan mengira bahwa ia adalah pemiliki bagi dirinya sendiri. Disaat yang sama akibat dari kesadaran dan pilihan yang lemah serta perhitungan yang sempit, ia menjadi lemah untuk mengatur dirinya sendiri dalam kehidupan dunia yang keadaan di dalamnya tidak konsisten. Dimana dia melihat ribuan kelompok dari musuh –mulai dari mikroba berbahaya sampai kepada gempa bumi- dalam posisi siap menyerang hidupnya. Maka setiap saat ia akan melihat pintu kubur dalam keadaan takut dan cemas karena pintu itu terlihat menakkutkan dan mengerikan.
Sebagai tambahan, dalam keadaan ini ia selamanya akan terus diganggu oleh permasalahan dunia dan manusia. karena ia tidak bisa menggambarkan manusia dan dunia ini dalam genggaman kekuasaan Yang Maha Bijaksana, Mengetahui, Mampu, Pengasih dan Dermawan. Bahkan ia lebih percaya dengan toeroi peristiwa kebetulan dan alamiah, sehingga ia akan menderita kesengsaran diri sendiri dan kesengsaraan orang lain juga. Ia akan diazab dengan gempa bumi, wabah penyakit, angina tofan, kekeringan, kehilangan, dan kebinasaan dalam wujud musibah dan petaka yang sangat menggangu dan gelap.
Dalam keadaan ini, manusia tidak mendapatkan rahmat dan kasih sayang. Karena dia sendiri lah yang telah menempatkan dirinya dalam keadaan yang menakutkan dan mengerikan itu.
Maka kami akan katakan sebagaimana yang dikisahkan tentang perbandingan keadaan dua bersaudara yang masuk ke dalam sumur di “kalimat kedelapan”.
Salah seorang dari mereka tidak berpuas hati dengan kelezatan dan hiburan yang bersih, sedap, sopan, menarik dan halal di taman yang indah, serta jamuan yang enak dan dalam kalangan teman-teman yang baik. Lantas ia pergi dan lebih memilih meminum tuak yang kotor dan najis demi mendapatkan kelezatan haram, jijik dan tidak sesuai syariat. Dia mabuk dan berkhayal seolah-olah dia sedang berada di tengah musim sejuk, ditempat yang kotor, bahkan bersama binatang buas. Lantas ia pun menggigil, menjerit dan berteriak. Namun ia pantas untuk tidak
340. Page
mendapatkan belas kasih. Itu karena dia menganggap teman-temannya yang mulia dan terhormat sebagai binatang buas bahkan mencela mereka. Malah, dia turut menggambarkan bahwa makanan lezat dan sisa-sisa yang bersih dalam jamuan itu sebagai sesuatu yang kotor dan jijik, sehingga ia pun memecahkannya. Dia juga menganggap bahwa kitab-kitab mulia yang berjilid-jilid, serta surat-surat yang penuh makna sebagai tulisan yang kosong makna dan biasa saja. Dia menyobeknya lalu membuangnya ke tanah dan begitulah seterusnya. Maka orang seperti ini tidak pantas mendapatkan belas kasih, malah ia pantas untuk ditampar. Begitu juga dengan orang-orang sesat, mereka tidak berhak mendapatkan rahmat dan kasih sayang. Justru berhak mendapat azab yang pedih, karena mereka bukan para ahli kasih sayang dari sisi mana pun. Itu karena mereka hanyut dalam mabuk pikiran dan terlena dengan kesesatan yang muncul dari pilihan mereka sendiri yang jelek, menganggap bahwa dunia yang murpakan tempat jamuan dari Pencipta sebagai tempat bermain bagi teori peristiwa kebetulan dan alamiah. Dan mereka menggambarkan perpindahan ciptaan –yang terus terbarui dengan manifestasi dari asmaul husna- ke alam ghaib setelah purna tugas dengan habisnya masanya sebagai sebuah akhir dari segalanya. Dia juga berkhayal bahwa gema-gema tasbih adalah ratapan kelenyapan dan perpisahan abadi dan menggambarkan gerbang kuburan yang merupakan awal jalan menuju rahmat sebagai mulut gelapnya ketiadaan. Ia juga mengira bahwa ajal yang merupakan sebuah undangan jamuan yang mempertemukan dengan para kekasih hakiki sebagai waktu-waktu perpisahan dari seluruh orang-orang yang dicintainya. Lantas ia telah menenggelamkan dirinya ke dalam siksaan pedih, serta mengingkari, merendahkan dan menghina eksistensi dan nama-nama Allah serta tulisan-tulisan shamadiyah.
Wahai orang-orang yang tersesat, bodoh dan gila. Kemajuan yang manakah, keilmuan yang manakah, kesempurnaan manakah, peradaban manakah serta kemajuan manakah yang mampu melawan kejatuhan dan kehancuran ini? Dan tentang keputus asaan yang mematikan ini? Lantas, dimanakah kalian dapat menemukan kebahagiaan hakiki yang sangat diperlukan oleh jiwa manusia? maka teori almiah mana atau teori sebab-akibat mana, pujaan kalian yang mana, penemuan kalian yang mana, pembesar kaum kalian yang mana, nasionalisme yang mana, sesembahan batil mana yang kalian bersandar kepadanya dan kalian berikan kepadanya hak-hak ilahiyah dan kebaikan-kebaikan rabbaniah; yang mampu untuk menyelamatkan kalian dari kegelapan maut yang menurut kalian sebagai sebuah akhir yang abadi. Yang mampu meloloskan kalian dari perbatasan alam kubur, barzakh, mahsyar dan titian shirat, sehingga kalian bisa mendapatkan kesenangan abadi? Kalian tidak mustahil adalah anak-anak jalan ini yang kalian melaluinya, karena kalian tidak mampu untuk menutup pintu gerbang kubur. Seorang musafir seperti ini sudah seharusnya berpegang kepada zat yang menguasai seluruh dimensi-dimensi besar ini beserta batasan-batasannya yang luas.
Wahai para ahli kesesatan, kelalaian yang sangat malang, kalian berbuat secara berlebihan dan tidak sesuai dengan syariat demi diri dan dunia kalian. Tidak ada dalam fitrah kalian berupa persiapan rasa cinta, ma`rifah, perlengkapan bersyukur, Ibadan yang harus diberikan kepada Allah, sifat-sifat dan nama-nama-Nya; sehingga kalian itu sangat berhak untuk mendapatkan azab sesuai dengan kaidah; “Hasil dari cinta yang tidak syar`I adalah azab pedih tanpa rahmat”. Itu karena rasa cinta yang seharusnya kalian berikan kepada Allah, justru kalian persembahakan kepada nafsu kalian. Maka kalian akan mendaptkan bala yang tiada batasannya berdasarkan nafsu-nafsu yang merupakan kekasih kalian. Itu karena kalian menempatkannya pada tempatnya, tidak memberikannya ketenangan yang hakiki, dan tidak menyerahkan
341. Page
permasalahannya dengan bertawakkal kepada Yang Maha Mampu, dimana Ia adalah Kekasih Hakiki. Oleh karena itu, rasakanlah kesakitan itu selamanya.
Kemudian kalian juga telah memberikan kepada dunia kecintaan yang merupakan wujud dari nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dan kalian mengklaim bahwa tanda-tanda ciptaan-Nya sebagai sebab-sebab alami sehingga kalian akan mendapatkan kesempitan. Itu karena sebagian dari kekasih kalian yang tiada terbatas jumlahnya mulai berpaling dan meninggalkan kalian pergi tanpa ucapan perpisahan. Sedangkan sebagian lainnya, tidak mengenal kalian sama sekali. Bahkan meskipun mereka kenal, mereka tidak akan mencintai kalian. Bahkan meskipun mereka cinta kalian, cinta itu juga tidak memberi manfaat kepada kalian. Akhirnya kalian akan merasakan azab selamanya yang tiada batas ketika berpisah dengan mereka, dan dari sebuah perpisahan buat selamanya yang tiada pernah kembali.
Inilah hakikat dan esensi dari apa yang disebut oleh para orang-orang tersesat dengan kebahagian hidup, kemajuan, perkembangan manusia, kebaikan peradaban, kenikmatan kebebasan. Sungguh goblok dan mabuk adalah pembatas dan hijab sementara yang menghalangi tanpa disadari. Maka katakana lah: “Alangkah dungu akal mereka”
Sedangkan jalan nurani milik al-quran adalah jalan yang merawat seluruh luka yang ada pada orang-orang tersesat dengan hakikat-hakikat iman. Yang mengurai segala kegelapan di jalan sebelum ini. Yang menutup seluruh pintu-pintu kesesatan dan kehancuran.
Dan juga ia mengobati kelemahan pada manusia, kefakirannya serta keperluannya dengan rasa tawakkal kepada Allah ta`la. Dan menyerahkan beban berat kehidupan serta eksistensi yang tidak mampu dipikul manusia kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Bahkan menjadikannya mendapatkan tempat rehat ibaratnya ia sedang mengenderai kehidupan sendirian. Jalan itu juga mengajarkannya bahwa ia bukanlah hewan berakal namun ia adalah manusia sebenarnya, seorang tamu mulia dari Yang Maha Pengasih.
Dan mengobati dengan cara yang bermanfaat luka-luka manusiawi yang muncul dari kehilangan dunia dan sesuatu darinya, dari mencintai sesuatu yang fana. Ia menampakkan bahwa dunia adalah tempat jamuan Allah Ta`ala, serta menjelaskan bahwa apa yang ada di dalamnya merupakan cermin-cermin bagi nama-nama Tuhan. Dan ciptaan-ciptaan yang di dalamnya adalah tulisan-tulisan Tuhan yang senantiasa terbaharui setiap saat, dengan hal ini ia akan menyelamatkan manusia dari kegelapan ketidak jelasan.
Jalan itu juga mengobati luka-luka yang muncul akibat kematian yang dianggap oleh ahli kesesatan sebagai perpisahan abadi dari segala yang mereka cintai. Jalan itu menjelaskan bahwa kematian dan ajal adalah awal jalan yang akan menghubungkan kepada para kekasih yang telah berada pada alam barzakh. Dan juga dengan mereka yang sudah berada dalam alam keabadian. Sehingga jelaslah baginya bahwa perpisahan itu adalah awal dari sebuah pertemuan.
Jalan itu juga kan menghilangkan sebagian besar ketakutan yang melanda manusia, dengan meyakinkan mereka bahwa kuburan adalah pintu terbuka menuju alam rahmat, rumah kebahagiaan, taman-taman surga, menuju negeri cahaya milik Tuhan. Jalan itu menjelaskan
342. Page
bahwa wisata barzakh yang merupakan wisata penuh kesempitan, penderitaan dan ketidaknyamanan bagi manusia, adalah wisata paling enak, seru dan nikmat. Ia menutup mulut naga dengan kuburan, dan membuka pintu taman yang indah. Artinya, ia menjelakan bahwa kuburan bukan lah mulut naga, akan tetapi sebuah pintu yang dibuka untuk memasuki alam taman-taman rahmat, dan pintu itu berkata kepada orang-orang mukmin;
Jika pilihanmu parsial maka serahkanlah urusanmu kepada kehendak Tuhanmu yang absolut.
Jika kemampuanmu terbatas dan lemah, maka berpeganglah kepada kemampuan mutlak Yang Maha Mampu.
Jika hidupmu pendek maka pikirkanlah sebuah kehidupan yang abadi.
Jika umurmu pendek maka jangan khawatir karena kamu memiliki umur yang abadi.
Jika pikiranmu tertutup gelap maka pergilah ke bawah sinar matahari al-Quran al-Karim. Dan lihatlah dengan cahaya iman setiap ayat-ayat dalam al-Quran yang akan memberikanmu cahaya dan sinar seperti bintang-bintang sebagai ganti dari pikiranmu yang mirip kunang-kunang.
Apabila kamu memiliki angan-angan dan rasa sakit yang tiada batas, maka sungguh pahala dan rahmat yang tidak terhingga dari Nya sedang menunggumu.
Apabila kamu memiliki tujuan dan rencana yang tak terkira, maka jangan khawatir dalam memikirkannya karena dunia ini tidak akan mampu menampung semuanya. Tapi tempatnya adalah di akhirat nanti, dan yang akan memberikannya bukan pula manusia tapi pemberi selain manusia.
Begitu pula dikatakan;
Wahai manusia, kamu bukan lah pemilik dirimu, tapi kamu itu dimiliki oleh Yang Maha Agung, Maha Mampu dengan kemampuan mutlak. Maha Pengasih dengan kasih mutlak. Maka, jangan lah korbankan dirimu dengan membebankannya dengan hidupmu. Karena hanya Sang Pemilik kehidupan yang akan mengaturnya.
Dan dunia ini bukan lah tiada pemilik. Maka jangan khawatir dengan meratapinya dan mengangkatnya menjadi beban di atas kepalamu sambil memikirkan tentangnya, karena pemiliknya adalah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Sedangkan kamu, tidak lebih dari seorang tamu baginya, maka jangan mencampuri yang bukan urusanmu.
Seluruh yang eksis, seperti manusia dan hewan, bukan lah ternak liar, namun setiap mereka digembala. Mereka memiliki tugas dan seluruhnya dibawah pengawasan dan ayoman Yang Maha Adil dan Maha Pengasih. Maka jangan sakiti ruhmu denga memikirkan kesulitan dan kepedihan mereka. Jangan sampai belas kasihmu kepada mereka mendahuli rahmat Pencipta mereka Yang Maha Pengasih.
343. Page
Lalu, tali kendali dari seluruh yang ada mulai dari mikroba yang menjadi penyebab wabah penyakit bagi dirimu, angina tofan, kekeringan, gempa bumi, seluruhnya ditangan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia adalah Maha Bijaksana tiada melakuakan perbuatan sia-sia, Maha Pengasih yang kasih-Nya amat luas, maka apapun yang dilakukan-Nya adalah bagian dari kelembutan.
Dikatakan juga;
Alam ini meskipun ia akan fana, namun ia adalah tempat persiapan bagi alam abadi. Meskipun ia akan punah dan sementara, namun ia akan memberikan buah abadi. Dan ia memperlihatkan manifestasi dari nama-nama milik Yang Maha Abadi. Dan meskipun kelezatan di dalamnya sedikit sedangkan angan-angannya banyak, namun kelembutan Maha Pengasih lagi Penyayang adalah kelezatan hakiki tidak akan pernah punah. Sedangkan penderitaan pada hakikatnya melahirkan kelezatan maknawi dari sisi pahala yang didapatkan. Selama dimensi yang diperbolehkan oleh syariat cukup bagi setiap kelezatan, kepuasan dan kenyamanan ruh, qalbu dan nafsumu yang berada dalam dirimu, maka jangan masuk dalam dimensi yang tidak dizinkan oleh syariat, karena satu kelezatan dari dimensi itu kadang-kadanag akan mengakibatkan seribu penderitaan. Apalagi itu bisa menjadi penyebab terhalang dari mendapatkan kelembutan Sang Maha Pengasih yang merupakan kelezatan hakiki dan abadi.
Kemudian, jalan kesesatan sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya, menjatuhakan manusia ke jurang paling rendah asfalu safilin sampai pada titik dimana tidak ada sebuah peradaban atau filsafat mana pun dapat menyelamatkannya. Dan juga tidak ada kemajuan manusia atau kecanggihan keilmuan mana pun yang mampu untuk mengeluarkannya dari sumur kegelapan purbakala itu.
Sedangkan al-quran al-Karim menyelamatkan manusia dengan iman dan amal shaleh dari kejatuhan ke dalam jurang asfalu safilin. Mengangkatnya ke tingkatan paling tinggi, dan menetapkan hal tersebut dengan bukti-bukti pasti, dan mengubur sumur yang dalam itu dengan tingkatan kemajuan maknawi dan dengan rangkaian kesempurnaan rohani.
Ia juga akan mempermudah –dengan cukup signifikan- perajalanan manusia yang amat panjang yang dipenuhi penderitaan dan kesempitan ketika di alam abadi. Ia juga akan menunjukkan kepada jalan-jalan pintas yang bisa memangkas masa perjalanan sebesar seribu tahun bahkan lima puluh ribu tahun hanya dalam satu hari.
Ia juga mengenalkan kepada manusia kepada Allah Ta`ala Yang Maha Agung, dimana Dia adalah Raja Yang Azali dan Abadi. Dengan ini manusia itu akan menjadi seorang hamba yang terurus, sebagai tamu yang diperbantukan. Hal ini juga akan memudahkannya dalam wisatanya di dunia yang merupakan tempat jamuan dengan rahmat yang sempurna. Begitu pula ketika di rumah barzakh dan akhirat. Dan karena ia seorang pekerja yang baik dan ikhlas kepada rajanya, maka ia bisa bebas berjalan-jalan di area kerajaan milik raja itu. Ia bisa berpindah-pindah dan melewati dengan mudah setiap perbatasan dari wilayah-wilayah dengan perantara sangat cepat laksana pesawat, kapal cepat dan kereta api. Begitu pula hal nya dengan manusia yang menyerahkan dirinya kepada Raja Azali dan Abadi dengan keimanan yang tulus, dan senantiasa menaatinya dengan melakukan amal shaleh, ia akan melewati rumah dunia tempat jamuan itu
344. Page
dengan sangat cepat, dan juga melewati dua alam barzakh dan mahsyar. Ia melintasi perbatasan-perbatasan daerah yang luas pada setiap alam setelah kubur, sampai ia menemukan kebahagiaan abadi. Al-Quran al-karim telah menetapkan hakikat ini dengan ketetapan pasti, dan menampakkannya secara jelas kepada orang-orang suci dan para wali.
Kebenaran al-Quran juga berkata;
Wahai orang mukmin, jangan sia-siakan kapabalitasmu yang tak terbatas itu hanya untuk mencintai nafsu amarahmu yang mengajak kepada kejahatan, kejelekan, kekurangan, kriminal dan kepada sesuatu yang berbahaya bagimu. Dan jangan pernah menjadikannya kekasihmu, dan jangan pula kamu jadikan hawa nafsu itu sebagai sesembahanmu. Akan tetapi persembahkanlah apa yang ada pada dirimu dari kapabilitasmu itu untuk mencintai Yang Pantas untuk dicintai dengan cinta tanp tepi, kepada Yang Mengatur dan Memberi kebaikan kepadamu, kebaikan yang tiada batas. Kepada Yang Maha Mampu untuk membahagiakanmu di hari kelak dengan kebahagiaan yang tiada habisnya. Dan Memberi ketentraman dengan kebaikan-kebaikan-Nya kepada seluruh yang memiliki kaitan dengan-Nya. Kepada Yang Memiliki kesempurnaan mutlak dan kecantikan yang sangat suci dan tinggi, kecantikan yang tidak terkontaminasi dengan kekurangan, cacat dan hilang. Dan kepada Yang nama-nama-Nya sangat indah, kepada yang setiap nama-nama-Nya adalah taburan cahaya-cahaya kebaikan dan kecantikan. Kepada Yang menunjukkan surga dengan segala keindahan dan kenikmatannya berdasarkan kecantikan rahmat dan rahmat kecantikan-Nya. Kepada Yang menunjukkan dan memberi isyarat ke seluruh kebaikan, kecantikan, keindahan, kesempurnaan yang dicintai dan mencintai yang ada di alam semesta; kepada keindahan dan kesempurnaan-Nya.
Kebenaran itu juga berkata;
Wahai manusia, jangan pernah memberikan ke eksistensi lain yang tidak kekal itu, bekal cintamu yang seharusnya dikhususkan kepada nama dan sifat Allah Ta`ala. Dan jangan pula kamu membaginya kepada makhluk-makhluk tanpa ada manfaatnya. Karena tanda-tanda penciptaan dan makhluk itu adalah fana, sedangkan asama`ul husna yang jelas terlihat manifestasi dan ukiran-ukirannya pada tanda-tanda penciptaan dan makhluk-makhluk itu, adalah kekal abadi. Dan pada setiap nama dari asama`ul husna, dan pada setiap sifat dari sifat-sifat suci, terdapat ribuan tingkatan kebaikan dan kecantikan, dan juga ribuan tingkatan dari kesempurnaan dan kecintaan. Lihatlah nama “ar-Rahman” saja, kamu akan mendapatkan surga sebagai salah satu manifestasi dari sekian banyak manifestasinya. Kebahadian abadi adalah hanya satu kilauan dari kilauan-kilauan nama itu. Seluruh rezeki dan nikmat yang ada di dunia ini hanya satu tetes dari sekian banyak tetesan-tetesannya.
Perdalamlah tatapanmu pada ayat;
(لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِى اَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ اَسْفَلَ سَافِلِينَ اِلاَّ الَّذ۪ينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ)
“Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh” (Q.S. At-Tin: 4-6)
345. Page
Dimana ayat ini menunjukkan kepada perbandingan antara esensi ahli kesesatan dan esensi ahli iman, dari sisi kehidupan dan tanggungjawab.
Serta dalami ayat yang menyebutkan;
( فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْاَرْضُ)
“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka” (Q.S. Ad-Dukhan: 29)
Ayat ini menunjukkan kepada akhir dan akibat yang akan diterima keduanya. Bagaimana keduanya menggambarkan dengan redaksi yang penuh mukjizat nan tinggi tentang perbandingan antara keduanya.
Kami menjelaskan hakikat yang terdapat pada ayat pertama dengan redaksi singkat, karena penjelasannya secara rinci telah disebutkan pada “kaliamat kesebelas”.
Sedangkan ayat yang kedua, maka kami akan menyinggungnya sedikit saja sebatas menunjukkan hakikat penting darinya. Yaitu;
Ayat ini menjelaskan secara pemahaman sejalan (mafhum muwafaqah) bahwa langit dan bumi tidak menangisi ahli kesesatan setelah mereka mati. Sedangkan secara pemahaman sebaliknya (mafhum mukhalafah) bahwa langit dan bumi menangisi ahli iman pasca kepergian mereka dari dunia.
Hal ini karena ahli kesesatan mengingkari tugas langit dan bumi, dan tidak memahami makna keduanya, pelit terhadap hak mereka, tidak mengenal penciptanya, mengejek dan memusuhinya. Maka tidak diragukan langit dan bumi tidak menangisi mereka, bahkan keduanya malah senang dan nyaman dengan kepergiannya.
Secara pemahaman terbalik juga bisa dipahami; bahwa bumi dan langit menangis atas kematian ahli iman, karena mereka mengetahui tugas dan tanggung jawab keduanya, dan mempercayai hakikat kebenaran mereka, serta memahami makna-makna dari keduanya dengan iman, mereka berkata “Sungguh inda Pencipta keduanya!”, “Betapa bagusnya pelayanan yang kalian berdua persembahkan!”. Mereka memperlakukan keduanya sebagaimana mestinya, menghormati dan mencintai keduanya karena Allah. Karena keduanya adalah cermin pemantul nama-nama-Nya. Karena rahasia ini, langit dan bumi sedih atas kematian ahli iman dan seakan keduanya menangisi mereka.
Pertanyaan penting;
Kamu mengatakan; cinta itu bukan pilihan, tapi atas dasar kebutuhan fitrah. Maka aku berdasarkan kebutuhan fitrahku, aku mencintai makanan dan buah-buahan yang lezat. Dan aku mencintai kedua orang tuaku, anak-anakku, dan teman hidupku. Aku juga mencintai teman-temanku, mencintai para nabi dan wali. Aku mencintai hidupku dan masa mudaku, aku mencintai dunia, musim semi dan segala yang indah. Bagaimana bisa aku tidak mencintai
346. Page
semua ini? Dana bagaimana pula aku bisa menghadapi semua ini dengan rasa cinta kepada Allah Ta`ala beserta nama dan sifat-Nya? apa maksud dari ini?
Jawaban;
Perhatikan empat penjelasan berikut;
Penjelasan pertama;
Cinta meskipun bukan pilihan, namun wajahnya masih mungkin untuk berubah-ubah berdasarkan pilihan atas sesuatu yang cintai. Contohnya; kamu mungkin merubah wajah cinta dari kekasih fiksi ke kekasih non-fiksi dengan cara menjelaskan kejelekan kekasih fiksi itu dan hakikatnya sebagai penghalang dan hijab dari kekasih nyata yang lebih pantas untuk dicintai. Atau kekasih fiksi itu adalah cermin pemantul dari kekasih nyata.
Penjelasan kedua;
Kami tidak mengatakan kepadamu; jangan cintai apa-apa yang kamu suka yang telah kamu sebutkan tadi. Tapi kami mengatakan; jadikan cintamu terhadap apa-apa yang kamu sebutkan itu demi mengharapkan-Nya dan di jalan cinta-Nya.
Contohnya; mencintai makanan dan buah-buahan yang lezat dengan mengingat bahwa mereka itu adalah kebaikan dari Allah Ta`ala dan kenikmatan dari Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Yaitu mencintai nama “ar-Rahman” dan “ar-Rahim”, dengan ini pada waktu yang sama merupakan rasa syukur maknawi.
Adapun hal yang menunjukkan bahwa cinta ini bukan karena kepentingan diri sendiri, namun demi “ar-Rahman” adalah perbuatan mencari rezeki dengan penuh rasa qana`ah dalam daerah yang dibolehkan oleh syariat, lalu memakannya dengan teringat dan bersyukur kepada-Nya.
Kemudian tentang cinta kepada kedua orang tua, serta menghormati keduanya karena kepentingan hikmah dan rahmat yang dari keduanya muncul rasa kasih sayang, sehingga menjadikan kedua orang tua mendidikmu dengan kedua tangan mereka yang penuh kasih. Ini semua kembali kepada cinta kepada Allah Ta`ala.
Sedangkan tanda-tanda bahwa cinta, penghormatan dan kasih sayang itu karena Allah Ta`ala adalah:
Kamu memperbanyak rasa cinta, hormat dan kasih sayang kepada keduanya disaat mereka beranjak tua, sehingga tidak mampu lagi untuk membantumu, bahkan justru menyibukkanmu dengan berbagai masalah, membebani pundakmu dengan berbagai beban. Maka simaklah ayat yang berbunyi:
(اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرُ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَٓا اُفٍّ)
347. Page
“Dan apabila salah satu atau keduanya telah lanjut usia dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali mengatakan ‘ah’” (Q.S. Al-Isra`: 23)
Ini merupakan misi dakwah kepada para anak agar menghormati dan manyayangi keduanya yang tersari dalam lima tingkatan. Yang menunjukkan betapa pentingnya hak-hak kedua orang tua, dan betapa jelek dan berdosanya menyakiti mereka dalam pandangan al-Quran al-Karim.
Dan karena orang tua hanya ingin anaknya saja yang bisa lebih baik dari dirinya, maka sebagai balasannya anak juga tidak boleh mengklaim hak kepada orang tuanya. Makanya tidak ada alasan atau penyebab bagi terjadinya pertikaian antara kedua orangtua dengan anaknya secara fitrah. Karena pertikaian terjadi kalau bukan karena iri dan dengki yang keduanya jelas tidak ada pada diri orang tua terhadap anaknya; atau karena adanya kezaliman, dan bukan merupakan hak anak untuk mengklaim hak atas orang tuanya, dan ia juga tidak boleh membantahnya, meskipun ia mendapati orang tuanya dalam keadaan salah. Maka anak yang membantah orang tuanya dan menyakitinya hakikatnya adalah hewan buas berwujud manusia.
Kemudian cinta para anak dengan rasa kasih dan sayang yang sempurna karena hakikatnya mereka adalah hadiah dari Maha Pengasih, serta pengabdian dan perlindungan mreka sejatinya kembali kepada Allah ta`la juga. Adapun tanda yang menunjukkan hal tersebut adalah kesabaran dan rasa bersyukur ketika kematian orang tua mereka, dengan tidak meratap, menjerit seperti berputus asa. Bahkan mereka wajib untuk menerima ketetapan Allah ta`la seraya berkata: “Keputusan itu milik Allah! apabila makhluk ini adalah sosok yang dicintai oleh Penciptaku dan Ia lah pemiliknya, dan Ia telah menjadikannya dibawah naungan-Nya. Dan saat ini hikmah-Nya mengharuskan untuk memintanya agar kembali kepada-Nya, maka kembalikanlah. Ia akan membawanya ke tempat lebih baik. Dan apabila aku memiliki satu bagian tampak dari jasad yang memiliki pemilik itu, maka sungguh ribuan bagian hakikat darinya akan kembali kepada Penciptnya”.
Sedangkan mencintai teman dan rekan, apabila mereka dari wali-wali Allah Ta`ala dan kecintaan itu karena iman dan amal shaleh, maka kecintaan itu kembali kepada Allah ta`la sesuai dengan rahasia “kecintaan karena Allah”.
Dan cintai juga pasangan hidupmu dari sisi dia adalah hadiah yang ramah dan lembut dari rahmat Allah ta`la. Jangan jadikan cintamu kepadanya berdasarkan rupanya yang akan sirna dengan cepat. Karena kecantikan sesungguhnya pada wanita itu, dan yang paling memikat dari dirinya adalah kebaikan tingkahnya yang terletak dibawah naungan kelembutan, kesusilaan dan kepekaan yang hanya ada pada wanita. Dan yang paling mahal dan beharga dari kecantikannya adalah kasihnya yang bersinar, tinggi, suci dan jujur.
Kecantikan kasih dan keindahan perilaku itu kekal bahkan akan bertambah sampai akhir hayatnya, dan hak-hak kehormatan makhluk yang lemah dan lembut ini tidak akan terjaga kecuali dengan cinta yang seperti ini. Jika tidak, hak-hak makhluk yang lemah ini akan hilang dan musnah seiring dengan hilangnya kecantikan rupanya, dan itu terjadi justru disaat ia sedang sangat memerlukan hak-hak itu.
348. Page
Sedangkan mencintai para nabi dan wali; hal itu juga karena tujuan Allah dan di jalan-Nya dari sisi karena mereka adalah hamba-hamba yang telah diterima di sisi-Nya. Maka cinta ini juga merupakan cinta karena Allah.
Sedangkan mencintai kehidupan; maka mencintai dan menjaganya dari sisi bahwa ia adalah sesuatu yang paling berharga yang Allah berikan kepadamu dan kepada seluruh manusia, dan dia adalah modal utama untuk memperoleh kehidupan abadi, dan lemari tempat mengumpulkan perlengkapan kesempurnaan abadi serta menggunakannya untuk berkhidmat kepada Allah. Maka cinta seperti ini termasuk dalam cinta kepada Allah Ta`ala.
Sedangkan mencintai keindahan masa mudamu, kebaikan yang ada di dalamnya, serta menggunakannya dengan sebaiknya; dari sisi bahwa masa itu adalah nikmat yang lembut, manis dan indah dari Allah Ta`ala, maka ia termasuk dalam bagian cinta yang dibolehkan dalam syariat, maka isilah masa muda itu dengan bersyukur.
Kemudian mencintai musim semi seraya berpikir bahwa dari sisi dia adalah lembaran-lembaran kelembutan dan ukiran-ukiran yang terindah dari nama-nama bersinar milik Allah ta`la, dan ia juga adalah panggung indah yang terhias diperuntukkan bagi ciptaan Sang Pencipta Yang Maha Bijak; maka ia termasuk dari bagian mencintai nama-nama Allah Ta`ala.
Dan mencintai dunia dari sisi ia adalah ladang bagi akhirat dan cermin bagi nama-nama Allah serta tulisan-tulisan Allah, juga ia adalah tempat jamuan sementara dari-Nya; maka cinta seperti ini juga kembali kepada Allah ta`la dengan syarat tidak dirasuki oleh nafsu amarah.
Hasilnya;
Cintailah dunia beserta segala ciptaan yang ada di dalamnya dengan “makna harfi”, dan jangan mencintainya dengan “makna nama”, maka sebutkanlah “Sungguh indah Penciptanya!” jangan katakan “Sungguh indah ia!”. Dan jangan berikan peluang bagi cinta yang lain untuk merasuki batin qalbumu. Karena batin qalbu itu adalah cermin Allah dan khusus hanya untuk-Nya. Dan katakan: “Ya Allah berilah kami cinta-Mu, dan cinta yang mendekatkan kami kepada-Mu!”.
Maka demikian lah seharusnya, apa yang kami sebutkan dari berbagai jenis cinta meskipun dalam bentuk yang kami sebutkan tadi, tapi itu akan memberikan kelezatan tanpa penderitaan, keterhubungan tanpa pernah putus, bahkan itu akan menambah rasa cinta kepada Allah yang pada waktu bersamaan adalah cinta yang disyariatkan. Rasa syukur adalah inti dari kelezatan, dan mengingat adalah inti dari cinta.
Contohnya; seandainya seoran raja agung memberimu hadiah sebiji buah, maka kamu akan menyukai buah itu dari dua sisi, dan kamu akan mendapatkan kelezatan dari ke dua sisi itu:
Yang pertama: ia disukai karena ia adalah buah, buah mengandung kelezatan khas dan sesuai dengan ukurannya. Rasa suka atau cinta ini tidak kembali kepada raja yang memberikannya, dan barang siapa yang memakan buah itu dengan rakus di depan raja maka ia sejatinya tidak mencintai raja itu. Namun ia mencintai buah itu dan nafsunya sendiri. Dan bisa saja raja itu akan terkejut melihat cinta karena nafsu itu, dan akan lari darinya. Dan pada hakikatnya
349. Page
kelezatan buah itu sangat terbatas dan parsial; karena kelezatannya akan hilang hanya dengan habisnya buah itu dimakan, lalu akan mewarisakn rasa penyesalan.
Sedangkan cinta kedua; adalah perhatian sang raja dan kedermawannya yang muncul dan tampak dengan memberikan hadiah. Seakan-akan buah itu sebuah sosok berwujud dari perhatian sang raja. Maka orang yang menerima hadiah raja dengan perasaan seperti ini, dan mangambilnya dengan penuh hormat; sejatinya ia telah menampakkan bahwa dirinya mencintai raja itu. Sedangkan yang ada pada buah itu adalah bungkusan dari perhatian raja yang lezat, yang kelezataanya melebihi lezatnya ribuan buah. Kelezatan itu adalah inti dari rasa syukur tiada tara, sedangkan cinta seperti itu adalah cinta yang memiliki rasa hormat kepada sang raja.
Inilah perumpaan seorang manusia yang diberikan kekasihnya nikmat dan buah-buahan, yang ia harapakan dari semua itu adalah zatnya saja. Ia hanya mengambil kelezatan materi saja akibat kelalaiannya, maka cinta seperti ini adalah cinta psikologis, dan kelezatan itu akan hilang lalu mewariskan penderitaan. Dan seandainya ia mencintai semua itu karena mereka merupakan perhatian kasih sayang dari Allah Ta`ala dan buah-buah dari kebaikan-Nya, lalu ia menikmati kelezatan-kelezatan tersebut dengan rakus seraya menghormati kedudukan kelembutan dari kebaikan dan perhatian itu, maka ini adalah sebuah wujud syukur maknawi dan kelezatan tanpa penderitaan.
Penjelasan ketiga;
Cinta yang tertuju kepada kepada nama-nama Allah memiliki tingkatan-tingkatan. Maka kadangkala manusia –sebagaiamana yang kami jelaskan sebelumnya- mencintai asma`ul husna berdasarkan cinta terhadap jejak-jejak ilahiyah. Dan pada waktu tertentu mencintainya atas dasar karena nama-nama itu adalah tanda-tanda dari kesempurnaan Tuhan. Dan dikala lain manusia membutuhkan dan merindukan nama-nama-Nya dari sisi ketergantungan kepadanya yang tiada batas akibat ia membawa esensi yang komplit, sehingga ia mencintai nama-nama itu akibat dorongan ketergantungan kepadanya.
Contohnya; ketika kamu merasa karib kerabatmu, para fakir dan miskin dan makhluk-mkahluk lemah yang serba butuh, dimana kamu sangat mengasihi mereka dalam kondisi kamu lemah, tidak mampu memberikan pertolongan, bantuan dan uluran tangan kepada mereka; tiba-tiba ada seseorang yang berbuat baik kepada mereka, menolong mereka seperti yang kamu inginkan. Maka tidak kah tanda “al-Mun`im” pada diri orang itu membuatmu takjub, begitu pula dengan namanya “al-Karim”! Betapa kamu mencintainya dengan tanda-tanda ini!
Sebagaimana permisalan ini, maka pikirkan saja nama “ar-Rahman” dan “ar-Rahim” milik Allah Ta`ala; agar kamu bisa memahami betapa nama “ar-rahman” dan tanda “ar-Rahim” itu berhak atas cinta dari sisi bapak dan kakekmu, begitu juga dengan karib kerabatmu, kekasihmu dari orang-orang mukmin yang kamu cintai; menjadi bahagia disebabkan oleh kedua nama ini. Bahagia dengan segala kenikmatan dunia, permisalan-permisalan kelezatan dalam surga, dan menunjukkan kepada mereka rumah kebahagiaan abadi dan menunjukkan kepada mereka zat-Nya.
350. Page
Mungkin kamu bisa mengkiaskan sejauh mana kebutuhan ruh manusia terhadap dua nama ini, dan kamu akan paham sejauh mana perkataan اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى رَحْمَانِيَّتِهِ وَعَلَى رَحِيمِيَّتِه “Segala puji bagi Allah atas kasih-Nya dan sayang-Nya”, sangat pantas untuk diingat.
Begitu pula halnya bila kamu sadar dan melihat lebih dalam lagi, kamu akan mendapatkan sejauh mana kebutuhan ruhmu dan kerinduannya kepada nama “al-Hakim” dan tanda “al-Murabbi” milik Sang Pengatur dan Pemelihara, dengan penuh kesempurnaan hikmah, segala yang terkait dan bergantung kepadamu dimana kamu akan merasa menderita dengan kesengsaraan yang mereka alami, dari makhluk-makhluk dan dunia yang –sedikit banyaknya- merupakan rumahmu. Serta apa-apa yang terdapat di dalamnya yang merupakan perlengkapan dan perhiasan di rumahmu.
Kamu juga akan memahami –jika kamu sadar dan mendalami- sejauh mana kebutuhan ruhmu kepada nama “al-Warits al-Ba`its” dan kepada tanda “al-Baqi”, “al-Karim”, “al-Muhyi” dan “al-Muhsin” milik Sang Penyelamat manusia -yang kamu merasa menderita karena berpisah dengan mereka-, dari kegelapan ketiadaan disaat kematian mereka dan menempatkan mereka di tampat yang lebih baik dari pada dunia ini.
Demikianlah, karena esensi manusia itu sangat mulia, fitrahnya komplit. Oleh karena itu, berdasarkan fitrahnya ia membutuhkan –dengan ribuan macam kebutuhan- kepada seribu satu nama dari nama-nama Allah dan juga kepada tingkatan yang sangat banyak pada setiap nama. Kebutuhan yang sangat utama adalah kerinduan, kerinduan yang paling utama adalah cinta, cinta yang paling utama adalah kemesraan. Maka sesuai dengan sempurnya ruh, tingkatan cinta akan terbuka sejalan dengan tingkatan nama-nama-Nya. Kecintaan kepada seluruh nama-nama-Nya juga akan berubah menjadi kecintaan kepada zat-Nya Yang Agung, karena nama-nama itu adalah tanda dan manifestasi dari zat-Nya Yang Tinggi dan Agung.
Sekarang kami akan menjelaskan sebagai contoh satu tingkatan saja dari seribu satu tingkatan dari nama “al-`adl”, “al-Hakam”, “al-Haq”, “ar-Rahim” yang merupakan contoh nama-nama dari seribu satu nama-nama Allah. Hal itu sebagai berikut;
Kalau kamu ingin melihat nama-nama “ar-Rahman”, “ar-Rahim”, “al-Haq”, termasuk “al-Hikmah” dan “al-`adl” dalam daerah kebesaran, maka lihatlah permisalan ini;
Kita andaikan seorang tentara bergabung dengan empat ratus kelompok dari kelompok yang bermacam-macam. Setiap kelompok itu memilki seragam khusus yang membuatnya takjub. Dan makanan khusus yang memberikannya kelezatan. Persenjataan khusus yang dapat ia gunakan dengan mudah. Peralatan medis khusus yang sesuai dengan kebutuhannya.
Maka apabila ada seorang raja yang tiada tandingannya membagikan secara langsung tanpa bantuan seorang pun, seragam, makanan, peralatan medis dan senjata yang cocok kepada setiap kelompok satu per satu, tanpa membedakan dan memisahkan setiap kelompok yang empat ratus itu, –padahal mereka saling bercampur antara satu dan lain- , tanpa ada salah dan lupa kepada satu orang pun; dengan seluruh kasih dan sayangnya serta dengan kekuatannya yang diluar kebiasaan, ilmu dan penguasaanya yang menakjubkan, keadilan dan hikmanya yang
351. Page
diluar kebiasaan; maka kamu akan paham dari ini semua betapa ia adalah raja yang kuat, pengasih, adil dan dermawan!
Hal itu demikian karena apabila dalam satu barisan terdapat pasukan dari sepuluh bangsa saja, maka secara terpaksa pasti mereka akan dibagikan satu seragam dengan jenis yang sama. Karena apabila dibagikan dengan seragam yang berbeda-beda setiap pasukan sesuai dengan kelompoknya, pasti akan sangat sulit sekali. Begitu pula seandainya kamu melihat dan menyaksikan manifestasi dari nama-nama “al-Haq”, “ar-rahman”, “ar-rahim”, termasuk dalam “al-`adl dan al-HIkmah”, maka lihatlah ke pasukan tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang terdiri dari empat ratus ribu bangsa, yang perkemahan mereka telah ditambat di atas permukaan bumi pada musim semi. Kamu akan melihat tanda-tanda “al-Haq”, “ar-Rahman”, “ar-Razzaq”, “ar-Rahim”, “al-Karim” dengan penuh pertimbangan dan keteraturan dalam daerah “al-Himah” dan “al-`Adl”. Padahal bangsa-bangsa itu saling bercampur antara satu dengan lainnya. Padahal seragam-seragam mereka salng berbeda, makanan mereka juga berbeda, persenjataan mereka juga berbeda, pola kehidupan mereka juga berbeda, pembelajaran mereka berbeda, gaya rambut mereka berbeda-beda, dimana kamu tidak akan mampu untuk menyediakan keperluan mereka, tidak mamiliki lisan yang mampu untuk menjawab seluruh permintaan mereka. Namun kamu akan melihat dengan mata kepalamu bagaimana Dia memelihara mereka, mengatur dan mengawasi mereka tanpa ada kesalahan kepada serorang pun dari mereka, tanpa ada sedikitpun kelupaan dan kerancuan bagi-Nya.
Maka apakah kamu mungkin untuk memasukkan jari-jari lain untuk mencampuri tugas seperti ini, tugas yang dilakukan dengan keteraturan dan keseimbangan menyeluruh yang sungguh sangat menakjubkan! Maka siapakah yang mampu untuk menjulurkan tangannya dalam urasan ini, dalam pengaturan ini, dalam pengayoman ini, dalam pengawasan ini, kecuali hanya Dia Yang Satu, Esa, Maha Bijaksana, Mutlak, Maha Berkuasa atas segala sesuatu! Dan sebab manakah yang mampu untuk ikut campur tangan?
Penjelasan keempat:
Kamu mengatakan; apa faedah atau hasil dari kecintaanku yang beragam jenis terhadap sesuatu yang berkaitan dengan makanan, diriku, pasangan hidupku, orang tuaku, anak-anakkku, teman-temanku, para wali, nabi, segala sesuatu yang cantik, musim semi dan dunia; apabila kecintaanku itu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh al-Quran?
Jawaban:
Untuk mejelaskan seluruh faedahnya maka harus menulis sebuah kitab yang tebal. Di sini kami akan mencukupkan dengan memberikan isyarat secara umum terhadap satu atau dua faedah saja. Dan kami akan menjelaskan faedah atau hasil yang segera yang didapatkan di dunia, selanjutnya kami akan menjelaskan faedah atau hasil yang didapat di akhirat. Hal itu sebagaimana berikut;
Cinta yang muncul karena kepentingan nafsu, sebagaimana yang terjadi pada orang-orang lalai dan para pecinta dunia, mengandung musibah penderitaan dan kepedihan yang bertumpuk. Sedangkan kenikamatan, kelezatan dan kelapangannya sangat sedikit. Contohnya; kasih akan
352. Page
berubah menjadi musibah penderitaan akibat rasa lemah, dan rasa cinta akan berubah menjadi kesengsaraan yang menyakitkan akibat sebuah perpisahan. Rasa lezat akan berubah menjadi minuman beracun akibat kehilangan. Dan tiada manfaat yang didapatkan di akhirat, karena tidak dilandasi dengan tujuan kepada Allah. Atau bahkan hal itu bisa menjadi azab apabila telah bercampur dengan sesuatu yang haram.
Pertanyaan; bagaimana cinta kepada nabi dan wali abadi tanpa faedah?
Jawaban; seperti kecintaan abadi orang ahli trinitas (orang nashrani) kepada Isa a.s, dan kecintaan Rafidhah[1] kepada Ali r.a yang tiada faedah.
Sedangkan apabila cinta itu sesuai dengan bimbingan al-Quran, dalam jalan Allah dan dalam jalan kecintaan ar-Rahman; maka cinta itu akan berbuah dan menghasilkan nilai-nilai kebaikan dan keindahan di dunia dan akhirat.
Adapun hasil dari cinta ini di dunia:
Kecintaanmu kepada makanan dan buah-buahan yang lezat adalah sebuah kenikmatan tanpa penderitaan, dan rasa lezat adalah inti dari rasa syukur.
Sedangkan kecintaanmu kepada nafsumu artinya adalah mengasihinya, membimbingnya, dan menghalanginya dari hawa nafsu yang berbahaya. Dengan ini nafsumu tidak akan mengenderaimu, dan tidak akan menjadikanmu budak bagi hawa nafsunya. Sebaliknya kamu yang akan nafsumu, dan menggiringnya kepada petunjuk bukan kepada hawa nafsu.
Sedangkan cinta kepada pendamping hidupmu, meskipun dibangun atas keindahan perilakunya, karena ia adalah sumber rasa kasih, sebuah hadiah dari rahmat Tuhan. Maka apabila kamu mencintainya dengan cinta murni, dan mengasihinya dengan rasa kasih jujur; maka ia juga akan menghormatimu dengan penghormatan hakiki, mencintaimu dengan cinta yang sungguh-sungguh, setiap kali umur kalian berdua bertambah, bertambah pula keadaan-keadaan yang disebut di atas, maka kalian akan menghabiskan masa hidup dengan bahagia dan indah.
Akan tetapi apabila cinta itu adalah cinta psikologis yang mengarah kepada kecantikan rupa fisik, maka cinta itu akan hilang dengan cepat dan akan merusak kehidupan suami istri.
Sedangkan kecintaanmu kepada orang tua dan anak-anakmu, yang dikarenakan jalan Allah ta`la, maka itu termasu ibadah. Oleh karena itu akan menambah rasa hormat dan cinta kepada keduanya setiap kali umur keduanya bertambah. Dan harapan agar keduanya panjang umur, dan doa demi keabadian mereka berdua dengan kejujuran, ketamakan dan keinginan kuat, serta mencium kedua tangan mereka dengan penuh rasa hormat yang tulus demi mendapat
[1] Rafidhah: kelompok dari Syi`ah yang membolehkan menghina sahabat, mereka disebut demikian karena mereka mengabaikan nasehat Zaid bin Ali, tatkala ia melarang mereka menghina Abu Bakar dan Umar.
353. Page
pahala yang lebih banyak melalui sebab mereka berdua; maka hal ini adalah sebuah kelezatan ruhani yang bernilai tinggi.
Kalau tidak demikian, maka cinta itu pasti karena hawa nafsu, karena manfaat dunia. Maka cinta ini adalah penderitaan rohani yang buas dan mematikan. Seperti merasa berat dengan keberadaan mereka berdua, dan perasaan sempit, jengkel dan sempit ketika mereka berdua mulai tua sehingga membebanimu. Rasanya seperti mengharapkan kematian kedua orang terhormat ini dengan segera, padahal mereka adalah sebab kamu hidup.
Sedangkan cintamu kepada anak-anakmu, makhluk yang lemah mengharap kasih, yang Allah jadikan mereka sebagai amanah dibawah pengawasan dan bimbinganmu; maka itu adalah cinta dan nikmat yang dipenuhi kebahagiaan. Ditambah lagi bila kamu tidak terlalu bersedih atas musibah yang menimpa mereka, dan tidak khawatir, menangis putus asa atas kematian mereka; namun kamu malah berkata –sebagaimana disebutkan sebelumnya-, kematian mereka adalah ketentraman, karena Pencipta mereka Maha Bijaksana dan Maha Pengasih. Maka kamu akan teringat dengan rahmat dari Yang telah menitipkan mereka kepadamu, dengan itu kamu akan selamat dari rasa sakit kehilangan.
Adapun kecintaanmu terhadap rekan dan sahabat-sahabatmu, karena hal itu karena Allah maka kamu akan mendapatkan manfaat dari cinta maknawi dan ikatan ruhani itu. Itu karena perpisahan bahkan kematian mereka tidak akan mengubah apapun kecuali hanya tidak bisa bertemu dan berdialog. Dan kelezatan pertemuan akan menjadi abadi tiada terputus. Sebaliknya apabila cinta ini tidak didasari cinta kepada Allah, maka pertemuan satu hari saja akan meninggalkan penderitaan perpisahan selama seratus hari.
Sedangkan cintamu kepada para nabi dan wali tidak akan pernah meninggalkan ketakutan dan kecemasan akibat sebuah kepergian ke alam barzakh. Sebaliknya akan meninggalkan kecenderungan dan kerinduan kepadanya yang tidak akan bisa dikaburkan dengan kenikmatan sementara dengan kehidupan dunia. Karen alam barzakh yang terlihat oleh orang lalai ibarat tempat menakutkan dan gelap, bagi kamu akan terlihat ibarat rumah yang disinari oleh mereka yang bersinar.
Sebaliknya apabila kecintaan kepada mereka –para nabi dan wali- berasal dari kecintaan orang-orang masa kini kepada sosok bintang terkenal, maka cinta itu akan meninggalkan rasa pedih dalam hidup mereka yang telah penuh dengan penderitaan akibat terlalu memikirkan kehilangan orang-orang seperti mereka yang sempurna, dan memikirkan jasad mereka yang membusuk dalam kuburan besar yang disebut masa lalu. Dia berpikir dan mengatakan; aku juga nantinya akan begitu, aku akan masuk ke dalam kuburan yang telah membusukkan orang-orang sempurna itu, dan ia pun melihat kuburan itu dengan rasa takut dan cemas, ia pun mengeluh dan menderita.
Sedangkan dalam pandangan sisi pertama; maka ia akan berpikir bahwa mereka dalam keadaan beristirahat total dalam alam barzakh yang merupakan perkarangan masa depan, selepas mereka menanggalkan baju fisik pada masa lampau. Maka ia akan memandang kuburan itu dengan penuh kemesraan.
354. Page
Kemudian cintamu terhadap sesuatu yang cantik, selama itu berada dalam jalan pencipta-Nya dan dalam seragam; “Sungguh indah ciptaan-Nya!” maka cinta ini adalah sebuah tafakur yang nikmat, apalagi hal itu akan membuka penglihatan perasaanmu yang haus kebaikan, dan tenggelam dalam kecantikan, membuka baginya ufuk-ufuk agar kamu bisa melihat melaluinya. Karena ia berpindah bersamamu dari tanda-tanda keindahan itu ke keindahan perbuatan Allah Ta`ala. Sehingga membuka bagi qalbu jalan dari perbuatan-perbuatan itu menuju keindahan asma`ul husna. Dan dari situ menuju keindahan sifat-sifat-Nya, dan dari itu menuju keindahan Allah Ta`ala Yang Maha Agung, Tiada tandingan bagi keindahan-Nya. maka kami katakan bahwa cinta dalam bentuk ini adalah inti kelezatan, dan diwaktu yang sama adalah tafakkur dan ibadah.
Sedangkan kecintaanmu kepada masa muda; asalkan kamu mencintainya karena ia adalah nikmat yang indah dari Allah Ta`ala, maka tidak diragukan bahwa kamu akan menghabiskannya untuk ibadah. Tidak akan menghabiskannya tenggelam dalam kebodohan. Oleh kerena itu, amal ibadah yang kamu lakukan pada masa tersebut adalah buah-buah abadi dari seorang pemuda yang fana. Sehingga setiap umurmu bertambah, kamu akan mendapatkan hasil lebih dan bertambah dari buah-buahnya yang abadi, yang merupakan manfaat dan kebaikannya. Kamu juga akan bebas dari kejelakan dan keburukannya. Kamu akan memikirkan bahwa kamu akan diberi taufiq untuk beribadah lebih banyak dan lebih banyak lagi di saat tua, sehingga kamu mendapatkan rahmat ilahi lebih dan lebih. Kamu tidak akan menangis sebagaimana orang lalai yang berumur lima puluh tahun, yang selama hari tuanya bersedih, kesal dan menyesal atas berlalunya masa mudanya; sebagaimana seorang penyair berkata;
لَيْتَ الشَّبَابَةَ يَعُودُ يَوْمًا فَاُخْبِرُهُ بِمَا فَعَلَ الْمَشِيبُ
“kalaulah masa muda bisa kembali satu hari saja, maka aku akan memberitahunya apa yang telah masa tua perbuat kepadaku”
Sedangkan kecintaanmu terhadap hal-hal perhiasan seperti musim semi, maka selama hal itu dalam rangka untuk melihat keindahan ciptaan Allah, maka kelezatan melihatnya tidak akan hilang dengan berlalunya musim semi itu. Karena sejatinya kamu bisa menyaksikan setiap waktu makna-makan yang telah ia tinggalkan. Ia ibarat sebuah risalah berbunga terbuat dari emas. Khayalanmu dan masa, keduanya akan memperbaharui makna dan kecantikan musim semi itu serta meneruskan kelezatan tatapan itu untukmu bagaikan sebuah video kaset film. Oleh karena itu, rasa cintamu tidak akan menjadi sementara yang dipenuhi dengan kerugian dan penderitaan. Sebaliknya justru menjadi sebuah kelezatan murni suci tiada karat.
Cinta kalian kepada dunia pula, selama itu berdasarkan nama Allah dan berada di jalan-Nya, maka seketika itu segala eksistensi yang ada berubah dari sesuatu yang menakutkan menjadi teman yang baik bagimu. Dan karena kamu mencintainya karena ia adalah ladang bagi akhirat, maka hal itu memungkinkanmu untuk memetik buah dan modal harta yang bermanfaat bagimu di akhirat. Sehingga tida ada musibah yang akan menakutimu, tiada perpisahan yang menyedihkanmu, tiada kemusnahan yang akan menyempitkanmu. Kamu akan menghabiskan masamu di tempat jamuan ini dengan tenang dan santai. Sebaliknya jika kamu mencintainya seperti orang lalai mencintainya, maka kamu akan tenggelam –sebagaimana yang telah kami
355. Page
katakana ratusan kali- dalam cinta yang dalam yang memberikan kecemasan, tekanan, kesusahan, sia-sia dan yang pasti sebuah kefanaan.
Demikianlah kami telah menjelaskan kepada kamu satu kelezatan saja dari ratusan kelezatan yang bisa kamu rasakan akibat cintamu kepada sebagian kekasihmu, dan itu apabila cintamu itu sesuai dengan ketentuan yang diberikan al-Quran al-karim. Kami juga telah menunjukkan kepadamu akan bahaya satu kelezatan dari ratusan akibat tidak sesuai dengan petunjuk al-Quran al-Karim.
Apabila kamu ingin mendengarkan dan memahami buah-buah cinta dari perkara-perkara yang dicintai ini dikehidupan akhirat sebagaimana yang ditunjukkan oleh al-Quran al-Karim melalui ayat-ayatnya, maka kami akan menjelaskannya kepadamu secara umum, satu saja dari ratusan hasil dan faidah yang didapat di akhirat dari setiap bagian yang dicintai sesuai syariat. Hal itu terdiri dari satu pembukaan dan Sembilan petunjuk;
Pembukaan;
Allah Ta`ala dengan kasih sayang-Nya dan rububiyah-Nya yang luas, kekuasaan-Nya yang besar dan hikmah-Nya yang lembut, telah mempersiapkan dan menghias eksistensi manusia kecil ini dengan indra dan perasaan. Dan sampai pada tahap ini, lalu dilengkapi dengan anggota tubuh serta perlengkapan dan berbagai bagian dan alat-alat yang beraneka ragam. Bahkan Ia telah memberikan manusia kepekaan dan mengajarkannya kemudian memberikanya rasa, lalu meberikannya pula ilmu melalui perantara alat yang bermacam-macam yang tiada batas dari kenikmatan, bagian kebaikan-Nya dan tingkatan rahmat-Nya. Bahkan mengajarkannya dengan alat-alat itu macam-macam manifestasi yang tiada batas dari seribu satu nama milik asma`ul husna, sehingga ia bisa menimbangnya, mengkiaskannya, dan mencintainya.
Sebagaimana terdapat tugas, ibadah khusus yang berbeda-beda pada setiap alat dan kelengkapan pada diri manusia itu; terdapat juga kelezatan-kelezatan, rasa sakit, tugas-tugas dan ganjaran yang berbeda-beda baginya.
Contohnya: mata menyaksikan kecantikan lewat rupa bentuk, serta melihat macam-macam mukjizat kekuasaan yang indah pada alam yang terlihat. Maka tugasnya adalah bersyukur kepada penciptanya dengan mengambil itibar. Sedangkan kelezatan dan kepedihan yang cocok bagi fitrahnya dan muncul dari pandangan adalah dimaklumi dan tidak perlu untuk dijelaskan lebih lanjut.
Contohnya; telinga merasakan berbagai macam gema dan iramanya yang lembut, dan merasakan kelembutan rahmat Allah Ta`ala yang tersebar di alam pendengaran. Maka ia memiliki ibadah, kelezatan, dan balasan khusus untuknya.
Contohnya; indra penciuman merasakan kelembutan rahmat Allah Ta`ala dalam alam wangi-wangian dan bau. Ia memiliki kelezatan khusus sesuai dengan fitrahnya, tugas bersyukur yang khusus untuknya, dan tidak diragukan pula bahwa ia juga memiliki ganjaran yang khusus pula.
356. Page
Contohnya; indra perasa yang terdapat pada lidah, ia melaksanakan tugasnya dengan merasakan kelezatan seluruh makanan melalui rasa syukur maknawi yang bermacam-macam.
Demikianlah, setiap alat-alat indra manusia dan kelembutannya yang penting dan besar seperti qalbu, ruh dan akal; masing-masing memiliki peran dan kelezatan serta kepedihan yang khusus sesuai dengan tabiat dan fitrahnya. Tidak ada keraguan bahwa Allah Ta`ala Yang Maha Bijaksana akan memberi bagi setiap alat yang digunakan oleh manusia ini, imbalan sesuai dengan perannya masing-masing.
Setiap manusia akan merasakan dengan sanubarinya segala hasil duniawi –yang telah disebutkan sebelumnya- dari berbagai jenis rasa cinta. Dan hasil-hasil itu akan diketahui dengan firasat jujur. Adapaun imbalan ukhrawi maka sebagaimana yang telah ditetapkan dengan jelas dan mengikat, serta dijelaskan kebenarannya secara umum pada “dua belas kebenaran hakikat” yang pasti dan jelas pada “kalimat kesepuluh” dan dengan “enam dasar” yang impresif pada “kalimat ke dua puluh Sembilan” –pada risalah an-nur-, dan juga pada “dasar kedua” yang ditulis dalam bahasa arab pada “kalimat ke dua puluh delapan” yang khusus mengulas tentang surga.
Petunjuk pertama;
Imbalan atau hasil ukhrawi dari cinta yang sesuai syariat, yang direspon dengan rasa syukur terhadap berbagai makanan yang lezat dan buah-buahan bagus di dunia, itu semua berdasarkan teks al-Quran al-Karim adalah makanan lezat dan buah-buahan bagus yang sesuai untuk surga dan rasa cinta yang penuh ketamakan terhadap makanan dan buah tersebut. Bahkan kalimat “Alhamdulillah” yang kamu ucapkan setelah memakan buah di dunia, akan tercipta seperti buah yang berwujud lalu diserahkan kepadamu di surga kelak. Di sini kamu memakan buah dan di sana “Alhamdulillah”. Dan telah jelas dalam teks hadis berdasarkan petunjuk al-Quran al-Karim dan konsekuensi dari hikmah dan rahmat; bahwa rasa syukur maknawi terhadap kelezatan akan dipersembahkan kepadamu dalam wujud makanan yang sangat lezat di surga. Itu karena kamu bisa melihat kenikmatan ilahi dan perhatian Tuhan pada setiap nikmat dan makanan.
Petunjuk kedua;
Hasil dari cinta yang sesuai syariat pada nafsu di dunia –cinta yang tidak berdasarkan keindahannya namun cinta yang dibangun atas menyempurnakan kekurangannya setelah melihat dan membimbingnya serta mendorongnya ke arah kebaikan- adalah memberikan ganti kepadanya di surga atas segala yang ia cintai yang sesuai dengan nafsunya saat di dunia.
Karena nafsu telah mampu menggunakan hawa nafsunya dengan baik di dunia, dan juga telah menggunakan alat-alat, indra, perasaanya di jalan Allah Ta`ala; maka sesuai dengna apa yang telah ditetapkan di dalam ayat-ayat al-Quran, Allah akan memberikannya di surga tempat yang abadi, bidadari-bidadari yang setiap salah seorangnya memiliki kedudukan ibarat satu surga kecil yang memiliki ruh. Itu ia dapatkan setelah dipakaikan dengan tujuh puluh perhiasan aneka macam yang merupakan contoh terbaik dari tujuh puluh jenis perhiasan dan kelembutan di
357. Page
surga. Dan ia juga dihiasi dengan tujuh puluh jenis kebaikan yang memuaskan segala indra yang ada pada nafsu.
Sedangkan hasil dari cinta kepada masa muda di dunia; yaitu hasil dari menghabiskan kekuatan masa muda dalam beribadah. Itulah masa muda abadi dalam surga.
Petunjuk ketiga;
Sedangkan imbalan ukhrawi terhadapa cinta kepada pasangan hidup dalam rangka yang halal sesuai syariat, yaitu imbalan dari menjaganya dari perbuatan tercela, menjauhinya dari segala kesalahan dan dosa dengan rasa cinta yang jujur yang didasari atas kelembutan kasihnya, kecantikan sifatnya dan kebaikan perilakunya; maka imbalannya adalah:
Zat Yang Maha Pengasih telah berjanji kepadamu bahwa ia akan memberikanmu pasangan hidup itu di kampung kebahagiaan, pasangan itu lebih cantik, memesona dan menarik dari pada bidadari hurun `ain. Laksana teman yang lembut abadi penuh cinta dan kasih. Saling tarik menarik antara kamu dan dia ketika saling berkomunikasi dengan kelezatan kenangan-kenangan masa lalumu dihari-hari yang telah lewat. Tidak diragukan bahwa Dia Yang Maha Tinggi dan Agung pasti akan menunaikan janji tersebut.
Petunjuk keempat;
Sedangkan imabalan dari cinta terhadap kedua orang tua dan anak-anak adalah; bahwa Dia adalah Zat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, senantiasa berbuat baik kepada keluarga bahagia itu, meskipun mereka berada pada tingkatan yang berbeda di surga, dengan memberikan mereka kelezatan pertemuan suci yang tidak dicampuri karat diantara mereka sesuai dengan keadaan di surga dan rumah keabadian, sebuah pergaulan yang indah dengan pertemuan yang abadi. Hal ini sebagaimana yang telah ditetapkan dalam al-Quran. Sedangkan anak-anak yang meninggal sebelum mencapai umur lima belas, atau sebelum masa baligh, maka Allah akan meletakkan mereka dalam surga dalam peliharaan orang tua mereka di tempat paling lembut. Dia menjadikan mereka dalam wujud anak kecil yang sesuai dengan surga, sebagaimana yang diibaratkan dengan:
(وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ)
“anak-anak kecil yang abadi” (Q.S. Al-Waqi`ah: 17)
Dan memberikan mereka rasa senang dengan candaan anak-anak itu terhadap mereka, serta Ia juga menghadiahkan kepada mereka rasa dan kelezatan yang abadi itu.
Dan karena anak-anak tersebut belum mencapai umur baligh maka mereka akan abadi seperti anak-anak surga yang abadi, penuh cinta dan kelembutan.
358. Page
Segala sesuatu yang menarik di dunia maka pasti ada di surga dalam wujud yang lebih baik, sempurna dan utama. Banyak yang mengira bahwa kenikmatan bermain dengan anak-anak tidak ada di surga, karena surga bukan tempat untuk beranak pinak. Namun sesungguhnya bersenda gurau dengan anak-anak dengan penuh kelembutan, ada di dalam surga bahkan dalam bentuk yang lebih indah dan menarik sebagimana yang telah kami jelaskan.
Sebuah kabar gembira bagi mereka yang anak-anaknya meninggal sebelum masa baligh!
Petunjuk kelima;
Adapun imbalan bagi rasa cinta kepada rekan dan sahabat dekat yang shaleh dalam koridor “mencintai karena Allah” adalah dengan rasa kenikmatan terhadap memori-memori indah masa lalu yang dibawa ke surga dalam wujud manis, indah dan lembut. Serta perkumpulan diantara mereka yang suci tanpa ada perpisahan. Mereka akan duduk di atas singgasana-singgasana yang saling berhadapan di tepian surga. Sebagaimana yang dilukiskan dalam al-Quran dengan;
( عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ )
“di atas singgasana-singgasana yang saling berhadapan” (Q.S. Al-Hijr: 47)
Petunjuk keenam;
Sedangkan imbalan atas rasa cinta kepada para Nabi dan wali, maka sebagimana yang dijelaskan dalam al-Quran, adalah berupa mendapat manfaat dari syafaat mereka di alam barzakh dan mahsyar. Ditambah dengan manfaat mendapatkan limpahan karunia dari maqam dan limpahan-limpahan yang layak bagi mereka, melalui perantara cinta itu.
Ya; seorang biasa bisa mencapai maqam atau derajat yang tinggi dengan cara berintisab kepada orang yang memiliki derajat tinggi pula, ini terjadi berdasarkan rahasia; “Seseorang akan bersama yang dicintainya”.
Petunjuk ketujuh;
Imbalan cinta kepada sesuatu yang indah seperti musim semi, yaitu cinta yang membuat kamu mengatakan “Sungguh indah ciptaan-Mu!” akibat adanya kecantikan dan keteraturan perbuatan dibalik ciptaan itu, dan akibat manifestasi asma`ul husna yang berada dibalik keteraturan perbuatan itu, dan akibat manifestasi sifat-sifat mulia yang berada dibalik asma`ul husna itu; imbalannya adalah kamu akan melihat manifestasi dari asma`ul husna serta sifat-sifat dari nama-nama itu di alam keabadian dalam wujud ciptaan yang lebih cantik dan indah yang diibaratkan melebihi ribuan kali lebih cantik dan indah. Bahkan seorang imam rabbaniy mengatakan bahwa: “kelembutan surga adalah wujud permisalan dari asma`ul husna”, maka renungkan lah!
Petunjuk kedelapan;
359. Page
Adapun imbalan ukhrawi bagi cinta yang disebabkan oleh tafakkur terhadap dua wajah dunia yang indah, yaitu wajahnya sebagai ladang bagi akhirat dan wajahnya sebagai cermin-cermin manifestasi asma`ul husna, adalah; diberikan surga seluas dunia tetapi tidak fana seperti dunia. Bahkan nama-nama indah Tuhan yang tampak dalam bayangan samar di dunia, di surga akan lebih jelas terlihat keindahannya melalui cermin surga itu.
Sedangkan rasa cinta kepada dunia dengan wajah bahwa dia adalah ladang bagi akhirat, akan memberikan sebuah surga yang akan menjadikan dunia sebagai kebun kecil bagi surga yang menghasilkan tunas-tunas kecil. Maka kelak indra manusia akan menemukan tunas-tunas kecil di dunia itu telah tumbuh menghasilkan benih-benih berbagai kenikmatan dan kesempurnaan di surga kelak. Hal ini telah ditetapkan berdasarkan hadis nabi dan petunjuk-petunjuk al-Quran, sebagaimana hal ini juga merupakan konsekuensi dari sebuah rahmat dan hikmah.
Karena manusia tidak mencintai wajah dunia yang tercela karena merupakan pangkal dari segala kesalahan, namun justru ia lebih mencintai dua wajah dunia lainnya yang merupakan wajah nama-nama Tuhan dan wajah akhirat, maka ia akan memakmurkan kedua wajah dunia itu dengan Ibadah berpikir seakan-akan ia telah melaksanakan seluruh ibadah di dalamnya. Tidak diragukan bahwa apa yang diperolehnya berupa imbalan seluas dunia adalah dari konsekuensi rahmat dan hikmah.
Lalu karena ia mencintai wajah dunia sebagai ladang akhirat akibat kecintaannya kepada akhirat itu sendiri, dan mencintai asma`ul husna milik Allah akibat kecintaanya kepada Allah Ta`ala; maka tidak diragukan bahwa ia mengharapkan sesuatu yang cintai seluas dunia, dan tidak lain sesuatu itu adalah surga seluas dunia.
Pertanyaan;
Apa gunanya surga kosong yang seluas itu?
Jawaban;
Kalaulah memungkinkan bagi kamu untuk menjelajahi seluruh penjuru dan pelosok dunia dan bintang-bintang dengan kecepatan khayalan, maka pasti kamu akan mengatakan; seluruh alam semesta ini milikku. Dan pengakuanmu ini tidak akan batal karena adanya malaikat, manusia lainnya dan hewan-hewan. Mungkin juga kamu akan mengatakan; surga itu milikku seorang meskipun ia telah penuh. Dan telah dijelaskan di “kalimat kedua puluh delapan” rahasia diberikannya taman kepada sebagian ahli surga seluas lima ratus tahun sebagaimana yang disebutkan dalam hadis nabi.
Petunjuk kesembilan;
Ganjaran dari rasa cinta terhadap iman kepada Allah adalah;
360. Page
Menyaksikan dan melihat Allah Ta`ala Yang Maha Agung, Yang Maha Memiliki keindahan, kesempurnaan yang suci dan terjaga, hal ini sebagaimana yang ditetapkan dalam hadis Nabi dan teks al-Quran al-Karim.[1]
Dan melihat Allah selama satu jam tidak sebanding dengan ribuan tahun kehidupan bahagia di surga. Dan satu jam kehidupan bahagia di surga tidak sebanding dengan ribuan tahun kehidupan bahagia di dunia. Hal ini merupakan kesepakatan ahli kasyaf dan hakikat.
Semua orang merasa dalam hati nuraninya keinginan yang sangat besar untuk melihat sesuatu yang terkenal dengan kesempurnaannya, seperti sayyidina Sulaiman a.s. Dan juga merasakan kerinduan yang dalam untuk melihat sesuatu yang memiliki kelebihan ketampanan, seperti sayyidina Yusuf a.s.
Maka lihatlah betapa besar dan dalamnya kerinduan dan keinginan untuk melihat zat yang memiliki seluruh kebaikan surga beserta kelengkapannya –yang melebihi kebaikan dunia beserta kelengkapannya dengan ribuan tingkatan- yang merupakan manifestasi dari kecantikan dan kesempurnaan-Nya, maka betapa besar keinginan dan permintaan untuk melihatnya!
اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا فِى الدُّنْيَا حُبَّكَ وَحُبَّ مَا يُقَرِّبُنَا اِلَيْكَ
وَالْاِسْتِقَامَةَ كَمَا اَمَرْتَ وَفِى اْلآخِرَةِ رَحْمَتَكَ وَرُويَتَكَ
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَل۪يمُ الْحَك۪يمُ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مَنْ اَرْسَلْتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اجْمَعِينَ
اٰمينَ
"Ya Allah kurniakanlah pada kami di dunia ini kecintaan kepada-Mu, kecintaan terhadap perkara-perkara yang dapat mendekatkan kami kepada-Mu, dan keistiqamahan seperti yang Engkau telah perintahkan.
Kurniakan kasih sayang-Mu serta perkenan untuk melihat-Mu di akhirat.
Maha Suci Engkau Ya Allah. Kami tiada ilmu kecuali apa yang Engkau telah ajarkan kepada kami.
Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Ya Allah limpahkanlah selawat serta salam kepada Nabi Muhammad yang Engkau telah utuskan sebagai rahmat bagi sekalian alam dan kepada keluarga serta para sahabat baginda.
Amin.”
Peringatan
[1] Berdasarkan teks hadis, melihat Allah merupakan kenikmatan yang melebihi seluruh kenikmatan-kenikmatan surga, sampai pada batas ia bisa menjadikannya lupa dengan seluruh kenikmatan-kenikmat tersebut. Dan kenikmatan orang yang melihat Allah ini akan bertambah ketika mereka kembali ke istana mereka, mereka menjadi susah untuk mengenal keluarga-keluarga mereka.
361. Page
Jangan kalian pernah menganggap panjang penjelasan yang panjang pada penutup kalimat ini. Sebenarnya itu sangat sedikit bila dibandingkan dengan urgensinya; dimana seharusnya memerlukan penjelasan yang lebih panjang dari ini.
Dan yang berbicara pada “al-kalimat” –yaitu Rasail an-Nur- bukan aku, tapi kebenaran hakikat lah yang berbicara atas nama “Isyarat-isyarat al-Quran”. Dan kebenaran hakikat berbicara dengan kebenaran dan mengatakan dengan kejujuran.
Maka apabila kalian melihat kesalahan, ketahuilah secara yakin bahwa pikiranku telah bercampur aduk dan kesuciannya sedang tercemar sehingga menyebabkan kesalahan tanpa kesengajaan dari diriku.
Sebuah Munajat
Ya Rabb! Apabila pintu istana yang besar tidak dibuka, seseorang yang mengetuknya akan mengetuknya dengan suara seseorang lain yang biasa dan dikenal di istana itu supaya pintu itu dibuka. Begitulah juga diriku yang tidak berdaya ini. Aku mengetuk pintu rahmat-Mu dengan suara dan munajat hamba yang dicintai oleh-Mu Uwais al-Qarni.[1] Sebagaimana Engkau telah membuka pintu-Mu untuknya, maka dengan rahmat-Mu bukalah juga untukku.
Aku berkata sebagaimana beliau berkata:
اِلٰهِى اَنْتَ رَبِّى وَاَنَا الْعَبْدُ وَاَنْتَ الْخَالِقُ وَاَنَا الْمَخْلُوُ
وَ اَنْتَ الرَّزَّاُ وَ اَنَا الْمَرْزُوُ وَ اَنْتَ الْمَالِكُ وَ اَنَا الْمَمْلُوُ
وَ اَنْتَ الْعَزِيزُ وَ اَنَا الذَّلِيلُ وَ اَنْتَ الْغَنِىُّ وَ اَنَا الْفَقِيرُ
وَ اَنْتَ الْحَىُّ وَ اَنَا الْمَيِّتُ وَ اَنْتَ الْبَاقِى وَ اَنَا الْفَانِى
وَ اَنْتَ الْكَرِيمُ وَ اَنَا اللَّئِيمُ وَ اَنْتَ الْمُحْسِنُ وَ اَنَا الْمُسِيئُ
وَ اَنْتَ الْغَفُورُ وَ اَنَا الْمُذْنِبُ وَ اَنْتَ الْعَظِيمُ وَ اَنَا الْحَقِيرُ
وَ اَنْتَ الْقَوِىُّ وَ اَنَا الضَّعِيفُ وَ اَنْتَ الْمُعْطِى وَ اَنَا السَّائِلُ
وَ اَنْتَ الْاَمِينُ وَ اَنَا الْخَا ئِفُ وَ اَنْتَ الْجَوَّادُ وَ اَنَا الْمِسْكِينُ
وَ اَنْتَ الْمُجِيبُ وَ اَنَا الدَّاعِى وَ اَنْتَ الشَّافِى وَ اَنَا الْمَرِيضُ
[1] Uwais al-Qarni adalah orang terbaik dari kalangan tabi`in.
362. Page
فَاغْفِرْلِى ذُنُوبِى وَ تَجَاوَزْ عَنِّى وَ اشْفِ اَمْرَاضِى يَا اَللّٰهُ يَا كَافِى
يَا رَبُّ يَا وَافِى يَا رَحِيمُ يَا شَافِى يَا كَرِيمُ يَا مُعَافِى
فَاعْفُ عَنِّى مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَ عَافِنِى مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَارْضَ عَنِّى اَبَدًا بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
وَ آخِرُ دَعْوَيهُمْ اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Ya Allah Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu, Engkau Pencipta dan aku dicipta
Engkau Pemberi rezeki dan aku penerima rezeki, Engkau Pemilik dan aku dimiliki
Engkau Mulia dan aku hina, Engkau Kaya dan aku fakir
Engkau Hidup dan aku mati, Engkau Baqa’ dan aku fana
Engkau Mulia dan aku tercela, Engkau Pembuat kebaikan dan aku pelaku keburukan
Engkau Pengampun dan aku berdosa, Engkau Agung dan aku rendah
Engkau Kuat dan aku daif, Engkau Pemberi dan aku peminta
Engkau Pengaman dan aku takut, Engkau Dermawan dan aku miskin
Engkau Pengabul dan aku pemohon, Engkau Penyembuh dan aku pesakit
Maka ampunilah aku dan ridhoilah aku, sembuhkanlah penyakitku Ya Allah yang Mencukupkan
Ya Rabb, Ya Wafi, Ya Rahim, Ya Syafi, Ya Karim, Ya Mu‘afi
Maka ampunilah aku dari segala dosa
Dan sehatkanlah daku dari segala penyakit dan ridhoilah aku selamanya.
Dengan rahmat-Mu ya Arhamar Rahimin
“Dan akhir dari doa mereka adalah (ucapan) alhamdulilahi Rabbil `alamin” (Q.S. Yunus: 10)
363. Page
Kalimat ini adalah Himpunan Maktubat (Surat-surat) dan dicetak terpisah.
Di saat yang sama sebagian kalimat ini merupakan:
Risalah al-Lama’at (Risalah Mutiara)