Kalimah Ketiga Puluh Satu

258. Page

 

KALIMAH KETIGA PULUH SATU

 

 

Mi`raj Nabawi

Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada pelakunya (Nabi Muhammad)

 

 

PERINGATAN

Permasalahan Mi`raj adalah salah satu permasalahan yang berkaitan dengan dasar rukun iman, dan ia adalah seberkas cahaya yang tergabung dalam kumpulan cahaya-cahaya iman. Sehingga tiada keraguan bahwa peristiwa ini tidak akan diakui oleh para ateis yang kafir yang tidak menerima rukun iman. Peristiwa mi`raj ini tidak diceritakan kepada mereka yang tidak mengenal Allah, tidak mengenal Rasul SAW, tidak menerima eksistensi malaikat, atau mereka yang mengingkari adanya tingkatan langit. Karena mereka harus mempercayai rukun-rukun tersebut terlebih dahulu sebelum berbicara mi`raj.


Oleh karena itu kami akan menjadikan orang-orang mukmin yang memiliki anggapan bahwa mi`raj itu tidak masuk akal atau masih ragu-ragu dalam masalah ini, sebagai pendengar. Dan kami akan menjelaskannya kepada mereka. Sekali-kali kami akan memberi perhatian kepada orang-orang ateis yang ingin mendengar, dan kami akan memberikan penjelasan kepada mereka juga.


Salah satu bagian dari kilauan hakikat mi`raj telah disebutkan di sebagian tempat dalam “al-Kalimat” –ar-Rasail an-Nur-. Oleh karena itu kami memohon kepada Allah pertolongan-Nya agar bisa mengikat kilauan-kilauan yang berserakan itu dengan sebuah dasar hakikat –sebagai jawaban atas desakan saudara-saudaraku-, dan menjadikannya dalam satu waktu sebagai cermin bagi keindahan kesempurnaan Muhammad SAW.


بِسْـــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ


)سُبْحَانَ الَّذِى اَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَى الَّذِى بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا اِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ(


259. Page

“Maha Suci Zat yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari masjidil haram ke masjidil aQ.S.ha yang telah kami berikan keberkahan sekitarnya, untuk menunjukkan ayat-ayat kami, Sungguh Ia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat” (Q.S. : al-Isra`: 1)


)اِنْ هُوَ اِلاَّ وَحْىٌ يُوحَى* عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى* ذُومِرَّةٍ فَاسْتَوَى*

وَ هُوَ بِالْاُفُقِ الْاَعْلَى* ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى* فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنَى*

فَاَوْحَى اِلَى عَبْدِهِ مَا اَوْحَى* مَا كَذَبَ الْفُوادُ مَا رَاَى* اَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى*

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً اُخْرَى* عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى* عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَاْوَى*


اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى* مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى* لَقَدْ رَاَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى*(



“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (JIbril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kaum musyrikin mekah hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu pada waktu yang lain. Di sidratil muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihatnya) ketika sidaratil muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar.” (Q.S. An-Najm: 4-18)


 Kami akan berbicara – sebagaimana yang telah kami jelaskan dalam pembahasan mukjizat- tentang dua rumus yang bersumber dari undang-undang sastra balaghah dalam dhamir atau kata ganti “Innahu” (Sesungguhnya Ia). Dimana hal itu merupakan khazanah besar bagi ayat pertama yang telah disebutkan, yang memiliki kaitan dengan permasalahan kita.


Setelah Al-Quran al-Hakim menyebutkan perjalanan kekasih kita yang mulia SAW, dari masjidil haram –ini adalah titik awal mi`raj- ke masjidil aQ.S.ha; ayat ditutup dengan firmannya; “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Mengetahui”.


 Kata ganti atau dhamir yang ada pada kata “Innahu” (Sesungguhnya Dia), -yang dirumuskan di akhir proses mi`raj yang disiyaratkan dalam sura an-Najm-, kalau tidak merujuk atau kembali kepad Allah ta`ala, maka murujuk kepada Nabi Muhammad SAW. Dan apabila kata ganti itu merujuk kepada Nabi Muhammad SAW, sesuai aturan balaghah dan konteks perkataan, maka memberikan makna berikut;


Dalam perjalanan wisata parsial ini ada perjalanan universal, dan proses naik (mi`raj) tiada batas. Karena dia SAW telah mendengar dan melihat segala yang bersinggungan dengan telinga dan matanya berupa tanda-tanda Tuhan dan keajaiban ciptaan Tuhan dalam tingkatan absolut dari asma`ul husna. Bahkan ketika sampai di “sidratul muntaha” dan “qaba qausain”.


Al-Quran memaparkan bahwa perjalanan singkat dan terbatas itu adalah kunci menuju perjalanan yang tiada batas, dan ini lah tempat berkumpulnya segala keajaiban.


260. Page

Dan apabila kata ganti atau dhamir itu kembali kepada Allah ta`ala, maka maknanya sebagai berikut;


Allah ta`ala memanggil salah seorang hamba-Nya ke hadapan-Nya untuk diberikan sebuah tugas, maka Ia mengirimnya dari masjidil haram ke masjidil aQ.S.ha yang merupakan tempat berkumpulnya para nabi. Dan mempertemukannya dengan para nabi untuk memperlihatkan kepadanya bahwa ia adalah pewaris mutlak atas dasar-dasar agama dari para nabi. Lalu Ia memperjalankannya dalam kekuasaan dan keagungan-Nya sampai ke “Sidratul muntaha” dan “Qab Qausain”.


Maka pada hakikatnya “hua” (dia) itu adalah seorang hamba, sedangkan perjalanan itu adalah mi`raj parsial atau terbatas. Dan padanya terdapat cahaya yang akan mengubah warna alam semesta. Padanya juga ada kunci untuk membuka pintu kebahagiaan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, Allah ta`ala menggambarkan bahwa hamba itu mendengar dan melihat segala sesuatu sampai Ia memperlihatkan apa yang dimiliki oleh amanah, cahaya serta kunci itu berupa hikmah-hikmah yang meliputi semesta alam, menyeluruh bagi seluruh makhluk, universal bagi seluruh semesta alam.


Rahasia ini memiliki empat pondasi;


Pertama; rahasia dibalik keharusan mi`raj?

Kedua; apa hakikat mi`raj?

Ketiga; apa hikmah mi`raj?

Keempat; apa faedah dan buah dari mi`raj?

 

 

 

 

 

 

 

 








 


261. Page

 

PONDASI PERTAMA

Rahasia dibalik keharusan mi`raj

 

Misalnya dikatakan bahwa Allah ta`lah Ia lebih dekat kepada hamba-Nya dari pada urat leher hamba itu sendiri. Lebih dekat kepada segala sesuatu dari pada segala sesuatu. Namun Ia suci terlindungi dari fisik dan tempat. Dan setiap wali Allah mampu bertemu dengan Tuhannya dalam hatinya. Maka mengapa kewalian Muhammad tidak diberi taufiq untuk bermunajat kepada Tuhannya, kecuali setelah ia melakukan perjalanan panjang seperti mi`raj, sedangkan wali Allah yang lain diberikan taufiq untuk bertemu Allah dalam hatinya?


Jawabannya; kami akan mendekatkan rahasia pelik ini dengan memberikan dua misal, maka dengarkanlah kedua permisalan itu yang mencari rahasia mukjizat al-quran dan juga rahasia mi`raj, sebagaimana yang telah disebutkan dalam “Kalimat kedua belas”.

Permisalan pertama; setiap raja memiliki dua cara dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Dan dua jalan dalam menyampaikan pesan dan arahan.


Pertama; komunikasi dengan telpon khusus tentang sesuatu tertentu dalam masalah parsial dengan salah satu rakyat jelata.


Kedua; komunikasi dan persahabatan atas tanda kebesaran raja, atas nama kebesaran khilafah, dengan maksud menyebarkan perintah ke penjuru pelosok oleh utusan yang memiliki hubungan dengan perintah itu, atau dengan pegawai tingkat atas yang diberi tanggung jawab atas perintah itu, dan komunikasi itu juga melalui sebuah dekrit penting. Semua ini menunjukkan betapa pentingnya orang tersebut.


Beginilah, -sebagaimana permisalan ini (dan bagi Allah permisalan yang lebih agung)-, Pencipta alam ini, raja para raja beserta kerajaannya, hakim azali dan abadi memiliki dua cara komunikasi, persahabatan dan pengarahan; yang pertama parsial dan khusus, dan yang kedua universal dan umum. Maka mi`raj ini merupakan proses penampakan kewalian Nabi Muhammad dalam wujud universal dan sangat tinggi melebihi seluruh kewalian. Karena hal ini merupakan sebuah pernghormatan dengan bermunajat kepada Allah, berdialog kepada-Nya atas dasar Dia adalah Tuhan seluruh alam, dan atribut Pencipta seluruh eksistensi.


Permisalan kedua; seseorang mengarahkan cermin yang ada ditangannya ke arah matahari, sehingga cermin itu sesuai dengan kemampuannya mendapat sinar, pantulan dan cahaya yang terdiri dari tujuh spectrum warna. Dengan ini orang itu telah memiliki hubungan dengan matahari, dan berdialog dengannya sesuai dengan apa yang dia inginkan dari cermin itu. Apakah ia akan mengarahkan cermin yang dipenuhi sinar itu ke arah rumahnya yang gelap, atau 

262. Page

khusus ke kebun kecilnya yang memiliki atap sehingga dengan ini ia bisa mengambil manfaat dari cahaya itu bukan dari matahari, namun dari daya tampung dari cermin itu.


Sedangkan seseorang lainnya tidak menggunakan cermin, tapi ia langsung berhadapan dengan matahari, sehingga ia dapat melihat kehebatan dan kebesarannya. Kemudian orang itu mendaki gunung yang tinggi agar dapat melihat wilayah kekuasaan matahari itu yang sangat luas, lantas ia pun berhadapan langsung dengannya tanpa ada penghalang. Kemudian ia membuka jendela-jendela besar di rumahnya, atau jendela-jendela atap kebunnya, sebagai jalan menghadap matahari yang ada dilangit. Maka dia pun bisa berdialog dengan sinar-sinar yang terus-menerus dari matahari hakiki. Demikian lah sehingga ia bisa berdialog dengannya melalui sebuah karunia, dan bisa dikatakan; “Wahai matahari indah yang merupakan si rupawan dunia dan si cantik langit yang menyaduri muka bumi, menceriakan wajah dunia dan rupa setiap kuntum bunga dengan cahayanya! Engkau telah menghangatkan dan mencahayakan rumah kecilku dan kebun kecilku sebagaimana engkau telah memanaskan seluruh dunia dan mencahayakan muka bumi.” Sedangkan orang pertama yang menggunakan perantara cermin tadi, tidak bisa melakukan hal ini.


Karena efek pantulan cahaya matahari dari cermin itu sangat terbatas, dan sangat tergantung dengan ukuran cermin itu.


Karenanya, manifestasi dari Zat Yang Esa dan Shamad yang merupakan matahari azali dan sultan abadi, muncul dalam substansi kemanusiaan dengan dua bentuk yang memiliki tingkatan tidak terbatas.


Pertama; manifestasi dari sisi ketuhanan yang mengarah ke cermin qalbu; setiap orang memiliki bagian dan kesempatan dari cahaya matahari azali, serta berdialog dan bermunajat dengannya –secara parsial atau general- sesuai dengan kesiapannya dan perilaku dan suluknya pada setiap tingkatan, dan juga sesuai dengan manifestasi dari nama-nama dan sifat-sifat Tuhan pada dirinya. Umumnya, tingkatan kewalian yang melewati bayangan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan muncul dari bagian ini.


Kedua; manifestasi Allah ta`ala dengan zat-Nya Yang Maha Agung pada salah seorang bangsa manusia yang paling agung secara maknawi, di tingkatan asma`ul husna yang paling agung. Ini dari sisi bahwa bangsa manusia memiliki fitrah sempurna dan karena ia merupakan buah pohon semesta yang paling bersinar. Dan dari sisi bahwa ia mampu menerima dan menampakkan asma`ul husna yang terlihat manifestasinya pada seluruh semesta secara serempak di cermin ruhnya.


Manifestasi ini adalah rahasia mi`raj Nabi Muhammad SAW. Dari sisi bahwa kewaliannya merupakan awal risalah kenabiannya yang mampu melewati bayangan, menyerupai orang pertama dalam permisalan kedua. Ia menghadap langsung ke Zat Yang Esa sehingga tiada bayangan dalam risalahnya, hal ini menyerupai orang kedua dalam permisalan kedua.


Sedangkan mi`raj maka telah bertukar ke tingkatan risalah karena ini merupakan karomah yang dahsyat, dan tingkatan tinggi bagi kewalian Muhammad SAW. Maka inti dari mi`raj adalah kewalian yang bertolak dari makhluk ke Pencipta, sedangkan kulitnya luarannya adalah mi`raj 

263. Page

risalah yang datang dari Pencipta menuju ke Makhluk. Sedangkan kewalian adalah sebuah jalan dalam tingkatan kedekatan, ini memerlukan proses melewati tingkatan yang banyak serta memerlukan waktu yang lama. Sedangkan risalah yang merupakan cahaya yang agung, ia sesantiasa mengarah kepada rahasia penampakan kedekatan Tuhan, dan tidak memerlukan waktu yang lama, makanya sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi bahwa nabi pulang dalam waktu itu juga.


Pada kesempatan ini kami akan katakan kepada orang ateis yang ada di sini untuk mendengar;


Karena semesta ini ibarat sebuah negri yang sangat teratur, kota yang sangat indah dan istana yang sangat molek; maka tiada keraguan bahwa ia memiliki raja, penguasa dan pembuatnya. Dan karena di sana ada seorang raja yang agung, penguasa yang sempurna dan pembuat yang rupawan, pemilik keagungan dan kesultanan. Dan karena di sana juga ada manusia yang memiliki penglihatan universal, memperlihatkan hubungannya dengan seluruh semesta, negri, kota dan istana tersebut, dan ia juga memiliki hubungan dengan segalanya dengan indra dan akal yang ia miliki. Maka tiada keraguan bahwa pasti ada kaitan dan hubungan spesial antara Pencipta yang agung itu dengan dengan manusia yang memiliki pandangan universal itu, pemilik akal dan kesadaran umum. Pasti juga aka nada dialog suci serta pertemuan yang tinggi dan khusus diantara keduannya.


Karena Muhammad SAW seorang bangsa arab telah memeperlihatkan hubungannya dengan Pencipta dalam bentuk tingkatan paling tinggi dari pada mereka-mereka yang memiliki hubungan yang sama, sejak Adam a.s. sampai ke masa kita ini, seperti ia mempersatukan setengah bumi ini dengan seperlima jenis bangsa manusia di bawah daerah kekuasannya. Juga ia mengubah bentuk semesta secara maknawi lalu meneranginya. Oleh karena itu, mi`raj yang merupakan tingkatan paling tinggi dalam menggabarkan hubungan itu, sangat pantas dan cocok baginya SAW.

 

 

 

 

 

 

 

PONDASI KEDUA

Apa hakikat mi`raj?



264. Page

 

Jawaban; ia adalah gambaran tentang perjalan rohani dari zat Muhammad SAW pada tingkatan kesempurnaan. Allah ta`la telah memperlihatkan pada hambanya yang khusus ini tanda-tanda ketuhanan-Nya lewat nama-nama dan atribut-atribut yang berbeda-beda, yang Ia tampakkan dalam tingkatan-tingkatan makhluknya yang telah Ia ciptakan dalam daerah pengawasan dan penciptaan di kekuasaan ketuhanan-Nya. dan juga dalam tingkatan langit yang merupakan media `Arsy ketuhanan-Nya dan markas pengawasan dalam daerah tersebut. Kemudian Allah memeperjalankan Muhammad dengan kenderaan buraq di lintasan langit bak petir yang melintasi tingkatan-tingkatan langit. Dengan tujuan untuk menajadikan hamba itu mengoleksi seluruh kesempurnaan manusia dan sebagai penampakan dari seluruh manifestasi Tuhan. Juga sebagai contoh bagi seluruh tingkatan semesta. Sebagai penyeru ke kekuasaan Tuhan. Penyampai kerindhoan Tuhan. Pembuka rumusan semesta. Lalu Allah menjadikannya menyaksikan rububiyyah dan ilahiyyah bak rembulan dari rumah ke rumah, dari daerah ke daerah, dan mempertemukannya dengan saudaranya dari kalangan para Nabi yang memiliki tempat di langit dari derah tersebut, satu per satu. Sehingga ia sampai kepada tingkatan qab quaisin, lalu ia mendapatkan kemampuan dari manifestasi keesaan, untuk bisa berbicara dan melihat-Nya.


Hakikat ini bisa dilihat dari kaca mata dua permisalan;


Pertama; sebagaimana yang telah dijelaskan pada “kalimat kedua puluh empat”;

Ibarat para sultan penguasa yang memiliki atribut masing-masing pada setiap daerah kekuasaanya, serta nama dan sifat yang berbeda pada setiap tingkatan rakyatnya, serta nama dan ciri pada setiap tingkatan kekuasaannya. Contohnya; Nama hakim adil pada daerah keadilan. Nama sultan penguasa pada daerah kerajaan. Nama pemimpin tertinggi dalam daerah ketentaraan. Nama khalifah dalam daerah keilmuan. Demikianlah ia memiliki nama-nama dan atribut lainnya. Dan ia juga memiliki pada setiap daerah sebuah kursi dan tempat yang diibaratkan sebagai `Arsy maknawi. Bisa saja bagi satu sultan saja memiliki seribu nama dan seribu atribut pada setiap daerah dari daerah-daerah kekuasaannya. Dan pada setiap tingkatan kenegaraan. Dan bisa saja ia memiliki seribu `Arsy atau singgasana kesultanan yang saling bercampur antara satu dengan lainnya. Seolah-olah penguasa itu ada pada setiap daerah dari daerah-daerah kekuasannya dengan wujud fisik maknawinya. Ia selalu ada dan tahu, seolah-olah ia melihat dan menyaksikan melalui aturan-aturannya, undang-undangnya dan ajudan-ajudannya pada setiap tingkatan, ia dilihat dan melihat. Seolah-olah ia lah yang melakukan pengawasan dan melihat dari balik layar pada setiap tingkatan, melalui indra kekuasan, ilmu dan kekuasannya, ia mengatur dan mengawasi. Pada setiap daerah dari daerah-daerah itu terdapat sebuat markas dan rumah, markas dan rumah itu adalah kumpulan peraturan dari sultan itu yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Begitu pula dengan tingkatannya yang saling terpisah antara satu dengan lainnya.


Maka sultan seperti ini memperjalankan siapa yang ia kehendaki dan ia pilih dari daerah-daerah itu. Ia akan memperlihatkan kepada orang yang ia pilih itu kekuasaan, kebesaran dan keagungannya yang khusus pada setiap daerah. Dan menampakkan kepadanya urusan-urusan kenegaraan. Berjalan-jalan bersamanya dari satu daerah ke daerah lainnya, dari satu tingkatan 

265. Page

ke tingkatan lainnya, sampai akhirnya membawanya bersamanya. Setelah itu ia mempersilahkannya kembali sebagai utusannya yang membawa sebagian urusan-urusan yang bersifat umum dan universal yang berkaitan dengan seluruh daerah-daerah tersebut.

Sebagaimana dalam permisalan ini, maka sesungguhnya Tuhan semesta alam dan Sultan azali dan abadi lebih dalam hal:


Keadaan dan nama-nama yang berbeda-beda pada tingkat ketuhanan-Nya, namun seluruhnya saling terkait.


Dan Ia memiliki nama-nama dan atribut-atribut yang bermacam-macam dalam daerah uluhiyah-Nya.


Dan Ia juga memiliki pengaruh yang berbeda-beda dalam berbagai manifestasi perbuatan-Nya, akan tetapi antara satu dengan lainnya saling melengkapi.


Ia memiliki sifat ketuhanan sangat besar dan mengagungkan yang beraneka ragam atas ciptaan dan karya-Nya yang diwarnai dengan warna berbeda-beda, namun antara satu dengan lainnya saling melihat dan menyaksikan.


Maka berdasarkan atas rahasia ini, Ia telah mengatur alam semesta dengan keteraturan yang sangat menakjubkan; karena di sana terdapat sebuah keteraturan di atas keteraturan lainnya, mulai dari partikel atom yang kecil –yang merupakan tingkatan terkecil dari makhluk- hingga langit.


Dari langit tingkat pertama hingga `Arsy yang besar. Setiap langit berada bak atap bagi alam lainnya, bak arys bagi bagi rububiyah, bak markas bagi perbuatan Tuhan, dan hakikatnya bisa saja terdapat pada setiap tingkatan dan daerah tersebut nama-nama berdasarkan keesaan, manifestasi dengan setiap atributnya. Akan tetapi sebagaimana atribut al-Hakim al-`Adil merupakan dasar yang dominan pada daerah keadilan, dan setiap atribut yang lainnya mengikutnya serta melaksanakan tugas-tugasnya; maka begitu pula pada setiap tingkatan makhluk, dan pada setiap langit nama dan atribut milik Tuhan yang Maha Adil, dan seluruh atribut termasuk di dalamnya.


Contohnya; di langit yang Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Isa as, yang merupakan tempat penampakan bagi nama al-qadir. Sekiranya baginda berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW di langit mana sekalipun maka Allah Taala akan bermanifestasi dengan gelaran al-Qadir di daerah langit itu.


Contohnya: Nama Allah yang paling menonjol di daerah langit yang menjadi maqam Nabi Musa ‘Alaihis Salam adalah atribut al-Mutakallim yang dinampakkan oleh baginda. Begitulah seterusnya. Maka Dzat Muhammad SAW adalah penerima Ismul A’zam (nama yang paling agung). Ini karena kenabiannya bersifat universal dan baginda menerima semua nama. Sudah tentu baginda sangat terkait dengan semua daerah rububiyyah. Sudah tentu pertemuan dengan para Nabi yang merupakan pemilik maqam di daerah-daerah itu dan melintasi semua lapisan-lapisan menunjukkan secara pasti hakikat Isra’ Mi’raj.


266. Page

Contoh kedua; Atribut panglima tertinggi yang merupakan salah satu atribut seorang Sultan muncul dan bermanifestasi pada setiap daerah, bermula dari daerah yang menyeluruh dan luas seperti daerah komandan tertinggi bagi daerah-daerah ketenteraan, hingga di setiap daerah terbatas dan khusus seperti ke daerah kopral.


Contoh: Seorang prajurit melihat contoh atribut panglima tertinggi pada diri kopral lalu dia merujuk kepadanya dan mendapat arahan darinya. Apabila prajurit itu menjadi kopral, maka akan tampak dihadapannya daerah panglima itu pada diri sersan, lalu dia merujuk kepadanya. Kemudian, sekiranya dia menjadi sersan, waktu itu maka akan tampak contoh manifestasi dari panglima itu pada daerah letnan. Sehingga ia memiliki satu bangku khusus untuknya di tempat itu. Begitulah seterusnya. Dia melihat atribut kepanglimaan itu di setiap daerah, mulai dari staf sersan, letnan, pasukan dan koloni menurut ukuran besar dan kecilnya daerah tersebut. Sekarang, sekiranya panglima tertinggi itu ingin menugaskan seorang prajurit biasa dengan tugas yang memiliki hubungan dengan seluruh daerah ketenteraan, jika beliau ingin memberikan pangkat dan kedudukan yang memungkin prajurit itu melihat semua daerah seperti pangakt seorang inspektur. Maka sudah tentu panglima tertinggi itu akan membawa prajurit itu berjalan mulai dari daerah kopral hingga ke daerah paling tinggi satu demi satu, supaya prajurit itu bisa melihat dan juga dilihat. Kemudian beliau akan menjemputnya ke hadapannya lalu memuliakannya dengan mengajaknya berdialog, disamping itu beliau memberikan lencana dan arahan. Lalu setelah itu beliau menghantarnya ke tempat asalnya dalam sekejap waktu.


Dalam perumpamaan tadi, satu poin yang perlu diperhatikan adalah sekiranya raja tidak lemah dan sekiranya ia mempunyai kekuatan pada sudut maknawi sebagaimana seharusnya, maka waktu itu ia tidak akan mewakilkan individu seperti tim, marsekal dan letnan. Raja itu sendiri yang seharusnya akan berada di setiap tempat. Cuma ia memberi arahan secara langsung dari balik sebagian tabir dan di belakang individu-individu pemilik kedudukan di masing-masing tingkatan.


Diriwayatkan bahwa sebagian Sultan yang merupakan pemimpin yang sempurna melakukan urusannya di banyak daerah sebagai beberapa orang individu.


Hakikat yang kita perhatikan melalui perumpamaan ini pula: Oleh sebab tiada kelemahan pada diri sultan itu, maka perintah dan ketetapan di setiap daerah datang secara langsung dari panglima tertinggi dan melalui arahan, kehendak dan kekuatannya.


Melalui perumpamaan ini, terlihat perintah-perintah dan urusan-urusan pemerintahan bagi Penguasa langit dan bumi, Pemilik urusan Kun Fayakun dan Sultan Azali dan Abadi yang merupakan Ketua Pemimpin Mutlak yang berlaku di dalam lapisan makhluk-Nya dan dituruti dengan penuh ketaatan dan susunan. Terlihat juga satu demi satu daerah rububiyyah dan tingkatan Hakimiyyah (kekuasaan) dalam bentuk yang berbeda-beda tetapi terkait antara satu sama lain, pada lapisan makhluk dan kelompok eksistensi, baik yang kecil atau besar, parsial atau universal, yang terdiri dari partikel kecil hingga dalam bentuk planet ,dan dari lalat hingga langit.


267. Page

Sekarang, sudah pasti akan berlaku satu perjalanan dan pengembaraan ke tingkatan dan daerah-daerah itu oleh seseorang yang boleh memahami maksud-maksud tertinggi dan konsekuensi agung di seluruh alam semesta. Serta untuk memahami apa perkara yang diridhai oleh Dzat itu sehingga menjadi juru dakwah kepada kekuasaan-Nya dengan melihat tugas ubudiyyah yang berbeda-beda bagi semua tingkatan sambil menyaksikan kekuasaan rububiyyah dan kehebatan kekuasaan Dzat Teragung. Sehingga pada akhirnya dia boleh memasuki ‘`Arsy teragung yang merupakan lambang daerah teragung-Nya, sampai ke Qaaba Qausain (dua tanda kurungan); yakni dia akan memasuki maqam yang diwakilkan dengan Qaaba Qausain, antara kemungkinan dan kepastian. Dan dia akan bertemu dengan Dzat Dzul Jamal. Maka perjalanan tarbiah rohaniah inilah hakikat Isra’ Mi’raj.


Sebagaimana terdapat perjalanan secepat khayalan melintasi akal bagi setiap manusia, pengembaraan yang secepat kilat menerusi hati bagi setiap wali, ulang-alik secepat roh pada setiap malaikat yang memiliki tubuh nurani dari langit ke bumi, dan dari bumi ke langit. Dan kecepatan secepat Buraq pada penghuni surga melintasi mahsyar menuju surga sejauh lebih lima ratus tahun. Maka tubuh Muhammad SAW adalah peti perlengkapan dan objek bagi tugas-tugas yang tidak terhitung milik ruh Muhammad SAW, tubuhnya bak cahaya atau mirip dengan cahaya, dan lebih halus dari pada hati para wali, lebih ringan dari pada roh mereka yang telah mati dan tubuh malaikat dan lebih lembut dari pada jasad bintang, dan tubuhnya adalah tubuh percontohan. Tubuh itu akan pergi menemani ruhnya yang agung sampai ke ‘`Arsy.


Sekarang kami memandang kepada si ateis yang berada di tempat pendengar. Terlintas di hati bahwa si ateis itu berkata dari hati: “Aku tidak mengenal Allah, tidak tahu Rasul maka bagaimanakah aku akan mempercayai Isra’ Mi’raj?”


Maka kami jawab: “Karena alam semesta dan eksistensi ini ada, dan terdapat perbuatan dan pewujudan di dalamnya; dan karena satu perbuatan yang tersusun tidak mungkin tiada pelaku, sebuah kitab yang penuh makna tidak mungkin tiada penulis dan ukiran yang berseni tidak mungkin tiada pengukir. Maka sudah tentu terdapat pelaku bagi perbuatan penuh kebijaksanaan yang memenuhi alam semesta ini dan terdapat penulis dan pengukir bagi tulisan yang bermakna pada ukiran muka bumi yang mengkagumkan yang diperbaharui musim demi musim.


Bahkan karena eksistensi dua pemimpin dalam satu pekerjaan akan merusak susunan kerja itu sendiri; dan karena terdapat susunan yang sempurna mulai dari sayap lalat hingga pelita langit. Maka, semua ini menunjukkan bahwa pemimpin itu adalah satu. Jika bukan satu, karena kesenian dan hikmah pada setiap benda sangat menakjubkan, maka perlu adanya pencipta benda-benda itu yang berkuasa kepada semua benda dan dia perlu menjadi yang paling berkuasa secara mutlak, yang boleh mengetahui semua benda. Justru jika tidak satu, maka perlu ada tuhan sejumlah eksistensi yang ada. Yang mengakibatkan tuhan-tuhan itu saling bertentangan dan bersaing antara satu dengan yang lain. Dan dalam kondisi seperti ini, sangat-sangat mustahil sampai ratusan ribu kali jikalau tatanan yang menakjubkan ini tidak akan rusak.


Malah bila melihat dengan jelas bagaimana tingkatan eksistensi itu bergerak dengan satu arahan yang seribu kali lebih tersusun dibandingkan dengan sebuah pasukan tentara. Mulai dari pergerakan yang tersusun pada bintang, matahari dan bulan hingga pada bunga-bunga 

268. Page

kacang almond; dimana setiap kelompok menampakkan lencana-lencana, pakaian seragam, baju-baju indah yang telah diberikan oleh al-Qadirul Azali. Serta pergerakan-pergerakan yang telah ditentukan oleh-Nya dalam bentuk yang sangat tersusun dan sangat sempurna. Sehingga tatanan ini adalah seribu kali lebih tersusun dibandingkan dengan pasukan tentera. Oleh karena itu eksistensi alam semesta ini memiliki Pemimpin Mutlak dibalik tirai ghaib yang mereka taati dan laksanakan perintah-Nya –jalla jalaaluhu-.

Dikarenakan al-Hakim atau pemimpin itu adalah Sultan Dzul Jalal melalui dengan bukti kebijaksanaan yang dilakukan-Nya, dan melalui kesan-kesan kehebatan yang diperlihatkan-Nya; maka melalui karunia yang diperlihatkan-Nya, Dia ialah Tuhan yang sangat Rahim. Itu terlihat dari hasil-hasil kesenian-Nya yang indah, Dia adalah as-Sani’ yang sangat berseni dan sangat mencintai hasil seni-Nya. Melalui perhiasan yang diperlihatkan-Nya dan hasil seni-Nya yang membangkitkan ketakjuban. Dia adalah al-Khaliqul Hakim yang hendak menarik pandangan pujian dari makhluk yang berakal kepada karya-karya-Nya. Dapat dipahami bahwa Dia ingin memberitahukan tentang apakah maksud perhiasan yang mengherankan akal yang diperlihatkan-Nya pada penciptaan alam dan dari manakah makhluk datang dan ke manakah ia akan pergi berdasarkan hikmah rububiyyah-Nya. Sudah tentu al-Hakimul Hakim dan as-Sani’ul ‘Alim ini ingin memperlihatkan rububiyyah-Nya.


Bahkan dikarenakan Dia juga ingin memperkenalkan dan menjadikan diri-Nya dicintai oleh makhluk yang berperasaan melalui kesan-kesan kesantunan, belas kasihan dan keajaiban hasil seni yang telah diperlihatkan-Nya sampai pada tahap ini, sudah tentu Dia akan memberitahu apakah hasrat-hasrat-Nya dari makhluk yang berperasaan dan apakah yang diridhai-Nya dari mereka melalui perantaraan seorang utusan.


Oleh karena itu, dengan menentukan seseorang dari kalangan makhluk yang berakal, Dia akan mengumumkan rububiyyah-Nya melalui orang yang terpilih sebagai utusan itu. Untuk memamerkan hasil seni yang disukai-Nya, Dia memuliakan seorang juru dakwah ke sisi-Nya, lalu akan menjadikannya sebagai perantara untuk memamerkan dan menampakkan kesempurnaan-Nya dengan memberitahu tentang maksud-maksud tinggi-Nya kepada semua makhluk berakal, Dia akan memilih seorang guru.


Dan Ia tidak akan membiarkan rahasia yang dirumuskan-Nya di alam semesta ini dan misteri rububiyyah yang disembunyikan-Nya pada eksistensi itu, menjadi tidak bermakna. Oleh karena itu, tidak boleh tidak, Dia harus memilih seorang pembimbing. Dan untuk tidak membiarkan keindahan seni yang telah diperlihatkan-Nya dan telah disebarkan-Nya sebagai tontonan mata, menjadi tidak berfaedah dan sia-sia; maka Dia harus menentukan seorang penunjuk jalan yang akan mengajarkan tentang maksud-maksud dari pada semua itu. Dan untuk menyampaikan apa yang diridhoi-Nya kepada makluk-makhluk yang berperasaan, Dia akan menaikkan seseorang ke maqam yang melewati semua makhluk berakal, memberitahu kepadanya apa yang diridhoi-Nya dan kemudian menyampaikannya kepada mereka.


Karena hakikat dan hikmah mengharuskan seperti itu, dan Saidina Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam adalah yang paling layak untuk tugas tersebut; kerana secara jelas, baginda memang telah benar-benar melaksanakan tugas-tugas itu dalam bentuk paling sempurna. Alam Islam yang telah dibinanya dan nur keislaman yang telah diperlihatkannya adalah saksi yang 

269. Page

adil dan benar. Oleh karena itu, baginda Shallallahu `alaihi wa sallam itu perlu naik secara langsung ke atas seluruh alam semesta, melintasi semua eksistensi dan sampai ke sebuah maqam agar baginda bisa berdialog secara umum, tinggi dan menyeluruh dengan Sang Pencipta seluruh makhluk. Maka, Mi’raj juga memberikan faedah tentang hakikat ini.

Hasilnya: Dikarenakan Dia telah membina, mengatur dan menghias alam semesta yang luas ini untuk maksud-maksud yang sangat agung dan tujuan-tujuan yang sangat besar seperti maksud-maksud yang telah disebutkan sebelumnya. Dan dikarenakan terdapat bangsa manusia yang akan melihat rububiyyah umum ini dengan segala perinciannya dan kekuasaan uluhiyyah ini dengan segala hakikatnya, yang ada pada eksistensi ini. Maka sudah tentu al-Hakimul Mutlaq itu akan berdialog dengan manusia itu dan akan memberitahu maksud-maksud-Nya.


Dikarenakan setiap insan tidak boleh naik ke maqam yang paling tinggi kerana tidak dapat menyucikan diri mereka dari perkara-perkara yang parsial dan keji, dan tidak dapat menjadi penerima pesan universal dari al-Hakim itu. Maka sudah sepantasnya dari kalangan manusia itu ada beberapa orang tertentu yang akan ditugaskan dengan tugas itu, agar terwujud hubungan dari kedua sisi.


Yang terpilih itu juga semestinya manusia, supaya dia menjadi guru bagi manusia. Dia juga sepatutnya sangat tinggi dari sudut kerohanian supaya dia bisa menerima khitab atau pesan secara langsung. Sekarang, dikarenakan dari kalangan manusia ini orang yang telah memberitahu tentang maksud-maksud Pencipta alam semesta ini, menjabarkan rahasia alam semesta ini, membuka misteri penciptaan dalam bentuk paling sempurna dan menjadi juru bicara kepada keindahan kekuasaan rububiyyah dengan cara yang paling sempurna adalah sosok Saidina Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam. Maka sudah tentu ia akan menjalani sebuah perjalanan maknawi diantara para individu-individu bangsa manusia; ia akan mendapatkan Mi’raj yang bagaikan perjalanan dan penjelajahan di alam jasmani. Dia akan melewati berbagai tingkatan sehingga sampai ke sebalik tirai Asmaul Husna, manifestasi sifat dan perbuatan dan dimensi eksistensi yang digambarkan sebagai tujuh puluh ribu tabir.


Maka inilah dia Mi’raj.


Dan terlintas dalam benak:

Wahai pendengar! Kamu berkata dalam hatimu: “Bagaimana aku bisa percaya, apa guna bertemu dengan Rabb dengan menempuhi jarak ribuan tahun dan melintasi tujuh puluh ribu tabir, padahal keberadaan-Nya lebih dekat dari semua benda?”


Maka kami pun berkata:

“Allah Taala adalah lebih dekat kepada semua benda dari pada semua benda itu sendiri. Tetapi, semua benda itu adalah sangat jauh dari-Nya secara mutlak. Sebagai contoh, jika matahari ada perasaan dan suara, ia boleh berbicara denganmu melalui perantaraan cermin di tanganmu. Ia boleh bertindak seperti yang ia mahu padamu. Bahkan walaupun ia lebih dekat kepadamu dibandingkan pupil matamu sendiri yang seperti cermin itu. Faktanya, kamu itu sejauh empat ribu tahun darinya. Kamu tidak akan mungkin dapat menjangkaunya dari sisi manapun. 

270. Page

Sekiranya kamu naik lalu sampai ke maqam bulan lalu naik ke titik pertemuan dengannya secara langsung, kamu hanya bisa bertindak sebagai pemegang cermin. Seperti itu juga, walaupun Dzat Dzul Jalal yang merupakan Mentari Azali dan Abadi adalah lebih dekat kepada semua benda dari pada semua benda itu sendiri, namun hakikatnya semua benda itu adalah sangat jauh dari-Nya. Hanya bagi mereka yang mampu melewati semua eksistensi, keluar dari perkara-perkara parsial, melintasi ribuan hijab, melewati satu demi satu dimensi-dimensi universal, sampai ia mendekati nama yang universal bagi semua eksistensi dapat dihampiri. Maka ia telah melangkaui banyak dimensi yang lebih jauh dari itu, sehingga dia dimuliakan dengan sejenis taqarrub (kedekatan).


Contohnya lagi: Seorang prajurit sangat jauh dari pribadi maknawi dari sosok panglima tertinggi. Prajurit itu melihat panglima itu dari jarak yang sangat jauh dari balik banyak tabir maknawi. Ia melihat melalui sebuah contoh kecil yang dilihatnya pada diri seorang kopral panglima itu. Adapun kedekatannya yang hakiki dengan pribadi maknawi itu mengharuskannya melewati berbagai tingkatan yang sangat banyak. Seperti tingkatan staf sersan, kapten dan mayor. Sedangkan panglima tertinggi itu berada di sisi prajurit itu dan bisa melihatnya melalui perintah, undang-undang, pandangan, ketetapan dan ilmunya secara zahir, begitu pula secara maknawi.


Oleh karena hakikat ini telah ditegaskan dengan sebuah penegasan yang pasti di “Kalimah Keenam Belas”, maka kami meringkaskannya sampai di sini sahaja.”


Terlintas juga di benak;

Bahwa kamu berkata dari hatimu: “Aku mengingkari eksistansi langit dan tidak mempercayai malaikat, maka bagaimana aku bisa mempercayai seseorang berselancar di langit dan bertemu dengan para malaikat?”


Ya, pasti susah untuk menerangkan dan memperlihatkan sesuatu kepada orang-orang yang akalnya telah turun ke matanya dan hijab telah menutup matanya seperti kamu. Akan tetapi kebenaran sangat terang bahkan sampai-sampai bisa dilihat oleh orang buta.

Berdasarkan hal itu, maka kami jawab:


“Hal yang disepakati adalah ruang angkasa yang tinggi dipenuhi dengan materi gas. Semua benda-benda berterbangan dengan halus seperti cahaya, elektrik dan suhu. Yang mengisyaratkan kepada eksistensi unsur-unsur yang memenuhi ruang angkasa itu. Sebagaimana buah-buahan menunjukkan pokoknya, bunga-bunga menunjukkan halaman hijaunya, benih-benih menunjukkan ladangnya, ikan menunjukkan lautannya secara jelas, bintang-bintang itu juga secara jelas menunjukkan eksistensi tempat tumbuh, ladang, laut serta padang rumputnya ke mata akal.      


Dikarenakan terdapat binaan yang berlainan di alam tinggi, maka terlihat pula undang-undang yang berbeda-beda dalam keadaan yang berlainan. Sehingga langit yang merupakan sumber undang-undang itu juga menjadi berlainan. Sebagaimana terdapat juga tubuh maknawi seperti akal, hati, roh, khayalan dan daya ingatan selain dari pada tubuh fisik pada insan, sudah tentu 

271. Page

terdapat alam-alam lain selain alam jasmani dalam alam yang merupakan manusia terbesar di alam semesta yang merupakan pohon bagi buah manusia ini. Malah terdapat langit di setiap alam, mulai dari alam bumi sehingga alam surga.”


Sedangkan tentang malaikat, kami katakan:

“Kehidupan dan akal –yang keduanya merupakan sesuatu paling bernilai dan bercahaya diantara eksistensi- dalam bentuk yang tidak terkira dan terbatas terdapat dalam bola bumi yang ukurannya pertengahan bila dibandingkan dengan kalangan planet lain, dan kecil dan berat bila dibandingkan dengan bintang-bintang. Sudah tentu jika dibandingkan dengan bumi yang ibarat sebuah rumah gelap ini, bintang-bintang yang ibarat mahligai-mahligai berias dan istana-istana sempurna, serta langit yang merupakan lautan bebintang; adalah kediaman bagi para malaikat dan makhluk-makhluk roh yang berakal, bernyawa, banyak dan berlainan jenis.


Oleh sebab kewujudan dan bilangan langit dalam ayat [ثُمَّ اسْتَوَى اِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّيهُنَّ سَبْعَ سَمٰوَاتٍ] (Kemudian Dia (Allah) tinggi di atas langit dan menjadikannya tujuah lapisan langit) (Q.S. Al-Baqarah: 29) telah ditetapkan dalam buku tafsirku yang berjudul Isyaratul I’jaz dalam bentuk yang sangat jelas. Dan karena kami telah menetapkan eksistensi malaikat dalam “Kalimah Kedua Puluh Sembilan” dengan meyakinkan seyakin dua kali dua sama dengan empat, maka kami meringkaskannya sampai di sini sahaja.”


Hasilnya: Eksistensi langit yang telah menjadi asas bagi benda-benda halus seperti elektrik, cahaya, suhu dan gravitasi yang telah dijadikan dari materi gas dan melalui isyarat dalam Hadith اَلسَّمَاءُ مَوْجٌ مَكْفُوفٌ (langit adalah gelombang yang dikelilingi) telah menjadi pembantu kepada pergerakan planet dan bintang dan tujuh lapisan dalam keadaan dan binaan yang berlainan. Ia laksana atap alam bagi setiap satu peringkat dari galaksi langit yang dinamakan Bima Sakti hingga ke planet yang paling dekat, dari alam bumi sehingga ke alam barzakh, ke alam nyata, seterusnya ke alam akhirat masing-masing. Semua ini adalah wajar dan dapat diterima dari segi hikmah dan akal.


Terlintas juga di hati: Wahai Ateis! Kamu berkata: “Sah-sah saja untuk naik setinggi satu atau dua kilometer menggunakan kapal terbang walaupun menghadapi seribu kesusahan. Namun bagaimanakah seorang insan dengan tubuhnya bisa pergi dan pulang dengan menempuh jarak ribuan tahun dalam tempo beberapa menit?”


Maka kami pun berkata: “Fisik yang berat seperti bumi, menurut ilmu sains yang kalian peroleh, berdasarkan pergerakan tahunannya, menempuh jarak sejauh lebih kurang seratus delapan puluh delapan jam dalam masa satu menit, yakni ia menghabiskan perjalanan sejauh lebih kurang dua puluh lima ribu tahun dalam masa setahun.


Maka apakah mustahil bagi al-Qadir Dzul Jalal yang telah mampu untuk menjadikan pergerakan tersusun ini untuk bumi lalu memutarnya seperti batu di katapel; mampu untuk membawa seorang insan ke ‘`Arsy-Nya? bukankah sebuah hikmah bahwa yang memperjalankan fisik bumi yang sangat berat di sekeliling matahari seperti Maulawi (pengikut tariqat Maulana ar-Rumi) melalui kanun Rabbani yang dinamakan gravitasi matahari, mampu untuk menaikkan sekujur 

272. Page

tubuh insan dengan gravitasi rahmat dan pengaruh kecintaan Mentari Azali ke ‘`Arsy ar-Rahman seperti kilat?


Terlintas lagi di benak bahwa kamu berkata:

“Baiklah, dia boleh naik tetapi mengapa melalui proses mi`raj? Apakah perlunya? Bukankah jika baginda pergi dengan roh dan hati seperti para wali sudah mencukupi?”


Maka kami pun berkata:

“Dikarenakan Pencipta Dzul Jalal ingin memperlihatkan tanda-tanda-Nya yang ajaib di alam malaikat dan kerajaan-Nya, Dia ingin mempertontonkan laboraturium dan sumber alam ini serta menunjukkan efek ukhrawi amalan manusia; sudah tentu baginda harus membawa bersamanya ke `Arsy, kedua matanya yang merupakan anak kunci alam penglihatan dan kedua telinganya yang mengecek tanda-tanda di alam pendengaran. Dan juga sebuah keharusan secara akal dan hikmah, baginda membawa tubuh mulia baginda yang ibarat mesin alat-alat serta kelengkapannya yang menjadi pusat dari kerja-kerja roh yang tidak terhingga, secara bersama sampai ke `Arsy.


Sebagaimana hikmah Ilahi menjadikan tubuh sebagai sahabat kepada roh di syurga karena tubuh adalah dasar dari tugas ubudiyyah yang sangat banyak dan yang merasakan kelazatan dan kesakitan yang tidak terhingga. Maka sudah seharusnya jasad yang berkah itu akan menjadi teman bagi ruh. Dikarenakan tubuh dan ruh pergi ke syurga bersama-sama, sudah tentu penyertaan baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam bersama tubuh mulia baginda yang naik ke Sidratul Muntaha yang merupakan dasar syurga al-Ma’wa adalah inti dari hikmah itu sendiri.”


Terlintas juga di benak bahwa kamu berkata:

“Sesungguhnya, menempuh jarak ribuan tahun dalam beberapa menit adalah mustahil menurut akal.”


Maka kami berkata:

“Sesungguhnya pergerakan dalam karya seni Pencipta Dzul Jalal adalah sangat berbeda. Sebagai contoh: Dimaklumi bahwa kecepatan suara dengan kecepatan cahaya, elektrik, ruh dan khayalan, sangat berbeda. Pergerakan planet juga menurut ilmu sains, sangat berlainan sehingga menyebabkan akal keheranan.


Maka apakah terkesan bertentangan dengan akal apabila tubuh yang lembut yang mengikut pada ruhnya, bergerak dengan kecepatan tinggi ketika mi`raj?

Sekiranya kamu tertidur sepuluh minit, kadang-kadang kamu bisa menghadapi keadaan setahun penuh dalam keadaan terjaga. Bahkan dalam dalam mimpi selama satu menit, sekiranya kata-kata yang didengar dan kalimah yang diucapkan selama mimpi itu dikumpulkan ditulis dan diceritakan, maka itu bisa memerlukan masa satu hari di alam jaga bahkan lebih 

273. Page

lama. Artinya bisa saja terjadi bahwa satu tempo masa yang sama pada dua orang manusia, ibarat satu hari bagi salah seorangnya atau satu tahun kepada yang seorang lagi.


Amatilah makna tersebut melalui perumpamaan berikut: Untuk mengukur kecepatan pergerakan yang memperlihatkan perbedaan pergerakan manusia, pergerakan peluru meriam, suara, cahaya, elektrik, roh dan khayalan; maka kita mengandaikan sebuah jam seperti berikut: Pada jam itu terdapat sepuluh jarum. Pertama menunjukkan jam. Kedua menunjukkan menit dalam putaran yang enam puluh kali lebih luas dari pada jarum pertama. Ketiga, dalam daerah yang enam puluh kali lebih luas dari yang kedua. Keempat, dalam daerah yang enam puluh kali lebih luas dari yang ketiga. Begitulah seterusnya, terdapat jarum-jarum yang akan mengira keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan sampai kepada kesepuluh dalam bulatan besar yang sangat tersusun. Sekiranya bulatan jarum yang mengira jam itu adalah sebesar jam kita yang kecil, kemungkinan besar bulatan jarum yang menghitungan hitungan jarum kesepuluh adalah sebesar putaran setahun bumi bahkan bisa lebih besar lagi.


Sekarang, kita andaikan ada dua orang. Yang pertama, ibaratkan dia telah menaiki jarum yang menghitung jam, maka dia bergerak menurut kecepatan pergerakan jarum itu. Sedangkan yang seorang lagi ibaratkan telah menaiki jarum yang mengira hitungan jarum ke sepuluh. Maka benda-benda yang disaksikan oleh dua orang ini dalam satu masa yang sama, mempunyai perbedaan-perbedaan yang halus menurut apa yang telah disaksikan, sebagaimana perbedaan diantara perkiraan putaran tahunan bumi dengan jam kita.


Dikarenakan masa adalah ibarat warna, rona atau pita rekaman bagi pergerakan, maka satu ketetapan yang berlaku pada pergerakan akan turut berlaku pada masa. Maka dari pada itu, pandangan kita dalam satu jam, padalah dalam pandangan orang berakal yang menaiki jarum yang menghitung jam pada jam tertentu, dan hakikat umurnya juga adalah sebanyak itu. Maka seperti orang yang menaiki jarum yang menunjukkan hitungan kesepuluh, pada masa yang sama, Rasul Shallallahu `alaihi wa sallam yang pada masa yang telah ditentukan itu menunggang buraq dengan taufiq Ilahi. Lalu melintasi semua daerah mumkinat (kemungkinan) seperti kilat, melihat keajaiban alam malaikat dan kerajaan Allah, lalu naik ke titik daerah kewajiban. Lalu dimuliakan dengan dialog dan dianugerahkan untuk melihat keindahan Ilahi. Kemudian baginda menerima firman-Nya lalu kembali lagi ke tugas awal beliau. Dan benar saja beliau telah kembali.


Terlintas juga di benak bahwa kalian berkata:

“Ya, hal itu bisa terjadi dan itu adalah mungkin. Tetapi setiap kemungkinan tidak semestinya berlaku. Apakah ada permasalahan serupa sehingga bisa diterima? Bagaimana bisa sebuah kejadian dinilai berdasarkan kemungkinan terjadi tanpa ada kejadian serupa?”


Maka kami pun berkata:

“Yang serupa dengan kejadian itu sangat banyak sehingga tidak dapat dihitung. Sebagai contoh: Setiap yang memiliki penglihatan bisa naik dari bumi sampai ke planet Neptun dengan penglihatanya dalam masa satu saat. Setiap yang berilmu pergi menggunakan akalnya dengan undang-undang astronomi lalu pergi sampai ke sebalik bintang dalam masa semenit. Setiap 

274. Page

yang beriman menuangkan pikirannya dalam seubah perbuatan dan rukun-rukun Sholat, lalu mencampakkan alam semesta ke belakangnya dengan sejenis Mi’raj, hingga sampai ke hadapan-Nya. Setiap pemilik hati nurani dan wali yang sempura, boleh meningkat dengan perjalanan rohaninya melalui perantara `Arsy dan daerah nama dan sifat dalam masa empat puluh hari. Bahkan berdasarkan sebuah kabar yang benar, Mi’raj ruhani sampai ke `Arsy bagi sebagian orang seperti Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan Imam Rabbani[1] terjadi dalam masa semenit. Di samping itu juga terdapat kejadian pulang pergi para malaikat yang merupakan fisik cahaya, dari langit ke bumi hanya dalam tempo yang singkat. Ahli Surga juga naik ke taman-taman Surga dari Mahsyar dalam tempo yang singkat.


Tidak diragukan lagi, bahwa contoh-contoh sebanyak ini menegaskan eksistensi Mi’raj yang merupakan dasar dari perjalandan suluk yang sesuai dengan zat baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam yang merupakan Sultan seluruh wali dan Imam seluruh mukmin, serta pemimpin segenap ahli Surga, dan yang diterima oleh semua malaikat.


Inilah inti dari hikmah yang sangat masuk akal, dan ini merupakan fakta tanpa ada keraguan dan kerancuan di dalamnya.

 

 

 

 

 

 

 

 



















 

 


[1] Imam Rabbani, dia adalah Ahmad bin Abdul Ahad as-Sirhindi al-Faruqi.



275. Page

PONDASI KETIGA

 Apakah Hikmah Mi’raj?

 

Jawaban:

 Hikmah Mi’raj adalah sangat tinggi sehingga akal manusia tidak mampu mencapainya. Ia sangat dalam sehingga akal manusia tidak dapat mencapainya. Ia sangat kecil dan halus sehingga akal sendirian tidak dapat melihatnya. Tetapi walaupun sekiranya hakikat-hakikatnya tidak dapat diketahui melalui sebagian isyarat, namun eksistensinya bisa diketahui sebagaimana berikut ini:


Pencipta alam semesta ini menerangkan tujuan-tujuan Ilahi atas nama semua yang mempunyai akal, memberitahukan, menyaksikan dan mempersaksikan keindahan hasil seni-Nya dan kesempurnaan rububiyyah-Nya pada cermin makhluk; maka Dia mengangkat seorang yang unggul sebagai penerima titah-Nya melalui proses Mi’raj yang ibarat kabel penghubung dari ujung dimensi berbilang hingga ke awal dimensi keesaan. Hal ini untuk memperlihatkan cahaya keesaan-Nya dan manifestasi keahadan-Nya di dimensi berbilang ini, atas nama seluruh makhluk.


Malah Pencipta alam memiliki keindahan dan kesempurnaan yang tidak berpenghujung berdasarkan persaksian karya-karya ciptaan-Nya. Keindahan dan kesempurnaan, kedua-duanya merupakan perkara yang dicintai secara substansinya. Oleh karena itu, Pemilik keindahan dan kesempurnaan itu memiliki rasa cinta yang tidak berpenghujung bagi keindahan dan kesempurnaan dzat-Nya sendiri. Rasa cinta-Nya yang tidak berpenghujung itu pula menjelma pada ciptaan-Nya dalam banyak bentuk. Dia menyayangi ciptaan-Nya kerana Dia melihat keindahan dan kesempurnaan-Nya di dalam ciptaan-Nya itu. Yang paling disayangi dan paling tinggi kedudukan di sisi-Nya dari kalangan ciptaan adalah benda hidup. Yang paling disayangi dan paling tinggi kedudukan di sisi-Nya dari kalangan benda hidup adalah makhluk yang mempunyai akal. Manakala yang paling disayangi di sisi-Nya dari kalangan makhluk berakal dari segi kekomplitannya ada diantara kalangan manusia. Maka manusia yang paling disayangi adalah manusia yang persiapannya telah ditemukan secara keseluruhan dan bisa memperlihatkan contoh-contoh kesempurnaan yang tersebar dan menjelma pada semua ciptaan.


Maka dari pada itu, untuk melihat semua jenis manifestasi rasa cinta yang bertebaran pada semua eksistensi di satu titik dan cermin. Dan untuk memperlihatkan segala jenis keindahan-Nya melalui rahasia keesaan. Maka Pencipta eksistensi menyantuni dengan kalam-Nya seseorang yang berada di tahap sebiji buah bercahaya dari pohon penciptaan dan hatinya ibarat sebiji benih yang mengandung hakikat-hakikat asas pohon itu, serta menugaskannya dengan firman-Nya melalui Mi’raj yang ibarat kabel penghubung dari benih yang merupakan permulaan, sampai menjadi buah yang merupakan akhir dari maksud. Ini juga untuk memperlihatkan kecintaan Allah kepada baginda Shallallahu `alaihi wa sallam atas nama seluruh alam semesta, untuk membawanya ke sisi-Nya, untuk memuliakannya dengan melihat 

276. Page

keindahan-Nya dan untuk menyebarkan keadaan suci yang ada pada baginda kepada yang lainnya.


Sekarang, untuk melihat hikmah yang tinggi ini kita akan menelusurinya melalui dua kaca mata perumpamaan:


Perumpamaan Pertama:

Sebagaimana telah diterangkan secara terperinci dalam cerita perumpamaan pada Kalimah Kesebelas. Yaitu sekiranya seorang Sultan yang mulia mempunyai khazanah yang sangat banyak dan pada khazanah-khazanah itu terdapat bermacam jenis permata yang sangat banyak, malah mempunyai kemahiran dalam seni-seni yang mengagumkan, memiliki pengenalan dan pengetahuan yang luas tentang ilmu-ilmu ajaib yang tidak terkira dan menguasai ilmu dan maklumat tentang ilmu-ilmu unggul yang tidak terkira. Maka menurut rahasia bahwa semua pemilik keindahan dan kesempurnaan ingin melihat dan memperlihatkan keindahan dan kesempurnaannya sendiri, sudah tentu Sultan yang berilmu itu juga ingin membuka sebuah panggung tempat pertunjukan-pertunjukan ditampilkan di dalamnya. Ini bertujuan agar baginda dapat menampakkan dan memperlihatkan kehebatan kesultanannya, kegemilangan perbendaharaannya, keluarbiasaan hasil seninya dan keajaiban makrifahnya kepada pandangan rakyat, sehingga baginda dapat menyaksikan keindahan dan kesempurnaan maknawinya melalui dua sisi.


Pertama: baginda melihat secara langsung dengan pandangannya yang jeli setiap detail urusan. Dan sisi yang satu lagi adalah baginda memandang melalui pandangan pihak lain.

Berdasarkan hikmah itu, baginda mulai membangun sebuah istana yang besar, megah dan luas. Baginda membaginya menjadi bilik-bilik dan ruang dengan cara yang luar biasa. Baginda menghiasinya dengan perhiasan khazanahnya yang bermacam-macam dan meriasnya dengan hasil seni tangan keseniannya sendiri yang paling indah dan paling halus. Baginda menyusunnya dengan ilmu dan hikmahnya yang paling teliti. Kemudian, baginda melengkapkan dan menyempurnakannya dengan kesan kehebatan ilmunya. Selepas itu baginda menghidangkan hidangan yang sesuai kepada setiap kelompok dengan berbagai nikmat dan makanan yang lezat. Kemudian baginda menyediakan satu jamuan umum. Untuk memperlihatkan kesempurnaan dirinya kepada rakyatnya, baginda menjemput mereka datang ke jamuan itu. Kemudian baginda menjadikan seseorang sebagai pesuruhnya yang paling mulia. Baginda menjemputnya naik dari tingkat dan ruang bawah ke tingkat atas. Baginda membawanya berjalan dari satu bilik ke satu bilik, dari satu tingkat ke satu tingkat. Sambil memperlihatkan mesin-mesin dan laboraturium ciptaannya yang menakjubkan, dan khazanah-khazanah pencapainya yang datang dari bawah. Baginda membawanya sehingga ke ruangan khusus baginda. Baginda memuliakan orang itu dengan cara menerimanya di sisinya seraya memperlihatkan diri baginda yang merupakan sumber kesempurnaan itu. Baginda memberitahukan hakikat-hakikat istana dan kesempurnaan diri baginda kepadanya. Baginda melantiknya sebagai penunjuk jalan kepada khalayak ramai lalu menghantarnya pulang. Ini supaya pesuruhnya itu memperkenalkan pendiri istana itu kepada penghuninya lewat isi, ukiran dan keajaiban istana itu. Juga supaya dia memberitahu tentang simbol-simbol pada ukiran-ukiran istana itu, mengajarkan isyarat-isyarat kesenian di dalamnya, memperkenalkan 

277. Page

“apakah ia hiasan yang tersusun dan ukiran yang seimbang di dalamnya?” dan “bagaimanakah kesempurnaan dan kemahiran pemilik istana ini diperlihatkan?” kepada mereka yang masuk ke dalam istana itu. Dan supaya dia memberitahukan tentang adab masuk dan tatacara berjalan. Dan mengajarkan tentang tata krama untuk memuliakan Sultan berilmu dan berkuasa yang tidak kelihatan, tentang apa yang diridhoi dan diinginkannya.


Begitu pula halnya –dan milik Allah permisalan yang paling tinggi- bahwa Pencipta Dzul Jalal yang merupakan Sultan Azali dan Abadi juga ingin melihat dan memperlihatkan kesempurnaan dan keindahan-Nya yang tiada tandingan. Maka Dia telah menjadikan istana alam ini dalam bentuk yang setiap eksistensi mengakui dan menyatakan kesempurnaan-Nya lewat bahasa yang beranekaragam. Dan memperlihatkan keindahan-Nya melalui isyarat yang sangat banyak. Alam semesta ini memperlihatkan bahwa terdapat begitu banyak harta karun rahasia maknawi pada setiap nama Asmaul Husna. Dan begitu banyak kehalusan-kehalusan yang tersembunyi pada setiap atribut suci-Nya di semua ciptaan-Nya. Dia memperlihatkannya dalam bentuk dimana sejak zaman Nabi Adam sehingga kini, semua ilmu dengan norma-normanya masih mengkaji kitab alam semesta ini. Dan faktanya semua ilmu itu masih belum mampu membaca walaupun sepersepuluh dari sepersepuluh dari makna-makna yang telah diterangkan oleh kitab itu mengenai nama-nama dan kesempurnaan Ilahi, serta apa-apa yang diperlihatkannya dari tanda-tanda-Nya.


Demikian lah bagaimana hikmah yang agung yang memiliki keindahan, keindahan yang memiliki keagungan, serta Pencipta Pemilik Kesempurnaan yang telah membuka istana alam ini ibarat sebuah tempat pameran untuk melihat dan memperlihatkan kesempurnaan dan keindahan maknawi-Nya sendiri. Mengharuskan supaya Dia memberitahu makna ayat-ayat istana itu kepada seseorang supaya makna-makna itu tidak menjadi sia-sia dan tidak bermakna di sisi makhluk di alam dunia ini. Oleh karena itu Dia memperjalankan seseorang dari kalangan makhluk di alam tinggi yang merupakan sumber keajaiban dan gudang-gudang penyimpanan hasil yang ada dalam istana itu. Kemudian meninggikan kedudukan orang itu di atas mereka semua dan memuliakannya dengan kedekatannya di sisi-Nya, memperjalankannya ke Alam Akhirat, menugaskannya dengan banyak tugas seperti seorang guru kepada hamba-hamba-Nya. Juru bicara bagi kesultanan rububiyyah-Nya, penyampai hal-hal yang diridhoi Ilahi dan penafsir ayat-ayat penciptaan di istana alam ini. Pesuruh itu memperlihatkan keistimewaannya melalui tanda-tanda mukjizat. Dia memberitahu dengan titah raja seperti al-Quran bahwa sosok pilihan itu adalah penerjemah khusus dan setia bagi Zat Yang Maha Agung.


Demikianlah kami telah memperlihatkan satu atau dua hikmah dari pada hikmah-hikmah Mi’raj yang sangat banyak sebagai contoh melalui kaca mata perumpamaan. Kalian boleh mengkiaskannya dengan yang lain.


Perumpamaan Kedua:

Seseorang yang berilmu apabila telah mengarang dan menulis sebuah kitab yang menakjubkan menggunakan metodologi khusus, dimana pada setiap lembarannya terdapat hakikat-hakikat seukuran seratus buah kitab, dan pada setiap barisnya terdapat makna-makna yang halus seukuran seratus lembaran, dan pada setiap kalimatnya terdapat hakikat seukuran seratus baris, dan pada hurufnya terdapat makna-makna seukuran seratus kalimah. Lalu seluruh makna 

278. Page

dan hakikat pada kitab itu menunjukkan kepada kesempurnaan maknawi si penulis yang menakjubkan itu. Maka sudah pasti penulis itu tidak akan membiarkan khazanah yang tidak ternilai itu tertutup dan menjadi sia-sia. Sudah pasti dia akan mengajarkan kitab itu kepada sebagian orang agar kitab yang berharga itu tidak menjadi tidak bermakna dan terlantar. Dan juga supaya kesempurnaannya yang tersembunyi menjadi nyata dan menemui kesempurnaannya, serta keindahan maknawinya dapat dilihat. Supaya dia juga merasa gembira dan dapat menggembirakan yang lain. Malah dia akan melatih seseorang yang mampu mengajar tentang kitab yang ajaib itu dengan semua makna dan hakikatnya, mulai lembar pertama hingga lembaran terakhir secara terus menerus.


Sejalan dengan permisalan ini, untuk memperlihatkan kesempurnaan dan keindahan-Nya, Penulis Azali telah menulis alam semesta ini dalam bentuk dimana seluruh eksistensi memberitahukan dan menggambarkan tentang kesempurnaan, nama serta sifat-Nya yang tidak terhingga. Sudah pasti jika makna dari sebuah kitab tidak diketahui, maka kitab itu akan jatuh tidak bernilai. Terlebih lagi apabila kitab yang setiap hurufnya mengandungi ribuan makna, tidak pantas bila nilainya menjadi rendah dan direndahkan. Oleh karena itu, pastinya penulis kitab itu akan memberitahukan tentang maknanya. Dia akan menerangkan sebagiannya berdasarkan persediaan setiap kelompok. Malah Dia akan mengajarkan keseluruhan isinya kepada seseorang yang paling berpengetahuan luas, berperasaan paling universal, memiliki kapabilitas yang paling unggul. Dengan tujuan agar Dia mengajarkannya tentang keseluruhan kitab yang hebat itu beserta hakikat-hakikat yang menyeluruh yang di dalamnya. Hikmah mengharuskan sosok pilihan itu harus melaksanakan perjalan dan suluk yang sangat tinggi. Sehingga Dia perlu memperjalankannya dari dimensi berbilang yang paling ujung yang merupakan lembaran pertama dari kitab itu, hingga dimensi keesaan yang merupakan lembaran terakhir. Dengan demikian kamu bisa –sedikit banyaknya- melihat hikmah-hikmah Isra’ Mi’raj yang tinggi melalui perumpamaan ini.


Sekarang, dengan memandang kepada si ateis yang mendengar kita, kita akan mendengar suara hatinya. Kita akan lihat bagaimana keadaannya.


Terlintas di benak bahwa hatinya berkata:

“Saya sudah mulai bisa percaya tetapi tidak dapat memahami dengan baik. Ada tiga lagi permasalanku.


Pertama: Kenapa Mi’raj yang agung ini terkhusus kepada Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam?


Kedua: Bagaimanakah baginda menjadi benih alam semesta ini? Kalian berkata bahwa alam semesta telah dijadikan dari cahayanya, bahkan merupakan buah yang paling akhir dan paling bercahaya bagi alam semesta. Apakah maksudnya?


Ketiga: Dalam pemaparan kalian yang lalu, kalian menyatakan bahwa baginda telah dimi’rajkan supaya baginda dapat naik ke alam tertinggi serta dapat melihat mesin-mesin dan laboraturium bagi karya-karya di alam bumi serta gudang tempat menyimpan hasilnya. Apakah maksudnya?


279. Page

Jawabaan terhadap permasalahan pertama:

Permasalahan pertama kalian telah dijelaskan secara terperinci dalam tiga puluh kalimah. Namun di sini kami akan memperlihatkan satu intisari ringkas ibarat petunjuk umum kepada kesempurnaan dzat Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam, serta dalil-dalil kenabiannya dan bahwa dia adalah yang paling layak kepada Mi’raj yang agung ini. Penjelasannya sebagai berikut:


Pertama: Walaupun kitab-kita suci seperti Taurat, Injil dan Zabur telah tercemar dengan penyelewengan yang sangat banyak, namun seorang peneliti di zaman ini, seperti Hussin al-Jisri juga telah mengeluarkan seratus empat belas kabar positif yang mempunyai isyarat tentang kenabian Nabi Muhammad Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam dan telah memaparkannya dalam Risalah Hamidiyyah.


Kedua: Berdasarkan fakta sejarah yang sampai kepada kami, bahwa banyak berita prediktif tentang kenabian baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam, seperti pemaparan bahwa baginda adalah Rasul akhir zaman, sebelum kenabian baginda oleh dua orang peramal yang terkenal seperti Syaq dan Satih[1], yang telah diriwayatkan secara benar menurut sejarah.


Ketiga: Ratusan perkara luar biasa yang dinamakan Irhasat Nubuwwah (Ciri-ciri kenabian) seperti peristiwa kejatuhan berhala di sekitar Ka`bah, keretakan Iwan yang terkenal milik Istana Kaisar Persia pada malam kelahiran baginda; merupakan peristiwa terkenal dalam sejarah.


Keempat: Bahwa sirah Nabi dan sejarah telah menetapkan bahwa Nabi Muhammad telah memperlihatkan mukjizat-mukjizat yang hampir mencapai ribuan jumlahnya. Seperti peristiwa baginda memberi minum air yang keluar dari jemari baginda kepada satu pasukan tentara. Dan tangisan dengan suara rintihan seperti unta pada sebatang pohon kurma kering dalam masjid Nabawi dihadapan para jamaah akibat pemindahan mimbar dan berpisah dengan Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam. Dan terbelahnya bulan berdasarkan nas al-Quran [وَانْشَقَّ الْقَمَرُ] (dan telah terbelah bulan).


Kelima: Para peniliti yang objektif dan kritis tidak ragu bahwa berdasarkan kesepakatan sahabat dan musuh, pada diri baginda terdapat akhlak terpuji pada tingkatan yang paling tinggi. Ini terlihat dari seluruh perilakunya, pada tugas dan penyampaiannya yang di dalamnya terdapat budi pekerti tinggi di tingkat yang paling tinggi. Dan juga dapat disaksikan dari keelokan akhlak dalam agama Islam, dan juga pada syariatnya yang mengandung sikap-sikap mulia yang paling tinggi di tingkatan yang paling sempurna.

Keenam: Sesungguhnya baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam yang berada pada kedudukan paling agung telah memperlihatkan ubudiyyah teragung dalam agama pada tahap yang paling terang menurut apa yang dikehendaki oleh Tuhan, serta memperlihatkannya berdasarkan konsekuensi dari hikmah sebagaimana telah diisyaratkan pada “Isyarat Kedua” dari “Kalimah Kesepuluh”.


[1] Julukan dua peramal pada masa jahiliyah yang memberikan kabar gembira tentang kenabian Muhammad SAW.



280. Page

Malah secara jelas baginda jugalah yang telah memperlihatkan dan memperkenalkan keindahan Pencipta alam sampai pada tahap kesempurnaan yang tidak berpenghujung berdasarkan apa yang ingin ditampakkan dan dipaparkan oleh hikmah dan hakikat, melalui suatu wasilah (perantaraan) dalam bentuk yang paling indah.


Sangat jelas pula, bahwa baginda jugalah yang menjadi juru bicara yang menyampaikan kesempurnaan hasil karya seni Pencipta alam yang berada pada tahap keindahan tanpa penghujung, berdasarkan apa yang dikehendaki-Nya dalam hal menarik perhatian dan memaparkannya dengan suara yang paling lantang.


Dan tidak terbantahkan pula, bahwa baginda jugalah yang telah mengumumkan semua tingkatan tauhid pada tahap tauhid yang paling tinggi menurut apa yang dikehendaki oleh Rabb sekalian alam, dari sisi mengumumkan keesaan-Nya melalui dimensi berbilang.


Tidak terbantahkan juga, bahwa baginda jugalah yang menjadi cermin yang memperlihatkan, mencintai dan mempercintakan Pemilik alam yang ingin melihat dan memperlihatkan keindahan Dzat-Nya, keindahan kecantikan-Nya dan keelokan kelembutan-Nya yang tidak terkira pada cermin-cermin, melalui isyarat keindahan pada kesan-kesan-Nya yang tidak terkira, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hakikat dan hikmah dalam bentuk yang paling gemilang.


Sangat jelas pula bahwa baginda jugalah yang memamerkan, merincikan dan memperkenalkan khazanah ghaib yang penuh dengan mukjizat yang sangat hebat dan permata-permata yang sangat berharga, serta memperkenalkan dan memberitahukan tentang kesempurnaan-Nya melalui itu semua, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Pencipta istana alam ini, dalam bentuk yang paling agung.


Sesungguhnya sekali lagi, bahwa bagindalah pengemban tugas sebagai pembimbing dan pemimpin melalui perantaraan al-Quran al-Hakim, bagi para jin dan manusia, bahkan bagi para makhluk ruh dan malaikat dalam bentuk yang paling agung sesuai apa yang dikehendaki oleh Pencipta alam semesta ini. Mulai dari segi bahwa Dia telah menjadikan alam semesta ini dengan cara menghiasinya dengan jenis-jenis keajaiban dan hiasan, memasukkan makhluk-makhluk yang berakal ke dalamnya untuk berpetualang, menikmati dan mengambil renungan serta bertafakur dan memberitahu kepada para penonton dan pemikir tentang makna-makna, nilai kesan-kesan dan hasil ciptaan itu menurut kehendak hikmah.


Sesungguhnya baginda jugalah yang membuka rahasia terkunci yang mengandung maksud dan tujuan dari perubahan alam semesta ini. Dan mengurai misteri tiga persoalan yang sulit; yaitu dari mana, ke mana dan apakah eksistensi itu, sesuai apa yang dikehendaki oleh Raja dari raja alam semesta ini. Bertindak sebagai seorang duta perantara bagi semua yang berakal, berdasarkan perantaraan hakikat-hakikat al-Quran dalam bentuk yang paling jelas dan dengan cara yang paling mulia.


Sesungguhnya secara jelas baginda jugalah yang telah membawa dan menerangkan tentang perkara yang diridhai dan kehendak-kehendak Pencipta Dzul Jalal alam ini, Yang ingin memperkenalkan diri-Nya melalui semua karya-Nya yang indah, kepada mereka yang berakal. 

281. Page

Dan mempercintakan diri-Nya kepada mereka melalui nikmat-nikmat yang berharga. Dan sebagai balasannya, tentunya Dia akan memberitahu kepada yang berakal tentang apa yang diridhai dan kehendak-kehendak Ilahi-Nya melalui perantaraan seorang duta melalui al-Quran dalam bentuk yang paling tinggi dan sempurna.


Sesungguhnya secara jelas, baginda jugalah yang paling baik melakukan tugas menunjukkan jalan, dan bagindalah yang paling sempurna dalam menunaikan tugas kerasulan, melalui perantaraan al-Quran, dengan tahap yang tertinggi dan dengan cara yang paling berkesan sesuai apa yang dikehendaki oleh Rabbul ‘Alamin. Mulai dari tugas mengalihkan wajah manusia yang merupakan buah alam, dari dimensi berbilang ke dimensi keesaan, dan dari fana ke baqa’, sebagaimana fungsinya sebagai seorang penunjuk jalan. Ini kerana Dia telah menganugerahi manusia suatu keluasan kapabilitas yang mampu memuat alam semesta. Dia juga telah mempersiapkan manusia untuk ubudiyyah menyeluruh. Kemudian akal manusia diuji dengan dimensi berbilang dan dunia.

Sesungguhnya benda hidup merupakan eksistensi yang paling mulia. Dan makhluk termulia di kalangan benda hidup adalah makhluk yang berakal. Dan makhluk termulia di kalangan makhluk berakal adalah manusia hakiki. Maka siapa yang terpilih untuk melaksanakan tugasnya dengan tahap yang tertinggi dan dalam bentuk yang paling sempurna, dari kalangan manusia hakiki, dialah yang berhak naik ke Qaab Qausain melalui proses mi`raj yang agung itu. Lalu mengetuk pintu kebahagiaan abadi, membuka pintu khazanah rahmat dan akan melihat hakikat-hakikat ghaib dari keimanan.


Ketujuh: Secara jelas, terdapat proses pengindahan yang sangat indah dan perhiasan yang sangat cantik pada hasil karya seni Ilahi ini. Hal tersebut secara jelas memperlihatkan bahwa terdapat satu kehendak pengindahan dan niat penghiasan yang sangat kuat dari Pencipta mereka. Kehendak pengindahan dan penghiasan itu pula yang sejatinya memperlihatkan eksistensi keinginan yang kuat dan rasa cinta yang suci terhadap ciptaan-Nya tersebut.


Maka jelaslah bahwa makhluk yang paling dikasihi di sisi Pencipta yang telah menciptakan kesenian dan yang sangat mencintai kesenian-Nya, adalah makhluk yang paling lengkap diantara ciptaan, makhluk yang terlihat pada dirinya kehalusan hasil seni-Nya secara sempurna. Makhluk yang kenal dan mengenalkan-Nya, serta yang mencintai dirinya serta memuji keindahan karya ciptaan lainnya dengan berkata: “masya-Allah”.


Secara jelas baginda jugalah yang menggemakan langit dengan berkata Subhanallah, Masya-Allah dan Allahu Akbar, serta meriuhkan alam semesta dengan irama al-Quran, sebagai respon dari keistimewaan dan kecantikan yang menyaduri karya ciptaan, serta kehalusan dan kesempurnaan yang menerangi eksistensi. Ia juga yang menjadikan daratan dan lautan mabuk dalam pujaan dan penghargaan, tafakkur dan meperkenalkan, zikir dan tauhid.


Tidak diragukan lagi bahwa perjalanan sampai ke surga, Sidratul Muntaha, `Arsy dan Qaaba Qausain melalui tangga Mi’raj oleh seseorang yang agung seperti ini, berdasarkan rahasia “Penyebab bak pelaku”. Dan seseorang pilihan itu adalah yang pada neraca mizan kebaikannya menghasilkan pahala yang sama seperti pahala kebaikan yang telah dilakukan oleh segenap umat. Serta shalawat seluruh umat memberi dukungan terhadap kesempurnaan maknawinya, 

282. Page

ia yang menerima limpahan rahmat dan rasa cinta Ilahi yang tidak berpenghujung, dengan segenap hasil dari tugas kerasulan yang telah dilaksanakannya beserta ganjaran-ganjaran maknawinya. Semua itu adalah inti kebenaran hakikat itu sendiri, jiwa hakikat dan kesucian hikmah.


Jawaban permasalahan kedua:

Wahai insan yang mendengar! Hakikat yang kamu permasalahkan ini sangat mendalam dan juga sangat tinggi. Sehingga akal bukan saja tidak bisa sampai, lebih dari itu bahkan tidak dapat mendekatinya. Hal ini hanya dapat dilihat melalui cahaya keimanan. Namun keberadaan hakikat itu bisa didekatkan kepada sebuah pemahaman melalui beberapa perumpamaan. Oleh karen itu, kami akan berusaha sedikit untuk memudahkan pemahaman itu.


Apabila alam semesta ini dilihat menelusuri pandangan hikmah, ia kelihatan ibarat sebatang pohon yang besar. Sebagaimana pohon besar mempunyai dahan, daun, bunga dan buah, begitu juga halnya dengan alam terendah ini yang merupakan salah satu bagian dari pohon penciptaan. Unsur-unsurnya kelihatan ibarat dahan-dahannya, tumbuhan dan pohonan ibarat daunnya, hewan ibarat bunganya dan manusia ibarat buahnya.


Tiada keraguan bahwa pelaksanaan sebuah aturan Pencipta Dzul Jalal yang berlaku atas pohon-pohon lain turut berlaku pada pohon besar ini juga, hal ini adalah konsekuensi dari nama al-Hakim. Maka penciptaan pohon penciptaan ini dari sebiji benih juga merupakan kehendak hikmah Ilahi. Bahkan benih itu juga perlu mencakup contoh dan asas-asas dari alam-alam lain selain dari alam fisik. Ini menunjukkan bahwa tidak mungkin benih inti (Rasulullah) dan sebab penciptaan alam semesta yang mengandung ribuan alam lain yang bermacam-macam, merupakan sebuah unsur materi yang tidak subur.


Dikarenakan sebelum pohon alam semesta ini tiada pohon lain sepertinya, maka pastinya membungkus buah dan benih yang ibarat tempat tumbuh pada pohon alam semesta dengan bungkusan makna dan cahaya, juga merupakan sebuah konsekuensi dari nama al-Hakim. Hal ini karena benih tidak selalu terbuka tanpa bungkus. Kalaulah buah tidak dibungkus pada permulaan fitrah, pada akhirnya ia akan dibungkus juga.


Dikarenakan buah dari pohon penciptaan itu adalah manusia. Dan dikarenakan buah yang paling masyhur dan yang paling hebat dan buah yang menarik pandangan perhatian umum, yang membatasi pandangan separuh bumi dan seperlima manusia hanya kepada dirinya, yang menyebabkan alam memandang kepadanya dengan pandangan rasa cinta dan ketakjuban melalui keindahan maknawinya di kalangan manusia, dialah sosok baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam. Maka tiada keraguan bahwa cahaya yang merupakan benih pembentukan semesta, akan terlihat sebagai buah terakhir yang terwujud dalam zat baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam.


Wahai para pendengar! Janganlah berpikir bahwa alam semesta yang luas ini diciptakan dari materi parsial seorang manusia, sebagai sesuatu tidak masuk akal! Bagaimana Zat Maha Berkuasa Yang Memiliki keagungan, yang telah menjadikan pohon pinus yang tinggi laksana 

283. Page

satu alam tadi berasal dari biji sebesar butir gandum; tidak menciptakan alam semesta ini dari Nur Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam? atau tidak mampu menciptakan?


Ya, sesungguhnya pohon alam semesta ini seperti pohon Tuba dalam surga yang batang dan akarnya ada di alam atas, sedangkan dahan dan rantingnya di alam bawah. Oleh karena itu, terdapat sebuah simpul nurani yang menghubungkan dari tempat keberadaan buah di bawah ke tempat benih asal.


Sesungguhnya Mi’raj adalah kulit dan rupa bagi simpulan hubungan itu. Karena baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam telah membuka jalan itu, telah pergi dengan kewaliannya, pulang dengan kerasulannya dan meninggalkan pintunya terbuka. Maka selepas baginda, para wali di kalangan umat baginda melakukan perjalanan dan perantauan di bawah bayangan Mi’raj Nabawi di jalan nurani bersama ruh dan hati mereka, lalu naik ke maqam-maqam yang tinggi menurut kapabilitas mereka.


Sebagaimana yang telah ditetapkan sebelum ini, Pencipta alam semesta ini telah menjadikan alam semesta ini ibarat sebuah istana dan telah menghiasinya untuk tujuan-tujuan yang diperlihatkan guna menajawab persoalan pertama. Karena pusat dari tujuan-tujuan itu adalah baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam, maka baginda perlu berada dalam pengawasan inayah (bantuan) Pencipta alam semesta, sebelum alam semesta dijadikan. Dan ia juga yang menjadi paling awal menerima manifestasi-Nya. Ini karena -biasanya- hasil atau keuntungan dari suatu benda dipikirkan terlebih dahulu. Artinya sesuatu yang terakhir dari sisi eksistensi adalah yang terawal dari sisi maknawi. Ini kerana, baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam adalah buah yang paling sempurna dan sumber penilaian semua buah, dan merupakan sebab penampakan semua tujuan. Sehingga cahayanya perlu menjadi yang pertama menerima manifestasi dari eksistensi.


Jawapan Persoalan Ketiga:

Persoalan ini sangat luas sehingga manusia yang otaknya sempit seperti kita tidak mampu memahaminya secara tuntas. Tetapi kita boleh melihatnya dari kejauhan. Ya, laboraturium maknawi serta peraturan alam bawah ada di alam tinggi. Hasil dari amalan yang tak terkira yang dilakukan oleh penduduk bumi yang merupakan tempat perhimpunan ciptaan, serta hasil dari perbuatan jin dan manusia; seluruhnya juga akan terwujud di alam tinggi. Bahkan isyarat-isyarat al-Quran al-Hakim beserta dengan persaksian tanda-tanda dan riwayat yang amat banyak, berdasarkan kehendak hikmah alam semesta dan nama al-Hakim, memperlihatkan bahwa kebaikan akan berubah menjadi buah-buahan surga dan kejahatan juga akan berubah menjadi buah zaqqum neraka.


Ya, dimensi berbilang telah berkecambah dengan sangat banyak dan ciptaan telah berkembang biak merata di atas muka bumi. Sehingga menciptakan jenis-jenis makhluk dan golongan-golongan ciptaan yang jauh sangat banyak melebihi semua ciptaan yang bertebaran di alam semesta ini. Ciptaan itu senantiasa terperbaharui, sehingga permukaan bumi kadang dipenuhi olehnya dan kadang dikosongkan.


284. Page

Maka sumber dan barang tambang dari perkara-perkara parsial dan dimensi berbilang ini adalah peraturan universal dan manifestasi asma’-Nya yang menyeluruh. Ini karena penerima peraturan universal dan manifestasi yang menyeluruh serta nama-nama yang komplit itu, adalah langit yang sederhana dan murni. Dan pada setiap lapisannya ibarat singgasana, atap dan pusat pemerintahan bagi sebuah alam. Salah satu dari alam-alam itu adalah surga Jannatul Ma’wa di Sidratul Muntaha. Sebuah kepastian berdasarkan informasi dari pemberi kabar yang jujur, bahwa tasbih dan tahmid di muka bumi ini memiliki rupa seperti buah-buahan dalam surga itu.


Akhirnya tiga poin ini menunjukkan:

Bahwa gudang-gudang tempat menyimpan hasil dan buah-buahan yang dihasilkan di bumi, berada di sana. Dan seluruh hasil-mahsulnya disimpan di sana.


Jangan katakan: “Bagaimana bisa satu ucapan kalimat Alhamdulillah yang bagaikan udara, bisa berubah menjadi buah yang memiliki bentuk di surga?” Karena, kadang-kadang kamu memakan kalimat yang baik yang kamu ucapkan ketika sadar di siang hari, dalam bentuk buah apel yang lezat di alam mimpi. Di lain waktu kamu menelan kata-katamu yang buruk di siang hari, dalam bentuk buah pahit di malam hari. Sekiranya kamu mengumpat seseoranag maka mereka akan menyuapkan kata-katamu itu kepadamu dalam bentuk daging yang busuk. Kamu mungkin memakan kata-kata baik dan buruk yang kamu ucapkan dalam tidur di dunia ini, dalam bentuk buah-buahan di alam akhirat yang merupakan alam sadar. Dan kamu sepatutnya tidak beranggapan bahwa memakannya adalah sebuah kemustahilan.

 










 

 

 

 

 

 


285. Page

PONDASI KEEMPAT

Apakah hasil dan faedah Mi’raj?

 

Jawaban:

Sebagai contoh, kami hanya akan menyebutkan tentang lima biji buah dari lebih lima ratus biji buah Mi’raj yang merupakan pohon Tuba maknawi itu.


Buah Pertama:


Baginda Rasul telah melihat hakikat-hakikat rukun iman dan menyaksikan malaikat, surga, akhirat bahkan Dzat Dzul Jalal dengan matanya, lalu ia juga telah mendatangkan khazanah yang begitu bermakna, cahaya azali dan hadiah abadi kepada alam semesta dan manusia. Dengan itu ia telah mengeluarkan alam semesta ini dari keadaan bingung yang sengsara, fana dan bercampur-aduk. Kemudian melalui cahaya dan buah itu, baginda telah memperlihatkan hakikat bahwa alam semesta ini adalah tulisan as-Shamad yang suci dan cermin keindahan al-Ahad yang indah. Jadi Mi’raj telah membahagiakan dan menggembirakan alam semesta ini beserta semua yang berakal.


Bahkan, dengan cahaya dan buah yang suci itu juga, baginda telah mengeluarkan manusia dari keadaan penuh kesesatan yang kacau, sengsara, lemah, fakir, mempunyai kehendak yang tidak terbatas dan musuh yang tidak terkira serta fana tidak kekal. Dan juga menunjukkan bahwa ia adalah sebuah mukjizat kekuasaan as-Samad, dalam kondisi Ahsanu Taqwim (sebaik-baik kejadian), sebuah naskhah tulisan as-Samad yang lengkap, lawan bicara dari Sultan Azali dan Abadi, hamba istimewa dan pemuja kesempurnaan-Nya, teman-Nya dan pengagum keindahan-Nya, kekasih dan tamu mulia yang menjadi calon untuk surga abadi-Nya dalam bentuk yang hakiki. Baginda telah memberikan kegembiraan yang tidak terhingga serta kebahagiaan yang tidak terkira kepada semua manusia yang benar-benar manusia.


Buah Kedua:


Baginda telah datang bersama asas-asas Islam sebagai hadiah untuk para jin dan manusia, khususnya ibadah sholat yang merupakan sumber keridhoan Rabbani dari al-Hakim keazalian dan keabadian, Yang merupakan pencipta eksistensi, pemilik alam semesta dan Rabbul ‘Alamin. Penyebabnya adalah memahami sumber keridhoan-Nya itu adalah suatu perkara yang sangat memberi ketenangan dan kebahagiaan yang tidak dapat dipaparkan. Karena semua orang sangat ingin memahami dari kejauhan kehendak-kehendak pemberi nikmat dan rajanya yang 

286. Page

agung. Dan sekiranya mereka mampu memahaminya, niscaya mereka akan sangat gembira. Mereka akan bercita-cita seperti berikut dan berkata: “Ah, Kalaulah ada saluran telfon sehingga aku dapat bercakap-cakap dengan-Nya secara langsung, sehingga aku memahami apakah yang Dia mahu dariku. Dan apakah yang bisa membuat-Nya takjub dari diriku?”


Sepertinya kamu sudah memahami bahwa manusia yang senantiasa berhajat dari sudut-sudut yang tidak terkira, dan selalu menerima karunia yang tiada terkira dari Allah; sangat perlu memiliki keinginan untuk memahami tentang hal apa saja yang diridhai dan dikehendaki-Nya dengan keinginan yang sangat dan penuh harapan memerlukan-Nya. Ini karena semua eksistensi berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Seluruh keindahan dan kesempurnaan pada semua eksistensi merupakan bayangan yang lemah dibanding dengan keindahan dan kesempurnaan-Nya.


Baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam telah mendengar perkara-perkara yang diridhai oleh Sultan Azali dan Abadi itu. Hal itu merupakan buah Mi’raj secara Haqqal Yaqin dari balik tujuh puluh ribu tabir, yang langsung dibawanya dan menghadiahkannya kepada manusia.


Ya, manusia sangat bersemangat untuk memahami keadaan di bulan. Sehingga, jika seseorang telah pergi dan kembali dari bulan lalu menceritakan tentangnya, niscaya yang mendengarkannya akan menunjukkan sikap rela berkorban yang bersungguh-sungguh demi untuk mengetahuinya. Sekiranya mereka paham, mereka pasti akan sangat kagum dan bersemangat. Ini karena, bulan beredar di negeri al-Malikul Mulki yang begitu hebat, bagaikan seekor lalat yang terbang disekeliling bola bumi. Sedangakan bola Bumi itu sendiri bak kupu-kupu yang terbang di sekitar matahari. Dan matahari hanyalah sebuah lentera diantara ribuan lentera yang memberi cahaya di sebuah ruang jamuan Sang Raja para raja, Dzul Jalal.


Karena baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam telah melihat keadaan Dzat Dzul Jalal, keajaiban ciptaan-Nya dan khazanah Rahmat-Nya di alam abadi dan telah kembali lalu menceritakannya kepada manusia. Sekiranya manusia tidak mendengar dari baginda dengan penuh rasa semangat, kekaguman dan rasa cinta; maka kamu dapat memahami bahwa manusia itu telah melakukan tindakan yang sangat bertentangan dengan akal dan hikmah.


Buah Ketiga:


Baginda telah melihat harta karun kebahagiaan abadi lalu telah mengambil anak kuncinya dan membawanya, lalu menghadiahkannya kepada bangsa jin dan manusia. Ya, baginda telah melihat surga dan telah menyaksikan manifestasi keabadian dari rahmat ar-Rahman Dzul Jalal melalui perantaraan Mi’raj, dengan matanya sendiri. Sehingga secara pasti telah memahami kebahagiaan abadi secara haqqul yakin.


Dan ketika jin dan manusia yang lemah berada dalam dunia yang tidak kekal dan dalam kondisi bimbang yang amat memilukan. Dan ketika eksistensinya yang berada dalam goncangan kelenyapan dan perpisahan, dituang ke dalam lautan kelenyapan dan perpisahan abadi melalui peredaran masa dan pergerakan zarah; dalam kondisi tersebut baginda telah menghadiahkan kabar gembira tentang eksistensi kebahagiaan abadi kepada mereka. 


287. Page

Dan lihatlah sejauh mana pengampunan terhadap seseorang yang telah dihukum dengan hukuman mati yang diperoleh menjelang hukuman itu dilaksanakan, kemudian ia diberikan sebuah istana oleh sultan; menjadi sebab kebahagiaannya yang tak terhingga! Maka, kumpulkanlah kegembiraan-kegembiraan sebanyak mungkin bagi semua jin dan manusia ini. Kemudian berilah penilaian terhadap khabar gembira ini.


Buah Keempat:


Sebagaimana baginda telah mendapat buah melihat keindahan Allah, buah itu juga mungkin bisa didapatkan oleh setiap orang beriman. Baginda juga telah membawanya sebagai hadiah kepada bangsa jin dan manusia. Maka melalui perkara ini kamu boleh mengkiaskan betapa buah itu adalah buah yang sangat enak, menarik dan baik.


Artinya, setiap manusia yang memiliki hati menyukai Dzat yang memiliki keindahan, kesempurnaan dan kebaikan. Kecintaan itu juga bertambah berdasarkan kadar keindahan, kesempurnaan dan kebaikan. Lalu berlanjut sampai ke tahap menyanjung, kemudian mengikat rasa cinta sampai pada tahap sanggup mengorbankan nyawanya. Demi untuk melihatnya walaupun hanya sekali, dia akan naik ke tahapan yang sanggup mengorbankan dunianya. Padahal jika keindahan, kesempurnaan dan kurniaan pada semua eksistensi dibandingkan dengan keindahan, kesempurnaan dan kebaikan Allah, maka tidak akan pernah sama nilainya. Meskipun hanya seperti perbandingan beberapa kilauan yang kecil dengan kilauan matahari. Artinya, sekiranya kamu adalah manusia, kamu akan memahami bahwa kebolehan Rasulullah melihat Zat Dzul Jalal wal Kamal, Zat Yang layak terhadap rasa cinta yang tidak berpenghujung, dan Yang paling layak untuk dilihat dengan kerinduan yang tiada akhir di kebahagiaan abadi; adalah buah yang sangat memberikan kebahagiaan, inti kegembiraan, menarik dan baik.


Buah Kelima:


Melalui Isra’ Mi’raj dapat dipahami bahwa kedudukan manusia adalah sebagai buah yang berharga bagi alam semesta, dan sebagai kekasih dari Pencipta alam semesta yang dihormati. Baginda telah membawa buah itu bagi bangsa jin dan manusia. Dengan buah itu baginda menaikkan manusia yang merupakan makhluk yang kecil, hewan yang lemah dan makhluk berakal yang lemah ke derajat yang sangat tinggi. Oleh karena itu, ia memberikan satu derajat kebanggaan yang melampaui semua eksistensi di alam semesta. Baginda juga telah memberikan kebahagiaan dan kegembiraan yang sangat membahagiakan yang tidak mungkin bisa dilukiskan. Ini karena, jika dikatakan kepada seorang prajurit yang berpagkat rendah, bahwa kamu telah menjadi jendral, niscaya dia akan merasa sangat gembira.


Jadi, apabila dikatakan kepada hewan yang fana dan lemah, yaitu manusia lemah yang sentiasa mendapatkan tamparan kelenyapan dan perpisahan; bahwa kamu boleh melihat keindahan-Nya di negara kebahagiaan abadi. Dan dia boleh berjalan, berpetualang dan berkeliling di surga yang abadi dan kekal, di bawah rahmat ar-Rahman yang al-Karim dan ar-Rahim. Dengan kecepatan khayalan, dengan kemampuan roh, melalui pengembaraan akal, menurut kehendak hati, di alam mulk dan malakut-Nya seluruhnya. Niscaya kamu bisa menggambarkan betapa seorang manusia yang belum hilang kemanusiaannya akan merasakan kesenangan dan kegembiraan yang sangat mendalam dan sejati di dalam hatinya.


288. Page

Sekarang, kami akan berbicara kepada para pendengar: Robek dan campakkanlah baju ateis (kekufuran). Pasang telinga mukmin dan pakai mata muslim. Kami akan memperlihatkan kepadamu nilai dari sebagian besar buah melalui dua perumpamaan kecil.


Perumpamaan Pertama:


Misalnya kamu dan kami bersama-sama berada dalam sebuah negara. Kita melihat bahwa setiap benda adalah musuh dan asing bagi kita antara satu dengan lainnya. Di mana-mana penuh dengan mayat-mayat yang mengerikan. Suara-suara yang didengar adalah tangisan anak-anak yatim dan juga terdengar ratapan mereka yang dizalimi. Dan ketika kita berada dalam keadaan seperti itu, datang seseorang yang sebelumnya telah pergi, membawa kabar gembira dari raja negara itu. Maka melalui kabar gembira yang dibawanya, mereka yang asing terhadap kita berubah menjadi kawan. Mereka yang kita lihat sebagai musuh berubah menjadi saudara. Mayat-mayat yang ngeri itu masing-masing kelihatan dalam bentuk seorang ahli ibadah yang khusyuk dan hening larut dalam zikir dan tasbih. Tangisan-tangisan yang bagaikan ratapan anak-anak yatim itu menjadi sautan “semoga panjang umur!” yang penuh pujian. Kematian, perompakan dan rampasan itu berubah menjadi bentuk purna tugas. Sehingga kita juga menyertai kegembiraan semua orang itu. Dalam kondisi ini, niscaya kamu memahami bahwa kabar gembira itu sangat menggembirakan.


Apabila eksistensi alam semesta ini diperhatikan melalui mata kesesatan, sebelum kehadiran cahaya keimanan yang merupakan sebiji buah Mi’raj Nabi Muhammad; maka eksistensi alam semesta ini terlihat bak orang asing, membahayakan, mengganggu dan menakutkan. Fisik-fisik yang besar seperti gunung terlihat seperti jenazah yang mengerikan. Ajal terlihat bak memenggal kepala semua orang lalu mencampaknya ke dalam jurang kelenyapan abadi. Semua suara terdengar bak ratapan akibat perpisahan dan kelenyapan. Ketika kesesatan menggambarkan seperti itu; sebaliknya hakikat-hakikat rukun keimanan memperlihatkan kepadamu bagaimana eksistensi itu menjadi saudara dan teman kepadamu, sebagai ahli zikir dan tasbih kepada Pencipta Dzul Jalal. Dan kematian dan kelenyapan adalah sejenis perlepasan dan pemberhentian tugas, dan seluruh suara pada hakikatnya adalah zikir dan tasbih. Jika kamu ingin melihat hakikat ini dengan lebih jelas, maka lihatlah pada “Kalimat Kedua dan Kedelapan”.


Perumpamaan Kedua:


Kamu dan kami berada di suatu tempat yang seperti sebuah padang pasir yang luas dalam keadaan terjangan badai pasir. Saat itu malam sangat gelap sampai-sampai tangan kita sendiri tidak bisa dilihat. Ketika itu kita berada dalam keadaan tidak siapa pun, tiada pelindung, dalam keadaan lapar, dahaga, putus asa dan tiada harapan. Namun apabila tiba-tiba ada seseorang melewati tabir kegelapan itu, sambil membawa sebuah kereta sebagai hadiah dan menjadikan kita sebagai penumpang di dalamnya. Kemudian tiba-tiba dia menurunkan kita di sebuah tempat seperti surga yang telah dijamin untuk menyambut kita, dimana di sana terdapat seorang pelindung kita yang penuh belas kasih, ditambah makanan dan minuman yang telah disediakan; niscaya kamu pasti tahu, betapa gembiranya kita saat itu.


Padang pasir luas itu adalah wajah dunia ini. Badai pasir itu adalah eksistensi dan manusia yang tidak berdaya yang terbawa bersama pergerakan partikel dan peredaran zaman di dalam 

289. Page

peristiwa-peristiwa ini. Melalui pandangan kesesatan, setiap insan, dengan kerisauannya melihat masa depan dengan kerisauan dalam dada, bak sedang dalam kegelapan yang menyeramkan. Dia tidak tahu kepada siapakah dia dapat memperdengarkan jeritan rintihannya. Sesungguhnya dia sangat lapar dan amat dahaga.


Maka, melalui sumber keridhoan Ilahi yang merupakan buah Mi’raj, dunia ini menjadi kelihatan bak majelis jamuan Dzat yang sangat pemurah. Manusia ibarat tetamu dan petugasnya. Masa depan juga menjadi indah seperti surga, menawan seperti rahmat dan terang seperti kebahagiaan abadi. Maka dengan ini kamu bisa memahami bahwa hal itu adalah buah yang sangat menyenangkan, baik dan menawan.


Maka orang yang mendengar pun berkata:

Ribuan pujian dan kesyukuran kepada Allah Ta’ala, kerana aku telah selamat dari jurang ateis. Aku telah memasuki tauhid dan telah beriman sepenuhnya, dan telah mendapat kesempurnaan iman.


Kami juga berkata:

Wahai saudara! Kami mengucapkan selamat kepadamu. Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengkaruniakan kita syafaat Rasulullah Sollallahu alaihi wa Sallam. Amin.

 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنِ انْشَقَّ بِاِشَارَتِهِ الْقَمَرُ وَ نَبَعَ مِنْ اَصَابِعِهِ الْمَاءُ كَالْكَوْثَرِ صَاحِبُ الْمِعْرَاجِ وَ مَا زَاغَ الْبَصَرُ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِينَ مِنْ اَوَّلِ الدُّنْيَا اِلَى آخِرِ الْمَحْشَرِ


سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَل۪يمُ الْحَك۪يمُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ رَبَّنَا لَا تُواخِذْنَا اِنْ نَسِينَا اَوْ اَخْطَاْنَا رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا رَبَّنَا اَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْلَنَا اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ وَ آخِرُ دَعْوَيهُمْ اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ