Kalimah Ketiga Puluh Tiga

363. Page

 

 








KALIMAH KETIGA PULUH TIGA

 

Kalimat ini adalah Himpunan Maktubat (Surat-surat) dan dicetak terpisah.

 

Di saat yang sama sebagian kalimat ini merupakan:

Risalah al-Lama’at (Risalah Mutiara)

 











364. Page

Karya ini ditulis diantara hilal puasa dan hilal ‘Ied

Bunga-bunga benih

 

 

Sajak Singkat untuk Para Murid Risalah an-Nur

Dan Juga syair keimanan teruntuk mereka 

 

 

 

 

Pengarang

Badiuzzaman Said Nursi

 

 

 

 

Peringatan: Karya bernama ‘Lama’at’ ini yang terdiri dari banyak judul yang ditulis dengan metodologi berbeda dengan karya-karya yang lain. Hal ini dikarenakan penulis menulis karya ini menggunakan gaya prosa untuk menerangkan perkataan-perkataan yang indah dan ringkas pada salah satu karangannya yang lama, yang bernama ‘Benih-benih Hakikat’. Penulis tidak menyinggung hal-hal khayalan dan perasaan-perasaan yang tidak memiliki batasan dan ukuran sebagaimana pada karya-karya sebelumnya. Karya ini adalah satu pengajian ilmu dan hakikat-hakikat al-Quran dan keimanan yang dari awal ke ujungnya bersandar kepada mantiq. Bahkan ia adalah sebuah pengajian keimanan dan al-Quran yang diisampaikan kepada sebagian pelajar seperti anak saudaranya yang selalu berada di sampingnya. Sebagaimana yang telah dinyatakan Ustad kami pada permulaan, maka kami juga telah memahami bahwa ia tidak memiliki kecenderungan dengan sajak dan syair. Hal ini memperlihatkan kepada sebuah contoh rahasia وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ (Dan Kami tidak mengajarkannya syair) (Q.S. Yasin 69)


365. Page

Karya yang panjang ini telah ditulis bagaikan sebuah kumpulan sajak. Ia ditulis dalam dua atau dua jam setengah pada setiap hari dalam tempo dua puluh hari Ramadhan ketika Ustad sibuk dengan pekerjaannya yang banyak semasa bertugas di Darul Hikmah[1]. Karya ini telah muncul dengan didikte tanpa ada koreksi dan editan, dan langsung naik cetak. Dan dalam pandangan kami, karya ini merupakan salah satu karya ajaib dari kumpulan Risalah an-Nur. Karena penulisan satu lembar kumpulan sajak dalam waktu sesingkat ini sangat susah seperti susahnya menulis sepuluh lembar. Dan pada suatu hari karya ini akan menjadi sebuah sajak bagi pelajar an-Nur insya Allah. Karya ini juga seperti sebuah daftar yang mengandung kabar gembira bak isyarat-isyarat ghaib dalam hal-hal penting bagi risalah an-Nur yang muncul setelah sepuluh tahun, lalu kemudian menjadi sempurna dalam waktu kira-kira dua puluh tiga tahun.


Dari kalangan murid-murid Risalah an-Nur,

Sungur, Mehmed Feyzi dan Husrev.

 

Peringatan: Berdasarkan kaedah اَلْمَرْءُ عَدُو لِمَا جَهِلَ (seseorang itu cenderung memusuhi apa yang tidak ia ketahui), maka karena aku tidak mengetahui tentang sajak, hal itu menjadikan aku tidak mampu memberi penilaian kepadanya. Aku secara langsung tidak pernah ingin mengubah rupa hakikat demi aturan sajak sebagaimana “mengorbankan Safiyyah kepada kafiyah”[2]. Aku telah memakaikan sebuah pakaian yang paling mengganggu kepada hakikat-hakikat yang paling tinggi dalam kitab yang tiada sajak dan kafiyah ini. Cara yang keanak-anakan seperti ini dipilih karena:


Pertama: Aku tidak tahu apa yang lebih baik dari padanya. Aku hanya memikirkan maknanya.


Kedua: Aku ingin memperlihatkan kritikanku kepada para penyair yang memotong tubuh agar sesuai dengan ukuran pakaian.



Ketiga: Untuk menyibukkan nafsu dengan hakikat-hakikat melalui hati di bulan Ramadhan.

Tetapi wahai para pembaca! Aku telah melakukan kesilapan dan aku mengaku. Tetapi awas! Jangan kalian melakukan kesilapan! Janganlah memandang kepada cara yang terkoyak, sehingga kalian tidak teliti dan menghormati hakikat-hakikat yang tinggi di dalamnya!

 

Said Nursi

 


[1] Darul Hikmah ialah Majlis Fatwa Kerajaan Uthmaniyyah

[2] Penyair Turki: Diceritakan bahwa seorang penyair Turki telah mengorbankan istrinya yang bernama Safiyyah dengan menceraikannya demi mendapatkan kafiyah yang sesuai untuk syairnya.




366. Page

Ifadatul Maram (Ungkapan Tujuan)


Wahai para pembaca! Mula-mula, aku mengakui bahwa aku sangat tidak berkemampuan dalam seni tulis dan sajak puisi. Sampai sekarang, aku masih belum bisa menulis namaku dengan baik. Seumur hidupku, aku tidak dapat membuat sajak satu bait pun. Tiba-tiba saja datang sebuah hasrat yang mendesakku untuk menulis sajak ke dalam pikiranku. Terdapat satu kisah lagenda bernama“قول نوالا سيسيبان” yang berbahasa Kurdi tentang ghazwah (peperangan para sahabat Nabi Ridhwanullahi ‘Alaihim). Jiwaku tertarik dengan sajaknya yang alami dalam pemaparannya lewat pujian. Maka aku pun memilih jenis sajak seperti itu yang khusus untuk diriku sendiri. Lalu aku telah menulis sebuah prosa yang menyerupai sajak. Tetapi, untuk wazan timbangannya, aku secara langsung tidak ingin menyusahkan diriku. Orang yang ingin, tanpa memikirkan aturan sajak, dapat dengan mudah membacanya secara prosa. Dan perlu juga memandangnya dalam bentuk prosa supaya maknanya dapat dipahami. Pada setiap potongan terdapat kesinambungan makna. Janganlah terlalu tertumpu kepada kafiyah aturan sajak. Boleh saja tarbus tanpa jambul, sajak tanpa kafiyah dan puisi tanpa kaedah. Menurut apa yang aku pikirkan tentang lafaz dan puisi, walaupun menarik dari segi seni, keduanya menyebabkan pandangan sibuk kepadanya. Untuk tidak mengalih pandangan dari pada makna yang merupakan inti, maka meskipun tulisan ini tidak mengikuti aturan sajak, tapi itu tetap lebih baik.


Dalam karya ini, guruku adalah al-Quran. Kitabku adalah kehidupan. Sama seperti sebelum ini, sekali lagi lawan bicaraku adalah aku sendiri. Sedangkan kamu wahai pembaca adalah pendengar, pendengar tidak berhak untuk mengkritik. Ia mengambil apa yang dia suka dan tidak boleh mengusik apa yang dia tidak suka. Oleh sebab karyaku ini adalah hasil limpahan bulan Ramadhan[1] yang mulia ini, maka aku berharap semoga Insya-Allah ia akan memberi kesan kepada hati saudaraku sehingga lidahnya menghadiahkanku doa keampunan ataupun bacaan al-Fatihah.

 

Yang Merayu

“Aku [2] adalah pusara yang telah runtuh, tertimbun di dalamnya tujuh puluh sembilan[3] mayat dari Said bersama rangkaian dosa dan kesengsaraan.

Mayatku yang ke delapan puluh menjadi batu nisan untuk satu pusara; Bersama menangisi[4] kerugian Islam.




[1]Sehingga tanggal penulisannya terkenal dalam ibarat لِهِلاٰلَيْ رَمَضَانَ نَجْمُ اَدَبٍ وُلِدَ artinya sebuah bintang sastra telah lahir pada dua hilal Ramadhan.

[2] Petikan ini adalah tandatangannya.

[3] Pada setiap tahun, dikarenakan jasmani diperbaharui sebanyak dua kali, maka maknanya dua Said telah mati. Serta Said pada tahun ini telah berumur tujuh puluh sembilan. Artinyanya setiap tahun satu Said telah mati. Dan kemudian hidup hingga tanggal ini.

[4] Keadaan sekarang yang merupakan keadaan dua puluh tahun yang telah dirasakan oleh Ustad berdasarkan Hissul qablal wuqu’ (insting sebelum berlaku)

367. Page

Bersama batu nisanku semua mayat merintih, dengan pusaraku, aku berjalan ke medan akhiratku yang akan datang.

Aku yakin bahwa langit masa depan, bumi Asia, (akan) bersama-sama menyerah kepada tangan putih Islam.

Ini karena, tangan kanan keimanan yang berkah memberi keamanan kepada manusia.”

 

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

 

Dua Dalil Utama dari keesaan Allah

Seluruh alam semesta ini adalah satu bukti yang agung.

Yang senantiasa bertasbih dan bertauhid dengan lisan.

Sungguh! Alam semesta ini benar-benar berzikir mentauhidkan Ar-Rahman dengan suara lantang, ia berkata:


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Seluruh rangkaian partikel atom dan sel penyangga alam semesta ini, dan seluruh bagian yang terdapat di dalamnya adalah lisanun zakirun (lisan yang senantiasa berzikir),

Lisan yang dengan suara lantang mengucapkan


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Pada setiap lisan itu terdapat keragaman, dan setiap suara memiliki tingkatan.

Tetapi seluruhnya bersatu padu pada sebuah titik kesamaan; yaitu zikir menyebut


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


 Pada hakikatnya alam semesta ini adalah ‘manusia’ yang paling besar, yang senantiasa berzikir dengan suara yang bergema, dan seluruh bagian tubuhnya termasuk sel yang merangkainya selalu berzikir dengan suara yang tidak terdengar oleh pendengaran manusia seperti kita, ia senantiasa menyebut,


 لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


368. Page

Alam semesta ini pada hakikatnya melantunkan ayat-ayat al-Quran dalam sebuah majlis zikir yang agung, ayat-ayat al-Quran yang cahayanya memancar ke seluruh penjuru, sehingga setiap jiwa yang memiliki ruh bertafakur seraya berucap


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Ayat-ayat al-Quran atau yang disebut al-Furqon ini memiliki keagungan yang merupakan bukti petunjuk kepada ketauhidan Sang Pencipta, seluruh ayat-ayatnya adalah kebenaran lisan, berita-berita yang terdapat di dalamnya adalah kilatan cahaya keimanan, seluruhnya mengucapkan


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Maka apabila kamu mendekatkan telingamu ke dada al-Furqon ini, maka kamu akan mendengarkan dari lubuk kedalaman yang paling dalam, gema langit yang dengan jelas mengatakan


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Gema yang terdengar itu adalah derajat dan keagungan yang paling tinggi, keseriusan pada tingkat yang paling optimal, kejujuran dan keikhlasan yang paling murni, yang membawa kepada keyakinan total yang dipenuhi rasa kepuasan dan keberlimpahan dengan al-Burhan (petunjuk). Gema yang senantiasa mengulang-ulang kalimat


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Al-Burhan (Petunjuk) yang bercahaya ini memiliki enam jihah atau arah yang jelas, dimana pada jihah atasnya terdapat jalan kemukjizatan yang terukir dengan indah, dan di dalamnya terdapat cahaya hidayah yang bersinar seraya berkata


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Dan pada jihah bawahnya terdapat aliran cara berikir akal dan petunjuk, dan pada jihah kanannya terdapat pemberdayaan akal yang berfungsi sebagai penggerak seluruh jihah-jihahnya yang akan dibenarkan oleh pikiran dan dia berkata


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Dan pada jihah kirinya menghadirkan kasih sayang, dan jihah depannya terdapat keindahan dan kebaikan yang pada akhirnya bermuara pada as-sa’adah (kegembiraan), kunci utamanya selalu


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Adapun penopang dari belakangnya adalah titah langit yaitu wahyu Rabbani yang suci, sehingga darinya jihah yang enam ini seluruhnya terpancar dan bersinar di setiap sudut-sudut bentengnya;


لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


369. Page

Jadi, dari mana perasaan was-was mencuri dan syubhat jalan keraguan serta perbuatan ketidaktaatan akan masuk ke dalam benteng yang bersinar dan bercahaya itu, sesungguhnya tiang-tiang pagar benteng itu sangat tinggi dan pada setiap kalimat darinya ada seorang malaikat penjaga yang mengucapkan لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو…(tiada yang berhak disembah melainkan Dia)


Sesungguhnya al-Quran yang maha agung adalah samudera tauhid, dan berikut ini adalah salah satu surat di dalam al-Quran yang laksana tetesan air laut dari samuderanya yang luas, seperti sebuah rumusan singkat tanpa ada batasan padanya yang menghancurkan segala jenis bentuk syirik dan menetapkan tujuh bagian dari tauhid, dimana secara umum ada enam: tiga diantaranya adalah penetapan dan tiga lainnya adalah penolakan.


Kalimat pertama: قُلْ هُوَ yang artinya “katakanlah Dia”, adalah merupakan isyarat tanpa penjelas apapun atau di dalamnya terdapat penunjukan secara mutlak dan di dalam penunjukan tersebut ada penunjukan, yang maksudnya لَٓا هُو اِلَّا هُو… yang artinya ‘Tiada dia kecuali Dia’


Hal ini merupakan isyarat kepada tauhid persaksian (at-tauhid asy-syuhudi), sehingga apabila dilihat secara hakikat maka didapatkan di dalam tauhid ini sebuah perkataan

لاَ مَشْهُودَ اِلاَّ هُوَ…yang artinya ‘tiada yang tersaksikan kecuali Dia’


Kalimat kedua: اَحَدٌ اللّٰهُ atau Allah Yang Esa adalah merupakan penegasan terhadap tauhid uluhiyah; karena pada hakikatnya kamu mengatakan dengan lisan yang haq. لاَ مَعْبُودَ اِلاَّ هُوَ...

Yang artinya ;tiada yang berhak disembah kecuali Dia


Kalimat ketiga: اَللّٰهُ الصَّمَدُ. Yang artinya Allah tempat bergantung adalah merupakan bagian dari dua permata tauhid. Adapun permata yang pertama adalah : Tauhid rububiyah yang mana lisan nizhomul kaun berkata لاَ خَالِقَ اِلاَّ هُوَ... yang artinya ‘Tiada pencipta kecuali Dia’. Permata tauhid yang kedua adalah : Tauhid Qayyumiyyah yang maksudnya adalah lisan yang memerlukan pengaruh di dalam wujud dan kekekalan di dalam Kaun, dan seluruhnya mengatakan لاَ قَيُّومَ اِلاَّ هُوَ... yang artinya ‘Tiada yang berketerusan kecuali Dia’


Kalimat keempat: لَمْ يَلِدْ yang artinya Tidak beranak ; pada bagian ini tersembunyi tauhid yang sangat agung yang menolak segala jenis kesyirikan, dan memberantas segala kekufuran tanpa keraguan maupun syubhat. Maksud dari bagian ini adalah bahwa yang berubah dan berkembang biak dan berbilang telah pasti tanpa keraguan dia bukanlah pencipta atau Tuhan dan bukan pula Yang Maha Berketerusan dan bukan pula Yang Disembah. Huruf  لم yang bermakna tidak akan pernah; adalah penolakan kepada pemahamanan kepemilikan anak pada Tuhan serta pemahaman kufur bahwa Tuhan berkembang biak. Sesungguhnya kesyirikan seperti ini adalah penyebab tersesatnya sebagian besar manusia karena mereka dikuasai oleh pemikiran syirik seperti keyakinan bahwa Isa dan Uzair adalah anak Tuhan atau keyakinan kepada makhluk lainnya seperti malaikat atau imajinasi mereka dalam bentuk manusia.


Kalimat kelima: وَلَمْ يُولَدْ. Yang artinya dan tidak pula diperanakkan; adalah merupakan isyarat kepada Tauhid as-sarmadi (Tauhid kekekalan), dan penjelasannya sebagai berikut:


370. Page

Ilah atau sesembahan tidak bisa dikatakan sebagai Ilah atau sesembahan apabila tidak memiliki sifat wajib, Qadim (keterdahuluan) dan Azali (yang tidak ada awal sebelumnya). Yang maksudnya apabila sesuatu itu adalah sesuatu yang baru terikat dengan waktu atau lahir dari suatu unsur, atau terpisah dari unsur asal, maka tidak mungkin dijadikan sebagai tempat bergantung bagi seluruh alam semesta ini.


Seluruh peribadatan atau penyembahan kepada sebab-sebab, atau bintang-bintang, atau berhala-berhala, atau kealamiahan adalah merupakan syirk dan seluruhnya adalah laksana sumur kering yang tiada di dalamnya manfaat kecuali hanya kegelapan.


Kalimat keenam: : وَلَمْ يَكُنْ yang artinya “dan tiada sesuatupun”; adalah merupakan tauhid yang kompleks, yang maksudnya tiada perbandingan bagi-Nya dalam zat-Nya, dan tiada persekutuan bagi-Nya di dalam segala perbuatan-Nya, dan tiada permisalan bagi-Nya dalam sifat-sifat-Nya, segala makna itu tergabung di dalam kalimat لم  yang artinya tiada.


Enam kalimat ini seluruhnya saling memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya, setiap satu bagian darinya merupakan bukti bagi bagian-bagian yang lain, maka bukti-bukti tersebut saling sambung-menyambung menghasilkan nilai-nilai teratur dan terukur yang keseluruhnya disarikan dari satu surat ini saja, yaitu surat al-Ikhlas. Dari surat ini terhubung dengan tiga puluh surat lainnya secara berkesinambungan yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan surat al-Ikhlas ini merupakan inti dari seluruhnya.


Tiada yang mengetahui al-Ghaib kecuali Allah

 

Sebab hanyalah sesuatu yang tampak

Kemuliaan dan kebesaran menjadikan sebab-sebab alamiah sebagai tabir bagi tangan qudrah dalam pandangan akal. Adapun tauhid dan keagungan melepaskan tangan qudrah dari pengaruh hakiki terhadap sebab-sebab alamiah tersebut.

 

Al-Wujud (Eksistensi) tidak terbatas pada alam jasmani

Sesungguhnya al-wujud (eksistensi) itu memiliki bagian yang sangat bermacam-macam yang tidak terhitung dan tidak bisa dikumpulkan di alam nyata ini, karena alam yang nyata ini tidak sanggup menampungnya. Alam jasmani ini mirip seperti pakaian luar yang menipu bagi alam-alam ghaib yang bersinar dan bercahaya yang terdapat di baliknya.

371. Page

Wahdah (Keesaan) adalah pena kekuasaan penulis tauhid

Adanya tanda-tanda ketelitian penciptaan pada setiap sudut-sudut fitrah menolak akan adanya perantara dibalik sebab-sebab penciptaan tersebut secara langsung, dan ini sangat jelas tanpa perlu pembuktian (badihi).


Goresan pena yang berulang kali dari sifat qudrah yang satu pada setiap titik ciptaan secara langsung dan jelas menolak adanya perantara      

 

Sesuatu tidak akan ada tanpa segala sesuatu

Sesungguhnya rahasia saling ketergantungan antara sesuatu, tersimpan dan tersebar di setiap alam, dan adakalanya tersingkap di beberapa sudutnya sebagai sebuah jawaban dan pertolongan, hal tersebut disebabkan karena adanya qudrah atau kekuatan yang meliputi seluruh alam, yang senantiasa mengatur segala sesuatu yang terdapat di dalamnya, kekuatan itu lah yang menciptakan benih dan meletakkanya pada tempatnya yang sesuai dengan takarannya.


Setiap huruf dan setiap baris dari setiap lembaran kitab alam ini adalah komponen-komponen hidup yang digiring oleh hajat, mereka saling mengenalkan antara satu dengan lainnya. Masing-masing huruf dan baris tersebut ber-talbiyah saling menyeru dengan seruan hajat meskipun pada hakikatnya ia adalah sumbernya, hajat itu menjadikan seluruh ufuk saling sahut menyahut dengan rahasia tauhid.



Ia memberikan kepada setiap huruf hidup itu wajah yang senantiasa menghadap ke arah setiap kalimat dari kumpulan kalimat-kalimat kitab alam ini, dan juga mata yang senantiasa melihat kepadanya.

 

Pergerakan Matahari demi kekuatan gravitasinya, dan kekuatan gravitasinya demi keutuhan tatanannya

Matahari laksana pohon berbuah, terus bergerak agar buah-buah yang terdiri dari bintang-bintang yang terikat denganya tidak jatuh, seandainya ikatan tersebut hanya diam dan bisu, niscaya segala sesuatu yang terikat secara teratur dengannya di angkasa akan kacau dan menangis. 


372. Page

Setiap yang kecil bergantung kepada setiap yang besar

Sesungguhnya yang menciptakan mata seekor lalat adalah ia yang menciptakan matahari dan galaksi. Sama halnya dengan yang menciptakan perut kutu adalah ia yang menciptakan tatanan tata surya.


Sesungguhnya yang memberikan kemampuan melihat pada mata dan dorongan hajat pada perut, adalah ia yang meneteskan mata langit dengan tetesan cahaya, dan yang membentangkan hidangan makan siang di atas hamparan bumi.   


Lautan mukjizat dalam tatanan Alam

Lihatlah, sungguh di dalam penulisan tatanan alam ini terdapat sebuah mukjizat yang agung. Seandainya yang melakukan, berkehendak dan berkuasa atas semua ini adalah sebab-sebab sains -meskipun itu mustahil- niscaya sebab-sebab sains itu akan tertunduk sujud dengan penuh kehinaan di hadapan lautan mukjizat yang tak bertepi, seraya berkata: Maha Suci Engkau tiada kekuatan sedikitpun yang kami miliki, wahai Tuhan kami, Engkau Yang Maha Kuasa, Yang tiada berawal dan Sang Pemilik kehormatan yang sempurna.

 

Segala sesuatu pada hakikatnya sama di hadapan al-qudrah (kuasa)

 

[مَا خَلْقُكُمْ وَلاَ بَعْثُكُمْ اِلاَّ كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ]

”Tidaklah penciptaan serta pembangkitan keseluruhanmu dari alam kubur itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja” (Q.S. al-Luqman: 28-31). Ayat ini menunjukkan kepada sifat al-qudrah (kuasa) yang esensial, yang tiada berawal, yang tiada bisa dicemari oleh kotoran sifat lemah.


Tiada tingkatan padanya, tiada bisa dihalangi oleh apapun juga, segala sesuatu yang bersifat universal atau parsial adalah sama di hadapanya, dan tidak sedikitpun ada perbedaan diantara keduanya dalam timbangannya, karena setiap sesuatu terkait dengan segala sesuatu. Hal ini membuktikan bahwa yang tidak bisa menciptakan segala sesuatu niscaya tidak bisa menciptakan apapun walau hanya satu sesuatu saja.

 


373. Page

Yang tidak bisa memegang jagad raya dengan tangannya, maka jangan berharap menciptakan sebiji benih   

Bagi siapa saja yang tidak memiliki tangan yang kuat untuk mengatur bumi kami beserta matahari-matahari dan bintang-bintang yang tidak terhitung jumlahnya, laksana aturan dan tatanan tasbih, kemudian mengangkatnya dan meletakkannya di pusat angkasa dan di atas dadanya, maka tidak berhak untuk mengklaim dirinya mampu untuk menciptakan dan menjadikan sesuatu apapun di dunia ini. 

 

Menghidupkan suatu bagian seperti menghidupkan sesuatu yang utuh

Sebagaimana tiada kesusahan bagi kuasa ilahi untuk menghidupkan seekor nyamuk yang terlelap tidur seakan ia mati pada musim dingin, maka demikian pula dalam perkara mematikan dunia ini dan kemudian menghidupkannya kembali, tiada kesusahan sedikit pun baginya untuk menghidupkan segala sesuatu yang memiliki ruh.


Alam adalah sebuah ciptaan ilahi

Alam bukanlah pencetak namun ia adalah mesin pencetak, bukan pula pemahat namun ia adalah alat pahat, bukan pula pelaku namun ia adalah alat atau tempat untuk berbuat, bukan pula sebagai sumber namun ia hanya sebagai sebuah penggaris, bukan pula pembuat sistem namun ia adalah sistem itu sendiri, dan bukan pula al-qudrah (kuasa) namun hanya sebatas qanun (aturan). Jadi, alam jagad raya ini hanya sekedar syariat iradiyah (yang diinginkan) bukan aktor hakiki di balik layar.

 

Rasa penuh kasih dan cinta menghantarkan kepada ma`rifatullah

Tenggelam dalam perasaan kasih melahirkan rasa ketertarikan dan daya tarik, rasa ketertarikan itu selalu muncul dari sejumlah daya tarik.

Setiap yang memiliki perasaan, akan merasa tertarik apabila berjumpa keindahan yang senantiasa menampakkan diri dengan balutan kejayaan dan kebesaran tanpa terhalangi oleh tabir.


Fitrah yang memiliki perasaan ini akan bersaksi dengan persaksian teguh atas kebenaran eksistensi Sang Pemilik Kehormatan dan Keindahan yang sempurna.

Maka salah satu saksinya adalah daya tarik tersebut, dan yang satu lagi adalah rasa ketertarikan.


374. Page

Kebenaran persaksian fitrah

Tiada dusta di setiap perkataan fitrah, segala apa yang ia katakan adalah kebenaran.

Dorongan pertumbuhan berkata, dan ia adalah penyambung lidahnya inti benih; “saya akan tumbuh, saya akan berbuah”, dan benar saja apa yang ia katakan.

Dorongan kehidupan di dalam telur berkata dengan suara yang dalam: “Saya akan menjadi anak ayam”, dan benar saja apa ia katakana, jika hal tersebut diiringi dengan izin ilahi.


Dan apabila sebuah ruangan di dalam sebuah bola besi terisi penuh dengan air yang membeku pada suhu dingin, maka dorongan daya meluas dari air akan berkata dan memberi perintah: “wahai besi meluas lah, saya memerlukan tempat yang lebih luas dari ini!”. Maka besi yang padat itu pun berusaha untuk meluas, ia sama sekali tidak membantahnya, bahkan kekuatan keikhlasan dan kejujuran hati membuat besi padat itu retak dan hancur berkeping-keping.


Setiap dorongan yang tersebut di atas adalah amrun takwiniyyun (aspek penciptaan), hukum ilahi serta syariat suci, yang kesemuanya adalah manifestasi dari kehendak ilahiyah. 


Aspek-aspek iradah ilahiyah (kehendak ilahiyah) yang terdapat di dalam iradah al-akwan (kehendak penciptaan) adalah segala dorongan dan penerapan terhadap perintah-perintah ketuhanan.


Dan ini lah bentuk dari manifestasi rasa kasih sayang sebenarnya bila dilihat dari sisi bahwa rasa ketertarikan dan daya Tarik - yang keduanya adalah ruh suci dan bayangan bersinar dari rasa kasih sayang- terpantul di dalamnya sinar keindahan yang kekal dan cahaya iman.

 

Urgensi kenabian bagi umat manusia

Al-qudrah (kuasa) yang tiada berawal tidak pernah membiarkan seekor semut tanpa pemimpin, dan seekor lebah tanpa raja, dan tidak pula sekali-kali membiarkan umat manusia tanpa syariat dan tanpa nabi.


Ini lah sebuah kepastian konsekuensi dari rahasia tatanan alam semesta.        

 

Kebenaran mi`raj menurut malaikat laksana kebenaran terbelahnya bulan menurut manusia

Para malaikat melihat proses mi`raj yang bersumber dari karamah dengan penglihatan hakiki, karena dalam sisi kenabian, eksistensi kekuasaan yang maha dahsyat merupakan hal yang dapat diterima.

375. Page

Nabi mengenderai cahaya ‘’buraq” kendaraan petir, ia melihatnya laksana bulan yang memancarkan cahaya dari ujung yang satu ke ujung lainnya.

Oleh karena itu, sebagaimana apa yang telah ditunjukkan oleh terbelahnya bulan adalah sebuah mukjizat yang terlihat dan sangat besar bagi manusia yang hidup di alam fisik. Maka prosesi mi`raj ini juga adalah mukjizat terbesar bagi penduduk penghuni alam arwah, hal tersebut ditunjukkan oleh firman Allah [سُبْحَانَ الَّذِى اَسْرَى] “Maha Suci Yang telah memperjalankan” (Q.S. al-Isra`: 1)

 

Petunjuk kalimat syahadah

Pada dua kalimat syahadat, salah satu kalimatnya adalah saksi, dalil dan petunjuk bagi kalimat lainnya. Kalimat yang pertama adalah burhan lammiyyun (petunjuk yang memberi pengaruh) kepada kalimat yang kedua, dan kalimat yang kedua adalah burhan inniyyun (petunjuk yang terpengaruh) dari kalimat pertama.

 

Kehidupan adalah sulaman dari pancaran kesatuan

Kehidupan adalah seberkas cahaya dari sekumpulan cahaya-cahaya wahdah (kesatuan), tauhid terpancar diantara kumpulan-kumpulan tersebut. Sungguh, pancaran kesatuan menyatukan yang banyak dan berserak menjadi wujud yang satu.

Kehidupan itu menjadikan sesuatu yang satu menjadi pemilik bagi segala sesuatu, segala sesuatu itu bila dibandingkan dengan sesuatu yang tiada kehidupan di dalamnya adalah ketiadaan.


Ruh adalah hukum yang diberikan pakaian luar

Ruh adalah sebuah hukum yang bercahaya dan ketentuan yang diberikan pakaian luar indrawi, pada bagian tertingginya terdapat perasaan.


Ruh yang eksis ini dan juga hukum logis itu telah menjadi dua saudara dan teman akrab. Ruh dengan perannya datang dari alam amr (perintah) dan dari sifat iradah (kehendak), hal ini juga berlaku bagi hukum-hukum fitrah yang tetap dan permanen. Sedangkang al-qudrah (kuasa) telah membungkusnya dengan pakaian luar indrawi dan meletakkan syu`ur (perasaan) pada bagian teratasnya, maka jadilah ia mengalir dengan kelembutan serempak menuju jawhar yang merupakan intinya.


376. Page

Seandainya kuasa pencipta membungkus hukum-hukum yang berlaku pada setiap bagian parsial dari jawhar itu dengan pakaian luar indrawi, niscaya seluruh hukum-hukum itu akan menjadi ruh.


Dan apabila ruh melepaskan pakaiannya, maka ia akan menjadi sebuah hukum yang tidak akan mati meskipun bagian tertingginya -syu`ur (perasaan)- digoyang.

 

Eksistensi tanpa kehidupan adalah kehampaan

Setiap satu bagian dari cahaya dan kehidupan merupakan penyingkap tabir (kasysyaf) bagi seluruh eksistensi yang ada.

Renungkanlah! tanpa cahaya kehidupan, eksistensi akan dirasuki oleh kehampaan, bahkan ia seperti kehampaan itu sendiri.

Tiada keraguan, bahwa segala sesuatu tanpa ada kehidupan di dalamnya, maka hal itu merupakan sebuah keanehan, seperti yatim piatu, bahkan bagi sosok bulan sekalipun.

 

Semut kecil lebih agung dari pada bola bumi yang besar karena kehidupan

Sekiranaya seekor semut di timbang dengan timbangan yang ada di muka bumi ini, niscaya bola bumi kita ini tidak akan mampu menampung keluasan ciptaan yang muncul dari seekor semut kecil tersebut.

Seandainya bola bumi yang besar –yang saya anggap hidup dan sebagian orang menganggap mati- diletakkan pada salah satu sisi timbangan dan pada sisi lainnya diletakkan seekor semut, sungguh bola bumi yang besar ini tidak akan dapat menyamai berat setengah dari kepala makhluk yang satu ini dikarenakan kehidupan yang ada di dalamnya.

 

Ketika nashrani tunduk kepada Islam

Agama Nashrani kalau tidak redup maka ia akan menjadi suci, sehingga ia pasti akan tunduk kepada Islam dan meletakkan pedangnya.


Sungguh ia telah tercabik-cabik berkali-kali, sampai berubah menjadi ‘protestan’, namun tetap tiada ditemukan kedamaian di dalamnya. Kemudian kain penutupnya tercabik sekali lagi, tersingkaplah kesesatan tiada batas di dalamnya. Namun ada bagian darinya mulai mendekat kepada tauhid yang akan mengantarkan kepada kemuliaan, dan bagian itu sedang bersiap mulai dari saat ini, ia sedang tercabik-cabik, kemudian ia akan mulai dirasuki sinar kesucian, 

377. Page

setelah itu apabila ia tidak padam, maka ia akan bergabung ke dalam Islam. Ini adalah rahasia besar yang jauh hari telah disampaikan oleh pemimpin para Rasul -`alihishsholatu wa salam- dalam sabdanya: “Sungguh Isa -`alaihissalam- akan menegakkan syariatku, dan ia akan menjadi bagian dari umatku”.

 

Pandangan yang berulang-ulang melihat kemustahilan sebagai kemungkinan

Sebuah kisah masyhur mengisahkan bahwa sekumpulan orang yang jumlahnya banyak sedang memantau hilal hari raya idul fitri, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang melihat hilal. Namun tiba-tiba seorang kakek tua renta lagi miskin bersumpah bahwa ia telah melihat hilal, yang kemudian diketahui bahwa apa yang dilihat oleh kakek itu adalah sehelai rambut putih yang terjulur dari bulu matanya sehingga terlihat seperti hilal baginya, apa kaitannya sehelai rambut putih itu dengan hilal?


Apabila kamu memahami teka teki ini, pada hakikatnya pergerakan partikel-partikel atom telah menjadi bulu mata bagi akal, dan penyebab mata fisik menjadi buta adalah kumpulan rambut-rambut yang gelap itu. Sehingga akal menjadi tumpul dari melihat subjek penciptaan seluruh ragam bentuk, sehingga kegelapan pun meracuni kepalanya.


Maka, apa sebenarnya kaitan antara pergerakan-pergerakan partikel atom itu dengan susunan jagad raya? Sesungguhnya, menghubungkan prosesi penciptaan ragam bentuk ini dengan pergerakan partikel atom adalah sebuah kemustahilan dalam kemustahilan.

 

Al-Quran memerlukan cermin bukan wakil

Kesakralan (qudsiyah) yang terkandung di dalam sumber al-Quran, merupakan faktor utama yang menegur sanubari seluruh umat untuk bersikap ta`at, dan ia pula yang menggiring mereka untuk mengamalkan seluruh perintah ilahiyah. Pengaruh kesakralan dalam hal ini lebih besar dari pada pengaruh al-burhan (petunjuk).


Sembilan puluh persen dari hukum-hukum syariat merupakan tuntutan syariat dan substansi agama, keseluruhannya adalah tiang-tiang utama terbuat dari berlian. Sedangkan sisanya yang sepuluh persen, merupakan permasalahan ijtihad yang penuh perdebatan dan bersifat parsial.


Oleh karena itu, si pemilik sepuluh tiang emas di dalam penyimpanannya, tidak akan mampu menyimpan sembilan puluh tiang berlian, bahkan ia juga tidak bisa menambahkan tiang-tiang emas itu dengan tiang-tiang berlian.


Pada hakikatnya, tiang-tiang berlian itu adalah kepunyaan al-quran dan hadis, keduanya adalah pemilik sah tiang-tiang tersebut, maka siapa saja yang menginginkannya hendaklah ia memintanya kepada keduanya setiap waktu.


378. Page

Sedangkan ijtihad dan buku-buku keislaman lainnya, hendaknya menjadi cermin yang memantulkan cahaya al-quran atau teropong yang senantiasa menjadikan al-quran sebagai objeknya, karena sesungguhnya al-quran itu adalah mentari yang kandunganya merupakan mukjizat, yang terjaga dari bayangan dan campur tangan pihak lain.

 

Kebatilan diperjuangkan karena ia dianggap kebenaran

Manusia senantiasa meneriakkan kebenaran sebagai sebuah refleksi kewajaran dari fitrah kesucian yang mulia. Namun kadang kala ia terjatuh ke dalam jebakan kesalahan karena anggapannya melihat kesalahan itu sebagai sebuah kebenaran, dan pada akhirnya ia pun menjadi pembela kesalahan itu.


Dan kadang kala, ia juga bisa tersesat tanpa pernah ia sadari, sehingga ia mengubur kebenaran hakiki. Anggapannya telah menggiringnya kepada kebenaran palsu, dan pada akhirnya ia pun menegakkan kepalanya di atas kebenaran palsu itu.

 

Cermin-cermin al-Qudrah (kuasa)

Cermin dari al-qudrah (kuasa) yang memiliki kehormatan sempurna, sangat banyak. Tiap-tiap cerminya silih berganti membuka jendela-jendela kasih dan kelembutan ke alam nyata ini, dan ia pun senantisa terefleksi sebagai cermin-cermin baru yang berbeda-beda bentuk dan beraneka-ragam corak, yang selalu berubah-ubah dari air menjadi udara, dari udara menjadi gas, dari gas menjadi alam nyata, dari alam nyata menjadi ruh-ruh, dari ruh-ruh menjadi waktu, dari waktu menjadi khayalan, dari khayalan menjadi pemikiran.

Dengarlah dengan peka, dan amati cermin udara itu menggunakan kepekaan pendengaran tadi, kamu akan mendapatkan sebuah kalimat yang berubah menjadi jutaan kalimat, ini adalah bukti dari sebuah proses metamorfosis maha dahsyat dari pena al-qudrah (kuasa) menggunakan sebuah siklus rahasia ini.

 

Keaneka-ragaman bayangan pada cermin

Bayangan yang timbul dalam cermin, memiliki empat bentuk; bayangan identitas saja, atau identitas beserta karakteristiknya, atau identitas beserta sulutan esensinya, atau esensi beserta identitasnya.


Kamu dapat mengambil contoh seperti manusia, matahari, malaikat dan kalimat, bayangan-bayangan padat itu menampakkan diri sebagai benda-benda mati yang bergerak di dalam cermin.


379. Page

Sedangkan bayangan-bayangan ruh nurani berada di dalam cerminnya sendiri, masing-masing menjadi rangkaian kehidupan yang saling terkait dan cahaya yang terpancar, kalau lah tidak menjadi intinya maka ia tidak akan menjadi yang lain.


Seandainya matahari memiliki kehidupan, nisacaya wujud kehidupannya adalah panasnya, cahayanya, kesadarannya. Dan sudah pasti bayangan-bayangnya di dalam cermin adalah pemilik berbagai karakteristik ini.


Itulah kunci-kuci untuk membuka pintu-pintu rahasia berikut ini:


Seumpama penampakan bayangan Jibril a.s. pada satu waktu di sidratul muntaha dan di majelis nabi dalam bentuk Dihyah al-Kalbiy, dan penampakan bayangannya di tempat-tempat lain yang tidak ada mengetahui jumlahnya kecuali Allah S.W.T.


Begitu juga halnya dengan Izrail a.s. tatkala ia mencabut nyawa dalam satu waktu di tempat yang berbeda-beda, dan tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah S.W.T.

Dan Nabi S.A.W, pada satu waktu yang bersamaan terlihat dalam penglihatan kasyaf para wali-wali dan dalam ru`ya shadiqah (mimpi yang benar) umatnya, dan beliau menyambut mereka semua dengan syafa`atnya di hari berkumpul kelak.


Dan para wali-wali tingkat abdal (pengganti), mereka muncul dan terlihat di berbagai tempat dalam satu waktu yang bersamaan.

 

Yang memiliki bekal kemampuan hanya bisa menjadi mujtahid, bukan musyarri`

Bagi setiap orang yang memiliki bekal kemampuan dan memenuhi syarat-syarat untuk berijtihad, maka ia wajib berijtihad untuk dirinya sendiri dalam permasalahan yang tidak terdapat nash di dalamnya. Dan hal ini wajib hanya bagi dia saja, tidak bagi orang selain dia, karena ia tidak memiliki otoritas untuk membuat syariat dengan hasil ijtihadnya dan mengajak umat kepadanya.


Hal ini juga dikarenakan pemahaman dia dalam berijtihad dianggap sebagai bagian dari syariat, dan mustahil untuk dijadikan sebagai syariat itu sendiri. Sehingga dia hanya mungkin untuk menjadi sebagai seorang mujtahid, bukan sebagai musyarri` (pembuat syariat).


Adapun ijma` (konsesus) dan jumhur (pendapat mayoritas), keduanya adalah segel syar`i bagi hasil ijtihad.


Sehingga syarat pertama yang harus dipenuhi untuk mengajak orang lain kepada hasil sebuah pemikiran yang bersifat dhzan (tidak pasti) adalah hasil pemikiran itu harus diterima oleh jumhur (pendapat mayoritas). Jika tidak, maka ajakan tersebut termasuk dalam kategori bid`ah yang tertolak, harus dihentikan dan tidak boleh sama sekali keluar dari mulutnya.


380. Page

 

Cahaya akal terpancar dari qalbu

Bagi orang-orang yang bercahaya, yang sedang dirasuki kegelapan, hendaklah memahami perkataan ini;


Cahaya pikiran tidak akan pernah bercahaya tanpa sinar qalbu.


Apabila cahaya itu tidak bersatu dengan sinar ini, maka yang ada hanyalah kegelapan. Pikiran seperti ini akan memancarkan kezaliman dan kebodohan, dan ini adalah kegelapan yang menipu karena ia telah dibalut dengan pakaian cahaya.


Pada bola mata ada bagian putih terlihat laksana siang hari, padahal hanyalah warna putih redup gelap. Di dalam bagian putih itu ada bulatan berwarna hitam pekat laksana malam yang bersinar. Seandainya bulatan yang hitam pekat itu tidak ada, maka bola yang terbuat dari struktur lemak itu tidak akan bisa disebut sebagai mata, dan ia tidak bisa digunakan sebagai alat untuk melihat, karena tidak ada gunanya penglihatan bila tidak bisa melihat.

Kalau bukan karena adanya hitam pekat qalbu di dalam bagian pikiran yang putih, maka hasil pencapaian otak tidak bisa dikategorikan sebagai ilmu, dan tidak pula sebagai petunjuk, karena akal tidak akan pernah ada tanpa qalbu.   

 

Fase pembentukan Ilmu pada otak berbeda-beda dan saling terintegrasi

Terdapat beberapa fase di dalam otak yang saling berintegrasi antara satu dengan lainnya, masing-masing fase memliki aturan yang berbeda, fase pertama diawali dengan munculnya tahayul, kemudian setelahnya datang imajinasi, kemudian terbentuk logika, kemudian pembenaran, setelahnya persetujuan, dan kemudian muncul komitmen, setelah itu terbentuk keyakinan (i`tiqad).


Berdasarkan hal ini, maka keyakinan itu berbeda dengan komitmen.


Dan pada setiap fase ini melepaskan energi yang bermacam-macam, energi ketegaran muncul dari fase keyakinan, energi fanatik dari komitmen, energi implementasi dari persetujan, konsistensi dari pembenaran.


Energi objektivitas muncul di logika, observasi di imajinasi, omong kosong di tahayul bila tidak mampu untuk mengintegrasikannya.


Mengimajinasikan hal batil dengan detail akan melukai pikiran yang suci dan menyesatkannya secara terus-menerus. 


381. Page

 

Tidak pantas mengajarkan ilmu yang belum dicerna

Seorang alim mursyid yang hakiki ia harus seperti domba bukan burung, karena seyogyanya ia senantiasa mempersembahkan ilmunya tulus karena Allah. Laksana domba yang menyusui anaknya dengan air susu murni yang siap untuk diminum setelah melalui proses pencernaan makanan yang ia makan. Sedangkan burung, ia memberi makan anaknya dengan muntah yang tercampur air liurnya.

 

Merusak lebih mudah dan pelakunya selalu yang lemah

Wujud sesuatu sangat bergantung kepada wujud-wujud lainnya, dan kemusnahannya dimulai dari kerusakan salah satu bagiannya, sehingga merusak itu sangat mudah. Oleh karena itu, orang lemah tidak cermat dalam memperhatikan sebab-sebab yang tampak pengaruhnya terhadap hal-hal positif, sebaliknya ia justru melakukan hal-hal negatif, sehingga ia selalu menjadi subjek perusak.

 

Kekuatan itu alat pengabdian kepada kebenaran

Apabila undang-undang yang penuh hikmah (syariah), martabat pemerintahan dan hukum-hukum laten tidak saling bersatu padu mendukung kebenaran dan asas kekuatan, maka tidak akan ada buah manfaat yang akan diperoleh bagi mayoritas manusia. Syiar-syiar syariat akan dibayangi kelesuan dan kelumpuhan, sehingga tidak lagi digunakan sebagai dasar dan sumber berpijak bagi problematika manusia.

 

Antonim dalam antonim

Kadang kala, antonim (lawan kata) mengandung makna antonimnya sendiri. Seperti dalam istilah politik kata ‘lafaz’ (kata) memiliki arti ma`na (makna kata), kata ‘kezaliman’ diartikan sebagai memakai peci keadilan, ‘khianat’ dipakaikan pakaian integritas secara serampangan, dan kata ‘jihad’ diartikan sebagai pemberontakan, sedangkan penangkapan biadab seperti binatang dan tirani setan dikatakan sebagai demokrasi.

Inilah realitanya, kata dengan antonimnya telah bercampur-aduk, berpindah posisinya, tertukar namanya, berubah maknanya.

 


382. Page

Politik berasaskan kepentingan adalah binatang pemangsa yang buas

Sesungguhnya politik yang mucul dan berorientasi kepada azas kepentingan adalah binatang pemangsa yang buas. Perlakuanmu dengan penuh kasih sayang terhadap binatang buas yang sedang lapar dan ingin memangsa, sama sekali tidak akan membuka insting kelembutannya, sebaliknya hal itu hanya akan menambah selera makannya. Ia akan meminta kepadamu upah untuk setiap taring dan kukunya yang tajam.

 

Kejahatan manusia akan terus membesar karena tidak ada dinding pembatasnya

Berbeda dengan hewan, secara fitrah manusia tidak dibuatkan tembok pembatas pada dirinya. Karenanya, kebaikan dan keburukan yang muncul dari dirinya tidak akan pernah habis.


Manakala sifat ananiyah (egois) pada manusia bersatu dengan kesombongan, keangkuhan dan keras kepala, maka akan menjadi sebuah dosa. Dan manusia sampai saat ini belum mampu untuk memberikan nama untuk dosa satu ini, maka ini merupakan dalil terhadap urgensi adanya neraka, karena tidak ada balasan yang pantas bagi dosa ini kecuali api neraka.


Misalnya: Seseorang berangan-angan dari hatinya, supaya agama Islam dilanda kehancuran, supaya tampak kebenaran sebuah kebohongan yang ia buat.

Pada masa ini, neraka telah menjadi tidak lebih dari sebuah kebutuhan, sedangkan surga telah menjadi mahal.

 

Kebaikan kadangkala menjadi alat menggapai kejahatan

Limpahan kelebihan yang dimiliki oleh golongan kaya, pada hakikatnya adalah sarana untuk menghantarkan kepada sifat tawadu` (rendah diri) dan benci materi. Akan tetapi sangat disayangkan, limpahan kelebihan itu malah dijadikan sebagai sarana untuk menguasai orang lain dan sebagai kesombongan terhadap orang lain.


Sedangkan rasa lemah bagi orang-orang fakir, dan kemiskinan bagi orang-orang awam, adalah dua penyebab yang pada hakikatnya merupakan sebuah kebaikan dan rahmat bagi mereka, akan tetapi sangat disayangkan keduanya pada masa kini malah menjadi pendorong kepada kehinaan dan perbudakan.


Seandainya terjadi sebuah kemuliaan dan kebaikan pada apa pun itu, maka hal tersebut diperuntukkan seluruhnya kepada golongan kaya dan para pemimpin. Sedangkan apabila terjadi sebuah keburukan dan kejahatan yang bersumber dari mereka, maka mereka akan membaginya kepada masing-masing individu lemah dan awam.


383. Page

Maka apabila yang didapat oleh keluarga pembesar adalah kemuliaan, mereka akan membalasnya dengan perkataan; Selamat bagi mu tuan Hasan!


Namun apabila yang mereka dapat adalah keburukan, mereka akan membalasnya kepada setiap individu dengan perkataan; Sialan kamu!


Inilah kejahatan yang tersimpan di dalam diri manusia!

 

Seseorang yang tidak memiliki cita-cita akan diperbudak keegoisan

Apabila seorang manusia tidak memiliki cita-cita yang ia jadikan sebagai sandaran, atau ia dikuasai oleh rasa lupa, atau sering terlupa; maka tidak diragukan lagi bahwa pikirannya telah berubah menjadi ‘saya’ (ke-aku-an), dan hal itu akan senantiasa bersamanya, ‘saya’ itu akan semakin kuat dan kadang kala memunculkan sifat fanatik. Maka tidak akan mungkin menghapusnya sampai sikap itu berubah menjadi ‘kita’. Mereka yang mencintai sikap ‘saya’, mereka tidak akan pernah mencintai orang lain.

 

Berbagai kekacauan terjadi akibat kematian zakat dan kelahiran riba

Asal dan sumber dari seluruh kekacauan, kehebohan, kerusakan, penggerak dan telaga kehinaan, kejahatan dan seluruh elemen-elemen perusak; terdapat di dalam dua kalimat saja:


Pertama; apabila saya kenyang, saya tidak memikirkan orang lain yang mati kelaparan.

Kedua; pikullah beban-beban kesusahan di atas pundakmu demi rasa lapangku, bekerjalah kamu demi perutku, susah untuk mu dan senang untuk ku.


Obat penawar satu-satunya bagi bisa racun pembunuh pada kalimat pertama adalah; zakat yang telah disyariatkan dan merupakan salah satu rukun Islam.


Sedangkat yang bisa mencabut akar-akar pohon zaqqum pada kalimat kedua adalah; pengharaman riba.


Apabila umat manusia mendambakan perdamaian, dan menyayangi hidupnya, maka hendaklah mereka menghidupkan zakat serta memusnahkan riba.

    


384. Page

Memerangi riba demi kelangsungan hidup umat manusia

Jurang pemisah antara golongan kaya dengan golongan miskin semakin melebar, dan tali silaturahim antara mereka telah terputus.


Sehingga, akan muncul dari bagian bawah gema kehancuran, jeritan dendam serta dahaga rasa iri dan dengki.


Dan akan turun dari bagian atas api kezaliman, penistaan, batu kesombongan serta petir penindasan.


Sejatinya, yang naik dari bawah itu adalah kelembutan, keta`atan, penghormatan dan kepatuhan, sedangkan yang turun dari atas adalah rahmat, kebaikan, empati dan pendidikan.


Apabila umat manusia menginginkan hal ini, maka mereka harus menumbuhkan zakat dan memberangus riba.


Sesungguhnya keadilan yang terkandung di dalam al-Quran berdiri tegak di depan pintu alam semesta, ia mengatakan kepada riba; “kamu dilarang masuk, kamu tidak memiliki kepentingan di dalam, maka pulang lah”.


Akan tetapi umat manusia belum setuju dengan hal ini, sehingga mereka mendapatkan rentetan tamparan yang keras. Oleh karena itu, kamu wajib untuk melihat kembali hal ini sebelum kamu mendapatkan tamparan yang lebih keras lagi dari yang pertama.


Akhir dari perbudakan moderen

Telah aku katakan dalam salah satu pandanganku; bahwa perang-perang kecil yang terjadi antar bangsa dan suku, telah menyisakan beberapa tempat pertempuran yang lebih dahsyat antar kasta-kasta umat manusia. Karena pada awalnya, umat manusia menolak seluruh praktek perbudakan dalam bukti-bukti sejarahnya, bahkan menghapusnya dengan darah mereka.



Dan pada masa kini, para pekerja telah menjadi orang-orang yang menanggung beban-beban pekerjaan yang mirip dengan perbudakan. Namun, umat manusia telah mulai bergerak untuk mengancurkan praktek ini. Sungguh kepala umat manusia ini telah ditumbuhi uban, ini ditandai dengan lima bukti: kebuasan, kekolotan, penawanan, perbudakan, dan yang terakhir adalah realita masa kini; yaitu memperkerjakan manusia dengan upah, dan ini juga mulai hilang.

 

Jalan yang tidak syar`i mengarah kepada kebalikan dari tujuan

“Pembunuh tidak mendapatkan hak waris”, sebuah hukum yang agung.


385. Page

Biasanya, apabila jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu tidak sesuai dengan syariat, maka akan membawa kepada kebalikan dari tujuan tersebut. Maka kecintaan kepada Eropa dan mengekor kepadanya bahkan sampai loyal kepadanya, merupakan jalan tidak syar`I, hasil yang didapatkan adalah kejahatan dan permusuhan yang amat sangat kepada yang dicintai. Benar, si fasiq yang sedang patah hati karena kecewa tidak akan merasakan kenikmatan dan keselamatan.

 

Sebutir hakikat dari Jabariyah dan Mu`tazilah

Wahai pencari hakikat, sesungguhnya kaca mata syariat dalam melihat masa lalu dan musibah, tidak sama dengan ketika melihat masa depan dan maksiat.


Ia melihat kepada masa lalu dan kepada musibah dengan kaca mata takdir ilahi, maka kebenaran dalam hal ini milik Jabariyah.


Sedangkan terkait masa depan dan maksiat, maka ia melihat keduanya dengan kaca mata taklif (perintah) ilahi, maka kebenaran dalam hal ini milik Mu`tazilah.


Maka dalam kedua madzhab yang batil ini, terdapat sebutir hakikat yang memiliki tempat khusus, dan kedua madzhab ini berdamai di tempat tersebut, akan tetapi kebatilan itu dinilai secara umum.

 

Perasaan lemah dan putus asa adalah jati diri orang miskin

Jika kamu ingin hidup, jangan pernah mengandalakan rasa lemah dalam permasalahan yang bisa kamu selesaikan.


Dan jika ingin keluasan, jangan pernah mengadu kepada rasa putus asa dalam permasalahan yang tidak ada penyelesaiannya.

 

Hal kecil kadang berdampak besar

Kadang aksi sepele bisa mengangkat derajat pelakunya ke derajat paling tinggi dengan syarat-syarat tertentu.


Dan kadang dalam kondisi tertentu, aksi sepele juga bisa menjatuhkan derajat pelakunya ke derajat paling bawah.


386. Page

Ketika sesaat bernilai setahun bagi sebagian orang

Sebagian fitrah bersinar dengan seketika, dan sebagian lain bersinar secara bertahap, sedikit demi sedikit. Tabiat manusia menyerupai kedua hal tersebut, ia berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi, kadang ia bergerak secara bertahap dan kadang kala ia seperti bubuk mesiu berwarna hitam gelap; yang meledak dan seketika memancarkan api terang. Dan pandangan sepintas kadang mampu mengubah batu bara menjadi intan, dan dalam beberapa kesempatan lainnya, sebuah sentuhan mampu mengubah batu menjadi bahan baku emas.


Hanya dengan sebuah tatapan nabawiyah, seorang arab jahil seketika berubah menjadi pengenal Allah dan bercahaya.


Jika kamu ingin contoh, maka lihatlah Umar sebelum Islam dan Umar setelah Islam. Hubungan antara keduanya mirip dengan hubungan antara biji dan pohon berbuah; karena penantiannya berbuah hasil -seketika- akibat tatapan nabawiyah. Dan himmah (target) nabawiyah pula yang mengubah -seketika- fitrah yang telah menjadi arang, menjadi intan mutiara di jazirah arab dari ujung sampai ke ujung, dan ia telah menghidupkan cahaya akhlak, ia menghidupkannya seperti bubuk mesiu yang meledak memancarakan cahaya yang bercaya.

 

Bohong adalah lafadz kafir

Sebutir kejujuran akan membakar jutaan kebohongan, dan sebutir hakikat akan menghancurkan benteng khayalan. Kejujuran adalah asas utama dan sumber yang cerah nan berkilau, membuka peluang seluas-luasnya bagi kebungkaman meskipun di dalamnya terdapat bahaya, dan menutup peluang kebohongan meskipun di dalamnya terdapat manfaat.


Oleh karena itu, jadikanlah setiap kata-kata yang keluar dari mulutmu sebagai kejujuran, dan seluruh urusanmu sebagai kebenaran.


Akan tetapi, tidak setiap kejujuran boleh kamu sampaikan, kamu harus bisa mencermati hal ini baik-baik, jadikan kata-kata خُذْ مَا صَفَا دَعْ مَا كَدَرْ “Ambil yang suci dan tinggal yang tercemar” sebagai slogan hidupmu.


Lihatlah dari sisi positif, dan pandanglah segala sesuatu itu indah sehingga pikiran kamu juga akan menjadi indah.


Berprasangkalah dengan prasangka baik dan berpikir dengan pikiran baik agar kamu mendapatkan kelezatan dan ketenangan hidup.


Optimistis yang terdapat di dalam prasangka baik, adalah kehidupan yang dipenuhi hal-hal penting. Sedangkan pesimistis yang terdapat di dalam prasangka buruk, adalah penghancur bagi ketenangan dan pembunuh bagi kehidupan.


387. Page

 

Perbandingan antara syariat dengan peradaban moderen dan antara petunjuk sains dengan petunjuk syar’i

Pada suatu malam jumat, di awal masa gencatan senjata (perang dunia I), dalam sebuah kebenaran mimpi di alam nyata, orang-orang menanyakan saya dalam majlis yang agung:

Apakah yang akan terjadi pada dunia islam setelah kekacauan ini?

Saya menjawab sebagai wakil dari zaman ini, sedangkan mereka mendengarkan apa yang saya katakan:


Sesungguhnya Negara ini sejak lama telah memikul kewajiban jihad –wajib kifayah- , yang menegaskan komitmennya kepada agama. Dan kini ia telah menyerahkan dirinya sebagai tumbal demi kemerdekaan dunia Islam yang satu laksana satu kesatuan tubuh, dan demi tegaknya kalimat Allah dan demi menjadi pembawa bendera khilafah. Saya katakan bahwa petaka pada masa lalu yang melanda ummat Islam, pasti akan berubah menjadi kejayaan dan kemerdekaan bagi dunia Islam.


Musibah masa lalu akan diganti dengan masa depan, maka sekali-kali tidak akan pernah rugi orang yang membayar tiga demi memperoleh tiga ratus, dan orang yang optimis berusaha di masa kini demi masa depan.


Sesungguhnya musibah ini muncul sebagai pahlawan persatuan yang bersumber dari persaudaraan, dan pahlawan kesatuan diantara kaum muslimin; dimana persatuan dan kesatuan ini adalah ragi kehidupan. Dengan hal ini, rasa persaudaraan semakin kuat.

Tatanan peradaban moderen yang hina ini akan berubah dan sistemnya akan rusak dikarenakan percepatan gerakan yang ingin menghancurkannya, dan pada saat itu akan muncul peradaban Islam, dan kaum musliminlah yang pertama kali memasukinya dengan penuh sukarela. Dan apabila kamu ingin membandingkan peradaban Islam dengan peradaban moderen; maka lihatlah secara mendalam pada setiap pondasi dari keduanya, kemudian lihat hasil dari keduanya.


Sesungguhnya peradaban moderen didirikan di atas pondasi negatif destruktif, dan lima asas pondasi negatif destruktif itu adalah sebagai berikut;


Pondasi, tiang, dan lingkaran roda yang berputar di atasnya, sedangkan titik acuannya adalah kekuasaan yang menggantikan kebenaran, dan kekuasaan cenderung kepada penindasan, kesemenaan dan penolakan. Dari beberapa hal ini akan muncul pengkhianatan.


Sedangkan visi dan misinya adalah kepentingan materi yang menggantikan kehormatan, dan kepentingan materi ini cenderung kepada kompetisi tidak sehat dan permusuhan. Dan dari hal ini muncul kejahatan.


388. Page

Undang-undang kehidupannya adalah konflik dan permusuhan yang menggantikan tolong menolong. Konflik dan permusuhan ini cenderung mengarah kepada perseteruan dan sikut menyikut. Dari hal ini akan lahir kefakiran dan penderitaan.


Dan pemersatu utama antara kaum-kaum di dalamnya adalah rasisme yang senantiasa menilai orang lain, dimana kekuatanya bertambah dengan kerugian yang diderita orang lain. Sikap rasis kesukuan yang negatif ini cenderung kepada bentrokan mengerikan, sengketa besar yang berkelanjutan. Dari hal ini lahir kehancuran.


Dan pondasi yang ke lima; perilaku umat manusia berupa perbuatan-perbuatan menarik yang didasari oleh motivasi hawa nafsu, pemuasan birahi dan syahwat; hawa nafsu ini cenderung mengarah kepada menghapus sifat manusiawi dari diri manusia, sehingga berubah pula jati diri kemanusiaan.


Seandainya kamu tukar bagian luar mayoritas orang-orang moderen tersebut dengan bagian dalam; niscaya kamu akan mendapatkan bentuk mereka seperti bentuk binatang-binatang, pemimpin mereka adalah kera, serigala, ular, beruang, dan babi. Bahkan akan terlihat dalam khayalanmu bulu-bulu dan kulit-kulit dari hewan-hewan itu.


Dari pemaparan yang telah lewat, akan terlihat hasil dari peradaban moderen yang ada saat ini.


Sesungguhnya syariat adalah alat ukur bagi segala timbangan yang ada dimuka bumi ini. Dan rahmat yang terkandung di dalamnya adalah langit al-Quran.


Peradaban Qur`ani didirikan atas pilar-pilar positif konstruktif; dimana roda kemakmuran senantiasa berputar didalamnya yang disokong oleh lima pilar positif.


Landasan berpijaknya adalah kebenaran yang menggantikan kekuasaan, kebenaran selalu mengarahkan kepada keadilan dan kesetaraan. Dari hal ini akan lahir kedamaian yang menghapus pertikaian.


Visi dan misinya adalah kehormatan yang menggantikan kepentingan, kehormatan selalu mengarahkan kepada cinta kasih dan rasa ketertarikan. Dari hal ini akan lahir kemakmuran yang menghapus permusuhan.


Undang-undang kehidupannya adalah tolong-menolong yang menggantikan konflik dan perperangan, tolong-menolong selalu mengarahkan kepada persatuan dan kesatuan, dan dengan keduanya hiduplah semangat gotong-royong.


Perilaku umat manusianya adalah hidayah dan petunjuk yang menggantikan hawa nafsu dan permusuhan, hidayah dan petunjuk mengarahkan kepada peningkatan derajat bagi manusia dan kesejahteraan yang sesuai baginya, dan menjadikan ruh bercahaya serta menyempurnakannya sebagaimana seharusnya.


Pemikirannya adalah universal bagi seluruh umat manusia; menolak segala rasisme kesukuan; serta meletakkan ikatan agama, kesatuan Negara dan persaudaraan seiman pada tempatnya 

389. Page

secara profesional dan proposional. Persaudaraan yang murni dan kesejahteraan yang universal, keduanya adalah perekat bagi ikatan ini, sehingga apabila ia diserang dan coba dihancurkan oleh kekuatan dari pihak luar, maka ia dengan fungsinya akan mempertahankan dirinya.


Sekarang apakah kamu bisa memahami mengapa kaum muslimin memilih meninggalkan peradaban moderen dan menolak keberadaannya? Dan sampai detik ini, mereka tidak ingin masuk ke dalamnya berdasarkan kehendak mereka sendiri.


Hal itu karena peradaban moderen itu tidak memberi manfaat bagi mereka, sebaliknya ia malah telah mengekang mereka dengan belenggu penyanderaan yang kuat dan kejam, bahkan ia lebih cocok dikatakan sebagai racun bisa mematikan bagi umat manusia dari pada sebagai penawarnya. Hal ini karena ia telah menjerumuskan lebih dari delapan puluh persen umat manusia ke dalam jurang kesulitan dan kesengsaraan, dan memasukkan sepuluh persennya ke dalam rumah kesejahteraan palsu. Sedangkan sisanya sepuluh persen lagi, ia tinggalkan diantara jurang kesengsaraan dan rumah kesejahteraan palsu tersebut.


Dari rangkaian ini semua, maka keuntungan perdagangan hanya akan dinikmati oleh segelintir orang zalim saja.


Akan tetapi ketentraman yang hakiki hanya ada pada ketentraman yang bersifat universal bagi seluruh umat manusia, atau paling tidak hendaklah menjadi utusan pembawa keselamatan bagi mayoritas umat.


Al-Quranul karim yang turun sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, hanya menerima sebuah peradaban yang memberikan ketentraman bagi seluruh atau sebagian besar umat manusia.


Sedangkan pola hidup saat ini, telah memberikan hawa nafsu kebebasan penuh seperti bintang, syahwat dan birahi menjadi raja, menguasai dan mengatur manusia, menjadikan urusan yang tidak begitu penting menjadi sangat penting, sehingga hilanglah masa untuk istirahat. Padahal manusia dengan kekolotannya hanya memerlukan empal hal untuk hidup, akan tetapi peradaban telah menjadikannya miskin sehingga ia memerlukan seratus hal untuk hidup, yang mengakibatkan pekerjaan yang halal serasa tidak cukup, padahal hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pelengkap saja. Hal ini mendorong umat manusia melakukan penipuan dan perkara haram, maka mulai dari titik ini rusaklah tatanan akhlak. Peradaban seperti ini telah memberikan limpahan kekayaan dan materi kepada perusahaan-perusahaan dan sebagian kelompok, namun tetap saja ia meninggalkan rasa kefakiran dan kerusakan moral pada setiap individu.


Bukti-bukti kongkrit untuk hal ini sangat banyak,


Peradaban moderen yang menjijikkan ini sesungguhnya telah memuntahkan seluruh isi perutnya berupa kezaliman, penindasan, kejahatan, permusuhan dan pengkhianatan, di zaman-zaman permulaan; tapi sampai saat ini perutnya masih saja tidak berhenti merasa mual ingin muntah.


390. Page

Sebaliknya, penolakan dunia Islam terhadap peradaban model ini memiliki sebuah makna tersendiri yang telah menarik perhatian; Dunia Islam memiliki pendirian enggan untuk menerimanya serta menyikapinya dengan dingin.


Benar, sikap ‘jual mahal’ dunia Islam ini yang timbul dari nurani kemerdekaan, adalah identitas pembeda dari cahaya ilahi yang tersimpan di dalam syariat suci.


Identitas pembeda ini pula yang menjadi penghalang bagi cendikiawan Romawi –yang merupakan ruh peradaban moderen- untuk masuk dan berkuasa atas cahaya hidayah ini.

Cahaya hidayah yang terdapat di dalam syariat, tidak akan pernah tercampur dengan falsafah yang terdapat di dalam peradaban moderen, dan tidak akan pernah terinfeksi dengannya; karena sangat mustahil kasih sayang dan kehormatan iman -yang telah dipupuk oleh syariat di dalam ruh keislaman- menjadi pengikut bagi falsafah tersebut.

Al-Quran yang penuh mukjizat seolah telah mengambil seluruh hakikat syariat dengan tangannya yang putih, tangan itu memegang setiap hakikat yang laksana tongkat Nabi Musa; sehingga pada masa yang akan datang, para penyihir yang bernama peradaban moderen itu akan sujud kepada hukum al-quran, karena rasa takjub.


Sekarang, perhatikan dengan seksama!


Romawi kuno dan Yunani memiliki dua cendikiawan; keduanya merupakan saudara kembar yang memiliki asal yang sama; yang satu adalah penyembah khayalan sementara yang satu lagi penyembah materi. Dan kedua saudara kembar tersebut seperti minyak dan air, tidak pernah bisa bersatu.


Perjalanan waktu menginginkan mereka berdua bersatu; peradaban moderen dan umat nasrani telah mengerahkan tenaganya untuk menyatukan keduanya, namun tidak satu bagian pun dari keduanya bisa bersatu. Keduanya senantiasa menjaga indepedensi masing-masing sejauh yang mereka bisa.


Mungkin bisa saja saat ini mereka berdua telah berganti tubuh, salah satunya menjadi seorang Jerman, dan satu lagi menjadi seorang Perancis; seolah-olah telah terjadi proses reinkarnasi kepada mereka berdua.


Wahai saudara yang bijak; zaman telah membuktikan; kedua cendikiwan kembar ini telah menolak dengan kuat dan keras segala jenis sebab yang bisa menyatukan mereka, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda mereka ingin berdamai.


Mereka berdua saja yang merupakan saudara kembar, teman karib, dan sahabat di dalam maju dan berkembang, masih saja saling bemusuhan dan saling sikut-menyikut, tidak pernah mau untuk berdamai. Maka bagaimana hidayah syariat yang merupakan cahaya al-quran, mau untuk bergabung dan berdamai dengan kejeniusan Roma yang merupakan ruh peradaban moderen itu, bahkan asal dan sumbernya saja berbeda dan saling terpisah antara satu dengan lainnya.


391. Page

Sumber kejeniusan itu dan sumber hidayah ini sangat berbeda; hidayah petunjuk turun dari langit, sedangkan kejeniusan itu keluar dari tanah bumi.


Hidayah hiper-aktif di dalam qalbu yang senantiasa menggerakkan kinerja otak; sedangkan kejeniusan hiper-aktif di dalam otak yang senantiasa mengganggu kinerja qalbu.


Hidayah petunjuk menerangi ruh serta menumbuhkan potensi-potensi di dalamnya, maka tabi`at (alam natural) yang mulanya dikuasai kegelapan akan dikuasai oleh cahaya penerangan, dan ia akan memangkas jarak yang jauh menuju kesempurnaannya, dan pada akhirnya jiwa raga jasmani akan menjadi patuh dan taat. Hal ini akan menjadikannya laksana malaikat dalam bentuk raga manusia yang memiliki obsesi tinggi.


Sedangkan kejeniusan, awalnya ia akan fokus kepada jiwa dan raga, kemudian masuk ke dalam tabi`at (alam natural), kemudian menjadikan jiwa sebagai tempat bercocok-tanam, sehingga akan tumbuh dan membesar di dalamnya bekal sikologis. Tahap berikutnya ruh akan menjadi budak, potensi yang ia miliki akan mengeras, dan akhirnya akan menjadikannya laksana setan yang berwujud manusia.


Hidayah menawarkan ketentraman bagi kehidupan manusia dan menebarkan sinar di ke dua alam sekaligus; alam dunia dan alam akhirat, dan ia juga mengangkat derajat manusia.


Sedangkan kejeniusan salah satu matanya buta seperti Dajjal, ia hanya mengenal satu kehidupan dan satu alam saja. Jati dirinya adalah penyembahan materi dan cinta dunia, yang telah menjadikan manusia hewan pemangsa yang buas.


Benar sekali, kejeniusan adalah penyembah materi dan berkuasa dengan kekuatan buta.

Sedangkan hidayah, ia mengetahui hakikat dari segala eksistensi yang memiliki perasaan, dan senantiasa melihat kepada kekuasan mutlak yang berkuasa.


Kejeniusan menjulurkan kain penutup kekufuran di atas bumi, dan hidayah memantulkan cahaya syukur dan terima kasih kepadanya.


Kesimpulan dari teka-teki ini adalah bahwa kejeniusan itu buta dan tuli; sedangkan hidayah melihat dan mendengar.


Hal ini disebabkan karena kejeniusan memiliki pandangan bahwa seluruh nikmat yang tersebar di muka bumi ini, ibarat kambing-kambing yang tidak bertuan. Kemudian ia menyelipkan sensifitas kehewanan yang buas, seperti suka mencuri, mencopet, menculik serta merampas apa yang ada di alam ini tanpa rasa syukur dan terima kasih.


Sedangkan dalam pandangan hidayah, seluruh nikmat yang tersebar di atas permukaan bumi dan jagad raya, merupakan buah-buah kasih sayang ilahiyah. Di setiap nikmat ada juluran tangan kedermawanan yang marayu manusia untuk meraihnya dengan penuh rasa syukur dan terima kasih.


392. Page

Terlepas dari segala sisi negatif yang saya paparkan tentang peradaban moderen, saya tidak mengingkari fakta kenyataan bahwa ia juga memiliki banyak sisi positif. Akan tetapi sisi positif tersebut tidak berhak diklaim sebagai kepunyaan Nasrani saja, atau produk ciptaan Eropa saja, atau hasil kreatifitas kemoderenan saja; akan tetapi ia adalah milik, produk dan hasil kreatifitas bersama. Ia adalah produk yang dihasilkan dari kolaborasi antara pemikiran, hukum-hukum syariat dan bekal fitrah; khusunya dari syariat Muhammadiyah dan revolusi Islam. Oleh karena itu, tidak ada yang berhak mengklaim kepemilikan terhadap produk yang satu ini.


Kemudian pemimpin majelis hikmah kembali, dan ia ditanya lagi:    


Wahai pejuang zaman ini, musibah yang terjadi selalu merupakan hasil dari perbuatan khianat, dan sebab memperoleh pahala. Dan sungguh suratan qadr (takdir) telah memberikan sebuah tamparan dan mengganjarnya dengan qada’ (keputusan).


Kesalahan golongan mayoritas menjadi penyebab utama meluasnya musibah yang berkelanjutan; maka perbuatan apakah yang telah kalian lakukan sebagai alasan kepada qada’ dan qadr sehingga qada` ilahi tersebut menghukum kalian dengan bencana dan kesusahan?


Saya menjawab;


Sesungguhnya dosa kesesatan pemikiran, keras kepala Namrud serta kesombongan Fir`aun pada umat manusia telah menumpuk dan memenuhi bumi ini sehingga ketinggiannya mencapai langit dan menyentuh rahasia penciptaan dengan cara kasar; maka sebagai balasannya, langit pun menurunkan gempa bumi peperangan ini laksana angin topan dan wabah sampar, ini lah sebuah tamparan keras dari langit tepat di wajah kekufuran.


Oleh karena itu, musibah ini adalah musibah bersama yang turun kepada seluruh umat manusia; adapun salah satu penyebabnya yang dilakukan secara bersama oleh semua pihak -karena seluruhnya dari jenis sama; yaitu manusia- adalah pemikiran sesat yang muncul dari paham materialism, kebebasan seperti binatang dan dominasi hawa nafsu.

Sedangkan penyebab kita terseret ke dalamnya adalah;


Sikap acuh dan remeh kita terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam rukun-rukun Islam; padahal Sang Pencipta hanya meminta kepada kita satu jam saja dari dua puluh empat jam yang Ia berikan kepada kita, Ia meminta satu jam kepada kita yang hakikatnya untuk kepentingan kita sendiri, Ia memerintahkan kita untuk mengisi waktu satu jam itu dengan mendirikan sholat llima waktu. Dan kita justru meninggalkannya karena malas dan meremehkannya dengan kelalaian kita, maka kita dihukum dengan latihan keras, kesiagaan yang terus menerus, kelelahan dan kesulitan selama dua puluh empat jam setiap hari sepanjang lima tahun. Dengan kata lain, kita dipaksa untuk menunaikan sholat dengan cara yang berbeda.


Dan memerintahkan kita untuk berpuasa wajib dalam sebulan dari satu tahun yang diberikan kepada kita; dan kita pun enggan melaksanakannya, sehingga kita dihukum dengan puasa selama lima tahun sebagai pengganti (kaffarah) dari puasa yang kita tinggalkan selam sebulan.   


393. Page

Dan memerintahkan kita untuk berzakat sebesar satu bagian saja dari empat puluh bagian yang kita miliki, atau satu dari sepuluh jumlah harta kita yang diberikan-Nya, namun kita berbuat zalim dan kikir, bahkan kita mencampurnya dengan perkara haram. Karena kita tidak mengeluarkan zakat secara sukarela karena ketaatan, maka Ia sendiri yang akan mengambilnya dari kita dengan cara siksa pedih dan petaka perperangan, dan Ia menyucikan kita dari perkara haram menggunakan cara yang menyakitkan. Dan ingatlah! Perbuatan merupakan bagian balasan, dan balasan adalah bagian dari perbuatan.


Amal shaleh itu ada dua macam;


Petama; Positif dan suka rela, dan satu lagi; Negatif dan paksaan.


Oleh karenanya, seluruh musibah dan bencana adalah perbuatan baik (amal shaleh) yang merupakan bagian dari bentuk kedua; yaitu negatif dan paksaan. Dan sabda nabi telah memberikan kita pelipur-lara dalam menyikapi hal ini.


Umat yang dipenuhi dosa ini seolah telah berwudhuk dengan air darahnya, kemudian bertaubat dengan taubat perbuatannya. Oleh karena itu, pahala balasan yang segera ia dapatkan di dunia ini adalah diangkatnya sebanyak empat juta jiwa -seper lima jumlah umat ini- ke derajat wali, derajat syahid, derajat mujahid yang menghapuskan dosa-dosanya.


Mendengar jawaban bijak ini, para peserta majelis hikmah pun memberikan apresiasi positif. Dan tiba-tiba diriku pun terbangun, padahal baru saja aku tertidur dalam alam kesadaran. Karena bagi diriku, alam kesadaran dalam tidur adalah sebuah mimpi, dan mimpi merupakan bagian darinya. Dalam mimpi itu aku sebagai perwakilan (mumatstsil) kurun ini, sedangkan di sini aku adalah seorang Said al-Kurdy.

 

Majas ditangan orang bodoh menjadi hakikat

Apabila majas (permisalan) dipindahkan dari tangan ilmu ke tangan kebodohan, maka ia berubah menjadi hakikat serta membuka pintu-pintu kurafat. Di hari kecilku, aku melihat gerhana bulan, lantas aku menanyakan sebab gerhana itu terjadi kepada ibuku. Ia menjawab; Ular telah menelannya. Kemudian aku tanyakan lagi; Kenapa tetap terlihat? Ia menjawab: Karena ular-ular di sana setengah nyata.


Demikian lah bagaimana majas itu dianggap seperti hakikat. Padahal hakikatnya gerhana bulan itu terjadi berdasarkan perintah ilahi dengan memposisikan bumi berada diantara matahari dan bulan, dan meletakkan bulan di dua buah titik perpotongan antara bidang orbit dan ekliptikanya.


Kedua titik potong itu mirip kepala ular yang sedang menelan bulan dan ekornya. Sehingga keduanya dinamai dengan nama “ular naga”, sebuah nama yang dihasilkan dari logika khayalan, namun berubah menjadi sebuah nama hakikat (kenyataan).


394. Page

 

Pujian yang berlebih adalah celaan terselubung

Apabila kamu memuji sesuatu apa saja, maka puji lah apa adanya jangan berlebihan. Karena pujian berlebihan itu adalah celaan terselubung; menurut keyakinanku. Karena kebajikan yang melebihi kebajikan ilahi bukan lah kebajikan.

 

Ketenaran wujud kezaliman

Ketenaran itu kejam, karena ia mengambil apa yang seharusnya milik orang lain.

Cerita tentang lelucon dan ketenaran yang disematkan kepada seseorang, kadang yang benar-benar dimilikinya tidak melebihi dari kadar ketentuan zakat milikinya.

Ketenaran semu tentang Rustam Sistani (seorang pemimpin pasukan kenamaan) telah merampas kejayaan Iran selama satu era penuh.  Ketenaran semu itu telah berkembang dengan cara mencuri dan menjarah pribadi khayalan itu, dan memberikannya kepada manusia sehingga mereka jatuh ke dalam kurafat yang tiada ujung.  

 

Memisahkan antara agama dengan kehidupan, jalan menuju kebinasaan

Dosa ‘Jhon Turk’ (Gerakan Pemuda Turki) adalah kebodohan mereka bahwa agama adalah asas kehidupan bagi kita sebagai seorang muslim, dan mereka mengira bahwa umat bisa terpisah dari agama.


Mereka salah paham ketika mengira bahwa peradaban moderen adalah segalanya, terus berkembang dan akan berkuasa. Mereka juga beranggapan bahwa kesejahteraan hidup terdapat di dalamnya. Padahal, saat ini zaman telah membuktikan bahwa sistem peradaban moderen merusak dan berbahaya.


Pengalaman merupakan bukti nyata yang memperlihatkan kepada kita bahwa agama adalah nyawa, cahaya dan inti dari kehidupan. Dan usaha membangkitkan umat ini hanya bisa dilakukan dengan membangkitkan agama; dunia Islam telah mengetahui betul akan hal ini.


Kebangkitan umat Islam –berbeda dengan umat lainnya- tergantung sejauh mana pemeluknya berpegang teguh kepada agama. Dan sebaliknya, kemunduran umat tergantung sejauh mana kelalaian mereka kepada agama. Namun sayang, hakikat sejarah yang berharga ini telah terlupakan.

 


395. Page

Kematian tidak seseram yang dikira

Kesesatan yang paling ambigu adalah yang menganggap kematian menakutkan. Padahal kematian hanya pergantian pakaian, perpindahan tempat atau keluar dari penjara dan masuk ke dalam taman.


Barang siapa yang menginginkan kehidupan hakiki maka hendaklah ia mencari mati syahid, dan al-Quran telah mengisyaratkan kepada nikmat kehidupan seorang syahid.

Setiap syahid tidak akan merasakan sakitnya sakratul maut karena ia merasa dan yakin bahwa dirinya masih hidup. Hal itu disebabkan karena dia akan mendapatkan kehidupan barunya lebih bersih dan suci dari apa yang ia miliki sebelumnya sehingga ia merasa yakin bahwa ia belum mati.


Akan tetapi hati-hati, orang mati dan syahid memiliki kesamaan dalam permisalan berikut;

Dua orang pemuda sedang berjalan dalam mimpi di tengah-tengah taman yang penuh dengan berbagai kenikmatan. Salah seorang dari keduanya sadar bahwa ia sedang berada dalam mimpi, sehingga ia tidak mendapatkan rasa nikmat dan gembira, namun justru yang ia dapatkan adalah rasa kecewa. Sedangkan yang satu lagi menganggap bahwa mimpi itu adalah alam kesadaran, sehingga ia pun merasakan kelezatan hakiki, dan mimpi itu menjadi kenyataan baginya.


Mimpi adalah bayangan alam nyata, dan alam nyata adalah bayangan alam barzakh; dari hal ini didapatkan kemiripan aturan antara alam-alam ini.

 

Politik zaman ini adalah wujud setan di alam pemikiran

Pollitik peradaban moderen mengorbankan golongan minoritas untuk kesenangan golongan mayoritas. Bahkan menjadikan sebagian golongan kecil bisa berbuat zalim kepada mayoritas golongan awam dengan menjadikan mereka sebagai hewan korban yang dikorbankan demi diri mereka.


Sedangakan keadilan al-Quran, tidak menghalalkan kehidupan dan darah satu orang pun dijadikan sebagai korban bagi siapa pun; baik bagi kepentingan kelompok mayoritas atau bagi kepentingkan seluruh umat manusia.


Ayat agung: [مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ] (Q.S. al-Maidah:32), meletakkan dua rahasia besar di depan pikiran. Salah satu nya adalah keadilan murni; ini merupakan undang-undang yang sangat mulia, karena telah meletakkan individu, golongan, dan siapa pun juga dari kalangan manusia sama di depan keadilan ilahiyah, sebagaimana kesetaraan segalanya di hadapan al-Qudrah (kuasa). Dan ini adalah hukum kekal.


396. Page

Benar, seseorang boleh mengorbankan hak-haknya, tapi dirinya tidak boleh dikorbankan bersama dengan hak-haknya meskipun untuk kepentingan seluruh umat manusia. Hal ini karena penghapusan hak-hak seorang manusia, penumpahan darahnya serta pelenyapan kesuciannya merupakan tindakan yang mirip penghapusan hak-hak dan kesucian umat manusia keseluruhannya.


Rahasia kedua adalah; apabila seseorang dengan ketamakan dan kesewenangannya membunuh seseorang yang tidak bersalah demi menjaga kepentingan pribadinya serta kepuasan nafsunya; maka apabila ia mampu niscaya ia akan menghancurkan dunia beserta seluruh anak cucu Adam jika keduanya menjadi penghalang bagi kepentingan pribadinya serta kepuasan nafsunya.

 

Rasa lemah menguatkan musuh, Allah menguji hamba-Nya dan seorang hamba tidak bisa menguji Allah

Wahai manusia yang lemah dan penakut; sesungguhnya rasa takut dan lemah mu tidak ada manfaatnya, keduanya hanya akan menambah kekuatan pihak luar yang merupakan musuhmu dan menjadikannya berkuasa atas mu.


Wahai manusia yang was-was dan ragu; kemaslahatan hakiki jangan dikorbankan demi kemudharatan yang belum pasti akan terjadi. Maka berusaha lah, sedangkan hasilnya serahkan kepada Allah ta’la.


Tidak pantas kamu mencampuri urusan-Nya, Allah lah yang menguji hamba-Nya dan memberikan cobaan kepadanya. Dia lah yang pantas mengakatakan kepada hamba itu; “kalau kamu berbuat begini, Aku akan berbuat begitu”.


Namun, jangan sekali-kali seorang hamba dengan keberaniannya menguji Allah Ta`ala, seperti jika ia mengatakan; “Ya Allah hedaklah engkau memudahkan aku dalam urusan ini”, maka perkataan ini telah melawati batas.


Suatu ketika, setan pernah berkata kepada Isa a.s; “Karena Dia (Allah) bisa melakukan segala sesuatu, dan takdir itu tetap tidak pernah berubah; maka coba lemparkan dirimu dari atas jurang gunung dan lihat apa yang bisa Dia perbuat untukmu”.


Dan Isa a.s. menjawab tantangan setan itu; “Hai makhluk terlaknat, tidak boleh sama sekali seorang hamba menguji dan menantang Tuhannya!”

 


397. Page

Jangan melewati batas dalam hal yang membuatmu terkesan

Obat suatu penyakit bisa menimbulkan penyakit lain sehingga zat penawar di dalamnya berubah menjadi racun; karena obat apabila melebihi dosisnya, akan menambah penyakit dan bisa membunuh.

 

Mata orang yang keras kepala melihat malaikat sebagai setan

Salah satu ciri orang keras kepala adalah; sekiranya ia melihat setan membantu seseorang yang berada di pihaknya, ia akan mengatakan bahwa setan itu malaikat. Ia berterima kasih kepadanya serta menghormatinya.


Sedangkan apabila ia melihat malaikat berada di pihak yang menentangnya, ia akan mengira itu adalah setan yang berbaju malaikat; maka ia pun melawannya dan melaknatnya.

 

Jangan berdebat demi mencari yang paling benar apabila kamu telah mendapatkan kebenaran

Wahai pencari hakikat!

Apabila di dalam persatuan ada sebuah kebenaran dan di dalam perbedaan ada yang lebih benar; maka sebuah kebenaran di dalam persatuan itu lah yang paling benar, dan kebaikan -dalam konteks ini- lebih baik dari pada yang terbaik.

 

Islam itu damai dan cinta damai; menolak segala bentuk permusuhan dan pertengkaran mulai dari dalam

Wahai dunia Islam; sesungguhnya hidup mu di dalam persatuan, apabila kamu menginginkan persatuan hakiki maka jadikan lah hal ini dasar pandangan hidupmu;


Slogan “hanya dia yang benar” harus diganti dengan “dia benar”, dan “dia paling baik” diganti dengan “dia yang baik”. Karena setiap muslim sepantasnya mengatakan apa yang merupakan pendiriannya; Ini adalah “benar” dalam pandanganku dan aku tidak mencampuri pandangan orang lain, meskipun terkadang pandangan yang lain itu indah, namun tetap milikku lebih indah.


Dan ia tidak boleh mengataka; ini adalah “hanya ini yang benar” yang selain ini salah, yang baik dan indah apa yang aku miliki saja, selain itu jelek dan salah. Sesungguhnya kejumudan ini 

398. Page

muncul dari sikap cinta kepada diri sendiri yang kemudian berubah menjadi penyakit, dari situ timbul pertentangan, maka bertambahlah jumlah penyakit dan bertambah pula jumlah obat penawarnya yang merupakan kebenaran, beginilah cara kebenaran itu menjadi berbilang. Sebagaimana banyaknya hajat keperluan dan cara memenuhi hajat tersebut juga banyak, beginilah cara bagaimana kebanaran itu memiliki banyak jenis. Banyaknya persiapan dan metode tarbiyah adalah benar, beginilah bagaimana kebenaran itu menjadi banyak. Bahan yang sama bisa menjadi racun, dan di saat bersamaan menjadi penawar tergantung dari dua karakter yang telah disebutkan.


Kebenaran dalam masalah parsial furu`iyyah tidak lah bersifat tetap, tapi fleksibel dan terkait dengan yang lain. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya; seperti tabiat kebiasaan manusia itu sendiri, yang dipertimbangkan dan ditulis sesuai dengan kondisinya. Kemudian para pemilik madzhab memutuskan sebuah hukum yang mutlak tidak terikat, dan membiarkan penentuan hukum madzhabnya sesuai dengan kecenderungan kondisi yang ada.   


Fanatisme madzhab telah memaksa hukum yang mutlak itu berlaku untuk segala kondisi, pemaksaan ini menyebabkan kepada permusuhan dan pertikaian.


Terjadinya perbedaan syariat dan perbedaan Nabi yang diutus kepada kaumnya sebelum Islam, merupakan dampak dari adanya perbedaan tingkatan yang jauh antara umat manusia.


Kemudian Islam datang dan melakukan perubahan pada umat manusia, mendekatkan tingkatan perbedaan itu, sehingga syariat pun menjadi satu dan Nabi pun menjadi satu. Tapi masih menyisakan sedikit perbedaan tingkatan yang menyebabkan munculnya madzhab-madzhab. Manakala apa yang dipersembahkan oleh satu pendidikan mencukupi seluruh kebutuhan, maka saat itu madzhab-madzhab yang ada akan bersatu.

 

Hikmah agung dibalik penciptaan sesuatu yang saling berlawanan dan penyatuannya, Matahari dan biji sama di tangan al-Qudrah

Wahai saudaraku pemilik qalbu yang senatiasa terjaga, adanya pemimpin dan hukum merupakan penyatuan sesuatu yang saling berlawanan.


Apakah kamu mengetahui teka-teki dibalik adanya kesehatan dalam sebuah kesakitan, dan adanya keburukan di dalam kebaikan, adanya kejelekan di dalam keindahan, adanya bahaya di dalam manfaat, adanya penderitaan di dalam kenikmatan, adanya api di dalam cahaya?


Seluruh hal itu terjadi agar hukum nisbiyah (relativitas) tetap terjaga dan berlangsung, dan juga agar sesuatu yang banyak terjadi dalam satu bentuk, kemudian memiliki wujud dan selanjutnya muncul dan terlihat.


Titik akan berubah menjadi garis akibat gerakan yang cepat; kecepatan perputaran menjadikan intan dikelilingi cahaya. Maka fungsi dari hukum relativitas di dunia adalah merubah benih-

399. Page

benih menjadi bulir-bulir, dan hukum ini pula yang membentuk lumpur alam semesta, struktur konstruksinya serta ikatan-ikatan pahatannya. Hal-hal yang relativ ini akan berubah menjadi hakikat-hakikat nyata.


Peningkatan suhu panas akibat pengaruh suhu dingin, adanya tingkatan kebaikan karena akibat adanya pengaruh keburukan.


Cahaya berhutang kepada kegelapan, kesehatan berhutang kepada sakit, kesehatan tidak akan bisa dirasakan apabila tidak ada sakit. Kalau bukan karena surga, neraka tidak akan menjadi tempat siksaan, dan kalau bukan karena adanya zamharir (suhu sejuk yang mematikan) maka api nereka tidak akan membakar.


Begitulah Sang Maha Pencipta yang Maha kekal, tiada hentinya menampakkan hikmah-Nya dalam penciptaan sesuatu yang saling berlawanan, sebagai tanda karisma dan kehormatan-Nya yang sempurna.


Begitu pula Ia Yang Maha Kuasa lagi Kekal, tiada hentinya memperlihatkan kuasa-Nya dalam menyatukan sesuatu yang saling berlawanan, sebagai tanda kebesaran dan keagungan-Nya yang sempurna.


Dikarenakan qudrah ilahiyah (kuasa ilahi) itu bersifat wajib dzatiy (esensi) bagi zat yang azali (tidak berawal) dan merupakan sebuah keharusan yang muncul darinya, maka zat yang tidak berawal itu tidak memiliki lawan, dan ia tidak terpengaruh dengan sifat lemah, dengan demikian mustahil baginyaa memiliki tingkatan. Maka segala sesuatu di hadapannya adalah sama, tidak ada sesuatu yang berat pun baginya.


Matahari telah menjadi lentera bagi cahaya qudrah ilahiyah itu, sedangkan pelataran bentangan laut yang luas adalah cermin bagi cahaya lentera itu, bahkan butiran uap air pun telah menjadi cermin baginya.


Matahari yang tampak pada permukaan laut yang luas, juga tampak pada buih-buih yang terdapat di atas permukaannya yang keriput, sehingga menyebabkan mata kecil pada butiran uap air bersinar seperti bintang.


Dalam pandangan matahari, laut dan butiran uap air, keduanya adalah sama. Keduanya menampakkan bentuk matahari utuh pada masing-masing permukaanya.


Ini adalah permisalan bagi qudrah ialhiyah itu; dimana pupil mata pada butiran uap air itu adalah matahari kecil, sedangkan matahari yang sangat besar dan megah itu adalah sebutir uap air kecil, dan pupil matanya merupakan cahaya yang datang dari matahari qudrah ilahiyah, yang menjadikannya laksana bulan bagi qudrah itu. Sedangkan langit adalah lautan yang bergelombang menghasilkan buih-buih –yang merupakan matahari-matahari dan bintang-bintang- di atas permukaannya yang keriput. 


Beginilah al-qudrah bermanifestasi pada butiran-butiran air yang bersinar dan bercahaya tersebut.


400. Page

Maka setiap matahari adalah butiran buih, setiap bintang adalah butiran uap air dan setiap kilauan adalah sebuah rupa bentuk.


Matahari yang mirip dengan butiran buih itu adalah biasan kecil untuk menampakkan sebuah luapan, dan kilauan kaca guna menampakkan dirinya sendiri sehingga ia bersinar-sinar. Sedangkan bintang-bintang yang mirip dengan butiran uap air, memberikan tempat yang lapang untuk kilauan-kilauan di matanya yang lembut, sehingga kilauan itu pun menjadi cahaya, dan mata bintang menjadi kaca, sehingga lampunya pun menjadi terang benderang.

 

Apabila kamu memiliki keistimewaan maka biarlah tersimpan di bawah tanah misteri, sehingga ia bisa tumbuh dan berkembang

Wahai pemiliki keistimewaan yang tenar, jangan berbuat zalim dengan menampakkan keistimewaanmu. Apabila kamu tetap menyembunyikannya di balik tirai misteri, maka kamu telah memberikan saudara-saudaramu sebuah kebaikan dan berkah.


Karena, akibat adanya potensi dan kemungkinan keistimewaan itu dimiliki oleh setiap saudaramu di sekelilingmu, dan pastinya pada dirimu sendiri; maka setiap saudaramu juga akan mendapatkan pandangan kehormatan.


Akan tetapi, apabila kamu mengeluarkannya dari bawah tirai misteri, kemudian kamu mengluarkannya ke atas dan memperlihatkannya, maka kamu menjadi orang zalim, dimana sebelumnya kamu adalah orang dihormati ketika ia masih di bawah dan tidak terlihat. Dan di sini kamu telah memberikan kegelapan dimana sebelumnya di sana kamu adalah matahari. Saudara-saudaramu menjadi terhalang untuk mendapatkan pandangan kehormatan karena kamu telah memperlihatkan keistimewaanmu itu.


Ini semua memiliki makna bahwa menunjukkan dan memperlihatkan keistimewaan yang dimiliki adalah dua perkara kezaliman. Meskipun pada hakikat dan kebenerannya demikian, tapi kamu harus memikirkan hal ini; adakah perbedaan antara menjadikan jati diri terkenal dengan riya; dengan menjadikannya terkenal dengan kebohongan yang dibuat-buat?


Inilah rahasia agung, hikmah ilahiyah dan aturan yang paling mulia; yang telah menjadikan seorang yang cerdas menjulurkan tirai untuk menutupi dirinya bersama orang-orang disekitarnya, sehingga seluruhnya mendapatkan pengahargaan, maka ia pun mejadi orang terpuji.


Perhatikan permisalan ini; seorang wali bagi manusia, ajal bagi umur; keduanya adalah bayangan tersembunyi dan tak diketahui. Pada hari jumat, juga terdapat satu jam yang tersembunyi dimana apabila kamu berdoa maka akan dikabulkan. Dan sebuah malam lailatul qadar tersembunyi diantara malam-malam Ramadhan. Nama Yang Maha Agung (al-ismu al-a`dzham) yang merupakan mutiara tersembunyi diantara asma`ul husna.


401. Page

Kehebatan dari permisalan dan rahasia ini adalah; bahwa Allah ta`la menampakkan sesuatu secara samar dan menetapkannya secara misteri; maksdunya adalah, misteri kapan ajal tiba telah menjadikanmu diantara dua sikap; berharap (raja`) dan cemas (khauf), dalam menimbang antara kepentingan dunia dan akhirat.


Dan anggapan hidup abadi telah mewariskan kelezatan hidup di dunia, karena umur dua puluh tahun yang tidak diketahui pasti kapan akhirnya lebih baik dari pada hidup seribu tahun yang telah diketahui pasti kapan akhirnya. Karena -jika diketahui akhirnya- maka apabila setengah dari umur telah dilewati, niscaya setengahnya lagi adalah masa-masa yang mendekat kepada kematian. Setiap jam, menit dan detik mengantarkan kepada kematian, maka kamu perlahan-lahan akan sedih, umur seperti ini tidak akan memberikanmu kesabaran, bahkan masa istirahat pun tidak.

 

Rasa kasih dan murka yang melebihi kasih dan murkanya Allah adalah sebuah kesalahan

Tidak ada rasa kasih yang melebihi kasih Allah dan tidak ada pula murka yang melebihi marah Allah.

Oleh karena itu, serahkanlah urusan itu kepada Yang Maha Adil dan Maha Pengasih; karena terlalu berlebihan dalam kasih sayang adalah penyakit, dan terlalu berlebihan dalam kemurkaan adalah hal tercela.

 

Berlebih-lebihan adalah pintu kegoblokan, dan keglobokan itu adalah pintu kehinaan


Wahai saudaraku yang suka berlebih-lebihan, dua suapan; salah satunya berharga satu qursy dan satu lagi berharga sepuluh qursy. Keduanya sama sebagai sebuah makanan sebelum masuk ke mulut, dan setelah melewati kerongkongan. Bedanya cuma pada rasa yang dinikmati hanya beberapa detik, kekuatan rasa yang goblok itu menyisakan rasa kelezatan seperti kerasukan. Dan perbedaan pada rasa ini selalu saja menipu.


Kekuatan indra perasa ini ibarat penjaga sekuriti gerbang bagi tubuh dan perut, dan pengaruh dan fungsi kekuatan ini bersifat negatif. Dan apabila kamu menyogok penjaga sekuriti goblok itu dengan rasa kelezatan yang sangat, maka kamu telah menganggu fungsi aslinya sebagai penjaga.


Karena pemberian sebelas qursy kepadanya yang semestinya hanya satu qursy adalah perbuatan setan. Dan ini termasuk perbuatan paling idiot dalam berlebih-lebihan dan penyakit paling parah dari perbuatan mubazir; jangan pernah menghiraukannya! 


402. Page

Indra perasa dan tukang pos

Allah Ta`ala telah membangun hikmah dan pertolongan-Nya sebagai dua buah markas, ibarat pos penjaga perbatasan di mulut dan hidung manusia yang pada keduanya terdapat dua orang petugas penjaga.


Di dalam alam kecil ini, Allah telah menjadikan pembuluh darah sebagai jaringan telfon, urat saraf sebagai pos kilat, pertolongan-Nya sebagai indra pencium yang memiliki fungsi mirip panggilan telpon, dan indra perasa bertugas sebagai tukang pengantar surat; kemudian Allah Yang Maha Pemberi Rezeki, dengan rahmat-Nya membuat daftar alamat tujuan ke rezeki; yang berisi rasa, warna dan bau.


Ketiga hal ini merupakan pemberitahuan, panggilan dan izin dari Sang Maha Pemberi Rezeki, dan juga merupakan penunjuk jalan. Dari sisi karena para pelanggan dan yang memiliki keperluan cenderung tertarik kepada tiga keistimewaan ini.


Hewan-hewan yang diberikan rezeki telah dilengkapi alat-alat untuk merasa, melihat dan mencium. Berbagai jenis makanan telah dihiasi dengan berbagai hiasan, sehingga hati menjadi tenteram dan mereka yang awalnya acuh dengan makanan-makan tersebut menjadi tertarik akibat pengaruh kuat dari rasa kerinduan kepadanya.


Mana kala makanan mulai memasuki mulut, indra perasa mulai mengirimkan surat menggunakan pos kilat ke seluruh penjuru badan. Sedangkan indra penyium melakukan panggilan telefon memberitahukan jenis makanan yang masuk dan konten di dalamnya.


Para penerima rezeki yang bervariasi dan berbeda-beda keinginan, bergerak dan melaksanakan fungsinya masing-masing sesuai dengan informasi yang didapat. Dan mungkin juga mereka menolak panggilan telefon tersebut sehingga mulut mengeluarkan makanan tersebut dan meludahkannya.


Karena indra perasa medapatkan perintah dari pertolongan ilahiyah; maka jangan sesatkan dan tipu dia dengan berbagai kelezatan, nanti dia akan menjadi lupa mana kadar nafsu makan yang seimbang dan benar, maka masuklah kadar nafsu makan yang bohong dan salah, yang pada akhirnya dia akan mendapatkan penyakit dan komplikasi akibat dari kesalahan itu.


Kelezatan yang benar muncul dari nafsu makan yang benar, dan nafsu makan yang benar itu datang dari hajat keperluan yang benar. Seorang raja dan pengemis akan sama dalam merasakan rasa lezat yang seimbang dan cukup ini, begitu juga antara dinar dan dirham, rasa lezat itu cukup untuk memenuhi sebuah hajat keperluan sehingga menjadi penghalang bagi penyakit.


403. Page

Sudut pandang dapat merubah adat menjadi ibadah sebagaimana niat


Perhatikan point berikut ini dengan seksama;

Sebagimana niat bisa mengubah adat kebiasaan yang mubah menjadi ibadah; maka dengan proses yang sama, sudut pandang bisa mengubah ilmu pengetahun alam menjadi ilmu pengetahuan ilahiyah dan mengubah proses analisa menjadi proses tafakkur. Maksudnya adalah; kalau kamu melihat secara pandangan tekstual, dan kamu berpendapat dari segi hukum penciptaan, maka kamu akan condong untuk mengatakan; “Alangkah indahnya ciptaan Sang Pencipta! Bagaimana cara Ia mewujudkan keindahan tersebut?”, dari pada mengatakan: “Betapa indahnya hal itu”.


Itu pasti; karena apabila kamu melihat alam dari sudut pandang ini, kamu akan mendapatkan sebuah pahatan yang bersumber dari pahatan-pahatan azali yang tiada berawal, menggunakan strutur dan hikmah, yang menunujukkan sebuah kecemerlangan visi dan ketelitian. Dan hal ini berfungsi untuk menghilangkan syubuhat atau kerancuan pada pikiran, sehigga dengan hal ini pula ilmu pengetahuan alam akan berubah menjadi pengetahuan ilahiyah.


Namun apabila kamu memandang alam ini secara terminologi, dan secara sains, dan kamu mengatakan bagaimana ia terjadi dengan sendirinya? maka dari hal ini, orientasi keilmuanmu akan berubah menjadi orientasi kejahilan.

Tangan-tangan hina mengubah hal-hal yang tak bernilai menjadi hal yang sesuai dengan kebiasaanya, dan petunjuk dan bukti akan hal ini sangat banyak.   

 

Zaman seperti sekarang ini telah menuntut syariat agar tidak mengizinkan kita untuk bermegah


Setiap ada panggilan dari kelezatan maka harus dijawab dengan jawaban; “Sepertinya aku sudah makan”. Dan yang menjadikan jawaban; “Sepertinya aku sudah makan” sebagai prinsip hidupnya maka ia telah menyediakan dana berlimpah untuk pembangunan sebuah masjid.[1]


Sungguh mayoritas kaum Muslimin pada masa lalu tidak kelaparan, menikmati nikmat yang ada adalah pilihan yang boleh-boleh saja sebatas kewajaran tertentu.


Sedangkan sekarang mayoritas kaum Muslimin berada dalam kondisi kelaparan, maka keringanan (rukhsah) dari syariat tidak menjadi alasan bagi kita untuk memilih tenggelam dalam kelezatan; karena taraf hidup sawad al-a`dzham (mayoritas) dan mayoritas orang-orang tidak berdosa sangat rendah. Oleh karena itu, sikap komit dengan cara membantu mereka ini

[1] Di salah satu tempat di Turki, ada sebuah masjid yang diberi nama “Sepertinya saya sudah makan”; Masjid ini telah dibangun oleh harta seseorang yang senantiasa mengatakan “Sepertinya saya sudah makan”, sehingga ia menyelamatkan hartanya dari tangan hawa nafsu dan birahinya. 

404. Page

dengan makanan seadanya, lebih benar dan lebih kuat (arjah) dari pada sikap komit dengan mengikuti pola hidup orang yang berlebih-lebihan atau segelintir orang bodoh dalam kebiasaan bermegah dan makan mereka.

 

Tidak ada nikmat kadang adalah sebuah nikmat


Kekuatan ingatan adalah sebuah nikmat, tapi kadang kalah dengan dengan rasa lupa akibat akhlak tercela yang dilakukan seseorang di zaman penuh bala bencana. Terkadang, rasa lupa juga adalah nikmat, karena ketika seseorang ditimpa sakit satu hari saja, ia lupa dengan segudang rasa sakit yang telah lewat.

 

Secercah nikmat dibalik musibah


Wahai orang yang sedang ditimpa bala musibah, ada nikmat yang terselip dibalik musibah yang menimpamu, maka perhatikan lah sampai kamu mendapatkannya.


Segala sesuatu memiliki suhu panas, begitu pula dengan musibah, ia memiliki suhu dari kenikmatan.


Pikirkan lah sebuah musibah yang lebih besar dari pada musibah yang menimpa dirimu, maka bersyukurlah kepada Allah dengan banyak, seraya melihat dan memperhatikan derajat nikmat yang ada dalam musibahmu yang kecil itu. 


Namun apabila kamu panik karenanya dan membesar-besarkannya, serta selalu menggerutu kepadanya dengan ucapan “cih” “cih”; maka ia akan berbalik mencuri dari dirimu, sedikit demi sedikit, maka akan bertambah lah kesempitan dan kesusahan.


Dan apabila bertambah perasaan khwatir dan berandai-andai maka jadilah dua musibah menimpamu dimana sebelumnya hanya satu; karena musibah yang dulunya di dalam hati menjelma menjadi sesuatu yang nyata, dan ia mengambil sebuah pelajaran dari kenyataan, kemudian kembali dan turun memberikan tamparan kepada hatimu.

 

Jangan merasa besar nanti kamu menjadi kecil


Hai yang merasa dirinya paling kuat dengan kata “Aku”, dan yang merasa takabbur dengan akalnya. Pehatikanlah hal berikut ini; tidak dipungkiri bahwa setiap manusia memiliki jendela yang biasa disebut martabat dalam bangunan masyarakat di tengah-tengan kumpulan umat manusia. Jendela tersebut digunakan untuk melihat atau untuk kepentingan tertentu. Sehingga apabila jendela itu lebih tinggi dari nilainya, maka ia harus meninggikan dirinya dengan 

405. Page

takabbur. Dan apabila jendela itu lebih rendah dari yang diharapkan, maka ia hanya perlu menunduk dan membungkuk dengan tawadhu`.


Menurut orang-orang yang sempurna, merasa kecil adalah ukuran kebesaran; sedangkan menurut orang serba kurang dan pendek, merasa besar adalah ukuran kekerdilan.

 

Karakter akan berubah dengan perubahan tempat


Sebuah karakter di tempat yang saling berlawanan menjadikan sebuah bentuk kadang seperti setan dan kadang seperti malaikat, kadang orang baik dan kadang orang jahat. Berikut ini permisalannya;


Sebuah sifat seperti harga diri bagi orang lemah ketika menghadapi orang kuat; apabila sifat ini berada pada diri orang kuat, maka akan menjadikannya takabur dan sombong.


Begitula sifat seperti rendah diri bagi orang kuat ketika menghadapi orang lemah; apabila sifat ini berada pada diri orang lemah, maka akan menjadikannya hina dan riya`.


Ketegasan seorang pemimpin pada tempatnya bernilai martabat, sedangkan kelembutannya bernilai pelecehan. Sebaliknya; kelembutannya di dalam keluarga bernilai rendah diri, sedangkan ketegasannya bernilai angkuh.


Apabila sikap mengalah muncul dari orang yang secara karakter memiliki budi luhur, maka perbuatan merelakan haknya diambil adalah perbuatan terpuji dan amal shaleh.


Namun apabila sikap itu didapat berdasarkan penilaian orang lain, maka sikap mengalahnya adalah khianat. Sehingga sikap dia ketika merelakan haknya diambil adalah perbuatan tercela.


Tawakkal dalam merancang rencana adalah malas, sedangkan pasrah terhadap hasil yang tercapai dari usaha adalah tawakkal yang sesuai syariat.


Dan keridhoan dalam memetik buah hasil usaha adalah sikap qona`ah (rasa puas) terpuji, dan merupakan tambahan kekuatan untuk berusaha lebih. Sedangkan merasa cukup dan puas dengan yang ada bukanlah sikap qona`ah yang diharapkan, akan tetapi itu adalah penghilang rasa optimis.


Permisalan dalam hal ini sangat banyak;


Al-Quran menyebutkan berbagai macam amal saleh dan takwa secara mutlak, dan membuat teka-teki yang menyamarkan maknanya, selanjutnya menyelipkan dalam kesamaran makna itu teka-teki lain yang dikaitkan dengan pengaruh konteks. Karenanya, ringkasan penjelasan al-Quran tujuannya adalah penjelasan secara rinci, sedangkan diamnya al-Quran tujuannya adalah penjelasan secara luas.


406. Page

 Kebenaran itu Tinggi


Wahai teman, salah seorang bertananya;

Bukankah “Kebenaran itu tinggi” adalah prinsip yang benar; namun mengapa orang kafir berkuasa atas orang muslim? Dan mengapa kekuasaan bisa mengalahkan kebenaran?

Saya menjawab; Perhatikanlah empat point ini agar permasalahanmu terjawab;


Point pertama; Tidak mesti setiap cara yang mengantarkan kepada kebenaran adalah benar, sebagaimana tidak mesti setiap cara yang mengantarkan kepada kebatilan adalah batil. Hasilnya adalah; cara yang benar mengalahkan cara yang salah. Sehingga, kekalahan kebenaran dari kebatilan adalah kekalahan temporer karena faktor cara yang salah, bukan kekalahan akibat esensi kebenaran itu sendiri, dan kekalahan ini hanya sementara. Sedangkan dampak dan hasil yang didapat dari kebenaran bersifat kekal dan berkelanjutan.


Adapun yang berkaitan dengan kekuasaan, maka kekuasaan itu memiliki tempat tersendiri di dalam kebenaran, dan dalam penciptaanya tersimpan rahasia.


Point kedua; Idealnya setiap muslim wajib memiliki sifat sebagaimana seharusnya seorang muslim, namun realitanya hal ini tidak lah harus terwujud dan terjadi pada diri setiap muslim secara terus-menerus. Begitu juga hal nya dengan seorang kafir, tidak mesti ia selalu melakukan perbuatan kufur yang lahir dari kekufurannya; begitu juga dengan seorang fasik, tidak harus seluruh perbuatan yang ia lakukan adalah perbuatan fasik.


Maka sifat muslim yang diamalkan oleh kafir, akan memberikannya kemenangan kepadanya atas orang muslim yang justru mengamalkan sifat yang tidak sesuai dengan syariat. Jadi, seorang kafir menang atas seorang muslim karena adanya penyebab.


Kebenaran dalam kehidupan bersifat universal dan umum, di dalamnya terdapat rahasia hikmah dari penciptaan, dan sikap kufur bukan merupakan halangan bagi kebenaran yang merupakan jelmaan dari sifat rahmat yang umum.


Point ketiga; Zat Ilahi memiliki dua jelmaan hukum yang bersumber dari dua sifat diantara sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Pertama adalah syar`un takwiniyyun (hukum penciptaan) yang merupakan rangkaian dari kehendak dan takdir ilahi, hukum ini bersumber dari sifat iraadah ilahiyah (Kehendak Ilahi). Kedua adalah syariah (hukum syariat/agama) yang bersumber dari sifat kalam (Maha Berbicara).


Oleh karena itu, sebagaimana terdapat keta`atan dan kemaksiatan dalam pelaksanaan perintah-perintah hukum syariat; keduanya juga terdapat dalam pelaksanaan hukum penciptaan. Umumnya, pahala dan dosa akibat keta`atan dan kemaksiatan pada bagian pertama (hukum syariat), akan diperoleh di akhirat. Sedangkan pada bagian kedua (hukum penciptaan), pahala dan dosa pada umumnya akan diperoleh di dunia.


407. Page

Contohnya seperti ganjaran bagi sikap sabar adalah kemenangan, tidak mau bekerja adalah kehinaan, gigih dalam berusaha adalah kaya dan kecukupan, tabah adalah kemenangan, racun adalah sakit serta obat adalah kesembuhan dan kesehatan.


Kadang kedua hukum ini bertemu pada satu kejadian, dan masing-masing memiliki perannya. Oleh karena itu, sikap mentaati hukum penciptaan pada substansinya adalah kebenaran, dan ketaatan ini akan mengalahkan kemaksiatan atau pelanggaran perintah-perintah yang pada substansinya adalah kebatilan.


Cara yang benar apabila digunakan oleh kebatilan melawan kebenaran yang menggunakan cara salah, akan mengakibatkan kebenaran menjadi kalah akibat faktor cara yang salah bukan substansinya.


Sehingga, makna “Kebenaran itu tinggi” adalah tinggi berdasarkan substansinya, sedangkan hasil dan maksud yang tercapai hanyalah ukuran sementara saja.


Point keempat; apabila kebenaran berada dibawah kekuasaan, atau sama kuat dengan kekuaasaan, atau tercampur dan tertipu dengan kekuasaan; maka kebenaran itu harus dikeluarkan dari kekuasaan dengan aksi dan pergerakan seraya membekalinya dengan kekuatan baru.  Jadi pada hakikatnya berkuasanya kebatilan terhadap kebenaran hanyalah sementara, sebagai proses dari penyucian dan pemurnian terhadap batangan emas kebenaran, agar diperoleh batangan emas-emas kebenaran yang murni tanpa campuran.


Apabila kebatilan seolah-olah menang di awal-awal dalam kehidupan dunia, maka pada hakikatnya perang belum usai; karena kekuatan [العاقبة للمتقين] (kemenangan hanya bagi orang bertakwa) akan menyerang balik dalam kehidupan akhirat. Dan di sana kebatilan akan kalah, kemudian kekuatan rahasia “kebenaran itu tinggi” akan menghukumnya, sehingga kebenaran akan menjadi pemenangnya.

 

Kumpulan prinsip-prinsip kemasyarakatan


Berikut adalah prinsip-prinsip kemasyarakatan;


Keadilan tanpa kesetaraan bukan lah keadilan.


Persamaan adalah sebab utama dari perbedaan, sedangkan proposional merupakan dasar dari loyalitas.


Berjiwa kecil pangkal kesombongan,


Hati lemah pangkal keangkuhan,


Lemah sumber perselisihan,


408. Page

Sedangkan cinta membaca adalah gurunya ilmu,


Kebutuhan adalah ibunya penemuan,


Kesempitan dan depresi keduanya guru bagi kebodohan, maka sumber kebodohan adalah kesempitan dan depresi. Sedangkan sumber dari kesempitan dan depresi adalah putus asa, prasangka buruk, kesesatan pemikiran, kegelapan hati serta boros tenaga.

 

Wanita menyesatkan umat manusia ketika mereka keluar dari sarang mereka, maka hendaklah mereka kembali[1]


“Apabila pria bodoh berlagak seperti wanita karena hawa nafsu dan kegilaanya, maka wanita degil berlagak pria karena kekurang-ajarannya”


Peradaban yang pada hakikatnya adalah kemunduran ini, telah menerbangkan wanita dari sarang-sarang mereka, melecehkan kehormatan mereka, menjadikan diri-diri mereka sebagai barang dagangan kering kesopanan. Sedangkan syariat Islam dengan kasih sayangnya, mengajak mereka kembali ke sarang-sarang mereka yang telah mereka tinggalkan demi kebaikan dan kehormatan mereka. Kehormatan mereka terletak di sarang-sarang mereka, kelapangan mereka ada di rumah-rumah mereka dan kehidupan keluarga mereka.


Kesucian adalah perhiasan mereka, akhlak mulia cermin wibawa mereka, kemurnian akhlak dan kesopanan adalah cahaya kelembutan dan kecantikan mereka, kasih sayang wujud kesempurnaan mereka, anak-anak adalah teman bermain mereka.


Wanita tidak akan tahan berdiri menghadapi serangan-serangan yang merusak ini kecuali karena ia memiliki keinginan baja. Setiap kali seorang wanita berparas elok penebar fitnah menghadiri sebuah perkumpulan bersama teman-teman dan sejawatnya, sesungguhnya ia telah menebar benih-benih riya, persaingan, hasad dan egois; yang menyebabkan hawa nafsu terbangun dari tidurnya secara tiba-tiba.


Keterbukaan wanita yang bebas tanpa batas, merupakan sebab peningkatan akhlak-akhlak tercela pada umat manusia.


Foto-foto yang pada hakikatnya adalah jenazah-jenazah kecil dan mayat-mayat tersenyum, memiliki pengaruh berbahaya sekali bagi ruh manusia. Peradaban yang ganas dan labil, pengaruhnya sangat menakutkan.


[1] Penggalan pembahasan ini adalah dasar dari “Risalah Hijab”, yang menyebabkan penulisnya mendapat hukuman dari mahkamah. 

409. Page

Patung-patung dan foto atau gambar yang terlarang secara syariat, adalah wujud kezaliman yang membatu, atau riya yang mendarah daging, atau hawa nafsu yang mengeras, atau jimat yang menarik ruh-ruh jahat.

 

Keluasan samudera kekuasaan Qudrah


Luasnya samudera kekuasaan dan pengaruh Qudrah telah menjadikan matahari kita seperti sebutir atom.


Bentangan kekuasan-Nya yang agung pada satu bagian saja sangat lah luas, sebagai permisalan; ambil lah grativitasi antara dua atom kemudian letakkan berdampingan dengan gravitasi antara matahari-matahari dan gugusan galaksi bima sakti.


Kemudian ambil malaikat pembawa butiran salju kemudian letakkan berdampingan dengan malaikat mirip matahari yang senantiasa memegang matahari.


Dan letakkan pula ikan kecil sekecil jarum di samping ikan paus besar, kemudian setelah itu, dalam satu waktu renungkan perwujudan yang sangat luas dari Yang Maha Kuasa, Yang Tiada berawal, Sang Pemilik kehormatan sempurna; dan renungkan pula ketelitian-Nya yang sempurna dari yang hal terkecil hingga yang terbesar.


Rangkaian kejadian biasa, seperti hukum tarik-menarik, hukum kebiasaan, serta zat-zat cair, keseluruhannya adalah perwujudan Qudrah dan kekuasan Hikmah; dan ini lah tafsir satu-satunya untuk hal ini, tidak ada yang lain.


Pikirkanlah beberapa kejadian ini dengan bersamaan, kamu dengan mudah akan mengetahui bahwa peran penyebab hakiki, perantara nyata, para penolong dan mitra, keseluruhannya hanyalah hal-hal batil dan khayalan mustahil dalam pandangan Qudrah.

Kehidupan adalah kesempurnaan wujud, dan kedudukannya sangat tinggi, mulia dan penting.


Berdasarkan hal ini, maka aku katakan bahwa; mengapa bumi dan alam kita tidak termanfaatkan dan tunduk seperti hewan?

Kekuatan tiada berawal memiliki banyak sekali jenis-jenis seperti hewan-hewan unggas besar yang beterbangan, yang memiliki rupa dan corak yang menarik, terbang lepas di lapangan angkasa; bayangkan mereka berada di dalam sebuah taman penciptaan yang mengatur dan memudahkan mereka.


Masing-masing mereka memiliki suara dan gerak yang khas; perkataan mereka adalah tasbih-tasbih, gerakan mereka adalah ibadah-ibadah, yang dipersembahkan kepada al-Qadim alladzi lam yazal (Maha Awal yang tiada berakhir) dan al-hakim alladzi la yazal (Maha Adil Yang senatisa adil).


410. Page

Bumi kita yang besar ini mirip dengan hewan; karena ia juga memancarkan pengaruh kehidupan, kalaulah ia dikecilkan sekecil telur –meskipun mustahil-, maka sangat mungkin ia akan berubah menjadi hewan kecil dan sangat lembut.


Dan jikalau hewan bumi yang kecil dibesarkan sebesar bumi, maka ia juga memiliki kemungkinan yang sangat serupa seperti sebelumnya.


Kalau alam kita dikecilkan sekecil manusia, dan bintang-bintangnya diubah menjadi atom-atom, maka mungkin saja alam itu berubah menjadi hewan yang memiliki emosional. Dan akal dengan fungsinya mampu mencerna hal ini.


Oleh karenanya, alam semesta dengan seluruh pilar-pilarnya adalah seorang hamba yang bertasbih, tunduk patuh kepada al-Khaliq alladzi lam yazal dan al-qadir alladzi la yazal.

Bukan merupakan sebuah keharusan sesuatu yang besar secara bentuk dan kuantitas, selalu besar secara nilai dan kualitas.


Jam kecil sekecil biji sawi lebih monumental dan fenomenal dari segi kerumitan dan kedetailan dalam membuatnya, dari pada jam besar sebesar sufi manapun.


Penciptaan seekor nyamuk afrika lebih menakjubkan dari pada penciptaan seekor gajah.

Sekiranya al-Quran ditulis dengan pena Qudrah, menggunakan “al-jauhar al-fard” (inti yang tidak terbagi/atom) untuk memberi pengaruh kepada “al-juz`u al-fard” (bagian yang tidak terbagi), maka lembaran kecil yang terbentuk darinya menyamai ketelitian penciptaan dalam al-Quran al-karim yang tertulis dengan bintang-bintang yang ada pada lembaran langit. Keduanya sama dalam hal ketelitian dan kesempurnaan.


Ciptaan yang dihasilkan dari pahatan azali, penuh dan lengkap dengan keindahan dan kesempurnaan. Begini lah tingkat kesempurnaan terbentuk pada setiap sudut penciptaan, dan kesatuan pena yang menyebarkan tauhid.


Ambil lah perkataan penuh makna ini dengan perenungan yang dalam.

 

Para Malaikat adalah umat yang diperintahakan untuk menegakkan syariat suci


Syariat Ilahi atau hukum tuhan ada dua: Keduanya datang dari dua sifat ilahiyah. Sedangkan penerimanya adalah dua orang yang keduanya bertugas memikul tanggung jawabnya.


Kedua syariat itu adalah;


Syariah Takwiniyyah (Hukum Penciptaan) yang berasal dari sifat Iradah Ilahiyah (Kehendak Tuhan), dan kehendak Tuhan itu lah hukum yang berperan mengatur perbuatan alam semesta 

411. Page

si ‘manusia terbesar’ beserta gerak-geriknya, dimana ketentuan hukum tersebut bukanlah bersifat pilihan. Hal ini dikenal dengan istilah yang salah; yaitu ‘hukum alam’.


Sedangkan yang satu lagi disebut dengan syariah (hukum syariat agama) yang berasal dari sifat Kalam Ilahiy (Perkataan Tuhan). Hukum ini berfungsi untuk mengatur perbuatan dan tingkah laku yang bersifat pilihan pada diri manusia si ‘alam semesta kecil’.


Kadang kala, kedua hukum itu bertemu pada satu kejadian yang sama.


Sedangkan malaikat, mereka adalah umat yang besar, bala tentara Allah, dan para penjaga bagi tegaknya hukum yang pertama (hukum penciptaan), mereka adalah perwujudan dari hukum-hukum tersebut, bahkan pekerja-pekerja yang bertugas mewujudkan hukum-hukum tersebut. Sebagian kelompok dari mereka adalah hamba-hamba Allah yang selalu bertasbih kepada-Nya, dan kelompok lainnya tenggelam dalam kedekatan kepada-Nya, mereka adalah para malaikat yang dekat dengan `Arsy Allah.

 

Hubungan antara materi dan kehidupan


Kehidupan adalah asal dan dasar, sedangkan materi adalah pelengkapnya dan berdiri di atasnya.


Maka apabila tidak ada koneksi atau hubungan antara kelima pancaindra mikro organisme dengan indra manusia; maka kamu akan mendapatkan bahwa indra manusia lebih rendah dari pada indra mikro organisme, serendah perbandingan besarnya fisik manusia dari mikro organisme tersebut.


Hal ini karena mikro organisme itu dapat melihat rezekinya dan dapat mendengar suara saudaranya. Kalaulah seandainya ia membesar sebesar manusia, maka indranya juga akan meluas seluas batasan yang tidak terbayangkan oleh akal, dan kehidupannya akan meledakkan cahaya dan sinar, dan penglihatannya akan menyengat laksana kilatan petir dan cahaya langit.


Manusia bukan lah organisme hidup yang terbentuk dari rangkaian benda mati, namun ia terbentuk dari sel-sel hidup yang sel-sel itu juga terbentuk dari miliyaran sel-sel hidup yang lebih tipis dan kecil.


Manusia itu laksana papan tulis “Yasin” yang bertuliskan surat “Yasin”, Maha Suci Allah Sang Pencipta Yang Paling Baik.

412. Page

Falsafah materialism adalah penyakit maknawi yang menular


Falsafah materialism adalah penyakit maknawi penyebab anggota tubuh terserang demam, serta perusak bagi umat manusia. Ia juga penyebab kemurkaan Tuhan.

Penyakit itu akan menyebar dan meluas sesuai dengan kemampuannya dalam mendoktrin, mendogma, dan mengkritik.


Dunia keilmuan telah terdoktrin, peradaban modern telah terdogma, mucul di dalamnya api kebebasan kritik, maka lahir lah kesesatan dari keangkuhannya.

 

Pada hakikatnya orang malas itu sedang berusaha di alam nyata untuk meraih kehampaan


Orang yang paling susah, gelisah, gundah serta merasa sempit adalah orang yang malas bekerja. Karena hakikatnya kemalasan dan menunda-nunda perkerjaan itu adalah ketiadaan dalam kenyataan, serta kematian dalam kehidupan.

Sedangkan berusaha, maka tidak diragukan lagi bahwa ia merupakan kehidupan kenyataan dan kesadaran kehidupan.

 

Kerusakan nyata bagi dunia Islam bernama Riba


Riba membawa kepada ketidak-produktifan, mematikan api semangat untuk berkerja.

Sedangkan manfaat dari Bank-bank yang merupakan pintu-pintu riba, hakikatnya adalah manfaat yang membawa kepada serusak-rusaknya umat manusia dan sejelek-jeleknya mereka  secara berkelanjutan. Dan mereka adalah para kafir dari kaum Frank.


Sedangkan manfaatnya bagi para kaum Frank, maka akan membawa mereka kepada yang terjelek dari mereka, kelompok yang lebih zalim dari mereka. Dan manfaatnya bagi para orang zalim itu, akan membawa kepada yang lebih jelek lagi dari mereka; yaitu kelompok yang bodoh, dan seterusnya secara berkelanjutannya. Inilah bahaya yang dihadapi dunia Islam.


Syariat tidak melihat bahwa seluruh umat manusia mesti dalam kemewahan merupakan sebuah keharusan; karena kafir harbi (yang diperangi) tidak ada kehormatan dan kemuliaan disisinya, darahnya halal untuk di tumpahakan setiap saat.


413. Page

Al-Qur`an melindungi dirinya sendiri dan melanjutkan hukumnya[1]


Saya melihat seseorang tenggelam dalam keputus-asaan, dan terhimpit dengan rasa pesimis, lantas ia berkata:


Ulama telah berkurang secara kuantitas dan kualitas, kita takut cahaya agama kita akan pada suatu hari nanti.


Saya menjawab:


Sebagimana kemustahilan menghapus alam semesta, begitu juga hal nya dengan memadamkan cahaya iman dan Islam. Dan sinar Islam senatiasa bersinar secara terus menerus selama syiar-syiar Islam, menara agama, tempat-tempat peribadatan dan nilai-nilai syariat belum padam; mereka ibarat paku-paku yang tertancap kuat di bumi. Tempat-tempat peribadatan kepada Allah telah menjadi guru dengan sendirinya, yang mengajarkan segala yang ada setiap saat.


Begitu juga dengan panji-panji syariat yang berubah menjadi ustadz, lisan hal (ucapan non-fisik) seolah telah menyampaikan agama tanpa kesalahan dan kelupaan. Dan setiap syiar-syiar agama Islam, adalah seorang alim bijak dengan sendirinya, yang mengajarkan rupa ruh Islam setiap waktu.


Kelihatannya, cahaya-cahaya Islam telah menjelma ke dalam syiar-syiarnya seiring dengan berjalannya waktu dan zaman.


Dan kebeningan Islam telah mengeras menyatu ke dalam tempat peribadatannya, seolah-olah ia adalah tiang-tiang keimanan. Dan seolah-olah hukum-hukum Islam telah menjelma dalam ajarannya, dan seolah-olah rukun-rukun Islam telah membatu dalam dunianya ibarat tiang-tiang penyangga dari mutiara yang menghubungkan langit dan bumi. Dan terlebih al-Quran ini, yang berbicara, yang memiliki mukjizat, sebagai penjelas, selalu mengulang-ulang pidato azali; sehingga tidak ada sedikit pun ruang atau sudut tersisa dalam dunia Islam kecuali akan mendengar pidato dan ceramahnya. Sampai-sampai menjadikan kedudukan yang menghafalnya sangat mulia sekali berdasarkan rahasia[ اِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ] (Q.S. al-Hijr: 9) (Dan Kami lah yang akan menjaganya). Dan kegiatan membacanya menjadi ibadah-ibadah bangsa manusia dan jin.


Di dalamnya terdapat ajaran dan penjelasan terhadap hal-hal yang telah diterima dan diketahui secara bersama (aksioma); kepastian dalam agama telah menjadi hal pasti setelah keluar dari proses teori; hal ini terjadi dengan perkembangan waktu yang menyebabkan teori berubah menjadi sebuah perkara yang jelas dan dapat diterima serta tidak terbantahkan, jadi tidak diperlukan lagi tambahan penjelasan.


[1] Pembahasan ini telah ditulis sebelum tiga puluh lima tahun yang lalu, namun serasa baru ditulis tahun ini. Ini seperti isyarat ghaib dari keberkahan bulan Ramadhan (penulis).

414. Page

Sehingga proses tadzkir mengingatkan dan ikhthar menegur dengan hal ini telah cukup; dan al-Quran penuh dengan peringatan dan teguran setiap waktu dan setiap saat.


Kebangkitan Islam dan kesadaran masyarakat memberikan kepada setiap individu dalil dan takaran yang bisa dipakai untuk semua.


Kehidupan bermasyarakat yang tumbuh diantara kaum muslimin merupakan penyebab bahwa iman setiap individu tidak bersandar hanya kepada dalil khusus, dan tidak pula kepada perasaan hatinya saja, namun juga bersandar kepada sebab-sebab tidak terbatas pada hati jama`ah atau kelompok.


Dan perlu diperhatikan bahwa setiap kali zaman berlalu yang didalamnya terdapat aliran atau madzhab lemah, maka sangat susah untuk menghilangkannya.


Maka bagaiamana pula dengan Islam yang tegak di atas dua pondasi yang kokoh; Wahyu Ilahi dan Fitrah. Yang telah berhasil menyatukan setengah bola dunia dengan pondasi dan pengaruhnya yang kuat, yang telah mendominasi segala zaman dengan dominasi total, yang telah menjadi semangat kesucian, maka bayangan gerhana manakah yang dapat menutupinya sedangkan ia telah keluar sepenuhnya dari bayangan gerhana.


Akan tetapi sangat disayangkan, sebagian kafir pengganggu yang tidak memiliki pendirian berusaha untuk merusak dasar pondasi yang kuat ini demi mendapatkan bangunan istanan yang berdiri megah di atasnya. Setiap kali mereka mendapatkan kesempatan maka mereka berusaha menggongcang-goncang dan menggoyahkannya, namun usaha tersebut hanya sia-sia belaka, tidak akan mungkin pondasi-pondasi tersebut hancur sama sekali.


Semoga orang ateis bisu saat ini! Mereka itu adalah suami tanpa kecemburuan dan germo-germo, yang telah bangkrut. Cukup lah sudah upaya kekufuran dan penipuan itu.


Tempat-tempat pendidikan seperti ini (universitas) adalah garda terdepan bagi dunia Islam dalam menghadapi dunia kafir. Akan tetapi dikarenakan ketidak-acuhan dan kelalaiannya, musuh -yang bertabiat seperti ular- telah berhasil membuka celah di belakang garis terdepan yang dimanfaatkan oleh orang ateis untuk menyerang, maka terpecah belah lah umat ini.


Maka dari pada itu, pasukan garda depan harus menjadi benteng kokoh, kuat dan siaga dengan cahaya semangat ruh keislamannya. Jika tidak, maka sebaiknya mereka tidak usah ada dan tidak usah membohongi kaum muslimin.


Qalbu adalah tempat dimana iman bersemayam, sedangkan otak adalah tempat dimana cahaya iman dipantulkan; maka kadang-kadang seseorang menjadi mujahid, dan kadang-kadang ia menjadi tukang sapu.


Apabila qalbu tidak dirasuki was-was dan banyak pertimbangan yang muncul di otak, maka iman dan jiwanya tidak akan tergoncang.


415. Page

Namun apabila iman kokoh di dalam otak, sebagaimana yang disangkakan sebagian orang, maka pertimbangan yang banyak itu akan menjadi musuh abadi bagi keyakinan hakiki yang merupakan ruh keimanan.


Sesungguhnya qalbu dan jiwa adalah tempat iman bersemayam.


Intuisi (kata hati) dan ilham adalah petunjuk iman.


Indra ke enam adalah jalan iman.


Pikiran dan otak penjaga iman.

 

Kebutuhan kepada mengingatkan kebenaran yang telah pasti lebih besar dari pada mengajarkan yang belum pasti kebenarannya


Hal-hal yang tidak terbantahkan dalam agama serta hukum-hukum syariat yang telah diterima kebenarannya secara pasti, telah terpatri di dalam qalbu.


Dan tujuan untuk menghadirkannya akan tercapai dengan teguran dan untuk merasakannya dengan peringatan. Dan ungkapan bahasa Arab telah menjadikan kata tadzkiir (mengingatkan) dan tanbih (teguran) bernilai tinggi dan luas. Maka khutbah Jum`at dengan bahasa arab telah cukup untuk memberi tanbih teguran dalam perkara-perkara penting dan tadzkir mengingatkan kepada perkara-perkara yang telah diterima kebenarannya. Karena khutbah jum`at itu bukan dimaksudkan untuk mengajarkan mencari kepastian kebenaran perkara-perkara yang belum pasti kebenarannya.


Ungkapan bahasa arab ini adalah pahatan al-wahdah (kesatuan) pada wajah Islam yang satu, ia adalah sebuah pahatan yang tidak berbilang.

 

Hadis berkata kepada sebuah ayat: mustahil mencapaimu


Apabila kamu membandingkan antara sebuah hadis dan ayat, dari awal kamu akan melihat bahwa manusia yang paling tinggi tingkat sastranya dan merupakan penyampai wahyu, tidak akan pernah bisa mencapai tingkat sastra satu ayat pun, bahkan satu hadis pun tidak bisa menyerupainya.


Artinya, tidak mungkin seluruh ucapan yang keluar dari lisan Muhammad SAW dan didengar oleh para sahabatnya adalah ucapannya dirinya sendiri.

416. Page

Rangkuman penjelasan tentang mukjizat al-Quran


Pada suatu hari aku melihat sebagaimana seorang yang tertidur melihat, bahwa aku sedang berada di bawah gunung Ararat,[1] tiba-tiba saja gunung itu meledak dan memuntahkan bebatuan sebesar gunung ke seluruh penjuru alam sehingga membuatnya bergoncang.


Kemudian tiba-tiba muncul di sampingku seorang pria, ia berkata kepada ku;


Jelaskan secara singkat kepada ku dan rangkum lah secara menyeluruh apa yang kamu ketahui tentang bentuk-bentuk mukjizat dalam al-Quran!


Maka aku pun berpikir tentang makna mimpi yang sedang aku mimpikan, aku berkata;


Peristiwa meledaknya gunung di sini adalah sebuah permisalan bagi apa yang terjadi pada umat manusia saat ini berupa kemunduran, sehingga dari kemunduran ini hidayah al-Quran akan meninggi dan mendominasi setiap tempat tanpa ada keraguan. Dan akan datang masa untuk menjelaskan mukjizatnya.


Saya mengatakan kepada penanya itu seraya menjawab;


Mukjizat al-Quran terwujud dalam tujuh sumber yang luas, yang terdiri dari tujuh unsur;


Sumber dan unsur yang pertama; ketajaman penjelasannya yang lahir dari paduan kafasihan kata dan kelancarannya, limpahan tata bahasanya, kefasihan maknanya, kedetailan pemahamannya, kemurnian isi kandungannya, keunikan struktur kalimatnya. Jadi al-Quran adalah perpaduan dari sifat-sifat ini, dan tampak pada karakteristik kemukjizatannya pahatan penjelasan dahsyat, dan pada lisannya ciptaan yang sangat indah. Hal ini membuat manusia tidak pernah bosan untuk mengulang-ulang membacanya.


Sumber dan unsur yang kedua; gudang ilmu langit yang ghaib dan lisan alam langit yang ghaib. Keduanya terdiri -secara umum- dari dasar-dasar ilmu langit yang ghaib dalam kejadian-kejadian penciptaan, dan rahasia langit yang ghaib dalam hakikat Tuhan, dan perkara-perkara langit yang ghaib yang telah terjadi pada masa lalu, dan kejadian-kejadian langit yang ghaib yang berkelanjutan yang akan terjadi di masa akan datang.


Ia berbicara dengan alam nyata dan menjelaskan pokok-pokok penting dengan rumusan teka-teki, dan objek tujuannya adalah jenis manusia. Dan ini merupakan kilauan nurani cahaya dari mukjizat.


Sumber dan unsur yang ketiga; al-Quran memiliki sisi kelengkapan yang luar biasa dari lima sudut: dari lafadznya, dari maknanya, dari hukum-hukumnya, dari ilmu yang terkandung di dalamnya, serta dari keterukuran tujuan-tujuannya.


[1] Nama sebuah gunung di bagian timur Turki.

417. Page

Lafadznya; mengandung berbagai pertimbangan yang luas dan sudut pandang yang banyak; hal ini ditinjau dari kenyataan bahwa setiap sudut pandang yang muncul bernilai baik dalam aspek balghah (kefasihan), dan benar dalam aspek bahasa arab, dan layak menurut hikmah syariat.


Maknanya; penjelasan bernilai mukjizat yang dimiliki al-Quran telah mencakup dan meliputi seluruh sumber minuman para wali, kenikmatan rasa para orang arif, madzhab- madzhab para salikin, jalan-jalan para mutakallimin, manhaj para ahli hikmah, seluruhnya ada dalam al-Quran, dalam cakupan petunjuknya dan keluasan maknanya.


Ketercakupan lingkup hukum-hukumnya; Syariat yang suci dan menyenangkan ini telah dirumuskan darinya banyak hukum; hal ini karena pada struktur penjelasan al-Quran itu sendiri terdapat seluruh prinsip-prinsip kesejahteraan hidup di dua dunia, dan faktor-faktor penyebab keamanan dan ketenangan hidup di dalamnya, dan seluruh hubungan kehidupan sosial, dan cara-cara pendidikan, serta hakikat-hakikat dari berbagai peristiwa.

Kedalaman keilmuan yang terkandung di dalamnya; Pagar surat-suratnya telah meliputi hal-hal yang tersembunyi; hal ini merupakan petunjuk, teka-teki dan isyarat Ilmu pengetahuan alam dan Ilmu-Ilmu ketuhanan, masing-masing sesuai porsinya.


Keterukuran maksud dan tujuannya; Al-Quran telah benar-benar telah menjaga dengan sempurna keseimbangan, keteraturan, kesatuan, kecocokan dengan hukum-hukum dasar fitrah (kesucian), dan mejaganya dengan seimbang.


Inilah sisi kelengkapan yang memiliki peran penting, yang terwujud dalam lingkup lafadz, keluasan makna, ketercakupan hukum-hukum, kedalaman keilmuan dan keterukuran tujuan.


Sumber dan unsur ke empat; al-Quran telah melimpahkan sebuah limpahan cahaya nurani pada setiap masa sesuai dengan kadar pemahamannya dan tingkat adabnya. Dimana pada setiap tingkatan dari tingkatannya sesuai dengan persiapannya dan tingkat penerimaannya.


Pintunya senantiasa terbuka bagi setiap masa dan bagi setiap tingaktan yang ada pada masa itu, seolah-olah perkataan ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) itu diturunkan secara aktual dan baru pada setiap masa dan setiap tempat.


Setiap kali zaman bertambah umur menjadi tua, maka al-Quran semakin muda sehingga terungkaplah teka-tekinya. Perkataan tuhan itu telah menyobek kain penutup hukum alam dan sebab-akibat, sehingga berhambur lah cahaya tauhid pada setiap ayat di setiap saat, yang menyingkap tabir kenyataan dari perkara ghaib.


Keagungan ungkapannya telah menarik perhatian manusia untuk berpikir dan merenung; karena keagungan lisan ghaib itu sedang berbicara kepada alam nyata dengan zatnya.

Ringkasan dari unsur ini; di dalam keaktualannya yang luar biasa laksana lautan samudra yang luas, terdapat kumpulan titah Tuhan turun ke dalam akal-akal manusia untuk melembutkan pikiran. Keaneka-ragaman struktur bahasanya telah menjadikan penurunannya mengandung kemesraan, hal ini lah penyebab para manusia dan jin mencintainya.


418. Page

Sumber dan unsur ke lima; disaat ia menegur umat manusia, ia menggunakan struktur bahasa indah yang sarat akan makna untuk menyebutkan point-point utama dari kabar-kabar nyata yang terdapat di dalamnya nukilan kisah-kisah, sehingga terlihat faktual dan aktual.


Nukilan-nukilan yang terdapat di dalamnya; pengurutan dan pengisahan kabar-kabar para pendahulu, dan keadaan orang-orang akan datang, rahasia surga dan neraka, hakikat ilmu ghaib, rahasia dibalik alam nyata, rahasia tuhan dan hukum penciptaan. Kabar-kabar yang terlihat dengan mata tidak pernah bertentangan dengan fakta, dan tidak pula berbeda dengan logika. Dan kalau pun tidak bisa diterima secara fakta dan logika, maka keduanya tetap tidak bisa menolak kebenarannya.


Adapun metode al-Quran dalam menyampaikan nukilan-nukilan tersebut, maka ia telah menukilnya sebagai pembenaran terhadap kitab-kitab langit terdahulu -yang merupakan tumpuan alam- dengan ketelitian sangat luar biasa. Dalam hal, ia berperan sebagai pengoreksi bagi perbedaan-perbedaan yang ada pada kitab-kitab sebelumnya.


Bukankah kemunculan nukilan-nukilan seperti di atas, dari seorang ummi (buta huruf) merupakan sebuah kejadian yang luar biasa pada zaman ini?


Sumber dan unsur keenam; ia merupakan asas sekaligus kandungan dari agama Islam. Apabila kamu berkelana mengitari berbagai zaman dan tempat, kamu akan dapati bahwa zaman dahulu dan sekarang tidak akan mampu mendatangkan agama seperti agama Islam ini. Ia adalah jahitan langit yang memegang bola dunia kita, mengorbitkannya pada orbit tahun dan hari, ia mengawalnya dan mengenderainya, menjauhkannya dari kemunkaran.


Sumber dan unsur ketujuh; enam cahaya yang menyebar dari enam sumber saling berpadu satu dengan lainnya, sehingga muncul lah kebaikan, kemudian lahir darinya keyakinan yang merupakan perantara nurani.


Dan muncul dari hal ini cita rasa, yaitu cita rasa mukjizat yang dapat dirasa, akan tetapi lidah kita lemah dan pikiran kita juga terlalu dangkal untuk mengungkap rasa tersebut.

Lihatlah bintang-bintang langit yang bisa dilihat tapi tidak bisa disentuh!


Selama tiga belas generasi dari zaman, dimana musuh-musuh al-Quran menyimpan keinginan untuk berbuat jelek kepadanya, di saat itu pula rasa kerinduan mengikutinya telah terjaga dalam jiwa penjaga al-Quran.


Ini adalah salah satu petunjuk dari sekian banyak petunjuk kemukjizatan. Dimana pergolakan yang terjadi diantara dua keinginan kuat ini (menghancurkan al-Quran dan melindunginya) telah melahirkan jutaan buku-buku bahasa arab di alam nyata.


Dan apabila dibandingkan jutaan buku tersebut dengan al-Quran, dan keduanya ditimbang dengan sebuah timbangan, maka seluruh alam semesta, bahkan orang buta dan tuli sekalipun akan berkata; ini adalah buku-buku manusia, sedangkan ini adalah buku langit.


419. Page

Dan ia akan mengambil keputusan tegas; buku-buku ini tidak serupa dengan al-Quran, bahkan sama sekali tidak bisa sama dengannya. Jadi, kalau bukan al-Quran itu berada di bawah segalanya, dan ini sangat jelas kebatilannya; atau justru sebaliknya. Maka kesimpulannya adalah al-Quran itu di atas segalanya.


Al-Quran telah membuka pintu-pintu keluasan kandungannya kepada umat manusia, dan mewaqafkan segala isinya kepada mereka sepanjang zaman ini ada, ia mengajak seluruh jiwa dan akal kepada dirinya. Dan umat manusia pun memanfaatkan kandungan isinya yang sangat luas tersebut, dan mendapatkan hasil yang menjadi hak miliki mereka. Dengan segala hal ini, tetap saja umat manusia tidak bisa menantang al-Quran, tidak akan pernah bisa, bahkan sampai masa tantangan itu berakhir.


Tidak ada buku yang bisa menyerupai al-Quran, tidak ada satu pun yang bisa dibandingkan dengannya. Karena ia memiliki keunikan; dimana hanya turun dalam masa dua pulu tiga tahun secara bertahap sesuai dengan hikmah rabbaniayah, berjenjang dan berangsur-angsur sesuai dengan kepentingan dan keperluan kala itu.


Sebab-sebab turunnya (asbab nuzul) berbeda-beda dan berlainan, pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalamnya terulang di kejadian-kejadian yang berbeda-beda dalam konteks yang sama. Hukum-hukumnya juga bervariasi dan fleksibel, dan masa penurunannya berbeda-beda dan terpisah.


Konteks penerimannya bermacam-macam dan berbeda, kelompok objek pendengarnya juga bervariasi dan saling berjauhan, dan di dalam visi dan misinya mengandung tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan.


Asas-asas yang telah disebutkan di atas merupakan landasan struktur al-Quran berserta penjelasan, jawaban dan perkataannya. Hal ini memperlihatkan kesempurnaan kehalusan, kemurnian, kesesuaian dan keterhubungan.


Dalil yang memperjelas hal ini adalah fakta yang ditunjukkan oleh ilmu bayan (struktur kalimat) dan ilmu ma`ani (makna kalimat).


Al-Quran memiliki keunikan yang tidak ada pada perkataan selainnya. Kamu tatkala mendengar perkataan seseorang, kamu akan mendapatkan si permilik perkataan sebenarnya berada di belakang perkataan itu atau di dalamnya, hal ini karena struktur bahasa adalah cermin manusia. Sedangkan al-Quran tidak demikian.


Wahai penanya yang bijak, kamu telah meminta sebuah rangkuman dan aku dengan kemampuanku telah menunjukkannya padamu.


 Dan apabila kamu memintanya secara terperinci, maka hal itu diluar batas kemampuanku, seekor nyamuk tidak mampu menjangkau langit.


Kitab Isyaratul I`jaz (Isyarat kemukjizatan) telah menjelaskan satu bagian saja dari empat puluh bagian dari mukjizat al-Quran. Bagian itu adalah limpahan susunan kalimat, namun kitab 

420. Page

tersebut tidak mampu memuatnya, seratus halaman tidak cukup untuk menafsirkannya. Dan aku dengan kemampuanku, menginginkan orang-orang rohaniawan yang mendapatkan ilham yang banyak sepertimu untuk merinci dan menjelaskannya.

 

Tangan sastra barat yang berlumuran hawa nafsu, keanehan dan kejeniusan; tidak akan mampu menggapai kedudukan sastra al-Quran yang kekal, yang diselimuti cahaya, petunjuk dan kesembuhan


Kondisi yang memenuhi cita rasa tinggi yang dimiliki oleh orang paripurna dari kalangan manusia, tidak akan bisa menghibur para penikmat hawa nafsu yang kekanak-kanakan dan memiliki tabiat kebodohan, bahkan sama sekali tidak bisa memberikan kenikmatan kepada mereka.


Berdasarkan hikmah ini, cita rasa orang bodoh dan rendahan dicekoki dengan hawa nafsu psikologis dan syahwat yang merongrong dalam suasana dirinya, sama sekali tidak mengetahui cita rasa spiritualitas.


Sastra moderen yang merupakan jelmaan sastra eropa, tidak bisa melihat dari sudut pandangnya pemandangan yang lembut nan agung serta keunikan-keunikan yang sangat menarik dalam al-Quran, ia juga tidak bisa merasakan cita rasanya. Oleh karena itu, timbangan sastra moderen tidak bisa dijadikan ukuran bagi al-Quran.


Sastra memiliki tiga medan yang merupakan pusat orientasinya dan ia tidak bisa keluar dari ke tiganya;


Medan keluhuran dan keindahan


Medan semangat dan harga diri


Medan refleksi hakikat


Berdasarkan ke tiga hal ini, maka sastra ajnabiy (orang asing);


Dalam medan semangat; tidak menyanyikan kebenaran, justru mendoktrin dan mendukung semangat menfitnah dengan memanfatkan kekuasaan sambil bertepuk tangan bagi kesemenaan dan kebiadaban kelompok manusia zalim.


Dalam medan keluhuran dan keindahan; tidak mengenal keluhuran yang hakiki, justru menghembuskan cita rasa syahwat yang kuat pada jiwa.


Dalam medan refleksi hakikat; tidak melihat alam semesta ini sebagai ciptaan Tuhan, bahkan sama sekali tidak memahami bahwa alam semesta ini merupakan bagian dari celupan Sang Maha Pengasih. Justru sastra ini mensifati dan menggambarkan alam semesta ini dari sisi 

421. Page

proses sains, tidak bisa keluar dan melepaskan diri darinya. Oleh karena itu, ia mendoktrin kecintaan kepada alam, memupuk kecintaan materi bahkan menyembahnya dengan ketulusan hati, hal ini menyebabkan seseorang tidak bisa selamat dari jebakan ini dengan mudah.


Maka dari pada itu, pada hakikatnya sastra seperti ini sama sekali tidak menunjukkan sebuah adab atau sastra yang menyejukkan dan me’ninabobok’kan. Bahkan sama sekali tidak berharga dengan segala kandungannya yang dipenuhi gejolak dan goncangan spiritual disebabkan kesesatan yang bersumber dari cinta buta kepada alam dan penyembahan materi.


Obat bagi penyakit ini hanya satu, yaitu mengetahui periwayat sastra ini; yaitu sesuatu yang hidup tapi mati, seperti buku; mayat-mayat yang bergerak seperti film, dan mayat yang mati tidak bisa memberikan kehidupan; Hantu-hantu mirip manusia yang bergentayangan di atas panggung kuburan yang luas, yang dulunya disebut teater. Maka jangan pernah meremehkan ketiga jenis periwayatnya ini.


Ia telah meletakkan lidah kebohongan dalam mulut manusia, dan merancang mata kefasikan di wajahnya, dan menyelimuti dunia dengan gaun murahan; oleh karena itu ia tidak mengetahui keindahan hakiki.


Bahkan, seandainya ia ingin menggambarkan matahari, maka ia akan mebuat pembaca teringat dengan seorang artis primadona berambut pirang.


Pada kenyataanya ia ingin mengatakan; kebodohan itu jelek dan tercela, tidak sepantasnya untuk manusia. Kemudian ia menunjukkan efek berbahaya dari kebodohan itu. Tapi ia justru menggambarkannya dengan sebuah gambar yang indah, sehingga membuat air liur meleleh. Akal pun menjadi kehilangan peran dan fungsinya. Buaian syahwat dan nyanyian hawa nafsu telah sampai kepada batas yang dapat menghilangkan kontrol akal terhadap sensasi perasaan.


Sedangkan sastra al-Quran…


Tidak memberikan celah sedikit pun bagi hawa nafsu. Ia memberikan manusia perasaan menikmati kebenaran sekaligus mencintainya. Merindukan keindahan tiada cela. Mengecup rasa kecantikan. Kerinduan kepada cinta hakikat. Tidak pernah berbohong walau sepatah kata pun.


Ia tidak melihat alam semesta ini dari kaca mata sains. Ia mengingatkan manusia bahwa alam ini adalah ciptaan Tuhan dan bagian dari celupan kasih sayang-Nya, dan hal ini sangat mudah dipahami orang yang menggunakan akalnya. Oleh karena itu, doktrinnya adalah cahaya mengenal pencipta, sehingga tersingkap lah tanda-tanda-Nya di segala sesuatu.


Kedua sastra tersebut di atas mewariskan rasa sedih, tapi rasa sedih yang berbeda;

Pada sastra barat, bayinya eropa; telah mewariskan kesedihan kesendirian yang muncul dari kebosanan, dan dari rasa kehilangan sosok dicintai, kehilangan sosok sahabat. Ia tidak bisa mewariskan kesedihan tulus suci.


422. Page

Karena sastra barat memiliki pandangan –dengan rasa kesedihan mendalam yang terinspirasi dari alam yang tuli dan kekuasaan yang buta-, bahwa alam semesta ini adalah tempat membosankan. Tidak ada pandangan lain kecuali ini saja.


Lalu dengan pandangan ini, manusia yang diliputi kesedihan dilempar ke tengah orang-orang asing tidak dikenal, sendirian tanpa bekal dan pemimpin. Bahkan sama sekali tidak memberinya harapan.


Maka ia pun berjalan dengan sebuah dorongan dari perasaan yang luar biasa -yang mempengaruhi keharmoniannya-, sehingga ia sampai ke ateisme dan pengingkaran setahap demi setahap. Ia pun menjadi susah untuk kembali, atau mungkin sama sekali tidak bisa kembali.


Sedangkan sastra al-Quran al-karim…


Mewariskan kesedihan mulia; yaitu kesedihan cinta bukan kesedihan yatim piatu. Kesedihan karena berpisah dengan sosok yang dicintai, bukan karena kehilangannya.


Ia akan melihat alam semesta dan mencari di dalamnya sebuah hakikat bahwa alam semesta itu adalah ciptaan Tuhan, memiliki perasaan dan kasih sayang; sama sekali tidak menganggapnya sebagai ciptaan alam materi yang buta, bahkan tidak mengingat alam materi itu sedikit pun dan ia tidak disibukkan dengannya.


Kemudian muncul qudrah ilahiyah (kuasa Tuhan) yang mengandung pertolongan yang luas, sebagai ganti dari kekuasan buta. Oleh karena itu, tidak ada pakaian membosankan bagi alam ini dalam pandangannya. Bahkan pandangan lawan bicara yang sedang diliputi kesedihan –karena al-Quran- berubah sehingga alam ini terlihat laksana kumpulan orang-orang yang dicintai. Setiap sudut dari sudut-sudut alam ini saling berkomunikasi, dan setiap sisi dari sisi-sisinya saling mencintai, sehingga tidak ada perasaan sempit. Dan setiap sudutnya adalah keakraban, seolah orang yang sedang bersedih itu ditempatkan di tengah-tengah kumpulan orang-orang yang saling berkomunikasi dan mencintai.


Hal ini mewariskan rasa sedih diliputi cinta dan perasaan tulus yang tinggi, bukan rasa sedih bercampur pahit, penuh dengan kebosanan.


Kedua sastra ini juga memberikan kesenangan dan kegembiraan, namun keduanya berbeda.


Sastra barat yang bar-bar ini mewariskan kepada jiwa rasa kerinduan dipenuhi gairah, sehingga ia terombang-ambing akibat hasrat dan kegelisahan hawa nafsu yang tiada habisnya. Akan tetapi ia tetap tidak mampu memberikan kepada ruh kesenangan, keriangan dan kegembiraan.


Sedangkan rasa kerinduan yang diberikan al-Quran, adalah rasa kerinduan yang mengguncang ruh, ia memberikan kerinduan kepada Tuan Mulia.


423. Page

Berdasarkan hal ini, Syariat Nabi Muhammad tidak meridhoi segala bentuk kelalaian. Oleh karenanya diharamkan lah sebagian alat-alat yang melalaikan, sebagian lagi bolehkan dan diizinkan.


Artinya, alat-alat yang memberikan rasa sedih yang bersumber dari al-Qur`an dan rindu yang diturunkan dari langit, tidak berbahaya.


Akan tetapi, manakala alat-alat tersebut memberikan rasa sedih yatim piatu dan rindu psikis; maka haram hukumnya.


Akan tetapi keadaan ini berbeda-beda sesuai individunya masing-masing, dan manusia tidak lah sama.

 

Tangkai yang menghasilkan buah-buah bernama kasih sayang tuhan


Tangkai pohon adalah sebuah ciptaan yang mempersembahkan buah-buahan nikmat -secara kasat mata- pada setiap tempat bagi yang bernyawa.


Namun pada hakikatnya, buah-buahan yang dipersembahkannya kepada kalian adalah tangan kasih sayang dan tangan kuasa (qudrah).


Maka ciumlah tangan kasih sayang itu dengan rasa syukur, dan sucikan tangan kuasa (qudrah) itu dengan rasa penuh terima kasih.

 

Tiga jalan pada akhir surat al-Fatihah


Wahai saudaraku! Wahai yang dadanya dipenuhi dengan angan-angan! Peganglah khayalanmu dengan tanganmu dan datanglah kemari bersama ku! Nah, sekarang kita sedang berada di sebuah tempat di atas bumi, dan lihatlah di sekelilingnya, tidak seorang pun melihat kita.


Telah terhampar sebuah awan hitam di atas gunung tinggi yang terlihat laksana tiang-tiang kemah yang menutupi bumi kita, kemudian menjadi atap yang padat.


Akan tetapi pada bagian bawah atap ini ada celah terbuka, kamu bisa melihat matahari dari nya.


Nah, sekarang kita sedang berada di bawah awan tersebut, kita diliputi bayangan kegelapan, kita dicekik oleh rasa takut dan sesak, kehilangan udara pada kondisi itu mengakibatkan kematian.


424. Page

Lalu kita memiliki tiga jalan menuju kondisi terang, dan aku sebelumnya pernah melihat bumi perandaian ini. Sungguh, aku pernah datang kemari, dan aku telah melewati ke tiga jalan itu, satu demi satu;


Jalan pertama…


Kebanyakan manusia melewati jalan ini, berwisata mengelilingi alam, mengajak kita untuk berwisata.


Nah, kemudian kita berjalan kaki melalui jalan ini, dan lihat lah bagaimana lautan pasir yang terhampar luas di padang pasir ini, meluapkan kemarahan dan ancamannya kepada kita. Dan lihat pula ke gelombang-gelombang lautan ini, mereka juga marah kepada kita. Dan sekarang kita telah sampai di tepian lainnya, Alhamdulillah. Kita telah melihat wajah matahari, namun tidak seorang pun memahami sejauh mana perjuangan kita menghadapi rasa letih dan sakit.


Namun sangat disayangkan, ternyata untuk kedua kalinya kita telah kembali ke dunia sepi ini yang beratapkan awan-awan hitam gelap. Kita saat ini sangat butuh dengan alam bercahaya yang menerangi penglihatan qalbu kita.


Kalau kamu masih memiliki keberanian, ayo kita melewati jalan kedua yang dipenuhi dengan mara bahaya,


Jalan kedua… 


Kita potong dan terobos tanah ‘sains’ ini agar sampai ke ujung satu lagi, atau kita melewati terowongan ‘sains’ yang penuh goncangan.


Telah lama aku dulu jalan melewati jalan ini layaknya seorang pengemis tanpa penunjuk jalan.


Akan tetapi di tanganku ketika itu ada sebuah alat yang mampu melelehkan tanah ‘sains’ ini dan membelahnya. Alat itu adalah sebuah petunjuk mukjizat kepada jalan yang ketiga, alat itu diberikan al-Quran kepadaku.


Wahai saudaraku! Jangan tinggalkan aku, ikutlah bersamaku! Jangan pernah takut sama sekali! Lihatlah di sini ada sebuah gua seperti terowongan tempat jalan keluar udara di bawah tanah. Gua itu sedang menunggu kita dan akan menyebrangkan kita ke tampat lain.

Jangan pernah kamu terlena dengan kejumudan sains yang hina. Sesungguhnya aku telah mendapatkan melalui perantara cahaya al-Quran yang mirip dengan zat radium, bahwasannya dibelakang wajah masam `sains` itu, ada wajah pemiliknya tersenyum menebar kasih sayang.


Kabar gembira bagimu wahai saudaraku! Kita telah masuk ke dalam alam yang terang, lihatlah tanah-tanah yang telah teraspal dan langit-langit yang telah dihiasi dengan kelembutan. Angkatlah kepalamu! Agar kamu bisa melihat sesuatu ini yang telah sampai ke ujung langit meninggalkan awan-awan di bawahnya, ia memanggil kita, ketahui lah bahwa sesuatu itu adalah al-Quran al-Karim. Dia adalah pohon keselamatan, ranting-rantingnya menjalar ke 

425. Page

seluruh penjuru. Tugas kita adalah bergantung di ranting-ranting tersebut agar membawa kita kesana.


Syariat bercahaya ini merupakan permisalan bagi pohon langit itu di atas bumi.


Maka dengan demikian, kita mampu untuk sampai ke alam yang terang benderang itu menggunakan jalan yang satu ini tanpa rasa letih dan kesulitan.


Nah, karena kita telah tersesat, maka mari kita kembali ke tempat awal, agar bisa mendapatkan jalan lurus itu.


Lihat lah! Ini lah dia


Jalan ketiga…


Seorang pemimpin komando terhormat berdiri di atas gunung tinggi ini, ia mengumandangkan azan ke penjuru pendengaran seluruh alam raya.


Lihat lah kepada pengumandang azan ini yang bernama Muhammad bani Hasyim SAW, dia mengajak manusia munuju alam terang bercaya, mewajibkan doa dan sholat. Dia telah berhasil menyusup sampai ke awan tinggi, lihat lah gunung hidayah ini, dia telah sampai ke unjung lapisan langit.


Dan lihat pula ke gunung syariat yang tinggi, bagaimana ia telah menghiasi wajah bumi kita dan mencelak ke dua matanya. Kita harus naik dan terbang dengan pesawat optimis. Karena kilauan sinar cahaya itu ada di sana, dan cahaya keindahan juga di sana.


Ya, di sini gunung uhud tauhid, dan itu adalah gunung yang mulia.


Dan di sana gunung Juudi Islam, dan gunung itu adalah gunung keselamatan. Dan inilah al-Quran yang penuh bunga, dia adalah gunung purnama, mengalir dari sumber mata air yang besar itu air jernih sungai Nil, maka minumlah air segar itu.


فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

وَآخِرُ دَعْوَانَا اَنِ الْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Wahai temanku, lepaskan lah khayalanmu sekarang juga, buang jauh-jauh, dan pasang lah akal mu.


Pada dua jalan yang pertama, -keduanya adalah jalan “kemurkaan di atas mereka” dan jalan “orang-orang tersesat”-, terdapat banyak rintangan mara bahaya. Musim gugur dan musim panas pada kedua jalan itu hakikatnya adalah musim dingin selalu.


Kemungkinan tidak ada yang selamat dari kedua jalan itu kecuali satu dari seratus orang, seperti Plato dan Socrates.


426. Page

Sedangkan jalan ketiga; adalah jalan yang sangat mudah, dekat dan lurus. Orang kuat dan lemah sama saja, semua orang bisa melewatinya.


Sedangkan jalan paling selamat adalah; kalau bukan mati syahid, maka kemuliaan berjihad.


Nah, sekarang kita telah sampai kepada sebuah hasil.


Ya, kedua jalan yang pertama tadi adalah jalan dan madzhab ilmuwan sains.


Sedangkan petunjuk al-Quran adalah jalan ketiga, jalan yang mengantarkan kita ke ash-shiratul mustaqim.


Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat ke atas mereka, bukan jalan yang Engkau murkai, bukan pula jalan orang-orang yang tersesat. Amin.

 

 Rasa sakit hakiki seluruhnya ada dalam kesesatan, dan rasa nikmat hakiki seluruhnya ada pada iman


Sebuah hakikat agung yang dibalut pakaian mimpi


Wahai temanku yang cerdas, jikalau kamu mau –hai yang mulia- melihat perbedaan jelas antara jalan lurus yang merupakan jalan nurani, dengan jalan yang dimurkai atas mereka dan orang-orang tersesat, yang merupakan jalan kegelapan; maka ambil lah ilusimu dengan tanganmu dan tunggangi lah naskah mimpi.


Kita akan pergi bersama ke kegelapan yang hampa, sebuah perkuburan besar dan kota yang penuh sesak dengan mayat-mayat. Kita akan menziarahi mereka.


Sesungguhnya Yang Maha Kuasa telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan ini dengan dengan tangan kuasa-Nya. Lalu memberikan kita tunggangan berupa alam nyata ini. Dan mengirim kita ke dunia ini, ke kota mimpi ini yang penuh kenikmatan hakiki.


Nah, sekarang kita telah sampai di alam nyata ini, di sebuah hamparan padang pasir luas dan sunyi ini. Kedua mata kita telah terbuka sehingga kita mampu melihat ke enam penjuru. Awalnya pandangan kita terarah ke depan seraya mengharap kelembutan, akan tetapi yang kita dapat kan adalah bala bencana dan ragam kepedihan yang menyerang, layaknya seorang musuh. Kita pun terkejut dan merasa takut.


Kemudian kita melihat ke arah kanan dan kiri, tempat dimana terdapt unsur-unsur alam seraya memohon pertolongan dan kasih sayang dari mereka. Namun yang kita dapatkan adalah sebuah hati yang keras, tidak ada cahaya kasih sayang di dalamnya. Memperlihatkan taring-

427. Page

taringnya seraya melihat kepada kita dengan pandangan marah dan bengis. Mereka tidak menghiraukan permohonan ampun dan doa-doa tawasul.


Kemudian kita mengangkat pandangan ke atas; dengan penuh keputus-asaan seperti orang-orang dalam keadaan terjepit, melihat sebuah organisasi tingkat tinggi dan meminta perlindungan darinya. Akan tetapi mereka menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan dan angker. Menggertak kita layaknya mereka adalah peluru-peluru dan bom-bom yang meluncur dengan super cepat bertebaran udara. Mereka tidak saling berbenturan dan bertabrakan antara satu dengan lainnya, sesuatu yang menakjubkan dan mengherankan.


Kalau lah salah satu dari mereka keluar dan memotong jalur orbitnya karena lupa atau tidak sengaja, pastilah jantung alam nyata ini akan terlepas karena panik, wal `iyaadzubillah.


Kelihatannya hal ini juga berkaitan dengan teori spontanitas, namun tidak ada faedahnya juga membahas hal itu.


Kita telah mengalihkan pandangan penuh putus asa dari sudut itu dan kita terjerumus dalam keheranan yang menyakitkan. Kepala kita juga ditundukkan, kita telah bersembunyi di hati kita, memandang kepada nafsu kita lalu merenunginya. Lalu kita mendengar rontaan-rontaan ribuan hajat dari nafsu kita yang malang. Muncul ribuan rintihan keperluan. Ketika menanti hiburan namun kita ketakutan. Darinya juga tidak datang kebaikan.


Kita telah masuk ke dalam sanubari kita dengan penuh pengharapan untuk berlindung, kita memandang ke dalamnya dan kita menanti satu jalan keluar. Aduhai! Sekali lagi kita tidak jumpa. Kita perlu memberi bantuan karena padanya kelihatan ribuan cita-cita, kehendak-kehendak yang menggelegak, perasaan-perasaan yang berdebar, meliputi alam semesta. Kita menggigil dari setiap satunya, kita tidak bisa membantu secara langsung. Cita-cita itu telah menekan dalam kewujudan dan ketiadaan. Satu sisinya menuju keazalian dan satu sisi lagi menuju keabadian. Terdapat ruang yang sangat luas sehingga seandainya ia menelan dunia ini, niscaya sanubari itu tidak akan kenyang.


Pada jalan yang menyakitkan ini, ke mana saja kita meminta bantuan, kita temui satu rintangan. Demikianlah jalan-jalan “maghdub” (yang dimurkai) dan “dhallin” (Yang Sesat). Karena, pandangan di jalan itu mengarah kepada kontradiksi dan kesesatan.


Oleh karena kita telah terjebak dengan pandangan itu, maka kita terjatuh ke dalam hal yang seperti saat ini. Keadaan dimana kita telah melupakan permulaan dan tempat kembali, serta as-Sani’ dan Hasyr buat sementara waktu. Keadaan ini lebih parah dari pada neraka dan lebih panas. Ini akan membinasakan roh kita. Ini terjadi karena kita telah meminta bantuan dari enam sudut itu, maka kita telah mendapat keadaan yang sebegini parah. Keadaan yang lahir dari penderitaan dengan ketakutan, kegigilan dengan kelemahan, kerisauan dan kegalauan serta keyatiman dan keputus asaan yang membakar sanubari.


Sekarang mari kita hadapi semua sudut itu seraya berusaha menghalangnya. 


428. Page

Mula-mula: Kita merujuk kepada kemampuan kita. Alangkah sedihnya! Ternyata kita melihat bahwa ia lemah dan loyo.


Kedua: Kita menghadap kepada nafsu untuk mendiamkan hajat kita. Malangnya kita dapati hajat-hajat itu tidak berhenti bahkan menjerit.


Ketiga: Untuk satu penyelesaian, kita menjerit dan meraung bak meminta pertolongan, namun tiada yang mendengar dan tiada yang menjawab. Sehingga kita pun menyangka: Setiap benda memusuhi kita dan mereka menjadi orang asing bagi kita. Tiada satu bendapun yang dapat memberi ketenangan kepada hati kita, tiada sembarang kepercayaan dapat memberi bantuan dan memberikan kenikmatan yang hakiki.


Keempat: Apabila kita memandang kepada benda-benda langit yang tinggi, mereka malah memberi rasa takut dan gamang pada pandangan. Rasa takut dan gamang yang mengganggu sanubari yang membakar akal dan melahirkan kecurigaan!


Wahai saudara! Demikianlah jalan dan perihal kesesatan ini. Kita telah melihat gelapnya kekufuran di jalan ini secara sempurna.


Sekarang ini mari wahai saudaraku, kita kembali lagi kepada kehampaan itu.


Kita akan datang sekali lagi. Kali ini jalan kita adalah Siratul Mustaqim, serta jalan keimanan. Penunjuk sekaligus pemimpin perjalan kita adalah pertolongan ilahi dan al-Quran yang merupakan pembimbing di setiap zaman.


Manakala Sultan Azali ingin menciptakan kita dengan Rahmat dan pertolongan-Nya. Qudrah telah mengeluarkan kita dari kehampaan, lalu menaikkan kita ke atas aturan kehendak ilahiyah dengan penuh rasa lembut dan hormat kepada kita. lalu membawa kita berjalan melintasi masa-masa dengan teratur. lalu ia datang kepada kita, dan memberikan kita sebuah nikmat eksistensi dengan penuh rasa kasih. Kemudian memberikan kita sebuah amanah berupa sholat, ketaatan, doa dan permohonan.


 Masa-masa dan keadaan-keadaan yang kamu lewati masing-masing merupakan rumah permintaan dan permohonan di jalan kita yang panjang ini. Untuk memudahkan jalan kita ini, Tuhan telah menulis di atas dahi kita simbol sultan dari al-Qadr. Sehingga kemana saja kita datang, kepada golongan mana saja kita menjadi tamu, kita akan mendapatkan sambutan yang penuh rasa persaudaraan. Kita memberi harta kita dan mengambil harta mereka. Itulah sebuah perniagaan.


Mereka memberi rezeki kepada kita, menghias dengan hadiah-hadiah, serta mengiringi kita. Lama-kelamaan, maka kita pun sampai dan mendengar suara yang lantang di pintu dunia.


Lihat, kita telah masuk ke muka bumi ini dan kita telah memijakkan kaki kita ke alam nyata yang merupakan pesta perayaan ar-Rahman dan perkumpulan manusia yang ramai. Kita tidak mengetahui apa pun, petunjuk dan imam kita adalah kehendak ar-Rahman. Wakil petunjuk kita 

429. Page

adalah mata kita yang manja. Kita telah membuka mata kita dan kita telah sampai ke dalam dunia.


Dan kita telah membuka mata kita, lalu kita kirimkan ia mengelilingi dunia, maka apakah kamu mengingat proses kedatang kita sebelumnya? Sebelumnya kita orang asing yang yatim, kita memiliki banyak musuh, bahkan kita juga tidak mengenal siapa penjaga kita.


Nah sekarang, melalui kaca mata cahya iman kita bisa melihat pondasi kokoh kita dalam menghadapi musuh, titik persandaran kita serta pelindung kita yang akan menghalangi musuh-musuh. Iman kepada Allah itulah cahaya roh, cahaya kehidupan serta nyawa roh kita. Pada akhirnya, hati kita tenang dan tidak akan mempedulikan musuh-musuh. Bahkan tidak akan mengenal musuh.


Dalam perjalanan sebelumnya, kita telah masuk ke dalam sanubari. Kala itu kita mendengar ribuan rintihan, keluhan dan jeritan. Akibatnya kita jatuh ke dalam bala. Ini disebabkan oleh cita-cita, kehendak-kehendak, persiapan dan perasaan yang sentiasa menginginkan keabadian. Kita tidak pernah tahu jalannya. Maka kondisi ketidaktahuan itu akan melahirkan kesengsaraan dan keluhan.


Tetapi Alhamdulillah, pada kedatangan kita kali ini, kita telah menemui titik tempat meminta bantuan yang akan memberikan kehidupan setiap saat pada hari esok yang penuh perencanaan. Lalu menerbangkannya hingga ke keabadian yang selama-lamanya.

Dari titik itu, perencanaan menunjukkan jalan kepada mereka. Di samping meminta bantuan, sanubari turut meminum air kehidupan serta berlari kepada kesempurnaannya. Titik tempat meminta bantuan itu adalah isyarat dan kemanjaan yang melahirkan kerinduan.


Kutub kedua keimanan adalah Pembenaran Hasyr (Hari berkumpul). Kebahagiaan abadi adalah mutiara dalam kerang itu. Petunjuk keimanan adalah al-Quran serta sanubari yang merupakan sebuah rahasia kemanusiaan.


Sekarang angkat kepalamu, tengoklah kepada alam semesta ini, cobalah berbicara dengannya. Di perjalanan kita sebelumnya, ia kelihatan sangat menakutkan. Sedangkan saat ini, ia dalam keadaan tersenyum ketawa memandang ke setiap penjuru. Suara dan rayuannya bagaikan penuh kemanjaan.


Tidakkah kamu melihat bahwa mata kita telah menjadi seperti lebah. Ia terbang ke setiap tempat. Alam semesta adalah tamannya dan berbagai macam bunga ada di setiap tempat. Tiap-tiap bunga juga memberikannya setetes cairan yang lezat.


Ia memberikan kemesraan, ketenangan dan rasa saling mencintai. Hal itu akan mengambil, membawa dan memberikan kemanisan syahadah. Akhirnya pahlawan sang pemilik rahasia itu meneteskan setetes madu lezat ke dalam madu.


430. Page

Apabila kita meletakkan pandangan kita kepada pergerakan benda-benda langit seperti bintang atau matahari, semuanya memberikan ke tangan pandangan kita sebuah hikmah Sang Pencipta dan intipati renungan, kemudian ia juga mengambil manifestasi rahmat lalu terbang.


Seolah-olah matahari itu berbicara kepada kita. Ia berkata: “Wahai saudara-saudaraku! Jangan kalian tertekan dengan rasa takut! Ahlan wa sahlan wa marhaban. Kedatangan kalian membawa keceriaan. Rumah ini adalah milik kalian, aku adalah sebuah lilin yang cantik.


Aku juga seperti kalian, tetapi aku pelayan yang suci, tidak ingkar dan sangat taat. Zat Yang Esa itulah yang telah menjadikanku sebagai hamba yang penuh cahaya untuk berkhidmat kepada kalian dengan kesejatian rahmat-Nya. Maka kewajibankku adalah memberikan panas dan cahaya, dan kewajiban kalian adalah memberikan sholat dan permohonan kepada-NYa.”


Wahai sahabat pandanglah kepada bulan! Bintang-bintang dan lautan-lautan. Masing-masing mereka juga berkata kepadamu melalui bahasa yang khusus: “Ahlan wa Sahlan Marhaban. Selamat datang. Apakah kalian tidak mengenali kami?


Lihatlah dengan rahasia saling tolong, dengarlah dengan simbol peraturan. Setiap mereka memberitahu, setiap kami juga adalah pelayan. Kami adalah cermin rahmat Dzul jalal, dan jangan pernah sesekali kalian sedih dan jangan merasa tertekan dengan kami.


Janganlah gempita gempa bumi dan jeritan peristiwa menakutkan kalian. Jangan biarkan mereka memberi perasaan was-was. Karena di dalam mereka terdapat irama zikir, keriuhan zikir dan kemerduan rayuan dan rintihan.


Dzat Dzul jalal yang mengantarkan kalian kepada kami itu telah memegang tali kendali semua ini di tangan-Nya. Mata keimanan membaca ayat rahmat di wajah mereka. Masing-masing adalah suara merdu.


Wahai mukmin yang hatinya terjaga! Sekarang biarlah mata-mata kami istirahat sebentar, sebagai gantinya kami menyerahkan telinga kami yang sensitif ke tangan iman yang berkah, menghantarnya ke dunia supaya ia mendengar satu suara yang merdu.”


Di jalan kita yang pertama, terdapat sebuah tempat ratapan umum, serta suara-suara itu yang dikira adalah ratapan kematian, saat ini di jalan kita adalah berubah menjadi rayuan dan sholat, alunan dan rintihan dan tasbih.


Dengarlah desiran di udara, kicauan pada burung, rintik pada hujan, desiran ombak di laut, dentuman pada guruh, ketikan pada batu semuanya rayuan yang bermakna.


Desiran udara, dentuman guruh, irama ombak, masing-masing adalah zikir keagungan. Rintik hujan, kicauan burung masing-masing adalah tasbih rahmat, sebuah majas dari hakikat.


Suara-suara pada benda, masing-masing adalah suara eksistensi. Mereka berkata “aku juga ada”. Alam semesta yang diam itu tiba-tiba mulai berkata: “Jangan menyangka kami benda mati wahai manusia yang kerongkongnya kosong!”


431. Page

Apakah karena kelazatan nikmat ataupun penurunan rahmat, telah menyebabkan burung-burung berbicara dengan suara-suara yang berlainan. Melalui mulut-mulut mereka yang kecil, mereka bertepuk tangan kepada rahmat. Mereka turun ke atas rahmat lalu terbang dengan kesyukuran.


Secara simbolik mereka berkata: “Wahai saudara-saudara alam semesta! Alangkah indahnya keadaan kami. Kami dibela dengan rasa kasih dan kami gembira dengan hal kami.”


Dengan paruh-paruh keras mereka yang tajam mereka menghunusnya ke udara dengan suara yang penuh rayuan. Seolah-olah seluruh alam semesta adalah alunan musik suci yang berkelas.


Adalah dengan cahaya keimanan zikir dan tasbih mereka bisa didengar. Ini karena, hikmah menolak eksistensi teori spontanitas, dan peraturannya juga telah menghalau kesepakatan yang melahirkan asumsi-asumsi.


Wahai teman perjalanan! Sekarang kita keluar dari alam nyata ini, dan turun ke asumsi khayalan. Kita berdiri di medan akal, kita mengukur dan membandingkan jalan-jalan itu.


Jalan kita yang menyakitkan pada mula-mula adalah jalan al-maghdub (الْمَغْضُوبِ) dan ad-dhallin (الضَّالِّينَ). Kedua jalan itu memberikan satu perasaan yang menyakitkan serta kesakitan yang dahsyat kepada sanubari sampai ke tempat yang paling dalam. Akal telah menjelaskan hal itu. Kita telah berlawanan dengan akal. Malah kita terpaksa dan perlu untuk menyelamatkan diri. Karena kalau ia tidak ditenangkan dan didiamkan, atau kalau tidak dibuat mati rasa dan tidak mendengar; maka kita tidak akan mampu bertahan karena mustahil seseorang mampu bertahan ditengah-tengah pekikan jeritan dan ratapan yang panjang tiada pernah berhenti.


Hidayah adalah penawar, sedangkan hawa nafsu adalah yang mematikan fungsi perasaan. Hawa nafsu bak penyihir ini juga menginginkan hiburan, kelalaian dan kesibukan yang tidak jelas untuk menipu sanubari, dan menidurkan roh sehingga tidak merasakan rasa sakit.


Jika tidak demikian, kesakitan yang menyakitkan itu akan membakar sanubari, sehingga rintihan tidak dapat ditahan dan rasa sakit putus asa tidak dapat ditanggung.


Artinya sejauh mana ia jatuh menjauh dari Siratul Mustaqim, sejauh itulah kondisi ini akan memberikan kesan. Dan sejauh itu pula ia akan menyebabkan sanubari berteriak. Karena dalam setiap kelazatan dalam kondisi ini terdapat sebuah jejak dari kepedihan.


Maknanya kegemilangan peradaban moderen yang dibangun dari hawa nafsu, kehendak, hiburan dan kemungkaran adalah obat palsu dari penyakit yang menakutkan, yang bersumber dari kesesatan ini. Ia adalah penyebar racun yang melenakan.


Wahai sahabatku yang mulia! Di jalan kita yang kedua yakni di jalan nurani itu, kita telah merasakan sebuah keadaan. Keadaan yang menjadikan kehidupan sebagai sumber kelezatan. Rasa sakit berubah menjadi sebuah kelazatan.


432. Page

Melalui jalan itu kita mengetahui bahwa berdasarkan kekuatan iman memberikan roh kondisi yang derajatnya berbeda-beda sesuai dengan kekuatan iman itu. Sedangkan jasad menadaptkan kelezatan melalui roh. Dan Roh mendapatkan kelezatan melalui sanubari.


Sebuah kebahagiaan yang segera dimasukkan ke dalam sanubari, bak Firdaus maknawi yang tersumbat di dalam hati. Tafakkur membongkarnya sedangkan akal menjelaskannya.

Sekarang sampai tahap mana hati telah disadarkan, sampai tahap mana sanubari telah dibangkitkan, sampai tahap mana kesadaran telah diberikan kepada roh; maka sampai tahap itu pula kelazatan akan bertambah. Bahkan api bisa berubah menjadi cahaya dan musim dingin bisa menjadi musim panas.


Lalu, ketika pintu firdaus dibuka dalam sanubari maka dunia berubah menjadi sebuah syurga. Di dalamnya roh-roh kita terbang bak terbangnya seekor elang dengan menyeimbangkan kedua sayap sholat, doa serta permohonan.


Wahai teman perjalananku yang mulia! Sekarang kita berpisah karena Allah. Mari kita berdoa bersama-sama, kemudian kita berpisah. Sampai jumpa lagi…


اللّٰهُمَّ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ آمِينَ


 

Kilauan kemukjizatan yang muncul dari pengulangan Kisah Nabi Musa ‘Alaihis Salam


إنَّ قِصَّةَ مُوسَى اَجْدَى مِنْ تَفَارِيقِ الْعَصَا اَخَذَهَا الْقُرْآنُ بِيَدِهِ الْبَيْضَاءَ فَحَزَّتْ سَحَرَةُ الْبَيَانِ سَاجِدِينَ لِبَلاَغَتِهِا لزَّهْرَٓاءَ


“Kisah Musa as. lebih mulia dari hanya sekedar memilih-milih tongkat[1], al-Quran telah mengambilnya dengan tangannya yang putih sehingga para penyihir sastra bertekuk lutut sujud akibat kedalaman seni bahasanya.”


Kisah ini disebutkan secara berulang kali di dalam al-Quran karena nilai agung yang terkandung di dalamnya, serta hakikatnya yang agung pula dan memiliki banyak rahasia. Pada kisah Nabi Musa ‘Alaihis Salam itu terdapat uswah hasanah dan contoh yang paling sesuai dalam pengmebangan agama Islam, penyampaian risalah, ketabahan menanggung kesusahan, pendidikan ummah. Terdapat asas-asas risalah dan dustur-dustur yang penting di dalam kisah itu.


Ia mempunyai berbagai sudut pandang yang beraneka ragam. Dan sisinya yang banyak. Ia juga memiliki arah alternatif; ia merupakan kumpulan dustur-dustur kehidupan bermasyarakat yang sangat dalam dan luas yang telah membentang dari masa lalu hingga masa depan kehidupan.

[1] Sebuah pengungkapan dari sastra arab untuk mengungkapkan seseorang yang memiliki kebaikan yang sagat banyak.

433. Page

Kebutuhan kepada hakikat adalah seperti kebutuhan kepada cahaya dan makanan. Maka sekiranya aturannya berulang maka pengajaran juga berulang.

Beberapa contoh dari ribuan dustur dan sisi alternatifnya:


Di bawah ini merupakan kalimat-kalimat agung yang ditujukan kepada Fir`aun:


Contohnya; firman Allah Ta`ala;


[فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ]

“Pada hari ini kami selamatkan tubuhmu” (Q.S. Yunus : 92)


Ayat ini memberikan keajaiban dengan mengaitkan kaedah kehidupan pelik yang penuh dengan kematian. Dimana ia telah membawa mumi jasad Firaun-firaun Mesir dari masa lalu ke masa depan. Bahkan jasad Firaun pada masa Musa juga diselamatkan. Arus masa telah mencampakkan mumi itu ke pantai masa kini yang bak sebuah keranda, lalu Allah jadikan sebagai sebuah ibrah dan kenangan yang terjaga dalam waktu lama.

Contohnya:


[يَاهَامَانُ ابْنِ لِى صَرْحًا]

“Wahai Hamman dirikan lah untukku sebuah bangunan yang tinggi” (Q.S. Ghafir: 36)


Perkataan ini mengatakan bahwa keinginan untuk membangun Piramid-piramid yang hebat itu merupakan kecenderungan dari kekuasaan yang hebat.


Ayat ini mengingatkan dan memberi pengajaran hikmah kepada kita tentang dustur yang memberi eksistensi kepada Piramid-piramid yang hebat, serta kepada benda-benda kezaliman dan kehampaan dari sultan-sultan yang melampaui benua rata yang tiada gunung itu.

Contohnya:


[اِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى]

“Sesungguhnya qarun itu adalah dari kalangan kaum Musa” (Q.S. Al-Qashash: 76)


Hukum ini mengatakan kepada manusia; apa yang ada di tangan individu-individu bangsa bani Israil diantara bangsa-banga di alam ini, adalah sebuah peninggalan yang besar sekali dan berbahaya serta haram. Terlebih kalimat ini mengingatkan bahwa di sana terdapat dustur penjagaan, yang maksudnya adalah mereka mengumpulkan peninggalan dan harta lewat riba, maka manusia pun mendegar kejadian ini.

Contohnya:


434. Page

 

[وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ اَبَدًا]

“Jangan sekali-kali kamu berangan-angan mendapatkannya” (Q.S. Al-Baqarah: 95)


Kandungan ayat ini; Ia mengingatkan manusia bahwa terdapat satu dustur yang pelik pada orang Yahudi. Yaitu sejenis rasa takut kematian dalam bentuk ketamakkan dalam kehidupan.


Ketika satu golongan dari mereka ingin berdebat di hadapan Nabi, Rasul telah menawarkan supaya siapa yang merasa dirinya benar maka impikan lah kematian serta datangkan hujah. Namun tiada seorangpun yang memiliki keberanian untuk mengatakannya dengan lisan perkataanya, dan juga mereka juga tidak bisa mengatakannya dengan lisan keadaan karena dorongan untuk terus hidup yang terus mereka jaga sebagaimana yang terlihat seperti saat ini. Akibatnya mereka menghindar dari memimpikan kematian.


Maka ketahuilah para pengecut bahwa ketakutan dari kematian akan membawa kepada kematian, dan penjagaan kepada kehidupan mendatangkan kehinaan, inilah dia mukjizat ayat ini.

Contoh:


[يُذَبْحُونَ اَبْنَٓاءَهُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَهُمْ]

“Yang telah membunuh anak-anak mereka dan menawan istri-istri mereka” (Q.S. Al-Qashash: 4)


Dalam kandungan ayat ini, telah tertulis dengan pena taqdir sebuah dustur kehidupan yang dahsyat dan musibah berkelanjutan di dahi-dahi kaum Yahudi yang bedebah itu. Yaitu seperti berikut:


Bangsa yang malang itu menjadi sasaran dari pembunuhan yang sangat banyak secara berulangkali di seluruh pelosok alam hingga kini, dan anak-anak perempuan mereka telah memainkan peranan yang besar dalam kehidupan di alam kemungkaran.


Demikianlah kalam ini berkata tentang kejadian musibah di masa itu, dimana hal tersebut adalah dustur untuk semua kurun, serta sebagai pengingat kepada manusia. Karena kejadian itu telah menjadi dustur dan telah memperlihatkan pribadi maknawi bangsa itu sebagai sebuah bangsa.

Contoh:


[وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ]

“Dan ditimpakan ke atas mereka kehinaan dan kemiskinan” (Q.S. Al-Baqarah: 61)


Ya, ketakukan kepada kematian adalah sebab dari kematian, penjagaan terhadap kehidupan adalah sebab dari kehinaan. Kedua kalimat dari ayat ini berisi dua dustur yang bijak ini.


435. Page

Dan kalimat ini juga berisi peringatan kepada manusia secara pemberitaan ghaib tentang dustur kadar seperti dustur sebelumnya. Dan menunjukkan sikap keras kepala dan penjagaan kepada kehidupan sehingga mereka ditimpa kehinaan dan ditawan. Padahal mereka sejatinya adalah bangsa yang memiliki sejarah emas pada masa lalu.

Contoh:


[وَلاَتَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِينَ]

“Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi” (Q.S. Al-A`raf: 74)


[لَتُفْسِدُنَّ فِى الْاَرْضِ]

“Kalian sungguh akan membuat kerusakan di muka bumi” (Q.S. Al-Isra`: 4)


Dengan makna ini, kedua ayat ini memperingatkan tentang sebuah dustur yang dihasilkan dari kondisi rohani yang menjadikan bangsa tersebut bermain dengan wewenang tersebut. Wewenang yang merusak yang mereka mainkan hingga saat ini kepada umat manusia menggunakan pengrusakan, riba, tipu daya, khianat dan dendam kesumat.


Kalimat-kalimat ini adalah contoh-contoh, yang merupakan tujuh tetesan dari air samudera. Apabila kejadian peristiwa berulang maka dustur pun akan terulang. Pengulangan dalam al-Quran merumuskan dan menunjukkan kepada rahasia-rahasia ini.

 

Pengulangan adalah salah satu dari rahasia al-Quran


Kadang-kadang api dalam cahaya, pengulangan dalam observasi, penetapan dengan pengingatan, peringatan dengan pengulangan adalah kelihatan baik bagi ahli sastra balaghah dan penceramah.


Sebagaimana manusia berhajat dan memerlukan udara setiap detik, makanan setiap hari, cahaya setiap minggu, wanita (isteri) setiap bulan, obat setiap tahun; maka dengan pengulangan sebab-sebab, akibat-akibat akan terperbaharui dari awal. Dan hal ini tidak dikatakan sebagai pengulangan. Begitu juga dengan manusia yang pintar. Akal, jiwa raga, rahasia serta sanubarinya sentiasa berhajat kepada hakikat. Dia juga rindu kepada kebenaran di setiap detik. Dia sentiasa suka untuk dilihat. Dia memerlukan zikir di setiap jam, serta menuntut makrifah setiap hari, dan hajat-hajat ini berulang sepanjang waktu; oleh karena itu al-Quran dengan pengulangannya membawa kepada cahaya. Maka pengulangannya adalah peringatan yang kuat.


Ya, kadang-kadang pengulangan merupakan aib, tetapi hal ini terjadi pada perkara-perkara kenikmatan yang berlebih yang merupakan hiasan bagi segala sesuatu.


436. Page

Dalam makanan contohnya, apabila makanan itu adalah gandum atau makanan inti, maka pengulangannya memberikan kesatuan dan menjadi sebab kepada kebiasaan. Sehingga fitrah sentiasa rindu kepada makanan yang sudah biasa dimakannya.


Sekiranya makanan itu dari jenis buah-buahan atau sampingan, maka kelezatannya adalah pada pembaharuan, namun pengulangannya adalah membosankan.


Contohnya: pengulangan terhadap kebenaran pasti dan bisa untuk dikembangakan dalam sebuah perkataan merupakan sebuah penetapan, dan pengulangannya adalah obseravasi. Dan hati pun mengingkan untuk mengulanginya. Adapun redaksi teks maka diharuskan untuk menjadikannya bermacam-macam menurut ahli sastra, hal ini dianggap baik menurut mereka. Sebuah ilustrasi memperlukan rekontruksi; karena dia akan tererosi dan keaktualannya akan hilang. Oleh karena itu, al-Quran dari awal hingga akhir merupakan kekuatan bagi hati dan kekuatan bagi sanubari, dia tinggi dan suci di atas langit, dia adalah makanan pokok bagi roh dan obat penawar bagi pikiran.


Sedangkan pengulangan adalah penetapan berdasarkan hasil observasi, penyempurnaan lewat pencahayaan, penambah kekuatan bagi petunjuk. Dan salah satu bagiannya merupakan inti sari dari kekuatan itu, sehingga ia sangat diperlukan sehingga karena sangat diperlukan maka ia perlu untuk diulang.


Dan salah satu bagian dari bagian itu adalah inti sari dari inti sari dan inti dari hakikat kebenaran, dan cahaya yang berjasad sarmadiy seperti bacaan basmalah, maka kebutuhan kepadanya selalu ada dan berketerusan sepanjang waktu bak udara sepoi sumber dari kehiupan.


Dan karena al-Quran adalah kebenaran dan hakikat nurani, maka hakikat tidak mungkin untuk memadamkannya karena ia adalah sumber dari cahaya-cahaya, dan tidak pula mungkin untuk dikunyah namun akan mendatangkan kesembuhan.

 

Pada setiap empat keistimewaan roh memiliki tujuan paling utama


Sanubari memiliki empat unsur istimewa milik roh, yaitu; keinginan, akal, perasaan dan kelembutan Rabbani.


Masing-masing dari keempat unsur itu memiliki tujuan paling utama; tujuan dari keinginan adalah penghambaan kepada ar-Rahman, tujuan akal adalah mengenal Allah, tujuan dari perasaan adalah mencintai Allah, dan tujuan dari kelembutan adalah persaksian. Keempat hal ini adalah kebaikan ilahi yang disatukan oleh ubudiyah yang mutlak dan ibadah yang sempurna, sehingga sampai pada tahapan diberi gelar nama taqwa yang merupakan sebuah ungkapan dari al-Quran.


Sedagkan asas dari syariat fungsinya adalah mendidik keempat unsur ini dan mengembangkannya. Syariah adalah timbangannya serta supirnya yang mengantarkan kepada tujuan paling utama.


437. Page

Tiada yang memiliki pengaruh di semesta kecuali Allah


Dalam eksistensi dan penciptaan alam, perantara di dalamnya hanyalah bersifat lahiriah. Seandainya ia adalah sebuah hakikat fundamental yang memiliki efek hakiki maka niscaya ia harus diberikan akal seluruhnya. Akan tetapi, efek ketelitian dan kesempurnaan karya ciptaan bertingkat-tingkat, satu waktu mata tidak menemukan kekurangan dan aib sama sekali. Mulai dari yang kecil sampai yang besar, dari yang sepele sampai yang penting, bahkan ia telah melihat ketelitian sangat sempurna dalam segala sesuatu, fokus di segala kondisi, ia juga melihat bahwa aneka ragam substansi telah dipakaikan pakaian eksistensi oleh yang memberikannya eksisntesi sesuai dengan kapasitasnya.


Sehingga tidak boleh dikatakan dalam hal kebenaran wajibul wujud (Allah) dimana ia adalah yang memberi pengaruh atau efek yang hakiki dari sisi pengaruh-Nya, bahwa: sebagian sesuatu sesungguhnya dekat dengan-Nya dan sebagian lainnya jauh dari-Nya atau bahkan lebih jauh lagi.


Dan ketelitian telah menolak –tanpa keraguan- pemikiran yang menyatakan bahwa penciptaan sebagiannya tidak menggunakan perantara, dan sebagian lainnya menggunakan satu perantara, dan sebagian lainnya dengan beberapa perantara. Tapi yang benar adalah seluruhnya tanpa perantara.


Manusia memiliki pilihan; karena efek yang dimilikinya terdapat kekurangan. Dan ketidaktelitiannya dalam perkerjaannya memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada paksaan di sana, namun yang ada adalah pilihan, dan pilihan itu adalah tiang dari taklif.


Pilihan manusia adalah perantara, namun hanya pada urusan-urusan inkonsisten dan keadaan relatif. Dan konsep keesaan menyepakati hal ini, dan hikmah juga menuntut hal tersebut.


Sangat baik untuk melihat bahwa individu-individu peradaban manusia yang merupakan efek akal dan kecerdasan melalui perantara pilihan parsial adalah lebih kurang bernilai dari pada rumah lebah yang merupakan buah hasil dari wahyu dan ilham dari sisi keteratuan kelompok, bahkan peradaban sama sekali belum mencapai taraf rumah lebah itu, dan ia pasti tidak bisa mencapainya.


Dan rumah-rumah lebah yang merupakan pentas tempat penciptaan lebah, lebih kurang bernilai bila dibandingkan dengan –dari sisi keteraturan- kota sel-sel buah delima beserta bunga-bunganya. Penyebabnya adalah pilihan kehendak. Jadi, daya tarik kecil yang ada dalam inti seseorang menetes dari pena yang sama yang telah menulis daya tarik besar, lalu menyebar dan berjalan pada partikel-pertikel zarah.

 


438. Page

Perbandingan antara pandangan Islam terhadap wali-walinya dengan pandagan kristen kepada orang-orang sucinya


Syiar Islam لاَخَالِقَ اِلاَّهُو (Tiada Pencipta kecuali Dia) tidak menerima dan menolak efek hakiki dari perantara dan sebab-sebab. Itu karena ia melihat perantara berdasarkan pandangan harfiah. Aqidah tauhid telah mengajarakan kaum muslimin demikian. Dan misi penyerahan diri telah menggiring mereka kepada pemikiran ini. Serta tingkatan tawakkal juga telah mengajarakan ajarannya seperti ini. Keikhlasan ubudiyyah juga telah memberikan mereka cahaya seperti ini.


Sedangkan Kristenti, mereka telah menjadikan perantara dan sebab sebagai pemberi efek hakiki, mereka merlihatnya berdasarkan makna penamaannya. Dan mengira bahwa perantara dan sebab itu memiliki efek secara substansinya, sehingga mereka menjadi sesat dengan pemikiran ini. Serta konsep beranakpinak dan keyakinan Tuhan beranak telah mengarahakan mereka kemari, dan peran rahib-rahib mereka telah membawa mereka ke jalan ini.


Falsafah sains telah mengalahkan agama itu, karena ia telah merasuki hingga ke bagian dalamnya, lalu ia mengajarakan kaum nashrani seperti hal ini dari sisi bahwa mereka melihat orang-orang suci mereka berdasarkan makna penamaan, sehingga melihat mereka bak lentera. Dan lentera mengambil cahayanya dari mentari namun kemudian ia memilikinya berdasarkan hasil sebuah pemikiran. Aritnya, setiap individu orang suci telah menjadi sumber sinar cahaya dalam pandangan mereka dan sebagai tambang cahaya hakiki. Sehingga campur tangan kesyirikan dalam hal ini sangat kelihatan.


Sedangkan Islam memandang dan melihat wali-walinya berdasarkan makna harfiah, dan meyakini bahwa sinar pada diri mereka merupakan sinar pinjaman bak cermin. Cahaya pada diri mereka asalnya datang dari mentari, bukan dari diri mereka, mereka mengambil sinar-sinar mentari azali lalu memantulkannya.


Jadi Islam memandang para Nabi dan wali-walinya bahwa masing-masing mereka merupakan cermin pantul manifestasi, dan cermin kumpulan sinar serta lebah yang menyaksikan persaksian.


Perkumpulan NaQ.S.yabandi dibentuk atas asas rahasia ini. Sekiranya tidak ada wujud fisik pada syeikh maka hal tersebut tidak masalah. Dan pun bila ada maka murid—muridnya berkeyakinan bahwa fisik itu adalah fana. Dan rahasia ini dimulai lah proses suluk tariqat tawadu` pada diri kami, yang berjalan melewati tahap penghapusan hingga ke maqam “kemusnahan di jalan Allah’ sedikit demi sedikit. Kemudian dimulailah pengembaraan dan perjalanan pada tingkatan yang tiada batasan. Dan dari rahasia ini, maka hancurlah “Ana” (Aku) serta nafsu amarah dengan segala kesombongannya, dan kemudian padam bersama dengan keangkuhannya.


439. Page

Sedangkan dalam agama kristen modern[1], “Ana” menjadi kuat dengan segala tuntutannya, arogansinya tidak musnah. Dan sosok individu dari kristen yang keegoisan telah berwujud pada dirinya akan menjadikannya keras.


Adapun apabila ia seorang muslim maka dia akan acuh dan tidak peduli dengan sesuatu pun, dan dari rahasia ini maka orang-orang awam di kalangan kita lebih beragama dari pada orang-orang khusus mereka, dan senantiasa taat, berbeda dengan orang-orang nashrani.

 

Sebuah perbedaan antara wali `asyiqiin  (pecinta) dan wali `arifin (pengenal)


Wali `asyiq atau pencita hakiki akan sampai kepada yang dicintainya walaupun ia salah memilih jalan. Atau salah dalam mengibaratkannya, atau melenceng dari kebenaran dalam menyifatinya; sehingga sesuatu yang dicintai itulah yang menarik dan menghalanginya dari penyimpangan dari jalan kebenaran.


Karena rasa cinta adalah tarikan, yang menarik hati yang tertarik ke arah keindahan yang menarik.


Dan kadang kala hasilnya adalah benar dan pasti, akan tetapi petunjuk dalilnya dan jalannya salah. Dan ini hal lahiriah ini tidak membahayakan sang pecinta.


Apabila seorang wali `arif (pengenal) jalan yang salah, atau ia melihat ilustrasi salah, atau ia salah dalam perkataan; maka ia tidak akan sampai kepada maksud dan tujuannya. Karena jalan yang salah tidak akan pernah sampai kepada tujuannya. Karena apabila syarat tidak terpenuhi maka yang disyaratkan tidak akan didapat. Dan hal ini tidak sama dengan wali sang pecinta, karena ia terikat dan tidak terlepas.


Sang pengenal memiliki ketelitian dan kehati-hatian ketika ia meletakkan kakinya di sebuah tempat tingkatan, karena ia naik ke atas sendirian. Akan tetapi sang pecinta, ia ditarik oleh sesuatu naik ke atas. Maka ia menjadi bebas tidak terikat. Artinya wali pecinta apabila ia salah, ia akan lurus dengan sendirinya dan menyesatkan selainnya. Akan tetapi seorang wali pengenal apabila salah, ia akan sesat dan menyesatkan tidak bisa diikuti. Berdasarkan rahasia ini, sebagian bagian dari para wali pengenal ini telah dibunuh dan dituduh sesat akibat rumus-rumus aneh yang tidak mungkin untuk ditakwilkan.


Sedangkan simbol sang pecinta telah mengangkat derajat perkataan aneh itu dari derajat rumus ke derajat isyarat dan mereka terang-terangan dengan itu. namun hal itu tetap menjadikan umat menghormati mereka dan tidak mengusik mereka.


[1] Yaitu agama nashrani yang sudah sangat terselewengkan, dan jauh dari agama hakiki yang dibawa oleh Isa as.

440. Page

Berdasarkan rahasia ini maka setiap Muhyiud din, Jami, Ibn Faridh, Ibn Sabiin saling mirip dalam melepaskan isyarat-isyarat aneh kepada umat, namun respon umat kepada mereka berbeda-beda.


Ketika kearifan atau pengenalan “muhyiud din” lebih besar dari kecintaannya, menyebabkan isyaratnya itu bak hujan anak panah petaka baginya, sampai akhirnya terungkap rumus Sultan Salim.


Akan tetapi “al-jami” karena ia sang pecinta sangat jelas dan dengan terang-terangan, namun ia hidup dengan kehormatan dan selamat dari ujung anak panah; maka dari itu ia tidak dikritik.


Sedangkan “Ibn al-Faridh” ia pada tingkatan sang pecinta lebih tinggi, ia pergi lebih jauh dari pada “muhyiud din” sang pengenal. Akan tetapi dari sisi respon, kritik umat menghujam “Muhyiud din” dan tidak melihat kepada kekurang “Ibn al-Faridh”.


Dan “Ibn Sab`iin” pada hakikatnya tidak terlihat dalam perkataannya sebagai seorang sang pecinta murni, akan tetapi perkataannya mirip dengan pemikiran dan analisa, sehingga hal itu menjadi sebab tuduhan ateis kepada dirinya. Dan ia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari hal itu.


Apabila kamu mengatakan; dalam perkataan “Muhyiud Din” terdapat perbedaan, bahkan kontradiktif.


Maka aku katakan; tidak diragukan bahwa ia mengatakan apa yang ia lihat, dan sama sekali tidak akan mengatakan apa yang tidak ia lihat. Akan tetapi tidak mesti sesuatu yang terlihat selalu sesuai seratus persen dengan keadaan yang dialaminya. Mata bashirah melihatnya dengan dengan penglihatan benar dan jujur, namun dihukumi sebagai kesalahan. Dan mata bashirah kadang kala tidak dapat melihatnya seutuh dan selengkapnya.


Apabila “Muhyiud din” berkata: Sungguh aku telah melihatnya, maka ia jujur karena benar telah melihatnya, dan sungguh rohnya sangat tinggi derajatnya, ia tidak akan merendahkannya dengan berkata bohong dengan sengaja, hal itu jauh dari dirinya.


Jadi, benang merah dari rahasia ini adalah;


Apabila bintang-bintang adalah kenderaan bagi roh, maka penampakan manifestasi peredaran yang tidak tetap menjadi sebuah hakikat kebenaran tetap dan menjadi ketetapan kebenaran baginya. Sebutir biji tidak akan ada tanpa ada bulir. Namun demikian, hakikat yang ada dan manifestasi peredaran keduanya seperti manifestasi benih dan bunga, keduanya bukan asal, bukan pula selain keduanya. 


Timbangan kebenaran dan hakikat adalah al-Quran bukan yang lain.


441. Page

Apabila kamu mengatakan; dalam ungkapan Muhyiud din ada perkataan-perkataan yang tidak ada ruang baginaya sedikitpun dalam syariat. Bahkan sebagian imam kami mengatakan; perkatan-perkataan itu termasuk kategori kekufuran.


Aku jawab; harus dijelaskan sebuah ketentuan umum; misalnya, apabila syariat mengatakan tentang sebuah sifat atau ungkapan bahwa hal itu adalah kekufuran, tidak pantas bagi seorang mukmin. Maka maksudnya adalah kondisi tersebut tidak beranjak dari keimanan. Dan sifat itu adalah sifat kafir, ungkapan itu adalah kafir, ini artinya bahwa pelakunya menggunakan kekafiran ini. Maka tidak dikatakan –dikarenakan ungkapan-ungkapan tersebut- kepada pelakunya kafir secara mutlak. Karena ia masih memiliki sifat-sifat yang sangat banyak yang beranjak dari iman, ditunjukkan berdasarkan bukti-bukti jelas. Sehingga sifat-sifat yang banyak yang menunjukkan keimanan ini tidak mungkin dirusak akibat sebuah kondisi dari sekian banyak kondisinya, atau sepenggal kalimat dari perkataannya yang masih mengandung takwil.


Jadi, tidak boleh mengkafirkan orang itu kecuali dengan satu syarat; yaitu, yakin seyakin-yakinnya bahwa perkataannya bersumber dari kekufuran, dan sifat kufur itu benar-benar muncul dari kekufuran, dan bukan karena bersumber atau muncul dari sebab lain. Sedangkan sifat-sifat dan perkataan-perkataan kufur ini penyebabnya sangat banyak, sehingga petunjuk seperti sifat dan perkataan dalam menghukumi kekufuran mengandung keraguan, tidak pasti. Karena petunjuk dari sifat-sifat lain terhadap keimanan dan kesaksian dustur dasar yang berbunyi “tetap dalam iman” keduanya menetapkan secara meyakinkan bahwa orang itu seorang mukmin.


Tidak mungkin prasangka buruk dijadikan sebagai landasan dalam hal ini, dan keraguan tidak dapat menghilangkan hukum keyakinan selamanya. Jangan ceroboh dalam vonis takfir berdasarkan ungkapan perkataan yang bisa jadi terdapat kelupaan, ketidaksengajaan, kesalahan serta kerancuan.


Sedangkan apabila kamu katakan; di setiap tariqat yang berbeda-beda terdapat ritual yang berbeda yang telah dipakaikan pakaian ibadah.


Maka aku katakan; hal itu tidak akan membahayakan apabila telah memenuhi tiga syarat serta dilakukan karena niat yang baik;


Syarat pertama; tidak sekalipun menafikkan keheningan zikir dan adab kehadiran ilahi.

Syarat kedua; tidak dicampuri dengan perbuatan yang dilarang.


Syarat ketiga; perbuatan dan pergerakan itu tidak dijadikan sebagai bangunan ibadah yang dimaksud.


Ya; kondisi dan pergerakan di dalamnya harus berbentuk bukan karena keterpaksaan, yang melebihi bentuk karena pilihan, dan tidak pantas dilakukan dalam tariqat lain; karena pada dasarnya inti ibadah adalah “zikir”. Maka kondisi-kondisi yang mubah tersebut hanya sebatas sarana percintaan. Ayat-ayat yang agung telah memberikan kebebasan bagi pilihan orang yang berzikir dalam menentukan pergerakan-pergerakn maka jangan membatasinya dengan 

442. Page

perbuatan-perbutan mubah. Dan perbuatan itu sama sekalai tidak menyerupai perbuatan ibadah tertentu secara syariat. Karen perbuatan syariyah menyerupai buah kelapa. Kulit luar yang putih adalah inti bak intinya yang putih seperti susu, malah tidak menyerupai kelapa. Akan tetapi perbuatan dan kondisi yang ada dalam sebuah halaqah zikir menyerupai kelapa, kulitnya adalah penutup yang tidak untuk dimakan, dan tidak menyerupai buah kelapa bahkan tidak mungkin membandingkan keduanya.

 

Di segala aktivitas yang ada di alam semesta terdapat kenikmatan besar


Sebuah hikmah azali telah masuk ke dalam fitrah reaktif agar tangan qudrah mengeluarkan potensi-potensi dari “al-quwwah” (kekuatan) menjadi “al-Fi`il” (aksi). Dan menciptakan sebuah kenikmatan di tengah-tengah aksi tersebut. Lalu menjadikan kenikmatan itu berlangsung terus menerus yang terdapat di segala sesuatu sebagai sebuah ragi yang penting bagi perubahan alam. Lalu ragi itu menjadikan benih bagi aturan kesempurnaan dan perkembangan. Dan qudrah memberikan benih itu kehidupan, sedangkan hikmah memakaikannya sebuah wujud rupa, dan rahmat memberikannya makan.


Ibarat keluar dari penjara menuju taman yang luas adalah sebuah kenikmatan bagi manusia, begitu pula halnya dengan perpindahan dari fase benih menuju fase bulir adalah sebuah kenikmatan besar bagi benih itu. Hal ini menyebabkan percampuran kimiawi dalam proses perubahan dalam benih, lalu sinar memberikannya suhu panas, begitu juga apabila aksi telah berpindah menjadi perubahan maka kenikmatan akan semakin besar dan menyebar kesana kemari. Yang menjadikan makhluk mampu untuk memikul beban kehidupan adalah makanan itu, dan yang mewariskan kerinduan adalah rasa lezatnya.


Sebagaimana keluar dari penjara ke sebuah taman yang luas adalah satu kelezatan bagi seseorang, begitu juga perubahan dari biji menjadi tunas adalah satu kelezatan yang menyenangkan kepada biji yang terhimpit itu.


Wahai bagi yang mencari kesempurnaan yang terdapat dalam tujuan-tujuan milik makhluk berakal!


Sungguh reaktif itu sendiri adalah daya tarik khusus, dari sisi menggiring mereka kepada usaha dan kerja, maka mereka pun bersyukur dengan tasbih. Karena mereka telah mengetahui siapa pencipta mereka, dan dikarenakan rahasia ini bahwa kelapangan itu dalam kesulitan, sebagimana kesulitan itu dalam kelapangan. Maka yang tidak berusaha adalah orang yang ragu, sedangkan yang berusaha adalah orang yang bersyukur. Dan tidak berusaha adalah menentang aturan yang bersumber dari masyi`ah ilahiyah (kehendak Tuhan), maka yang berusaha adalah sosok yang taat.


443. Page

Api mayoritas membakar minoritas dan kalau tidak seandainya dibongkar rahasia taklif niscaya hikmah cobaan akan sirna


Kelompok minoritas yang tak berdosa memiliki saham dalam azab yang timbul dari musibah kelompok mayoritas yang berdosa. Karena kalau lah taklif hanya sebatas wacana maka yang tersisa adalah ikhtiar, sehingga rahasia taklif syar`I dan hikmah ujian cobaan pasti akan terjadi. Kalaulah ada sesuatu yang aksioma dan pasti dalam mendikte taklif maka itu adalah pemaksaan, maka ikhtiar akan hilang dan hikmah taklif dan cobaan pun akan sirna.


Sebuah rumah milik pendosa telah terbakar, dan di dalamnya ada seorang yang tidak berdosa. Maka kalau lah yang tidak berdosa itu tetap berada dalam lindungan dan naungan tangan ghaib, niscaya dia tidak akan teridentifikasi dan ternamai antara roh orang suci –yang menjadi bak mutiara akibat pelaksanaan perintah dan penjauhan dari larangan yang keduanya merupakan sebab peleburan dan pensucian barang tambang roh-roh- milik Abu Bakar yang tekenal, teman Rasul di gua, teman yang jujur; dari roh Abi Jahl yang hitam legam akibat tidak melaksanakan perintah dan menjauhi larang Tuhan.


Salah satu dari keduanya adalah kegelapan yang merusak dan yang satu lagi bintang kejora. Salah satunya racun kotor dan yang satu lagi pemimpin dari pemimpin. Rahasia ini adalah rahasia teori taklif, dan kesulitan itu dalam menghadapinya. Jihad dan perlombaan, adalah api di dalam cahaya; api adalah pensuci dan penyuci, dan pemurni bagi roh-roh mulia dari roh-roh hina. Akhrinya, biji telah menjadi pohon, dan pohon telah berbuah.

 

Tatkala rasa lemah adalah kezaliman


Akan lahir dari sikap pesimis dan prasangka buruk hati yang lemah. Orang lemah ketika melihat seorang yang zalim memukul orang yang tidak berdosa dengan pukulan siksaan, maka rasa sakit yang dialami orang yang tida berdosa ini akan memantul ke hati orang lemah itu, sehingga ia juga merasakan kesakitan itu secara tabiat. Rasa sakit itu akan membuatnya sedih dan lemah, rasa lemahnya tidak akan mampu memikulnya, sehingga ia berusaha untuk bebas darinya.


Supaya mendapatkan ketenangan dalam hati, orang lemah itu ingin agar orang yang dizalimi itu pantas mendapatkan pukulan itu, sehingga ia mendaptkan alasan. Mungkin dia akan mengatakan: “Dia pantas mendapatkan itu”.


Karena orang hina ini tidak diberikan sinar, maka mengapa ia justru menjadi penghalang antara ini dengan matahari!


Dari sisi ini, maka secara maknawi ia bisa dikatakan sebagai orang zalim yang menolong kezaliman.


444. Page

Apabila seekor singa mencabik seorang yang lemah yang tiada upaya dan kekuatan padanya dan ia tidak bisa melarikan diri, maka penyebab kecelakaan ini adalah kebuasan ketika memangsa. Sedangkan kelemahan orang itu adalah sebuah alasan untuk memangsanya.


Maka orang lemah ini dihukumi sebagai orang lemah akibat kejahatan kebuasan. Sehingga akibat dosa dari ketiadaan, sesuatu dihukum dalam kenyataan.

 

Objektif lebih baik bagi kaum muslimin, bukan kritis dengan kesewenangan dan arogansi


Sakit dan musibah maknawi paling parah yang kita alami adalah sikap kritis yang berlandaskan permusuhan dan arogansi.


Adapun apabila yang menjadi motor penggerak bagi sikap kritis tersebut adalah objektifitas, maka hal itu akan memoles kebenaran.


Sedangkan apabila arogansi telah mengenderai sikap kritis tersebut, maka itu hanya akan merusak dan mecabik-cabik.


Sedangkan yang lebih buruk dan hina dari hal ini adalah apabila sikap kritis telah masuk ke ranah akidah keimanan dan hal-hal fundamental agama, maka ini merupakan sebuah kiamat besar; karena keimanan persetujuan total disertai pembenaran, serta penyerahan diri dan komitmen yang dibarengi persetujuan total. Keimanan adalah implementasi maknawi disertai komitmen sehingga tidak ada padanya sebuah kelemahan. Maka sikap kritis dalam permasalahan ini akan melemahkan sikap serah diri, persetujuan total dan komitmen, serta mewariskan keraguan dan kerancuan, lalu dalam pembenaran ia akan menajadi netral.  


Setiap orang pada zaman ini wajib dan harus teliti dan menganalisa dengan prasangka baik terhadap jejak-jejak suci yang akan menguatkan dan menumbuhkan persetujuan total dan komitmen, serta pemikiran yang selamat bebas dari gangguan, serta bukti-bukti yang memotivasi yang muncul dari hati-hati nurani yang terbakar.


Pemikiran dan justifikasi dengan netral adalah sebuah kalimat yang diucapakan oleh seluruh lisan pengekor Eropa, namun kalimat ini sesungguhnya penyimpangan temporer yang pernah dilakukan orang-orang yang baru mendapat hidayah atau orang-orang yang baru mendekatkan diri kepada agama.


Benar; mungkin satu dari seratus orang bisa mengambil jalan itu apabila ia ingin sementara waktu, menunaikan fardhu kifayah, dengan tujuan untuk menundukkan musuh agama, atau untuk memberikan kepuasan bagi para pencari kepuasan. Akan tetapi pendidikan dengan pemikiran ini, sembilan puluh persen akan mejadikan empat puluh muslim sebagai korban sebagai ganti dari mendapatkan satu musuh; karena mereka telah jatuh ke dalam jurang keraguan dan was-was.

445. Page

Arogansi muncul dari kelemahan dan berakhir pada kesesatan. Arogansi adalah penyesasatan dari dalam, dan suatu yang keras dari luar terhadap pemikiran orang kafir.


Arogansi pemikiran adalah sumber kesesatan, arogansi telah mengeluarkan seseorang dari kebaikan jumhur (golongan mayoritas), maka ia pun ditinggalakan dalam keramaian serta memaksanya untuk menghasilkan kebaikan bagi dirinya sendiri.


Dia telah melenceng dari jalan jumhur dan melihat bahwa keraguan dan kebingungan telah menyebar di setiap sudut.


Apabila orang luar membuka jalan jumhur dengan kebaikan yang dipenuhi keraguan dan kebingungan maka terpaksa hal itu harus dihadapai.


Arogansi itu akan senantiasa mendatangi kebingungan mayoritas manusia, sebagaimaman ia dihalangi dari kebaikan jumhur, lalu mengahadapi mereka, dan tidak ada yang selamat dari mengahadapi mereka kecuali hanya satu dari seribu.


Wahai para pencari hidayah! Campakkan lah sikap arogansi ke bawah kaki, dan remukkan kepalanya. Mari masuklah dengan penuh serah diri ke dalam jalan jumhur yang merupakan penjaga yang menjaga iman, serta hiduplah dan lihatlah!


Seorang pendosa penyembah hawa nafsu tidak akan ridho dengan adanya Jahannam, agar hati mereka tenang. Dan ia juga bertepuk tangan bagi segala sesuatu yang menentang Jahannam. Karena motivasi ini, ia akan sampai ke taraf pengingkaran sedikit demi sedikit.

 

Parahnya keburukan ghibah


[ايُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَاْكُلَ لَحْمَ اَخِيهِ مَيْتًا]

“Apakah salah seorang kalian tega memakan daging saudaranya yang mati” (Q.S. Al-Hujarat: 12)


Ayat ini mencela dengan keras perbuatan ghibah melalui enam kalimat di ayat ini dalam enam tingkatan. Ia mencela segala celaan dan menjelekkan manusia.


Lantas kamu mengatakan dengan tanda tanya, yang mengalir bak aliran air dalam enam kalimat itu; mintalah fatwa kepada akalmu, apakah ia membolehkan dan memberikan izin atas keburukan seperti ini?


Apabila kamu tidak memiliki akal lurus, maka minta fatwa kepada hatimu. Apakah hati mu menyukai –apabila memang ada- sesuatu yang menyakitkan seperti ini?


446. Page

Namun apabila kamu tidak memiliki hati selamat, maka minta fatwa kepada sanubarimu, apakah kamu melihat bahwa sanubarimu ridho dengan pengrusakan kehidupan bermasyarakat ibarat menggigit dan mencabik tanganmu menggunakan gigi-gigimu sehingga kamu merasakan kesakitan akibat itu?


Kalau kamu tidak memiliki sanubari sosial, maka mintalah fatwa kepada rasa kemanusiaanmu. Apakah ia suka dan senang dengan kebuasan ini yang menyerupai kebuasan hewan pemangsa?


Kalau kamu tidak memiliki rasa kemanusiaan, maka minta lah fatwa kepada rasa kasihmu terhadap keturunan jenismu, dan juga kepada tali silaturahimmu, apakah keduanya cenderung kepada gerakan yang merusak bahumu?


Apabila kamu tidak memiliki rasa kasih dan silaturahim, atau apakah kamu tidak memiliki naluri baik dan fitrah yang lurus sehingga kamu tega mencabik dan memakan dengan gigimu sosok mayat yang memiliki kehormatan.


Oleh karena itu, penyakit jelek yang parah adalah tercela dalam pandangan akal, hati, sanubari, rasa kemanusiaan dan silaturahim, rasa kasih terhadap keturunan, fitrah dan syariat. Sehingga ghibah yang ditolak tidak akan pernah diterima.


Apakah seorang manusia meminum darah manusia lain setiap saat?

 

Sebuah hakikat sosial kemasyarakatan yang penting; orang fasik yang muslim tidak serupa dengan orang fasik lainnya. Akhlak kita tegak bersama agama kita


Apabila salah seorang kita fasiq, maka biasanya itu terjadi karena kerusakan akhlak. Dan kondisi yang sering terjadi adalah dikarenakan kehampaan sanubari; karena tidak mungkin motivasi jelek pada dirinya tampak kecuali karena diamnya teriakan iman dalam sanubarinya.


Makanya orang fasik ini tanpa goncangan sanubari dan hatinya, dan tanpa diamnya maknawinya; maka dia tidak akan melakukan kejahatan dengan bebas dan dengan kesedaran penuh.


Oleh karena itu, muslim fasik dianggap sebagai pengkhianat dan orang bersalah, ditolak persaksiannya. Bahkan dianggap murtad yang berbisa, bahkan bisanya bak ular. Makanya darahnya boleh ditumpahkan. Sebaliknya orang kafir dzimmiy dan mu`ahid dibiarkan dengan beberapa syarat, dan niat lah yang menjadikan sesuatu yang baik itu menjadi baik.

Kemudian, pelaksanaan keadilan harus dilakukan atas nama agama, sehingga memberikan efek kepada akal, hati, sanubari dan roh secara bersamaan. Dan terimplementasikan secara keseluruhan berdasarkan keadilan itu. jika tidak, apabila didasari atas nama peraturan dan undang-undang maka hanya akan memberi efek kebingungan manusia, dan ia tidak akan memberikan efek kecuali hanya pada akal manusia yang dipenuhi oleh kebingungan.


447. Page

Apabila manusia condong ke arah kejahatan, maka dugaannya akan berpikir tentang hukuman dari keadilan dengan cambuk pendidikan. Dan tiada yang ditakutinya kecuali dari hal itu karena ia mengira akan ia akan medapatkannya. Dan apabila ia ragu akan mendapatkan hukuman maka itu akan membuatnya menjadi berani.


Rahasia ini adalah sebab dari absennya kehormatan keadilan.


Keadilan yang tidak dibangun atas dasar nama syariat yang mulia –meskipun hal itu adalah keadilan murni- itu mirip dengan sholat yang batal, yang didirikan tanpa niat, atau tanpa mengahadap kiblat, atau tanpa wudhuk.


Dan apabila atas nama agama, maka penyebar keimanan –penyebar itu yang eksis pada setiap pemikiran individu- akan menghalanginya, sehingga terwujudlah keamanan bila berhadapan dengan kemungkaran.


Dari rahasia ini, ribuan mata-mata dan pegawai pemerintah telah menjadi beban bagi bangsa, kalau lah penerapan keadilan berdasarkan nama agama maka sudah cukup untuk mencegah kemungkaran seorang pegawai.

 

Tugas seorang mukmin kepada seorang mukmin adalah menghormati yang besar dan mengasihi yang kecil, mencintai dan bermuamalah kepada rekan sebaya dengan baik


Sebuah kapal yang mengangkut orang tidak berdosa tidak akan karam akibat kejahatan satu orang jahat. Begitu pula seorang mukmin yang memiliki banyak sifat keimanan tidak boleh dimusuhi hanya karena satu sifat kejahatan.


Apalagi sifat-sifat mulia yang merupakan sebab-sebab lahirnya rasa cinta seperti tauhid dan islam, ibarat gunung Uhud. Sedangkan permasalahan kesalahan dan sifat-sifat tercela yang merupakan penyebab permusuhan, maka itu semua ibarat batu kerikil kecil.


Benar; sebagaimana menerima bahwa batu-batu kerikil lebih berat dari gunung Uhud adalah sebuah kebodohan dan kegilaan parah; niscaya permusuhan mukmin dengan mukmin adalah sebuah kekerasan hati.


Lalu, permusuhan antara mukmin bertentangan dengan keselamatan Islam sesuai dengan timbangan perasaan, kecuali jika dalam bentuk rasa kasih sayang.


Hasilnya; agama Islam menuntut persaudaraan, sedangkan cinta adalah bagian dari tuntutan iman. Akhlak tercela azabnya terasa dipertengahannya, sedangkan akhlak terpuji pahalanya di lipatannya; maka serahkan lah permasalah itu kepada al-`Adil al-Hakim (Yang Maha Adil dan Bijaksana).


448. Page

Sungguh kejahilan murni telah bersembunyi di balik ilmu pengetahuan modern; karena ilmu tersebut telah merekam efek Pencipta Yang Maha Kuasa, demi kepentingan sebab dan atas nama perantara, beginilah ia mendogma alam.

 

Gempa yang terjadi pada umat manusia serta goncangan pada alam islam akan memberikannya kemerdekaan dan kedamaian sebagai penghapus kehinaan dan kelemahan, bahkan akan menjadikan dunia barat terbenam dan dunia timur terbit


Pada suatu hari salah seorang mereka berkata kepadaku; peradaban kaum kafir telah menjadi musibah bagi Islam, dan saat ini telah muncul paham sosialis yang mengubah dunia, para pembesarnya adalah yang paling merasa takut.


Dan aku telah mengatakan kepadanya; jangan takut, peradaban yang merata adalah peradaban yang menjadi tujuan paham sosialis. Dan hal itu tidak akan merusak pondasi asas-asas keislaman; oleh karena itu yang harus takut adalah orang eropa.


Sedangkan peradaban yang bodoh, adalah yang mengkhususkan golongan tertentu, maka perkara ini mencoba untuk merusak pondasi asas-asas keislaman, dan merupakan musibah dan bencana bagi alam islami. Ia membayar Islam dengan harga mahal, lalu mengambil sogokan dalam jumlah besar. Karena peradaban yang menarik dan menggiurkan ini dikemas dengan ragi materialism dan peraturan katolik. Penyebar fitnah dan penyihir ini memiliki kesalahan-kesalahan, dilengkapi dengan sesuatu yang memikat dan berkesan. Ia menjual dirinya kepada kaum muslim dengan imbalan agama, kehormatan, keutamaan dan kepekaan yang mulia. Ia memamerkan dan mempersembahkan sebuah kehidupan yang nikmat, lalu ia mengambil sogokan berlipat ganda dari agama dan kehormatan.


Sedangkan sosialis, ia memamerkan dan mempersembahkan kehidupan sederhana bagi mayoritas, sebagai gantinya kamu tidak dipaksa bahkan tidak bisa memaksakan orang lain untuk memberikan bagiannya yang besar dari agama dan kehormatan, atau dengan melepas keduanya seluruhnya, dan akhirnya tidak ada sorang pun yang sadar bahwa berhutang kepadanya.


Sebagaimana setiap manusia memiliki hajat kepada makan, ia juga meliki hajat kepada rasa, maka apabila rasa yang rendah dan hina itu belum kenyang dalam jalan hawa nafsu, maka itu akan mencari rasa kelezatan itu di sisi roh dan petunjuk.


Contohnya; kalau seseorang menjamumu dengan jamuan yang penuh kehangatan, kemegahan, menarik, ditengah hiburan yang melalaikan, maka mungkin saja kamu akan meninggalkan sholat, jamaah dan Sunnah, dan pergi ke jamuan tersbut, karena hal itu sangat menarik.


Sedangkan kalau orang lain memanggilmu untuk jamuan hidangan biasa saja di tempat biasa saja bersama orang lain, dan itu juga bertepatan dengan sholat, maka kamu tidak akan pergi 

449. Page

kejamuan itu sehingga meninggalkan kelezatan rohani yang abadi di ibadahmu, dan kamu tidak meninggalkan sholat jamaah dan Sunnah; niscaya undangan tersebut akan hampa dari kelezatan yang menarik.


Jamuan pertama adalah peradaban modern saat ini, dan kedua adalah peradaban umum, dan lebih banyak keadilannya.


Keadilan yang murni muncul dari Islam, dan menghasilkan kehidupan pada ruh, maka tidak ada pembunuhan dan kezaliman dalam kehidupannya, kesempurnaannya hakiki.


Kaum muslimin mengambil ibrah karena dulunya mereka lalai dan meninggalkan peradaban dan ilmu pengetahuan. Sedangkan kaum nashrani, mengalahkan kita dengan menggunakan kedua senjata tersebut dengan cara menjadikan peradaban dan ilmu pengetahuan yang dilihat sebagai musuh oleh orang Islam itu, menjadi sahabat bagi mereka dengan tipu muslihat mereka, lalu pada akhirnya menjadikannya milik mereka sendiri.


Sekarang sebuah senjata telah mulai diproduksi di Timur. Kemunculannya sudah hampir tiba. Sebahagian besarnya adalah hak dan milik kita. Kita mesti menjaga harta kita. Ini karena bagian yang benar itu adalah hak kita. Adapun bagian yang tercemar dan hina itu kita tinggalkan kepada mereka dan kita akan memukulnya ke atas kepala mereka. Sekiranya kita melihatnya sebagai sesuatu yang tidak perlu seraya memalingkan wajah darinya seperti masa lalu; maka mereka orang-orang Kristen yang penuh tipu muslihat itu akan mengambilnya sebagai sahabat dan akan menggunakannya ke atas kita dan memanfaatkannya untuk memerangi dunia Islam. Maka melawan mereka dengan permusuhan akan menjadi sangat susah.


Perkara ini, yaitu senjata baru ini adalah buah pemikiran baru yang memiliki efek bahaya. Namun ia juga memiliki faedah. Ia menghadap kepada orang ramai dan bercakap kepada golongan awam; Sekiranya pikiran yang menghadap kepada golongan awam itu tiada kesucian, maka ia akan lenyap dalam masa terdekat dan akan musnah dan mati dengan cepat.


Di sana terdapat dua agama besar yang mampu menambahkan kesucian kepada dustur-dustur baru ini. Pikiran ini sangat terang pada sisi sini dan gelap pada sisi sana atau sebaliknya.


Apabila pemikiran Timur yang tajam matanya ini dibuka, maka ia akan dapati bahwa agama Kristen adalah musuh yang berdiri di atas kepalanya dan senjata yang ada di tangan musuh itu adalah agama ini. Sehingga pemikiran ini tidak akan berdamai dengannya. Tidak diragukan lagi bahwa pikiran ini dan jalan ini menginginkan keabadian dan kehidupan. Adapun kelangsungan hidupnya bergantung kepada kekukuhannya di kalangan masyarakat. Hati mesti menerimanya.


Adapun kekukuhannya dalam hati masyarakat awam memberikan kesucian. Agama kemasyarakatan akan menambahkan kesucian. Sedangkan syariat yang rahmat melindungi orang awam dan menyantuni mereka.


Maka, patut diketahui dengan baik bahwa pemikiran yang baru itu, mau atau tidak, ia harus menuruti Islam dan menyerah kepadanya, jika tidak ia akan mati.


450. Page

Jika kamu berkata: “Mengapa Islam telah menjadi asing serta kemuliaannya telah menjadi lemah dan kebahagiaannya telah hilang. Sedangkan mataharinya telah tenggelam sedangkan bintangnya belum juga muncul?”


Aku berkata: Penyebabnya adalah rasa cinta dengan kagum kita terhadap barat. Kita telah menghadap ke barat dengan satu rasa cinta yang tercela. Sehingga kita telah menjadikan mentari kita condong ke arah tenggelam.


Seandainya saja kita memalingkan wajah dengan kebencian yang amat dari barat lalu kita menghadap kepada timur dengan sebuah rasa cinta yang sejati, maka akan terbit purnama panji alam Islam, lalu mengambil sinar dari mentari keislaman dan menyebarakan. Oleh sebab itu, hilal pun menjadi kian tinggi.


Namun kita telah terpedaya dan melakukan kesalahan. Kita telah menyia-nyiakan rasa cinta kita untuk yang di luar dan menanam permusuhan untuk yang di dalam, maka kita pun terjatuh. Dan akhirnya kita sadar setelah kesalahan tersebut, bahwa untuk bangkit harus mengganti keduanya.

 

Sebuah jawaban atas pertanyaan gereja Inggris


Suatu masa, dengan niat untuk menipu serta mengingkari, seorang musuh Islam yang tidak berperikemanusiaan dan penipu yang terlibat dengan politik, ia juga merupakan seorang pendeta yang waswas sombong. Dia ingin memperlihatkan dirinya di tempat yang tinggi ketika Islam berada dalam satu era yang menyakitkan, dimana dia menyekik leher kita dengan cakarannya, dengan empat pertanyaan yang menyesakkan dada, dan meminta kita untuk menjawabnya dalam enam ratus kalimat tidak kurang dan tidak lebih.


Sebagai balasan atas kelancangannya: celakalah kamu, kita sepatutnya meludah ke mukanya. Kita harus diam dengan memendam kemarahan dan kebencian menghadapi muslihatnya. Serta menjawab pengingkarannya dengan jawaban yang dapat mendiamkannya seperti palu.


Aku tidak akan berdialog dengannya, dan tidak akan menjadikannya tema pembicaraanku, namun jawabanku hanya bagi mereka yang ingin kebenaran. Yaitu sebagai berikut;

Ia berkata pada pertanyaan pertama; apa agama Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam?


Maka aku jawab; agamanya adalah al-Quran, dan misinya yang utama adalah rukum iman yang enam dan rukun Islam yang lima.


Kemudian bertanya yang kedua kali; apa yang telah ia persembahkan untuk pemikiran dan kehidupan?


451. Page

Maka aku katakan; beliau telah mempersembahkan tauhid bagi pemikiran dan istiqomah bagi kehidupan, dua bukti atas ini adalah; [قُلْ هُوَاللّٰهُ اَحَدٌ] “Katakanlah Dia Allah Yang Satu” (Q.S. al-Ikhlas: 1) dan [فَاسْتَقِمْ كَمَا اُمِرْتَ] “Istiqomah lah sebagaimana kamu diperintahkan” (Q.S. Hud: 112).


Lalu ia menanyakan pertanyaan ketiga; bagaimana cara ia mengatasi problematika kekinian?


Aku menjawab; dengan mengharamkan riba dan mewajibkan zakat, bukti dari hal ini adalah: [وَاَقِيمُواالصَّلَوةَ وَآتُواالزَكَوةَ] “Dan dirikanlah Sholat dan tunaikan zakat” (Q.S. An-Nur: 56) dan [وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَوا]  “Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba” (Q.S. Al-Baqarah; 275).


Pertanyaan keempat; bagaimana pandangannya terhadap keributan dan ketidakseimbangan kemanusiaan?


Aku katakan; usaha adalah pokok dan dasar, harta manusia tidak boleh terkumpul di tangan orang zalim, dan wajib tidak boleh terpendam di tangan mereka. Bukti dari hal ini adalah; [لَيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلاَّ مَاسَعَى ]“Tiada bagi manusia kecuali yang ia usahakan” (Q.S. An-Najm; 39), dan [وَالَّذ۪ينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُونَهَا فِى سَبِيلِ اللّٰهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيمٍ] “orang-orang yang menyimpan emas dan perak, tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beri mereka kabar deng azab yang pedih” (Q.S. At-Taubah: 34).

 

Daya magnet maknawi dari al-Quran lebih kuat dalam menjaga bola bumi kita dari pada gaya gravitasi umumnya


Benang langit (al-Quran) ini, dia lah yang telah memegang dunia kita lalu mengorbitkannya pada orbit tahunan dan hariannya. Ia menguasai bola dunia ini serta menungganginya dan menjadi penghalang baginya dari ingkar.


Syariat turun dari atas `Arsy dan mengangkat ibadah nuraniah dari manusia, khususnya sholat lima waktu dan adzan, di atas kepalanya.


Rangkaian sholat dan adzan telah terhubung antara satu dengan lainnya satu per satu bak gelang tasbih.


Dan benang nurani yang lima itu telah mengikat dengan kuat ikatan antara manusia dan bumi, dan antara alam ghaib dan `Arsy agung, awalnya adalah waktu yang lima, dan akhirnya adalah `Arsy dana lam ghaib.


Benang nurani itu telah menjaditali penghubung yang menghubungkan alam nyata dengan alam ghaib, bumi dengan manusia serta manusia dengan langit.


Dan lima benang itu telah menjadi lima ikat pinggang bagi bola bumi disaat yang bersamaan telah menjadi sebuah ikat pinggang. Terpisah dan terhubung, dia adalah tali pinggang dan di 

452. Page

waktu bersamaan adalah sebuah pakaian. Kedua kutubnya bak kedua tangan yang lepas tiada memiliki penghuni.


Kelimanya bersatu bersama dalam waktu yang sama ibarat sinar mentari, dan di waktu yang sama saling berlainan antara satu dengan lainnya ibarat pelangi.


Warna-warna nuraninya terikat dengan `Arsy pada satu titik, dan di waktu yang sama ia mengikat bola bumi lalu mengirimkannya kehidupan dan mengorbitkannya.


Apabila pakaian itu robek, niscaya bola bumi akan pusing, atau kalau benangnya terputus maka kamu akan melihat bencana keributan, karena dingin kegelapan akan menguasainya sehingga ia akan membeku dengan sendirinya, dan pada waktu itu ajalnya akan tiba, maka datanglah kiamat yang merupakan goncangan dahsyat yang mengejutkan alam semesta.

 

Sungguh kami telah menghormati cucu adam


Seseorang pernah bertanya: “Mengapa hanya bani adam tidak yang lain, yang dimuliakan dengan martabat agung sebagai pemikul amanah dan menjadi khalifah dengannya?


Aku menjawab: “Ini karena manusia itu adalah pertengahan, dan sebaik-baik perkara itu adalah yang pertengah. Bentuk alam semesta seperti piramid, pada hujungnya yang tajam terdapat bagian yang tidak terbagi. Terdapat diameter nurani di bagian dasarnya yang besar sampai kepada mentari dari mentari. Dan manusia telah berdiri menjaga amanahnya betul-betul di tengah diameternya. Dua jarak yaitu dari manusia sampai kepada partikel zarah kemudian darinya sampai ke matahari adalah sama antara satu dengan lainnya. Manusia adalah sebuah esensi yang tersendiri dari rantai penciptaan. Ini karena esensi itu adalah satu-satunya yang merupakan cangkang lembut bagi Muhammad al-Hasyimi Shallallahu `alaihi wa sallam yang merupakan mutiara yang yatim. Manusia adalah contoh lengkap yang telah mengisi alam ghaib dan alam syahadah. Dia mempunyai satu jendela yang terbuka untuk semua alam. Melaluinya dia melihat alam-alam itu. Selain dari sepuluh indra batin dan zahirnya yang diketahui, manusia mempunyai banyak indra-indra lainnya.

Seperti bau dan rasa, dorongan juga sebuah perasaan, kecenderungan juga sebuah perasaan lain, kedua-duanya juga sangat sensitif, hilir mudik di banyak tempat yang tidak dimasuki oleh akal dan pandangan. Ini karena kedua perasaan ini memegang dengan tangannya anak-anak kunci milik berbagai benda yang diketahui melalui intuisi sebelum kejadian, mimpi yang benar dan kasyaf yang betul.

 

Mengira isi adalah kulit berarti menyia-nyiakan isi


Lima benda adalah tabir bagi lima benda :


453. Page

1.        Alam nyata menjadi tabir bagi alam ghaib.

2.        Alam tabiat bagi kehendak Allah.

3.        Kekuatan yang buta bagi qudrah ilahiyah.

4.        Lafaz bagi makna implisit.

5.        Pemahaman bagi makna.


Pembatasan pandangan kepada tabir sentiasa menghasilkan bahaya yang banyak. Kemudian waswas muncul darinya. Sebagai contoh: Akal adalah tempat pemahaman, dan pemahaman itu adalah hiburan bagi akal.


Maka apabila kamu sibuk dengan sengaja sibuk terhadap substansi dari pemahanan pikiran dan namanya, maka hal itu akan menjadikan pemahaman pikiran menjadi wacana beragam yang tiada perkembangan dan tiada pula makna padanya. Sehingga nama itu akan menjadi sebuah lafaz khayalan tiada perkembangan dan makna padanya. Lalu, kesibukanmu dengan hal ini –pemahaman pikiran dan penamaanya- telah keluar dari makna yang dimaksudkan.


Wacana yang beragam atau lafaz khayalan ini keduanya adalah yang bergerak mengalir, sempit, terperinci dan halus. Lahir dari pemahaman itu sebuah wacana, tiada obat dan kesembuhan, tidak pulan mengenyangkan himmah, tidak menenangkan kerinduan, dan tidak pula melembutkan perasaan. 


Karenanya, kita sepatutnya menjadikan pemahaman itu bak kaca ataupun melubangi sekitarnya lalu melalui lubang itu kita memandang keluar, bahkan akal keluar menuju cahaya. Ini karena bagian luar adalah sangat luas terbentang, medan lapang dan hakikat-hakikat yang tetap.


Sarang laba-laba yang kamu tenun dalam pikiranmu yang kecil sekali merupakan bagian dari pemahaman bagi waham kebingungan dan hawa nafsu.


Maka jangalah kamu datang dengan pakaian yang sempit bahkan bagi seekor lalat, lalu kamu pakaikan pakaian itu kepada `Arsy dan kursi.


Sesungguhnya kamu melukiskan peta pada lembaran pemikiran sebesar sayap lalat yang merupakan modal was-was dalam pikiranmu. Dan ketika kamu balik kamu kehilangan dirimu di dalamnya. Jika kamu menyangka bahwa itu adalah medan yang sangat luas, maka lihatlah juga kepada besarnya bencana ini!


Wahai pemuja materi yang bercampur dengan alam tabiat! Sesungguhnya kekuatan yang buta telah membutakanmu, dan lafaz serta bentuk telah memperdayaimu!


Tinggalkanlah ilmuwan agar kamu bisa naik kepada hidayah.


454. Page

Aku telah menjelaskan kepadamu contoh satu tabir dari lima tabir yang ada, yang merupakan tabir terkecil, supaya kamu bisa mengkiaskannya pada poin-poin lainnya.

Skeptis materialisme telah mencampakmu ke dalam kesesatan. Maka berpeganglah kepada rantaian langit, karena ia akan menyampaikan kita ke syurga tertinggi.

 

Doa itu wajib untuk hal yang tidak mustahil dan bukan maksiat


Sekiranya doa benar-benar jujur, niscaya akan diterima sebagaimana yang diminta atau yang semakna. Namun selalu syarat yang berlaku adalah adab. Maka wajib untuk selalu beradab.


Apabila tidak ada adab maka sikap penuh memohon ini bukanlah memohon, dan tidak pula doa itu belandaskan hawa nafsu manusia, manja dan dengan rasa putus asa yang berlebihan. Dan tidak pantas meminta sesuatu yang mustahil, atau perkara yang mirip dengan kemustahilan, yang bertentangan dengan aturan dan hikmah. Dan tidak pula sesuatu yang tidak terbatas pada permasalahan yang terbatas, maka meminta “Berikanlah aku ujung dari tujuan” adalah keluhan yang tercium darinya sikap melewati batas dan bukan merupakan sebuah doa permohonan.


Timbangan doa tidak mampu menampung bilangan atau takaran dari ukuran yang diketahui oleh Allah. Kecuali kalau itu hanya sekedar kinayah atau kiasan untuk sesuatu yang banyak, maka hal seperti ini diperlukan peran niat. Dan niat dalam keadaan seperti ini eksistensinya sangat mulia di setiap waktu.

 

Sebuah poin dari firman-Nya:

[حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمْ]

“Hingga kembalilah ia sebagai bentuk tandan yang tua” (Q.S. Yasin:39)


Seseorang telah berkata; al-Quran telah menyamakan hilal dengan [كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمْ] “tandan yang tua”, dan hal ini tidak bagus dalam rasa lahiriyah dan tidak menunjukkan kehalusan.

Aku berkata: “Wahai sahabat! Surya yang merupakan gugusan langit adalah salah satu rumah dari bulan. Setiap kali bulan berada pada posisi itu sebagaimana ayat [قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ] maka tamu yang agung itu akan muncul bersama hilal dalam bentuk gugusan surya yang mirip dengan permata yang diikat dengan tangkai kecil putih yang tunduk. Dan ia menampakkan garis halus bak pohon besar tinggi berada di balik langit. Dan dahannya yang keras merobek wajah langit dengan sedemikian rupa, maka pemandangan ini sangat menawan dan menyenangkan orang yang melihatnya.


455. Page

Ia mengeluarkan kepalanya dari lubang kecil itu lalu tersenyum kepada penduduk bumi, dan berkata: wahai anak cucu adam, lihatlah kepadaku dan begitu pula diriku! Bukan kah aku lebih halus atau kah pohon kurma kalian atau dahan-dahan kalian yang penuh ranting?


Maka lawan bicaranya yang berada pada barisan pertama, dan mereka adalah anak-anak pohon kurma dan padang pasir, mereka melihat kadang ke bumi kadang ke langit, lalu melihat bunga-bunga dan buah-buahan di sini, dan hilal beserta bintang-bintang di sana.


سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَل۪يمُ الْحَك۪يمُ


Said Nursi.