NAVIGATION
205. Page
LAMA’AT KEDUA PULUH DUA
Tiga Isyarat
Risalah ini merupakan “Masalah Ketiga” di “Catatan Ketujuhbelas,” bagian dari “Lama’at Ketujuhbelas.” Namun ia dijadikan “Kilauan Keduapuluh Dua” dari “Maktub Ketigapuluh Satu.” Lalu ia dimasukkan menjadi bagian dari kitab al-Lama’at karena pertanyaan-pertanyaannya sangat kuat dan menyeluruh, serta karena jawaban-jawabannya juga kuat dan jelas. Karena itu, al-Lama’at perlu memberikan ruang untuk risalah ini.
Risalah ini bersifat rahasia dan dikhususkan untuk saudara-saudara dekat saya paling khusus yang ikhlas dan tulus.
Dengan Nama-Nya, Maha Suci Dia
Risalah kecil ini saya persembahkan kepada gubernur Isparta yang adil, juga untuk Kantor Pengadilan dan para aparat keamanan di sana, karena (risalah) itu terkait dengan para penduduk dan pemerintahan Isparta. Risalah ini sangat rahasia. Saya menulisnya sewaktu berada di Desa Barla, salah satu kota di wilayah Isparta, duapuluh dua tahun silam, untuk saudara-saudara saya yang paling khusus dan tulus. Silahkan saja risalah ini digandakan menggunakan mesin tulis, dengan huruf-huruf baru atau lama,[1] jika itu memang dianggap layak, agar orang-orang yang selama ini memantau ingin mengetahui rahasia-rahasia saya dan selalu mengintainya sejak duapuluh lima atau tigapuluh tahun silam mengetahui bahwa kami sama sekali tidak mempunyai rahasia apa pun yang disembunyikan. Dan agar mereka mengetahui bahwa rahasia kami yang paling tersembunyi adalah apa yang tertera dalam risalah ini.
بِاسْمِه سُبْحَانَهُ
بِسْــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَي اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِه قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَئٍ قَدْرًا
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs. al-Thalaq [65]: 3)
Masalah ini terdiri dari tiga isyarat:
Isyarat Pertama: Ada pertanyaan penting khusus menyangkut saya pribadi dan khusus menyangkut Risalah al-Nur. Banyak orang bertanya, “Anda tidak mencampuri dunia para pecinta dunia dan urusan mereka. Tapi mengapa mereka mencampuri urusan akhirat Anda setiap kali Anda memberi mereka kesempatan? Padahal undang-undang pemerintahan mana
[1] Huruf baru adalah huruf Latin, sedangkan huruf lama adalah huruf al-Quran (Abjad Arab).
206. Page
pun sama sekali tidak mencampuri urusan orang-orang yang meninggalkan dunia dan yang mengucilkan diri darinya?”
Jawaban: Jawaban Sa’id “Baru” atas pertanyaan ini adalah diam. Dia hanya berkata, “Biarkan takdir ilahi saja yang mewakili saya menjawab pertanyaan ini.” Hanya saja kepala Sa’id “Lama” yang dipinjamnya dengan penuh amanat terpaksa berkata, “Yang seharusnya menjawab pertanyaan ini adalah pihak pemerintahan Isparta dan penduduk provinsi setempat, karena pemerintahan ini dan penduduknya lebih banyak bersinggungan dengan saya menurut maksud yang terkandung dalam pertanyaan ini. Pemerintahan ini dengan aparatnya yang berjumlah ribuan orang, dan penduduknya yang berjumlah ratusan ribu jiwa, terpaksa harus memikirkan persoalan ini sebagai pengganti saya, juga untuk membela saya. Mengapa saya harus ikut angkat bicara dengan mereka yang melemparkan tuduhan kepada saya tanpa terpaksa, dan mengapa pula saya harus membela diri?!
Hal itu karena saya sudah tinggal di provinsi ini selama sembilan tahun. Setiap kali era berganti, saya berpaling dari dunia mereka lebih dari sekali, sehingga tak tersisa sedikit pun keadaan saya yang menjadi tersembunyi atau tertutup. Bahkan, sebagian besar catatan pribadi saya pun tersebar, khususnya beredar di kalangan aparat pemerintah dan sebagian wakil rakyat. Jika benar saya memiliki rencana tertentu yang meresahkan para pecinta dunia dan membuat mereka khawatir dan resah, atau jika benar saya mempunyai usaha dan pemikiran untuk merusak dunia mereka, menghabisi undang-undang mereka, tentu mereka sudah menentang saya jahat, dan mereka takkan tinggal diam. Terlebih pemerintahan setempat dan pemerintahan-pemerintahan yang berada di bawahnya gencar mengawasi saya. Mereka tetap memata-matai saya selama sembilan tahun, meski saya sudah terang-terangan tanpa khawatir dan takut menyampaikan segala rahasia saya kepada siapa pun yang datang menemui saya.
Jika pun saya mempunyai kesalahan yang membahayakan bagi kebahagiaan rakyat dan negara, serta membahayakan masa depannya dalam waktu sembilan tahun, maka yang seharusnya bertanggung jawab atas hal itu adalah semua aparat pemerintah mulai dari gubernur hingga ketua Rukun Tetangga di pedesaan. Maka hendaknya mereka semua tidak membesar-besarkan masalah, agar mereka dapat membela saya, sehingga mereka bisa bebas dari tanggung jawab terhadap pihak-pihak yang membesar-besarkan masalah terkait saya. Jadi, jawaban atas pertanyaan ini saya alihkan kepada mereka.
Adapun faktor yang mengharuskan penduduk provinsi ini membela saya, lebih dari pembelaan saya atas diri saya sendiri, adalah karena sejak sembilan tahun, kami melalui Risalah al-Nur telah berusaha memperlihatkan pengaruhnya dan dampaknya secara aktif dan materiil dalam upaya merealisasikan kehidupan abadi bagi bangsa sesaudara yang tulus, diberkahi, dan tenang, serta dalam upaya memperkuat imannya dan kebahagiaan hidupnya. Tak seorang pun merasa mengalami kemuskilan, kesulitan, atau bahaya disebabkan risalah-risalah ini. Di dalamnya pun tak terlihat adanya jejak atau tanda-tanda yang menebarkan aroma politik tertentu atau duniawi.
Alhamdulillah, provinsi Isparta melalui Risalah al-Nur memperoleh kedudukan yang diberkahi dalam hal kekuatan iman dan soliditas keagamaan, sebagaimana negeri mulia Syam menerima berkah di masa lalu, atau seperti yang diterima Universitas Al-Azhar di Mesir yang merupakan madrasah bagi seluruh dunia Islam. Di sana, kekuatan iman mampu mengalahkan sikap remeh dan apatis, cinta ibadah mampu mengalahkan kemaksiatan. Melalui perantara Risalah al-Nur, provinsi ini meraih keunggulan semangat berpegang pada agama lebih besar dari provinsi-provinsi lain. Demi semua ini, seluruh penduduk Isparta hendaknya merasa
207. Page
berkewajiban membela saya dan Risalah al-Nur, meskipun seandainya diasumsikan di antara mereka terdapat orang-orang atheis.
Hak parsial saya yang tak berarti – di tengah hak pembelaan mereka yang begitu penting– tidak menggiring saya untuk membela diri. Apalagi, di saat yang sama, terdapat ribuan murid yang sudah bekerja, dan masih terus bekerja, alhamdulillah, sebagai ganti dari orang yang lemah seperti saya ini dalam menyelesaikan tugasnya. Barang siapa yang memiliki ribuan pengacara demikian tak perlu membela dakwaannya sendiri.
Isyarat Kedua: Sebuah jawaban untuk pertanyaan yang bersifat kritikan.
Para pecinta dunia berkata: Mengapa Anda berpaling dan menjauhi kami, serta tak pernah mendatangi kami sekali lagi? Bahkan Anda lebih memilih diam, setelah itu Anda mengeluhkan kami berlaku kasar, dan Anda bilang, “Kalian memperlakukan saya secara zalim?!” Padahal kami adalah orang-orang yang berpegang pada prinsip. Kami memiliki undang-undang tersendiri sesuai dengan tuntutan masa kini. Tapi Anda menolak penerapan undang-undang ini pada Anda. Orang yang menerapkan undang-undang tentu bukan orang zalim, sementara orang yang menolaknya tentu orang durhaka. Pada masa kebebasan ini dan di era republik yang telah kami mulai akhir-akhir ini, penolakan kediktatoran dan perlakuan semena-mena, sesuai dengan prinsip persamaan, telah menjadi bagian dari salah satu konstitusi kami.
Namun, Anda justru berusaha menarik perhatian publik kepada Anda dengan tampil sesekali dalam sosok seorang alim, sesekali sebagai sosok syaikh, dan sesekali lagi dalam sosok seorang zuhud. Dari fakta lahiriah Anda saat ini, juga dari ihwal kehidupan Anda di masa lalu, terlihat jelas bahwa Anda berusaha membentuk kekuatan dan meraih posisi sosial di luar kekuatan pemerintahan. Cara seperti ini terkadang tampak bisa diterima dalam dominasi sewenang-wenang kaum borjuis,[1] menurut istilah saat ini. Tapi kami lebih menerima prinsip-prinsip sosialisme, karena prinsip sosialisme dan komunisme yang muncul akibat kesadaran dan kemenangan masyarakat kelas bawah itu lebih bermanfaat bagi kami. Sementara kondisi Anda ini mengkhawatirkan, memberatkan kami, dan menentang prinsip-prinsip kami. Karena itu, Anda tak berhak menyesali kami dan mengeluhkan tindakan kami yang mempersulit Anda.”
Jawaban: Siapa pun yang membuat sunnah baru dan membuka jalan baru dalam kehidupan sosial kemasyarakatan tidak akan berhasil menerapkannya dalam hal-hal kebajikan selama gerakannya tidak selaras dan menyatu dengan ketentuan fitrah yang ada di jagad raya, sehingga seluruh gerakan dan perilakunya diperhitungkan hanya untuk merusak dan menghancurkan.
Mengingat sudah ada kelaziman yang seharusnya bagi ketentuan fitrah, maka penerapan prinsip persamaan tak mungkin bisa dilaksanakan kecuali dengan mengubah fitrah manusia dan melenyapkan hikmah dasar dari penciptaan manusia.
Ya. Saya juga termasuk lapisan masyarakat awam dari sisi keturunan dan penghidupan, termasuk di antara mereka yang menerima prinsip persamaan hak sebagai aliran faham dan pemikiran, juga termasuk di antara mereka yang sejak lama dulu berjuang, atas dorongan kasih sayang dan rahasia keadilan yang bersumber dari Islam, untuk menentang kezaliman dan dominasi lapisan masyarakat khusus yang disebut borjuis. Karena itu, saya selalu bersama
[1] Borjuis: Golongan kelompok kaya raya yang suka menghambur-hamburkan harta.
208. Page
keadilan total dengan sepenuh kekuatan yang saya miliki, serta menentang kezaliman, dominasi, penguasaan, dan tirani.
Hanya saja, fitrah manusia dan rahasia hikmah penciptaannya menafikan prinsip persamaan mutlak, karena sebagaimana Sang Pencipta menumbuhkan banyak sekali hasil (ciptaan) dari sesuatu yang sedikit, mencatat banyak sekali buku amalan di dalam satu lembaran, menjadikan satu makhluk menjalankan banyak sekali tugas, maka demikian pula Dia mampu menggiring spesies manusia bisa menjalankan ribuan macam peran demi menampakkan kuasa dan hikmah-Nya yang sempurna.
Berdasarkan rahasia agung ini, Allah S.w.t telah menciptakan spesies manusia sesuai fitrah untuk bisa menerima pembenihan ribuan spesies darinya, dan untuk bisa menampakkan tingkatan-tingkatan dalam jumlah spesies seluruh hewan yang mencapai ribuan. Tak ditetapkan batas tertentu bagi kekuatan, kelembutan, dan perasaan manusia seperti yang ditetapkan bagi hewan, bahkan disebutkan tegas. Allah S.w.t memberi manusia kemampuan yang memungkinkannya berjalan-jalan ke banyak sekali tempat tanpa batas, hingga kedudukannya sama seperti ribuan spesies, padahal ketika itu dia hanya satu spesies. Itulah mengapa manusia menjadi khalifah di bumi, dan menjadi hasil dari seluruh wujud yang ada, serta menjadi penguasa seluruh makhluk hidup.
Dengan demikian, maka ragi paling penting untuk memperbanyak variasi spesies manusia, dan hentakan paling penting yang bisa menggerakkannya, adalah perlombaan untuk meraih keutamaan (fadhilah) dengan keimanan yang mentahqiq (tahqiqi). Melenyapkan keutamaan tidak mungkin dilakukan tanpa mengubah esensi manusia, memadamkan akal, mematikan hati, dan melenyapkan ruhani.
Ya, kata-kata tegas yang disampaikan sosok agung yang menyatakan, “Mustahil menghilangkan kebebasan dengan kezaliman dan tirani, maka silahkan kau coba untuk melenyapkan pengetahuan manusia, kalau kau bisa,” perlu ditamparkan ke muka orang zalim pada masa sekarang ini yang membawa tirani begitu mengerikan di bawah topeng kebebasan. Hanya saja pukulan ini tidak perlu ditamparkan ke wajah orang sangat penting yang memang tidak berhak menerima tamparan tersebut. Sebagai ganti kata-kata itu, saya akan menampar ke wajah zaman sekarang dengan kata-kata:
“Mungkinkah hakikat dihilangkan dengan kezaliman dan tirani?!
Silahkan kau coba menghilangkan hati dari manusia, jika kau memang bisa.”
Atau:
“Mungkinkah keutamaan dilenyapkan dengan kezaliman dan tirani?!
Silahkan kau coba menghilangkan hati nurani dari manusia.”
Ya, sebagaimana keutamaan dengan iman bukan merupakan faktor penyebab untuk kediktatoran dan dominasi, maka tidak mungkin pula ia menjadi faktor penyebab untuk tirani. Kediktatoran dan dominasi itu hina, khususnya bahwa jalan hidup orang-orang ahli keutamaan merupakan percampuran antara kehidupan sosial umat manusia dengan kelemahan, kemiskinan, dan sikap rendah hati. Alhamdulillah, kehidupan kami telah berlalu di jalan ini, dan tetap masih berlalu dan berjalan seperti ini.
Bukannya saya mengklaim membanggakan diri sebagai orang ahli keutamaan. Tapi saya hanya berniat mengungkapkan rasa syukur dan menyampaikan nikmat-nikmat ilahi yang dikaruniakan kepada saya:
Allah S.w.t telah menganugerahkan amalan mulia, pengabdian terhadap ilmu-ilmu keimanan dan al-Qur'an, serta pemahamannya, berkat keutamaan (fadhilah) dan kemuliaan-
209. Page
Nya. Alhamdulillah, nikmat ilahi ini saya curahkan sepanjang hidup demi kemaslahatan dan kebahagiaan umat Islam berkat taufiq dari Allah, serta sama sekali bukan menjadi sarana untuk tirani atau dominasi atas siapa pun selamanya. Begitu pula, saya menjauhi apa yang dicari sebagian besar orang lalai berupa perhatian orang dan penerimaan baik makhluk berdasarkan suatu rahasia penting. Sengaja saya menjauhi kedua hal tersebut, dan menurut saya keduanya berbahaya, karena kedua hal inilah yang telah menghilangkan duapuluh tahun usia kehidupan saya yang lama. Namun saya yakin keduanya merupakan tanda kekaguman banyak orang terhadap Risalah al-Nur, sehingga saya tidak perlu marah dan menjauhi mereka.
Wahai para pecinta dunia!
Saya secara mutlak tak ikut campur dalam dunia kalian. Saya pun tak punya hubungan dan kaitan dengan prinsip-prinsip kalian dari sisi mana pun. Saya tidak punya niat maupun minat untuk ikut campur dalam urusan dunia lagi sesuai bukti kehidupan saya di penjara sejak sembilan tahun. Lantas dengan undang-undang apa upaya-upaya dilakukan untuk mempersulit, memata-matai, dan selalu mengintai saya seolah orang saya seorang tiran kuno, seperti orang yang senantiasa mencari-cari kesempatan dan membawa pemikiran untuk berbuat tirani dan dominasi? Memangnya demi kepentingan apa semua ini berlangsung?
Semua perlakuan kasar dan buruk terhadap saya ini bukan hanya menyebabkan saya saja yang marah. Bahkan jika semua umat manusia mengetahuinya, mereka pasti juga marah. Bahkan seluruh jagad raya pun tentu marah. Pemerintahan mana pun di dunia ini tak akan mengizinkan adanya perlakuan yang melebihi batasan hukum yang tidak diakui dan dibenarkan oleh siapa pun seperti ini!
Isyarat Ketiga: Pertanyaan gila penuh kekeliruan.
Sebagian praktisi hukum berkata, “Mengingat Anda tinggal di negara ini, Anda tentu wajib tunduk pada undang-undang yang berlaku di negara ini. Lalu mengapa Anda melepaskan diri dari undang-undang tersebut di balik tirai uzlah dan pengasingan diri? Intinya, Anda menganggap diri Anda memiliki keistimewaan dan keutamaan, lalu dengannya Anda mengusai sebagian orang, dan Anda memberlakukan pengaruh Anda di luar wewenang yang diatur dalam undang-undang pemerintah saat ini. Sepak terjang Anda ini bertentangan dengan sebagian dari undang-undang republik yang bersandar pada asas persamaan. Mengapa Anda menggiring orang untuk mencium tangan Anda, padahal Anda tak memiliki tugas jabatan. Mengapa pula Anda mengenakan pakaian egoisme yang membanggakan diri agar orang mendengar kata-kata Anda?”
Jawaban: Pihak eksekutif pelaksana undang-undang harus terlebih dulu menerapkannya pada diri mereka, setelah itu baru mungkin bagi mereka untuk menerapkannya pada orang lain. Nyatanya, kalian justru lebih dulu merusak undang-undang kalian sendiri sebelum orang lain, sebab kalian hanya menerapkannya pada orang lain tanpa kalian terapkan pada diri kalian sendiri. Kalian melanggar dan menentangnya, karena kalian ingin menerapkan undang-undang persamaan mutlak tersebut kepada saya.
Saya katakan: Ketika seorang prajurit biasa naik ke kedudukan sosial yang dimiliki marsekal, serta mendapat penghormatan dan perhatian banyak orang terhadap marsekal, juga memperoleh penghormatan dan perhatian ini seperti dia. Atau sebaliknya, ketika marsekal berubah menjadi seperti prajurit biasa, mengenakan hal-hal yang sederhana layaknya prajurit biasa, dan dia tidak lagi memiliki nilai penting apa pun di luar tugas kedudukannya … Atau misalkan seorang jenderal jenius yang sangat cerdik memilih strategi kemenangan bagi pasukannya dan menjadi perantara bagi kemenangannya, jika mendapat perlakuan,
210. Page
penghormatan, dan cinta orang sama seperti yang didapatkan seorang prajurit bodoh, maka saat itu kalian baru boleh bilang kepada saya berdasarkan undang-undang persamaan kalian ini: Jangan kau sebut dirimu alim, singkirkan penghormatan dan penghargaan orang, pungkirilah keutamaanmu, layani saja pembantumu, dan bertemanlah dengan para pengemis!
Jika kalian katakan: Penghormatan masyarakat, juga kedudukan, perhatian, dan fokus mereka, hanya berlaku saat seseorang menjalankan dan melaksanakan tugas, serta hanya khusus bagi para aparat, sementara Anda tak punya tugas jabatan, sehingga tak mungkin bagi Anda menerima penghormatan masyarakat seperti aparat?
Jawaban: Kalau manusia hanya berupa jasad saja, tetap hidup selamanya di dunia tanpa mati, pintu kubur ditutup, dan kematian dibunuh, saat itulah jabatan hanya berlaku bagi para pejabat militer, birokrasi, dan pemerintahan, dan tentu kata-kata kalian di atas punya makna.
Tapi nyatanya, manusia bukan sekedar jasad. Hati, lisan, akal, dan otak pun masih melekat karena terus diberinya asupan gizi dan makanan kepada jasad. Anggota-anggota tubuh pun tak bisa dilenyapkan, bahkan harus diperhatikan dan dipelihara.
Mengingat pintu kuburan belum ditutup, serta mengingat permasalahan paling penting dan paling utama yang dihadapi setiap individu adalah keresahan terhadap masa depan yang di balik kubur, maka tak ragu lagi bahwa tugas-tugas jabatan yang bertumpu pada ketaatan dan penghormatan setiap individu umat tak terbatas pada tugas-tugas jabatan sosial, politik, atau militer semata yang khusus berhubungan dengan kehidupan duniawi umat saja.
Ya. Seperti halnya memberikan dokumen dan tiket kepada para musafir yang akan berwisata dan bepergian adalah sebuah tugas, demikian pula memberikan dokumen dan cahaya kepada para musafir di jalan kegelapan menuju keabadian adalah tugas tiada bandingnya dengan tugas apa pun. Tak ada nilai apa pun yang setara dengannya. Mengingkari tugas dan jabatan seperti ini tidak dimungkinkan, kecuali dengan mengingkari kematian, menyangkal dan mendustakan kesaksian 30 ribu orang saksi[1] yang membenarkan klaim “kematian itu benar adanya” dengan stempel kematian mereka.
Mengingat di luar sana terdapat tugas-tugas maknawi yang bertumpu pada kebutuhan-kebutuhan pokok maknawi, dan mengingat tugas terbesar darinya adalah keimanan, mempelajari dan memperkuat keimanan yang menjadi paspor untuk wisata di jalan keabadian, lentera hati di kegelapan barzakh, dan kunci kebahagiaan abadi, maka tak ragu-ragu lagi bahwa ahli makrifat yang menunaikan tugas ini tidak akan menganggap nikmat ilahi dan keutamaan imani yang nilainya banyak sebagai penyangkalan atasnya. Mereka sama sekali tidak akan jatuh ke dasar jurang orang-orang bodoh dan fasik. Mereka juga tidak akan mengotori diri mereka dengan bid’ah-bid’ah kaum rendahan dan dengan kebodohan mereka.
Inilah sebab mengapa saya menyendiri dan beruzlah yang kalian herankan dan kalian fikir menafikan persamaan. Saya tidak sedang berbicara dengan orang-orang sombong, egois, yang menerjang batas-batas diri hingga derajat seperti Fir’aun dalam menentang dan merusak undang-undang persamaan seperti kalian-kalian ini yang selalu mempersulit saya dengan penyiksaan-penyiksaan kalian atas saya. Tak sepatutnya saya tunduk dan merendahkan diri di hadapan mereka, karena tunduk di hadapan orang-orang sombong merupakan suatu kehinaan dan nista. Tapi, pesan ini saya sampaikan kepada orang-orang yang bersikap
[1] Statistik kematian harian menunjuk angka ini pada masa tahun-tahun tigapuluhan abad lalu ketika Ustadz Sa’id Nursi menulis Risalah ini (Penerjemah).
211. Page
obyektif, rendah hati dan adil di antara kalian:
Alhamdulillah, saya tahu kekurangan dan kelemahan saya. Saya tahu betul keterbatasan saya yang tak terhingga, dan saya bukan apa-apa. Namun saya mendapat hiburan dengan beristighfar. Saya sedikit pun tak mengincar kedudukan untuk meraih penghormatan di atas kaum muslimin melalui kesombongan dan dominasi. Yang saya minta hanyalah doa, bukan penghormatan dan penghargaan. Saya yakin, perilaku saya ini sudah diketahui seluruh teman saya. Hanya saja saat berkhidmat dalam pengabdian al-Qur'an, dan saat menyampaikan pelajaran-pelajaran hakikat keimanan, saya menjaga kemuliaan ilmu dan kehormatannya yang memang sudah seharusnya, hal itu demi hakikat-hakikat tersebut serta kemuliaan dan kejayaan al-Qur'an Karim. Saya mengenakan pakaian kemuliaan sesaat agar saya tidak menundukkan kepala di hadapan para pengikut kesesatan. Saya yakin, bukan termasuk batasan undang-undang para pecinta dunia untuk ikut campur dalam persoalan ini.
Cara Perlakuan yang Menimbulkan Keheranan
Seperti diketahui, ahli pengetahuan di setiap tempat pasti menimbang segala sesuatu berdasarkan standar ilmu dan pengetahuan. Kala mereka menemukan ilmu dan pengetahuan, atau mereka melihat keduanya pada seseorang, mereka merasa wajib memperhatikannya dengan penuh ketulusan dan penghormatan demi ikut berbagi (pengetahuan tersebut) di antara mereka. Bahkan andaipun ada seorang guru alim datang dari negeri yang menjadi musuh negeri ini, para ahli pengetahuan tetap akan mengunjunginya demi mengagungkan ilmu dan pengetahuannya, dan mereka pun akan menghormatinya.
Namun ketika Majelis Tinggi Ilmu Pengetahuan Inggris meminta jawaban atas enam pertanyaan dengan enam ratus kata-kata yang mereka ajukan kepada para syaikh Islam, salah seorang ahli pengetahuan menjawab keenam pertanyaan tersebut dengan enam kata-kata hingga mendapat penghargaan dan pujian. Belum pernah ada orang dari kalangan ahli pengetahuan sendiri yang mampu menjawab (pertanyaan dengan ringkas seperti dia) di negeri ini, yang pernah mendapat penghormatan demikian.
Dialah yang mampu memenangi salah satu undang-undang penting kalangan asing, undang-undang yang paling agung menurut para filosof di bidang ilmu dan pengetahuan hakiki. Dialah yang menantang para filosof Eropa dengan bersandar pada kekuatan, ilmu dan pengetahuan yang ia dapatkan dari al-Qur'an. Dialah yang –enam bulan sebelum pengumuman kemerdekaan- mengajak ulama dan para tenaga pengajar sekolah modern di Istanbul untuk berdebat, menjawab semua pertanyaan mereka secara tepat dan benar, tanpa sedikit pun kekurangan, dan tanpa bertanya apa pun pada salah seorang dari mereka. Dialah yang mewakafkan seluruh hidupnya demi kebahagiaan umat ini, menyebarkan ratusan risalah dengan bahasa mereka, bahasa Turki, dan mencerahkan mereka dengannya.[1]
Kalangan ahli pengetahuan yang menyakiti orang yang telah melaksanakan kerja-kerja ini, yang merupakan salah seorang anak negeri mereka sendiri, saudara seagama mereka, teman dan saudara mereka, yang disakiti oleh mereka dengan berbagai ujian, kesulitan, serta yang ditimpakan beban berat atasnya oleh mereka. Mereka lebih sering memusuhinya, bahkan
[1] Sa’id “Baru” mengatakan, “Saya tidak ikut-ikutan dengan Sa’id “Lama” terkait pernyataan-pernyataan yang ia sampaikan dengan nada membanggakan diri ini, namun saya juga tidak bisa membuatnya diam. Saya membiarkan dia menuturkan kata-katanya dalam risalah ini, setelah itu saya tekankan dia untuk diam, agar memperlihatkan sebagian sifat egoisme dirinya di hadapan para egois.”
212. Page
memperlakukannya secara tidak baik melebihi yang lain, padahal mereka adalah sebagian orang yang menisbahkan diri pada ilmu dan pengetahuan. Bahkan di antara mereka ada juga sejumlah syaikh dan ulama resmi.
Demi Allah, katakan pada saya, kondisi seperti ini disebut apa?!
Apakah itu namanya peradaban dan tamaddun?! Ataukah cinta ilmu dan pengetahuan?! Ataukah fanatisme nasionalisme?! Ataukah cinta undang-undang republik?! Sama sekali tidak! Sekali lagi tidak! Taka ada! Tapi, ini semua semata merupakan takdir ilahi yang menyingkapkan pada sang lelaki –yang termasuk dari kalangan ahli pengetahuan – permusuhan orang-orang yang dia harapkan menjadi teman, agar dia tidak jatuh dalam riya keilmuan akibat penghormatan dan penghargaan yang akan dia terima, di samping agar dia bisa sukses dengan keikhlasan.
Penutup
Serangan-serangan membingungkan yang menurut saya wajib disyukuri
Para pecinta dunia yang egois dengan egoisme tak tertandingi, memiliki perasaan sangat sensitif. Sebab andai sikap mereka ini muncul karena kesadaran, tentu akan berada di derajat karamah, atau tentu sebagai suluk dalam tingkat kejeniusan hebat. Jelasnya:
Berdasarkan ukuran sensitifitas egoisme, mereka merasakan dan mengalami sesuatu yang tidak dirasakan oleh diri dan akal saya saat saya merasa egoistis disertai semacam riya. Mereka berdiri menentang saya karena kerasnya egoisme saya yang sebenarnya tidak saya rasakan dan tidak saya alami. Saya punya delapan atau sembilan pengalaman selama delapan atau sembilan tahun, kala saya memikirkan takdir ilahi pasca seluruh perlakuan mereka yang zalim terhadap saya. Saya bertanya, “Mengapa mereka ini dibuat mendominasi saya?” Saya pun berusaha mencari tahu bisikan-bisikan jiwa saya. Saya akhirnya tahu, setiap kali bisa saja jiwa saya cenderung pada sifat egoisme secara naluriah tanpa saya sadari dan tanpa saya rasakan, atau bisa saja jiwa saya telah memperdaya dan menipu saya dengan diketahui. Saat itulah saya mengatakan bahwa takdir ilahi berlaku adil atas hak saya karena perlakuan tirani orang-orang zalim tersebut.
Sebagai contoh: Teman-teman mengajak saya menunggang seekor kuda cantik pada musim panas ini. Kami kemudian berjalan-jalan dan berwisata. Lalu dalam diri saya muncul hasrat menginginkan kelezatan karena tipu daya yang tak saya sadari. Hanya saja, tiba-tiba para pecinta dunia dengan keras menghalangi hasrat saya ini, sampai-sampai mereka juga memutuskan sebagian besar hasrat keinginan saya yang lain, bukan saja keinginan tersembunyi tersebut.
Bahkan kali ini selepas Ramadhan mulia, jiwa saya memiliki keinginan terkait ketakwaan dan keikhlasan saudara-saudara saya, serta terkait penghormatan dari orang-orang yang datang berkunjung dan sikap baik sangka mereka terhadap saya kala saya berada dalam kondisi terpedaya dan egois yang dikotori oleh riya tanpa saya sadari, melalui rasa bangga yang terselubung di balik tirai ucapan syukur dan terima kasih setelah seorang imam agung bidang maknawi dari kalangan ulama terdahulu memuji kami melalui karamah gaibnya. Ternyata saat itu para pecinta dunia mulai mengusik saya karena perasaan mereka yang amat sensitif, seakan mereka bisa merasakan atom-atom riya. Saya pun bersyukur kepada Allah S.w.t karena kezaliman mereka menjadi perantara keikhlasan bagi saya.
213. Page
رَبِّ اَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطينِ{ وَاَعُوذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَحْضُرُونِ
“Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada-Mu Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
(Qs. al-Mukminun [23]: 97-98)
اَللّٰهُمَّ يَاحَافِظُ يَاحَفيظُ يَاخَيْرَ الْحَافِظينَ اِحْفَظْني وَاحْفَظْ رُفَقَائي مِنْ شَرِّ النَّفْسِ وَ الشَّيْطَانِ وَ مِنْ شَرِّ الْجِنِّ وَ الْأِنْسَانِ وَ مِنْ شَرِّ اَهْلِ الضَّلاَلَةِ وَ اَهْلِ الطُّغْيَانِ اٰمينَ اٰمينَ اٰمينَ
Ya Allah! Wahai Yang Maha Menjaga, wahai Yang Maha Menjaga, Wahai Penjaga terbaik di antara para penjaga.
Jagalah saya, jagalah teman-teman saya dari keburukan jiwa, setan, kejahatan jin, manusia, orang-orang sesat dan semena-mena
Amin… amin… amin…
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا اِلَّأ مَا عَلَّمْتَنَا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَليمُ الْحَكيمُ
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”