NAVIGATION
85. Page
LAMA'AT KETIGA BELAS
( Hikmah İsti’adzah)
اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّج۪يمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk”
بِسْــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ
وَقُلْ رَبِّ اَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاط۪ينِ. وَاَعُوذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَحْضُرُونِ
“Dan Katakanlah, ‘Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada-Mu, Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Qs. al-Mukminun [23]: 97-98
Rahasia isti’adzah dari gangguan setan ini akan dijelaskan dalam Tiga belas İsyarat (indikasi). Sebagian dari isyarat ini telah dijelaskan dan ditegaskan secara terpisah di beberapa risalah, seperti “Kalimat ke-26.” Karena itu, kami akan menjelaskannya secara global.
Isyarat Pertama
Pertanyaan: Meskipun setan tidak turut ikut campur tangan dalam masalah penciptaan di alam semesta, Allah dengan rahmat dan perlindugan-Nya selalu bersama dengan Ahli Haq. Sementara indahnya kebenaran, hakikat dan kebaikan-Nya pun memperkokoh dan memotivasi para Ahli Haq. Sebaliknya kesesatan dan keburukan pun dimusuhi oleh siapapun termasuk kalangan sesat sendiri. Jadi apa hikmah dari kemenangan setan terhadap Ahli Haq ? Dan apa rahasia isti’adzah (permohonan perlindungan) Ahli Haq kepada Allah dari godaan setan setiap saat?
Jawab: Hikmah dan rahasianya sebagai berikut:
Sesungguhnya kebanyakan besar dari kejahatan dan kesesatan itu bersifat negatif, destruktif, meniadakan, dan merusak. Sedangkan kebanyakan besar dari kebaikan dan hidayah itu bersifat positif, konstruktif, memakmurkan, dan memperbaiki. Seperti yang sudah diketahui satu bangunan yang didirikan dua puluh orang selama dua puluh hari dapat dihancurkan oleh satu orang hanya dalam waktu satu hari saja.
Ya, meskipun kehidupan manusia terikat dengan qudrat Allah yang tubuhnya dengan syarat organ-organ dasar masih berfungsi tetapi jika orang zalim merusak salah satu organ manusia, itu tetap akan menjadi sebab kematiannya.
Oleh karena itu berlaku pepatah (اَلتَّخْر۪يبُ اَسْهَلُ) “menghancurkan itu lebih mudah” Karena rahasia inilah ahli kesesatan terkadang dengan kekuatan yang sangat lemah dapat mengalahkan Ahli Haq yang sangat kuat. Namun Ahli Haq sebetulnya mempunyai benteng yang kokoh dan
86. Page
pertahanan yang sangat tangguh selama mereka berlindung kepada benteng dan pertahanan itu. Setan tidak akan bisa mendekati mereka, tidak pula mampu menyentuh mereka dengan apa pun. Kalau pun sebagian mereka mengalami gangguan atau bahaya temporal, maka bahaya ini akan digantikan dengan pahala yang abadi dan manfaat yang kekal sesuai rahasia ayat dibawah ini:
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّق۪ينَ
“Dan balasan baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. al- A’raf [7]: 128)
Ayat ini dapat menghilangkan keburukan tersebut. Benteng yang kokok itu adalah syariat Allah dan sunnah Rasulullah.
Isyarat Kedua:
Pertanyaan: Penciptaan setan dan serangan mereka terhadap orang beriman adalah suatu keburukan murni, serta kebanyakan manusia masuk ke dalam kekufuran dan neraka karena setan. Hal itu sangat menakutkan dan terlihat sangat buruk. Lalu bagaimanakah keindahan dan rahmat Tuhan Yang Pengasih dan Penyayang dan Maha İndah, memperbolehkan terjadinya keburukan tanpa batas dan musibah besar yang menakutkan ini? Bagaimana Allah membiarkan kejadian ini?
Jawaban: sesungguhnya pada keberadaan setan terdapat keburukan parsial, serta mengandung banyak maksud kebaikan universal yang bisa meningkatkan kesempurnaan manusia.
Sebagaimana terdapat banyak fase (pada tumbuhan) yang dimulai dari biji hingga menjadi pohon besar, begitu pula terdapat fase lebih banyak dari itu pada potensi-potensi yang tersembunyi dalam esensi manusia. Bahkan ia memiliki tingkatan-tingkatan seperti dari atom ke matahari. Maka tersingkapnya potensi-potensi ini menuntut suatu gerakan, serta mengharuskan interaksi. Dan gerakan yang dapat mencapai ketinggian derajat tersebut adalah dengan mujahadah dan perjuangan. Dan perjuangan ini tak akan terjadi kecuali dengan adanya setan dan hal-hal yang mengancam. Jika tidak, posisi manusia akan menjadi tetap seperti malaikat, dan ketika itu tidak akan pernah ada kedudukan dalam entitas manusia. Ini berarti meninggalkan seribu kebaikan karena tidak tercapainya satu keburukan parsial, dan ini merupakan penafian terhadap hikmah dan keadilan.
Pada hakikatnya, kebanyakan manusia terjerumus ke dalam kesesatan disebabkan setan. Hanya saja, urgensi dan nilai pada umumnya tergantung pada kualitas, bukan tergantung pada kuantitas, kecuali sedikit saja.
Misalkan seseorang memiliki 1010 benih. Kemudian dia menabur semuanya agar mengalami reaksi kimia di bawah tanah. Lalu 10 benih tumbuh dan 1.000 benih rusak. Manfaat 10 benih yang tumbuh dan berbuah menghilangkan kerugian 1.000 benih yang rusak.
Demikianlah, manfaat-manfaat, kehormatan, dan nilai yang diperoleh manusia disebabkan “10 manusia sempurna” yang memuliakan entitas manusia, dan menyinarinya seperti bintang dengan mujahadah melawan nafsu dan setan, maka tentunya ia akan menghilangkan bahaya
87. Page
dari orang-orang sesat. Golongan sesat itu seperti serangga-serangga yang tak bermanfaat. Karena itu, keadilan serta kasih sayang ilahi meridhoi keberadaan setan dan serangan mereka menguasai manusia.
Wahai orang beriman, sesungguhnya baju besi kalian dalam melawan musuh-musuh yang kejam dan keji itu adalah takwa yang bersumber dari al-Qur’an al-Hakim. Sementara parit pertahanan dan perisai kalian adalah sunnah saniyyah Rasulullah. Sedangkan senjata kalian adalah istiadzah, istighfar, dan iltija’ ( perlindungan kepada Allah).
Isyarat Ketiga:
Pertanyaan: Ancaman, peringatan dan keluhan al-Qur’an al-Hakim yang keras terhadap orang-orang sesat, secara lahiriyah, terlihat tidak sesuai dengan balaghah al-Qur’an Hakim yang terdapat dalam gaya bahasanya yang seimbang dan istiqomah. Seolah-olah (al-Qur’an) mengirim pasukan melawan seorang laki-laki lemah dan miskin. Ia mengancam ahli kesesatan demi suatu tindakan sederhana, seolah-olah mereka itu melakukan ribuan kejahatan. Al-Qur’an memberi mereka kedudukan seperti seorang sekutu yang melampaui batas, serta mengeluhkan mereka padahal mereka bangkrut dan miskin. Apa rahasia dan hikmah semua ini?
Jawaban: Rahasia dan hikmahnya adalah:
Setan dan orang-orang yang mengikutinya mampu melakukan kerusakan dan kehancuran besar dengan hanya suatu gerakan sederhana karena mereka menempuh jalan kesesatan. Mereka melanggar hak-hak banyak makhluk, dan menyebabkan terjadinya kerugian besar hanya dengan tindakan sederhana.
Itu seperti seorang yang menjalankan tugas tertentu di kapal bisnis besar milik seorang raja. Dia kadang dapat menjadi penyebab –melalui suatu tindakan sederhana bahkan dengan hanya meninggalkan suatu tugas parsial– rusaknya dan hilangnya usaha semua petugas yang terkait dengan kapal itu, serta hasil kerja mereka. Maka si pemilik kapal, raja besar tadi, mengancam dan mengeluh dengan keras terhadap seorang yang meninggalkan tugas atas nama rakyatnya yang pekerjaannya terkait dengan kapal tersebut. Dia menghukumnya begitu keras bukan hanya untuk tindakannya yang sederhana, tetapi karena dampak mengerikan akibat tindakannya, dan bukan atas nama si raja besar tetapi atas nama hak-hak rakyatnya.
Demikian pula halnya, Allah SWT sebagai Sultan Keazalian dan Keabadian menyampaikan keluhan-keluhan besar atas golongan setan (khizb al-syaithan) – mereka ahli kesesatan yang berada di atas bumi laksana kapal bersama ahli hidayah – yang telah melanggar hak-hak banyak makhluk melalui kesalahan dan dosa parsial mereka, serta yang menjadi penyebab kehancuran dan hilangnya hasil dari tugas-tugas mereka yang mulia bagi maujudat.
Dia mengancam mereka dengan keras dan mengingatkan karena kehancuran yang mereka lakukan. Ini hikmah murni di dalam balaghah itu sendiri, serta sangat tepat dan serasi dengan apa yang ada dalam balaghah al-Quran Hakim, juga sesuai dengan tuntutan situasi, yang merupakan definisi dari balaghah dan dasarnya. Ia pun bebas dari ungkapan berlebih-lebihan yang merupakan pemborosan kata.
88. Page
Seorang akan celaka jika tidak berlindung kepada benteng yang aman dari musuh yang dahsyat dan yang melakukan kehancuran dengan tindakan yang sederhana. Wahai Ahli Haq, sesungguhnya benteng samawi yang kokoh dan tangguh itu adalah al-Qur’an. Maka masuklah ke dalamnya, dan selamat!
Isyarat Keempat:
Para ulama dan wali telah sepakat bahwa ‘adam (ketiadaan) merupakan keburukan murni, dan keberadaan (eksistensi) merupakan kebaikan murni.
Ya, kebanyakan besar, kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan bersandar pada keberadaan, serta merujuk padanya. Meskipun secara lahiriyah bersifat negatif dan tiada, tetapi secara hakikat bersifat positif dan eksistensial. Sebaliknya, asas semua keburukan dan kejelekan seperti kesesatan, keburukan, musibah, maksiat, dan bencana; adalah bersifat ketiadaan dan negatif. Maka apa yang ada di dalamnya berupa kejelekan dan keburukan muncul dari ‘adam. Bahkan meskipun ia secara lahiriah tampak positif dan eksistensial, namun asasnya adalah bersifat ketiadaan dan negatif. Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan bangunan tergantung dengan semua bagian dan syaratnya. Sementara kehancuran, ketiadaan, dan kemusnahannya, terjadi dengan dirusaknya satu tiang utamanya.
Selanjutnya, wujud sesuatu menuntut sebab yang nyata (İlah), dan bersandar pada sebab yang hakiki. Sedangkan ketiadaan bersandar pada hal-hal yang sifatnya tidak ada (‘adami), dan sesuatu yang tidak ada menjadi sebab bagi hakiki peniadaan sesuatu. Demikianlah, berdasarkan kedua kaidah ini, maka setan dari jin dan manusia tidak memiliki bagian apa pun dalam kerajaan ilahi, dan mereka tidak memiliki intervensi seberat atom pun dalam pengadaan dan penciptaan. Meskipun mereka menyebabkan kerusakan yang dahsyat dalam kehancuran, keburukan, kesesatan dan kekufuran di alam ini.
Mereka tidak melakukan hal tersebut berdasarkan kemampuan dan kekuatan, tetapi sesungguhnya kebanyakan pekerjaan mereka tidak terjadi melalui kuasa tetapi terjadi melalui kelalaian dan meninggalkan sesuatu. Mereka melakukan kejahatan karena mereka menolak dan menghalangi kebaikan. Artinya, keburukan terjadi karena keburukan merupakan suatu bentuk penghancuran; yaitu tidak memerlukan pencipta, pembuat dan kuasa yang nyata. Kehancuran besar terjadi melalui satu hal dan syarat yang tiada.
Karena kaum Majusi tidak mampu memahami rahasia ini, maka mereka pun meyakini adanya dua pencipta di alam semesta, yaitu pencipta kebaikan yang mereka sebut Yazdan, dan pencipta keburukan yang mereka sebut Ahriman. Sebenarnya, Tuhan keburukan yang mereka sebut Ahriman itu tidak lain hanyalah setan yang menyebabkan keburukan melalui kehendak parsial dan melalui upaya yang tak punya pengadaan.
Wahai orang beriman, sesungguhnya senjata kalian yang kuat dan penting, serta perangkat kalian untuk memperbaiki terhadap kehancuran besar dan dahsyat yang disebabkan setan, adalah istighfar dan berlindung kepada Tuhan Maha al-Haq dengan mengucapkan, أعُوذُ بِالله ( Aku berlindung kepada Allah). Sedangkan benteng pertahanan kalian adalah sunnah Nabi.
89. Page
Isyarat Kelima:
Hal yang selalu mengganggu pikiranku adalah ahli iman dapat dikalahkan oleh tipu daya muslihat setan yang buruk dan tak ada manfaatnya, padalah Allah selalu mengingatkan manusia tentang pahala yang besar seperti surga dan azab yang dahsyat seperti neraka di dalam kitab samawi-Nya, lebih lebih Tuhan Maha Agung telah banyak membimbing manusia, mengarahkan mereka, mengingatkan mereka, mengancam mereka, memotivasi mereka, dan menyemangati mereka, serta banyak sebab-sebab untuk memperoleh hidayah dan istiqomah.
Bagaimana bisa orang tidak peduli dan tidak takut pada ancaman Tuhan Maha Haq SWT yang keras dan dahsyat, padahal terdapat keimanan dalam diri mereka? Bagaimana iman tidak hilang? Bagaimana orang mukmin bisa mendurhakai Allah dan mengikuti muslihat setan yang sangat lemah sesuai rahasia ayat dibawah:
(اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَع۪يفًا)
“Sesungguhnya tipu muslihat setan itu lemah.” (Qs. al-Nisa’ [4]: 76)
Bahkan, sebagian temanku, meskipun dia telah mendengar ratusan nasihat hakikat dariku, dan membenarkannya dalam hati, disertai prasangka baiknya yang besar terhadapku, hubungannya dan relasinya denganku kuat, namun dia telah tertipu pujian rendah oleh seorang fasik. Dia memposisikan dirinya berlawanan denganku dan bersepakat dengan orang fasik tersebut. Maka kuucapkan, “Subhanallah, Maha Suci Allah!” dan kubertanya pada diriku “Apa mungkin manusia dapat jatuh ke jurang serendah itu? “ Aku pun menggibah orang ini dan berbuat dosa karena mengatakan orang ini “ betapa bathil orang lemah ini”.
Kemudian tersingkaplah hakikat yang terkandung dalam isyarat- isyarat terdahulu dan bersinarlah banyak poin yang gelap. Alhamdulillah, dengan cahaya ini aku pun memahami bahwa dorongan dan motivasi dalam al-Qur’an al-Adzim dan motivasinya sangat tepat dan kontekstual, serta bahwa tertipunya ahli iman disebabkan muslihat setan bukan karena tiadanya iman atau karena kelemahannya. Saya pun memahami bahwa dosa besar yang mereka lakukan tidak menyebabkan mereka masuk dalam kekafiran, serta bahwa mazhab Mu’tazilah dan Khawarij bersalah ketika mereka mengkafirkan para pelaku dosa besar, atau (ketika) memposisikan mereka berada di antara dua tempat surga dan neraka, (manzilah baina al-manzilatain); serta bahwa saudaraku yang malang, yang telah mendapatkan ratusan nasehat dan hakikat dariku, serta pengorbanannya demi pujian orang fasik, bukan berarti kejatuhan dan kerendahan seperti yang kupahami.
Aku bersyukur kepada Allah dan bisa selamat dari dilema ini. Sebab setan –sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya– menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehancuran yang berbahaya melalui tindakan yang sangat lemah.
Adapun nafsu manusia selalu mendengarkan setan. Serta kekuatan syahwat dan amarah adalah seperti perangkat untuk mengirimkan dan menerima godaan-godaan setan. Maka dari itu, dua di antara nama-nama Tuhan al- Haqq seperti al-Ghafur (Yang Maha Pengampun) dan al-Rahim (Maha Penyayang) tertuju pada ahli iman melalui manifestasinya yang besar. Tuhan yang maha Agung pun menjelaskan dalam al- Qur’an al-Hakim bahwa karunia terbesar yang diberikan kepada para nabi adalah ampunan (maghfirah), dan Dia menyeru mereka untuk beristiğfar.
90. Page
بِسْـمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang” Allah menjadikan kalimat bismillah sebagai pembuka tiap surat, serta pembuka setiap perbuatan baik dan berkah. Maka, Dia pun menjelaskan bahwa rahmat-Nya yang luas meliputi alam semesta, yang merupakan tempat perlindungan bagi mereka. Allah juga menjadikan kalimat اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّج۪يمِ Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) sebagai pertahanan dari setan. فَاسْتَعِذْ (“Maka mohonlah perlindungan”, Qs. al-Nahl [16], 98).
Isyarat Keenam:
Sesungguhnya salah satu tipu daya setan yang paling berbahaya adalah: setan membuat orang-orang yang berperasaan sensitif dan berhati bersih menjadi bingung[1] antara membayangkan kekufuran merupakan membenarkannya. Setan membuat orang yang bersih hatinya dan sensitif mencampurkan dua hal yaitu “menghayalkan keukufuran” sama dengan “membenarkan kekufuran”, dan setan memperlihatkan pada mereka bahwa “ menggambarkan kesesatan “ merupakan “ membenarkan kesesaan “ itu sendiri. Setan menunjukkan pada mereka bahwa membayangkan kesesatan merupakan pembenaran atasnya. Setan juga memunculkan dalam pikiran mereka imajinasi yang buruk tentang sosok-sosok suci dan hal-hal spiritual.
Ia juga memperlihatkan “kemungkinan esensial” (imkan dzati)[2] seolah- olah “kemungkinan rasional” (imkan ‘aqli)[3] sehingga terinspirasi padanya seolah-olah dia jatuh dalam suatu keraguan yang menafikan keyakinan imannya. Ketika itulah, orang malang yang sensitif tersebut menduga bahwa dia telah jatuh dalam kesesatan dan kekufuran, serta mengira bahwa keyakinan imannya telah hilang. Maka dia pun jatuh dalam keputusasaan, dan dengan sikap putus asa ini dia menjadi obyek permainan setan. Setan memanfaatkan keputusasaannya, titik lemahnya, dan pencampuran (membayangkan kesesatan merupakan pembenaran atasnya). Hingga akibatnya orang itu menjadi seperti orang gila, atau bisa pula dia mengatakan, “Apapun yang akan terjadi, biarlah” sehingga dia terjerumus dalam kesesatan.
Kami telah menjelaskan di beberapa bagian Risalah al-Nur, bahwa esensi tipu muslihat setan tidak ada dasarnya. Adapun di sini, maka kami akan menjelaskan hal itu secara global sebagai berikut:
Sebagaimana gambar ular yang ada di cermin tidak mematuk, bayangan api pada cermin juga tidak membakar, dan percikan najis di cermin tidak membuat najis atau mengotori, maka demikian pula kekufuran dan syirik, serta bayangan kesesatan dan kata-kata buruk yang terefleksikan dalam khayalan dan pemikiran tidaklah merusak akidah, tidak mengubah keimanan, dan tidak merusak adab.
[1] Yulabbisu: Mengenakan sesuatu
[2] Kemungkinan secara esensial adalah sesuatu yang mana sisinya yang bertentangan bukan merupakan keniscayaan pada zat meskipun sebagai keniscayaan pada yang lain
[3] Kemungkinan yang logis adalah yang mungkin terjadi secara logika namun tidak akan terjadi pada kenyataannya.
91. Page
Sebab, sebagian kaidah mashur berkata:
“Sebagaimana membayangkan kecaman bukanlah caci maki, demikian pula mengkhayalkan kekufuran juga bukanlah kekufuran, dan membayangkan kesesatan bukanlah kesesatan.”
Adapun masalah keraguan dalam keimanan, maka kemungkinan-kemungkinan yang timbul dari kemungkinan esensial (imkan dzati) tidak akan meniadakan keyakinan keimanan dan tidak merusaknya. Sebab, di antara kaidah dalam Ilmu Ushuluddin adalah,“Kemungkinan esensial tidak menafikan keyakinan ilmiah”
اِنَّ الْأِمْكَانَ الذَّاتِيَّ لاَيُنَافِي الْيَق۪ينَ الْعِلْمِيَّ
Misalnya, kita meyakini bahwa Danau Barla[1] dipenuhi air dan tetap pada posisinya. Hanya saja secara esensial kemungkinan danau itu menjadi surut dan mengering. Tetapi karena hal itu tidak berdasarkan kepada indikasi-indikasi, maka hal itu tidak bisa disebut dengan “ kemungkinan logis”, sehingga tidak ada keraguan terhadap danau tersebut. Karena dalam Ilmu Ushuluddin Juga ditetapkan kaidah, لاَعِبْرَةَ لِلْأِحْتِمَالِ غَيْرِ النَّاشِئِ عَنْ دَل۪يلٍ “Kemungkinan yang tidak bersumber dari bukti atau dalil tidak dapat dijadikan sebagai acuan”. Artinya, kemungkinan esensial yang tidak timbul dari suatu indikasi tidak dapat menjadi “ kemungkinan logis”, sehingga menimbulkan keraguan dan tidak perlu diperdulikan. Orang malang yang terkena tipu muslihat setan mengira bahwa dirinya kehilangan keyakinannya terhadap hakikat-hakikat keimanan disebabkan oleh imkan dzati. Misalnya, terlintas dalam benaknya banyak kemungkinan esensial yang terkait dengan kemanusian Nabi SAW, tidak membahayakan kebenaran imannya dan keyakinannya. Namun, dia mengira bahwa itu telah membahayakan imannya, sehingga dia terjerumus dalam bahaya.
Kemudian, dibeberapa waktu setan membisikkan perkataan-perkataan buruk tentang Allah dengan “bisikannya”[2] yang muncul dari hati (Lummah syataniyah). Orang itu mengira hatinya rusak sehingga muncul darinya perkataan seperti itu. Ia pun panik, terguncang, dan mengalami ketakutan. Padahal perasaan panik, guncang, takut, dan tiadanya kerelaan diri padanya merupakan indikasi bahwa kata-kata itu tidak bersumber dari hatinya. Tapi ia berasal dari bisikan setan, atau setanlah yang mengingatkannya dan mengkhayalkannya.
Lalu, pada diri manusia ada beberapa perasaan halus(lathifah) yang saya tidak bisa mendefinisikannya, karena perasaan tersebut tidak tunduk pada ikhtiyar dan kehendak dan tidak bisa dikendalikan. Oleh karena itu manusia tidak bertanggung jawab atas perasaan tersebut. Terkadang perasaan halus tersebut mengendalikannya, tidak mempedulikan kebenaran dan tidak pula menyimaknya, serta suka menyusup ke berbagai hal yang salah. Maka saat itulah setan membisikkan kepada orang tersebut: “Potensi kapasitas kemampuanmu tidak
[1] Danau yang terletak di distrik Isparta
[2] Dalam al-Mu’jam al-Kabiir karya al-Thabrani, hadis nomor 8532, “.. ketahuilah, sesungguhnya raja memiliki bisikan dan setan pun memiliki bisikan. Bisikan raja adalah pengayoman bagi kebaikan, sedangkan bisikan setan adalah pengayoman bagi keburukan.”Lihat 9/101.
92. Page
sesuai dengan kebenaran dan keimanan, sehingga kamu tanpa sadar mulai melakukan hal-hal yang bathil seperti ini. Jadi ketetapan takdirmu telah membuatmu menderita dan sengsara.”Maka orang malang itu jatuh ke dalam keputus-asaan dan ia pun binasa. Demikianlah benteng paling kokoh bagi orang beriman dalam menghadapi muslihat-muslihat setan, yang pertama adalah hakikat keimanan dan ayat-ayat muhkamat al-Quran, yang batas-batasnya telah ditetapkan melalui aturan-aturan yang disusun oleh para ulama ahli tahqiq yang tulus. Adapun benteng orang beriman dalam menghadapi muslihat setan yang terakhir adalah memohon perlindungan kepada Allah (isti’adzah) dan bersikap tidak memperdulikannya. Sebab, setiap kali manusia memperhatikannya, maka (muslihat-muslihat) itu menjadi menarik perhatian, membesar, menggelembung, dan membengkak. Obat maknawi bagi luka-luka spiritual orang beriman seperti ini adalah sunnah saniyyah.
Isyarat Ketujuh:
Pertanyaan: Para tokoh Mu’tazilah tidak menisbatkan penciptaan kekufuran dan kesesatan kepada Allah SWT, sebab mereka meyakini bahwa mengadakan (ijad) keburukan adalah suatu keburukan. Seolah-olah dengan demikian mereka mensucikan Allah. Mereka menempuh kesesatan ketika mengatakan,
( إن الانسان خالق لأفعاله).
“Manusia adalah pencipta perbuatannya sendiri”
Mereka juga berpendapat, seorang mukmin yang melakukan dosa besar telah hilang imannya, karena meyakini Allah dan membenarkan adanya neraka tidak sejalan bersamaan dengan berbuat dosa tersebut. Sebab, orang yang mampu menjaga dirinya dari setiap hal yang bertentangan dengan hukum karena takut pada penjara sementara di dunia, jika ia melakukan dosa besar, seakan-akan dia tidak peduli serta mengabaikan siksa neraka dan murka Sang Penciptanya, tentu hal itu menunjukkan ketiadaan imannya.
Jawaban: Jawaban untuk bagian pertama adalah: Sebagaimana telah dijelaskan dalam Risalah Takdir[1] bahwa penciptaan (ijad) keburukan bukanlah suatu keburukan; namun mengupayakan (kasb) keburukan adalah keburukan. Karena, penciptaan dan pengadaan tergantung pada keseluruhan hasil. Sebab, adanya satu keburukan bisa menjadi pendahuluan bagi banyak perkara kebaikan, sehingga penciptaan keburukan tadi menjadi kebaikan dilihat dari hasilnya, dan dihitung sebagai kebaikan. Misalnya, api memiliki ratusan hasil kebaikan. Namun, jika ada seseorang menggunakannya dan menjadikannya suatu keburukan bagi dirinya sendiri, lantas dia tidak bisa mengatakan bahwa penciptaan api ini adalah suatu keburukan.
Demikian pula halnya, pada penciptaan setan terdapat hasil-hasil yang memiliki hikmah seperti naiknya dan terangkatnya manusia ke derajat yang tinggi. Tetapi, dengan pilihan buruk ( su’i ikhtiyar) dan upayanya sendiri ( kesb), ia dikalahkan oleh setan, dengan ini ia tidak bisa mengatakan bahwa penciptaan setan adalah sebuah keburukan. Bahkan, dia dengan upayanya sendiri menjadikan keburukan bagi dirinya sendiri.
[1] Yakni Kalimat Ke-26 yang terdapat dalam kumpulan al-Thalasim
93. Page
Adapun usaha (kasb), karena merupakan tindakan langsung parsial, maka ia menjadi sarana untuk keburukan parsial tersebut, sehingga usaha ini menjadi sebuah keburukan. Sementara penciptaan (ijad), karena terkait dengan keseluruhan hasil, maka penciptaan keburukan bukanlah sebuah keburukan, bahkan itu merupakan kebaikan.
Demikianlah, karena Mu’tazilah tidak memahami rahasia ini, mereka pun mengatakan, “Penciptaan keburukan adalah keburukan dan kejahatan.” Mereka tidak menisbatkan penciptaan keburukan kepada Allah SWT, agar menyucikan-Nya, sehingga mereka terjerumus ke dalam kesesatan. Mereka mentakwilkan pilar keimanan, “Takdir baik dan buruk berasal dari Allah”
Adapun jawaban dari pertanyaan, “Bagaimana orang yang melakukan dosa besar bisa tetap beriman?” adalah sebagai berikut:
Pertama: Kesalahan mereka telah dijelaskan dalam isyarat-isyarat sebelumnya dan tidak perlu dipaparkan lagi di sini.
Kedua: Diri manusia lebih memilih satu gram kenikmatan yang dapat dirasakan sekarang daripada satu kwintal kenikmatan gaib yang tertunda. Begitu pula, ia lebih takut dan lebih menghindari diri dari tamparan peringatan sekarang dibandingkan ketakutannya terhadap siksaan satu tahun di masa yang akan datang.
Kemudian, jika emosi dan hasrat perasaan telah mendominasi manusia, maka ia tak peduli dan tak mau tunduk pada pertimbangan akal. Ia pun dikendalikan oleh hawa nafsu dan ilusinya (wahm). Ia lebih mengutamakan kenikmatan sekarang yang minim dan buruk dibanding imbalan besar dan melimpah di waktu yang akan datang. Ia lebih menghindari dirinya dari sedikit kesulitan yang dialami sekarang daripada siksa besar yang ditangguhkan. Karena ilusi, hawa nafsu, hasrat, emosi, dan hasrat perasaan, tidak mau melihat masa depan, bahkan menolaknya. Jika jiwa telah mendukungnya, maka akal dan hati yang merupakan tempat iman akan diam, hingga keduanya terkalahkan. Jadi, perbuatan dosa besar tidak timbul dari tiadanya iman, tetapi muncul dari terkalahkannya akal dan hati disebabkan dominasi emosi, hasrat perasaan, hawa nafsu, dan ilusi, atas keduanya ( akıl ve kalb).
Kemudian, jalan kejahatan dan hawa nafsu –sebagaimana telah dijelaskan dalam isyarat-isyarat sebelumnya –mudah sekali untuk dilalui, karena ia merupakan peruntuhan dan penghancuran. Untuk itu setan-setan dari kalangan jin dan manusia dapat menggiring umat manusia ke jalan itu dengan mudah dan gampang.
Hal yang sangat menakjubkan adalah seperti yang dijelaskan dalam hadist mulia “ cahaya yang sekecil sayap lalat dari alam baqa lebih penting daripada kenikmatan yang dia rasakan selama kehidupannya di dunia.”
Namun aneh sekali, sebagian manusia malang lebih mengutamakan kenikmatan sekecil sayap lalat dunia fana itu daripada kenikmatan alam keabadian yang besar (akhirat).
94. Page
Dan mereka mengikuti langkah-langkah setan. Oleh karena itu, dengan rahasia inilah al-Quran al-Hakim mendorong orang-orang mukmin menjauhi dosa secara berulang-ulang dan konsisten, kemudian mengajak mereka menuju kebaikan.
Bimbingan al-Quran al-Hakim yang intensif dengan pengulangan membuatku berpikir suatu hari bahwa banyaknya Peringatan dan teguran ini menunjukkan pada kaum mukmin bahwa mereka tidak mempunyai keteguhan hati dan keikhlasan, serta menempatkan manusia pada posisi tidak sesuai dengan kemuliaannya. Karena, sekali saja perintah diterima oleh seorang pegawai dari atasannya untuk menunjukkan kepatuhannya, seandainya atasannya mengulang-ulang perintah itu hingga sepuluh kali, niscaya itu akan membuat sang pegawai kesal, dan berkata kepada (atasannya), “Engkau mencurigaiku padahal saya bukan pengkhianat. ”sementara itu, al-Quran Hakim selalu mengulang-ngulang perintah-perintah-Nya kepada orang beriman yang ikhlas.
Saat pemikiran ini mengusik benakku, ada dua atau tiga temanku yang tulus dan ikhlas sedang bersamaku. Aku menegur dan mengingatkan mereka berulang-ulang kali agar mereka tidak tertipu oleh muslihat setan, namun mereka tidak menunjukkan kekesalan atas hal ini. Tidak seorang pun dari mereka mengatakan, “Anda mencurigai kami?” Tapi saya mengatakan dalam hati, “Sebenarnya aku telah melukai perasaan mereka dengan peringatan yang kusampaikan secara terus-menerus selama ini. Aku telah mencurigai bahwa mereka tidak setia, tidak ikhlas, dan tidak teguh pendirian.”
Lalu tiba-tiba tersingkaplah bagiku hakikat yang ditegaskan dan dijelaskan dalam isyarat-isyarat sebelumnya, saya pun mengetahui bahwa gaya al-quran dalam mengulang-ngulang peringatan tersebut sesuai dengan tuntutan keadaan. Hal itu sangat penting dan tidak ada sedikit pun yang berlebihan dan tidak ada kecurigaan terhadap seorang pun. Hal ini adalah suatu hikmah yang sangat bernilai serta menunjukkan betapa tingginya gaya ungkapan al-quran. Dengan demikian aku pun memahami rahasia kenapa mereka tidak kesal dan tersinggung.
Kesimpulan dari hakikat ini adalah:
Disebabkan setan mengarahkan pada penghancuran, oleh karena itu setan selalu menyebabkan banyak keburukan melalui perbuatan yang sederhana, maka orang-orang yang meniti jalan kebenaran dan hidayah perlu ekstra hati-hati, harus memiliki kewaspadaan tinggi, juga perlu diingatkan dan dimotivasi secara berulang-ulang, dan perlu banyak pertolongan. Maka dari itu Allah memberikan pertolongan-Nya kepada ahli kebenaran melalui seribu satu nama dari al-Asma’ al-Husna, mengulurkan ribuan tangan rahmat kepada mereka, serta tidak mencederai kemuliaan mereka, tapi justru melindungi dan menjaganya; tidak merendahkan kedudukan manusia, akan tetapi justru menunjukkan besarnya kejahatan setan.
Wahai ahli haq dan ahli hidayah!
Cara untuk menyelamatkan diri dari muslihat-muslihat setan dari kalangan jin dan manusia adalah menjadikan pandangan ahli haqq, yang merupakan pandangan Ahlussunnah wal Jamaah sebagai markas pertahanan bagi kalian. Dan masuklah ke benteng kokoh al-Quran yang
95. Page
penjelasannya mengandung mukjizat. Serta jadikanlah sunnah Nabi sebagai pembimbing dan penunjuk jalan bagi kalian, niscaya kalian akan selamat!
Isyarat Kedelapan:
Pertanyaan: kalian telah menegaskan pada isyarat-isyarat sebelumnya bahwa banyak manusia meniti jalan kesesatan, karena mudah dilalui, dan karena merupakan penghancuran, melampaui batas, dan kesewenang-wenangan. Sementara di risalah-risalah yang lain kalian menegaskan dengan dalil-dalil yang kuat bahwa di jalan kekafiran dan kesesatan terdapat berbagai persoalan dan kesulitan yang menuntut hendaknya tidak ada seorang pun yang menitinya, dan bahwa tak mungkin melewatinya. Juga bahwa, di jalan keimanan dan hidayah terdapat kemudahan, yang menuntut semua orang melewatinya?
Jawaban: Kekafiran dan kesesatan ada dua jenis. Pertama bersifat praktis (‘amaliyah) dan sekunder (far’iyah). Keduanya merupakan penafian terhadap ketentuan-ketentuan keimanan dan penolakannya. Jenis kesesatan ini mudah dijalani, karena ia merupakan ketidak-sediaan menerima kebenaran, juga pengabaian dan ketiadaan. Jenis inilah yang dijelaskan dalam Risalah al-Nur bahwa ia mudah dijalani. Adapun jenis (kekafiran dan kesesatan) yang kedua adalah yang tidak bersifat praktis dan sekunder, tetapi merupakan hukum kepercayaan (i’tiqadiyah) dan pemikiran (fikriyah). Jenis ini bukan hanya menafikan iman saja, tapi juga menentang keimanan, mengambil arah yang berlawanan dengannya, serta membuka jalan yang menafikannya. Ini merupakan penerimaan terhadap kebatilan dan pengakuan terhadap kebalikan dari iman. Jenis ini bukan hanya penafian dan penolakan terhadap iman saja, tapi juga lawan dari iman dan kebalikannya. Ia bukan sekadar tiadanya penerimaan hingga ia menjadi mudah, tetapi ia merupakan penerimaan terhadap ketiadaan (‘adam). Ia tidak mungkin dapat diterima kecuali dengan mengakui ketiadaan itu sendiri. Sementara mengakui ketiadaan tidaklah mudah dilakukan, sesuai kaidah yang berkata, اَلْعَدَمُ لاَيُثْبَتُ “Ketiadaan tidak dapat ditetapkan”. Apa yang dijelaskan dalam Risalah al-Nur mengenai kekafiran dan kesesatan bahwa ia memiliki berbagai kesulitan dan kerumitan hingga derajat penolakan, itulah yang dimaksud dengan jenis (kekafiran dan kesesatan) ini. Siapa pun yang mempunyai sedikit kesadaran, pemahaman, dan pengertian sebesar zarrah saja pasti tidak akan meniti jalan ini. Kemudian, apa yang ada di jalan ini berupa penderitaan yang mendalam dan kegelapan yang mencekam – sebagaimana telah ditegaskan dibanyak risalah membuat orang yang mempunyai akal seberat zarrah pun pasti tidak akan menempuh jalan ini.
Jika ditanya: Bagaimana kebanyakan manusia melewati jalan seperti ini dengan segala penderitaan, kegelapan dan kesulitan yang ada di dalamnya hingga sebatas ini?
Jawaban: Mereka terjerumus di dalamnya, dan tidak mampu keluar darinya.
Selanjutnya, karena potensi-potensi nabati dan hewani pada manusia tidak bisa melihat akibat yang akan terjadi dan tidak memikirkannya, serta potensi itu menguasai perasaan halus insani yang ada pada diri manusia, maka mereka pun tidak ingin keluar darinya. Mereka terlena dengan kenikmatan temporal yang ada.
96. Page
Pertanyaan: sesungguhnya di dalam kesesatan terdapat berbagai penderitaan dan ketakutan mencekam, yang mestinya membuat orang kafir tidak sudi hidup dengannya, apalagi bersenang-senang menikmatinya. Bahkan, mestinya dia merana dalam penderitaan-penderitaan ini,dan hatinya pun terluka, karena manusia dilihat dari sisi kemanusiaannya selalu merindukan sesuatu sepuasnya serta menyukai kehidupan. Bersamaan dengan itu, dia melihat kematiannya –disebabkan kekafirannya– sebagai ketiadaan abadi dan perpisahan tanpa akhir. Dia juga melihat hilangnya wujud alam semesta dan wafatnya orang-orang yang dikasihinya serta seluruh orang yang disayanginya didepan matanya sebagai bentuk peniadaan dan perpisahan abadi. Lantas bagaimana dia bisa hidup sementara keadaannya demikian? Dan bagaimana dia bisa bersenang-senang serta menikmati kehidupannya?
Jawaban: Dia menipu dirinya sendiri dengan kesesatan setan yang mempesona. Dia hidup, dan mengira dirinya merasakan kenikmatan secara lahiriah. Kami akan menunjukkan esensi kesesatan ini dengan perumpamaan masyhur dan terkenal sebagai berikut: Dikatakan kepada burung unta, “Kamu mempunyai dua sayap, jadi terbanglah kamu.” Namun ia menelungkupkan kedua sayapnya dan tidak mau terbang seraya berkata, “Aku unta.” Tapi ia masuk dalam perangkap pemburu. Ia segera memasukkan kepalanya ke dalam pasir hingga tidak terlihat oleh si pemburu. Hanya saja ia membiarkan tubuhnya yang besar tampak diluar dan membiarkannya menjadi sasaran pemburu. Kemudian pemburu berkata padanya, “Jika benar kamu unta sebagaimana yang kamu katakan, maka angkutlah barang.” Saat itulah burung unta mengepakkan kedua sayapnya seraya berkata, “Aku burung.” Ia pun lepas dari tugas berat mengangkut barang. Tapi ia kini menjadi sasaran para pemburu, tanpa makanan dan pelindung yang menjaganya.
Sebagaimana contoh di atas, orang kafir meninggalkan kekafiran mutlak di hadapan pernyataan-pernyataan samawi al-Qur’an dan jatuh ke kekafiran skeptis. Jika ia ditanya: “Jika Anda percaya bahwa kematian merupakan kepunahan abadi, lantas bagaimana orang bisa hidup sementara tiang gantungan yang akan menghabisinya harus dia lihat dan dia pandang ? Bagaimana dia akan bisa menikmati hidupnya?” Dia pun berkata dengan kebesaran rahmat yang diterimanya dari al-Qur’an dan dari cahaya yang universal, “Sesungguhnya kematian bukanlah kepunahan, mungkin saja ada kekekalan di sana.” Atau, seperti burung unta, dia memasukkan kepalanya ke dalam pasir kelalaian hingga ajal kematian tak melihatnya, hingga kuburan tak memandangnya, dan hingga kesirnaan tak menembakkan anak panah padanya.
Kesimpulan:
Sesungguhnya orang kafir yang bagaikan burung unta ketika melihat kematian dan kesirnaan sebagai ketiadaan disebabkan kekufurannya, beberapa ayat-ayat dari al-Qur’an al-Karim dan kitab-kitab samawi tentang keimanan pada hari akhir memberinya kemungkinan adanya kehidupan setelah kematian. Dia pun berpegang teguh pada kemungkinan itu. Oleh karena itu ia tidak merasakan penderitaan mendalam yang muncul dari kekufusan. Jika dikatakan padanya , “ jika seseorang memang akan berjalan menuju alam keabadian, tentu dia harus menanggung kesulitan beban-beban tugas agama agar dia bisa hidup bahagia dan sejahtera di alam itu,” orang tersebut akan berkata dari sudut pandang kekufuran yang meragu skeptis, “Barangkali tidak ada alam setelah kematian. Mengapa aku harus berbuat demi sesuatu yang
97. Page
tidak ada.” Jadi ketika melepaskan diri dari derita kemusnahan abadi melalui kemungkinan yang diilhamkan dari al-Quran kepadanya. Yakni, ketika dia berhasil melepaskan diri dari derita-derita kemusnahan abadi dari kemungkinan adanya keabadian yang diilhamkan dari hukum al-Qur’an padanya, dia kembali dihadapkan pada berbagai beban tugas agama. Karena itu, dia pun berpegang teguh pada kekafiran dan membebaskan diri dari beban tersebut. Jadi, orang kafir itu mengira bahwa dia dapat bersenang- senang dalam kehidupan ini melebihi orang mukmin dari sudut pandang ini, sebab dia bebas dari beban tugas agama lantaran adanya kemungkinan kekafiran. İa tidak merasakan penderitaan abadi karena adanya kemungkinan keimanan dalam dirinya. Namun, hal tersebut bisikan setan ini sifatnya sangat dangkal dan temporal, serta tidak bermanfaat.
Dengan demikian, alquran memiliki sisi rahmat bagi orang-orang kafir bahwa pada derajat tertentu menyelamatkan mereka, kehidupan dunia mereka tidak menjadi neraka dengan memberikan sejenis keraguan, sehingga mereka hidup dalam kebimbangan. Jika tidak niscaya mereka akan mengalami di dunia ini semacam siksaan neraka di akhirat dan terpaksa bunuh diri.
Wahai ahli iman ...
Masuklah kalian ke dalam pengayoman al-Qur’an yang menyelamatkan kalian dari kepunahan abadi dan dari neraka duniawi serta ukhrawi, dengan beriman kepada Allah SWT dan bersandar kepada-Nya. Dan berpegang teguhlah dalam wilayah sunnah saniyyah Nabi dengan pernuh kepasrahan dan penerimaan, sehingga selamatlah kalian dari derita dunia dan azab akhirat.
Isyarat Kesembilan
Pertanyaan: Mengapa ahli hidayah – yang merupakan tentara Allah, dengan pemuka mereka para nabi, dan yang terkemuka di antara mereka adalah nabi kebanggaan alam semesta, Muhammad SAW - dapat dikalahkan oleh golongan sesat yang mengikuti setan, padahal ahli hidayah mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah ?
Lalu mengapa beberapa kelompok madinah bersikap munafık dan tetap dalam kesesatan, serta enggan untuk mengambil jalan yang lurus (kebenaran), padahal mereka hidup berdampingan dengan Rasulullah yang risalahnya begitu terang seperti matahari? beliau selalu mengingatkan mereka dengan mukjizat al-Quran yang bisa mempengaruhi jiwa layaknya eliksir[1], juga mengajarkan hakikat-hakikat al-Quran yang daya tariknya lebih besar dari daya gravitasi umum di alam semesta, Apa hikmahnya?
Jawabannya: Untuk menjawab dua pertanyaan yang dahsyat ini harus ada penjelasan mengenai suatu asas mendalam, yaitu: Sesungguhnya Tuhan Pencipta alam ini, Yang Maha Agung, memiliki dua bagian dari nama-nama-Nya, yaitu yang agung (jalaliyah) dan yang indah (jamaliyah). Nama-nama yang indah dan yang agung ini menuntut penampakan hukum-hukumnya melalui tajalli-tajalli khusus dan tersendiri. Karena itu, Tuhan Pencipta Maha Agung
[1] Eliksir adalah bahan yang menurut orang-orang dahulu digunakan untuk mengubah logam murah menjadi emas, dan membuat minuman dapat memperpanjang hidup
98. Page
telah mencapkurkan segala sesuatu di alam dengan lawannya, meletakkan masing-masing berhadapan dengan yang lain, dalam kondisi saling menentang dan mendukung satu sama lain, lalu menjadikannya dalam kondisi saling berlomba-lomba yang mengandung hikmah dan manfaat. Selanjutnya, Dia menjadikan segala sesuatu yang berlawanan itu melampaui batas-batas sebagian yang lain. Dia mengadakan perbedaan-perbedaan dan perubahan- perubahan. Dia pun menjadikan alam tunduk pada aturan perubahan dan pergantian pada prinsip kemajuan dan penyempurnaan. Untuk itu, Dia membentuk aturan perlombaan itu dalam bentuk lebih menakjubkan dari yang lainnya khusus pada spesies manusia yang merupakan buah yang menghimpun pohon penciptaan. Dia membuka di hadapannya pintu perjuangan (mujahadah) yang merupakan poros bagi seluruh kemajuan manusia. Dia membekali golongan setan dengan sejumlah perangkat agar dapat berlomba dengan golongan Allah.
Karena rahasia yang sangat halus inilah, maka para nabi dapat dikalahkan berkali-kali di hadapan ahli kesesatan. Sebaliknya ahli kesesatan yang berada dalam kondisi sungguh lemah dan tak berdaya dapat mengalahkan para ahli haqq yang berada dalam kondisi sangat kuat secara maknawi dengan kekalahan temporal, serta mampu melakukan perlawanan terhadap mereka.
Adapun rahasia dan hikmah dari perlawanan yang menakjubkan ini adalah: Sesungguhnya dalam kesesatan dan kekafiran terdapat ketiadaan dan pengabaian. Keduanya mudah sekali, tidak menuntut gerak. Pada keduanya terdapat peruntuhan dan kehancuran, dan ini sangat mudah serta gampang sekali dilakukan, cukup dengan gerakan kecil. Pada keduanya jugat terdapat tindakan berlebihan dan melampaui batas, sebab orang yang bersikap berlebihan dapat memberikan bahaya pada orang banyak hanya dengan tindakan kecil. Maka, ini akan memberi mereka suatu kedudukan disebabkan intimidasi dan kesewenang-wenangan mereka terhadap manusia. Serta di dalam diri manusia terdapat kekuatan nabati dan hewani, yang menginginkan kesenangan dan kenikmatan sekarang yang tidak mampu melihat akibatnya. Dua kekuatan ini (hewani dan nabati) mengalahkan perangkat lunak manusia yaitu akal dan hatinya yang merupakan perasaan utama yang bersifat mempedulikan dampak masa depan dari tugas-tugas kemanusian.
Adapun jalan kelompok yang mendapatkan petunjuk dan jalan mulia para Nabi -terutama para nabi, dan rasul yang merupakan kekasih Rabb semesta alam- terdapat asas-asas penting wujud, kepastian, pemakmuran, perbaikan, pergerakan, keistiqamahan, peduli terhadap dampak kesudahan, ubudiah, serta melemahkan sifat kefir’aunan nafsu amarah yang menyukai kebebasan. Disebabkan inilah orang-orang munafik di Madinah Munawarah pada masa itu menutup mata mereka terhadap matahari yang bersinar terang seperti kelelawar. Mereka tinggal dalam kesesatan dengan dorongan setan sehingga melakukan penentangan terhadap daya tarik hakikat-hakikat yang menakjubkan.
Rasulullah adalah kekasih Rabb semesta alam; karena apa yang dibawanya adalah benar, dan yang disampaikannya adalah hakikat; karena sebagian dari pasukan tentaranya adalah para malaikat; terkadang beliau mampu mengenyangkan satu pasukan penuh dengan hanya satu genggaman air; memberi jamuan makan yang mengenyangkan seribu orang dengan segenggam
99. Page
gandum dan dengan seekor kambing; dan melemparkan segenggam debu kepada pasukan kaum kafir dan debu itu pun masuk ke mata setiap pasukan kafir hingg mereka melarikan diri; maka bagaimana bisa pemimpin rabbani seperti ini, yang memiliki seribu mukjizat, dapat dikalahkan pada penghujung Perang Uhud dan di permulaan Perang Hunain?
Jawaban: Rasul mulia SAW telah diutus kepada umat manusia sebagai teladan, imam, dan pembimbing (mursyid), agar manusia belajar darinya tentang undang-undang kehidupan sosial dan personal, agar mereka terbiasa taat kepada sunnatullah kehendak Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Sempurna, dan supaya mereka bergerak dan bertindak sesuai dengan hikmah- Nya. Seandainya Nabi selalu memperlihatkan hal-hal luar biasa dan mukjizat dalam kehidupan sosial dan personalnya, tidak mungkin beliau menjadi imam mutlak dan mursyid terbesar.
Oleh karena itu dengan rahasia ini, Nabi tidak memperlihatkan mukjizat beliau kecuali pada waktu tertentu ketika beliau membenarkan dakwahnya dan untuk meruntuhkan penolakan dari para kaum yang inkar.
Adapun di seluruh waktu, beliau lebih mematuhi perintah ilahi ketimbang siapa pun. Sebagaimana beliau selalu memperhatikan dan mematuhi hukum kebiasaan yang telah ditetapkan Allah dan sunnah-Nya yang didasarkan pada hikmah rabbani dan kehendak ilahi, beliau juga mengenakan baju besi saat bertempur melawan musuh, memerintahkan pasukan agar masuk kedalam parit serta mengenakan tameng. Beliau juga terkena luka, mengalami kelelahan dan kesulitan. Sehingga beliau dapat menunjukkan perhatian dan ketaatan beliau secara total kepada sunnatullah dan syariat fitriah terbesar di alam raya.
Isyarat Kesepuluh:
Di antara muslihat terbesar iblis adalah meyakinkan orang-orang yang mengikutinya memungkiri keberadaannya. Orang-orang yang pikirannya kacau di masa sekarang ini, apalagi mereka yang pikirannya dipengaruhi filsafat materialisme, merasa ragu, bimbang dan cemas mengenai masalah yang sudah jelas tak perlu bukti ini. Karena itu, kami akan memaparkan beberapa kalimat terkait tipu muslihat setan ini;
Keberadaan roh-roh jahat berbentuk jasmani dari golongan manusia, yang menunaikan tugas setan, diakui secara nyata dan dapat disaksikan. Demikian pula keberadaan roh jahat tanpa tubuh dari golongan jin, juga diakui secara pasti. Seandainya roh ini diberi pakaian fisik, niscaya ia akan menjadi manusia-manusia jahat itu sendiri. Selanjutnya, jika setan-setan manusia – mereka yang berujud manusia – dapat melepaskan tubuh fisik mereka, tentu mereka telah menjadi iblis jin. Atas dasar hubungan yang kuat dan erat inilah, salah satu aliran pemikiran salah berpendapat bahwa roh yang sangat jahat dan kejam, yang terpersonifikasikan dalam wujud manusia, kelak akan menjadi setan setelah kematiannya.
Seperti yang sudah banyak diketahui, rusaknya sesuatu yang berharga lebih besar dari rusaknya sesuatu yang hina tidak berharga. Misalnya, jika susu perahan dan yoghurt mengalami kerusakan, ia masih dapat dikonsumsi. Akan tetapi jika mentega mengalami kerusakan, maka
100. Page
kerusakan, ia masih dapat dikonsumsi. Akan tetapi jika mentega mengalami kerusakan, maka ia tidak dapat dimakan, dan terkadang berubah jadi racun. Demikian pula halnya jika manusia – yang merupakan makhluk paling mulia, bahkan paling utama dan luhur – mengalami kerusakan, maka kerusakannya akan lebih parah dari kerusakan hewan yang busuk. Maka, dia pun membanggakan diri, menikmati kejahatan dan perilaku buruk yang berada dalam kubangan kesesatan seperti serangga menikmati bau busuk dari bahan-bahan yang basi dan menjijikkan. Seperti ular yang menikmati patukan pada hewan lain dengan racun yang disemburkannya. Sementara ia –manusia ini– menikmati tindakan-tindakan membahayakan dan kejahatan- kejahatan yang berada dalam kegelapan kezaliman seakan-akan ia terasuki esensi setan.
Kesimpulan:
Pertama: Dalil tentang adanya setan dari golongan jin adalah adanya keberadaan setan dari golongan manusia berbentuk manusia.
Kedua: Seratus bukti yang kuat seperti yang terdapat dalam “ kalimat ke-29” yang menunjukkan eksistensi malaikat dan alam spiritual, sebenarnya adalah sebuah bukti atas keberadaan setan. Seluruh indikasi, yang dibuktikan berdasarkan seratus dalil meyakinkan tentang adanya makhluk spiritual dan para malaikat dalam Kalimat Ke-29, juga membuktikan adanya setan. Kami merujuk aspek ini ke Kalimat tersebut.
Ketiga: Sebagaimana keberadaan para malaikat –yang berkedudukan sebagai pemeran dan pengawas terhadap undang-undang urusan kebaikan yang terdapat di alam, diakui pasti dan disepakati oleh semua agama. demikian pula keberadaan roh-roh jahat dan setan-setan adalah yang merupakan pelaku urusan keburukan dan agennya langsung, serta yang merupakan pusat aturan-aturan dalam urusan tersebut– juga terbukti pasti dan meyakinkan dari sisi hikmah dan hakikat. Bahkan, keberadaan hijab manusia dalam perkara kejahatan sangat dibutuhkan yang memiliki kesadaran dan pemahaman tentang urusan kejahatan lebih penting lagi. Sebab, seperti yang dijelaskan pada kalimat kedua puluh dua tidak setiap orang bisa melihat kebaikan hakiki pada segala sesuatu. Oleh karena itu, Tuhan Pencipta Maha Agung telah menciptakan satu di antara berbagai perantara lahiriah sebagai hijab bagi urusan yang telah ditetapkannya antara baik dan buruk antara Dia dan urusan-Nya yang tampak kurang atau buruk secara lahiriah; agar tidak ada seorang pun yang menyanggah-Nya, mencurigai rahmat- Nya, mengkritik hikmah-Nya, dan tidak pula mengadu tanpa kebenaran, bahkan agar segala sanggahan, kritikan, dan pengaduan tidak ditujukan kepada Tuhan Pencipta Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana, tetapi ditujukan kepada hijab tadi. Sebagaimana telah kami sebutkan di dalam Kalimat ke-26.
Sebagaimana Allah S.w.t menjadikan sakit sebagai hijāb bagi datangnya ajal dengan maksud untuk menghindarkan malaikat Izrail a.s dari murka orang-orang yang wafat. Demikian pula, Allah menjadikan Izrail sebagai hijāb bagi pencabutan nyawa agar Allah S.w.t tidak menjadi sasaran pengaduan yang bermula dari kondisi yang mengesankan tiadanya rahmat dari-Nya. Demikian pula, hikmah rabbānī lebih sangat memerlukan keberadaan setan agar segala sanggahan dan kritikan yang bermula dari kejahatan dan perbuatan yang merugikan tidak ditujukan kepada Sang Pencipta Maha Agung.
101. Page
Isyarat Kesebelas:
Melalui gaya bahasa yang penuh mukjizat, al-Qur’an Hakim mengungkapkan tentang kemarahan alam semesta terhadap kejahatan ahli kesesatan, juga kebencian unsur alam keseluruhan dan murka semua wujud yang ada kepadanya. Yaitu, (al-Qur’an) menyebutkan tentang angin topan yang menimpa kaum Nuh a.s serta serangan langit dan bumi kepada mereka. Ia mendeskripsikan tentang kebencian unsur udara terhadap kekafiran kaum Ad dan Tsamud, tentang kesigapan unsur air dan laut karena marah kepada kaum Fir’aun, tentang kejengkelan unsur tanah kepada Qarun, serta tentang kemarahan dan kekesalan neraka jahanam kepada ahli kufur sesuai rahasia, “(Neraka) hampir meledak karena marah” (تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ) (al-Mulk [67]: 8). Al-Qur’an Hakim menjelaskan itu semua dan mengumumkannya. Ia menegur ahli kesesatan dan durhaka melalui teguran sangat keras dan dengan gaya bahasa penuh mukjizat.
Pertanyaan: Mengapa perbuatan-perbuatan remeh dan dosa- dosa yang personal seperti yang dilakukan manusia yang tak ada timbangannya tersebut memicu kemurkaan dan kemarahan alam semesta?
Jawab: Kekafiran dan kesesatan merupakan pelanggaran besar dan pengingkaran mengerikan, serta kejahatan kriminal yang berkaitan dengan seluruh maujud yang ada. Itu karena, salah satu tujuan terbesar penciptaan alam adalah ubudiyah manusia, dan penerimaan rububiah ilahi dengan iman dan ketaatan. Sementara orang -orang kafir menolak tujuan mulia tersebut yang merupakan tujuan utama dan keabadian entitas. Tapi ahli kafir , dengan pengingkaran yang tertanam dalam kekafiran mereka, menolak tujuan agung tersebut yang merupakan alasan
102. Page
utama makhluk dan penyebab kebakaannya. Ini merupakan pelanggaran dan pengingkaran terhadap hak-hak seluruh makhluk apa pun.
Mengingat mereka menolak tajalli nama-nama ilahi yang menampakkan tajallinya pada cermin seluruh ciptaan dan yang mengangkat nilai ciptaan dari segi penunaiannya terhadap tugas cermin, maka penolakan mereka ini merupakan penghinaan dan penistaan terhadap nama-nama suci ilahi tersebut. Sebagaimana pula ia merupakan pelecehan perendahan terhadap harkat seluruh ciptaan. dan pelecehan besar padanya.
Selanjutnya, ahli kafir disebabkan kekafirannya, mereka menjatuhkan harkat maujud yang ada, dan menampakannya di posisi makhluk mati yang fana, hina, tanpa makna, dan tanpa tujuan. Padahal setiap maujud yang ada berada pada tingkat suruhan rabbani yang diberi berbagai tugas tinggi dan luhur. Karena itu, sesungguhnya kekafiran dan kesesatan merupakan penghinaan terhadap hak-hak seluruh makhluk apa pun.
Demikianlah, dan karena berbagai jenis kesesatan itu sedikit mau pun banyak sesuai porsinya membahayakan dengan hikmah rabbani dalam penciptaan alam, dan dengan tujuan subhani dalam keabadian dunia, maka alam semesta pun murka jengkel, dan seluruh maujud yang ada marah terhadap ahli durhaka dan ahli kesesatan, serta makhluk-makhluk murka.
Wahai manusia yang malang yang bertubuh kecil namun dosa dan kezalimannya besar dan berbadan kecil, yang dosa dan kezalimannya besar, yang aib dan kesalahannya hebat! Jika engkau ingin selamat dari murka alam semesta dan kemarahan makhluk serta dari murka wujud yang ada, maka titilah jalan keselamatan, yaitu: Masuk ke dalam wilayah al-Qur’an al-Hakim yang suci, dan ittiba’ sunnah saniyyah Rasul yang mulia yang juga merupakan penyampai al-Quran al-Hakim. Maka masuklah dan ikutilah.
Isyarat Kedua Belas:
Isyarat ini berisi empat pertanyaan dan jawaban.
Pertanyaan pertama: Dimana letak keadilan Tuhan ketika Dia memberikan siksaan yang kekal di neraka jahannam sebagai balasan atas dosa-dosa yang terbatas dalam kehidupan dunia yang juga terbatas ?
Jawaban: Telah dijelaskan secara qath’i di dalam isyarat-isyarat sebelumnya di “Isyarat ke-11,” bahwa dosa kekufuran dan kesesatan merupakan kejahatan terbesar, dan merupakan pengingkaran serta pelanggaran tak terhingga terhadap hak-hak makhluk.
Pertanyaan kedua: Telah disebutkan dalam syariat agama bahwa neraka jahanam merupakan balasan (jaza’) atas perbuatan, sementara surga merupakan karunia ilahi (fadhl ilahi). Apa rahasia hikmah ini?
Jawaban: seperti yang telah dijelaskan dalam isyarat-isyarat sebelumnya bahwa manusia merupakan faktor penyebab terjadinya kehancuran besar, keruntuhan yang mengerikan, dan banyak kejahatan dahsyat. Semua ini disebabkan karena melalui kehendak dan parsial yang tak mampu mengadakan, melalui usaha parsial, melalui pembentukan sesuatu yang tidak ada atau
103. Page
hal teoritis, serta melalui pemberian ketetapan padanya. Telah dijelaskan pula(Telah dijelaskan pula) bahwa jiwa manusia dan hawa nafsunya selalu condong pada kejahatan dan bahaya, karena itu dia sendirilah yang harus menanggung keburukan-keburukan yang terjadi akibat usahanya yang sangat parsial. Sebab, jiwanya sendirilah yang menginginkan itu, dan menjadi penyebabnya melalui pengupayaannya. Maka si hamba menjadi seorang pelaku keburukan karena (keburukan) merupakan sesuatu yang tidak ada, dan Allah SWT menciptakan itu untuknya. Karena itu, sudah semestinya ia memikul tanggung jawab dosa yang tak terhingga itu melalui azab yang kekal. Adapun amal kebaikan karena ia bersifat eksis (wujudi), Adapun amal kebaikan , karena ia bersifat eksis (wujudi),maka ia sebenarnya tidak terwujud berkat usaha manusia dan ikhtiar segmental, dan tidak mungkin manusia menjadi pelaku yang hakiki baginya.
Sebab, nafsu ammarahnya tidak cenderung kepada kebaikan-kebaikan, akan tetapi rahmat ilahilah yang menginginkannya, dan qudrat rabbanilah yang mengadakannya, hanya saja dimungkinkan bagi manusia untuk memilikinya dengan iman, hasrat kehendak, dan niat. Setelah manusia memilikinya, maka kebaikan-kebaikan itu menjadi syukur atas nikmat-nikmat ilahi terdahulu yang tak terbatas, yang telah dianugerahkan sebelumnya, seperti nikmat wujud dan iman, dan –syukur itu– kembali kepada nikmat-nikmat terdahulu.
Adapun surga yang akan dinugerahkan sesuai dengan janji Allah, ia akan diberikan berkat karunia rabbani (fadhl rabbani). Ia secara lahiriah merupakan imbalan, tetapi ia pada hakikatnya merupakan karunia.
Jadi, penyebab keburukan-keburukan adalah jiwa, dan (jiwalah) yang berhak mendapatkan hukuman. Adapun kebaikan, maka penyebab dan alasannya sama-sama dari Allah. Hanya saja manusia memilikinya berkat iman. Dia tidak berhak mengatakan, “Aku mencari balasan-Mu,” tapi ia bisa mengatakan, “Aku mengharapkan karunia dan belas kasih-Mu.”
Pertanyaan ketiga: Dari paparan-paparan sebelumnya jelas bahwa kejahatan adalah tindakan yang melampaui batas dan menyebar luas melalui penyebaran, pengingkaran, dan pelanggaran, maka semestinya satu kejahatan dicatat sebagai seribu kejahatan? Adapun kebaikan, karena ia bersifat ada (wujudi), bersifat tunggal tidak berlipat-lipat secara fisik, serta tidak dihasilkan melalui pengadaan hamba dan kehendak jiwa, maka sudah semestinya ia tidak perlu dicatat? Atau mesti dicatat sebagai satu kebaikan saja? Lantas mengapa kejahatan dicatat sebagai satu kejahatan saja, sementara kebaikan dicatat menjadi sepuluh kebaikan dan kadang sampai seribu kebaikan?
Jawaban: Sesungguhnya Allah SWT menampakkan kesempurnaan rahmat-Nya dan keindahan kasih sayang-Nya melalui gambaran ini.
Pertanyaan keempat: Apa yang diperoleh orang-orang kafir berupa keberhasilan dan kesuksesan, dan apa yang mereka tunjukkan berupa kekuatan, serta kemenangan mereka atas ahli petunjuk? itu menunjukkan bahwa mereka bersandar pada kekuatan dan hakikat. Jadi, adakah kelemahan pada ahli hidayah, atau justru ditangan orang kafir terdapat hakikat?
104. Page
Jawaban: Tidak demikian. Tidak ada hakikat pada kaum kafir, dan tidak ada kelemahan pada ahli hakikat. Tapi –patut disayangkan– sebagian kalangan awam, yang berpandangan sempit dan lemah pikir, berada dalam perasaan bimbang dan was-was, sehingga akidah mereka mengalami cacat sebab karena sebuah kaidah yang berbunyi: “Seandainya ahli haqq memiliki kebenaran dan hakikat dengan sebenar-benarnya, niscaya mereka tidak akan mengalami kekalahan. Sebab, hakikat itu kuat, dan kekuatan itu ada pada kebenaran sesuai dengan kaidah pokok, “Kebenaran itu unggul dan tidak dapat diungguli”.
Seandainya orang kafir yang menang dan mendominasi para ahli haqq, itu tidak berada pada memiliki kekuatan yang hakiki dan titik sandaran yang kokoh hakiki, niscaya tidak akan terjadi kemenangan dan keberhasilan sebesar ini?”
Tanggapan: Sebagaimana telah ditegaskan dalam isyarat-isyarat sebelumnya secara tegas bahwa kekalahan ahli hidayah bukan timbul karena tidak adanya kekuatan dan bukan karena mereka tidak memiliki hakikat, juga telah dipastikan dengan sangat meyakinkan dalam isyarat-isyarat tersebut bahwa kemenangan ahli kesesatan bukan berasal dari kekuatan dan kemampuan mereka, serta bukan karena mereka menemukan titik sandaran. Di sini akan dijelaskan muslihat mereka dan sebagian senjata yang mereka gunakan.
Seringkali aku menyaksikan sendiri berkali-kali bahwa sepuluh persen para perusak (ahl al-fasad) bisa mengalahkan sembilan puluh persen orang-orang saleh (ahl al-shalah). Aku pun dibuat bingung oleh hal ini. Setelah memberikan pandangan mendalam padanya, akhirnya aku mengetahui dengan yakin bahwa kemenangan itu tidak berasal dari kekuatan dan kemampuan, tapi timbul dari kerusakan, kehinaan, peruntuhan, dan kehancuran, serta dari kemampuan mereka memanfaatkan perselisihan satu sama lain di antara kalangan ahli haq. Juga, berasal dari benih perselisihan yang mereka tanamkan di antara (ahli haq), dari kemampuan mereka memanfaatkan dan memupuk titik-titik lemah (ahli haq), dari kemampuan mereka memprovokasi emosi-emosi kejiwaan, kedengkian, dan kebencian personal, dari kemampuan mereka mengeksplorasi potensi-potensi buruk yang menyerupai tambang berbahaya di dalam esensi manusia. Dari kemampuan mereka memanfaatkan kefirauan jiwa melalui riya’ atas nama popularitas, kehormatan, keluhuran, dan kemuliaan, serta dari ketakutan manusia semuanya terhadap pemusnahan dan penghancuran atas mereka yang penuh kezaliman dan sewenang- wenang tanpa nurani. Karena itu, mereka dapat mengalahkan dan mendominasi ahli haq secara temporal dengan muslihat-muslihat setan seperti ini. Namun, kemenangan dan dominasi mereka yang temporal ini tidaklah penting dan tak bernilai jika dibandingkan dengan rahasia; “ Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّق۪ينَ” (QS. al-Araf; 7:128) dan prinsip “ Kebenaran itu unggul dan tidak dapat diungguli.” اَلْحَقُّ يَعْلُو وَلاَ يُعْلٰي عَلَيْهِ
(Kemenangan dan dominasi) itu sesungguhnya membuat mereka masuk ke dalam neraka jahanam, serta memberikan surga bagi para ahli haq. Mengingat dalam kesesatan yang tampaknya lemah, seolah- olah mereka memiliki kemampuan, dan orang-orang yang tak diperhitungkan bisa mendapatkan popularitas, maka sebagian orang yang suka pamrih, yang menyembah kemasyhuran dan terpesona olehnya, lantas melakukan tindakan yang menyelisihi
105. Page
para ahli haq agar mereka bisa memperlihatkan kemampuan mereka melalui kerja kecil sehingga mereka mendapatkan kedudukan di masyarakat dengan meneror orang-orang dan menimpakan bahaya pada mereka. Mereka pun menjadi terkenal, dan pandangan masyarakat tertarik pada mereka. Kehancuran dan peruntuhan –yang tidak berasal dari kemampuan dan kuasa, akan tetapi berasal dari pengabaian dan kelalaian mereka terhadap tugas-tugas mereka–lalu dinisbatkan kepada mereka. Mereka disebut-sebut dalam pembicaraan orang. Sampai-sampai ada salah satu contoh kejadian seseorang yang menyukai dan gemar popularitas sengaja mengotori masjid agar orang-orang membicarakan tentang dia. Mereka pun menyebut- nyebutnya, memperbincangkannya, dan mengutuknya. Hanya saja kesukaan dan kegemarannya pada popularitas membuatnya terpesona pada popularitas yang terkutuk ini.
Wahai manusia malang yang diciptakan untuk alam kekal dan yang diuji dengan alam fana ini! Cermati dan pahamilah secara mendalam rahasia ayat:
فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَٓاءُ وَ الْاَرْضُ
“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka.” (Qs. al-Dukhan [44]: 29)
Simaklah dan perhatikan, sesungguhnya ayat yang mulia ini mengumumkan dengan pengertian yang jelas bahwa langit dan bumi –yang memiliki keterkaitan dengan manusia– tidak menangisi jenazah ahli kesesatan. Keduanya justru bergembira atas kematian mereka.
Dari pengertian itui, ayat ini menunjukkan bahwa langit dan bumi menangisi jenazah para ahli hidayah atas kematian mereka, dan tidak ingin berpisah dari mereka. Sebab, alam semesta memiliki hubungan dan keterkaitan dengan ahli iman dan ridha pada mereka, karena mereka mengenal Tuhan Pencipta alam melalui iman, sehingga mereka pun menghargai nilai alam semesta, menghormati dan mencintainya, serta tidak meremehkan atau memusuhinya sebagaimana dilakukan ahli kesesatan.
Wahai manusia, berpikirlah! Sesungguhnya, bagaimana pun engkau akan mati. Namun jika engkau tetap mengikuti hawa nafsu dan setan, maka tetanggamu, bahkan mungkin kerabatmu, akan merasa senang karena mereka terbebas dari kejahatanmu. Namun jika engkau mengikuti al-Qur’an dan kekasih Tuhan seraya mengatakan:
اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّج۪يمِ
” Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
Maka seketika itu langit, bumi, dan makhluk akan bersedih dan menangis atas perpisahanmu –secara maknawi– sesuai derajatmu. Hal itu menunjukkan adanya upacara pemakaman yang luhur, serta iringan besar yang menakjubkan, sehingga begitu engkau tiba di alam keabadian yang engkau masuki dari pintu kubur, akan ada penyambutan yang baik bagimu sesuai derajatmu.
Isyarat Ketiga Belas: Isyarat ini terdiri dari “tiga poin.”
Poin pertama: Sesungguhnya muslihat terbesar setan adalah ia menipu orang-orang yang berdada sempit, dan pendek akal dalam hal pikiran tentang keagungan hakikat keimanan, seraya
106. Page
berujar, “ Bagaimana mungkin kita mempercayai bahwa dzat yang maha esa yang mengatur seluruh urusan atom, planet, bintang dan makhluk-makhluk lainnya? Bagaimana mungkin itu dapat dipercaya dalam hati? Serta bagaimana akal akan menerimanya? Dikatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa Maha Tunggal mengatur seluruh atom, planet, bintang, dan makhluk lainnya dengan semua kondisinya dalam rububiah-Nya. Bagaimana mungkin (kita) membenarkan masalah besar yang menakjubkan seperti ini?! Bagaimana itu dapat tertanam di dalam hati?! Dan bagaimana pikiran dapat menerimanya?!” Dengan cara seperti inilah, setan menimbulkan keraguan dan pengingkaran melalui sisi kelemahan manusia.
Jawaban: Yang dapat membungkam muslihat setan ini adalah rahasia kalimat takbir, “Allahu Akbar,” dan inilah jawaban hakiki atasnya.
Ya, pengulangan “Allahu Akbar” dalam syiar-syiar Islam dimaksud untuk memupus dan menghilangkan muslihat ini. Sebab, kekuatan manusia yang lemah, dan pikirannya yang sempit, dapat melihat hakikat-hakikat besar seperti ini tanpa batas dan membenarkannya dengan cahaya “Allahu Akbar.” Dia mampu mengemban hakikat itu dengan kekuatan “Allahu Akbar,” dan dapat merangkumnya dalam lingkup “Allahu Akbar.” Lalu dia berkata kepada hatinya yang terjebak dalam waswas: Sesungguhnya pengaturan alam ini dan pengelolaannya dengan sangat cermat dan teorganisir dapat disaksikan dengan nyata. Dalam hal ini ada dua jalan:
Jalan pertama: Jalan yang dimungkinkan, tapi sangat besar dan luar biasa. Pada kenyataannya, jejak luar biasa atau ciptaan yang luar biasa tampak begitu jelas hingga batas ini. Ia hadir ke wujud dengan cara sangat menakjubkan. Adapun cara itu adalah penciptaannya melalui rububiah, iradah, dan qudrah Tuhan Yang Maha Esa Tempat Bergantung, yang eksistensi-Nya dapat disaksikan melalui bukti-bukti dengan jumlah makhluk yang ada, bahkan dengan jumlah atom.
Jalan kedua: Yaitu jalan kekufuran dan kemusyrikan, yang sama sekali tidak dimungkinkan, ia tidak dapat dimengerti dan tidak masuk akal dengan segala sisinya. Karena, sebagaimana telah kami tegaskan secara pasti dan meyakinkan di banyak bagian Risalah al-Nur seperti “Maktub ke-20” dan“Kalimat ke-22,” penerimaan jalan ini menuntut adanya uluhiyah mutlak, ilmu menyeluruh, dan kekuasaan yang tiada batasnya di setiap makhluk maujud di antara seluruh maujudat alam semesta,bahkan di setiap atomnya, agar tampil ukiran-ukiran ciptaan yang cermat dan terhiasi dengan aturan dan keteraturan setinggi-tingginya, serta dengan timbangan dan keistimewaan yang sangat cermat dan visualisasi yang dapat disaksikan pada makhluk semesta
Kesimpulan: Jika tidak ada rububiyah yang agung serta betul-betul sangat penting dan layak untuk disembah secara logis, niscaya kita harus mengikuti jalan yang terlarang dan tidak masuk akal dari segala aspeknya. Bahkan tidak mungkin memaksa bahkan setan itu sendiri untuk masuk ke wilayah yang mustahil dan terlarang ini dengan melarikan diri dari keagungan yang semestinya dan layak.
107. Page
Poin kedua: Di antara muslihat setan yang signifikan ialah bahwa ia mendorong manusia untuk tidak mengakui kesalahan dan keterbatasannya hingga tertutup jalan baginya untuk melakukan istiadzah dan istighfar. (Setan) juga terus menimbulkan egoisme jiwa sampai dia selalu membela diri seperti pengacara seolah-olah dia mengkultuskan dirinya dan menyucikannya dari berbagai keterbatasannya.
Ya, jiwa yang dipengaruhi oleh setan tidak ingin melihat kekurangannya. Bahkan, sekali pun ia melihat kekurangan ini, niscaya ia menafsirkannya dengan ratusanseratus tafsir. Karena itu, ia melihatiamemandang dirinya dan amal perbuatannya dengan pandangan cinta seperti yang diungkapkan oleh seorang penyair:
“ Mata cinta terlalu suram untuk melihat kekurangan”.
Maka ia pun tidak melihat aib-aib (diri)nya. Karena ia tidak melihat aib-aibnya, maka ia pun tidak mengakui kekurangannya, tidak beristighfar dari setan; akibatnya ia menjadi bahan permainan setan. Bagaimana ia bisa percaya pada jiwa dan bersandar pada nafsunya, sedangkan seorang nabi besar seperti Yusuf saja pernah mengatakan:
اِن النَّفس لاَ َّمار ٌة بِالسوء اِ َّلاأ ما ر ِحم ر ۪بّي
“Sesungguhnya nafsujiwa itu selalu mendorong kepada keburukankejahatan, kecuali yang dikasihiberi rahmat olehTuhanku.”(Qs. Yusuf [12]: 53)
Sesungguhnya orang yang mencurigai nafsunya dan mewaspadai jiwanya akan mampu melihat kekurangannya, dan orang yang mengakui keterbatasannya pasti akan beristighfar kepada Allah, dan orang yang beristighfar kepada Allah pasti akan beristiadzah kepada-Nya, serta siapa yang beristiadzah kepada-Nya pasti akan selamat dari kejahatan setan.
Merupakan kesalahan terbesar ketika manusia tidak melihat kesalahannya sendiri. Dan orang yang tidak bisa melihat keterbatasan dirinya, itu merupakan aib yang paling hebat. Orang yang mau melihat aib dan kesalahannya akan terhindar dari kesalahan tersebut. Sehingga ketika telah mengakui ia berhak mendapatkan ampunan.
Poin ketiga: Satu di antara muslihat setan yang merusak kehidupan sosial manusia adalah: Setan menutupi seluruh kebaikan orang mukmin dengan satu keburukannya. Maka, orang-orang yang terpengaruh muslihat setan ini secara tidak proporsional akan memusuhi orang mukmin tersebut. Tapi Allah SWT, saat menimbang amal orang-orang yang telah diberi beban kewajiban(mukallaf) di Padang Mahsyar dengan keadilan mutlak dalam timbangan besar-Nya, pasti Dia akan memutuskan sesuai bobot kebaikan atas keburukan. Dan kadang menutupi banyak keburukan dengan satu kebaikan; itu karena, sebab-sebab keburukan dan keberadaannya pun mudah. Jadi, interaksi di dunia ini harus dilakukan sesuai dengan keadilan ilahi itu. Jika kebaikan seseorang lebih berat atas keburukannya secara kuantitas atau kualitas, maka ia layak mendapatkan kecintaan dan penghormatan. Bahkan pandangan terhadap banyak
108. Page
keburukannya harus dilakukan dengan pandangan maaf dan pemakluman demi satu kebaikannya yang bernilai.
Tapi, karena manusia mempunyai titisan kezaliman dalam fitrahnya, juga karena indoktrinasi dari setan, maka ia lupa pada seratus kebaikan seseorang demi satu keburukannya. Dia pun memusuhi saudaranya sesama mukmin, akibatnya ia masuk dalam dosa.
Sebagaimana jika satu sayap lalat diletakkan pada mata, maka ia menutupi pandangannya ke gunung, dan membuatnya tidak dapat melihat gunung itu, demikian pula dengan manusia, dengan titisan kedengkian dan kebenciannya dia menutupi kebaikan- kebaikan saudaranya yang sebesar gunung, dan melupakannya demi satu keburukan yang hanya sebesar sayap lalat. Maka, dia pun memusuhi saudaranya sesama mukmin dan menjadi sarana perusakan dalam kehidupan sosial manusia.
Sesungguhnya setan dengan muslihat lainnya yang mirip dengan muslihat ini, merusak manusia dalam pemikiran manusia yang lurus, merusak pemikirannya tentang hakikat keimanan, dan mereduksi keistiqamahan pikiran. Itu sebagai berikut: yaitu Setan berusaha menghapus ratusan bukti pasti yang menunjukkan kebenaran satu hakikat keimanan dengan satu indikasi yang menunjukkan pada penafiannya. Padahal salah satu kaidah valid menyatakan bahwa, “Satu bukti yang kuat pasti mengalahkan banyak penafian pasti harus dimenangkan atas penafian yang banyak.” Dan bahwa, “keberadaan seorang saksi yang kuat dalam sebuah perkara bisa menjadi pegangan dan bisa mengalahkan seratus orang yang mengingkari dan menolaknya. Pernyataan seorang saksi yang memastikan (kebenaran) suatu masalah tertentu patut dimenangkan atas pernyataan ratusan orang yang menafikannya.” Perhatikan hakikat ini melalui contoh berikut: Ada sebuah istana yang memiliki ratusan pintu yang terkunci. Istana tersebut baru bisa dimasuki dengan membuka salah satu pintu darinya. Masuk ke dalam istana ini dapat dimasuki bila salah satu pintunya bisa dibuka dan pada gilirannya dengan terbukanya pintu tersebut pintu-pintu lainnya juga ikut terbuka. Jika seluruh pintus terbuka kecuali satu atau dua pintunya, maka tidak dapat dikatakan bahwa istana ini tidak dapat dimasuki.
Demikianlah, hakikat keimanan adalah istana tadi, dan setiap dalil merupakan kunci yang menguatkannya, dan yang membuka pintu tersebut. Namun tidak mungkin kosong dari hakikat-hakikat keimanan itu, tidak pula mungkin memungkirinya jika ada satu pintu yang tertutup. Tapi setan – berdasarkan beberapa sebab – memunculkan suatu pintu yang selalu tertutup disebabkan kelalaian atau kebodohan, serta menghilangkan perhatian terhadap seluruh dalil yang mengukuhkan,serta berkata mengatakan, “Tidak mungkin masuk ke istana ini, bahkan ini bukan istana, dan di dalamnya juga tidak ada apa-apa.”
Wahai manusia malang yang diuji dengan muslihat setan, jika engkau mencari keselamatan bagi kehidupan ağama, personal, dan sosialmu, dan engkau menginginkan kesehatan pemikiran, keistiqamahan pandangan, dan keselamatan hati, maka timbanglah amalmu dan bersitanmu dengan timbangan ayat-ayat muhkam al- Quran dan sunnah saniyyah Nabi. Jadikanlah al-Quran al-Karim dan sunnah saniyyah sebagai pembimbingmu untuk selama-lamanya. seraya katakan: اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجيمِ ( “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk”), serta berlindunglah dalam naungan Allah S.w.t.
Isyarat Ketiga Belas ini merupakan tiga belas kunci, maka bukalah pintu benteng yang kokoh dan pertahanan yang tangguh surat: اَسْتَعيذُ بِاللّٰهِ (Aku berlindung kepada Allah):
109. Page
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ
قُلْ اَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ{ مَلِكِ النَّاسِ{ اِلٰهِ النَّاسِ{ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ{ اَلَّذ۪ي يُوَسْوِسُ ف۪ي صُدُورِ النَّاسِ { مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
Ini merupakan surat terakhir dari al-Quran yang bayannya mengandung kemukjizatan, pemberi keterangan rinci: “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk” (اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّج۪يمِ), serta sumber tambangnya. Bukalah pintu ini dengan ketiga belas kunci tersebut, masuklah darinya, dan gapailah keselamatan.
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَٓا اِلَّأ مَا عَلَّمْتَنَٓا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَل۪يمُ الْحَك۪يمُ
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui Maha Bijaksana.” (Qs. al-Baqarah [2]: 32)
رَبِّ اَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاط۪ينِ وَاَعُوذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَحْضُرُونِ
“Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung kepada-Mu ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku.” (Qs. al-Mukminun [23]: 97-98)