NAVIGATION
106. Page
SURAT KEDUA PULUH
باسمه
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ
Dengan Nama-Nya
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (Qs. al-Isra’ [17]: 44)
بسم الله الرحمن الرحيم
لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو حي لا يموت بيده الخير وهو على كل شيء قدير وإليه المصير
Tiada ilah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan pujian, Maha menghidupkan dan mematikan, Ia Maha Hidup dan tidak mati, segala kebaikan berada di tangan-Nya, Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan kepada-Nya jua tempat kembali seluruh makhluk.
Mengulang-ulang kalimat tauhid ini selepas shalat Fajar dan Maghrib memiliki banyak keutamaan. Kalimat ini mengandung tingkatan nama paling agung seperti disebutkan dalam salah satu riwayat shahih. Bacaan ini mengandung sebelas kalimat, setiap kalimat mengandung kabar gembira dan tingkatan tauhid rububiyah. Di dalamnya terdapat agungnya kesatuan (wihdah) dan sempurnanya keesaan (wahdaniyyah), dengan segala rahasia nama paling agung.
Sesuai janji sebelumnya, berikut ini kami sebut katalog dalam bentuk ringkasan secara garis besar yang terdiri dari dua maqam dan sebuah muqaddimah. Penjelasan tentang hakikat-hakikat agung yang luhur ini kami alihkan ke risalah-risalah yang lain.
Muqaddimah
Wahai manusia! Ketahuilah dengan yakin bahwa tujuan penciptaan paling luhur dan hasil fitrah paling mulia adalah beriman kepada Allah. Tingkat kemanusiaan paling tinggi dan maqam insani paling agung adalah ma’rifatullah yang terkandung di dalam keimanan kepada Allah. Kebahagiaan paling memburat terang dan kenikmatan paling lezat bagi manusia dan jin adalah mahabbatullah yang terkandung dalam ma’rifatullah. Kebahagiaan paling suci bagi ruh manusia, dan kesenangan paling jernih bagi hati manusia adalah kenikmatan ruhani yang terkandung dalam mahabbatullah.
Ya, kebahagiaan yang hakiki seluruhnya, suka cita yang tulus, kenikmatan yang lezat, dan kesenangan yang jernih, tak lain dan tak diragukan lagi terdapat dalammakrifat (mengenal) dan mahabbah (mencintai) Allah. Tanpa makrifat dan mahabbah, mustahil ada kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan. Orang yang mengenal dan mencintai Allah akan meraih kebahagiaan, kenikmatan, cahaya, dan kesenangan tak terbatas, baik dengan kekuatan maupun dengan tindakan. Sementara orang yang
107. Page
tidak mengenal-Nya dan tidak mencintai-Nya dengan benar, jelas dia akan tertimpa kesengsaraan, derita dan waham-waham maknawi maupun materi tanpa batas.
Di dunia yang celaka ini, di antara manusia-manusia yang sengsara dan bingung, dan di tengah kehidupan tiada guna, seperti apa kiranya nilai manusia lemah dan malang tanpa pembela, meskipun ia memiliki kekuasaan dunia secara keseluruhan?!
Siapa pun memahami, betapa sengsara dan bingung manusia di dunia yang celaka dan fana ini, dan di antara seluruh jenis makhluk liar, ketika ia tidak mengenali Sang Pemilik hakikinya.
Ketika seseorang menemukan dan mengenali Pemiliknya, saat itu ia akan berlindung kepada rahmat-Nya, bersandar pada kekuasaan-Nya, hingga dunia yang liar ini berubah menjadi tempat menyenangkan, dan menjadi pasar untuk berdagang.
Maqam Pertama
Ini sudah dimuat di dalam “Tongkat Musa,” karena itu tidak dimuat lagi di sini.
Maqam Kedua
Isyarat singkat yang menegaskan tauhid dari sisi Nama paling agung
Kalimat Pertama: La ilaha illallah (لا إله إلا الله)
Kalimat la ilaha illallah mengandung tauhid uluhiyah dan ma’budiyah. Berikut kami isyaratkan hujah yang amat kuat untuk tingkatan kalimat ini:
Di wajah jagad raya ini, khususnya di muka bumi, terlihat kesibukan sempurna dan amat tertata rapi. Kita bisa menyaksikan ciptaan yang benar-benar kokoh, kita bisa melihat karya cipta yang amat sempurna dan tersusun rapi. Artinya, dengan ‘ainul yaqin, kita melihat ciptaan bentuk tertentu segala sesuatu dengan wujud tertentu. Kita juga melihat karunia, kebaikan, dan kenikmatan yang berada di puncak kasih sayang, kemuliaan, dan rahmat.
Dengan demikian, kondisi (hal) dan metode (kayfiyah) ini secara pasti menegaskan keberadaan Zat Maha Berbuat, Maha Pencipta, Maha Pembuat keputusan, dan Maha Pemberi, menegaskan dan mengisyaratkan keesaan-Nya secara wajib.
Lenyapnya semua wujud dan pembaruannya secara berkesinambungan tanpa henti ini memperlihatkan bahwa semua wujud ini merupakan manifestasi nama-nama suci Sang Pencipta Maha
108. Page
Kuasa, bayangan cahaya nama-nama-Nya, jejak-jejak perbuatan-Nya, ukiran serta lembaran pena qadha dan qadar, cermin kesempurnaan-Nya yang indah.
Seperti halnya Pemilik jagad raya ini menjelaskan hakikat besar dan tingkatan tauhid paling tinggi, termasuk semua kitab dan lembaran-lembaran suci yang Dia utus dan Dia turunkan, seperti itu pula para ahli hakikat dan manusia-manusia sempurna juga menjelaskan tingkatan tauhid itu sendiri melalui segala proses tahqiq dan mukasyafah mereka.
Jagad raya pun tidak ketinggalan mengisyaratkan tingkatan tauhid itu sendiri, melalui kesaksian mukjizat-mukjizat penciptaan, kuasa, dan simpanan-simpanan kekayaan tanpa henti yang didapatkan, dengan kelemahan dan kefakirannya.
Dengan demikian, Saksi Azali (Allah) dengan seluruh kitab dan suhuf-Nya, ahli syuhud dengan seluruh tahqiq dan mukasyafah mereka, alam syahadah ini dengan seluruh kondisinya yang tertata dan tersusun rapi, serta hal-ihwalnya yang bijak, semuanya menyepakati tingkatan tauhid ini. Karena itu, siapa yang tidak menerima keberadaan Sang Maha Esa lagi Tunggal ini, terpaksa harus menerima banyak sekali tuhan tanpa batas, atau pasti mengingkari keberadaan-Nya, juga mengingkari jagad raya, seperti penganut faham sophisme yang dungu.
Kalimat Kedua: Wahdahu (وحده)
Kalimat ini secara jelas mengisyaratkan tingkatan tauhid. Berikut ini kami isyaratkan hujah sangat kuat yang menegaskan tingkatan ini di balik gambaran paling agung sebagai berikut:
Setiap kali kita membuka mata dan menerawang jauh di wajah jagad raya, obyek pertama yang terpampang di hadapan pandangan kita adalah aturan yang begitu menyeluruh, indah, dan sempurna, juga neraca yang menyeluruh, amat sensitif dan jeli. Segala sesuatunya berada dalam lingkup aturan yang super-rumit dan diukur dengan neraca serta ukuran yang amat sensitif.
Jika kita mengarahkan pandangan dengan lebih banyak, mata kita akan melihat pengaturan dan pengukuran yang terus diperbarui. Dengan kata lain, satu obyek mengubah aturan tersebut secara tertata rapi dengan sempurna, memperbarui neraca tersebut dengan perhitungan jeli, sehingga segala sesuatunya menjadi model, memberikan wujud sempurna yang teratur dan tertata begitu rapi dalam jumlah yang sangat banyak dan melimpah.
Ketika kita mengarahkan pandangan secara lebih banyak dan lebih banyak lagi, di sana akan tampak sebuah hikmah dan keadilan di balik pengaturan dan pengukuran ini. Kita pasti menyadari bahwa hikmah dan maslahat selalu diperhatikan dalam setiap gerakan. Kebenaran dan manfaat menjadi sasaran.
109. Page
Dan ketika kita lebih memandang dengan lebih jeli dan lebih seksama lagi, fenomena-fenomena kuasa dan manifestasi-manifestasi pengetahuan yang meliputi kondisi segala sesuatu, pasti menarik pandangan kesadaran kita di balik kesibukan yang bijak.
Dengan demikian, aturan dan neraca yang ada di seluruh wujud menampakkan di hadapan mata kita keteraturan dan keseimbangan merata. Keteraturan dan keseimbangan ini menjelaskan hikmah dan keadilan merata. Hikmah dan keadilan ini mengungkap kuasa dan pengetahuan-Nya. Artinya, Zat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha Mengetahui segala sesuatu, terlihat jelas bagi akal di balik hijab dan tirai jagad raya.
Selanjutnya kita menatap ke segala sesuatu dari bagian awal hingga akhirnya, khususnya pada sosok makhluk hidup, kita melihat bagian awal, asal-usul, akar, buah, dan hasilnya diciptakan dalam bentuk seakan benih dan asal-usulnya adalah semacam definisi dan program berisi seluruh perangkat wujud tersebut. Demikian pula makna-makna sosok makhluk hidup tersebut juga terangkum dalam hasil dan buahnya, meninggalkan sejarah hidupnya, dan benihnya seakan itulah asal-usul aturan penciptaannya. Sementara buahnya terlihat laksana indeks perintah-perintah penciptaannya.
Berikutnya kita memandang sisi luar dan dalam wujud makhluk hidup tersebut, kita melihat perilaku-perilaku kuasa yang begitu bijak, kita melihat gambaran dan aturan kehendak yang pasti terjadi. Yakni, kekuatan dan kuasa-Nya menciptakan wujud tersebut, sementara perintah dan kehendak-Nya memberikan bentuk pada wujud tersebut.
Demikianlah, setiap kali kita menatap bagian awal setiap wujud dengan seksama, kita bisa menyaksikan tuntunan-tuntunan pengetahuan, dan setiap kali kita menatap bagian akhir wujud tersebut dengan seksama, kita bisa melihat adanya desain-desain dan penjelasan Sang Pencipta. Setiap kali kita mencermati bagian luarnya dengan seksama, kita menyaksikan sebuah pakaian kreasi yang begitu serasi dan sempurna hasil ciptaan Sang Pelaku dan Maha Berkehendak. Setiap kali kita mencermati bagian dalamnya dengan seksama, kita melihat sebuah mesin canggih yang begitu tertata rapi milik Sang Maha Kuasa.
Kondisi-kondisi seperti ini secara pasti dan otomatis memberitahukan, mustahil jika ada sesuatu, ruang ataupun waktu berada di luar genggaman pengaturan Sang Pencipta Maha Esa. Apa pun dengan spesifikasinya dan segala sesuatu dengan kebersamaan dan segala kondisinya, semuanya diatur dalam genggaman Sang Maha Berkehendak dan Maha Kuasa, semuanya diperindah dengan aturan Sang Maha Pengasih lagi Penyayang, diperindah dengan kelembutan dan kebaikan-Nya, dipoles dengan riasan Sang Maha Penyayang lagi Pemberi.
110. Page
Aturan, neraca, keteraturan, dan pengukuran yang ada di balik jagad raya ini dan di balik semua wujud yang ada, memperlihatkan keberadaan Zat Yang Maha Esa, Tunggal, Kuasa, Berkehendak, Mengetahui, dan Maha Bijaksana dalam tingkatan keesaan bagi siapa pun yang di kepalanya memiliki kesadaran dan memiliki mata di wajah.
Ya, di balik segala sesuatu terdapat keesaan dan kesatuan yang menunjukkan keberadaan Sang Maha Esa.
Contoh: Matahari yang merupakan lampu dunia ini ada satu. Dengan demikian, Pemilik dunia ini Satu. Udara, api, dan air yang merupakan unsur penopang kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi ini, satu. Dengan demikian, Zat yang menggunakan dan menundukkan unsur-unsur tersebut untuk kita Satu.
Kalimat Ketiga: La syarika lahu (لا شريك له)
“Mauqif Pertama” dari “Kalimat Ketigapuluh Dua” telah menegaskan kalimat ini dengan kuat, terang dan berkilau. Karena itu, kami alihkan penjelasan bagian kalimat ini ke mauqif yang dimaksud, mengingat penjelasan di sana sudah final, tidak lagi memerlukan penjelasan yang lebih baik dari penjelasan tersebut.
Kalimat Keempat: Lahul mulku (له الملك)
Artinya, semua wujud mulai dari serangga hingga ‘Arsy, dari tanah hingga bintang Kartika, dari atom hingga bintang-bintang yang beredar, dari azali hingga abadi, bumi dan langit, dunia dan akhirat, semua ini adalah milik Allah. Allah memiliki tingkatan kekuasaan terbesar dalam wujud tauhid paling agung.
Sebuah hujah di antara sekian banyak hujah tingkatan kekuasaan terbesar dan maqam tauhid paling agung ini terlintas di benak saya yang lemah ini pada waktu yang lembut, dalam lintasan fikiran yang lembut, dalam Bahasa Arab.[1] Karena lintasan fikiran yang lembut inilah, berikut kami tulis kata-kata tersebut dalam Bahasa Arab, selanjutnya kami jelaskan maknanya:
لَهُ المُلْكُ;
لأَنَّ ذاكَ العَالمَ الكَبِيرَ و هذا العَالمَ الصَّغِيرَ، مَصنُوعَا قُدرَتِه و مَكْتُوبَ قَدَرِه
إبْدَاعُه لذلك صَيَّرَه مَسجدًا، إيْجادُه لهذا صَيَّرَه سَاجداً
إنشَائُه لذلك صيَّر ذاك ملكًا، إيجادُه لهذا صيَّره مَملُوكًا
صَنعتُهُ في ذاك تظَاهرتْ كتَابًا، صِبغتُه في هذا تَزَاهرَتْ خِطابًا
[1] Sebelum diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
111. Page
قدرته في ذاك تُظهِر حشمَتَه ()، رحمته في هذا تُنَظِّمُ نعمته
حِشْمتُه في ذاك تَشهد هو الواحدُ، نعمته في هذا تُعلِنُ هو الأحد
سِكَّتُه () في ذاك في الكُلِّ و الأجزَاء، خَاتمُه في هذا في الجسم والأعضَاء
Lahu al-mulku
Karena alam besar dan alam kecil ini adalah ciptaan kuasa dan tulisan takdir-Nya.
Alam besar yang Dia ciptaan itu Dia jadikan masjid, dan alam kecil yang Dia ciptakan itu Dia jadikan hamba yang bersujud.
Alam besar yang Dia ciptakan itu Dia jadikan raja, dan alam kecil yang Dia ciptakan itu Dia jadikan hamba.
Alam besar yang Dia ciptaan itu tampak sebagai kitab, dan alam kecil yang Dia ciptakan itu terlihat sebagai untaian kata-kata.
Kuasa-Nya di balik alam besar itu memperlihatkan keagungan-Nya, dan rahmat-Nya di alam kecil itu mengatur nikmat-Nya.
Keagungan-Nya di alam besar bersaksi bahwa Dia Maha Esa, dan nikmat-Nya di alam kecil memberitahukan bahwa Dia Maha Tunggal.
Stempel-Nya di alam besar ada pada bagian menyeluruh dan juga bagian-bagian terkecil, stempel-Nya di alam kecil ada pada tubuh dan bagian-bagian tubuh ini.
Alenia pertama: “Karena alam besar dan alam kecil ini adalah ciptaan kuasa dan tulisan takdir-Nya.”
Artinya, alam besar yang bernama jagad raya dan alam kecil yang bernama manusia yang merupakan miniatur jagad raya, sama-sama menampakkan bukti-bukti keesaan di penjuru-penjuru langit dan di dalam diri manusia yang tertulis dengan pena kuasa dan takdir.
Ya, ciptaan sempurna yang ada di jagad raya ini contoh-contohnya diciptakan dengan ukuran kecil dalam sosok manusia. Sebagaimana kreasi dalam lingkup besar –jagad raya- bersaksi bahwa Sang Pencipta Maha Esa, demikian pula dengan kreasi mikroskopis lembut dalam diri manusia, juga mengisyaratkan keberadaan Sang Pencipta itu, menunjukkan keesaan-Nya.
Seperti halnya manusia merupakan tulisan rabbani yang sarat akan makna, kasidah kuasa yang teruntai indah, seperti itu juga jagad raya merupakan kasidah takdir yang teruntai indah, ditulis dengan pena takdir yang sama, hanya saja dalam skala yang jauh lebih besar.
Mungkinkah ada intervensi selain Allah Yang Maha Esa lagi Tunggal di balik satu stempel yang dibubuhkan di wajah manusia, juga stempel yang ada pada seluruh manusia dengan tanda-tanda
112. Page
membedakan satu sama lain tak terbatas, juga stempel keesaan yang dibubuhkan di jagad raya di mana seluruh wujud saling membahu, memperkuat, bekerja sama dan saling merangkul satu sama lain?!
Alenia kedua: “Alam besar yang Dia ciptaan itu Dia jadikan masjid, dan alam kecil yang Dia ciptakan itu Dia jadikan hamba yang bersujud.”
Artinya, Sang Pencipta Maha Bijaksana menciptakan alam besar ini dengan indah, ukiran tanda-tanda kebesaran-Nya Dia bubuhkan di sana, di mana Dia menjadikan jagad raya ini sebagai masjid besar. Dia juga menciptakan manusia dengan indah, Dia memberikan akal padanya; sujud kekaguman Dia perintahkan padanya di hadapan mukjizat-mukjizat ciptaan-Nya, di hadapan keindahan-keindahan kuasa-Nya. Dia membuat manusia membaca tanda-tanda kebesaran, Dia ciptakan manusia dengan fitrah seorang hamba yang bersujud di masjid besar ini, seraya menjadikannya sebagai hamba yang beribadah kepada-Nya dengan berserah diri dan tunduk.
Untuk itu, mungkinkah sembahan hakiki untuk para makhluk yang bersujud dan beribadah di masjid besar ini selain Sang Pencipta Maha Esa lagi Tunggal?!
Alenia ketiga:“Alam besar yang Dia ciptakan itu Dia jadikan raja, dan alam kecil yang Dia ciptakan itu Dia jadikan hamba.”
Artinya, Raja pemilik kerajaan itu menciptakan alam besar –khususnya wajah bumi— seakan lingkaran-lingkaran saling merasuk tanpa henti, di mana setiap lingkarannya laksana ladang. Di sana tanaman ditanam dan diketam, hasil-hasil bumi didapatkan di sana dari waktu ke waktu, dari musim ke musim, dari masa ke masa, Dia gunakan kerajaan ini dan Dia atur secara terus menerus tanpa henti, Dia jadikan alam atom yang merupakan lingkaran ladang terbesar di mana di sanalah hasil-hasil amal perbuatan ditanam secara terus-menerus dengan kuasa-Nya, untuk selanjutnya diketam dan dipanen, lalu dikirim dari alam nyata menuju alam gaib, dari lingkup kekuasaan menuju lingkup pengetahuan.
Dia selanjutnya menjadikan wajah bumi –yang merupakan lingkup pertengahan- sebagai ladang pula. Berbagai alam dan segala macam jenis makhluk hidup ditanam dan diketam dari musim ke musim, untuk selanjutnya hasil-hasil maknawi tanaman ini dikirimnya ke alam-alam gaib, akhirat, perumpamaan, dan alam maknawi.
Dia juga memenuhi wajah bumi seratus bahkan seribu kali kebun kecil –yang merupakan lingkup paling kecil– dengan kuasa dan hikmah.
Dari wujud makhluk hidup –seperti pohon atau manusia misalnya, yang merupakan lingkup paling kecil– Dia munculkan hasil seratus kali lebih banyak.
Artinya, Sang Raja pemilik kerajaan ini menciptakan segala sesuatu –yang kecil ataupun besar, menyeluruh ataupun bagian-bagian kecil– sebagai model. Dia rajut semua ciptaan itu dengan ukiran-
113. Page
ukiran baru yang terus berganti dengan ratusan bentuk dan wujud, Dia tampakkan manifestasi nama-nama-Nya dan mukjizat-mukjizat kuasa-Nya.
Dia ciptakan segala sesuatu dalam lingkup kerajaan-Nya seperti lembaran, di setiap lembar Dia tuliskan kata-kata bermakna dengan ratusan bentuk. Di sana, Dia tampakkan tanda-tanda hikmah-Nya, menuntun siapa pun yang memiliki kesadaran dan pemahaman untuk membacanya.
Dia ciptakan alam besar ini laksana sebuah kerajaan, Dia juga menciptakan manusia dengan sempurna, Dia berikan serangkaian perangkat, alat, indera dan perasaan, khususnya jiwa, hasrat, keinginan, kegigihan, dan pengakuan. Dia jadikan si manusia sebagai hamba yang memerlukan Sang Raja di tengah-tengah kerajaan-Nya yang luas ini.
Lantas mungkinkah ada yang mengatur kerajaan ini, menjadi tuan bagi si hamba tersebut selain Sang Pemilik kerajaan di mana seluruh alam mulai dari alam atom hingga lalat adalah kerajaan dan ladang milik-Nya, yang menjadikan manusia yang kecil ini menatap dan menelisik kerajaan besar, sekaligus sebagai petani dan pedagang di sana, sebagai penyeru sekaligus yang memberitahukan keberadaan Sang Pemilik kerajaan, sebagai ‘abid dan hamba di tengah kerajaan ini, sebagai tamu mulia yang terhormat, juga dijadikan sebagai lawan bicara-Nya yang Dia cintai?!
Alenia keempat: “Alam besar yang Dia ciptaan itu tampak sebagai kitab, dan alam kecil yang Dia ciptakan itu terlihat sebagai untaian kata-kata.”
Artinya, ciptaan Sang Pencipta di alam besar ini sarat akan beragam makna, di mana ciptaan ini tampak dalam bentuk buku. Akal manusia menerima perpustakaan hikmah ilmu pengetahuan hakiki dari buku ini. Dia menulis dan mengarang buku jagad raya ini sesuai hikmah itu. Buku hikmah ini sangat terikat kuat dengan hakikat, juga bersumber dari sana, di mana buku hikmah ini telah diberitahukan dalam bentuk al-Qur’an yang merupakan salinan kitab besar yang jelas.
Seperti halnya ciptaan-Nya di jagad raya ini berbentuk buku karena kesempurnaan dan keteraturan yang ada pada ciptaan itu, demikian pula halnya bentuk cap dan ukiran hikmah-Nya pada wujud manusia juga menunjukkan bunga perkataan-Nya.
Artinya, ciptaan tersebut memiliki serangkaian makna, sensitivitas, dan keindahan, di mana seluruh perangkat yang ada di dalam mesin hidup tersebut seakan boleh berbicara, diberinya bentuk cap rabbani dalam format yang paling sempurna, di mana pada bagian kepala materi jasmani tersebut terdapat bunga tutur kata dan pembicaraan maknawi yang gaib dan hidup yang mekar. Allah menganugerahkan serangkaian perangkat dan kemampuan tingkat tinggi dalam kepala manusia sehingga mampu berbicara. Allah mengungkap, mengembangkan, dan meningkatkan perangkat-
114. Page
perangkat serta seluruh kemampuan tersebut ke suatu tingkatan di mana manusia layak menjadi lawan bicara Penguasa Azali.
Dengan kata lain, format rabbani yang ada dalam fitrah manusia merekahkan bunga khitab Ilahi.
Karena itu, mungkinkah ada intervensi dalam penciptaan yang tampak pada semua wujud yang mencapai tingkatan buku hikmah; mungkinkah ada intervensi di balik bentuk cap dalam sosok manusia yang mencapai tingkatan khitab itu selain Sang Maha Esa lagi Tunggal?! Maha Sempurna Allah!
Alenia kelima: “Kuasa-Nya di balik alam besar itu memperlihatkan keagungan-Nya, dan rahmat-Nya di alam kecil itu mengatur nikmat-Nya.”
Artinya, kuasa Ilahi menampakkan keagungan rububiyah di alam besar. Sementara rahmat rabbani mengatur nikmat-nikmat di alam kecil yang berwujud manusia. Dengan kata lain, kuasa Sang Pencipta menciptakan jagad raya ini laksana istana besar yang indah karena kebesaran-Nya, di mana Dia menjadikan matahari laksana lampu listrik super besar, menjadikan bulan seperti lentera, menjadikan bintang-bintang sebagai indah berhias lilin-lilin terang, menjadikan muka bumi sebagai jamuan makan, taman, kebun, tanah terbentang luas, pegunungan, simpanan-simpanan rizki, gunung-gunung dan benteng-benteng, dan seterusnya. Segala sesuatunya yang menjadi keperluan istana agung ini diciptakan dalam skala besar, sehingga secara keseluruhan menampakkan keagungan rububiyah-Nya di balik keindahan dan keelokan, seperti halnya rahmat-Nya juga menganugerahkan berbagai macam nikmat dan karunia pada semua makhluk bernyawa yang indah, bahkan untuk makhluk hidup paling kecil. Semuanya dirangkai dan diperindah dengan beragam nikmat dari ujung kaki hingga ujung rambut, dirias dengan kelembutan dan kemuliaan, memasang lisan kecil tepat di hadapan lisan besar, hingga menempatkan keindahan rahmat tepat berhadapan dengan keagungan kemuliaan si makhluk-makhluk tersebut.
Artinya, ketika makhluk-makhluk besar seperti matahari dan Arsy karena menuturkan dengan lisan keagungan, “Wahai Yang Maha Mulia, wahai Yang Maha Besar, wahai Yang Maha Agung” (Ya Jalil, ya Kabir, ya ‘Adzim) semuanya menyertakan makhluk-makhluk kecil seperti lalat dan ikan bersatu dalam simponi lembut musik besar tersebut seraya menuturkan, “Wahai Yang Maha Indah, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Maha Mulia”(Ya Jamil, ya Rahim, ya Karim), hingga membuatnya kian nikmat terasa.
Karena itu, mungkinkah ada intervensi di balik alam besar dan kecil ini dari sisi penciptaan selain Sang Maha Mulia yang memiliki keindahan, dan Sang Maha Indah yang memiliki kemuliaan?! Maha Sempurna Allah!
115. Page
Alenia keenam: “Keagungan-Nya di alam besar bersaksi bahwa Dia Maha Esa, dan nikmat-Nya di alam kecil memberitahukan bahwa Dia Maha Tunggal.”
Artinya, keagungan rububiyah yang tampak di jagad raya secara keseluruhan menegaskan, menampakkan dan menunjukkan keesaan Ilahi. Demikian pula halnya nikmat rabbani yang memberikan rizki sempurna pada setiap bagian (juz’iyyat) makhluk hidup, juga menegaskan dan menampakkan keesaan Ilahi.
Keesaan, artinya, seluruh wujud yang ada adalah milik seorangWahid (Maha Esa), semuanya akan kembali kepada Wahid, dan semuanya adalah ciptaan Wahid.
Dan kesatuan, artinya, segala sesuatu merupakan manifestasi sebagian besar nama-nama Pencipta segala sesuatu.
Contoh:
Cahaya matahari yang meliputi wajah bumi secara keseluruhan, menampakkan contoh keesaan. Cahaya matahari, kehangatan matahari, dan tujuh warna yang ada di dalam cahaya matahari, juga bayangan cahaya matahari yang tampak pada setiap bagian benda transparan dan di setiap tetes air, semua ini menampakkan contoh kesatuan.
Manifestasi sebagian besar nama-nama Sang Pencipta dalam segala sesuatu, khususnya pada setiap makhluk hidup, terlebih manusia, menampakkan dan menunjukkan kesatuan.
Alenia ini mengisyaratkan bahwa keagungan rububiyah Ilahi yang menjadikan matahari yang besar ini sebagai pelayan, lampu dan penghangat bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi, menjadikan bumi yang besar ini sebagai buaian, kediaman sekaligus kedai, yang menjadikan api sebagai alat pemasak dan pendamping yang siap digunakan di mana pun, yang menjadikan awan sebagai penapis dan penyusu, yang menjadikan gunung-gunung sebagai tempat-tempat penyimpanan, yang menjadikan udara sebagai nafas bagi seluruh makhluk hidup dan kipas angin bagi jiwa, yang menjadikan air sebagai susuan bagi makhluk-makhluk hidup baru yang muncul dalam kehidupan, dan yang membagi-bagikan air kehidupan untuk seluruh makhluk hidup, semuanya menampakkan dan memperlihatkan keesaan Ilahi dengan sangat jelas.
Lantas siapa gerangan selain Sang Pencipta Maha Esa yang menjadikan matahari sebagai pelayan yang ditundukkan untuk para penduduk bumi?!
Siapa gerangan selain Sang Maha Esa lagi Tunggal yang memegang udara dengan tangan-Nya, dan Dia limpahkan banyak sekali tugas pada udara tersebut, Dia jadikan udara sebagai pelayan lembut dengan gerakan cepat dan aktif di muka bumi?!
116. Page
Siapa gerangan selain Sang Maha Esa lagi Tunggal yang mampu menjadikan api sebagai alat pemasak, menjadikan atom api sebesar korek api mampu melahap ribuan ton segala sesuatu?!
Dan begitu seterusnya. Intinya, segala sesuatu, setiap unsur ataupun setiap materi tinggi menampakkan dan memperlihatkan keagungan rububiyah Sang Maha Esa.
Seperti halnya keesaan tampak dan terlihat dari sisi keluhuran dan keagungan, seperti halnya nikmat dan kebaikan memberitahukan keesaan Ilahi dari sisi keindahan dan rahmat karena di dalam tubuh setiap makhluk hidup khususnya manusia, terdapat serangkaian perangkat dan alat yang memahami dan merasakan beragam nikmat tak terbatas, juga menerima dan meminta nikmat-nikmat itu, di mana semua ini menampakkan manifestasi seluruh nama-nama Allah yang terlihat di seluruh jagad raya. Seakan jaga raya ini merupakan titik pusat yang menampakkan seluruh al-asma’ al-husna bersamaan dengan cermin esensi nama-nama tersebut, sekaligus menyatakan keesaan uluhiyah melalui cermin tersebut.
Alenia ketujuh: “Stempel-Nya di alam besar ada pada bagian menyeluruh dan juga bagian-bagian terkecil, stempel-Nya di alam kecil ada pada tubuh dan bagian-bagian tubuh ini.”
Artinya, seperti halnya Sang Pencipta memiliki stempel besar di alam besar secara keseluruhan, Dia juga membubuhkan stempel kesatuan pada setiap bagian-bagian terkecil dari alam besar ini.
Seperti halnya Allah membubuhkan stempel keesaan pada raga dan wajah manusia yang merupakan alam paling kecil, seperti itu juga Allah membubuhkan stempel kesatuan pada setiap bagian tubuh manusia.
Sang Maha Kuasa membubuhkan stempel kesatuan pada segala sesuatu, baik obyek-obyek menyeluruh maupun bagian-bagian terkecil, baik pada bintang-bintang maupun atom-atom; stempel yang mengakui dan menunjukkan keesaan-Nya. Hakikat agung ini sudah dijelaskan dengan sangat terang dan pasti di dalam “Kalimat Keduapuluh Delapan” dan “Kalimat Ketigapuluh Dua,” juga pada “Jendela Ketigapuluh Tiga” dari “Surat Ketigapuluh Tiga.” Karena itu, penjelasannya kami singkat sampai sekian saja, dan penjelasan rincinya kami alihkan ke bagian-bagian yang sudah kami sebut tadi.
Kalimat Kelima: Wa lahu al-hamdu (و له الحمد)
Artinya, seluruh kesempurnaan yang ada dalam semua wujud menuturkan pujian dan sanjungan untuk Allah 'Azza wa Jalla. Dengan demikian, segala pujian secara khusus mengarah kepada-Nya. Segala pujian dan sanjungan sejak zaman azali hingga selama-lamanya, yang dituturkan oleh makhluk yang pernah ada hingga makhluk yang akan ada, semuanya secara khusus tertuju kepada
117. Page
Allah, karena segala nikmat, kebaikan, kesempurnaan dan keindahan yang merupakan pemicu pujian, serta segala sesuatu yang mendorong pada pujian, semata milik Allah.
Ubudiyah, tasbih, sujud, doa, pujian dan sanjungan berbagai wujud, semuanya tanpa henti naik ke hadirat Ilahi seperti yang diisyaratkan oleh ayat al-Qur’an.
Berikut ini kami sampaikan sebuah bukti agung yang menegaskan hakikat tauhid ini:
Kala menatap jagad raya, terlihat di hadapan mata kita seakan sebuah taman yang atapnya dihiasi oleh bintang-bintang yang tinggi, buminya dipenuhi oleh tanaman-tanaman berhias indah.
Bintang-bintang tinggi yang tertata rapi dan bercahaya di taman, dan tanaman-tanaman bumi yang berhias indah penuh hikmah ini, masing-masing dengan bahasanya mengatakan: “Kami ini adalah mukjizat-mukjizat kuasa Sang Maha Kuasa, kami bersaksi akan keesaan Sang Pencipta Maha Bijaksana dan Pencipta Maha Kuasa.”
Selanjutnya kita menatap ke bagian atas pepohonan yang ada di taman dan kebun ini, kita melihat buah-buahan dan bunga beraneka ragam bentuk yang diciptakan dengan ilmu, hikmah, kemuliaan, kelembutan, dan keindahan tingkat tinggi. Semuanya memberitahukan secara bersamaan:
“Kami adalah hadiah-hadiah mukjizat, kebaikan-kebaikan yang mencengangkan milik Allah Yang Maha Pengasih yang memiliki keindahan, dan Yang Maha Penyayang yang memiliki kesempurnaan.”
Benda-benda langit dan semua wujud yang ada di taman jagad raya, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang ada di tanam bumi, bunga dan buah tumbuh-tumbuhan yang ada di puncak pepohonan dan tanaman, semuanya bersaksi dan memberitahukan dengan gema memantul:
“Pencipta kami, Pembentuk rupa kami, Maha Kuasa Pemilik keindahan, Maha Bijaksana tanpa tandingan, Maha Mulia yang dermawan, Maha Pemberi rizki yang menghadiahkan kami untuk kalian, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, tak ada sesuatu pun yang terasa berat bagi-Nya, mustahil ada sesuatu berada di luar lingkup kuasa-Nya.
Bagi kuasa-Nya, tak berbeda antara atom dan bintang. Obyek menyeluruh mudah baginya, sama seperti bagian yang paling kecil. Bagian paling kecil bagi-Nya amat bernilai, sama seperti obyek menyeluruh. Obyek terbesar mudah bagi kuasa-Nya, sama seperti obyek paling kecil. Sesuatu yang kecil begitu indah dan menawan, tak ubahnya seperti sesuatu yang besar. Bahkan, obyek kecil dari sisi penciptaan lebih besar dari obyek besar.
Seluruh kejadian masa lalu yang merupakan keajaiban-keajaiban kuasa-Nya bersaksi bahwa Sang Maha Kuasa mutlak itu kuasa untuk menciptakan dan melakukan hal-hal luas biasa yang akan terjadi pada masa depan.
118. Page
Seperti halnya sesuatu yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa depan, seperti itu juga Sang Maha Kuasa yang menciptakan masa lalu ini juga menciptakan masa depan. Pencipta Maha Bijaksana yang menciptakan dunia, juga menciptakan akhirat.”
Seperti halnya sembahan yang sebenarnya hanyalah Sang Maha Kuasa semata, seperti itu juga yang dipuji secara mutlak juga Dia semata. Seperti halnya ibadah hanya khusus untuk-Nya, maka puja dan puji juga khusus untuk-Nya semata.
Lantas mungkinkah kiranya Sang Pencipta Maha Bijaksana yang menciptakan seluruh langit dan bumi ini membiarkan manusia yang merupakan hasil penciptaan langit dan bumi paling penting ini begitu saja tanpa pertanggungjawaban. Mungkinkah membiarkan urusan mereka pada sebab-sebab alam dan kebetulan, mungkinkah hikmah-Nya yang terang dan jelas itu berubah menjadi sia-sia tanpa guna?! Mustahil!
Mungkinkah kiranya Allah Yang Maha Bijaksana lagi mengetahui mengatur dan membentuk pohon dengan penuh perhatian, Dia tata dan kembangkan dengan hikmah, namun Dia abaikan buah yang merupakan tujuan dan manfaat pohon tersebut, sehingga berserakan dan diperebutkan oleh tangan-tangan para pencuri, dan lenyap begitu saja tanpa guna dan tujuan?! Tentu saja mustahil bagi Allah jika tidak menjaga dan memperhatikan, karena penjagaan dan perhatian terhadap pohon tidak lain dimaksudkan untuk buah dari pohon tersebut.
Makhluk yang memiliki kesadaran dan pemahaman di jagad raya ini, yang paling sempurna buah, hasil dan tujuannya, adalah manusia. Lantas mungkinkah Sang Pencipta jagad raya Yang Maha Bijaksana ini menyerahkan pujian, ibadah, syukur dan cinta yang merupakan buah dari hasil ciptaan yang memiliki kesadaran dan pemahaman, kepada makhluk lain, sehingga meruntuhkan dan menyia-nyiakan hikmah-Nya yang terang dan jelas, atau mengubah kuasa mutlak-Nya menjadi kelemahan, atau mengubah pengetahuan-Nya yang meliputi segala sesuatu menjadi kebodohan?! Seratus ribu kali mustahil bagi-Nya!
Mungkinkah ibadah dan syukur yang diperlihatkan oleh makhluk pemilik kesadaran dan pemahaman –di mana mereka adalah inti tujuan rabbani dalam membangun istana jagad raya, khususnya bagi ras manusia yang merupakan pemuka dari seluruh makhluk yang memiliki perasaan dan pemahaman- kepada selain Pencipta istana jagad raya ini sebagai balasan atas segala nikmat dan karunia yang Dia berikan?! Lalu Sang Pencipta itu membiarkan syukur dan ibadah yang merupakan tujuan puncak, diberikan kepada selain-Nya?!
Mungkinkah Rabb yang membuat para makhluk yang memiliki kesadaran dan pemahaman mencintai-Nya melalui beragam nikmat dan karunia tanpa batas, yang memperkenalkan diri melalui
119. Page
mukjizat-mukjizat ciptaan dan kreasi tanpa batas, membiarkan rasa syukur, ibadah, pujian, cinta, pengenalan, dan sanjungan mereka dialihkan pada sebab-sebab dan alam tanpa peduli, sehingga membuka celah bagi hikmah mutlak-Nya untuk diingkari, meruntuhkan wibawa kuasa rububiyah-Nya?! Seratus ribu kali tidak mungkin bagi Allah seperti itu!
Mungkinkah makhluk yang tidak kuasa untuk menciptakan musim semi, tidak mampu menciptakan seluruh buah-buahan, tidak kuasa untuk menciptakan seluruh buah apel yang memiliki stempel sama di seluruh muka bumi ini, mampu menciptakan satu buah apel yang merupakan bentuk miniatur jenis keseluruhan buah ini, lalu memberikan satu buah apel ini pada seseorang sebagai nikmat, lalu ia mendapatkan rasa syukur, dan turut serta mendapat pujian bersama Zat yang dipuji secara mutlak?! Mustahil, karena Zat yang menciptakan satu buah apel, Dialah yang menciptakan seluruh apel di dunia ini, karena stempelnya sama.
Selanjutnya, Zat yang menciptakan apel itulah yang menciptakan seluruh biji dan buah-buahan yang menjadi inti rizki di dunia. Dengan demikian, Zat yang memberikan nikmat kecil pada makhluk hidup paling kecil, Dialah Pencipta jagad raya ini, Dialah Pemberi Rizki semata secara langsung. Untuk itu, syukur dan pujian semata ditujukan kepada-Nya.
Dengan demikian, hakikat jagad raya ini senantiasa menuturkan dengan lisan kebenaran:
له الحمد من كل أحد من الأزل إلى الأبد
“Bagi-Nya segala puji dari segala sesuatu, dari zaman azali hingga selama-lamanya.”
Kalimat keenam: Yuhyi (يحيي)
Artinya, hanya Allah semata yang memberi kehidupan, dengan demikian Pencipta segala sesuatu juga Dia semata, karena ruh, cahaya, ragi, asas, dan hasil jagad raya ini adalah kehidupan. Maka siapa yang memberi kehidupan, Dialah Pencipta seluruh jagad raya ini. Tak dapat diragukan, Dialah yang memberi kehidupan dan Dia Maha Hidup yang tiada pernah berhenti mengurus seluruh makhluk.
Berikut kami sampaikan hujah agung tingkatan tauhid ini:
Seperti yang telah dijelaskan di Kalimat lain, kita menyaksikan pasukan besar makhluk hidup yang mendirikan perkemahan di tengah padang pasir di muka bumi.
Ya, setiap kali musim semi, kita menyaksikan dan melihat pasukan baru bersenjata, di antara pasukan-pasukan Zat Maha Hidup yang tak pernah Berhenti Mengurus seluruh makhluk, dalam jumlah tak terbatas, yang datang dan hadir dari alam gaib. Saat memandang pasukan ini, kita melihat berbagai macam kelompok dengan jumlah lebih dari dua ratus ribu spesies tumbuh-tumbuhan, dan lebih dari seratus ribu spesies hewan. Meski pakaian yang dikenakan setiap kelompok berbeda, seperti
120. Page
itu juga dengan rizki, latihan, pembebasan tugas, persenjataan, dan masa yang dijalani masing-masing berbeda sesuai tuntutan pasukan, namun Sang Panglima Besar dengan kuasa dan hikmah-Nya yang tak terbatas, dengan pengetahuan dan kehendak-Nya yang tanpa akhir, dengan rahmat-Nya yang tiada pernah habis dan simpanan-simpanan karunia-Nya yang tak pernah mengering, memberikan rizki, pakaian, dan persenjataan masing-masing untuk setiap kelompok yang berjumlah lebih dari tigaratus ribu kelompok tersebut pada waktu yang tepat dengan disiplin, dengan takaran sempurna, tanpa melupakan satu pun di antara anggota-anggota sebanyak itu, tanpa mengenakan pakaian secara keliru ataupun bercampur dengan kelompok lain, tanpa terlambat sedikitpun. Masing-masing di antara seluruh pasukan ini diberi latihan tersendiri, dan diberi pembebasan tugas dalam bentuk yang berbeda-beda. Semua ini terlihat jelas di hadapan setiap orang yang memiliki mata melalui penglihatannya, dan dibenarkan secara ‘ainul yaqin oleh siapa pun yang punya hati.
Lantas mungkinkah kiranya selain Pemilik pengetahuan yang meliputi seluruh pasukan dengan segala kondisinya itu, Pemilik kuasa mutlak yang mengatur pasukan dengan seluruh kebutuhan yang diperlukan, ada yang mengintervensi di balik penghidupan, penataan, perawatan, dan pemberian rizki ini, sehingga ia punya andil tertentu di sana?! Ratusan ribu kali mustahil!
Seperti diketahui, jika dalam satu batalion ada sepuluh regu pasukan berbeda, tentu sulit untuk mempersiapkan segala perlengkapan masing-masing regu ini, sesulit mempersiapkan perlengkapan sepuluh batalion. Karena itu, manusia yang lemah ini mau tidak mau terpaksa harus mempersiapkan perlengkapan sepuluh regu pasukan tersebut dengan perlengkapan yang sama. Berbeda dengan Sang Maha Hidup dan tiada pernah berhenti mengurus makhluk, Dia memberikan segala keperluan dan perlengkapan hidup untuk setiap kelompok yang jumlahnya mencapai lebih dari tigaratus ribu kelompok ini –di antara pasukan besar yang ada– tanpa kesulitan apa pun. Semuanya Allah persiapkan dengan mudah, dengan hikmah dan keteraturan. Pasukan besar ini secara bersamaan menuturkan: “Huwa al-ladzi yuhyi” (هو الذي يحيي), Dia-lah yang menghidupkan, dan menjadikan kelompok besar tersebut membaca ayat berikut di masjid jagad raya:
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan
121. Page
di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (Qs. al-Baqarah [2]: 255)
Kalimat Ketujuh: Wa yumit (و يميت)
Artinya, Dialah yang memberi kematian. Seperti halnya Dia yang memberi kehidupan, Dia pula yang mencabut kehidupan itu dan memberikan kematian.
Ya, kematian bukanlah penghancuran, pengrusakan, ataupun pemadaman semata hingga bisa disandarkan kepada sebab-sebab dan dialihkan kepada alam. Seperti halnya benih dan biji-bijian secara kasat mata tampak mati dan rusak, namun ia berubah menjadi kehidupan bulir dari dalam. Artinya, beralih dari kehidupan biji yang kecil menjadi kehidupan bulir yang menyeluruh. Seperti itu juga dengan kematian yang secara kasat mata terlihat sebagai pelepasan dan pemadaman, namun hakikatnya kematian bagi manusia adalah sebuah tanda, pembukaan, dan permulaan kehidupan.
Dengan demikian, Allah Yang Maha Kuasa secara mutlak yang memberikan dan mengatur kehidupan, Dialah yang menciptakan kematian secara pasti.
Berikut ini kami sampaikan sebuah hujah agung tingkatan tauhid agung yang terselip dalam kalimat di atas:
Seperti telah dijelaskan dalam “Jendela Keduapuluh Empat” dari “Surat Ketigapuluh Tiga,” seluruh wujud ini berlaku dan bergerak sesuai kehendak Ilahi. Jagad raya ini berjalan dan berfungsi sesuai perintah rabbani. Makhluk-makhluk ini mengalir di sungai zaman tanpa henti dengan izin Ilahi, dikirim dari alam gaib menuju alam nyata, kemudian diturunkan dari alam gaib secara tertata rapi dan muncul tanpa henti dengan perintah rabbani dari masa depan, selanjutnya melalui masa sekarang dan bernafas di sana, untuk selanjutnya dituangkan ke masa lalu.
Perjalanan seluruh makhluk ini terjadi dengan penuh hikmah dalam lingkup kebaikan dan rahmat, berjalan dengan penuh pengetahuan di dalam lingkup hikmah dan keteraturan. Pergerakan yang amat bijak dalam lingkup kasih sayang keseimbangan ini, sejak awal hingga akhir, berlaku dengan memperhatikan sisi hikmah, maslahat, hasil, dan tujuan.
Dengan kata lain, Allah Yang Maha Kuasa dan Bijaksana tanpa henti memberikan kehidupan untuk serangkaian kelompok-kelompok wujud dengan kuasa-Nya, juga bagian-bagian terkecil yang ada di antara setiap kelompok-kelompok tersebut. Juga memberikan kehidupan kepada seluruh alam yang terbentuk dari kelompok-kelompok tersebut, memberikan tugas untuk mereka jalankan, kemudian
122. Page
setelah itu mereka dibebas-tugaskan sesuai hikmah, dan dimatikan, dikirim ke alam gaib dan dipindahkan dari lingkup kuasa ke dalam lingkup pengetahuan-Nya.
Mungkinkah makhluk yang tak kuasa mengatur jagad raya secara keseluruhan dan dalam saat yang bersamaan, yang kuasanya tidak berlaku sepanjang waktu, tidak kuasa menghidupkan dan mematikan seluruh alam layaknya menghidupkan dan mematikan salah satu makhluk hidup, tidak mampu memberikan kehidupan pada musim semi laksana menghidupkan sekuntum bunga, juga tidak mampu meletakkan kehidupan di bumi, kemudian ia cabut kembali kehidupan itu dengan kematian; mampu menguasai dan memberikan kematian?!
Ya, kematian makhluk hidup paling kecil harus seperti kehidupannya berdasarkan aturan Zat yang seluruh hakikat kehidupan dan seluruh jenis kematian berada di tangan-Nya, juga atas izin, perintah, kekuatan, dan pengetahuan-Nya.
Kalimat Kedelapan: Wa huwa hayyun la yamutu (و هو حي لا يموت)
Artinya, kehidupan-Nya kekal, azali, dan abadi, mustahil terkena kematian, kefanaan, dan ketiadaan, karena kehidupan adalah esensi-Nya. Mustahil ada sesuatu yang bersifat esensi lenyap.
Azali adalah abadi, dan yang sudah ada sejak dulu kala akan tetap bertahan abadi. Zat yang wajib ada jelas sekali kekal selamanya.
Bagaimana mungkin ketiadaan menimpa kehidupan Zat di mana seluruh wujud adalah bayangan dari kehidupan Zat itu sendiri dengan seluruh cahaya-Nya?!
Dari sisi mana pun, mustahil ketiadaan dan kefanaan menimpa Zat yang kehidupan merupakan salah satu keharusan pasti-Nya, dan wujud yang wajib ada sebagai tandanya.
Kehidupan di mana seluruh jenis kehidupan sebagai manifestasi tiada henti bagi kehidupan tersebut dan seluruh hakikat pasti jagad raya bersandar dan bertumpu pada kehidupan tersebut, mustahil mengalami kefanaan dan ketiadaan dari sisi mana pun juga.
Kehidupan di mana segala sesuatu mengalami kefanaan dan ketiadaan menjadi salah satu kilauan manifestasinya, memberikan kekekalan bagi segala sesuatu, menyelamatkannya dari perpecahan, menjaga keberadaannya, dan memberikan keabadian dalam batasan tertentu –maksudnya, sebuah kehidupan yang memberikan kesatuan bagi sesuatu yang banyak, dan menjadikannya abadi, kemudian ketika kehidupan ini lenyap dan terlepas, ia pergi ke alam fana- bisa dipastikan bahwa kefanaan dan ketiadaan tidak mungkin mampu mendekati kewajiban wajib di mana seluruh kilauan hidup tanpa batas tidak lain merupakan salah satu manifestasi kehidupan tersebut.
123. Page
Bukti pasti hakikat ini adalah lenyapnya seluruh wujud. Artinya, seperti halnya semua wujud bersaksi akan kehidupan Zat Yang Maha Hidup yang tidak mati melalui keberadaan dan kehidupan mereka semua, juga menunjukkan wajibnya keberadaan kehidupan tersebut[1] di samping keabadian kehidupan tersebut juga menunjukkan akan kematian dan kefanaan kehidupan seluruh wujud, mengingat setelah semua wujud lenyap, wujud-wujud padanannya muncul, meraih kehidupan, dan menggantikan tempatnya. Ini menunjukkan adanya sebuah kehidupan abadi yang silih berganti tanpa henti menampakkan kehidupan-Nya.
Seperti halnya gelembung air di permukaan sungai yang mengalir menuju arah matahari berkelip kemudian setelah itu lenyap, kemudian gelembung air yang sama muncul memperlihatkan kelipan yang sama, setelah itu disusul kelompok yang sama melakukan hal serupa, dan begitu seterusnya, mereka datang dan pergi, ini menunjukkan keabadian matahari, seperti itu juga kehidupan dan kematian yang silih berganti menerpa semua wujud yang berlalu dan berjalan, juga bersaksi akan keabadian Zat Maha Hidup dan Kekal selamanya.
Semua wujud adalah cermin. Seperti halnya kegelapan adalah cermin bagi cahaya, semakin kelam kegelapan maka cahaya akan semakin terang, seperti itu juga semua wujud menjalankan perang laksana cermin sebanyak bilangan mereka. Sebagai contoh:
Dengan kelemahan yang dimiliki, semua wujud menjalankan peran cermin yang memanifestasikan kuasa Sang Pencipta; dengan kemiskinannya, mereka menjadi cermin yang memanifestasikan kekayaan-Nya; dan dengan kefanaannya, mereka adalah cermin yang memanifestasikan keabadian-Nya.
Kondisi permukaan bumi dan apa pun yang ada di atasnya, seperti pepohonan dan kemiskinannya di musim dingin, dan kekayaannya yang besar dan indah pada musim semi, secara pasti menjalankan fungsi cermin yang memanifestasikan kuasa dan rahmat Zat Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya secara mutlak.
Seluruh wujud seakan memohon kepada Allah dengan bahasa kondisional masing-masing, seperti bisikan Uwais al-Qarni r.a[2] yang menuturkan:
[1] Perpindahan (bukti yang disampaikan) Nabi Ibrahim a.s dari kehidupan dan kematian ke terbit dan tenggelamnya matahari di hadapan Namrud adalah perpindahan dari kehidupan dan kematian yang bersifat parsial ke kehidupan dan kematian yang bersifat universal, serta naik ke atas keduanya, serta menampakkan area paling atas dan paling luas dari dalil itu, bukan meninggalkan dalil tersembunyi serta naik ke dalil lahirian sebagaimana pandangan sebagian ahli tafsir. (Penulis)
[2] Uwais al-Qarni (37 H./657 M.), namanya Uwais bin Amir bin Juz bin Malik al-Muradi al-Qarni az-Zahid, pemimpin para tabi’in, terbunuh dalam perang Shiffin dalam barisan Ali bin Abi Thalib r.a. pada tahun 37 H., masuk Islam di masa Rasulullah Saw., namun karena baktinya kepada sang ibu membuatnya tidak bisa datang menemui Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. memberitahukan tentangnya, juga memerintahkan siapapun di antara para sahabat yang berjumpa dengannya agar memintanya untuk memohonkan ampunan, beliau bersabda, “Dia adalah tabi’in terbaik.” Beliau bersabda kepada Umar bin al-Khaththab, “Sampaikan salamku kepadanya.” Beliau juga bersabda, “Andai ia (Uwais) bersumpah atas nama Allah, tentu Allah tunaikan sumpahnya.”
124. Page
“Duhai Tuhan kami!
Engkau Rabb kami, kami semua hamba-hamba lemah yang tak mampu medidik diri sendiri, Engkaulah yang mendidik kami.
Engkau Sang Pencipta, kami semua makhluk dan ciptaan-Mu.
Engkau Sang Pemberi rizki, kami semua memerlukan rizki-Mu, rizki yang tidak mampu tergapai oleh tangan-tangan kami, Engkaulah yang menciptakan dan memberi kami rizki.
Engkau Maha Raja, kami semua hamba, bukan kami yang mengatur diri kami sendiri tapi selain kami yang mengatur kami, berarti Engkaulah Raja kami.
Engkau Maha Perkasa, Pemilik kemuliaan dan keagungan, sementara kami memandang kehinaan kami, kami melihat pada diri kami terdapat manifestasi-manifestasi kemuliaan, berarti kami adalah cermin-cermin kemuliaan-Mu.
Engkau Maha Kaya secara mutlak, sementara kami ini miskin, kekayaan diantarkan kepada kami namun tangan kemiskinan kami tak mampu menggapainya, berarti Engkau Maha Kaya, Engkau Maha Pemberi.
Engkau Maha Hidup dan kekal abadi, sementara kami ini pasti mati, kami melihat manifestasi-manifestasi Zat Maha Pemberi kehidupan untuk kematian dan kehidupan kami.
Engkau Maha Abadi, kami melihat keabadian-Mu di balik lenyap dan fananya kami.
Engkau Maha memperkenankan permohonan dan Maha memberi, kami semua wujud ini senantiasa memohon dengan bahasa tutur kata dan kondisi kami, kami memohon kepada-Mu dengan sepenuh hati, maka perkenankanlah segala yang kami inginkan, berilah apa yang menjadi tujuan kami, karena Engkau Maha memperkenankan permohonan.”
Seperti itulah semua wujud bagi dari yang terkecil maupun yang menyeluruh, semuanya menjalankan peran cermin dalam bentuk bisikan maknawi seperti yang dituturkan Uwais al-Qarni. Semuanya memberitahukan kelemahan, kemiskinan, dan kelalaian diri, dan dalam saat yang bersamaan memberitahukan kuasa dan kesempurnaan Allah.
Kalimat kesembilan: Bi yadihi al-khair (بيده الخير)
Artinya, semua kebaikan berada di tangan-Nya, seluruh kebajikan ada dalam catatan-Nya, seluruh perlakuan baik ada dalam simpanan rahmat-Nya.
Rasulullah Saw. memberitahukan tentangnya, juga memerintahkan siapapun di antara para sahabat yang berjumpa dengannya agar memintanya untuk memohonkan ampunan, beliau bersabda, “Dia adalah tabi’in terbaik.” Beliau bersabda kepada Umar bin al-Khaththab, “Sampaikan salamku kepadanya.” Beliau juga bersabda, “Andai ia (Uwais) bersumpah atas nama Allah, tentu Allah tunaikan sumpahnya.”
125. Page
Karena itu, siapa yang menginginkan kebaikan, mintalah kepada Allah, siapa yang memohon kebajikan, memohonlah kepada Allah.
Berikut ini akan kami sampaikan salah satu bukti luas dan menyeluruh di antara sekian banyak bukti-bukti pengetahuan Ilahi yang tak terbatas, serta kilauan-kilauan bukti untuk memperlihatkan hakikat Kalimat ini secara pasti. Demikian jelasnya:
Sang Pencipta yang mengatur dan menciptakan apa pun di jagad raya ini dengan perbuatan-perbuatan-Nya, memiliki pengetahuan yang meliputi. Pengetahuan ini bersifat khusus, lazim, dan keharusan bagi Zat-Nya, mustahil jika pengetahuan terpisah dari Zat-Nya.
Seperti halnya mustahil adanya matahari tanpa cahaya, seperti itu juga ribuan kali mustahil jika pengetahuan yang menciptakan semua wujud yang sempurna ini terpisah dari Zat-Nya. Seperti halnya pengetahuan yang meliputi segala sesuatu ini lazim bagi Allah, seperti itu juga pengetahuan ini lazim bagi segala sesuatu dari sisi kaitan. Maksudnya, mustahil ada sesuatu yang tidak Dia ketahui.
Seperti halnya segala sesuatu di bumi ketika dihadapkan ke arah matahari tanpa penutup tidak mungkin tidak berhadapan langsung dengan matahari, maka seribu kali tidak mungkin jika segala sesuatu tertutup dan tidak terkena cahaya pengetahuan Zat Sang Maha Mengetahui, bahkan mustahil, karena di sana ada kehadiran (hudhur), maksudnya segala sesuatu berada di dalam lingkup penglihatan Allah, berada di hadapan-Nya, berada di dalam lingkup kesaksian-Nya, dan Dia memiliki kekuasaan atas segala sesuatu.
Matahari yang merupakan benda mati, manusia yang lemah, cahaya terang yang tidak memiliki kesadaran dan perasaan, juga obyek-obyek lain yang memiliki cahaya menembuskan cahaya pada benda-benda meski tidak sempurna, maka tidak mungkin ada sesuatu pun yang tertutup tanpa terkena cahaya pengetahuan azali yang wajib, esensi, dan meliputi segala sesuatunya. Tidak ada yang berada di luar lingkup pengetahuan-Nya.
Ada serangkaian tanda-tanda tak terbatas di balik jagad raya ini yang mengisyaratkan hakikat ini, karena Zat yang mengatur dengan perhatian, kelembutan, dan kebaikan, tentu Dia Maha mengetahui, dan berbuat berdasarkan pengetahuan.
Seluruh wujud indah yang tertata rapi dan sempurna yang semuanya berada dalam keseimbangan, seluruh kondisi dan bentuk yang seimbang dan sempurna yang seluruhnya berada dalam keteraturan, juga mengisyaratkan pengetahuan yang meliputi segala-galanya itu, karena melakukan pekerjaan secara tertata rapi dan sempurna berdasarkan pengetahuan. Untuk itu, Zat yang bekerja berdasarkan keadilan, neraca, kreativitas, dan keindahan, tentu bekerja berdasarkan pengetahuan yang kuat.
126. Page
Berikutnya, ukuran-ukuran rinci yang tertata rapi yang bisa disaksikan di seluruh wujud, berbagai bentuk rinci sesuai hikmah dan segala maslahat, kondisi-kondisi yang menghasilkan seakan ditata dengan aturan qadha dan jangka lukis takdir; semua ini menunjukkan dan menampakkan pengetahuan yang meliputi segalanya.
Berbagai bentuk yang tertata rapi yang diberikan pada segala sesuatu, bentuk khusus yang patut bagi kepentingan-kepentingan hidup dan keberadaan segala sesuatu, semua ini hanya bisa dilakukan dengan pengetahuan yang meliputi segalanya, mustahil dilakukan dengan cara lain.
Rizki sesuai yang diberikan pada setiap makhluk hidup secara tepat, pada waktu yang tepat, dan dari arah yang tidak diduga-duga; semua ini hanya berlaku dengan pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, karena Zat yang mengirim rizki pasti mengetahui siapa yang memerlukan rizki, pasti mengetahui waktunya rizki diperlukan, pasti mengetahui apa saja keperluannya, selanjutnya Dia berikan rizki itu secara tepat dan sesuai.
Kemudian, kematian dan ajal seluruh makhluk hidup yang bergantung pada aturan tertentu dan tersembunyi di balik pertanda yang tidak diketahui, juga menampakkan pengetahuan yang meliputi, karena meski ajal setiap kelompok makhluk terbatas, namun tetap tidak terlihat secara kasat mata. Ajal setiap kelompok itu telah ditentukan dan dibatasi dengan waktu tertentu di antara dua batas. Maka makhluk yang, dalam perjalanan mendekati ajal ini, menjaga hasil sesuatu itu, buah dan bijinya, di mana tugasnya akan ditinggalkannya di belakang, sementara hatinya menatap kehidupan baru, sepenuhnya menunjukkan pengetahuan yang meliputi segala-galanya.
Selanjutnya, kelembutan-kelembutan rahmat menyeluruh dan meliputi seluruh wujud yang ada, menunjukkan adanya pengetahuan yang meliputi segala sesuatu di dalam lingkup rahmat yang luas, karena Zat yang memberikan susu pada anak-anak kecil seluruh makhluk hidup, menurunkan hujan untuk tumbuh-tumbuhan bumi yang memerlukan air, tentu mengenal betul anak-anak, mengetahui apa saja kebutuhan-kebutuhan mereka, melihat tumbuh-tumbuhan tersebut dan mengetahui seberapa pentingnya hujan baginya, setelah itu Dia kirimkan hujan untuknya.
Seperti itulah seluruh manifestasi rahmat tak terbatas dengan perhatian dan hikmah, menunjukkan adanya pengetahuan yang meliputi segala sesuatu.
Apa yang apa yang ada dalam ciptaan segala sesuatu, berupa perhatian, gambaran-gambaran indah, dan hiasan-hiasanyang dibuat dengan kecakapan sempurna, menunjukkan adanya pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, karena pemilihan penempatannya yang teratur, terhias menawan dan bijak, dan pilihan yang dijatuhkan di antara ribuan situasi lain yang memungkinkan bisa digunakan,
127. Page
semua terjadi karena adanya pengetahuan yang mendalam dan mengakar. Pemilihan semacam ini menunjukkan adanya pengetahuan yang meliputi segala sesuatu.
Berikutnya, kemudahan sempurna dalam penciptaan segala sesuatu menunjukkan adanya pengetahuan sempurna, karena kemudahan dalam segala urusan dan situasi berkesesuaian dengan tingkat pengetahuan dan kemahiran. Semakin tinggi pengetahuan, semakin mudah pekerjaan. Berdasarkan rahasia ini, kita memandang ke semua wujud yang merupakan mukjizat penciptaan, lalu kita melihat semua itu diciptakan dengan sangat luar biasa mudah, tanpa beban berat, tanpa kesulitan, tanpa repot, dalam waktu singkat dan dalam bentuk yang menampakkan mukjizat. Dengan demikian, pasti ada pengetahuan tanda batas untuk melakukan semua ini dengan mudah.
Masih ada ribuan tanda-tanda lain seperti tanda-tanda di atas yang menunjukkan bahwa Zat yang mengatur jagad raya ini memiliki pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, Dia mengetahui segala sesuatu dengan seluruh kondisinya, setelah itu Dia menjalankan peran-Nya.
Mengingat Pemilik jagad raya memiliki pengetahuan seperti ini, Dia tentu melihat manusia dan segala tingkah laku yang mereka lakukan, mengetahui apa yang patut mereka dapatkan, lalu memperlakukan mereka sesuai tuntutan hikmah dan rahmat-Nya.
Karena itu, wahai manusia, sadarlah dan ingatlah akan keberadaan Zat yang mengetahui kondisimu dan melihatmu. Ketahuilah hakikat ini dan sadarlah!
Jika ada yang menyatakan: “Pengetahuan semata tidak cukup, karena kehendak juga penting. Karenanya, pengetahuan tidak cukup tanpa kehendak!”
Jawaban:
Seperti halnya semua wujud menunjukkan adanya pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, semua wujud juga menunjukkan kehendak menyeluruh si pemilik pengetahuan tersebut. Jelasnya:
Bentuk sempurna dan tertata rapi yang diberikan pada segala sesuatu, khususnya setiap makhluk hidup dengan suatu kemungkinan tertentu di antara sekian banyak kemungkinan lain, dengan cara tertentu yang menghasilkan di antara sekian banyak cara lain yang sama sekali tidak membuahkan hasil, dan pada waktu yang tepat di antara seluruh waktu, semua ini menunjukkan dengan alasan tanpa batas keberadaan kehendak menyeluruh, karena bentuk seimbang, wujud yang tertata rapi dengan takaran dan timbangan yang super sensitif yang melaju bak air bah tanpa keseimbangan di jalan-jalan yang mandul dan tidak membuahkan di antara sekian banyak kemungkinan tak terbatas yang meliputi wujud segala sesuatu, secara pasti menunjukkan jejak kehendak menyeluruh, karena memilih tempat tertentu di antara sekian banyak tempat tak terbatas, semata dilakukan berdasarkan pengkhususan, tujuan, dan kehendak.
128. Page
Dengan demikian, pengkhususan mengharuskan adanya sesuatu yang mengkhususkan, penguatan untuk suatu pilihan menunjukkan adanya sesuatu yang menguatkan. Pengkhususan dan penguatan pilihan tidak lain karena adanya kehendak. Contohnya:
Penciptaan makhluk seperti manusia –ibarat mesin yang tersusun dari ratusan perangkat dan alat yang berbeda- dari setetes air, penciptaan burung yang memiliki ratusan bentuk beragam dari sebutir telur sederhana, penciptaan pohon yang mengeluarkan ratusan kelompok biji-biji sederhana, semua ini selain menunjukkan adanya kuasa dan pengetahuan-Nya, juga menunjukkan secara pasti kehendak menyeluruh Sang Pencipta, di mana dengan kehendak ini Allah mengkhususkan hal-hal tertentu untuk suatu makhluk. Dengan kehendak pula, Allah memberikan bentuk dan rupa tersendiri untuk setiap bagian tubuh makhluk tersebut dan mencabut darinya dalam keadaan yang telah ditentukan.
Kesimpulan:
Seperti halnya persamaan bagian-bagian tubuh segala makhluk –seperti hewan misalnya - keselarasan, dan sama-sama menampakkan stempel keesaan dari sisi asas dan hasil secara pasti menunjukkan Pencipta seluruh hewan Maha Esa lagi Tunggal, seperti itu juga beragam bentuk hewan yang berbeda satu sama lain menunjukkan bahwa Sang Pencipta Maha berbuat sesuai pilihan dan Maha berkehendak, melakukan apa pun yang Dia kehendaki, apa pun yang tidak Dia kehendaki tidak Dia lakukan, berbuat dengan tujuan dan kehendak.
Mengingat terdapat banyak sekali petunjuk dan kesaksian akan pengetahuan Ilahi dan kehendak rabbani sebanyak bilangan wujud-wujud yang ada, bahkan sebanyak ihwal seluruh wujud, tidak diragukan bahwa pengingkaran kehendak Ilahi oleh para filosof, pengingkaran takdir oleh sekelompok ahli bid’ah, pernyataan sebagian kalangan sesat bahwa Allah tidak mengetahui bagian-bagian terkecil, mengaitkan wujud-wujud kepada alam dan sebab oleh kalangan naturalis, semua ini dusta sebanyak bilangan wujud yang ada, gila kesesatan sebanyak bilangan ihwal semua wujud, karena siapa pun yang mendustakan kesaksian-kesaksian benar tanpa batas, artinya ia telah melakukan dusta tanpa batas pula.
Perhatikan, seberapa keliru mengucapkan kata-kata berikut dengan sengaja, “Alami, alami,” untuk segala sesuatu yang muncul ke alam nyata berdasarkan kehendak Ilahi, bukannya mengucapkan, “Insya Allah, insya Allah.”
129. Page
Kalimat Kesepuluh: wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir (وهو على كل شيء قدير)
Artinya, tak ada sesuatu pun yang berat ataupun sulit bagi-Nya. Apa pun yang berada dalam lingkup kemungkinan, Allah kuasa untuk mengadakan sesuatu tersebut dengan sangat mudah secara mutlak, seakan semuanya terjadi hanya karena perintah-Nya, berdasarkan rahasia ayat:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka terjadilah ia’. (Qs. Yasin [36]: 82)
Seperti halnya seorang pencipta mahir melakukan suatu pekerjaan dan membuat sesuatu laksana mesin dengan sekedar dipencet saja, dan untuk mengucapkan kecepatan dan kemahiran ini dikatakan, “Pekerjaan dan ciptaan ini bisa dilakukan dengan sekedar memberikan perintah kepadanya, selanjutnya hasil kreasi muncul di alam nyata,” seperti itu pula segala sesuatunya benar-benar tunduk dan patuh pada kuasa Zat Yang Maha Kuasa. Kuasa Ilahi ini menuntaskan segala sesuatu dengan sangat mudah tanpa kesulitan dan tanpa beban berat apa pun. Sebagai isyarat untuk kuasa Ilahi ini, al-Qur’an menuturkan:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka terjadilah ia’. (Qs. Yasin [36]: 82)
Berikut akan kami jelaskan lima rahasia di antara sekian rahasia tanpa batas hakikat agung ini dalam lima poin:
Poin Pertama:
Obyek paling besar, mudah, dan enteng bagi qudrat Ilahi, laksana obyek paling kecil. Menciptakan satu jenis makhluk dengan seluruh bagian-bagiannya mudah sekali bagi kuasa Ilahi, semudah menciptakan satu bagian saja, tanpa kesulitan apa pun.
Menciptakan surga mudah bagi kuasa Ilahi semudah menciptakan musim semi, menciptakan musim semi mudah bagi kuasa Ilahi semudah menciptakan sekuntum bunga.
Seperti telah dijelaskan di bagian-bagian akhir “Kalimat Kesepuluh” yang secara khusus membahas tentang penghimpunan seluruh makhluk, juga di dalam “Rahasia Transparasi,” “Rahasia Perbedaan,” “Rahasia Perbandingan,” “Rahasia Keteraturan,” “Rahasia Kepatuhan,” dan, “Rahasia Kemurnian” yang tertera dalam penjelasan “Asas Kedua” dari masalah penghimpunan seluruh makhluk dalam “Kalimat Keduapuluh Sembilan” yang secara khusus membahas tentang malaikat, penghimpunan seluruh makhluk, dan kekekalan ruh dengan enam contoh yang menyebut bahwa
130. Page
penciptaan bintang-bintang bagi kuasa Ilahi amat mudah sekali semudah menciptakan atom, dan bagian-bagian terkecil tanpa batas diciptakan dengan mudah tanpa kesulitan ataupun beban berat semudah menciptakan satu bagian.
Karena enam rahasia ini sudah dijelaskan dalam kedua Kalimat tersebut, penjelasan rincinya kami alihkan ke bagian-bagian yang dimaksudkan, dan kami akan membahasnya secara singkat saja.
Poin Kedua:
Bukti pasti dan nyata bahwa segala sesuatu sama saja bagi kuasa Ilahi adalah sebagai berikut:
Kita melihat dengan mata kepala bahwa penciptaan hewan dan tumbuh-tumbuhan amat sempurna dan indah dalam lingkup kemurahan hati dan jumlah tanpa batas. Di sana kita bisa melihat perbedaan luar biasa jelas di balik pembauran yang begitu rumit. Padanya terdapat puncak nilai tertinggi dalamkreasi, keindahan, dalam penciptaan, di tengah jumlahnya yang begitu banyak, dan penuh aneka ragam. Kita bisa melihat bahwa hewan dan tumbuh-tumbuhan ini diciptakan sangat mudah dan cepat namun amat indah, meski makhluk-makhluk ini memerlukan banyak sekali perangkat dan waktu lama dalam penciptaan, seakan mukjizat-mukjizat penciptaan ini muncul seketika dan sekaligus ke alam nyata.
Kesibukan-kesibukan kuasa Ilahi yang kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri di setiap musim di seluruh permukaan bumi ini secara pasti menunjukkan bahwa obyek paling besar amat mudah sekali bagi kuasa Ilahi, semudah obyek paling kecil. Menciptakan dan mengatur bagian-bagian kecil tak terbatas begitu mudah bagi kuasa Ilahi, semudah menciptakan dan mengatur satu bagian saja.
Poin Ketiga:
Menciptakan wujud menyeluruh paling besar mudah bagi kuasa Sang Pencipta Maha Kuasa yang menguasai seluruh jagad raya ini dengan segala tindakan dan perbuatan yang kita saksikan, semudah menciptakan bagian paling kecil. Menciptakan wujud menyeluruh yang memiliki banyak sekali bagian begitu mudah laksana menciptakan satu bagian saja, sehingga puncak nilai ciptaan dan kreasi bisa diperlihatkan dalam bentuk bagian yang terkecil. Rahasia hikmah hakikat ini muncul dari tiga sumber:
Pertama, bantuan keesaan (wahidiyyah).
Kedua, mudahnya kesatuan (wahdah).
Ketiga, manifestasi ketunggalan (ahadiyyah).
131. Page
Pertama, bantuan keesaan (wahidiyyah)
Artinya, segala sesuatu milik Sang Maha Esa, dengan demikian Dia mampu untuk mengumpulkan kekuatan segala sesuatu di balik segala sesuatu, mengatur segala sesuatu dengan mudah seakan mengatur satu obyek.
Untuk lebih mudah difahami, berikut kami buatkan sebuah perumpamaan:
Misalkan di suatu negeri ada seorang raja. Raja ini mampu mengumpulkan kekuatan maknawi seluruh pasukan untuk seorang prajurit sesuai aturan kesatuan kerajaan dan kekuasaan. Tidak heran jika seorang prajurit ini mampu menawan seorang raja dan berada di atas tingkatan raja yang ditawan ini atas nama raja yang memerintahkannya.
Seperti halnya si raja tersebut bisa menggunakan dan mengatur seorang prajurit atau petugas berdasarkan rahasia kesatuan kerajaan dan kekuasaan, si raja juga bisa mengatur seluruh pasukan dan petugasnya. Dengan kesatuan kuasa dan kerajaan, si raja seakan bisa mengirim semua orang dan segala sesuatunya untuk membantu seorang prajurit atau petugas tersebut, dan setiap anggota bisa bersandar pada kekuatan laksana kekuatan seluruh anggota.
Artinya, si prajurit bisa mendapatkan bantuan dari seluruh pasukan. Namun ketika ikatan kesatuan si raja terburai dan berubah menjadi kekacauan, saat itu setiap anggota kehilangan kekuatan tanpa batas, si raja jatuh dari kedudukan kekuasaan dan kekuatan yang diincar semua orang, hingga ke tingkatan seorang rakyat biasa, sehingga mengatur dan menggunakan kekuatan setiap individu begitu sulit dan rumit, sesulit mengatur dan menggunakan kekuatan semua individu.
Demikian halnya Allah –dan milik Allah jua perumpamaan yang luhur. Mengingat Pencipta jagad raya ini Esa, Dia menyatukan semua nama yang mengarah kepada segala sesuatu, menciptakan nama-nama yang amat indah dalam bentuk yang amat bernilai. Ketika diperlukan, Dia akan mengarahkan segala sesuatu kepada satu sasaran, memperkuat dan memberikan bantuan pada sesuatu tersebut. Dia bisa menciptakan dan mengatur segala sesuatu laksana menciptakan dan mengatur satu obyek saja berdasarkan rahasia keesaan.
Berdasarkan rahasia bantuan keesaan ini, jagad raya beserta isinya terlihat dalam bentuk yang tinggi dan luhur dari sisi ciptaan, kreasi dan nilai dalam lingkup jumlah yang begitu banyak dan kemurahan tanpa batas.
Kedua, mudahnya kesatuan (wahdah)
Artinya, segala sesuatu yang dikerjakan di satu pusat, dengan satu aturan, dengan satu tangan, dan dengan satu cara, akan bisa diselesaikan dengan sangat mudah. Namun ketika dibagi-bagi ke
132. Page
sejumlah pusat, dengan aturan yang berbeda-beda, dan dikerjakan banyak tangan, tentu akan menimbulkan banyak sekali kesulitan. Sebagai contoh:
Misalkan peralatan-peralatan utama seluruh anggota prajurit dibuat dari satu pusat dengan aturan yang sama, berdasarkan perintah seorang panglima besar, tentu pekerjaan ini akan terasa mudah semudah mempersiapkan perlengkapan seorang prajurit. Namun ketika dibuat di sejumlah pabrik dan di sejumlah pusat perlengkapan, tentu untuk membuat perlengkapan seorang prajurit diperlukan adanya berbagai pabrik dan laboratorium militer layaknya membuat seluruh perlengkapan satu kelompok pasukan.
Dengan demikian, ketika suatu urusan disandarkan pada kesatuan, mempersiapkan perlengkapan sekelompok pasukan akan bisa dilakukan dengan mudah, semudah mempersiapkan perlengkapan seorang prajurit. Jika kesatuan tidak ada, maka untuk mempersiapkan perlengkapan seorang prajurit akan menimbulkan banyak sekali kerumitan, seakan mempersiapkan perlengkapan sekelompok pasukan.
Jika unsur kehidupan sebuah pohon dari sisi kesatuan disandarkan pada satu pusat, satu aturan, dan satu akar, ribuan buah akan dengan mudah diciptakan semudah menciptakan satu buah. Sementara jika setiap buah disandarkan kepada banyak sekali pusat yang berbeda dan unsur-unsur kehidupan pohon disebar ke mana saja, saat itu menciptakan satu buah akan mendatangkan banyak sekali kesulitan laksana kesulitan menciptakan satu pohon utuh, karena unsur-unsur kehidupan penting sebuah pohon secara utuh juga penting bagi setiap buah.
Sama seperti kedua contoh di atas –milik Allah jua perumpamaan yang tinggi- karena Pencipta jagad raya ini satu, maka Dia berbuat dan mengatur segala sesuatunya berdasarkan keesaan. Karena Dia berbuat dan mengatur segala sesuatunya berdasarkan keesaan, maka segala sesuatunya begitu mudah, semudah mengatur satu obyek. Dia mampu menciptakan satu obyek secara indah dan sempurna laksana menciptakan dan menyempurnakan segala sesuatu. Dia menciptakan bagian-bagian segala sesuatu tanpa batas secara indah dan bernilai, menampakkan kemurahan mutlak-Nya, kemuliaan tanpa batas-Nya, dan penciptaan-Nya yang tak berujung yang bisa disaksikan dan dilihat karena begitu banyak tak terbatas.
Sumber Ketiga, manifestasi ketunggalan (ahadiyyah)
Artinya, Sang Pencipta bukanlah materi ataupun jasmani, sehingga tidak terikat oleh ruang dan waktu. Jagad raya maupun ruang tak mampu ikut campur dalam keberadaan-Nya, materi apa pun tak mampu menghalangi perbuatan-Nya, sasaran-Nya tak terbagi, tak ada sesuatu pun yang bisa
133. Page
menghalangi-Nya untuk melakukan atau menciptakan sesuatu lainnya, Dia melakukan perbuatan-perbuatan tanpa batas laksana melakukan satu perbuatan. Seperti halnya Dia memasukkan sebuah pohon besar dalam sebuah benih kecil, seperti itu pula Dia mampu memasukkan sebuah alam dalam satu individu makhluk. Seluruh alam Dia putar dengan tangan kuasa laksana memutar satu individu makhluk.
Berikut akan kami jelaskan rahasia ini seperti yang telah kami jelaskan di risalah-risalah lain:
Seperti halnya bentuk matahari yang bisa dibilang cahayanya tidak terikat karena bisa memantul dalam segala obyek yang berkilau. Misalkan cahaya matahari dipantulkan oleh ribuan atau bahkan jutaan cermin, tentu bayangan yang ada di seluruh cermin tersebut tak terbagi, seakan semua cermin sebanyak itu hanya satu cermin. Jika cermin memiliki kemampuan untuk memantulkan cahaya, bekas matahari yang amat besar itu akan tampak di dalam cermin tersebut, takkan ada sesuatu pun yang menghalangi pemantulan obyek matahari tersebut, jutaan ataupun satu cermin sama saja bagi matahari, sehingga matahari bisa masuk ke ribuan tempat dengan mudahnya laksana memasuki satu tempat saja, dan setiap tempat memantulkan matahari laksana ribuan tempat.
Milik Allah jua perumpamaan nan tinggi, Pencipta jagad raya ini memiliki manifestasi berdasarkan rahasia arah kesatuan seluruh sifat-sifat-Nya yang merupakan cahaya, juga seluruh nama-nama-Nya yang memancarkan cahaya, karena Allah berada di setiap tempat meski Dia tidak berada di mana pun, dan tatapan-Nya tidak terbagi, sehingga Dia melakukan apa pun tanpa susah payah atau kesulitan di semua tempat dalam saat yang bersamaan.
Berdasarkan rahasia “bantuan keesaan,” “rahasia persatuan,” dan “manifestasi kesatuan,” ketika penciptaan seluruh wujud disandarkan kepada satu Pencipta, penciptaan seluruh makhluk tersebut mudah sekali, semudah menciptakan satu obyek, dan setiap wujud memiliki nilai seperti nilai seluruh wujud dari sisi penciptaan, tidak ubahnya keberadaan ciptaan yang begitu detail tanpa batas di setiap individu makhluk maupun di semua makhluk yang begitu banyak tak terbatas menampakkan hakikat ini.
Ketika seluruh wujud tidak disandarkan secara langsung kepada Pencipta yang satu, maka setiap wujud akan memiliki kerumitan sesulit seluruh wujud, dan nilai seluruh wujud akan runtuh pada tingkatan nilai satu wujud, sehingga tidak akan ada sesuatu yang muncul ke alam nyata ini. Jika pun muncul ke alam nyata, pasti tidak punya nilai dan tidak setara dengan apa pun.
Berdasarkan rahasia ini, mengingat para penganut faham sophisme yang merupakan filosof-filosof paling ekstrem yang tidak mau mengakui kebenaran, mereka menatap jalan kekafiran dan kesesatan, mereka mengetahui bahwa jalan kesyirikan seratus ribu kali lebih rumit dari jalan kebenaran
134. Page
dan tauhid, dan sangat tidak masuk akal. Karena itu, mereka terpaksa mengingkari wujud segala sesuatu dan menjauhi akal.
Poin Keempat:
Menciptakan surga bagi qudrat Ilahi yang segala perbuatan-Nya bisa disaksikan di jagad raya ini, amat mudah semudah menciptakan musim semi. Dan menciptakan musim semi juga amat mudah sekali semudah menciptakan sekuntum bunga. Keindahan-keindahan dan kelembutan penciptaan sekuntum bunga akan sebesar kelembutan dan nilai musim semi.
Hakikat ini memiliki tiga rahasia:
Pertama, kewajiban adanya Sang Pencipta dan keesaan-Nya.
Kedua, dzat-Nya berbeda dengan makhluk dan tidak terbatas.
Ketiga, tidak memerlukan tempat dan tidak terbagi.
Rahasia pertama: Kewajiban adanya Sang Pencipta dan keesaan-Nya yang menyebabkan kemudahan tanpa batas adalah rahasia yang amat dalam. Agar rahasia ini lebih mudah difahami, berikut kami sampaikan sebuah perumpamaan:
Tingkatan-tingkatan wujud dan alam-alam wujud berbeda satu sama lain. Mengingat tingkatan dan alam wujud berbeda satu sama lain, satu atom tingkatan wujud yang kokoh laksana gunung bagi tingkatan wujud yang lebih rendah tingkatannya, dan mencakup gunung tersebut. Contoh:
Kekuatan memori yang hanya sebesar biji sawi di kepala manusia yang berada di alam nyata ini mengandung suatu wujud alam maknawi seukuran satu perpustakaan penuh.
Cermin seukuran kuku alam nyata mencakup sebuah kota besar tingkatan wujud alam perumpamaan. Andaikan cermin dan memori yang berada di alam nyata ini memiliki perasaan dan kekuatan untuk menciptakan, tentu keduanya pasti menciptakan berbagai tindakan dan perubahan tanpa batas pada wujud maknawi tersebut dengan kekuatan keberadaannya di alam nyata yang hanya seukuran atom.
Dengan demikian, ketika wujud semakin kokoh, kekuatannya akan kian meningkat, dan sesuatu yang sedikit akan menjadi seperti sesuatu yang banyak, terlebih ketika wujud terlepas dari materi dan tidak terbatas oleh apa pun setelah meraih kekuatan sempurna. Saat itu, manifestasi kecil dari wujud tersebut akan mampu mengatur alam-alam tingkatan wujud kecil lainnya.
Milik Allah jua perumpamaan luhur. Pencipta jagad raya ini adalah Zat yang wajib ada (kausa prima). Artinya, wujud-Nya esensial, azali, abadi, tidak terhalang oleh apa pun, mustahil lenyap,
135. Page
keberadaannya berada di tingkatan wujud paling kuat, paling kokoh, dan paling sempurna, sementara tingkatan-tingkatan wujud lainnya hanya sebagai bayangan lemah bagi wujud Allah.
Keberadaan Allah mengakar dan hakiki, sementara wujud segala makhluk ringan dan lemah, karena sebagian besar ahli tahqiq seperti Muhyiddin Ibnu Arabi menurunkan tingkatan seluruh wujud hingga ke tingkatan waham dan hayalan. Mereka menyatakan, “Tidak ada wujud selain Dia” (la maujuda illa Huwa). Artinya, mereka menyatakan apa pun selain Allah tidak patut disebut wujud, karena selain Allah tidak patut disebut sifat wujud.
Dengan demikian, keberadaan wujud seluruh makhluk dan keberadaan hal-hal yang dimungkinkan ada bersifat tidak kokoh dan tidak kuat di hadapan kuasa Zat yang wajib ada. Semuanya amat lemah, karena menghidupkan seluruh ruh di padang mahsyar terbesar dan memutuskan perkara seluruh makhluk sangat mudah bagi kuasa Ilahi, semudah menghidupkan satu helai daun, semudah menghidupkan sekuntum bunga dan buah yang Dia hidupkan di musim semi, bahkan dalam sebuah taman, dan bahkan pada sebuah pohon.
Rahasia kedua: Esensi-Nya berbeda dengan seluruh makhluk dan Dia tidak terikat oleh apa pun. Rahasia ini memberikan kemudahan. Jelasnya demikian:
Pencipta jagad raya jelas bukan merupakan jenis makhluk, esensi-Nya juga tidak sama seperti esensi apa pun yang lain. Dengan demikian, apa pun yang ada di dalam lingkup jagad raya ini tidak mampu menghalangi ataupun membatasi-Nya, seluruh perbuatan-Nya tak bisa dibatasi, karena Dialah yang mampu berbuat, mengatur, dan memutar apa pun yang ada di jagad raya ini dalam saat yang bersamaan.
Jika perbuatan-perbuatan dan segala tindakan yang terlihat di alam raya ini disandarkan pada wujud-wujud itu sendiri, tentu akan memicu banyak sekali kerumitan, kekacauan dan percampuran, sehingga tidak ada satu pun wujud yang bertahan di alam nyata, tentu tidak ada satu pun aturan yang berlaku, bahkan tidak mampu mencapai ke alam nyata. Contoh:
Misalkan keahlian seorang arsitek kubah melengkung diserahkan kepada bebatuan kubah; misalkan kendali komando batalion khusus yang dipegang seorang perwira diserahkan kepada seluruh prajurit. Hasilnya, kemungkinan kubah dan batalion tersebut tidak akan pernah muncul ke alam nyata, atau mungkin ada namun tidak tertata rapi, penuh kerumitan, kacau dan campur-aduk.
Lain halnya ketika pembuatan kubah tersebut diserahkan kepada arsitek yang tentu saja bukan jenis bebatuan tapi manusia agar ia menempelkan bentuk bebatuan yang ada di dalam kubah, lain halnya ketika tali komando batalion diserahkan kepada seseorang yang dari sisi pangkat memiliki
136. Page
kecakapan seorang perwira, tentu pembuatan kubah dan pengaturan komando prajurit berjalan dengan mudah, karena bebatuan dan prajurit-prajurit tentu saling menghalangi satu sama lain. Berbeda dengan si arsitek dan perwira, keduanya mencermati segala penjuru dan sisi, mengawasi dan mengatur tanpa adanya halangan apa pun.
Milik Allah jua perumpamaan luhur. Esensi Zat yang wajib ada nan suci, bukanlah termasuk jenis esensi seluruh makhluk. Bahkan, seluruh hakikat jagad raya ini adalah pancaran sinar (syu’a’at) bagi nama al-Haq yang merupakan salah satu al-asma’ al-husna.
Mengingat esensi (mahiyah) suci Zat Yang Wajib Ada itu murni dari materi, berbeda dengan seluruh esensi, tiada tanding maupun banding-Nya, maka tak perlu diragukan bahwa mengatur dan menata seluruh jagad raya ini adalah hal mudah bagi kuasa Sang Pencipta, semudah mengatur musim semi, bahkan semudah mengatur sebuah pohon, dan menciptakan penghimpunan seluruh makhluk, negeri akhirat, surga dan neraka amat mudah bagi kuasa Ilahi, semudah menghidupkan pepohonan mati di musim gugur.
Rahasia ketiga: “Tidak memerlukan tempat” dan “tidak terbagi-bagi” memberikan kemudahan tanpa batas. Rahasianya sebagai berikut;
Mengingat Sang Pencipta Maha Kuasa tidak memerlukan tempat, Dia seakan ada di semua tempat dengan kuasa-Nya. Dan mengingat Dia tidak terbagi-bagi, Dia jelas mampu mengarah ke segala sesuatu dengan seluruh al-asma’ al-husna-Nya. Mengingat Dia ada di mana-mana dan mengarah ke segala sesuatu, maka seluruh wujud dan materi tak mampu menghalangi ataupun mempersulit segala perbuatan-Nya. Bahkan segala sesuatunya seperti aliran-aliran listrik, dahan-dahan pepohonan, dan jasad manusia menjadi media-media yang mempermudah sekaligus perantara kehidupan, dan sebab kecepatan perbuatan yang tidak mempersulit, membatasi, menghalangi, ataupun mengintervensi rububiyah, tapi justru menjadi sarana yang mempermudah, mempercepat, dan mengantarkan. Dengan demikian, jika diperlukan, segala sesuatu menjadi sarana untuk mempermudah segala tindakan kuasa Sang Maha Kuasa dari sisi ketaatan dan kepatuhan, dan bukannya segala sesuatu tersebut diperlukan, sama sekali tidak.
Kesimpulan:
Sang Pencipta Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu dengan segala perangkat yang tepat secara cepat, tanpa kesulitan, tanpa beban berat, dan tanpa menyentuh. Dia menciptakan obyek-obyek
137. Page
menyeluruh dengan mudah, semudah menciptakan obyek-obyek terkecil, dan menciptakan obyek-obyek terkecil seindah obyek-obyek menyeluruh.
Zat yang menciptakan obyek-obyek menyeluruh, langit dan bumi, Dialah yang menciptakan obyek-obyek terkecil yang ada di langit dan bumi, tidak mungkin yang lain, karena obyek-obyek terkecil itu merupakan buah dari obyek-obyek menyeluruh, sekaligus sebagai benih dan miniaturnya.
Pencipta obyek-obyek terkecil itu adalah Pencipta semua unsur, Pencipta langit dan bumi di mana obyek-obyek terkecil terkandung di dalamnya, karena seperti yang kita saksikan, obyek-obyek kecil seperti biji bagi obyek-obyek menyeluruh laksana salinan kecilnya. Karena itu, unsur-unsur menyeluruh, langit, dan bumi pasti berada di tangan Zat yang menciptakan unsur-unsur terkecil itu, hingga Dia mampu memasukkan saripati wujud-wujud menyeluruh, makna dan segala contohnya itu ke dalam bagian-bagian terkecil sebagai miniatur yang amat kecil bagi wujud-wujud menyeluruh berdasarkan aturan hikmah dan keseimbangan ilmu-Nya.
Bagian-bagian terkecil (juziyyat) tidak lebih rendah dari bagian-bagian menyeluruh (kulliyyat) dari sisi keajaiban-keajaiban penciptaan dan kreasi. Bunga tidak lebih rendah dari bintang, biji tidak lebih rendah dari pohon, bahkan pohon maknawi yang merupakan ukiran takdir yang ada di dalam biji jauh lebih menakjubkan dari pohon nyata yang merupakan sulaman kuasa di dalam taman, dan penciptaan manusia lebih menakjubkan dari penciptaan alam.
Seandainya hikmah al-Qur’an ditulis di atas esensi tunggal dengan atom-atom eleksir, tentu akan lebih besar dari al-Qur’an yang ditulis dengan bintang-bintang di wajah langit dari sisi nilai dan esensi. Banyak sekali obyek-obyek kecil yang nilainya lebih tinggi dari obyek-obyek menyeluruh dari sisi mukjizat penciptaan.
Poin Kelima:
Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, rahasia dan hikmah kemudahan mutlak dan kecepatan mutlak dalam penciptaan makhluk yang bisa disaksikan, semua ini memberikan kepastian bagi para ahli hidayah bahwa penciptaan surga amat mudah bagi kuasa Zat yang menciptakan para makhluk, semudah menciptakan musim semi, menciptakan musim semi amat mudah semudah menciptakan taman-taman, dan menciptakan taman-taman amat mudah semudah menciptakan bunga, mengumpulkan dan membangkitkan manusia amat mudah semudah mematikan dan menghidupkan satu jiwa sesuai rahasia ayat:
مَّا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِنَّاللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
138. Page
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Qs. Luqman [31]: 28)
Menghidupkan seluruh manusia saat penghimpunan amat mudah semudah menghimpun kembali prajurit-prajurit yang berserakan untuk istirahat dengan suara terompet sesuai ayat:
إِن كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ
Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada kami. (Qs. Yasin [36]: 53)
Kecepatan mutlak dan kemudahan tanpa batas ini adalah bukti pasti akan kesempurnaan kuasa Sang Pencipta, bukti bahwa segala sesuatu mudah bagi-Nya, meski pembentukan dan penciptaan segala sesuatu dengan kuasa Sang Pencipta amat mudah hingga sampai tingkatan wajib, terasa rumit menurut pandangan orang-orang sesat, padahal penciptaan segala sesuatu oleh dirinya sendiri seribu kali mustahil. Dengan kata lain, karena sebagian makhluk memiliki bentuk penciptaan sederhana, mereka mengira bahwa makhluk-makhluk tersebut muncul ke alam nyata ini dengan mudah. Maksudnya, tidak diciptakan, tapi terbentuk dengan sendirinya.
Perhatikan puncak tingkat kedunguan ini, bagaimana mereka menjadikan bukti kuasa tanpa batas sebagai petunjuk tidak adanya kuasa tersebut, sehingga harus membuka pintu-pintu kemustahilan tanpa batas, karena dalam kondisi seperti ini, setiap atom makhluk harus diberi sifat-sifat kesempurnaan yang seharusnya merupakan sifat Sang Pencipta alam ini, seperti kuasa tanpa batas, dan pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, sehingga segala sesuatu terbentuk dengan sendirinya.
Kalimat Kesebelas: Wa ilaihi al-mashir (و إليه المصير)
Negeri abadi adalah tempat kembali setelah melalui negeri fana, kerajaan abadi adalah tempat berpulang, lingkup kuasa Maha Esa adalah tempat kembali dari sekian banyaknya sebab, akhirat adalah peralihan setelah melalui dunia, di sisi-Nya juga kalian semua akan kembali, dan rahmat-Nya-lah tempat kembali kalian.
Banyak sekali hakikat yang ditunjukkan oleh kalimat ini:
Salah satu hakikat – di antara sekian banyak hakikat – yang menunjukkan kalian akan kembali ke surga dan kebahagiaan abadi, sudah dijelaskan melalui duabelas bukti pasti dalam “Kalimat Kesepuluh,” dan enam asas yang mengandung banyak sekali bukti pasti dalam “Kalimat Keduapuluh Sembilan,” bukti pasti yang tidak lagi memerlukan penjelasan lain.
139. Page
Kedua kalimat ini sudah dijelaskan secara pasti, sepasti munculnya matahari yang tenggelam pada pagi hari berikutnya, bahwa kehidupan yang merupakan mentari maknawi dunia ini, juga akan muncul secara abadi pada pagi hari saat seluruh makhluk dibangkitkan setelah sebelumnya tenggelam seiring runtuhnya dunia. Sekelompok jin dan manusia akan meraih kebahagiaan abadi, dan kelompok lainnya akan meraih kesengsaraan abadi.
Mengingat hakikat ini sudah dijelaskan secara sempurna dalam “Kalimat Kesepuluh” dan “Kalimat Keduapuluh Sembilan,” kami alihkan penjelasan hakikat ini pada kedua kalimat tersebut, dan cukup kami jelaskan secara singkat sebagai berikut:
Pencipta jagad raya, Pencipta manusia yang memiliki pengetahuan yang meliputi segala sesuatu tanpa akhir, kehendak menyeluruh tanpa batas, kuasa mutlak tanpa ujung, menjadikan surga dan kebahagiaan abadi untuk orang-orang beriman dalam seluruh kitab dan lembaran-lembaran langit, seperti yang telah dijelaskan secara pasti sebelumnya.
Karena berjanji, Dia pasti memenuhi janji-Nya ini, karena mustahil bagi-Nya memungkiri janji, mengingat ingkar janji adalah kekurangan dan sifat yang amat buruk. Zat yang sempurna secara mutlak suci dan jauh dari segala kekurangan. Mengingat ingkar janji muncul karena ketidaktahuan atau mungkin juga karena ketidakmampuan, karena tidak tahu dan tidak mampu mustahil bagi Zat Yang Maha Kuasa secara mutlak dan Maha mengetahui segala sesuatu, karena itu ingkar janji adalah hal mustahil bagi-Nya.
Para nabi, khususnya kebanggaan seluruh alam, Muhammad S.a.w, para wali, orang-orang terbaik, dan mereka yang beriman, senantiasa memohon kebahagiaan abadi kepada Zat Yang Maha Penyayang lagi Mulia seperti yang Dia janjikan.
Mereka memohon kepada-Nya dengan perantara nama-nama-Nya yang indah, karena sebagian besar al-asma’ al-husna – khususnya nama-nama yang menunjukkan kasih sayang, rahmat, keadilan dan hikmah-Nya, seperti nama al-Rahman (Maha Pengasih), al-Rahim (Maha Penyayang), al-Adil (Maha Adil), al-Hakim (Maha Bijaksana), demikian halnya rububiyah dan kekuasaan-Nya, juga nama Rabb dan Allah- mengharuskan adanya lingkup akhirat dan kebahagiaan abadi. Bahkan seluruh wujud dengan seluruh hakikat-hakikatnya, mengisyaratkan keberadaan akhirat, seperti yang telah dijelaskan dalam “Kalimat Kesepuluh.”
Al-Qur’an yang merupakan undang-undang terbesar, juga menjelaskan dan mengajarkan hakikat ini melalui seluruh ayat-ayat yang jelas dan bukti-bukti nyata yang benar dan pasti.
140. Page
Kekasih mulia yang menjadi kebanggaan umat manusia, Muhammad S.a.w, juga mengajarkan, menegaskan, menyampaikan, memperlihatkan, dan menjelaskan hakikat ini sepenuh kekuatan sepanjang hidup, bersandar pada ribuan mukjizat nyata.
اللهم صل و سلم و بارك عليه وعلى آله و صحبه بعدد أنفاس أهل الجنة في الجنة
واحشرنا ووالدينا و إخواننا و أخواتنا تحت لوائه، وارزقنا شفاعته، و أدخلنا الجنة مع آله و أصحابه برحمتك يا أرحم الراحمين، آمين
Ya Allah! Limpahkanlah rahmat, kesejahteraan, dan berkah kepada Muhammad S.a.w, keluarga dan para sahabatnya, sebanyak bilangan nafas para penghuni surga di surga. Kumpulkanlah kami, kedua orang tua kami, dan seluruh saudara-saudari kami di bawah panjinya, berilah kami syafaatnya, masukkanlah kami ke dalam surga bersama keluarga dan para sahabat beliau, wahai Maha Penyayang di antara para penyayang. Amin.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. (Qs. al-Baqarah [2]: 286)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia). (Qs. Ali ‘Imran [3]: 8)
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku. (Qs. Thaha [20]: 25-28)
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. al-Baqarah [2]: 127)
وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. al-Baqarah [2]: 128)
141. Page
TAMBAHAN
KALIMAT KESEPULUH
باسمه
Dengan Nama-Nya
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (Qs. al-Isra’ [17]: 44)
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs. al-Ra’d [13]: 28)
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَّجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِّرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Qs. al-Zumar [39]: 29)
Pertanyaan: Di sejumlah tempat, Anda sering mengatakan kemudahan mutlak ada di balik kesatuan, dan persekutuan menimbulkan berbagai kesulitan tanpa batas. Anda juga mengatakan bahwa di balik persatuan terdapat kemudahan hingga pada tingkatan wajib, dan di balik kesyirikan menyimpan berbagai kesulitan hingga pada tingkatan mustahil. Hanya saja, kesulitan-kesulitan dan kemustahilan-kemustahilan juga berlaku dari sisi kesatuan. Sebagai contoh, Anda mengatakan bahwa jika atom-atom tidak mendapatkan perintah, maka setiap atom harus memiliki pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, memiliki kuasa mutlak, memiliki mesin atau percetakan maknawi tanpa batas. Ini tentu seratus kali mustahil. Bahkan, jika pun atom-atom tersebut menerima perintah-perintah Ilahi, tentu hal-hal seperti itu tampak di sana, sehingga atom-atom bisa menjalankan berbagai pekerjaan sempurna tanpa batas? Tolong permasalahan ini dijelaskan.
Jawab: Sudah sering kami sampaikan di sebagian besar al-Kalimat bahwa ketika seluruh wujud disandarkan kepada Pencipta yang satu, semuanya menjadi mudah, semudah menciptakan satu wujud. Namun jika disandarkan kepada banyak sekali sebab, atau disandarkan kepada alam, maka menciptakan seekor lalat akan sesulit menciptakan langit, menciptakan sekuntum bunga akan sesulit menciptakan musim semi, dan menciptakan satu buah akan sesulit menciptakan sebuah taman.
142. Page
Mengingat permasalahan ini sudah dijelaskan dalam risalah-risalah lain, kami alihkan penjelasan ke sana. Dan berikut kami cukup menjelaskan tiga contoh saja mengenai hakikat ini melalui tiga isyarat berikut, agar hati merasa tenang:
Contoh pertama: Atom kecil yang transparan dan berkilau tentu tidak muat untuk membiaskan cahaya seukuran ujung korek api, juga tidak mampu menjadi sumber api, dan tidak memiliki cahaya selain seukuran bentuknya sebagai atom kecil. Namun jika atom ini mengaitkan diri pada matahari dan membuka mata ke arah matahari, saat itu ia memuat matahari yang begitu besar dengan cahaya, tujuh warna, kehangatan, dan bahkan jaraknya nun jauh. Atom tersebut bisa dibilang meraih manifestasi-manifestasi matahari. Artinya, jika atom ini tetap bertahan sendirian, ia tidak akan mampu melakukan apa pun selain kapasitasnya sebagai sebuah atom. Namun jika mendapat perintah dari matahari, mengaitkan diri pada matahari, dan sebagai cermin bagi matahari, ia akan mampu menampakkan sebagian contoh-contoh kecil fungsi-fungsi matahari, seperti yang diperlihatkan si matahari sendiri.
Milik Allah jua perumpamaan luhur. Ketika sebuah atom di sandarkan pada persekutuan, kesyirikan, sebab, alam, atau disandarkan pada dirinya sendiri, si atom dan setiap wujud harus memiliki pengetahuan yang meliputi segala sesuatu, harus memiliki kekuasaan mutlak, atau harus membentuk mesin-mesin dan serangkaian percetakan maknawi tanpa batas agar bisa menjalankan peran-peran menakjubkan yang diberikan kepadanya.
Namun jika atom-atom itu disandarkan kepada Sang Maha Esa lagi Tunggal, saat itu semua atom laksana petugas yang menerima perintah-Nya. Keterkaitan ini membuat atom meraih manifestasi-manifestasi-Nya. Karena capaian ini, atom menyandarkan diri pada pengetahuan dan kuasa tanpa batas. Berdasarkan rahasia ini, atom melakukan pekerjaan-pekerjaan dan tugas-tugas dengan kekuatan Sang Pencipta, jutaan kali melebihi kekuatannya sendiri.
Contoh kedua: Ada dua lelaki bersaudara, salah satunya pemberani, selalu bertumpu pada diri sendiri, sementara satunya lagi patriotik, mencintai negara dan umat. Si pemberani yang bertumpu pada diri sendiri ini tidak mengaitkan diri dengan negara saat perang, ingin bekerja sendiri, sehingga terpaksa harus memikul seluruh sumber kekuatan diri dalam pundak, terpaksa harus memanggul seluruh perbekalan sebatas kekuatan diri. Dengan kekuatan pribadinya yang kecil ini, ia hanya mampu memerangi seorang kopral pasukan musuh, tidak lebih dari itu.
Sementara saudara yang satunya lagi, ia tidak mengandalkan diri sendiri, ia sadar bahwa dirinya tak berdaya dan tak punya kekuatan. Untuk itu, ia bergabung dengan penguasa negara, namanya terdaftar dalam jajaran prajurit. Karena bergabung, pasukan besar menjadi tumpuan kekuatan. Dengan
143. Page
keterkaitan dan semangat kerajaan ini, ia maju berperang dengan kekuatan maknawi setara kekuatan maknawi seluruh pasukan, bahkan mampu berhadapan dengan marsekal besar di tengah pasukan musuh yang kalah dan bilang kepadanya, “Saya akan menangkap Anda sebagai tawanan atas nama raja saya,” lalu ia bawa marsekal tersebut sebagai tawanan ke barak militer.
Kondisi dan hikmah rahasia ini sebagai berikut:
Orang pertama yang bodoh itu hanya mampu melakukan pekerjaan kecil karena hanya bertumpu pada sumber kekuatan dan perbekalan pribadi. Sementara petugas yang mendapat perintah, ia tidak bertumpu pada kekuatan pribadi. Bahkan semua bebannya ditanggung oleh seluruh pasukan dan kekuasaan kerajaan.
Dengan keterkaitan ini, ia mengaitkan diri dengan kekuatan tak terbatas, laksana mengaitkan telepon dengan kabel kilat dan telepon umum.
Milik Allah jua perumpamaan luhur. Ketika seluruh makhluk dan atom disandarkan kepada Sang Maha Esa lagi Tunggal semata secara langsung, saat itu semut akan mampu meruntuhkan istana Fir’aun dengan kekuatan penyandaran ini atas perintah dan kekuatan yang memberi perintah, menjungkirkan istana tersebut, bagian atas menjadi bagian bawah. Seekor nyamuk mampu membunuh dan mengirim Namrud ke neraka. Satu bakteri mampu memasukkan orang lalim dan bengis yang paling semena-mena ke dalam kuburan. Benih pohon cemara kecil sekecil biji gandum, menjadi sebuah pabrik dan laboratorium pohon cemara besar sebesar gunung. Satu biji atom udara mampu bekerja secara sempurna dan teratur untuk berbagai fungsi bagi seluruh bunga dan buah-buahan.
Semua kemudahan ini secara pasti muncul dari penugasan dan penggabungan. Andai semua ini berubah menjadi kekacauan tak terkendali, andai semuanya diserahkan kepada sebab-sebab, persekutuan, disandarkan kepada dirinya sendiri, dan jalur kesyirikan ditempuh, tentu mustahil ada sesuatu melakukan sesuatu, kecuali hanya sebatas ukuran, kesadaran, dan perasaan yang dimiliki.
Contoh ketiga: Ada dua teman. Keduanya ingin mendata situasi dan kondisi geografis sebuah negeri sama yang belum pernah mereka lihat. Salah satunya mengaitkan diri pada penguasa negeri tersebut, masuk ke dalam pusat komunikasi dan telepon, menghubungi jalur telepon negara dengan hanya merogoh kocek sebesar sepuluh kurusy, lalu berbicara dan berhubungan dengan berbagai tempat, sehingga mendapatkan berbagai informasi, sehingga menghasilkan capaian yang indah, teratur, dan sempurna seputar data geografis negeri yang dimaksud.
Teman yang satunya lagi berjalan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain selama limapuluh tahun tanpa henti, melihat berbagai tempat dan mendengar berbagai kejadian dengan kesulitan-kesulitan luar biasa, mengeluarkan jutaan dirham agar bisa memiliki jalur-jalur kilat dan
144. Page
telepon sepanjang jalur-jalur komunikasi negara dan jalur kilat kerajaan agar bisa memberikan hasil seperti yang didapatkan temannya.
Seperti halnya dalam contoh ini –milik Allah jua perumpamaan luhur- ketika segala sesuatu dan makhluk-makhluk tanpa batas disandarkan kepada Sang Maha Esa lagi Tunggal, segala sesuatu akan menampakkan keterkaitan ini. Karena menampakkan manifestasi-manifestasi menteri azali (Allah), ia meraih keterkaitan sesuai aturan-aturan hikmah, pengetahuan dan kuasa-Nya. Ia akan menjadi fenomena manifestasi rabbani, seakan memiliki mata yang melihat segala sesuatu, seakan memiliki wajah yang mengarah ke semua tempat, dan seakan memiliki kata-kata yang didengar oleh segala sesuatu atas daya dan kekuatan Allah.
Ketika keterkaitan ini terputus, maka ia akan terputus dari segala sesuatu, mengisut dan tertahan dalam bentuknya yang kecil. Untuk itu, ia harus memiliki ketuhanan mutlak agar bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang ia lakukan pada kondisi sebelumnya.
Kesimpulan:
Di balik jalan kesatuan dan iman terdapat kemudahan hingga sampai tingkatan wajib, dan di balik kesyirikan dan serangkaian sebab, terdapat banyak sekali kesulitan hingga sampai pada tingkatan mustahil, karena Sang Maha Esa memberikan kondisi tertentu pada segala sesuatu tanpa susah payah, dan menghasilkan sesuatu. Andai pembentukan dan hasil ini diserahkan pada segala sesuatu yang begitu banyak jumlahnya, mustahil jika bentuk dan hasil tersebut bisa didapatkan, kecuali dengan penuh kesulitan, beban amat berat, dan dengan gerakan-gerakan yang amat banyak.
Contoh: Seperti disebutkan dalam “Surat Ketiga,” kondisi langit yang menarik dan lembut berupa pergerakan dan rotasi besar mirip tasbih. Pergerakan pasukan bintang-bintang di bawah komandan matahari dan bulan di ruang angkasa setiap malam dan setiap tahun, bumi yang merupakan hasil bijak dan tinggi merupakan kepentingan-kepentingan besar yang dicapai, seperti pergantian musim. Jika semua ini disandarkan kepada kesatuan, saat itu Sang Penguasa Azali dengan mudah menentukan satu pasukan, bumi misalnya, sebagai komandan untuk seluruh benda-benda langit demi meraih hasil dan kondisi tersebut. Saat itu, bumi setelah menerima perintah, menjalankan aktivitas zikir dan nyanyian seperti Maulawi karena merasa senang dan gembira dalam menjalankan tugas, karena kondisi dan kelembutan indah tersebut didapatkan, karena hasil penting tersebut terwujud ke alam nyata dengan usaha-usaha yang tidak seberapa.
Namun jika bumi diperintahkan, “Tetaplah berada di tempatmu, jangan ikut campur!”; jika hasil dan kondisi tersebut disandarkan pada langit, jalur persekutuan dan kesyirikan ditempuh,
145. Page
bukannya jalur kesatuan, saat itu jutaan bintang-bintang yang ribuan kali lebih besar dari ukuran bumi harus bergerak sendiri setiap hari sepanjang tahun, bumi harus menempuh jarak perjalanan jutaan tahun dalam setiap duapuluh empat jam sepanjang tahunnya.
Kesimpulan:
Al-Qur’an dan mereka yang beriman menyandarkan urusan seluruh makhluk tanpa batas kepada Pencipta yang satu, menyandarkan segala sesuatu kepada-Nya secara langsung, menempuh jalan yang mudah hingga mencapai tingkatan wajib, dan mengarahkan orang lain ke jalan tersebut.
Sementara orang-orang musyrik dan lalim, mereka menyandarkan satu ciptaan kepada serangkaian sebab-sebab tanpa batas, sehingga mereka harus menempuh jalan sulit dan melalui ngarai hingga sampai pada tingkatan mustahil.
Dengan demikian, seluruh ciptaan menurut jalur al-Qur’an setara dengan satu ciptaan menurut jalur kesesatan. Bahkan, munculnya segala sesuatu yang bersumber dari Sang Maha Esa, jauh lebih mudah dari munculnya satu benda dari segala sesuatu tanpa batas. Sama seperti mudahnya seorang komandan mengatur seribu prajurit, semudah mengatur seorang prajurit. Berbeda jika pengaturan seorang prajurit diserahkan pada seribu komandan, urusannya akan sulit, sesulit mengatur seribu prajurit, dan pasti menimbulkan kekacauan.
Ayat agung berikut memukul dan menghancurkan kepala orang-orang musyrik dengan hakikat berikut:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَّجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِّرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Qs. al-Zumar [39]: 29)
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Qs. al-Baqarah [2]: 32)
اللهم صلّ و سلم على سيدنا محمد بعدد ذرات الكائنات و على آله و صحبه أ جمعين، آمين! والحمد لله رب العالمين
Ya Allah! Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami, Muhammad, sebanyak bilangan atom seluruh wujud, juga kepada keluarga dan para sahabat. Amin! Segala puji hanya bagi Allah.
146. Page
SURAT KEDUA PULUH SATU
Ini sudah dicantumkan dalam kitab “Lentera Cahaya,” karena itu tidak dicantumkan di sini.