NAVIGATION
176. Page
SURAT KEDUA PULUH EMPAT
Ini sudah dicantumkan dalam kitab “Thalasim” (Teka-teki), sehingga tidak dicantumkan lagi dalam kitab ini.
177. Page
TAMBAHAN PERTAMA
SURAT KEDUAPULUH EMPAT
باسمه
Dengan Nama-Nya
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (Qs. Al-Isra’ [17]: 44)
بسم الله الرحمن الرحيم
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu).” (Qs. Al-Furqan [25]: 77)
Dengarkanlah lima nuktah ayat ini:
Nuktah Pertama: Doa adalah rahasia agung ubudiyah, bahkan doa adalah spirit ubudiyah. Seperti yang telah kami jelaskan di sejumlah tempat lainnya, doa ada tiga macam:
Macam Pertama, doa dengan bahasa kemampuan terpendam (lisan al-isti’dad), di mana seluruh hewan dan biji-bijian berdoa kepada Sang Pencipta Maha Bijaksana dengan bahasa kemampuan terpendam yang mereka miliki seraya mengatakan, “Wahai Pencipta kami, tumbuhkanlah kami agar bisa memperlihatkan ukiran-ukiran nama-nama-Mu secara detail, jadikanlah hakikat kami yang kecil ini membulir, ubahlah ia menjadi hakikat agung sebuah pohon.”
Ada jenis doa lain yang termasuk kategori doa dengan bahasa kemampuan:
Menyatunya berbagai sebab adalah doa bagi terlaksananya dampak (musabbab). Artinya, sebab-sebab membentuk suatu kondisi laksana bahasa kondisional, berdoa kepada Sang Maha Kuasa dan memohon musabbab pada-Nya. Sebagai contoh:
Air, panas, tanah, dan cahaya membentuk suatu kondisi di sekitar biji-bijian, dan kondisi ini menjadi lisan yang berdoa, “Wahai Pencipta kami, jadikanlah biji-bijian ini pohon, karena pohon adalah mukjizat kuasa-Mu yang luar biasa indah.” Ia tidak menyerahkan urusan ini pada benda-benda
178. Page
mati yang sederhana dan tidak memiliki kesadaran. Bahkan menyandarkan urusan seperti ini pada benda mati adalah hal mustahil. Dengan kata lain, menyatunya berbagai sebab adalah semacam doa.
Macam Kedua, doa yang dipanjatkan oleh seluruh makhluk hidup kepada Sang Pencipta dengan bahasa kebutuhan fitrah, agar segala kebutuhan dan keperluan yang berada di luar kemampuan dan kehendak mereka terwujud pada saat yang tepat dan dengan cara yang tak terduga, mengingat tangan-tangan mereka tak mampu menggapai kebutuhan-kebutuhan itu. Allah-lah yang mengirimkan kebutuhan-kebutuhan yang berada di luar kuasa dan kehendak mereka itu melalui cara yang tidak mereka kira dan pada saat yang tepat. Artinya, nikmat yang datang ini merupakan hasil dari doa fitrah, doa dari seluruh wujud ini naik kepada Allah. Seluruh sebab semata memohon musabbab kepada Allah.
Macam Ketiga, doa makhluk yang memiliki perasaan dalam lingkup kebutuhan. Doa ini ada dua macam:
Pertama, umumnya terkabul ketika sudah mencapai tingkatan mendesak, atau ketika memiliki hubungan kuat dengan kebutuhan fitrah, atau dekat dengan bahasa kemampuan dan kesanggupan atau dengan lidah hati yang tulus dan ikhlas.
Sebagian besar kemajuan dan penemuan-penemuan manusia tidak lain adalah hasil dari doa jenis ini. Peradaban-peradaban luar biasa dan apa yang mereka sebut sebagai sumber kebanggaan yang dicapai melalui serangkaian penemuan, tidak lain adalah hasil dari doa maknawi. Manusia memohon semua itu dengan bahasa kemampuan yang tulus, sehingga keinginan mereka tercapai.
Doa-doa melalui bahasa kesanggupan dan kemampuan, atau melalui bahasa kebutuhan fitrah, selalu dikabulkan, jika memang tidak ada penghalang, dan memenuhi serangkaian persyaratan tertentu.
Bagian Kedua: Doa yang biasa kita kenal. Doa bagian ini juga ada dua macam:
Pertama, doa tindakan (fi’li).
Kedua, doa ucapan (qawli).
Membajak sawah, misalnya, merupakan doa tindakan. Petani tidak meminta rizki kepada tanah, karena tanah hanya merupakan pintu simpanan-simpanan rahmat yang diketuk si petani dengan alat bajak. Penjelasan jenis-jenis doa lain akan kita bahas nantinya. Berikut ini akan kami sebutkan sejumlah rahasia doa tindakan melalui beberapa nuktah selanjutnya.
Nuktah Kedua: Doa amat besar pengaruhnya, khususnya ketika terus dipanjatkan dan menyeluruh. Saat itu, doa umumnya akan membuahkan hasil, bahkan senantiasa membawa hasil,
179. Page
hingga bisa dikatakan bahwa doa termasuk salah satu sebab penciptaan alam. Artinya, doa agung umat manusia khususnya di dunia Islam, dan secara khusus Muhammad al-Arabi S.a.w, adalah salah satu sebab penciptaan alam, terlebih penciptaan seluruh wujud. Artinya, Pencipta alam mengetahui bahwa Rasulullah S.a.w di masa depan akan memohon kebahagiaan abadi, memohon manifestasi nama-nama Ilahi atas nama manusia, bahkan atas nama seluruh wujud, lalu Allah memperkenankan doa tersebut, selanjutnya Allah menciptakan jagad raya ini.
Mengingat doa memiliki nilai penting yang begitu besar dan agung, lantas mungkinkah doa tiga ratus juta manusia, juga makhluk-makhluk baik dari golongan jin, manusia, malaikat, dan ruhani setiap saat sejak seribu tigaratus tahun silam untuk Muhammad S.a.w agar mendapatkan rahmat Ilahi dan kebahagiaan abadi, tidak dikabulkan?
Mungkinkah doa-doa ini tertolak karena suatu hal?
Mengingat doa ini meraih totalitas, keleluasaan, dan terus diucapkan hingga mencapai tingkatan doa dengan bahasa kemampuan dan kebutuhan fitrah, maka tak diragukan bahwa karena doa ini, Muhammad S.a.w kelak menempati suatu maqam dan tingkatan di mana seluruh akal tidak mampu menjangkau hakikat maqam ini secara menyeluruh, meski semuanya bersatu dan menjadi satu akal.
Karena itu, wahai muslim! Di hari penghimpunan kelak, Anda memiliki seseorang yang akan memberikan syafaat, dialah Rasulullah S.a.w. Maka, ikutilah sunnah sang pemberi syafaat ini, agar Anda mendapatkan syafaatnya.
Jika kau berkata, “Bukankah beliau kekasih Allah, lantas mengapa masih memerlukan shalawat dan doa-doa sebanyak ini?”
Jawab: Nabi S.a.w memiliki ikatan dengan kebahagiaan seluruh umat, memiliki bagian dari kebahagiaan seluruh individu umat, iba terhadap setiap musibah yang menimpa mereka. Karena itu, tidak heran jika Nabi S.a.w yang amat menginginkan agar setiap individu umat merasakan kebahagiaan tanpa batas, dan merasa menderita karena musibah kesengsaraan tak terbatas yang menimpa umat, berhak mendapatkan shalawat, doa, dan rahmat tak terbatas, juga memerlukannya, meski tingkatan kebahagiaan dan kesempurnaan beliau tiada memiliki batas.
Jika kau mengatakan, “Doa kadang dipanjatkan untuk hal-hal yang akan terjadi, seperti doa shalat kusuf dan khusuf misalnya, dan kadang pula untuk hal-hal yang tidak mungkin terjadi.”
Jawaban: Doa adalah ibadah seperti yang sudah dijelaskan di risalah-risalah lain. Melalui doa, hamba memberitahukan kelemahan dan kemiskinannya.
180. Page
Tujuan-tujuan lahiriah doa adalah waktu di mana doa-doa dipanjatkan sekaligus sebagai bentuk ibadah, bukan manfaat-manfaat hakiki doa itu sendiri, mengingat manfaat-manfaat doa semata tertuju ke akhirat. Ketika manfaat-manfaat duniawi tidak tercapai, bukan berarti doa tidak terkabul, tapi waktu untuk berdoa belum habis.
Lantas mungkinkah kebahagiaan abadi yang dipinta seluruh orang beriman setiap saat melalui doa dengan sepenuh keikhlasan dan keinginan itu tidak dikabulkan? Mungkinkah doa-doa kebahagiaan abadi yang mereka panjatkan kepada Sang Maha Mulia dan Penyayang secara mutlak, yang memiliki rahmat tanpa batas berdasarkan kesaksian seluruh wujud, tidak terealisasi?!
Nuktah Ketiga: Jawaban doa lisan yang disertai usaha (qawli ikhtiyari) berlaku dalam dua sisi: Mungkin doa terkabul seperti yang diminta, atau dikabulkan dalam bentuk yang lebih baik.
Contoh: Seseorang memohon kepada Allah agar dikaruniai anak lelaki, lalu Allah memberinya anak perempuan seperti Maryam. Bukan berarti doa tersebut tidak dikabulkan, tapi dikabulkan dengan sesuatu yang lebih baik dari yang diminta.
Kadang, seseorang memohon kebahagiaan dunianya sendiri, namun dikabulkan dalam bentuk kebahagiaan akhirat. Ini bukan berarti doanya tertolak, tapi doanya dikabulkan dengan sesuatu yang jauh lebih bermanfaat. Dan begitu seterusnya.
Karena Allah Maha Bijaksana, dan kita senantiasa berdoa serta memohon kepada-Nya, maka Allah pun memberi jawaban pada kita berdasarkan hikmah-Nya. Karena itu, orang sakit jangan menuduh kebijaksanaan seorang dokter dengan meminta dokter agar memberikan madu. Dokter yang cerdas pasti memberikan asid sulfurik untuk mengobati penyakit malaria. Saat itu, si pasien tidak berhak mengatakan bahwa si dokter tidak mendengar kata-katanya. Dokter sudah mendengar keluhan dan sakit si pasien, selanjutnya memberikan sesuatu yang lebih baik dari permintaan si pasien.
Nuktah Keempat: Manfaat doa yang paling baik, lembut, nikmat dan tergapai adalah orang yang berdoa mengetahui bahwa ada Zat yang mendengarkan suaranya, mengobati sakitnya, dan mengasihinya, di mana tangan kuasa-Nya mampu menggapai segala sesuatu. Saat itu, ia merasa tidak sendirian di hostel besar dunia ini, karena di sana ada Zat Maha Mulia yang menatap dan menyertai, ia membayangkan berada di hadapan Zat yang mampu mewujudkan segala kebutuhan tanpa batas, menangkal musuh-musuh yang tak terhitung jumlahnya, sehingga ia merasa senang dan lapang dada, mengangkat beban berat di pundaknya sembari mengucapkan, “Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam” (الحمد لله رب العالمين).
181. Page
Nuktah Kelima: Doa adalah spirit ibadah dan buah keimanan yang tulus, karena dengan berdoa, seorang hamba memperlihatkan bahwa di luar sana ada Zat yang memegang kendali seluruh jagad raya. Dia mengetahui rahasia-rahasia saya yang paling tersembunyi, mampu mewujudkan puncak tertinggi keinginan-keinginan saya, melihat seluruh gerak-gerik dan mendengar seruan saya, mendengar semua suara seluruh wujud, juga mendengar suara saya. Dia melakukan segala sesuatu, sehingga saya hanya menantikan dan memohon segala urusan hingga urusan-urusan saya yang paling kecil kepada-Nya jua.
Perhatikanlah begitu luas tauhid tulus yang diberikan doa, perhatikanlah kenikmatan dan jernihnya cahaya iman yang diperlihatkan doa, dan fahamilah rahasia firman Allah S.w.t:
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada doamu. (Tetapi bagaimana kamu berdoa kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu).” (Qs. Al-Furqan [25]: 77)
Dengarkan firman Allah S.w.t:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (Qs. Ghafir [40]: 60)
Ada yang berkata, “Andai pemberian tidak ada, tentu permintaan tak diberikan” (أَكَر نَه خَوَاهِي دَادْ نَه دَادِي خَواهْ).
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Baqarah [2]: 32)
اللهم صل على محمد من الأزل إلى الأبد عدد ما في علم الله و على آله و صحبه و سلم، و سلّمنا و سلم ديننا آمين، والحمد لله رب العالمين
Ya Allah! Limpahkanlah kesejahteraan kepada junjungan kami, Muhammad, dari azali hingga selama-lamanya sebanyak bilangan apa pun yang ada dalam ilmu Allah, juga limpahkan pada keluarga dan para sahabat. Selamatkanlah kami, selamatkanlah agama kami. Amin.
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb seluruh alam.
182. Page
TAMBAHAN KEDUA
SURAT KEDUAPULUH EMPAT
Khusus Tentang Mi’raj Nabawi
باسمه
Dengan Nama-Nya
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ
“Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (Qs. Al-Isra’ [17]: 44)
بسم الله الرحمن الرحيم
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَىٰ عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (Qs. al-Najm [53]: 13-17)
Berikut akan kami jelaskan lima nuktah seputar Mi’raj dalam kasidah maulid nabawi.
Nuktah Pertama: Sayyid Sulaiman, yang menulis kasidah Mevlid (Maulid Nabi),[1] menjelaskan peristiwa-peristiwa cinta yang memilukan (eligi) terkait Buraq yang didatangkan dari surga. Mengingat Sulaiman adalah seorang wali dan bersandar pada riwayat-riwayat dalam menulis kasidah ini, ia tentu menjelaskan kebenaran dalam hal itu. Dan kebenaran tersebut sepatutnya sebagai berikut:
Makhluk-makhluk alam baqa memiliki ikatan kuat dengan cahaya Rasul mulia S.a.w, karena dengan cahaya yang dibawanya, surga dan negeri Akhirat akan dipenuhi jin dan manusia. Tanpa cahaya
[1]Mevlid adalah bacaan yang didendangkan sejumlah penyanyi khusus, berasal dari puisi panjang yang menggambarkan kelahiran Nabi Muhammad (S.a.w). Puisi itu ditulis oleh Sülaiman Celebi, yang wafat di Bursa pada 780 H/1378 M (AT).
183. Page
itu, kebahagiaan abadi tentu tidak akan pernah ada,[1] tentu jin dan manusia, yang telah dipersiapkan untuk memanfaatkan setiap jenis makhluk surge, tidak akan memenuhi surga, dan tentu surga menjadi tempat kosong sia-sia.
Seperti telah dijelaskan dalam “Dahan Keempat” dari “Kalimat Keduapuluh Empat,” ada kisah lagenda cinta burung Bulbul terhadap sekuntum bunga mawar. Di antara seluruh jenis hewan, burung Bulbul dipilih sebagai juru bicara rabbani –sebagai ungkapan dunia hewan yang amat memerlukan tumbuh-tumbuhan yang berasal dari simpanan rahmat, yang membawa rizki bagi dunia hewan, hingga mencapai tingkatan cinta. Lantunan kicauan burung Bulbul di atas tumbuh-tumbuhan paling indah merupakan sambutan dan sorakan terbaik dengan bertasbih.
Demikian pula halnya Jibril yang merupakan golongan malaikat. Dia melayani Muhammad al-Arabi S.a.w yang merupakan alasan penciptaan seluruh planet, perantara untuk meraih kebahagiaan dunia-akhirat, dan kekasih Rabb seluruh alam dengan kasih sayang yang sempurna. Sulaiman juga menjelaskan kepatuhan para malaikat kepada Adam dan rahasia sujud yang mereka lakukan terhadap Adam, demikian pula para penghuni surga, bahkan para hewan juga punya hubungan dengan Nabi S.a.w
Sulaiman menuturkan semua itu dalam kasidah maulid dengan emosi-emosi cinta sang Buraq yang ditunggangi Nabi S.a.w.
Nuktah Kedua: Salah satu peristiwa kasidah Mi’raj Nabawi menuturkan tentang cinta suci Allah kepada Rasul mulia S.a.w dengan kata-kata, “Aku rindu dendam mencintaimu” (عشقتك قد). Kata-kata ini menurut makna konvensionalnya tidak patut bagi kesucian Zat yang wajib ada dan bagi kekayaan Zat-Nya yang tak membutuhkan apa pun. Namun, karena Sayyid Sulaiman adalah seorang wali dan ahli hakikat, di samping kasidah yang ia tulis meraih tingkat cinta secara umum, maka makna yang dijelaskannya ini benar adanya. Makna yang dimaksudnya sebagai berikut:
Zat yang wajib ada memiliki keindahan dan kesempurnaan tak terbatas, karena seluruh jenis keindahan dan kesempurnaan yang terbagi kepada seluruh spesies makhluk tidak lain merupakan
[1] Allah mewahyukan kepada Isa a.s, “Hai Isa, berimanlah kepada Muhammad, dan perintahkan siapa pun di antara umatmu yang menjumpainya untuk beriman kepadanya, karena andai bukan Muhammad, tentu Aku tidak menciptakan Adam, andai bukan Muhammad, tentu Aku tidak menciptakan surga dan neraka. Sungguh, Aku telah menciptakan Arsy di atas air, lalu Arys berguncang, lalu di Arsy itu aku tulis, ‘Tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah dan Muhammad utusan Allah,’ lalu Arsy tenang tak bergerak.” Hr. Hakim dalam al-Mustadrak, hadits nomor 4193 dan 4194. Ia berkata, “Sanad hadits ini shahih, hanya saja tidak ditakhrij al-Bukhari dan Muslim.”
184. Page
pertanda akan adanya keindahan dan kesempurnaan-Nya, sekaligus sebagai isyarat akan keindahan dan kesempurnaan itu.
Mengingat setiap pemilik keindahan dan kesempurnaan mencintai keindahan dan kesempurnaan-Nya, maka Allah juga sangat mencintai keindahan-Nya, cinta yang patut bagi-Nya, Dia mencintai nama-nama-Nya yang merupakan lentera-lentera keindahan-Nya. Karena Allah mencintai nama-nama-Nya, maka Dia tentu mencintai ciptaan-Nya yang menampakkan keindahan nama-nama-Nya, juga mencintai ciptaan-ciptaan-Nya yang menawan yang merupakan cermin keindahan dan kesempurnaan-Nya. Karena Allah mencintai sesuatu yang menampakkan keindahan dan kesempurnaan-Nya, maka Dia mencintai keindahan-keindahan makhluk yang mengisyaratkan akan keindahan dan kesempurnaan nama-nama-Nya.
Melalui ayat-ayatnya, al-Qur’an al-Hakim mengisyaratkan lima jenis cinta ini.
Mengingat rasul mulia S.a.w adalah ciptaan paling sempurna dan sosok terbaik di antara seluruh makhluk, karena ia memamerkan ciptaan Ilahi melalui gema zikir dan tasbih, membuka simpanan-simpanan keindahan dan kesempurnaan dalam nama-nama Ilahi melalui lisan al-Qur’an, menjelaskan petunjuk ayat-ayat kauniyah jagad raya tentang kesempurnaan Sang Pencipta secara pasti dan jelas melalui bahasa al-Qur’an, melaksanakan ubudiyah total dan peran manifestasi rububiyah Ilahi hingga menjadi manifestasi terbaik bagi seluruh nama-nama Ilahi dengan esensinya yang menyeluruh, maka bisa dikatakan bahwa karena kecintaan-Nya terhadap keindahan, Allah Yang Maha Indah mencintai Muhammad al-Arabi S.a.w yang merupakan cermin paling indah yang memiliki perasaan sesuai keindahan itu.
Karena kecintaan-Nya terhadap al-asma’ al-husna, Allah mencintai Muhammad al-Arabi S.a.w yang merupakan cermin paling berkilau yang memantulkan nama-nama itu, dan mencintai siapa pun yang menyerupai si rasul mulia S.a.w
Karena kecintaan-Nya terhadap makhluk ciptaan-Nya, Allah mencintai Muhammad al-Arabi S.a.w yang menyebarkan dan memberitahukan ciptaan-Nya dengan suara lantang melalui zikir dan tasbih yang mengiang di telinga langit, mendorong darat dan lautan untuk berzikir, dan Allah juga mencintai siapa pun yang mengikuti beliau.
Karena kecintaan-Nya terhadap makhluk ciptaan-Nya yang menawan, Allah lebih mencintai Muhammad al-Arabi S.a.w melebihi cinta-Nya pada yang lain, yang merupakan manusia terbaik berdasarkan kesepakatan manusia-manusia terbaik yang memiliki perasaan, di mana mereka adalah makhluk-makhluk hidup terbaik, dan di mana mereka adalah ciptaan-ciptaan Allah yang terbaik.
185. Page
Karena kecintaan-Nya terhadap akhlak-akhlak baik seluruh makhluk, Allah mencintai Muhammad al-Arabi S.a.w yang berada di puncak tingkatan akhlak-akhlak baik berdasarkan kesepakatan, juga mencintai siapa pun yang menyerupai beliau dengan tingkatan masing-masing. Artinya, cinta Allah meliputi seluruh jagad raya, seperti halnya rahmat-Nya yang meliputi seluruh jagad raya.
Maqam tertinggi pada setiap aspek di antara kelima aspek di atas, yang tercakup di dalam lingkup makhluk-makhluk tercinta-Nya yang tak terbatas, dikhususkan untuk Muhammad al-Arabi S.a.w, sehingga beliau dijuluki sebagai kekasih Allah.
Sulaiman menjelaskan maqam yang tinggi ini, maqam cinta, dengan ungkapan “Aku mencintaimu.” Ungkapan ini merupakan sarana pemikiran reflektif dan isyarat paling jauh dari hakikat tadi. Mengingat ungkapan ini mengesankan khayalan maknawi yang tidak patut bagi kedudukan rububiyah Ilahi, maka akan lebih baik kalau diganti dengan ungkapan, “Aku ridha padamu” (قد رضيت عنك).
Nuktah Ketiga: Peristiwa-peristiwa yang tertera dalam kasidah Mi’raj tak mampu mengungkapkan hakikat-hakikat suci dengan makna-makna yang kita ketahui. Lebih dari itu, kata-kata tersebut merupakan pos-pos observasi, sarana menuju pemikiran reflektif, isyarat menuju hakikat-hakikat luhur yang mendalam, pengingat sebagian hakikat-hakikat iman, dan ungkapan sebagian makna melalui kiasan yang tak mungkin diungkapkan secara gamblang, juga bukan dialog-dialog melalui makna yang lazim kita ketahui.
Kita tidak mungkin menerima hakikat-hakikat tersebut dengan khayalan kita melalui ungkapan-ungkapan dialog tersebut, tapi kita hanya bisa menerimanya dengan hati melalui daya rasa keimanan yang menggerakkan, juga melalui suka cita ruhani yang bercahaya. Sebab, seperti halnya Allah tidak ada tandingan dan bandingan-Nya, juga tidak ada yang menyerupai Zat serta sifat-sifat-Nya, maka seperti itu juga Allah tidak memiliki tandingan dalam kondisi-kondisi-Nya, sifat-sifat-Nya, juga tidak sama seperti sifat-sifat para makhluk. Dengan demikian, cinta-Nya juga tidak sama seperti cinta seluruh makhluk. Karena itu, ungkapan-ungkapan ini termasuk mutasyabihat. Jelasnya:
Zat yang Wajib Ada (Allah) memiliki kondisi-kondisi –seperti cinta– yang patut bagi Zat-Nya yang Wajib Ada, dengan kesucian yang patut bagi kekayaan Zat-Nya dan kesempurnaan-Nya secara mutlak.
Peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam kasidah Mi’raj yang menyebutkan kondisi-kondisi tersebut sudah dijelaskan dalam “Kalimat Ketigapuluh Satu” yang secara khusus membahas tentang
186. Page
Mi’raj Nabawi. Hakikat-hakikat Mi’raj sudah dijelaskan di sana dalam lingkup asas-asas iman. Karena itu, kami rasa sudah cukup persoalan ini kita bahas sampai sekian saja.
Nuktah Keempat: Ungkapan “Beliau (Rasulullah S.a.w) melihat Allah di balik tujuhpuluh ribu tabir” mengungkapkan tempat nun jauh, padahal Zat yang Wajib Ada suci dari tempat, Dia lebih dekat kepada segala sesuatu melebihi segala sesuatu. Lantas apa maksud ungkapan ini?
Jawab: Hakikat ini sudah dijelaskan secara rinci dengan dalil-dalil yang jelas di dalam “Kalimat Ketigapuluh Satu.” Hanya saja pada bagian ini perlu kami sampaikan:
Allah dekat dengan kita secara mutlak, hanya saja kita jauh dari Allah secara mutlak. Seperti halnya matahari dekat dengan kita melalui perantara cermin yang kita pegang, demikian pula halnya dengan setiap benda transparan di bumi ini menjadi semacam singgasana dan kediaman bagi matahari. Andai saja matahari memiliki perasaan, tentu ia berkomunikasi dengan kita melalui cermin. Namun apa daya kita berada sejauh empat ribu tahun dari matahari. Demikian pula halnya –tanpa tasybih dan tamtsil– Sang Mentari Azali lebih dekat dengan segala sesuatu melebihi segala sesuatu, karena Dia adalah Zat yang Wajib Ada, tidak memerlukan tempat, tak terhalang oleh apa pun. Namun segala sesuatu jauh dari-Nya secara mutlak.
Melalui penjelasan di atas terlihat jelas adanya rahasia jarak nun begitu jauh dalam Mi’raj, rahasia tidak adanya jarak seperti yang diungkapkan ayat berikut:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qs. Qaf [50]: 16)
Juga diketahui rahasia Rasulullah S.a.w melipat jarak yang begitu jauh dalam Mi’raj, dan di saat bersamaan beliau kembali ke tempat semula. Karena itu, Mi’raj Rasul mulia S.a.w adalah perjalanan spiritual beliau dan sebagai tanda kewalian beliau. Seperti halnya para wali menapaki tingkatan haqqul yaqin di antara tingkatan-tingkatan iman melalui perjalanan spiritual selama empatpuluh hari hingga empatpuluh tahun, seperti itu juga Rasulullah S.a.w yang merupakan sultan seluruh wali, menjalani Mi’raj dalam empatpuluh menit, bukan empatpuluh tahun, menuju tingkatan hakikat-hakikat iman yang paling tinggi dengan jasad, keistimewaan-keistimewaan, dan kelembutan-kelembutan beliau, bukan dengan hati atau ruh semata, membuka jalan lebar yang merupakan karamah terbesar bagi kewalian beliau, hingga beliau sampai di Arsy melalui tangga Mi’raj, menyaksikan hakikat-hakikat iman terbesar; keimanan kepada Allah, keimanan kepada akhirat, masuk surga, dan melihat kebahagiaan abadi di sebuah maqam yang amat dekat, lebih dekat dari jarak dua busur panah. Beliau meninggalkan jalan lebar yang beliau buka dengan pintu Mi’raj agar para wali di antara umat beliau bisa menempuh
187. Page
jalan tersebut melalui perjalanan ruhani dan hati sesuai tingkatan masing-masing di bawah lembayung Mi’raj ini.
Nuktah Kelima: Membaca kasidah Maulid Nabawi dan kasidah Mi’raj adalah kebiasaan yang sangat baik dan bermanfaat, adat Islam yang terpuji, bahkan termasuk sarana yang baik untuk menjalin hubungan persahabatan dalam kehidupan sosial Islam. Kasidah-kasidah ini merupakan pelajaran lembut dan baik untuk mengingatkan hakikat-hakikat iman, juga merupakan sarana paling kuat dan berpengaruh untuk menampakkan cahaya iman, mahabbatullah, cinta Nabi S.a.w, dan menggerakkan cinta tersebut dalam kehidupan nyata.
Semoga Allah berkenan mengabadikan kebiasaan ini hingga selamanya, semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Sayyid Sulaiman dan orang-orang sepertinya yang menulis kasidah Maulid Nabi, dan semoga Allah menempatkan mereka di surga Firdaus. Amin.
Penutup
Seperti halnya Pencipta jagad raya ini menciptakan satu sosok istimewa yang sempurna dan menyeluruh di setiap jenisnya, lalu sosok tersebut dijadikan sumber kebanggaan dan kesempurnaan jenis tersebut, maka tidak diragukan lagi bahwa Dia pasti menciptakan seorang individu istimewa yang menawan jika dibandingkan dengan seluruh jagad raya ini, di mana nama agung di antara sekian al-asma’ al-husna tampak pada wujud tersebut.
Seperti halnya Allah memiliki nama agung di antara seluruh al-asma’ al-husna, Dia juga memiliki sosok terindah di antara seluruh makhluk ciptaan-Nya. Seluruh kesempurnaan yang tersebar di jagad raya menyatu dalam individu tersebut dan menjadikan sosok tersebut sebagai pusat perhatian. Tak perlu diragukan bahwa individu tersebut pasti berasal dari kalangan makhluk hidup, karena jenis wujud yang paling indah adalah makhluk hidup. Tak perlu diragukan bahwa individu makhluk hidup tersebut pasti memiliki perasaan, karena makhluk hidup yang paling menawan adalah yang memiliki perasaan. Tak dapat diragukan bahwa individu tersebut pasti berasal dari golongan manusia, karena manusia memiliki keunggulan tak terbatas di antara seluruh makhluk hidup yang memiliki perasaan. Dan tak dapat diragukan bahwa individu tersebut adalah Muhammad S.a.w di antara seluruh umat manusia, karena sepanjang sejarah sejak Adam hingga saat ini, tidak pernah ada dan tidak akan pernah ada sosok seperti beliau, karena beliau mampu menundukkan separuh bumi dan seperlima umat manusia pada kekuasaan maknawi beliau, mampu mempertahankan kekuasaan itu selama seribu tigaratus tahun lamanya dengan sepenuh keagungan. Beliau menjadi guru menyeluruh bagi setiap pemilik
188. Page
kesempurnaan di seluruh jenis hakikat, meraih tingkatan akhlak mulia tertinggi atas kesepakatan kawan maupun lawan, beliau seorang diri menantang seluruh dunia di permulaan menyebarkan Islam. Juga tidak perlu diragukan bahwa sosok yang menyebarkan al-Qur’an yang merupakan wirid lebih dari seratus juta umat manusia di setiap menit, tidak lain adalah sosok tiada duanya tersebut, bukan yang lain. Beliau adalah benih sekaligus buah alam raya ini.
عليه و على آله و صحبه الصلاة و السلام بعدد الكائنات و موجوداتها
Semoga shalawat dan salam terlimpah kepada beliau dan para sahabat sebanyak spesies semua yang ada.
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa mendengarkan kasidah Maulid Nabi dan kasidah Mi’raj, maksudnya mendengarkan titik awal dan akhir Mi’raj Nabi S.a.w, mengetahui kisah perjalanan kehidupan maknawi Nabi S.a.w, adalah hiburan keagamaan yang luhur, menyenangkan, terang bercahaya, baik, dan membangkitkan kebanggaan seluruh kaum mukminin yang menjadikan Nabi S.a.w sebagai pemimpin, imam dan pemberi syafaat.
Ya Rabb, dengan kesucian Kekasih mulia S.a.w., dengan hak nama paling agung, jadikanlah hati siapa pun yang menyebarkan risalah ini, dan hati teman-teman yang mendampingi mereka, meraih cahaya keimanan. Jadikanlah pena-pena mereka sebagai alat yang menyebarkan rahasia-rahasia al-Qur’an. Berikanlah mereka keteguhan dalam meniti jalan yang lurus. Amin.
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 32)
الباقي هو الباقي
Sa’id Nursi