Surat Keenam Belas

74. Page

SURAT KEENAM BELAS

 

بسم الله الرحمن الرحيم

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.” Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Qs. Ali ‘Imran [3]: 173)

 

Surat ini meraih rahasia ayat berikut, sehingga tidak ditulis dengan gaya bahasa yang keras:

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا

 Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Qs. Thaha [20]: 44)

 

Jawaban atas pertanyaan yang disampaikan banyak orang, baik secara tersurat maupun tersirat:

Saya sebenarnya tidak ingin menyampaikan jawaban ini, karena saya menggantungkan segala urusan saya dengan bertawakal kepada Allah S.w.t. Namun karena mereka tidak membiarkan saya untuk menikmati dunia saya, bahkan mereka juga mengalihkan wajah saya ke dunia, mau tidak mau saya harus menjelaskan lima poin berikut ini melalui lisan Sa’id lama, bukan Sa’id baru, demi menyelamatkan kawan-kawan saya, juga kata-kata saya, dari segala prasangka dan siksaan para ahli dunia , bukan demi kepentingan saya pribadi. Saya ingin menjelaskan hakikat permasalahan ini untuk semua kawan saya, juga untuk para ahli dunia  dan para penguasa.

 

Poin Pertama: Ada yang bertanya, “Mengapa saya menarik diri dari politik dan sama sekali tidak mau mendekati dunia tersebut?”

Jawab: Sa’id lama sudah pernah terjun ke dunia politik hingga hampir selama duapuluh tahun dengan harapan bisa memberikan pelayanan terhadap agama melalui jalur politik. Hanya saja Sa’id lama kelelahan tanpa guna. Menurutnya, jalur politik meragukan, penuh kesulitan, tidak ada gunanya, banyak bahayanya, menghalangi untuk memberikan pelayanan yang lebih penting. Banyak di antara mereka secara dusta dan tanpa mereka sadari menjadi alat bagi tangan-tangan asing.


75. Page

Siapa pun yang terjun ke dunia politik, mungkin mendukung langkah politik negara, atau mungkin juga menentang. Jika saya mendukung langkah politik pemerintah, cara ini sama sekali tidak membawa guna dan sia-sia bagi saya, karena saya bukan pegawai negara, bukan pula anggota dewan, dan saya juga tidak memerlukan hal itu. Maka, untuk apa saya harus memasuki dunia politik tanpa guna.

Dan jika saya menentang langkah politik pemerintah, berarti saya harus memasuki dunia politik dengan pemikiran atau kekuatan. Jika sikap penentangan mengharuskan saya memeras fikiran, saya sama sekali tidak memerlukan hal itu, karena segala permasalahannya sudah jelas, dan siapa pun seperti saya ini sudah tahu seperti apa dunia politik, tidak ada gunanya banyak bicara tanpa guna. Dan jika saya harus menentang dengan kekuatan demi memicu berbagai macam kesulitan, berarti saya melakukan ribuan dosa demi sebuah tujuan yang tidak jelas. Tidak menutup kemungkinan banyak orang jatuh dalam berbagai macam musibah dan petaka karena ulah satu orang. Sa’id lama sudah tidak lagi merokok, membaca koran, dan melakukan berbagai pembicaraan politik yang berbau dunia. Nuraninya enggan melakukan banyak dosa dan menggiring orang-orang tak bersalah ke dunia politik dengan satu atau dua kemungkinan di antara sepuluh kemungkinan yang ada.

Bukti kuat atas pernyataan ini adalah delapan tahun sejak saat itu, saya tidak pernah lagi membaca surat kabar. Saya pun tidak pernah mendengar berita-berita surat kabar dari siapa pun. Biarkan orang berteriak mengatakan saya membaca atau mendengar berita-berita surat kabar. Delapan tahun sebelumnya, Sa’id lama memang biasa membaca dalam sehari delapan surat kabar yang berbeda.

Di samping itu, saya sejak lima tahun belakang ini berada dalam pengawasan ketat. Maka, silahkan saja memberitahukan kalau ada di antara gerak-gerik dan kondisi saya yang mengisyaratkan bahwa saya masih berkecimpung di dunia politik. Padahal, orang temperamental seperti saya ini m enilai siasat terbesar adalah menghindari siasat itu sendiri, sesuai kaidah, “Siasat hanya bisa dilakukan dengan menghindari siasat” (الحيلة ترك في الحيلة إنما) . Ia tidak perlu takut pada apa pun, karena memang ia tidak punya hubungan dengan siapa pun. Pemikirannya juga bukan lagi rahasia umum bagi siapa pun. Juga tidak ada hubungannya dengan siapa pun. Andai ia punya keinginan dan ambisi untuk terjun di dunia politik, tentu ia terus mengikuti perkembangan yang terjadi, bahkan gema kata-katanya akan menjadi laksana meriam.

 

Poin Kedua: Mengapa Sa’id baru menjauhi politik hingga sedemikian rupa?

Jawab: Sa’id baru menjauhi politik dengan tegas agar bisa sepenuhnya memberikan khidmah pengabdian al-Qur’an dan keimanan yang merupakan tugas paling penting, paling suci dan paling 

76. Page

benar, agar tidak mengorbankan segala upaya dan capaian kehidupan akhirat yang milyaran tahun lebih lama hanya demi beberapa tahun kehidupan dunia yang meragukan dengan ikut campur dalam dunia politik secara ikut-ikutan dan tidak penting, karena ia pernah mengatakan, “Saya ini sudah tua, saya tidak tahu berapa tahun lagi hidup saya.”

Karena itu, saya lebih baik bekerja untuk kehidupan akhirat. Mengingat cara untuk meraih kehidupan abadi, dan kunci kebahagiaan abadi adalah iman, maka saya harus berusaha karena iman. Saya ingin melayani umat manusia dengan ilmu, karena secara syar’i saya dibebankan untuk menyampaikan dakwah. Hanya saja manfaat khidmah ini merata untuk kehidupan sosial dan juga agama. Inilah yang tidak mampu saya kerjakan. Menyampaikan dakwah pada zaman ribut seperti sekarang ini sulit sekali. Itulah mengapa saya meninggalkan sisi ini, dan saya lebih memilih memberikan pengabdian keimanan. Inilah pelayanan yang lebih penting, lebih wajib dan lebih selamat. Saya mempersilahkan siapa pun untuk memetik manfaat dari hakikat-hakikat al-Qur’an yang saya dapatkan untuk diri saya pribadi. Saya persilahkan siapa pun untuk menggunakan obat-obat maknawi yang sudah saya buktikan sendiri, dengan harapan semoga Allah berkenan menerima pengabdian dan dakwah ini, serta menjadikan langkah ini sebagai penebus untuk segala dosa-dosa masa lalu saya.

Siapa pun tidak berhak menghalangi khidmah pengabdian ini, baik itu orang mukmin atau kafir, orang yang benar imannya maupun orang munafik, kecuali setan yang terkutuk, karena ketika iman sudah tidak ada, maka sudah tidak ada padanannya lagi. Kezaliman, kefasikan, dan dosa-dosa besar mungkin masih bisa memberikan kenikmatan. Namun tiadanya iman sama sekali tidak memberikan kelezatan, bahkan derita di dalam derita, kegelapan di dalam kegelapan, siksa di dalam siksa.

Tidak berusaha untuk kehidupan abadi tanpa batas, tidak memberikan pelayanan untuk cahaya iman yang suci, tenggelam dalam permainan-permainan politik berbahaya dan tidak penting di masa tua, betapa sangat menyalahi akal dan hikmah. Betapa bodoh orang seperti saya ini yang tidak memiliki hubungan apa pun dengan dunia, hidup seorang diri, terpaksa mencari sesuatu untuk melebur kesalahan-kesalahan masa lalu. Bahkan orang-orang gila pun bisa memahami hal itu.

Jika Anda bilang, “Bagaimana kesibukan melayani khidmah al-Qur’an dan iman telah menghalangi Anda untuk berpolitik?”

Berikut tanggapan saya:

Hakikat-hakikat al-Qur’an dan iman laksana emas. Jika saya sibuk berpolitik, tentu kalangan umum yang bisa saja tertipu terkait emas yang saya pegang ini berfikir, bukankah emas-emas itu sebagai propaganda politik untuk meraih dukungan? Mereka bisa saja menilai emas-emas ini sebagai potongan-

77. Page

potongan kaca tak berguna. Dengan demikian, saya menzalimi emas-emas itu dan mengurangi nilainya andai saja saya berkecimpung di dunia politik.

Wahai para ahli dunia ! Setelah semua penjelasan ini, mengapa kalian masih saja mengusik saya, mengapa kalian tidak membiarkan saya?!

Jika kalian bilang, “Sebagian syaikh sufi ada yang ikut campur dalam urusan kami, dan orang-orang juga kadang menyebut Anda syaikh,” berikut tanggapan saya:

Saya bukan syaikh sufi, tapi seorang ulama. Buktinya, sudah empat tahun saya di sini. Andai saya mengajarkan tarekat pada seseorang, tentu kalian berhak meragukan dan mencurigai saya. Bahkan siapa pun yang datang menemui saya, saya katakan padanya, “Diperlukan adanya iman dan Islam. Sekarang ini bukan zamannya tarekat sufi.”

Jika kalian bilang. “Orang-orang menyebut Anda Sa’id al-Kurdi. Mungkin saja Anda mengusung pemikiran rasial dan kesukuan. Kami tidak menyukai hal itu.”

Tanggapan saya: Wahai para pemimpin! Semua tulisan Sa’id lama dan Sa’id baru ada di tangan siapa pun. Saya jadikan kalian sebagai saksi, pernahkah saya memiliki pemikiran rasial ataupun kesukuan negatif sejak dulu kala sesuai hukum nabawi yang memastikan, “Islam memutus fanatisme jahiliyah” (الاسلام جب العصبية الجاهلية), karena fanatisme ini merupakan racun mematikan, fanatisme adalah penyakit Eropa? Orang-orang Eropa menginginkan penyakit ini menyebar di kalangan kaum muslimin hingga memecah belah persatuan mereka, menelan mereka. Semua murid saya, atau siapa pun yang pernah berhubungan dengan saya, pasti tahu saya sejak dulu sudah memerangi penyakit Eropa yang satu ini.

Mengingat faktanya seperti ini, wahai para pemimpin, untuk apa lagi mencari-cari alasan dengan segala peristiwa yang terjadi, untuk apa lagi mempersulit saya?!

Apa alasan untuk mempersulit saya dengan segala peristiwa dunia yang mirip hukuman mati terhadap seorang prajurit di Barat karena kapasitasnya sebagai seorang prajurit, atau memberikan hukuman kepadanya karena sebuah kesalahan yang dilakukan seorang prajurit di Timur, atau memenjarakan seorang pemilik kedai minuman di Baghdad hanya karena ia memiliki kedai minuman di sebuah pulau di Istanbul? Nurani mana yang bisa mengakui logika seperti ini, kepentingan seperti apa yang mengharuskan seperti itu?

 

Poin Ketiga: Orang-orang tercinta yang memikirkan kondisi dan kesehatan saya, yang merasa aneh terhadap kesabaran saya dalam menghadapi setiap musibah, heran pada sikap saya yang diam seribu bahasa, menyampaikan sebuah pertanyaan, “Bagaimana Anda mampu memikul beban berat 

78. Page

dan kesulitan yang menimpa? Padahal dulu anda sangat bangga diri, suka marah dan tidak bisa tahan menerima sedikit penghinaan saja?”

Jawab: Dengarkan dua kejadian dan dua kisah pendek berikut. Silahkan Anda petik jawaban atas pertanyaan kalian sendiri melalui kedua kisah tersebut.

Kisah pertama: Dua tahun lalu, seorang direktur tanpa sebab mengucapkan kata-kata penuh penghinaan terhadap saya karena saya tidak bisa hadir, setelah itu orang-orang memberitahukan hal itu kepada saya. Kata-kata itu sesaat membuat saya terasa sakit berdasarkan emosi Sa’id lama. Selanjutnya berkat rahmat Allah, hakikat berikut terlintas di benak saya, melenyapkan keresahan, dan membuat saya memaafkan orang tersebut. Hakikat yang dimaksud adalah:

Saya berkata kepada diri sendiri, “Jika memang segala penghinaan dan berbagai aib ditujukannya kepada saya secara khusus, semoga Allah memberikan balasan baik kepadanya, karena ia sudah memberitahukan kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri saya. Jika kata-katanya benar, berarti dia menuntun saya untuk mendidik dan membersihkan jiwa, juga membantu saya untuk melepaskan diri dari sikap terpedaya. Namun jika kata-katanya dusta, toh dia membantu saya untuk melepaskan diri dari riya dan reputasi palsu yang menjadi pijakan riya’.”

Sebelumnya saya tidak pernah berdamai dengan diri sendiri, karena saya belum mendidik dan membersihkan jiwa saya sendiri. Ketika ada seseorang mengingatkan kepada saya ada kalajengking di leher atau di dada, maka saya harus berterimakasih, bukannya marah padanya.

Namun, jika penghinaan orang tersebut ditujukan kepada saya dalam kapasitas saya sebagai pengabdi iman dan al-Qur’an, penghinaan ini bukan ditujukan kepada saya, dan saya serahkan urusan ini kepada Pemilik al-Qur’an yang mempekerjakan saya, Dia Maha Perkasa lagi Bijaksana. Dan jika penghinaannya dimaksudkan untuk mencemooh dan meruntuhkan harga diri saya, ini juga bukan ditujukan kepada saya.

Saya ini orang buangan, tawanan, orang asing, dan tangannya terbelanggu di negeri ini. Karena itu, membela kehormatan saya sama sekali tidak ada gunanya, tapi demi kepentingan orang yang menguasai kawasan ini yang selalu mengawasi saya, selanjutnya demi kepentingan pihak yang menguasai pusat dan wilayah ini di mana saya sebagai tamu di sana. Penghinaan terhadap seorang tawanan semata ditujukan kepada teman di tawanan itu, dan Dialah yang akan membelanya. Mengingat hakikatnya seperti ini, hati saya merasa tenang padanya dan saya katakan:


وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ  إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

 Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (Qs. Ghafir [40]: 44)


79. Page

Saya anggap peristiwa ini seakan tidak pernah terjadi, dan saya telah melupakannya. Hanya saja terbukti setelah itu bahwa al-Qur’an sama sekali tidak membiarkan kejadian ini berlalu begitu saja.

 

Kisah Kedua: Suatu ketika saya mendengar suatu peristiwa terjadi di tahun ini. Pasca kejadian ini, saya diperlakukan seakan memiliki kaitan erat dengan kejadian tersebut, padahal saya hanya mendengar kejadian tersebut secara garis besar saja. Saya tidak pernah mengirim surat pada siapa pun. Saya hanya sesekali mengirim surat pada seorang teman, itu pun isinya hanya membahas tentang keimanan. Bahkan dalam rentang waktu empat tahun, saya hanya sekali mengirim surat kepada saudara saya. Saya mencegah diri untuk bersinggungan dan bergaul dengan siapa pun, terlebih para ahli dunia  juga melarang saya untuk berkomunikasi dengan siapa pun. Dalam seminggu, saya hanya bisa menemui satu-dua orang teman saja. Tamu-tamu yang datang ke kampung ini juga hanya satu-dua orang saja yang menemui saya untuk membicarakan seputar akhirat, hanya satu-dua menit saja, itu pun jarang.

Meski saya terasing seorang diri di kampung ini, saya tetap dilarang melakukan apa pun, dilarang menemui siapa pun di sebuah perkampungan yang tidak cocok bagi orang-orang seperti saya untuk bekerja sekedar mengganjal perut.

Empat tahun silam, saya memperbaiki sebuah masjid yang sudah tidak lagi digunakan. Karena saya memiliki lisensi sebagai imam dan penceramah dari kampung halaman asal, saya berperan sebagai imam di masjid tersebut selama empat tahun. Semoga Allah berkenan menerima amal baik ini. Meski demikian, selama bulan Ramadhan tahun lalu saya tidak bisa pergi ke masjid. Sesekali saya shalat sendirian, saya tidak bisa mendapatkan pahala shalat berjamaah yang sebanyak duapuluh lima derajat itu. Saya juga terhalang untuk mendapatkan kebaikan shalat berjamaah.

Saya bersabar menghadapi dua kejadian ini, seperti halnya saya bersabar menghadapi perlakuan seorang petugas dua tahun silam. Dan insya Allah saya akan tetap bersabar.

Saya juga berfikir dan mengatakan, jika gangguan, kesulitan, dan beban berat yang menimpa saya akibat ulah para ahli dunia  ini ditujukan kepada diri saya yang lalai dan penuh banyak kekurangan, saya akan dengan senang hati memaafkan mereka, semoga diri saya menjadi lebih baik karena semua itu, dan semoga menjadi pelebur dosa-dosa diri saya. Sudah banyak kenikmatan dan kesenangan yang saya lihat dan rasakan di negeri jamuan tamu dunia. Jika pun saya mengalami musibah, saya tetap bersyukur kepada Allah.

Jika memang para ahli dunia  mempersulit saya karena kapasitas saya sebagai pengabdi keimanan dan al-Qur’an, toh pembelaan terhadap sikap seperti itu bukan semata tertuju kepada saya secara pribadi. Saya menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi 

80. Page

Bijaksana. Namun jika sikap-sikap mereka yang menyakiti dan mempersulit saya ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian banyak orang dengan tujuan untuk meredupkan ketenaran palsu yang tak berdasar, menjurus pada riya dan merusak keikhlasan, saya memohon kepada Allah semoga berkenan melimpahkan rahmat kepada mereka, karena menurut mereka meraih perhatian publik dan reputasi tentu saja membahayakan orang-orang seperti ini. Siapa pun yang punya relasi dengan saya mengetahui bahwa saya tidak pernah menginginkan penghormatan secara pribadi. Saya bahkan tidak menyukai hal itu. Bahkan mungkin lebih dari limapuluh kali saya marah kepada seorang teman dekat karena sangat menghormati saya.

Dan jika penghinaan dan sikap mereka yang meruntuhkan harga diri saya di hadapan banyak orang dimaksudkan untuk membidik hakikat-hakikat iman dan al-Qur’an yang saya sampaikan dan saya dakwahkan, usaha ini sama sekali tidak ada gunanya, karena bintang-bintang al-Qur’an sama sekali tak bisa dihalangi. Orang yang menutup mata sepenuhnya hanya bermaksud menghalangi diri agar tidak melihat, ia takkan pernah mampu mengubah siang hari seseorang menjadi malam.

 

Poin Keempat: Jawaban untuk sejumlah pertanyaan meragukan.

Pertanyaan pertama: Para ahli dunia  bertanya kepada saya, “Dengan apa Anda bisa hidup? Bagaimana Anda bisa hidup tanpa bekerja? Kami tidak menginginkan adanya pengangguran pemalas atau siapa pun yang hidup mengandalkan pekerjaan orang lain di negeri kami ini.”

Jawab: Saya hidup dengan cara berhemat dan meniti berkah. Saya tidak mau menerima pemberian dari siapa pun selain dari Sang Pemberi rizki. Saya memutuskan untuk tidak menerima pemberian dari siapa pun selamanya.

Orang yang sehari menghabiskan uang sebesar seratus atau bahkan hanya empatpuluh kurusy, tentu dia tidak menerima pemberian dari siapa pun. Saya sebenarnya tidak ingin menjelaskan masalah ini, bahkan saya tidak berkenan karena khawatir mereka membuat saya terpedaya ataupun egois. Namun karena para ahli dunia  dengan ragu mengemukakan pertanyaan seperti ini, mau tidak mau saya harus memberikan tanggapan:

Salah satu aturan hidup sepanjang hidup saya sejak kecil adalah tidak menerima harta atau pemberian dari siapa pun, meski berupa zakat. Saya tidak mau menerima gaji – kecuali jika terpaksa, itu pun hanya beberapa tahun saat saya masih bertugas di Darul Hikmah Islamiyah[1] atas desakan

[1] Semacam majelis ulama yang dibentuk dewan para syaikh Islam Daulah Utsmaniyah. Imam Badiuzzaman pernah menjadi anggota majelis ini dari tahun 1922 hingga 1928. Beliau memberikan berbagai sumbangsih besar sebagai anggota. Beliau mencetak buku-buku karya beliau dengan gaji yang beliau terima dari majelis ini, dan buku-buku tersebut selanjutnya beliau bagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat.




81. Page

teman-teman. Namun secara maknawi, uang-uang tersebut saya kembalikan lagi kepada rakyat. Saya tidak ingin berhutang budi pada siapa pun demi penghidupan. Orang-orang di kampung halaman saya dan siapa pun yang mengenal saya di sejumlah tempat lainnya, mengetahui prinsip ini. Banyak di kalangan teman berusaha membujuk agar saya mau menerima hadiah-hadiah mereka saat saya berada di tempat pembuangan, namun semua itu saya tolak. Ini mereka lakukan selama lima tahun lamanya.

Jika ada yang bertanya: “Kalau begitu, bagaimana Anda bisa hidup?”

Jawaban saya: Saya hidup dengan berkah dan kemuliaan Ilahi. Meski saya patut menerima perlakuan hina, namun karena kemuliaan selaku pengabdi al-Qur’an, saya mendapatkan berkah berupa kemuliaan Ilahi dalam rizki.

Saya akan menyebutkan serangkaian nikmat yang Allah berikan kepada saya sesuai rahasia ayat:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

 Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (Qs. al-Dhuha [93]: 11)

Saya juga akan menyebut beberapa contoh sebagai ungkapan rasa syukur maknawi saya. Meski kisah-kisah berikut semata sebagai ungkapan rasa syukur secara maknawi, hanya saja kekhawatiran akan bangga diri dan terpedaya tetap saja ada, sehingga bisa-bisa memutuskan berkah, karena menampak-nampakkan berkah yang tersembunyi dengan kebanggaan diri bisa memutus berkah. Tapi apa daya, saya terpaksa menuturkannya:

Pertama, selama enam bulan ini, saya dicukupkan makan dengan satu gantang (kile- 25 kilogram) gandum, yang setara dengan tigapuluh enam potong roti, dan hingga kini masih tersisa, sama sekali belum habis. Saya tidak tahu, sampai kapan gandum ini tetap bertahan mencukupi keperluan saya.[1]

Kedua, di bulan ini, bulan Ramadhan yang penuh berkah, makanan yang datang kepada saya hanya berasal dari dua rumah, dan keduanya justru membuat saya sakit. Saya tahu, saya dilarang memakan makanan orang lain. Selama beberapa hari terakhir Ramadhan, saya hanya memakan tiga potong roti dan satu okka beras, seperti yang pernah disampaikan teman saya yang tulus, tuan rumah yang diberkahi, Abdullah Cavus, yang mengurus segala keperluan saya. Bahkan beras tersebut masih tersisa selama limabelas hari setelah Ramadhan.

Ketiga, saat berada di pegunungan, saya dan para tamu saya selama tiga bulan lamanya cukup hidup dengan satu okka mentega, padahal setiap hari kami makan roti dengan mentega. Bahkan, ada

[1] Bertahan selama setahun. (Penulis)



82. Page

seorang tamu mulia, namanya Sulaiman, saat itu roti milik saya dan juga miliknya hampir habis, hari itu adalah hari Rabu, saya bilang padanya, “Tolong carikan roti untuk kita.”

Ia menyahut, “Di sekitar sini, tak seorang pun dalam radius perjalanan dua jam yang bisa ditemui memberikan roti. Pada malam Jum’at nanti, saya akan berdoa kepada Allah bersama Anda di puncak gunung ini.”

Saya akhirnya berkata kepadanya, “Baik, kita bertawakal kepada Allah.” Setelah itu kami terus mendaki ke puncak gunung dengan berjalan kaki tanpa ada keperluan apa pun. Di termos hanya tersisa sedikit air, sedikit gula dan teh. Saya kemudian berkata pada Sulaiman, “Tolong buatkan teh, saudaraku!” Sulaiman mulai membuat teh. Saya duduk di dekat pohon cedar menghadap jurang yang dalam. Saya berfikir, roti yang tersisa hanya sepotong roti yang sudah bulukan, itu pun hanya cukup sampai sore. Apa yang bisa saya kerjakan selama dua hari ke depan, dan apa yang harus saya katakan kepada pria tulus ini. Tanpa diduga, saya menoleh –seakan-akan ada yang menolehkan kepala saya- lalu saya melihat sepotong roti ukuran besar berada di atas pohon gaharu, tepat di sela-sela dahan, lalu saya bilang pada Sulaiman, “Bergembiralah wahai Sulaiman, Allah memberi kita rizki.” Kami kemudian mengambil roti tersebut. Setelah kami lihat-lihat, ternyata roti tersebut sama sekali tidak dijamah burung ataupun hewan-hewan buas, padahal sejak tigapuluh hari sebelumnya, tak seorang pun naik ke puncak gunung tersebut. Roti tersebut cukup untuk keperluan kami selama dua hari penuh. Saat kami sedang makan dan roti tersebut hampir habis, tidak diduga teman saya yang tulus, Sulaiman, datang membawakan roti untuk kami.

Keempat: Tujuh tahun silam, saya membeli mantel bekas ini, dan selama lima tahun terakhir, saya cukup membeli pakaian, sepatu, kaos kaki dengan uang empat setengah lira. Keberkahan, hemat, dan rahmat Ilahi mencukupi segala keperluan saya.

Masih banyak lagi contoh serupa lainnya. Berkah Ilahi memiliki beragam sisi. Para penduduk perkampungan ini mengetahui sebagian besar kisah-kisah saya ini. Perlu diingat, jangan sampai kalian mengira saya menyebutkan kisah-kisah ini sebagai suatu kebanggaan, karena saya terpaksa menuturkannya. Jangan pernah pula Anda mengira kisah-kisah yang terjadi ini sebagai pertanda keshalihan saya, tapi ini semata berkah, ini semata nikmat untuk teman-teman saya yang tulus, yang sering datang menemui saya, atau mungkin sebagai kemuliaan untuk para pengabdi al-Qur’an, atau mungkin sebagai manfaat berhemat, atau mungkin rizki untuk empat ekor kucing yang senantiasa menyebut nama Allah, “Ya Rahim, ya Rahim,” lalu rizki kucing-kucing ini datang dalam bentuk berkah, sehingga saya juga bisa memanfaatkannya.


83. Page

Jika Anda mendengarkan meongan kucing dengan baik, Anda tentu mengerti bahwa kucing berzikir menyebut, “Ya Rahim, ya Rahim.” Berbicara tentang kucing, saya teringat tentang seekor ayam. Dulu saya punya ayam. Setiap hari si ayam ini memberi saya seekor telur selama musim dingin, telur yang berasal dari simpanan rahmat ilah. Ayam ini seakan mesin telur yang jarang sekali berhenti berproduksi. Suatu ketika, si ayam bertelur dua butir, saya merasa heran, lalu saya bertanya kepada teman-teman saya, “Pernahkah hal seperti ini terjadi?” Mereka bilang pada saya, “Mungkin ini nikmat Ilahi.” Setelah itu si ayam ini menetaskan seekor anak ayam di musim panas, dan anak ayam ini baru bertelur di awal bulan Ramadhan penuh berkah, ia terus bertelur selama empatpuluh hari tanpa henti. Saya dan siapa pun yang melayani saya tidak ragu bahwa ayam kecil ini selama musim dingin dan bulan Ramadhan tidak lain adalah sebagai kemuliaan rabbani. Setelah induknya tidak lagi bertelur, si anak ayam mulai bertelur, dan tidak pernah tidak memberikan saya telur.

 

Pertanyaan kedua yang meragukan: Para ahli dunia  mengatakan, “Bagaimana kami bisa percaya kepada Anda bahwa Anda tidak akan memasuki dunia kami? Jika kami membebaskan Anda, tidak menutup kemungkinan Anda akan ikut campur dalam dunia kami, setelah itu bagaimana kami bisa memastikan bahwa Anda tidak menyerang kami? Anda mungkin saja berpura-pura meninggalkan dunia dan tidak mau menerima pemberian siapa pun secara lahiriah, namun secara rahasia Anda menerima bantuan banyak orang. Bagaimana kami bisa memastikan bahwa cara-cara Anda ini bukan sebagai tipuan ataupun trik?”

Jawab: Siapa pun mengetahui seperti apa kondisi saya saat berada di peradilan militer duapuluh tahun silam, atau di era sebelum masa kebebasan. Pledoi bernama “Kesaksian Dua Sekolah Musibah” yang saya sampaikan di hadapan peradilan militer saat itu, secara pasti membuktikan bahwa kehidupan yang saya jalani jauh dari apa yang dinamakan konspirasi, bahkan jauh dari trik meski sekecil apa pun.

Andai saya melakukan trik, tentu ada usaha-usaha yang saya lakukan untuk mendekati atau mencari muka di hadapan kalian sepanjang lima tahun belakangan, karena orang yang melakukan suatu upaya tentu berusaha agar disukai orang lain dan tidak perlu menjaga diri. Juga berusaha untuk selalu membuat orang lain lalai atau tertipu. Namun saya menghindari cara-cara hina seperti ini, meski banyak sekali serangan dan tuduhan yang diarahkan kepada pribadi saya.

Saya memalingkan diri dari para ahli dunia  seraya mengatakan, “Saya berserah diri kepada Allah” (توكلت على الله). Siapa pun yang mengenal akhirat dan mengetahui hakikat dunia, ia tidak akan pernah menyesal jika memang masih punya akal, tidak akan sibuk kembali dengan dunia.


84. Page

Selain itu, seseorang yang sendirian, dan tak lagi memiliki relasi dengan siapa pun, tentu tidak akan mengorbankan sisa usia setelah menginjak limapuluh tahun demi keindahan dan berbagai kesenangan dunia yang hanya bertahan selama beberapa tahun saja, apalagi melakukan upaya-upaya menipu untuk kepentingan dunia. Bahkan jika pun ia mengorbankan sisa usia untuk kepentingan-kepentingan dunia, ia bukan lagi sebagai penipu ahli, tapi lebih sebagai orang gila yang dungu. Untuk apa orang gila diperlakukan secara hormat sehingga harus dicurigai macam-macam?!

Terkait keraguan bahwa saya meninggalkan dunia secara lahiriah, sementara dari sisi batin saya memburu dunia, saya tidak membebaskan diri saya dari berbagai kesalahan, seperti disebutkan dalam ayat:


وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي  إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي  إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (Qs. Yusuf [12]: 53)

Nafsu amarah senantiasa menginginkan berbuat kerusakan. Namun merusak kehidupan abadi dan kebahagiaan tanpa henti serta kekal hanya demi kenikmatan sesaat dalam rentang usia singkat di masa tua di dunia fana dan di negeri jamuan sesaat ini, tentu bukan perilaku orang-orang berakal, orang-orang yang memiliki kesadaran dan pemahaman. Karena itu, mau tidak mau saya tundukkan nafsu amarah kepada akal.

 

Pertanyaan ketiga yang meragukan: Para ahli dunia  mengatakan, “Apakah Anda mencintai kami dan berminat dengan kami? Jika memang Anda mencintai kami, mengapa Anda berpaling dan tidak mau bergaul dengan kami? Dan jika Anda tidak berminat dengan kami, berarti Anda lawan kami, dan kami akan memusnahkan siapa pun yang melawan kami.”

Jawab: Andai saya mencintai kalian, atau jika saya mencintai dunia kalian, tentu saya tidak akan menarik diri dari dunia. Saya sedikit pun tidak tertarik dengan kalian atau pun dunia kalian, saya pun tidak akan ikut campur dalam dunia kalian, karena tujuan kita berbeda. Hati saya penuh dengan urusan akhirat, tak lagi menyisakan tempat untuk urusan-urusan lain.

Kalian harus memperhatikan tindakan nyata, bukan niat, karena jika kalian ingin disiplin, aman, dan selamat, kalian cukup untuk tidak ikut campur dalam urusan hati. Jika memang tidak ada campur tangan kekuasaan, kalian tentu tidak berhak mengatakan, “Hati siapa pun harus mencintai kami!” Bagaimana mungkin seperti itu, padahal kalian sedikit pun tidak patut untuk dicintai.


85. Page

Seperti halnya saya mengharapkan dan menginginkan datangnya musim dingin di musim panas ini, namun saya tak mampu dan tidak bisa mendatangkan musim itu, seperti itu juga saya berharap agar semua kondisi dunia ini membaik, dan saya berharap semoga Allah berkenan memperbaiki kondisi dunia, saya menginginkan kebaikan bagi para ahli dunia . Tapi apa daya saya tidak mampu melakukan itu karena berada di luar kapasitas saya, dan saya juga benar-benar tidak bisa mengusahakan hal itu, karena itu bukan kewajiban dan berada di luar kapasitas saya.

 

Pertanyaan keempat yang meragukan: Para ahli dunia  mengatakan, “Kami sudah sering melihat keburukan, hingga kami tidak lagi percaya pada siapa pun. Lantas bagaimana kami bisa percaya bahwa Anda tidak akan ikut campur dalam urusan kami seperti yang Anda inginkan ketika Anda punya kesempatan?”

Jawab: Poin-poin di atas kami rasa sudah membuat kalian tenang. Selain saya tak pernah ikut campur dalam dunia kalian, saya berada di kampung halaman bersama murid-murid dan karib kerabat, bersama orang-orang yang mau mendengarkan saya, juga bersama kejadian-kejadian yang menggugah. Apalagi ketika saya berada di tempat asing, seorang diri, lemah dan tak berdaya, mengarah kepada akhirat dengan sepenuh kekuatan yang ada, tidak lagi bergaul dan membangun relasi dengan orang lain, tak memiliki teman selain sebagian pencari akhirat karena iman dan kepentingan akhirat, memandang orang lain sebagai sosok-sosok asing, dan orang lain juga memandang saya sebagai orang asing.

Karena itu, ikut campur dalam dunia kalian sama sekali tidak ada manfaatnya, dan bahkan berbahaya. Jika tetap memaksakan diri untuk ikut campur, tentu saya ini benar-benar gila.

 

Poin Kelima: Poin ini membahas seputar lima masalah kecil.

Masalah pertama: Para ahli dunia  mengatakan, “Mengapa Anda tidak mengikuti gaya peradaban kami, cara hidup kami, cara pakaian kami? Artinya Anda menentang kami!”

Saya katakan: Wahai para pemimpin! Apa hak kalian memaksa saya untuk mengikuti gaya peradaban kalian, sementara kalian memaksa saya untuk tinggal secara semena-mena selama lima tahun di salah satu desa. Kalian melarang saya berkorespondensi atau bergaul dengan siapa pun, seakan kalian merampas hak-hak sipil saya, sementara kalian membiarkan semua orang buangan untuk hidup bersama para teman dan sanak kerabat di berbagai kota. Dan meskipun kalian memberi saya surat kebebasan pada saya, tetap saja kalian melarang saya melakukan apa pun, melarang saya untuk menemui siapa pun di antara penduduk desa saya selain satu-dua orang saja.


86. Page

Artinya, kalian tidak menganggap saya sebagai warga negara. Lantas mengapa kalian memaksa saya untuk menerapkan aturan-aturan peradaban kalian, bukankah kalian telah menjadikan dunia ini sebagai penjara bagi saya. Tahanan tentu tidak dibebankan untuk melakukan hal-hal semacam itu.

Kalian telah menutup pintu dunia bagi saya, saya pun mengetuk pintu akhirat, lalu rahmat Ilahi membukakan pintu akhirat untuk saya. Bagaimana mungkin orang yang berada di depan pintu akhirat dipaksa untuk menerapkan cara-cara dan tradisi-tradisi dunia yang tidak karuan.

Jika kalian membebaskan saya, kalian kembalikan saya ke kampung halaman saya, kalian kembalikan semua hak-hak saya, saat itu kalian baru bisa menuntut saya untuk menerapkan dan mengikuti cara hidup kalian.

 

Persoalan kedua: Para ahli dunia  menyatakan, “Kami memiliki lembaga resmi untuk mengajarkan hukum-hukum dan hakikat-hakikat Islam. Apa wewenang Anda untuk menyebarkan karya-karya tulis agama, padahal Anda telah dinyatakan sebagai orang buangan. Anda tidak berhak ikut campur dalam urusan ini!”

Jawab:

Pertama, hak dan hakikat tidak bisa dibatasi. Bagaimana mungkin iman dan al-Qur’an dibatasi pada sesuatu. Kalian bisa menentukan cara hidup dan undang-undang, namun tidak mungkin memberlakukan hakikat-hakikat iman dan asas-asas al-Qur’an layaknya transaksi-transaksi duniawi secara resmi dan digaji. Segala rahasia dan luapan yang merupakan karunia Ilahi ini hanya muncul dari niat tulus, melepaskan diri dari dunia dan keinginan-keinginan diri.

Lembaga resmi kalian itu menerima saya dan menunjuk saya sebagai penceramah di kampung halaman saya. Saya menerima tugas sebagai penceramah, namun saya tidak mau menerima gaji. Saya memiliki lisensi ceramah, dan saya bisa saja bekerja di mana saja. Karena saya dibuang secara lalim dan semena-mena, dan mengingat orang-orang buangan telah dipulangkan ke tempat masing-masing, berarti lisensi saya tetap berlaku.

Kedua, saya berbicara kepada diri saya secara langsung terkait hakikat-hakikat iman yang saya tulis. Tidak semua orang saya seru menuju hakikat-hakikat ini, tapi hanya mereka yang memerlukannya, mereka yang terluka hati yang mencari obat-obat al-Qur’an dan menemukannya. Namun, saya mencetak sebuah risalah terkait kebangkitan kembali (hasyr) demi penghidupan saya sebelum huruf-huruf Latin muncul. Hanya saja mantan penguasa yang zalim itu mencari orang yang dapat mempelajari dan mengomentari risalah ini. Namun karena ia tidak berhasil menemukan siapa orangnya, ia tidak bisa mengusik sedikit pun risalah ini.


87. Page

Permasalahan ketiga: Sebagian teman saya secara lahiriah menyatakan diri tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Bahkan, mereka mengkritik saya agar mereka terlihat baik di mata para ahli dunia , mengingat para ahli dunia  selalu memandang saya dengan keraguan dan syubhat. Hanya saja para ahli dunia  yang ahli membuat tipu daya, mengartikan sikap sebagian teman saya ini sebagai pamrih dan tidak punya nurani, bukannya mereka artikan sebagai tindakan tulus. Para ahli dunia mulai memandang sebagian teman saya ini dengan pandangan buruk.

Saya sampaikan: Wahai teman-taman saya karena Allah dan akhirat! Jangan lari seraya menyatakan tidak ada sangkut pautnya dengan saya karena kapasitas saya sebagai pengabdi al-Qur’an, karena dengan izin Allah, kalian tidak akan tertimpa bahaya. Bahkan, andaipun kalian tertimpa musibah, tetap saja kalian tidak bisa mengelak dengan menyatakan bahwa kalian tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Justru sikap seperti itu membuat kalian berhak mendapatkan musibah berlipat kali dan lebih keras. Apa sebenarnya yang terjadi hingga kalian bersikap meragukan seperti itu?

 

Masalah keempat: Selama berada dalam pengasingan ini, saya menilai sebagian orang yang terpedaya oleh diri sendiri, yang jatuh dalam lumpur politik, memandang saya secara partisan, dengan permusuhan, seakan saya punya hubungan dengan arus-arus dunia seperti halnya mereka.

Wahai para pemimpin! Saya berada dalam arus iman dan berhadapan dengan arus atheisme. Saya tidak punya hubungan dengan arus-arus lain. Mereka yang bekerja demi mendapat gaji dari para pencari dunia, mungkin menganggap diri mereka bisa ditolelir dalam batasan tertentu. Namun bersikap layaknya kompetitor dan tidak netral terhadap saya, juga menyerang dan menyakiti saya secara tidak langsung, adalah kekeliruan yang amat buruk, karena seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, saya tidak ada sangkut pautnya dengan politik keduniaan. Segala waktu dan hidup, saya batasi untuk hakikat-hakikat iman dan al-Qur’an, juga saya wakafkan untuk tujuan itu.

Mengingat permasalahan sebenarnya seperti ini, siapa pun yang menyakiti dan menentang saya harus tahu, sikap yang mereka lakukan terhadap saya sama seperti menyerang iman atas nama atheisme dan kekufuran (zindiqah).

Permasalahan kelima: Mengingat dunia ini fana, usia ini pendek, kewajiban-kewajiban penting sangat banyak, kehidupan abadi diraih di dunia ini; mengingat dunia ini ada pemiliknya, pasti ada yang mengatur ruang jamuan dunia ini dengan penuh bijak dan kemuliaan; mengingat segala 

88. Page

kebaikan dan keburukan pasti ada balasannya; mengingat manusia hanya dibebankan sesuatu yang ia mampu berdasarkan rahasia ayat:


لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

 Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Qs. al-Baqarah [2]: 286)

Mengingat jalan yang selamat disarankan untuk ditempuh daripada jalan yang berbahaya; mengingat para teman dunia, jabatan-jabatan dunia berakhir di depan pintu kuburan; mengingat itu semua, maka tidak diragukan bahwa orang paling bahagia adalah yang tidak melupakan akhirat demi kepentingan dunia, tidak mengorbankan akhirat demi dunia, tidak merusak kehidupan abadi demi kehidupan dunia, tidak menyia-nyiakan usia untuk apa pun yang tak berguna, dan menganggap diri sebagai tamu yang bertingkah laku sesuai perintah-perintah tuan rumah, membuka pintu kubur dengan aman dan memasuki kebahagiaan abadi dengan sejahtera.[1]

 

الباقي هو الباقي

 


[1] Alasan atas sejumlah “karena” ini adalah: Saya tidak perduli apa pun yang menimpa, mulai dari kezaliman, kesulitan, gangguan, atau apa pun itu. Saya tidak akan merasa tersiksa karenanya dan semua ini tidak perlu dipedulikan, dan saya tidak akan ikut campur dalam urusan-urusan dunia. (Penulis)




89. Page

TAMBAHAN

SURAT KEENAMBELAS

 

باسمه

 وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ

 

Dengan Nama-Nya

Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (Qs. al-Isra’ [17]: 44)

 

Para ahli dunia  mengira orang lemah dan asing seperti saya ini memiliki kekuatan seribu lelaki. Karena itu, mereka membelenggu pergerakan-pergerakan saya dengan banyak sekali rantai. Mereka tidak mengizinkan saya untuk tinggal berlama-lama barang beberapa malam di Bedre, salah satu perkampungan Barla, dan di salah satu pegunungan di sana.

Saya pernah mendengar mereka berkata, “Sa’id memiliki kekuatan limapuluh ribu prajurit. Karena itu kami tidak akan pernah melepaskannya.”

Saya katakan: Wahai para ahli dunia  yang sengsara! Mengapa kalian tidak mengetahui seluk-beluk dunia, padahal kalian menguasai dunia dengan segala kekuatan yang kalian punya, dan mengapa kalian mengeluarkan putusan layaknya orang gila. Jika pun kalian takut pada sosok saya, toh seorang prajurit, bukan limapuluh ribu prajurit, mampu melaksanakan limapuluh kali pekerjaan yang bisa saya lakukan. Prajurit itu bisa saja berdiri di depan pintu dan bilang pada saya, “Jangan keluar!”

Namun jika ketakutan kalian disebabkan oleh jalan yang saya tempuh, karena kapasitas saya sebagai da’i yang menyeru menuju al-Qur’an dan kekuatan maknawi iman, ketahuilah bahwa sikap kalian ini salah. Sebab, berdasarkan jalan yang saya tempuh ini, saya memiliki kekuatan limapuluh juta prajurit, bukan limapuluh ribu prajurit, karena saya menantang Eropa secara keseluruhan sekaligus semua kalangan atheis Eropa dengan kekuatan al-Qur’an. Saya akan menghancurkan benteng mereka yang kokoh, yang mereka sebut sebagai ilmu pengetahuan modern dan naturalisme. Dengan segenap cahaya iman yang saya sebarkan, saya akan meruntuhkan para tokoh filosof atheis hingga ke tingkatan hewan paling rendah.

Andaipun seluruh orang Eropa bersatu padu bersama kalangan atheis yang ada di sana, tetap saja mereka tidak akan mampu membuat saya mundur dari satu pun jalan yang saya tempuh ini, dengan izin dan pertolongan Allah. Mereka semua tidak akan mampu mengalahkan saya.


90. Page

Karena permasalahannya seperti itu, saya tidak akan ikut campur dalam urusan dunia kalian. Untuk itu, kalian juga tidak perlu ikut campur dalam urusan akhirat saya. Percuma saja jika kalian tetap memaksa untuk ikut campur dalam urusan akhirat.

Takdir Allah tak bisa ditangkal dengan kekuatan otot,

dan api yang telah dinyalakan Allah tidak akan bisa ditiup hingga padam.

Para ahli dunia  termakan oleh waham-waham yang secara khusus terkait saya. Mereka seakan takut kepada saya hingga membayangkan banyak hal yang tidak nyata dalam diri saya. Jika pun ada, tetap tidak membentuk istana-istana politik, juga tidak menjadi pemicu berbagai tuduhan seperti bahwa saya ini seorang syekh, pembesar dan terkemuka, bahwa saya keturunan bangsawan, punya suku yang besar, punya kekuatan, bahwa saya ditaati, punya banyak pengikut, bisa bertemu dengan para penduduk tempat asal saya, punya relasi kuat dengan kondisi-kondisi dunia, terjun ke dunia politik, bahkan saya menentang pemerintah, sehingga mereka jatuh dalam waham-waham tak berdasar. Mereka tidak memberi saya apa pun saat membahas untuk memberikan ampunan kepada para tahanan, atau saat membahas orang-orang yang berada di luar penjara, atau saat membahas siapa saja yang tidak berhak mendapatkan ampunan menurut mereka.

Seorang jahat dan fana menuturkan sebuah kata-kata indah dan abadi:

“Jika orang zalim memiliki meriam dan benteng, maka kebenaran memiliki lengan yang takkan pernah mundur dan wajah yang takkan berpaling.”

Tapi saya bilang:

“Jika para ahli dunia  memiliki kekuasaan dan kekuatan, maka pengabdi al-Qur’an memiliki ilmu yang tidak akan tersesat, tutur kata yang takkan pernah diam, hati yang tidak bersalah, dan cahaya yang tidak akan padam.”

Seorang perwira yang ditugaskan untuk mengawasi saya, juga sebagian besar teman-teman saya, berulang kali menyampaikan pertanyaan: “Mengapa Anda tidak mengajukan surat permohonan agar Anda bisa dikembalikan ke kampung halaman?”

Jawab: Ada sejumlah alasan yang menghalangi saya untuk mengajukan surat permohonan tersebut, bahkan membuat saya tidak mampu untuk mengajukannya.

Pertama, saya tidak ikut campur dengan dunia para ahli dunia  sehingga saya harus tunduk pada mereka, mengajukan surat permohonan kepada mereka, atau merujuk mereka. Saya ditentukan oleh takdir Ilahi di mana saya menyikapinya dengan lalai. Saya tidak akan merujuk pada siapa pun selain kepada takdir Ilahi.


91. Page

Kedua, saya tahu pasti, dunia ini adalah negeri jamuan yang akan cepat berganti, dunia bukan negeri hakiki, bahkan semua tempat di dunia ini sama saja. Mengingat saya tidak akan tinggal selamanya di negeri ini, untuk apa saya harus berusaha pergi meninggalkan negeri ini. Mengingat semua tempat di dunia ini ruang tamu, berarti siapa pun dan tempat mana pun adalah teman Anda jika memang rahmat sang tuan rumah menemani Anda. Namun jika sang tuan rumah bukan teman Anda, tempat mana pun pasti terasa sempit di dada, dan setiap orang terasa sebagai musuh.

Ketiga, pengajuan dan rujukan hanya dilakukan sesuai undang-undang, sementara perlakuan yang ditujukan kepada saya selama enam tahun ini hanya berdasarkan hawa nafsu dan ilegal menurut undang-undang. Mereka tidak memperlakukan saya layaknya orang buangan, mereka menganggap saya seakan tidak lagi memiliki hak-hak sipil, bahkan hak-hak dunia. Karena itu, tidak ada gunanya mengajukan apa pun kepada orang-orang yang memperlakukan saya secara ilegal ataupun merujuk orang-orang seperti itu atas nama undang-undang.

Keempat, pejabat setempat di Barla tahun ini mengajukan surat ke lembaga-lembaga resmi atas nama saya untuk menetap beberapa hari di perkampungan Bedre, salah satu perkampungan Barla, untuk ganti suasana, namun mereka tidak memberi izin. Bagaimana orang-orang yang menolak untuk memberikan salah satu keperluan tidak seberapa kepada saya bisa dirujuk. Merujuk orang-orang seperti ini sama seperti menghinakan diri, dan tidak ada gunanya.

Kelima, mengajukan hak kepada orang-orang yang menyebut kezaliman sebagai kebenaran, dan menerapkannya pada mereka, adalah tindakan zalim dan perlakuan kurang ajar terhadap kebenaran. Saya tidak berminat melakukan kezaliman ataupun kurang ajar terhadap kebenaran seperti ini. Wassalam.

Keenam, beban berat dan kesulitan yang ditimpakan para ahli dunia  kepada saya, sama sekali bukan karena alasan politik, karena mereka tahu saya tidak ikut campur dalam dunia politik, saya bahkan lari menjauh dari ranah politik. Mereka menyiksa saya –baik sengaja maupun tidak– karena saya taat menjalankan agama. Mereka menyiksa saya karena alasan atheisme agresif (zindiqah) sebab saya terikat dengan agama. Dalam hal ini, merujuk orang-orang seperti ini artinya menyesali agama dan menyanjung penyebab atheisme agresif.

Jika saya tetap merujuk orang-orang seperti ini, takdir Ilahi yang adil akan menyiksa saya melalui tangan-tangan mereka yang zalim itu, karena mereka mempersulit saya lantaran saya berpegang teguh kepada agama, dan takdir Ilahi akan mempersulit saya karena berbuat riya yang sesekali saya perlihatkan di hadapan pada ahli dunia , juga karena kekurangan-kekurangan saya dalam menjalankan agama, juga dalam keikhlasan. Dengan demikian, saya tidak lagi memiliki jalan selamat.


92. Page

Jika saya merujuk para ahli dunia , takdir Ilahi akan berkata kepada saya, “Hai orang yang suka pamer, rasakan hukuman karena kau merujuk para ahli dunia .” Dan jika tidak merujuk, para ahli dunia akan mengatakan, “Kau tidak mengakui kami. Untuk itu, kau harus ditekan dan dipersulit.”

Ketujuh, seperti diketahui, setiap petugas berkewajiban untuk tidak membiarkan orang-orang jahat membahayakan masyarakat ataupun membantu pihak-pihak yang diuntungkan. Saat saya memberikan penjelasan tentang daya rasa lembut keimanan di balik kalimat la ilaha illallah pada salah seorang tua yang sudah mendekati kuburannya, tiba-tiba seorang sipir penjara yang selalu mengawasi saya datang seakan ingin menangkap saya karena telah melakukan suatu kejahatan, padahal ia jarang menemui saya, sehingga pak tua malang yang mendengarkan pelajaran dengan tulus itu tidak bisa mendapatkan ilmu, dan menyebabkan saya marah. Di saat yang bersamaan, ada sejumlah orang yang tidak diperdulikan, mereka kemudian disanjung dan dipuji kala melakukan tindakan-tindakan kurang ajar dan perbuatan-perbuatan yang meracuni kehidupan sosial di tengah perkampungan.

Seperti diketahui, seorang tahanan yang telah melakukan seratus tindak kejahatan, kapan pun bisa menemui petugas yang bertanggungjawab sebagai pengawas, baik perwira ataupun prajurit biasa. Namun perwira dan dua orang penting dalam pemerintahan yang ditugaskan untuk mengawasi saya, mereka sama sekali tidak pernah berbicara dengan saya, tidak pernah menanyakan kondisi saya, meski mereka sering melintas di depan pintu kamar saya. Tapi mereka tidak pernah berbicara dengan saya, dan sama sekali tidak menanyakan keadaan saya. Tadinya saya mengira mereka tidak mau mendekati saya karena memusuhi saya, namun ternyata mereka termakan oleh waham-waham tak berdasar, sehingga mereka menjauhi saya, seakan saya hendak menelan mereka.

Karena itu, merujuk pemerintah yang memiliki orang-orang dan pegawai seperti mereka ini sama sekali tidak bijak, tapi semata sebagai sikap hina dan tiada guna. Andai saja Sa’id lama ada saat ini, tentu dia akan mengatakan seperti yang dikatakan ‘Antarah bin Hillizah:

ماء الحياة بذلة كجهنم  و جهنم بالعز أطيب منزل

Air kehidupan dengan kehinaan bagaikan neraka

Neraka dengan kehormatan adalah sebaik-baik rumah

Sayangnya, Sa’id lama tidak ada. Sementara Sa’id baru mengatakan, “Tidak ada gunanya berbicara dengan para ahli dunia . Semoga saja dunia mereka runtuh menimpa mereka sendiri. Silahkan saja mereka berbuat semaunya, sebab kelak kita akan berperkara di hadapan Mahkamah Terbesar,” setelah itu Sa’id baru diam.

Sebab kedelapan mengapa saya tidak mengajukan rujukan untuk mendapatkan surat pembebasan:


93. Page

Sesuai kaidah, “Akibat cinta terlarang adalah siksaan tanpa ampun,” takdir Ilahi yang adil menghukum saya melalui tangan-tangan lalim para ahli dunia , sebab saya condong pada mereka, padahal mereka tidak patut mendapat simpati. Saya pernah bilang bahwa saya patut mendapatkan hukuman ini dan saya diam, karena saya pernah ikut berperang selama dua tahun dalam Perang Dunia Pertama sebagai panglima batalion pasukan sukarelawan. Saya mengorbankan murid-murid dan teman-teman saya yang terhormat di bahwa kepemimpinan panglima besar Anwar Pasha. Saat itu, saya tertawan, dan setelah meloloskan diri sebagai tawanan, saya mengundang bahaya terhadap diri saya sendiri dengan menulis buku berjudul al-Khuthuwath al-Sitt,[1] karena buku ini menampar kepala orang-orang Inggris yang menjajah Istanbul, saya justru membantu mereka yang tanpa sebab menawan saya.

Seperti itulah balasan yang mereka berikan kepada saya sebagai imbalan atas bantuan yang saya berikan. Beban berat dan musibah saya rasakan dalam kurun waktu selama tiga tahun sebagai tawanan di Rusia, justru ditimpakan teman-teman saya sendiri setanah air kepada saya selama tiga bulan di tempat ini (Barla). Meski demikian, tentara Rusia tidak melarang saya untuk menyampaikan pelajaran agama, meski mereka tahu saya saat itu berstatus sebagai panglima Pasukan Sukarelawan Kurdi, seorang pria kejam yang telah membantai Kazakh Rusia dan tahanan. Saya sering memberikan pelajaran agama kepada sebagian besar rekan tahanan, yang jumlahnya sembilan puluh orang.

Suatu ketika, seorang panglima Rusia datang dan mendengarkan pelajaran. Ia fikir pelajaran yang saya sampaikan adalah pelajaran politik karena ia tidak bisa bahasa Turki. Setelah itu ia melarang saya menyampaikan pelajaran, tapi hanya sekali, setelah itu ia mengizinkan saya kembali menyampaikan pelajaran seperti biasa.

Kami menjadikan salah satu ruangan di dalam asrama militer sebagai masjid. Saya bertindak sebagai imam. Orang-orang Rusia sama sekali tidak bertindak dalam persoalan ini. Mereka juga tidak melarang kami untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak melarang saya untuk berhubungan dengan orang-orang yang berasal dari daerah saya. Berbeda dengan teman-teman sendiri, saudara-saudara setanah air dan seagama secara lahiriah, dan mereka yang saya usahakan untuk memberikan manfaat pada mereka, justru menawan saya tanpa sebab selama enam tahun, bukan hanya tiga tahun, meski mereka tahu bahwa saya sudah memutuskan relasi dengan ranah politik maupun dunia. Mereka



[1] Imam Nursi pernah berperang melawan Rusia di timur Analotia dari tahun 1914 hingga 1916. Kaki kiri beliau patah di sela-sela peperangan, dan jatuh sebagai tawanan saat Rusia berhasil menguasai kota Betlis. Beliau kemudian dibawa ke Siberia, dan tetap bertahan di sana sebagai tawanan selama lebih dari dua tahun. Saat terjadi revolusi komunis, beliau berhasil melarikan diri dan sampai ke Istanbul. Tidak lama setelah itu, Inggris menjajah Istanbul. Beliau melawan penjajahan dan segala bentuk propaganda Inggris dengan menerbitkan buku berjudul al-Khuthuwat al-Khams (lima langkah).




94. Page

melarang saya untuk berkomunikasi dengan siapa pun, menyampaikan pelajaran, bahkan melarang saya untuk menyampaikan pelajaran khusus di ruangan saya, meski saya punya lisensi sebagai penceramah.

Bukan itu saja, mereka juga melarang saya untuk berhubungan dengan siapa pun juga, bahkan mereka melarang saya menjadi imam di masjid yang saya renovasi dan saya sudah bertindak sebagai imam di masjid tersebut selama empat tahun lamanya, meski saya punya lisensi sebagai seorang imam.

Mereka tidak menginginkan saya untuk mengimami barang tiga saudara-saudara seakhirat saya di mana mereka ini adalah jamaah tetap saya, sehingga mereka menghalangi saya untuk mendapatkan pahala shalat jamaah. Jika pun ada yang bilang pada saya, “Anda layak menjadi imam meski saya tidak suka,” tetap saja petugas yang biasa mengawasi saya pasti marah kepada saya karena dengki, membuat rencana-rencana tertentu secara lalim untuk mematahkan semangat saya, menghina dan mengusik saya demi mendapatkan pujian para atasannya.

Apakah orang yang berada dalam kondisi seperti ini bernaung kepada selain Allah? Andai seorang hakim berubah menjadi terdakwa, tentu tidak lagi menjadi tempat untuk mengadukan segala permasalahan. Karena itu, demi Rabb Anda, katakanlah kondisi seperti apa kiranya ini? Silahkan katakan apa pun yang Anda inginkan. Sementara yang saya sampaikan sebagai berikut:

Ada sejumlah orang munafik di antara teman-teman saya, dan orang munafik lebih berbahaya dari orang kafir. Tidak heran, jika orang-orang seperti ini tega menimpakan siksa kepada saya yang tidak pernah ditimpakan orang-orang Rusia kafir kepada saya.

Wahai orang-orang tak beruntung! Apa kiranya yang sudah saya lakukan pada kalian, dan apa lagi yang harus saya lakukan. Saya hanya berusaha untuk menyelamatkan iman kalian, menyelamatkan kebahagiaan abadi kalian. Namun rupanya usaha saya ini tidak ikhlas karena Allah sebab hasil yang muncul justru sebaliknya. Sementara itu, kalian membalas usaha saya ini dengan tindakan yang menyakiti saya di setiap kesempatan. Maka, kita pasti akan bertemu di depan Peradilan Terbesar. Saya hanya bisa mengucapkan:

حسبنا الله و نعم الوكيل، نعم المولي و نعم النصير

“Cukuplah Allah sebagai Penolong kami, Dialah sebaik-baik yang diserahi, Dialah sebagai-baik Penolong dan Pembela.”

 

الباقي هو الباقي