Surat Ketiga

15. Page

SURAT KETIGA

باسمه سبحانه

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ

 

Bagian dari risalah yang dikirimkan kepada murid beliau yang terkenal.

Kelima,[1] dalam salah satu surat yang kau tulis, engkau ingin ikut merasakan segala perasaan yang meliputi saya di tempat ini. Untuk itu, dengarkan satu di antara seribu perasaan saya:

Suatu malam, saya menatap ke arah langit yang indah berhiaskan bintang-bintang. Kala itu saya berada di rumah pohon, di atas sebuah pohon cedar, pada ketinggian bangunan seratus tingkat. Di sana saya melihat cahaya kemukjizatan yang tinggi dan rahasia kefasihan yang gamblang di balik sumpah al-Qur’an:

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ الْجَوَارِ الْكُنَّس

Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam. (Qs. al-Takwir [81]: 15-16)

Ya, ayat yang menyebut bintang-bintang yang berjalan, bersembunyi, dan tersebar luas ini, menampakkan ukiran ciptaan yang luhur di tatapan mata yang menyaksikan, memperlihatkan papan pelajaran yang begitu luhur.

Betul, bintang-bintang itu muncul dari lingkungan matahari yang merupakan panglimanya, lalu masuk ke dalam lingkungan bintang-bintang yang tetap berada di tempatnya, sehingga memberikan ukiran dan keindahan bagi langit secara silih berganti, sesekali bergandengan dengan bintang terang yang sama sehingga menunjukkan gambar yang indah. Sesekali, bintang-bintang tersebut juga masuk di antara bintang-bintang kecil sehingga menempatkan diri sebagai panglima, terlebih musim saat ini menampakkan Bintang Timur (Venus) pasca terbenamnya matahari, dan bintang terang serupa lainnya sebelum fajar dalam bentuk yang indah dan lembut di kaki langit, setelah itu keduanya masuk ke dalam lingkungan besar matahari sebagai penguasanya. Keduanya bersembunyi di balik lingkungan itu setelah menjalankan tugas pemeriksaan serta kerja cuban dalam mengukir penciptaan dan keindahan. Keduanya menampakkan keagungan rububiyah Zat yang memutar dan menjalankan bumi kita ini bersama bintang-bintang besar yang disebut khunnas (planet bintang-bintang tak tampak, yang tersembunyi di siang hari) dan kunnas (planet bintang-bintang yang beredar di konstelasinya), dengan sangat teratur laksana bahtera, laksana pesawat di angkasa luar, menampakkan keagungan kuasa uluhiyah yang terang sebenderang matahari.


[1] Bagian awal catatan ini, dari pertama hingga keempat, ada di kitab al-Malahiq.



16. Page

Lihatlah, betapa besar kerajaan dan kekuasaan ini, suatu kekuasaan yang memiliki banyak sekali bahtera dan pesawat terbang dengan bentuk seribu kali lebih besar dari bumi kita. Semuanya bergerak dengan sangat cepat, di mana satu detik mencapai jarak perjalanan delapan jam.

Untuk itu, silahkan engkau analogikan dan engkau fahami seberapa jauh kebahagiaan yang luhur, kemuliaan yang agung, ketika kita mengaitkan diri pada kekuasaan luar biasa ini, melalui ubudiyah dan iman, juga dalam jamuan kuasa yang sehebat ini di dunia.

Setelah itu saya menatap bulan, lalu saya memahami bahwa ayat berikut ini menunjukkan cahaya kemukjizatan yang begitu terang:


وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah. (Qs. Yasin [36]: 39)

Ya, menentukan, merotasi, mengatur, memancarkan cahaya bulan dan menempatkannya sesuai posisinya di antara matahari dan bulan, semua ini dilakukan dengan perhitungan super detail yang begitu mencengangkan dan amat luar biasa. Hal ini menunjukkan pada siapa pun yang memiliki perasaan dan kesadaran, bahwa Tuhan Maha Kuasa yang mengatur dan menentukan kondisi sedemikian ini, tak ada sesuatu pun yang berat atau sulit bagi-Nya. Zat yang menciptakan seperti itu, Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Selain itu, bulan mengikuti matahari dengan cara yang amat luar biasa tanpa pernah keliru atau tersesat jalan meski hanya satu detik sekali pun. Ia tidak pernah telat untuk menjalankan tugas meski sebesar atom sekalipun. Ini mendorong siapa pun yang menatap dengan merenung untuk mengucapkan:

سبحان من تحيرر في صنعه العقول

“Maha Suci Zat yang membuat akal pikiran kagum terhadap ciptaan-Nya.”


Di saat-saat tertentu, seperti yang terjadi di akhir bulan Mei khususnya, kala bulan memasuki posisi Bintang Kartika dalam bentuk bulan sabit, bulan terlihat dalam bentuk laksana dahan putih yang merebah di antara sekian dahan pohon kurma. Ia menampakkan Bintang Kartika dalam bentuk seperti untaian buah, hingga seakan terlihat pohon cahaya yang besar di balik tirai langit hijau. Ujung salah satu dahan pohon tersebut seakan merobek tirai penutup dan memunculkan ujung dahan bersama untaian buah, hingga keduanya menjadi Bintang Kartika dan bulan sabit, membisikkan kepada hayalan bahwa bintang-bintang lain adalah buah dari pohon gaib tersebut. Silahkan Anda perhatikan kelembutan perumpamaan dan kefasihan ayat berikut ini:


17. Page

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (Qs. Yasin [36]: 39)

Setelah itu ayat berikut terlintas di benak saya:


هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا

Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya. (Qs. al-Mulk [67]: 15)

Ayat ini mengisyaratkan, bumi adalah kendaraan dan bahtera yang ditundukkan. Melalui isyarat ini, saya melihat diri saya berada di sebuah ketinggian dalam bahtera besar yang berlabuh dengan cepat di ruang angkasa, dan saya membaca ayat berikut:


سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. (Qs. al-Zukhruf [43]: 13)

Membaca doa ini merupakan sunnah ketika kita menaiki kendaraan seperti unta dan perahu.

Saya juga melihat, bumi dengan pergerakan seperti ini memiliki bentuk seperti mesin yang memperlihatkan gambar-gambar film, menggerakkan seluruh langit, menggiring seluruh bintang laksana pasukan yang disegani, menampakkan pemandangan-pemandangan luar biasa yang lembut dan menaklukkan fikiran orang-orang yang berakal serta menawan hati mereka. Saya pun mengucapkan, “Subhanallah! Betapa kecil tugas-tugas yang dilakukan untuk menuntaskan banyak hal besar yang sangat aneh, menakjubkan, tinggi, dan mahal!”


Dari situlah terlintas dua poin keimanan dalam benak saya:

Pertama, beberapa hari lalu, seorang tamu bertanya kepada saya. Dasar pertanyaan ini, yang memicu syubhat dan keraguan, adalah:

Surga dan neraka amat jauh sekali. Kami mengakui, para penghuni surga terbang laksana kilat karena kemuliaan Ilahi yang diberikan. Mereka melintasi padang mahsyar dan masuk ke dalam surga. Namun, bagaimana dengan para penghuni neraka, dan dengan cara apa mereka pergi menuju neraka berikut raga-raga mereka yang berat dan dibebani dosa-dosa mereka yang besar dan berat?

Berikut fikiran yang terlintas dalam benak saya:

Contoh sederhana, seluruh bangsa di dunia diundang untuk menghadiri konferensi umum yang diselenggarakan di Amerika. Saat itu, setiap bangsa naik kapal terbesar miliknya dan berangkat ke sana. Demikian pula halnya dengan bumi yang terbiasa menempuh perjalanan wisata panjang –yang dalam satu tahun, bumi menempuh jarak perjalanan duapuluh lima ribu tahun. Bumi menggiring para penghuninya menuju ke Padang Mahsyar, lalu menempatkan mereka semua di sana.


18. Page

Selanjutnya, bumi menumpahkan neraka kecil yang ada di dalam perutnya, di mana tingkat panasnya mencapai 200 ribu derajat Celcius –sebab tingkat panas bumi bertambah satu derajat setiap 33 meter kedalamannya– tepat seperti yang disebutkan dalam hadits bahwa di dunia dan di alam barzakh, neraka kecil di dalam bumi menjalankan peran-peran neraka besar. Neraka kecil ini dituangkan ke dalam neraka besar, kemudian bentuknya diubah menjadi lebih indah dan kekal abadi atas perintah Ilahi, selanjutnya menjadi salah satu tempat hunian di alam akhirat.

Poin kedua yang terlintas di dalam benak:

Adalah kebiasaan Tuhan Pembuat Maha Kuasa dan Pencipta Maha Bijaksana Maha Esa, untuk menjalankan banyak pekerjaan dengan sesuatu yang kecil dan sedikit, dan menjalankan tugas-tugas besar dengan hal kecil, agar kuasa-Nya yang sempurna dan hikmah-Nya yang indah tampak dengan jelas, sekaligus menunjukkan keesaan-Nya.

Di sebagian al-Kalimat,[1] sudah saya sampaikan bahwa ketika segala sesuatu disandarkan kepada Zat Yang Esa, semuanya akan terjadi dengan mudah hingga sampai tingkatan wajib. Namun ketika segala sesuatu disandarkan pada banyak pencipta, disandarkan kepada banyak sebab, pasti terjadi banyak sekali kesulitan hingga sampai pada tingkatan mustahil. Sebagai contoh, seorang perwira atau insinyur bangunan menyerahkan desain bangunan tertentu kepada sejumlah pekerja, yang bekerja dengan mudah secara gotong-royong dan dengan gerakan yang sama, hingga kemudian memberikan hasil. Andai pekerjaan ini dan juga hasil yang dimaksud diserahkan kepada sejumlah pasukan, atau diserahkan kepada bebatuan yang ada di kubah yang menggantung tanpa tiang, tentu mustahil akan didapatkan hasil-hasil seperti itu, kecuali dengan banyak sekali pekerjaan, melalui banyak sekali kesulitan, dan percampuran.

Demikian pula halnya aktivitas-aktivitas yang ada di jagad raya, seperti putaran, pergerakan, juga berbagai pemandangan yang menyenangkan, pergantian empat musim, yang terjadi pada siang dan malam, ketika semua ini disandarkan pada kesatuan, maka Yang Maha Esa cukup menggerakkan satu planet saja untuk semua kondisi dan aktivitas luhur itu, untuk menampakkan berbagai macam hasil luar biasa itu, seperti menampakkan keajaiban-keajaiban penciptaan di balik pergantian musim, hikmah pergantian siang dan malam yang luar biasa, pemandangan-pemandangan menyejukkan di balik pergerakan bintang-bintang, matahari dan bulan yang terlihat. Semuanya Dia jalankan dengan mudah, karena semua wujud yang ada milik-Nya. Sebab, semua pasukan tentara makhluk adalah milik-Nya.


[1] Maksudnya Risalah al-Nur.



19. Page

Jika berkehendak, Dia cukup menunjuk sesuatu, seperti bumi misalnya, untuk menjadi panglima yang memimpin seluruh bintang, menjadikan matahari yang begitu besar sebagai lampu yang memberikan kehangatan dan penerangan kepada para rakyatnya, menjadikan empat musim yang merupakan papan ukiran-ukiran kuasa sebagai cuban, menjadikan malam dan siang yang merupakan lembaran-lembaran kitab hikmah sebagai pegas, menampakkan bulan dalam berbagai bentuk setiap hari, menjadikan bulan menjalankan peran kalender untuk menghitung waktu, memperlihatkan banyak sekali hikmah pada bumi dengan menjadikan bintang-bintang memiliki bentuk seperti lampu hias yang lembut dan berkelip indah di tangan para malaikat yang bergoyang karena daya tarik dan mabuk cinta.

Jika semua kondisi ini tidak bersumber dari Zat yang putusan dan aturan-Nya mengarah kepada seluruh wujud yang ada, maka seluruh matahari dan bintang harus menempuh jarak tak terbatas setiap harinya dengan gerakan hakiki dan kecepatan tanpa batas.

Karena adanya kemudahan mutlak dalam kesatuan (wihdah) dan kesulitan mutlak dalam keserbaragaman (katsrah), maka para pekerja, kaum profesional, dan pedagang, menjadikan banyak pekerjaan dalam bentuk satu kesatuan. Itulah mengapa mereka mendirikan perusahaan, agar segala sesuatunya berjalan dengan mudah.

Kesimpulan:

Di balik jalan kesesatan terdapat banyak sekali kesulitan yang tak terbatas, dan di balik jalan hidayah dan kesatuan, terdapat kemudahan tanpa batas.

 

الباقي هو الباقي

Sa’id Nursi