NAVIGATION
204. Page
MAQAM KEDUA
DARI “DZULFIQAR”
“Catatan Ke-19”
Tentang
Mukjizat Muhammad Saw.
Risalah ini menjelaskan lebih dari 300 mukjizat. Selain menjelaskan mukjizat-mukjizat risalah Muhammad Saw., risalah ini sendiri merupakan karamah bagi mukjizat-mukjizat tersebut. Risalah ini menjadi menawan dan luar biasa karena tiga atau empat alasan;
Pertama;
Penulisan risalah ini dalam rentang waktu selama duabelas jam dalam tiga atau empat hari dimana setiap harinya menghabiskan dua atau tiga jam di salah satu sisi pegunungan dan taman memori, meski risalah ini berisi sejumlah dalil dan riwayat tanpa merujuk kepada referensi meski risalah ini berjumlah lebih dari seratus halaman; ini sungguh merupakan realita luar biasa.
Kedua;
Meski terbilang panjang lebar, penggandaan risalah ini tidak menjemukan dan sering membaca risalah ini tidak menghilangkan kenikmatannya, karena risalah ini membangkitkan kerinduan para pengganda yang malas untuk menulis, dan semakin meningkatkan semangat mereka, karena dalam rentang waktu selama satu tahun yang begitu sulit dan menjemukan, risalah ini digandakan di sekitar kami hampir mendekati tujuhpuluh salinan.
Kondisi ini membuat para pengamat yakin bahwa itu semua merupakan bagian dari karamah mukjizat risalah nabawi.
Ketiga;
Rupanya ada keselarasan antara kata “Rasul mulia Saw.” yang ada di seluruh risalah dengan kata “Al-Qur'an” pada bagian kelima salah satu salinan risalah yang ditulis oleh salah seorang pengganda baru yang sama sekali tidak mengetahui keselarasan, juga di salam sebuah salinan yang ditulis delapan pengganda lainnya yang tidak saling melihat satu sama lain dan sebelum kami mengetahui adanya keselarasan.
Ya, terbukti bahwa keselarasan ini sama sekali bukan faktor kebetulan. Siapa menelaah keselarasan ini dengan seksama, pasti memutuskan bahwa keselarasan ini merupakan salah satu rahasia gaib dan salah satu kemuliaan mukjizat Muhammad Saw.
Asas-asas yang tertera di bagian awal risalah ini sangat penting. Hadits-hadits yang tertera dalam risalah ini selain derajatnya diterima dan shahih menurut para ahli hadits secara umum, juga menjelaskan peristiwa-peristiwa risalah Muhammad Saw. yang paling shahih.
Jika diperlukan untuk menyebut keistimewaan-keistimewaan risalah ini, tentu akan memerlukan satu kitab dengan ketebalan yang sama. Untuk itu, kami mengalihkan pada siapapun yang merindukan risalah ini agar membacanya sekali lagi.
S.A.
205. Page
Perhatian
Dalam risalah ini, saya menukil banyak hadits namun saya tidak memiliki kitab-kitab hadits. Untuk itu, jika ada kesalahan dalam lafazh-lafazh hadits yang saya tulis, silahkan diralat atau anggap saja hadits secara makna, karena menurut pendapat yang rajih; boleh menukil riwayat hadits secara makna.
Artinya, perawi mengambil makna hadits lalu ia riwayatkan dengan redaksi buatannya sendiri. Untuk itu, jika ada kekeliruan dalam lafazh-lafazh hadits, anggap saja sebagai hadits secara makna.
Catatan Ke-19
Mukjizat Muhammad Saw.
Dengan Nama-Nya
وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ
“Tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Isra`: 44)
بسم الله الرحمن الرحيم
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًۭا ٢٨ مُّحَمَّدٌۭ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًۭا سُجَّدًۭا يَبْتَغُونَ فَضْلًۭا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًۭا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةًۭ وَأَجْرًا عَظِيمًۢا ٢٩
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 28-29)
206. Page
Isyarat Pertama yang Memiliki Noktah
Tidak diragukan, Pemilik dan Pengatur alam raya ini berbuat berdasarkan ilmu, mengatur berdasarkan hikmah, menata segala sisinya dengan penglihatan, merawat segala sesuatu dengan ilmu dan penglihatan, mengatur segala-galanya dengan kehendak, tujuan hikmah, sasaran dan manfaat-manfaat yang nampak bagi-Nya.
Mengingat Sang Pelaku mengetahui, maka sudah barang tentu Zat yang mengetahui berbicara. Karena Ia berbicara, tidak diragukan bahwa Ia akan berbicara dengan makhluk-makhluk yang memiliki perasaan, pemahaman, dan pikiran, juga makhluk-makhluk yang dapat berbicara.
Karena Ia akan berbicara dengan makhluk-makhluk yang memiliki pikiran, tentu saja Ia akan berbicara dengan golongan manusia yang memiliki perasaan menyeluruh sebagai makhluk pemilik perasaan yang paling komplit.
Karena Ia akan berbicara dengan manusia, tentu saja Ia akan berbicara dengan mereka yang patut untuk diajak berbicara dan orang-orang yang sempurna.
Karena Ia akan berbicara dengan manusia-manusia paling sempurna, paling tinggi dalam tingkat kesiapan, paling luhur akhlak, dan mereka yang patut menjadi teladan bagi umat manusia, maka tidak diragukan bahwa Ia akan berbicara dengan Muhammad Saw.; pemilik tingkat kesiapan paling tinggi dan akhlak paling luhur berdasarkan kesepakatan para kawan maupun lawan, yang diteladani seperlima umat manusia, separuh penduduk bumi tunduk pada hikmah maknawinya, yang menyinari masa depan selama 1300 tahun,[1] dengan cahaya yang ia bawa, yang senantiasa memperbarui lingkungan selama lima kali setiap harinya bersama orang-orang yang nan bercahaya (murid-murid An-Nur) dan para ahli keimanan, yang mendoakan rahmat dan kebahagiaan untuknya, senantiasa mencintai dan memujinya.
Ya, Ia tentu akan berbicara dengannya, dan benar-benar telah berbicara dengannya. Ia akan menjadikannya seorang rasul, dan benar-benar telah menjadikannya seorang rasul. Ia akan menjadikannya seorang mursyid dan penuntun untuk seluruh umat manusia, dan benar-benar telah menjadikannya seperti itu.
Isyarat Pertama yang Memiliki Noktah
Mengingat Rasul mulia Saw. mengklaim nubuwah, menunjukkan firman seperti Al-Qur'an nan agung, dan memperlihatkan seribu mukjizat nyata kepada para ahli tahqiq, maka mukjizat-mukjizat ini terjadi secara pasti, sepasti dan sekuat klaim nubuwah.
Adanya orang-orang kafir mengaitkan sihir kepada beliau seperti yang disampaikan Al-Qur'anul Hakim di sejumlah tempat, ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir nan sangat menentang itu tidak mampu mengingkari keberadaan mukjizat-mukjizat tersebut. Namun mereka menyebutnya sihir untuk menipu diri sendiri dan memperdaya para pengikut mereka.
Ya, mukjizat-mukjizat Muhammad Saw. memiliki kekuatan dan kepastian (ke-qath’i-an) sekuat seratus riwayat mutawatir, karena mukjizat merupakan pembenaran Sang Pencipta alam raya ini terhadap pengakuan beliau Saw., dan semacam memberi keputusan, “Kamu benar.”
Seperti halnya jika Anda berkata di tempat pertemuan sultan atau di hadapan sultan, “Sultan mengangkat saya sebagai pegawai untuk pekerjaan ini dan itu,” lalu Anda diminta bukti atas pernyataan Anda itu, kemudian sultan berkata, “Ya, saya mengangkatnya sebagai pegawai,” kata-kata ini tentu saja membenarkan pengakuan Anda.
Demikian halnya jika sultan merubah kebiasaannya dalam cara memperlakukan Anda melalui permintaan Anda, artinya sultan membenarkan pengakuan Anda dalam bentuk yang lebih kuat dari hanya sekedar berkata, “Ya.”
[1] Saat penulisan risalah ini.
207. Page
Seperti itu pula Rasul mulia Saw. mengklaim dengan mengatakan, “Aku utusan Pencipta alam raya ini. Buktinya, Ia akan merubah kebiasaan-Nya yang lazim berlaku melalui doa dan permintaanku. Lihatlah jari-jariku; air dialirkan melalui jari-jariku yang seakan mata air dengan lima selang. Lihatlah bulan itu; ia terbelah menjadi dua bagian dengan isyarat jariku. Lihatlah pohon itu; ia datang kepadaku untuk membenarkanku dan bersaksi untukku. Lihatlah makanan yang sedikit ini; meski makanan ini hanya cukup untuk dua atau tiga orang saja, namun mengenyangkan duaratus atau tigaratus orang.”
Seperti itulah beliau memperlihatkan ratusan mukjizat lainnya. Bukti-bukti kebenaran dan nubuwah beliau tidak hanya sebatas pada mukjizat-mukjizat semata, tapi seluruh gerak-gerik, perbuatan, kondisi, tutur kata, akhlak, fase-fase yang beliau lalui, sirah, dan wujud beliau pun memperkuat kebenaran dan keseriusan beliau pada ahli tahqiq.
Bahkan, sebagian besar orang-orang seperti Abdullah bin Salam, salah seorang ulama Bani Israil yang terkenal, beriman hanya sekedar melihat wajah beliau seraya mengatakan, “Wajah itu bukan wajah seorang pendusta ataupun penipu.” Meski para ahli tahqiq di kalangan ulama menyatakan mukjizat beliau mencapai seribu, namun beliau memiliki ribuan bahkan ratusan ribu mukjizat. Nubuwah beliau dibenarkan oleh ratusan ribu manusia lintas pemikiran dengan ribuan tarekat dan pemahaman. Al-Qur'an saja menyebut seribu bukti kebenaran nubuwah Rasulullah Saw., di samping empatpuluh sisi kemukjizatannya.
Mengingat di tengah-tengah umat manusia terdapat nubuwah dan ratusan ribu di antara mereka datang memperlihatkan nubuwah dan mukjizat lalu setelah itu berlalu, maka tentu saja nubuwah Muhammad Saw. berlaku secara pasti, sepasti keunggulan nubuwah di antara seluruh nabi, karena seluruh mukjizat, sifat-sifat, dan kondisi yang memperkuat nubuwah seluruh nabi dan yang menjadi inti risalah mereka, seperti Musa dan Isa, serta perlakuan mereka terhadap umat masing-masing; semuanya ada pada Rasul mulia Saw. dalam bentuk yang paling sempurna dan lengkap.
Mengingat sebab dan alasan hukum nubuwah ada pada zat Muhammad Saw. dalam bentuk paling sempurna dan terbaik, maka tidak diragukan bahwa hukum nubuwah secara pasti berlaku untuk beliau dalam bentuk yang lebih jelas di antara seluruh nabi.
Isyarat Ketiga yang Memiliki Noktah
Mukjizat-mukjizat Rasul mulia Saw. sangat beragam. Mengingat risalah beliau berlaku secara umum, sebagian besar makhluk meraih salah satu mukjizat beliau. Ini seperti perumpamaan seorang utusan sultan mulia yang datang membawa beragam hadiah ke suatu kota yang menjadi tempat pertemuan berbagai kaum; saat itu setiap kelompok akan mengirim perwakilan untuk menyambut kedatangan utusan sultan tersebut atas nama mereka dan memberikan applause untuknya.
Seperti itu juga Rasul mulia Saw. sebagai utusan Sultan Azali nan paling agung kala memuliakan alam ini melalui kedatangan beliau, saat beliau datang sebagai utusan Sang Pencipta alam raya untuk seluruh umat manusia yang menempati bumi ini dengan membawa cahaya-cahaya hakikat dan hadiah-hadiah maknawi terkait hakikat-hakikat alam raya yang menyambut hangat nubuwah beliau, juga seluruh kelompok makhluk mulai dari batu, air, pohon, hewan, manusia, hingga bulan, matahari, dan bintang-bintang dengan lisan khusus nan membawa salah satu mukjizat beliau.
Untuk menyebut seluruh mukjizat ini tentu saja memerlukan berjilid-jilid buku tebal. Para ahli tahqiq mengarang berjilid-jilid buku tebal seputar penjelasan tentang mukjizat nubuwah. Berikut ini kami akan memberikan isyarat-isyarat secara garis besar terkait jenis-jenis menyeluruh mukjizat-mukjizat yang mutawatir secara maknawi dan terbukti secara qath’i tersebut.
208. Page
Mukjizat-mukjizat nubuwah Rasul mulia Saw. terbagi menjadi dua;
Pertama;
Kondisi-kondisi luar biasa yang disebut irhashat yang nampak sebelum nubuwah dan saat beliau lahir.
Kedua;
Mukjizat-mukjizat lain selain irhashat.
Bagian kedua ini juga terdiri dari dua macam;
Pertama;
Kondisi-kondisi luar biasa yang beliau dapatkan pada masa bahagia. Bagian ini juga terdiri dari dua macam;
Pertama;
Mukjizat-mukjizat yang nampak pada diri beliau, sirah, wujud, akhlak, dan kesempurnaan beliau.
Kedua;
mukjizat-mukjizat yang beliau dapatkan dalam segala sesuatu yang bersifat eksternal. Bagian ini juga terbagi dua macam;
Pertama;
Maknawi dan qur’ani.
Kedua;
Materi dan alami. Bagian ini juga terbagi menjadi dua macam;
Pertama;
Mukjizat-mukjizat luar biasa yang nampak saat beliau mengklaim nubuwah untuk mematahkan pembangkangan orang-orang kafir atau untuk meningkatkan kekuatan iman orang-orang mukmin, seperti bulan terbelah, air memancar dari jari-jari beliau, makanan sedikit mengenyangkan banyak orang, hewan berbicara kepada beliau, demikian halnya pohon dan batu, serta mukjizat-mukjizat lain yang mencapai duapuluh macam dimana semuanya mencapai tingkatan mutawatir secara maknawi, dan masing-masing di antaranya berulang serta beragam.
Kedua;
Peristiwa-peristiwa masa depan yang beliau kabarkan seperti yang Al-Haq Ta’ala ajarkan kepada beliau. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Bagian terakhir inilah yang akan kita bahas terlebih dahulu dan akan kami sampaikan catalog-nya secara garis besar.[1]
Isyarat Keempat yang Memiliki Noktah
Hal-hal gaib yang dikabarkan Rasul mulia Saw. seperti yang diajarkan Zat Yang Maha mengetahui hal-hal gaib tidaklah terbatas. Jenis-jenis pemberitaan ini sudah kami isyaratkan di dalam “kalimat ke-duapuluhlima” yang secara khusus membahas kemukjizatan Al-Qur'an dan dalam batasan tertentu sudah kami jelaskan di sana.
Untuk itu, kami alihkan penjelasan tentang pemberitaan-pemberitaan gaib terkait masa lalu, berita-berita tentang para nabi sebelumnya, hakikat-hakikat ilahi, hakikat-hakikat alam raya dan akhirat kepada kalimat tersebut.
Untuk saat ini kita tidak akan membicarakan masalah itu. Namun kami akan mengisyaratkan sejumlah contoh kecil saja di antara pemberitaan-pemberitaan gaib yang beliau sampaikan terkait peristiwa-peristiwa yang akan dialami para sahabat dan ahlul bait sepeninggal beliau, dan apa saja yang akan dihadapi umat sepeninggal beliau.
[1] Sayangnya, saya tidak dapat menulis bagian mukjizat ini seperti yang saya inginkan. Bagian ini ditulis seperti yang terlihat di dalam hati tanpa campur tangan kehendak saya. Saya tidak dapat menjaga susunan kata pada bagian ini secara sempurna. (Penulis)
209. Page
Berikut akan kami jelaskan enam asas sebagai mukadimah agar hakikat tentang pemberitaan hal-hal gaib dapat dipahami secara sempurna.
Asas pertama;
Pada hakikatnya, setiap kondisi Rasul mulia Saw. dan setiap fase yang beliau alami merupakan bukti kebenaran dan nubuwah beliau. Seluruh kondisi dan fase beliau harus luar biasa, karena Allah Al-Haq Ta’ala mengutus beliau sebagai manusia untuk menjadi mursyid (pembimbing) dan imam bagi seluruh manusia dalam kondisi-kondisi sosial, perbuatan, dan segala tingkah-laku yang akan memberikan kebahagiaan dunia-akhirat bagi mereka.
Menjelaskan ciptaan rabbani nan menawan, perilaku-perilaku kuasa ilahi yang luar biasa dalam hal-hal biasa, dimana masing-masing di antaranya merupakan mukjizat kuasa ilahi itu sendiri, meski nampak luar biasa dalam segala perbuatan beliau dan berada di luar lingkup manusia.
Dan tentu beliau dapat menjadi imam dan mengajari umat manusia melalui perbuatan, kondisi, dan fase-fase yang beliau alami. Namun beliau mendapatkan hal-hal luar biasa dan menampakkan mukjizat-mukjizat saat diperlukan untuk menegaskan nubuwah beliau bagi para penentang saja.
Namun berdasarkan tuntutan ujian yang merupakan rahasia taklif, mukjizat-mukjizat tersebut sama sekali tidak berada pada tingkatan spontanitas hingga memaksa siapapun juga untuk mau tidak mau harus percaya, karena rahasia ujian dan hikmah taklif mengharuskan untuk membuka pintu bagi akal dan tidak mencabut kehendak dari tangan akal.
Andai mukjizat-mukjizat berada di puncak spontanitas, tentu akal tidak punya pilihan, tentu Abu Jahal percaya seperti halnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, tentu taklif serta ujian tidak lagi bermanfaat, dan tentu tidak ada beda antara arang dan intan.
Anehnya, ribuan umat manusia dengan beragam watak dan pemikiran –ini bukan berlebihan- beriman kepada beliau hanya karena satu mukjizat atau bukti saja di antara ribuan sisi mukjizat dan bukti-bukti kebenaran beliau, atau hanya dengan satu tutur kata beliau, atau hanya dengan melihat wajah beliau nan menawan atau salah satu tanda-tanda beliau, dan seterusnya.
Namun demikian, orang-orang celaka dan sengsara zaman sekarang jatuh di dalam kesesatan, seakan seluruh tanda-tanda kebenaran dan bukti-bukti kuat nubuwah beliau yang jumlahnya mencapai ribuan, yang dinukil secara mutawatir dan shahih, yang menuntun ribuan para peneliti dan pemikir untuk beriman itu tidak cukup bagi mereka.
Asas kedua;
Rasul mulia Saw. adalah manusia, beliau berinteraksi dengan sesama menurut kapasitas beliau sebagai manusia dan rasul, karena beliau merupakan penerjemah dan utusan Al-Haq Ta’ala dari sisi risalah.
Risalah beliau bersumber dari wahyu, dan wahyu terbagi menjadi dua macam;
Pertama; wahyu secara tegas. Rasul mulia Saw. murni sebagai penerjemah dan penyampai wahyu kategori ini. Beliau tidak punya intervensi di sana. Contoh wahyu jenis ini adalah Al-Qur'an dan hadits-hadits qudsi.
Kedua; wahyu secara eksplisit. Bagian ini secara garis besar dan kesimpulan mengacu pada wahyu dan ilham. Namun rincian dan gambarannya merujuk pada Rasul mulia Saw.
Beliau kadang menjelaskan peristiwa global yang bersumber dari wahyu secara rinci dan menggambarkannya menurut ilham dan wahyu, atau menjelaskannya menurut firasat pribadi.
Rincian dan gambaran-gambaran yang beliau jelaskan berdasarkan ijtihad pribadi ini ada kalanya beliau sampaikan dengan kekuatan suci nan tinggi dalam kapasitas tugas risalah yang beliau emban, dan ada kalanya dalam kapasitas beliau sebagai manusia sesuai tingkat konvensi, tradisi, dan pemikiran mereka. Untuk itu, seluruh rincian yang beliau jelaskan dalam seluruh hadits tidak dipandang sebagai wahyu murni, mengingat sebagian peristiwa yang disampaikan kepada beliau sebagai wahyu mungkin saja bersifat mutlak dan secara garis besar, selanjutnya
210. Page
beliau gambarkan sendiri menurut firasat pribadi dan dalam bentuk yang lazim bagi kebanyakan orang. Kadang diperlukan adanya penafsiran terkait gambaran seperti ini yang mirip satu sama lain dan sedikit rumit. Bahkan kadang pula memerlukan ta’bir, karena ada sejumlah hakikat yang dipahami melalui perumpamaan.
Seperti suatu ketika terdengar suara gema keras dari dalam di majlis Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda, “Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak tujuhpuluh sebelumnya. (Batu itu) jatuh ke dalam neraka dan sekarang mencapai dasarnya.”[1]
Tidak lama setelah itu, berita datang menyebutkan bahwa seorang munafik ternama yang umurnya mencapai sembilanpuluh tahun meninggal dunia dan pergi menuju neraka Jahanam. Kabar ini menakwilkan peristiwa yang Rasulullah Saw. sampaikan melalui perumpamaan sempurna tersebut.
Asas ketiga;
Jika kabar-kabar yang dinukil mutawatir, berarti kabar-kabar tersebut kuat dan qath’i.
Mutawatir terbagi dua;
Pertama; mutawatir maknawi.
Mutawatir maknawi juga terbagi dua;
Pertama; mutawatir sukuti, maksudnya diakui dengan diam. Misalnya ada seseorang di tengah-tengah suatu kelompok memberitahukan suatu peristiwa yang terjadi di hadapan mereka; jika kelompok ini tidak mendustakan orang tersebut tapi menerimanya dengan sikap diam, artinya mereka menerima dan mengakui berita tersebut, terlebih jika peristiwa yang disampaikan terkait dengan kelompok tersebut, terlebih kelompok tersebut siap untuk tunduk, tidak mau menerima kekeliruan, dan menganggap kebohongan seperti hal buruk, maka tidak diragukan bahwa sikap diam mereka menunjukkan peristiwa tersebut benar-benar terjadi dengan petunjuk yang kuat.
Kedua; misalkan seseorang mengabarkan tentang suatu peristiwa; misalkan satu okka makanan mengenyangkan duaratus orang. Orang-orang menyampaikan berita ini dengan bentuk dan cara berbeda; sebagian menyampaikan dengan suatu cara, yang lain menyampaikan dengan cara berbeda, dan begitu seterusnya. Namun mereka semua sepakat peristiwa tersebut terjadi. Inilah yang disebut mutawatir maknawi dan kejadian tersebut berlaku secara pasti. Tidak masalah jika bentuknya berbeda.
Hadits ahad kadang menunjukkan makna qath’i dan kuat seperti riwayat mutawatir dengan sejumlah persyaratan. Kadang pula menunjukkan sesuatu yang kuat berdasarkan sejumlah indikasi-indikasi eksternal.
Sebagian besar mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda nubuwah Rasul mulia Saw. dinukil secara mutawatir; entah mutawatir secara tegas, maknawi, ataupun sukuti. Sebagian di antaranya dinukil melalui hadits ahad. Namun demikian harus dianggap qath’i dan kuat seperti mutawatir setelah diterima oleh para ahli hadits kritikus dan harus memenuhi sejumlah persyaratan ketat.
Ya, mereka yang sebut hafizh dari kalangan ahli hadits dan ahli tahqiq, ribuan ahli hadits yang menghafal minimal seratus ribu hadits, ahli hadits yang bertakwa yang shalat shubuh dengan wudhu shalat isya selama limapuluh tahun, para pakar dan tokoh jenius ilmu hadits; mereka ini adalah para pemilik enam kitab hadits, khususnya Imam Al-Bukhari dan Muslim. Saya katakan bahwa hadits ahad yang dishahihkan dan diterima oleh para imam dan ulama ini tingkatan kuatnya tidak kurang dari tingkatan hadits mutawatir.
Ya, para ahli tahqiq dan kritikus ilmu hadits memiliki spesialisasi di bidang, menyusun ungkapan-ungkapan, bahasa tingkat tinggi, dan penjelasan-penjelasan Rasul mulia Saw. dalam jumlah besar, dan memiliki bakat di bidang ini, hingga ketika mereka melihat suatu hadits maudhu’ di antara ratusan hadits, tentu mereka berkata, “Hadits ini maudhu’ dan tidak termasuk hadits-hadits Rasulullah Saw.,” lalu mereka tolak hadits tersebut. Seperti halnya para penukar
[1] Baca; Shahih Muslim, hadits nomor 5078.
211. Page
mata uang, mereka ini mengetahui esensi hadits dan dapat mereka bedakan dengan kata-kata biasa.
Hanya saja di kalangan para ahli tahqiq, seperti Ibnu Al-Jauzi, terlalu berlebihan dalam mengkritik dan mendhaifkan sejumlah hadits shahih. Namun bukan berarti bahwa seluruh hadits maudhu’ keliru, tapi maksudnya bukan hadits mulia.
Soal;
Apa manfaat sanad mu’an’an, sehingga para ahli hadits menyebut peristiwa yang tidak ada gunanya tersebut dengan mengatakan, “Diriwayatkan si fulan, dari si fulan, dari si fulan?”
Jawab;
Banyak manfaatnya. Salah satunya sebagai contoh; hadits an’anah menjelaskan –dalam batasan tertentu- adanya semacam ijma’ di antara para ahli hadits terpercaya dan jujur yang menjadi hujah di bidang hadits terdapat dalam rangkaian sanad tersebut. Juga –dalam batasan tertentu- menunjukkan kesepakatan para ahli tahqiq yang berada dalam rangkaian sanad tersebut. Seakan setiap imam dan allamah dalam rangkaian sanad dan hadits ‘an’anah tersebut menandatangani hukum hadits tersebut dan memberikan stempel shahih.
Soal;
Kenapa peristiwa-peristiwa mukjizat tidak diriwayatkan dengan perhatian penuh melalui banyak jalur dan secara mutawatir seperti halnya hukum-hukum syar’i dan hal-hal penting lain?
Jawab;
Karena orang-orang umumnya memerlukan sebagian besar hukum-hukum syar’i. Hukum-hukum ini berkaitan dengan setiap orang laksana suatu kewajiban yang bersifat fardhu ‘ain.
Sementara mukjizat-mukjizat tidak diperlukan semua orang. Bahkan andaipun diperlukan, mendengar satu kali saja sudah cukup laksana suatu kewajiban yang bersifat fardhu kifayah; cukup diketahui sebagian orang saja.
Oleh karenanya, kadang suatu mukjizat hanya diriwayatkan satu atau dua perawi saja, sementara suatu hukum diriwayatkan sepuluh atau duapuluh perawi, meski keberadaan mukjizat tersebut sepuluh kali lebih kuat dari keberadaan hukum syar’i.
Asas keempat;
Sebagian di antara peristiwa-peristiwa masa depan yang Rasul mulia Saw. kabarkan bukan kejadian-kejadian kecil. Beliau hanya mengabarkan suatu peristiwa menyeluruh yang berulang dalam bentuk kejadian kecil. Hanya saja peristiwa tersebut memiliki banyak sisi.
Setiap saat, Rasul mulia Saw. menjelaskan salah satu sisi di antara sekian banyak sisi itu, selanjutnya perawi hadits menyatukan sisi-sisi tersebut, sehingga nampak seperti berseberangan dengan realita.
Contoh; terdapat sejumlah riwayat berbeda terkait as-sayyid Al-Mahdi. Rincian dan gambaran-gambaran dalam riwayat-riwayat tersebut juga berbeda satu sama lain. Namun Rasul mulia Saw. mengabarkan kemunculan Imam Al-Mahdi bersumber dari wahyu –seperti yang disebutkan dalam salah satu ranting “kalimat keduapuluh empat”- untuk menjaga kekuatan makna bagi siapapun yang beriman di setiap masa, tidak membuat mereka berputus asa dalam menghadapi berbagai peristiwa mengejutkan nan mencengangkan.
Juga untuk mengaitkan secara maknawi siapapun yang beriman dengan ahlul bait beliau sebagai silsilah terang dunia Islam, karena setiap masa ada semacam “Al-Mahdi” bahkan banyak sekali Al-Mahdi dari kalangan ahlul bait Al-Mahdi yang akan muncul di akhir zaman. Bahkan di antara khalifah-khalifah Abbasiyah ada yang dianggap termasuk golongan Ahlul Bait[1] yang
[1] Al-Mahdi yang dimaksud adalah Abu Abdullah Muhammad bin Manshur, khalifah ketiga Abbasiyah, lahir tahun 127 H., wafat tahun 169 H., dibaiat pada bulan Dzulhijah 158 H.
212. Page
menyatukan banyak sekali sifat-sifat Al-Mahdi hakiki, sehingga sifat-sifat para khalifah dan para wali quthub yang mendapat petunjuk yang muncul sebelum Al-Mahdi hakiki, dimana mereka ini adalah contoh-contoh Al-Mahdi yang hakiki. Itulah kenapa terjadi perbedaan dalam berbagai riwayat.
Asas kelima;
Rasul mulia Saw. tidak mengetahui hal gaib dengan sendirinya berdasarkan rahasia “tiada yang mengetahui gaib selain Allah,” tapi Al-Haq Ta’ala jua yang mengajari beliau lalu beliau sampaikan pemberitaan gaib tersebut.
Al-Haq Ta’ala Maha Bijaksana dan Maha Penyayang. Rahmat-Nya mengharuskan untuk menutupi sebagian besar hal-hal gaib, karena hal-hal yang tidak disukai manusia di dunia ini lebih banyak dari hal-hal yang disuka. Untuk itu, mengetahui hal-hal yang tidak disuka sebelum terjadi adalah sesuatu yang menyakitkan. Berdasarkan rahasia tersebut, kematian dan ajal tidak diketahui manusia. Musibah-musibah yang akan menimpa manusia juga ditutupi di balik tirai gaib.
Mengingat hikmah rabbani dan rahmat ilahi mengharuskan seperti itu, maka Allah tidak memberitahukan kejadian-kejadian menakutkan yang menimpa umat dan para sahabat sepeninggal beliau secara menyeluruh dan rinci agar tidak melukai kasih sayang beliau yang begitu besar terhadap umat, dan agar tidak melukai kasih sayang beliau kepada ahlul bait dan para sahabat; ini merupakan tuntutan hikmah dan rahmat.
Namun Allah mengabarkan peristiwa-peristiwa penting kepada beliau karena hikmah-hikmah tertentu dalam bentuk yang tidak mengagetkan. Selanjutnya beliau sampaikan peristiwa-peristiwa tersebut.
Allah Ta’ala mengabarkan kepada beliau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi; sebagian di antaranya secara garis besar dan sebagian lainnya secara ringkas. Selanjutnya beliau sampaikan peristiwa-peristiwa tersebut.
Untuk itu, para ahli hadits sempurna yang berada di puncak tingkat ketakwaan, keadilan dan kejujuran, dan mereka yang sangat takut terhadap ancaman yang disebutkan dalam hadits, “Siapa berdusta kepadaku dengan sengaja, maka tempatilah tempatnya dari neraka,”[1] dan mereka yang sangat menjauhi ancaman yang tertera dalam ayat;
فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللّٰهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ اِذْ جَاۤءَهٗۗ
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?” (QS. Az-Zumar: 32)
Mereka meriwayatkan kabar-kabar itu kepada kita secara shahih.
Asas keenam;
Sifat dan kondisi-kondisi Rasulullah Saw. sudah dijelaskan dalam sirah dan sejarah. Hanya saja sebagian besar sifat dan kondisi-kondisi tersebut berkenaan dengan sisi kemanusiaan beliau. Sementara sisi kepribadian maknawi an esensi suci Rasulullah Saw. begitu tinggi dan terang hingga tidak selaras dengan sifat-sifat yang tertera dalam sirah dan sejarah, dan tidak cocok dengan tingkat keluhuran nan tinggi itu, karena setiap harinya dan bahkan hingga saat ini, ibadah agung seukuran ibadah seluruh umat beliau dicantumkan dalam lembaran kesempurnaan beliau berdasarkan kaidah “sebab sama seperti pelaku.”
Seperti halnya beliau mendapatkan rahmat ilahi secara mutlak dan tanpa batas berdasarkan kesiapan tanpa batas, beliau juga mendapatkan doa-doa tanpa batas dari umat beliau nan tak terbatas.
Kondisi dan fase-fase kemanusiaan yang tertera dalam sirah dan sejarah tidak muat untuk menjelaskan esensi sempurna Rasul mulia Saw. nan penuh berkah yang menjadi hasil dan buah
[1] Baca; Al-Bukhari (I/52), Muslim (I/10).
213. Page
alam raya yang paling sempurna ini, sebagai penerjemah dan kekasih Sang Pencipta alam raya ini. Juga tidak memuat hakikat segala kesempurnaan beliau.
Contoh; esensi kesempurnaan Rasul mulia Saw. nan penuh berkah dan hakikat segala kesempurnaan beliau tidak termuat pada fase-fase yang nampak pada peristiwa pertikaian antara sosok penuh berkah ini –dimana malaikat Jibril dan Mikail turut tersebut membantu dan menjaga beliau dalam perang Badar- dengan seorang badui di pasar ketika bersengketa dengan beliau terkait penjualan seekor kuda. Akhirnya beliau menunjuk Khuzaimah seorang diri sebagai saksi.[1]
Untuk menghindari kesalahpahaman, siapapun wajib menegakkan kepala tinggi-tinggi setiap saat di antara sifat-sifat saling berlawanan dalam kapasitas beliau sebagai manusia biasa, dan memandang esensi hakiki dan kepribadian maknawi beliau nan terang yang selaras dengan tingkatan risalah. Tanpa itu, siapapun tentu bersikap tidak sopan pada beliau atau jatuh dalam syubhat.
Untuk menjelaskan rahasia ini, silahkan Anda dengarkan perumpamaan berikut;
Ada sebuah biji kurma. Biji ini kemudian di tanam di tanah lalu merekah dan menjadi pohon kurma besar yang berbuah. Pohon ini terus membesar seiring perjalanan waktu. Atau misalkan ada sebutir telur burung merak. Telur ini kemudian di-inkubasi hingga bayi burung merak keluar dan menjadi burung merak sempurna nan indah dan menawan penuh ukiran di setiap sisinya dan dirias takdir. Burung ini terus berkembang dan kian indah.
Ada sejumlah sifat dan kondisi yang ada pada biji dan telur tersebut. Di dalamnya terdapat unsur-unsur jeli dan lembut. Pohon kurma yang berasal sari sebuah biji dan burung yang merak berasal dari sebutir telur; masing-masing memiliki sifat dan bentuk luhur dan tinggi jika dibandingkan dengan bentuk dan kondisi sederhana yang ada pada biji dan telur tersebut.
Selanjutnya seluruh sifat biji dan telur tersebut harus dikaitkan dengan sifat-sifat pohon kurma dan burung merak, serta membahasnya secara bersamaan agar akal manusia senantiasa menegakkan kepala dari dengan mengalihkan pandangan dari biji-bijian menuju pohon kurma, dari sebutir telur menuju burung merak serta mencermati secara seksama agar akalnya menerima sifat-sifat yang ia dengar. Tanpa itu, ketika ada yang mendengar orang berkata, “Saya memanen seribu rithel kurma dari biji kurma seharga satu dirham,” “Butir telur ini adalah sultan para burung di udara,” tentu ia mendustakan dan mengingkari kata-kata orang tersebut.
Seperti halnya perumpamaan di atas, sisi kemanusiaan Rasul mulia Saw. mirip seperti biji dan butir telur tersebut. Sementara esensi beliau nan bersinar terang karena tugas risalah laksana pohon Thuba dan burung surga nan penuh berkah. Terlebih, esensi beliau ini terus menuju kesempurnaan.
Untuk itu, ketika seseorang memikirkan kepribadian Rasul mulia Saw. yang terlibat sengketa dengan seorang badui di pasar, wajib menegakkan pandangan hayalan dan memandang sisi kepribadian beliau nan terang yang pernah mengendarai Buraq, meninggalkan Jibril, dan meneruskan perjalanan hingga hampir sedekat dua busur panah atau lebih dekat lagi. Tanpa itu, tentu ia berlaku tidak sopan atau nafsu amarah-nya tidak mempercayai beliau.
[1] Baca; Sunan Abu Dawud (III/308), Musnad Ahmad (V/215), Sunan Al-Baihaqi (VII/66).
214. Page
Isyarat Kelima yang Memiliki Noktah
Berikut akan kami sebutkan beberapa hadits terkait perkara-perkara gaib;
Contoh pertama;
Diriwayatkan secara shahih dan mutawatir kepada kita bahwa Rasul mulia Saw. bersabda kepada sekelompok sahabat di atas mimbar, “Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin. Mudah-mudahan dengannya, Allah mendamaikan di antara dua kelompok besar di antara kaum muslimin.”[1]
Ketika dua pasukan besar kaum muslimin saling bertemu, Hasan dan Mu’awiyah berdamai. Mukjizat gaib sang kakek, Rasulullah Saw., terbukti nyata empatpuluh tahun berikutnya.
Contoh kedua;
Diriwayatkan secara shahih kepada kita bahwa beliau Saw. bersabda kepada Ali, “Kau akan memerangi para pelanggar janji dan pembelot.”[2] Melalui sabda ini, beliau mengabarkan tentang perang Jamal, Shiffin, dan perang menumpas Khawarij.
Karena Zubair bin Awwam dan Ali saling mencintai, beliau bersabda kepada Ali, “Suatu hari nanti, dia (Zubair) akan memerangimu dan ia tidak berada dalam kebenaran.”[3]
Beliau juga bersabda kepada istri-istri beliau nan suci, “Salah seorang di antara kalian kelak akan memimpin sebuah fitnah besar, akan banyak orang terbunuh di sekitarnya, dan anjing-anjing Hau`ab akan menggonggong padanya.”[4]
Hadits-hadits ini shahih dan kuat secara pasti. Maksudnya, tigapuluh tahun setelah Nabi Saw. menyampaikan kabar itu, Ali berperang melawan Aisyah, Zubair, dan Thalhah dalam perang Jamal, Ali berperang melawan Mu’awiyah di Shiffin, Ali berperang melawan Khawarij di Haura` dan Nahrawan. Semua peristiwa ini merupakan bukti nyata pemberitaan-pemberitaan gaib yang Nabi Saw. sampaikan di atas.
Nabi Saw. juga memberitahukan kepada Ali terkait orang yang akan membunuhnya suatu hari nanti melalui sabda beliau, “Ia akan membasahi jenggotmu dengan darah kepalamu.” Ali mengetahui siapa orang yang dimaksud. Ia adalah Abdurrahman bin Muljam Al-Khariji.
Nabi Saw. juga memberitahukan tentang salah seorang Khawarij dengan tanda aneh yang terdapat pada tubuhnya. Ia disebut Dzuts Tsadyah. Orang yang dimaksud ini kemudian ditemukan di antara para korban tewas dari kubu Khawarij.
Ali kemudian menjadikan jenazah orang tersebut sebagai bukti bahwa ia berada di kubu yang benar, sekaligus menunjukkan mukjizat nabawi.[5]
Melalui riwayat shahih dari Ummu Salamah dan lainnya, Rasul mulia Saw. mengabarkan bahwa Husain akan dibunuh di Thaf; Karbala`.[6]
Limapuluh tahun berikutnya, terjadilah sebuah peristiwa mengejutkan nan membakar jantung sebagai bukti kebenaran pemberitaan gaib tersebut.
Beliau juga berulang kali mengabarkan bahwa ahlul bait beliau akan dibunuh dan diusir sepeninggal beliau. Beliau dalam batasan tersebut menjelaskan hal tersebut. Dan terjadilah apa yang beliau kabarkan itu.
[1] Baca; Al-Bukhari (II.962), Sunan An-Nasa`i (I/531), Dala`ilun Nubuwwah (VI/442).
[2] Baca; Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/150), Majma’ Az-Zawa`id (V/186), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/235).
[3] Baca; Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (VII/545), Al-Mustadark ‘alash Shahihain (III/413).
[4] Baca; Shahih Ibnu Hibban (XV/126) dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (VII/536).
[5] Baca; Shahih Al-Bukhari (III/1321), Shahih Muslim (II/744), Dala`ilun Nubuwwah (V/188).
[6] Baca; Al-Mu’jam Al-Kabir (III/107), Majma’ Az-Zawa`id (IX/188), A’lamun Nubuwwah (182).
215. Page
Pertanyaan penting terkait konteks ini;
Dikatakan; sayyidina Ali berhak secara penuh untuk memegang khilafah. Ia punya garis kekerabatan dengan Rasul mulia Saw., punya keberanian dan ilmu melimpah tiada banding. Lantas kenapa Ali tidak didahulukan dalam khilafah? Dan kenapa Islam di masanya mengalami guncangan-guncangan dan kekacauan?
Jawab;
Seorang wali quthb dari ahlul bait berkata, “Rasul mulia Saw. menginginkan khilafah Ali. Namun beliau diberi tahu melalui gaib bahwa Allah tidak menghendaki hal itu. Akhirnya, beliau Saw. meninggalkan keinginan itu dan mengikuti kehendak ilahi.”
Salah satu hikmah kehendak ilahi adalah para sahabat sangat perlu untuk sepakat dan bersatu sepeninggal Nabi Saw. Andaikan sayyidina Ali memegang khilafah sejak awal, tentu kondisi dan fase-fasenya yang mengesankan tidak pamer ataupun mencari muka di hadapan orang, berani, zuhud, dan tidak memerlukan orang lain. Terlebih keberaniannya yang terkenal itu, tentu akan memicu persaingan di tengah banyak orang dan kabilah. Dan kemungkinan kuat akan memicu perpecahan. Beragam peristiwa yang terjadi pada masa khilafah Ali membuktikan hal itu.
Selanjutnya, salah satu sebab keterlambatan khilafah sayyidina Ali adalah diperlukan adanya sosok seperti Ali yang memiliki keberanian dan firasat tiada banding, kekuatan besar dan dihormati seperti Bani Hasyim dan Ahlul Bait di antara kaum-kaum yang memendam asas pemikiran 73 kelompok yang muncul setelahnya karena pembauran yang terjadi di antara sekian banyak kaum seperti yang Rasulullah Saw. kabarkan.[1]
Sosok seperti ini diperlukan saat berbagai peristiwa penuh fitnah terjadi agar kokoh menghadapi berbagai fitnah.
Ya, sosok Ali benar-benar teguh dan kuat menghadapi semua itu. Rasulullah Saw. mengabarkan kepada Ali, “Aku berperang karena turunnya Al-Qur'an. Dan kelak kau akan berperang karena penakwilan (Al-Qur'an).”[2]
Selanjutnya, jika tidak ada sayyidina Ali, tentu kekuasaan duniawi menyimpangkan raja-raja Umawiyah dari jalan lurus secara total. Namun para pemimpin daulah Umawiyah melihat adanya Ali dan ahlul bait, sehingga mereka terpaksa mendorong dan mengarahkan para pengikut dan pendukung untuk menjaga dan menyebarkan hakikat-hakikat Islam, hakikat-hakikat iman, dan hukum-hukum Al-Qur'an sepenuh kekuatan agar tingkatan mereka terangkat hingga mencapai kedudukan ahlul bait. Bahkan meski mereka tidak melakukan hal itu demi menjaga kedudukan dan posisi di mata kaum muslimin, menampung ratusan ribu para ahli ijtihad, ahli tahqiq, dan para ahli hadits nan sempurna, juga para wali dan orang-orang pilihan.
Jika tidak ada kewalian, ketakwaan, dan kesempurnaan ahlul bait nan tinggi dan kuat, tentu kemungkinan besar para penguasa Umawiyah benar-benar menyimpang dari jalan yang lurus.
Jika dikatakan; kenapa khilafah Islam ahlul bait Nabi Saw. tidak stabil padahal mereka paling berhak memegang khilafah?
Jawab; kekuasaan dunia menipu dan menggoda. Ahlul bait diperintahkan untuk memelihara hakikat-hakikat Islam dan hukum-hukum Al-Qur'an. Orang yang memegang khilafah, kerajaan dan kesultanan mungkin ma’shum seperti para nabi, atau zuhud secara kalbu tanpa banding seperti para khalifah yang mendapat petunjuk (al-khulafaur rasyidin), Umar bin Abdul Aziz Al-Umawi dan Al-Mahdi Al-Abbasi sehingga tidak terpedaya oleh kekuasaan dunia.
[1] Riwayat-riwayat terkait perpecahan umat menjadi 73 golongan bisa Anda baca di dalam Sunan An-Nasa`i (V/158), Sunan Al-Baihaqi (VIII/187), dan Misykatul Mishbah (I/61).
[2] Baca; Shahih Ibnu Hibban (XV/385), Musnad Ahmad (III/31), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/132), Khasha`ish ‘Ali (166), Hulyatul Awliya` (I/76).
216. Page
Padahal khilafah daulah Fathimiyah yang didirikan atas nama ahlul bait di Mesir, pemerintahan Muwahhidin di Afrika, dan daulah Shafawiyah di Iran menunjukkan kepada kita bahwa kekuasaan dunia tidak layak bagi ahlul bait. Bahkan, kekuasaan dunia akan membuat mereka melupakan tugas asli menjaga agama dan mengabdi untuk Islam.
Ketika meninggalkan kekuasaan, mereka mengabdi untuk Islam dan Al-Qur'an secara nyata dan besar. Lihatlah para wali quthb yang muncul dari keturunan Hasan, khususnya empat wali quthb, dan lebih khusus lagi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani yang tidak lain adalah al-ghauts al-a’zham (pertolongan terbesar). Hingga para imam yang muncul dari keturunan Husain, khususnya Zainal Abidin dan Ja’far Ash-Shadiq.
Mereka ini laksana Al-Mahdi secara maknawi. Mereka melenyapkan kezaliman dan kegelapan-kegelapan maknawi, menebar cahaya-cahaya Al-Qur'an dan hakikat-hakikat iman, serta menunjukkan bahwa mereka adalah para pewaris sang kakek yang paling mulia; Muhammad Saw.
Jika dikatakan; apa hikmah di balik fitnah berdarah yang menimpa Islam, kaum muslimin, dan era bahagia nan terang itu, dan apa sisi rahmatnya? Karena mereka tidak patut mendapatkan siksa ilahi?
Jawab; seperti halnya angin kencang disertai hujan lebat pada musim semi menggerakkan kesiapan dan menumbuhkan seluruh jenis tumbuh-tumbuhan, benih dan pepohonan dimana masing-masing di antaranya merekahkan bunga-bunga tersendiri dan menjalankan tugas fitrah tertentu, seperti itu pula beragam fitnah yang menimpa para sahabat dan tabi’in juga membangkitkan beragam kesiapan yang mereka miliki, dimana kesiapan-kesiapan tersebut laksana biji-bijian. Juga memberikan peringatan kepada seluruh kelompok Islam bahwa Islam berada dalam bahaya dan mulia terbakar, serta mendorong mereka untuk segera menjaga Islam.
Masing-masing di antara mereka memikul tugas tertentu di antara berbagai macam tugas terhadap masyarakat Islam sesuai kesiapan yang dimiliki, bekerja dan bersungguh-sungguh secara penuh. Sebagian bertugas menjaga hadits, sebagian lain menjaga syariat, ada juga yang menjaga hakikat-hakikat man, dan sebagian lain menjaga Al-Qur'an.
Seperti itulah setiap kelompok sibuk memberikan pengabdian tertentu. Secara keseluruhan, mereka dengan giat menjalankan tugas-tugas Islam. Bunga-bunga dengan berbagai warna pun merekah. Angin kencang itu menebarkan berbagai benih ke seluruh penjuru dunia Islam nan luas terbentang hingga merubah separuh bumi menjadi taman bunga.
Namun sayang, di tanam dan di antara bunga-bunga itu muncul duri-duri berbagai kelompok ahli bid’ah. Seakan tangan takdir mengguncang masa tersebut dengan kuat, mengobarkan semangat para pengusung idealisme dan mengasah cita-cita mereka, menerbangkan banyak sekali para ahli ijtihad, ahli hadits, para hafizh, orang-orang pilihan dan para wali quthb ke berbagai dunia Islam dengan kekuatan sentral yang muncul dari pergerakan itu. Membuat mereka bermigrasi, menggerakkan kaum muslimin di belahan timur maupun barat bumi. Membuka mata mereka untuk memanfaatkan segala simpanan Al-Qur'an.
Sekarang kita kembali ke topik pembahasan. Peristiwa-peristiwa gaib yang benar-benar terjadi tepat seperti pemberitahuan Rasul mulia Saw. sangat banyak; jumlahnya mencapai ribuan. Berikut akan kami sebut sebagian contoh kecil saja;
Para pemilik enam kitab hadits ternama, khususnya Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim menyepakati keshahihan sebagian besar hadits yang akan kami jelaskan berikut ini, dan sebagian besar di antaranya mutawatir secara maknawi. Sebagian di antaranya termasuk kuat dan qath’i seperti mutawatir karena para ahli tahqiq menyepakati keshahihannya.
Diriwayatkan secara shahih bahwa Rasulullah Saw. mengabarkan kepada para sahabat seraya bersabda, “Kalian kelak akan mengalahkan seluruh musuh-musuh kalian. Kalian kelak akan sukses menaklukan Makkah, Khaibar, Syam, Irak, Iran, dan Baitul Maqdis.”[1]
[1] Baca; Al-Bukhari (II/663), (III/1159).
217. Page
Beliau juga mengabarkan, “Harta-harta simpanan raja-raja Persia dan Romawi akan dibagi-bagi di antara kalian, dan keduanya adalah daulah terbesar pada masa itu.”[1]
Beliau tidak berkata, “Aku kira,” atau, “Aku duga,” tapi beliau mengabarkan secara pasti seakan melihat dengan mata kepala sendiri. Peristiwa itu pun terjadi tepat seperti yang beliau kabarkan. Beliau menyampaikan hal ini saat beliau terpaksa harus berhijrah, jumlah sahabat masih sedikit, dan di sekitar Madinah serta seluruh dunia kala itu adalah musuh beliau.
Diriwayatkan kepada kita secara shahih dan qath’i bahwa beliau berulang kali bersabda, “Hendaklah kalian (meneladani) sirah dua orang sepeninggalku; Abu Bakar dan Umar.”[2]
Nabi Saw. mengabarkan bahwa Abu Bakar dan Umar masih hidup sepeninggal beliau, keduanya akan menjadi khalifah, dan akan menapaki sirah menawan dalam lingkup ridha Allah dan Nabi Saw. Juga mengisyaratkan bahwa Abu Bakar hidup tidak lama sepeninggal beliau, sementara Umar hidup cukup lama sepeninggal beliau dan akan meraih banyak sekali penaklukan.
Beliau juga bersabda, “Bumi dihimpun untukku, lalu sisi-sisi timur dan baratnya diperlihatkan kepadaku. Kekuasaan umatku akan mencapai bagian yang dihimpun untukku di antaranya.”[3]
Artinya, umatku akan memegang kekuasaan dunia di timur maupun barat, dan tidak pernah ada suatu umat pun yang memiliki kekuasaan sebesar ini. Pemberitaan beliau ini akhirnya menjadi nyata tepat seperti yang beliau sampaikan.
Diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau mengabarkan sebelum perang Badar, “Ini tempat kematian Abu Jahal. Ini tempat kematian Utbah. Ini tempat kematian Umaiyah. Ini tempat kematian fulan dan fulan.”[4]
Beliau menunjuk tempat-tempat kematian sejumlah pemimpin kaum Quraisy musyrik satu persatu, lalu beliau bersabda, “Sungguh, aku akan membunuh Ubai bin Khalaf dengan tanganku sendiri.”[5] Pemberitaan beliau ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i, bahwa beliau mengabarkan seakan beliau menyaksikan para sahabat berperang dalam perang Mu`tah; peperangan terkenal yang terjadi di dekat kawasan Syam sejauh perjalanan satu bulan dari Madinah. Beliau mengabarkan, “Panji perang dibawa Zaid lalu ia terkena serangan. Panji perang kemudian dibawa Ja’far lalu ia terkena serangan. Panji perang kemudian dibawa Ibnu Rawahah lalu ia terkena serangan. Kemudian panjang perang dibawa salah satu pedang Allah.”[6]
Beliau mengabarkan peristiwa ini kepada para sahabat secara rinci. Dua atau tiga minggu setelah itu Ya’la bin Munabbih pulang dari peperangan. Sebelum Ya’la menyampaikan kabar peperangan, Nabi Saw. terlebih dahulu menyampaikan kabar tersebut secara rinci lalu Ya’la bersumpah dan berkata, “(Peperangan) terjadi tepat seperti yang engkau kabarkan.”
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda, “Khilafah sepeninggalku selama tigapuluh tahun, kemudian setelah itu kerajaan lalim.”
“Urusan (agama) ini dimulai dari nubuwah dan kasih sayang. Selanjutnya kasih sayang dan khilafah. Selanjutnya kerajaan yang lalim. Selanjutnya kesewenang-wenangan dan pemaksaan.”[7]
[1] Baca; Shahih Al-Bukhari (III/1135) dan Shahih Muslim (IV/2236).
[2] Baca; Sunan Ibnu Majah (I/37), At-Tirmidzi (V/609), Al-Baihaqi (V/212), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/79), Fadha`ilush Shahabah, Ibnu Hanbal (I/426).
[3] Baca; Shahih Muslim (IV/2215), Abu Dawud (IV/97).
[4] Baca; Shahih Muslim (III/1404), As-Sirah Al-Halbiyah (II/430).
[5] Baca; Asy-Syifa, Al-Qadhi Iyadh (I/116).
[6] Baca; Al-Bukhari (III/1372).
[7] Silahkan membaca riwayat-riwayat ini di dalam; Al-Baihaqi (VIII/159), Musnad Ahmad (IV/273), Al-Mu’jam Al-Awsath (VI/345).
218. Page
Beliau mengabarkan durasi empat khilafah al-khulafaur rasyidun plus durasi masa khilafah Hasan yang berlangsung selama empat bulan. Setelah itu, khilafah berbentuk kerajaan. Lalu setelah itu kerajaan berbentuk pemaksaan dan kerusakan bagi umat. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda, “Utsman terbunuh dalam kondisi membaca mushaf. Mudah-mudahan Allah memberikan baju panjang kepadanya dan mereka (para pemberontak) ingin melepasnya.”[1]
Nabi Saw. mengabarkan bahwa sayyidina Utsman kelak akan menjadi khalifah, orang-orang menuntut Utsman untuk melepaskan jabatan, dan ia akan dibunuh secara lalim dalam kondisi saat membaca Al-Qur'an. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau suatu ketika berbekam, lalu Abdullah bin Zubair meminum darah beliau laksana meminum minuman manis untuk mendapatkan berkah, lalu beliau bersabda padanya, “Celakalah orang-orang karenamu, dan celakalah kamu karena orang-orang.”[2]
Beliau mengabarkan bahwa Zubair suatu saat nanti akan memimpin umat dengan keberanian luar biasa, ia akan menghadapi serangan-serangan besar, dan orang-orang akan menghadapi berbagai peristiwa besar karenanya. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan ketika Abdullah bin Zubair mengumumkan khilafahnya di Makkah pada masa Umawiyah. Beberapa kali ia terlibat dalam peperangan dengan keberanian tiada banding.
Pada akhirnya, Hajjaj si lalim itu menyerang Zubair dengan pasukan besar. Setelah melalui peperangan hebat, pahlawan besar ini akhirnya gugur sebagai syahid.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau mengabarkan munculnya daulah Umawiyah, sebagian besar raja daulah ini lalim, dan di antara mereka akan muncul Yazid dan Walid,[3] dan Mu’awiyah akan memimpin urusan umat kala beliau bersabda padanya, “Jika kau berkuasa, maka bersikaplah lemah lembut.” Beliau memerintahkan Mu’awiyah untuk berlaku lemah lembut dan adil.[4]
Nabi Saw. mengabarkan munculnya daulah Abbasiyah melalui sabda beliau, “Anak Abbas akan muncul membaca panji-panji hitam, dan mereka akan menguasai berlipat kali (wilayah) yang mereka kuasai (sebelumnya).”[5]
Nabi Saw. juga mengabarkan kekuasaan daulah Abbasiyah akan bertahan dalam waktu lama. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda, “Celakalah bangsa Arab dari keburukan yang telah mendekat.”[6] Nabi Saw. memberitahukan tentang fitnah besar Jengis Khan dan Holako. Mereka ini akan melenyapkan daulah Abbasiyah. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqash saat sakit keras, “Mudah-mudahan kau diberi umur panjang hingga kaum-kaum mendapatkan manfaatkan karenamu, dan kaum-kaum lain tertimpa bahaya karenamu.”[7]
Nabi Saw. mengabarkan bahwa suatu hari nanti Sa’ad akan menjadi seorang pemimpin besar, kelak akan meraih banyak penaklukan. Kaum-kaum akan mendapatkan manfaat karenanya,
[1] Baca; Musnad Ahmad (VI/114), Kanzul ‘Ummal (XI/274).
[2] Baca; Sunan Ad-Daruquthni (I/228), Al-Ishabah fi Tamyizish Shahabah (IV/93).
[3] Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (VII/260). Bagian awal hadits menyebutkan; “Orang pertama yang merubah sunnahku adalah seseorang dari Bani Umaiyah.”
[4] Silahkan membaca riwayat terkait di dalam Majma' Az-Zawa`id (V/186), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/446), Tarikh Dimasy (59/61).
[5] Al-Fitan, Nu’aim bin Hammad (I/203), Musnad Imam Ahmad (I/209).
[6] Al-Bukhari (III/1221), Muslim (IV/2207).
[7] Al-Bukhari (I/432), Ibnu Hibban (XIII/384).
219. Page
maksudnya mereka akan masuk Islam. Dan kaum-kaum lain akan tertimpa bahaya karenanya, yaitu daulah mereka akan lenyap di tangan Sa’ad.
Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan kala Sa’ad bin Waqqash memegang kepemimpinan Islam, menghancurkan daulah Persia, dan menjadi sebab banyaknya kaum masuk Islam dan mendapat petunjuk.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau menyampaikan berita kematian An-Najasy –raja Habasyah yang masuk Islam- kepada para sahabat pada hari kematiannya pada tahun 7 Hijriyah, dan bahkan beliau melaksanakan shalat jenazah untuknya. Seminggu setelah itu berita datang menyampaikan raja Najasy meninggal dunia tepat pada seperti yang Nabi Saw. kabarkan.[1]
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau suatu ketika bersama empat sahabat pilihan di atas gunung Uhud atau Hira. Gunung Uhud berguncang lalu beliau bersabda, “Tenanglah (wahai gunung), karena yang ada di atasmu hanya seorang nabi, orang yang jujur (imannya), dan seorang syahid.”[2]
Nabi Saw. mengabarkan bahwa Umar, Utsman, dan Ali akan mati syahid. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Selanjutnya wahai orang celaka lagi malang! Wahai yang mati hatinya!
Wahai yang mengatakan bahwa Muhammad Al-Araby Saw. orang jenius, namun menutup mata terhadap mentari itu; mentari hakikat!
Anda telah mendengar satu di antara limabelas, dan bahkan seratus bagian dari hal-hal gaib yang merupakan satu di antara limabelas bagian mukjizat, dan Anda telah mendengar bagian-bagian yang kuat dan pasti hingga tingkatan mutawatir secara maknawi. Orang yang melihat satu di antara seratus pemberitaan gaib dengan mata akal yang disebut sebagai si jenius besar, yang menyingkap masa depan dengan firasat.
Jika kami katakan orang tersebut jenius seperti Anda, lantas apakah orang yang memiliki kejeniusan suci setingkat seratus orang jenius, salah memandang?! Bukankah orang seperti ini sangat menjaga diri untuk mengabarkan berita-berita dusta?
Untuk itu tidak diragukan, tidak mendengar perkataan orang yang memiliki seratus tingkat kejeniusan besar seperti ini seputar kebahagiaan dunia-akhirat merupakan tanda penyakit gila seratus tingkat!
Isyarat Keenam yang Memiliki Noktah
Dinukil secara shahih dan qath’i bahwa Nabi Saw. berkata kepada Fathimah, “Kau adalah ahlul baitku yang lebih dulu menyusulku.”[3] Enam bulan setelah itu, terjadilah seperti yang beliau kabarkan.
Beliau berkata kepada Abu Dzar, “Kau akan keluar darinya (Madinah), kau akan hidup seorang diri dan meninggal dunia seorang diri.”[4]
Nabi Saw. mengabarkan bahwa Abu Dzar akan dibuang dari Madinah, hidup seorang diri, dan meninggal seorang diri di tengah-tengah padang pasir. Duapuluh tahun setelah itu, terjadilah seperti yang beliau kabarkan.
Suatu hari, Nabi Saw. tidur di rumah Ummu Haram, bibi Anas bin Malik r.a., beliau terbangun sambil tersenyum dan bersabda, “Aku melihat umatku berperang di lautan laksana raja-raja di atas bantal.” Ummu Haram kemudian bertawasul kepada beliau seraya berkata,
[1] Al-Bukhari (III/1407), Muslim (II/657).
[2] Al-Bukhari (III/1344), Ibnu Hibban (XV/441).
[3] Shahih Muslim (IV/1905), Sunan An-Nasa`i (V/96).
[4] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/52), Dala`ilun Nubuwwah (V/222).
220. Page
“Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk di antara mereka.” Beliau bersabda, “Kau akan bersama mereka.”
Empatpuluh tahun berikutnya, Ummu Haram pergi menuju penaklukan Qubruz bersama suaminya, Ubadah bin Shamit. Ia meninggal dunia di Qubruz dan kuburannya menjadi tempat ziarah. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa Nabi Saw. bersabda, “Dari Tsaqif akan muncul seorang pendusta dan pembunuh.”[1]
Artinya, akan muncul seseorang dari kabilah Tsaqif yang mengaku nabi. Di antara mereka juga akan muncul orang lalim yang suka menumpahkan darah. Melalui sabda ini, beliau memberitakan tentang Al-Mukhtar Ats-Tsaqafi yang mengaku nabi dan Hajjaj si lalim yang membunuh seratus ribu orang itu.
Juga dinukil secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda, “Kostantinopel akan ditaklukkan. Pemimpinnya adalah pemimpin terbaik. Dan prajuritnya adalah prajurit terbaik.”[2]
Beliau memberitakan bahwa Kostantinopel akan ditaklukkan kaum muslimin dan sultan Muhammad Al-Fatih memiliki tingkatan yang tinggi. Pemberitaan ini terjadi tepat seperti yang beliau sampaikan.
Juga dinukil secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda, “Sungguh, andai agama tergantung di bintang kartika, tentu diraih oleh beberapa orang dari penduduk Persia.”[3]
Melalui sabda ini, beliau mengisyaratkan para ulama dan wali yang dilahirkan dan dididik Iran, khususnya Abu Hanifah rahimahullah.
Beliau juga bersabda, “Seorang alim (dari) Al-Qur'an memenuhi dunia dengan ilmu.”[4]
Melalui sabda ini, beliau mengisyaratkan dan mengabarkan tentang Imam Asy-Syafi'i rahimahullah.
Juga dinukil secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda, “Umatku akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga golongan; yang selamat hanya satu di antaranya.’ Beliau ditanya, ‘Siapa mereka?’ Beliau menjawab, ‘(Golongan yang berpegang teguh kepada sunnah) yang aku dan para sahabatku (jalani)’.”[5]
Melalui sabda ini, beliau mengabarkan bahwa umat beliau akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga, dan satu golongan yang selamat dan sempurna di antaranya hanya satu; ahlussunnah wal jamaah.
Beliau juga bersabda, “Qadariyah adalah Majusi umat ini.”[6] Beliau mengabarkan melalui sabda ini tentang golongan Qadariyah yang mengingkari takdir. Golongan ini terpecah menjadi banyak sekali sekte.
Beliau juga mengabarkan tentang Rafidhah yang terpecah menjadi banyak sekali kelompok dan sekte.
Juga dinukil secara shahih bahwa beliau Saw. bersabda kepada Imam Ali yang intinya demikian, “Dua kelompok di antara umat manusia akan binasa karenamu, seperti halnya orang-orang tersesat terkait Isa. Salah satunya karena cinta yang berlebihan, dan yang lainnya karena permusuhan yang berlebihan.”[7]
Kaum Nasrani mencintai Isa a.s. secara berlebihan hingga melampaui batasnya sampai-sampai menyatakan Isa anak Allah. Kaum Nasrani memusuhi Isa secara berlebihan hingga melampaui batas. Mereka mengingkari nubuwah dan kesempurnaan Isa.
[1] Sunan At-Tirmidzi (IV/499), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/482).
[2] Musnad Imam Ahmad (IV/335), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (IV/468).
[3] Sunan At-Tirmidzi (V/834), Tuhfatul Ahwadzi (IX/104).
[4] Musnad Ath-Thayalisi (39), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/2378), As-Sirah Al-Halbiyah (I/41).
[5] Sunan At-Tirmidzi (V/26).
[6] Sunan Abu Dawud (IV/222), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (I/159).
[7] Musnad Ahmad (I/160), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (II/132), Ad-Durr Al-Mantsur (II/727).
221. Page
Kau pun demikian; sebagian orang akan mencintaimu hingga kelewat batas dan mereka ini akan binasa karena cinta yang berlebihan. Beliau bersabda tentang kelompok ini, “Mereka memiliki julukan yang di sebut Rafidhah.”[1]
Sebagian lainnya akan memusuhimu secara berlebihan. Mereka adalah Khawarij dan sebagian loyalis Umawiyah yang berlebihan, yang disebut kelompok Nashibah.
Jika dikatakan; Al-Qur'an memerintahkan untuk mencintai ahlul bait dan Rasulullah Saw. juga sering kali mendorong demikian. Cinta seperti ini mungkin menjadi alasan bagi Syi’ah karena orang yang memiliki cinta adalah orang mabuk dalam batasan tertentu. Lantas kenapa Syi’ah khususnya Rafidhah tidak mendapat manfaat dari cinta ini, dimana mungkin saja mereka tertawan oleh cinta yang berlebihan seperti yang diisyaratkan Nabi Saw.?
Jawab;
Cinta ada dua;
Pertama; cinta menurut makna harfiah. Maksudnya mencintai Ali, Hasan, Husain, dan ahlul bait karena Allah dan Rasul mulia Saw. Cinta seperti ini semakin meningkatkan cinta terhadap Rasul mulia Saw. dan menjadi media untuk mencintai Allah.
Cinta seperti ini dianjurkan. Berlebihan ataupun melampaui batas dalam cinta seperti ini tidaklah kenapa. Juga tidak mengharuskan untuk mencela ataupun memusuhi kelompok lain.
Kedua; cinta menurut makna kata. Maksudnya mencintai sosok seseorang. Artinya, seseorang mencintai Ali dengan memikirkan keberanian dan kesempurnaannya, mencintai Hasan dan Husain seraya memikirkan segala keutamaannya tanpa memikirkan Rasul mulia Saw. Bahkan andaipun seseorang tidak mengenal Allah ataupun Rasul-Nya, ia tetap mencintai mereka. Cinta seperti ini tidak akan membimbing menuju cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Meski cinta ini melampaui batas, namun mengharuskan untuk mencela dan memusuhi pihak lain.
Seperti itulah mereka merugi karena mencintai Ali secara berlebihan seperti yang diisyaratkan Nabi Saw. Juga karena melepaskan diri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar. Cinta negatif seperti ini menyebabkan kerugian.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa beliau bersabda, “Apabila mereka berjalan dengan sombong dan dilayani putri-putri Persia, Allah menimpakan permusuhan di antara mereka sendiri dan menguasakan orang-orang paling buruk di antara mereka atas orang-orang yang terbaik di antara mereka.”[2]
Yaitu, ketika kalian dilayani wanita-wanita Persia dan Romawi, saat itu berbagai fitnah dan peperangan terjadi di antara kalian sendiri. Kalian akan dipimpin orang-orang buruk yang akan menguasai orang-orang terbaik di antara kalian. Tigapuluh tahun setelah itu, terjadilah yang Nabi Saw. kabarkan ini.
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa beliau bersabda, “Khaibar akan ditaklukkan melalui tangan Ali.”[3]
Pada hari kedua, terjadi sesuatu yang sama sekali di luar diperkirakan ketika Ali meraih pintu benteng Khaibar dengan tangannya laksana mukjizat nabawi. Ia gunakan pintu benteng tersebut sebagai perisai untuk melindungi diri. Ia kemudian berdiri untuk menaklukkan Khaibar lalu ia buang pintu benteng tersebut, padahal delapan orang kuat pun tidak akan kuat mengangkat pintu benteng tersebut. Riwayat lain menyebut empatpuluh orang.
Beliau juga bersabda, “Kiamat tidak terjadi sebelum dua kelompok berperang; seruan keduanya sama.”[4]
Nabi Saw. mengabarkan tentang peperangan antara Ali dan Mu’awiyah di Shiffin. Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya Ammar akan dibunuh kelompok pembelot.”[5]
[1] Al-Mu’jam Al-Kabir (XII/242), Musnad Abu Ya’la (XII/116).
[2] Shahih Ibnu Hibban (XV/112), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/525).
[3] Silahkan membaca riwayat ini dalam Shahih Al-Bukhari (IV/1542), dan Sunan An-Nasa`i (V/46).
[4] Baca; Al-Bukhari (III/1320), Shahih Ibnu Hibban (XV/128).
[5] Al-Bukhari (I/172), Muslim (IV/2236).
222. Page
Ammar setelah itu terbunuh di Shiffin. Pembunuhan Ammar ini dijadikan hujah Ali bahwa para pembela Mu’awiyah adalah kelompok pembelot. Namun Mu’awiyah menakwilkan hadits tersebut, lalu Amr bin Ash berkata, “Kelompok pembelot adalah mereka yang memeranginya saja, bukan kami semua.”
Nabi Saw. juga bersabda, “Fitnah-fitnah tidak akan muncul selama Umar masih hidup.”[1] Dan terjadilah seperti yang beliau kabarkan.
Suhail bin Amr ketika ditawan sebelum masuk Islam, Umar berkata kepada Rasul mulia Saw., “Izinkan aku untuk merontokkan gigi-giginya, karena dia memprovokasi orang-orang kafir Quraisy untuk memerangi kita melalui kefasihan tutur katanya.” Rasul mulia Saw. kemudian berkata, “Mudah-mudahan ia melalui suatu kejadian yang membuatmu senang, wahai Umar.”[2]
Dalam peristiwa mengejutkan nan memilukan dan menyedihkan; peristiwa kematian Nabi Saw., Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. berdiri menyampaikan khutbah nan menyentuh di Madinah. Abu Bakar menguatkan hati kaum muslimin terkait musibah yang menimpa dengan keteguhan nan sempurna.
Suhail pun melakukan hal yang sama di Makkah Al-Mukarramah. Ia menguatkan hati para sahabat atas musibah yang menimpa. Dengan kefasihan yang dimiliki, ia menyampaikan khutbah mirip seperti khutbah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Bahkan kata-kata kedua khutbah ini hampir sama.
Nabi Saw. berkata kepada Suraqah, “Bagaimana denganmu ketika kau mengenakan dua gelang Kisra.”[3] Pada masa khilafah Umar, Kisra terbunuh. Perhiasan, simpanan, dan gelang-gelang milik Kisra nan menawan didatangkan. Umar kemudian mengenakan dua gelang milik Kisra kepada Umar dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah merampas keduanya dari Kisra dan mengenakan keduanya pada Suraqah.” Umar membenarkan pemberitaan nabawi tersebut.
Nabi Saw. juga bersabda, “Apabila Kisra telah mati, tidak ada lagi Kisra setelahnya.”[4] Dan terjadilah seperti yang Nabi Saw. kabarkan.
Nabi Saw. berkata kepada utusan Kisra, “Anak Kisra, Syairawaih Porez, telah membunuh ayahnya, Kisra, pada hari anu.”[5] Utusan Kisra kemudian mengecek berita tersebut. Akhirnya terbukti bahwa Kisra dibunuh tepat pada hari seperti yang Rasul mulia Saw. kabarkan. Utusan Kisra itu pun masuk Islam. Namanya Fairuz seperti disebutkan dalam sebagian h.
Diriwayatkan secara shahih bahwa Nabi Saw. mengabarkan tentang surat yang dikirim Hathib bin Balta’ah kepada kaum Quraisy secara sembunyi-sembunyi. Beliau kemudian mengutus Ali dan Miqdad. Beliau berkata kepada keduanya, “Di tempat anu ada sebuah surat yang di bawa seseorang. Pergilah dan bawalah surat itu kemari.”[6]
Ali dan Miqdad lantas pergi ke tempat seperti yang Rasulullah Saw. kabarkan dan membawa surat tersebut. Rasulullah Saw. kemudian memanggil Hathib dan bertanya kenapa ia melakukan hal itu. Hathib mengemukakan alasan dan Nabi Saw. menerima alasannya.
Juga dinukil secara shahih bahwa Nabi Saw. bersabda terkait Utbah bin Abu Lahab, “Ia kelak akan dimakan anjing Allah.”[7]
[1] Silahkan Anda membaca isyarat terkait hal itu dalam Shahih Al-Bukhari (I/196), Musnad Ahmad (V/401).
[2] As-Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam (III/200), A’lamun Nubuwwah (161), Al-Iktifa` bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulullah Saw. (III/41).
[3] Sunan Al-Baihaqi (VI/357), Dala`ilun Nubuwwah (VI/325).
[4] Al-Bukhari (III/1135), Muslim (IV/2236).
[5] Al-Ishabah fi Tamyizish Shahabah (I/337), As-Sirah Al-Halbiyah (III/292).
[6] Baca; Shahih Al-Bukhari (IV/1557), Muslim (IV/1941), Dala`ilun Nubuwwah (V/17).
[7] Dala`ilun Nubuwwah, Al-Ashbahani (219).
223. Page
Nabi Saw. mengabarkan tentang akhir kisah Utbah yang mengerikan. Saat pergi ke Yaman, ia didatangi singa lalu dimakan oleh singa tersebut. Peristiwa ini membenarkan kabar dan doa Nabi Saw. pada Utbah.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa Bilal naik ke Ka’bah pada saat penaklukan Makkah dan mengumandangkan azan. Para pemimpin Quraisy duduk bersama. Mereka adalah Abu Sufyan, Utab bin Usaid, dan Harits bin Hisyam. Utab berkata, “Ayahku beruntung karena tidak menjumpai hari ini.”
Harits berkata, “Apakah Muhammad tidak punya orang lain untuk mengumandangkan azan selain gagak hitam itu?” dengan nada menghina Bilal.
Abu Sufyan berkata, “Aku takut. Aku tidak akan mengatakan apapun. Meski tidak ada seorang pun di sini, tapi bebatuan padang luas ini pasti memberitahukan kepadanya (Nabi Saw.), sehingga ia tahu.”[1]
Benar saja, tidak lama setelah itu Nabi Saw. bertemu mereka dan memberitahukan kata-kata yang mereka ucapkan dengan sama persis. Saat itulah Utab dan Harits mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam.
Untuk itu wahai pengingkar yang malang! Wahai yang hatinya mati. Wahai yang tidak mengenal Rasulullah Saw.!
Lihatlah dua pemimpin kaum Quraisy pembangkang ini! Keduanya masuk Islam hanya karena satu pemberitaan gaib. Begitu rusaknya hatimu! Kau mendengar ribuan mukjizat –seperti pemberitaan gaib ini- nan mutawatir secara maknawi. Namun demikian, kau tidak menerima secara penuh dan tidak yakin. Bagaimanapun juga kita kembali kepada poin pembahasan.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa Abbas ditawan para sahabat dalam perang Badar. Ia kemudian diminta tebusan untuk pembebasan. Ia bilang, “Aku tidak punya harta.” Rasul mulia Saw. berkata, “Kau menyimpan harta di tempat anu di rumah istrimu, Ummu Fadhl.”
Abbas membenarkan hal itu dan berkata, “Itu rahasia antara kami berdua. Tidak seorang pun yang mengetahui hal itu selain kami.” Saat itu juga, Abbas masuk Islam dan menemukan kesempurnaan iman.[2]
Juga diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa seorang penyihir pembuat onar, Labid Al-Yahudi, menyihir Rasul mulia Saw. untuk mengganggu beliau. Ia mengambil sisir lalu ia balut sisir tersebut dengan rambut. Setelah itu ia lemparkan sisir tersebut ke dalam sumur. Rasul mulia Saw. kemudian bersabda kepada Ali dan sejumlah sahabat, “Pergilah ke sumur anu. Bawalah kemari benda-benda sihir itu.”[3]
Mereka kemudian pergi dan menemukan benda-benda sihir tepat seperti yang beliau kabarkan, lalu mereka membawa benda-benda tersebut. Setiap kali satu ikatan terburai, Rasul mulia Saw. merasa tubuh beliau enteng dari sakit yang mendera.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa beliau bersabda kepada sekelompok orang, termasuk di antaranya sejumlah tokoh sahabat seperti Abu Hurairah dan Hudzaifah, “Gigi geraham seseorang di antara kalian di neraka lebih besar dari gunung Uhud.”[4]
Beliau mengabarkan akhir kisah seseorang di antara mereka nan memilukan karena murtad. Abu Hurairah berkata, “Di antara kelompok tersebut, hanya aku dan seseorang lagi yang masih hidup. Aku khawatir jika orang yang dimaksud adalah aku. Setelah itu orang yang satunya lagi tersebut bergabung ke dalam barisan Musailamah. Ia akhirnya terbunuh sebagai orang murtad.” Hakikat pemberitaan nabawi ini terbukti nyata.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa Umair dan Shafwan sebelum masuk Islam memutuskan untuk membunuh Nabi Saw. dengan imbalan uang dalam jumlah besar. Umair
[1] Zadul Ma’ad (III/409), Ath-Thabaqat Al-Kubra (IV/200).
[2] Ar-Raudh Al-Anif (III/134).
[3] Baca; Shahih Al-Bukhari (III/1192), Muslim (IV/1719).
[4] Ar-Raudh Al-Anif (IV/355).
224. Page
datang ke Madinah untuk membunuh Nabi Saw. Ia melihat Nabi Saw. lalu Nabi Saw. memanggilnya. Beliau memberitahukan pembicaraan antara Umair dan Shafwan. Nabi Saw. kemudian melekatkan tangan di dada Umair lalu Umar menjawab, “Ya, (benar).” Umair pun masuk Islam.[1]
Berita-berita gaib seperti ini banyak sekali yang terjadi, disebutkan dalam enam kitab Shahih yang masyhur itu lengkap dengan sanadnya. Peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam risalah ini sebagian besar di antaranya kuat, qath’i, dan meyakinkan setingkat dengan mutawatir secara makna.
Ulama hadits menyebut peristiwa-peristiwa ini, khususnya Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka berdua yang disepakati para ahli tahqiq sebagai kitab paling shahih setelah Al-Qur'an. Peristiwa-peristiwa ini juga disebut dengan sanad-sanad terhubung secara ‘an’anah dalam Sunan Imam At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Abu Dawud. Juga dalam Mustadrak Hakim, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, dan Dala`ilun Nubuwwah karya Al-Baihaqi.
Wahai pengingkar yang mabuk! Bagaimana kau mengatakan bahwa Muhammad Al-Araby Saw. sosok jenius, lalu setelah itu kau berpaling dan tidak perduli, karena pemberitaan-pemberitaan Rasulullah Saw. terkait hal-hal gaib tidak terlepas dari dua sisi;
Mungkin kau mengatakan bahwa di dalam sosok suci itu terdapat pandangan tajam, menembus, dan kejeniusan nan luas karena dapat melihat masa lalu, masa depan, dan seluruh dunia. Mengetahui apapun yang ada di sana. Memiliki mata yang menyaksikan berbagai penjuru dunia; sisi timur ataupun barat. Memiliki kejeniusan yang dapat mengungkap masa lalu dan masa depan.
Kondisi seperti ini tidak mungkin ada dalam diri manusia. Jika pun ada, murni sebagai karunia dan hal luar biasa yang diberikan Sang Pencipta alam kepadanya. Karunia ini saja sudah merupakan mukjizat terbesar.
Atau mungkin kau beriman bahwa pribadi nan penuh berkah itu ditugaskan untuk menjalankan berbagai urusan, menjadi murid Zat yang segala sesuatu berada di bawah pengawasan dan aturan-Nya, Zat dimana seluruh jenis wujud dan masa berada di bawah perintah-Nya, segala sesuatu tertera dalam kitab besar-Nya, mengajari dan memperlihatkan sesuatu kepada murid-Nya kapanpun seperti yang Ia kehendaki.
Dengan demikian, Muhammad Al-Araby Saw. menerima pelajaran dari Guru Azali beliau. Ia menyampaikan pelajaran kepada beliau seperti yang beliau terima.
Diriwayatkan secara shahih bahwa ketika mengutus Khalid bin Walid untuk berperang ke kawasan Ukaidar, pemimpin Dumatul Jandal, Nabi Saw. bersabda kepadanya, “Kau akan mendapatinya tengah memburu sapi.”[2] Nabi Saw. mengabarkan kepada Khalid bahwa ia akan mendapati Ukaidar tengah memburu sapi liar dan Ukaidar akan ditawan tanpa perlawanan.
Khalid kemudian berangkat dan mendapatinya dalam kondisi tepat seperti yang Nabi Saw. kabarkan. Khalid akhirnya menawan dan membawanya ke hadapan Nabi Saw.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa beliau bersabda terkait lembar perjanjian yang ditulis kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan mereka tempelkan di atap Ka’bah, “Rayap-rayap memakan (perjanjian) yang kalian tulis.”[3] Namun rayap-rayap itu tidak menyentuh nama Allah yang terdapat dalam isi perjanjian tersebut. Mereka kemudian melihat lembar perjanjian tersebut dan mereka menemukan kondisinya sama persis seperti yang beliau kabarkan.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa beliau mengabarkan munculnya wabah tha’un di saat penaklukan Baitul Maqdis. Baitul Maqdis kemudian ditaklukkan pada masa Umar dan tha’un muncul saat itu. Karena wabah penyakit ini, 70 ribu orang meninggal dunia dalam tiga hari.[4]
[1] Majma' Az-Zawa`id (VIII/286).
[2] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (IV/565), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (V/253).
[3] Sunan al-Baihaqi (VI/365).
[4] Al-Bukhari (III/1281), Muslim (IV/1740), Shahih Ibnu Hibban (VI/175).
225. Page
Beliau juga mengabarkan tentang pembangunan kota Bashrah dan Baghdad sebelum kedua kota ini ada, harta-harta simpanan bumi akan masuk ke Baghdad, bangsa Arab akan berperang melawan Turki dan bangsa-bangsa yang menetap di lautan Qazwain, sebagian besar di antara bangsa-bangsa ini akan masuk Islam, dan mereka akan mengangkat orang-orang Arab sebagai penguasa di wilayah mereka.
Beliau mengabarkan semua ini melalui sabda, “Sudah hampir dekat masanya bangsa Ajam banyak di tengah-tengah kalian. Mereka memakan fai` kalian dan menebas leher kalian.”[1]
Beliau juga bersabda, “Umatku binasa di tangan seorang pemuda dari Quraisy.”[2] Beliau mengabarkan tentang kerusakan raja-raja Umawiyah yang jahat, seperti Yazid dan Walid.
Beliau juga mengabarkan bahwa sebagian wilayah akan murtad, seperti Yamamah.[3]
Beliau juga bersabda terkait perang Khandaq, “Quraisy dan para sekutu tidak akan pernah lagi memerangiku, dan akulah yang akan memerangi mereka.”[4] Terjadilah seperti yang beliau kabarkan.
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa beliau bersabda satu atau dua bulan sebelum meninggal, “Sungguh, seorang hamba diberi pilihan lalu ia memilih apa yang ada di sisi Allah.”[5] Melalui sabda ini, beliau mengabarkan tentang kematian beliau.
Beliau bersabda terkait Zaid bin Shauhan, “Salah satu bagian tubuhnya lebih dulu masuk surga mendahuluinya.”[6] Beliau mengabarkan melalui sabda ini bahwa salah satu bagian tubuh Zaid akan gugur sebagai syahid mendahuluinya. Benar saja, salah satu tangan Zaid terpotong dalam perang Nahawand. Maksudnya tangan yang terpotong tersebut gugur sebagai syahid lebih dulu sebelum Zaid dan masuk surga secara makna.
Hal-hal gaib yang kami sebutkan di atas merupakan satu di antara sepuluh jenis mukjizat beliau. Kami sudah menyebutkan empat jenis dari pemberitaan gaib ini secara garis besar dalam “kalimat keduapuluh lima” yang secara khusus membahas kemukjizatan Al-Qur'an.
Silahkan Anda renungkan jenis ini dengan empat jenis kemukjizatan tersebut yang memuat berita-berita gaib melalui lisan Al-Qur'an, dan lihatlah bagaimana mukjizat ini bukti risalah yang pasti, terang, dan kuat. Bagi yang kalbu dan akalnya tidak rusak, tentu akan membenarkan bahwa Rasul mulia Saw. adalah utusan Al-Haq Dzul Jalal, Ia adalah Pencipta segala sesuatu, Zat yang mengetahui hal-hal gaib, dan beliau menerima pemberitaan-pemberitaan dari-Nya.
[1] Musnad Ar-Rauyani (351).
[2] Al-Bukhari (VI/2589), Shahih Ibnu Hibban (XV/108).
[3] Al-Bukhari (IV/1591) dan Muslim (IV/1781).
[4] Musnad Imam Ahmad (IV/262), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (III/457).
[5] Muslim (IV/1854).
[6] A’lamun Nubuwwah (158).
226. Page
Isyarat Ketujuh yang Memiliki Noktah
Berikut akan kami isyaratkan sejumlah contoh pasti dan mutawatir secara makna yang secara khusus membahas berkah makanan sebagai salah satu mukjizat nabawi. Lebih tepat jika kami mencantumkan mukadimah terlebih dahulu sebelum membahas inti persoalan.
Mukadimah
Contoh-contoh berikut berkenaan dengan mukjizat berkah. Masing-masing di antara serangkaian mukjizat ini diriwayatkan melalui berbagai jalur. Bahkan sebagian di antaranya diriwayatkan secara shahih melalui enambelas jalur; sebagian besar di antaranya disampaikan di hadapan sekelompok orang dalam jumlah besar, disampaikan dan diriwayatkan para perawi terpercaya dan jujur.
Contoh; salah seorang di antara mereka meriwayatkan bahwa tujuhpuluh orang memakan makanan seukuran satu sha’ –kurang lebih empat cakupan tangan- hingga kenyang. Ke-tujuhpuluh orang ini mendengar tutur kata beliau dan tidak mendustakan beliau.
Artinya mereka membenarkan beliau dengan diam. Para sahabat nan lurus dan jujur yang meniti kebenaran dan hidup pada masa kejujuran dan kebenaran itu ketika melihat kebohongan pada suatu perkataan meski sekecil apapun, mereka menolak dan mendustakan kata-kata tersebut. Sementara peristiwa-peristiwa yang akan kami sebutkan berikut diriwayatkan banyak sekali perawi lalu yang lain membenarkannya dengan diam. Dengan demikian, setiap peristiwa yang akan kami sebutkan selanjutnya ini kuat dan pasti laksana mutawatir secara makna.
Selanjutnya, sejarah dan sirah mempertegas bahwa para sahabat sangat menaruh perhatian besar untuk menghafal segala tindakan dan perkataan Rasul mulia Saw. setelah menghafal Al-Qur'an. Terlebih, mereka memperhatikan kondisi-kondisi beliau terkait hukum dan mukjizat dengan sepenuh kekuatan. Mereka sangat memperhatikan keshahihan kondisi-kondisi ini. Mereka bahkan tidak mengabaikan gerakan, sirah, ataupun kondisi Rasulullah Saw. paling kecil sekalipun. Kitab-kitab hadits menunjukkan bahwa mereka tidak mengabaikan semua itu, tapi mereka catat.
Selanjutnya, banyak di antara mereka mencatat mukjizat dan hadits-hadits terkait hukum, khususnya tujuh Abdullah, dan secara khusus lagi Abdullah si penerjemah Al-Qur'an dan Abdullah bin Amr bin Ash. Terlebih ribuan ahli tahqiq dari kalangan tabi’in yang muncul setelah tigapuluh atau empatpuluh tahun selanjutnya.
Lalu setelah itu dinukil oleh empat imam ahli ijtihad, ribuan para ahli hadits. Mereka menjaga semua mukjizat dan hadits-hadits hukum dengan cara menulisnya.
Dua tahun selepas hijrah, muncul enam pemilik kitab Sunan yang diterima oleh para imam, khususnya Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Mereka ini mengemban tugas menjaga hadits-hadits Nabi Saw.
Selanjutnya muncul ribuan para kritikus ketat seperti Ibnu Jauzi. Mereka ini memilah hadits-hadits maudhu’ yang diselipkan para pengingkar, orang-orang bodoh, orang-orang lemah hafalan atau pikiran. Mereka menjelaskan permasalahan ini.
Setelah itu muncul banyak sekali ulama kritikus dan para ahli tahqiq seperti Jalaluddin As-Suyuthi yang pernah bertemu Nabi Saw. sebanyak tujuhpuluh kali dalam kondisi sadar sehingga mendapat kehormatan berbincang dengan beliau seperti yang dibenarkan oleh para ahli kasyaf. Mereka ini memilah inti hadits-hadits shahih di antara seluruh perkataan dan hadits-hadits maudhu’.
Dengan demikian, seluruh peristiwa dan mukjizat yang akan kami sebutkan selanjutnya, sampai kepada kita secara shahih melalui para perawi terpercaya yang tak terbatas jumlahnya. “Segala puji bagi Allah. Ini adalah bagian dari karunia Rabbku.”
Berdasarkan hal itu, tak seorang pun berpikiran bagaimana kita tahu bahwa peristiwa-peristiwa yang diriwayatkan sampai kepada kita itu tidak terkotori oleh apapun sejak saat itu
227. Page
hingga saat ini dan dalam rentang jarak nun begitu jauh. Tapi peristiwa-peristiwa tersebut tetap jernih.
Berikut kami sebutkan sejumlah contoh mukjizat terkait berkah;
Contoh pertama;
Enam pemilik kitab Shahih, khususnya Imam Al-Bukhari dan Muslim sepakat meriwayatkan bahwa Ummu Sulaim, ibu Anas, menggoreng dua atau tidak cakupan tangan kurma dengan minyak dalam walimah pernikahan Rasul mulia Saw. dengan Zainab. Setelah itu ia letakkan kurma tersebut dalam wadah lalu ia kirimkan ke Rasulullah Saw. melalui Anas.
Rasulullah Saw. berkata kepada Anas, “Undanglah si fulan dan si fulan, dan undanglah siapapun yang kau temui.” Anas mengundang siapa saja yang ia temui, hingga sekitar tigaratus sahabat datang. Halaman masjid dan kamar Rasulullah Saw. penuh dengan orang. Beliau berkata, “Buatlah lingkaran sepuluh orang-sepuluh orang.” Beliau kemudian meletakkan tangan beliau di atas makanan yang sedikit itu dan berdoa kepada Allah. Setelah itu beliau berkata, “Silahkan (dimakan).”
Tigaratus orang tersebut kemudian makan hingga kenyang lalu keluar. setelah itu beliau berkata kepada Anas, “Angkatlah makanan itu.” Setelah itu Anas berkata, “Aku tidak tahu, apakah makanan tersebut lebih banyak saat diletakkan, ataukah saat diangkat.”[1]
Contoh kedua;
Abu Ayyub Al-Anshari yang menjamu Nabi Saw. di rumahnya berkata, “Aku membuat makanan cukup untuk dua orang; Rasulullah Saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.’ Beliau kemudian berkata padanya, ‘Undanglah tigapuluh pemuka kaum Quraisy.’ Mereka kemudian datang dan makan. Setelah itu beliau berkata, ‘Undanglah enampuluh orang.’ Mereka kemudian datang dan makan. Setelah itu beliau berkata, ‘Undanglah tujuhpuluh orang.’ Mereka kemudian datang dan makan. Makanan di dalam bejana masih tersisa.
Saat itu, siapapun yang datang, ia masuk Islam kala melihat mukjizat ini dan berbaiat. Makanan yang cukup untuk dua orang itu dimakan seratus delapanpuluh orang.[2]
Contoh ketiga;
Diriwayatkan melalui sejumlah jalur dari Umar bin Al-Khaththab, Abu Hurairah, Salamah bin Akwa’, dan Abu Umarah Al-Anshari, bahwa mereka berkata, “Pasukan tertimpa kelaparan dalam salah satu peperangan. Mereka mengadu kepada Rasulullah Saw. lalu beliau bersabda, ‘Kumpulkan sisa-sisa bekal makanan yang ada di dalam tas kalian.’ Masing-masing kemudian membawa sedikit kurma. Yang paling banyak membawakan empat cakupan tangan kurma. Mereka kemudian meletakkan kurma-kurma tersebut di atas talam.
Salamah berkata, ‘Aku memperkirakan jumlah kurma tersebut. Jumlahnya tidak lebih dari tempat menderum kambing jantan.’ Setelah itu Rasul mulia Saw. mendoakan berkah lalu berkata kepada mereka, ‘Masing-masing hendaknya datang dengan membawa wadah.’ Mereka kemudian datang membawa wadah. Seluruh wadah yang ada di tengah-tengah pasukan diisi penuh. Setelah itu masih ada sisa.
Perawi dari kalangan sahabat kemudian berkata, ‘Dari berkah ini aku tahu, andai seluruh penduduk bumi datang, tentu (makanan tersebut) cukup untuk mereka semua’.”[3]
[1] Shahih Al-Bukhari (V/1981), Shahih Muslim (II/1051), Sunan At-Tirmidzi (V/357), Al-Jam’u Bainash Shahihain (II.487), Misykatul Mashabih (III/1661).
[2] Baca riwayat ini selengkapnya dalam Dala`ilun Nubuwwah, Al-Faryabi (44), Kanzul ‘Ummal (XII/190), Al-Mu’jam Al-Kabir (IV/185), Majma' Az-Zawa`id (VIII/303), As-Sirah Al-Halbiyah (III/366), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/80), Sirah An-Naby Al-Mukhtar (145).
[3] Silahkan baca; Shahih Al-Bukhari (II/879), Shahih Muslim (III/1345), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (IV/119).
228. Page
Contoh keempat;
Para pemilik kitab Shahih, khususnya Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Kami berjumlah seratus tigapuluh sahabat suatu ketika bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan. Satu sha’ roti –sekitar empat cakupan tangan- kemudian dibuat. Seekor kambing jantan disembelih, dimasak, jantung dan kedua ginjalnya kemudian dipanggang.’
Abdurrahman lantas berkata, ‘Demi Allah, Rasulullah Saw. memotong sebagian dari daging panggang itu untuk masing-masing dari seratus tigapuluh orang tersebut. Setelah itu beliau meletakkan daging yang di masak ke dalam dua talam lalu kami semua makan sampai kenyang dan masih ada sisanya di kedua talam tersebut. Aku membawa sisa daging itu di atas unta’.”[1]
Contoh kelima;
Kitab-kitab Shahih menyebutkan sebuah riwayat yang kuat dan qath’i bahwa Jabir Al-Anshari memberitahu seraya bersumpah bahwa ia seribu orang dalam perang Ahzab memakan satu sha’ roti gandum dan daging anak kambing betina. Meski demikian makanan tetap tersisa seakan tidak dimakan sedikit pun. Jabir kemudian berkata, “Kambing pada hari itu disembelih di rumahku. Seribu orang tersebut makan satu sha’ roti dan daging anak kambing tersebut, lalu setelah itu pergi. Saat itu ikatan gandum milik kami masih mendidih dan adonan masih dibuat menjadi roti. Beliau Saw. meludahi ikatan gandum tersebut dan mendoakan berkah.”[2]
Jabir r.a. seraya bersumpah atas nama Allah, menuturkan tentang mukjizat berkah di hadapan seribu sahabat seraya menjelaskan hubungan mereka dengan mukjizat tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peristiwa ini terbukti secara pasti dan seakan seribu orang tersebut meriwayatkan peristiwa ini.
Contoh keenam;
Diriwayatkan secara shahih bahwa Abu Thalhah, paman Anas si pelayan Rasulullah Saw. itu berkata, “Rasulullah Saw. memberi makan tujuhpuluh atau delapanpuluh orang dengan sedikit roti gandum yang dibawa Anas di ketiak hingga mereka semua kenyang. Beliau memerintahkan agar roti yang sedikit itu diremukkan dan beliau mendoakan berkah. Rumah saat itu sempit. Mereka kemudian datang sepuluh orang demi sepuluh orang, dan mereka semua keluar dalam kondisi kenyang.[3]
Contoh ketujuh;
Kitab-kitab Shahih seperti Shahih Muslim meriwayatkan secara shahih dan qath’i, juga disebutkan dalam Asy-Syifa, bahwa Jabir Al-Anshari berkata, “Seseorang meminta makanan kepada Rasul mulia Saw. untuk keluarganya. Rasulullah Saw. memberinya sepikul gandum. Ia memakan gandum itu bersama keluarga dan tamu-tamunya dalam waktu yang cukup lama.
Setelah itu mereka melihat dan rupanya gandum tidak juga habis. Mereka menakar gandum itu untuk mengetahui seberapa banyak yang berkurang. Berkah kemudian diangkat dan
[1] Shahih Al-Bukhari (II/923) dan (V/2058), Shahih Muslim (III/1626), Sunan Al-Baihaqi (IX/215), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Faryabi (81), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/95), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/80).
[2] Shahih Al-Bukhari (IV/1505), Sunan Ad-Darimi (I/33), Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (VI/314), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Faryabi (4051).
[3] Shahih Al-Bukhari (XIII/1311), Shahih Muslim (III/1612), Dala`ilun Nubuwwah (VI/89), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/77).
229. Page
hilang. Gandum itu mulai berkurang. Orang itu kemudian datang kepada Nabi Saw. dan memberitahukan hal tersebut. Nabi Saw. kemudian menjawab, ‘Andai kau tidak menakarnya, tentu kalian terus memakannya selama kalian masih hidup’.”[1]
Contoh kedelapan;
Kitab-kitab Shahih seperti At-Tirmidzi, An-Nasa`i, Al-Baihaqi dan Asy-Syifa meriwayatkan bahwa Samurah bin Jundub berkata, “Setalam daging dibawa ke hadapan Rasul mulia Saw. lalu orang-orang memakan daging itu dari pagi hingga petang, sekelompok demi sekelompok.”[2]
Seperti yang telah kami jelaskan dalam mukadimah sebelumnya, peristiwa berkah ini bukan hanya diriwayatkan Samurah bin Jundub saja. Samurah menyampaikan peristiwa ini atas nama jamaah yang memakan daging tersebut berdasarkan pembenaran dan pengakuan mereka, seakan Samurah adalah perwakilan mereka.
Contoh kesembilan;
Para ahli tahqiq seperti pemilik kitab Asy-Syifa, Ibnu Syabih, dan Ath-Thabrani meriwayatkan secara shahih bahwa Abu Hurairah berkata, “Rasul mulia Saw. memerintahkanku untuk mengundang orang-orang fakir Muhajirin yang berjumlah lebih dari seratus orang dan yang menempati halaman masjid nabawi sebagai tempat tinggal.
Aku mencari-cari dan mengumpulkan mereka. Setelah itu setalam makanan disuguhkan di hadapan kami. Kami memakan makanan itu seperti yang kami inginkan lalu setelah itu kami beranjak pergi. Makanan itu tetap penuh seperti saat disuguhkan. Hanya saja pada makanan tersebut terdapat bekas jari-jari tangan.”[3]
Abu Hurairah mengabarkan atas nama seluruh ahlush shufah berdasarkan pembenaran mereka. Dengan demikian, riwayat ini kuat dan qath’i. Seakan seluruh ahlush shufah meriwayatkan hadits ini secara makna. Mungkinkah mereka yang jujur dan sempurna ini diam begitu saja dan tidak mendustakan Abu Hurairah jika kabar ini tidak shahih dan benar?!
Contoh kesepuluh;
Diriwayatkan secara shahih dan qath’i bahwa Imam Ali berkata, “Rasul mulia Saw. suatu hari mengumpulkan Bani Abdul Muththallib; mereka berjumlah empatpuluh orang. Sebagian di antara mereka memakan anak unta secara utuh dan meminum empat uqiyah susu.
Nabi Saw. kemudian membuatkan makanan untuk mereka semua. Mereka semua lantas makan hingga kenyang. Makanan tetap seperti sedia kala. Setelah itu Nabi Saw. memberi mereka susu dalam bejana dari kayu yang normalnya cukup untuk tiga, empat orang, atau lebih. Mereka semua meminum sampai puas. Dan susunya masih seperti sedia kala seakan belum diminum sedikitpun.”[4]
Mukjizat berkah ini terjadi secara pasti, sepasti keberanian dan kejujuran sayyidina Ali r.a.
[1] Baca; Shahih Muslim (IV/1784), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/114), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/86).
[2] Sunan An-Nasa`i (IV/170), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (II/675), Sunan At-Tirmidzi (V/593), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/93).
[3] Silahkan membaca; Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (VI/315), Majma' Az-Zawa`id (VIII/308), Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/256), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Faryabi (45), A’lamun Nubuwwah (139), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/81).
[4] As-Sunan Al-Kubra, An-Nasa`i (V/125), Al-Ahadits Al-Mukhtarah (II/72), Majma' Az-Zawa`id (VIII/302), Kanzul ‘Ummal (XIII/76), Khasha`ish ‘Ali (83), Fadha`ilush Shahabah, Imam Ahmad bin Hanbal (II/712).
230. Page
Contoh kesebelas;
Diriwayatkan secara shahih bahwa Rasulullah Saw. memerintahkan Bilal Al-Habasy untuk membuat roti sebanyak empat atau lima mud tepung dan menyembelih seekor anak unta untuk walimah pernikahan Ali dan Fathimah Az-Zahra.
Bilal menuturkan, “Aku datang membawa makanan lalu Nabi Saw. meletakkan tangan beliau nan penuh berkah dan mulia itu di atas makanan. Para sahabat kemudian datang secara berkelompok demi kelompok. Mereka makan lalu keluar.
Nabi Saw. mendoakan berkah makanan yang tersisa dan mengirim satu talam untuk masing-masing dari istri-istri beliau. Beliau memerintahkan mereka untuk memakan makanan tersebut dan memberi makan kepada tamu yang datang berkunjung.”[1]
Ya, berkah dalam pernikahan penuh berkah seperti ini pasti terjadi secara qath’i.
Contoh keduabelas;
Imam Ja’far Ash-Shadiq meriwayatkan dari ayahnya, Imam Muhammad Al-Baqir, dari ayahnya, Zainal Abidin, dari Imam Ali, bahwa Fathimah Az-Zahra memasak makanan cukup untuk berdua saja. Fathimah kemudian mengutus Ali untuk mengundang Rasul mulia Saw. Beliau datang lalu mereka makan bersama.
Beliau memuliakan mereka dan memerintahkan untuk mengirim sebagian dari makanan tersebut kepada istri-istri beliau setelah beliau menyisakan sebagian makanan untuk beliau sendiri, Ali, Fathimah dan anak-anak mereka berdua.
Sayyidah Fathimah berkata, “Kami kemudian mengangkat tungku kami. Makanan itu terus melimpah. Kami memakan makanan tersebut seperti yang Allah kehendaki untuk kami makan.”[2]
Lantas kenapa Anda tidak mempercayai mukjizat berkah yang dituturkan rangkaian riwayat nan terang dan tinggi laksana orang yang melihatnya secara langsung dengan mata kepala sendiri?! Bahkan setan pun tidak punya alasan untuk mendustakan mukjizat ini.
Contoh ketigabelas;
Para imam nan jujur seperti Abu Dawud, Ahmad bin Hanbal, dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari Dakin Al-Ahmasi bin Sa’id Al-Muzayyin. Diriwayatkan dari seorang sahabat bernama Nu’man bin Muqrin yang mendapat kehormatan mendampingi Nabi Saw. bersama enam saudaranya. Juga diriwayatkan dari Jarir melalui sejumlah jalur, dari Umar bin Khaththab bahwa Rasul mulia Saw. memerintahkan Umar untuk memberi bekal perjalanan kepada 400 pengendara yang datang dari kabilah Ahmas. Umar lantas berkata, “Wahai Rasulullah, persediaan makanan yang ada hanya beberapa sha’. Jumlah keseluruhan makanan hanya seukuran tempat menderum anak unta.’ Nabi Saw. kemudian berkata padanya, ‘Pergilah dan berilah mereka bekal.’
Umar lantas memberi perbekalan secukupnya kepada 400 penunggang kuda dan kurma sebanyak separuh panggul. Umar berkata, ‘Makanan tetap seperti sedia kala, seakan tidak kurang sedikit pun’.”[3]
Contoh keempatbelas;
Para pemilik kitab shahih khususnya Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa ayah Jabir meninggal dunia meninggalkan hutang dalam jumlah besar, dan para pemberi hutangnya adalah orang-orang Yahudi. Jabir membayarkan hutang kepada para pemberi hutang dari pokok harta peninggalan ayahnya. Mereka tidak menerima pembayaran itu karena hasil buah kebun milik ayahnya tidak cukup untuk membayar hutangnya meski selama beberapa tahun.
[1] Baca; Mushannaf Abdurrazzaq (V/488), Al-Mu’jam Al-Kabir, al-Baihaqi (XII/411), dan Majma’ Az-Zawa`id (IX/208).
[2] Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/186).
[3] Shahih Ibnu Hibban (XIV/462).
231. Page
Rasul mulia Saw. kemudian berkata, “Petiklah hasil buah kebun itu lalu kumpulkan semuanya.’ Orang-orang melakukan seperti yang Nabi Saw. perintahkan. Beliau kemudian berjalan di antara hasil buah kebun itu dan berdoa. Dari hasil buah itu, Jabir membayar seluruh hutang ayahnya kepada para pemberi hutang, dan buah masih tersisa seukuran hasil panen satu tahun.
Riwayat lain menyebutkan; masih tersisa seperti yang ia bayarkan kepada para pemberi hutang. Orang-orang Yahudi yang memberi hutang merasa heran terhadap peristiwa ini.[1]
Mukjizat berkah nan nyata ini bukan hanya diriwayatkan beberapa perawi saja seperti Jabir. Riwayat ini laksana riwayat mutawatir secara makna yang diriwayatkan oleh mereka semua, mewakili para pelaku yang terkait dengan peristiwa ini.
Contoh kelimabelas;
Para ahli tahqiq khususnya Imam At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi meriwayatkan secara shahih dari Abu Hurairah r.a., bahwa para pasukan tertimpa kelaparan dalam salah satu peperangan –riwayat lain menyebut; perang Tabuk- lalu Rasul mulia Saw. bertanya, “Adakah sedikit (makanan)?’
Aku menjawab, ‘Ada beberapa kurma di dalam rangsum.’ Riwayat lain menyebut; limabelas biji kurma. Beliau berkata, ‘Bawalah kemari!’ Aku membawakan kurma-kurma itu. Beliau lantas memasukkan tangan ke dalam rangsum dan mengeluarkan segenggam kurma lalu beliau letakkan di dalam wadah. Beliau mendoakan berkah lalu memanggil pasukan sepuluh demi sepuluh. Mereka lantas makan.
Setelah itu beliau berkata, ‘Ambillah (kurma-kurma) yang kau bawa itu, penganglah dan jangan kau tuangkan.’ Aku kemudian mengambil kurma itu lalu aku memasukkan tangan ke dalam rangsum. Tanganku menyentuh kurma dalam jumlah seperti yang aku bawakan sebelumnya. Aku memakan kurma-kurma itu selama masa hidup Rasul mulia Saw., masa hidup Abu Bakar, Umar, dan Utsman’.”[2]
Diriwayatkan dari jalur lain; “Dari kurma-kurma ini, aku menginfakkan sekian bawaan unta di jalan Allah. Wadah (kurma) tersebut dirampas pada peristiwa pembunuhan Utsman.”[3]
Mukjizat berkah yang diriwayatkan Abu Hurairah di tengah-tengah kerumunan banyak orang seperti perang Tabuk ini, dimana dia sendiri merupakan murid shuffah (halaman masjid nabawi) yang merupakan madrasah suci, rumah zikir guru seluruh dunia dan kebanggaan alam, yang mendapatkan doa nabawi agar hafalannya semakin bertambah, pasti kuat sekuat riwayat seluruh pasukan secara makna.
Contoh keenambelas;
Kitab-kitab Shahih, seperti Shahih Al-Bukhari dan Muslim secara qath’i meriwayatkan bahwa Abu Hurairah tertimpa kelaparan. Ia mengikuti Nabi Saw. ke rumah lalu keduanya mendapati segelas susu hadiah seseorang yang diletakkan di sana.
Rasul mulia Saw. kemudian memerintahkan Abu Hurairah agar memanggil para ahlush shuffah. Dalam hati, Abu Hurairah berkata, “Aku dapat menghabiskan seluruh susu itu dan aku sangat memerlukannya. Tapi bagaimanapun juga, aku harus memanggil mereka demi melaksanakan perintah Nabi Saw. Jumlah mereka lebih dari seratus orang.
Beliau kemudian berkata kepadaku, ‘Berilah mereka minum.’ Aku kemudian memberi mereka susu yang ada di dalam gelas itu satu persatu. Masing-masing meminum sampai puas, setelah itu susu diberikan kepada yang lain. Dan begitu seterusnya hingga seluruh ahlush shuffah meminum susu murni tersebut.
[1] Shahih Al-Bukhari (III/1312), Sunan An-Nasa`i (IV/105).
[2] Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (I/130), As-Sirah Al-Halbiyah (III/165).
[3] Sunan At-Tirmidzi (V/685) dan Misykatul Mashabih (III/1669).
232. Page
Beliau kemudian berkata, ‘Tinggal aku dan kamu (yang belum minum). Minumlah!’ aku kemudian minum. Setiap habis minum, beliau selalu berkata kepadaku, ‘Minumlah!’ sampai aku berkata, ‘Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada lagi tempat untuk minum.’
Setelah itu beliau mengambil gelas susu itu, menyebut nama Allah dan memuji-Nya, lalu meminum sisanya’.”[1] Selamat 100 ribu kali!
Orang yang tidak menerima riwayat Abu Hurairah ini yang menjadikan seluruh ahlush shuffah sebagai saksi secara makna seakan ia mewakili mereka semua, dimana ia sendiri merupakan seorang murid nan jujur dan hafizh ternama madrasah shuffah yang merupakan madrasah suci Muhammad Saw., padahal mukjizat berkah yang nyata dan lembut laksana susu murni ini, mukjizat nan tiada diragukan ini diriwayatkan secara pasti dan qath’i laksana ‘ainul yaqin dalam enam kitab shahih khususnya Shahih Imam Al-Bukhari yang hafal 500 ribu hadits; saya katakan bahwa orang yang tidak menerima riwayat ini secara qath’i seperti halnya menerima riwayat mutawatir, mungkin hatinya atau akalnya rusak.
Mungkinkah seseorang seperti Abu Hurairah yang mewakafkan seluruh hidup demi hadits dan agama, yang mendengar dan meriwayatkan hadits, “Siapa berdusta kepadaku dengan sengaja, maka tempatilah tempatnya dari neraka,”[2] merendahkan nilai hadits-hadits nabawi yang ia hafal, meragukan keshahihannya, meriwayatkan peristiwa yang tidak berdasar, dan menyampaikan kata-kata berseberangan untuk mendustakan para ahlush shuffah?! Tidak mungkin.
Ya Rabb! Dengan kesucian berkah Rasul mulia Saw. ini, berkahilah rizki yang Engkau berikan kepada kami, baik rizki materi maupun maknawi.
Noktah Penting
Seperti diketahui, hal-hal lemah akan menguat kala bersatu. Ketika benang-benang tipis dijadikan pintalan akan menjadi tali yang kuat. Ketika sudah menjadi tali yang kuat, siapapun takkan mampu memutusnya.
Kami telah menjelaskan limabelas contoh untuk satu bagian dari limabelas macam mukjizat-mukjizat berkah di antara limabelas jenis mukjizat. Masing-masing dari contoh tersebut merupakan dalil pasti dan kuat untuk menegaskan nubuwah. Bahkan dengan asumsi sebagian di antaranya tidak kuat, kita tidak dapat mengatakan dalil tersebut tidak kuat, karena orang yang setuju dengan orang kuat, ia menjadi kuat.
Selanjutnya, limabelas contoh di atas yang menyatu secara mutawatir maknawi, qath’i, dan tidak diragukan ini menunjukkan mukjizat besar nan kuat. Ketika mukjizat besar yang ada dalam kumpulan ini disatukan dengan empatbelas jenis mukjizat lain yang tidak disebutkan dalam mukjizat berkah, pasti nampak sebagai mukjizat besar nan kuat yang tidak terputus ataupun terlepas laksana membuat tali kuat dengan pintalan benang.
Selanjutnya, silahkan Anda gabungkan mukjizat besar ini dengan rangkaian empatbelas jenis mukjizat lain, Anda akan tahu bagaimana mukjizat-mukjizat ini menunjukkan bukti kebenaran nubuwah Muhammad Saw. nan qath’i dan kuat tanpa tergoyahkan, karena tiang nubuwah Muhammad Saw. sangat kokoh bak gunung yang terdiri dari rangkaian tersebut.
Anda pun tahu dan memahami sejauh mana kedunguan orang yang menilai atap kokoh dan tinggi itu dapat runtuh dan tidak kuat karena syubhat-syubhat yang muncul akibat kesalahan dalam memahami bagian-bagian kecil dan contoh-contoh ini!
Ya, mukjizat-mukjizat terkait berkah secara khusus tersebut menunjukkan bahwa Muhammad Al-Araby Saw. adalah utusan tercinta dan hamba mulia Ar-Rahim Al-Karim yang
[1] Shahih Al-Bukhari (V/2370).
[2] Baca; Al-Bukhari (I/52), Muslim (I/10).
233. Page
memberi rizki kepada seluruh makhluk dan menciptakan seluruh rizki, karena Ia mengirim jamuan berbagai macam rizki secara luar biasa kepada beliau dari ketiadaan dan dari alam gaib.
Seperti diketahui, semenanjung Arab adalah kawasan minim air dan perkebunan. Tidak heran jika pada penduduk kawasan ini khususnya para sahabat di masa awal Islam, menghadapi kesulitan hidup. Mereka sering kali mengalami krisis air.
Berangkat dari hikmah inilah mukjizat-mukjizat nyata Muhammad Saw. yang paling utama berupa makanan dan air. Hal-hal luar biasa ini merupakan kemuliaan ilahi, kebaikan rabbani, dan jamuan rahmani bagi Rasul mulia Saw. karena lebih diperlukan dari pada keberadaannya sebagai mukjizat dan bukti kebenaran nubuwah, karena mereka yang melihat mukjizat-mukjizat tersebut sudah membenarkan nubuwah beliau.
Namun setiap kali mukjizat muncul, iman kian meningkat dan menjadi cahaya di atas cahaya.
Isyarat Kedelapan yang Memiliki Noktah
Isyarat ini menjelaskan sebagian dari rangkaian mukjizat terkait air.
Mukadimah
Seperti diketahui, ketika peristiwa-peristiwa yang terjadi di tengah-tengah khalayak ramai diriwayatkan melalui jalur orang perorang dan riwayat tersebut tidak didustakan, ini menunjukkan kebenaran riwayat tersebut, karena di dalam fitrah manusia terdapat kecenderungan alami yang mendorong seseorang untuk mengatakan dusta sebagai dusta.
Terlebih para sahabat yang tidak akan tinggal diam terhadap kebohongan jika dibandingkan dengan kaum manapun. Terlebih untuk peristiwa-peristiwa terkait Rasul mulia Saw., dan terlebih lagi jika para perawinya dari kalangan sahabat yang ternama. Untuk itu tidak diragukan bahwa perawi hadits ahad tersebut meriwayatkan dalam kapasitasnya sebagai perwakilan jamaah yang melihat peristiwa tersebut.
Berkenaan dengan mukjizat-mukjizat terkait air yang akan kami sebutkan berikut, setiap contohnya diterima ribuan para ahli tahqiq dari kalangan tabi’in dari sejumlah sahabat melalui berbagai jalur. Mereka menyerahkan riwayat terkait mukjizat-mukjizat ini ke pada para ahli ijtihad abad kedua Hijriyah.
Mereka ini menerima riwayat-riwayat terkait mukjizat dengan sepenuh kesungguhan dan penghormatan. Mereka selanjutnya menyerahkan riwayat-riwayat tersebut kepada para ahli tahqiq generasi-generasi selanjutnya. Dan begitu seterusnya di setiap tingkatan melalui ribuan tangan-tangan kuat hingga sampai ke masa kita saat ini.
Selanjutnya, kitab-kitab hadits yang ditulis pada masa bahagia yang dinukil ke abad berikutnya secara shahih dan benar hingga sampai kepada para imam jenis di bidang hadits seperti Imam Al-Bukhari dan Muslim. Para imam ini selanjutnya menjelaskan tingkatan-tingkatan riwayat tersebut dengan tahqiq nan sempurna. Mereka mengumpulkan riwayat-riwayat shahih, mereka mengajari kita dan menyuguhkan riwayat-riwayat itu kepada kita. Semoga Allah berkenan memberi balasan baik pada mereka.
Mengalirnya air dari jari-jari Rasul mulia Saw. dan memberi minum banyak sekali orang dan pasukan adalah peristiwa mutawatir yang riwayat sekelompok orang yang mustahil mereka ini sepakat berdusta. Mukjizat ini kuat dan qath’i. Mukjizat ini terjadi sebanyak tiga kali di tengah-tengah kerumunan besar, karena diriwayatkan secara shahih dan qath’i oleh sekelompok pemilik kitab shahih, seperti Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Malik, Imam Syu’aib, dan Imam Qatadah dari sekelompok sahabat yang ternama, khususnya Anas, pelayan Nabi Saw., Jabir, dan Ibnu Mas’ud.
234. Page
Berikut akan kami jelaskan sembilan contoh di antara sekian banyak mukjizat terkait air.
Contoh pertama;
Para pemilik kitab Shahih, khususnya Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan secara shahih dari Anas, aib, “Suatu ketika kami berjumlah 300 orang bersama Rasulullah Saw. berada di suatu tempat bernama Zawra`. Nabi Saw. kemudian memerintahkan berwudhu untuk menjalankan shalat Ashar, namun kami tidak menemukan air. Beliau kemudian meminta sedikit air. Kami lantas membawakan air untuk beliau. Beliau memasukkan tangan ke dalam air lalu aku melihat air mengalir dari jari-jari beliau laksana keran. Setelah itu seluruh rombongan yang berjumlah 300 orang datang. Mereka semua wudhu dan minum.”[1]
Contoh ini diriwayatkan Anas sebagai perwakilan dari 300 orang. Mungkinkah 300 orang tersebut tidak terlibat secara makna dalam riwayat ini?! Mungkinkah mereka tidak mendustakan peristiwa ini jika mereka benar-benar tidak ikut terlibat di sana?!
Contoh kedua;
Kitab-kitab shahih khususnya Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari r.a., ia berkata, “Kami berjumlah 1500 orang kehausan pada peristiwa Hudaibiyah. Rasul mulia Saw. kemudian berwudhu dengan air dalam geriba. Setelah itu beliau memasukkan tangan ke dalam geriba air, lalu aku melihat air mengalir dari jari-jari beliau seperti keran. 1500 orang meminum air tersebut dan mereka mengisi wadah-wadah mereka (dengan air).”[2]
Setelah peristiwa ini, Salim bin Abu Ja’ad bertanya kepada Jabir, “Berapa jumlah kalian saat itu?’ Jabir menjawab, ‘Bahkan andaipun kami berjumlah 100 ribu orang, tentu (air itu) cukup untuk kami semua. Kami saat itu berjumlah 1500 orang’.”
Secara maknawi, para perawi mukjizat nyata ini mencapai 1500 orang, karena di dalam fitrah manusia terdapat kecenderungan untuk mengatakan dusta sebagai dusta.
Itu kecenderungan manusia secara umum. Sementara bagi para sahabat, mustahil mereka diam terhadap kebohongan karena adanya ancaman dalam hadits, “Siapa berdusta kepadaku dengan sengaja, maka tempatilah tempatnya dari neraka,”[3] karena mereka mengorbankan nyawa, harta benda, orang tua, kaum dan kabilah semata demi kejujuran dan kebenaran. Mereka rela mati demi kebenaran dan kejujuran.
Karena mereka diam terhadap peristiwa ini, artinya mereka menerima riwayat ini dan secara makna ikut membenarkannya.
Contoh ketiga;
Kitab-kitab shahih khususnya Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim juga meriwayatkan bahwa Jabir r.a. berkata di tengah-tengah perang Buwath, “Rasul mulia Saw. bersabda, ‘Serukan (orang-orang untuk) berwudhu.’ Dikatakan kepada beliau, ‘Tidak ada air.’ Rasul mulia Saw. lantas berkata, ‘Bawakan kemari sedikit air.’ Kami kemudian memberi beliau air sedikit sekali, beliau lantas menutup air dengan tangan lalu membaca sesuatu. Aku tidak tahu apa yang beliau baca. Setelah itu beliau berkata, ‘Bawakan kemari talam milik rombongan.’ Talam kemudian didatangkan lalu aku meletakkannya di hadapan Rasul mulia Saw. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya lalu merenggangkan jari-jari beliau.
Aku menuangkan air yang sedikit itu ke tangan beliau, lalu aku melihat air mengalir dengan deras dari jari-jari beliau hingga talam terisi air dengan penuh. Aku kemudian menyerukan, ‘Siapa yang memerlukan air?’ Mereka semua datang, lalu berwudhu dan meminum air tersebut.
[1] Al-Bukhari (III/1309), Muslim (IV/1783).
[2] Al-Bukhari (III/1310), (IV/1526), Musnad Ahmad (III/329).
[3] Baca; Al-Bukhari (I/52), Muslim (I/10).
235. Page
Aku kemudian berkata, ‘Sudah tidak tersisa lagi seorang pun.’ Beliau kemudian mengangkat tangan dan talam masih terisi penuh’.”[1]
Mukjizat nyata ini mutawatir secara makna, karena Jabir memimpin rombongan pelaku peristiwa ini. Untuk itu, ia berhak menjadi pembicara utama terkait peristiwa ini dan ia menyampaikan peristiwa ini atas nama seluruh pelaku, karena ia saat itu melayani Nabi Saw., sehingga ia lebih berhak untuk menyampaikan peristiwa ini sebelum yang lain.
Dalam riwayat yang sama, Ibnu Mas’ud berkata, “Aku melihat air mengalir dari jari-jari Rasul mulia Saw. laksana keran.”
Ketika masing-masing dari sejumlah tokoh sahabat nan jujur seperti Anas, Jabir, Ibnu Mas’ud, dan lainnya berkata, “Aku melihat,” mungkinkah kiranya ia tidak melihat?!
Silahkan Anda satukan ketiga contoh ini lalu perhatikan bagaimana semua peristiwa tersebut merupakan mukjizat nyata dan kuat. Ketika tiga jalur riwayat ini menyatu, terbukti bahwa mukjizat memancarnya air dari jari-jari Rasulullah Saw. secara qath’i seakan mutawatir secara hakiki.
Mukjizat memancarnya duabelas mata air dari batu oleh nabi Musa a.s. tidak mungkin naik ke tingkatan mukjizat memancarnya air dari sepuluh jari Rasul mulia Saw. laksana sepuluh keran; karena memancarnya air dari batu mungkin saja terjadi dan ada padanannya dalam hal-hal biasa. Namun memancarnya air dari daging dan tulang dengan deras laksana air Kautsar, tidak ada padanannya dalam hal-hal biasa.
Contoh keempat;
Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya yang menjadi acuan, Al-Muwaththa`, dari sahabat-sahabat ternama, seperti Mu’adz bin Jabal. Ia berkata, “Kami bertemu sebuah mata air dalam perang Tabuk. Airnya mengalir seperti benang tipis dalam benang jaring yang tebal.
Rasul mulia Saw. kemudian memerintahkan agar air yang sedikit dari mata air tersebut dikumpulkan. Mereka kemudian mengumpulkan air dengan cidukan tangan, lalu Rasul mulia Saw. membasuh tangan dan wajah dengan air itu. Setelah itu kami tuangkan air tersebut di sumber air. Tiba-tiba celah air membuka lebar hingga air mengalir dengan deras sampai mencukupi (kebutuhan) seluruh pasukan –bahkan Imam Ibnu Ishaq, salah satu perawi hadits berkata, ‘Air mata air tersebut memancar dari bawah tanah dan bersuara seperti guntur di awan- Rasulullah Saw. bersabda kepada Mu’adz, ‘Sudah hampir tiba masanya, wahai Mu’adz jika umurmu panjang kau akan melihat di sini dipenuhi taman-taman’.”[2] Apa yang beliau sabdakan ini pun terjadi.
Contoh kelima;
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Barra`, Muslim meriwayatkan dari Salamah bin Akwa’, dan para pemilik kitab Shahih meriwayatkan dari para perawi lain bahwa mereka berkata, “Kami bertemu sebuah sumur saat perang Hudaibiyah dan kami berjumlah 1400 orang. Air sumur hanya cukup untuk 50 orang saja, tidak lebih. Kami kemudian menguras air hingga tidak menyisakan sedikit pun.
Rasul mulia Saw. datang dan duduk di tepi sumur. Beliau meminta segayung air lalu kami memberi beliau segayung air. Beliau kemudian meludahi air tersebut dan berdoa. Setelah itu beliau tuangkan air tersebut ke dalam sumur. Tiba-tiba sumur memancarkan air hingga penuh sampai ke mulut sumur. Seluruh pasukan dan hewan tunggangan minum hingga puas. Mereka juga mengisi wadah-wadah hingga penuh.[3]
[1] Muslim (IV/2307), Fathul Bary (VI/586).
[2] Shahih Muslim (IV/1784), Muwaththa` Malik (I/143), Shahih Ibnu Hibban (XIV/475), Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/454).
[3] Al-Bukhari (III/1311), Musnad Ahmad (IV/290).
236. Page
Contoh keenam;
Para pemilik kitab shahih, khususnya para imam hadits jenius seperti Imam Muslim dan Ibnu Jarir Ath-Thabari meriwayatkan secara shahih dari Abu Qatadah, seorang sahabat ternama, bahwa ia berkata, “Suatu ketika kami pergi menuju Mu`tah sebagai pasukan bala bantuan disebabkan karena para komandan perang gugur di sana.
Aku membawa geriba air lalu Rasulullah Saw. berkata kepadaku, ‘Simpanlah tempat air wudhumu ini karena ia akan punya berita besar.’ Maksudnya simpanlah geribamu karena kami akan memiliki kisah dengannya.
‘Kami berjumlah 72 orang. -Riwayat Ath-Thabari menyebut 300 orang.- Kami kehausan lalu Rasul mulia Saw. berkata kepada kami, ‘Berikan geribamu.’ Aku menyerahkan geriba itu kepada beliau. Beliau mengambilnya lalu meletakkan mulut beliau di ujung geriba. Aku tidak tahu apakah beliau meniupnya atau tidak. Setelah itu 72 orang datang lalu meminum air tersebut dan memenuhi wadah-wadah mereka. Setelah itu aku mengambilnya dan airnya masih tersisa seperti saat aku memberikan (air itu kepada Nabi Saw.)’.”[1]
Lihatlah mukjizat nyata Muhammad Saw. ini dan katakan, “Ya Allah! Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya dan keluarganya sebanyak bilangan tetes air.”
Contoh ketujuh;
Kitab-kitab shahih khususnya Shahih Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umran bin Hushain, bahwa ia berkata, “Kami kehausan dalam salah satu perjalanan bersama Rasulullah Saw. Beliau kemudian berkata kepadaku dan juga Ali, ‘Ada seorang wanita di tempat anu pergi membawa dua geriba di atas hewan tunggangan. Pergilah dan bawalah wanita itu kemari.’
Aku dan Ali kemudian pergi lalu kami mendapati wanita itu tepat di tempat yang disebutkan Rasulullah Saw. kepada kami dengan membawa air, lalu kami membawa wanita tersebut ke hadapan Rasulullah Saw. Beliau memerintahkan agar menuangkan sedikit air ke sebuah bejana. Kami kemudian menuangkan air lalu kami mendoakan berkah. Kami kemudian menuangkan air itu ke dalam geriba yang dipanggul hewan tunggangan.
Beliau memerintahkan agar semua rombongan datang dan mengisi wadah-wadah yang mereka bawa. Semua rombongan datang, mengisi wadah yang mereka bawa dan minum. Setelah itu beliau bersabda, ‘Kumpulkan sedikit (makanan) untuk wanita itu.’ Mereka kemudian memberi makanan sepenuh kain sarung wanita tersebut.
Umran berkata, ‘Terbayang olehku dua geriba air tersebut terisi sedikit demi sedikit dan bertambah. Rasul mulia Saw. kemudian bersabda kepada wanita itu, ‘Kami tidak mengambil sedikit pun airmu. Tapi Allah memberi kami minum’.” Maksudnya, Allah memberi kami minum dari simpanan rahmat-Nya.[2]
Contoh kedelapan;
Para perawi, khususnya Ibnu Khuzaimah yang terkenal itu, meriwayatkan dalam kitab shahih-nya dari Umar, ia berkata, “Kami kehausan saat perang Tabuk, hingga sebagian di antara kami menyembelih unta miliknya lalu memeras (kandungan air) yang ada di dalamnya lalu meminumnya.
Abu Bakar kemudian meminta Rasul mulia Saw. agar berdoa. Beliau mengangkat kedua tangan dan belum juga menurunkan keduanya hingga mendung dan awan mengumpul. Hujan pun turun hingga kami memenuhi wadah-wadah kami. Setelah itu hujan berhenti. (Hujan) hanya turun untuk pasukan kami secara khusus dan tidak melampaui batasan-batasan kami.”[3]
[1] Shahih Muslim (I/472), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Faryabi (63), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (IV/283).
[2] Sunan Al-Baihaqi (I/32), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/73).
[3] Shahih Ibnu Hibban (IV/223), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (I/263), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (V/231).
237. Page
Dengan demikian, tidak ada faktor kebetulan di sana. Ini murni mukjizat Muhammad saw.
Contoh kesembilan;
Diriwayatkan secara shahih dari Umar bin Syu’aib –cucu seorang sahabat ternama; Abdullah bin Amr bin Ash- ia dinyatakan tsiqah oleh empat imam di bidang ilmu hadits dan mereka meriwayatkan darinya. Ia berkata, “Nabi Saw. naik unta bersama paman beliau, Abu Thalib, sebelum nubuwah. Saat keduanya tiba di sebuah tempat bernama Dzul Majaz di dekat Arafah, Abu Thalib berkata, ‘Aku haus.’
Rasul mulia Saw. turun dari unta lalu menjejakkan kaki ke tanah. Air memancar keluar lalu Abu Thalib minum’.”[1]
Seorang ahli tahqiq berkata, “Seperti halnya peristiwa ini merupakan irhashat karena terjadi sebelum nubuwah, demikian halnya memancarnya mata air Arafah di tempat yang sama 1000 tahun setelah itu merupakan salah satu karamah Muhammad Saw.
Seperti itulah riwayat-riwayat di atas melalui sembilanpuluh jalur menjelaskan kepada kita mukjizat-mukjizat berkenaan dengan air seperti sembilan contoh di atas, jika bukan sembilanpuluh contoh.
Tujuh contoh di bagian awal sangat kuat seperti mutawatir secara makna. Sementara dua contoh di bagian akhir meski jalur-jalur riwayatnya tidak kuat dan tidak banyak. Hanya saja para pemilik kitab hadits-hadits shahih seperti Imam Al-Baihaqi dan Al-Hakim meriwayatkan mukjizat kedua terkait awan dari Umar yang memperkuat mukjizat terkait awan pada contoh kedelapan yang juga diriwayatkan dari Umar.
Riwayat yang dimaksud menyebutkan; Umar meminta Rasul mulia Saw. untuk berdoa meminta hujan karena pasukan memerlukan air. Beliau kemudian mengangkat tangan. Seketika itu juga awan terkumpul, hujan turun, menghilangkan dahaga pasukan, lalu setelah itu berlalu. Seakan awan-awan itu diperintahkan untuk memberi minum para pasukan saja. Awan-awan pun datang, menurunkan hujan sesuai kebutuhan, kemudian setelah itu berlalu.
Seperti halnya peristiwa ini memperkuat contoh kedelapan secara pasti, seorang ahli tahqiq seperti Ibnu Jauzi –salah seorang ulama ternama dan sangat ketat dalam menshahihkan hadits, bahkan menilai banyak sekali hadits-hadits shahih sebagai hadits maudhu’ dan menolaknya- berkata, “Peristiwa ini terjadi dalam perang Badar yang terkenal itu. Ayat;
ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ
‘Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu,’ (QS. Al-Anfal: 11) menjelaskan dan mengungkapkan peristiwa tersebut’.”
Mengingat ayat ini mengisyaratkan peristiwa tersebut, maka tidak ada lagi syubhat apapun terkait keberadaan peristiwa ini.
Selanjutnya, turunnya hujan seketika saat Nabi Saw. berdoa dan sebelum beliau menurunkan kedua tangan, sering kali terulang. Ini merupakan mukjizat mutawatir secara tersendiri. Diriwayatkan secara mutawatir bahwa suatu ketika beliau mengangkat kedua tangan di masjid saat beliau berada di atas mimbar. Hujan turun sebelum beliau menurunkan kedua tangan.
Isyarat Kesembilan
Salah satu jenis mukjizat Rasul mulia Saw. adalah pohon melaksanakan perintah-perintah beliau layaknya manusia, dan datang menghampiri beliau seraya meninggalkan tempat. Mukjizat terkait pohon ini mutawatir secara makna se-mutawatir memancarnya air dari jari-jari beliau. Mukjizat ini ada beragam bentuk dan sampai kepada kita melalui banyak jalur.
[1] Silahkan membaca; Thabaqat Ibni Sa’ad (I/152), Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/207), As-Sirah Al-Halbiyah (I/190).
238. Page
Ya, terlepasnya pohon-pohon dari tempatnya dan datang menghampiri Rasul mulia Saw. karena perintah beliau, dapat dikatakan mutawatir secara tegas, karena mukjizat ini diriwayatkan oleh para sahabat ternama, seperti Ali, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Ya’la bin Murrah, Jabir, Anas bin Malik, Buraidah, Usamah bin Zaid, dan Ghailan bin Salamah.
Mukjizat ini diriwayatkan ratusan imam tabi’in melalui berbagai jalur dari para sahabat yang telah disebut sebelumnya. Mereka seakan meriwayatkan mukjizat ini secara mutawatir berlipat kali.
Mukjizat terkait pohon ini kedudukannya sama seperti mukjizat mutawatir secara makna nan kuat yang tidak menerima syubhat apapun juga. Meski mukjizat besar ini terulang beberapa kali, namun kami akan menjelaskan beberapa bentuk di antaranya yang shahih dengan beberapa contoh.
Contoh pertama;
Para imam khususnya Imam Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Imam Al-Baihaqi meriwayatkan secara shahih dari Anas bin Malik dan Ali. Bazzar dan Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari Umar bahwa tiga sahabat berkata, “Suatu ketika Rasulullah Saw. berduka dan bersedih karena pendustaan orang-orang kafir, lalu beliau berkata, “Ya Rabb! Perlihatkan suatu tanda kebesaran kepadaku, dimana aku tidak perduli pada siapapun yang mendustakanku setelah itu.”[1]
Riwayat Anas menyebutkan bahwa Jibril saat itu hadir. Di sana terdapat sebuah pohon di tepi lembah. Rasulullah Saw. kemudian memanggil pohon itu atas pemberitahuan Jibril. Pohon pun mendekati beliau lalu beliau berkata padanya, “Pergilah!” Pohon itu pun pergi dan kembali ke tempat semula.[2]
Contoh kedua;
Al-Allamah Maghrib, Al-Qadhi Iyadh meriwayatkan dalam bukunya, Asy-Syifa dengan sanad tinggi, shahih, terpercaya dan mu’an’an, dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa seorang badui datang kepada Rasul mulia Saw. dalam suatu perjalanan. Beliau bertanya, “Hendak kemana kamu pergi?’
Si badui menjawab, ‘Pulang ke keluargaku.’
Beliau bertanya, ‘Maukah kau menuju sesuatu yang lebih baik dari itu?’
Si badui balik bertanya, ‘Apa itu?’
Beliau bersabda, ‘Kau bersaksi bahwa tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.’
Si badui itu bertanya, ‘Siapa yang bersaksi seperti itu?’
Beliau menjawab, ‘Pohon samurah ini.’
Ibnu Umar berkata, ‘Pohon itu kemudian tercabut dari tempatnya, datang menghampiri Rasulullah Saw. dengan membelah tanah, lalu mengucapkan kalimat syahadat sebanyak tiga kali. Pohon itu bersaksi akan kebenaran beliau. Setelah itu beliau memerintahkan pohon tersebut untuk kembali ke tempat semula’.”[3]
Buraidah meriwayatkan secara shahih dari jalur Ibnu Shahib Al-Aslami. Ia berkata, “Suatu ketika kami berada di dekat Rasulullah Saw. dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba seorang badui datang dan meminta untuk diperlihatkan suatu mukjizat. Rasul mulia Saw. kemudian
[1] Baca; Musnad Abu Ya’la (I/190), Musnad Al-Bazzar (I/438), Al-Mathalib Al-‘Aliyah (XV/557), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/13).
[2] Baca; Sunan Ibnu Majah (II/1336), Musnad Ahmad (III/113).
[3] Shahih Ibnu Hibban (XIV/434), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/60).
239. Page
menunjuk ke arah sebuah pohon lalu berkata kepada si badui itu, ‘Katakan kepada pohon itu; Rasulullah Saw. memanggilmu.’
Pohon bergoyang ke kanan dan ke kiri, mengeluarkan akar-akarnya dari tanah lalu datang menghampiri Nabi Saw. dan berkata, ‘Assalamu’alaika ya Rasulallah.’
Si badui kemudian berkata, ‘Kembalikan ke tempatnya semula.’ Rasulullah Saw. kemudian memerintahkan pohon itu untuk kembali ke tempat semula. Pohon pun kembali ke tempat semula. Si badui lantas berkata, ‘Izinkan aku untuk sujud kepadamu.’
Beliau berkata, ‘Tidak ada izin bagi siapapun (untuk sujud pada orang lain).’ Si badui berkata, ‘Kalau begitu, aku akan mencium kedua kakimu.’ Beliau mengizinkan si badui mencium kedua kaki beliau’.”[1]
Contoh ketiga;
Kitab-kitab shahih –khususnya Shahih Muslim- meriwayatkan dari Jabir r.a., ia berkata, “Suatu ketika kami bersama Rasul mulia Saw. dalam suatu perjalanan. Beliau mencari tempat untuk buang hajat namun tidak menemukan tempat yang tertutup dari pandangan orang. Beliau kemudian menghampiri dua pohon. Beliau meraih dahan salah satu dari kedua pohon itu. Pohon itu berjalan bersama beliau seperti unta yang menurut pada penuntunnya.
Diriwayatkan bahwa beliau melakukan hal yang sama pada pohon yang satunya. Setelah beliau di pertengahan di antara kedua pohon tersebut, beliau berkata, ‘Melekatlah kalian berdua untuk (menutupi)ku, dengan izin Allah!’ Kedua pohon itu akhirnya menempel satu sama lain. Setelah buang hajat, beliau memerintahkan kedua pohon tersebut untuk kembali ke tempat semula’.”
Riwayat lain menyebutkan bahwa Jabir berkata, “Rasulullah Saw. memerintahkanku, ‘Wahai Jabir! Katakan kepada pohon itu, ‘Rasulullah Saw. berkata padamu, ‘Mendekatlah pada kawanmu agar aku duduk di belakang kalian berdua.’ Kedua pohon itu kemudian menempel menjadi satu lalu beliau duduk di belakang keduanya. Aku menunggu. Setelah itu Rasulullah Saw. datang. Dengan kepala, beliau berisyarat ke kanan dan ke kiri. Kedua pohon itu kemudian kembali ke tempat semula’.”[2]
Contoh keempat;
Usamah bin Zaid –salah seorang panglima perang sekaligus pelayan Rasul mulia Saw. nan pemberani- berkata dalam riwayat shahih, “Suatu ketika kami bersama Rasulullah Saw. dalam perjalanan. Di sana tidak ada tempat buang hajat tertutup dari penglihatan orang-orang. Beliau bertanya, ‘Apakah kamu melihat pohon kurma atau batu?’
‘Ya,’ jawabku.
‘Pergilah dan katakan pada mereka Rasulullah Saw. menyuruh kalian untuk menghampiri Rasulullah Saw. Dan katakan seperti itu juga pada bebatuan,’ perintah beliau.
Aku kemudian mengatakan seperti itu kepada pohon dan batu. Demi Allah, pohon dan batu kemudian menumpuk. Setelah selesai buang hajat, beliau berkata kepadaku, ‘Katakan kepada mereka agar berpencar.’ Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku melihat pohon dan bebatuan berpencar lalu kembali ke tempat semula’.”[3]
Ya’la bin Murrah, Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi dan Ibnu Mas’ud juga meriwayatkan kisah serupa –yang diriwayatkan Jabir dan Usamah- dalam perang Hunain.
Contoh kelima;
Al-Allamah di masanya, Imam Faurak yang dijuluki Imam Asy-Syafi'i kedua karena memiliki ijtihad nan sempurna dan keutamaan, mengabarkan secara pasti bahwa Rasul mulia
[1] Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/59), A’lamun Nubuwwah (I/192).
[2] Shahih Muslim (IV/2347), Dala`ilun Nubuwwah (VI/8).
[3] Dala`ilun Nubuwwah (VI/25), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/61).
240. Page
Saw. berjalan pada malam hari dalam perang Thaif dengan mengendarai kuda sambil mengantuk hingga terhalang oleh pohon bidara. Pohon membelah menjadi dua bagian untuk memberi beliau jalan dan tidak menyakiti kuda beliau.
Rasul mulia Saw. melintas bersama kuda di antara kedua pohon tersebut. Hingga saat ini, pohon tersebut masih terbelah menjadi dua batang dan berada dalam kondisi nan diberkahi.[1]
Contoh keenam;
Ya’la mengabarkan melalui jalurnya dengan riwayat shahih bahwa sebuah pohon bernama thalhah atau samurah datang (menemui Rasulullah Saw.) di suatu perjalanan. Pohon itu mengelilingi Rasul mulia Saw. seakan berthawaf mengelilingi beliau, lalu setelah itu kembali ke tempat semula. Rasul mulia Saw. bersabda, “Dia meminta izin untuk mengucapkan salam kepadaku.” Maksudnya meminta izin kepada Rabb seluruh alam untuk mengucapkan salam kepadaku.[2]
Contoh ketujuh;
Para ahli hadits meriwayatkan secara shahih dari Ibnu Mas’ud r.a., bahwa ia berkata, “Sebuah pohon memberitahukan kedatangan jin ‘Nashibain’ ketika mereka datang menghampiri Nabi Saw. untuk mencari petunjuk menuju Islam di sebuah tempat bernama Bathn Nakhl’.”[3]
Imam Mujahid meriwayatkan dalam hadits ini dari Ibnu Mas’ud bahwa sekelompok jin meminta bukti. Rasul mulia Saw. kemudian memerintahkan sebuah pohon untuk datang menghampiri beliau. Pohon pun datang menghampiri beliau sambil menyeret akar-akarnya, lalu setelah itu kembali ke tempat semula.[4]
Satu mukjizat sudah cukup bagi sekelompok jin. Orang yang mendengar seribu mukjizat seperti ini namun tidak juga mendapat petunjuk menuju Islam, bukankah orang seperti ini lebih sesat dari setan-setan dari golongan jin yang disebut dalam ayat;
وَّاَنَّهٗ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللّٰهِ شَطَطًاۖ
“Dan bahwasanya orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.” (QS. Al-Jinn: 4)
Contoh kedelapan;
At-Tirmidzi meriwayatkan secara shahih dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia berkata, “Rasul mulia Saw. berkata kepada seorang badui, ‘Katakan kepadaku; jika aku memanggil tandan kurma itu, apakah kau bersaksi bahwa aku utusan Allah?’
‘Ya,’ jawabnya.
Rasul mulia Saw. kemudian memanggil tandan kurma, lalu tandan kurma terlepas dari tangkai tandan di atas pohon kurma dan menghampiri Rasul mulia Saw. dengan melompat-lompat. Setelah itu beliau bersabda, ‘Kembalilah!’ Tandan kurma itu kemudian kembali ke tempat semula’.”[5]
Seperti itulah banyak sekali contoh seperti delapan contoh di atas, diriwayatkan kepada kita melalui banyak jalur. Seperti diketahui, ketika tujuh atau delapan benang disatukan maka akan menjadi seutas tali yang kuat.
Karenanya, tidak diragukan bahwa mukjizat pohon –yang diriwayatkan dari para sahabat ternama dan benar imannya melalui banyak jalur- ini sekuat mutawatir secara makna. Bahkan mutawatir hakiki.
[1] As-Sirah Al-Halbiyah (III/83), Siratun Naby Al-Mukhtar (148).
[2] Baca; Al-Mu’jam Al-Kabir (XXII/275), Akhbar Makkah, Al-Fakkahi (IV/28), Siratun Naby Al-Mukhtar (148).
[3] Al-Bukhari (III/1401).
[4] Akhbaru Makkah, Al-Fakkahi (IV/23).
[5] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (II/686).
241. Page
Ketika riwayat beralih dari sahabat ke tabi’in, riwayat ini berbentuk mutawatir. Terlebih para pemilik kitab Shahih seperti Al-Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban, dan At-Tirmidzi meretas dan memperkuat jalan menuju masa para sahabat hingga membaca hadits Al-Bukhari –misalnya- sama seperti mendengar hadits tersebut dari para sahabat secara langsung.
Oleh karenanya, bukankah sekelompok makhluk statis dan tidak berakal yang menyebut diri mereka sebagai manusia patut mendapat neraka layaknya potongan kayu paling tidak berguna dari pohon kering jika tidak mengenal dan tidak beriman kepada Rasul mulia Saw., padahal pohon saja mengenal dan membenarkan risalah Rasul mulia Saw., mengucapkan salam kepada beliau, mendekati beliau, mendengarkan tutur kata beliau, dan taat pada perintah-perintah beliau seperti disebut dalam contoh-contoh di atas?!
Isyarat Kesepuluh
Mukjizat tangisan batang kurma yang diriwayatkan secara mutawatir lebih memperkuat mukjizat pohon ini.
Ya, tangisan batang kurma kering di Masjid Nabawi di hadapan sekelompok besar para sahabat karena berpisah dengan Muhammad Saw. untuk sesaat, memperkuat contoh-contoh mukjizat pohon yang telah kami jelaskan di atas, karena batang kurma juga merupakan pohon, karena jenisnya sama.
Mukjizat ini mutawatir dengan sendirinya. Sementara bagian-bagian mukjizat lain memang mutawatir. Hanya saja masing-masing di antaranya –baik bagian-bagian kecilnya maupun sebagian besar dari contoh-contohnya- tidak mencapai tingkatan mutawatir yang tegas.
Ya, Rasul mulia Saw. biasa bersandar pada batang kurma kering ketika berkhutbah di Masjid. Selanjutnya ketika mimbar dibuat, Rasul mulia Saw. naik mimbar dan mulai berkhutbah. Di tengah-tengah khutbah, batang kurma itu menangis seperti tangisan anak unta. Suara tangisan batang kurma ini didengar semua yang hadir.
Rasul mulia Saw. kemudian menghampiri batang kurma tersebut, meletakkan tangan padanya, berbicara dan menghiburnya. Akhirnya batang kurma berhenti menangis.
Mukjizat Muhammad Saw. ini diriwayatkan melalui banyak jalur dan secara mutawatir.
Ya, mukjizat tangisan batang kurma masyhur, menyebar luas, dan mutawatir secara hakiki. Mukjizat ini disampaikan sekelompok tingkat tinggi dari kalangan sahabat melalui limabelas jalur.
Ratusan imam generasi tabi’in mengabarkan kepada generasi pada masa-masa berikutnya tentang mukjizat tersebut melalui jalur-jalur tersebut. Para ulama sahabat ternama dari kelompok ini dan para pemimpin riwayat hadits, seperti pelayan Nabi Saw.; Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah Al-Anshari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Sahal bin Sa’ad, Abu Sa’id Al-Khudri, Ubai bin Ka’ab, Buraidah, dan Ummul Mukminin Ummu Salamah –semoga Allah meridhai mereka semua- masing-masing dari mereka ini berada di puncak jalur-jalur sanad yang mengabarkan mukjizat tersebut kepada umat.
Para pemilik kitab Shahih khususnya Al-Bukhari dan Muslim mengabarkan kepada generasi pada masa-masa berikutnya tentang mukjizat besar tersebut secara mutawatir melalui jalur-jalur mereka.
Jabir dalam jalur riwayatnya berkata, “Ketika berkhutbah, Rasul mulia Saw. biasa berdiri di atas batang kering yang disebut batang kurma. Ketika mimbar dibuat, beliau naik ke atas mimbar ini (saat berkhutbah). Batang kurma tidak tahan berpisah dengan Nabi Saw. Ia menangis dan merintih dengan suara seperti suara anak unta.”
Anas melalui jalur riwayatnya berkata, “Masjid sampai bergetar karena suaranya.”
Sahal dalam jalur riwayatnya berkata, “Orang-orang banyak yang menangis kala mengetahui tangisan dan rintihan (batang kurma).”
242. Page
Ubai bin Ka’ab dalam jalur riwayatnya berkata, “Hingga (batang kurma) terbelah,” karena kerasnya tangisan.
Disebutkan dalam jalur riwayat lain; Rasul mulia Saw. bersabda, “(Batang kurma) ini menangis karena kehilangan zikir.” Maksudnya, batang kurma menangis karena berpisah dengan zikir ilahi yang ada di dalam zikir dan khutbah yang dibacakan di tempatnya.
Disebutkan dalam jalur riwayat lain; Rasul mulia Saw. bersabda, “Andai aku tidak mendekapnya, tentu ia akan tetap (menangis) seperti itu hingga hari kiamat karena sedih terhadap Rasulullah Saw.” Maksudnya, andai aku tidak mendekap dan menghiburnya, tentu ia tetap menangis seperti itu karena berpisah dengan Rasulullah Saw. hingga hari kiamat.[1]
Buraidah dalam jalur riwayatnya berkata, “Ketika batang kurma menangis, riwayat meletakkan tangan beliau padanya dan berkata, ‘Kalau kau mau, aku akan mengembalikanmu ke kebun tempatmu sebelumnya, lalu akar-akarmu tumbuh, bentukmu menjadi sempurna, daun dan buahmu tumbuh. Dan jika kau berkehendak lain, aku akan menanammu di surga dan para wali Allah akan memakan buahmu.’
Nabi Saw. kemudian mendengarkan kata-kata batang kurma tersebut. Si batang kurma itu berkata, ‘Tanamlah aku di surga dimana para wali Allah akan memakan (buah)ku di tempat yang tidak akan pernah lenyap.’ Sahabat di sebelah beliau mendengarnya. Beliau kemudian berkata, ‘Aku telah melakukannya.’
Setelah itu beliau bersabda, ‘Ia lebih memilih negeri kekal abadi dari pada negeri fana’.”
Imam ternama, Abu Ishaq Al-Isfirani –salah satu ulama besar ilmu kalam- meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. bukan menghampiri batang kurma itu, tapi batang kurma-lah yang menghampiri beliau atas perintah beliau. Setelah itu beliau memerintahkannya untuk kembali ke tempat semula.
Ubai bin Ka’ab berkata, “Setelah peristiwa ini, Nabi Saw. memerintahkan untuk meletakkan batang kurma itu di bawah mimbar. Batang kurma diletakkan di bawah mimbar dan tetap berada di tempat tersebut sampai masjid dirobohkan untuk direnovasi. Ubai bin Ka’ab mengambil batang kurma tersebut dan menyimpannya sampai lapuk.
Hasan Al-Bashri ketika menceritakan mukjizat ini kepada murid-muridnya, ia menangis dan berkata, “Kayu menangisi Rasulullah Saw. karena rindu. Kalian lebih patut rindu untuk bertemu dengan beliau.”[2]
Kami katakan, “Ya, rindu dan cinta pada beliau Saw. hanya dengan mengikuti sunnah dan syariat beliau nan terang.”
Noktah Penting
Jika dikatakan; kenapa mukjizat satu sha’ makanan yang mengenyangkan seribu orang dalam perang Khandaq, dan mukjizat air yang menghilangkan dahaga 1500 orang kala air memancar dari jari-jari Nabi Saw. tidak diriwayatkan melalui banyak jalur dan dalam bentuk nan bersinar serta menawan seperti halnya mukjizat tangisan batang kurma ini, padahal masing-masing di antara kedua mukjizat ini terjadi di hadapan sekelompok orang dengan jumlah yang lebih banyak dari para saksi sejarah mukjizat tangisan batang kurma?
[1] Silahkan membaca riwayat-riwayat tersebut dalam Shahih Al-Bukhari (III/1314), Sunan Al-Baihaqi (III/195), Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/253), As-Sirah Al-Halbiyah (III/366), Fathul Bary (VI/603), Siratun Naby Al-Mukhtar (149).
[2] Silahkan membaca riwayat-riwayat ini dalam Shahih Al-Bukhari (III/1314), Sunan Al-Baihaqi (III/195), Sunan Ibnu Majah (I/454), Sunan Ad-Darimi (I/31), Mushannaf Abu Syaibah (VI/319), Musnad Ahmad (I/249), Dala`ilun Nubuwwah (II/558), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/127), Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/253), As-Sirah Al-Halbiyah (III/366), Fathul Bary (VI/603), Siratun Naby Al-Mukhtar (149), ‘Umdatul Qari (V/215).
243. Page
Jawab;
Mukjizat-mukjizat yang nampak terbagi menjadi dua;
Salah satunya; mukjizat yang nampak di tangan Rasulullah Saw. untuk membuat orang-orang mempercayai nubuwah beliau. Tangisan batang kurma termasuk kategori mukjizat ini, karena mukjizat ini muncul sebagai bukti kebenaran nubuwah, meningkatkan keimanan orang-orang mukmin, mendorong orang-orang munafik untuk ikhlas dan beriman, menuntun orang-orang kafir untuk beriman.
Untuk itu, siapapun melihat mukjizat ini, baik kalangan umum maupun khusus. Di samping mukjizat ini lebih disebarluaskan dari mukjizat-mukjizat lain.
Sementara mukjizat makanan dan air lebih sebagai karamah dari pada mukjizat. Bahkan, lebih sebagai kemuliaan dari pada karamah. Bahkan sebagai jamuan rahmani yang diberikan karena kebutuhan.
Karenanya, meski mukjizat ini memperkuat pengakuan nubuwah sekaligus sebagai mukjizat, namun tujuan utama mukjizat ini adalah karena seluruh pasukan saat itu tertimpa kelaparan. Al-Haq Ta’ala kemudian menyuguhkan hidangan untuk seribu orang dari satu sha’ makanan dari simpanan gaib, laksana menciptakan seribu rithel kurma dari satu biji.
Al-Haq Ta’ala mengalirkan air dari jari-jari sang panglima besar sebagai air kehidupan bagi para pasukan mujahidin yang tengah kehausan. Karenanya, contoh mukjizat-mukjizat makanan dan mukjizat air tidak mencapai tingkatan mukjizat tangisan batang kurma. Hanya saja contoh dan jenis-jenis kedua mukjizat ini mutawatir dan banyak dari sisi keseluruhannya seperti mukjizat tangisan batang kurma.
Selanjutnya, tidak semua orang dapat melihat berkah makanan dan mengalirnya air dari jari-jari Rasul mulia Saw., tapi hanya melihat jejaknya saja. Sementara tangisan batang kurma, semua orang mendengarnya. Itulah kenapa mukjizat tangisan batang kurma ini lebih menyebar jika dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat lain.
Jika dikatakan; para sahabat menghafal setiap kondisi dan tingkah laku Rasul mulia Saw. dengan perhatian penuh. Selanjutnya mereka riwayatkan kondisi dan perbuatan-perbuatan Rasul mulia Saw. itu kepada generasi berikutnya.
Kenapa mukjizat-mukjizat seperti ini tidak diriwayatkan melalui sepuluh atau duapuluh jalur? Padahal seharusnya diriwayatkan melalui seratus jalur?
Kenapa mukjizat-mukjizat seperti ini tidak banyak diriwayatkan dari Anas, Jabir, dan Abu Hurairah. Di samping hanya sedikit diriwayatkan dari Abu Bakar dan Umar?!
Jawab;
Jawaban untuk pertanyaan pertama sudah disebutkan dalam bagian akhir “asas ketiga” dari “isyarat ketiga.”
Jawaban untuk pertanyaan kedua sebagai berikut;
Seperti halnya ketika memerlukan obat orang pergi ke dokter, ketika memerlukan hal-hal terkait arsitektur orang pergi ke arsitek, menukil informasi-informasi tentang arsitektur dari arsitek, bertanya kepada mufti untuk mengetahui persoalan-persoalan syar’i, dan begitu seterusnya, seperti itu juga sekelompok ulama sahabat secara maknawi ditugaskan untuk mengajarkan hadits kepada generasi pada masa-masa selanjutnya. Mereka menjalankan tugas ini dengan sepenuh kekuatan yang dimiliki.
Ya, Abu Hurairah r.a. menghibahkan dan mewakafkan seluruh hidup demi menjaga hadits-hadits nabawi. Berbeda dengan Umar. Ia sibuk mengatur dunia dan khilafah terbesar. Itulah kenapa ia hanya meriwayatkan sedikit hadits. Ia mengandalkan sahabat-sahabat lain seperti Abu Hurairah, Anas, dan Jabir untuk menyampaikan hadits kepada umat.
Mengingat sahabat shiddiq, jujur, terpercaya dan masyhur mengabarkan suatu peristiwa melalui satu jalur saja sudah cukup, maka tidak diperlukan adanya riwayat perawi lain.
Untuk itu, sebagian hadits-hadits penting diriwayatkan hanya melalui dua atau tiga jalur riwayat saja.
244. Page
Isyarat Kesebelas
Seperti halnya isyarat kesepuluh menjelaskan mukjizat pohon, isyarat kesebelas berikut akan menjelaskan mukjizat-mukjizat batu dan gunung di antara benda-benda mati.
Kami akan menyebutkan tujuh atau delapan contoh di antara sekian banyak contoh lainnya.
Contoh pertama;
Al-Allamah Maghrib, Al-Qadhi Iyadh dalam bukunya, Asy-Syifa, meriwayatkan dengan sanad tingkat tinggi. Juga diriwayatkan dari para imam besar seperti Al-Bukhari bahwa Ibnu Mas’ud r.a. –pelayan Nabi Saw.- berkata, “Kami mendengar makanan bertasbih saat dimakan.”[1]
Contoh kedua;
Kitab-kitab shahih meriwayatkan dari Anas dan Abu Dzar secara shahih bahwa Anas, pelayan Nabi Saw., berkata, “Suatu ketika kami bersama Rasulullah Saw. Beliau kemudian mengambil beberapa batu kerikil kecil lalu batu-batu kerikil itu bertasbih di tangan beliau. Setelah itu batu-batu kerikil beliau letakkan di tangan Abu Bakar, dan batu-batu kerikil pun bertasbih.”[2]
Abu Dzar Al-Ghifari r.a. melalui jalur riwayatnya berkata, “Setelah itu batu-batu kerikil beliau letakkan di tangan Umar, dan batu-batu kerikil pun bertasbih. Setelah itu batu-batu kerikil beliau letakkan di tanah, batu-batu kerikil pun diam. Setelah itu beliau mengambil lagi batu-batu kerikil itu dan beliau letakkan di tangan Utsman. Batu-batu kerikil pun mulai bertasbih.”
Anas dan Abu Dzar Al-Ghifari berkata, “Setelah itu batu-batu kerikil diletakkan di tangan kami, batu-batu kerikil itu diam.”[3]
Contoh ketiga;
Diriwayatkan secara shahih dari Ali, Jabir dan Aisyah Ash-Shiddiqah, bahwa gunung dan batu berkata kepada Rasul mulia Saw., “Assalamu’alaika ya Rasulullah.”
Ali melalui jalur riwayatnya berkata, “Suatu ketika kami bersama Rasulullah Saw. di Makkah di awal nubuwah. Beliau pergi ke salah satu sudut Makkah. Setiap kali berpapasan dengan pohon atau gunung, (pohon atau gunung) berkata kepada beliau, “Assalamu’alaika ya Rasulullah.”[4]
Disebutkan dalam riwayat Jabir, bahwa Rasul mulia Saw. bersabda, “Sungguh, aku mengenali batu yang pernah mengucapkan salam kepadaku.” Dikatakan bahwa beliau menunjuk ke arah Hajar Aswad.[5]
Aisyah dalam jalur riwayatnya berkata, “Nabi Saw. bersabda, ‘Setelah Jibril menemuiku dengan membawa risalah, setiap kali aku melintasi batu atau pohon, (batu atau pohon) berkata, ‘Assalamu’alaika ya Rasulullah’.”[6]
Contoh keempat;
Diriwayatkan secara shahih dari Abbas bahwa Rasul mulia Saw. menyelimuti Abbas dan anak-anaknya; Abdullah, Ubaidullah, Fadhl, dan Qutsam. Beliau kemudian berdoa, “Ya Rabb! Ini
[1] Al-Bukhari (III/1312).
[2] A’lamun Nubuwwah (194).
[3] Al-Mu’jam Al-Awsath (IV/245), Dala`ilun Nubuwwah (VI/65).
[4] Silahkan membaca riwayat-riwayat tersebut dalam Sunan At-Tirmidzi (V/593), Ad-Darimi (I/25), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (II/677).
[5] Shahih Muslim (IV/1782).
[6] Majma' Az-Zawa`id (VIII/260), Kanzul ‘Ummal (XI/206).
245. Page
pamanku, saudara ayahku, dan mereka ini anak-anaknya, maka tutupilah mereka dari neraka seperti aku menutupi mereka dengan selimutku ini.’
Pintu rumah, atap dan dinding mengamini doa beliau seraya mengucapkan, ‘Amin, amin.’ Mereka juga ikut berdoa’.”[1]
Contoh kelima;
Kitab-kitab shahih khususnya Shahih Al-Bukhari, Ibnu Hibban, Dawud, dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, Abu Hurairah, Utsman Dzun Nurain, Sa’id bin Zaid –satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin surga- bahwa suatu ketika Nabi Saw., Abu Bakar, Umar, dan Utsman naik ke atas gunung Uhud. Gunung kemudian bergetar karena takut atau karena senang. Rasul mulia Saw. kemudian bersabda, ‘Tenanglah wahai Uhud! Yang ada di atasmu hanya seorang nabi, orang shiddiq, dan dua syahid’.”[2]
Hadits ini secara gaib mengabarkan bahwa Umar dan Utsman akan mati syahid.
Sebagai pelengkap contoh ini, diriwayatkan bahwa ketika Rasul mulia Saw. berhijrah meninggalkan Makkah, orang-orang kafir Quraisy mengejar beliau. Beliau naik ke atas gunung Tsubair, lalu gunung berkata kepada beliau, “Turunlah wahai Rasulullah! Aku takut jika mereka membunuhmu di atasku, sehingga Allah akan menyiksaku.’ Gunung Hira` kemudian berkata, ‘Kemarilah wahai Rasulullah!”[3]
Karena hal inilah, orang sufi merasa takut saat berada di gunung Tsubair dan merasa aman serta tentram saat berada di gunung Hira`.
Dari contoh ini dapat dipahami bahwa setiap gunung merupakan hamba secara tersendiri. Masing-masing di antaranya bertasbih, diberi tugas, mengenal dan mencintai Nabi Saw. Gunung-gunung bukanlah benda mati yang terlepas bebas tanpa tugas.
Contoh keenam;
Diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Umar bahwa Rasul mulia Saw. membaca ayat di atas mimbar;
وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖۖ وَالْاَرْضُ جَمِيْعًا قَبْضَتُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَالسَّمٰوٰتُ مَطْوِيّٰتٌۢ بِيَمِيْنِهٖ ۗسُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67) Setelah itu beliau bersabda, “Sesungguhnya Al-Jabbar mengagungkan diri-Nya dan berfirman, ‘Aku Al-Jabbar, Aku Al-Kabir Al-Muta’ala.’
Mimbar pun bergetar, takut, dan berguncang hingga Rasul mulia Saw. hampir jatuh’.”[4]
Contoh ketujuh;
Diriwayatkan secara shahih dari ulama umat dan penerjemah Al-Qur'an, Ibnu Abbas, dan dari Ibnu Mas’ud –pelayan Nabi Saw. dan salah satu ulama besar sahabat- bahwa keduanya berkata, “Di sekitar Ka’bah ada 360 berhala dengan kaki-kaki dicor di atas batu.
Saat Rasulullah Saw. memasuki Masjid pada tahun penaklukan Makkah, beliau menunjuk dengan tongkat yang beliau pegang tanpa menyentuh berhala-berhala itu sambil membaca;
جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا
‘Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.’ (QS. Al-Isra`: 81)
[1] Al-Mu’jam Al-Kabir (XIX/263).
[2] Al-Bukhari (III/1344).
[3] ‘Umdatul Qari` (I/62).
[4] Ibnu Hibban (XVI/322), Musnad Ahmad (II/72).
246. Page
Setiap kali beliau menunjuk ke arah wajah suatu berhala, kepalanya pasti runtuh ke tengkuknya. Dan setiap kali beliau menunjuk ke arah tengkuk berhala, tengkuk pasti runtuh mengenai wajahnya. Hingga hanya tersisa satu berhala saja’.”[1]
Contoh kedelapan;
Kisah Burairah, si rahib yang terkenal. Sebelum diutus sebagai nabi, Rasul mulia Saw. pergi bersama paman beliau, Abu Thalib, dan sekelompok orang-orang Quraisy menuju Syam untuk berniaga. Saat rombongan sampai di sebelah gereja Buhairah si rahib itu, mereka duduk di sana.
Si rahib sebelumnya tidak pernah keluar dari gereja untuk menemui siapapun. Tapi saat itu, ia segera keluar dan menyela-nyela rombongan yang tiba hingga melihat Muhammad Al-Amin. Ia berkata, “Dia ini pemimpin seluruh alam dan kelak akan menjadi seorang rasul.’
Orang-orang Quraisy bertanya pada si rahib, ‘Bagaimana kau tahu itu?’
Si rahib berkata -yang saat Nabi Saw. datang dengan dinaungi awan. Saat mendekati rombongan, rupanya mereka sudah lebih dulu berteduh di bahwa naungan pohon. Saat beliau duduk, bayangan pohon miring menaungi beliau-, ‘Setiap pohon dan batu pasti sujud padanya. Dan (pohon ataupun batu) tidak akan sujud pada siapapun selain pada seorang nabi’.”[2]
Mungkin ada delapanpuluh contoh seperti delapan contoh di atas. Jika delapan contoh ini disatukan, maka akan menjadi sebuah rangkaian kuat yang tali-talinya tidak akan mampu diputuskan ataupun diguncang oleh apapun syubhat.
Jenis mukjizat ini (benda-benda mati dapat berbicara) sebagai bukti kebenaran nubuwah ini hukumnya mutawatir secara maknawi. Menunjukkan keyakinan dan kepastian dari sisi cakupannya. Setiap contoh ini mendapatkan kekuatan lain dari jumlah keseluruhan contoh-contoh lainnya, melebihi kekuatannya sendiri.
Ya, ketika sebuah tiang bersatu padu dengan tiang-tiang lain yang kuat, akan menjadi kuat dan kokoh. Ketika orang lemah bergabung dalam pasukan, ia akan menguat hingga mampu menantang seribu orang.
Isyarat Keduabelas
Isyarat ini terdiri dari tiga contoh yang berkenaan dengan “isyarat kesebelas.” Hanya saja isyarat ini sangat penting.
Contoh pertama;
Ayat;
وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ
“Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar,” (QS. Al-Anfal: 17) melalui nash qath’i menurut tahqiq seluruh mufassir dan pemberitaan para ahli hadits, mengabarkan bahwa Rasul mulia Saw. mengambil tanah segenggam tangan dalam perang Badar lalu beliau lemparkan ke wajah pasukan kafir seraya berkata, “Buruklah wajah-wajah!”
Segenggam tanah itu kemudian masuk ke mata seluruh orang-orang kafir. Di samping mereka semua juga mendengar kata-kata, “Buruklah wajah-wajah!” Padahal kata-kata ini hanya disampaikan satu kali.
Seluruh pasukan kafir akhirnya disibukkan dengan mata mereka masing-masing dan mereka semua melarikan diri setelah sebelumnya berada dalam kondisi menyerang.
Para ahli hadits khususnya Imam Muhammad, mengabarkan bahwa ketika orang-orang kafir menyerang kaum muslimin dengan hebat dalam perang Hunain seperti situasi dalam perang
[1] Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/438).
[2] Mushannaf Abu Syaibah (VI/317), dan As-Sirah Al-Halbiyyah (I/195).
247. Page
Badar, Rasul mulia Saw. juga melemparkan segenggam tanah dan berkata, “Buruklah wajah-wajah!”
Dengan izin Allah, segenggam tanah ini masuk ke mata seluruh orang-orang kafir. Di samping mereka semua juga mendengar kata-kata, “Buruklah wajah-wajah!” Akhirnya mereka melarikan diri sambil sibuk mengucek-ucek mata.[1]
Karena peristiwa luar biasa yang terjadi pada perang Badar dan Hunain ini tidak berada dalam lingkup sebab-sebab normal dan berada di luar kemampuan manusia, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan mengatakan;
وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ
“Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar.” (QS. Al-Anfal: 17) Artinya, peristiwa tersebut berada di luar kemampuan manusia dan tidak terjadi karena kekuatan manusia, tapi karena takdir ilahi dalam bentuk tidak lazim.
Contoh kedua;
Kitab-kitab shahih khususnya Shahih Al-Bukhari dan Muslim mengabarkan bahwa seorang wanita Yahudi memberi Nabi Saw. daging kambing di Khaibar yang sudah diberi racun keras. Ia mengirimkan daging beracun itu kepada Nabi Saw. Beliau dan sejumlah sahabat mulai memakan sebagian.
Tiba-tiba Nabi Saw. mengatakan, “Angkatlah tangan kalian karena (daging kambing) ini memberitahukan kepadaku ia beracun.’
Semuanya mengangkat tangan kecuali Bisyr bin Barra` yang meninggal dunia akibat satu suap daging kambing yang ia akan karena sangat beracun. Nabi Saw. kemudian memanggil wanita Yahudi itu –namanya Zainab- dan bertanya padanya, ‘Kenapa kau melakukan itu?’
Si wanita celaka itu berkata, ‘Kalau kau benar-benar nabi, tindakan yang aku lakukan tidak akan membahayakanmu. Dan jika kau seorang raja, aku membuat orang-orang (Yahudi) lega darimu’.”[2]
Riwayat lain menyebutkan; beliau tidak memerintahkan untuk membunuh wanita tersebut. Riwayat lain menyebutkan; beliau memerintahkan membunuhnya.
Ahli tahqiq menyatakan, “Beliau tidak memerintahkan untuk membunuh wanita tersebut. Tapi beliau menyerahkannya kepada keluarga Bisyr bin Barra`, lalu mereka membunuhnya.”
Selanjutnya silahkan Anda dengarkan dua atau tiga poin yang menjelaskan sisi kemukjizatan peristiwa menakjubkan ini;
Pertama; disebutkan dalam salah satu riwayat bahwa sebagian sahabat mendengarkan kata-kata kaki bagian depan kambing itu ketika ia memberitahukan dirinya beracun.
Kedua; riwayat lain menyebutkan bahwa setelah Rasul mulia Saw. memberitahukan tentang racun, beliau bersabda, ‘Bacalah, ‘Bismillah,’ kemudian makanlah, karena racunnya setelah itu tidak membahayakan’.”
Meski Ibnu Hajar Al-Asqalani tidak menerima riwayat ini, namun ulama lain menerimanya.
Ketiga; konspirasi Yahudi terbongkar dan rencana buruk mereka batal meski mereka berkeinginan menghabisi Nabi Saw. dan sejumlah sahabat terdekat sekaligus. Beliau seakan diberi tahu dari alam gaib seketika itu juga.
Pemberitaan Nabi Saw. berlaku tepat seperti yang beliau sampaikan dan sabda beliau yang sama sekali tidak berseberangan dengan kenyataan dalam pandangan para sahabat bahwa kaki bagian depan kambing tersebut memberitahukan kepada beliau, ini semua membuat mereka
[1] Baca riwayat-riwayat ini di dalam Shahih Muslim (III/1402), Ibnu Hibban (XIV/430), Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (I/268), Sunan Ad-Darimi (II/289).
[2] Al-Bukhari (III/1156).
248. Page
yakin, seakan masing-masing di antara mereka mendengar dengan telinga sendiri kata-kata yang diucapkan kambing tersebut.
Contoh ketiga;
Mukjizat Muhammad Saw. dalam tiga peristiwa yang sepadan dengan mukjizat “tangan mengeluarkan cahaya putih terang” dan “tongkat” nabi Musa a.s.
Pertama;
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri dan ia nyatakan shahih, bahwa Rasul mulia Saw. memberi tandan kurma kepada Qatadah bin Nu’man di tengah malam gelap gulita dan hujan. Beliau bersabda, “Bawalah (tandan kurma) ini karena ia akan menerangi sisi depanmu sepanjang sepuluh (hasta atau kaki) dan menerangi sisi belakangmu sepanjang sepuluh (hasta atau kaki). Setelah kau masuk rumah, kau akan melihat sosok manusia. pukullah dia hingga keluar, karena dia setan.’
Qatadah bergegas pergi lalu tandan kurma itu menerangi jalan seperti tangan yang mengeluarkan cahaya putih terang. Setelah masuk rumah, ia melihat ada sosok manusia lalu ia memukulnya hingga keluar’.”[1]
Kedua;
Pedang Ukkasyah bin Mihshan Al-Asadi patah saat berperang melawan kaum musyrikin dalam perang Badar yang merupakan sumber segala keajaiban. Rasul mulia Saw. kemudian memberinya sebilah kayu tebal bukannya pedang. Beliau bersabda, “Gunakan (kayu ini) untuk memukul.’
Di tangan Ukkasyah, kayu itu berubah menjadi pedang putih panjang dengan izin Allah. Ukkasyah tetap menyimpan pedang ini sepanjang hidup hingga akhirnya mati syahid dalam perang Yamamah’.”[2]
Peristiwa ini terjadi secara pasti, karena Ukkasyah r.a. membanggakan pedang tersebut sepanjang hidup. Pedang ini dikenal dengan nama ‘Aun. Kebanggaan Ukkasyah terhadap pedang ini dan pedang tersebut dikenal dengan nama ‘Aun melebihi pedang-pedang lain, merupakan bukti yang mempertegas peristiwa tersebut.
Ketiga;
Ibnu Abdilbarr, salah satu Al-Allamah Mesir dan ulama ahli tahqiq besar, meriwayatkan seraya menshahihkan bahwa pedang milik Abdullah bin Jahsy, saudara sepupu Rasulullah Saw., patah pada perang Uhud saat ia sedang berperang. Rasul mulia Saw. kemudian memberinya sebilah kayu. Di tangannya, sebilah kayu itu berubah menjadi pedang lalu ia gunakan untuk berperang. Pedang ini –yang merupakan jejak mukjizat- hingga kini masih ada.
Ibnu Sayyidunnas menyebutkan dalam Sirah-nya, “Selang berapa lama, Abdullah menjual pedang tersebut pada seseorang bernama Bagha` At-Turki seharga 200 dinar.”[3]
Dua pedang ini merupakan mukjizat seperti mukjizat tongkat Musa. Hanya saja sisi kemukjizatan tongkat Musa tidak bertahan sepeninggal Musa, sementara kedua pedang tersebut hingga kini masih ada.
[1] Al-Mu’jam Al-Kabir (V/119), Majma' Az-Zawa`id (II/41).
[2] Dala`ilun Nubuwwah (III/98), Zadul Ma’ad (III/186).
[3] Silahkan membaca riwayat ini dalam Mushannaf Abdurrazzaq (XI/279), Al-Ishabah (IV/36), Ar-Raudh Al-Anif (III/285).
249. Page
Isyarat Ketigabelas
Salah satu sisi mukjizat Muhammad Saw. adalah menyembuhkan orang-orang sakit dan terluka dengan tiupan beliau nan penuh berkah. Jenis mukjizat-mukjizat ini mutawatir dan banyak sekali contohnya.
Hanya saja ke-mutawatir-an mukjizat-mukjizat ini dilihat dari sisi jenisnya. Sebagian di antara bagian-bagian mukjizat ini juga hukumnya mutawatir secara maknawi, meski ada juga mukjizat-mukjizat serupa lainnya diriwayatkan secara ahad, namun tetap menimbulkan keyakinan ilmiah, karena para imam ilmu hadits menshahihkan jenis mukjizat ini dan mentakhrijnya.
Berikut ini akan kami sebutkan beberapa contoh saja di antara sekian banyak contohnya.
Contoh pertama;
Al-Allamah Maghrib, Al-Qadhi Iyadh meriwayatkan dalam bukunya, Asy-Syifa dengan mu’an’an tingkat tinggi dari Sa’ad bin Abi Waqqash –pelayan Nabi Saw., salah satu panglima perang beliau, panglima besar prajurit Islam di masa Umar, penakluk negeri Persia, satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin surga- bahwa ia berkata, “Rasulullah Saw. memberiku anak panah tanpa mata anak panah lalu beliau berkata, ‘Gunakan ini untuk memanah. Rasulullah Saw. saat ini memanah hingga busur panahnya patah. Ini terjadi dalam perang Uhud. Anak-anak panah tanpa mata itu melesak bak bulu dan menancap di tubuh orang-orang kafir.
Saat itu, mata Qatadah bin Nu’man terkena serangan hingga menjuntai ke pipi. Kemudian Rasulullah Saw. dengan tangan beliau mengembalikan mata Qatadah ke tempat semula, dan mata tersebut menjadi mata yang terbaik di antara kedua matanya.[1]
Peristiwa ini masyhur, bahkan salah satu cucu Qatadah ketika datang menemui Umar bin Abdul Aziz, ia memperkenalkan diri seraya mengatakan dalam bentuk bait syair;
Aku adalah putra orang yang matanya menjuntai ke pipinya
Lalu matanya dikembalikan oleh tangan Al-Musthafa dengan sebaik-baiknya[2]
Juga diriwayatkan secara shahih bahwa sebilah anak panah mengenai wajah Abu Qatadah dalam perang Dzi Qard. Rasul mulia Saw. kemudian mengusap lukanya dengan tangan beliau nan penuh berkah. Abu Qatadah berkata, “Aku sedikit pun tidak merasakan sakit ataupun lukanya.”[3]
Contoh kedua;
Kitab-kitab shahih khususnya Shahih Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. menyerahkan panji perang kepada Ali pada perang Khaibar. Saat itu Ali sedang sakit mata. Saat beliau meludahi matanya, ludah beliau menjadi obat bagi mata Ali dan matanya sembuh dengan izin Allah.
Keesokan harinya, Ali meraih pintu benteng Khaibar. Pintu benteng ini terbuat dari besi dan seakan menjadi perisai di tangannya. Ia berhasil menaklukan benteng Khaibar.[4]
Pada peristiwa yang sama, Rasul mulia Saw. meniup luka tebasan pedang pada betis Salamah bin Akwa’, dan lukanya pun sembuh.[5]
[1] Baca; As-Sirah Al-Halbiyah (II/504), Al-Mu’jam Al-Kabir (XIX/8), Majma' Az-Zawa`id (VI/113), Dala`ilun Nubuwwah (III/251).
[2] Silahkan baca kedua bait syair ini tanpa nisbat dalam As-Sirah Al-Halbiyyah (II/543), dan Ar-Raudh Al-Anif (III/271).
[3] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/546).
[4] Silahkan membaca; Shahih Muslim (IV/1873), Mushannaf Abi Syaibah (VI/394), dan Musnad Ahmad (V/358).
[5] As-Sirah Al-Halbiyyah (III/347), Dala`ilun Nubuwwah (IV/251).
250. Page
Contoh ketiga;
Para pemilik kitab Sirah, khususnya An-Nasa`i, meriwayatkan dari Utsman bin Hanif, ia berkata, “Seorang buta datang menemui Rasulullah Saw. lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar melenyapkan kebutaan dari penglihatanku.’
Beliau berkata, ‘Pergilah, berwudhulah, kerjakan shalat dua rakaat, dan bacalah, ‘Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan nabiku Muhammad, nabi rahmat. Wahai Muhammad! Aku menghadap kepada Rabbmu melalui perantaramu agar Ia melenyapkan kebutaan dari penglihatanku. Ya Allah! Sertakan beliau (dalam doa) ku.’
Ia kemudian kembali dalam kondisi Allah sudah melenyapkan kebutaan dari penglihatannya’.”[1]
Contoh keempat;
Imam besar Ibnu Wahab meriwayatkan bahwa Mu’awwadz bin Afra` -satu di antara empatbelas syuhada Badar- kala berperang melawan Abu Jahal, Abu Jahal si terkutuk itu memutuskan tangan sang pahlawan ini. Ia kemudian membawa tangannya yang putus itu menemui Rasulullah Saw., lalu beliau menempelkannya di tempatnya lagi, mengusapnya dengan air liur beliau. Ia pun sembuh lalu kembali berperang hingga mati syahid.[2]
Imam agung Ibnu Wahab juga meriwayatkan bahwa lengan Khubaib bin Yasaf ditebas dengan pedang dalam peperangan tersebut dan mengalami luka parah seakan sebelah tubuhnya terpisah. Rasulullah Saw. kemudian menempelkan lengannya dengan tangan beliau, meniupnya, dan langsung sembuh.[3]
Meski kedua peristiwa bersumber dari riwayat ahad (hadits ahad), namun pernyataan shahih yang disampaikan Imam Ibnu Wahab pada keduanya, dan kejadian kedua peristiwa ini dalam peperangan seperti perang Badar yang menjadi sumber berbagai mukjizat, dan terjadinya contoh-contoh peristiwa serupa yang begitu banyak jumlahnya, ini semua menepis keraguan bahwa keduanya benar-benar terjadi secara pasti.
Mungkin ada seribu contoh dalam hadits-hadits shahih yang menunjukkan tangan Rasul mulia Saw. adalah obat.
Poin berikut layak ditulis dengan tinta emas dan intan;
Ya, batu berzikir dan bertasbih di tangan Nabi Saw. seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kekalahan para musuh akibat batu-batu kerikil dan tanah yang dilemparkan melalui tangan yang sama laksana granat dan bom berdasarkan rahasia;
وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ
“Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar.” (QS. Al-Anfal: 17) Jari-jari tangan yang sama membelah bulan menjadi dua bagian berdasarkan nash;
وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Bulan pun terbelah.” (QS. Al-Qamar: 1) Air mengalir dari sepuluh jari-jari tangan yang sama laksana mata air hingga menghilangkan dahaga seluruh pasukan. Tangan yang sama menjadi penawar bagi orang-orang sakit dan terluka; ini semua menunjukkan sejauh mana tangan penuh berkah itu merupakan mukjizat luar biasa kuasa ilahi.
[1] Sunan An-Nasa`i (VI/169).
[2] Siratun Naby Al-Mukhtar (155).
[3] Baca; As-Sirah Al-Halbiyyah (III/349).
251. Page
Seakan telapak tangan itu majlis zikir mini subhani di antara orang-orang tercinta, dimana jika kerikil-kerikil memasuki majlis zikir mini ini, tentu bertasbih dan berzikir menyebut nama Allah.
Seakan telapak tangan itu adalah gudang penyimpanan rabbani mini di hadapan para musuh, dimana andai tanah dan kerikil memasuki gudang penyimpanan ini, tentu menjadi bom dan granat.
Telapak tangan itu laksana apotik mini rahmani bagi orang-orang sakit dan terluka, dimana ketika mengusap luka atau penyakit apa saja, tentu menjadi penyembuh baginya.
Kala jari-jari telapak tangan ini terangkat dengan keagungan, bulan terbelah dan berbentuk seperti dua busur panah. Selanjutnya ketika merendah dengan keindahan, telapak tangan itu menjadi mata air rahmat dengan sepuluh keran yang mengalirkan air telaga Kautsar.
Jika satu tangan sosok seperti beliau ini menjadi inti dan media penampakan mukjizat-mukjizat luar biasa seperti itu, bukankah secara spontan diketahui sejauh mana kepribadian seperti beliau ini begitu diterima Sang Pencipta alam raya, sejauh mana kebenaran pribadi beliau dalam pengakuannya, dan sejauh mana kebahagiaan orang-orang yang berjanji setia dengan menjabat tangan itu!
Soal;
Anda menyebut banyak sekali riwayat sebagai riwayat mutawatir, padahal sebagian besar di antaranya baru kami dengar. Riwayat-riwayat mutawatir tentu tidak tersembunyi seperti ini?
Jawab;
Bagi ulama syariat, banyak hal mutawatir dan spontanitas yang tidak diketahui oleh selain mereka. Bagi para ahli hadits, banyak hal-hal mutawatir yang menurut selain mereka tidak sampai mencapai tingkatan hadits ahad.
Seperti itulah para ahli di bidang suatu ilmu dan disiplin menjelaskan segala hal-hal yang bersifat pasti dan segala teori berdasarkan ilmu yang dikuasai. Sementara kalangan umum bergantung pada para spesialis di bidang ilmu tersebut, menyerahkan urusan pada mereka. Atau ikut terlibat dalam ilmu tersebut hingga mengetahuinya.
Apa yang kami katakan mutawatir hakiki, mutawatir maknawi, atau peristiwa-peristiwa tertentu yang setingkat dengan riwayat mutawatir; hukum ini sudah dijelaskan para ahli hadits, syariat, ushul, dan sebagian besar tingkatan ulama.
Ketika ada kalangan awam yang lalai atau orang-orang bodoh yang menutup mata tidak mengetahui hal itu, mereka sendiri yang salah.
Contoh kelima;
Imam Al-Baghawi mentakhrij sekaligus menshahihkan riwayat bahwa kaki Ali bin Hakam patah dalam perang Khandaq karena pukulan orang-orang kafir. Rasul mulia Saw. kemudian mengusapnya dan seketika itu juga sembuh, bahkan ia tidak turun dari kudanya.[1]
Contoh keenam;
Ahli hadits khususnya Imam Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Ali suatu ketika sakit keras. Ia merintih karena kesakitan dan berdoa. Rasul mulia Saw. datang lalu berdoa, “Ya Allah! Sembuhkanlah dia.’ Beliau kemudian mengusap kaki Ali dan berkata padanya, ‘Bangunlah!’ Ali langsung sembuh. Ali berkata, ‘Setelah itu, aku tidak pernah lagi menderita penyakit itu’.”[2]
[1] Dala`ilun Nubuwwah (VI/185).
[2] As-Sunan Al-Kubra, An-Nasa`i (VI/261), Musnad Imam Ahmad (I/107).
252. Page
Contoh ketujuh;
Kisah masyhur Syurahbil Al-Ja’fi. Suatu ketika telapak tangannya membengkak sehingga tidak bisa memegang pedang ataupun tali kekang kuda. Rasul mulia Saw. kemudian mengusap bengkak di telapak tangannya dan memijatnya, hingga bengkak tersebut tidak membekas.[1]
Contoh kedelapan;
Enam anak yang mendapatkan mukjizat-mukjizat Muhammad Saw.
Anak pertama;
Ahli tahqiq besar dan ahli hadits ternama, Imam Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa seorang wanita datang menemui Rasul mulia Saw. dengan membawa anak. Anak tersebut memiliki cacat. Ia tidak bisa berbicara. Maksudnya anak tersebut ediot. Rasul mulia Saw. kemudian berkumur lalu mengusap tangan. Setelah itu beliau memberikan air itu kepada si wanita. Beliau berkata padanya, “Minumkan air ini padanya!”
Setelah si anak meminum air tersebut, tidak ada lagi bekas penyakit ataupun cacat padanya. Ia pun memiliki akal dan kesempurnaan yang mengungguli orang-orang berakal.[2]
Anak kedua;
Ibnu Abbas meriwayatkan secara shahih bahwa ada anak gila didatangkan ke hadapan Rasul mulia Saw. Beliau kemudian menempelkan tangan di dadanya. Si anak seketika itu juga muntah. Dari dalam perutnya keluar sesuatu berwarna hitam seperti ketimun kecil. Ia pun sembuh lalu pergi.[3]
Anak ketiga;
Imam Al-Baihaqi dan An-Nasa`i meriwayatkan secara shahih bahwa tungku mendidih tumpah mengenai lengan seorang anak bernama Muhammad bin Hathib hingga seluruh lengannya terbakar. Rasul mulia Saw. kemudian mengusapnya dan memberinya ludah. Lukanya seketika itu juga sembuh.[4]
Anak keempat;
Seorang anak besar datang menemui Rasul mulia Saw. Anak itu bisu, tidak dapat berbicara. Beliau bertanya padanya, “Aku siapa?’ Si anak yang sebelumnya sama sekali tidak dapat berbicara itu menjawab, ‘Engkau utusan Allah.’ Ia pun mulai berbicara’.”[5]
Anak kelima;
Imam As-Suyuhti, imam di masanya yang mendapat kemuliaan berulang kali melihat Rasulullah Saw. di alam nyata, meriwayatkan sekaligus menshahihkan bahwa seorang anak yang baru lahir yang selanjutnya dikenal sebagai Mubarak Al-Yamamah didatangkan ke hadapan Rasul mulia Saw. Beliau menoleh ke arahnya lalu si anak mulai berbicara. Ia mengatakan, “Aku bersaksi bahwa engkau utusan Allah.’ Rasul mulia Saw. lantas berkata, ‘Semoga Allah memberkahi(mu).’ Anak ini selanjutnya tidak berbicara hingga ia besar.
Karena itulah ia dikenal dengan nama Mubarak Al-Yamamah karena mendapat salah satu mukjizat dan doa Rasul mulia Saw., “Semoga Allah memberkahi(mu).”[6]
Anak keenam;
Rasul mulia Saw. suatu ketika shalat, lalu shalat beliau diputus seorang anak yang berwatak temperamen. Ia melintas di hadapan beliau. Beliau kemudian mendoakannya, “Ya
[1] As-Sirah Al-Halbiyyah (III/370), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/176).
[2] As-Sirah Al-Halbiyyah (III/370).
[3] Sunan Ad-Darimi (I/24), Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (V/47), Musnad Imam Ahmad (I/254).
[4] Baca; Shahih Ibnu Hibban (VII/241), Sunan An-Nasa`i (IV/366), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/174).
[5] Dala`ilun Nubuwwah (VI/61), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/114).
[6] Kanzul ‘Ummal (XII/172).
253. Page
Allah! Putuskan jejaknya.” Si anak tidak dapat berjalan setelah itu, dan kondisinya tetap seperti itu. Ia mendapat balasan atas akhlaknya yang buruk.[1]
Anak ketujuh;
Seorang wanita berwatak kekanak-kanakan dan tidak tahu malu meminta suapan makan kepada Rasulullah Saw. saat beliau makan. Beliau memberinya lalu ia berkata, “Bukan yang itu. Aku menginginkan suapan yang ada di dalam mulutmu.’
Nabi Saw. memberinya. Setelah si wanita tak tahu malu itu memakan suapan makan tersebut, ia menjadi wanita yang sangat pemalu. Rasa malunya bahkan mengungguli rasa malu seluruh wanita Madinah.[2]
Masih banyak lagi contoh-contoh lain seperti delapan contoh ini yang jumlahnya mencapai delapanpuluh dan bahkan delapanratus. Sebagian besar di antaranya tertera dalam kitab-kitab sirah dan hadits.
Ya, mengingat tangan Rasul mulia Saw. laksana apotik Luqman Al-Hakim, air liur beliau laksana mata air pembangkit kehidupan milik Khadhir, tiupan beliau nan membantu dan menyembuhkan itu laksana tiupan Isa, dimana ketika orang mengalami berbagai musibah dan bencana, tentu saja banyak di antara mereka mengadu kepada Rasul mulia Saw. Tentu banyak orang sakit, anak-anak, dan orang-orang gila sering datang kepada beliau, lalu mereka semua pulang dalam kondisi sudah sembuh.
Bahkan Abu Abdurrahman yang disebut sebagai Thawus Al-Yamani –ia termasuk salah seorang imam besar tabi’in, melaksanakan haji sebanyak empatpuluh kali, shalat shubuh dengan wudhu shalat isya’ selama empatpuluh tahun, dan bertemu sejumlah sahabat- mengabarkan kepada kita secara pasti seraya mengatakan, “Setiap orang gila yang dibawa ke hadapan Rasul mulia Saw. lalu beliau menempelkan tangan di dadanya, pasti sembuh secara mutlak. Tidak ada seorang pun yang tidak sembuh.”
Jika seorang imam seperti Abu Abdurrahman yang menjumpai masa bahagia menilai secara pasti dan menyeluruh, maka tidak diragukan bahwa setiap orang sakit yang dibawa ke hadapan Rasulullah Saw. pasti sembuh. Karena setiap orang sakit yang dibawa ke hadapan Rasulullah Saw. sembuh, maka tidak diragukan bahwa orang-orang yang mendatangi beliau dengan tujuan yang sama mencapai ribuan.
Isyarat Keempatbelas
Salah satu jenis mukjizat Rasul mulia Saw. adalah hal-hal luar biasa yang terjadi karena doa beliau.
Ya, jenis mukjizat ini mutawatir secara qath’i dan hakiki. Kasus dan contoh-contohnya banyak sekali hampir tak terhitung. Sebagian besar contoh-contohnya mencapai tingkatan mutawatir, dan bahkan masyhur hingga mendekati tingkatan mutawatir.
Sebagian di antaranya diriwayatkan oleh para imam terkemuka dalam riwayat yang menunjukkan kepastian seperti mutawatir yang masyhur. Sebagai contohnya, kami akan menyebut beberapa contoh jenis mukjizat yang sangat banyak ini, yang tingkatannya hampir mendekati mutawatir dan menyebar luas hingga mencapai tingkatan masyhur. Kami juga akan menyebut hal-hal kecil setiap contohnya.
Contoh pertama;
Para imam hadits khususnya Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. ketika berdoa meminta hujan, doa beliau selalu dikabulkan dengan cepat. Peristiwa ini mencapai tingkatan mutawatir dan terjadi beberapa kali.
[1] Sunan Abu Dawud (I/188), Sunan Al-Baihaqi (II/275).
[2] Al-Mu’jam Al-Kabir (VIII/231), Majma' Az-Zawa`id (VIII/312).
254. Page
Bahkan suatu ketika beliau mengangkat kedua tangan untuk berdoa meminta hujan saat beliau berada di atas mimbar. Sebelum beliau menurunkan kedua tangan, hujan sudah turun. Seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya, ketika seluruh pasukan kehausan, awan datang dan menurunkan hujan pada mereka.
Bahkan kakek Rasul mulia Saw., Abdul Muththallib, pernah keluar untuk meminta hujan dengan perantara wajah beliau saat beliau masih kecil. Hujan pun turun demi memuliakan wajah beliau. Peristiwa ini terkenal dilengkapi diriwayatkan beberapa bait-bait syair gubahan Abdul Muththallib.
Umar r.a. pernah bertawasul dengan Abbas sepeninggal Nabi Saw. Ia mengucapkan, “Ya Allah! Dulu kami pernah bertawasul kepada-Mu dengan nabi kami lalu Engkau memberi kami hujan. Dan (saat ini) kami bertawasul kepada-Mu dengan paman nabi kami, maka berilah kami hujan.”[1] Hujan pun turun.
Diriwayatkan bahwa beliau diminta untuk memohon hujan. Beliau kemudian berdoa. Hujan pun turun dengan lebatnya sampai memaksa mereka berkata, “Berdoalah kepada Allah agar hujan berhenti.” Beliau berdoa lalu hujan pun berhenti.[2]
Contoh kedua;
Ada sebuah riwayat masyhur hampir mendekati tingkatan mutawatir bahwa Rasul mulia Saw. berdoa ketika beribadah secara sembunyi-sembunyi sebelum jumlah sahabat dan orang-orang mukmin mencapai empatpuluh orang, “Ya Allah! Kuatkanlah Islam dengan Umar bin Al-Khaththab atau Amr bin Hisyam.”
Selang beberapa hari, Umar r.a. masuk Islam dan menjadi sebab Islam nampak secara terang-terangan dan kuat. Umar pun mendapat julukan nan tinggi dan luhur; Al-Faruq.[3]
Contoh ketiga;
Diriwayatkan bahwa beliau berdoa untuk sejumlah sahabat terbaik untuk berbagai tujuan. Doa beliau dikabulkan secara luar biasa, hingga karamah doa-doa ini mencapai tingkatan mukjizat.
Sebagai contoh; Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Saw. mendoakan Ibnu Abbas, “Ya Allah! Berilah ia pemahaman mendalam dalam agama, dan ajarilah dia takwil (tafsir).”
Doa beliau dikabulkan hingga Ibnu Abbas meraih julukan luhur; penerjemah Al-Qur'an, dan meraih tingkatan tinggi; ulama umat.[4] Bahkan Umar menyertakan Ibnu Abbas dalam pertemuan para ulama dan tokoh sahabat meski ia masih kecil.
Para pemilik kitab Shahih, khususnya Imam al-Bukhari meriwayatkan bahwa ibu Anas meminta kepada Rasul mulia Saw. lalu berkata, “Berdoalah untuk pelayanmu, Anas, agar anak-anak dan hartanya diberkahi.’
Beliau kemudian berdoa, ‘Ya Allah! Perbanyaklah harta dan anaknya, dan berkahilah apa yang Engkau karuniakan padanya.’
Di akhir usia, Anas menyatakan seraya bersumpah, ‘Aku mengubur dengan tanganku sendiri seratus anak-anakku. Tak seorang pun yang hidup bahagia seperti diriku dalam harta dan kekayaannya. Kalian tahu, hartaku sangat banyak. Itu semua karena berkah doa nabawi’.”[5]
Para ahli hadits khususnya Imam Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. berdoa untuk Abdurrahman bin Auf –satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin surga- agar hartanya diperbanyak dan diberkahi.
[1] Shahih al-Bukhari (I/342).
[2] Asy-Syifa (I/327).
[3] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/89).
[4] Al-Bukhari (I/66).
[5] Al-Bukhari (V/2333).
255. Page
Karena berkah doa ini, Abdurrahman bin Auf mendapatkan kekayaan. Bahkan ia pernah bersedekah sebesar 700 ekor unta di jalan Allah lengkap dengan bawaannya.[1]
Perhatikan berkah doa nabawi ini dan ucapkan, “Barakallah!”
Para perawi khususnya Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. mendoakan berkah untuk perdagangan Urwah bin Abu Ja’ad agar mendapatkan keuntungan yang banyak.
Urwah berkata, “Suatu ketika aku berdagang di pasar Kufah. Dalam satu hari, aku mendapatkan empatpuluh ribu (dirham). Setelah itu aku pulang ke rumah.”[2] Al-Bukhari menuturkan tentang Urwah, “Andaipun ia membeli tanah, pasti mendapat keuntungan.”[3]
Beliau juga mendoakan Abdullah bin Ja’far agar hartanya banyak dan berkah. Abdullah bin Ja’far mendapatkan kekayaan besar hingga dikenal di masanya. Ia kenal dermawan di samping dikenal dengan kekayaannya yang ia dapatkan berkat doa nabawi.[4]
Jenis mukjizat ini banyak sekali. Empat contoh di atas dirasa sudah cukup.
Para imam khususnya Imam At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Nabi Saw. mendoakan Sa’ad bin Abi Waqqash, “Ya Allah! Perkenankanlah doanya.” Orang-orang pada masa itu takut Sa’ad mendoakan keburukan pada mereka. Ia dikenal mustajab doanya.[5]
Beliau bersabda kepada Abu Qatadah, “Semoga Allah membuat wajahmu beruntung. Ya Allah! Berkahilah rambut dan kulitnya.” Beliau mendoakannya agar awet muda. Dikenal dalam riwayat-riwayat shahih bahwa ketika Abu Qatadah meninggal dunia dalam usia 70 tahun, ia seperti anak berusia 15 tahun.[6]
Kisah masyhur seorang pujangga ternama; An-Nabighah menyebutkan bahwa suatu ketika ia menyenandungkan syair di dekat Rasul mulia Saw. sebagai berikut;
Kami mencapai langit kemuliaan dan keluhuran
Kami menginginkan tampilan yang lebih tinggi dari itu[7]
Dengan bercanda, Rasul mulia Saw. bertanya padanya, “Mau kemana, wahai Abu Laila?” Maksudnya kau hendak kemana setelah melalui langit seperti yang kau sebut dalam bait syairmu.
An-Nabighah menjawab, “Ke surga, wahai Rasulullah.” Setelah itu ia menyenandungkan bait syair lainnya yang mengandung hikmah. Beliau kemudian mendoakannya, “Semoga Allah tidak merobek mulutmu.”
An-Nabighah mencapai usia 120 tahun. Karena berkah doa nabawi, tidak ada satu pun giginya yang tanggal. Jika pun ada yang tanggal, gigi baru muncul lagi sebagai gantinya.[8]
Diriwayatkan secara shahih bahwa Nabi Saw. mendoakan Ali, “Ya Allah! Jagalah dia dari (udara) panas dan dingin.” Berkah doa nabawi ini, Ali mengenakan pakaian musim panas saat musim dingin dan mengenakan pakaian musim dingin saat musim panas. Ia berkata, “Aku tidak merasakan dingin dan panas sama sekali karena doa (Nabi Saw.).”[9]
Beliau juga mendoakan Fathimah r.a., “Ya Allah! Janganlah Engkau membuatnya lapar.” Fathimah berkata, “Setelah doa itu, aku tidak pernah lagi merasakan sakitnya lapar.”[10]
Thufail bin Amr meminta mukjizat pada Rasul mulia Saw. untuk ia perlihatkan kepada kaumnya. Beliau kemudian berdoa, “Ya Allah! terangilah dia.” Di antara kedua matanya akhirnya muncul cahaya. Setelah itu cahaya beralih ke ujung tongkatnya. Karena cahaya inilah ia dikenal sebagai Dzun Nur (yang memiliki cahaya).[11]
[1] Musnad Abd bin Hamid (407), Siratun Naby Al-Mukhtar (156).
[2] As-Sunan Al-Kubra, Al-Baihaqi (VI/112).
[3] Al-Bukhari (III/1332).
[4] As-Sunan Al-Kubra, An-Nasa`i (V/48).
[5] Ibnu Hibban (XV/450), At-Tirmidzi (V/649).
[6] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/546).
[7] Bait syair milik An-Nabighah Al-Ja’di. Baca; Khizanatul Adab (III/161).
[8] Musnad Al-Harits (II/844), Majma' Az-Zawa`id (VIII/126), Takhrijul Ahadits wal Atsar (II/329).
[9] Majma' Az-Zawa`id (IX/122).
[10] Tahdzibul Atsar (I/286), Al-Mu’jam Al-Awsath (IV/211).
[11] ‘Umdatul Qari (XIV/208).
256. Page
Riwayat-riwayat ini adalah hadits-hadits masyhur yang meraih kekuatan dan keyakinan.
Suatu hari, Abu Hurairah mengadu kepada Rasul mulia Saw., “Aku ini suka lupa.’ Beliau kemudian berkata kepadanya, ‘Bentangkanlah surbanmu.’ Beliau kemudian menuangkan sesuatu dari kedua tangannya seakan mengambil sesuatu dari alam gaib dengan tangan beliau. Ini beliau ulang sebanyak dua atau tiga kali, lalu setelah itu beliau berkata, ‘Sekarang dekaplah surbanmu.’ Abu Hurairah kemudian mendekat surbannya.
Berdasarkan rahasia maknawi doa nabawi, Abu Hurairah bersumpah, ‘Sungguh, aku tidak melupakan apapun setelah itu’.”[1] Riwayat-riwayat ini merupakan hadits-hadits masyhur.
Contoh keempat;
Berikut akan kami sebutkan sejumlah peristiwa dimana Rasul mulia Saw. mendoakan keburukan pada beberapa orang;
Pertama;
Raja Persia bernama Porez merobek surat yang dikirim Nabi Saw. kepadanya. Rasul mulia Saw. mendengar kabar itu lalu beliau mendoakan keburukan padanya, “Ya Allah! Robeklah dia.” Maksudnya, ya Rabb robeklah dia dan robeklah kekuasaannya hingga hancur luluh, seperti ia merobek suratku.
Pengaruh doa ini nyata terlihat kala ia dibunuh dan dirobek anaknya sendiri, Syairawaih, dengan belati. Berikutnya Sa’ad bin Abi Waqqash merobek kerajaannya hingga hancur luluh hingga daulah Sasan tidak menyisakan sedikit pun kekuatan di wilayah manapun.
Sementara itu Kaisar dan raja-raja lainnya tidak mengalami nasib buruk serupa karena mereka menghormati surat Rasulullah Saw. yang dikirim kepada mereka.
Kedua;
Sebuah peristiwa masyhur hampir mendekati tingkatan mutawatir dan diisyaratkan oleh ayat-ayat Al-Qur'an. Pada masa awal Islam ketika Rasul mulia Saw. sedang shalat di Masjidil Haram, para pemuka Quraisy berkumpul dan mereka memperlakukan beliau dengan sangat tidak baik.
Saat itu, beliau mendoakan keburukan kepada mereka. Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah, pada perang Badar aku melihat bangkai orang-orang yang memperlakukan beliau secara tidak baik dan yang beliau doakan dengan keburukan.”[2]
Ketiga;
Rasul mulia Saw. mendoakan keburukan kepada kabilah Mudhar; kabilah Arab terbesar, agar tertimpa kekeringan karena mereka mendustakan beliau. Akhirnya hujan tidak kunjung turun pada mereka. Kemarau datang dan harga-harga barang membumbung tinggi. Kaum Quraisy dari kabilah Mudhar akhirnya meminta belas kasih kepada Rasul mulia Saw.
Beliau kemudian berdoa untuk mereka. Hujan pun turun dan kemarau berakhir. Peristiwa ini masyhur hingga mencapai tingkatan mutawatir.[3]
Contoh kelima;
Doa Nabi Saw. terhadap sejumlah orang secara spesifik dikabulkan secara sempurna dan cepat. Doa seperti ini banyak contohnya. Berikut akan kami sebutkan tiga contoh saja secara qath’i;
Pertama;
Beliau mendoakan keburukan kepada Utbah bin Abu Lahab, “Ya Allah! Kuasakanlah seekor anjing di antara anjing-anjing-Mu kepadanya.” Saat Utbah di tengah perjalanan, datanglah
[1] Al-Bukhari (I/56).
[2] Al-Bukhari (III/1163).
[3] Al-Bukhari (I/346), Mir`atul Jinan (I/35).
257. Page
seekor singa yang mencari-carinya di tengah rombongan. Singa menemukan Utbah lalu mengoyaknya. Peristiwa ini masyhur, diriwayatkan dan dishahihkan para imam hadits.[1]
Kedua;
Kisah Muhlim bin Jutsamah. Ia membunuh Amir bin Adhbath secara licik. Rasul mulia Saw. menunjuk Amir bin Adhbath sebagai pemimpin sekelompok pasukan untuk berjihad dan berperang. Muhlim ikut serta bersamanya dalam kelompok pasukan tersebut.
Saat mendengar aksi pengkhianatan yang dilakukan Muhlim, beliau marah besar dan mendoakan keburukan padanya, “Ya Allah! Janganlah Engkau mengampuni Muhlim.”
Tujuh hari setelah itu, Muhlim mati lalu ditempatkan di dalam kuburan. Namun kuburan memuntahkannya. Setiap kali ditempatkan di dalam kuburan, bumi tidak mau menerimanya. Mereka terpaksa membuat dinding kuat di antara dua batu. Akhirnya ia dikubur di tanah dengan cara seperti ini.[2]
Ketiga;
Rasul mulia Saw. suatu ketika melihat seseorang makan dengan tangan kiri. Beliau lantas berkata kepadanya, “Makanlah dengan tangan kananmu.’ Orang itu berkata, ‘Aku tidak bisa.’ Beliau berkata padanya, ‘Kau tidak akan bisa’.” Benar saja, ia sama sekali tidak dapat mengangkat tangan kanannya setelah itu.[3]
Contoh keenam;
Berikut akan kami sebutkan sejumlah peristiwa luar biasa yang terjadi karena doa dan sentuhan Rasul mulia Saw. Peristiwa-peristiwa ini terjadi secara kuat dan pasti;
Pertama;
Rasul mulia Saw. memberikan beberapa helai rambut beliau kepada pedang Allah, Khalid bin Walid, dan mendoakan kemenangan untuknya. Khalid menyimpan rambut-rambut itu di dalam pecinya. Karena berkah rambut dan doa beliau, setiap kali Khalid memasuki peperangan, selalu keluar sebagai pemenang.
Kedua;
Salman Al-Farisi sebelum masuk Islam adalah budak milik orang-orang Yahudi dan ia ingin merdeka. Para maula Salman menuntut banyak hal padanya sebagai kompensasi kemerdekaannya. Mereka berkata padanya, “Kau merdeka dengan syarat terlebih dahulu menanam bibit kurma sebanyak 300 pohon hingga bibit-bibit ini menghasilkan kurma, lalu setelah itu kau membayar empatpuluh uqiyah emas.”
Salman kemudian menemui Rasul mulia Saw. dan mengadukan kondisi yang ia alami. Nabi Saw. kemudian menanam 300 bibit kurma dengan tangan beliau di dekat Madinah, kecuali satu bibit kurma yang ditanam orang lain.
Seluruh bibit kurma ini kemudian menghasilkan kurma dalam waktu satu tahun, sementara satu bibit kurma yang ditanam orang lain tidak menghasilkan kurma. Nabi Saw. mencabut bibit kurma tersebut lalu beliau tanam lagi hingga bibit tersebut menghasilkan kurma.
Setelah itu beliau mengusap batangan emas sebesar telur ayam dengan air liur beliau dan berdoa, kemudian beliau berikan kepada Salman. Beliau berkata kepadanya, “Pergilah lalu berikan (emas) ini kepada Yahudi.” Salman pergi menemui mereka dan menyerahkan 40 uqiyah dari emas tersebut. Emas sebesar butir telur ayam itu tetap seperti sedia kala.[4]
Peristiwa ini merupakan kejadian paling penting yang pernah terjadi dalam kehidupan Salman. Peristiwa ini diriwayatkan para imam terpercaya (tsiqah).
[1] Sunan Al-Baihaqi (V/211).
[2] Sunan Abu Dawud (IV/171).
[3] Shahih Muslim (III/1599).
[4] Silahkan membaca riwayat-riwayat ini dalam Sunan Al-Baihaqi (X/321), dan Al-Mu’jam Al-Kabir (VI/225).
258. Page
Ketiga;
Seorang shahabiyat bernama Ummu Malik menghadiahkan mentega kepada Rasul mulia Saw. dalam sebuah wadah. Suatu ketika, beliau mendoakannya, memberinya wadah, dan berkata, “Jangan kau tuangkan wadah itu dan jangan memerasnya.” Ummu Malik mengambil wadah itu. Setiap kali anak-anaknya menginginkan mentega, mereka mendapatkan mentega di wadah itu berkat doa Nabi Saw.
Situasi ini berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Setelah itu ia memerasnya, lalu berkahnya hilang.[1]
Contoh kesembilan;
Banyak sekali contoh manisnya rasa air dan aroma harum yang menyebar dari air berkat doa dan sentuhan tangan Rasul mulia Saw. Berikut akan kami sebutkan beberapa contoh di antaranya;
Pertama;
Para ahli hadits khususnya Imam Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa air sumur Quba kadang habis. Nabi Saw. kemudian menuangkan sisa air wudhu beliau ke sumur tersebut dan berdoa. (Volume) air sumur kemudian bertambah dan tidak pernah habis lagi setelah itu.[2]
Kedua;
Para ahli hadits khususnya Abu Nu’aim meriwayatkan dalam Dala`ilun Nubuwwah bahwa Rasul mulia Saw. meludahi sumur di rumah Anas dan berdoa. Air sumur itu menjadi air yang paling tawar dan manis di Madinah Al-Munawwarah.[3]
Ketiga;
Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. diberi setimba air Zamzam lalu beliau meminum sebagian kemudian beliau muntahkan lagi ke timba tersebut. Dari timba tersebut menyebar aroma wangi laksana minyak kasturi.
Keempat;
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan bahwa setimba air dikeluarkan dari sebuah sumur, setelah itu Rasul mulia Saw. meludahi air tersebut. Beliau kemudian menuangkan air tersebut ke dalam sumur. Dari sumur itu muncul aroma wangi nan semerbak seperti minyak kasturi.[4]
Kelima;
Hammad bin Salamah, salah seorang wali besar, tsiqah (terpercaya) menurut Imam Muslim dan para ulama Maghrib, meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. mengisi wadah dari kulit dengan air, lalu beliau tiup dan berdoa. Setelah itu beliau menutup wadah tersebut lalu beliau berikan kepada sebagian sahabat. Beliau berkata kepada mereka, “Jangan kalian membukanya kecuali saat kalian hendak berwudhu.”
Mereka kemudian membuka penutup wadah tersebut saat hendak wudhu. Mereka melihat bagian dalamnya lembut dan jernih. Di bagian ujung wadah terdapat keju dan mentega.[5]
Sebagian dari lima bagian ini masyhur dan sebagian lainnya diriwayatkan para imam besar. Keseluruhan contoh di atas dan contoh-contoh serupa lainnya mengisyaratkan dan menunjukkan mukjizat tersebut terjadi secara mutlak seperti mutawatir secara maknawi.
[1] Majma' Az-Zawa`id (VIII/309).
[2] Asy-Syifa, Al-Qadhi Iyadh (I/331).
[3] Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/105).
[4] Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/105).
[5] Asy-Syifa, Al-Qadhi Iyadh (I/329).
259. Page
Contoh kedelapan;
Banyak contoh mukjizat yang merubah kambing mandul dan tidak deras susunya menjadi deras susunya, dan bahkan sangat deras sekali berkat sentuhan tangan dan doa Rasul mulia Saw. Berikut akan kami sebutkan beberapa contoh saja yang masyhur dan kuat.
Pertama;
Seluruh kitab para ahli sirah yang menjadi rujukan meriwayatkan bahwa Rasul mulia Saw. dan Abu Bakar suatu ketika melintas di depan kediaman Ummu Ma’bad, Atikah binti Khuza’iyah dalam perjalanan hijrah.
Di sana terdapat kambing kurus, mandul dan tidak punya susu. Rasul mulia Saw. bertanya kepada Atikah, “Bukankah kambing itu punya susu?’
Ummu Ma’bad menjawab, ‘Kambing itu tidak punya darah, lantas bagaimana menghasilkan susu.’
Rasul mulia Saw. menghampiri kambing itu dan mengusap punggung dan kantung susunya lalu berdoa. Setelah itu beliau berkata, ‘Bawakan wadah kemari lalu perahlah (susu kambing ini).’ Mereka kemudian memerah. Setelah Rasul mulia Saw. dan Abu Bakar minum, semua yang ada di rumah minum sampai puas. Kambing itu menjadi kuat, panjang umur dan diberkahi’.”[1]
Kedua;
Kisah kambing Ibnu Mas’ud yang terkenal. Sebelum masuk Islam, Ibnu Mas’ud bekerja sebagai pengembala untuk sebagian orang. Suatu ketika, Rasul mulia Saw. dan Abu Bakar melintas di tempat Ibnu Mas’ud mengembalakan kambing. Beliau kemudian meminta susu padanya. Ibnu Mas’ud berkata, “Kambing-kambing ini bukan milikku, tapi milik orang lain.’
Beliau kemudian berkata kepadanya, ‘Bawalah kemari kambing mandul yang tidak punya susu.’ Ibnu Mas’ud kemudian membawakan kambing betina yang baru dikawini kambing jantan sejak dua tahun sebelumnya. Rasul mulia Saw. mengusap kantong susunya dan berdoa, lalu mereka memerahnya. Mereka mendapatkan susu murni. Ibnu Mas’ud akhirnya masuk islam setelah melihat mukjizat tersebut.[2]
Ketiga;
Kisah kambing Halimah As-Sa’diyah, penyusu Rasul mulia Saw. yang terkenal.
Kabilah Sa’ad tertimpa kemarau hingga hewan-hewan ternak menjadi kurus tidak memiliki susu. Halimah sendiri tidak pernah makan sampai kenyang. Saat Rasul mulia Saw. dikirim ke sana untuk disusui, kambing-kambing milik Halimah As-Sa’diyah pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang dan kantong susu terisi penuh, tidak seperti kambing-kambing milik orang lain.[3]
Masih banyak lagi contoh-contoh serupa lainnya dalam kitab-kitab sirah. Contoh-contoh di atas kiranya sudah cukup sebagai tujuan inti pembahasan tentang mukjizat Nabi Saw.
Contoh kesembilan;
Berikut akan kami sebutkan beberapa contoh kejadian-kejadian luar biasa setelah Rasul mulia Saw. mengusap kepala dan wajah sejumlah orang dengan kedua tangan beliau, serta mendoakan mereka.
Pertama;
Rasul mulia Saw. mengusap kepala Umar bin Sa’ad dan mendoakannya. Ketika sahabat ini meninggal dunia dalam usia 80 tahun, tidak ada satu helai rambut pun memutih di kepalanya berkat doa tersebut.[4]
[1] Dala`ilun Nubuwwah (I/278).
[2] Shahih Ibnu Hibban (XV/536).
[3] Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/112).
[4] Asy-Syifa (I/334).
260. Page
Kedua;
Beliau meletakkan tangan di kepala Qais bin Zaid, mengusap dan mendoakannya. Saat Qais meninggal dunia, seluruh rambutnya memutih selain bagian yang disentuh dan diusap oleh tangan Rasul mulia Saw. Bagian tersebut tetap hitam legam.[1]
Ketiga;
Abdurrahman bin Zaid bin Al-Khaththab bertubuh pendek dan berwajah jelek. Rasul mulia Saw. kemudian mengusap kepalanya dan mendoakannya. Postur tubuhnya menjadi tinggi dan wajahnya menawan.[2]
Keempat;
Wajah A`idz bin Amr terluka dalam perang Hunain. Rasul mulia Saw. kemudian mengusap darah dari wajahnya. Bagian wajah yang disentuh tangan Rasul mulia Saw. menjadi berkilau, sampai-sampai para ahli hadits menyebutnya seperti tanda putih pada kuda. Artinya, bagian wajah A`idz yang disentuh tangan Rasulullah Saw. menjadi berkilau.[3]
Kelima;
Beliau mengusap wajah Qatadah dan mendoakannya. Wajah Qatadah pun berkilau seperti cermin.[4]
Keenam;
Rasul mulia Saw. menuangkan sedikit air sisa wudhu beliau ke wajah anak tiri beliau, Zainab binti Ummul Mukminin Ummu Salamah saat masih kecil sambil bercanda. Setelah terkena air itu, wajah Zainab menjadi cantik dan menawan.[5]
Masih banyak lagi contoh-contoh seperti peristiwa-peristiwa kecil di atas. Sebagian besar di antaranya diriwayatkan para imam hadits. Bahkan andaipun kita anggap setiap peristiwa kecil ini diriwayatkan secara ahad dan dhaif, namun secara keseluruhan menunjukkan terjadinya mukjizat-mukjizat Rasul mulia Saw. secara mutlak yang hukumnya mutawatir secara makna, karena ketika suatu peristiwa diriwayatkan melalui sejumlah jalur dan dalam bentuk beragam, artinya peristiwa inti benar-benar terjadi secara kuat dan pasti.
Bahkan andai jalur-jalur dan bentuk-bentuk riwayatnya dhaif, tetap saja memastikan kejadian peristiwa asli. Contoh; ketika terdengar suara menggema lalu sebagian orang berkata, “Rumah si A roboh.” Yang lain berkata, “Rumah si B roboh.” Yang lain berkata, “Rumah si C roboh,” dan begitu seterusnya. Masing-masing dari riwayat ini mungkin saja bersifat ahad, dhaif, atau menyalahi realita. Namun peristiwa inti berlaku, yaitu ada sebuah rumah benar-benar roboh. Semuanya menyepakati peristiwa inti ini.
Keenam contoh kecil yang kami sebut di atas shahih. Bahkan sebagian di antaranya mencapai tingkatan masyhur. Dengan asumsi masing-masing di antara keenam contoh riwayat di atas dhaif, toh secara keseluruhan secara pasti menunjukkan salah satu mukjizat Rasul mulia Saw. secara mutlak, seperti robohnya sebuah rumah yang tertera dalam contoh di atas.
Mukjizat-mukjizat nyata Rasul mulia Saw. benar-benar ada secara pasti di setiap jenisnya. Adapun peristiwa-peristiwa kecil dan contoh-contohnya merupakan bentuk dari mukjizat-mukjizat mutlak nan menyeluruh.
Seperti halnya tangan, jari-jari, air liur, tiupan dan doa Rasul mulia Saw. merupakan permulaan dari sekian banyak mukjizat, seperti itu pula seluruh indera, perasaan, dan organ-organ beliau juga inti berbagai kejadian-kejadian luar biasa.
Kitab-kitab sirah dan sejarah menyebut peristiwa-peristiwa luar biasa itu. Kitab-kitab yang sama juga menjelaskan bahwa di dalam sirah, wujud, dan perasaan-perasaan beliau terdapat banyak sekali bukti-bukti kebenaran nubuwah.
[1] Asy-Syifa (I/334).
[2] Asy-Syifa (I/335).
[3] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/677).
[4] Mu’jamush Shahabah (II/360), Asy-Syama`il Asy-Syarifah (30).
[5] Al-Mu’jam Al-Kabir (XXIV/282).
261. Page
Isyarat Kelima Belas
Seperti halnya batu, pohon, bulan, dan matahari mengenal serta membenarkan nubuwah beliau dengan menampakkan salah satu mukjizat beliau, seperti itu pula sekelompok hewan, orang-orang yang sudah meninggal, sekelompok jin dan malaikat juga mengenali pribadi nan diberkahi itu serta membenarkan nubuwah beliau.
Dengan demikian, setiap kelompok menampakkan sebagian mukjizat-mukjizat beliau sebagai bukti bahwa mereka mengenal beliau dan membenarkan nubuwah beliau.
Isyarat kelimabelas ini memiliki tiga cabang.
Cabang Pertama
Hewan mengenal Rasul mulia Saw. dan menampakkan mukjizat-mukjizat beliau
Cabang ini memiliki banyak sekali contoh. Sebagai contoh, kami akan menyebut beberapa peristiwa masyhur dan kuat hingga mencapai tingkatan mutawatir secara maknawi, atau dinyatakan tsiqah dan diterima oleh para imam ahli tahqiq, juga diterima umat.
Peristiwa pertama;
Sebuah riwayat masyhur hingga mencapai tingkatan mutawatir. Dua burung merpati datang dan bertengger laksana dua penjaga di pintu gua Tsur tempat Rasul mulia Saw. dan Abu Bakar berlindung agar terhindar dari kejaran orang-orang kafir. Laba-laba menutupi pintu gua dengan rajutan sarang tebal dalam bentuk menakjubkan dan luar biasa, seakan menjalankan tugas ajudan. Bahkan Ubai bin Khalaf, salah seorang pemuka Quraisy dan yang terbunuh di tangan Rasulullah Saw. dalam perang Badar, melihat gua tersebut lalu kawan-kawannya berkata padanya, “Mari kita masuk!”
Ubai bilang, “Mau masuk bagaimana. Aku melihat sarang laba-laba yang sepertinya sudah ada sebelum Muhammad dilahirkan. Di sana juga ada dua burung merpati. Andai di dalam gua itu ada orang, mungkinkah keduanya bertengger di sana?!”[1]
Imam agung Ibnu Wahab juga meriwayatkan bahwa sekawanan burung merpati menaungi Rasul mulia Saw. tepat di atas kepala beliau pada hari penaklukan Makkah.[2]
Diriwayatkan secara shahih dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata, “Di rumah kami ada burung jinak seperti merpati. Ketika Rasul mulia Saw. ada di rumah kami, burung itu diam saja tidak bergerak. Lalu ketika beliau keluar, burung itu mulai bergerak-gerak, datang dan pergi dan terus bergerak tanpa henti.
Artinya burung ini mendengar tutur kata Rasul mulia Saw., tenang dan hormat di hadapan beliau.[3]
[1] Silahkan membaca riwayat-riwayat ini dalam Al-Bukhari (III/1323), Mushannaf Abdurrazzaq (V/389), Majma' Az-Zawa`id (VI/53), dan Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/229).
[2] As-Sirah Al-Halbiyyah (II/210).
[3] Asy-Syifa (I/309).
262. Page
Peristiwa kedua;
Peristiwa serigala yang setingkat dengan riwayat mutawatir secara maknawi melalui lima atau enam jalur. Kisah menakjubkan ini diriwayatkan melalui banyak jalur dari sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Sa’id Al-Khudri, Salamah bin Akwa’, Ibnu Abi Wahab, dan Abu Hurairah.
Pelaku kisah ini adalah seorang pengembala kambing bernama Uhban. Para sahabat mengabarkan melalui sejumlah jalur bahwa seseorang serigala menerkam seekor kambing lalu kambing diselamatkan si pengembala.
Serigala itu berkata, “Apakah kau tidak takut kepada Allah? Kau telah mengambil rizkiku.’
Si pengembala berkata, ‘Aneh sekali! Memangnya serigala dapat berbicara?’
Serigala itu berkata padanya, ‘Yang aneh kamu! Ada seorang rasul di balik lembah ini yang menyeru kalian menuju surga, tapi kalian tidak mengenalinya.’
Meski seluruh jalur riwayat kisah ini sepakat menyebut serigala berbicara, namun di dalam riwayat Abu Hurairah –riwayat ini kuat- menyebutkan bahwa si pengembala berkata kepada serigala, ‘Aku akan pergi (menemui beliau) tapi siapa yang akan mengembalakan kambing-kambingku?’
Serigala itu berkata, ‘Aku yang akan mengembala kambing-kambing itu.’
Si pengembala itu kemudian pergi menemui Rasul mulia Saw. lalu masuk Islam, setelah itu kembali lagi. Ia mendapati serigala itu tengah mengembalakan kambing-kambing miliknya. Jumlah kambing-kambing miliknya tidak ada yang kurang. Ia kemudian menyembelih seekor kambing untuk serigala itu karena menjadi guru, mursyid dan pendidik baginya’.”[1]
Riwayat lain menyebutkan bahwa Abu Sufyan dan Shafwan bin Umaiyah dari kalangan pemuka Quraisy melihat seekor serigala mengikuti seekor biawak dari belakang hingga memasuki tanah Suci. Si serigala kemudian kembali. Mereka merasa heran. Serigala itu kemudian berbicara dan mengabarkan risalah Muhammad Saw. kepada mereka.
Abu Sufyan berkata kepada Shafwan, “Jangan sampai kita ceritakan hal ini pada siapapun. Aku khawatir Makkah sepi dan penduduk Makkah bergabung dengannya (Muhammad Saw.).”[2]
Kesimpulan;
Kisah serigala menimbulkan keyakinan seperti riwayat mutawatir secara maknawi yang kuat secara qath’i.
Peristiwa ketiga;
Kisah unta yang diriwayatkan melalui lima atau enam jalur riwayat dari sahabat-sahabat ternama, seperti sejumlah jalur Abu Hurairah, Tsa’labah bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Ja’far, Abdullah bin Abi Aufa, dan para sahabat lain yang berada di bagian teratas setiap jalur riwayat. Mereka semua sepakat meriwayatkan bahwa seekor unta datang kepada Rasul mulia Saw. dan sujud kepada beliau sebagai penghormatan dan pengagungan, lalu berbicara dengan beliau.
Juga diriwayatkan melalui sejumlah jalur bahwa ada seekor unta mengamuk di sebuah kebun. Unta ini tidak membiarkan siapapun mendekat dan bahkan menyerang siapapun yang berusaha mendekat.
Rasul mulia Saw. kemudian masuk mendekati unta tersebut. Unta itu pun sujud sebagai penghormatan dan menderum di dekat beliau. Rasul mulia Saw. memasang tali kekang pada unta itu.
[1] Silahkan membaca riwayat-riwayat ini dalam Al-Mustadarak ‘alash Shahihain (IV/514), Shahih Ibnu Hibban (XIV/418), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Ashbahani (182).
[2] Baca; Al-Bidayah wan Nihayah (VI/146).
263. Page
Unta itu kemudian berkata kepada Rasul mulia Saw., “Mereka menggunakanku untuk pekerjaan-pekerjaan berat dan sekarang mereka hendak menyembelihku. Inilah yang membuatku mengamuk.”
Rasul mulia Saw. bertanya kepada si pemilik unta, “Benar seperti itu?”
“Ya,” jawabnya.[1]
Demikian halnya unta milik Rasul mulia Saw. yang bernama Adhba`. Ia tidak mau makan dan minum sepeninggal Nabi Saw. hingga unta tersebut mati.[2]
Sejumlah imam ternama, seperti Abu Ishaq Al-Isfira`ini meriwayatkan bahwa unta tersebut berbicara dengan Rasul mulia Saw. dalam sebuah kisah penting.
Diriwayatkan secara shahih bahwa unta milik Jabir bin Abdullah sangat kelelahan dalam perjalanan dan tidak mampu meneruskan perjalanan. Rasul mulia Saw. kemudian menggerak-gerakkannya dengan lembut. Unta tersebut bangkit dan sangat giat karena perlakuan baik yang ia terima, bahkan tali kekang unta ini sulit dipegang dan tidak dapat dikejar dalam perjalanan karena berjalan dengan cepat seperti yang diriwayatkan Jabir r.a.[3]
Peristiwa keempat;
Para imam hadits khususnya Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa ada isu peristiwa penting merebak di suatu malam, seakan ada musuh dari luar Madinah datang menyerang. Para pasukan penunggang kuda pemberani kemudian keluar. Mereka melihat ada sosok seseorang datang. Rupanya Rasul mulia Saw. Beliau berkata kepada mereka, “Tidak ada apa-apa.”
Beliau sudah pergi lebih dulu dengan menunggangi kuda milik Abu Thalhah karena keberanian suci yang beliau miliki. Beliau mengecek apa yang terjadi kemudian setelah itu kembali. Beliau berkata kepada Abu Thalhah, “Kudamu seperti lautan.”
Maksudnya kudamu cepat melaju namun tidak mengguncang penunggangnya. Padahal kuda milik Abu Thalhah lamban, termasuk jenis kuta yang disebut qathuf. Setelah peristiwa malam itu, kuda Abu Thalhah tidak terkejar larinya.[4]
Diriwayatkan secara shahih bahwa Rasul mulia Saw. berkata kepada kuda milik beliau dalam suatu perjalanan pada waktu shalat, “Berhentilah!” kuda pun berhenti dan tidak ada satu bagian tubuhnya pun yang bergerak sampai beliau selesai shalat.[5]
Peristiwa kelima;
Pelayan Rasul mulia Saw., Safinah, suatu ketika diperintah untuk pergi menemui pemimpin Yaman, Mu’adz bin Jabal. Safinah pergi lalu di tengah perjalanan berpapasan dengan seekor singa. Safinah berkata pada singa itu, “Aku pelayan Rasulullah Saw.”
Singa itu mengaum lalu pergi tanpa mengusiknya.
Diriwayatkan melalui jalur lain bahwa Safinah tersesat dalam perjalanan pulang. Ia berpapasan dengan seekor singa lalu singa menunjukkan jalan padanya tanpa mengusiknya.[6]
Umar r.a. meriwayatkan bahwa seorang badui datang menemui Rasul mulia Saw. dengan membawa seekor biawak lalu berkata, “Jika hewan ini bersaksi bahwa kau utusan Allah, aku akan masuk Islam. Jika tidak, aku tidak akan masuk Islam.”
Rasul mulia Saw. kemudian bertanya kepada hewan itu, lalu si biawak bersaksi atas risalah beliau dengan tutur kata nan fasih.[7]
[1] Sunan Ad-Darimi (I/24), Siratun Naby Al-Mukhtar (152).
[2] As-Sirah Al-Halbiyah (III/433).
[3] Siratun Naby Al-Mukhtar (159).
[4] Sunan Ibnu Majah (II/926).
[5] Asy-Syifa (I/315).
[6] Al-Mustadark ‘alash Shahihain (II/675), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/45).
[7] Al-Mu’jam Al-Awsath (VI/127), Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (VI/36).
264. Page
Ummul Mukminin Ummu Salamah meriwayatkan bahwa seekor biawak berbicara dengan Rasul mulia Saw. dan bersaksi atas risalah beliau.[1]
Masih banyak lagi contoh-contoh serupa yang masyhur secara qath’i. Sebagian di antaranya kami sebut semata sebagai contoh saja.
Kata-kata kami untuk siapapun yang tidak mengenal Rasul mulia Saw., tidak patuh pada beliau dan tidak menjalankan perintah-perintah beliau;
“Wahai manusia, sadarlah! Serigala dan singa mengenal Rasul mulia Saw. dan taat pada beliau. Konsekwensinya, Anda harus berupaya agar tidak jatuh ke tingkatan yang lebih rendah dari hewan dan serigala.”
Cabang Kedua
Jenazah, Jin, dan Malaikat Mengenal Rasul mulia Saw.
Cabang ini memiliki banyak peristiwa. Terlebih dahulu kami akan menjelaskan sejumlah contoh masyhur yang diriwayatkan para imam terpercaya di antara contoh-contoh jenazah yang mengenali Rasul mulia Saw.
Sementara contoh-contoh jin dan malaikat, riwayat-riwayat seperti ini mutawatir dan banyak. Bukan hanya satu, tapi seribu. Di antara contoh-contoh jenazah berbicara sebagai berikut;
Contoh pertama;
Imam Hasan Al-Bashri, ulama besar di bidang lahir dan batin (syariat dan hakikat) di masa tabi’in, dan murid penting Imam Ali, mengabarkan bahwa seseorang datang kepada Rasul mulia Saw. lalu menangis dan mengadu kepada beliau. Ia bilang, “Aku punya anak perempuan kecil. Ia mati di lembah di dekat sini lalu aku membuangnya di sana.’
Rasul mulia Saw. merasa iba padanya lalu bilang padanya, ‘Ayo kita pergi ke sana.’ Mereka kemudian pergi lalu Rasul mulia Saw. memanggil si putri yang sudah mati itu, ‘Hai fulanah!’ Ternyata si putri itu berkata, ‘Aku penuhi panggilanmu!’
Beliau bertanya padanya, ‘Maukah kamu kembali lagi kepada kedua orang tuamu?’
‘Tidak. Aku sudah mendapatkan yang lebih baik dari keduanya’,” jawab si putri.[2]
Contoh kedua;
Sejumlah imam besar ternama, seperti Imam Al-Baihaqi dan Imam Ibnu Adi mengabarkan bahwa Anas bin Malik r.a. berkata, “Seorang wanita tua memiliki anak semata wayang, lalu anaknya mati mendadak. Si wanita shalihah itupun pun dirundung kesedihan mendalam atas kematian anaknya. Ia berkata, “Ya Rabb! Aku berhijrah demi menggapai ridha-Mu, demi berbaiat dan mengabdi kepada Rasulullah Saw., maka kembalikanlah anak semata wayangku yang membuatku bahagia demi wajah rasul-Mu.’
Anas berkata, ‘Si anak yang sudah mati itu pun bangkit lalu makan bersama kami’.”[3]
Kasidah Burdah gubahan Imam Al-Bushairi mengisyaratkan peristiwa menakjubkan ini dalam bait syair;
Andai mukjizat-mukjizatnya setara dengan keagungan kemuliaannya
Tentu namanya kala disebut akan menghidupkan manusia yang tulang belulangnya sudah hancur luluh
[1] Siratun Naby Al-Mukhtar (152) Mir`atuz Zaman (I/34).
[2] A’lamun Nubuwwah (141).
[3] Dala`ilun Nubuwwah (VI/50), Al-Khasha`ish Al-Kubra (II/111).
265. Page
Contoh ketiga;
Para perawi seperti Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abdullah bin Ubaidullah Al-Anshari r.a. bahwa ia berkata “Aku ikut menghadiri pemakaman Tsabit bin Qais bin Syimas setelah mati syahid di Yamamah. Saat jenazah dimasukkan ke dalam kubur, seketika terdengar suara darinya mengucapkan, ‘Muhammad utusan Allah, Abu Bakar shiddiq, Umar syahid, dan Utsman orang yang berbakti lagi penuh kasih.’
Kami membuka kain penutup jenazah Tsabit, rupanya ia tak bernyawa dan tidak bergerak. Jenazah Tsabit bin Qais mengabarkan kematian Umat sebagai syahid sebelum ia menjabat khilafah’.”[1]
Contoh keempat;
Imam Ath-Thabrani dan Abu Nu’aim dalam Dala`ilun Nubuwwah meriwayatkan dari Nu’man bin Basyir r.a. bahwa Zaid bin Kharijah r.a. jatuh seketika di pasar dan meninggal dunia di sana. Orang-orang kemudian membawanya pulang ke rumah. Dalam rentang waktu antara Maghrib dan Isya`, dan ketika para wanita menangis di sekitarnya, tiba-tiba Zaid berkata, “Diamlah, diamlah!” Setelah itu dengan tutur kata nan fasih ia berkata, “Muhammad utusan Allah. Assalamu’alaika ya Rasulullah.’ Ia berbicara sesaat. Setelah itu kami melihatnya. Rupanya ia tak bernyawa dan tidak bergerak’.”[2]
Jika orang-orang sudah meninggal membenarkan risalah Muhammad Saw., sementara orang-orang yang masih hidup tidak membenarkannya, maka tidak diragukan bahwa orang-orang yang masih hidup nan penuh dosa itu lebih tidak memiliki kehidupan dari orang yang sudah tidak hidup, dan lebih mati dari orang-orang yang sudah mati.
Sementara pengabdian para malaikat kepada Rasul mulia Saw., penampakan diri di hadapan beliau dalam wujud tertentu, keimanan dan ketaatan jin pada beliau, peristiwa-peristiwa ini mutawatir, ada dan dinyatakan secara tegas dalam nash Al-Qur'an melalui sejumlah ayat, karena 5000 malaikat menjadi pasukan-pasukan beliau di barisan depan.
Mereka mengabdi pada beliau seperti halnya para sahabat dalam perang Badar berdasarkan nash Al-Qur'an.[3] Bahkan para malaikat ini meraih kemuliaan di antara para malaikat lain layaknya para sahabat yang turut serta dalam perang Badar.[4]
Permasalahan ini memiliki dua sisi;
Pertama;
Keberadaan dan interaksi sekelompok jin dan malaikat dengan kita benar-benar ada secara qath’i, seperti keberadaan kelompok-kelompok hewan dan manusia. Masalah ini sudah kami sebutkan dalam “kalimat keduapuluh sembilan” dengan dalil-dalil qath’i sepasti dua dikali dua sama dengan empat. Untuk itu, penjelasan permasalahan ini kami alihkan ke kalimat tersebut.
Kedua;
Penglihatan dan pembicaraan sebagian di antara umat Rasul mulia Saw. dengan para malaikat dalam pengawasan beliau adalah imbas dari mukjizat beliau.
Para imam hadits khususnya Imam Al-Bukhari dan Muslim sepakat meriwayatkan bahwa malaikat Jibril a.s. suatu ketika datang dalam wujud manusia berpakaian putih. Ia menghampiri Rasul mulia Saw. kala tengah duduk bersama para sahabat kemudian bertanya, “Apakah Islam itu, apakah iman itu, apakah ihsan itu?”
[1] At-Tarikh Al-Kabir (V/138).
[2] Al-Mu’jam Al-Kabir (IV/202), Majma' Az-Zawa`id (VII/230).
[3] Surah Al-Ahzab ayat 9;
“Dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.” (QS. Al-Ahzab: 9)
[4] Al-Bukhari (IV/1467).
266. Page
Rasul mulia Saw. kemudian memberitahukan padanya, sehingga para sahabat yang hadir mempelajari urusan-urusan agama melalui penjelasan Rasul mulia Saw. Mereka melihat malaikat dalam wujud manusia secara hakiki. Si malaikat ini tampak seperti musafir namun tidak terlihat adanya jejak-jejak perjalanan padanya.
Setelah itu malaikat pergi dan langsung menghilang. Rasul mulia Saw. kemudian bersabda, “Jibril melakukan itu semata untuk mengajari kalian.”[1]
Para imam hadits meriwayatkan secara shahih dan qath’i hingga mencapai tingkatan mutawatir maknawi, bahwa para sahabat sering melihat Jibril a.s. di dekat Rasul mulia Saw. dalam wujud Dihyah r.a., seorang sahabat nan rupawan.
Sebagai contoh, Umar, Ibnu Abbas, Usamah bin Zaid, Harits, Aisyah ash-shiddiqah, dan Ummu Salamah meriwayatkan secara kuat dan qath’i bahwa mereka berkata, “Kami sering melihat Jibril di dekat Rasulullah Saw. dalam wujud Dihyah.”[2]
Mungkinkah para sahabat tersebut berkata, “Kami melihat” padahal tidak?!
Sa’ad bin Abi Waqqash, satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin surga, sang penakluk Persia, meriwayatkan secara shahih dan qath’i. Ia berkata, “Kami melihat dua lelaki berpakaian serba putih di samping kanan dan kiri Rasulullah Saw. dalam perang Uhud, keduanya seakan penjaga. Setelah itu kami mengerti bahwa keduanya adalah Jibril dan Mikail.”[3]
Mungkinkah seorang pahlawan Islam seperti Sa’ad mengatakan, “Kami melihat,” padahal tidak melihat?!
Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muththallib, sepupu Nabi Saw., meriwayatkan secara shahih. Ia berkata, “Dalam perang Badar, kami melihat sekelompok pasukan berkuda berpakaian serba putih di antara langit dan bumi.”[4]
Hamzah r.a. suatu ketika meminta Rasul mulia Saw. agar diperlihatkan Jibril. Beliau memperlihatkan Jibril padanya di Ka’bah. Ia tidak kuasa melihatnya hingga jatuh pingsan.[5]
Kejadian melihat malaikat seperti ini sering terulang. Peristiwa-peristiwa ini mengisyaratkan salah satu jenis mukjizat Muhammad Saw. Sekaligus menunjukkan bahwa para malaikat juga terbang mengelilingi lentera nubuwah beliau laksana serangga.
Terkait melihat dan berbicara dengan jin, ini tidak hanya dialami para sahabat saja, tapi juga sering dialami kalangan umum umat ini. Para imam hadits meriwayatkan riwayat-riwayat paling kuat dan shahih bahwa Ibnu Mas’ud r.a. berkata, “Aku melihat jin di Bathn Nakhl pada malam hari ketika mereka mendapat petunjuk. Aku menyamakan mereka seperti sekelompok orang dengan postur tinggi dari kabilah-kabilah Sudan. Jin-jin itu benar-benar mirip mereka.”[6]
Disebutkan dalam kisah masyhur Khalid bin Walid yang diriwayatkan dan diterima para imam hadits. Suatu ketika ada jin perempuan muncul dalam wujud seorang wanita berkulit hitam kala para sahabat menghancurkan berhala bernama Uzza. Khalid bin Walid kemudian membelah berhala itu menjadi dua bagian dengan satu kali tebasan pedang.
Pasca peristiwa ini, Rasul mulia Saw. bersabda, “Dia (jin perempuan) sebelum disembah. Dialah yang berada di dalam berhala Uzza. Setelah itu, ia tidak akan pernah lagi disembah.”[7]
Ada sebuah riwayat masyhur dari Umar r.a., ia berkata, “Suatu ketika kami bersama Rasulullah Saw. Tanpa diduga, ada seorang jin bernama Hamah datang dalam wujud orang tua
[1] Baca; Al-Bukhari (I/27).
[2] Baca; Al-Al-Bukhari (III/1330).
[3] Al-Bukhari (IV/1489), Muslim (IV/1802).
[4] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/363), Kanzul ‘Ummal (X/184).
[5] Asy-Syifa (I/362).
[6] Al-Mu’jam Al-Kabir (X/66).
[7] As-Sirah Al-Halbiyyah (III/208).
267. Page
dengan memegang tongkat. Rasul mulia Saw. kemudian mengajarkan surah-surah pendek padanya. Setelah mempelajarinya, ia pun pergi.[1]
Meski sebagian imam hadits mengkritik riwayat terakhir ini, namun imam-imam besar menghukumi riwayat ini shahih. Bagaimanapun juga, kita tidak perlu memperbanyak hadits jenis ini, karena contoh-contohnya begitu banyak.
Ribuan wali-wali quthb dan orang-orang pilihan seperti Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani pernah bertemu malaikat dan jin, serta berdialog dengan mereka melalui perantara cahaya, pendidikan, dan ittiba’ Rasul mulia Saw. Peristiwa ini banyak contohnya hingga tingkatannya mencapai derajat seratus kali mutawatir.
Ya, pertemuan umat Rasul mulia Saw. dengan para malaikat dan jin serta berdialog dengan makhluk-makhluk tersebut merupakan salah satu jejak mukjizat, pendidikan dan bimbingan beliau.
Cabang Ketiga
Penjagaan dan perlindungan terhadap Rasul mulia Saw. merupakan mukjizat nyata. Hakikat ayat;
وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ
“Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia,” (QS. Al-Ma`idah: 67) menunjukkan banyak sekali mukjizat.
Ya, ketika Rasul mulia Saw. muncul, beliau bukan hanya menantang sekelompok tertentu, suatu kaum tertentu, segelintir politikus, atau salah satu agama semata, tapi beliau menantang seluruh raja dan penganut berbagai agama.
Paman beliau sendiri merupakan musuh terbesar, demikian halnya kaum dan kabilah beliau juga memusuhi beliau. Namun demikian, beliau tetap bertahan selama duapuluh tiga tahun tanpa penjagaan ataupun perlindungan meski menghadapi berulang kali upaya pembunuhan.
Penjagaan dan perlindungan Allah pada beliau hingga beliau wafat dengan penuh bahagia dan kenyamanan di tempat tidur, untuk selanjutnya berpulang ke golongan paling tinggi; ini semua dengan jelas menunjukkan bagaimana ayat;
وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ
“Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia,” (QS. Al-Ma`idah: 67) menunjukkan sebuah hakikat kuat, dan bagaimana ayat ini menjadi titik sandar nan kokoh.
Berikut akan kami sebutkan beberapa peristiwa sebagai contoh yang keberadaannya begitu kuat dan qath’i.
Peristiwa pertama;
Para ahli sejarah dan hadits sepakat mengabarkan bahwa kabilah Quraisy menjalin kesepakatan untuk membunuh Rasul mulia Saw. Melalui sebuah rencana yang diusulkan setan dalam wujud manusia, mereka akhirnya mengambil minimal seorang pemuda dari setiap kabilah agar tidak terjadi kekacauan di antara kaum Quraisy. Jumlah yang terkumpul mencapai sekitar 200 orang.
Mereka memaksa masuk ke dalam rumah Rasul mulia Saw. di bawah komando Abu Jahal dan Abu Lahab. Saat itu, Rasul mulia Saw. bersama Ali. Beliau berkata kepadanya, “Tidurlah di kasurku malam ini.”
Rasul mulia Saw. menunggu hingga kaum Quraisy datang dan mengepung rumah. Beliau keluar menemui mereka sambil menaburkan sedikit tanah ke kepala mereka. Tak seorang pun di antara mereka melihat beliau. Beliau menyelinap di antara mereka dan pergi.
Selain itu, dua burung merpati dan seekor laba-laba menjaga beliau saat berada di dalam gua dari pengejaran kaum Quraisy.[2]
[1] Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/234), Al-Ishabah (VI/518).
[2] Silahkan membaca riwayat-riwayat tersebut dalam Shahih al-Bukhari (III/1323), Mushannaf Abdurrazzaq (V/389), Majma' Az-Zawa`id (VI/53), Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/229).
268. Page
Peristiwa kedua;
Di antara peristiwa yang terjadi secara qath’i adalah saat Rasul mulia Saw. pergi bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggalkan dua menuju Madinah, para pemuka kaum Quraisy mengutus seorang pemberani bernama Suraqah dengan imbalan sejumlah uang dalam jumlah besar agar mengejar dan berusaha membunuh keduanya.
Di tengah perjalanan, Rasul mulia Saw. dan Abu Bakar melihat Suraqah datang. Abu Bakar Ash-Shiddiq merasa gelisah lalu Rasul mulia Saw. berkata kepadanya seperti yang beliau katakan saat berada di gua;
لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At-Taubah: 40)
Beliau kemudian menatap Suraqah lalu kaki-kaki kudanya menancap di tanah. Kudanya berhasil terlepas lalu ia kembali mengejar keduanya. Kaki-kaki kudanya kembali menancap di tanah. Dari tempat kaki-kaki kudanya menancap, keluar semacam asap. Saat itu ia sadar bahwa tak seorang pun yang dapat menyakiti beliau. Suraqah akhirnya meminta jaminan aman. Rasul mulia Saw. memberikan jaminan aman padanya dan memerintahkannya agar tidak membiarkan seorang pun mengejar beliau.[1]
Terkait peristiwa ini, berikut kami sampaikan sebuah riwayat shahih bahwa seorang pengembala melihat Rasul mulia Saw. dan Abu Bakar di tengah perjalanan. Ia kemudian pulang ke Makkah untuk memberitahukan keberadaan mereka berdua kepada kaum Quraisy.
Begitu memasuki Makkah, ia lupa tujuannya pergi ke Makkah. Setiap kali berusaha, ia tetap tidak ingat. Akhirnya ia kembali lagi ke tempat semula. Setelah itu ia mengerti bahwa ia dibuat lupa.[2]
Peristiwa ketiga;
Para imam hadits meriwayatkan melalui sejumlah jalur bahwa dalam perang Ghathafan dan Anmar, seseorang bernama Ghaurats –seorang pemimpin pemberani salah satu kabilah- mendekati Rasul mulia Saw. tanpa disadari oleh seorang pun. Ia kemudian berdiri tepat di atas kepala beliau sambil mengacungkan pedang, “Siapa yang akan melindungimu dariku?’
‘Allah,’ jawab beliau. Setelah itu beliau berdoa, ‘Ya Allah! Lindungilah aku dari (kejahatan)nya dengan sesuatu seperti yang Engkau kehendaki.’
Ghaurtas akhirnya jatuh tertelungkup.[3] Pedangnya jatuh dari tangannya lalu diambil Rasul mulia Saw. Beliau balik bertanya, ‘Siapa yang akan melindungimu dariku?’ Beliau memaafkan Ghauras, lalu ia pulang ke kaumnya. Orang-orang merasa heran dengan kondisi si pemberani itu. Mereka bertanya kepadanya, ‘Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau tidak dapat melakukan apapun?’ Ia menjawab, ‘Terjadi ini dan itu. Aku pulang kemari setelah menemui manusia terbaik’.”
Peristiwa serupa juga terjadi dalam perang Badar. Seorang munafik mengangkat pedang tanpa disadari oleh siapapun untuk ia tebaskan kepada Rasulullah Saw. Beliau kemudian menatap ke arahnya. Si munafik pun menggigil ketakutan dan pedang jatuh dari tangannya.[4]
[1] Baca; Al-Bukhari (III/1323), Muslim (IV/2309).
[2] Asy-Syifa (I/351).
[3] Al-Bukhari (IV/1515), Ibnu Hibban (VII/138).
[4] Silahkan membaca riwayat-riwayat tersebut dalam kitab Shahih Al-Bukhari (IV/1516) dan Musnad Imam Ahmad (V/42).
269. Page
Peristiwa keempat;
Sebagian besar ahli tafsir memberitahukan terkait sebab turunnya ayat-ayat berikut;
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ , وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
“Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS. Yasin: 8-9)
Para imam ilmu tafsir dan hadits meriwayatkan secara masyhur hampir mendekati tingkat mutawatir maknawi, bahwa Abu Jahal bersumpah, “Jika aku melihat Muhammad sujud, aku akan memukulnya dengan sebongkah batu itu.’
Abu Jahal pun datang dengan membawa sebongkah batu saat beliau tengah sujud untuk ia lemparkan pada beliau. Ternyata kedua tangan Abu Jahal tetap terangkat dan tidak bisa diturunkan hingga Rasulullah Saw. menyelesaikan shalat. Setelah itu kedua tangan Abu Jahal dapat diturunkan atas izin beliau atau karena sudah tidak lagi diperlukan.[1]
Riwayat lain menyebutkan bahwa Walid bin Mughirah –dari kabilah Abu Jahal- menghampiri Nabi Saw. dengan membawa sebongkah batu untuk ia pukulkan ke kepala beliau saat sujud. Allah membutakan matanya hingga tidak melihat Nabi Saw. di Masjidil Haram. Ia kembali dan tidak melihat orang-orang yang mengutusnya, tapi mendengar suara mereka.
Setelah Rasulullah Saw. selesai shalat, penglihatan Walid bin Mughirah kembali karena sudah tidak lagi diperlukan.[2]
Diriwayatkan secara shahih dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa setelah surah ini turun;
تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍۢ وَتَبَّ ١ مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ ٢ سَيَصْلَىٰ نَارًۭا ذَاتَ لَهَبٍۢ ٣ وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ ٤ فِى جِيدِهَا حَبْلٌۭ مِّن مَّسَدٍۭ ٥
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS. Al-Masad: 1-5) Datanglah istri Abu Lahab si “Pembawa kayu bakar (penyebar fitnah)” yang bernama Ummu Jamil itu ke Masjidil Haram dengan membawa batu.
Saat itu Rasulullah Saw. tengah duduk bersama Abu Bakar. Ummu Jamil hanya melihat Abu Bakar. Ia bertanya, “Abu Bakar! Mana kawanmu itu, karena aku dengar dia menghinaku. Andaikan aku melihatnya, pasti aku menimpuk mulutnya dengan batu itu.” Ia tidak melihat Rasulullah Saw. padahal ada tepat di depannya.[3]
Tidak diragukan, wanita pembawa kayu bakar di dalam neraka Jahanam seperti dia ini tidak akan mampu memasuki hudhur kekuasaan sosok yang padanya dikatakan, “Andai bukan karenamu, andai bukan karenamu, tentu bintang-bintang tidak diciptakan,” yang selalu berada di bawah penjagaan ilahi, dan tidak akan dapat melihatnya.
Peristiwa kelima;
Diriwayatkan secara shahih bahwa ketika Amir bin Thufail dan Arbad bin Qais datang menemui Rasul mulia Saw., Amir berkata kepada pada Arbad, “Aku akan mengalihkan wajah Muhammad darimu, maka pukullah dia.’
Namun Amir tidak melihat Arbad melakukan apapun. Saat kembali pulang, Amir bertanya padanya, ‘Kenapa kau tidak memukulnya?’
[1] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (III/368).
[2] Asy-Syifa (I/351).
[3] Sirah Ibnu Hisyam (II/201), Simthun Nujum Al-‘Awali (I/409).
270. Page
‘Bagaimana aku memukulnya. Demi Allah, setiap kali aku hendak memukulnya, kau selalu menghalangiku. Bagaimana aku bisa memukulnya?!” kata Arbad.[1]
Peristiwa Keenam;
Diriwayatkan secara shahih bahwa Syaibah bin Utsman Al-Hajabi –Hamzah r.a. membunuh ayah dan pamannya- secara sembunyi-sembunyi datang dalam perang Hunain atau Uhud untuk menuntut balas. Setelah tepat berada di belakang Rasulullah Saw., ia mengangkat pedang. Tiba-tiba pedang jatuh dari tangannya lalu Rasul mulia Saw. melihatnya dan melekatkan tangan ke dadanya.
Syaibah berkata, “Saat melekatkan tangan ke dadaku, beliau adalah makhluk yang paling aku benci. Lalu setelah beliau menarik kembali tangan beliau, beliau adalah makhluk yang paling aku cintai.” Syaibah kemudian masuk Islam.
Rasul mulia Saw. kemudian berkata kepadanya, “Pergilah lalu berperanglah.” Syaibah berkata, “Aku pun maju di hadapan beliau dengan menyabetkan pedang dan aku menjadi perisai hidup untuk melindungi beliau. Andai aku berhadapan dengan ayahku saat itu, tentu aku menyerangnya demi melindungi beliau.”[2]
Seseorang bernama Fadhalah menghampiri Rasul mulia Saw. pada saat penaklukan Makkah dengan maksud untuk membunuh beliau. Rasul mulia Saw. menatap ke arahnya, tersenyum dan bilang padanya, “Apa yang kau katakan dalam hatimu?”
Beliau kemudian memohonkan ampunan untuknya, dan melekatkan tangan beliau ke dadanya. Ia pun masuk Islam dan berkata, “Demi Allah, belum juga beliau menarik tangan beliau hingga beliau menjadi makhluk Allah yang paling aku cintai.”[3]
Peristiwa ketujuh;
Diriwayatkan secara shahih bahwa kaum Yahudi bersekongkol untuk membunuh Rasul mulia Saw. saat tengah duduk bersandar di sebuah tembok. Seseorang di antara mereka beraksi untuk melemparkan sebongkah batu besar ke kepala beliau.
Nabi Saw. dengan cepat berdiri lalu pulang berkat penjagaan Allah. Akhirnya konspirasi mereka batal.[4]
Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain seperti tujuh peristiwa ini. Para imam hadits khususnya Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata, “Nabi Saw. selalu dijaga sampai ayat ini turun;
وَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ
‘Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.’ (QS. Al-Ma`idah: 67) Rasulullah Saw. kemudian mengeluarkan kepala beliau dari tenda dan berkata, ‘Wahai semuanya! Pergilah karena Rabbku Azza wa Jalla sudah menjagaku’.” Maksudnya, aku tidak perlu lagi dijaga, karena Rabbku sudah melindungiku.[5]
Dari awal risalah hingga bagian ini, semuanya menjelaskan bahwa setiap jenis makhluk dan setiap alam di jagad raya ini mengenal dan mencintai Rasul mulia Saw. Juga menjelaskan bahwa setiap jenis makhluk di alam raya ini menampakkan mukjizat-mukjizat beliau.
Dengan demikian, Rasul mulia Saw. itu merupakan pesuruh, petugas, dan utusan Al-Haq Ta’ala dalam kapasitas-Nya sebagai Pencipta alam raya dan Rabb seluruh makhluk.
Ya, seperti halnya seorang pegawai dan pengawas besar seorang sultan dikenal seluruh lingkungan daulah, dan ketika memasuki suatu lingkungan daulah, ia punya hubungan dengannya karena dia adalah seorang pesuruh atas nama sultan bagi semuanya. Sementara lingkungan-
[1] Asy-Syifa (I/353).
[2] Asy-Syifa (I/353).
[3] Zadul Ma’ad (III/412), As-Sirah An-Nabawiyah (V/80).
[4] Asy-Syifa (I/352).
[5] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (II/342).
271. Page
lingkungan lain tidak begitu mengenalnya. Jika ia seorang pengawas lingkungan militer, biasanya lingkungan internal daulah tidak mengenalnya.
Demikian halnya dapat dipahami bahwa setiap kelompok yang ada di seluruh lingkungan kekuasaan ilahi, mulai dari malaikat sampai lalat dan laba-laba, semuanya mengenal beliau, atau Allah memperkenalkan beliau pada mereka semua. Dengan demikian, beliau adalah penutup para nabi, utusan Rabb seluruh alam, dan risalah beliau menyeluruh; berada di atas seluruh risalah para nabi.
Isyarat Keenam Belas
Kejadian-kejadian luar biasa yang disebut irhashat yang muncul sebelum kenabian, terkait dengan nubuwah. Irhashat ini juga termasuk bagian dari tanda-tanda kebenaran nubuwah.
Irhashat terbagi menjadi tiga macam;
Pertama;
Pemberitaan kitab Taurat, Injil, Zabur, dan lembaran-lembaran para nabi seputar nubuwah Muhammad Saw. Pemberitaan ini tertera dalam nash Al-Qur'an
Ya, mengingat kitab-kitab ini dari langit, dan pemilik kitab-kitab ini para nabi, maka tidak diragukan bahwa harus dan pasti kitab-kitab ini membicarakan tentang seseorang yang akan menghapus agama mereka, yang akan merubah bentuk dunia, dan menyinari separuh bumi dengan cahaya yang ia bawa.
Ya, kitab-kitab yang memberitakan kejadian-kejadian kecil ini, mungkinkah tidak memberitakan peristiwa Muhammad Saw. yang merupakan peristiwa paling besar bagi mat manusia?
Karena kitab-kitab tersebut secara pasti akan mengabarkan tentang beliau, maka ada dua kemungkinan; mungkin mereka akan mendustakan beliau demi menyelamatkan agama mereka dari kehancuran dan menyelamatkan kitab-kitab mereka dari penghapusan. Atau kemungkinan mereka membenarkan beliau hingga agama mereka steril dari berbagai kebohongan dan pemalsuan karena keberadaan nabi yang memiliki banyak hakikat ini.
Nyatanya, tidak ada satu pun pertanda dalam kitab manapun yang mendustakan beliau menurut kesepakatan kawan ataupun lawan. Dengan demikian, yang ada adalah pembenaran. Mengingat yang ada adalah pembenaran secara pasti dan mutlak, mengingat yang ada adalah alasan pasti dan sebab kuat yang mengharuskan adanya pembenaran ini, maka kami akan menegaskan keberadaan pembenaran ini melalui tiga hujah pasti.
Hujah pertama;
Rasul mulia Saw. berkata kepada mereka melalui bahasa Al-Qur'an, “Di dalam kitab-kitab kalian terdapat pembenaran terhadapku dan penjelasan tentang sifat-sifatku. Kitab-kitab kalian membenarkanku dalam hal-hal yang aku jelaskan.”
Meski beliau selalu menantang mereka dan memukul kepala mereka dengan ayat-ayat seperti;
فَأْتُوْا بِالتَّوْرٰىةِ فَاتْلُوْهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Maka bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar’.” (QS. Ali ‘Imran: 93)
فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ اَبْنَاۤءَنَا وَاَبْنَاۤءَكُمْ وَنِسَاۤءَنَا وَنِسَاۤءَكُمْ وَاَنْفُسَنَا وَاَنْفُسَكُمْۗ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَّعْنَتَ اللّٰهِ عَلَى الْكٰذِبِيْنَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita ber-
272. Page
mubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta’.” (QS. Ali ‘Imran: 61) Namun tak seorang pun ulama Yahudi ataupun pendeta Nasrani yang mampu memperlihatkan satu pun kekeliruan beliau.
Andai beliau memperlihatkan suatu kekeliruan, tentu sudah disebarluaskan orang-orang Kafir, Yahudi, orang-orang munafik, dan dunia kekafiran yang jumlahnya begitu banyak dan amat membangkang dan sangat dengki.
Selanjutnya beliau berkata, “Carilah kekeliruanku, atau aku akan memerangi kalian sampai aku binasa.” Nyatanya, mereka lebih memilih peperangan, kehinaan, dan pemutusan hubungan. Ini berarti mereka tidak mampu menemukan kekeliruan beliau. Andaipun mereka menemukan satu saja kekeliruan beliau, tentu mereka terhindar dari seluruh beban tersebut.
Hujah kedua;
Mengingat kata-kata Taurat, Injil, dan Zabur bukan mukjizat seperti kata-kata Al-Qur'an, mengingat kitab-kitab tersebut diterjemahkan bukan dari aslinya, namun dari terjemahan-terjemahan sebelumnya hingga berbentuk terjemahan dari terjemahan, tidak heran jika banyak sekali kata-kata asing masuk ke dalamnya, tidak heran jika kata-kata dan penakwilan para penafsir terkait ayat-ayat dalam kitab-kitab tersebut bercampur tidak jelas.
Di samping adanya pemutarbalikan kata-kata yang dilakukan orang-orang bodoh dan pihak-pihak yang berkepentingan secara tidak baik. Karena faktor inilah banyak sekali pemutarbalikan kata-kata dan perubahan dalam kitab-kitab tersebut. Bahkan Al-Allamah ternama, Syaikh Al-Hindi rahimahullah membuktikan adanya pemutarbalikan ribuan tempat-tempat di dalam kitab-kitab tersebut di hadapan para pendeta dan ulama Yahudi serta Nasrani, serta memaksa mereka untuk menerima hujah.
Meski terjadi pemutarbalikan hingga sedemikian rupa, namun saat ini seorang ulama terkenal, Husain Al-Jasari rahimahullah, menyimpulkan 110 bukti dari kitab-kitab tersebut seputar nubuwah Muhammad Saw. yang ia cantumkan dalam bukunya, Ar-Risalah Al-Hamidiyah, yang diterjemahkan almarhum Ismail Haqqi Al-Manastiri. Bagi yang ingin mengetahui bukti-bukti tersebut, silahkan merujuk buku yang dimaksud.
Banyak di antara ulama Yahudi dan Nasrani mengakui dengan menyatakan, “Sifat-sifat Muhammad Al-Araby tertera dalam kitab-kitab kami.”
Khususnya seorang raja Romawi, Heraklius yang terkenal itu. Meski bukan muslim, ia mengakui dan berkata, “Ya, Isa a.s. mengabarkan tentang Muhammad Saw.”
Raja Romawi sekaligus penguasa Mesir, Mukaukis, salah seorang ulama Yahudi ternama, Ibnu Shuria, demikian halnya Ibnu Akhthab dan saudaranya, Ka’ab bin Usaid, juga Zubair bin Bathia, para ulama dan pemimpin lain, mereka mengakui meski tetap tidak masuk Islam, “Ya, sifat-sifatnya (Muhammad Saw.) tertera dalam kitab-kitab kami. Kitab-kitab kami membicarakan tentang sifat-sifat itu.”
Di antara ulama Yahudi dan pendeta Nasrani ternama yang menjauhi sikap membangkang dan masuk Islam setelah mengetahui sifat-sifat Muhammad Saw. di dalam kitab-kitab sebelumnya, menjelaskan sifat-sifat beliau dalam kitab Taurat dan Injil, mereka mengalahkan ulama Yahudi dan Nasrani dengan hujah tersebut. Di antara mereka; ulama masyhur, Abdullah bin Salam, Wahab bin Munabbih, Abu Yasir, Samuel –hidup di masa raja Yaman, Tubba`. Ia beriman seperti halnya Tubba` sebelum Nabi Saw. diutus-, kedua anak Sa’yah; Usaid dan Tsa’labah.[1]
Al-‘arif billah, Ibnu Haiban, suatu hari singgah di tempat Bani Nadhir sebelum kenabian. Ia berkata kepada mereka, “Tidak lama lagi seorang nabi akan muncul, dan ini adalah tempat hijrahnya.” Ibnu Haiban meninggal dunia di sana.
Ketika kabilah ini memerangi Rasul mulia Saw., Usaid dan Tsa’labah muncul dan menyerukan di hadapan kabilah ini dengan suara tinggi, “Demi Allah, inilah yang diperintahkan
[1] Dala`ilun Nubuwwah, Al-Baihaqi (II/80).
273. Page
Ibnu Haibah kepada kalian sebelumnya.” Maksudnya, janganlah kalian memeranginya. Namun mereka tidak mendengar kata-kata mereka berdua, hingga akhirnya petaka menimpa mereka.
Banyak di antara ulama Yahudi yang beriman, seperti Ibnu Benjamin, Mukhairiq, dan Ka’ab Al-Ahabara kala mereka membaca sifat-sifat Nabi Saw. dalam kitab-kitab mereka, dan mereka memaksa kalangan yang tidak beriman (untuk menerima hujah tersebut).
Bahira, si rahib terkenal, salah seorang ulama Nasrani yang sudah disinggung sebelumnya, memanggil orang-orang Quraisy demi Rasul mulia Saw. kala beliau bepergian bersama paman beliau ke Syam dalam usia 12 tahun. Bahira melihat setumpuk awan menaungi kafilah tersebut. Bahira mengerti bahwa di antara kafilah itu ada orang yang ia cari-cari.
Bahira kemudian mengirim seseorang untuk menemui beliau. Bahira setelah itu berkata kepada Abu Thalib, “Bawalah dia pulang ke Makkah, karena orang-orang Yahudi sangat dengki. Mereka akan memperdayanya, karena kami menemukan sifat-sifatnya di dalam Taurat.”
Penguasa Habasyah dan raja Najasy beriman secara bersamaan karena keduanya melihat sifat-sifat Muhammad Saw. dalam kitab mereka berdua.
Seorang ulama Nasrani terkenal bernama Dhaghathir, melihat sifat-sifat Rasulullah Saw. Ia pun beriman dan menyatakan keimanannya di hadapan orang-orang Romawi. Ia akhirnya dibunuh.
Harits bin Abu Syamar Al-Ghassani, salah seorang pemuka Nasrani, para pemimpin spiritual dan raja-raja Syam, maksudnya penguasa Eilia (Palestina), Heraklius, Ibnu Nathur, Jarud, dan orang-orang ternama lainnya, melihat sifat-sifat Rasulullah Saw. dalam kitab-kitab mereka, dan mereka pun beriman. Hanya saja Heraklius tidak memperlihatkan keimanannya demi mempertahankan kekuasaan dunia.
Seperti itu pula Salman Al-Farisi. Pada mulanya ia memeluk Nasrani. Setelah mengetahui sifat-sifat beliau, ia mulai mencari-cari beliau.
Demikian halnya seorang ulama mulia di Tamim, raja Habasyah yang dikenal sebagai An-Najasy, kaum Nasrani Habasyah, dan para pendeta Najran sepakat menyatakan, “Kami melihat sifat-sifat Nabi Saw. dalam kitab-kitab kami, dan kami pun beriman.”
Hujah ketiga;
Berikut akan kami sebutkan beberapa contoh dari ayat-ayat kitab Taurat, Injil, dan Zabur terkait rasul kita.
Pertama;
Sebuah ayat dalam kitab Zabur menyebutkan; “Ya Allah! Bangkitkanlah untuk kami seorang penegak sunnah setelah masa fatrah (masa tidak adanya seorang nabi ataupun rasul).” Penegak sunnah (muqimus sunnah) adalah salah satu nama Muhammad Saw.
Sebuah ayat dalam kitab Injil menyebutkan; “Al-Masih berkata, ‘Aku akan pergi menuju Bapa-ku dan Bapa kalian agar Ia mengutus Farqalid di tengah-tengah kalian.” Maksudnya agar Farqalid datang kepada kalian. Farqalid maksudnya Ahmad (Muhammad Saw.).
Ayat lain dalam kitab Injil menyebutkan, “Aku memohon kepada Rabbku agar Farqalid ada bersama kalian hingga selamanya.”
Farqalid adalah nama nabi kita dalam kitab-kitab sebelumnya. Artinya yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Sebuah ayat dalam kitab Taurat menyebutkan; “Allah berfirman kepada Ibrahim, ‘Hajar akan melahirkan (keturunan), dan di antara (keturunan)nya ada seseorang yang tangannya berada di atas semua orang dan tangan semua orang menjulur kepadanya dengan tenang.”
Ayat lain dalam kitab Taurat menyebutkan; “Ia (Allah) berfirman, ‘Wahai Musa! Aku akan mengutus seorang nabi untuk mereka dari keturunan saudara-saudara mereka sepertimu’.” Maksudnya, Aku akan mengutus seorang rasul sepertimu dari keturunan Isma’il; mereka ini adalah saudara-saudara Bani Israil.
“Aku memberlakukan firman-Ku dalam mulutnya. Siapapun yang tidak menerima perkataan nabi yang berbicara atas nama-Ku, Aku akan membalasnya.”
274. Page
Ayat lain dalam kitab Taurat menyebutkan; “Musa berkata, ‘Ya Rabb! Di dalam Taurat, aku menemukan suatu umat; mereka adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, mereka memerintahkan kebajikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah. Maka jadikanlah mereka sebagai umatku.’
Allah berfirman, ‘Mereka adalah umat Muhammad’.”
Perhatian;
Nama Muhammad Saw. disebutkan dalam kitab-kitab tersebut dengan nama-nama Suryani dan Ibrani, seperti Musyaffah, Munhamanna, dan Himyatha yang berarti Muhammad.
Nama “Muhammad” jarang disebut secara tegas. Kaum Yahudi pendengki itu merubah nama Muhammad yang tidak banyak disebut dalam kitab mereka. Di antaranya sebuah ayat dalam kitab Zabur yang menyebutkan; “Wahai Dawud! Setelahmu akan muncul seorang nabi bernama Ahmad, Muhammad, Shadiq, dan Sayyid. Umatnya adalah umat yang dirahmati.”
Abdullah bin Amar bin Ash (satu di antara tujuh penyandang nama Abdullah yang ternama dan yang melakukan banyak sekali penyelidikan terhadap kitab-kitab sebelumnya), Abdullah bin Salam (orang pertama dari ulama Yahudi ternama yang masuk Islam), dan Ka’ab Al-Ahbar (salah seorang ulama besar Bani Israil), mereka semua memperlihatkan ayat berikut yang tertera dalam kitab Taurat yang belum mengalami banyak perubahan pada masa itu.
Setelah menyampaikan pesan kepada nabi Musa a.s., bagian dari ayat tersebut berkata kepada nabi yang akan datang setelahnya;
“Wahai nabi! Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan peringatan, serta penjaga kaum ummi (buta huruf). Kau hamba dan utusan-Ku. Aku menyebutmu mutawakkil (yang berserah diri), tidak kasar ataupun keras, tidak berteriak-teriak di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi memaafkan dan mengampuni. Allah tidak akan mewafatkannya sebelum menegakkan agama yang lurus (hingga orang-orang) mengatakan, ‘Tiada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah’.”
Ayat lain dalam kitab Taurat menyebutkan;
“Muhammad utusan Allah, lahir di Makkah, berhijrah ke Thaibah, kerajaannya di Syam, dan umatnya pandai memuji.”
Kata “Muhammad “ dalam ayat ini disebut dengan nama Suryani.
Ayat lain dalam kitab Taurat menyebutkan;
“Kau hamba dan utusan-Ku. Aku menyebutmu mutawakkil (yang berserah diri).”
Ayat ini berbicara kepada nabi yang akan datang setelah Musa, dari keturunan Ismail. Mereka adalah saudara-saudara keturunan Ishaq.
Ayat lain dalam kitab Taurat menyebutkan;
“Hamba-Ku yang terpilih, ia tidak keras ataupun kasar.” Makna yang terpilih adalah Al-Musthafa. Dan Al-Musthafa adalah nama Nabi Saw.
Sebuah ayat dalam kitab Injil menyebutkan;
“Ia membawa pedang tajam. Dengannya, ia berperang. Demikian juga umatnya.”
Ayat seputar sifat nabi yang akan datang setelah Isa ini, nabi yang diberitakan kitab Injil melalui beberapa ayatnya yang disebut sebagai “pemimpin dunia,” ini menunjukkan bahwa akan muncul seorang nabi yang membawa pedang, dan ia diperintahkan berjihad. Karena qadhib min hadid artinya pedang.
Ayat terakhir surah Al-Fath;
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka
275. Page
rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar,” (QS. Al-Fath: 29) juga menunjukkan seperti halnya ayat dalam kitab Injil sebelumnya bahwa umat beliau sama seperti beliau. Mereka memiliki pedang. Artinya mereka diperintahkan berjihad.
Ayat ini juga mengisyaratkan ayat-ayat lain dalam kitab Injil. Bersama Injil, ayat ini menunjukkan bahwa Muhammad Saw. adalah pemilik pedang dan diperintahkan berjihad.
Bab XXXIII kitab kelima dari Taurat menyebutkan ayat berikut; “Al-Haq Ta’ala datang dari Thursina, muncul kepada kami dari Sa’ir dan muncul di gunung Faran.”
Seperti halnya ayat ini mengabarkan tentang nubuwah Musa melalui poin, “Al-Haq Ta’ala datang dari Thursina,” mengabarkan tentang nubuwah Isa melalui poin, “Muncul kepada kami dari Sa’ir,” yaitu sebuah gunung Syam, juga secara pasti mengabarkan tentang risalah Muhammad Saw. melalui poin, “Muncul di gunung Faran,” yaitu gunung Hijaz berdasarkan kesepakatan.
Ada sebuah ayat dalam kitab Taurat yang membenarkan ayat terakhir dari surah Al-Fath;
“Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat,” dan berkenaan dengan para sahabat Nabi Saw. yang muncul dari gunung Faran. Ayat dalam kitab Taurat tersebut berbunyi; “Padanya terdapat tanda-tanda orang-orang pilihan di sebelah kanannya.”
Ayat ini menyebut para sahabat Nabi Saw. sebagai orang-orang pilihan. Maksudnya, sahabat-sahabat Nabi Saw. adalah para wali shalih yang suci.
Ada sebuah ayat dalam bab 42 kitab nabi Asyia;
“Al-Haq Subhanahu akan mengutus hamba-Nya, Al-Musthafa Al-Mujtaba, di akhir zaman. Ia akan mengutus Ar-Ruhul Amin Jibrail kepadanya untuk mengajarkan agama ilahi kepadanya. Ia pun akan mengajari manusia seperti yang diajarkan Ar-Ruhul Amin. Ia akan memutuskan perkara di antara sesama manusia dengan benar. Ia adalah cahaya yang akan muncul dari kegelapan di tengah-tengah umat manusia. Aku (nabi Asyia) mengabarkan kepada kalian apa yang dikabarkan Rabb kepadaku sebelum terjadi.”
Ayat ini secara sangat gamblang menyebutkan sifat-sifat nabi akhir zaman; Muhammad saw.
Dalam bab keempat kitab nabi Mikhail yang disebut Misyail disebutkan ayat berikut;
“Di akhir zaman nanti akan ada umat yang dirahmati. Mereka memilih gunung yang diberkahi untuk beribadah kepada Al-Haq Ta’ala di sana. Banyak sekali manusia dari berbagai penjuru berkumpul di sana, mereka menyembah Rabb Yang Satu dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.”
Ayat ini secara gamblang menyebut gunung Arafah; gunung paling suci di dunia. Menyebut takbir dan ibadah-ibadah para jamaah haji yang berdatangan dari berbagai penjuru. Juga menyebut umat Muhammad Saw. yang dikenal dengan simbol umat yang dirahmati.
Dalam bab 72 kitab Zabur disebutkan ayat berikut;
“Ia berkuasa dari laut ke laut, dari sungai hingga ujung dunia. Raja-raja Yaman dan Jazair memberikan hadiah-hadiah kepadanya. Raja-raja sujud dan tunduk padanya. Shalawat dibacakan untuknya setiap saat, dan berkah didoakan untuknya setiap hari. Cahaya-cahayanya memancar dari Madinah. Namanya tetap abadi hingga selama-lamanya. Namanya sudah ada sebelum matahari ada, dan akan tetap menyebar selama matahari masih ada.”
Ayat ini secara gamblang menyebut kebanggaan alam (Rasulullah Saw.)
Siapa gerangan seorang nabi yang datang setelah nabi Dawud yang menyebarkan agama dari timur hingga barat, membuat para raja memberikan jizyah kepadanya, membuat para sultan
276. Page
tunduk padanya seakan mereka sujud padanya, meraih shalawat dan doa-doa seperlima umat manusia setiap harinya, dan cahaya-cahayanya memancar dari Madinah jika bukan Nabi Muhammad Saw.?I Adakah nabi lain selain beliau dengan sifat-sifat seperti itu?!
Ayat 30 bab 14 kitab Injil Yohanes yang diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, menyebutkan;
“Setelah ini, aku tidak akan lagi sering berbicara dengan kalian, karena sang pemimpin dunia akan datang. Aku tidak memiliki sedikit pun yang ia miliki.”
“Sang pemimpin dunia” maksudnya kebanggaan alam. Kebanggaan alam adalah julukan paling terkenal Muhammad Al-Araby Saw.
Ayat ketujuh bab 16 kitab Injil Yohanes menyebutkan;
“Namun aku katakan sebenarnya kepada kalian. Lebih baik bagi kalian jika aku pergi. Karena jika aku tidak pergi, orang yang menghibur itu tidak akan datang kepada kalian.”
Siapa gerangan pemimpin dunia dan orang yang menghibur umat manusia secara hakiki jika bukan Muhammad Al-Araby Saw.?
Ya, beliau adalah kebanggaan dunia, beliau adalah yang menyelamatkan umat manusia nan fana dari hukuman mati abadi dan menghibur mereka.
Demikian halnya ayat kedelapan bab 16 kitab Injil Yohannes yang menyebutkan;
“Ketika datang, ia akan mewajibkan dunia (membenahi) kesalahan, berbuat baik, dan (mengganti) kekuasaan (dengan benar).” Siapa kiranya yang merubah kerusakan dunia menjadi kebaikan, menyelamatkan dunia dari segala dosa dan kesyirikan, serta mengganti kekuasaan dunia jika bukan Muhammad Al-Araby Saw.?
Demikian halnya ayat 11 bab 16 kitab Injil Yohannes yang menyebutkan;
“Sudah tiba waktunya sang pemimpin dunia tiba.” Tidak diragukan, sang pemimpin dunia adalah Ahmad Muhammad Saw. sebagai pemimpin manusia.
Ayat 13 bab 12 kitab Injil Yohannes menyebutkan;
“Apabila ruh kebenaran itu tiba, ia akan membimbing kalian semua menuju kebenaran, karena ia tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu. Ia akan menuturkan kepada kalian apa yang ia dengar dan mengabarkan hal-hal masa depan kepada kalian.” Ayat ini jelas sekali.
Siapa gerangan yang menyeru seluruh umat manusia menuju kebenaran dan hakikat secara bersamaan, dimana semua yang ia sampaikan tidak lain adalah wahyu, ia menyampaikan yang ia dengar dari Jibrail, mengabarkan tentang kiamat dan akhirat secara rinci, jika bukan Muhammad Al-Araby Saw.?
Kitab-kitab para nabi menyebut nama-nama Rasul mulia Saw. dengan bahasa Suryani dan Ibrani yang berarti; Muhammad, Ahmad, dan Mukhtar (manusia pilihan).
Lembaran-lembaran nabi Syu’aib menyebut Musyaffah yang berarti Muhammad. Kitab Taurat menyebut Munhamanna yang juga berarti Muhammad, dan Himyatha yang berarti nabi tanah Haram. Kitab Zabur menyebut Mukhtar. Kitab Taurat menyebut Khatam Hatam. Kitab Taurat dan Zabur menyebut Muqimus Sunnah (yang menegakkan sunnah). Lembaran-lembaran Ibrahim dan Taurat menyebut Mazmaz. Kitab Taurat menyebut Ahyad.
Rasul mulia Saw. bersabda, “Namaku di dalam Al-Qur'an Muhammad, di dalam Injil Ahmad, dan di dalam Taurat Ahyad.”[1]
Di antara nama-nama Nabi Saw. yang disebut dalam kitab Injil; shahibul qadhib wal harawah, yaitu pemilik pedang dan tongkat.
Ya, nabi paling agung di antara para nabi adalah yang memiliki pedang. Dan nabi yang diperintahkan berjihad bersama umatnya adalah Rasul mulia Saw.
Di dalam kitab Injil, beliau disebut “pemilik tiara.” Ya, julukan “pemilik tiara” khusus untuk Rasul mulia Saw. Tiara yang dimaksud adalah surban. Kaum yang sejak dulu mengenakan
[1] Silahkan membaca; Kanzul ‘Ummal, hadits nomor 1021, Asy-Syifa, pasal tentang nama-nama Rasulullah Saw.
277. Page
surban dan tali pengikat surban di antara sekian banyak umat adalah kaum Arab. “Pemilik tiara” yang disebut dalam kitab Injil dipastikan maksudnya adalah Rasul mulia Saw.
Kitab Injil juga menyebut Barqalit atau Farqalit. Dalam penafsiran-penafsiran Injil, nama ini berarti orang yang mengikuti kebenaran dan yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Ini nama seseorang yang akan datang pada masa mendatang yang akan menyeru umat manusia menuju kebenaran.
Isa berkata dalam kitab Injil, “Aku akan pergi agar sang pemimpin dunia datang.” Siapa gerangan yang datang setelah Isa dan memimpin dunia, membedakan antara kebenaran dan kebatilan, serta membimbing umat manusia jika bukan Rasul mulia Saw.?
Artinya, nabi Isa a.s. selalu menyampaikan kabar gembira kepada umatnya dan mengabarkan bahwa akan datang seseorang sehingga aku tidak lagi diperlukan. Aku hanya sebagai pendahuluan dan penyampai kabar gembira baginya.
Ayat Al-Qur'an;
وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’.” (QS. Ash-Shaff: 6)
Ayat ini mengatakan bahwa Isa a.s. berulang kali menyampaikan kabar gembira kepada umatnya di dalam kitab Injil bahwa seorang pemimpin besar bagi umat manusia akan tiba. Ia menyebut sejumlah namanya. Nama-nama ini jelas disebutkan dalam bahasa Suryani dan Ibrani menurut para ahli tahqiq. Nama-nama tersebut berarti Ahmad, Muhammad, Al-Faruq (yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan).
Dengan demikian, nabi Isa a.s. sudah berulang kali menyampaikan kabar gembira tentang Ahmad Saw.
Pertanyaan;
Jika Anda berkata; kenapa nabi Isa a.s. lebih sering menyampaikan kabar gembira tentang Rasul mulia Saw. melebihi nabi-nabi lain, sementara nabi-nabi lain cukup memberitahukan saja dan jarang menyampaikan kabar gembira tentang beliau?
Jawab;
Karena Ahmad Saw. menyelamatkan Isa dari pendustaan dan kebohongan-kebohongan Yahudi, menyelamatkan agamanya dari perubahan. Selain itu, beliau memiliki syariat nan tinggi, mudah, dan menyeluruh yang melengkapi kekurangan syariat Isa dari sisi hukum. Tidak seperti syariat sulit Bani Israil yang tidak mengakui Isa. Untuk itu, Isa sering kali menyampaikan kabar gembira melalui kata-katanya, “Akan datang sang pemimpin dunia.”
Banyak sekali bahasan dan ayat-ayat dalam kitab Taurat, Injil, Zabur, dan seluruh lembaran para nabi yang membicarakan tentang nabi akhir zaman dimana sebagian contohnya sudah kami sebutkan sebelumnya.
Nabi akhir zaman disebut dalam kitab-kitab tersebut dengan sejumlah nama. Siapa gerangan nabi akhir zaman yang dibicarakan kitab-kitab para nabi melalui banyak sekali ayat hingga sepenting ini jika bukan Muhammad Saw.?!
Bagian Kedua dari Irhashat dan Tanda-tanda Kebenaran Nubuwah
Para dukun, sebagian orang yang mengenal Allah yang dalam batasan tertentu mereka ini adalah wali-wali Allah, dan mereka yang hidup pada masa fatrah (rentang waktu tidak adanya nabi atau rasul), dan sebelum Muhammad Saw. diutus, mengabarkan tentang kedatangan Rasul mulia Saw. dan mereka sebarkan berita ini.
278. Page
Mereka nukil berita ini melalui bait-bait syair hingga pada masa-masa berikutnya. Contohnya banyak sekali. Berikut akan kami sebutkan sebagian di antaranya yang masyhur, menyebar, diterima, dan dinukil para ahli sirah dan sejarah;
Pertama;
Seorang raja Yaman bernama Tubba’ mengetahui sifat-sifat Rasul mulia Saw. dalam kitab-kitab kuno, beriman pada beliau, dan mengungkapkan bait syair sebagai berikut;
Aku bersaksi pada Ahmad bahwa ia utusan Allah Pencipta ruh
Andai umurku panjang hingga bertemu dengannya, niscaya aku menjadi menteri dan saudara sepupu baginya[1][2]
Kedua;
Qis bin Sa’idah –salah seorang orator Arab ternama, ahli tauhid, dan memiliki nurani dan memancar terang- menyampaikan risalah Muhammad Saw. sebelum nubuwah melalui bait syair berikut;
Ahmad, nabi terbaik, telah diutus kepada kami
Semoga Allah melimpahkan rahmat padanya, selama kafilah masih berdatangan padanya[3]
Ketiga; Ka’ab bin Luay, salah satu kakek Rasul mulia Saw., mengisyaratkan nubuwah Muhammad Saw. berdasarkan ilham. Ia menuturkan sebagai berikut;
Tanpa disadari, nabi Muhammad akan datang
Lalu ia mengabarkan berita-berita yang benar[4]
Keempat;
Saif bin Dzi Yazin, salah seorang raja Yaman, mengetahui sifat-sifat Rasul mulia Saw. dalam kitab-kitab kuno dan beriman kepada beliau. Ia amat merindukan beliau.
Saat Abdul Muththallib, kakek Rasul mulia Saw., pergi bersama kafilah Quraisy ke Yaman, Saif bin Dzi Yazin mengundang mereka dan berkata kepada mereka, “Jika ada seorang anak lahir di Tihamah yang memiliki tahi lalat di antara kedua pundaknya, ia pasti akan menjadi pemimpin, dan kau wahai Abdul Muththallib, adalah kakek anak itu.”
Saif bin Dzi Yazin berbicara secara rahasia dengan kakek Nabi Saw. sebelum kenabian dan mengabarkan kepadanya bahwa ia adalah kakek anak tersebut; kabar yang mengisyaratkan sebuah karamah.
Kelima;
Waraqah bin Naufal, salah seorang sepupu Khadijah Al-Kubra; suatu ketika Rasul mulia Saw. dicekam rasa takut dan gelisah pada permulaan turunnya wahyu. Khadijah menceritakan peristiwa ini padanya. Ia meminta Khadijah untuk membawa Rasul mulia Saw. padanya.
Rasul mulia Saw. datang dan menceritakan apa yang terjadi pada permulaan wahyu. Waraqah berkata kepadanya, “Bergembiralah wahai Muhammad! Aku bersaksi bahwa kau adalah nabi yang dinantikan. Isa telah menyampaikan kabar gembira tentangmu.”[5]
Keenam;
Seorang ‘arif billah bernama Askalan Al-Himyari setiap kali melihat orang-orang Quraisy sebelum kenabian selalu bertanya pada mereka, “Apakah di antara kalian ada yang mengaku nabi?” Mereka selalu menjawab, “Tidak ada.”
[1] Yaitu, tentu aku menjadi seperti Ali r.a. bagi beliau.
[2] Kedua bait ini dinisbatkan kepada Tubba’ dalam Al-Bidayah wan Nihayah (IV/145) dan Tafsir Al-Qurthubi (XVI/146).
[3] Kedua bait ini dinisbatkan kepada Qis bin Sa’idah dalam As-Sirah Al-Halbiyah (I/328) dan Tarikh Madinah Dimasyq (III/434).
[4] Kedua bait ini dinisbatkan kepada Ka’ab bin Luay dalam Tarikh Al-Ya’qubi (I/236), dan Siratun Naby Al-Mukhtar (97).
[5] Shahih Al-Bukhari (I/4).
279. Page
Pada masa kenabian, ia menanyakan hal yang sama pada orang-orang Quraisy. Mereka menjawab, “Ya, ada seseorang mengaku nabi.” Ia pun berkata, “Dunia menantinya.”[1]
Ketujuh;
Ibnu Al-Ala, salah seorang ulama Nasrani ternama, mengabarkan tentang Nabi Saw. sebelum kenabian dan sebelum melihat beliau. Setelah itu ia datang dan melihat Nabi Saw., ia berkat kepada beliau, “Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku mengetahui sifatmu di dalam kitab Injil. Dan putra si perawan itu (Isa Al-Masih) menyampaikan berita gembira tentangmu.”
Kedelapan;
An-Najasy, raja Habasyah yang sudah disebut sebelumnya, berkata, “Andai saja aku ini pelayannya, dari pada memegang kekuasaan ini.” Maksudnya, andai saja aku ini pelayan Muhammad Al-Araby Saw., sebagai pengganti kerajaan ini, karena melayani beliau lebih baik dari memiliki kerajaan ini.
Setelah menyinggung tentang para ‘arif yang mengabarkan tentang hal gaib berdasarkan ilham rabbani, berikut akan kami sebutkan dukun-dukun yang mengabarkan tentang hal gaib melalui perantara makhluk-makhluk halus dan jin, mengabarkan secara gamblang tentang kedatangan Rasul mulia Saw. dan nubuwah beliau.
Mereka ini banyak sekali. Kami akan menyebut sebagian di antara pemberitaan-pemberitaan mereka yang paling masyhur yang hukumnya seperti mutawatir maknawi yang dinukil sebagian besar kitab-kitab sejarah dan sirah. Kita akan membahas poin ini secara garis besar dan kami alihkan kisah serta perkataan-perkataan mereka yang panjang lebar itu dalam kitab-kitab sirah.
Pertama;
Seorang dukun tenar bernama Syiq. Ia bermata satu, satu tangan, dan satu kaki layaknya setengah manusia. Sejarah mencatat pemberitaan-pemberitaan dukun ini tentang risalah Muhammad Saw. hingga mencapai tingkatan mutawatir secara pasti.
Kedua;
Seorang dukun Syam tenar bernama Sathih yang menjadi salah satu keajaiban makhluk, karena ia tidak memiliki tulang. Ia seakan jasad tanpa anggota tubuh. Wajahnya ada di dada. Ia berumur panjang.
Pemberitaan-pemberitaan gaib yang ia sampaikan dikenal tepat. Sampai-sampai raja Persia mengirim utusan kepadanya bernama Maubazan untuk menanyakan tafsir mimpi aneh dan rahasia di balik runtuhnya empatbelas balkon istana ketika Muhammad Saw. lahir.
Sathih berkata yang intinya demikian, “Empatbelas orang di antara kalian berkuasa, lalu setelah itu kekuasaan kalian akan lenyap. Akan muncul seseorang yang menampakkan agama baru. Dia akan melenyapkan agama dan daulah kalian.”
Secara gamblang, Sathih mengabarkan tentang kedatangan nabi akhir zaman, Muhammad Saw.
Sawad bin Qarib Ad-Dusi, Khanafir, Af’a Najran, Judzal bin Jadzlal Al-Kindi, Ibnu Khulashah Ad-Dusi, Fathimah binti Nu’man An-Najjariyah, dan dukun-dukun terkenal lain mengabarkan kedatangan nabi akhir zaman. Nabi itu adalah Muhammad Saw. seperti yang disebut dalam kitab-kitab sejarah dan sirah secara rinci.
Su’da binti Kuraiz, salah seorang kerabat Utsman r.a., menerima kabar nubuwah Rasul mulia Saw. dari alam gaib melalui perantara perdukunan. Ia kemudian berkata kepada Utsman Dzun Nurain r.a. di awal-awal Islam, “Pergilah dan berimanlah kepadanya.” Utsman pun beriman di awal-awal Islam. Su’da menyebut peristiwa ini melalui bait syair;
Allah memberi petunjuk menuju kebenaran kepada Utsman berkat tutur kataku
Dan Allah menunjukkan kepada kebenaran[2]
[1] Kanzul ‘Ummal (XIII/99), As-Sirah Al-Halbiyyah (I/446).
[2] Bait syair ini dinisbatkan kepada Su’da binti Kuraiz dalam Tarikh Dimasyq (XXXIX/25).
280. Page
Golongan jin yang wujudnya tidak diketahui namun suaranya terdengar yang disebut hawatif, berulang kali mengabarkan kedatangan Rasul mulia Saw. seperti halnya para dukun, di antaranya;
Jin memanggil Dziyab bin Harits dengan menyerukan kata-kata berikut dan menjadi sebab keislaman Dziyab juga orang lain;
Wahai Dziyab, wahai Dziyab
Dengarkanlah keajaiban yang paling ajaib
Muhammad diutus dengan kitab
Ia menyeru di Makkah, namun seruannya tidak ditanggapi[1]
Jin memanggil Sami’ah bin Qurrah Al-Ghathafani dengan kata-kata berikut, hingga menjadi sebab sebagian orang beriman;
Kebenaran itu telah tiba dan bersinar terang
Kebatilan pun dihancurkan hingga tertunduk[2]
Seperti itulah pemberitaan jin seperti ini masyhur dan banyak sekali.
Seperti halnya para dukun dan jin memberitakan tentang risalah Rasul mulia Saw., demikian halnya berhala-berhala dan hewan-hewan yang disembelih untuk berhala juga memberitakan hal yang sama. Sebagai contoh;
Berhala milik kabilah Madzan memanggil dan mengabarkan tentang risalah Muhammad Saw. seraya mengatakan, “Nabi yang diutus itu sudah datang dengan membawa kebenaran yang diturunkan.”
Abbas bin Mardas punya berhala bernama Dhimmar. Berhala ini suatu ketika memanggil, dan inilah yang menjadi penyebab Abbas masuk Islam;
“Binasalah Dhammar. Ia pernah disembah untuk seberapa lama sebelum penjelasan dari nabi Muhammad datang.”
Maksudnya, saat ini sudah tiba penjelasan Muhammad, sehingga tidak ada lagi ruang untuk kesesatan setelah itu. Kisah ini masyhur.
Umar r.a. sebelum masa Islam mendengar hewan yang disembelih untuk berhala berkata;
“Wahai keluarga kurban! Ada perkara yang membawa keberuntungan, ada orang fasih mengatakan, ‘La ilaha illallah’.”[3]
Masih ada sejumlah peristiwa serupa lainnya yang diterima dan dinukil kitab-kitab terpercaya.
Seperti halnya para dukun, ‘arif billah, jin, dan bahkan berhala dan hewan-hewan kurban memberitakan tentang risalah Muhammad Saw., dan setiap peristiwa ini menjadi sebab sebagian orang beriman, seperti itu juga ada sejumlah kata-kata yang tertulis dengan tulisan Arab kuno di bebatuan kuburan dan petilasan seperti; “Muhammad, reformis terpercaya.”
Karena tulisan-tulisan ini, banyak yang masuk Islam.
Ya, kata-kata yang tertulis di bebatuan yang ditulis dengan tulisan Arab kuno; “Muhammad, reformis terpercaya,” maksudnya adalah Rasul mulia Saw., karena ada tujuh orang yang menyandang nama Muhammad sebelumnya dan dalam rentang waktu yang dekat dengan zaman beliau. Namun tak seorang pun di antara ketujuh orang ini yang patut disebut reformis terpercaya dari sisi manapun selain Rasul mulia Saw.
[1] Bait-bait syair ini dinisbatkan kepada suara jin dalam Al-Ishabah (II/402).
[2] Dala`ilun Nubuwwah (II/259).
[3] Shahih Al-Bukhari (III/1403).
281. Page
Bagian Ketiga;
Irhashat dan peristiwa-peristiwa yang terjadi saat Rasul mulia Saw. lahir
Peristiwa-peristiwa berikut terjadi berkenaan dengan kelahiran beliau. Ada sejumlah peristiwa yang terjadi sebelum kenabian yang menjadi bagian dari mukjizat-mukjizat beliau secara langsung. Jumlahnya banyak. Berikut akan kami sebutkan sebagian contohnya yang terkenal, terbukti shahih, dan diterima para imam hadits.
Pertama;
Cahaya besar yang diimpikan ibu Nabi Saw. pada malam kelahiran. Mimpi yang sama juga dialami ibu Utsman bin Ash, dan ibu Abdurrahman bin Auf. Mereka berkata, “Kami memimpikan cahaya saat kelahirannya (Rasul mulia Saw.). Cahaya itu menyinari antara timur dan barat.”[1]
Kedua;
Sebagian besar berhala-berhala di Ka’bah runtuh pada malam itu.[2]
Ketiga;
Istana Kisra terguncang dan terbelah. Empatbelas balkon istana ini runtuh pada malam kelahiran Rasul mulia Saw.[3]
Keempat;
Danau “Sawa” yang disucikan meluap marah, api yang terus menyala sejak 1000 tahun di Istakhar Abad dan disembah kaum Majusi, padam pada malam itu.[4]
Empat peristiwa ini menandakan bahwa bayi yang baru lahir itu akan melenyapkan penyembahan api, akan menghancurkan istana kekuasaan Persia, dan akan menghadang segala sesuatu yang disucikan yang tidak diizinkan Allah.
Kelima;
Peristiwa gajah yang dijelaskan melalui nash qath’i dalam surah Al-Fil. Meski peristiwa ini tidak terjadi pada malam kelahiran Rasul mulia Saw., namun mendekati masa kelahiran tersebut. Peristiwa ini dan peristiwa-peristiwa serupa merupakan bagian dari irhashat Muhammad Saw.
Latar belakang peristiwa ini adalah raja Habasyah, Abraha, datang untuk menghancurkan Ka’bah, dan gajah besar bernama Mahmud berada di baris depan pasukan. Saat mendekati Makkah, gajah ini menghentikan langkah dan tidak mau meneruskan perjalanan. Para pasukan tidak menemukan solusi apapun. Akhirnya mereka kembali. Namun burung-burung Ababil menimpakan kekalahan telak kepada mereka. Mereka pun lari tunggang-langgang.
Kisah menakjubkan ini masyhur dan tertera dalam kitab-kitab sejarah secara rinci. Peristiwa ini merupakan bagian dari bukti-bukti kebenaran nubuwah Rasul mulia Saw., karena Ka’bah yang merupakan kiblat beliau, tempat kelahiran beliau, dan tanah air beliau yang tercinta, selamat dari upaya penghancuran Abraha dalam bentuk gaib dan luar biasa, dan pada waktu yang sangat dekat dengan kelahiran Rasul mulia Saw.
Keenam;
Ketika Rasul mulia Saw. berada di kediaman Halimah As-Sa’diyah pada masa kecil, Halimah dan sang suami berulang kali melihat awan menaungi beliau hingga tidak terkena sinar terik matahari. Mereka menyampaikan hal itu pada banyak orang. Peristiwa ini masyhur dan shahih.[5]
[1] -Mustadrak ‘alash Shahihain (II/673).
[2] As-Sirah Al-Halbiyyah (I/114).
[3] Dala`ilun Nubuwwah (I/18).
[4] Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/80), Siratun Naby Al-Mukhtar (106).
[5] Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/112).
282. Page
Demikian halnya ketika beliau bepergian ke Syam saat berusia 12 tahun. Bahirah si pendeta itu melihat awan menaungi Rasul mulia Saw. dan ia memperlihatkan hal itu kepada orang-orang.[1]
Ketika Rasul mulia Saw. pulang bersama Maisarah, pelayan Khadijah Al-Kubra setelah melakukan perjalanan niaga sebelum diangkat menjadi nabi, Khadijah melihat dua malaikat dalam wujud awan menaungi Rasul mulia Saw. Khadijah memberitahukan hal itu kepada pelayannya, Maisrah. Lalu Maisarah berkata kepadanya, “Aku melihat hal itu sejak kami berangkat.”[2]
Ketujuh;
Diriwayatkan secara shahih bahwa Rasul mulia Saw. suatu ketika duduk di bawah sebuah pohon sebelum kenabian. Tempat tersebut sebelumnya kering. Tiba-tiba, tempat tersebut menghijau, dan ranting-ranting pohon menunduk di atas kepala beliau menaungi beliau.[3]
Kedelapan;
Rasul mulia Saw. tinggal di rumah Abu Thalib saat masih kecil. Ketika Abu Thalib dan anak-anaknya makan bersama beliau, mereka kenyang. Namun ketika beliau tidak ikut makan, mereka tidak kenyang. Peristiwa ini masyhur dan terjadi secara pasti.[4]
Ummu Aiman –yang pernah merawat dan melayani Rasul mulia Saw. pada masa kecil- berkata, “Beliau tidak pernah mengeluh lapar ataupun haus. Baik saat masih kecil ataupun setelah besar.”[5]
Kesembilan;
Harta Halimah As-Sa’idiyah yang menyusui beliau, membawa berkah dan bertambah. Juga susu kambing-kambing miliknya. Tidak seperti harta benda dan kambing-kambing milik kabilahnya. Peristiwa ini masyhur dan terjadi secara pasti.[6]
Lalat tidak pernah mengganggu beliau, tidak pernah menghinggapi tubuh ataupun pakaian beliau.[7]
Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani –semoga Allah menyucikan hatinya- yang berasal dari pohon silsilah beliau nan diberkahi, mewarisi kondisi ini dari sang kakek. Ia juga tidak pernah diusik lalat.
Kesepuluh;
Bintang-bintang kian banyak yang berjatuhan setelah Rasul mulia Saw. lahir, khususnya pada malam kelahiran beliau. Peristiwa jatuhnya bintang-bintang ini –seperti yang telah kami sebutkan dengan dalil-dalilnya dalam “kalimat kelimabelas” secara pasti- merupakan isyarat dan pertanda para setan dan jin tidak lagi bisa menyampaikan berita-berita gaib.
Karena Rasul mulia Saw. sudah muncul di dunia dengan membawa wahyu, maka pemberitaan-pemberitaan para dukun, jin, dan siapapun yang menyampaikan berita gaib secara tidak sempurna dan bercampur dengan dusta harus dihalangi agar tidak menimbulkan syubhat dalam wahyu dan tidak menyerupai wahyu.
Ya, sebelum kenabian, dukun banyak sekali jumlahnya dan menyebar dimana-mana. Riwayat mereka tamat setelah Al-Qur'an turun. Bahkan, banyak di antara para dukun masuk Islam, karena sumber berita mereka dari golongan jin sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, Al-Qur'an menghalangi mereka secara total.
Mirip seperti para dukun ini, di masa kita sekarang ini di Eropah ada sejumlah kalangan yang berprofesi memanggil arwah. Praktek ini semacam perdukunan dalam bentuk perantara.
[1] Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/154).
[2] Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/130).
[3] As-Sirah Al-Halbiyyah (I/218).
[4] Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/140).
[5] Al-Khasha`ish Al-Kubra (I/141).
[6] Ath-Thabaqat Al-Kubra (I/112).
[7] Mirqatul Mafatih (VIII/69).
283. Page
Kesimpulan;
Sebelum nubuwah Rasul mulia Saw., muncul banyak sekali peristiwa dan orang yang membenarkan nubuwah beliau dan mengajak yang lain untuk membenarkannya.
Ya, sosok yang akan menjadi pemimpin spiritual dunia, yang akan merubah wujud spiritual dunia, menjadikan dunia sebagai ladang akhirat, memberitahukan nilai makhluk-makhluk dunia, membimbing golongan jin dan manusia menuju kebahagiaan abadi, menyelamatkan golongan jin dan manusia dari hukuman mati abadi, menyingkap hikmah penciptaan dan misteri dunia, menjelaskan tujuan-tujuan Sang Pencipta alam raya, mengajari manusia, dan mengetahui bahwa Sang Khaliq akan memperkenalkannya pada semua makhluk, tentu tidak diragukan bahwa segala sesuatu, semua jenis dan kelompok makhluk tentu akan senang dengan kedatangannya, menantinya dan menyambutnya dengan baik.
Juga akan memberikan applause sebelum beliau datang dan mengenalinya jika Pencipta mereka memberitahukan kepada mereka. Setiap golongan makhluk hidup akan menampakkan mukjizat-mukjizat beliau seakan menyambut dengan baik kedatangan beliau. Membenarkan nubuwah beliau melalui bahasa mukjizat seperti yang telah kita ketahui dalam isyarat-syarat dan contoh-contoh sebelumnya.
Isyarat Ketujuhbelas
Mukjizat terbesar Rasul mulia Saw. setelah Al-Qur'an adalah akhlak-akhlak luhur yang menyatu dalam sosok beliau, karena kawan maupun lawan menyepakati bahwa beliau berada di puncak tingkatan seluruh sifat-sifat terpuji. Bahkan sang pahlawan keberanian, Ali r.a. berulang kali mengatakan, “Saat perang kian sengit, kami berlindung kepada Rasul mulia Saw.”[1]
Seperti itulah beliau memiliki seluruh akhlak terpuji yang berada di tingkatan teratas yang tidak mungkin dicapai siapapun juga.
Pembahasan terkait mukjizat besar ini kami alihkan ke buku Asy-Syifa karya Al-Allamah Maghrib, Al-Qadhi Iyadh. Ia menjelaskan mukjizat-mukjizat akhlak terpuji ini dengan penjelasan nan bernilai dan ia tegaskan dengan baik.
Di antara mukjizat-mukjizat besar Muhammad Saw. lainnya yang dibenarkan oleh para kawan dan lawan adalah syariat beliau yang tidak ada bandingnya. Sebagian dari penjelasan mukjizat agung ini kami alihkan ke ketigapuluh tiga kalimat, tigapuluh tiga catatan, tigapuluh satu kilauan, dan tigabelas obor yang telah kami tulis.
Termasuk salah satu mukjizat agung Rasul mulia Saw. yang mutawatir adalah terbelahnya bulan.
Ya, selain terbelahnya bulan diriwayatkan secara mutawatir dan melalui banyak jalur dari Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Imam, Ali, Anas, Hudzaifah, dan para sahabat besar lainnya, mukjizat agung bagi dunia ini juga disampaikan melalui ayat;
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Saat (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah.” (QS. Al-Qamar: 1)
Orang-orang musyrik Quraisy pembangkang tidak mengingkari mukjizat ini, mereka hanya mengatakan, “Ini sihir.” Artinya, terbelahnya bulan adalah hal pasti bahkan bagi orang-orang kafir sekalipun.
Penjelasan tentang mukjizat agung ini kami alihkan ke risalah “terbelahnya bulan” yang merupakan penjelasan tambahan “kalimat ketigapuluh satu” yang kami tulis terkait permasalahan ini.
Seperti halnya Rasul mulia Saw. memperlihatkan mukjizat terbelahnya bulan pada penduduk bumi, beliau juga memperlihatkan mukjizat mi’raj terbesar pada para penduduk langit.
[1] Al-Mustadrak ‘alash Shahihain (II/155).
284. Page
Mukjizat agung mi’raj ini kami alihkan ke “risalah mi’raj” yang merupakan “kalimat ketigapuluh satu,” karena risalah ini menegaskan betapa mukjizat besar ini begitu terang, tinggi, dan shahih berdasarkan dalil-dalil qath’i bahkan di hadapan para pengingkar sekalipun.
Namun demikian, kami akan membicarakan tentang perjalanan menuju Baitul Maqdis yang menjadi pendahuluan mukjizat mi’raj. Kami juga akan membicarakan tentang mukjizat yang terjadi pada pagi hari mi’raj sesuai permintaan kaum Quraisy kepada beliau untuk menyebutkan seperti apa ciri-ciri Baitul Maqdis.
Pada pagi hari peristiwa mi’raj, Rasul mulia Saw. memberitahukan perihal perjalanan mi’raj kepada kaum Quraisy, lalu Quraisy mendustakan beliau. Mereka berkata, “Jika kau benar-benar pergi ke Baitul Maqdis, maka sebutkan kepada kami ciri pintu-pintu, dinding, dan kondisi Baitul Maqdis.”
Rasul mulia Saw. bersabda, “Aku pun merasa sangat susah. Belum pernah aku merasa susah seperti itu. Allah kemudian menampakkan Baitul Maqdis kepadaku, menyingkap tabir penghalang antara aku dan Baitul Maqdis hingga aku melihatnya lalu aku sebutkan ciri-cirinya sambil melihatnya.”[1]
Saat itu juga kaum Quraisy tahu bahwa beliau memberitahukan Baitul Maqdis dengan benar dan sempurna.
Rasul mulia Saw. juga berkata kepada kaum Quraisy, “Aku melihat kafilah kalian saat aku berada di tengah perjalanan. Kafilah kalian akan tiba esok hari pada waktu anu.”
Kaum Quraisy menantikan kafilah pada waktu seperti yang disampaikan Rasul mulia Saw. Kafilah terlambat untuk sesaat dan matahari juga berhenti untuk sesaat menurut pembenaran para ahli tahqiq agar berita yang disampaikan Rasul mulia Saw. benar.[2]
Artinya bumi menghentikan perjalanan dan tugasnya untuk sesaat agar kata-kata Rasul mulia Saw. terlihat benar. Penghentian tugas ini nampak dengan terhentinya pergerakan matahari.
Ya, bumi yang besar ini menghentikan tugasnya demi membenarkan satu perkataan Muhammad Al-Araby Saw., dan mentari nan besar itu juga menjadi saksinya. Untuk itu, pahamilah sejauh mana kesengsaraan orang yang tidak percaya pada sosok seperti ini dan tidak taat pada perintah-perintahnya. Dan pahamilah sejauh mana kebahagiaan orang yang percaya kepada beliau dan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat,” pada perintah-perintahnya. Lalu katakanlah, “Segala puji bagi Allah atas karunia iman dan Islam.”
Isyarat Kedelapanbelas
Mukjizat abadi paling besar –yang menyatukan ratusan tanda-tanda kebenaran nubuwah, yang kemukjizatannya ditegaskan sebanyak empatpuluh sisi- Rasul mulia Saw. adalah Al-Qur'anul Hakim.
“Kalimat keduapuluh lima” terkait mukjizat besar ini sudah menjelaskan empatpuluh sisi kemukjizatan Al-Qur'an secara garis besar dalam sekitar 150 halaman. Untuk itu, kami mengalihkan penjelasan tentang mukjizat besar yang merupakan gudang segala mukjizat ini ke kalimat tersebut. Berikut ini kami hanya akan menjelaskan dua atau tiga noktah saja.
Noktah pertama;
Jika dikatakan; kemukjizatan Al-Qur'an ada pada sisi kefasihannya, dan seluruh tingkatan manusia seharusnya harus mendapat bagian dari kemukjizatan Al-Qur'an. Namun kemukjizatan
[1] Silahkan membaca riwayat ini dalam; Fathul Bary (IXI/3597), Faidhul Qadir (V/7376), Tuhfatul Ahwadzi (VII/3058).
[2] Silahkan membaca riwayat-riwayat ini dalam Shahih Al-Bukhari (IV/1743), Shahih Ibnu Hibban (I/252), As-Sunan Al-Kubra, An-Nasa`i (VI/377).
285. Page
yang terdapat pada sisi kefasihannya hanya dapat dipahami oleh ulama ahli tahqiq; hanya satu di antara seribu orang saja yang memahaminya?
Jawab;
Al-Qur'anul Hakim merupakan mukjizat bagi setiap tingkatan manusia. Al-Qur'an mengesankan keberadaan mukjizatnya dalam bentuk berbeda satu sama lain. Contoh;
Bagi para ahli balaghah dan kefasihan, Al-Qur'an memperlihatkan kemukjizatannya dari sisi balaghah-nya yang luar biasa.
Bagi para pujangga dan orator, Al-Qur'an memperlihatkan mukjizatannya dari sisi untaian kata nan menawan, luar biasa, indah, dan tinggi. Meski siapapun kagum pada untaian kata Al-Qur'an, namun tak seorang pun dapat menirunya. Kata-kata Al-Qur'an tidak menua seiring perjalanan waktu. Untaian kata Al-Qur'an selalu segar. Kata-kata Al-Qur'an adalah prosa nan terangkai seperti puisi, dan puisi nan terangkai seperti prosa yang mengandung keluhuran dan kenikmatan.
Bagi para dukun dan orang-orang yang memberitakan hal gaib, Al-Qur'an memperlihatkan kemukjizatannya dari sisi pemberitaan-pemberitaan gaib nan luar biasa.
Bagi para ahli sejarah dunia, Al-Qur'an memperlihatkan kemukjizatannya melalui berita-berita tentang berbagai umat yang telah berlalu dan berbagai peristiwa yang mereka alami, melalui berbagai kondisi dan peristiwa-peristiwa masa depan, alam barzakh dan akhirat.
Bagi para ilmuan sosial dan politikus, kemukjizatan Al-Qur'an nampak pada aturan-aturan sucinya.
Ya, syariat besar yang bersumber dari Al-Qur'an memperlihatkan rahasia mukjizat ini.
Bagi kalangan yang mendalami theologi dan hakikat-hakikat alam raya, Al-Qur'an memperlihatkan kemukjizatannya melalui hakikat-hakikat suci ilahi, atau mengesankan keberadaan mukjizatnya.
Bagi para pengikut tarekat dan wali, Al-Qur'an memperlihatkan kemukjizatannya melalui rahasia ayat-ayatnya yang selalu bergelombang laksana samudera.
Seperti itulah Al-Qur'anul Karim membuka jendela dan memperlihatkan kemukjizatannnya pada setiap tingkatan di antara empatpuluh tingkatan umat manusia.
Bahkan ketika Al-Qur'an dibacakan di hadapan tingkatan masyarakat awam yang mengandalkan telinga dan sedikit memahami makna-maknanya, mereka yang punya telinga tentu membenarkan Al-Qur'an tidak sama seperti kitab-kitab lain. Orang awam bilang, “Kemungkinan Al-Qur'an berada di bawah seluruh kitab-kitab yang pernah kami dengar –ini mustahil dan tidak mungkin dikatakan siapapun, bahkan musuh sekalipun, dan ini seratus persen mustahil- atau mungkin Al-Qur'an berada di atas seluruh kitab yang pernah kami dengar. Dengan demikian Al-Qur'an adalah mukjizat.”
Dalam batasan tertentu, kami akan menjelaskan kemukjizatan yang difahami orang awam yang punya dua telinga ini agar kita dapat membantunya. Berikut jelasnya;
Saat muncul, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan menantang dunia dan membangkitkan dua keinginan kuat dalam diri manusia.
Pertama; keinginan untuk meniru yang dimiliki pada pecinta Al-Qur'an. Maksudnya keinginan untuk menyerupai gaya bahasa Al-Qur'an dan keinginan untuk bertutur kata dengan bahasa seperti Al-Qur'an.
Kedua; keinginan untuk mengkritik yang ada pada para musuh Al-Qur'an. Maksudnya, keinginan untuk membatalkan klaim mukjizat dengan membuat kata-kata seperti gaya bahasa Al-Qur'an.
Atas dorongan dua keinginan kuat ini, jutaan kitab-kitab berbahasa Arab ditulis yang semuanya beredar luas. Andai pun kitab yang paling fasih di antara kitab-kita tersebut dibandingkan dengan Al-Qur'an, tentu siapapun yang mendengar pasti berkata, “Al-Qur'an tidak sama kitab-kitab ini.”
286. Page
Dengan demikian, Al-Qur'an tidak setingkat dengan kitab-kitab tersebut. Untuk itu, Al-Qur'an mungkin berada di bawa tingkatan kitab-kitab tersebut, dan ini seratus kali mustahil. Terlebih siapapun –bahkan setan- tidak dapat mengatakan itu.
Atau mungkin Al-Qur'an berada di atas tingkatan kitab-kitab tersebut. Untuk itu, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan berada di atas seluruh kitab-kitab yang pernah ditulis.
Al-Qur'anul Hakim memperlihatkan kemukjizatannya bahkan bagi tingkatan orang bodoh dan awam yang tidak memahami makna, karena membaca Al-Qur'an tidak membuat jemu ataupun bosan.
Ya, orang awam dan bodoh seperti ini mengatakan, “Jika saya mendengar bait-bait syair yang paling indah ataupun tenar sebanyak dua atau tiga kali, tentu saya merasa jemu. Namun Al-Qur'an sama sekali tidak membuat saya jemu membacanya. Bahkan Al-Qur'an semakin membuat saya rindu untuk mendengarnya lebih banyak lagi. Dengan demikian, Al-Qur'an bukan perkataan manusia.”
Al-Qur'anul Hakim juga memperlihatkan kemukjizatannya kepada tingkatan anak-anak –yang berusaha menghafalnya- dengan cara Al-Qur'an tertanam kuat dalam memori-memori kecil anak-anak nan lembut, lemah, dan lugu –yang tidak mampu mempertahankan satu halaman pun dalam memori- dengan begitu mudahnya meski banyaknya ayat-ayat dan kata-kata serupa yang bisa menyebabkan kesamaran dan mengganggu.
Al-Qur'an memberikan kesan semacam mukjizat bahkan bagi orang sakit dan sekarat yang mudah terpengaruh oleh kata-kata dan suara gaduh meski sekecil apapun, karena mereka menilai dengungan dan gema Al-Qur'an begitu lembut dan indah seperti air Zamzam.
Kesimpulan;
Al-Qur'anul Hakim menampakkan empatpuluh sisi kemukjizatan pada empatpuluh tingkatan umat manusia nan beragam, atau membuat mereka merasakan adanya mukjizat tersebut, dan tidak menghalangi siapapun dari mukjizat itu.
Bahkan ada semacam tanda mukjizat Al-Qur'an yang diarahkan kepada tingkatan manusia yang hanya punya dua mata saja, tidak memiliki telinga, hati, ataupun ilmu. Mukjizat itu adalah kata-kata Al-Qur'an yang ditulis dan dicetak dengan khath Al-Hafizh Utsman saling memandang satu sama lain. Contohnya demikian;
Jika lembaran-lembaran di balik kata;
وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ
“(Jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya,” (QS. Al-Kahfi: 22) dilubangi, tentu kita akan melihat kata;
مِنْ قِطْمِيْرٍۗ
“Setipis kulit ari,” (QS. Fathir: 13) dengan sedikit pergeseran. Dan nama anjing tersebut akan terlihat.
Demikian halnya kata;
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
“Semuanya akan dikumpulkan lagi kepada kami,” (QS. Yasin: 32, 52, 75) yang diulang sebanyak dua kali (atau tiga kali) dalam surah Yasin, keduanya nampak saling bertumpuk.
Demikian halnya dua kata;
فَكَذَّبُوْهُ فَاِنَّهُمْ لَمُحْضَرُوْنَۙ
“Mereka akan diseret (ke neraka),” (QS. Ash-Shaffat: 127, 158) yang diulang sebanyak dua kali dalam surah Ash-Shaffat, keduanya menatap ke arah kata sebelumnya yang terdapat dalam surah Yasin, sekaligus kedua kata ini saling menatap satu sama lain. Andai tempat salah satu dari kedua kata tersebut dilubangi, tentu akan nampak kata yang satunya lagi dengan sedikit pergeseran.
Demikian halnya dua kata;
مَثْنٰى
“Berdua-dua,” (QS. Saba`: 46) di akhir surah Saba` dan awal surah Fathir, keduanya saling menatap satu sama lain. Dua kata;
287. Page
مَثْنٰى
“Berdua-dua,” yang saling berhadapan ini tentu saja bukan suatu kebetulan karena hal serupa terulang hanya sebanyak tiga kali di dalam Al-Qur'an. Contoh seperti ini banyak sekali. Bahkan satu kata dalam empat atau lima tempat saling menatap satu sama lain dengan sedikit pergeseran di balik lembar-lembar mushaf.
Saya melihat mushaf dimana kata-kata yang saling berhadapan satu sama lain ditulis dengan warna merah pada halaman-halaman yang saling berhadapan, saat itu saya berkata, “Kondisi ini juga merupakan tanda untuk salah satu jenis mukjizat.”
Setelah itu saya melihat adanya banyak sekali kata-kata Al-Qur'an yang saling menatap satu sama lain di balik sejumlah halaman-halaman Al-Qur'an.
Pada ukiran dan tulisan Al-Qur'anul Hakim terdapat semacam pertanda mukjizat, karena urutan surah-surah Al-Qur'an mengacu pada petunjuk Nabi Saw., sementara urutan mushaf-mushaf yang dicetak dan diedarkan berdasarkan ilham ilahi, karena hal ini bukan terjadi secara kebetulan, juga bukan muncul dari hasil pemikiran manusia. Namun ada sedikit penyimpangan-penyimpangan karena cetakan yang tidak sempurna. Andaikan versi cetakan mushaf tertata rapi, tentu kata-kata seperti ini saling menumpuk secara sempurna.
Lafazh “Allah” yang ada di setiap halaman surah-surah Madaniyah yang sedang ataupun panjang diulang secara menawan, menampakkan keselarasan lembut yang menyiratkan makna-makna pada dua halaman dan halaman-halaman yang saling berhadapan dengan pengulangan sebanyak lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, atau umumnya sebelas kali.
Noktah kedua;
Mengingat sihir nge-trend pada masa nabi Musa a.s., karena itulah sebagian besar mukjizat-mukjizatnya mirip sihir. Mengingat ilmu pengobatan nge-trend pada masa nabi Isa a.s., karena itulah sebagian besar mukjizat-mukjizatnya memiliki jenis yang hampir sama.
Seperti itu pula pada masa Rasul mulia Saw., ada empat hal yang paling nge-trend;
Pertama; balaghah dan kefasihan.
Kedua; syair dan ceramah.
Ketiga; perdukunan dan pemberitaan gaib.
Keempat; ilmu tentang peristiwa-peristiwa masa lalu dan kejadian-kejadian alam.
Untuk itu, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan saat datang menantang para ahli keempat disiplin ilmu ini. Sehingga mau tidak mau, para ahli balaghah –terlebih dahulu sebelum yang lain- harus bertekuk lutut dan mendengarkan Al-Qur'an dengan gamang dan terkesima.
Selanjutnya para ahli syair dan ceramah dibuat gamang dan terkesima, karena Al-Qur'an membuat mereka begitu tercengang dan membuat mereka harus menurunkan tujuh syair terbaik karya fenomenal mereka (al-mu’allaqat as-sab’ah) yang ditulis dengan tinta emas yang ditempelkan di dinding Ka’bah sebagai kebanggaan, serta meruntuhkan nilainya.
Selanjutnya, Al-Qur'an membuat para penyihir dan dukun yang memberitakan hal gaib diam tak berkutik, membuat mereka melupakan berita-berita gaib yang mereka sampaikan, mengusir jin-jin mereka, dan mengakhiri era perdukunan.
Selanjutnya, Al-Qur'an menyelamatkan mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa umat-umat sebelumnya, kondisi-kondisi dan berbagai kejadian dunia dari khurafat dan kebohongan. Memberitahukan peristiwa-peristiwa masa lalu yang sebenarnya dan fakta-fakta dunia nan terang pada mereka.
Keempat tingkatan manusia ini bertekuk lutut di hadapan Al-Qur'an dengan sepenuh kekaguman dan penghormatan. Mereka menjadi murid-murid Al-Qur'an, dan tak seorang pun di antara mereka yang mampu meniru satu surah pun.
Jika dikatakan; bagaimana kita tahu tidak ada seorang pun yang dapat meniru Al-Qur'an, padahal meniru Al-Qur'an adalah hal mustahil?
288. Page
Jawab;
Andai meniru Al-Qur'an memungkinkan, tentu ada yang berusaha untuk itu karena kebutuhan untuk meniru Al-Qur'an amat mendesak, sehingga agama, harta benda, nyawa, dan keluarga mereka berada dalam bahaya. Andai mereka berusaha meniru, tentu akan terlepas dan selamat.
Andai mereka meniru Al-Qur'an, tentu saja orang-orang kafir dan munafik yang jumlahnya begitu banyak, membantu mereka untuk meniru dan menyebarkan tiruan-tiruan Al-Qur'an itu pada siapapun juga, seperti halnya mereka menyebarkan segala sesuatu yang anti Islam.
Andai mereka menyebarkan tiruan-tiruan Al-Qur'an, tentu tertera dalam sejarah dan kitab-kitab dengan segala keagungan dan kemewahan. Nyatanya, sejarah dan kitab-kitab yang menyebar tidak menyebut apapun tiruan Al-Qur'an selain beberapa alenia buatan Musailamah Al-Kadzdzab. Meski demikian, Al-Qur'an menantang mereka dengan cara yang menyentuh senar mereka nan amat peka dan membangkitkan sikap membangkang yang ada dalam diri mereka dalam kurun waktu 23 tahun lamanya seraya mengatakan;
“Tirulah Al-Qur'an dan buatlah padanannya yang disampaikan orang buta huruf seperti Muhammad Saw.
Jika kalian tidak melakukan itu, berarti Muhammad Saw. bukan buta huruf, tapi seorang ulama dan penulis besar.
Jika kalian tetap tidak melakukan itu, kalian jangan melakukannya sendiri, tapi kumpulkan seluruh ulama dan para ahli balaghah kalian. Silahkan kalian saling bekerjasama. Bahkan, biarkan pula sembahan-sembahan yang kalian jadikan sandaran, membantu kalian.
Jika kalian tetap tidak mampu meniru Al-Qur'an, silahkan meminta bantuan pada kitab-kitab kuno yang fasih. Serulah generasi-generasi mendatang untuk membantu kalian membuat seperti Al-Qur'an.
Jika kalian tetap tidak mampu, buatlah sepuluh surah seperti Al-Qur'an dalam bentuk yang hakiki dan benar. Harus terdiri dari berbagai kisah dan cerita, dan harus fasih dan rapi seperti kata-kata Al-Qur'an.
Jika kalian tetap tidak mampu, buatlah satu surah seperti Al-Qur'an. Tidak perlu yang panjang, tapi yang pendek saja. Jika tidak seperti itu, maka agama, nyawa, harta benda, dan keluarga kalian berada dalam bahaya di dunia maupun akhirat.
Al-Qur'an menantang seluruh manusia dan jin dalam rentang waktu bukan hanya duapuluh tiga tahun saja, tapi sejak 1300 tahun lalu dalam bentuk yang mengharuskan terhadap delapan tingkatan manusia.
Sejak dulu dan hingga kini Al-Qur'an menantang mereka. Namun orang-orang kafir generasi pertama lebih memilih membahayakan diri sendiri, nyawa, harta benda, dan keluarga. Mereka lebih memilih cara paling berbahaya; perang. Meninggalkan cara paling mudah dan singkat; meniru Al-Qur'an. Dengan demikian, meniru Al-Qur'an tidak mungkin dilakukan.
Patutkah orang berakal –khususnya orang-orang yang tinggal di semenanjung Arab pada masa itu, terlebih orang-orang cerdas seperti kaum Quraisy- memilih cara yang lebih sulit dan meninggalkan cara yang lebih singkat dan mudah, serta membuat diri sendiri, harta benda, dan keluarga, beresiko terkena bahaya dan binasa, jika memungkinkan bagi salah seorang sastrawan mereka membuat satu surah seperti Al-Qur'an, menyelamatkan mereka dari serangan dan tantangan Al-Qur'an?!
Kesimpulan;
Meniru huruf-huruf Al-Qur'an tidak mungkin. Untuk itu, mereka terpaksa berperang menggunakan pedang seperti yang dikatakan Al-Jahizh yang masyhur itu.
Jika dikatakan; sebagian ulama ahli tahqiq mengatakan, “Tidak mungkin bisa meniru satu surah Al-Qur'an pun, bahkan satu ayat pun, bahkan satu rangkaian kata pun, dan bahkan satu kata pun. Ini tidak akan pernah terjadi.”
289. Page
Bagi kami, kata-kata ini terlalu berlebihan dan tidak dapat diterima akal, karena di dalam kata-kata manusia terdapat rangkaian kata yang mirip kata-kata Al-Qur'an. Lantas apa hikmah pernyataan ulama tersebut.
Jawab;
Ada dua pendapat terkait mukjizat Al-Qur'an;
Pendapat pertama;
Pendapat ini rajih dan dinyatakan sebagian besar ulama; kelembutan-kelembutan balaghah dan keistimewaan-keistimewaan ma’ani yang ada di dalam Al-Qur'an berada di atas kemampuan manusia.
Pendapat kedua;
Pendapat ini lemah; meniru satu surah Al-Qur'an masih berada dalam kemampuan manusia. Namun Al-Haq Ta’ala mengalihkan manusia dari hal itu sebagai mukjizat bagi Rasul mulia Saw.
Seperti halnya seseorang mampu berdiri tegak di atas kedua kaki. Namun ketika seorang nabi berkata kepada orang tersebut sebagai suatu mukjizat baginya, “Kau tidak akan dapat berdiri,” orang tersebut benar-benar tidak dapat berdiri. Ini namanya mukjizat.
Pendapat lemah ini disebut pendapat sharfah. Maksudnya, Al-Haq Ta’ala mengalihkan jin dan manusia untuk tidak memiliki kemampuan meniru satu surah pun seperti Al-Qur'an. Andai Al-Haq Ta’ala tidak mengalihkan dan mencegah, tentu jin dan manusia mampu membuat satu surah seperti Al-Qur'an.
Dengan demikian, pernyataan ulama bahwa mustahil membuat kata-kata seperti Al-Qur'an adalah hakiki sesuai pendapat ini, karena Al-Haq Ta’ala mengalihkan mereka untuk melakukan hal itu demi mukjizat. Mereka tidak akan mampu mengucapkan apapun untuk meniru kata-kata Al-Qur'an. Bahkan andaipun mereka menuturkan kata-kata, mereka tidak akan mampu mengucapkan satu kata pun tanpa izin ilahi.
Pendapat rajih dan pendapat mayoritas ulama punya sisi yang jeli sebagai berikut;
Kata-kata dan rangkaian kata Al-Qur'an saling menatap satu sama lain. Satu kata kadang menatap sepuluh tempat, sehingga terdapat sepuluh noktah balaghah dan sepuluh keselarasan di sana, seperti beberapa contoh pada sebagian rangkaian kata surah Al-Fatihah dan rangkaian kata di awal surah Al-Baqarah yang telah kami jelaskan dalam tafsir yang disebut “isyarat-isyarat mukjizat.”
Sebagai contoh; apabila batu diletakkan di dinding istana nan berukir indah, dimana batu ini –yang diibaratkan sebagai tali pengikat seluruh ukuran- menatap seluruh ukiran dinding dan berkaitan dengan semua ukiran tersebut. Ini bergantung pada pengetahuan tentang dinding tersebut beserta ukiran-ukirannya.
Seperti halnya biji mata di kepala manusia bergantung pada pengetahuan akan segala kaitan dan hubungan seluruh bagian tubuh satu sama lain, segala fungsinya nan menawan, dan posisi mata terhadap kaitan-kaitan dan fungsi-fungsi tersebut, seperti itu juga sekelompok ahli hakikat yang melangkah jauh ke dalam gua hakikat, mereka melihat banyak sekali kaitan dan hubungan antar kata-kata Al-Qur'an, dan wajah-wajah yang menatap seluruh ayat-ayat dan rangkaian kata.
Terlebih ulama ilmu huruf. Mereka ini melangkah begitu jauh di bidang ini. Mereka menjelaskan dan menegaskan ilmu ini pada siapa yang patut untuk mengetahuinya di setiap huruf-huruf Al-Qur'an seukuran berbagai rahasia yang ada pada satu halaman.
Mengingat Al-Qur'an kalam Pencipta segala sesuatu, maka setiap kata-katanya laksana jantung dan biji-bijian. Artinya, mungkin saja menjadi seperti jantung bagi jasad maknawi yang terdiri dari berbagai rahasia dan biji-bijian bagi pohon maknawi.
Ya, di dalam kata-kata manusia mungkin ada kata-kata seperti kata-kata Al-Qur'an. Bahkan seperti rangkaian kata dan ayat-ayat Al-Qur'an. Namun kata-kata Al-Qur'an diletakkan di tempatnya dengan sangat memperhatikan kaitan dan hubungan-hubungan di antaranya. Maka tentu saja diperlukan ilmu menyeluruh hingga kata-kata tersebut berada di tempatnya yang tepat.
290. Page
Noktah ketiga;
Suatu hari, Al-Haq Ta’ala menganugerahkan renungan hakiki di hati saya dengan kata-kata dalam bahasa Arab untuk menjelaskan esensi Al-Qur'an al-mu’jizul bayan secara garis besar sebagai inti dari inti.
Berikut akan kami tulis renungan tersebut dalam bahasa Arab sebagaimana adanya. Selanjutnya akan kami jelaskan makna-maknanya.
“Maha Suci Zat yang keesaan-Nya, sifat-sifat keindahan, keluhuran, dan kesempurnaan-Nya disaksikan dan dinyatakan oleh Al-Qur'anul Hakim yang keenam arah mata anginnya bersinar terang, yang mengandung rahasia kesatuan seluruh kitab para nabi, wali, para ahli tauhid di berbagai masa dan dengan aliran yang berbeda, yang hati dan akal mereka sepakat membenarkan asas-asas Al-Qur'an dan hukum-hukumnya nan menyeluruh secara garis besar.
Al-Qur'an murni wahyu berdasarkan kesepakatan siapa yang menurunkan, perantara yang menurunkan, dan siapa yang menerimanya.
Al-Qur'an adalah inti hidayah secara pasti, sumber cahaya-cahaya iman secara pasti.
Al-Qur'an adalah kumpulan hakikat-hakikat secara yakin, mengantar menuju kebahagiaan nyata, memiliki buah-buah sempurna melalui musyahadah, diterima malaikat, manusia, dan jin dengan dugaan nan benar melalui berbagai pertanda.
Al-Qur'an dikuatkan oleh beragam dalil-dalil akal berdasarkan kesepakatan para cerdik pandai nan sempurna.
Al-Qur'an dibenarkan oleh fitrah nan lurus melalui kesaksian ketenangan perasaan.
Al-Qur'an adalah mukjizat abadi, sisi kemukjizatannya tetap abadi sepanjang zaman berdasarkan musyahadah. Lingkup bimbingannya terbentang luas dari golongan tertinggi hingga perpustakaan anak-anak kecil; para malaikat dan anak-anak kecil mendapatkan pelajaran yang sama.
Al-Qur'an juga memiliki penglihatan mutlak yang melihat segala sesuatu dengan sangat jelas dan nyata. Penglihatan Al-Qur'an meliputi semua itu dan membolak-balikkan dunia di tangannya dan memberitahukannya kepada kita, seperti halnya pembuat jam membolak-balikkan jam di telapak tangannya dan memberitahukannya kepada orang-orang
Al-Qur'an nan agung ini berulang kali mengatakan, “Tiada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain-Nya. Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah.”
Penjelasan makna-makna renungan di atas;
Enam arah mata angin Al-Qur'an al-mu’jizul bayan terang bersinar, tidak mungkin dirasuki halusinasi ataupun syubhat, karena belakangnya Arsy yang agung. Al-Qur'an bersandar padanya. Di sisi ini ada cahaya wahyu.
Sisi depan dan tujuan Al-Qur'an adalah kebahagiaan dunia-akhirat. Al-Qur'an menjulurkan tangan menuju keabadian dan akhirat.
Sisi depan Al-Qur'an adalah surga dan cahaya kebahagiaan.
Sisi atas Al-Qur'an bersinar dan berkelip sebagai stempel kemukjizatan.
Sisi bawah Al-Qur'an adalah tiang-tiang bukti kebenaran dan dalil-dalil.
Sisi dalam Al-Qur'an adalah hidayah murni.
Sisi kanan Al-Qur'an menuntun akal dengan kata-kata, “Apakah maka mereka tidak mengerti,” yang disampaikan berulang agar akal mengucapkan, “Kau benar.”
Sisi kiri Al-Qur'an memberikan daya rasa spiritual kepada hati, sehingga menjadikan nurani sebagai saksi dan menuntunnya untuk mengatakan, “Barakallah!”
Lalu dari sisi mana di antara sisi-sisi Al-Qur'an al-mu’jizul bayan yang bisa disusupi pencuri halusinasi dan syubhat?!
Ya, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan menyatukan rahasia kesepakatan seluruh kitab para nabi, wali, dan para ahli tauhid di berbagai masa dengan aliran yang berbeda. Artinya, para ahli
291. Page
kalbu dan akal menerima dan menyebut hukum-hukum dan asas-asas Al-Qur'an secara garis besar di dalam kitab-kitab mereka seraya membenarkannya.
Dengan kata lain, mereka laksana akar Baghawi pohon samawi Al-Qur'an.
Al-Qur'an bersandar kepada wahyu. Al-Qur'an sendiri merupakan wahyu karena Allah Ta’ala Dzul Jalal yang menurunkan Al-Qur'an, menampakkan dan menegaskan melalui mukjizat-mukjizat Rasul mulia Saw. bahwa Al-Qur'an adalah wahyu.
Al-Qur'an yang turun juga menjelaskan bahwa ia berasal dari Arsy melalui mukjizat yang ia perlihatkan.
Kekacuan si penerima Al-Qur'an (Rasul mulia Saw.) di awal mula turunnya wahyu, guncangan yang beliau alami saat wahyu turun, keikhlasan dan pengagungan Al-Qur'an beliau yang melebihi siapapun juga, ini semua menunjukkan bahwa Al-Qur'an merupakan wahyu yang diturunkan kepada beliau sebagai tamu yang datang dari azali.
Selanjutnya, Al-Qur'an merupakan hidayah murni, karena kebalikan Al-Qur'an adalah kesesatan kekafiran berdasarkan musyahadah.
Selanjutnya, Al-Qur'an merupakan sumber cahaya-cahaya iman secara pasti. Maka tidak diragukan bahwa kebalikan dari cahaya-cahaya iman adalah kegelapan. Poin ini sudah kami sebutkan di sebagian besar “kalimat” dan “risalah-risalah” secara pasti.
Selanjutnya, Al-Qur'an merupakan gudang segala hakikat secara yakin. Apapun kebohongan dan ilusi tiada mampu menyusup ke sana.
Ya, Al-Qur'an menegaskan bahwa ia adalah inti segala hakikat. Bahkan bahasan-bahasan Al-Qur'an terkait alam gaib, sama seperti bahasan-bahasannya terkait alam nyata.
Di dalam Al-Qur'an tidak ada kerancuan berdasarkan kesaksian dunia Islam nan penuh dengan hakikat yang dibentuk Al-Qur'an sendiri, juga syariat nan kokoh yang ia perlihatkan, dan kesempurnaan-kesempurnaan luhur yang ia sandang.
Selanjutnya, Al-Qur'an mengantar menuju kebahagiaan dunia-akhirat secara pasti dan tanpa syubhat. Menuntun umat manusia menuju kebahagiaan itu. Bagi yang punya syubhat, silahkan membaca Al-Qur'an dan dengarkanlah kata-katanya sekali saja, apa yang ia katakan!
Selanjutnya, buah-buah Al-Qur'an begitu luar biasa, menawan, dan mendetakkan kehidupan, karena kehidupan buah menunjukkan kehidupan pohon. Perhatikanlah bagaimana Al-Qur'an menghasilkan buah-buah sempurna lagi menawan yang memiliki kehidupan dan cahaya seperti orang-orang pilihan dan para wali di setiap masa.
Selanjutnya, Al-Qur'an diterima dan dicintai manusia, jin, dan malaikat dengan dugaan benar dan penerimaan yang muncul dari beragam pertanda tanpa batas, karena ketika Al-Qur'an dibaca, mereka mengelilinginya dengan kerinduan dan cinta laksana serangga.
Selanjutnya, Al-Qur'an diperkuat oleh dalil-dalil akal, terlebih Al-Qur'an adalah wahyu.
Ya, kesepakatan para cerdik-pandai nan sempurna membuktikan hal itu. Para ulama, khususnya para imam ilmu kalam dan para filosof jenius seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd, menegaskan asas-asas Al-Qur'an dengan asas dan dalil-dalil mereka.
Al-Qur'an adalah bukti kebenaran dari sisi fitrah nan lurus, karena setiap fitrah lurus membenarkan Al-Qur'an jika ia tidak punya problem ataupun penyakit, karena ketenangan nurani dan kenyamanan kalbu hanya terwujud dengan cahaya-cahaya Al-Qur'an.
Dengan demikian, fitrah lurus membenarkan Al-Qur'an berdasarkan kesaksian ketenangan nurani.
Ya, fitrah mengatakan kepada Al-Qur'an melalui bahasa kondisionalnya, “Kesempurnaan fitrah kami tidak terwujud tanpamu.” Hakikat ini sudah kami jelaskan di sejumlah tempat.
Selanjutnya, Al-Qur'an adalah mukjizat abadi melalui musyahadah dan secara pasti. Kemukjizatan Al-Qur'an nampak setiap saat, dan tak pernah padam ataupun meredup seperti halnya mukjizat-mukjizat lain. Waktu dan ajalnya tidak pernah habis, karena dia kekal abadi.
Selanjutnya, tingkatan-tingkatan bimbingan Al-Qur'an luas, karena malaikat Jibril mendapatkan pelajaran yang sama seperti yang didapatkan anak kecil. Keduanya mengambil bagian masing-masing dari Al-Qur'an.
292. Page
Filosof paling cerdas seperti Ibnu Sina, membaca pelajaran yang sama yang dibaca orang awam dari kalangan ahli tilawah dan qiraah. Keduanya mengambil bagian masing-masing. Orang awam kadang memetik manfaat lebih banyak dari yang didapatkan Ibnu Sina berkat kekuatan dan kejernihan iman dalam diri.
Selanjutnya, Al-Qur'an punya mata yang melihat, menyaksikan, dan meliputi seluruh alam laksana lembaran-lembaran kitab. Menjelaskan tingkatan dan alam-alamnya. Seperti halnya ahli jam membolak-balik, membuka, memperlihatkan, dan memperkenalkan jam, seperti itu juga Al-Qur'an dengan kedua tangannya memegang, membolak-balik, memperkenalkan dan memperlihatkan alam.
Inilah Al-Qur'an nan agung yang mengatakan, “Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah,” dan menyampaikan keesaan.
Ya Allah! Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pendamping kami di dunia, teman di dalam kubur, penolong pada hari kiamat, cahaya di atas shirath, tirai penghalang dan tabir dari neraka, teman di surga, penuntun dan imam menuju segala kebaikan.
Ya Allah! Terangilah hati dan kuburan kami dengan cahaya iman dan Al-Qur'an. Terangilah bukti kebenaran Al-Qur'an dengan hak dan kesucian siapa yang Al-Qur'an diturunkan kepadanya.
Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya dan keluarganya; rahmat dan kesejahteraan dari Ar-Rahman Al-Hannan. Amin.
Isyarat Kesembilanbelas yang Memiliki Noktah
Dalam isyarat-isyarat sebelumnya telah disebutkan secara pasti dan tidak diragukan bahwa Rasul mulia Saw. adalah utusan Allah.
Muhammad Al-Araby Saw. yang risalahnya dikuatkan ribuan dalil qath’i merupakan bukti paling terang dan pasti atas keesaan Allah dan kebahagiaan abadi.
Untuk itu dalam isyarat ini akan kami paparkan pengenalan ringkas dan secara garis besar sebagai inti dari inti terhadap dalil terang dan bukti kebenaran nan dapat berkata dan jujur itu.
Karena beliau adalah dalil yang berujung pada makrifatullah sebagai hasilnya, maka perlu kiranya mengetahui dalil dan sisi pengambilan dalilnya.
Untuk itu, akan kami jelaskan sisi pengambilan dalilnya dan kebenarannya secara sangat singkat sebagai berikut;
Seperti halnya Rasul mulia Saw. adalah dalil keberadaan dan keesaan Sang Pencipta alam raya, seperti halnya seluruh wujud menunjukkan keberadaan-Nya, maka dengan lisan beliau, beliau memberitahukan petunjuk pribadi beliau dan petunjuk seluruh wujud alam raya.
Karena beliau adalah dalil, berikut ini akan kami isyaratkan kehujahan, konsistensi, dan kebenaran dalil ini dalam limabelas asas;
Asas pertama;
Bukti yang menunjukkan keberadaan Pencipta alam raya melalui diri, lisan, petunjuk segala kondisi dan tutur kata beliau ini adalah bukti kebenaran dari sisi hakikat alam raya, karena petunjuk seluruh wujud akan keesaan laksana pembenaran terhadap orang yang memberitahukan keesaan.
Artinya, beliau adalah bukti kebenaran alam raya secara keseluruhan terkait pengakuan yang beliau sampaikan. Keesaan ilahi yang merupakan kesempurnaan mutlak dan kebahagiaan abadi yang tidak lain adalah kebaikan mutlak, selaras dan sesuai dengan keindahan dan kesempurnaan seluruh hakikat-hakikat alam. Dengan demikian, pengakuan beliau pasti benar.
Untuk itu, Rasul mulia Saw. merupakan bukti kebenaran keesaan Allah dan kebahagiaan abadi yang dapat berbicara. Beliau benar dan dibenarkan.
293. Page
Asas kedua;
Karena dalil yang benar lagi dibenarkan itu memiliki ribuan mukjizat yang lebih banyak dari seluruh nabi, syariat yang tidak dihapus, dan dakwah menyeluruh untuk seluruh jin dan manusia, maka tentu saja beliau menyatukan rahasia seluruh mukjizat dan kesepakatan para nabi. Artinya, kekuatan kesepakatan para nabi dan kesaksian mukjizat-mukjizat mereka merupakan titik sandaran bagi kebenaran beliau.
Beliau adalah sultan dan guru para wali dan orang-orang pilihan yang mencapai tingkatan sempurna berkat didikan, bimbingan, dan cahaya syariat beliau. Dengan demikian, beliau menyatukan rahasia seluruh karamah dan pembenaran mereka, juga kekuatan tahqiq mereka, karena mereka menempuh jalan yang dilalui sang guru dan pengajar.
Beliau selalu membuka pintu sehingga murid-murid beliau menemukan hakikat. Dengan demikian, seluruh karamah, tahqiq, dan kesepakatan mereka merupakan titik sandaran bagi kebenaran guru mereka yang disucikan.
Selanjutnya, bukti keesaan tersebut –seperti yang telah dijelaskan dalam isyarat-isyarat sebelumnya- adalah beliau memiliki mukjizat-mukjizat nyata, qath’i, dan yakin. Juga memiliki pertanda-pertanda luar biasa (irhashat), dan bukti-bukti kebenaran nubuwah yang tidak dapat diragukan, karena seluruh mukjizat, irhashat dan tanda-tanda kebenaran ini membenarkan keesaan secara kuat, dimana jika seluruh alam raya bersatu padu, tentu tidak akan mampu menggugurkan pembenaran tersebut.
Asas ketiga;
Penyeru menuju keesaan dan yang menyampaikan kabar gembira kebahagiaan abadi ini memiliki mukjizat-mukjizat nyata, akhlak-akhlak luhur dalam diri beliau nan penuh berkah, sifat-sifat mulia dalam menjalankan tugas risalah, perangai-perangai berharga dalam syariat dan agama yang beliau sampaikan. Siapapun membenarkan beliau, bahkan musuh bebuyutan sekalipun. Ia tidak mampu menemukan celah untuk mengingkari beliau.
Mengingat beliau memiliki akhlak-akhlak paling luhur dan terbaik, sifat-sifat paling tinggi dan sempurna, perangai-perangai paling berharga dan terbaik pada diri, tugas, dan agama, maka tidak diragukan bahwa beliau adalah model segala kesempurnaan yang terpendam dalam seluruh wujud, model akhlak-akhlak luhur, guru sekaligus pengajarnya.
Dengan demikian, segala kesempurnaan yang ada pada diri beliau, tugas, dan agama beliau merupakan titik sandar yang kuat dan kokoh bagi kebenaran beliau yang tak pernah goyah.
Asas keempat;
Sang penyeru menuju keesaan dan kebahagiaan yang merupakan sumber segala kesempurnaan dan guru segala akhlak luhur itu tiada berbicara seenaknya ataupun berdasarkan hawa nafsu. Ia dibuat berbicara.
Ya, Sang Pencipta alam raya inilah yang membuat beliau berbicara. Beliau menerima pelajaran dari Guru Azali, setelah itu beliau mengajari orang lain, karena Sang Pencipta alam raya ini menampakkan dan menjelaskan melalui ribuan bukti-bukti kebenaran nubuwah –sebagian di antaranya sudah disebutkan dalam isyarat-isyarat sebelumnya-, juga melalui mukjizat-mukjizat yang Ia ciptakan untuk beliau bahwa beliau semata berbicara atas nama-Nya dan menyampaikan kalam-Nya.
Al-Qur'an yang diturunkan kepada beliau melalui empatpuluh sisi mukjizat baik yang nampak maupun tersembunyi, menjelaskan bahwa beliau adalah penerjemah Al-Haq Ta’ala.
Selanjutnya, dengan segala keikhlasan, ketakwaan, kesungguhan, amanah, juga melalui seluruh kondisi dan fase-fase yang dilalui, beliau menjelaskan bahwa beliau tidak berbicara atas nama diri beliau sendiri, kata-kata yang beliau sampaikan juga bukan buah pikiran beliau sendiri. Tapi beliau berbicara atas nama Sang Khaliq.
294. Page
Selanjutnya, seluruh ahli hakikat yang mendengar beliau, mereka semua membenarkan beliau melalui mukasyafah dan tahqiq. Mereka beriman kepada beliau secara ‘ilmul yaqin bahwa beliau tidak berbicara seenaknya sendiri ataupun menurut hawa nafsu. Beliau semata dibuat bicara oleh Pencipta alam raya ini. Ia mengajari beliau dan membuat beliau mengajari umat manusia.
Dengan demikian, kebenaran beliau bersandar kepada kesepakatan empat asas nan kuat dan kokoh ini.
Asas kelima;
Selanjutnya, penerjemah kalam azali itu melihat arwah, berbicara dengan para malaikat, menuntun jin dan manusia. Dengan demikian, beliau tidak mempelajari ilmu dari alam manusia dan jin, tapi beliau dapatkan ilmu tersebut dari atas alam arwah dan malaikat.
Beliau memiliki hubungan dan dapat melihat apa yang ada di balik alam-alam tersebut. Untuk itu, seluruh mukjizat beliau yang sudah disebutkan sebelumnya dan sirah beliau yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, secara pasti menegaskan hakikat ini.
Dengan demikian, tidak ada jin, arwah, malaikat secara umum, atau bahkan para malaikat yang didekatkan sekalipun yang ikut campur dalam hal-hal yang beliau kabarkan dan beliau sampaikan, selain malaikat Jibril a.s.
Berbeda dengan campur tangan jin dalam berita-berita yang disampaikan para dukun dan mereka yang mengabarkan sesuatu dari alam gaib. Bahkan, beliau sering kali mendahului berita yang disampaikan Jibril a.s.
Asas keenam;
Rasul mulia Saw., si pemimpin golongan malaikat, jin dan manusia itu adalah buah pohon alam semesta yang paling menonjol dan sempurna, perwujudan rahmat ilahi, model cinta rabbani, cahaya bukti kebenaran, lentera hakikat nan paling terang, kunci mantera alam raya, pengungkap misteri penciptaan, penjelas hikmah alam, penyeru menuju kekuasaan ilahi sekaligus menyampaikan kekuasaan itu, penjelas segala kebaikan penciptaan rabbani, model segala kesempurnaan paling sempurna di seluruh wujud dari sisi kesiapan-kesiapannya nan lengkap.
Dengan demikian, seluruh sifat dan kepribadian maknawi beliau mengisyaratkan dan bahkan menunjukkan bahwa beliau adalah alasan dari tujuan alam raya ini. Artinya, Pencipta alam raya ini memandang kepribadian itu sambil menciptakan alam raya. Bisa dikatakan bahwa seandainya Allah Ta’ala tidak menciptakan beliau, tentu Ia tidak menciptakan alam raya.
Ya, hakikat-hakikat Al-Qur'an dan cahaya-cahaya iman yang beliau sampaikan kepada jin dan manusia, akhlak-akhlak luhur dan segala kesempurnaan tinggi yang ada pada diri beliau merupakan saksi pasti akan hakikat tersebut.
Asas ketujuh;
Bukti kebenaran dan lentera hakikat itu menampakkan agama dan syariat yang menyatukan segala aturan yang mewujudkan kebahagiaan dunia-akhirat. Karena lengkap, bukti kebenaran dan lentera itu menjelaskan hakikat-hakikat alam raya, tugas-tugas beliau, nama-nama dan sifat-sifat Pencipta alam raya dengan penjelasan sebenarnya.
Islam dan syariat bersifat menyeluruh dan sempurna. Keduanya memperkenalkan alam raya di samping memperkenalkan diri sendiri, karena siapapun yang merenungkan esensi Islam dan syariat secara seksama, tentu tahu bahwa agama tersebut adalah penjelasan dan penyampaian Sang Pencipta alam raya nan indah yang Ia perkenalkan itu.
Seperti halnya seorang pembangun istana tertentu membuat definisi yang layak bagi istana tersebut, menulis ciri-ciri yang untuk menampakkan diri melalui sifat-sifat istana tersebut, seperti itu juga dalam agama dan syariat nampak cakupan menyeluruh, keluhuran, dan kebenaran yang mengisyaratkan bahwa keduanya muncul dari pena Pencipta dan Pengatur alam raya ini.
295. Page
Karena yang mengatur dan menata alam raya ini dengan rapi dan menawan, Dialah yang menata agama ini secara rapi dan menawan.
Ya, aturan paling sempurna dan menawan itu mengharuskan keteraturan paling indah.
Asas kedelapan;
Muhammad Al-Araby Saw., yang menyandang sifat-sifat tersebut di atas dan yang bersandar pada titik tumpu yang kuat dan tak tergoyah sedikit pun itu, atas nama Zat Yang Maha mengetahui hal gaib seraya menghadap ke alam nyata memberitahukan kepada golongan jin dan manusia, berbicara kepada kaum-kaum dan bangsa-bangsa yang tersembunyi di balik masa-masa berikutnya dan generasi-generasi mendatang. Juga menyampaikan seruan yang terdengar oleh seluruh jin dan manusia, terdengar di seluruh ruang dan waktu. Ya, kami mendengar seruan itu.
Asas kesembilan;
Beliau menyampaikan khitab nan keras dan kuat yang didengar oleh seluruh masa.
Ya, setiap masa mendengar gema khitab beliau.
Asas kesepuluh;
Melalui sirah, kehidupan dan perilaku kepribadian itu, nampak bahwa ia melihat kemudian mengabarkan apa yang ia lihat, karena di tengah rentang waktu yang amat sulit dan berbahaya, ia berbicara dengan sepenuh kepercayaan diri, tanpa ragu, tanpa terguncang, dan tanpa kekacauan. Sesekali, ia menantang dunia seorang diri.
Asas kesebelas;
Dengan sepenuh kekuatan, beliau menyampaikan seruan kuat, menuntun separuh dunia dan seperlima umat manusia untuk mengatakan, “Aku penuhi panggilanmu” untuk merespon suara beliau, dan membuat mereka semua mengatakan, “Kami mendengar dan kami patuh.”
Asas keduabelas;
Beliau berdakwah dengan kesungguhan dan ketenangan, mendidik dengan pendidikan nan kuat, mengingat beliau mengukir segala aturan yang beliau sampaikan di kening masa dan bebatuan berbagai penjuru wilayah, serta mengabadikan aturan-aturan itu di wajah seluruh zaman.
Asas ketigabelas;
Beliau berbicara dan berdakwah dengan sepenuh kepercayaan diri dan ketenangan, bertumpu pada kekuatan dan kekokohan hukum-hukum yang beliau sampaikan, dimana jika seluruh dunia bersatu padu, tentu tidak akan mampu membuat beliau berpaling dari dakwah atau mundur meninggalkan satu pun hukum-hukum yang beliau sampaikan. Tidak berkeluh kesah menghadapi apapun persoalan sulit, mengamalkan hukum-hukum yang beliau sampaikan sebelum yang lain dengan sepenuh keikhlasan dan kejujuran tanpa ragu. Menerima lalu setelah itu menyampaikannya.
Buktinya adalah sifat zuhud dan tidak memerlukan bantuan orang lain dalam diri beliau yang diakui kawan maupun lawan. Selain itu, beliau juga menjauhkan diri dari perhiasan dunia nan fana.
Asas kelimabelas;
Patuh kepada agama yang beliau sampaikan sebelum yang lain, beribadah kepada Sang Khaliq lebih dari siapapun juga, bertakwa kepada-Nya dan menjauhi segala larangan melebihi siapapun juga; ini semua secara pasti menunjukkan bahwa beliau adalah penyampai dan utusan Sultan azali, hamba paling ikhlas Zat yang berhak disembah, dan penerjemah kalam azali.
296. Page
Kesimpulan limabelas asas;
Kepribadian yang menyandang sifat-sifat tersebut dengan sepenuh kekuatan dan di sepanjang hidup berulang kali mengucapkan, “Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah.” Serta menyampaikan keesaan.
Ya Allah! Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada beliau dan keluarga beliau banyak bilangan kebaikan-kebaikan umat beliau.
سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
“Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)
Ya Allah! Ya Rahman, ya Rahim, ya Fard, ya Hayyu, ya Qayyum, ya Hakam, ya ‘Adl, ya Quddus, dengan hak nama-Mu yang paling agung, furqan-Mu yang paling adil, dan rasul-Mu yang paling mulia, jadikanlah para murid Risalah-risalah An-Nur menyebarkan rahasia-rahasia Al-Qur'an. Jadikanlah hati mereka menampakkan cahaya-cahaya iman. Berilah mereka bimbingan dan arahan untuk istiqamah menjalankan sunnah dan tarekat Muhammad Saw.
Jadikanlah mereka orang-orang bahagia dunia dan akhirat. Amin, amin, amin.
297. Page
Kemuliaan Ilahi dan Jejak Pertolongan Rabbani
Dengan harapan untuk meraih kandungan ayat;
وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan,” (QS. Adh-Dhuha: 11) berikut kami katakan;
Berikut ini akan kami sampaikan jejak pertolongan dan rahmat Allah Ta’ala dalam penulisan risalah “mukjizat-mukjizat Muhammad” ini agar para pembaca membaca dengan penuh perhatian.
Dalam hati, saya sedikit pun tidak berniat untuk menulis risalah ini, karena penjelasan tentang risalah Muhammad Saw. sudah disampaikan dalam “kalimat ketigapuluh satu” dan “kalimat kesembilanbelas.”
Namun tiba-tiba muncul lintasan pikiran di hati memaksa saya untuk menulis risalah ini. Kekuatan memori saya sudah lemah akibat berbagai musibah yang mendera.
Dalam menulis risalah ini, saya tidak menggunakan metode periwayatan (ia berkata, dikatakan), di samping kitab-kitab hadits ataupun sirah tidak tersedia di sini. Namun demikian, saya mulai menulis risalah ini sambil mengucapkan, “Saya bertawakal kepada Allah.”
Akhirnya pertolongan mendampingi saya dan memori saya membantu saya, lebih dari kekuatan memori Sa’id “lama.” Dalam durasi dua atau tiga jam, ada sekitar tigapuluh atau empatpuluh halaman yang ditulis. Dan dalam satu jam, sepuluh halaman dapat ditulis.
Riwayat-riwayat dan nukilan yang tertera dalam riwayat ini bersumber dari kitab Imam Al-Bukhari, Muslim, Al-Baihaqi, At-Tirmidzi, Asy-Syifa karya Al-Qadhi Iyadh, Dala`ilun Nubuwwah karya Abu Nu’aim, Ath-Thabrani, dan Ath-Thabari. Hati saya bergetar, karena jika penukilan dalam risalah ini keliru, tentu saja berdosa karena yang dinukil hadits. Namun terbukti bahwa ada pertolongan ilahi dalam penulisan risalah ini dan risalah ini diperlukan.
Untuk itu, saya berharap kepada Allah Ta’ala agar risalah ini ditulis dengan benar, insya Allah. Selanjutnya saya berharap kepada saudara-saudara saya sekalian, jika ada kekeliruan dalam penulisan lafal-lafal hadits atau nama-nama perawi, tolong dibetulkan dan menatap dengan pandangan memaafkan.
Sa’id An-Nursi
Ya, guru kami mengimlakkan kepada kami sementara kami menulis dalam bentuk coretan. Beliau tidak memegang dan tidak merujuk pada satu kitab pun. Beliau hanya mengatakan secara spontan dan sangat cepat. Kami yang menulis. Dalam durasi dua atau tiga jam, kami menulis lebih dari tigapuluh atau empatpuluh halaman.
Ini membuat kami yakin bahwa pertolongan ini merupakan karamah mukjizat-mukjizat nabawi.
Pelayan beliau selamanya,
Abdullah Jawisy
Pelayan dan sekretaris beliau,
Sulaiman Samin
Sekretaris dan saudara beliau di akhirat,
Al-Hafizh Khalid
Saudara dan sekretaris beliau,
Al-Hafizh Muhammad Taufiq Asy-Syami
298. Page
Penjelasan Tambahan Pertama
Dari “Mukjizat-mukjizat Muhammad Saw”
Karena “kalimat kesembilanbelas” berisi penjelasan tentang risalah Muhammad Saw. dan penjelasan tambahannya berisi penjelasan tentang mukjizat terbelahnya bulan, kedua penjelasan tersebut dicantumkan di sini karena memiliki kesamaan konteks.
بسم الله الرحمن الرحيم
Kilauan keempatbelas mengandung empatbelas “tetesan” berikut;
Tetesan pertama;
Ada tiga pengenal menyeluruh yang memperkenalkan Rabb kita kepada kita;
Pertama; kitab alam raya. Sebagian dari kesaksian alam raya sudah kita dengarkan sebelumnya dalam tigabelas kilauan dari pelajaran ketigabelas Risalah-risalah An-Nur.
Kedua; penutup para nabi yang merupakan ayat terbesar kitab alam raya nan besar ini.
Ketiga; Al-Qur'an nan agung kedudukannya.
Sekarang kita perlu mengenal bukti kebenaran kedua yang dapat berbicara, yaitu penutup para nabi dan mendengar kata-katanya.
Ya, perhatikan sosok maknawi bukti kebenaran ini, niscaya Anda melihat bahwa permukaan bumi menjadi masjid baginya, Makkah Al-Mukarramah menjadi mihrab baginya, Madinah Al-Munawwarah menjadi mimbar baginya.
Bukti nyata dan nabi kita itu adalah imam bagi seluruh orang beriman, khatib bagi seluruh umat manusia, pemimpin para nabi, pemuka para wali, pemimpin halaqah zikir yang terdiri dari pada nabi dan wali.
Dialah yang kepribadiannya menjadi pohon nan bercahaya terang. Akar-akarnya mendetakkan kehidupan, dan buah-buahannya nan segar adalah para wali secara keseluruhan, karena semua nabi yang bersandar pada mukjizat masing-masing membenarkan dakwah beliau, dan para wali yang bertumpu pada karamah masing-masing menandatangani pembenaran dakwah beliau, karena nabi kita mengatakan dan menyerukan, “La ilaha illallah.”
Para ahli zikir nan bercahaya yang berbaris di sebelah kanan dan kiri (masa lalu dan masa depan) itu mengucapkan kata-kata yang sama, dan secara ijma’ maknawi mengatakan, “Kau benar, dan kau menuturkan kebenaran.” Lantas dari mana halusinasi bisa ikut campur dan memasukkan jari-jarinya pada penyeru seperti ini yang dikuatkan dengan banyak sekali tanda-tangan pembenaran yang tiada terbatas.
Tetesan kedua;
Seperti halnya kedua sayap bukti tauhid nan terang dikuatkan ijma’ dan riwayat mutawatir, bukti tersebut juga dikuatkan oleh pembenaran ratusan isyarat kitab-kitab samawi seperti Taurat dan Injil, dikuatkan ribuan rumus irhashat, isyarat-isyarat golongan jin, kesaksian-kesaksian mutawatir pada dukun, petunjuk ribuan mukjizat beliau seperti terbelahnya bulan, kebenaran syariat beliau, sifat-sifat beliau nan begitu indah kala menjalankan tugas, ketakwaan, ubudiyah, kesungguhan, dan keteguhan beliau nan luar biasa yang menampakkan kesempurnaan amanah, kekuatan iman, puncak ketenangan dan kepercayaan beliau.
Itu semua secara jelas sejelas mentari menunjukkan bahwa pengakuan yang beliau sampaikan sangat benar.
299. Page
Tetesan ketiga;
Jika Anda berkenan, mari sama-sama kita pergi ke semenanjung Arab dan menuju era bahagia itu untuk mengunjungi Rasul mulia Saw. dan menyaksikan kala beliau menjalankan tugas meski melalui hayalan.
Silahkan Anda lihat, beliau nampak sebagai sosok yang memiliki sirah dan wujud indah nan istimewa di hadapan kita. Tangan beliau memegang kitab mukjizat, dan lisan beliau berisi khitab segala hakikat. Beliau menyampaikan khutbah azali untuk seluruh anak-anak Adam, bahkan untuk jin, manusia, malaikat, dan seluruh wujud.
Dengan jawaban-jawaban memuaskan dan dapat diterima, beliau menanggapi tiga pertanyaan rumit yang membingungkan; siapa Anda? Dari mana Anda? Dan hendak kemana Anda? Yang ditanyakan pada seluruh wujud. Pertanyaan-pertanyaan yang menyita perhatian akal dan membuatnya bingung. Beliau menguraikan dan menjelaskan misteri penciptaan alam semesta, membuka dan mengungkap mantera rahasia alam raya.
Tetesan keempat;
Perhatikan cahaya hakikat yang beliau sebarkan. Ketika Anda memperhatikan alam raya ini jauh dari lingkaran cahaya hakikat itu, Anda akan melihat bahwa wujud alam raya ini laksana upacara pemakaman, seluruh wujud saling merasa asing satu sama lain, bahkan bermusuhan. Seluruh benda mati laksana jenazah-jenazah yang menakutkan. Setiap makhluk hidup laksana anak-anak yatim nan menangis karena tamparan-tamparan kefanaan dan perpisahan.
Selanjutnya silahkan Anda memperhatikan bahwa upacara pemahaman tersebut berubah menjadi majlis zikir penuh dengan kerinduan dan daya tarik kalbu berkat cahaya yang disebar oleh sosok mulia itu.
Wujud-wujud yang nampak sebagai musuh dan asing satu sama lain itu menjadi seperti orang-orang tercinta dan saudara.
Benda-benda mati dan diam itu menjadi petugas, teman, dan pelayan-pelayan yang ditundukkan.
Anak-anak yatim nan terasing, menangis, dan mengadu itu berubah menjadi orang-orang yang berzikir dan bertasbih, atau dalam bentuk orang-orang yang bersyukur yang dibebas-tugaskan.
Tetesan kelima;
Dengan cahaya yang sama, seluruh pergerakan, variasi, perubahan dan pergantian yang ada di alam raya ini naik ke tingkatan tulisan-tulisan rabbani, lembaran ayat-ayat kauni, dan cermin nama-nama ilahi setelah terlepas dari kehinaan dan kesia-siaan, terlepas dari permainan faktor kebetulan.
Dengan cahaya yang sama, alam juga naik ke tingkatan kitab hikmah shamadani.
Selanjutnya, ketika kelemahan dan kemiskinan tanpa batas manusia yang membuatnya runtuh hingga lebih rendah dari tingkatan hewan itu mendapat sinar terang dari cahaya itu; akal yang membuatnya lebih celaka dari pada seluruh hewan dan yang menjadi media pengangkut kesedihan, duka, dan nestapa, menjadi bersinar terang sehingga manusia naik ke tingkatan yang lebih tinggi dari seluruh hewan, bahkan di atas tingkatan seluruh makhluk.
Dengan memohon, manusia akan menjadi sultan mulia. Dengan berdoa, manusia akan menjadi khalifah mulia di bumi setelah kelemahan, kemiskinan, dan akalnya mendapat pancaran sinar dari cahaya itu.
Dengan demikian, jika cahaya itu tidak ada tentu segala sesuatu bahkan alam raya ini dan bahkan manusia akan runtuh ke tingkatan sia-sia dan tiada guna.
Ya, keberadaan sosok agung seperti ini diperlukan untuk alam raya nan indah seperti ini. Jika tidak ada, tentu alam raya dan gugusan-gugusan bintang ini harus tidak ada.
300. Page
Tetesan keenam;
Sosok mulia ini merupakan sumber yang mengabarkan dan menyampaikan berita gembira tentang kebahagiaan abadi, mengungkap dan menyampaikan tentang rahmat tanpa batas, menyeru menuju kekuasaan rububiyah, mengungkap simpanan-simpanan nama-nama ilahi.
Ketika Anda memandang kepada beliau dengan tatapan ini, maksudnya dari sisi ubudiyah beliau, niscaya Anda akan melihat beliau sebagai model cinta, wujud nyata rahmat, kemuliaan bagi umat manusia, dan buah pohon penciptaan yang paling terang bersinar.
Jika Anda memandang beliau dari sisi lain, maksudnya dari sisi risalah, Anda akan melihat beliau sebagai bukti kebenaran, lentera hakikat, mentari hidayah dan wasilah kebahagiaan.
Pandanglah bagaimana cahaya beliau meliputi timur dan barat laksana kilat. Separuh bumi dan seperlima umat manusia menerima hadiah petunjuk beliau yang nyawa pun dikorbankan demi petunjuk itu.
Lantas kenapa jiwa dan setan kita tidak menerima “La ilaha illallah” dengan sepenuh tingkatannya yang merupakan asas segala persoalan sosok tersebut.
Tetesan ketujuh;
Perhatikanlah bagaimana sosok ini melenyapkan tradisi-tradisi buruk dan liar yang menyebar di tengah-tengah berbagai macam kaum lair, fanatik memegang tradisi dan membangkang itu sekaligus dan dengan cepat di tengah semenanjung nan luas ini. Membekali mereka dengan akhlak-akhlak yang baik, sehingga menjadikan mereka guru-guru dunia dan seluruh bangsa maju.
Perhatikanlah, beliau tidak mewujudkan tujuan itu dengan pemaksaan, tapi dengan membuka dan menundukkan akal, ruhani, kalbu, dan sukma. Ia pun disukai segala hati, menjadi guru bagi seluruh akal, pendidik semua sukma, dan sultan bagi seluruh ruhani.
Tetesan kedelapan;
Anda tahu, kebiasaan kecil seperti merokok misalnya di tengah-tengah komunitas kecil, tidak akan dapat dihilangkan selain oleh penguasa besar dan dengan idealisme besar pula.
Namun sosok ini dengan sedikit tenaga lahiriah, dengan idealisme kecil, dan dalam rentang waktu yang tidak lama, mampu merubah tradisi-tradisi besar dan banyak di tengah banyak sekali kaum, di tengah-tengah para pembangkang dan fanatik. Sebagai gantinya, beliau menanamkan dan memperkuat sifat-sifat tinggi secara stabil. Seakan sifat-sifat itu mengalir di aliran darah dalam urat mereka, dan melakukan aksi-aksi luar biasa dan banyak sekali seperti aksi-aksi di atas.
Kini kita memasuki semenanjung Arab di hadapan mata mereka yang tidak melihat masa bahagia itu! Silahkan saja mereka ikut mempelajari ratusan filsafat, pergi ke sana, dan bekerja selama seratus tahun lamanya.
Bisakah kiranya mereka melakukan satu di antara seratus aksi yang dilakukan sosok mulia itu dalam rentang waktu satu tahun jika dibandingkan dengan masa tersebut?
Tetesan kesembilan;
Anda tahu, tidak mungkin bagi seseorang yang tidak punya kedudukan tinggi dengan sudut pandang sederhana terhadap sekelompok kecil dalam persoalan sederhana dan diperdebatkan; mungkinkah ia mengemukakan kebohongan kecil bahkan memalukan tanpa kedok penutup dan tanpa rasa takut di hadapan para musuh, hingga membuat mereka tidak menyadari tipu dayanya tanpa rasa resah ataupun kacau?!
Sekarang silahkan Anda memperhatikan sosok mulia itu; mungkinkah ada kepalsuan pada kata-kata yang beliau ucapkan dengan aksen keras dan tinggi yang membangkitkan amarah para musuh laksana seorang pejabat besar yang menjalankan tugas besar dengan sudut pandang besar, padahal ia sangat memerlukan rasa aman dan tentram yang besar di tengah kelompok yang
301. Page
besar di hadapan musuh yang sangat kuat terkait banyak sekali permasalahan-permasalahan besar dengan penuh percaya diri, bebas, tanpa rasa takut, ragu, tanpa kedok penutup, dan tanpa kekacauan. Beliau sampaikan dengan jernih, tulus, penuh kesungguhan?!
Mungkinkah kata-kata beliau dicampuri tipuan?! Sama sekali tidak.
اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 4)
Ya, kebenaran tidak dapat ditipu. Orang yang melihat dan memandang kebenaran tidak dapat ditipu. Jalan beliau yang benar tidak memerlukan tipu daya.
Lantas dari mana hayalan nampak seperti hakikat di mata orang yang melihat kebenaran dan menipunya?!
Tetesan kesepuluh;
Lihatlah betapa beliau memperlihatkan dan menegaskan hakikat-hakikat dan pemasalahan-permasalahan besar, wajib, pasti, menarik, dan menggugah keingintahuan.
Anda pun tahu, faktor yang paling membangkitkan dan mendorong manusia adalah keingintahuan. Bahkan jika ada yang berkata kepada Anda, “Jika Anda menyerahkan separuh usia dan separuh harta Anda, lalu ada makhluk dari bulan atau planet Jupiter datang untuk mengabarkan apa saja situasi dan kondisi yang ada di sana. Juga mengabarkan apa yang akan terjadi dan yang akan menimpa Anda pada masa depan,” jika Anda punya rasa ingin tahu, tentu Anda berikan separuh usia dan separuh harta Anda.
Nyatanya, sosok ini menyebutkan kabar-kabar tentang Sultan yang rembulan dalam kerajaan-Nya berotasi laksana lalat terbang mengelilingi kupu-kupu. Kupu-kupu yang tidak lain adalah bumi itu berotasi mengelilingi pelita. Pelita yang tidak lain adalah mentari itu merupakan satu di antara ribuan lampu di salah satu ruang tamu di antara ribuan ruang milik Sultan tersebut.
Selanjutnya, beliau berbicara tentang alam luar biasa secara nyata. Mengabarkan tentang perubahan besar dimana jika ribuan bom sebesar bumi meledak, tentu tidak lebih menakjubkan dari alam dan perubahan itu.
Silahkan Anda mendengarkan surah-surah seperti berikut ini melalui lisan sosok mulia tersebut;
اِذَا الشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ
“Apabila matahari digulung.” (QS. At-Takwir: 1)
اِذَا السَّمَآءُ انْفَطَرَتۡ
“Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Infithar: 1)
اَلۡقَارِعَةُ
“Hari kiamat.” (QS. Al-Qari’ah: 1)
Beliau juga mengabarkan tentang masa depan dengan benar, dimana masa depan duniawi ini tidak lain hanya seperti tetesan fatamorgana bagi masa depan hakiki tersebut.
Selanjutnya, ia mengabarkan dengan penuh kesungguhan tentang kebahagiaan dimana setiap kebahagiaan dunia ini jika dibandingkan dengan kebahagiaan hakiki itu laksana kilat palsu bagi mentari abadi.
Tetesan kesebelas;
Tidak diragukan, keajaiban-keajaiban seperti ini tengah menantikan kita di balik tirai lahir alam raya nan menakjubkan yang penuh rahasia dan teka-teki ini. Untuk itu diperlukan adanya sosok cerdas dan tiada duanya yang menampakkan mukjizat-mukjizat untuk mengabarkan keajaiban-keajaiban seperti itu.
Selanjutnya, jelas melalui kondisi dan perilaku sosok mulia ini bahwa beliau melihat dan menyampaikan apa yang beliau lihat.
302. Page
Selanjutnya, beliau mengajari kita dengan benar; apa yang diinginkan Tuhan seluruh langit dan bumi -yang menyempurnakan beragam nikmat kepada kita- dari kita? Apa saja yang membuatnya ridha?
Lantas apa gerangan yang menimpa sebagian besar orang hingga mereka tuli dan buta, bahkan gila sehingga tidak melihat kebenaran ini, tidak mendengarkan ataupun memahami hakikat ini, padahal seharusnya segala sesuatu ditinggalkan selanjutnya menghadap dan mendengarkan kata-kata sosok ini. Beliau-lah yang mengajarkan hakikat-hakikat pasti nan begitu banyak yang menggugah keingintahuan seperti hakikat-hakikat sebelumnya.
Tetesan keduabelas;
Di samping sebagai bukti nyata yang dapat berbicara, benar, dan dalil jujur keesaan Pencipta seluruh wujud, sosok mulia ini juga bukti pasti dan dalil terang akan adanya perhimpunan dan kebahagiaan abadi.
Bahkan, seperti halnya sosok ini sebagai sebab tercapainya kebahagiaan abadi dan wasilah untuk sampai ke sana melalui petunjuk beliau, beliau juga merupakan sebab adanya kebahagiaan abadi dan wasilah penciptaan kebahagiaan tersebut melalui doa dan permohonan beliau.
Berkenaan dengan konteks rahasia ini, berikut sekali lagi kami sebutkan dengan rahasia yang pernah disampaikan dalam persoalan perhimpunan;
Lihatlah! Sosok tersebut berdoa dalam shalat besar. Seakan semenanjung Arab bahkan bumi ikut shalat bersama shalat besar beliau, dan ikut serta memohon.
Lihatlah! Beliau memohon dan berdoa sepenuh hati di tengah jamaah besar, seakan orang-orang sempurna dan bercahaya dari kalangan anak-anak Adam sejak zaman Adam a.s. hingga saat ini dan sampai hari kiamat, mengikuti beliau dan mengamini doa beliau.
Selanjutnya, beliau berdoa dengan permintaan yang dipenuhi kemiskinan, kesedihan, cinta, kerinduan, dan memohon yang membuat seluruh alam raya menangis dan ikut serta berdoa bersama beliau.
Lihatlah! Beliau berdoa untuk suatu tujuan yang mengangkat manusia dan alam, bahkan seluruh makhluk dari tingkatan paling bawah, dari keruntuhan, dan kesia-siaan menuju tingkatan paling atas. Yaitu menuju tingkatan yang punya nilai, menuju keabadian, dan tugas-tugas luhur.
Lihatlah! Beliau meminta dan berdoa dengan tangisan yang mengisyaratkan permintaan bantuan dan pertolongan. Meminta dengan doa dan permohonan manis dipenuhi permintaan belas kasih dan harapan, seakan suara beliau didengar seluruh wujud, langit, Arsy, dan menggelorakan cinta semua makhluk tersebut dan membuat mereka mengamini doa beliau, “Amin, ya Allah amin!”
Lihatlah! Beliau memohon dan meminta segala kebutuhan beliau kepada Al-Qadir As-Sami’ Al-Karim Al-‘Alim Al-Bashir, Ar-Rahim yang mengetahui kebutuhan paling kecil beliau, yang melihat makhluk hidup paling kecil, mendengar, mengabulkan permintaannya dan mengasihinya, karena Ia memberi apa yang diinginkan makhluk sangat kecil tersebut –meski dengan bahasa kondisional. Memberinya dalam bentuk yang dipenuhi hikmah, pengetahuan, dan rahmat, dimana tidak menyisakan apapun syubhat bahwa merawat dan mengatur seperti ini hanya dimiliki Zat Yang Maha mendengar, Maha melihat, Maha Mulia dan Maha Penyayang.
Tetesan ketigabelas;
Apa gerangan yang diminta dan diinginkan sang penyeru ini yang merupakan golongan manusia paling mulia, tiada duanya di alam raya dan sepanjang zaman, kebanggaan seluruh wujud dengan sebenarnya, dan yang berada di bumi ini, menyatukan seluruh kemuliaan anak-anak Adam, mengangkat kedua tangan ke Arsy yang agung?
Lihatlah dan dengarkanlah; beliau meminta kebahagiaan abadi, memohon keabadian, menginginkan pertemuan, dan memelas surga. Bersamaan dengan permohonan ini, beliau juga
303. Page
meminta seluruh nama-nama ilahi nan suci yang menampakkan segala hikmah dan keindahan di cermin seluruh wujud.
Bahkan andaipun tidak ada sebab-sebab tanpa batas yang mengharuskan adanya permintaan tersebut, seperti rahmat, pertolongan, hikmah dan keadilan, tentu satu doa saja yang dipanjatkan sosok mulia tersebut sudah menjadi sebab penciptaan surga yang begitu mudah bagi kuasa Sang Pencipta kita, semudah menciptakan musim semi.
Ya, seperti halnya risalah sosok ini menjadi sebab dibukanya negeri ujian (dunia), maka ubudiyah beliau juga menjadi sebab dibukanya negeri akhirat.
Apakah gerangan keteraturan luar biasa yang terlihat yang membuat para cerdik-pandai dan ahli tahqiq mengatakan, “Tidak mungkin ada yang lebih indah lagi.” Demikian halnya ciptaan indah yang tidak menyelipkan sedikit pun kekurangan dan yang nampak pada rahmat itu. Demikian halnya keindahan rububiyah yang tiada bandingnya, apakah semua ini menerima keburukan, kekerasan, dan kekacauan seperti itu, dimana Al-Haq Ta’ala mendengar keinginan dan suara paling kecil sekalipun dengan penuh perhatian dan mengabulkannya, lantas tidak mendengar keinginan yang jauh lebih penting seakan tidak ada gunanya, tidak memahami dan tidak mewujudkannya?! 100 ribu kali tidak mungkin.
Keindahan seperti ini tidak menerima keburukan seperti itu, dan tidak akan menjadi buru.
Wahai kawan ilusiku! Pembahasan ini dirasa sudah cukup. Selanjutnya kita akan kembali ke belakang, karena jika kita tetap bertahan selama seratus tahun pada zaman itu dan di semenanjung itu, tentu kita tidak mengetahui aksi, tugas, dan peran-peran sosok mulia secara menyeluruh, meski satu persen sekalipun. Dan tentu kita tidak puas menyaksikannya.
Sekarang kemarilah untuk sama-sama melihat seluruh masa satu persatu yang akan kita lalui dalam perjalanan pulang, dan lihatlah bagaimana setiap masa merekahkan banyak sekali bunga berkat luapan yang didapatkan dari mentari hidayah. Menghasilkan jutaan buah terang seperti Abu Hanifah, Asy-Syafi'i, Abu Yazid Al-Basthami, Syaikh Al-Jailani, Syaikh An-Naqsyabandi, Imam Al-Ghazali, Imam Ar-Rabbani, dan lainnya.
Penjelasan rinci musyahadah-musyahadah kami ini kita tunda pada lain waktu. Selanjutnya mari kita membaca shalawat kepada sosok penuntun jalan yang memiliki serangkaian mukjizat ini dengan shalawat-shalawat yang mengisyaratkan sebagian mukjizatnya yang pasti.
Sejuta doa rahmat dan sejuta kesejahteraan dari Ar-Rahman Ar-Rahim semoga terlimpah kepada siapa yang Al-Fuqanul Hakim diturunkan kepadanya dari Arsy nan agung; sayyidina Muhammad sebanyak kebaikan umatnya.
Semoga terlimpah kepada siapa yang risalahnya diberitakan oleh kitab Taurat, Injil, Zabur. Yang nubuwahnya diberitakan oleh irhashat, suara-suara jin, para wali, dan para dukun. Dan bulan terbelah karena ditunjuk jari-jari tangannya; sayyidina Muhammad sebanyak sejuta doa rahmat dan sejuta doa kesejahteraan sebanyak bilangan nyawa umatnya.
Semoga terlimpah kepada siapa yang pohon datang memenuhi panggilannya, yang hujan turun dengan segera karena doanya, yang dinaungi awan sehingga tidak kepanasan, yang ratusan manusia kenyang memakan satu sha’ makanannya, yang air memancar dari jari-jari tangannya sebanyak tiga kali laksana telaga Kautsar, yang biawak, batang kurma, lengan kambing, unta, gunung, batu, dan tanah dibuat Allah berbicara kepadanya; pelaku mi’raj dan pandangannya tidak berpaling dari apa yang dilihatnya; sayyidina dan pemberi syafaat kita Muhammad sebanyak sejuta doa rahmat dan sejuta doa kesejahteraan sebanyak bilangan huruf-huruf yang terbentuk dalam kata-kata yang tercermin di cermin-cermin gelombang udara saat setiap kata Al-Qur'an dibaca oleh setiap qari` dari awal turunnya Al-Qur'an hingga akhir zaman dengan izin Ar-Rahman.
Ampunilah kami dan rahmatilah kami, wahai Tuhan kami dengan setiap doa rahmat yang dipanjatkan kepada beliau … amin.
Bukti-bukti kebenaran nubuwah Muhammad Saw. yang kami isyaratkan secara garis besar dalam kalimat ini (maksudnya risalah ini), sudah kami jelaskan dalam risalah berbahasa Turki yang berjudul “obor-obor mengenal Nabi,” dan “catatan kesembilanbelas.”
304. Page
Dalam risalah ini, sisi-sisi kemukjizatan Al-Qur'anul Hakim disebutkan secara garis besar.
Juga telah dijelaskan dalam risalah berbahasa Turki dengan judul “kilauan-kilauan” dan “kalimat keduapuluh lima” bahwa Al-Qur'an memiliki empatpuluh sisi mukjizat. Di dalam kedua risalah ini, saya telah mengisyaratkan sisi-sisi mukjizat tersebut. Pada bagian tersebut, saya hanya menulis satu sisi saja di antara empatpuluh sisi kemukjizatan Al-Qur'an, yaitu balaghah Al-Qur'an dari sisi keteraturan rangkaian kata dalam empatpuluh halaman dari penafsiran yang saya tulis dalam bahasa Arab berjudul “isyarat-isyarat kemukjizatan.” Jika Anda perlu, silahkan merujuk ketiga kitab tersebut.
Tetesan keempatbelas;
Al-Qur'anul Hakim adalah gudang berbagai mukjizat sekaligus mukjizat terbesar yang secara pasti menegaskan nubuwah Muhammad Saw. dan keesaan ilahi, karena Al-Qur'an tidak memerlukan bukti kebenaran lainnya.
Berikut akan kami isyaratkan definisi Al-Qur'an, satu atau dua kilauan mukjizat Al-Qur'an yang kini menjadi bahan kritikan.
Al-Qur'anul Hakim seperti yang didefinisikan Rabb kita adalah terjemah azali kitab besar alam raya, penerjemah abadi bagi lisan-lisannya yang membaca ayat-ayat takwiniyah, penafsir kita alam gaib dan nyata, pengungkap simpanan-simpanan maknawi nama-nama yang tersimpan di dalam lembaran-lembaran bumi dan langit, kunci segala hakikat yang terpendam di dalam lembar-lembar berbagai peristiwa, lisan alam gaib di alam nyata, gudang segala perhatian abadi rahmani, khitab-khitab azali subhani yang ada di balik hijab alam ini yang berasal dari alam gaib, mentari alam maknawi Islam, asas dan arsitektur Islam, peta suci alam akhirat, kata-kata penjelas, tafsir yang gamblang, bukti kebenaran yang pasti, penerjemah terang Zat Allah, sifat-sifat, nama-nama, dan segala kondisi-Nya, perawat alam manusia, air dan cahaya Islam yang merupakan manusia terbesar, hikmah hakiki golongan manusia, pembimbing dan penuntun hakiki bagi manusia, karena Al-Qur'an menuntun mereka menuju kebahagiaan.
Selanjutnya, Al-Qur'an bagi manusia adalah kitab syariat, kitab hikmah, kitab doa, kitab ubudiyah, kitab perintah dan dakwah, kitab pikiran, kitab tunggal yang disucikan dan komplit, mengandung banyak sekali kitab yang layak menjadi rujukan bagi seluruh kebutuhan maknawi manusia.
Al-Qur'an juga kitab samawi laksana perpustakaan suci yang menampakkan berbagai aliran para wali, shiddiqun, orang-orang ‘arif, dan para ahli tahqiq. Bagi pemahaman mereka, Al-Qur'an merupakan risalah yang cocok bagi cita rasa mereka, mampu menyinari dan selaras dengan kecenderungan masing-masing dari seluruh aliran dan mampu menggambarkannya.
Perhatikan kilauan mukjizat pengulangan kata-kata Al-Qur'an yang oleh sebagian orang dikiranya sebagai kekurangan. Karena Al-Qur'an adalah kitab zikir, kitab doa, dan kitab dakwah, pengulangan yang terdapat di dalamnya adalah sesuatu yang indah, bahkan sangat penting sekali. Bukan sebagai kekurangan seperti yang dikira sebagian orang, karena zikir umumnya penerangan dengan pengulangan, doa umumnya penegasan dengan pengulangan, dan perintah serta dakwah umumnya penegasan dengan pengulangan.
Demikian halnya karena tidak semua orang bisa membaca Al-Qur'anul Karim secara keseluruhan setiap saat, dan umumnya tidak dapat membaca satu surah, maka tujuan-tujuan Al-Qur'an yang paling penting diselipkan di sebagian besar surah-surah panjang, hingga setiap surah menjadi seperti Al-Qur'an kecil.
Artinya, Al-Qur'an menyebut pengulangan-pengulangan untuk sebagian tujuan, seperti penjelasan tentang tauhid, perhimpunan, kisah Musa a.s., dan lainnya agar Al-Qur'an tidak menghalangi siapapun.
Demikian halnya kebutuhan-kebutuhan ruhani itu beragam, seperti halnya kebutuhan-kebutuhan jasmani. Manusia memerlukan sebagian di antara kebutuhan-kebutuhan ruhani itu, layaknya udara bagi tubuh sementara Al-Qur'an bagi ruhani. Manusia memerlukan sebagian di
305. Page
antaranya setiap saat, seperti bacaan basmalah. Seperti itulah ayat-ayat diulang karena pengulangan kebutuhan.
Al-Qur'an mengulang-ulang penjelasan dengan mengisyaratkan pada kebutuhan tersebut dengan maksud untuk menyadarkan manusia dan mendorong untuk melakukan rutinitas-rutinitas yang terus berulang. Juga untuk menggerakkan gairah dan keinginan.
Demikian halnya Al-Qur'an adalah pembangun. Al-Qur'an membangun sebuah agama nan terang. Al-Qur'an adalah asas-asas dunia Islam. Al-Qur'an merubah kehidupan sosial umat manusia. Al-Qur'an adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berulang untuk mempertegas. Untuk itu, Al-Qur'an perlu mengulang untuk mempertegas. Al-Qur'an perlu mempertegas, memantapkan, dan mengulang untuk memperkuat.
Demikian halnya Al-Qur'anul Karim menyebutkan dan membahas tentang permasalahan-permasalahan besar dan hakikat-hakikat detail, karena Al-Qur'an perlu sering mengulang penjelasan dan dalam bentuk-bentuk yang berbeda agar penjelasannya tertanam kuat di dalam hati siapapun juga.
Namun demikian, pengulangan seperti ini hanya bersifat formalitas, karena pada hakikatnya setiap ayat memiliki banyak sekali makna, faedah, sisi, dan tingkatan yang disebut di setiap konteks untuk suatu makna, faedah dan tujuan tertentu yang berbeda dengan konteks lain.
Ketidakjelasan dan penjelasan secara garis besar yang disampaikan Al-Qur'an terkait permasalahan-permasalahan kauniyah semata merupakan kilauan kemukjizatan bimbingan, dan tidak mungkin menjadi bahan kritikan seperti yang dikira para pengingkar. Juga bukan karena kekurangan.
Jika Anda mengatakan; kenapa kiranya Al-Qur'anul Hakim tidak membicarakan tentang wujud-wujud seperti yang dibahas filsafat? Kenapa Al-Qur'an membiarkan sebagian permasalahan dalam bentuk garis besar dan menyebut sebagian permasalahan lain secara rinci, jelas dan nyata hingga selaras dengan pandangan umum, tidak melukai perasaan kalangan umum, dan tidak melelahkan pikiran awam?
Sebagai jawabannya kami katakan;
Filsafat tersesat dari jalan hakikat. Untuk itu, Anda telah memahami dari pelajaran-pelajaran dan kalimat-kalimat sebelumnya bahwa Al-Qur'anul Hakim membicarakan alam raya ini untuk mengabarkan tentang Zat, sifat-sifat, dan nama-nama ilahi.
Artinya, untuk memahamkan makna-makna kitab alam raya dan memperkenalkan Penciptanya. Dengan demikian, Al-Qur'an tidak memandang seluruh wujud itu sendiri, tapi memandang Penciptanya. Meski demikian, Al-Qur'an menyampaikan khitab pada semua manusia.
Sementara ilmu pengetahuan dan filsafat memandang wujud karena wujud itu sendiri. Terlebih, ilmu pengetahuan dan filsafat hanya menyampaikan khitab kepada orang-orang berilmu saja.
Untuk itu, mengingat Al-Qur'anul Hakim menjadikan seluruh wujud sebagai dalil dan bukti kebenaran, maka dalilnya harus jelas, dipahami dengan mudah oleh pandangan semua manusia.
Mengingat Al-Qur'an adalah mursyid yang berbicara kepada seluruh tingkatan umat manusia, dan mengingat tingkatan umat manusia yang paling banyak jumlahnya adalah kalangan awam, maka tentu saja bimbingan Al-Qur'an mengharuskan untuk menyampaikan segala sesuatu yang bersifat kurang penting secara tidak jelas, mendekatkan hal-hal jeli dengan perumpamaan agar mudah dipahami, tidak merubah hal-hal yang bersifat pasti dalam pandangan luar dan dangkal mereka yang tidak penting, dan bahkan berbahaya agar tidak membuat mereka jatuh dalam kekeliruan-kekeliruan.
Contoh;
Al-Qur'an menyebut mentari sebagai lentera dan lampu yang berputar. Al-Qur'an tidak membicarakan mentari dari sisi mentari dan esensinya itu sendiri, tapi membicarakannya sebagai
306. Page
per keteraturan dan bisa dibilang pusat tatanan, karena keteraturan dan tatanan merupakan cermin untuk mengenal Sang Pencipta.
Ya, Ia berfirman;
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗ
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya.” (QS. Yasin: 38) Ungkapan (ﯣ) memahamkan keagungan Sang Pencipta dengan menyebut aturan-aturan kuasa nan tertata rapi yang ada di dalam perputaran musim dingin dan musim panas, pergantian siang dan malam. Dengan demikian, meski peredaran dan perputaran ini terjadi dalam bentuk seperti apapun, tetap tidak mempengaruhi keteraturan yang dimaksud dan rajutan yang terlihat nyata.
Demikian halnya Ia berfirman;
وَّجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا
“Dan (Allah) menjadikan matahari sebagai pelita” (QS. Nuh: 16) Ungkapan (ﭺ ) menggambarkan alam raya ini laksana sebuah istana. Segala sesuatu yang ada di dalam istana, seperti hiasan, makanan, dan perabotan, semuanya dipersiapkan untuk manusia dan seluruh makhluk hidup lain. Mentari digambarkan sebagai lampu yang ditundukkan. Ini memahamkan rahmat dan kebaikan Sang Khaliq.
Sekarang mari kita perhatikan apa yang dikatakan filsafat dungu dan gaduh ini?
Filsafat mengatakan bahwa mentari adalah sebuah gugusan besar dan berapi yang menjadikan planet-planet yang beterbangan berotasi mengelilinginya. Seperti itulah wujud dan esensi matahari. Filsafat tidak memberikan ruhani kesempurnaan ilmiah, tapi justru membuatnya bingung, kesepian, gamang, dan tercengang.
Filsafat tidak membicarakan mentari seperti yang dibahas Al-Qur'an. Mengacu pada perbandingan ini dapat dipahami sejauh mana nilai permasalahan-permasalahan filsafat hampa tanpa isi di dalam dan gaduh dari luar. Untuk itu, tampilan luar filsafat nan indah itu jangan sampai memperdaya Anda, sehingga Anda bersikap tidak sopan terhadap penjelasan Al-Qur'an yang mengandung mukjizat.
Perhatian;
Tetesan keempatbelas dari Risalah-risalah An-Nur yang dikarang dalam bahasa Arab memiliki enam aliran. Dan aliran keempat –secara khusus- memiliki enam noktah yang menjelaskan limabelas macam di antara mukjizat-mukjizat Al-Qur'an Hakim yang jumlahnya mencapai sekitar empatpuluh macam.
Berikut akan kami sampaikan secara ringkas saja, cukup mengacu pada penjelasan dalam risalah tersebut. Jika berkenan, silahkan Anda merujuk risalah yang dimaksud niscaya Anda menemukan simpanan dari mukjizat-mukjizat Al-Qur'an.
Ya Allah! Jadikanlah Al-Qur'an sebagai penawar bagi kami dari segala penyakit, jadikanlah teman bagi kami dalam kehidupan kami dan setelah kami mati, jadikanlah pendamping bagi kami di dalam kubur, jadikanlah penolong kami di hari kiamat, jadikanlah cahaya di atas shirath, jadikanlah tirai penghalang dari nearka, jadikanlah pendamping di surga, jadikanlah penuntun dan imam menuju segala kebaikan, dengan karunia, kemurahan hati, kemuliaan, dan rahmat-Mu, wahai yang paling mulia di antara yang mulia, wahai yang paling penyayang di antara para penyayang, amin.
Ya Allah! Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada siapa yang Al-Furqanul Hakim diturunkan kepadanya. Juga limpahkanlah pula kepada keluarga dan para sahabatnya. Amin.
307. Page
Penjelasan Tambahan Kalimat Kesembilanbelas dan Kalimat Ketigapuluh Satu
Tentang Mukjizat Terbelahnya Bulan
بسم الله الرحمن الرحيم
ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ ١ وَإِن يَرَوْا۟ ءَايَةًۭ يُعْرِضُوا۟ وَيَقُولُوا۟ سِحْرٌۭ مُّسْتَمِرٌّۭ ٢
“Saat (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus menerus’.” (QS. Al-Qamar: 1-2)
Para filosof dan pengikut-pengikut mereka yang dungu dan bodoh yang ingin membenamkan mukjizat terbelahnya bulan yang merupakan mukjizat terang laksana bulan purnama di antara mukjizat-mukjizat Rasul mulia Saw. dengan halusinasi-halusinasi rusak mengatakan, “Jika memang bulan terbelah, tentu diketahui seluruh dunia, dan tentu sejarah manusia meriwayatkan dan menyebut kejadian itu.”
Jawab;
Terbelahnya bulan diperlihatkan sesaat pada malam hari kala banyak orang lengah untuk menjadi bukti kebenaran nubuwah di hadapan sekelompok orang yang hadir dan menyaksikan yang mendengar klaim nubuwah tersebut dan mengingkarinya.
Peradaban pada masa itu tidak menyebar dan belum mengalami kemajuan, tapi masih terbatas. Pengamatan udara dan astronomi saat itu juga masih sedikit dan sangat sederhana sekali. Terlebih adanya satu-dua sebab yang menghalangi untuk melihat bulan, seperti perbedaan mathla` (titik tempat terbitnya bulan), adanya kabut dan awan.
Karenanya, tidak penting jika mukjizat ini terlihat di seluruh belahan bumi dan tercatat dalam seluruh sejarah.
Sekarang silahkan Anda dengarkan lima poin di antara sekian banyak poin yang akan melenyapkan awan halusinasi-halusinasi ini dari wajah mukjizat terbelahnya bulan;
Poin pertama;
Al-Qur'anul Hakim menyampaikan kejadian ini kepada seluruh dunia melalui tutur katanya;
“Bulan pun terbelah.”
Meski para pembangkangan orang-orang kafir pada zaman dan di tempat tersebut sangat keras dan familiar dalam sejarah, namun tak seorang pun di antara orang-orang kafir dan pengingkar Al-Qur'an mampu mendustakan ayat ini.
Artinya, mereka tidak mampu mengucapkan apapun untuk mengingkari peristiwa yang disampaikan ayat ini. Andai peristiwa terbelahnya bulan ini tidak terjadi, tentu orang-orang kafir pada zaman itu benar-benar mendustakannya, dan tentu mereka menyerang untuk meruntuhkan klaim nubuwah dengan dalih bulan tidak terbelah.
Namun kitab-kitab sejarah dan sirah tidak menukil apapun sikap dan reaksi orang-orang kafir terkait peristiwa ini dengan asumsi peristiwa ini tidak terjadi. Yang diriwayatkan kepada kita adalah orang-orang kafir yang menyaksikan dan melihat peristiwa ini menyebutnya sebagai sihir, seperti yang dijelaskan ayat di atas;
“Dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus menerus’.” Yaitu, (Muhammad) telah memperlihatkan sihir kepada kita, meski kafilah-kafilah di sejumlah kawasan lain benar-benar melihat mukjizat ini. Jika tidak, berarti (Muhammad) telah menyihir kita.
308. Page
Pada keesokan pagi, kafilah-kafilah yang datang dari Yaman dan tempat-tempat lain memberitahukan bahwa mereka melihat kejadian tersebut. Selanjutnya orang-orang kafir berkata tentang sang kebanggaan dunia Saw., “Sihir anak yatim Abu Thalib telah sampai ke langit.” Mustahil kata-kata mereka ini.
Poin kedua;
Mayoritas kalangan ahli tahqiq besar, seperti Sa’duddin At-Taftazani menyatakan bahwa terbelahnya bulan mutawatir, se-mutawatir mengalirnya air dari jari-jari Rasul mulia Saw. dan memberi minum seluruh pasukan, tangisan batang kurma kering –yang biasa beliau jadikan sandaran saat menyampaikan khutbah di Masjid- karena berpisah dengan beliau, dan tangisan batang kurma ini didengar oleh seluruh sahabat.
Maksudnya peristiwa ini diriwayatkan sekelompok orang dalam jumlah besar dari suatu tingkatan ke tingkatan berikutnya, mustahil jika mereka semua sepakat berdusta. Karena itulah para ahli tahqiq menyebut peristiwa terbelahnya bulan ini mutawatir, se-mutawatir munculnya komet terkenal 1000 tahun silam seperti komet Halei. Keberadaan mukjizat tersebut bersifat pasti secara mutawatir, seperti keberadaan pulau Sarandib yang belum pernah kita lihat.
Dengan demikian, menebar keraguan lemah terkait persoalan-persoalan nyata dan pasti seperti ini adalah suatu kebodohan. Peristiwa-peristiwa seperti ini tidak mustahil. Terbelahnya bulan mungkin saja terjadi, sama seperti terbelahnya gunung karena lahar.
Poin ketiga;
Mukjizat adalah menegaskan kebenaran pengakuan nubuwah dan meyakinkan orang-orang yang mengingkarinya, bukannya untuk memaksa ataupun menundukkan.. Untuk itu, mukjizat harus diperlihatkan dengan cara yang membuat para pendengar meyakini kebenaran pengakuan nubuwah.
Memperlihatkan mukjizat di tempat-tempat lain, atau memperlihatkannya secara pasti hingga mencapai tingkatan memaksa dan menundukkan, berseberangan dengan rahasia taklif dan menafikan hikmah Al-Hakim Dzul Jalal, karena rahasia taklif mengharuskan untuk membuka pintu bagi akal dan tidak mencabut kemauan akal.
Andai Al-Fathir Al-Hakim membiarkan terbelahnya bulan selama beberapa jam agar terlihat di seluruh belahan dunia seperti yang diinginkan para filosof dan tertera dalam sejarah seluruh umat manusia, tentu bukan lagi menjadi bukti kebenaran pengakuan nubuwah seperti peristiwa-peristiwa langit lagi, dan tentu tidak menjadi mukjizat khusus bagi risalah Muhammad Saw., atau tentu menjadi suatu hal pasti yang memaksa akal untuk percaya dan mencabut kemauannya, sehingga mau tidak mau akal harus percaya.
Tentu tidak ada bedanya antara orang-orang seperti Abu Jahal yang memiliki ruh rendahan laksana arang dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang memiliki ruh tinggi laksana intan. Dan tentu rahasia taklif hilang.
Berdasarkan rahasia itulah terbelahnya bulan terjadi hanya sesaat pada malam hari, waktu orang-orang lengah. Allah menjadikan perbedaan mathla’, embun, awan, dan lainnya menjadi sebab-sebab penutup terbelahnya bulan dan tidak menampakkan peristiwa tersebut ke seluruh dunia. Dengan kata lain, Allah tidak membuat peristiwa ini tercatat dalam sejarah.
Poin keempat;
Mengingat peristiwa ini terjadi sesaat pada malam hari ketika semua orang lengah, peristiwa ini tidak akan terlihat di seluruh belahan bumi. Bahkan andaipun terlihat bagi sebagian orang, mereka tidak akan mempercayai penglihatan mereka sendiri. Andai mereka percaya, tetap saja peristiwa penting seperti ini tidak akan menjadi modal abadi bagi sejarah karena disampaikan melalui khabar ahad.
Penjelasan tambahan disebutkan dalam sebagian kitab bahwa bulan turun ke bumi setelah terbelah. Namun riwayat ini dibantah oleh para ahli tahqiq. Mereka menyatakan mungkin saja
309. Page
pernyataan seperti ini ditambah-tambahkan orang munafik dengan niat untuk meruntuhkan kedudukan mukjizat nyata ini.
Selanjutnya, saat itu Inggris –misalnya- tertutup oleh kabut kebodohan, Spanyol saat itu pada waktu matahari mulai tenggelam, Amerika saat itu siang, China dan Jepang saat itu pagi, dan di sejumlah tempat lain terdapat sebab-sebab yang menghalangi.
Karena itulah peristiwa ini sama sekali tidak terlihat di belahan-belahan wilayah lain.
Sekarang perhatikan si penentang ini mengatakan, “Sejarah bangsa Inggris, China, Jepang, dan Amerika tidak menyebut ataupun membicarakan peristiwa ini. Dengan demikian peristiwa tersebut tidak terjadi!”
Binasa dan terkutuklah orang-orang yang mencari muka dan mendekati bangsa-bangsa Eropah!
Poin kelima;
Terbelahnya bulan bukan peristiwa alam yang terjadi secara kebetulan dan muncul begitu saja karena satu-dua sebab-sebab alam hingga dinilai sebagai salah satu hukum alam biasa. Tapi peristiwa ini diberlakukan Sang Pencipta matahari dan bulan Nan Maha Bijaksana dalam bentuk luar biasa untuk membenarkan risalah rasul-Nya dan untuk menerangi dakwahnya.
Peristiwa ini diperlihatkan untuk menegakkan hujah pada sekelompok manusia yang dikehendaki oleh hikmah rabbani sesuai tuntutan rahasia bimbingan, taklif, dan hikmah risalah. Sebaliknya, peristiwa ini tidak diperlihatkan kepada mereka yang tidak dikehendaki oleh rahasia hikmah dan mereka yang tidak kesampaian pengakuan nubuwah di berbagai belahan bumi karena banyaknya faktor yang menghalangi untuk melihat peristiwa tersebut, seperti tidak nampaknya bulan di sejumlah wilayah karena kabut, awan, perbedaan mathla’, munculnya matahari di sejumlah wilayah lain, sebagian lainnya memasuki pagi hari, di belahan wilayah lain matahari baru terbenam.
Andaikan peristiwa ini diperlihatkan kepada mereka semua, tentu akan terlihat sebagai akibat isyarat jari Rasul mulia Saw. dan mukjizat nubuwah, sehingga risalah beliau mencapai tingkatan pasti, seluruh umat manusia terpaksa percaya, tidak lagi ada pilihan bagi akal dan rahasia taklif hilang. Namun iman mengharuskan untuk menguji akal.
Andaikan peristiwa ini diperlihatkan seperti peristiwa samawi murni, tentu akan terputus hubungan dengan risalah Muhammad Saw., dan tentu tidak ada hubungan khusus dengan beliau.
Kesimpulan;
Tidak tersisa syubhat apapun terkait kemungkinan terbelahnya bulan dan peristiwa ini terjadi secara kuat dan qath’i.
Selanjutnya akan kami isyaratkan enam bukti di antara sekian banyak bukti yang menunjukkan terjadinya peristiwa ini;
Pertama; ijma’ para sahabat adil yang menyepakati terjadinya peristiwa ini.
Kedua; kesepakatan para ahli tafsir dari kalangan ahli tahqiq atas terjadinya peristiwa ini saat menafsirkan ayat;
“Bulan pun terbelah.”
Ketiga; para ahli hadits yang jujur (mereka adalah para ahli riwayat shahih) meriwayatkan terjadinya peristiwa ini dengan banyak sekali sanad dan melalui sejumlah jalur.
Keempat; kesaksian seluruh wali dan shiddiqun dari kalangan ahli mukasyafah dan ilham.
Kelima; pembenaran para imam dan ulama ilmu kalam yang berselisih tajam dari sisi aliran.
Keenam; umat Muhammad Saw. yang tidak bersatu di atas kesesatan berdasarkan nash qath’i, menerima peristiwa tersebut.
Seluruh bukti ini menguatkan terjadinya peristiwa terbelahnya bulan ini dengan jelas, sejelas matahari.
310. Page
Penjelasan yang kami sampaikan hingga bagian ini bertujuan untuk memastikan dan menundukkan lawan (dengan hujah). Penjelasan berikutnya bertujuan untuk hakikat dan iman.
Ya, tahqiq menyatakan seperti itu. Sementara hakikat menyatakan; seperti halnya penutup kantor nubuwah, sang rembulan terang di langit risalah (Muhammad Saw.), Al-Haq Ta’ala memperlihatkan kecintaan dan keunggulannya di atas seluruh penduduk langit dan para penghuni alam tinggi melalui mi’raj yang merupakan karamah dan mukjizat terbesar bagi kewalian dalam ubudiyah beliau yang mencapai tingkatan cinta –maksudnya dengan mi’raj yang merupakan perjalanan yang Al-Haq Ta’ala berlakukan bagi jasad bumi di langit- dan mempertegas kewalian beliau Saw.
Demikian halnya terbelahnya bulan yang terkait dengan bumi dan terikat di langit menjadi dua bagian karena isyarat dari bumi, dan diperlihatkannya peristiwa ini kepada penduduk bumi merupakan mukjizat bagi risalah sosok dari bumi itu, karena Rasul mulia Saw. terbang ke puncak kesempurnaan dengan dua saya bersinar terang seperti risalah dan kewalian, laksana dua sayap bulan bersinar terang nan terbentang, hingga mencapai sedekat dua busur panah atau lebih dekat lagi, sehingga ia menjadi inti kebanggaan para penghuni langit dan bumi.
Semoga doa rahmat dan kesejahteraan sepenuh bumi dan langit terlimpah kepadanya.
سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
“Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)
Sa’id An-Nursi
311. Page
Bagian dari Penjelasan Tambahan Mukjizat-mukjizat Muhammad Saw.
Penutup;
Tentang dalil-dalil risalah Muhammad Saw. dan jawaban singkat atas pertanyaan terkait permasalahan pertama di antara tiga pertanyaan di bagian akhir tiga asas dari risalah “mi’raj nabawi.”
Pertanyaan; kenapa mi’raj agung ini khusus untuk Muhammad Al-Araby Saw. saja?
Jawab;
Kerumitan pertama Anda sudah dijawab tuntas dalam tigapuluh kalimat sebelumnya. Namun berikut akan kami jelaskan secara ringkas sebagai isyarat akan kesempurnaan Muhammad Saw. bukti-bukti kenabiannya, dan ia adalah orang yang paling layak untuk menempuh perjalanan mi’raj agung tersebut;
Pertama; Husain al-Jasari[1] dalam bukunya menyebut 114 isyarat kabar gembira kenabian Muhammad Saw. yang tertera dalam kitab-kitab suci, seperti Taurat, Injil, dan Zabur, meski sebagian besar di antaranya mengalami perubahan. Al-Jasari menyebut semua isyarat tersebut dalam bukunya yang berjudul ar-Risalah al-Hamidiyah.
Kedua; sejarah kita, sebagian besar kabar-kabar gembira kenabian Muhammad Saw., dan beliau adalah nabi akhir zaman, disampaikan kepada kita sebelum beliau diutus sebagai nabi, seperti penjelasan-penjelasan yang disampaikan Syaq[2] dan Suthaih[3] yang dikenal dalam sejarah kita.
Ketiga; adanya ratusan peristiwa-peristiwa luar biasa yang dikenal sebagai pendahuluan-pendahuluan, seperti runtuhnya berhala-berhala di Ka’bah, istana Kisra terbelah pada malam kelahiran Muhammad Saw.
Keempat; melalui penelitian dan pengkajian para ahli tahqiq, sirah dan sejarah menyebutkan bahwa Muhammad Saw. menampakkan lebih dari seribu mukjizat, seperti memberi minum para pasukan dengan air yang keluar melalui jari-jari beliau, pelepah kering di masjid menangis seperti suara ringikan unta dan merindukan Nabi Saw. di hadapan banyak sekali sahabat, karena mimbar dipindahkan dan berpisah dengan beliau, bulan terbelah berdasarkan nash ayat;
وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Bulan pun terbelah.” (QS. Al-Qamar: 1)
Kelima; siapapun yang bersikap obyektif dan jeli tidak akan ragu bahwa dalam sosok Muhammad Saw. terdapat akhlak-akhlak baik yang mencapai puncaknya berdasarkan kesepakatan kawan dan lawan, beliau memiliki sifat-sifat luhur dalam menjalankan tugas dan menyampaikan risalah dalam tingkatan paling luhur berdasarkan kesaksian seluruh interaksinya, dan dalam syariat beliau terdapat sifat-sifat terpuji yang amat sempurna berdasarkan kesaksian akhlak-akhlak baik yang ada dalam agama Islam.
Keenam; Rasulullah Saw. telah menampakkan ubudiyah terbesar dalam agama dengan jelas sekali seperti yang dituntut oleh uluhiyah, juga seperti tuntutan hikmah, seperti yang telah diisyaratkan dalam “isyarat kedua” dari “kalimat kesepuluh.”
[1] Salah seorang ulama Syiria, lahir tahun 1261 H. dan meninggal tahun 1327 H., ia adalah salah seorang ulama di masanya.
[2] Syaq bin Sha’ab bin Yasykur bin Raham bin Afrak bin Qais bin Abqar bin Anmar bin Nizar.
[3] Suthaih namanya Rabi’ bin Rabi’ah bin Mas’ud bin Mazan bin Dzi’b bin Adi bin Mazin bin Ghassan. Keduanya adalah dukun pada masa jahiliyah yang menyampaikan berita gembira Nabi Saw. Keduanya termasuk keajaiban dunia. Syaq adalah separuh manusia, sementara Suthaih adalah jasad yang teronggok tanpa bagian-bagian tubuh, wajahnya di bagian dada, ia seperti keranjang.
312. Page
Beliau juga merupakan sosok da’i yang memperkenalkan Pencipta alam dalam wujud yang paling indah di balik kesempurnaan mutlak seperti yang dituntut untuk beliau tampakkan melalui perantara tertentu, berdasarkan tuntutan hikmah dan hakikat.
Berdasarkan musyahadah, beliau adalah sosok yang dengan suara melengking paling tinggi memberitahukan kesempurnaan ciptaan Sang Pencipta alam dalam keindahan mutlak seperti yang dituntut untuk beliau tampakkan di hadapan mata, dengan menarik perhatian ke arahnya.
Berdasarkan keharusan, beliau juga memberitahukan seluruh tingkatan tauhid dalam tingkatan paling tinggi seperti yang diinginkan oleh Rabb seluruh alam melalui tingkatan-tingkatan sesuatu yang banyak.
Secara aksioma, beliau adalah cermin paling luhur dan bersih jernih yang membiaskan keindahan dan kelembutan Pemilik alam, seperti yang diisyaratkan oleh keindahan jejak-jejak-Nya nan menawan. Beliau adalah manusia terbaik yang paling beliau cintai dan membuat yang lain cinta padanya, sehingga Allah memenuhi keinginannya untuk melihat keindahan suci sesuai tuntutan hakikat dan hikmah.
Secara aksioma, beliau adalah orang paling agung yang memberitahukan simpanan-simpanan gaib Pencipta istana alam ini. Simpanan-simpanan itu penuh berisi mukjizat-mukjizat menawan dan mutiara-mutiara paling berharga. Beliau menyebutnya secara jelas seperti yang diinginkan Sang Pencipta. Beliau juga memberitahukan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya melalui simpanan-simpanan gaib itu.
Beliau juga menunjukkan dan menuntun jin dan manusia dengan Al-Qur'an, bahkan ruh dan malaikat, dengan penjelasan paling agung seperti yang diinginkan Pencipta jagad raya ini, berhias serangkaian keajaiban dan riasan. Al-Qur'an beliau sampaikan kepada semua yang memiliki perasaan agar bisa menempuh perjalanan, berwisata, memetik pelajaran, dan berfikir, serta memberitahukan makna-makna dan nilai seluruh ciptaan serta jejak-jejak-Nya kepada mereka, juga untuk ahli musyahadah dan mereka yang berfikir sesuai tuntutan hikmah.
Dengan hakikat-hakikat Al-Qur'an, beliau memecahkan teka-teki rumit berisi tujuan perubahan-perubahan atom, memecahkan teka-teki membingungkan di balik semua wujud. Teka-teki yang dimaksud adalah tiga pertanyaan rumit berikut;
Siapa Anda? Dari mana? Kemana?
Dengan jelas, seperti yang diinginkan Penguasa Yang Maha Bijaksana untuk mengungkap teka-teki itu bagi semua yang memiliki perasaan melalui perantara seorang rasul
Beliau juga menjelaskan Al-Qur'an dalam bentuk yang paling luhur dan sempurna sesuai dengan cara yang diridhai dan diinginkan Sang Pencipta, dan yang ingin memperkenalkan diri kepada semua makhluk yang memiliki perasaan melalui ciptaan-ciptaan-Nya nan indah, ingin membuat semua makhluk mencintai Zat-Nya melalui serangkaian nikmat-nikmat jiwa nan amat berharga. Sebagai imbalan, Ia ingin menyampaikan hal-hal yang Ia ridhai bagi para makhluk yang memiliki perasaan melalui perantara seorang rasul.
Beliau juga memberikan bimbingan dengan baik, menunaikan risalah Al-Qur'an dengan baik dan dalam tingkatan yang paling besar, sesuai yang diinginkan Rabb seluruh alam dengan mengalihkan wajah orang ini dari sesuatu yang berbilang menuju sesuatu yang tunggal, dari kefanaan menuju keabadian melalui perantara seorang penuntun, karena manusia merupakan buah alam, diberi kesiapan yang luas seluas seluruh alam, membuatnya patut untuk menjalankan ubudiyah menyeluruh, dan membuat perasaan-perasaannya tergoda oleh sesuatu yang berbilang dan juga dunia.
Wujud paling mulia adalah yang memiliki kehidupan, makhluk hidup paling mulia adalah yang memiliki perasaan, dan pemilik perasaan yang paling mulia adalah manusia hakiki. Sosok yang menjalankan tugas tersebut dengan sempurna di antara seluruh manusia hakiki tentu akan melakukan perjalanan mi’raj hingga hampir sedekat dua busur panah, akan mengetuk pintu kebahagiaan abadi, akan membuka simpanan-simpanan rahmat-Nya, dan akan menyaksikan hakikat-hakikat gaib untuk keimanan.
313. Page
Ketujuh; dengan menyaksikan serangkaian ciptaan dan penghiasan nan amat menawan, tentu secara aksiomatis menunjukkan adanya kehendak kuat Sang Pencipta untuk memperindah. Kehendak dan maksud yang kuat ini secara pasti menunjukkan adanya keinginan dan cinta Sang Pencipta terhadap ciptaan-Nya.
Karena itu, makhluk yang paling disukai Sang Pencipta adalah yang paling komplit di antara seluruh makhluk, makhluk yang menampakkan kelembutan-kelembutan ciptaan secara sempurna, makhluk yang mengetahui kelembutan-kelembutan itu dan memberitahukannya kepada yang lain, membuat yang lain mencintainya, dan menganggap ciptaan-ciptaan lainnya indah seraya mengucapkan, “Ma sya`Allah.”
Juga berdasarkan musyahadah, beliau adalah sosok yang membuat langit menggema, mengguncang jagad raya dengan simponi-simponi Al-Qur'an dengan mengucapkan, “Subhanallah,” “Ma sya’Allah,” dan “Allahu akbar,” terhadap serangkaian keistimewaan dan keindahan yang memperindah ciptaan, kelembutan dan kesempurnaan yang menyinari semua wujud yang ada. Beliau adalah sosok yang membuat darat dan laut mabuk karena anggapan indah, penghormatan, pemikiran, pemberitahuan, zikir dan tauhid.
Karena itu, kepergian sosok agung –yang jika ditimbang akan seberat seluruh kebaikan yang dilakukan seluruh umatnya berkat rahasia “sebab sama seperti pelaku,” sosok yang doa shalawat seluruh umatnya semakin menopang kesempurnaan-kesempurnaan maknawinya, sosok yang meraih luapan rahmat dan cinta ilahi tanpa batas, terlebih hasil kerja keras dalam menjalankan tugas risalah dan pahala maknawinya- menuju surga, Sidratul Muntaha, Arsy, dan ke titik hingga sedekat dua busur panah melalui tangga mi’raj, adalah inti hakikat dan hikmah murni.
Sesuai konteks, berikut dicantumkan tingkatan kelimabelas yang membicarakan tentang risalah Muhammad Saw. dari risalah “ayat terbesar.”
Selanjutnya, si pengelana dunia ini berbicara kepada akalnya seraya mengatakan;
“Karena saya mencari Pemilik dan Pencipta saya melalui berbagai wujud alam raya ini, maka kita terlebih dahulu berkewajiban untuk secara bersama-sama pergi menuju masa bahagia untuk mengunjungi Muhammad Al-Arabi Saw., sosok paling terkenal dan paling sempurna di antara seluruh wujud, bahkan melalui pengakuan para musuhnya.
Beliau adalah pemimpin paling besar dan dikenal, tutur katanya paling luhur, akalnya paling terang bersinar, yang memberikan penerangan selama empat belas abad dengan keutamaan-keutamaan dan Al-Qur'an-nya, lalu kita tanyakan padanya tentang apa kita cari.”
Si pengelana ini kemudian memasuki masa itu dengan akalnya, ia mengetahui bahwa masa tersebut –benar-benar- merupakan masa bahagia bagi umat manusia karena keberadaan sosok tersebut, karena dalam waktu relatif singkat, ia mampu mencetak kaum yang paling lurus sebagai guru dan penguasa dunia dengan cahaya yang ia bawa, meski mereka sebelumnya adalah orang-orang primitif dan buta huruf.
Setelah itu si pengelana memulai pencarian seraya berkata kepada akalnya;
“Terlebih dahulu, kita harus mengetahui kadar dan nilai Rasul mulia luar biasa tiada duanya ini, Saw., kita harus mengetahui kebenaran kata-kata dan segala pemberitaannya hingga batasan tertentu, setelah itu kita bertanya kepada tentang Pencipta kita.”
Berikut ini akan disampaikan secara singkat tujuh dalil menyeluruh saja, di antara sekian banyak dalil-dalil pasti tanpa batas yang ia temukan.
Dalil pertama;
Adanya seluruh perangai dan sifat baik dalam sosok tersebut, bahkan atas pengakuan para musuhnya, juga munculnya ratusan mukjizat melalui tangannya yang dinukil secara qath’i, sebagian di antaranya secara mutawatir, seperti bulan terbelah kala ia tunjuk dengan jarinya, seperti disampaikan dalam ayat;
314. Page
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Saat (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah.” (QS. Al-Qamar: 1)
Para pasukan musuh melarikan diri kala tanah-tanah yang ia lemparkan ke arah mereka, mengenai mata mereka semua, seperti yang disampaikan dalam ayat berikut;
وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ
“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” (QS. Al-Anfal: 17)
Air memancar bak telaga Kautsar dari jari-jemarinya untuk keperluan minum seluruh pasukan yang tengah dahaga hingga mereka semua puas.
Lebih dari tigaratus mukjizat-mukjizat ini lengkap dengan dalil-dalil qath’inya telah dijelaskan dalam “risalah mukjizat-mukjizat Muhammad,” yang luar biasa dan memiliki karamah. Risalah tersebut merupakan “catatan kesembilan belas.” Untuk itu si pengelana mengalihkan pembahasannya ke sana dan berkata, “Sosok yang memiliki mukjizat-mukjizat nyata hingga sedemikian rupa, di samping memiliki akhlak-akhlak baik dan berbagai kesempurnaan, tentu dia adalah orang yang paling jujur tutur katanya, pasti menjauhi tipuan dan kebohongan yang merupakan kondisi orang-orang rusak akhlak.
Dalil kedua;
Ia membawa firman Pemilik jagad raya yang diterima dan diimani lebih dari 350 juta manusia di setiap masanya, dan Al-Qur'an yang memiliki kedudukan agung yang merupakan firman, tidak lain merupakan mukjizat dari tujuh sisi.
Di dalam “risalah mukjizat-mukjizat Al-Qur'an,” yaitu “kalimat keduapuluh lima” yang merupakan risalah terkenal dan salah satu mentari Risalah-risalah An-Nur, telah dijelaskan dengan dalil-dalil kuat bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat dari empatpuluh sisi, dan Al-Qur'an adalah kalam Pencipta alam raya.
Untuk itu, si pengelana mengalihkan penjelasannya ke sana, lalu ia berkata, “Tidak mungkin orang tersebut –yang merupakan penerjemah dan penyampai firman-Nya, dan dialah inti kebenaran- berdusta yang berarti berbuat jahat terhadap firman ini dan mengkhianati pemiliknya.
Dalil ketiga;
Beliau Saw. menampakkan syariat, Islam, ubudiyah, doa, iman, dan dakwah tiada banding. Tidak mungkin ada seorang pun yang sebanding dengan beliau. Tidak ada dan tidak akan pernah ada sesuatu yang lebih baik dari syariat Islam, karena syariat yang muncul dari sosok buta huruf, yang mampu menata umat manusia dengan keadilan dan kebenaran selama empat belas abad lamanya, dan mengatur dengan aturan-aturannya nan detail tanpa batas, tidak ada bandingnya.
Selanjutnya, Islam yang muncul melalui segala perbuatan, tutur kata, dan kondisi sosok orang buta huruf Saw., dalam kapasitasnya sebagai penuntun, penunjuk dan rujukan bagi 350 juta umat manusia di setiap masa, sebagai pembimbing dan guru bagi akal mereka, sebagai sosok yang menyinari dan menjernihkan hati mereka, sebagai pendidik dan pembersih jiwa mereka, pusat pengungkapan ruhani mereka, dan sumber peningkatan ruhani. Belum pernah ada dan tidak akan pernah ada bandingnya.
Selanjutnya, keunggulan dan posisi beliau yang terdepan di antara siapapun juga alam seluruh jenis ibadah dalam agama beliau, adanya beliau sebagai sosok paling bertakwa dan yang paling takut kepada Allah dari siapapun juga, adanya beliau menjaga rahasia-rahasia ubudiyah yang paling mendetail dan menjaganya secara sempurna dalam melakukan mujahadah tiada henti tanpa banding, di tengah situasi-situasi sulit, adanya beliau menunaikan semua itu tanpa mengikuti siapapun juga, hanya mengikuti wahyu yang beliau terima, beliau lakukan semua itu dengan sebaiknya, beliau kaitkan antara bagian awal dan akhir, mustahil ada bandingan seperti beliau, dan tidak akan pernah ada.
315. Page
Selanjutnya, beliau mensifati Rabb dengan pengetahuan rabbani dalam jausyan kabir yang merupakan satu di antara ribuan doa dan munajat beliau dengan sifat-sifat yang para ahli makrifat dan para wali yang muncul dan berlalu sejak zaman itu, tidak akan mampu mencapai tingkatan makrifat tersebut, juga tidak akan mampu menggapai tingkat penuturan sifat seperti itu, meski dengan fikiran seperti apapun juga.
Ini menunjukkan, beliau tiada bandingnya dalam hal doa. Siapa yang memperhatikan bagian yang menjelaskan terjemah singkat makna-makna satu alenia di antara sembilanpuluh sembilan alenia jausyan kabir di bagian awal risalah munajat, pasti akan mengatakan, “Jausyan juga tidak ada bandingnya.”
Selanjutnya, beliau menampakkan keteguhan dan keberanian dalam menyampaikan risalah, menyeru umat manusia menuju kebenaran tanpa menunjukkan pengaruh keraguan, keresahan, dan rasa takut, menantang seluruh dunia seorang diri, mampu menghadapi dunia seorang diri, menjadikan Islam menguasai dunia meski negara-negara dan agama-agama besar memusuhi, bahkan permusuhan kaum, kabilah, dan paman beliau sendiri, ini semua menunjukkan, beliau juga tiada memiliki banding dalam hal menyampaikan risalah dan dakwah, dan tidak akan ada bandingnya.
Selanjutnya, dalam keimanan beliau membawa kekuatan, keyakinan, pengungkapan ruhani, dan keyakinan luhur secara luar biasa yang menerangi dunia, dimana seluruh pemikiran, akidah, hikmah orang-orang bijak, ilmu para penguasa spiritual yang menyebar pada masa itu, sama sekali tidak menimbulkan apapun syubhat, keraguan, kelemahan, ataupun was-was dalam keyakinan, akidah, sandaran dan ketenangan beliau, meski beliau mendapat penentangan dan pengingkaran.
Menyebarnya para wali –khususnya para sahabat- yang menapaki maknawi-maknawi dan tingkatan-tingkatan iman sepanjang waktu yang bersumber dari tingkat keimanan beliau, juga keberadaan mereka di tingkatan-tingkatan tertinggi bersama beliau, ini semua secara pasti menunjukkan bahwa beliau juga tiada banding dalam keimanan.
Si pengelana ini mengerti, tiada diragukan bahwa sang pemilik syariat seperti ini tentu tiada bandingya, Islam juga tidak ada padanannya, ubudiyah yang luar biasa, doa tiada banding, dakwah menyeluruh yang mencengangkan jagad raya, keimanan luar biasa yang tidak mungkin jika beliau berdusta, tidak mungkin beliau ditipu. Si pengelana memahami hal ini dan akalnya mempercayainya.
Dalil keempat;
Seperti halnya ijma’ para nabi adalah dalil yang sangat kuat yang menunjukkan keberadaan dan keesaan Allah, ia juga merupakan kesaksian pasti dan sangat kuat akan kebenaran dan risalah sosok ini Saw., karena kebenaran para nabi, sifat-sifat suci, mukjizat dan tugas-tugas mereka, ada dalam diri beliau dalam bentuk yang paling sempurna.
Ini adalah bukti sejarah kita. Artinya, para nabi telah mengabarkan kedatangan beliau melalui lisan mereka yang tertera dalam kitab Taurat, Injil, Zabur, dan dalam lembaran-lembaran mereka. Mereka sampaikan kabar gembira itu kepada umat manusia.
Lebih dari duapuluh bagian terkait isyarat-isyarat kabar gembira kitab-kitab suci telah dijelaskan secara lebih gamblang dalam “catatan kesembilan belas.”
Melalui bahasa kondisi–yaitu melalui pemberitaan dan mukjizat-mukjizat para nabi-, mereka juga memahami bahwa sosok tersebut Saw., yang lebih dikedepankan dari siapapun, yang paling sempurna dalam hal aliran dan tugas, mereka semua memperkuat dakwah beliau.
Seperti halnya mereka menyampaikan keesaan melalui bahasa lisan dan ijma, mereka juga bersaksi akan kebenaran beliau dengan bahasa kondisi dan kesepakatan. Si pengelana mengetahui hal itu.
316. Page
Dalil kelima;
Seperti halnya ribuan para wali yang mencapai kebenaran, hakikat, kesempurnaan, karamah, mukasyafah, dan musyahadah dengan aturan-aturan dan pendidikan sosok ini –Saw.-, juga dengan mengikuti dan meneladani beliau, menunjukkan keesaan, mereka juga bersaksi berdasarkan ijma dan kesepakatan akan kebenaran risalah Rasul ini Saw., sebagai ustadz dan pembimbing bagi mereka.
Si pengelana ini mengetahui bahwa sebagian alam gaib yang dilihat para wali melalui cahaya kewalian yang disampaikan Rasul mulia, juga keyakinan dan pembenaran mereka terhadap semua yang beliau sampaikan melalui cahaya keimanan dengan ‘ilmul yaqin, ‘ainul yaqin, atau haqqul yaqin, menunjukkan dengan terang laksana matahari sejauh mana kebenaran Rasul mulia ini, sebagai ustadz dan pembimbing bagi mereka.
Dalil keenam;
Seperti halnya jutaan para peneliti nan suci, ahli tahqiq nan tulus, orang-orang bijak nan beriman dan cerdas yang mencapai maqam tertinggi dalam tingkatan keilmuan karena pelajaran hakikat-hakikat suci yang disampaikan Rasul mulia ini, juga melalui ilmu-ilmu yang beliau sampaikan dan makrifat ilahi yang beliau ungkap meski beliau buta huruf, yang menegaskan keesaan yang merupakan asas utama dakwah Rasul tersebut yang ditopang oleh dalil-dalil kuat, dan mereka sepakat membenarkannya, maka kesaksian mereka sepakat membenarkan guru terbesar dan ustadz paling agung ini, juga menyepakati sabda dan tutur kata beliau benar, ini merupakan hujah kebenaran risalah beliau nan begitu jelas, sejelas siang hari, dan Risalah-risalah An-Nur dengan seratus bagiannya merupakan salah satu bukti kebenaran belia.
Dalil ketujuh;
Si pengelana itu tahu bahwa pembenaran sekelompok agung yang disebut “keluarga dan para sahabat” dimana mereka adalah manusia-manusia paling terkenal setelah para nabi dalam hal firasat, pengetahuan, dan kesempurnaan, dan mereka adalah manusia yang paling patut untuk dihormati, paling dikenal, paling kokoh berpegang teguh pada agama dan paling jauh pandangannya; kami katakan, si pengelana itu mengetahui bahwa pembenaran mereka yang tidak tergoyahkan, dan keimanan kuat mereka berdasarkan kesepakatan dan ijma bahwa Rasul mulia Saw. ini adalah manusia paling jujur di dunia, paling luhur, paling banyak memiliki kebenaran.
Ini disebabkan karena mereka selalu mencari, mengungkap dan meneliti dengan penuh kerinduan, sangat jeli dan bersungguh-sungguh sepenuhnya demi mengetahui kondisi-kondisi, fikiran dan segala tingkah laku Rasul mulia ini, juga apa yang nampak dan tersembunyi dari perilaku beliau. Ini adalah dalil terang laksana siang hari yang menunjukkan adanya sinar matahari.
Dalil kedelapan;
Seperti halnya alam raya ini menunjukkan keberadaan Sang Pencipta, Penulis, Pengukir yang menciptakan, mengatur, menata, membentuk, menentukan kadar dan ukuran, seakan alam raya ini sebuah istana, kitab, pameran, tempat wisata dan pemandangan indah, demikian halnya alam raya juga menuntut, mengharuskan, dan menunjukkan dalam segala kondisi akan keberadaan seorang penyeru agung, pengungkap yang benar, ustadz peneliti, guru yang benar yang mengajarkan tujuan-tujuan ilahi dalam penciptaan alam raya.
Mengajarkan hikmah-hikmah rabbani dalam segala perubahan, mengajarkan hasil-hasil pergerakan alam raya yang menjalankan tugas, memberitahukan nilai esensi dan kesempurnaan segala wujud yang ada di dalamnya, mengungkapkan makna-makna kitab besar itu.
Si pengelana itu tahu, tidak diragukan bahwa jagad raya sesuai penjelasan yang telah disebut di atas, bersaksi akan kebenaran Rasul mulia Saw. sebagai manusia terbaik yang mengemban seluruh tugas tersebut, dan beliau adalah pegawai Sang Pencipta alam raya yang paling agung yang jujur.
317. Page
Dalil kesembilan;
Mengingat di balik tirai gaib terdapat Zat yang ingin memperlihatkan segala kemahiran-Nya melalui ciptaan-ciptaan-Nya nan menawan dan penuh hikmah, melalui kesempurnaan-kesempurnaan kreasi-Nya, juga ingin memperkenalkan diri dan menarik cinta melalui makhluk-makhluk-Nya nan indah dan berhias, menginginkan para hamba bersyukur dan memuji-Nya melalui beragam nikmat tanpa batas, membuat mereka beribadah kepada-Nya sebagai imbalan dari rububiyah-Nya, dengan ibadah yang dipenuhi pujian dan syukur, ubudiyah dengan perawatan dan penghidupan menyeluruh penuh kasih sayang dan perlindungan, bahkan dengan makanan-makanan dan jamuan-jamuan rabbani yang telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk menenangkan dan mengenyangkan daya rasa mulut, juga dengan berbagai macam keinginan, menjadikan mereka beriman, berserah diri, dan tunduk pada uluhiyah-Nya, menampakkan uluhiyah-Nya melalui perbuatan-perbuatan besar dan penuh wibawa, melalui tindakan dan penciptaan mencengangkan penuh bijak, seperti pergantian musim, pergilirian malam dan siang, menginginkan untuk memperlihatkan keadilan-Nya setiap saat, membenarkan kebenaran dengan menjaga kebaikan dan orang-orang baik, melenyapkan keburukan dan orang-orang jahat, membinasakan orang-orang zalim dan para pendusta melalui tamparan-tamparan langit setiap saat.
Maka tidak diragukan, bahwa makhluk yang paling dicintai oleh Zat yang tersembunyi di alam gaib, hamba yang paling jujur, sosok yang memecahkan teka-teki penciptaan jagad raya dengan menunaikan pelayanan dan tujuan-tujuan tersebut di atas secara sempurna, sosok yang selalu bertindak atas nama Sang Pencipta, sosok yang meminta bantuan dan taufiq kepada-Nya, sosok yang benar-benar mendapatkan bantuan dan taufiq, tentu saja dia adalah Rasul mulia ini; Muhammad Al-Qurasy Saw.
Selanjutnya, si pengelana itu berbicara kepada akalnya seraya mengatakan;
“Mengingat sembilan hakikat di atas bersaksi akan kebenaran Rasul mulia ini, maka tidak diragukan bahwa beliau adalah inti kemuliaan anak-anak Adam, inti kebanggaan alam, dan beliau layak disebut sebagai kebanggaan alam dan kemuliaan anak-anak Adam.
Juga tidak dapat diragukan, bahwa kekuasaan maknawi nan besar yang dimiliki Al-Qur'an –yang ada di tangan beliau dan yang merupakan firman Ar-Rahman- terhadap separuh bumi, juga kesempurnaan-kesempurnaan pribadi dan perangai-perangi luhur beliau, menunjukkan pribadi paling penting di alam ini adalah pribadi beliau, dan tutur kata paling penting terkait Pencipta kita adalah sabda beliau Saw.
Maka kemarilah dan pandanglah, bahwa asas seluruh dakwah pribadi nan luar biasa ini dan tujuan seluruh kehidupannya yang bersandar pada kekuatan ratusan mukjizat-mukjizat pasti dan nyata, juga pada ribuan hakikat luhur dan kuat dalam agama beliau, adalah bukti dan kesaksian akan keberadaan Zat yang wajib ada, keesaan, sifat-sifat dan nama-nama-Nya, juga menegaskan dan mengumumkan keberadaan Zat yang wajib ada.
Dengan demikian, mentari maknawi jagad raya ini, bukti nyata dan terang keberadaan Pencipta kita adalah Rasul mulia dan kekasih Allah itu, karena ada tiga jenis keagungan ijma yang tidak menipu ataupun tertipu yang memperkuat, membenarkan, dan menegaskan kesaksian beliau;
Keagungan pertama;
Pembenaran kelompok bercahaya yang dikenal sebagai keluarga Muhammad Saw. di dunia ini, yang terdiri dari ribuan qutub dan wali besar yang memiliki pandangan tajam dan menebus yang mampu melihat alam gaib, seperti Imam Ali r.a. yang berkata, “Andai pun alam gaib tersingkap, tetap tidak membuat keyakinanku bertambah.”
Juga al-ghauts al-a’zham (Abdul Qadir Al-Jailani) yang menyaksikan Arsy agung –sementara ia berada di bumi, dan menyaksikan keagungan penjelmaan Israfil a.s.
318. Page
Keagungan kedua;
Pembenaran kelompok yang masyhur di seluruh alam yang dikenal sebagai “para sahabat,” yang sepakat dengan keimanan kuat yang membuat mereka mengorbankan diri, harta benda, orang tua, dan kabilah.
Kelompok ini pada mulanya adalah kaum badui yang tinggal di lingkungan buta huruf, jauh dari kehidupan sosial, jauh dari pemikiran-pemikiran politik. Mereka tidak memiliki kitab, hidup dalam kegelapan masa fatrah (masa tidak adanya seorang rasul), dan dalam waktu relatif singkat, mereka menjelma menjadi guru, pembimbing, pemimpin, dan penguasa-penguasa adil bagi sebagian besar umat dan pemerintahan dari sisi peradaban dan ilmu. Mereka menjelma menjadi masyarakat paling agung dalam kehidupan sosial dan politik, menata dunia dari timur hingga ke barat dengan model penataan yang membuat dunia kagum.
Keagungan ketiga;
Pembenaran kelompok agung yang tak terbatas jumlahnya dari kalangan ulama ahli tahqiq nan meluas ilmunya yang tumbuh di tengah-tengah umatnya, yang jumlahnya mencapai ribuan di setiap masa, yang terdepan di bidang segala keilmuan dengan kecerdasan, bekerja di segala bidang yang berbeda. Mereka membenarkan secara sepakat dan dengan tingkat ‘ilmul yaqin.
Untuk itu, si pengelana memutuskan bahwa kesaksian pribadi–Saw.- akan keesaan ini, bukanlah kesaksian pribadi dan parsial, tapi merupakan kesaksian umum dan menyeluruh yang tak tergoyahkan. Setan-setan tidak akan mampu muncul untuk menghadapi kesaksian ini, meski mereka bersatu padu dan bahu membahu untuk menghadapi itu.
Isyarat singkat pelajaran yang didapatkan si pengelana bumi dan musafir kehidupan –yang berkelana dengan akalnya di masa kebahagiaan- dari madrasah An-Nur ini telah disebutkan dalam “tingkatan keenambelas” dari “maqam pertama” sebagai berikut;
“Tiada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah Yang wajib ada, yang keberadaan-Nya dalam keesaan-Nya ditunjukkan oleh kebanggaan alam, kemuliaan jenis anak cucu Adam dengan keagungan kuasa Al-Qur'an-nya, keindahan luasnya agamanya, kesempurnaan-kesempurnaannya nan begitu banyak, keluhuran akhlaknya bahkan atas pengakuan para musuh-musuhnya. Juga disaksikan dan dibuktikan oleh kekuatan ratusan mukjizat nyata yang membenarkan dan dibenarkan, dan dengan kekuatan ribuan hakikat-hakikat agamanya nan terang dan pasti berdasarkan ijma keluarganya yang memiliki cahaya, kesepakatan para sahabatnya yang memiliki pandangan mata hati, serta kesepakatan para ahli tahqiq umatnya yang memiliki bukti-bukti nyata dan pandangan-pandangan mata hati nan bercahaya terang.”