NAVIGATION
319. Page
MAQAM KETIGA
dari “Dzulfiqar”
Bagian dari Neraca-neraca Risalah-risalah An-Nur
Juga Bagian dari Bukti-bukti Iman dan Akhirat
Kalimat Kesepuluh
Penulis;
Sa’id An-Nursi
Perhatian;
Perumpamaan dan tamsil dalam bentuk cerita-cerita yang saya sebut dalam risalah ini bertujuan untuk mempermudah dan memperlihatkan sejauh mana dekatnya hakikat-hakikat Islam dengan akal, sejauh mana keselarasan, kekuatan, kekokohan dan kerjasama hakikat-hakikat ini. Makna-makna cerita adalah hakikat-hakikat di bagian akhirnya.
Makna-makna ini menunjukkan hakikat-hakikat tersebut dari sisi kiasan semata. Dengan demikian, cerita-cerita ini bukan ilusi, tapi hakikat-hakikat nan benar.
320. Page
Kalimat Kesepuluh
Bahasan Perhimpunan (Hasyr)
بسم الله الرحمنن الرحيم
فَانْظُرْ اِلٰٓى اٰثٰرِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتٰىۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar-Rum: 50)
Saudaraku! Jika engkau menginginkan penjelasan sederhana, dengan bahasa awam dan secara jelas tentang perhimpunan dan akhirat, maka mari sama-sama kita perhatikan dan dengarkan cerita perumpamaan berikut;
Suatu hari, dua orang pergi ke sebuah kerajaan[1] laksana surga. Keduanya melihat bahwa semua orang membiarkan pintu-pintu rumah, toko, kedai-kedai terbuka tanpa penjagaan. Aset dan uang terbuka begitu saja tanpa pemilik dan tanpa penjaga.
Salah satu di antara kedua orang tersebut kemudian menjulurkan tangan meraih segala sesuatu seperti yang ia inginkan, mencuri dan merampas, melakukan berbagai macam kezaliman dan kebodohan dengan menurutkan hawa nafsu. Para penduduk setempat tidak terlalu memperdulikannya, lalu temannya berkata padanya;
“Apa yang kau lakukan?! Kau akan mendapat hukuman dan menghadapi banyak masalah. Aset-aset ini miliki negara. Para penduduk tersebut menjadi tentara atau pegawai bersama anak-anak mereka. Mereka ditugaskan untuk mengurus hal-hal ini layaknya warga sipil.
Karena itu mereka tidak terlalu memperdulikanmu dan tidak mengusikmu. Namun peraturan di sini ketat, karena raja punya sambungan telepon dan petugas dimana-mana. Segeralah pergi menemuinya dan mintalah maaf kepadanya.”
Namun si bodoh itu membangkang dan berkata;
“Tidak. Aset-aset ini bukan milik negara, tapi milik wakaf yang tidak ada pemiliknya. Siapapun boleh menggunakan aset-aset ini seperti yang ia inginkan. Menurut saya, tidak ada satu alasan pun yang menghalangi saya untuk memanfaatkan barang-barang indah ini.
Saya tidak percaya pada kata-kata Anda jika saya tidak melihat langsung dengan mata kepala saya sendiri.”
Ia mulai menuturkan banyak sekali kata-kata yang sophis layaknya filosof. Perdebatan sengit mulai terjadi di antara keduanya.
Si bodoh itu terlebih dahulu berkata;
“Siapa rajanya? Aku tidak mengenalnya, dan aku tidak mengakuinya!”
Temannya menanggapi, “Kamu tahu, tidak ada desa tanpa kepala desa. Tidak ada jarum tanpa pembuat dan pemilik. Tidak ada huruf tanpa penulis. Lantas bagaimana kerajaan sangat menawan ini ada tanpa penguasa?!
Bagaimana mungkin aset-aset sebanyak ini –seakan kereta api penuh dengan harta benda menawan dan bernilai ini datang setiap saat dari alam gaib, mengeluarkan isi-isinya di sini lalu setelah itu berlalu- ada tanpa pemilik?!
Berbagai pemberitahuan dan perhatian dimana-mana, berbagai stempel dan cap yang disaksikan di seluruh aset dan barang, bendera-bendera yang berkibar di setiap sudut ini, bagaimana mungkin ada tanpa pemilik?!
Sepertinya Anda sedikit mempelajari bahasa Eropah dan filsafat barat. Namun Anda tidak dapat membaca huruf-huruf dan tulisan-tulisan Islam ini. Anda tidak mau bertanya siapa yang bisa dan mengetahui huruf serta tulisan-tulisan tersebut.
[1] Isyarat kepada dunia ini (Penulis).
321. Page
Kemarilah! Saya akan membacakan firman dan penjelasan terbesar pada Anda.”
Si bodoh itu kembali berkata;
“Anggaplah si raja ada. Namun apa ruginya bagi dia jika saya sedikit memanfaatkan aset-aset ini. Apa yang kurang dari harta-harta simpanan miliknya? Lagi pula, di sini tidak ada penjara, tahanan, dan tidak terlihat adanya hukuman.”
Temannya menjawab;
“Hai kamu! Kerajaan yang terlihat ini tidak lain adalah medan ujian dan latihan, pameran ciptaan-ciptaan menawan si raja, ruang tamu raja untuk sesaat dan tidak abadi
Tidakkah engkau melihat bahwa setiap hari kafilah-kafilah datang dan pergi. Ruang tamu itu selalu diisi dan dikosongkan. Setelah itu, kerajaan ini akan dirubah menjadi kerajaan lain. Para penduduk di sana akan dipindahkan ke kerajaan lain yang abadi. Masing-masing akan mendapatkan hukuman dan upah sebagai balasan amal perbuatan yang ia lakukan di sini.”
Si pengkhianat itu dengan membangkang kembali berkata;
“Saya tidak percaya. Mungkinkah kerajaan ini akan dihancurkan, lalu para penduduk dan penghuninya pindah ke kerajaan lain?”
Temannya yang terpercaya itu berkata kepadanya;
“Karena Anda membangkang sampai seperti ini. Maka, saya akan menjelaskan ‘duabelas gambaran’ di antara sekian banyak dalil tak terbatas kepada Anda.
Di luar sana ada peradilan terbesar, negeri pembalasan dan kebaikan, negeri hukuman dan penjara. Akan tiba suatu hari dimana kerajaan ini akan dibiarkan secara total dan dihancurkan, seperti halnya kerajaan ini dibiarkan dalam batasan tertentu pada saat ini.”
Gambaran Pertama
Mungkinkah tidak ada balasan bagi orang-orang yang taat dalam lingkup kesultanan –khususnya seperti kesultanan besar ini- yang memberikan pengabdian sempurna dan melakukan amal perbuatan yang baik, serta hukuman bagi orang-orang yang durhaka?
Balasan dan hukuman hukumnya tidak ada di sini. Maka peradilan terbesar berada di negeri lain.
Gambaran Kedua
Perhatikanlah perjalanan segala urusan, kondisi, dan peristiwa di sini. Bagaimana rizki terbaik dibagi untuk semuanya, bahkan untuk yang paling miskin dan yang paling lemah di antara mereka.
Perhatikan bagaimana orang-orang sakit yang tidak memiliki penjaga dan perawat, diperhatikan dengan baik. Ada makanan-makanan yang baik dan lezat, lencana-lencana berkilau, pakaian-pakaian indah, jamuan-jamuan besar dan mewah.
Perhatikan bagaimana semuanya menjalankan tugas secara sempurna, kecuali orang-orang bodoh dan dungu seperti Anda. Tak seorang pun melampaui batasannya meski seukuran atom sekalipun. Manusia paling agung menjalankan tugas dengan rendah hati sepenuh ketaatan dan disertai rasa takut.
Dengan demikian, raja kesultanan ini memiliki kemuliaan, keagungan, dan rahmat yang sangat luas sekali. Ia memiliki kemuliaan dan kecemburuan besar. Kemuliaan mengharuskan untuk memberi nikmat, rahmat tidak ada tanpa kebaikan, kemuliaan mengharuskan kecemburuan. Kemuliaan dan kecemburuan mengharuskan untuk memberikan pelajaran kepada siapapun yang tidak sopan.
Karena dalam kerajaan ini tidak nampak satu pun dari seribu yang selaras dengan rahmat dan kemuliaan itu, dimana orang zalim tetap terhormat dan orang yang teraniaya tetap terhina,
322. Page
lalu setelah itu keduanya sama-sama meninggal dunia, maka persoalan seperti ini tentu ditunda ke peradilan terbesar nanti.
Gambaran Ketiga
Perhatikanlah bagaimana segala persoalan berjalan dengan hikmah tinggi, keteraturan dan keselarasan menawan dan indah. Bagaimana segala interaksi dilaksanakan dengan adil secara hakiki dan dengan neraca yang amat peka dan jeli.
Hikmah pemerintahan mengharuskan kelembutan dan kebaikan kepada mereka yang berlindung kepada perlindungan kesultanan. Keadilan mengharuskan untuk melindungi hak-hak rakyat agar kemuliaan dan keagungan pemerintahan tetap terjaga. Namun karena keadilan hakiki tidak diberlakukan di sini (dunia) kecuali satu di antara seribu saja yang selaras dengan hikmah dan keadilan itu, lalu sebagian besar orang-orang bodoh seperti Anda pergi begitu saja tanpa mendapatkan hukuman. Dengan demikian, persoalan ini ditunda ke peradilan terbesar kelak.
Gambaran Keempat
Perhatikan batu-batu berharga tiada terbatas di pameran-pameran ini, makanan-makanan tiada bandingnya di meja-meja makan ini yang menunjukkan bahwa raja kerajaan ini memiliki kemuliaan dan kemurahan hati tanpa batas.
Ia memiliki simpanan-simpanan penuh tak terhitung. Kemuliaan, kemurahan hati, dan harta-harta simpanan yang tiada pernah habis ini mengharuskan adanya ruang tamu abadi berisi segala yang diinginkan. Juga mengharuskan kekekalan orang-orang yang menikmati jamuan-jamuan makan di negeri tersebut, agar mereka tidak tersakiti oleh perpisahan dan kefanaan, karena lenyapnya kenikmatan adalah derita, seperti halnya hilangnya derita adalah kenikmatan.
Perhatikan pameran-pameran ini, lihatlah iklan-iklan ini dengan seksama, dengarkan para pemandu yang menata dan memperlihatkan keindahan-keindahan ciptaan sang raja yang memperlihatkan berbagai macam mukjizat itu, menampakkan segala kesempurnaannya, menjelaskan keindahan maknawi tiada banding. Menyebutkan segala kelembutan kebaikannya nan tersembunyi.
Dengan demikian, ia memiliki kesempurnaan dan keindahan maknawi nan agung dan menakjubkan.
Kesempurnaan tersembunyi yang tidak memiliki kekurangan itu disampaikan di hadapan para makhluk yang menyaksikan, memandang indah, menghargai, dan kagum padanya seraya mengatakan, “Masya’Allah.”
Sementara keindahan tersembunyi yang tiada bandingnya itu harus melihat dan dilihat, menyaksikan dan disaksikan. Artinya, harus melihat keindahannya melalui dua cara.
Pertama; menyaksikan keindahannya sendiri melalui berbagai macam cermin.
Kedua; memperlihatkan keindahannya melalui musyahadah para musyahid yang merindukan dan kagum kepadanya.
Dengan kata lain, ia menginginkan untuk melihat dan dilihat, menginginkan musyahadah dan penyaksian abadi.
Selanjutnya, keindahan abadi itu mengharuskan keberadaan para pecinta dan mereka yang menyaksikan, karena keindahan abadi tidak merelakan pecinta yang fana, karena pemirsa yang diputuskan fana tanpa kembali lagi, cintanya akan berubah menjadi permusuhan karena ia membayangkan kefanaan. Kekaguman dan rasa hormatnya akan berubah menjadi penghinaan, karena manusia adalah musuh terhadap sesuatu yang tidak ia ketahui dan yang tak mampu diraih tangannya.
Namun semuanya pergi meninggalkan ruang-ruang tamu ini dengan cepat, melihat kilauan kesempurnaan dan keindahan itu hanya sekejap mata. Bahkan hanya melihat bayangan
323. Page
kesempurnaan dan keindahan itu. Mereka pergi meninggalkan semua itu sebelum sempat merasa puas menikmati.
Dengan demikian, mereka pergi menuju tempat musyahadah abadi.
Gambaran Kelima
Perhatikanlah, dalam lingkup urusan-urusan ini terlihat bahwa sultan yang tiada bandingnya itu memiliki kasih sayang dan belas kasih nan besar, karena ia menolong siapapun yang tertimpa musibah, menjawab setiap pertanyaan dan memperkenankan setiap permintaan.
Bahkan ketika ia melihat kebutuhan paling rendah seorang rakyat yang paling rendah, ia memenuhi kebutuhan itu dengan kasih sayang dan belas kasih. Ketika kaki bagian depan seekor kambing milik seorang pengembala terkena luka ringan, ia mengirim obatnya.
Mari sama-sama kita pergi menuju semenanjung itu. Di sana terdapat kumpulan besar. Para pemuka dan pembesar kerajaan berkumpul di sana.
Lihatlah bahwa Rasul mulia Saw. menyandang lencana sangat luhur. Ia berbicara dan meminta sebagian hal kepada Sang Raja Ar-Ra`uf Ar-Rahim, lalu seluruh rakyat dan penduduk mengatakan, “Ya, ya. Kami juga meminta dan memohon.” Mereka membenarkan dan mendukung beliau.
Sekarang dengarkan, kekasih Sang Raja itu berkata, “Wahai Raja kami yang menumbuhkan dan merawat kami dengan beragam nikmat-Nya! Perlihatkanlah kepada kami akar dan sumber-sumber berbagai contoh dan naungan yang Engkau perlihatkan kepada kami.
Bawalah kami ke tempat kesultanan-Mu. Janganlah Engkau binasakan kami di tengah padang pasir dan tanah kosong ini. Pindahkanlah kami ke kantor-Mu. Rahmatilah kami. Berilah kami berbagai macam makanan nikmat di sana. Janganlah Engkau menyiksa kami dengan peniadaan dan jauh dari-Mu. Janganlah Engkau membiarkan kami, rakyat-rakyat-Mu yang mencitai-Mu, bersyukur dan taat kepada-Mu, terusir dan terlantar. Janganlah Engkau menghukum mati kami.”
Ia sering bertawasul dan memohon kepada-Nya. Anda sendiri mendengarnya. Lantas mungkinkah Sang Raja Ar-Rauf Ar-Rahim Al-Qadir yang memenuhi kebutuhan paling rendah untuk orang yang paling rendah tingkatannya dengan penuh perhatian, selanjutnya tidak memenuhi tujuan paling besar rasul paling mulia di sisi-Nya, padahal permintaan beliau ini adalah permintaan seluruh manusia juga. Permintaan beliau adalah tempat keridhaan Sang Raja dan tuntutan kasih sayang serta keadilan-Nya. Memenuhi permintaan mudah sekali bagi Sang Raja, dan sama sekali tidak memberatkan-Nya. Seperti halnya tidak berat bagi-Nya menciptakan tempat-tempat wisata sesaat di negeri jamuan ini. Bahkan lebih mudah bagi-Nya.
Karena Ia mendirikan kerajaan tersebut dan mengeluarkan dana hingga sedemikian besar untuk kepentingan tempat-tempat wisata yang berlangsung selama lima atau enam hari untuk memperlihatkan contoh-contoh simpanan, kesempurnaan, dan kreasi-kreasi hakiki-Nya untuk beberapa hari saja, maka tidak diragukan bahwa Ia akan membuka tempat-tempat wisata di kesultanan-Nya yang menyilaukan dan mencengangkan akal. Ia akan memamerkan segala simpanan, kesempurnaan, dan kreasi-kreasi hakiki-Nya di sana.
Dengan demikian, manusia yang berada di negeri ujian ini tidak bebas lepas. Istana-istana bahagia atau penjara-penjara abadi sudah menantikan mereka.
Gambaran Keenam
Kemarilah dan lihatlah kereta api, pesawat terbang, berbagai perlengkapan, gudang, tempat-tempat pameran, dan berbagai birokrasi besar nan sempurna yang menunjukkan bahwa di balik tirai ini ada kesultanan besar yang mengatur.
324. Page
Kesultanan seperti ini menginginkan adanya rakyat yang pantas. Padahal Anda tahu bahwa seluruh rakyat berkumpul di ruang tamu ini. Dan ruang tamu ini setiap harinya dipenuhi dan dikosongkan. Seluruh rakyat berkumpul di medan ujian ini untuk latihan. Sementara medannya dirubah setiap saat. Seluruh rakyat bertahan untuk beberapa menit di tengah pameran ini. Di sana, mereka menyaksikan contoh kebaikan-kebaikan Sang Raja nan berharga, segala hadiah dan keajaiban ciptaan-Nya nan menawan.
Sementara kotanya berubah setiap menit. Yang pergi tidak kembali lagi, dan yang datang pasti meninggalkannya.
Situasi dan kondisi ini menunjukkan bahwa di balik negeri jamuan, medan, dan tempat pameran ini terdapat istana-istana abadi, hunian-hunian kekal selamanya, taman dan gudang-gudang penuh dengan aset-aset murni nan tinggi untuk contoh dan gambaran-gambaran ini.
Dengan demikian, usaha dan jerih payah di sini (dunia) dilakukan untuk meraih semua itu. Sang Raja mempergunakan mereka di sini (dunia), dan memberikan pahala di sana (akhirat). Masing-masing mendapatkan kebahagiaan di sana sesuai kesiapannya.
Gambaran Ketujuh
Marilah kita berjalan-jalan sebentar dan melihat apa yang terjadi di antara para penduduk sipil itu.
Lihatlah! Di setiap tempat dan sudut dipasang kamera untuk mengambil gambar. Lihatlah! Di setiap tempat terdapat banyak sekali pencatat yang mencatat segala sesuatu, bahkan amalan-amalan paling tidak bernilai dan kejadian-kejadian paling sederhana sekalipun.
Lihatlah! Di atas gunung nan tinggi itu dipasang kamera besar milik Sang Raja. Kamera ini memotret apapun yang terjadi di seluruh tempat. Dengan demikian, Ia memerintahkan untuk mencatat segala tindakan dan persoalan yang terjadi di dalam kerajaan-Nya.
Artinya, Raja Besar itu memerintahkan untuk mencatat seluruh peristiwa yang terjadi dan mengambil gambarnya. Penjagaan yang sangat detail ini tidak lain untuk perhitungan.
Mungkinkah Al-Hakim Al-Hafizh yang tidak mengabaikan amalan paling sederhana pun yang dilakukan rakyat paling rendah tingkatannya, tidak menyimpan ataupun mencatat perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan rakyat-rakyatnya yang besar, tidak memperhitungkan mereka, tidak memberi mereka balasan ataupun hukuman?!
Mengingat orang-orang besar melakukan perbuatan-perbuatan yang mengusik kemuliaan dan kecemburuan Sang Raja, ditolak rahmat-Nya secara mentah-mentah, dan Ia tidak menghukum mereka di dunia; maka Ia menunda persoalan ini ke mahkamah terbesar nanti.
Gambaran Kedelapan
Marilah, saya akan membacakan pernyataan dan perintah-perintah yang bersumber dari Sang Raja itu lalu perhatikanlah, Ia berulang kali menyebut janji dan ancaman keras-Nya dengan mengatakan, “Aku akan membawa kalian ke tempat kesultanan-Ku. Orang-orang yang taat akan Kujadikan bahagia, sementara para pendurhaka akan Kulemparkan ke penjara.
Saat itu, Aku akan menghancurkan bumi, mendirikan kerajaan dan negeri lain berisi istana-istana dan penjara-penjara abadi.
Selanjutnya, hal-hal yang Ia janjikan amat mudah bagi-Nya dan sangat penting bagi seluruh rakyat-Nya. Sementara mengingkari janji menafikan dengan kemuliaan kuasa-Nya secara menyeluruh.
Untuk itu perlu Anda perhatikan, wahai orang bodoh! Anda mendengarkan halusinasi dusta Anda, akal Anda yang ngelantur, dan jiwa Anda yang menipu. Anda mendustakan Siapa yang tidak terpaksa dan tidak perlu ingkar janji dengan alasan apapun juga, mendustakan Siapa
325. Page
yang ingkar janji tidak patut bagi kemuliaan-Nya, Siapa yang segala hal lahirah bersaksi akan kebenaran-Nya.
Anda patut mendapatkan siksa yang berat. Anda seperti musafir yang menutup mata terhadap cahaya mentari, memandang hayalan diri, dan ingin menerangi jalan nan menakutkan dengan cahaya akal halusinasi seperti yang dilakukan kunang-kunang.
Karena berjanji, Ia tentu akan menempatinya. Menepati janji sangat mudah bagi-Nya, sangat penting bagi kita dan apapun juga. Di samping tepat janji merupakan salah satu keharusan penting bagi-Nya dan keharusan kekuasaan-Nya.
Dengan demikian, di sana ada peradilan dan kebahagiaan terbesar.
Gambaran Kesembilan
Marilah kita melihat sebagian pemimpin lingkup dan jamaah-jamaah ini, karena masing-masing di antara mereka memiliki sambungan telepon pribadi yang memungkinkan baginya untuk berkomunikasi dengan Raja secara langsung. Bahkan, sebagian di antara mereka terbayang di hadapan-Nya.
Perhatikan apa yang mereka katakan. Dengan sepakat, mereka mengabarkan bahwa Raja tersebut telah menyediakan sebuah rumah menawan dan menakutkan untuk memberikan balasan dan hukuman. Ia menyampaikan janji dan ancaman dengan kuat. Dengan kemuliaan-Nya, Ia menjauhi sikap ingkar janji. Ia tidak mau merendahkan diri dengan alasan apapun juga.
Padahal, para pembawa berita itu menyampaikan banyak sekali berita setingkat mutawatir dan sekuat ijma’ bahwa tempat kesultanan agung –yang sebagian jejak-jejaknya terlihat- berada di dalam kerajaan lain nun jauh.
Dengan demikian, bangunan-bangunan yang ada di negeri ujian ini hanya sementara. Lalu setelah itu akan dirubah menjadi istana-istana abadi. Tempat-tempat ini akan dirubah, karena kesultanan agung nan abadi yang tidak fana, yang keagungannya terlihat melalui jejak-jejaknya ini tidak dibangun di atas hal-hal fana dan tidak abadi seperti, tidak penting, berubah, dan tidak sempurna seperti ini.
Dengan demikian, kesultanan agung itu didirikan di atas hal-hal yang laik, kekal, sempurna, menawan, dan tiada pernah lenyap. Untuk itu, di luar sana terdapat negeri-negeri lain dan (manusia) pasti pergi ke tempat menetap tersebut.
Gambaran Kesepuluh
Kemarilah, karena hari ini adalah perayaan musim semi Sang Raja. Akan terjadi banyak sekali perubahan dan pergantian. Akan nampak banyak sekali hal-hal menakjubkan.
Pada hari nan indah di antara hari-hari menawan musim semi ini, kita akan pergi ke lembah-lembah hijau nan berhias bunga-bunga elok dan kita akan berwisata.
Para penduduk itu akan datang kemari, dan di sana ada sesuatu seperti sihir, karena bangunan-bangunan telah dihancurkan dengan cepat dan berubah menjadi bentuk lain. Lihatlah mukjizat ini; bangunan-bangunan yang dihancurkan itu dibangun dengan cepat di sana, hingga seakan tanah kosong itu berubah menjadi sebuah kota berperadaban. Lihatlah, bangunan-bangunan itu setiap saat memperlihatkan sebuah alam berbeda seperti layar cinema dan berbentuk berbeda.
Lihatlah ini dengan seksama; di dalam layar-layar hakiki nan bercampur dengan cepat dan banyak ini terdapat keteraturan nan luar biasa dan sempurna, dimana segala sesuatu diletakkan di tempatnya yang tepat secara cermat. Bahkan layar-layar cinema ilusi tidak mungkin seindah ini. Jutaan tukang sihir mahir dan piawai pun tidak akan dapat melakukan seni dan kreasi
326. Page
seperti ini. Dengan demikian, Raja yang tersembunyi dari pandangan kita itu memiliki banyak sekali mukjizat agung.
Wahai orang bodoh! Anda bilang, “Bagaimana kerajaan besar ini akan dihancurkan dan akan didirikan di tempat lain?”
Andai sendiri tahu, setiap saat terjadi banyak sekali perubahan dan pergantian, seperti perubahan negeri-negeri yang tidak diterima akal Anda itu.
Berbagai pertemuan, perpisahan, dan kondisi-kondisi yang silih berganti ini dengan jelas menunjukkan bahwa setiap pertemuan, perpisahan, pembangunan dan penghancuran nan cepat yang terlihat ini, mengandung tujuan-tujuan lain yang tidak dimaksudkan secara esensi, karena untuk satu kali pertemuan diperlukan dana yang biasa digunakan untuk satu tahun.
Oleh karenanya, Sang Raja melakukan hal itu dengan mukjizat hingga gambar-gambarnya diambil dan dikumpulkan, hasil-hasilnya dijaga dan dicatat. Seperti halnya segala sesuatu dijaga dan dicatat di medan latihan dan ujian, maka segala tindakan akan tetap berlaku dengan cara seperti ini dalam perkumpulan terbesar dan akan terus diperlihatkan dalam pameran besar.
Artinya, kondisi-kondisi fana dan sementara ini tidak akan bertahan lama, tidak akan menghasilkan gambar dan buah-buahan abadi. Dengan demikian, pesta-pesta ini dimaksudkan untuk kebahagiaan agung, peradilan terbesar, dan tujuan-tujuan yang tidak kita ketahui.
Gambaran Kesebelas
Wahai kawan pembangkang! Mari kita naik pesawat terbang atau kereta api menuju timur atau barat. Maksudnya menuju masa lalu dan masa depan, agar kita melihat dan menyaksikan jenis mukjizat apa saja yang diperlihatkan Sang Raja yang memiliki berbagai macam mukjizat itu di tempat-tempat lain.
Lihatlah! Keajaiban-keajaiban yang kita lihat sebelumnya, seperti rumah, medan, dan tempat pameran yang terlihat dimana-mana dengan kreasi dan bentuk yang berbeda satu sama lain. Lihatlah dengan cermat, betapa itu semua merupakan keteraturan hikmah nan nyata, isyarat-isyarat pertolongan nan jelas, tanda-tanda keadilan nan luhur, dan hasil-hasil rahmat nan luas terlihat di rumah-rumah, medan, dan tempat-tempat pameran tidak abadi.
Siapapun yang pandangan mata hatinya masih ada, pasti mengetahui dengan yakin bahwa tidak mungkin ada hikmah yang lebih sempurna dari hikmah-Nya, pertolongan yang lebih indah dari pertolongan-Nya, rahmat yang lebih menyeluruh dari rahmat-Nya, keadilan yang lebih agung dari keadilan-Nya. Bahkan tidak mungkin membayangkan hal tersebut.
Seperti diketahui, kerajaan ini tidak kekal dan tidak mampu menjadi fenomena hakikat-hakikat hikmah, pertolongan, rahmat, dan keadilan. Jika dalam lingkup kerajaan-Nya tidak ada rumah-rumah abadi, tempat-tempat tinggi, maqam-maqam stabil, penduduk yang kekal, rakyat yang bahagia dimana hakikat-hakikat tersebut nampak pada mereka -sebagai asumsi dan seperti yang Anda kira-, dan semua ini tidak ada di tempat lain, saat ini kita harus mengingkari hikmah yang kita lihat, pertolongan yang kita saksikan, rahmat yang kita rasakan, keadilan yang tanda-tandanya terlihat sangat kuat.
Jika semua ini tidak ada, maka harus kita ingkari dengan kedunguan layaknya mengingkari keberadaan matahari yang sinarnya kita lihat di siang hari, dan kita harus menerima bahwa Zat yang melakukan tindakan-tindakan bijak, perbuatan-perbuatan mulia, dan kebaikan-kebaikan penuh kasih yang kita lihat ini tak berguna dan dungu –Maha Suci Dia dari hal seperti itu-, zalim lagi pengkhianat.
Ini namanya merubah segala hakikat menjadi kebalikannya. Padahal merubah segala hakikat menjadi kebalikannya adalah hal mustahil dan tidak mungkin berdasarkan kesepakatan seluruh cerdik pandai, kecuali kaum sophis yang mengingkari keberadaan segala sesuatu.
327. Page
Dengan demikian, di luar sana ada negeri-negeri lain selain negeri-negeri ini, ada peradilan terbesar dan negeri keadilan tertinggi, negeri kemuliaan terbesar agar rahmat, hikmah, pertolongan, dan keadilan tersebut nampak dengan jelas di sana.
Gambaran Keduabelas
Sekarang, marilah kita kembali untuk menemui para pemimpin dan perwira kelompok-kelompok ini. Kita lihat segala peralatan dan perlengkapan mereka, agar kita tahu apakah peralatan-peralatan dan segala perlengkapan tersebut diberikan untuk kehidupan jangka pendek di medan itu saja, ataukah untuk meraih kebahagiaan kehidupan panjang di tempat lain.
Kita memang tidak dapat melihat segala sesuatu dan tidak dapat melihat segala peralatan itu. Namun kita akan melihat kartu identitas perwira itu dan catatannya sebagai contoh, karena di dalam kartu identitas itu terdapat tingkatan, gaji, tugas, tuntutan, dan aturan pergerakan-pergerakan si perwira tersebut.
Lihatlah, tingkatan tersebut tidak diberikan untuk beberapa hari, tapi untuk jangka yang sangat panjang. Di dalam kartu identitas itu tertulis tanggal penerimaan gaji si perwira dari harta simpanan pribadi. Perlu diketahui, tanggal penerimaan gaji tersebut baru diberikan setelah sekian lama dan setelah medan (dunia) ini ditutup.
Tugas yang diserahkan kepada perwira tersebut bukan untuk medan sementara ini, tapi untuk meraih kebahagiaan abadi di dekat Sang Raja. Tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan si perwira tersebut tidak mungkin untuk kehidupan yang hanya memakan waktu selama beberapa hari saja di negeri jamuan ini, tapi untuk kehidupan bahagia yang sangat lama. Sementara aturan-aturan tersebut dengan jelas dan menyeluruh menunjukkan bahwa si pemilik kartu identitas tersebut dicalonkan untuk pergi ke tempat lain, bekerja dan berusaha demi alam lain.
Lihatlah catatan-catatan itu! Di dalamnya terdapat serangkaian tanggungjawab dan cara penggunaan berbagai peralatan. Jika tidak ada tempat tinggi dan kekal abadi selain medan ini saja, maka catatan rapi dan kartu identitas nan sempurna ini sama sekali tidak ada artinya. Tentu si perwira terhormat dan pemimpin mulia ini runtuh ke tingkatan paling bawah di antara seluruh penduduk. Tentu ia menjadi manusia paling sengsara, tak berdaya, hina, paling banyak tertimpa bala dan musibah, paling miskin dan lemah.
Selanjutnya silahkan Anda analogikan sendiri dengan sisi-sisi lainnya. Jika Anda memperhatikan apa saja dengan cermat, Anda akan melihat si perwira tersebut bersaksi bahwa di balik dunia fana ini terdapat alam abadi.
Untuk itu wahai kawan! Kerajaan sementara ini laksana ladang. Kerajaan ini adalah ruang belajar, latihan, dan pasar. Maka tidak diragukan bahwa akan ada peradilan terbesar dan kebahagiaan agung di baliknya. Jika Anda mengingkari ini, Anda terpaksa harus mengingkari seluruh kartu identitas, catatan, peralatan, perlengkapan, dan aturan-aturan yang dimiliki setiap perwira.
Bahkan, Anda harus mengingkari seluruh aturan yang ada di dalam kerajaan ini, dan bahkan pemerintahan itu sendiri. Anda harus mendustakan keberadaan seluruh tindakan yang dijalankan. Saat itu, Anda tidak akan lagi disebut sebagai manusia, makhluk yang punya perasaan dan pemahaman. Anda akan menjadi lebih bodoh dan dungu dari kaum sophis.
Jangan pernah Anda mengira bahwa dalil-dalil perubahan kerajaan ini hanya terbatas pada duabelas gambaran ini saja, karena masih ada banyak sekali pertanda dan dalil tak terbatas yang menunjukkan bahwa kerajaan yang pasti akan berubah dan tidak bertahan abadi ini akan dirubah menjadi kerajaan abadi yang tidak akan pernah lenyap.
Terdapat banyak sekali isyarat dan pertanda tak terbatas yang mengisyaratkan bahwa para penduduk kerajaan itu akan dipindahkan dari negeri jamuan nan fana ini menuju tempat kesultanan abadi.
328. Page
Kemarilah! Saya akan memperlihatkan bukti lain yang lebih kuat dari duabelas gambaran sebelumnya.
Lihatlah Rasul mulia Saw., si pemilik lencana agung yang pernah kita lihat di semenanjung Arab di antara mereka yang melakukan tugas tabligh di antara jamaah besar yang nampak di hadapan kita dari kejauhan.
Mari kita pergi dan mendengar beliau. Lihatlah! Rasul mulia Saw. nan terang itu menyampaikan firman agung nan tergantung di tempat paling atas itu kepada para penduduk. Ia berkata, “Bersiap-siaplah kalian semua! Kalian akan pergi menuju kerajaan lain yang abadi. Ia adalah kerajaan yang bukan kerajaan kita ini yang merupakan penjara jika dibandingkan dengan kerajaan abadi tersebut.
Jika kalian mendengar firman ini dengan cermat, patuh dan melaksanakannya, kalian akan dipindahkan menuju kesultanan Raja kami. Kalian akan mendapatkan rahmat dan kebaikan-Nya. Namun jika kalian durhaka dan tidak mendengar-Nya, kalian akan dipindahkan ke penjara-penjara nan menakutkan.”
Rasul mulia Saw. itu menjelaskan dan menyampaikan hal-hal seperti ini kepada para hadirin. Anda tahu, di dalam firman agung ini terdapat stempel mukjizat yang tidak mungkin ditiru dalam bentuk apapun juga. Siapapun tahu secara yakin, kecuali orang-orang bodoh seperti Anda, bahwa firman itu adalah firman dan pernyataan Sang Raja, dan si Rasul mulia Saw. nan terang bersianr itu memiliki banyak sekali lencana yang diketahui siapapun juga secara yakin, kecuali orang-orang buta seperti Anda, bahwa sosok tersebut adalah penyampai yang jujur perintah-perintah Sang Raja.
Lantas mungkinkah kiranya permasalahan ini (perubahan kerajaan yang disampaikan Rasul mulia Saw. bersamaan dengan penjelasan dan penyampaian agung dengan sepenuh kekuatan) ini dapat ditolak?!
Sekali-kali tidak! Permasalahan ini tidak dapat ditolak. Kecuali jika Anda mengingkari apapun yang kita lihat dan saksikan.
Wahai kawan! Sekarang giliran Anda! Silahkan Anda berbicara semau Anda.
Ia pun berkata, “Apa kiranya yang dapat saya katakan. Mungkinkah mengatakan sesuatu setelah semua penjelasan itu. Mungkinkah meragukan keberadaan mentari di siang hari. Saya tidak dapat mengucapkan apapun selain, ‘Alhamdulillah, dan sejuta syukur untuk-Nya. Saya sudah terlepas dari dominasi halusinasi dan hawa nafsu, tawanan jiwa dan keinginan. Saya selamat dari penjara abadi. Saya percaya dan beriman bahwa di sana terdapat negeri-negeri bahagia lain di sisi Sang Raja nan berkuasa selain negeri jamuan nan kacau dan tidak stabil ini. Dan kita semua dicalonkan untuk ke sana.”
Demikian cerita perumpamaan ini yang merupakan kiasan dan ungkapan tentang perhimpunan dan akhirat. Sekarang kita akan beralih menuju hakikat tinggi dengan taufiq ilahi.
Bersamaan dengan mukadimah, kami akan menjelaskan “duabelas hakikat” yang saling memperkuat satu sama lain, seperti halnya “duabelas gambaran” sebelumnya.
329. Page
Mukadimah
Berikut akan kami sebutkan sejumlah isyarat sejumlah permasalahan yang sudah dijelaskan di tempat-tempat lain, yaitu di “kalimat kesembilanbelas,” “kalimat keduapuluh dua,” dan “kalimat keduapuluh enam.”
Isyarat Pertama
Ada tiga hakikat yang dimiliki orang bodoh dan temannya yang terpercaya dalam kisah di atas;
Pertama; nafsu amarah dan hati saya.
Kedua; murid-murid filsafat dan murid-murid Al-Qur'anul Hakim.
Ketiga; umat Islam dan agama kafir.
Kesesatan paling parah bagi para murid filsafat, agama kafir, dan nafsu amarah adalah tidak mengenal Allah Al-Haq Ta’ala.
Seperti yang dikatakan teman terpercaya dalam kisah di atas, tidak mungkin ada huruf tanpa penulis, dan tidak ada undang-undang tanpa hakim. Kami katakan, “Sangat mustahil jika ada kitab tanpa penulis. Terlebih setiap kata dalam kitab ini merupakan kitab tersendiri yang ditulis dengan pena kecil. Di setiap hurufnya ditulis kasidah menawan dan indah.
Demikian halnya sangat mustahil sekali jika alam raya dan seluruh wujud ini ada tanpa pengukir, karena alam raya ini adalah kitab yang setiap halamannya mengandung banyak sekali kitab. Bahkan setiap kata adalah kitab dan setiap huruf adalah kasidah.
Permukaan bumi adalah satu halaman kitab. Dan alangkah banyaknya kitab yang ada di halaman ini! Setiap pohon adalah kata. Dan betapa banyaknya halaman-halaman yang ada di kata itu.
Setiap buah adalah huruf, setiap biji adalah titik. Di dalam titik itu terdapat program-program dan catalog pohon besar. Kitab seperti ini tidak menutup kemungkinan ukiran pena kuasa Al-Qadir Dzul Jalal, yang memiliki sifat-sifat luhur, indah, kuasa, dan hikmah tanpa batas. Artinya, menyaksikan alam raya ini mewajibkan beriman. Kecuali orang yang mabuk lantaran kesesatan.
Seperti halnya mustahil ada rumah tanpa pembangun, terlebih rumah yang dirias dengan berbagai seni luar biasa, ukiran-ukiran ajaib, dan dekorasi-dekorasi aneh, bahkan di setiap bebatuan rumah ini diselipkan suatu seni seukuran seluruh seni yang ada di dalam istana.
Akal manapun tidak menerima rumah seperti ini ada tanpa pembangun. Bahkan rumah tersebut mengharuskan adanya seorang pembangun ahli seni dan pencipta mahir. Terlebih, setiap saat ia membangun rumah-rumah hakiki di dalam istana itu seakan layar-layar cinema. Merubah semuanya dengan penuh keteraturan layaknya merubah pakaian. Bahkan di setiap layar hakiki terdapat banyak sekali rumah-rumah kecil.
Seperti itu juga alam raya ini mengharuskan keberadaan Pencipta Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan Maha Kuasa yang memiliki hikmah, ilmu dan kuasa tanpa batas, karena alam raya nan besar dan menawan ini adalah istana, bulan dan matahari adalah lampu, bintang-bintang adalah lilin, waktu adalah benang dan pita yang digantungkan Sang Pencipta Dzul Jalal pada alam lain setiap tahunnya dan memperlihatkannya. Ia memperbarui bentuk alam-alam nan menawan dan tertata rapi itu sebanyak 360 tipe di alam yang ia gantungkan itu. Ia merubahnya dengan sepenuh keteraturan dan hikmah.
Ia menjadikan permukaan bumi ini meja makan nikmat yang Ia hiasi dengan 300 ribu jenis ciptaan-ciptaan-Nya di setiap musim semi. Ia isi dengan beragam kebaikan-kebaikan tanpa batas dengan cara yang mengesankan percampuran dan pembauran, namun dapat dibedakan satu sama lain dengan jelas.
Silahkan Anda analogikan dengan sisi-sisi lain. Lantas bagaimana mungkin Sang Pencipta istana seperti ini lalai?!
330. Page
Seperti halnya mengingkari keberadaan matahari adalah orang ngelantur dan gila padahal bentuknya yang ada di langit pada siang hari itu dapat dilihat dan disaksikan di gelembung-gelembung air di permukaan laut, di segala benda berkilau di bumi, dan di setiap bagian salju, karena mengingkari satu matahari dan tidak menerima keberadaannya mengharuskan untuk menerima adanya matahari-matahari hakiki nan besar sebanyak tetes-tetes air, gelembung-gelembung air, dan sebanyak bilangan bagian-bagian terkecil air. Juga wajib menerima adanya matahari hakiki di setiap atom, padahal ukuran satu atom hanya maut untuk satu atom saja.
Demikian halnya menyaksikan wujud-wujud yang terus mengalami perubahan dengan hikmah dan tertib, mengalami pembaruan setiap saat dengan teratur dan tertata rapi, kemudian tidak percaya akan keberadaan Sang Khaliq Dzul Jalal dengan sifat-sifat sempurna-Nya adalah tindakan gila, sesat, dan ngelantur ala orang gila yang jauh lebih parah, karena saat itu harus menerima uluhiyah mutlak dalam segala sesuatu, bahkan di dalam setiap atom, karena –misalnya- setiap atom udara dapat memasuki setiap bunga, buah, daun, dan berfungsi di sana.
Jika atom tersebut bukan makhluk yang mendapat perintah, maka saat itu setiap atom harus mengetahui cara membentuk ciptaan-ciptaan yang ia masuki, ia jalankan fungsinya di sana, ia bentuk wujud-wujud ciptaan tersebut hingga mampu berfungsi di sana.
Artinya, setiap atom harus memiliki ilmu dan kuasa menyeluruh hingga mampu melakukan semua itu.
Contoh;
Atom-atom tanah menjadi tempat pertumbuhan seluruh biji dan benih nan beragam. Jika atom bukan makhluk yang mendapat perintah, tentu atom mengandung banyak sekali peralatan dan perlengkapan maknawi sebanyak bilangan rerumputan dan pepohonan. Atau kemahiran dan kekuasaan harus disandarkan pada atom yang mengetahui seluruh aturan pembentukan ciptaan, mengetahui seluruh bentuk yang ia pasang dan ia rajut.
Silahkan Anda analogikan sendiri dengan seluruh wujud hingga Anda tahu bahwa di dalam segala sesuatu terdapat banyak sekali bukti nyata dan jelas akan keesaan.
Ya, menciptakan segala sesuatu dari satu benda, dan menjadikan segala sesuatu menjadi satu benda hanya dimiliki Pencipta segala sesuatu. Silahkan Anda renungkan dalam Al-Qur'an nan agung;
وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ
“Tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Isra`: 44)
Artinya, tidak menerima keberadaan Al-Wahid Al-Ahad mengharuskan menerima adanya banyak sekali tuhan sebanyak bilangan seluruh wujud.
Isyarat Kedua
Dalam kisah sebelumnya disebutkan tentang Rasul mulia Saw. dan dikatakan bahwa siapapun yang melihat pasti mengetahui melalui lencana-lencana yang ada pada beliau bahwa beliau semata bergerak atas perintah Sultan, dan beliau adalah pelayan pribadi-Nya. Untuk itu, Rasul itu adalah Rasul mulia Saw.
Ya, Sang Pencipta suci yang menciptakan alam raya seperti ini, pasti memiliki utusan seperti Rasul mulia Saw., sepasti cahaya bagi matahari, karena matahari tidak mungkin menjadi matahari jika cahayanya tidak menyebar.
Demikian halnya uluhiyah tidak ada tanpa memperlihatkan diri dengan mengutus para rasul.
Selanjutnya, mungkinkah keindahan nan amat sempurna itu tidak ingin memperlihatkan diri melalui perantara yang menunjukkan keberadaannya dan memperkenalkan dirinya?!
Mungkinkah ciptaan sempurna nan begitu indah tidak ingin memamerkan diri melalui perantara yang menarik seluruh perhatian kepadanya?!
331. Page
Mungkinkah kesultanan menyeluruh rububiyah tidak mengharuskan untuk memberitahukan wahdaniyah dan shamadaniyah dalam banyak sekali tingkatan dan bagian-bagian kecil melalui perantara utusan yang memiliki dua sayap?!
Artinya, utusan tersebut adalah rasul bagi banyak sekali tingkatan makhluk di hadirat ilahi dari sisi ubudiyah menyeluruh. Seperti halnya ia adalah petugas yang diutus dari hadirat ilahi kepada banyak sekali tingkatan dari sisi kedekatannya dengan Al-Haq Ta’ala dan risalahnya.
Mungkinkah Pemilik keindahan Zat yang berada di puncak keindahan itu tidak ingin melihat dan memperlihatkan keindahan-keindahan-Nya dan kelembutan-kelembutan keelokan-Nya di hadapan berbagai cermin?!
Artinya, tidakkah Ia menginginkan hal itu melalui perantara seorang urusan tercinta. Dia adalah utusan yang mengundang cinta-Nya dengan beribadah kepada-Nya dan menjalankan tugas cermin. Juga sebagai utusan yang dicintai para makhluk-Nya dan menampakkan keindahan nama-nama-Nya.
Mungkinkah Sang Pengatur yang memiliki simpanan-simpanan penuh dengan mukjizat-mukjizat ajaib dan hal-hal aneh dan berharga tidak ingin menjelaskan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya nan tersembunyi dengan menampakkannya di hadapan pandangan makhluk melalui perantara seseorang yang menyebutkan sifat-sifat, memperkenalkan, menyampaikan, dan memberitahukan (kesempurnaan-kesempurnaan-Nya)?!
Mungkinkah Ia menghias ciptaan-ciptaan yang mengungkapkan segala kesempurnaan seluruh nama-nama-Nya, menjadikannya mirip sebuah istana yang dihiasi berbagai seni menawan, luar biasa, dan jeli agar disaksikan para makhluk, kemudian ia tidak menunjuk seseorang yang memberitahukan dan menuntun kepada-Nya?!
Mungkinkah Pemilik alam raya ini tidak menyingkap teka-teki tertutup yang mengesankan tujuan dan maksud perubahan-perubahan alam raya ini melalui perantara seorang rasul, dan tidak memecahkan misteri tiga pertanyaan rumit seluruh wujud; dari mana? Kemana? Dan siapa Anda?
Mungkinkah Pencipta Dzul Jalal yang memperkenalkan diri kepada makhluk-makhluk yang memiliki perasaan melalui ciptaan-ciptaan indah-Nya, membuat mereka mencintai-Nya melalui beragam nikmat nan berharga itu tidak menyampaikan apa saja yang membuat-Nya ridha dan apa yang Ia inginkan dari mereka melalui perantara seorang rasul?!
Mungkinkah Ia menciptakan manusia yang tergoda oleh kebanyakan dari sisi perasaan dan pemahaman, dan yang dipersiapkan untuk ubudiyah menyeluruh dari sisi kesiapan, namun Ia tidak ingin mengalihkan pandangan mereka dari kebanyakan menuju kesatuan melalui seorang guru dan pembimbing?!
Banyak sekali tugas nubuwah seperti ini. Masing-masing di antara tugas-tugas itu merupakan bukti nyata yang menunjukkan uluhiyah yang tidak ada tanpa adanya risalah.
Lantas adakah seseorang di alam ini yang lebih layak, lebih menyatukan sifat-sifat dan tugas-tugas tersebut melebihi Muhammad Al-Araby Saw.?!
Apakah zaman memberikan sosok yang lebih layak untuk menyandang tingkatan risalah dan tugas penyampaian, yang lebih mendapat taufiq melebihi beliau?! Sama sekali tidak. Bahkan, beliau adalah pemimpin para rasul, imam seluruh nabi, pemimpin orang-orang pilihan, paling dekat di antara mereka yang didekatkan kepada Allah, makhluk paling sempurna, dan sultan seluruh mursyid (pembimbing).
Ya, mukjizat terbesar seperti Al-Qur'an nan agung yang merupakan samudera hakikat melalui empatpuluh sisi, cukup untuk memperlihatkan risalah beliau laksana mentari, terlebih bukti-bukti kebenaran nubuwah beliau yang tak terbatas di antara sekian banyak mukjizat yang mencapai seribu yang ada berdasarkan kesepakatan para ahli tahqiq, seperti mukjizat terbelahnya bulan dan memancarnya air dari jari-jari beliau.
Cukup sampai di sini saja topik ini, karena sisi-sisi kemukjizatan Al-Qur'an yang berjumlah hampir empatpuluh sisi itu sudah kami sebutkan dalam “kalimat keduapuluh lima.”
332. Page
Isyarat Ketiga
Jangan sampai pertanyaan berikut terlintas di benak siapapun;
Apa pentingnya si manusia kecil itu hingga dunia nan agung ini ditutup lalu negeri lain dibuka untuk memperhitungan seluruh amalannya?
Mengingat manusia yang sangat kecil itu punya nilai penting karena keberadaannya sebagai pemimpin seluruh wujud, penyeru menuju kesultanan ilahi, dan fenomena ubudiyah menyeluruh dari sisi kelengkapan fitrah.
Juga jangan sampai pertanyaan berikut terlintas di benak;
Kenapa manusia patut mendapat siksa abadi padahal usianya sangat pendek?
Karena kekafiran meruntuhkan seluruh wujud dan nilainya yang laksana catatan-catatan shamadani ke tingkatan tiada guna, makna, dan tanpa tujuan, maka kekafiran merendahkan dan menghina seluruh wujud. Di samping kekafiran menolak dan mengingkari seluruh nama-nama suci yang segala ukiran dan penampakannya disaksikan dan dilihat di seluruh wujud. Kekafiran mendustakan seluruh dalil-dalil tanpa batas yang menunjukkan kebenaran Al-Haq Ta’ala.
Karena itulah kekafiran merupakan kejahatan tanpa batas. Dan kejahatan tanpa batas mengharuskan siksaan tanpa akhir.
Isyarat Keempat
Seperti “duabelas gambaran” yang kita ketahui dalam cerita di atas bahwa;
Tidak mungkin sama sekali Sultan seperti ini memiliki kerajaan mirip ruang tamu sesaat, namun tidak memiliki kerajaan lain yang abadi sebagai tempat penampakan keagungan-Nya dan pusat kesultanan terbesar-Nya.
Juga tidak mungkin dari sisi manapun jika Al-Baqi Al-Khaliq menciptakan alam nan fana ini namun tidak menciptakan alam kekal abadi.
Juga tidak mungkin bagi Pencipta alam raya nan menawan dan fana ini tidak menciptakan alam raya lain yang abadi.
Juga tidak mungkin bagi Al-Fathir Al-Hakim Al-Qadir Ar-Rahim yang menciptakan dunia yang menjadi pameran, medan ujian, dan ladang ini tidak menciptakan negeri akhirat yang menjadi tempat segala tujuan-Nya.
Hakikat ini dapat dimasuki melalui “duabelas pintu.” Dan pintu-pintu ini dibuka dengan “duabelas hakikat.”
Berikut kita mulai dari yang paling pendek dan sederhana.
333. Page
Hakikat Pertama
Pintu Rububiyah dan Sulthanah;
Penampakan Nama Ar-Rabb
Mungkinkah bagi kondisi rububiyah dan sulthanah uluhiyah menciptakan alam raya seperti ini dengan memperhatikan tujuan-tujuan nan sangat tinggi dan maksud-maksud luhur demi memperlihatkan segala kesempurnaannya, namun tidak memberikan balasan bagi orang-orang mukmin yang membalas tujuan dan maksud-maksud tersebut dengan ubudiyah, dan tidak memberikan hukuman bagi orang-orang sesat yang membalas tujuan dan maksud-maksud tersebut dengan pengingkaran dan penghinaan?!
Hakikat Kedua
Pintu Kemuliaan dan Rahmat;
Penampakan Nama Al-Karim dan Ar-Rahim
Mungkinkah bagi Rabb alam ini –yang memiliki kemuliaan tanpa batas, rahmat tanpa batas, keperkasaan tanpa batas dan kecemburuan tanpa batas melalui petunjuk jejak-jejak yang Ia perlihatkan- tidak memberikan balasan yang layak dengan kemuliaan dan rahmat-Nya, dan tidak memberikan hukuman yang layak dengan keperkasaan dan kecemburuan-Nya?
Ya, ketika seseorang mengamati perjalanan segala persoalan di dunia ini dengan seksama, pasti mengetahui bahwa seluruh makhluk hidup mulai dari yang paling tak berdaya dan lemah hingga yang paling kuat, semuanya diberi rizki yang sesuai. Yang paling lemah dan tak berdaya diberi rizki terbaik. Setiap makhluk yang tertimpa musibah didatangi obat dan penawar dari arah yang tak diduga. Jamuan-jamuan makan dipasang, hadiah-hadiah diberikan dengan sepenuh kemuliaan luhur yang secara pasti menunjukkan bahwa tangan Yang Maha Mulia tanpa batas, bekerja di sana dan menjalankan berbagai hal.
Contoh;
Seluruh pepohonan diberi pakaian-pakaian mirip sutera bak bidadari, dihias dengan polesan bunga dan buah, ditundukkan untuk melayani kita, memberikan beragam buah paling menawan, manis dan indah untuk kita melalui ranting-ranting yang merupakan tangan-tangan lembut pohon pada musim semi.
Kita diberi madu manis melalui tangan sebangsa lalat beracun (lebah). Kita diberi pakaian paling indah, paling lembut dan halus melalui serangga yang tidak punya tangan. Rahmat agung disimpan untuk kita di dalam bibit-bibit kecil.
Jika semua ini diperhatikan dengan seksama, tentu diketahui dengan jelas bahwa semua itu merupakan jejak kemuliaan yang sangat indah dan rahmat yang sangat lembut.
Segala sesuatu –kecuali manusia dan hewan-hewan buas- berupaya untuk menjalankan tugas sepenuh perhatian dan kemahiran, mulai dari matahari, bulan, bumi hingga makhluk paling kecil. Mereka tidak melampaui batasannya barang seukuran lekukan jari sekalipun. Semuanya patuh di bawah rasa takut nan besar. Ini semua menunjukkan bahwa segala sesuatu bergerak atas perintah Zat yang memiliki keluhuran dan keperkasaan agung.
Induk-induk makhluk –baik tumbuhan, hewan, maupun manusia- yang merawat anak-anak nan lemah dan tak berdaya dengan penuh kasih sayang dan dengan makanan lembut seperti susu, ini secara pasti menjelaskan penampakan rahmat nan luas yang berfungsi dan mengatur semua itu.
Karena Pengatur alam ini memiliki kemuliaan, rahmat, keluhuran dan keperkasaan tanpa batas hingga sedemikian rupa, maka keluhuran dan keperkasaan tanpa batas itu mengharuskan
334. Page
untuk menghukum manusia-manusia yang tidak sopan. Kemuliaan tanpa batas mengharuskan kemurahan tanpa batas. Rahmat tanpa batas mengharuskan kebaikan yang layak bagi rahmat itu.
Namun semua itu tidak terwujud di dunia nan fana dan dalam rentang usia nan pendek ini kecuali hanya satu di antara jutaan bagian saja laksana setetes air samudera. Karena itu tentu ada negeri bahagia yang patut bagi kemuliaan dan rahmat itu. Tanpa itu, tentu keberadaan rahmat yang nyata terlihat ini harus diingkari layaknya mengingkari keberadaan mentari yang memenuhi siang hari dengan cahaya; karena hilang tanpa kembali mengharuskan lenyapnya hakikat rahmat. Merubah kasih sayang menjadi musibah, cinta menjadi kebencian, nikmat menjadi petaka, akal menjadi perangkat sial, dan merubah kenikmatan menjadi derita.
Juga tentu ada negeri siksaan yang layak pagi kemuliaan dan keperkasaan itu, karena sering kali orang zalim tetap mulia sementara orang yang teraniaya tetap terhina. Keduanya sama-sama pergi meninggalkan dunia dalam kondisi seperti ini.
Dengan demikian, perkara ini ditunda ke mahkamah terbesar nanti. Ditunda namun tidak dilalaikan. Bahkan kadang orang bersalah dihukum bahkan di dunia ini, karena berbagai jenis siksa yang menimpa kaum-kaum durhaka dan membangkang pada generasi-generasi terdahulu menjelaskan bahwa manusia tidak terlepas bebas seenaknya. Tapi setiap saat rentang terkena tamparan kemuliaan dan keperkasaan.
Ya, jika manusia yang memiliki tugas-tugas dan kesiapan-kesiapan penting di antara seluruh wujud yang ada tidak mengenal Rabb dengan iman setelah Rabb memperkenalkan diri kepadanya melalui ciptaan-ciptaan menawan nan tertata rapi hingga sedemikian rupa ini, jika tidak membuat Rabb cinta kepadanya dengan beribadah setelah Rabb membuatnya cinta kepada-Nya melalui beragam nikmat dengan bersyukur dan memuji, mungkinkah manusia seperti ini tidak dihukum dan dibiarkan bebas terlepas begitu saja?!
Mungkinkah Al-Haq Ta’ala yang memiliki kemuliaan, keperkasaan, dan kecemburuan itu tidak menyediakan negeri siksaan?!
Mungkinkah Ar-Rahman Ar-Rahim tidak menyediakan negeri untuk pembalasan dan memberikan kebahagiaan abadi kepada orang-orang mukmin yang membalas pengenalan diri Rabb dengan memperkenalkan diri kepada-Nya melalui keimanan kepada-Nya, membalas cinta-Nya dengan ibadah dan membuat orang lain cinta kepada mereka karena-Nya. Membalas rahmat-Nya dengan pengagungan dan rasa syukur.
335. Page
Hakikat Ketiga
Pintu Hikmah dan Keadilan;
Penampakan Nama Al-Hakim dan Al-‘Adil
Mungkinkah Al-Haq Ta’ala Dzul Jalal yang memperlihatkan kekuasaan rububiyah melalui hikmah, keadilan, dan keseimbangan yang berlaku dalam segala sesuatu, mulai dari atom hingga matahari; tidak memberikan balasan kepada orang-orang mukmin yang berlindung kepada sayap perlindungan rububiyah-Nya, menggerakkan iman dan ubudiyah sesuai hikmah dan keadilan itu?!
Tidak memberi pelajaran kepada manusia-manusia tidak sopan yang membangkang terhadap hikmah dan keadilan itu dengan kekafiran dan kesewenang-wenangan?!
Di dunia yang sesaat ini, hukuman dan balasan tidak diterapkan kepada manusia yang sesuai dengan hikmah dan keadilan itu, selain satu saja di antara seribu. Semuanya ditunda. Selanjutnya sebagian besar orang-orang sesat pergi meninggalkan dunia ini tanpa mendapatkan hukuman. Sebagian besar para pengikut petunjuk pergi tanpa mendapatkan balasan. Dengan demikian, persoalan ini ditunda ke mahkamah dan kebahagiaan terbesar.
Ya, Pengatur alam raya ini tampak dengan sangat jelas berbuat dengan hikmah tanpa batas.
Mau bukti? Buktinya adalah Ia menjaga segala maslahat dan kepentingan dalam segala sesuatu. Tidakkah Anda melihat bahwa penjagaan segala manfaat dan hikmah di seluruh bagian tubuh manusia, tulang, urat, bahkan di seluruh sel-sel tubuh, di setiap tempat di dalam tubuh dan di setiap bagian-bagian tubuh, bahkan bagian-bagian tubuh tertentu diberi sejumlah hikmah dan manfaat sebanyak bilangan buah pepohonan; bukankah ini menunjukkan bahwa segala sesuatu berjalan menurut tangan hikmah tanpa batas?!
Selanjutnya, keteraturan nan sangat jeli dan menawan dalam penciptaan segala sesuatu menunjukkan segala sesuatu terjadi dengan hikmah tanpa batas.
Ya, program-program jeli yang diselipkan ke dalam sebuah bunga indah dalam sebuah biji kecil. Lembar kerja, riwayat hidup, dan catalog seluruh perlengkapan sebuah pohon besar yang terselip di dalam biji sangat kecil dengan panda takdir maknawi; ini menjelaskan bahwa pena hikmah tanpa batas bekerja dan mengatur semua itu.
Selanjutnya, keindahan puncak pada penciptaan segala sesuatu menunjukkan ukiran Pencipta Yang Maha Bijaksana yang hikmah-Nya tak terbatas.
Ya, catalog seluruh wujud, kunci seluruh simpanan rahmat, dan cermin seluruh nama-nama-Nya yang Ia selipkan dalam tubuh manusia yang sangat kecil ini menunjukkan dan menjelaskan hikmah keindahan penciptaan tanpa batas.
Sekarang, mungkinkah hikmah nan mengatur dan berkuasa yang melakukan tindakan-tindakan rububiyah seperti ini tidak ingin memuliakan mereka yang berlindung kepada sayap rububiyah dan taat padanya melalui iman. Mungkinkah hikmah seperti itu tidak ingin memuliakan mereka untuk selamanya?!
Anda mau bukti bahwa segala urusan dijalankan dengan adil dan seimbang?
Buktinya adalah segala sesuatu diberi bentuk dan diletakkan di tempatnya yang tepat dengan neraca-neraca yang sangat peka dan jeli, dan dengan ukuran-ukuran tersendiri. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu dijalankan dan terjadi dengan adil dan keseimbangan tanpa batas.
Demikian halnya segala sesuatu diberi haknya masing-masing sesuai kesiapannya. Artinya, segala kebutuhan dan perlengkapan penting untuk keberlangsungan segala sesuatu diberikan dalam bentuk terbaik, menunjukkan adanya keadilan mutlak.
Demikian halnya jawaban terus-menerus atas segala kebutuhan yang diminta melalui bahasa kesiapan, kebutuhan fitrah, dan kondisi mendesak menunjukkan keadilan dan hikmah tanpa batas.
336. Page
Sekarang, mungkinkah keadilan dan hikmah yang berupaya memberi dan membantu kebutuhan paling sederhana untuk makhluk paling kecil itu mengabaikan dan membiarkan kebutuhan terbesar, seperti kebutuhan untuk hidup abadi bagi makhluk paling besar seperti manusia. Mungkinkah keduanya tidak menjawab permohonan paling agung yang diminta manusia?! Mungkinkah keduanya tidak menjaga dan memelihara keagungan rububiyah dengan menjaga hak-hak para hamba?!
Karena manusia yang menghabiskan kehidupan singkat di dunia nan fana ini tidak mampu meraih keadilan seperti ini dan tidak akan mampu mendapatkannya, tapi keadilan seperti ini ditunda di peradilan terbesar, karena keadilan hakiki mengharuskan manusia nan sangat kecil ini mendapatkan balasan dan hukuman bukan sesuai dengan bentuknya yang kecil, tapi sesuai besarnya kejahatan yang dilakukan, urgensi esensinya sebagai manusia, dan besarnya tugas yang diemban.
Mengingat dunia fana nan sesaat ini sangat mustahil untuk menjadi tempat keadilan dan hikmah bagi manusia yang diciptakan untuk abadi. Maka Al-Jalil Maha Adil yang memiliki keindahan dan Al-Jamil Maha Bijaksana yang memiliki keluhuran pasti memiliki Jahanam dan surga abadi.
337. Page
Hakikat Keempat
Pintu Kemurahan dan Keindahan;
Penampakan Nama Al-Jawwad dan Al-Jamil
Mungkinkah kemurahan dan kedermawanan tanpa batas, kekayaan yang tiada pernah habis, simpanan-simpanan yang tiada pernah habis, keindahan abadi tiada banding, dan kesempurnaan abadi tanpa kekurangan itu tidak mengharuskan adanya hamba-hamba yang bersyukur yang memerlukan-Nya, tidak mengharuskan adanya para pecinta yang menjalankan peran cermin, para saksi nan kagum kepada-Nya, yang hidup kekal selamanya di negeri kebahagiaan dan tempat jamuan?!
Ya, penghiasan permukaan bumi dengan berbagai macam ciptaan hingga sedemikian rupa, bulan dan mentari dijadikan lampu, wajah bumi dijadikan meja makan karunia, dipenuhi dengan berbagai macam makanan nikmat, pohon-pohon berbuah dijadikan wadah, diperbarui berulang kali di setiap musim; ini semua menunjukkan kemurahan dan kedermawanan mutlak.
Kemurahan dan kedermawanan tanpa batas, simpanan-simpanan (rizki) dan rahmat yang tak pernah habis seperti ini mengharuskan adanya negeri jamuan, tempat kebahagiaan abadi yang berisi apa saja yang diinginkan (jiwa). Juga mengharuskan secara pasti agar mereka yang menikmati (segala hidangan) yang ada di negeri tersebut hidup abadi di tempat bahagia itu agar tidak tersakiti oleh kehilangan dan perpisahan, karena hilangnya kenikmatan adalah derita, seperti halnya hilangnya derita adalah kenikmatan.
Kemurahan seperti ini tidak ingin menyakiti. Dengan demikian, kemurahan tersebut mengharuskan adanya surga abadi dan mengharuskan keberadaan manusia-manusia yang memerlukan, yang kekal selamanya di sana, karena kemurahan dan kedermawanan tanpa batas mengharuskan untuk berlaku baik dan memberikan nikmat tanpa batas.
Kebaikan dan nikmat tanpa batas mengharuskan untuk memberikan karunia tanpa batas. Ini mengharuskan keabadian orang yang meraih kebaikan tersebut, agar menampakkan rasa syukur atas kenikmatan abadi yang diberi kala menikmati semua anugerah tersebut. Tanpa itu, kenikmatan kecil akan menyendak karena kefanaan dalam rentang waktu yang sangat singkat yang tidak sesuai dengan tuntutan kemurahan dan kedermawanan seperti ini.
Selanjutnya, lihatlah pameran-pameran berbagai penjuru dunia yang merupakan pameran ciptaan-ciptaan ilahi nan menawan. Pandanglah iklan-iklan rabbani dengan seksama yang ada di tangan tumbuh-tumbuhan dan hewan di muka bumi. Dengarkan para nabi dan wali dimana mereka ini adalah para penyeru menuju segala keindahan rububiyah dan yang memberitahukan keindahan-keindahan tersebut, bagaimana mereka secara sepakat menjelaskan segala kesempurnaan Sang Pencipta yang tiada memiliki celah dengan memamerkan keindahan-keindahan ciptaan-Nya. Menarik perhatian siapapun yang merenungkan segala kesempurnaan itu.
Dengan demikian, Pencipta alam raya ini memiliki kesempurnaan-kesempurnaan yang sangat penting dan mengundang decak kagum. Ia ingin menampakkan kesempurnaan itu melalui ciptaan-ciptaan nan luar biasa, karena segala kesempurnaan tersembunyi yang tiada memiliki celah, mengharuskan untuk memamerkan diri kepada siapapun yang menghargai, menilai bagus, kagum, dan menyaksikan, seraya mengucapkan, “Masya’Allah!”
Sementara kesempurnaan-kesempurnaan abadi mengharuskan penampakan abadi. Kesempurnaan ini mengharuskan kekekalan mereka yang menghargai dan menganggap indah, karena orang-orang yang menganggap indah segala kesempurnaan ini, kesempurnaan-kesempurnaan itu runtuh nilainya manakala mereka tidak hidup abadi.
Selanjutnya, berbagai wujud indah, menawan, elok, dan penuh riasan yang tersebar di wajah bumi ini mengabarkan tentang keindahan maknawi tanpa banding, seperti halnya cahaya mengabarkan tentang matahari. Mengesankan adanya kelembutan-kelembutan indah nan tersembunyi yang tiada bandingnya.
338. Page
Seluruh wujud itu mengisyaratkan adanya simpanan-simpanan tersembunyi dari keindahan nan suci itu, di antaranya adalah keindahan suci pada al-asma`ul husna, bahkan di setiap nama.
Keindahan tersembunyi nan tiada banding dan luhur hingga sedemikian rupa ini seperti halnya ia ingin melihat segala keindahannya di depan cermin, ingin melihat tingkat-tingkat keindahan dan ukuran-ukuran keelokannya di hadapan cermin yang memiliki perasaan nan merindukannya, ia juga ingin memperlihatkan dan disaksikan, agar ia melihat keindahannya yang disukai itu melalui perantara penglihatan orang lain.
Dengan demikian, Ia ingin melihat keindahan-Nya melalui dua sisi;
Pertama; menyaksikan keindahan-Nya sendiri melalui beragama cermin yang berwarna-warni.
Kedua; menyaksikan keindahan-Nya melalui perantara para pemirsa, pecinta, mereka yang menganggap indah dan kagum kepada-Nya.
Dengan demikian, keindahan dan keelokan ingin melihat diri sendiri dan juga disaksikan. Terlihat dan memperlihatkan diri mengharuskan adanya para pemirsa, pecinta, mereka yang menganggap baik dan kagum.
Karena keindahan dan keelokan bersifat abadi, keduanya menuntut keabadian para pecinta, karena keelokan abadi tidak merelakan pecinta nan fana, karena pemirsa yang divonis fana tanpa kembali, cintanya akan berubah menjadi permusuhan karena gambaran kefanaan. Kekaguman dalam dirinya juga cenderung menghina, dan penghormatannya cenderung merendahkan, karena manusia nan terpedaya dan egois menentang sesuatu yang tidak mampu ia gapai, seperti halnya ia memusuhi sesuatu yang tidak ia ketahui, sehingga secara eksplisit membalas keindahan yang patut dicintai, dirindukan, dan dianggap baik secara tak terbatas, dengan permusuhan, dengki, dan pengingkaran. Dengan demikian jelas bahwa orang kafir adalah musuh Allah Ta’ala.
Mengingat kemurahan dan kedermawanan mutlak, keindahan dan keelokan tiada banding, dan kesempurnaan tanpa celah itu mengharuskan adanya orang-orang yang bersyukur, pecinta, dan orang-orang yang menganggap baik yang kekal abadi, sementara di negeri jamuan dunia ini, kita melihat setiap orang pergi dan berlalu dengan cepat, hanya merasakan sedikit kebaikan dari kemurahan ini sehingga seleranya muncul, namun lebih dahulu pergi sebelum sempat mencicipi, melihat kilauan cahaya keindahan dan kesempurnaan itu, bahkan hanya melihat bayangan lemahnya saja dalam sesaat lalu pergi tanpa merasa puas; maka perjalanan yang ditempuh pasti menuju tempat-tempat wisata kekal abadi.
Kesimpulan;
Seperti halnya alam raya dengan seluruh wujud ini secara pasti menunjukkan keberadaan Sang Pencipta Dzul Jalal, seperti itu pula nama-nama dan sifat-sifat suci Sang Pencipta Dzul Jalal menunjukkan, mengisyaratkan, dan mengharuskan adanya akhirat.
339. Page
Seluruh wujud itu mengisyaratkan adanya simpanan-simpanan tersembunyi dari keindahan nan suci itu, di antaranya adalah keindahan suci pada al-asma`ul husna, bahkan di setiap nama.
Keindahan tersembunyi nan tiada banding dan luhur hingga sedemikian rupa ini seperti halnya ia ingin melihat segala keindahannya di depan cermin, ingin melihat tingkat-tingkat keindahan dan ukuran-ukuran keelokannya di hadapan cermin yang memiliki perasaan nan merindukannya, ia juga ingin memperlihatkan dan disaksikan, agar ia melihat keindahannya yang disukai itu melalui perantara penglihatan orang lain.
Dengan demikian, Ia ingin melihat keindahan-Nya melalui dua sisi;
Pertama; menyaksikan keindahan-Nya sendiri melalui beragama cermin yang berwarna-warni.
Kedua; menyaksikan keindahan-Nya melalui perantara para pemirsa, pecinta, mereka yang menganggap indah dan kagum kepada-Nya.
Dengan demikian, keindahan dan keelokan ingin melihat diri sendiri dan juga disaksikan. Terlihat dan memperlihatkan diri mengharuskan adanya para pemirsa, pecinta, mereka yang menganggap baik dan kagum.
Karena keindahan dan keelokan bersifat abadi, keduanya menuntut keabadian para pecinta, karena keelokan abadi tidak merelakan pecinta nan fana, karena pemirsa yang divonis fana tanpa kembali, cintanya akan berubah menjadi permusuhan karena gambaran kefanaan. Kekaguman dalam dirinya juga cenderung menghina, dan penghormatannya cenderung merendahkan, karena manusia nan terpedaya dan egois menentang sesuatu yang tidak mampu ia gapai, seperti halnya ia memusuhi sesuatu yang tidak ia ketahui, sehingga secara eksplisit membalas keindahan yang patut dicintai, dirindukan, dan dianggap baik secara tak terbatas, dengan permusuhan, dengki, dan pengingkaran. Dengan demikian jelas bahwa orang kafir adalah musuh Allah Ta’ala.
Mengingat kemurahan dan kedermawanan mutlak, keindahan dan keelokan tiada banding, dan kesempurnaan tanpa celah itu mengharuskan adanya orang-orang yang bersyukur, pecinta, dan orang-orang yang menganggap baik yang kekal abadi, sementara di negeri jamuan dunia ini, kita melihat setiap orang pergi dan berlalu dengan cepat, hanya merasakan sedikit kebaikan dari kemurahan ini sehingga seleranya muncul, namun lebih dahulu pergi sebelum sempat mencicipi, melihat kilauan cahaya keindahan dan kesempurnaan itu, bahkan hanya melihat bayangan lemahnya saja dalam sesaat lalu pergi tanpa merasa puas; maka perjalanan yang ditempuh pasti menuju tempat-tempat wisata kekal abadi.
Kesimpulan;
Seperti halnya alam raya dengan seluruh wujud ini secara pasti menunjukkan keberadaan Sang Pencipta Dzul Jalal, seperti itu pula nama-nama dan sifat-sifat suci Sang Pencipta Dzul Jalal menunjukkan, mengisyaratkan, dan mengharuskan adanya akhirat.
340. Page
Hakikat Kelima
Pintu Kasih Sayang dan Ubudiyah Muhammad Saw.;
Penampakan Nama Al-Mujib dan Ar-Rahim
Mungkinkah Rabb Asy-Syafuq Ar-Rahim yang kasih sayang dan rahmat-Nya tiada batas, yang melihat kebutuhan paling rendah bagi makhluk-Nya yang paling rendah, lalu membantunya dengan sepenuh kasih sayang dari arah yang tiada diduga, mendengar suara paling lirih untuk makhluk-Nya yang paling tersembunyi lalu menolongnya, memperkenankan siapapun yang meminta melalui bahasa kondisional maupun tutur kata, mungkinkah Rabb seperti ini melihat kebutuhan terbesar seorang hamba paling agung dan makhluk-Nya yang paling Ia cintai, lalu tidak memenuhi kebutuhan itu dan tidak menolongnya?!
Mungkinkah Ia mendengar doa paling agung dan paling luhur lalu tidak memperkenankannya?!
Ya, kelembutan dan kemudahan nyata pada rizki hewan-hewan lemah dan kecil serta perawatan hewan-hewan seperti ini menunjukkan Pemilik alam raya ini mengatur semuanya dengan rububiyah penuh rahmat.
Lantas mungkinkah kasih sayang dalam rububiyah-Nya hingga sedemikian rupa ini tidak memperkenankan doa terbaik yang dipanjatkan makhluk terbaik?!
Hakikat ini sekali lagi kami jelaskan di sini, seperti yang kami jelaskan dalam “kalimat kesembilanbelas.”
Untuk itu, wahai kawan yang tidak mau mendengar kata-kata saya bersama jiwa saya!
Seperti yang telah saya sampaikan dalam cerita perumpamaan sebelumnya, bahwa ada suatu perkumpulan di suatu pulau, dan seorang utusan mulia menyampaikan khutbah. Untuk itu, hakikat yang ia isyaratkan adalah;
Marilah kita meninggalkan masa saat ini dan pergi menuju masa bahagia dengan pikiran, dan menuju semenanjung Arab dengan hayalan untuk mengunjungi Rasul mulia Saw., menyaksikan beliau kala menjalankan tugas ubudiyah nan sempurna.
Lihatlah! Seperti halnya Rasul mulia Saw. ini merupakan sebab tercapainya kebahagiaan abadi dan wasilah untuk sampai ke sana melalui risalah dan hidayah beliau, beliau juga sebab adanya kebahagiaan itu, dan wasilah penciptaan surga dengan ubudiyah dan doa beliau.
Lihatlah! Rasul mulia Saw. itu berdoa dalam shalat terbesar dan ibadah paling luhur demi kebahagiaan abadi. Seakan semenanjung ini dan bahkan seluruh bumi mengerjakan shalat mengikuti shalat terbesar beliau dan berdoa, karena seperti halnya ubudiyah beliau mencakup ubudiyah umat yang mengikuti beliau, ubudiyah beliau juga mencakup ubudiyah para nabi berdasarkan rahasia kesamaan.
Selanjutnya, beliau melaksanakan shalat terbesar itu di tengah jamaah besar dan berdoa. Seakan sosok-sosok sempurna nan terang di antara anak-anak Adam sejak zaman Adam a.s. hingga masa kita saat ini, dan hingga hari kiamat, mengikuti beliau dan mengamini doa beliau.
Lihatlah! Beliau berdoa untuk mewujudkan kebutuhan bersama seperti kebutuhan akan keabadian. Seakan bukan hanya penduduk bumi saja yang ikut serta berdoa dan memohon bersama beliau, tapi para penghuni langit juga ikut serta, bahkan seluruh wujud seraya mengatakan, “Ya. Amin ya rabbana. Perkenankanlah doa beliau. Kami juga memohon hal yang sama.”
Selanjutnya lihatlah! Beliau memohon kebahagiaan abadi dengan permohonan yang dipenuhi kemiskinan, kesedihan, cinta, kerinduan, dan permintaan sepenuh hati hingga membuat seluruh alam raya menangis dan ikut serta berdoa bersama beliau.
Lihatlah! Beliau memohon kebahagiaan untuk suatu maksud dan tujuan, memanjatkan doa seraya mengangkat manusia dan seluruh makhluk dari kejatuhan dalam kefanaan mutlak, dari kesia-siaan dan ketiada-gunaan yang berada di tingkatan paling bawah menuju tingkatan paling
341. Page
tinggi; menuju nilai dan kebahagiaan, menuju tugas-tugas luhur, menuju tingkatan tulisan-tulisan shamadani.
Lihatlah! Ia memohon dan berdoa dengan tangisan yang berciri permohonan akan bantuan dan pertolongan, dengan doa manis dipenuhi permintaan akan belas kasih dan harapan, seakan doa beliau didengar seluruh wujud, langit, Arsy, dan mengguncang cintanya, serta membuat semuanya mengamini doa beliau, “Amin allahumma amin!”
Lihatlah! Beliau memohon dan meminta segala kebutuhan beliau kepada Al-Qadir As-Sami’ Al-Karim Al-‘Alim Al-Bashir, Ar-Rahim yang mengetahui kebutuhan paling kecil beliau, yang melihat makhluk hidup paling kecil, mendengar, mengabulkan permintaannya dan mengasihinya, karena Ia memberi apa yang diinginkan makhluk sangat kecil tersebut –meski dengan bahasa kondisional. Memberinya dalam bentuk yang dipenuhi hikmah, pengetahuan, dan rahmat, dimana tidak menyisakan apapun syubhat bahwa merawat dan mengatur seperti ini hanya dimiliki Zat Yang Maha mendengar, Maha melihat, Maha Mulia dan Maha Penyayang.
Apa gerangan yang diminta dan diinginkan sang penyeru ini yang merupakan golongan manusia paling mulia, tiada duanya di alam raya dan sepanjang zaman, kebanggaan seluruh wujud dengan sebenarnya, dan yang berada di bumi ini, menyatukan seluruh kemuliaan anak-anak Adam, mengangkat kedua tangan ke Arsy yang agung, dan menyeru dalam cakupan hakikat ubudiyah Muhammad Saw. nan menyeluruh untuk melepaskan diri dari penyembahan terhadap sesama manusia?
Lihatlah dan dengarkanlah; beliau meminta kebahagiaan abadi, memohon keabadian, menginginkan pertemuan, dan memelas surga. Bersamaan dengan permohonan ini, beliau juga meminta seluruh nama-nama ilahi nan suci yang menampakkan segala hikmah dan keindahan di cermin seluruh wujud.
Bahkan andaipun tidak ada sebab-sebab tanpa batas yang mengharuskan adanya permintaan tersebut, seperti rahmat, pertolongan, hikmah dan keadilan, tentu satu doa saja yang dipanjatkan sosok mulia tersebut sudah menjadi sebab penciptaan surga yang begitu mudah bagi kuasa Sang Pencipta kita, semudah menciptakan musim semi.
Ya, apa sulitnya menciptakan surga bagi Al-Qadir mutlak yang menjadikan permukaan bumi di musim semi sebagai padang mahsyar dan menciptakan ratusan ribu contoh-contoh padang mahsyar?!
Dengan demikian, seperti halnya risalah beliau menjadi sebab dibukanya negeri ujian ini dan meraih rahasia “Andai bukan karenamu, niscaya Aku tidak menciptakan bintang-bintang,” maka seperti itu pula ubudiyah beliau menjadi sebab dibukanya negeri kebahagiaan lain
Mungkinkah kiranya keindahan menawan –yang tiada memiliki kekurangan- dan keelokan rububiyah –yang tiada bandingnya- yang mencengangkan seluruh akal, yang nampak secara teratur di alam dan nampak di dalam rahmat nan luas itu menerima keburukan, kekerasan, dan kekacauan karena tidak diterimanya doa tersebut?
Artinya, keindahan dan keelokan tersebut mendengar dengan penuh perhatian keinginan paling bawah dan suara paling lirih lalu mengabulkan dan mewujudkannya, namun tidak memperhatikan keinginan paling penting, tidak mendengar, tidak mengetahui, dan tidak mewujudkannya?!
100 ribu kali tidak mungkin. Keindahan seperti ini tidak mungkin menjadi buruk karena menerima keburukan seperti itu.
Dengan demikian, seperti halnya Rasul mulia Saw. dengan risalah membuka pintu dunia, beliau juga membuka pintu akhirat dengan ubudiyah beliau.
Semoga shalawat Ar-Rahman tercurah kepada beliau sepenuh dunia dan negeri surga. Ya Allah! Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada hamba dan Rasul-Mu, sang kekasih yang merupakan pemimpin dunia-akhirat, kebanggaan seluruh alam, kehidupan dunia-akhirat, wasilah kebahagiaan dunia-akhirat, pemilik dua sayap dan utusan golongan jin dan manusia.
342. Page
Juga limpahkanlah kepada para sahabat dan saudara-saudara beliau dari kalangan para nabi dan rasul. Amin.
343. Page
Hakikat Keenam
Pintu Keagungan dan Keabadian;
Penampakan nama Al-Jalil dan Al-Baqi
Mungkinkah keagungan rububiyah yang menundukkan dan mengatur seluruh wujud, mulai dari matahari dan pepohonan hingga atom laksana prajurit-prajurit nan tertata rapi, berada pada manusia fana nan malang yang menghabiskan kehidupan sesaat di negeri jamuan dunia ini, dan tidak menciptakan negeri keagungan kekal abadi, inti rububiyah abadi, tinggi, dan luhur?!
Ya, tindakan-tindakan yang disaksikan di alam raya ini, seperti perubahan musim, pergerakan-pergerakan besar seperti gerakan-gerakan bintang yang mirip seperti gerakan pesawat terbang. Penundukan-penundukan besar seperti bumi dijadikan hamparan bagi manusia, matahari dijadikan lampu bagi makhluk. Perubahan-perubahan luas seperti bumi nan gersang dan kering dihidupkan dan dihiasi; ini semua menunjukkan bahwa di balik tabir alam raya ini ada rububiyah agung yang menguasai dengan kesultanan agung.
Kesultanan rububiyah seperti ini mengharuskan adanya rakyat-rakyat yang layak dan fenomena-fenomena yang pantas.
Namun Anda melihat bahwa rakyat dan hamba-hamba yang paling penting dan komplit dari sisi esensi, berkumpul sebagai orang-orang malang dan sengsara untuk sesaat di ruang tamu dunia ini. Ruang tamu sendiri dipenuhi dan dikosongkan setiap hari. Seluruh rakyat tinggal sesaat di medan ujian ini untuk melalui ujian pengabdian dan amal perbuatan.
Medan ini berubah setiap saat. Seluruh rakyat bertahan selama beberapa menit di ruang pameran ini untuk menyaksikan contoh kebaikan-kebaikan Sang Pencipta Dzul Jalal nan begitu bernilai, keindahan-keindahan-Nya nan luar biasa di pameran-pameran pasar dunia dari sudut pandang perdagangan, lalu setelah itu mereka semua bersembunyi.
Pameran ini berganti setiap menit. Yang pergi tidak kembali, dan yang datang pasti akan pergi.
Situasi dan kondisi ini secara pasti menunjukkan bahwa di balik ruang tamu, medan, dan ruang pameran ini terdapat istana-istana abadi dan tempat-tempat tinggal kekal selamanya yang patut bagi kesultanan abadi itu.
Di sana terdapat taman-taman dan simpanan nan penuh dengan asas-asas beragam contoh dan gambaran yang kita lihat dan saksikan yang paling jernih dan tinggi.
Dengan demikian, kerja keras dan jerih payah di sini (dunia) tidak lain untuk hal-hal semacam itu. Allah Jalla wa ‘Ala membuat kita berusaha dan bekerja di sini (dunia), selanjutnya Ia akan memberikan balasan di sana (akhirat). Masing-masing mendapat kebahagiaan di sana (akhirat) sesuai kesiapan yang dimiliki, jika ia tidak kehilangan ataupun menyia-nyiakan kebahagiaan itu.
Ya, mustahil kesultanan abadi seperti ini berada pada manusia-manusia fana, hina, dan pasti lenyap itu.
Perhatikan hakikat tersebut dengan kaca mata perumpamaan berikut;
Anda suatu ketika berjalan. Di tengah jalan, Anda melihat sebuah hotel yang dibangun orang besar untuk para tamu yang singgah di tempatnya. Jutaan Lira emas ia gunakan untuk merias hotel agar para tamunya dapat berwisata dan merenungkan segala seni dan hiasan yang ada di dalam hotel tersebut selama satu malam.
Namun para tamu hanya memandang bagian kecil dari hiasan-hiasan tersebut dalam waktu singkat dan hanya merasakan sedikit kenikmatan tersebut dalam waktu yang sebentar saja. Setelah itu mereka pergi berlalu tanpa merasa puas.
Hanya saja setiap tamu memotret obyek-obyek yang ada di dalam hotel tersebut dengan kamera pribadi. Para pegawai orang besar pemilik hotel tersebut memperhatikan tingkah laku pada tamu dan mencatat semuanya secara jeli. Anda tahu, si pemilik hotel tersebut setiap harinya
344. Page
menghancurkan sebagian besar hiasan-hiasan berharga di hotel tersebut, dan membuat hiasan-hiasan baru bagi para tamu lain yang datang.
Setelah melihat semua ini, masihkah tersisa syubhat pada diri Anda bahwa si pemilik yang membangun hotel di tengah perjalanan ini memiliki rumah-rumah abadi nan tinggi dan sangat mewah, simpanan-simpanan berharga yang tiada pernah habis, kemurahan besar yang tiada henti, dan membangkitkan keinginan para tamu untuk menerima hadiah-hadiah yang telah ia persiapkan untuk mereka.
Seperti halnya perumpamaan ini, jika Anda memandang dengan seksama dan merenungkan - tanpa mabuk- kondisi-kondisi negeri jamuan dunia ini, tentu Anda akan memahami sembilan asas;
Asas pertama;
Anda akan memahami bahwa dunia ini seperti hotel tersebut, bukan karena esensinya. Mustahil jika Anda menjadikan kondisi ini karena dunia itu sendiri. Karena dunia adalah negeri jamuan yang dibangun karena sebuah hikmah, diisi dan dikosongkan agar para kafilah makhluk singgah di sana, lalu setelah itu pergi.
Asas kedua;
Anda juga akan memahami bahwa mereka yang menempati hotel ini adalah tamu, dan Rabb Ar-Rahim mengajak mereka menuju negeri kesejahteraan (surga).
Asas ketiga;
Anda akan memahami bahwa hiasan-hiasan di dunia ini bukan untuk kenikmatan dan bersenang-senang semata, karena ketika hiasan-hiasan dunia memberikan kenikmatan dalam waktu yang lama, ia akan menimbulkan derita sepanjang waktu karena berpisah dengan semua kenikmatan itu.
Dunia dengan segala keindahannya memang membangkitkan selera Anda, namun tidak memuaskan Anda, karena mungkin dunia yang berumur pendek, atau Anda yang berumur pendek. Untuk itu, dunia tidak cukup untuk memberikan kepuasan.
Untuk itu, hiasan-hiasan tinggi penuh nilai namun berusia pendek ini tidak lain hanya untuk pelajaran, ungkapan rasa syukur, membangkitkan keinginan pada asas-asasnya nan abadi, dan demi tujuan-tujuan lain yang sangat luhur.
Asas keempat;
Anda akan memahami bahwa hiasan-hiasan di dunia ini laksana gambaran dan contoh-contoh beragam kenikmatan yang disimpan di surga untuk orang-orang beriman diriwayatkan rahmat Ar-Rahman.
Asas kelima;
Anda akan memahami bahwa ciptaan-ciptaan fana ini bukan untuk kefanaan, tidak diciptakan untuk tampil dalam waktu singkat lalu setelah itu mati dan hancur luluh. Tapi semua diciptakan untuk berkumpul di alam nyata ini untuk waktu yang singkat, berpose seperti yang diperintahkan untuk diambil gambarnya, seluruh peran dan aksinya dicatat, diketahui makna-maknanya, lalu disimpan hasil-hasilnya. Semuanya diciptakan menjadi model untuk pemandangan-pemandangan abadi bagi mereka yang abadi. Menjadi inti untuk tujuan-tujuan lain di alam baqa.
Melalui penjelasan berikut ini dapat dipahami bahwa segala sesuatu diciptakan untuk abadi, bukan untuk fana. Bahkan andaipun secara kasat mata semuanya fana, kefanaan ini semata untuk menyelesaikan tugas. Sesuatu yang fana hanya dilenyapkan dari satu sisi saja, dan diabadikan dari banyak sisi lainnya.
345. Page
Sebagai contoh, silahkan Anda perhatikan bunga yang merupakan salah satu di antara sekian kata-kata kuasa. Bunga itu tersenyum dan menatap ke arah kita untuk sesaat, lalu setelah itu bersembunyi di balik tirai kefanaan. Pergi seperti halnya kata-kata yang keluar dari mulut Anda lenyap. Namun kata tersebut menyimpan ribuan kata serupa di telinga dan makna-maknanya bertahan di akal sebanyak bilangan akal yang mendengar, karena kata-kata tersebut pergi setelah menyelesaikan tugas mengungkapkan makna.
Namun bunga tersebut pergi setelah meninggalkan bentuk-bentuk lahiriahnya dalam memori siapapun yang melihatnya. Juga setelah meninggalkan esensi maknawinya di setiap biji. Seakan setiap memori dan setiap biji laksana gambar potografi untuk menyimpan hiasan bunga tersebut dan laksana rumah untuk keberlangsungannya.
Jika ciptaan yang berada di tingkatan kehidupan paling sederhana saja seperti ini. Lantas bagaimana kiranya kaitan manusia dengan keabadian, sementara manusia berada di tingkatan teratas kehidupan dan memiliki ruh abadi?!
Melalui penyimpanan aturan pembentukan –yang dalam batasan tertentu mirip seperti ruh- dan gambar setiap tumbuh-tumbuhan nan berbunga dan berbuah di dalam biji-bijian laksana atom itu sepenuh keteraturan dalam lingkup perubahan-perubahan yang tidak teratur, terlihat jelas sejauh mana kaitan dan hubungan ruh manusia –yang merupakan undang-undang perintah yang memiliki perasaan, cahaya yang memiliki esensi menyeluruh dan tinggi yang diberi wujud lahiriah- dengan kekekalan.
Asas keenam;
Anda akan memahami bahwa manusia tidak dibiarkan terlepas bebas begitu saja untuk merumput dimana saja semaunya. Seluruh amal perbuatan manusia dipoto, dicatat, dan ditulis. Seluruh hasil amal perbuatannya disimpan untuk diperhitungkan.
Asas ketujuh;
Anda akan memahami bahwa kematian makhluk-makhluk indah musim panas dan semi, dan lenyapnya makhluk-makhluk tersebut pada musim gugur, bukanlah hukuman mati, tapi pembebasan tugas secara penuh, pengosongan tempat dan pemberian ruang bagi makhluk-makhluk yang datang di musim semi yang baru hingga para petugas baru datang, menetap dan bekerja.
Kematian juga persiapan dan penyediaan tempat bagi makhluk-makhluk yang datang, dan penyadaran subhani bagi makhluk-makhluk yang punya perasaan dari kelalaian yang membuat mereka melupakan tugas. Menyadarkan mereka dari kondisi mabuk yang membuat mereka lupa untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala.
Asas kedelapan;
Anda akan memahami bahwa Sang Pencipta Abadi memiliki alam lain yang abadi untuk alam fana ini. Ia menuntun para hamba-Nya ke sana.
Asas kesembilan;
Anda akan memahami bahwa Ar-Rahman akan memuliakan hamba-hamba-Nya yang terdekat di alam tersebut, dan akan memberikan kenikmatan kepada mereka demi memuliakan dan memberi mereka nikmat yang belum pernah dilihat mata, didengar telinga, dan terlintas di benak manusia. Kami beriman.
346. Page
Hakikat Ketujuh
Pintu Penjagaan dan Pemeliharaan;
Penampakan Nama Al-Hafizh dan Ar-Raqib
Mungkinkah Al-Hafizh yang menjaga segala sesuatu dengan sepenuh keteraturan dan keseimbangan, baik yang basah maupun kering, kecil maupun besar, biasa maupun luar biasa, di langit maupun di bumi, di darat maupun laut, menghitung segala hasilnya mirip seperti perhitungan; mungkinkah Ia tidak menjaga amalan-amalan manusia –yang memiliki fitrah nan agung dan luhur, yang berada di tingkatan khilafah terbesar, yang memiliki tugas agung seperti mengemban amanat terbesar- yang mencederai rububiyah secara umum?!
Mungkinkah Ia tidak menyaringnya dengan saringan hisab?! Tidak menimbang amal perbuatannya dengan neraca keadilan?! Si manusia ini tidak mendapatkan balasan ataupun hukuman sesuai amal perbuatannya?! Sama sekali tidak seperti itu.
Ya, Zat yang mengatur alam raya ini menjaga segala sesuatu dalam lingkup aturan dan neraca. Aturan dan neraca adalah penampakan kuasa dengan ilmu, hikmah, dan kehendak, karena kita mengetahui materi setiap ciptaan diciptakan dengan keteraturan dan keseimbangan mutlak.
Seperti halnya setiap gambar yang ia rubah sepanjang hidupnya tertata dengan rapi dan menawan, kondisinya juga teratur secara menawan, karena kita melihat dan menyaksikan bahwa Al-Hafizh Dzul Jalal menyimpan banyak sekali gambar segala sesuatu yang sudah habis usianya seiring berakhirnya tugas dan pergi meninggalkan alam nyata ini. Ia menyimpan gambar-gambar itu di dalam memori laksana papan-papan yang tersimpan, mirip seperti cermin-cermin perumpamaan, mengukir dan menulis sebagian besar riwayat hidupnya di dalam biji, dan membuatnya abadi dalam cermin-cermin lahir maupun batin.
Sebagai contoh, memori manusia, buah pohon, biji buah-buahan, dan benih bunga menunjukkan keagungan cakupan aturan menjaga. Tidakkah Anda mengetahui bahwa seluruh wujud nan berbunga dan berbuah di musim semi agung, lembar-lembar kerja khusus, aturan-aturan pembuatan dan pembentukan rupa, semuanya ditulis dan disimpan di dalam biji-bijian yang jumlahnya terbatas.
Lembar-lembar kerjanya dibuka dalam lingkup hisab pribadi dalam musim semi berikutnya. Al-Hafizh Dzul Jalal membentuk alam musim semi lain nan besar dengan sepenuh keteraturan dan hikmah. Dengan demikian, terlihat jelas sejauh mana pemeliharaan terjadi dengan cakupan yang kuat.
Jika penjagaan terjadi pada segala sesuatu yang bersifat sementara, biasa, fana, dan kurang bernilai seperti ini, mungkinkah kiranya amal perbuatan manusia –yang merupakan buah penting di alam gaib, alam akhirat, alam arwah, dan buah penting dalam rububiyah secara umum- tidak dicatat dengan penuh perhatian dalam lingkup penjagaan? Seribu kali tentu tidak seperti itu.
Ya, melalui penampakan pemeliharaan seperti ini dapat dipahami bahwa Pemilik seluruh wujud ini memiliki perhatian besar untuk mencatat dan menyimpan apapun yang terjadi di dalam kerajaan-Nya. Ia memiliki kepekaan dalam kekuasaan, memiliki perhatian dalam kesultanan rububiyah hingga mencatat dan menulis kejadian paling sederhana dan perbuatan paling kecil sekalipun, dan membuat para petugasnya mencatat semua itu.
Ia menyimpan gambar segala sesuatu yang terjadi di dalam kerajaan-Nya. Pemeliharaan ini mengisyaratkan bahwa Ia akan membuka lembaran amal perbuatan untuk perhitungan yang amat penting, terlebih amalan-amalan besar dan perbuatan-perbuatan penting manusia –yang merupakan makhluk paling besar, paling mulia, dan paling terhormat dari sisi esensi- semuanya akan dihisap dan ditimbang.
Lembaran amal perbuatan manusia akan dibuka. Lantas mungkinkah kiranya manusia yang dimuliakan dengan khilafah dan amanah, dinaikkan ke tingkatan perwira dan saksi melalui campur tangannya dalam ibadah dan tasbih pada sebagian besar wujud melalui keesaan ilahi yang ia perlihatkan dalam tingkatan-tingkatan kebanyakan melalui kondisi-kondisi menyeluruh
347. Page
rububiyah yang ia saksikan, selanjutnya masuk ke dalam kubur, tidur dengan nyaman, tidak dibangunkan lagi, tidak dimintai pertanggungjawaban atas seluruh amal perbuatannya baik yang kecil maupun yang besar, tidak pergi menuju padang mahsyar, dan tidak menemukan peradilan terbesar?! Sama sekali tidak seperti itu.
Bagaimana mungkin manusia pergi menuju ketiadaan dan melarikan diri dari Al-Qadir Dzul Jalal yang seluruh amal perbuatannya –yang merupakan mukjizat-mukjizat kuasa-Nya- di seluruh masa lalu bersaksi bahwa Ia Maha Kuasa untuk menciptakan segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Bagaimana mungkin manusia melarikan diri dari-Nya, masuk ke dalam tanah dan bersembunyi dari Zat yang setiap saat menciptakan musim dingin dan musim semi melalui musyahadah yang mirip kiamat dan perhimpunan hingga batasan yang jauh?
Karena manusia tidak dihisab di dunia ini dengan semestinya, maka ia pasti pergi menuju peradilan dan kebahagiaan besar.
348. Page
Hakikat Kedelapan
Pintu Janji dan Ancaman;
Penampakan Nama Al-Jamil dan Al-Jalil
Mungkinkah Pencipta seluruh ciptaan yang Maha Mengetahui secara mutlak dan Maha Kuasa secara mutlak itu tidak menepati janji dan ancaman yang berulang kali Ia sampaikan, yang dikabarkan seluruh nabi secara mutawatir, yang disaksikan secara ijma’ seluruh shiddiqun dan para wali, sehingga nampak lemah dan bodoh?! Maha Suci Allah dari hal itu.
Padahal segala janji dan ancaman yang Ia sampaikan sama sekali tidak berat bagi kuasa-Nya. Bahkan semua itu sangat mudah, semudah mengembalikan seluruh wujud musim semi yang lalu pada musim semi berikutnya; sebagian di antaranya benda yang sama,[1] sebagian lain padanannya.[2]
Memenuhi janji sangat penting bagi kita, segala sesuatu, bagi-Nya, bagi kekuasaan dan rububiyah-Nya. Sementara ingkar janji menafikan kemuliaan kesultanan dan kemampuan-Nya, juga menafikan cakupan ilmu-Nya.
Untuk itu, ingkar janji disebabkan karena kebodohan atau mungkin karena kelemahan.
Wahai pengingkar! Tahukah Anda seberapa besar kejahatan yang Anda lakukan dalam kebodohan karena pengingkaran dan kekafiran Anda. Anda percaya kepada halusinasi dusta, akal nan ngelantur, dan jiwa Anda nan terpedaya.
Anda mendustakan Zat yang sama sekali tidak ingkar janji, Zat yang ingkar janji tidak patut bagi kemuliaan dan keluhurannya dari sisi manapun, Zat yang kebenaran-Nya disaksikan oleh segala sesuatu yang nampak.
Meski begitu kecil sekali, Anda melakukan kejahatan besar tanpa batas. Maka Anda patut mendapatkan siksa besar nan abadi.
Diriwayatkan, gigi geraham sebagian penghuni neraka sebesar gunung,[3] selaras dengan besarnya kejahatan yang ia lakukan.
Anda sama seperti musafir tersebut; menutup mata dari sinar mentari, memandang hayalan yang ada di dalam kepala, menginginkan halusinasi menyinari jalan nan menakutkan dengan cahaya akal seperti kunang-kunang. Mengingat Al-Haq Ta’ala -yang seluruh wujud ini merupakan kata-kata-Nya nan benar yang menuturkan kebenaran, seluruh peristiwa alam raya merupakan ayat-ayat-Nya nan berbicara dengan benar- telah berjanji, maka tidak diragukan bahwa Ia akan menepati janji itu. Ia akan membuka peradilan besar dan akan memberikan kebahagiaan besar.
[1] Seperti akar, pohon, dan rerumputan.
[2] Seperti daun dan buah-buahan.
[3] Disebutkan dalam Shahih Muslim (IV/2189); dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Gigi geraham orang kafir atau cakar orang kafir laksana (gunung) Uhud, dan ketebalan kulitnya sejauh perjalanan tiga (malam)’.”
349. Page
Hakikat Kesembilan
Pintu Menghidupkan dan Mematikan
Penampakan Nama Al-Hayyu, Al-Qayyum, Al-Muhyi, Al-Mumit
Mungkinkah Al-Qadir, Ar-Rahim, Al-‘Alim, dan Al-Hakim yang menghidupkan bumi nan besar ini setelah sebelumnya mati dan kering (gersang dan tandus), yang menampakkan kuasa-Nya dalam lingkup perbuatan menghidupkan dengan menghimpun dan membangkitkan berbagai makhluk yang berjumlah lebih dari 300 ribu jenis, menghimpun masing-masing di antaranya secara menakjubkan laksana perhimpunan umat manusia.
Yang menampakkan cakupan ilmu-Nya dengan pembedaan dan pemilahan tanpa batas dalam lingkup perhimpunan dan kebangkitan, dalam lingkup percampuran dan pembauran tanpa batas.
Yang mengarahkan pandangan seluruh hamba-Nya menuju kebahagiaan abadi dengan janji menghimpun seluruh umat manusia dengan perintah-perintah langit secara keseluruhan.
Yang memperlihatkan keagungan rububiyah-Nya dengan menjadikan seluruh wujud saling membantu dan bergandengan tangan. Memutar semuanya dalam lingkup perintah dan kehendak-Nya. Dan menjadikan masing-masing di antaranya membantu yang lain.
Yang memperlihatkan perhatian-Nya terhadap umat manusia dengan menciptakan buah pohon alam raya yang paling komplit, paling lembut, dan paling sering merendahkan diri, seraya berbicara kepadanya dan menundukkan segala sesuatu untuknya.
Mungkinkah Al-Qadir, Ar-Rahim, Al-‘Alim, Al-Hakim tidak mendatangkan kiamat, tidak menciptakan perhimpunan, atau tidak mampu menciptakan semua itu, tidak menghidupkan kembali manusia, atau tidak mampu menghidupkan kembali mereka, tidak mampu membuka mahkamah besar, tidak menciptakan surga dan neraka?! Sama sekali tidak.
Ya, Pengatur alam raya yang memiliki kesibukan ini menciptakan banyak sekali contoh dan isyarat perhimpunan terbesar dan medan kiamat di setia masa, setiap tahun, setiap hari di muka bumi nan sempit dan sesaat ini.
Contoh; pada perhimpunan musim semi, kita melihat Ia menghimpun dan membangkitkan lebih dari 300 ribu jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan baik yang kecil maupun yang besar dalam lima atau enam hari, menghidupkan dan mengembalikan akar-akar seluruh pohon, rerumputan, dan sebagian hewan yang sama, sementara sebagian lainnya dalam bentuk padanan yang serupa.
Padahal biji-bijian –yang sangat berbeda satu sama lain secara jeli dari sisi unsur- membaur dan bercampur satu sama lain. Namun semuanya dibangkitkan secara berbeda dengan sempurna dengan kecepatan tinggi, dengan pengembangan dan kemudahan sempurna, dengan sepenuh keteraturan dan keseimbangan dalam enam atau tujuh pekan.
Lantas mungkinkah Zat yang melakukan semua itu mengalami kesulitan sedikit pun?! Tidak mampu menciptakan langit dan bumi dalam enam hari?! Tidak mampu menghimpun manusia dengan satu kali tiupan sangkakala?! Sama sekali tidak mungkin.
Jika ada penulis yang memiliki banyak keajaiban menulis 300 ribu buku dalam satu lembar tanpa keliru, lupa, dan tanpa kekurangan. Ia menulis semua itu secara sempurna dalam satu jam, lalu ada seseorang berkata kepada Anda, “Penulis tersebut akan kembali menulis buku Anda yang jatuh di air itu –padahal buku tersebut karangannya- dari memorinya dalam satu menit,” bisakah Anda mengatakan, “Tidak, dia tidak akan mampu. Saya tidak percaya?!”
Atau misalkan Anda melihat Sultan yang memiliki banyak mukjizat mengangkat gunung, merubah negeri, mengalihkan lautan ke darat dengan isyarat untuk menampakkan kuasa-Nya, atau sebagai pelajaran dan hiburan.
Selanjutnya Anda melihat ada sebongkah batu besar menggelinding ke lembah, menutup akses jalan para tamu yang Ia undang untuk Ia jamu secara khusus, lalu seseorang di antara
350. Page
mereka berkata kepada Anda, “Sultan itu akan mengangkat atau menghancurkan batu besar ini dengan isyarat, tidak akan membiarkan tamu-tamunya terlantar di jalan.”
Apakah Anda akan mengatakan, “Ia tidak akan mengangkat batu itu,” atau, “Ia tidak akan mampu mengangkatnya?!”
Atau misalkan ada seseorang yang membentuk sekelompok pasukan besar dalam satu hari. Jika ada yang berkata kepada Anda, “Dia itu mengumpulkan para pasukan yang menyebar kesana-kemari untuk istirahat dengan tiupan terompet, lalu seluruh pasukan masuk dalam aturannya.”
Jika Anda bilang, “Saya tidak percaya,” Anda tahu Anda begitu bertindak bodoh.
Jika Anda memahami tiga perumpamaan ini, maka perhatikanlah bahwa Sang Pengukir Azali membalik lembar musim dingin nan putih itu di hadapan mata kita, membuka halaman musim semi dan musim panas nan hijau, menulis lebih dari 300 jenis makhluk hidup di muka bumi dengan panda kuasa dan takdir dalam bentuk yang paling indah, menulis semua itu secara bersamaan, merasuk satu sama lain tanpa bercampur, tidak saling menghalangi satu sama lain, tidak keliru, dan tidak salah tulis, padahal bentuk dan ragam semuanya berbeda satu sama lain.
Lantas mungkinkah Al-Hakim Al-Hafizh yang menyimpan program-program ruh pohon terbesar dan memasukkan program-program tersebut di dalam biji paling kecil sekecil titik, mungkinkah dikatakan; bagaimana Ia menyimpan ruh orang-orang yang sudah mati?!
Mungkinkah dikatakan bagi Al-Qadir yang memutar bumi seperti batu ketapel; bagaimana Ia melenyapkan bumi ini dari jalan para tamu yang bepergian menuju akhirat, atau bagaimana Ia menghancurkannya?!
Mungkinkah dikatakan bagi Al-Bari Dzul Jalal yang menciptakan seluruh pasukan, maksudnya menciptakan kembali dan menciptakan pasukan seluruh makhluk hidup dari ketiadaan, memasukkan dan mencatat atom ke dalam jasad para makhluk hidup dengan sepenuh keteraturan dengan perintah kun fayakun; bagaimana Ia mampu mengumpulkan atom-atom utama dan bagian-bagian asli jasad makhluk yang saling mengenal satu sama lain dengan bergabung di bawah aturan jasad yang mirip sekelompok pasukan dengan satu kali teriakan (tiupan sangkakala)?!
Selanjutnya, Anda melihat dengan mata kepala bahwa Allah Jalla wa ‘Ala membuat contoh, misal, dan pertanda perhimpunan melalui banyak sekali ukiran, mirip seperti perhimpunan musim semi ini di setiap fase dan masa yang dilalui bumi, bahkan di balik pergantian malam dan siang, pembentukan dan penghilangan awan di langit.
Bahkan –dengan berhayal- jika Anda membayangkan diri Anda berada pada masa 1000 tahun sebelumnya, lalu Anda membandingkan masa lalu dan masa depan yang merupakan dua sayap waktu, pasti Anda melihat contoh-contoh kiamat, contoh-contoh perhimpunan sebanyak bilangan masa dan hari. Selanjutnya, jika Anda mengingkari perhimpunan jasmani seraya menganggap hal tersebut mustahil bagi akal meski Anda melihat sendiri sekian banyak contoh-contoh perhimpunan, Anda akan tahu betapa bodohnya pengingkaran Anda itu!
Perhatikanlah! Apa yang dikatakan firman agung seputar hakikat ini;
فَانْظُرْ اِلٰٓى اٰثٰرِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتٰىۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar-Rum: 50)
Kesimpulan;
Tidak ada sesuatu pun yang menghalangi terjadinya perhimpunan, karena segala sesuatu mengharuskan adanya perhimpunan.
Ya, Zat yang mematikan dan menghidupkan bumi nan besar itu, yang merupakan tempat perhimpunan segala keajaiban, seperti mematikan dan menghidupkan hewan sederhana, yang menjadikan bumi sebagai hamparan nan menyenangkan, bahtera sempurna nan menawan bagi
351. Page
umat manusia dan hewan, menjadikan mentari sebagai pelita penerang dan penghangat bagi mereka di ruang tamu, dan menjadikan bintang-bintang sebagai pesawat terbang bagi para malaikat.
Ya, tidak diragukan bahwa rububiyah nan agung dan abadi hingga sedemikian rupa, dan kekuasaan besar nan meliputi hingga tingkatan seperti ini tentu tidak dibangun di atas hal-hal duniawi nan lenyap, fana, tiada guna, berubah, dan kurang yang tidak memiliki kesempurnaan dan keabadian.
Dengan demikian, di luar sana pasti ada negeri dan kerajaan lain yang patut bagi-Nya untuk selamanya dan menawan yang tiada pernah lenyap.
Ia mempergunakan kita untuk negeri ini dan menyeru kita ke sana. Seluruh pemilik ruh nan terang, para wali quthb yang memiliki hati yang disinari, para pemilik akal nan terang yang menembus dari lahiriah menuju hakikat, meraih kemuliaan karena dekat dengan hadirat ilahi, semuanya bersaksi bahwa kita akan pindah ke negeri itu.
Mereka juga sepakat mengabarkan bahwa Allah Subhanahu telah menyiapkan pahala dan balasan. Mereka berulang kali meriwayatkan kepada kita bahwa Allah Subhanahu berjanji secara pasti dan menyampaikan ancaman keras.
Ingkar janji adalah kehinaan. Sehingga sifat ini tidak dapat mendekati keluhuran-Nya nan suci. Ingkar ancaman mungkin disebabkan karena ampunan atau mungkin pula karena kelemahan. Padahal, kekafiran adalah kejahatan mutlak yang tidak pantas diampuni. Al-Qadhir mutlak Maha Suci dari kelemahan.
Pada syuhud dan pengabar menyepakati asas permasalahan ini meski aliran, faham, dan madzhab mereka berbeda.
Dari sisi jumlah mereka yang banyak, mereka sekuat riwayat mutawatir. Dari sisi kualitas, mereka sekuat ijma’. Dari sisi kedudukan, masing-masing di antara mereka adalah bintang bagi golongan manusia, inti segala kelembutan manusia, pemuka kaum. Dari sisi kepentingan, mereka adalah para ahli dan penegas dalam permasalahan ini.
Seperti diketahui, dua tenaga ahli di bidang suatu ilmu atau pekerjaan lebih diprioritaskan dari pada ribuan orang yang tidak ahli. Dua orang yang menegaskan suatu pemberitaan lebih dikuatkan dari pada seribu orang yang menafikan suatu pemberitaan.
Contoh; dua orang mengabarkan adanya hilal Ramadhan menepis ribuan orang di alam ketiadaan yang mengingkari keberadaan hilal tersebut.
Kesimpulan;
Mustahil ada kabar yang lebih benar, permasalahan yang lebih kuat dan kokoh, atau hakikat yang lebih jelas di dunia ini melebihi hakikat di atas. dengan demikian, tidak diragukan bahwa dunia ini ladang, padang mahsyar adalah tempat untuk mengumpulkan hasil panen, surga dan neraka adalah tempat penyimpanan.
352. Page
Hakikat Kesepuluh
Pintu Hikmah, Pertolongan, Rahmat, dan Keadilan;
Penampakan Nama Al-Hakim, Al-Karim, Al-‘Adil, dan Ar-Rahim
Mungkinkah Malikul Mulk Dzul Jalal yang menampakkan jejak-jejak hikmah nyata hingga sedemikian rupa, memperlihatkan pertolongan nyata hingga setingkat itu, jejak-jejak keadilan nan memaksa hingga sedemikian rupa, jejak-jejak rahmat nan luas hingga setingkat itu di negeri jamuan dunia yang tiada kekal, di medan ujian yang tiada abadi, di pameran bumi yang tidak bertahan lama, mungkinkah tidak ada tempat-tempat tinggal abadi, penduduk-penduduk kekal selamanya, maqam-maqam abadi, dan makhluk-makhluk abadi dalam lingkup kerajaan dan di alam kerajaan-Nya, hingga kedudukan hakikat-hakikat hikmah, pertolongan, pertolongan, rahmat, dan musyahadah ini runtuh hingga menjadi bukan apa-apa.
Mungkinkah Al-Hakim Ta’ala menjadikan manusia sebagai lawan bicara menyeluruh, cermin menyeluruh bagi-Nya di antara seluruh makhluk, merasakan kandungan simpanan-simpanan rahmat padanya, membuatnya membandingkan dan menghiasi simpanan-simpanan rahmat itu, memperkenalkan semua itu kepadanya, memperkenalkan diri padanya melalui seluruh nama-nama-Nya, mencintainya dan membuat makhluk-makhluk lain mencintainya, kemudian tidak mengirim manusia nan malang ini ke kerajaan abadi-Nya, tidak mengajaknya menuju kebahagiaan abadi, dan tidak membahagiakannya?!
Masuk akalkah jika Ia membebankan tugas-tugas sebesar pohon kepada setiap wujud –meski sebesar biji-, menyelipkan hikmah-hikmah padanya sebanyak bilangan biji-bijiannya, memberikan serangkaian maslahat kepadanya sebanyak bilangan buah-buahannya, kemudian menjadikan tugas, hikmah, dan maslahat tersebut hanya untuk suatu tujuan seukuran biji yang mengarah ke dunia, menjadikan keberadaannya di dunia yang tidak penting bahkan meski hanya seberat biji sawi pun sebagai tujuannya, tidak menjadikan wujud-wujud tersebut sebagai biji alam maknawi dan ladang bagi alam akhirat, hingga membuahkan tujuan-tujuan hakiki yang layak baginya, membiarkan pesta-pesta sepenting dan sebesar ini hanya sia-sia belaka tanpa tujuan, tidak mengalihkan wajah mereka ke alam maknawi dan alam akhirat hingga tujuan-tujuan aslinya terlihat, dan menghasilkan buah-buahan yang patut baginya?!
Mungkinkah Ia melakukan semua ini berseberangan dengan hakikat, menampakkan diri dengan sifat-sifat kebalikan dari kebijaksanaan, kemuliaan, keadilan, dan rahmat yang merupakan sifat-sifat dzatiyah-Nya yang hakiki, sehingga Ia mendustakan seluruh hakikat alam raya yang menunjukkan kebijaksanaan, kemuliaan, keadilan, dan rahmat-Nya, menolak kesaksian seluruh wujud, membatalkan petunjuk seluruh makhluk?!
Bisakah akal menerima jika Ia memikulkan tugas-tugas sebanyak bilangan rambut kepada kepala dan seluruh indera yang ada di dalamnya, kemudian memberinya balasan duniawi yang laksana satu helai rambut saja, lalu Ia bertindak sia-sia berseberangan dengan keadilan hakiki-Nya dan menafikan hikmah sejati-Nya?!
Mungkinkah Ia memberikan beragam hikmah dan maslahat kepada setiap makhluk hidup hingga sedemikian rupa, bahkan di setiap bagian-bagian tubuhnya seperti lisan, bahkan di setiap ciptaan sebanyak bilangan hasil dan buah yang Ia gantungkan pada sebuah pohon hingga terbukti bahwa Ia Al-Hakim mutlak, lalu Ia membiarkan begitu saja tanpa memberikan keabadian, pertemuan, dan kebahagiaan abadi yang merupakan hikmah paling agung, maslahat paling penting, yang mengharuskan segala hasil, yang menjadikan hikmah sebagai hikmah, nikmat sebagai nikmat, dan rahmat sebagai rahmat. Yang menjadi sumber dan tujuan seluruh hikmah, nikmat, rahmat, dan maslahat, sehingga meruntuhkan seluruh perbuatan-Nya ke tingkatan sia-sia secara mutlak, menyamakan dirinya seperti orang yang membangun sebuah istana, membuat ribuan ukiran di setiap batu bangunan istana, ribuan dekorasi di setiap sudut ruangan istana, ribuan alat dan perabotan berharga di setiap ruangan, kemudian tidak memberi atap sehingga apapun yang ada di sana lapuk, rusak, runtuh, dan sia-sia tanpa makna?! Sama sekali tidak.
353. Page
Kebaikan muncul dari Yang Baik secara mutlak, keindahan muncul dari Yang Indah secara mutlak, dan tiada hal sia-sia yang muncul dari Yang Bijaksana secara mutlak.
Ya, siapapun yang menunggangi sejarah dengan pikirannya dan pergi menuju masa lalu, tentu akan melihat banyak sekali rumah, medan, ruang pameran, dan alam-alam mati sebanyak bilangan tahun seperti negeri dunia ini, medan ujian, dan ruang pameran segala sesuatu yang kita lihat dan saksikan saat ini.
Meski wujud dan kualitasnya berbeda satu sama lain, namun dari sisi keteraturan, penciptaan, dan penampakan kuasa serta kebijaksanaan Sang Pencipta, semuanya mirip.
Ia juga akan melihat keindahan dan keteraturan hikmah nyata di rumah, medan, dan ruang-ruang pameran yang tiada abadi itu. Juga melihat isyarat-isyarat pertolongan nyata, tanda-tanda keadilan nan memaksa, buah-buah rahmat dan luas.
Hingga selain itu juga ia akan mengetahui secara yakin –selama ia masih punya penglihatan- tidak mungkin ada hikmah yang lebih sempurna dari hikmah tersebut, tidak mungkin ada pertolongan yang lebih indah dari pertolongan yang jejak-jejaknya terlihat nyata, tidak ada keadilan yang lebih luhur dari keadilan yang tanda-tandanya terlihat, tidak mungkin terbayang ada rahmat yang lebih menyeluruh dari rahmat yang hasil-hasilnya terlihat nyata itu.
Jika Sultan abadi yang mengatur segala sesuatu, yang mengganti para tamu dan ruang tamu itu –dengan asumsi mustahil- tidak memiliki rumah-rumah abadi, tempat-tempat luhur, maqam-maqam menetap, hunian-hunian dan para penghuni abadi, hamba-hamba nan bahagia dalam lingkup kerajaan-Nya, maka hakikat-hakikat hikmah, keadilan, pertolongan, dan rahmat yang merupakan empat unsur maknawi nan kuat dan menyeluruh sekuat dan se-menyeluruh cahaya, udara, air, dan tanah wajib dinafikan.
Keberadaan hikmah, keadilan, pertolongan, dan rahmat yang nyata seperti unsur-unsur yang terlihat itu wajib diingkari, karena seperti diketahui, dunia nan fana dengan semua isinya ini tidak dapat menjadi tempat perwujudan hakikat-hakikat segala urusan tersebut.
Jika tidak ada tempat lain untuk menampakkan hakikat segala urusan tersebut dengan sebenarnya, maka saat itu hikmah tersembunyi yang tercermin pada segala sesuatu yang nampak di hadapan mata kita, wajib diingkari. Pertolongan yang selalu kita saksikan pada diri kita wajib diingkari. Keadilan yang tanda-tandanya terlihat sangat kuat itu wajib diingkari. Rahmat yang kita lihat dan saksikan dimana saja itu wajib diingkari. Wajib mengingkari semua ini hingga tingkatan gilanya seseorang yang mengingkari keberadaan matahari padahal ia melihat cahayanya memenuhi siang hari.
Juga wajib menerima bahwa Pemilik seluruh tindakan bijak, perbuatan mulia, kebaikan dan kenikmatan penuh kasih sayang yang kita lihat dan saksikan di alam raya ini sia-sia dan mustahil.
Bahkan orang-orang sophis dungu yang mengingkari keberadaan segala sesuatu, bahkan keberadaan mereka sendiri, tidak mampu mendekati konsep ini dengan mudah.
Kesimpulan;
Tidak ada korelasi antara perkumpulan-perkumpulan kehidupan nan luas, perpisahan-perpisahan kematian nan cepat, pesta-pesta besar, dan penampakan-penampakan agung yang terlihat dari kondisi-kondisi dunia dengan hasil-hasil kecil dan tujuan-tujuan kurang bernilai di alam dan dunia nan fana ini.
Korelasi di antara keduanya seperti memberikan banyak sekali hikmah dan tujuan besar sebesar gunung kepada batu kecil. Atau membebankan tujuan kecil dan sesaat laksana batu kecil kepada gunung besar. Ini tidak selaras dengan akal ataupun hikmah apapun juga.
Dengan demikian, tidak adanya hubungan antara seluruh wujud dan kondisi dengan tujuan-tujuan duniawi hingga sedemikian rupa ini secara pasti memberikan kesaksian bahwa wajah seluruh wujud mengarah ke alam maknawi, dan menghasilkan buah-buahan yang patut di sana. Mata seluruh wujud mengarah ke nama-nama suci. Tujuan-tujuan seluruh wujud merujuk ke alam itu.
354. Page
Inti sari seluruh wujud memang berada di dalam tanah. Namun bulirnya merekah dan terbuka di alam perumpamaan. Manusia menanam di sini (dunia) sesuai kesiapan yang dimiliki, dan mengetam di akhirat.
Ya, jika Anda melihat wajah-wajah segala sesuatu yang mengarah ke nama-nama ilahi dan alam akhirat, Anda akan melihat bahwa setiap biji –yang merupakan mukjizat kuasa- memiliki tujuan-tujuan besar laksana sebuah pohon. Setiap bunga –yang merupakan kata hikmah- memiliki banyak makna sebanyak bilangan bunga-bunga suatu pohon. Setiap buah –yang merupakan ciptaan luar biasa dan kasidah rahmat nan teruntai rapi- memiliki banyak hikmah sebanyak buah-buahan suatu pohon.
Adanya buah-buahan sebagai rizki dan makanan bagi kita, itu hanya merupakan satu di antara ribuan hikmah, karena tugasnya sudah selesai, dan sudah mengungkapkan maknanya. Selanjutnya mati dan dikubur di lambung kita.
Mengingat segala sesuatu nan fana ini memberikan hasil abadi di tempat lain, meninggalkan wujud-wujud abadi, mengungkapkan makna-makna abadi melalui sisi lain, membaca tasbih-tasbih abadi, dan manusia tidak akan menjadi manusia sesungguhnya kecuali jika memandang ke wajah segala sesuatu yang mengarah ke sana, dan menemukan jalan dari kefanaan menuju keabadian.
Dengan demikian, seluruh wujud yang berguling di antara kehidupan dan kematian, pertemuan dan perpisahan ini merupakan bukti kebenaran lainnya.
Kondisi-kondisi seperti ini mirip kondisi-kondisi yang ditata, diatur, dan dibentuk untuk perumpamaan. Dan perumpamaan tidak perlu diperdebatkan.
Seperti halnya pertemuan-pertemuan dan perpisahan-perpisahan singkat berlangsung dengan dana yang tidak kecil, lalu direkam, dikumpulkan dan ditayangkan dalam layar cinema, seperti itu juga tujuan menghabiskan kehidupan pribadi dan kelompok dalam masa yang hanya sebentar dalam kehidupan dunia ini tidak lain adalah rekaman, pengumpulan, penyusunan, pengambilan hasil-hasil kerja manusia untuk selanjutnya disimpan, lalu manusia dihisab di perkumpulan terbesar, seluruh amal perbuatannya diperlihatkan di ruang pameran terbesar, kesiapannya diperlihatkan untuk kebahagiaan agung.
Dengan demikian, pepatah “Dunia ladang akhirat” menjelaskan hakikat ini.
Karena dunia ini ada, dan di sana ada hikmah, pertolongan, rahmat, dan keadilan dengan seluruh jejak-jejaknya, maka akhirat pasti ada seperti keberadaan dunia ini.
Karena segala sesuatu di dunia dari satu sisi mengarah ke alam itu, maka semuanya dipastikan berjalan menuju kesana. Mengingkari keberadaan akhirat sama seperti mengingkari keberadaan dunia dengan segala isinya.
Dengan demikian, seperti halnya ajal dan kubur menanti manusia, surga dan neraka juga menantinya.
355. Page
Hakikat Kesebelas
Pintu Kemanusiaan;
Penampakan Nama Al-Haq
Mungkinkah Al-Haq Ta’ala yang berhak disembah dengan sebenarnya menjadikan manusia –di antara seluruh alam- sebagai hamba paling agung dan paling penting bagi rububiyah mutlak dan rububiyah umum-Nya, lawan bicara yang paling sering memikirkan khitab-khitab subhani-Nya, cermin penampakan al-asma`ul husna-Nya yang paling komplit, mukjizat kuasa-Nya yang paling menyeluruh dalam tingkatan makhluk terbaik yang meraih penampakan nama paling agung, penampakan tingkatan nama paling agung yang ada di setiap nama, pemilik neraca dan peralatan paling banyak untuk menimbang dan mengetahui kandungan simpanan-simpanan rahmat-Nya.
Yang menjadikannya sebagai makhluk yang paling memerlukan nikmat-nikmat tanpa batas-Nya, paling tersakiti oleh kefanaan dan kehilangan, paling merindukan keabadian, paling lembut, dan paling miskin di antara seluruh makhluk hidup, paling menderita dan sengsara dalam kehidupan dunia. Menjadikannya sebagai makhluk yang paling luhur dan tinggi dari sisi kesiapan, dalam bentuk dan esensi terbaik, selanjutnya tidak mengirimnya ke negeri abadi padahal ia siap, merindukan, dan pantas untuk menempati negeri itu, sehingga hakikat kemanusiaan runtuh, dan Ia berbuat lalim yang secara keseluruhan menafikan kebenaran, dan buruk di mata hakikat?!
Mungkinkah Al-Hakim sebenarnya, Ar-Rahim mutlak yang memberi manusia kesiapan yang memungkinkan untuk mengemban amanat besar yang bahkan bumi, langit, dan gunung pun takut memukulnya, maksudnya Ia menimbang, mengukur, dan memberitahukan sifat-sifat Penciptanya nan menyeluruh melalui neraca-neraca kecil, sejumlah kemahiran dan kreasi, memberitahukan kondisi-Nya nan menyeluruh, penampakan-penampakan-Nya yang tak terbatas, menjadikannya makhluk yang paling lembut, lemah, dan miskin, meski dalam batasan tertentu Ia menjadikan manusia sebagai petugas yang menata seluruh makhluk bumi; tumbuh-tumbuhan dan hewan, membuatnya ikut serta dalam tarekat tasbih dan ibadah seluruh makhluk, menjadikannya contoh kecil tindakan-tindakan ilahi di alam raya, membuatnya menyampaikan rububiyah subhani di alam raya dalam bentuk tindakan dan tutur kata, melebihkannya di atas para malaikat, dan memberikannya tingkatan khilafah, namun kemudian tidak memberinya kebahagiaan abadi yang merupakan tujuan, hasil, dan buah tugas tugas-tugas tersebut?!
Lalu melemparkannya ke tingkatan paling rendah di antara seluruh makhluk, membuatnya menjadi makhluk paling celaka, lemah, tiada berdaya, paling sengsara, berduka dan gundah gulana.
Menjadikan akalnya –yang merupakan hadiah hikmah nan penuh berkah dan bercahaya, serta wasilah kebahagiaan- sebagai alat penyiksaan yang lalim dan sial bagi makhluk malang itu, sehingga Ia menzalimi si manusia yang berseberangan sepenuhnya dengan hikmah mutlak-Nya, dan benar-benar menafikan rahmat mutlak-Nya?! Mustahil seperti itu.
Kesimpulan;
Seperti halnya kita melihat kartu identitas seorang perwira dan catatannya dalam contoh perumpamaan sebelumnya. Dan kita ketahui bahwa tingkatan, tugas, gaji, aturan pergerakan dan segala peralatannya menunjukkan kepada kita bahwa perwira tersebut tidak bekerja untuk medan sesaat, tapi akan pergi menuju kerajaan abadi, karena itulah ia bekerja untuk kerajaan itu.
Seperti itu pula para ahli kasyaf dan tahqiq sepakat bahwa segala kelembutan yang merupakan identitas hati manusia, indera yang ada di dalam catatan akalnya, dan segala perangkat yang ada di dalam kesiapannya mengarah menuju kebahagiaan abadi dengan sempurna, semua itu diberikan kepada manusia untuk kebahagiaan abadi.
356. Page
Contoh;
Jika dikatakan kepada kekuatan ilusi yang menjadi pelayan akal dan kamera akal, “Kamu akan diberi sejuta tahun usia dengan kesultanan dan kerajaan dunia, namun setelah itu kau menjadi bukan apa-apa, dan kau akan pergi menuju ketiadaan di akhirat,” akal tentu merintih dan menderita, bukannya merasa senang jika tidak terpedaya oleh halusinasi, dan jika nafsu dan keinginan diri ikut campur.
Dengan demikian, makhluk fana paling besar tidak mampu memuaskan organ paling kecil dalam diri manusia. Berdasarkan kesiapan ini, angan manusia nan terbentang hingga selamanya, pikirannya nan meliputi alam raya, dan segala keinginannya yang menyebar di berbagai jenis kebahagiaan abadi, menunjukkan bahwa manusia diciptakan untuk keabadian. Ia akan dipindahkan menuju keabadian. Dunia ini ruang tamu dan ruang tunggu untuk akhirat.
357. Page
Hakikat Keduabelas
Pintu Risalah dan Tanzil;
Penampakan “ بسم الله الرحمن الرحيم “
Mungkinkah halusinasi-halusinasi lemah yang tidak memiliki kekuatan –bahkan sebatas kekuatan sayap lalat- menutup jalan akhirat dan pintu surga yang dibuka Rasul mulia Saw. dengan sepenuh kekuatan bersandar pada kekuatan seribu mukjizat nan terwujud- rasul perkataan dikuatkan oleh seluruh nabi bersandar pada mukjizat. Dakwahnya dibenarkan oleh seluruh wali bersandar pada mukasyafah dan karamah. Dan kebenarannya diakui oleh seluruh orang-orang pilihan bersandar pada tahqiq- dan yang dibuka oleh Al-Qur'anul Hakim yang merupakan mukjizat dengan empatpuluh sisi dengan sepenuh penegasan-penegasan pasti bersandar kepada ribuan ayat-ayat yang kuat dan pasti?!
Berdasarkan hakikat-hakikat sebelumnya, jelas bahwa perhimpunan merupakan hakikat nan kuat yang tidak mampu digoyah oleh kekuatan yang mampu melenyapkan bumi dari tempatnya sekalipun, karena hakikat ini dikuatkan Al-Haq Ta’ala dengan tuntutan seluruh al-asma`ul husna-Nya dan sifat-sifat luhur-Nya.
Dibenarkan Rasul mulia Saw. dengan seluruh mukjizat dan bukti kebenarannya. Al-Qur'anul Hakim memperkuat perhimpunan dengan seluruh hakikat dan ayat-ayat-Nya. Alam raya mengakuinya dengan seluruh ayat-ayat takwini dan berbagai kondisinya nan bijak.
Lantas mungkinkah kiranya (setelah seluruh wujud -kecuali orang-orang kafir- sepakat bersama Zat yang wajib ada terkait persoalan perhimpunan) syubhat-syubhat lemah dan was-was setan yang tiada memiliki kekuatan dapat mengguncang hakikat kuat, tinggi, dan luhur sekuat dan setinggi gunung itu, dan menghilangkan hakikat itu dari tempatnya?! Sama sekali tidak mungkin.
Jangan pernah Anda mengira bahwa dalil-dalil perhimpunan sebatas duabelas hakikat yang kami sebutkan ini saja. Sama sekali tidak! Bahkan seperti halnya Al-Qur'anul Hakim mengajarkan duabelas hakikat tersebut kepada kita, ia juga mengisyaratkan ribuan dalil. Setiap dalil merupakan pertanda kuat yang mengisyaratkan bahwa Pencipta kita akan memindahkan kita dari negeri fana ini ke negeri abadi.
Juga jangan pernah Anda mengira bahwa nama-nama ilahi yang mengharuskan adanya perhimpunan terbatas pada nama-nama yang telah kami sebutkan saja (Al-Hakim, Al-Karim, Ar-Rahim, Al-‘Adil, Al-Hafizh). Sama sekali tidak. Bahkan seluruh nama-nama ilahi yang di balik pengaturan alam raya pun mengharuskan adanya akhirat.
Jangan pernah Anda mengira bahwa ayat-ayat takwini alam raya yang menunjukkan adanya perhimpunan, terbatas pada yang sudah kami sebutkan saja. Sama sekali tidak. Bahkan di sebagian besar wujud terdapat sisi-sisi dan model penutupan yang membuka ke kanan dan ke kiri; salah satu sisinya bersaksi akan keberadaan Sang Pencipta dan sisi lainnya mengisyaratkan adanya perhimpunan.
Contoh;
Seperti halnya keindahan ciptaan manusia yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya menunjukkan adanya Pencipta, maka lenyapnya manusia dalam waktu singkat padahal ia memiliki kemampuan lengkap yang diciptakan dalam bentuk seindah-indahnya, mengisyaratkan adanya perhimpunan.
Andai manusia menatap dengan satu wajah dan dengan dua tatapan berbeda, ia pasti mengetahui bahwa segala sesuatu menunjukkan keberadaan Sang Pencipta dan keberadaan perhimpunan sekaligus.
Contoh;
Seperti halnya jika manusia mengamati dengan seksama esensi penataan hikmah, hiasan pertolongan, neraca keadilan, dan kelembutan rahmat yang nampak pada segala sesuatu, ia akan mengetahui bahwa semua itu berasal dari tangan kuasa Ash-Shani’ Al-Hakim Al-Karim Al-‘Adil
358. Page
Ar-Rahim, seperti itu juga jika ia mengamati kekuatan nama-nama dan sifat-sifat tanpa batas tersebut secara seksama, mengamati kehambaran seluruh wujud nan fana dan kehidupannya yang singkat yang merupakan penampakan nama-nama dan sifat-sifat tersebut, maka akhirat pasti terlihat.
Dengan demikian, segala sesuatu membaca dan membacakan, “Saya beriman kepada Allah dan hari akhir” dengan bahasa kondisional.
Penutup
Duabelas hakikat sebelumnya saling memperkuat dan menyempurnakan satu sama lain. Seluruhnya menampakkan hasil melalui keterkaitan satu sama lain. Lantas halusinasi mana yang mampu menembus duabelas tembok kokoh laksana besi dan intan ini hingga mengoyak keimanan terhadap perhimpunan yang merupakan benteng kokoh.
Ayat;
مَا خَلۡقُكُمۡ وَلَا بَعۡثُكُمۡ اِلَّا كَنَفۡسٍ وَّاحِدَةٍ ؕ
“Menciptakan dan membangkitkan kamu (bagi Allah) hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja (mudah),” (QS. Luqman: 28) menunjukkan bahwa penciptaan dan perhimpunan seluruh manusia mudah bagi kuasa ilahi, semudah menciptakan dan menghimpun satu manusia.
Ya, memang seperti itu adanya. Pada bahasan perhimpunan dalam risalah “noktah,” saya sudah menyebutkan hakikat yang mengungkapkan ayat ini secara rincin.
Berikut akan kami sampaikan intisarinya dengan beberapa contoh. Jika berkenan, silahkan Anda merujuk risalah “noktah” yang dimaksud.
Contoh; milik Allah jua perumpamaan tertinggi dan perumpamaan tidak perlu diributkan. Seperti halnya jika penampakan mentari atas keinginan dan kehendaknya sendiri akan terlihat pada satu atom dengan mudah. Ia juga nampak pada benda-benda transparan tanpa batas dengan mudah berdasarkan rahasia cahaya.
Kelopak mata kecil pada sebuah atom sama seperti permukaan lautan nan luas dalam hal pembiasan cahaya matahari berdasarkan rahasia ketransparanan. Seperti halnya anak kecil mampu memutar dan menggerakkan boneka berbentuk kapal dengan gerakan jari, ia juga mampu memutar dan menggerakkan kapal perang berdasarkan rahasia “keteraturan.”
Seperti halnya seorang panglima mampu menggerakkan seorang prajurit dengan perintah, “Maju jalan!” Ia juga dapat menggerakkan sekelompok besar pasukan dengan kata yang sama berdasarkan rahasia “pelaksanaan.”
Anggaplah ada neraca hakiki nan sangat peka dan besar di udara yang dapat merasakan adanya dua biji kacang ketika diletakkan di kedua sisi timbangan. Timbangan ini menimbang dua matahari dan muat untuk keduanya berdasarkan rahasia “perbandingan.”
Misalkan ada kekuatan yang mengangkat salah satu biji kancang yang ada di kedua sisi timbangan, dan menurunkan yang satunya lagi, dan ada dua mentari di samping kedua biji kacang tersebut, pasti salah satu mentari terangkat hingga ke Arsy, dan yang satunya lagi turun hingga ke farasy (serangga).
Mengingat benda paling kecil dalam segala kemungkinan biasa, tidak sempurna dan fana ini sama seperti benda paling besar berdasarkan rahasia “cahaya,” “ketransparanan,” “keteraturan,” “pelaksanaan,” dan “keseimbangan,” dan berbagai benda yang tak terbatas terlihat sama seperti satu benda, maka tidak diragukan bahwa seperti halnya sedikit maupun banyak, besar maupun kecil sama di hadapan kuasa Al-Qadir mutlak berdasarkan rahasia penampakan-penampakan cahaya kuasa Zatiyah-Nya yang tiada terbatas yang berada di puncak kesempurnaan, ketransparanan kerajaan segala sesuatu, keteraturan hikmah dan takdir, pelaksanaan perintah-perintah takwini pada segala sesuatu secara sempurna, dan keseimbangan kemungkinan yang
359. Page
merupakan kesamaan segala kemungkinan antara ada dan tiada, seperti itu juga seluruh manusia mungkin dikumpulkan dengan sekali tiupan sangkakala, laksana mengumpulkan satu orang.
Selanjutnya, tingkatan-tingkatan sesuatu dari sisi kuat dan lemahnya nampak ketika dimasuki hal-hal yang berseberangan. Sebagai contoh; tingkatan-tingkatan suhu panas terlihat ketika suhu dingin masuk ke dalamnya. Tingkatan-tingkatan keindahan nampak ketika kejelekan masuk ke dalamnya. Tingkatan-tingkatan cahaya terlihat ketika kegelapan masuk ke dalamnya.
Namun jika sesuatu bersifat esensi dan bukan sisipan, kebalikan dari sesuatu itu tidak dapat masuk ke dalamnya. Karena jika kebalikannya masuk, berarti mengharuskan penyatuan dua hal yang berseberangan. Ini mustahil.
Dengan demikian, tidak ada tingkatan-tingkatan dalam sesuatu yang bersifat esensi dan asli. Mengingat kuasa Al-Qadir bersifat zatiyah, bukan sisipan seperti halnya kemungkinan, dan kuasa tersebut berada dalam kesempurnaan mutlak, maka kelemahan yang merupakan kebalikan dari kuasa, mustahil merasuk ke dalam Zat-Nya. Maka, penciptaan musim semi mudah bagi Al-Haq Ta’ala Dzul Jalal seperti menciptakan sekuntum bunga.
Namun jika penciptaan disandarkan kepada sebab-sebab, maka penciptaan sekuntum bunga akan sesulit penciptaan musim semi. Selanjutnya, menghidupkan dan menghimpun seluruh manusia mudah laksana menghidupkan satu jiwa.
Penjelasan-penjelasan seputar bentuk perumpamaan dan hakikat-hakikat perumpamaan dari awal pembahasan perhimpunan hingga bagian ini murni bersumber dari luapan Al-Qur'anul Hakim. Semua penjelasan ini mempersiapkan jiwa untuk berserah diri dan mempersiapkan akal untuk menerima.
Sementara perkataan hakiki adalah Al-Qur'an, karena Al-Qur'an adalah perkataan. Hanya ia semata yang berhak untuk berkata. Untuk itu, mari kita dengarkan kata-katanya. Hujan yang kuat hanya milik Allah semata.
فَانْظُرْ اِلٰٓى اٰثٰرِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتٰىۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar-Rum: 50)
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًۭا وَنَسِىَ خَلْقَهُۥ ۖ قَالَ مَن يُحْىِ ٱلْعِظَـٰمَ وَهِىَ رَمِيمٌۭ ٧٨ قُلْ يُحْيِيهَا ٱلَّذِىٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ ٧٩
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?’ Katakanlah (Muhammad), ‘Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk’.” (QS. Yasin: 78-79)
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَىْءٌ عَظِيمٌۭ ١ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَـٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَـٰرَىٰ وَلَـٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٌۭ ٢
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras.” (QS. Al-Hajj: 1-2)
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَيَجْمَعَنَّكُمْ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيْهِ ۗ وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ حَدِيْثًا
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak diragukan terjadinya. Siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?” (QS. An-Nisa`: 87)
360. Page
ِنَّ ٱلْأَبْرَارَ لَفِى نَعِيمٍۢ ١٣ وَإِنَّ ٱلْفُجَّارَ لَفِى جَحِيمٍۢ ١٤
“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (QS. Al-Infithar: 13-14)
إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ١ وَأَخْرَجَتِ ٱلْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ٢ وَقَالَ ٱلْإِنسَـٰنُ مَا لَهَا ٣ يَوْمَئِذٍۢ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ٤ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا ٥ يَوْمَئِذٍۢ يَصْدُرُ ٱلنَّاسُ أَشْتَاتًۭا لِّيُرَوْا۟ أَعْمَـٰلَهُمْ ٦ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًۭا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۢ شَرًّۭا يَرَهُۥ ٨
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, Dan manusia bertanya, ‘Apa yang terjadi pada bumi ini?’ Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya’.” (QS. Az-Zalzalah: 1-8)
ٱلْقَارِعَةُ ١ مَا ٱلْقَارِعَةُ ٢ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلْقَارِعَةُ ٣ يَوْمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلْفَرَاشِ ٱلْمَبْثُوثِ ٤ وَتَكُونُ ٱلْجِبَالُ كَٱلْعِهْنِ ٱلْمَنفُوشِ ٥ فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ ٦ فَهُوَ فِى عِيشَةٍۢ رَّاضِيَةٍۢ ٧ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ ٨ فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٌۭ ٩ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا هِيَهْ ١٠ نَارٌ حَامِيَةٌۢ ١١
“Hari Kiamat, Apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (QS. Al-Qari’ah: 1-11)
وَلِلّٰهِ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَمَآ اَمْرُ السَّاعَةِ اِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ اَوْ هُوَ اَقْرَبُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Dan milik Allah (segala) yang tersembunyi di langit dan di bumi. Urusan kejadian Kiamat itu, hanya seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nahl: 77)
Mari kita mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an seperti ayat-ayat di atas dan kita katakan, “Kami beriman dan kami percaya.”
Saya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, takdir baik maupun buruk dari Allah Ta’ala, kebangkitan setelah kematian benar adanya, surga benar adanya, neraka benar adanya, syafaat benar adanya, Munkar dan Nakir benar adanya, Allah akan membangkitkan manusia yang ada di dalam kubur.
Saya bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.
Ya Allah! Limpahkanlah rahmat kepada buah Thuba rahmat-Mu yang paling lembut, paling mulia, dan paling sempurna, yang Engkau utus sebagai rahmat bagi seluruh alam, wasilah kami untuk mencapai buah-buahhan Thuba yang paling indah, elok, dan luhur yang menjulur ke bawah di negeri akhirat (di surga).
Ya Allah! Lindungilah kami dan kedua orang tua kami dari neraka. Masukkanlah kami and kedua orang tua kami ke dalam surga bersama orang-orang berbakti dengan wibawa nabi pilihan-Mu. Amin.
Wahai saudara(ku) yang membaca risalah ini dengan obyektif dan seksama! Janganlah mengatakan, “Saya tidak memahami ‘kalimat kesepuluh’ ini secara sempurna!”
Tidak perlu risau dan jangan marah karena tidak memahami kalimat ini dengan sempurna, karena salah seorang filosof jenius seperti Ibnu Sina pernah mengatakan, “Perhimpunan berada di luar analogi akal dan akal tidak mampu menempuh jalan ini.”
361. Page
Seluruh ulama Islam sepakat memutuskan bahwa perhimpunan adalah persoalan naqli, dan dalil-dalilnya juga naqli. Mustahil masalah ini dicapai dengan akal. Namun demikian, jalan mendalam dan sangat tinggi merupakan makna yang tidak mungkin menjadi seperti jalan akal bagi semua orang.
Seribu kali puji syukur wajib kita panjatkan kepada Al-Khaliq Ar-Rahim atas kebaikan dan karunia-Nya karena memberi kami kemudahan untuk meniti jalan mendalam dan tinggi ini dengan rahmat-Nya dan luapan Al-Qur'anul Hakim pada masa ini; masa rusaknya tradisi dan penyerahan diri, karena jalan ini sudah cukup menyelamatkan iman kami. Kita wajib menerima dengan rela hati apa yang kita pahami, dan berupaya untuk meningkatkan iman dengan berulang kali membaca dan menelaah.
Salah satu rahasia kenapa akal tidak boleh digunakan sebagai penuntun dalam persoalan perhimpunan adalah karena perhimpunan besar adalah penampakan nama paling agung. Untuk itu, perhimpunan terbesar dengan melihat dan memperlihatkan perbuatan-perbuatan agung dan nyata melalui penampakan nama Allah yang paling agung, juga melalui penampakan tingkatan agung setiap nama dikuatkan dengan mudah. Tunduk pada perhimpunan adalah kepastian dan beriman padanya merupakan perwujudan laksana musim semi.
Seperti itulah perhimpunan terlihat dan disaksikan dalam “kalimat kesepuluh” ini melalui luapan Al-Qur'an. Andai akal semata dengan aturan-aturannya yang sempit diandalkan, tentu akan tetap lemah dan terpaksa harus mengikuti yang lain.
362. Page
Tambahan Penting dari “Kalimat Kesepuluh” dan Bagian Pertama dari Lampirannya
بسم الله الرحمن الرحيم
فَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ ١٧ وَلَهُ ٱلْحَمْدُ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَعَشِيًّۭا وَحِينَ تُظْهِرُونَ ١٨ يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَيُحْىِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ وَكَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ ١٩ وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍۢ ثُمَّ إِذَآ أَنتُم بَشَرٌۭ تَنتَشِرُونَ ٢٠ وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًۭا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةًۭ وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ ٢١ وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَـٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّلْعَـٰلِمِينَ ٢٢ وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦ مَنَامُكُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱبْتِغَآؤُكُم مِّن فَضْلِهِۦٓ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَسْمَعُونَ ٢٣ وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦ يُرِيكُمُ ٱلْبَرْقَ خَوْفًۭا وَطَمَعًۭا وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَيُحْىِۦ بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَآ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَعْقِلُونَ ٢٤ وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦٓ أَن تَقُومَ ٱلسَّمَآءُ وَٱلْأَرْضُ بِأَمْرِهِۦ ۚ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةًۭ مِّنَ ٱلْأَرْضِ إِذَآ أَنتُمْ تَخْرُجُونَ ٢٥ وَلَهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ كُلٌّۭ لَّهُۥ قَـٰنِتُونَ ٢٦ وَهُوَ ٱلَّذِى يَبْدَؤُا۟ ٱلْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ ۚ وَلَهُ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ ٢٧
“Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh), dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi setelah mati (kering). Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur). Dan milik-Nya apa yang di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Ar-Rum: 17-27)
Dalam sinar kesembilan ini akan dijelaskan sebuah noktah dan hujah agung ayat-ayat samawi yang mengisyaratkan salah satu kutub iman dan dalil-dalil agung nan suci yang menegaskan keberadaan perhimpunan.
Pertolongan rabbani nan lembut;
Tigapuluh tahun silam, Sa’id “lama” menuturkan dalam maksud kedua di antara maksud-maksud Al-Qur'an di bagian akhir kitab “muhakamah” yang ditulis sebagai mukadimah tafsir; “kami akan menafsirkan dan menjelaskan dua ayat yang mengisyaratkan perhimpunan.”
363. Page
Sa’id “lama” menulis, “Bismillahirrahmanirrahim,” lalu berhenti dan tidak dapat meneruskannya. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Pencipta saya Yang Maha Penyayang sebanyak bukti-bukti dan tanda-tanda perhimpunan karena Ia telah berbuat baik kepada saya dan memberi saya taufiq setelah tigapuluh tahun berikutnya (untuk meneruskan tulisan ini).
Ya, sembilan atau sepuluh tahun sebelumnya, Allah Jalla wa ‘Ala menganugerahkan “kalimat kesepuluh” dan “kalimat keduapuluh sembilan” kepada saya yang berisi hujah-hujah nyata dan kuat sekali untuk salah satu dari dua ayat firman ilahi berikut beserta penafsirannya;
فَانْظُرْ اِلٰٓى اٰثٰرِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتٰىۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar-Rum: 50) Hingga ia mendiamkan para pengingkar.
Sembilan atau sepuluh tahun setelah dua benteng kokoh akidah perhimpunan ini, Allah memuliakan saya dengan risalah ini sebagai penafsiran ayat-ayat besar yang tersebut di atas, yang merupakan ayat kedua.
Untuk itu, sinar kesembilan ini terdiri dari sembilan maqam tinggi dan sebuah mukadimah penting yang diisyaratkan oleh ayat-ayat tersebut.
Mukadimah
Bagian mukadimah terdiri dari dua poin yang menjelaskan manfaat-manfaat ruhani akidah perhimpunan yang sangat banyak sekali, hasil menyeluruh di antara seluruh hasil akidah ini bagi kehidupan secara singkat, penjelasan sejauh manakah nilai penting dan keharusan akidah ini bagi kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan sosial, menjelaskan hujah menyeluruh di antara hujah-hujah akidah keimanan secara garis besar terhadap perhimpunan yang sangat banyak sekali, dan menjelaskan betapa akidah perhimpunan ini sebagai suatu kepastian dan tidak diragukan.
Poin pertama;
Berikut akan kami sampaikan empat dalil –sebagai ukuran- di antara ratusan dalil yang menunjukkan bahwa akidah tentang akhirat merupakan asas mendasar kehidupan sosial dan kehidupan pribadi manusia, dan akidah ini merupakan asas-asas kebahagiaan dan kesempurnaan manusia.
Dalil pertama;
Anak-anak kecil yang bisa disebut separuh manusia, tidak mampu menghadapi peristiwa-peristiwa kematian dengan tegar yang terlihat menakutkan dan membuat menangis tanpa memikirkan surga. Dengan fikiran ini, mereka menemukan kekuatan spiritual dalam diri mereka nan lemah dan sangat lembut. Dengan fikiran ini pula, mereka mampu menemukan harapan dalam ruhani mereka nan lemah sekali dan yang cepat menangis karena pengaruh apapun, sehingga memungkinkan mereka untuk hidup bahagia dan senang.
Contoh; dengan fikiran surga, si anak kecil berkata, “Adik saya atau teman saya meninggal dunia, ia menjadi burung surga, berkelana di sana, hidup, dan bersenang-senang lebih baik dari kita.” Tanpa fikiran itu, tentu kematian anak-anak kecil seperti mereka atau orang-orang dewasa di sekitar mereka menghantam pandangan-pandangan resah orang-orang malang dan lemah, menghancurkan ketegaran dan kekuatan spiritual mereka, membuat seluruh organ-organ lembut mereka menangis -selain mata- seperti ruhani, hati, dan akal.
Untuk itu, mereka kemungkinan akan terlantar sia-sia, atau akan menjadi hewan-hewan menderita dan liar.
364. Page
Dalil kedua;
Orang-orang tua yang dalam satu sisi merupakan separuh manusia, yang hanya memikirkan kehidupan akhirat semata, mereka mampu berdiri tegar di hadapan kuburan di dekat mereka, mereka mampu menemukan hiburan untuk menghadapi kehidupan yang terkait sangat erat dengan mereka yang tidak lama lagi akan padam, menghadapi tertutupnya dunia nan indah. Dengan harapan kehidupan abadi saja, mereka mampu menghadapi keputusasaan pedih dan menakutkan yang muncul dari kematian dan guncangan ruhani, serta watak mereka yang sangat sensitif dan peka, hingga membuat mereka seperti anak kecil, lekas terpengaruh.
Jika tidak demikian, tentu orang-orang tua yang mulia dan terhormat yang patut mendapat belas kasih, para ayah dan ibu yang resah dan sedih, yang sangat memerlukan ketenangan dan ketentraman hati, akan merasakan jeritan-jeritan ruhani dan pukulan-pukulan hati yang menjadikan kehidupan dunia ini penjara bagi mereka dan kehidupan ini siksa nan kasar.
Dalil ketiga;
Para pemuda yang merupakan poros paling kuat di tengah kehidupan sosial manusia, yang menahan segala perasaan nan menggelora, jiwa dan hawa nafsu mereka nan berlebihan dari berbagai tindakan melampaui batas, kezaliman dan tindakan-tindakan merusak, yang menjadikan kehidupan sosial berjalan pada jalur normal, tidak lain karena ingatan pada neraka Jahanam. Tanpa ingatan ini, tentu merubah para pemuda yang mabuk dan terseret berbagai keinginan dan hawa nafsu dunia menuju neraka Jahanam bagi mereka yang lemah, malang dan tak berdaya sesuai kaidah; “Yang memang yang berkuasa,” dan tentu mereka merubah kemanusiaan luhur menjadi hewan yang sangat rendah.
Dalil keempat;
Pusat yang paling banyak memiliki anggota, titik tolak yang asasnya paling kuat, surga, tempat bernaung, dan tempat berlindung untuk kehidupan dunia dalam kehidupan dunia untuk golongan manusia adalah kehidupan keluarga.
Rumah setiap orang adalah dunia kecilnya. Kehidupan di dalam rumah, kehidupan keluarga, dan kebahagiaannya hanya didapatkan dengan penghormatan tulus dan serius dalam kesetiaan, dengan kasih sayang hakiki dalam pengorbanan. Penghormatan murni dan kasih sayang tulus hanya didapatkan dengan persahabatan dan kebersamaan abadi, juga dengan akidah dan fikiran –dalam rentang waktu dan kehidupan tanpa batas- dalam segala ikatan dan kesempatan di antara mereka yang dipenuhi oleh suasana keayahan, keanakan, persaudaraan dan persahabatan.
Misalnya dengan mengatakan, “Istri saya ini adalah pendamping hidup abadi saya di alam abadi dan dalam kehidupan abadi. Tidak masalah jika dia saat ini menjadi tua dan jelek, karena kecantikan abadinya akan muncul.”
Ia bisa memperlakukan istrinya yang sudah tua dengan cinta, kasih sayang, dan rahmat laksana seorang bidadari nan cantik jelita dengan mengatakan, “Saya akan mengorbankan segalanya dan akan mencurahkan segenap kasih sayang demi mempertahankan persahabatan abadi seperti ini.” Jika tidak, persahabatan yang rentan terpisah abadi setelah melalui kebersamaan formalitas nan singkat yang hanya berlangsung selama beberapa saat saja, jelas tidak menutup kemungkinan akan memunculkan kasih sayang palsu, penghormatan yang dibuat-buat yang mendorong makna kelembutan hubungan seksual hanya sebatas formalitas belaka, hanya sesaat, dan tidak memiliki asas, seperti yang terjadi pada hewan. Berbagai kepentingan lain dan perasaan-perasaan mendominasi –seperti yang ada pada hewan- penghormatan dan kasih sayang, serta merubah surga dunia menjadi neraka.
Intinya, satu di antara ratusan hasil keimanan terhadap perhimpunan berkenaan dengan kehidupan sosial manusia. Jika hasil ini dibandingkan dengan hasil-hasil lain dari berbagai sisi
365. Page
dan manfaat melalui empat dalil di atas, akan difahami bahwa hakikat perhimpunan akan benar-benar terjadi secara pasti, sepasti hakikat keluhuran dan kebutuhan menyeluruh manusia. Bahkan, hakikat perhimpunan lebih jelas dari kesaksian dan petunjuk adanya rasa lapar dalam perut manusia karena tidak adanya makanan, serta memberitahukan secara kuat bahwa perhimpunan akan terjadi.
Juga menegaskan, andai hasil-hasil hakikat perhimpunan ini terlepas dari manusia, tentu esensi manusia yang sangat penting dan luhur, runtuh ke tingkatan bangkai busuk yang menjadi makanan dan ladang bagi berbagai macam bakteri.
Maka silahkan telinga para pakar sosial, politik, dan akhlak yang menaruh perhatian serius untuk menata manusia, akhlak dan sosial mereka, mengiang! Silahkan mereka menyampaikan dengan apa mereka mampu mengisi kekosongan ini, dengan apa mereka mampu mengobati luka-luka nan menganga lebar ini?!
Poin kedua;
Poin ini akan menjelaskan satu di antara sekian bukti hakikat perhimpunan yang tak terbatas, disarikan dari kesaksian-kesaksian yang muncul dari rukun-rukun iman lainnya.
Seluruh mukjizat sayyidina Muhammad Saw. menunjukkan kebenaran risalah beliau, seluruh tanda-tanda kenabian dan bukti-bukti yang menunjukkan kebenaran beliau, memperkuat terwujudnya hakikat perhimpunan, karena seluruh persoalan rasul ini sepanjang masa hidup beliau, bermuara pada perhimpunan setelah tauhid. Seluruh mukjizat dan hujah-hujah yang membenarkan seluruh nabi dan membuat umat manusia percaya kepada mereka, memperkuat hakikat yang sama (hakikat perhimpunan).
Kesaksian “dan (beriman) kepada kitab-kitab-Nya” yang disebutkan setelah kalimat “dan (beriman) kepada rasul-rasul-Nya,” yang mengangkat kesaksian ini hingga ke tingkatan pasti, memperkuat hakikat yang sama (hakikat perhimpunan), karena seluruh mukjizat Al-Qur'an al-mu’jizul bayan, hakikat-hakikat dan seluruh hujah yang menegaskan kebenarannya, memperkuat kebenaran hakikat perhimpunan dan hakikat ini benar-benar akan terjadi, karena hampir sepertiga Al-Qur'an membicarakan tentang perhimpunan.
Bagian-bagian awal sebagian besar surah-surah pendek menyebutkan ayat-ayat tentang perhimpunan. Melalui ribuan ayat-ayatnya, Al-Qur'an secara tegas juga dengan isyarat menunjukkan, menegaskan, dan menampakkan hakikat yang sama (hakikat perhimpunan).
Contoh; pada permulaan tigapuluh atau empatpuluh surah, Al-Qur'an mengisyaratkan hakikat perhimpunan yang dengan sepenuh kepastian, merupakan hakikat paling penting di antara hakikat-hakikat alam raya, dan hakikat ini adalah hakikat wajib. Seperti yang tertera dalam surah-surah berikut ini;
اِذَا الشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ
“Apabila matahari digulung.” (QS. At-Takwir: 1)
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).” (QS. Al-Hajj: 1)
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).” (QS. Az-Zalzalah: 1)
اِذَا السَّمَآءُ انْفَطَرَتۡ
“Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Infithar: 1)
اِذَا السَّمَآءُ انْشَقَّتۡ
“Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Insyiqaq: 1)
عَمَّ يَتَسَآءَلُوۡنَۚ
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?” (QS. An-Naba`: 1)
هَلۡ اَتٰٮكَ حَدِيۡثُ الۡغَاشِيَةِؕ
“Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?” (QS. Al-Ghasyiyah: 1)
366. Page
Al-Qur'an menjelaskan dalil-dalil lain terkait hakikat perhimpunan melalui ayat-ayat lainnya.
Lantas adakah kiranya kemungkinan dari sisi manapun jika keimanan terhadap perhimpunan –yang nampak sangat jelas sejelas matahari dengan ribuan kesaksian dan pernyataan seperti yang telah disebutkan sebelumnya- dalam kitab yang satu isyarat dalam satu ayat saja menunjukkan hakikat-hakikat ilmiah dan alam raya yang sangat beragam dalam ilmu-ilmu humanisme yang terpampang di hadapan mata kita, batil adanya?!
Bukankah ini sama seperti mengingkari adanya matahari, bahkan sama seperti pertanyaan tidak adanya alam raya?! Bukankah ini seratus kali mustahil dan batil?
Mungkinkah kiranya ribuan perkataan, janji dan ancaman Sang Penguasa yang sangat disegani dan mulia didustakan dari sisi manapun, padahal satu kelompok prajurit kadang bergerak dan menyerang hanya dengan satu isyarat penguasa palsu? Mungkinkah ribuan kata-kata, janji, dan ancaman-Nya tidak nyata?!
Jika satu isyarat Penguasa maknawi yang menguasai ruh, akal, hati, dan jiwa tanpa batas dalam lingkup kebenaran dan hakikat ini, merawat dan mengatur semua itu selama 13 abad tanpa henti, sudah cukup untuk menegaskan hakikat perhimpunan. Lantas, apakah hal ini tidak mengharuskan siksa Jahanam untuk orang dungu lagi bodoh yang tidak mengetahui hakikat ini setelah dijelaskan dan ditegaskan oleh Sang Penguasa melalui ribuan firman nan tegas?!
Bukankah ini inti keadilan?
Selanjutnya, seluruh lembaran-lembaran samawi dan kitab-kitab suci yang berlaku pada suatu masa, peran lembaran dan kitab-kitab suci sesuai rentang waktu dan masanya yang menerima hakikat tersebut secara pasti, menjelaskan hakikat perhimpunan yang secara rinci dijelaskan dan ditegaskan Al-Qur'an secara berulang, Al-Qur'an yang berlaku di seluruh masa depan dan di semua zaman, untuk itu kami katakan bahwa penegasan hakikat-hakikat ini secara kuat dan penjelasan yang disampaikan tidak secara rinci, secara ringkas, dan dengan tirai penutup yang disampaikan dalam lembaran-lembaran dan kitab-kitab suci, semua ini membenarkan penyampaian Al-Qur'an dengan ribuan penegasan.
Terkait bahasan ini, perlu dicantumkan pula kesaksian rukun-rukun lain, khususnya kesaksian rukun “keimanan kepada para rasul dan kitab” yang memperkuat rukun “keimanan kepada hari akhir” yang disebutkan di bagian akhir “risalah munajat” yang merupakan satu di antara sekian banyak bukti perhimpunan yang disampaikan dalam bentuk munajat. Bukti-bukti tersebut sangat kuat dan ringkas, dan melenyapkan seluruh ilusi.
Berikut akan disertakan seperti apa adanya;
(Imam Sa’id An-Nursi) menyebutkan dalam risalah munajat;
Ya Rabb Yang Maha Penyayang! Melalui pengajaran Rasul mulia dan pelajaran Al-Qur'an, kami mengerti bahwa seluruh kitab suci dan para nabi, khususnya Al-Qur'an dan Rasul mulia Saw., bersaksi, menunjukkan dan mengisyaratkan berdasarkan ijma dan kesepakatan bahwa pembiasan nama-nama luhur dan indah yang contoh-contohnya nampak di seluruh penjuru dunia ini, akan terus berlanjut hingga selama-lamanya dalam bentuk yang lebih jelas dan terang, menunjukkan bahwa seluruh kebaikan-Mu yang segala pembiasan dan contoh-contohnya nan penuh rahmat yang nampak di alam fana ini, akan abadi dan terus bertahan di negeri kebahagiaan dalam bentuk yang lebih indah, menunjukkan bahwa para perindu yang menyaksikan keindahan itu seraya menikmati, dan mendampinginya dengan cinta dalam kehidupan dunia nan pendek ini, juga akan mendampingi keindahan itu dalam alam abadi, dan mereka akan menyertainya.
Selanjutnya, seluruh nabi yang memiliki ruhani terang bercahaya, khususnya Rasul mulia Saw. yang ada di urutan paling depan, Al-Qur'an-Mu yang bertumpu pada ratusan mukjizat nyata mereka, para wali yang merupakan kutub para hati nan bersinar, seluruh shiddiqun yang merupakan sumber akal nan menembus dan memiliki pandangan mata hati nan menyala dan menembus, menyampaikan kabar gembira kebahagiaan abadi pada umat manusia dengan bersandar pada ribuan janji dan ancaman-Mu yang berulang kali Kau sebutkan dalam seluruh lembaran samawi dan kitab-kitab suci, yang bertumpu pada sifat-sifat dan kondisi-kondisi suci-
367. Page
Mu yang mengharuskan adanya akhirat, seperti kuasa, rahmat, perhatian, hikmah, keluhuran dan keindahan, yang bertumpu pada kemuliaan keluhuran dan kuasa rububiyah-Mu, mengacu pada mukasyafah dan musyahadah tanpa batas mereka yang mengisyaratkan jejak-jejak akhirat, mengacu pada keyakinan dan keimanan mereka yang mencapai tingkatan ‘ilmul yaqin dan ‘ainul yaqin, mereka mengabarkan dan menyampaikan bahwa neraka Jahanam ada untuk orang-orang sesat dan surga untuk mereka yang mengikuti petunjuk, mereka mengimani surga dan neraka secara teguh, dan mereka mempersaksikan hal itu secara kuat.
Wahai Yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Benar janji-Nya, Maha Mulia, Maha Perkasa, wahai Pemilik keluhuran, kemuliaan, dan keagungan!
Engkau Maha Suci ratusan ribu kali tingkat kesucian, Maha Suci, Maha Tinggi dengan ketinggian tanpa batas untuk membantah dan mendustakan para wali-Mu nan benar hingga sebanyak itu, mendustakan janji-janji-Mu sebanyak itu, mendustakan sifat-sifat dan kondisi-kondisi-Mu sebanyak itu, mendustakan keharusan-keharusan pasti kekuasaan rububiyah-Mu dan tidak menunaikan keharusan-keharusan itu, menolak dan tidak mendengarkan doa-doa yang mengarah ke akhirat dari hamba-hamba-Mu yang Kau terima di sisi-Mu yang jumlah mereka tiada batas, yang Kau cintai mereka, dan mereka berusaha agar Engkau cintai dengan beriman dan taat pada-Mu.
Engkau Maha Suci untuk membenarkan orang-orang sesat dan kafir yang mencederai keagungan kebesaran-Mu dengan kekafiran, kemaksiatan dan mendustakan janji-Mu, serta berlaku tidak baik terhadap kemuliaan keluhuran-Mu, menyakiti kasih sayang rububiyah-Mu, dan Engkau Maha Suci untuk mengakui pengingkaran mereka terhadap perhimpunan.
Kami memahasucikan keadilan mutlak-Mu, keindahan mutlak-Mu, rahmat mutlak-Mu dengan taqdis mutlak dari kezaliman dan keburukan mutlak seperti ini.
Kami beriman dengan sepenuh kekuatan kami bahwa kesaksian ratusan ribu rasul nan benar, para nabi nan terpilih, dan para wali sebagai para penyeru kekuasaan-Mu nan benar, yang memiliki kebenaran, hakikat, memiliki isyarat-isyarat nan benar dan sesuai, dan kabar-kabar gembira nan benar dan nyata secara haqqul yaqin, ‘ilmul yaqin, dan ‘ainul yaqin karena simpanan-simpanan rahmat akhirat-Mu, simpanan kebaikan-kebaikan-Mu di alam baqa, juga karena pembiasan-pembiasan keindahan nama-nama-Mu nan indah yang nampak di negeri kebahagiaan secara sempurna.
Mereka beriman bahwa sinar terbesar nama Al-Haq –sebagai rujukan, mentari dan pelindung seluruh hakikat- adalah hakikat perhimpunan terbesar ini, mereka mengajarkan hakikat ini kepada hamba-hamba-Mu sesuai perintah-Mu dalam lingkup kebenaran, dan mereka ajarkan hakikat itu kepada mereka sebagai inti hakikat.
Untuk itu, ya Rabb, berilah kami, berilah murid-murid Risalah-risalah An-Nur keimanan paling sempurna dan husnul khatimah dengan hak dan kehormatan pelajaran dan ajaran-ajaran mereka, dan berilah kami syafaat mereka. Amin.
Seperti halnya seluruh dalil dan hujah yang menegaskan kebenaran Al-Qur'an, bahkan kebenaran seluruh kitab-kitab samawi, seluruh mukjizat dan bukti nyata yang memperkuat nubuwah kekasih Allah, Muhammad Saw., bahkan nubuwah seluruh nabi, dalam saat yang bersamaan menunjukkan realisasi akhirat yang merupakan persoalan terbesar mereka.
Seperti itu pula sebagian besar dalil dan hujah yang memperkuat keberadaan dan keesaan Zat yang wajib ada, dalam saat yang bersamaan menunjukkan keberadaan dan keterbukaan negeri kebahagiaan dan alam baqa yang merupakan inti dan pembiasan rububiyah dan uluhiyah terbesar.
Karena keberadaan Zat yang wajib ada, seluruh sifat-sifat-Nya –seperti yang akan dijelaskan dan ditegaskan dalam beberapa maqam berikutnya- sebagian besar nama-nama-Nya, sifat-sifat dan segala kondisi-Nya, seperti rububiyah, uluhiyah, rahmat, perhatian, hikmah dan keadilan, mengharuskan adanya akhirat secara pasti, mengharuskan adanya alam baqa secara wajib, mengharuskan adanya perhimpunan dan kebangkitan untuk pemberian pahala dan siksa secara pasti.
368. Page
Ya, karena Allah azali-abadi ada, maka tidak diragukan bahwa akhirat yang merupakan inti keabadian kekuasaan uluhiyah, ada.
Karena rububiyah mutlak dalam keagungan, hikmah dan kasih sayang puncak disaksikan di alam raya dan pada makhluk-makhluk hidup, maka tidak diragukan bahwa negeri kebahagiaan abadi yang menyelamatkan keagungan rububiyah dari keterpurukan pasti ada, menyelamatkan hikmahnya dari kesia-siaan, menyelamatkan kasih sayangnya dari pengkhianatan, dan negeri ini akan dimasuki.
Karena beragam nikmat, kebaikan, kelembutan, kemuliaan, perhatian, dan rahmat tanpa batas yang disaksikan secara kasat mata, memperlihatkan keberadaan Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dari balik tabir gaib kepada akal yang tidak padam dan hati yang belum mati, maka tidak diragukan adanya kehidupan abadi di alam baqa yang menyelamatkan kenikmatan dari hinaan, menyelamatkan kebaikan dari tipuan, menyelamatkan perhatian dari permusuhan, menyelamatkan rahmat dari siksa, menyelamatkan kelembutan dan kemuliaan dari penghinaan, menjadikan kebaikan sebagai kebaikan, dan nikmat sebagai nikmat.
Karena pena kuasa menulis seratus ribu kitab yang saling merasuk satu sama lain tanpa adanya kesalahan pada musim semi dalam lembaran sempit bumi, bekerja di hadapan mata kita tanpa lelah.
Karena pemilik pena tersebut berjanji seratus ribu kali dan berfirman, “Aku akan menulis untuk kalian sebuah kitab indah nan abadi di tempat yang luas dengan cara lebih mudah dari kitab musim semi yang tertulis secara membaur dan merasuk di tempat yang sempit ini, Aku akan membacakan kitab itu pada kalian,” dan di setiap firman-Nya, Ia akan membahas tentang kitab ini, maka tidak diragukan bahwa kitab tersebut telah ditulis, dan catatan-catatan kakinya akan ditulis dengan perhimpunan dan kebangkitan, dan amal perbuatan seluruh manusia akan dicatat di sana.
Karena bumi ini dari sisi banyaknya makhluk yang ada di dalamnya dan dari sisi sebagai tempat tinggal ratusan ribu berbagai jenis makhluk hidup dan makhluk yang memiliki ruhani, sebagai tempat asal, tempat pembuatan, pameran dan tempat perhimpunan, di samping sebagai jantung alam raya, pusat, inti, hasil, dan sebab penciptaan manusia, maka bumi memiliki nilai penting yang amat besar, karena meski kecil, bumi dibuat sebagai perbandingan bagi langit yang begitu besar, sehingga dalam firman-firman samawi selalu disampaikan;
رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ
“Tuhan langit dan bumi.” (QS. Shad: 66)
Karena di luar sana ada golongan anak-anak Adam yang menguasai seluruh belahan bumi dengan esensi seperti ini, memanfaatkan sebagian besar makhluk-makhluk bumi, menundukkan sebagian besar wujud hidup yang ada, menjadikan semua itu berkeliling di sekitarnya, menata, memamerkan dan menghiasi sebagian besar ciptaan-ciptaan bumi dengan sangat indah dan menawan, sesuai arsitektur keinginan dan aturan segala keperluan, menyatukan berbagai jenis ciptaan yang merupakan hadiah mahal yang jarang ada di berbagai tempat, ia seakan menata semua itu dalam sebuah daftar dan ia hiasi, karena ia mendapatkan nilai yang sangat penting sekali yang bukan hanya menarik perhatian pada manusia dan jin saja, tapi juga menarik perhatian dan hormat para penghuni langit dan seluruh alam raya, menarik perhatian Pencipta alam raya.
Dengan cara seperti ini, nampak melalui ilmu dan seni manusia bahwa ia adalah hikmah penciptaan alam raya, hasil alam terbesar, buah alam nan sangat bernilai, khalifah bumi, tetap ditempatkan di bumi dan siksanya ditunda meski durhaka dan ingkar, karena dari sisi dunia, manusia memperlihatkan dan menata berbagai ciptaan Sang Pencipta alam secara menawan yang memiliki banyak sekali mukjizat. Manusia diberi waktu demi tugas-tugas ini, sehingga ia diberi taufiq.
Karena di luar sana ada Pengatur yang memiliki kuasa, hikmah, dan kasih sayang mutlak, Ia menjadikan bumi nan besar ini untuk golongan anak-anak Adam berada di atas kemampuan dan pilihan mereka secara total. Inilah esensi mereka. Meski manusia lemah dan benar-benar
369. Page
tidak berdaya dari sisi fitrah dan bentuk tubuh, memiliki banyak sekali kebutuhan dan derita tanpa batas padahal ia sangat lemah dan miskin, maka saya katakan, “(Allah) menjadikan bumi nan besar ini sebagai alat penyimpanan berbagai jenis bahan-bahan utama untuk golongan manusia, tempat penyimpanan berbagai jenis makanan, kedai-kedai yang berisi berbagai macam barang yang cocok untuk golongan manusia. (Allah) merawat golongan manusia sedemikian rupa, memberi mereka makan, dan memberi apa yang mereka inginkan.”
Karena Rabb dengan hakikat seperti ini mencintai manusia, mendorong manusia untuk mencintai-Nya, Ia Maha Abadi, memiliki alam-alam baqa, melakukan segala sesuatu dengan adil, melakukan segala tindakan dengan hikmah, mengingat kehidupan dunia ini singkat, umur manusia juga sangat pendek sekali, bumi ini hanya sesaat dan fana, tidak memuat keagungan kekuasaan Sang Penguasa azali-abadi, mengingat kezaliman dan berbagai kemaksiatan besar yang dilakukan golongan manusia, yang menafikan dan melanggar aturan, keadilan, keseimbangan, dan keindahan alam raya, mengingat manusia menghina, mengingkari, dan kufur terhadap Sang Pemberi nikmat dan yang memberi rizki dengan penuh kasih sayang, itu semua terjadi tanpa hukuman di dunia ini, sehingga orang zalim dan lalim menghabiskan kehidupan dengan nyaman, orang teraniaya nan malang menghabiskan usia dalam kesulitan dan beban berat.
Namun esensi keadilan mutlak yang memperlihatkan jejak-jejaknya di seluruh alam raya ini, secara total menafikan untuk menyamakan orang-orang zalim nan semena-mena dengan orang-orang yang teraniaya nan putus asa dalam lingkup kematian tanpa adanya kebangkitan. Keadilan tidak menerima ataupun membiarkan hal itu.
Karena Pemilik alam raya ini memilih bumi di antara seluruh alam raya, memilih golongan manusia di antara seluruh makhluk bumi, memberikan posisi dan perhatian besar padanya, seperti itu juga Ia memilih para nabi, wali, dan orang-orang pilihan, yang mana mereka ini adalah manusia hakiki di antara seluruh golongan manusia, yang selaras dengan tujuan-tujuan rububiyah, membuat diri mereka dicintai-Nya melalui iman dan berserah diri, sehingga Ia menjadikan mereka sebagai wali dan lawan bicara-Nya, memuliakan mereka dengan mukjizat-mukjizat dan taufiq, menyiksa musuh-musuh mereka dengan tamparan-tamparan langit.
Di antara para wali-wali nan mulia dan tercinta, Ia memilih Muhammad Saw. sebagai imam dan kebanggaan mereka, dengan nur Muhammad, Ia menerangi separuh bumi yang memiliki nilai penting dalam rentang waktu yang sangat panjang, Ia menerangi seperlima golongan manusia yang juga memiliki nilai penting, karena melalui sosok beliau, agama dan Al-Qur'an beliau, seluruh tujuan rabbani nampak terlihat, seakan alam raya ini telah diciptakan untuk beliau.
Beliau diberi usia singkat untuk mengarungi segala beban berat dan mujahadah sulit, Ia tentukan usia beliau selama 63 tahun, meski beliau patut mendapatkan upah pengabdian-pengabdian beliau nan berharga dan tanpa batas selama jutaan tahun dalam rentang zaman tanpa batas.
Lantas, adakah kiranya celah atau kemungkinan dari sisi manapun agar Rasul Saw. ini tidak dibangkitkan bersama orang-orang seperti beliau dan orang-orang yang beliau cintai? Agar beliau saat ini tidak hidup secara ruhani? Agar mereka semua ditiadakan secara abadi?
Seratus ribu kali tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin.
Ya, seluruh jagad raya dan hakikat alam menginginkan beliau dibangkitkan, meminta kepada Sang Pemilik alam raya ini agar beliau hidup kembali.
Karena tigapuluh tiga ijma besar dimana masing-masing di antaranya sekuat gunung, telah disebutkan dalam risalah “ayat besar,” yaitu “sinar ketujuh,” dan mengingat alam raya ini berasal dari satu tangan, alam raya ini milik Zat Yang Esa, dan mengingat alam raya ini secara pasti menunjukkan kesatuan dan keesaan Allah yang menjadi inti segala kesempurnaan-Nya, seakan dengan kesatuan dan keesaan seluruh alam raya menjadi sekuat dan sekuasa Yang Maha Esa, seluruh makhluk menjadi prajurit-prajurit yang taat menjalankan segala perintah-Nya, petugas-petugas yang mendapat perintah dan dipergunakan oleh Yang Maha Esa.
370. Page
Dengan datangnya akhirat, segala kesempurnaan-Nya terhindar dari kejatuhan, keadilan mutlak-Nya terhindar dari kezaliman mutlak dalam cemoohan, hikmah menyeluruh-Nya terhindar kesia-siaan dalam kebodohan, rahmat luas-Nya terhindar penyiksaan dalam mainan, kuasa-Nya nan mulia terhindar dari kelemahan dalam kehinaan, semuanya terhindar dan suci, maka tidak diragukan dan dipastikan kiamat pasti akan terjadi sesuai keharusan hakikat-hakikat yang tertera dalam delapan “karena” di antara ratusan noktah keimanan kepada Allah.
Perhimpunan dan kebangkitan akan terjadi, negeri siksa dan pembalasan akan dibuka, hingga nilai penting dan sentral bumi seperti yang disebutkan sebelumnya, juga nilai penting manusia, terwujud.
Sehingga keadilan, hikmah, rahmat, dan kekuasaan milik Sang Pengatur Yang Maha Bijaksana, Pencipta dan Rabb bumi serta manusia, terbukti. Sehingga para wali Rabb Yang Maha Kekal Abadi dan para pecinta hakiki-Nya seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terhindar dari ketiadaan abadi. Sehingga para wali agung mendapatkan balasan atas pengabdian-pengabdian suci yang menyenangkan seluruh jagad raya, dan membuatnya bersyukur seraya menyebut-nyebut nikmat-ya.
Maha Suci segala kesempurnaan Sang Penguasa abadi dari kekurangan dan kelalaian, Maha Suci kuasa-Nya dari kelemahan, Maha Suci hikmah-Nya dari perilaku jahil, dan Maha Suci keadilan-Nya dari kezaliman.
Kesimpulan;
Karena Allah ada, maka tidak diragukan akhirat ada.
Seperti halnya tiga rukun iman tersebut di atas memperkuat dan menunjukkan adanya perhimpunan dengan dalil-dalil yang menegaskan hal itu, seperti itu pula dua rukun iman lainnya; “(Beriman) kepada para malaikat-Nya dan takdir; baik maupun buruknya dari Allah,” mengharuskan dan memperkuat adanya perhimpunan, juga menunjukkan secara kuat adanya alam baqa. Jelasnya demikian;
Seluruh dalil, kesaksian dan pembicaraan tanpa batas yang mempertegas adanya para malaikat, tugas dan ubudiyah mereka, juga menunjukkan adanya alam arwah, alam gaib, alam baqa, alam akhirat, dan negeri kebahagiaan yang kelak akan dipenuhi manusia dan jin, serta menunjukkan adanya surga dan neraka, karena para malaikat dimungkinkan menyaksikan alam-alam ini atasi izin ilahi, dan memasuki alam-alam tersebut.
Seluruh malaikat terdekat yang menemui manusia, seperti Jibril, secara sepakat mengabarkan adanya alam-alam tersebut, dan mereka berkelana di sana. Seperti halnya kita secara pasti mengetahui adanya benua Amerika yang kita ketahui melalui pemberitaan orang-orang yang pernah ke sana, demikian halnya kita juga wajib mengimani –berdasarkan kepastian yang sama- keberadaan alam baqa, negeri akhirat, surga dan neraka melalui pemberitaan para malaikat yang sekuat seratus riwayat mutawatir. Seperti itulah kita mengimani.
Selanjutnya, seluruh dalil yang menegaskan rukun iman kepada takdir dalam “risalah takdir” yang merupakan “kalimat keduapuluh enam” juga menunjukkan adanya perhimpunan, kebangkitan, penimbangan amal perbuatan dalam mizan terbesar, karena penulisan ketentuan segala sesuatu yang terpampang di hadapan mata kita dalam papan aturan dan keseimbangan, pencatatan apapun yang terjadi dalam kehidupan setiap makhluk hidup di dalam memori dan biji-bijian, juga di seluruh papan-papan perumpamaan, pencatatan buku catatan amal perbuatan setiap makhluk hidup yang memiliki ruhani –khususnya manusia- dalam Lauhul Mahfuzh, tentu tidak diragukan bahwa adanya takdir menyeluruh seperti ini, ketentuan bijak, batasan jeli dan tulisan yang menyimpan seperti ini, ini semua mustahil dilakukan selain untuk memberikan balasan setelah melalui peradilan umum di depan mahkamah terbesar. Jika tidak, tulisan yang menyeluruh dan detail serta penyimpanan itu tiada makna dan manfaat, di samping secara total menafikan hikmah dan hakikat. Jika perhimpunan tidak ada, tentu seluruh makna kitab alam raya yang ditulis dengan pena takdir ini rusak belaka, karena hal itu tidak mungkin sama sekali.
371. Page
Kemungkinan ini mustahil, bahkan ngelantur, laksana mengingkari adanya alam raya ini.
Kesimpulan;
Lima rukun iman secara keseluruhan beserta seluruh dalil-dalilnya menunjukkan adanya perhimpunan dan kebangkitan, dan keduanya ini pasti akan terjadi, juga menunjukkan, menuntut, menegaskan dan mengharuskan adanya negeri akhirat, serta terbukanya negeri ini.
Mengingat hakikat perhimpunan memiliki tiang dan dalil-dalil agung yang tak tergoyahkan, sama persis seperti keagungan perhimpunan, untuk itu kurang lebih sepertiga Al-Qur'an mengandung perhimpunan dan akhirat, menjadikan keduanya ini sebagai batu pertama pondasi seluruh hakikat Al-Qur'an serta asas utamanya, selanjutnya membangun segala sesuatu di atas kedua pondasi tersebut.
Demikian mukadimahnya.
Bagian Kedua dari Penjelasan Tambahan
Bagian ini terdiri dari “sembilan maqam” tentang sembilan tingkatan bukti-bukti perhimpunan yang diisyaratkan ayat berikut dengan isyarat mukjizat.
Maqam Pertama;
فَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ ١٧ وَلَهُ ٱلْحَمْدُ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَعَشِيًّۭا وَحِينَ تُظْهِرُونَ ١٨ يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَيُحْىِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ وَكَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ ١٩
“Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh), dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi setelah mati (kering). Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).” (QS. Ar-Rum: 17-19)
Insya Allah akan dijelaskan bukti-bukti nyata dan hujah qath’i seputar perhimpunan yang diperlihatkan ayat di atas.[1]
Telah dijelaskan dalam “keistimewaan keempatbelas” dari persoalan “kehidupan” bahwa kehidupan mengarah dan menegaskan enam rukun iman, serta memberikan sejumlah isyarat perwujudannya.[2]
Ya, mengingat hasil alam raya ini yang paling penting, asas dan esensi serta hikmah penciptaannya adalah kehidupan, maka tidak diragukan bahwa hakikat luhur tersebut tidak terbatas dalam kehidupan dunia nan fana, singkat, tidak sempurna, dan menyakitkan ini.
Tujuan dan hasil pohon kehidupan yang keagungan esensinya dipahami melalui duapuluh sembilan keistimewaan kehidupan dan buah yang layak bagi keagungan pohon itu adalah kehidupan kekal abadi, kehidupan akhirat, dan kehidupan di negeri bahagia yang memiliki kehidupan lengkap dengan bebatuan, pepohonan, dan tanah.
Jika tidak demikian, pohon kehidupan yang dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan penting yang tak terbatas itu tetap berbahan tanpa buah, tanpa manfaat, dan tanpa hakikat bagi makhluk-makhluk yang memiliki perasaan, khususnya manusia.
[1] Maqam ini belum sempat ditulis. Permasalahan kehidupan dicantumkan di sini karena terkait dengan perhimpunan. Namun isyarat tentang rukun takdir di bagian akhirnya amat jeli dan mendalam sekali yang tidak dapat difahami semua orang. Mengingat risalah ini ditulis saudara-saudara saya, saya tidak merubahnya sedikit pun. Sehingga tetap seperti adanya. (Penulis)
[2] Penjelasan rincinya tertera di dalam “noktah kelima” yang secara khusus menjelaskan nama Allah Al-Hayyu dari “kilauan ketigapuluh” dari kita Al-Lama’at.
372. Page
Dan tentu manusia yang merupakan makhluk paling agung di dalam raya ini, paling tinggi, paling luhur dan paling penting di antara seluruh makhluk hidup, duapuluh tingkatan lebih rendah dari burung Parkit dari sisi kebahagiaan hidup, padahal manusia duapuluh tingkatan lebih tinggi dari darinya dari sisi modal dan perlengkapan.
Manusia akan menjadi makhluk paling sengsara, hina, dan tak berdaya. Akal yang merupakan nikmat paling agung dan paling mahal, akan menjadi musibah paling besar dan petaka paling berat bagi manusia yang tersisa hati, kehilangan satu kenikmatan dengan sembilan penderitaan karena memikirkan kesedihan-kesedihan masa lalu dan ketakutan-ketakutan masa depan.
Ini seratus kali batil. Dengan demikian, kehidupan dunia menegaskan rukun iman kepada akhirat secara pasti. Memperlihatkan kepada mata kita lebih dari 300 ribu contoh perhimpunan di setiap musim semi.
Lantas mungkinkah kiranya Pengatur Nan Maha Kuasa yang mempersiapkan segala sesuatu dan organ-organ penting serta cocok bagi kehidupan Anda dalam tubuh Anda, kebun Anda, dan negeri Anda dengan hikmah, rahmat, dan pertolongan, serta menyampaikan semua kebutuhan itu tepat pada waktunya, bahkan Ia mengetahui dan mendengar doa khusus dan kecil yang dipanjatkan lambung Anda demi tetap bertahan hidup. Ia menampakkan jawaban doa tersebut dengan makanan-makanan lezat tanpa batas dan membuatnya senang; mungkinkah Pengatur Nan Maha Kuasa ini tidak mengetahui dan tidak melihat Anda, tidak mempersiapkan segala sebab-sebab penting bagi kehidupan abadi yang merupakan tujuan paling agung bagi golongan manusia?!
Mungkinkah Ia tidak memperkenankan doa paling agung, paling penting, paling layak, dan paling umum yang dipanjatkan golongan manusia; doa agar abadi, dengan menciptakan kehidupan akhirat dan surga?!
Mungkinkah Ia tidak mendengar doa umum nan kuat yang mengguncang Arsy (makhluk paling besar) dan juga serangga (makhluk paling kecil) yang dipanjatkan manusia yang merupakan makhluk paling penting di alam raya ini, bahkan sultan dan hasil bumi. Tidak mementingkannya, tidak membuatnya senang seperti yang Ia lakukan terhadap lambung si manusia yang kecil itu, sehingga memicu pengingkaran terhadap kesempurnaan hikmah dan rahmat mutlak-Nya?! 100 ribu kali tidak mungkin.
Selanjutnya, mungkinkah Ia mendengar suara paling lirih makhluk paling kecil dalam kehidupan, mendengar keluhannya lalu menyembuhkannya, memperlakukannya dengan lembut, memperkenankan segala keinginan dan kebutuhannya, merawatnya dengan sepenuh pertolongan dan perhatian, hingga menundukkan segala sesuatu untuk melayaninya dengan penuh perhatian dan pertolongan, menundukkan makhluk-makhluk besar untuknya, namun tidak mendengar suara paling keras sekeras halilintar untuk kehidupan paling agung, paling mahal, paling kekal, dan paling lembut. Tidak memperhatikan doa paling penting untuk hidup abadi, tidak memperdulikan tawasul, doa, dan permohonannya?!
Ibarat orang yang mempersiapkan dan mengatur seorang prajurit dengan sepenuh perhatian, namun tidak memandang dan tidak memperdulikan sekelompok pasukan besar nan patuh. Ibarat orang yang melihat atom namun tidak melihat mentari. Mendengar dengungan lalat namun tidak mendengar guntur. 100 ribu kali tidak mungkin.
Bisakah akal menerima dengan alasan apapun jika Al-Qadir Al-Hakim yang memiliki rahmat mutlak, cinta tanpa batas, dan kasih sayang tanpa akhir. Yang sangat mencintai ciptaan dan kreasi-Nya, yang membuat makhluk sangat mencintai-Nya, sangat mencintai siapa yang mencintai-Nya. Kami katakan; mungkinkah Ia melenyapkan kehidupan yang sangat mencintai Al-Qadir Al-Jalil melebihi makhluk manapun, dan yang menyembah Penciptanya dengan fitrahnya. Mungkinkah Ia melenyapkan ruh yang merupakan kehidupan dan inti kehidupan dengan menjatuhkan hukuman mati abadi padanya, memperlakukan cinta dan kekasihnya dengan kejahatan abadi, membuatnya marah, menyakitinya dengan keras, sehingga ia mengingkari
373. Page
rahasia rahmat dan cahaya cinta-Nya, serta membuatnya mengingkari keduanya?! 100 ribu kali tidak mungkin.
Maka tidak diragukan bahwa keindahan mutlak yang memperindah alam raya ini dengan penampakan-penampakan-Nya, dan rahmat mutlak yang memperindah seluruh makhluk, keduanya suci tanpa batas dari keburukan mutlak, kezaliman mutlak, dan kekerasan seperti itu.
Kesimpulan;
Karena di dalam dunia ini ada kehidupan, maka tidak diragukan bahwa orang-orang yang mengetahui rahasia kehidupan dan tidak mempergunakan kehidupan mereka secara tidak baik, mereka akan mendapatkan kehidupan abadi di negeri abadi dan surga abadi. Amin.
Selanjutnya, seperti halnya kelipan benda-benda yang berkilau di permukaan bumi disebabkan karena pembiasan matahari, kelipan di permukaan laut pada gelembung-gelembung air dan busa disebabkan oleh kilauan atau padamnya cahaya, yang menjalankan tugas cermin karena menimbulkan gelembung-gelembung air, busa, dan mentari-mentari ilusi; semua ini secara pasti menunjukkan bahwa kilauan-kilauan itu tidak lain merupakan pembiasan penampakan satu mentari nan tinggi.
Kilauan-kilauan itu melalui bahasanya yang beragam mengingatkan dan mengisyaratkan keberadaan mentari dengan jari-jari nan terang.
Demikian halnya kelipan yang ada di permukaan darat dan laut yang dipancarkan makhluk hidup karena penampakan nama paling agung Al-Muhyi Al-Qayyum dan karena kuasa ilahi. Kemudian setelah itu kelipan tersebut bersembunyi di balik tirai gaib seraya mengatakan, “Ya Hayyu!” Untuk membuka jalan bagi kelipan-kelipan pengganti yang memberikan serangkaian kesaksian dan isyarat akan kehidupan Al-Hayyu Al-Qayyum yang memiliki kehidupan abadi, dan wujud yang wajib ada.
Demikian halnya seluruh bukti yang bersaksi akan adanya ilmu ilahi yang terlihat jejak-jejaknya dalam penataan seluruh wujud, seluruh bukti yang menegaskan keberadaan kuasa nan mengatur di alam raya, seluruh hujah yang mempertegas iradah dan masyi`ah (kehendak) yang menguasai penataan dan pengaturan alam raya, seluruh tanda dan mukjizat-mukjizat yang mempertegas seluruh risalah yang menjadi inti kalam rabbani dan wahyu ilahi.
Demikian halnya seluruh dalil yang bersaksi dan mengisyaratkan keberadaan tujuh sifat ilahi yang menunjukkan kehidupan Al-Hayyu Al-Qayyum berdasarkan kesepakatan; karena jika ada penglihatan pada sesuatu, berarti Ia hidup. Jika Ia memiliki pendengaran, itu menjadi pertanda adanya kehidupan. Jika Ia punya kalam, itu mengisyaratkan adanya kehidupan. Jika ia punya kemauan dan kehendak, itu menunjukkan adanya kehidupan.
Demikian pula keberadaan-Nya yang bersifat pasti dan terwujud melalui jejak-jejak-Nya di dalam raya, seperti kuasa mutlak, kehendak menyeluruh, ilmu yang meliputi segalanya, dan sifat-sifat lain yang seluruh petunjuknya bersaksi akan kehidupan Al-Hayyu Al-Qayyum dan keberadaan-Nya yang wajib. Juga bersaksi akan kehidupan abadi-Nya yang menyinari seluruh wujud dengan salah satu naungannya, membangkitkan kehidupan untuk negeri akhirat bersama seluruh atom-atomnya melalui salah satu penampakan-Nya.
Kehidupan juga mengarah kepada rukun beriman kepada malaikat dan mempertegas keimanan tersebut secara simbolik, karena mengingat kehidupan merupakan hasil paling penting dalam alam raya, mengingat makhluk hidup paling banyak menyebar di antara makhluk-makhluk lain, paling banyak menyebarkan duplikat-duplikat mereka karena nilai pentingnya, dan yang meramaikan ruang tamu dunia dengan kafilah-kafilah yang datang dan pergi, mengingat bumi dipenuhi berbagai jenis makhluk hidup hingga sedemikian rupa, diisi dan dikosongkan setiap saat dan setiap waktu karena hikmah pembaruan dan pengembangan jenis-jenis makhluk hidup, dimana bumi menjadi padang mahsyar seluruh wujud nan kecil dengan diciptakannya para makhluk hidup dengan jumlah yang begitu banyak, bahkan makhluk-makhluk dengan unsur-unsur paling rendah dan paling menjijikkan, mengingat banyak sekali perasaan dan
374. Page
akal diciptakan di bumi ini dimana keduanya ini merupakan inti sari kehidupan, juga ruh diciptakan yang merupakan esensi kehidupan yang paling lembut, maka tidak diragukan bahwa obyek-obyek langit yang lebih lembut, lebih bersinar, lebih besar dan lebih penting dari bumi tidak mungkin benda-benda mati tanpa kehidupan dan tanpa perasaan.
Dengan demikian, di sana pasti ada penghuni-penghuni yang memiliki perasaan dan kehidupan yang cocok bagi langit dan hidup di sana berdasarkan rahasia kehidupan.
Mereka meramaikan langit, matahari, dan bintang-bintang. Membangkitkan kehidupan di sana. Menampakkan hasil penciptaan langit. Dan meraih khitab-khitab subhani. Mereka adalah para malaikat.
Selanjutnya, rahasia esensi kehidupan mengarah kepada rukun beriman kepada para nabi dan rasul, serta menegaskannya secara simbolik.
Ya, mengingat alam raya ini diciptakan untuk kehidupan, dan kehidupan merupakan penampakan paling agung, ukuran paling indah, dan ciptaan paling elok Al-Hayyu Al-Qayyum Al-Azali. Mengingat kehidupan abadi menampakkan diri dengan diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab, jika kitab-kitab dan para rasul tidak ada, tentu kehidupan azali tidak diketahui.
Seperti halnya kehidupan manusia dipahami melalui kata-katanya, seperti itu juga yang memperlihatkan kata-kata dan khitab Zat yang berbicara, memerintah dan melarang, berbicara dari balik alam gaib yang merupakan tirai penutup alam raya ini adalah para nabi dengan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.
Maka tidak diragukan bahwa seperti halnya kehidupan di alam raya ini memberikan kesaksian pasti akan keharusan adanya Al-Hayyu Al-Azali, kehidupan juga mengarah kepada rukun “diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab” yang merupakan kilauan-kilauan, penampakan dan hubungan kehidupan azali dengan kehidupan ini.
Serta menegaskan kehidupan azali secara simbolik, khususnya risalah Muhammad Saw. dan wahyu Al-Qur'an, karena keduanya laksana ruh dan akal bagi kehidupan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebenaran risalah Muhammad Saw. dan wahyu Al-Qur'an benar adanya dan kuat secara pasti, sepasti adanya kehidupan ini.
Ya, seperti halnya kehidupan merupakan inti alam raya, seperti halnya perasaan dan emosi merupakan inti kehidupan, seperti halnya akal merupakan inti perasaan dan emosi, seperti halnya ruh merupakan esensi murni dan jernih kehidupan yang menetes dari kehidupan dan ruh alam raya, seperti itu juga kehidupan materi dan spiritual Muhammad Saw. juga merupakan inti sari dan ruh kehidupan alam raya.
Risalah Muhammad Saw. merupakan inti sari paling jernih perasaan, emosi dan akal alam raya. Bahkan kehidupan sejati adalah kehidupan alam raya dengan kesaksian jejak-jejak kehidupan materi dan spiritual Muhammad Saw.
Risalah Muhammad Saw. perasaan dan cahaya perasaan alam raya. Wahyu Al-Qur'an adalah ruh bagi kehidupan alam raya dan akal bagi perasaan alam raya berdasarkan kesaksian-kesaksian alam raya yang memiliki kehidupan. Ya, ya, ya.
Misalkan cahaya risalah Muhammad Saw. terlepas dari alam raya, niscaya alam raya mati. Andai Al-Qur'an pergi meninggalkan alam raya, tentu alam raya gila karena kepala bumi kehilangan akal. Bahkan, kepala bumi yang tidak lagi memiliki perasaan itu akan bertubrukan dengan planet-planet lain, dan terjadilah kiamat.
Selanjutnya, kehidupan juga mengarah kepada rukun iman kepada takdir, dan menegaskannya secara simbolik, karena mengingat kehidupan merupakan cahaya alam nyata, menguasai dan mengatur, serta merupakan hasil dan tujuan wujud, cermin paling lengkap untuk penampakan-penampakan Pencipta alam raya, contoh paling indah dan sempurna serta catalog berbagai pekerjaan dan tindakan-tindakan rabbani.
375. Page
Maka, kehidupan –tamsil dan perumpamaan tidak perlu diributkan- bisa dibilang laksana program dan rencana-rencana tindakan rabbani.
Untuk itu tidak diragukan bahwa rahasia kehidupan mengharuskan makhluk-makhluk alam gaib –makhluk-makhluk masa lalu dan masa depan, maksudnya datang dari sana lalu setelah itu pergi- berada dalam keteraturan dan aturan yang laksana kehidupan maknawi baginya, mengharuskan mereka diketahui, disaksikan, ditentukan, dan dipersiapkan untuk melaksanakan perintah-perintah takwini.
Seperti halnya biji asli dan akar-akar suatu pohon, biji-biji yang ada di atas pohon dan di dalam buah-buahannya mendapat semacam kehidupan seperti pohon itu sendiri, bahkan mengandung aturan-aturan hidup yang lebih kecil dari aturan-aturan kehidupan pohon.
Seperti halnya butir dan akar-akar pohon yang ditinggalkan musim gugur yang lalu sebelum datangnya musim semi, dan yang akan ditinggalkan oleh musim-musim semi mendatang setelah musim semi kali ini membawa penampakan kehidupan seperti musim semi ini, tunduk dan mengikuti undang-undang kehidupan, seperti itu juga setiap dahan dan ranting pohon alam raya juga memiliki masa lalu dan masa depan, memiliki silsilah yang terdiri dari fase dan kondisi-kondisi masa lalu dan masa depan. Wujud setiap jenis dan setiap bagian bersamaan dengan beragam fase dalam ilmu ilahi membentuk silsilah wujud yang bersifat pengetahuan. Wujud yang bersifat pengetahuan sama seperti wujud nyata yang mendapatkan penampakan maknawi kehidupan secara umum, karena takdir-takdir kehidupan diambil dari papan-papan takdir yang memiliki kehidupan dan makna itu.
Ya, dipenuhinya alam arwah yang merupakan bagian dari alam gaib dengan ruh-ruh yang merupakan inti, materi, esensi dan zat kehidupan, tentu mengharuskan kehidupan ini nampak dalam bentuk lain di alam gaib yang disebut sebagai masa lalu dan masa depan.
Aturan paling indah dalam wujud yang bersifat pengetahuan dalam segala sesuatu, kondisi-kondisinya yang memiliki makna, buah dan fase-fase perkembangannya yang memiliki kehidupan; semuanya menunjukkan bahwa kehidupan maknawi dalam batasan tertentu nampak pada sesuatu itu.
Ya, tidak diragukan bahwa penampakan-penampakan kehidupan seperti ini yang merupakan cahaya mentari kehidupan azali tidak terbatas pada alam nyata, masa saat ini, masa depan, dan wujud nyata saja. Bahkan, setiap alam mendapatkan satu di antara sekian banyak penampakan cahaya itu sesuai kemampuannya.
Alam raya dengan seluruh alam yang ada, tidak memiliki kehidupan dan cahaya tanpa penampakan tersebut. Jika tidak seperti itu, tentu setiap alam nampak seperti jenazah besar nan menakutkan menurut pandangan kesesatan. Nampak seperti alam kelam dan hancur di bawah kehidupan nyata nan sementara.
Seperti itulah salah satu sisi rukun iman kepada takdir dan qadha dipahami melalui rahasia kehidupan. Artinya, seperti halnya alam nyata dan segala se suatu yang ada nampak hidup melalui keteraturan dan hasilnya, seperti itu juga seluruh makhluk masa lalu dan masa depan yang tergolong berasal dari alam gaib, memiliki wujud maknawi yang memiliki kehidupan maknawi, dan memiliki keberadaan yang bersifat pengetahuan yang memiliki ruh, karena makhluk tersebut menampakkan jejak kehidupan maknawi tersebut atas nama takdir melalui perantara papan qadha dan qadar.
376. Page
Bagian Kedua dari Penjelasan Tambahan
Pertanyaan terkait permasalahan perhimpunan;
Penjelasan-penjelasan Al-Qur'an;
اِنۡ كَانَتۡ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةًﭨ
“Tidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja.” (QS. Yasin: 29)
وَمَآ اَمْرُ السَّاعَةِ اِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ اَوْ هُوَ اَقْرَبُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Urusan kejadian Kiamat itu, hanya seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nahl: 77) Yang sering diulang ini menjelaskan bahwa perhimpunan terbesar akan terjadi dalam sekejap. Akal yang sempit menginginkan contoh nyata agar dapat menerima permasalahan aneh, luar biasa, menawan, dan mukjizat tiada banding ini?
Jawab;
Dalam perhimpunan terdapat tiga permasalahan;
Pertama; datangnya ruh ke jasad.
Kedua; jasad-jasad dihidupkan.
Ketiga; jasad-jasad diciptakan kembali.
Permasalahan pertama;
Contoh datangnya ruh ke dalam jasad;
Para personil pasukan besar dan tertata rapi berkumpul setelah sebelumnya berpencar di berbagai tempat untuk istirahat melalui tiupan keras terompet.
Ya, seperti halnya sangkakala Israfil a.s. yang merupakan terompetnya tidak lebih rendah kedudukannya dari terompet pasukan, maka ruh-ruh yang mendengar khitab;
اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” yang datang dari sisi azali, dan ruh-ruh tersebut menjawab;
قَالُوۡا بَلٰى ۛشَهِدۡنَا
“Betul (Engkau Tuhan kami),” (QS. Al-A’raf: 172) padahal ruh-ruh tersebut berada di sisi abadi dan di alam atom. Maka tidak diragukan bahwa ruh-ruh ini ribuan kali lebih tunduk, teratur, dan patuh dari pada personil-personil pasukan tersebut.
“Kalimat ketigapuluh” sudah menyebutkan dengan bukti-bukti pasti bahwa pasukan subhani bukan hanya ruh-ruh saja, tapi seluruh atom juga merupakan pasukan subhani dan prajurit-prajurit yang melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Permasalahan kedua;
Contoh jasad-jasad dihidupkan kembali;
Seperti halnya ratusan ribu lampu listrik bisa saja dinyalakan seketika di sebuah kota besar dari satu sentral di suatu malam pesta seakan tanpa jeda waktu, seperti itu juga ratusan juta lampu-lampu yang ada di permukaan bumi bisa dinyalakan dari satu sentral.
Mengingat salah satu makhluk Al-Haq Ta’ala, pelayan, dan petugas penerangan di ruang tamu-Nya seperti listrik memiliki sifat seperti ini yang ia dapatkan dari Sang Pencipta melalui pelajaran pendidikan dan keteraturan, maka tidak diragukan bahwa perhimpunan besar bisa saja terjadi dalam sekejap mata dalam lingkup undang-undang menawan nan tertata rapi hikmah ilahi yang diwakili oleh ribuan pelayan terang-Nya seperti listrik.
377. Page
Permasalahan ketiga;
Contoh jasad-jasad diciptakan seketika;
Penciptaan dedaunan seluruh pepohonan –yang seribu kali lebih banyak dari jumlah seluruh manusia- seketika secara sempurna pada musim semi seperti musim semi yang lalu dalam hitungan beberapa hari, penciptaan bunga-bunga, buah dan dedaunan seluruh pepohonan seperti hasil musim semi masa lalu secepat kilat, bangkitnya biji-biji, butir, dan akar-akar tak terbatas yang merupakan permulaan dan pengungkapan musim semi, dan semuanya dihidupkan secara bersamaan dengan seketika. Juga penampakan “kebangkitan setelah kematian” bagi jenazah-jenazah seluruh pohon laksana jasad mayit yang tegak berdiri berupa tulang karena satu perintah seketika. Dihidupkannya setiap individu seluruh kelompok hewan-hewan kecil secara menawan, khususnya perhimpunan jenis-jenis lalat, terlebih lagi penyebaran salah satu jenis lalat dalam satu tahun di hadapan mata kita, yang mengusap wajah-wajah kita, mengingatkan kita pada cahaya dan kebersihan karena lalat- selalu membersihkan wajah, mata, dan sayapnya.
Meski jumlah individu lalat ini lebih banyak dari jumlah individu manusia sejak nabi Adam a.s. hingga saat ini, namun penciptaan, penghidupan, dan perhimpunan individu-individu lalat tersebut beserta kelompoknya yang lain dalam hitungan beberapa hari, tentu merupakan satu contoh saja untuk penciptaan jasad-jasad manusia pada hari kiamat. Bahkan merupakan ribuan contoh.
Ya, dunia adalah negeri hikmah dan akhirat adalah negeri kuasa. Untuk itu, penciptaan segala sesuatu secara bertahap dan memerlukan waktu di dunia ini sesuai tuntutan nama-nama ilahi seperti Al-Hakim, Al-Murattib, Al-Mudabbir, dan Al-Murabbi, menjadi bagian dari tuntutan hikmah rabbani.
Sementara di akhirat, segala sesuatu diciptakan seketika tanpa memerlukan materi, unsur, waktu, dan penantian untuk menampakkan kuasa dan rahmat melebihi hikmah.
Melalui penjelasan;
وَٱلْأَرْضِ ۚ وَمَآ أَمْرُ ٱلسَّاعَةِ إِلَّا كَلَمْحِ ٱلْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ ٧٧
“Urusan kejadian Kiamat itu, hanya seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nahl: 77) Al-Qur'an al-mu’jizul bayan mengisyaratkan hal-hal yang terlaksana dalam hitungan satu hari dan satu tahun di dunia, terjadi seketika di akhirat.
Jika Anda ingin mengetahui datangnya perhimpunan secara pasti, sepasti datangnya musim semi mendatang, silahkan membaca dengan seksama “kalimat kesepuluh” dan “kalimat keduapuluh sembilan” yang secara khusus membahas perhimpunan. Jika Anda masih tidak percaya akan datangnya perhimpunan seperti datangnya musim semi mendatang, silahkan datang kemari dan coloklah mata saya.
Permasalahan keempat;
Contoh kematian dunia dan terjadinya kiamat;
Mungkin saja komet menghancurkan tempat tinggal kita ketika bertubrukan dengan bumi dan ruang tamu kita atas perintah rabbani, layaknya menghancurkan istana yang dibangun selama puluhan tahun dalam hitungan satu menit.
378. Page
Bagian Keempat dari Penjelasan Tambahan
قَالَ مَن يُحْىِ ٱلْعِظَـٰمَ وَهِىَ رَمِيمٌۭ ٧٨ قُلْ يُحْيِيهَا ٱلَّذِىٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ ٧٩
“Dia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?’ Katakanlah (Muhammad), ‘Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk’.” (QS. Yasin: 78-79)
Seperti disebutkan dalam contoh ketika hakikat kesembilan dari kalimat kesepuluh bahwa seandainya seseorang membentuk sekelompok pasukan besar dalam satu hari. Lalu jika ada yang berkata kepada Anda, “Dia itu mengumpulkan para pasukan yang menyebar kesana-kemari untuk istirahat dengan tiupan terompet, lalu seluruh pasukan masuk dalam aturannya.”
Jika Anda bilang, “Saya tidak percaya,” Anda tahu Anda begitu bertindak bodoh.
Seperti itu juga Al-Qadir Al-‘Alim yang mencatat dan memasukkan kelembutan-kelembutan dan atom-atom ke dalam tubuh-tubuh yang mirip seperti sekelompok pasukan seluruh hewan dan makhluk hidup lain yang mirip seperti prajurit dengan perintah kun fayakun.
Menciptakan kelompok-kelompok makhluk hidup dan berbagai jenisnya yang mirip seperti 100 ribu prajurit di setiap abad dan bahkan di setiap musim semi di permukaan bumi; mungkinkah dikatakan bagi Al-Qadir Al-‘Alim; bagaimana Ia akan mengumpulkan atom-atom utama dan bagian-bagian asli yang saling mengenal dengan keteraturan di bawah aturan jasad yang mirip sekelompok pasukan itu melalui tiupan sangkakala Israfil a.s.?
Mungkinkah hal itu mustahil bagi-Nya?! Jika dikatakan seperti ini, ini namanya gila dalam kebodohan.
Al-Qur'anul Karim kadang menyebut keajaiban perbuatan-perbuatan Allah yang berlaku di dunia sebagai pendahuluan agar hati manusia menerima segala perbuatan-Nya nan luar biasa yang akan terjadi di akhirat. Juga sebagai persiapan agar pikiran siap untuk percaya. Atau Al-Qur'an kadang menyebut perbuatan-perbuatan ilahi terkait masa depan dan akhirat nan luar biasa dengan cara yang dapat kita terima karena adanya padanan-padanannya yang kita saksikan.
Contoh;
أَوَلَمْ يَرَ ٱلْإِنسَـٰنُ أَنَّا خَلَقْنَـٰهُ مِن نُّطْفَةٍۢ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌۭ مُّبِينٌۭ ٧٧
“Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!” (QS. Yasin: 77) Hingga akhir surah. Di bagian ini, Al-Qur'an menegaskan perhimpunan melalui tujuh atau delapan gambaran dan dengan model yang berbeda, karena Al-Qur'an menyebut penciptaan pertama di hadapan mata dan berkata, “Kalian mengetahui, kalian diciptakan dari nutfah menjadi segumpal darah, dari segumpal darah menjadi segumpal daging, dari segumpal daging menjadi wujud manusia. Lantas kenapa kalian mengingkari penciptaan berikutnya?!
Penciptaan berikutnya sama seperti penciptaan pertama, dan bahkan lebih mudah.
Setelah mengisyaratkan kebaikan-kebaikan agung yang diberikan Al-Haq Ta’ala kepada manusia melalui kata;
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلشَّجَرِ ٱلْأَخْضَرِ نَارًۭا
“Yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau,” (QS. Yasin: 80) Al-Qur'an mengatakan, “Zat yang memberi kalian begitu banyak nikmat seperti ini, tidak akan membiarkan kalian begitu saja hingga kalian masuk ke dalam liang kubur dan tidur tanpa dibangunkan.”
Selanjutnya secara simbolik Al-Qur'an mengatakan, “Kalian melihat pohon mati dihidupkan dan dihijaukan kembali. Lantas kenapa kalian tidak dapat menganalogikan tulang
379. Page
belulang yang mirip seperti kayu, lalu kalian anggap mustahil tulang belulang itu dapat dihidupkan kembali?!
Selanjutnya, tidak mampukah Zat yang menciptakan langit dan bumi untuk menghidupkan dan mematikan manusia yang merupakan buah langit dan bumi?!
Apakah Zat yang memperhatikan pohon besar akan melalaikan buah dan membiarkannya untuk yang lain?! Apakah kalian mengira bahwa Ia membiarkan bebas begitu saja “pohon penciptaan” yang seluruh bagian-bagiannya diciptakan dengan hikmah dengan membiarkan seluruh hasil pohon tersebut?!
Zat yang akan menghidupkan kalian dalam perhimpunan adalah Zat yang seluruh wujud tunduk pada-Nya laksana prajurit-prajurit yang patuh. Kepala mereka semua tunduk di hadapan perintah kun fayakun dengan sepenuh ketundukan.
Menciptakan musim semi lebih mudah bagi-Nya laksana menciptakan sekuntum bunga. Menciptakan seluruh hewan mudah bagi kuasa-Nya laksana menciptakan seekor lalat. Kita tidak patut menantang kuasa Zat yang menyandang sifat-sifat seperti dengan mengatakan;
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلشَّجَرِ ٱلْأَخْضَرِ نَارًۭا
“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” (QS. Yasin: 78) untuk melemahkan-Nya.
Selanjutnya melalui ungkapan;
فَسُبْحَـٰنَ ٱلَّذِى بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍۢ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ٨٣
“Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan,” (QS. Yasin: 83) Al-Qur'an mengatakan bahwa Allah Al-Qadir Dzul Jalal yang kendali segala sesuatu berada di tangan-Nya, dan yang memiliki kunci segala sesuatu, Ia membolak-balikkan malam dan siang, musim dingin dan musim panas dengan mudah, semudah membolak-balik lembaran-lembaran buku. Dunia dan akhirat bagi kuasa-Nya laksana dua rumah. Yang ini Ia tutup, dan yang satunya lagi Ia buka.
Karena segala sesuatu seperti itu, maka hasil seluruh dalil “dan kepada-Nya kamu dikembalikan,” adalah Ia akan menghidupkan kalian setelah kalian berada di dalam kubur. Ia akan membawa kalian ke perhimpunan dan memperhitungkan amal perbuatan kalian di hadapan-Nya.
Ayat-ayat ini mempersiapkan pikiran dan hati untuk menerima perhimpunan karena contoh-contoh perhimpunan nampak dalam perbuatan-perbuatan-Nya di dunia.
Selanjutnya, Al-Qur'anul Karim kadang menyebut perbuatan-perbuatan Allah di akhirat nan menawan melalui cara yang mengesankan adanya contoh-contohnya di dunia agar tidak dianggap mustahil dan diingkari.
Contoh;
اِذَا الشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ
“Apabila matahari digulung.” (QS. At-Takwir: 1)
اِذَا السَّمَآءُ انْفَطَرَتۡ
“Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Infithar: 1)
اِذَا السَّمَآءُ انْشَقَّتۡ
Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Insyiqaq: 1)
Surah-surah ini menyebut perubahan-perubahan besar dan tindakan-tindakan rabbani yang akan terjadi saat kiamat dan perhimpunan dengan cara yang membuat manusia menerima perubahan-perubahan yang mencengangkan hati dan tidak dapat dipahami akal itu dengan mudah, karena ia melihat contoh-contohnya di dunia pada musim gugur dan musim semi misalnya.
Pembahasan ini terlalu panjang lebar. Bahkan sekedar mengisyaratkan makna surah-surah tersebut secara lirih pun akan memakan tempat. Untuk itu kami hanya akan menyebut satu kalimat saja sebagai contoh.
380. Page
Contoh;
Kata;
وَاِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْۖ
“Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka,” (QS. At-Takwir: 10) menunjukkan amal perbuatan seluruh manusia dibuka dalam perhimpunan dalam keadaan tertulis di atas lembaran. Karena permasalahan ini sangat aneh, akal semata tidak mampu menemukan jalan ke sana. Namun contoh dibukanya lembaran-lembaran amal perbuatan nampak sekali dalam perhimpunan musim semi. Juga nampak contoh berbeda untuk poin-poin lainnya seperti yang diisyaratkan surah di atas, karena setiap pohon berbuah dan setiap rerumputan berbunga merupakan pekerjaan dan tugas.
Mereka semua memiliki ubudiyah setiap kali bertasbih seraya memperlihatkan nama-nama ilahi. Seluruh perbuatan tersebut dicatat bersamaan dengan riwayat hidup di seluruh biji dan butir-butirnya, untuk selanjutnya muncul pada musim semi berikutnya di bumi berbeda.
Seperti halnya kondisi ini menyebut perbuatan-perbuatan para leluhur tanaman-tanaman tersebut dengan sangat fasih melalui bahasa bentuk dan wujud yang ia perlihatkan, seperti itu juga lembaran-lembaran amal perbuatan tanaman-tanaman tersebut dibuka beserta ranting, dahan, daun, bunga, dan buah-buahannya dibuka.
Zat yang melakukan hal-hal ini dengan hikmah, penjagaan, pengaturan, perawatan, dan kelembutan di hadapan mata dan penglihatan kita, Dialah yang berfirman;
وَاِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْۖ
“Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka.” (QS. At-Takwir: 10) Silahkan Anda analogikan dengan poin-poin lain dan Anda simpulkan sendiri jika Anda punya kemampuan.
Sebagai bantuan, kami akan menjelaskan berikut;
Seperti halnya kalam;
اِذَا الشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ
“Apabila matahari digulung,” (QS. At-Takwir: 1) dengan kata penggulungan, pelipatan, dan pengumpulan mengisyaratkan kepada sebuah perumpamaan nyata, kalam tersebut juga mengisyaratkan pada hal-hal serupa.
Pertama; ya, Al-Haq Ta’ala membuka tirai ketiadaan, udara, dan langit, lalu mengeluarkan lentera seperti mentari yang mirip seperti mutiara nan menyinari dunia dari simpanan rahmat-Nya. Ia menampakkan lentera tersebut kepada dunia. Setelah dunia ditutup, mutiara tersebut akan dilipat dalam tirai-Nya dan diangkat.
Kedua; seperti halnya matahari diperintahkan dan ditugaskan untuk menyebarkan nikmat cahaya, dan melipat cahaya dan kegelapan secara bergantian di atas bumi, Al-Haq Ta’ala menjadikan pegawai tersebut mengemas seluruh barang-barangnya setiap sore lalu pergi. Kadang juga ia diambil dan dikembalikan bersamaan dengan tirai penarikan, dan kadang bulan menutupi wajahnya.
Mentari mengibaskan tangan seusai bekerja, mengemas seluruh barang-barangnya, dan mencatat seluruh pekerjaan yang telah ia lakukan.
Seperti itu juga mentari yang mendapat perintah itu suatu hari nanti akan dilepaskan dari pekerjaannya. Jika pun tidak ada sebab untuk mencopot matahari, toh dua tahi lalat kecil yang saat ini ada di wajahnya dan lambat laut membesar sedikit demi sedikit itu pasti akan membesar. Mentari dengan perintah rabbani akan melipat cahayanya yang ada di atas bumi dengan izin ilahi.
Al-Haq Ta’ala melipat cahaya di atas mentari ini dan berkata kepadanya, “Pekerjaanmu untuk bumi sudah selesai. Ayo pergilah ke neraka Jahanam, dan bakarlah mereka yang menyembahmu, menghina dan menyepelekan petugas sepertimu seraya menuduh makhluk sepertimu berkhianat dan tidak tempat janji.”
Dengan demikian, mentari membaca firman berikut di wajahnya yang berbintik itu;
اِذَا الشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ
“Apabila matahari digulung.” (QS. At-Takwir: 1)
381. Page
Bagian Kelima dari Penjelasan Tambahan
124 ribu nabi yang mereka ini adalah manusia terbaik dan pilihan berdasarkan nash hadits mengabarkan secara ijma’ dan mutawatir, sebagian di antara mereka bersandar pada musyahadah dan sebagian lainnya bersandar pada haqqul yaqin tentang keberadaan akhirat. Manusia seluruhnya akan digiring kesana. Pencipta alam raya ini akan mendatangkan akhirat seperti yang Ia janjikan secara pasti.
124 juta para wali yang membenarkan berita yang disampaikan para nabi melalui mukasyafah dan musyahadah secara ‘ilmul yaqin, mengakui keberadaan akhirat.
Seluruh nama Ash-Shani’ (Pencipta) alam raya Nan Maha Bijaksana menunjukkan adanya akhirat melalui penampakan-penampakan yang diperlihatkan di dunia ini, karena nama-nama tersebut secara pasti menunjukkan adanya alam baqa dan abadi.
Kuasa azali tanpa batas yang menghidupkan jenazah-jenazah pohon mati nan tegak berdiri dalam jumlah batas setiap tahun pada musim semi dengan perintah kun fakakun, menjadikannya meraih penampakan “kebangkitan setelah kematian.” 300 ribu jenis kelompok tumbuh-tumbuhan dan bangsa hewan dihimpun sebagai 100 ribu contoh perhimpunan dan kebangkitan.
Hikmah abadi tanpa batas yang tidak berlebihan, rahmat kekal selamanya, dan pertolongan abadi yang memberi rizki dan memberi makan seluruh jenis ruh yang memerlukan rizki dengan sepenuh kasih sayang tanpa batas, menampakkan berbagai jenis hiasan dan keindahan tanpa batas dalam rentang waktu singkat di setiap musim semi; semuanya secara pasti mengharuskan adanya akhirat.
Keinginan untuk abadi, dan harapan-harapan abadi nan tertanam kuat di dalam diri manusia –yang merupakan buah alam raya yang paling indah, ciptaan yang paling dicintai Pencipta alam raya, yang paling terkait dengan seluruh wujud alam raya- melalui isyarat dan petunjuk-petunjuknya menegaskan bahwa di luar sana ada alam baqa, negeri akhirat, dan negeri bahagia setelah alam fana ini.
Untuk itu, keberadaan akhirat secara pasti harus diterima seperti keberadaan dunia.
Mengingat pelajaran paling penting yang diajarkan Al-Qur'an kepada kita adalah beriman kepada akhirat, mengingat keimanan ini amat kuat hingga sedemikian rupa, mengingat di dalam keimanan terhadap akhirat terdapat harapan dan hiburan, bahkan ketika seseorang tertimpa 100 ribu masa tua, toh hiburan yang muncul dari keimanan ini sudah cukup baginya.
Untuk itu, kita para orang tua harus bahagia karena masa tua kita seraya mengucapkan, “Segala puji bagi Allah atas karunia kesempurnaan iman.”