Mukjizat-mukjizat Al-Qur'an dan Muhammad

36. Page

بسم الله الرحمن الرحيم          

 

 

Dzulfiqar

 

Mukjizat-mukjizat Al-Qur'an dan Muhammad

 

Karya

 

Badiuzzaman Sa’id An-Nursi

 

1365 H.

 

 

Kumpulan risalah ini terdiri dari tiga maqam dan penutup.

Maqam pertama; kalimat keduapuluh lima, risalah mukjizat Al-Qur'an, dan sejumlah penjelasan tambahan.

Maqam kedua; catatan kesembilanbelas, risalah mukjizat Muhammad, dan sejumlah penjelasan tambahan.

Maqam ketiga; kalimat kesepuluh, risalah perhimpunan, dan sejumlah penjelasan tambahan.

Penutup; hizb An-Nuri dan khitab tentang Risalah-risalah An-Nur.

 

Seperti halnya orang-orang beriman pada masa zaman yang aneh ini memerlukan Risalah-risalah An-Nur, seperti halnya ulama dan para pendidik sangat memerlukan kumpulkan risalah “tongkat Musa,” demikian halnya para hafizh dan orang tua juga sangat memerlukan kumpulan risalah “Dzulfiqar.”

Sungguh, kilauan-kilauan kemukjizatan dan noktah-noktah indah Al-Qur'an di sejumlah tempat –misalnya- menjadi inti syubhat seputar sejumlah ayat dalam bahasan kemukjizatan Al-Qur'an.

 

Atas nama seluruh murid-murid An-Nur,

 

Sa’id An-Nursi

Peradilan Ankara, Denizli dan para pemeriksa di kedua lembaga peradilan ini secara aklamasi memutuskan pembebasan kami dan menyerahkan seluruh bagian Risalah-risalah An-Nur kepada saya setelah melalui pemeriksaan selama dua tahun lamanya.

Untuk itu, tidak ada larangan untuk menyebarkan Risalah-risalah An-Nur. Dan bagian-bagian dari kumpulan kitab ini termasuk di antara di antara bagian Risalah-risalah An-Nur yang diserahkan kepada saya.

 

Sa’id An-Nursi

 

 


37. Page

Dengan Nama-Nya

 

وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ

“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.”

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته أبدا دائما

 

Saudara-saudara saya sekalian yang mulia dan benar!

Mengingat Risalah-risalah An-Nur kini mulai menyebar dengan percetakan modern, mengingat para pelajar sekolah-sekolah modern dan para guru yang mengajarkan filsafat dan hikmah baru umumnya berpegangan pada Risalah-risalah An-Nur, maka perlu kiranya menjelaskan hakikat berikut;

Filsafat yang menampar dengan kuat dan menyerang Risalah-risalah An-Nur bukanlah filsafat secara mutlak, tapi hanya bagian yang berbahaya dari filsafat, karena filsafat dan hikmah baru yang melayani kehidupan sosial umat manusia, akhlak, kesempurnaan-kesempurnaan insan, mempersembahkan berbagai disiplin ilmu dan seni, adalah bagian dari filsafat dan hikmah yang sejalan dengan Al-Qur'an, bahkan mengabdikan diri untuk hikmah Al-Qur'an, dan tidak mungkin berseberangan dengan Al-Qur'an.

Oleh karenanya, Risalah-risalah An-Nur tidak perlu menanggapi filsafat jenis ini.

Sementara bagian kedua dari filsafat; di samping sebagai media menuju kesesatan, atheisme, dan kejatuhan di lumpur naturalisme, filsafat seperti ini juga menimbulkan kelalaian, kesesatan, kebodohan dan senda gurau. Sisi-sisi luar biasa filsafat jenis ini yang mirip seperti sihir, berseberangan dengan hakikat-hakikat Al-Qur'an yang memiliki banyak sekali mukjizat.

Di sebagian besar bagian-bagiannya, Risalah-risalah An-Nur berseberangan dengan filsafat yang menyimpang dan sesat seperti ini berdasarkan sejumlah standar dan perbandingan kuat yang ditopang dengan dalil-dalil. Risalah-risalah An-Nur juga menampar filsafat seperti ini.

Namun Risalah-risalah An-Nur tidak berseberangan dengan filsafat yang lurus dan bermanfaat. Itulah mengapa para murid sekolah-sekolah modern bergabung dengan Risalah-risalah An-Nur tanpa menentang ataupun berhati-hati. Dan mereka memang seharusnya bergabung.

Karena tidak menutup kemungkinan jika orang-orang munafik yang bersembunyi menggunakan filsafat tertentu untuk melawan Risalah-risalah An-Nur dengan menyebarkan egoisme ilmiah, juga menggunakan sejumlah syaikh dengan cara-cara yang sama sekali tidak berguna dan tiada arti, juga dengan melayangkan serangan terhadap Risalah-risalah An-Nur yang merupakan barang-barang utama para murid madrasah-madrasah syar’i dan syaikh, kami katakan bahwa mengingat hal tersebut mungkin saja terjadi, maka tepat rasanya jika hakikat ini ditempatkan di bagian awal rangkaian risalah “Tongkat Musa” dan “Dzulfiqar.”


38. Page

Dengan Nama-Nya

 

 

وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ

 “Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.”

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

Saudara-saudara saya sekalian yang mulia dan benar!

Mengingat lingkup Risalah-risalah An-Nur mulai meluas melalui alat percetakan, berkat kesadaran masyarakat umum saat ini, dan karena penghargaan yang diberikan para pemeriksa yang ada di ibukota Ankara, maka tidak diragukan bahwa setiap kalangan ahlul ilmi akan memeriksa Risalah-risalah An-Nur dengan seksama. Sementara mereka yang condong pada bid’ah, kalangan yang mementingkan diri sendiri, mereka yang tidak mau menerima apapun dengan mudah, dan para kritikus dari kalangan ahlul ilmi, mereka semua akan berupaya menentang.

Untuk Anda semua, silahkan Anda jadikan tiga asas ini sebagai jawaban bagi mereka;

Asas pertama;

Siapa gerangan orang yang tidak pernah salah? Mengingat keburukan-keburukan diampuni ketika sisi kebaikan-kebaikan lebih kuat, maka tidak diragukan bahwa menyelamatkan ratusan ribu orang-orang malang dari serangkaian syubhat melalui aksi dakwah dan pengabdian iman luar biasa seperti yang ada di hadapan mata Anda semua di tengah situasi-situasi yang amat berat dan keras ini merupakan satu kebaikan yang akan menutupi dan memaafkan ribuan kelalaian.

Asas kedua;

Katakan kepada mereka bahwa saudara kami, Sa’id, setengah buta huruf tulisannya tidak bagus dan tidak bisa menulis cepat. Tidak heran jika beliau memiliki sejumlah kesalahan dan kelalaian, karena beliau dipaksa hidup seorang diri sejak duapuluh tahun slam. Beliau hidup terisolir dan tersendiri sepanjang waktu. Bahkan di bagian akhir “risalah Muhammad,” –yang tidak diberi catatan tambahan- yang beliau tulis selama duabelas jam saja selama tiga atau empat hari, beliau menyatakan, “Jika saya keliru dalam menjelaskan hadits-hadits dan para perawi, tolong dibenarkan.”

Meski beliau menyatakan demikian, namun tidak terlihat adanya satu pun kesalahan hingga saat ini –kecuali kesalahan para pengganda tulisan. Selain isyarat yang disampaikan seorang misionaris Amerika bahwa angka 16 berubah menjadi 61 dalam Injil Yohannes. Maksudnya perubahan posisi satu huruf, yang tadinya 16 menjadi 61.

Selain itu, sejumlah risalah ditulis dengan sangat cepat karena sejumlah sebab penting. Sebagian risalah-risalah penting ditulis dalam rentang waktu sepuluh menit, satu jam, atau enam jam saja. Bahkan risalah “mukjizat-mukjizat Al-Qur'an” –tanpa penjelasan tambahan- ditulis dalam rentang waktu duapuluh jam selama empat atau lima hari menurut kesaksian para penulis.[1] Maka wajar jika ada sejumlah kekeliruan di sana. Dan ini sama sekali bukan kelalaian. Di sisi lain, para penulis mungkin saja lupa, mengingat sebagian besar di antara mereka tidak pernah belajar bahasa Arab, sehingga

[1] Maksudnya murid-murid yang menulis melalui pendiktean beliau.



39. Page

bisa saja kekeliruan ini dikaitkan dengan sang penulis, karena beliau tidak membaca seluruh salinan dan tidak mungkin meralat seluruh salinan.

Mengingat saat ini ahlul ilmi dan para syaikh memasuki lingkup ini –lingkup Risalah-risalah An-Nur- maka bantuan untuk meralat merupakan hutang yang menjadi tanggungan mereka.

Asas ketiga;

Mungkin para penentang dan mereka yang kagum pada diri sendiri mengatakan, dan mereka benar-benar mengatakan, “Di dalam Risalah-risalah An-Nur terdapat banyak sekali alenia-alenia yang membicarakan tentang karamah dan hal-hal luar biasa yang dimiliki Risalah-risalah An-Nur serta sejauh mana nilainya yang begitu besar. Andaikan seseorang memperlihatkan keutamaan-keutamaan diri sendiri, tentu perbuatan seperti ini termasuk riya’, dan ini tidak dapat diterima.”

Jika mereka mengatakan seperti itu, katakan kepada mereka;

Berikut kesimpulan bantahan Sa’id terhadap sejumlah kritik pada pemeriksa di Ankara meski mereka mengakui keutamaan-keutamaan yang dimiliki Risalah-risalah An-Nur. Dan kesimpulan ini sekaligus mereka terima;

Sang penulis nan lemah dan tiada berdaya ini kala memerlukan ribuan pembantu dan penulis, juga memerlukan dorongan dan bantuan-bantuan resmi mengingat negeri ini dan dunia Islam secara umum sangat terkait erat dengan hakikat yang berusaha untuk tetap dijaga Risalah-risalah An-Nur serta sangat diperlukan, dimana hakikat ini ditentang oleh berbagai propaganda secara lalim dan semena-mena, di samping banyak sekali rencana-rencana lalim yang disusun untuk mematahkan kekuatan spiritual saudara-saudara penulis, maka tentu saja kami berkewajiban dan harus menjelaskan nilai dan karamah-karamah Risalah-risalah An-Nur untuk menghadapi segala tantangan ini.

Untuk itu, serangkaian kemuliaan ilahi dan pertolongan rabbani yang ditampakkan oleh seorang lemah tak berdaya di hadapan serangan materi ribuan orang-orang zalim dengan niat untuk menyelamatkan kawan-kawannya yang lemah agar tidak melarikan diri dari serangan-serangan itu, sama sekali bukan suatu kekurangan, tapi merupakan maslahat besar.

 

 

Sa’id An-Nursi

 

 

“Rangkaian risalah ini merupakan taman nan besar. Tak semua orang mengetahui seluruh permasalahan-permasalahan rangkaian risalah ini. Pun tiada mampu untuk memetik semua buahnya. Apa yang ia ketahui dari rangkaian risalah ini, itu sudah cukup sebagai sebuah keuntungan.

Ahlul ilmi mungkin dapat memetik manfaat dari bagian awal risalah ini, sementara kalangan umum dapat memetik paruh lainnya. Jangan sampai Anda tidak membaca rangkaian risalah ini sembari mengatakan, “Saya tidak memahami semuanya.” Tapi bacalah berulang kali!

 

 

Sa’id An-Nursi