AL-BAQARAH AYAT 1

29. Page

AL-BAQARAH

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحِيم

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

 

Surah pertama dari dua Surah yang Bersinar [1]

Jika engkau bertanya: Di dalam al-Qur'an yang penuh mukjizat dan ringkas terdapat banyak hal yang tampak sering diulang-ulang, seperti bismillâh (dengan Nama Allah, Yang Maha Pengasih Maha Penyayang), ayat ﴿فَبِأَيِّ آلاَء﴾ - “maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (55:13, 16, 18, dll), ayat ﴿وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ﴾  - “kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan!” (77:15, 19, 24, dll), dan cerita Nabi Musa. Bukankah pengulangan seperti itu membosankan dan bertentangan dengan balaghah?

Engkau akan dijawab: Tidak setiap sesuatu yang berkilau-kilau itu membakar. Ya, pengulangan kadang-kadang membosankan, tapi tidak selalu. Kadang-kadang pengulangan membosankan, dan terkadang disukai. Makanan manusia meliputi nutrisi dan buah-buahan. Semakin makanan nutrisi diulang-ulang, semakin besar kenikmatan yang dihasilkan, menambah kekuatan, dan tubuh menjadi terbiasa dengannya. Tapi, buah-buahan menimbulkan kebosanan saat diulang-ulang memakannya, dan baru dapat memberikan kenikmatan ketika diganti dengan sesuatu yang baru.

Demikian pula halnya, beberapa kata dan ucapan merupakan hakikat (haqîqah) dan makanan nutrisi; ia menguatkan pikiran dan memberi makan pada jiwa. Semakin ia diulang-ulang, semakin ia membaik dan menjadi lebih bersahabat, seperti sinar matahari. Kemudian, juga ada lainnya yang seperti buah-buahan dan hiasan; ia memberikan kenikmatan ketika bentuknya bervariasi dan tampilannya (lit. pakaian) berwarna-warni.

Setelah memahami hal ini, ketahuilah bahwa secara keseluruhan al-Qur'an merupakan makanan dan kekuatan untuk hati, pengulangannya tidak membosankan, bahkan memperbanyak (pengulangannya) justru menyenangkan. Demikian pula, di dalam al-Qur'an terdapat bagian yang merupakan spirit bagi makanan dan kekuatan tersebut; semakin ia diulang-ulang, ia semakin bersinar cemerlang,[2] memancarkan cahaya dan hakikat dari berbagai sisinya. Di antara bagian yang disebutkan tadi adalah, seperti بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحِيْم﴿ (“dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih Maha Penyayang”), yang merupakan prinsip penting, sumber kehidupan, dasar dan cahaya yang dibungkus jasad keabadian. Wahai nikmatilah itu, jika engkau memiliki rasa batin!

Tapi ini tergantung pada penerimaan atas pengulangan. Kisah Musa dapat diambil sebagai contoh: di setiap tempat (maqâm) [di mana ia ditemukan, ia diulang] demi salah satu aspeknya yang sesuai yang dicakupnya. Kisah Musa lebih penting ketimbang bagian-bagian dari tongkatnya; al-Qur'an mengambilnya dengan tangannya yang putih sebagai perak, lalu menuangkannya keluar sebagai emas sehingga para ahli sihir retorika bersujud di hadapan balaghahnya.

Demikian pula, dalam "bismillâh" terdapat berbagai sisi yang berbeda-beda: Sebagian mengekspresikan permohonan pertolongan dan keberkahan; sebagian lainnya menyorot topik [yang dibahas dalam surah tersebut], bahkan, tujuannya; sebagian lagi menunjukkan bahwa itu merupakan indeks [3] dari poin-poin inti al-Qur'an.


[1]Al-Zahrawayn (dua surah al-Qur'an yang bersinar) adalah surah al-Baqarah dan Alu Imran. Diriwayatkan dari Abu Umâmah al-Bâhili berkata: "Aku mendengar Rasulullah S.a.w bersabda: 'Bacalah al-Qur'an, sebab pada Hari Kiamat ia akan menjadi syafaat bagi orang bersangkutan. Bacalah dua surah yang bersinar (al-zahrawayn), yaitu al-Baqarah dan Surah Alu Imran, sebab keduanya pada Hari Kiamat seolah-olah awan, mendung, atau rombongan burung yang terbang di atas orang bersangkutan. Bacalah surah al-Baqarah, sebab mengambilnya adalah berkah, dan meningkatkan merupakan kerugian, dan penyihir perempuan tak bisa (orang yang membacanya)'." Hadits di Shahih Muslim 1/553, hadits nomer 804.

[2] Seperti minyak wangi, kalau diulang-ulang dipakai, akan semerbak. (T: 31)

[3] Maksudnya, semua topik al-Qur'an, tujuannya, dan indeksnya terdapat di dalam Bismillâh.




30. Page

Dalam "bismillâh" juga terkandung berbagai maqâm [tingkatan makna], seperti maqâm keesaan Tuhan (tawhîd), maqâm penyataan bahwa Allah bebas dari sifat manusia (tanzîh), maqâm pujian (tsanâ'), maqâm keagungan (jalâl) dan keindahan Tuhan (jamâl), serta maqâm amal kebajikan (ihsân), dan sebagainya.

"Bismillâh" juga memuat berbagai hukum yang mencakup: Misalnya, isyarat pada tauhid, kenabian, kebangkitan kembali, dan keadilan; maksud saya, empat tujuan [utama] al-Qur'an yang sudah masyhur. Kebanyakan surah [al-Qur'an hanya] memiliki salah satu dari keempatnya sebagai tujuan utamanya, sedangkan sisanya bersifat penyimpangan. Jadi mengapa salah satu aspek Bismillâh atau hukum atau maqam [tingkatan makna] darinya tidak mesti harus memiliki hubungan tertentu dengan spirit surah [yang bersangkutan], dan menjadi topik dari konteksnya itu, bahkan, menjadi indeks ringkas dari semua sisi dan maqamnya?


31. Page

Ayat 1

 

﴿ الم

Alif. lâm. mîm

 

 

﴿ الم - alif. lâm. mîm

Ketahuilah, terdapat “empat topik pembahasan” yang terkait dengan ini:

Pembahasan Pertama:

Kemukjizatan al-Qur'an muncul dari nafas ﴿ الم - alif. lâm. mîm, karena ia merupakan cahaya yang menjelma dari campuran kilau seluk-beluk kelembutan balâghah (kefasihan atau retorika). Topik ini memuat banyak poin subtil, tapi betapa pun halusnya masing-masing darinya, namun keseluruhan merupakan suatu fajar shadiq.

Pertama:  ﴿ الم  - alif. lâm. mîm bersama saudaranya [berupa seluruh huruf terputus-putus] lainnya pada awal beberapa surah, terdiri dari separuh huruf alfabet hijaiyah, yang merupakan elemen dasar dari semua kata-kata. Artinya, al-Qur'an menggunakan separuh dari dua puluh delapan huruf dan mengabaikan separuh sisanya. Renungkanlah!

Kedua: Separuh yang diambilnya lebih sering digunakan dari yang ditinggalkannya.

Ketiga: Dari huruf-huruf yang diambilnya, al-Qur'an mengulang-ulang yang paling mudah di lidah, seperti Alif dan Lâm.

Keempat: Al-Qur'an menyebutkan huruf terputus-putus (muqaththa'ât) itu pada awal dua puluh sembilan surah, yang sesuai dengan jumlah huruf alfabet hijaiyah.

Kelima: Separuh dari huruf-huruf yang diambil al-Qur'an itu memiliki pasangan sesuai karakternya,[1] seperti [huruf-huruf] yang tersembunyi tanpa suara (mahmûsah),[2] yang jelas suaranya (majhûrah),[3] yang ditekankan (syadîdah),[4] yang lembut (rakhwah),[5] dan huruf-huruf musta'liyah,[6]munhafidhah,[7] dan munfatihah,[8] serta huruf-huruf sisanya. Dari huruf yang tidak memiliki pasangan (awtâr), ada yang agak lebih 'berat' seperti bergetar (qalqalah),[9] dan lebih 'ringan,' seperti yang bercampur di lidah (dzallâqah).[10]

Keenam: Separuh dari huruf-huruf yang diambil itu termasuk yang memiliki karakter lebih lembut.


[1] Di antaranya adalah mahmûsah, yang hurufnya tergabung dalam (ستشحثك خصفه), separuhnya adalah ha', ha, shad, sin, dan kaf. Sisanya adalah majhûrah yang hurufnya tergabung dalam (لن يقطع أمر), syadîdah dengan delapan hurufnya yang tergabung dalam (أجدت طبقك), rakhwah dengan sepuluh hurufnya yang tergabung dalam (حمس على نصره), muthbiqah terdiri dari huruf shad, dhad, tha', dza' separuhnya. Sisanya lagi munfatihah. Lalu qalqalah, yaitu huruf-huruf yang bergetar ketika dikeluarkan, yang tergabung dalam (قد طبج). Kemudian musta'liyah, huruf-huruf yang suaranya menempel di bagian atas mulut, terdiri dari tujuh huruf: shad, tha', kha', ghayn, dhad, dla'. Berikutnya munhafidhah. Keterangan lengkap dapat dibaca di al-Kasysyaf 1/71, Tafsir al-Baydhawi 1/87, al-Nasafi 1/10, Tafsir Gharaib al-Qur'an wa Gharaib al-Furqan 1/133, dan al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an 3/27.

[2] Mahmûsah adalah bunyi yang lemah makhrajnya, yang ketika dituturkan, napas tidak terhalang keluar bersamanya. Terdiri dari huruf-huruf (سكت فحثه شخص). Lihat al-Dirasat al-Shawthiyyah 'inda 'Ulama al-Arabiyyah 61.

[3] Majhûrah adalah bunyi yang kuat, yang ketika dituturkan, napas terhalang keluar bersamanya. Hurufnya terdiri dari sisa huruf-huruf mahmûsah.

[4] Syadîdah adalah huruf yang mempunyai keterikatan kuat dengan makhrajnya sehingga bunyi yang akan dituturkan mengalami hambatan untuk keluar karena terdapat ketergantungan yang kuat terhadap makhraj. Hurufnya tergabung dalam (أجدتك قطب).

[5] Rakhwah adalah huruf yang tidak mempunyai keterikatan kuat dengan makhraj-nya sehingga bunyi tersebut meluncur dengan mudah ketika dituturkan karena lemahnya keterikatan dengan makhraj.

[6] Musta'liyah adalah huruf-huruf yang suaranya menempel di bagian atas mulut, terdiri dari tujuh huruf: tha', dla', shad, dhad, kha', dan qaf.

[7] Munhafidhah, huruf-huruf di luar musta'liyah, yang lemah ketika diucapkan hingga ke bagian bawah lidah.

[8] Munfatihah, semua huruf selain tha', dha', shad, dan dhad.

[9] Qalqalah adalah huruf-huruf yang bergetar ketika dikeluarkan, yang tergabung dalam (لم يروعنا).

[10] Mudahnya ucapan dengan huruf, terdiri dari enam huruf: fa', ba', mim, ra', lam, dan nun.




32. Page

Ketujuh: Dalam [menentukan] huruf terputus-putus itu, al-Qur'an memilih cara satu di antara 504 kemungkinan, dan inilah satu-satunya cara yang dapat mengurangi separuh huruf [alfabet] dengan karakter khususnya. Sebab, pembagian [ke dalam kelompok huruf yang berbeda-beda] itu saling terjalin, satu di dalam yang lain, dan sangat beragam. Setiap pembagian tersebut benar-benar unik dan menakjubkan.

Jadi, jika seseorang gagal untuk mengapresiasi cahaya kemukjizatan yang lahir dari pencampuran sinar-sinar tersebut, maka yang patut ia persalahkan hanyalah rasa batinnya (dzawq) sendiri.

 

Pembahasan Kedua:

Ketahuilah bahwa ﴿ الم - alif. lâm. mîm masing-masing seperti ketukan tongkat,[1] yang membangkitkan pendengar, dan mengingatkannya -- melalui keunikannya -- bahwa (ketukan) itu merupakan pertanda adanya sesuatu yang aneh dan luar biasa.

Topik ini juga terdiri dari sejumlah kelembutan (lathâif):

Pertama: Pemotongan huruf-huruf dan pengejaannya dengan [masing-masing] namanya merupakan isyarat bahwa apa yang dinyatakan adalah dari jenis yang sama seperti dirinya.[2]

Kedua: Pemotongan [huruf-huruf] ini merupakan isyarat bahwa apa yang dinyatakan itu satu nominal (wâhid i'tibarî) dan bukan susunan campuran (murakkab mazjî).[3]

Ketiga: Pengejaan huruf-huruf dengan memotong-motongnya merupakan indikasi bahwa [al-Qur'an] hendak memperlihatkan bahan penciptaan [artistiknya], sebagaimana memberikan pena dan kertas [sebagai bahan] bagi mereka yang ingin membantahnya melalui tulisan. Seolah-olah al-Qur'an mengatakan: "Hei kalian para pengklaim yang keras kepala, kalian [mengaku] jago berbicara! Bahan yang berada di depan kalian inilah yang aku pakai untuk melakukan apa yang aku buat ini. Silahkan kalian melakukan hal yang sama jika kalian bisa."

Keempat: Dengan sama sekali tanpa makna, pemotongan huruf-huruf itu menunjukkan bahwa lawan-lawan [al-Qur'an] telah dibiarkan tanpa bukti, sebab mereka berkata: "Kami tidak mengetahui fakta-fakta, cerita, dan tata cara hingga kami dapat menghadapimu." Maka tampillah al-Qur'an mengatakan: "Saya hanya ingin kalian membuat [sesuatu yang mirip dengan] susunan kefasihan (nadzm al-balâghah) [dari huruf-huruf], bahkan jika itu mesti hanya dibuat-buat."

Kelima: Menyebut huruf-huruf dengan namanya merupakan kebiasaan para ulama dan penulis.[4] Namun pihak yang mengucapkan pembicaraan ini dan mereka yang mendengarkannya buta huruf. Karena itu, mengingat karakternya, huruf-huruf tersebut [sengaja] dibuat dalam bentuk yang tak diduga-duga demikian untuk menunjukkan bahwa "pembicaraan ini bukan berasal darinya, tapi disampaikan kepadanya."

Keenam: Pengejaan huruf suku kata demi suku kata merupakan dasar dan prinsip [pelajaran] membaca dan menulis.[5] Dari sini dapat dipahami bahwa al-Qur'an membangun cara khas yang baru dan mendidik orang-orang yang buta huruf.


[1] Yakni, huruf-huruf peringatan, sebagai hujjah dan peringatan bagi kaum kafir bahwa al-Qur'an tak lain terdiri dari huruf-huruf ini, dan mereka sebetulnya mampu menguasanya dan mengetahui tata kefasihannya. Mestinya mereka harus mendatangkan semacam al-Qur'an. Karena mereka tidak mampu melakukannya, itu menunjukkan bahwa al-Qur'an berasal dari Allah, bukan dari manusia. Pendapat demikian diungkap al-Farra' seperti dimuat di Tafsir al-Qurthubi 1/155, al-Mubrad di Mafatih al-Ghayb 2/7, Quthrab di Ma'ani al-Zujaj 1/55, dipertegas al-Zamakhsyari di al-Kasysyaf 1/27, serta Ibnu Taymiyah dan al-Mazi di Tafsir Ibnu Katsir 1/42.

[2] Yakni al-Qur'an.

[3] Yakni, setiap kalimat dalam al-Qur'an dibenarkan oleh kalimat al-Qur'an lainnya meskipun bukan tersusun dengan yang lainnya dalam suatu susunan gabungan.

[4] Seperti ungkapan huruf (أ، ل) dengan alif lam. Ungkapan dengan menyebut nama-nama huruf demikian termasuk prinsip para ahli qiraat dan kitabah (penulisan) (T: 34).

[5] Yakni: mengeja huruf hijaiyah yang dilakukan para pemula dalam membaca. (T: 34)




33. Page

Orang yang tidak bisa melihat seni ukir tinggi dalam jalinan benang-benang ini -- meskipun diakui sebagiannya sangat mendalam -- pasti dia pemula dalam seni balaghah, sehingga harus mengikuti saran pakarnya!

 

Pembahasan Ketiga:

﴿ الم - alif. lâm. mîm menunjukkan puncak keringkasan (îjâz), yang merupakan hal kedua dari dua prinsip kemukjizatan [al-Qur'an].

Topik ini terdiri dari sejumlah poin lembut.

Pertama: ﴿ الم - alif. lâm. mîm mengindikasikan, mengisyaratkan, menyinggung, menyatakan, dan mengimplikasikan kias alegoris berturutan (al-qiyâs al-tamtsîlî al-mutasalsil) [dengan hasil akhir]: "Inilah kalam Allah yang azali, yang dibawa turun oleh malaikat Jibril kepada Muhammad S.a.w." Sebab, terkadang hukum-hukum yang ditetapkan di keseluruhan al-Qur'an diatur dalam satu surah panjang secara ringkas; dan terkadang surah panjang diwakili dalam satu surah pendek secara isyarat; dan terkadang surah pendek dimasukkan dalam satu ayat secara simbolis; dan terkadang satu ayat ditunjukkan dalam satu kalimat; dan terkadang satu kalimat diisyaratkan dalam satu kata; dan terkadang kata komprehensif tersebut dapat terlihat di huruf yang terputus-putus, seperti di Sîn Lâm Mîm. Demikian pula, keseluruhan al-Qur'an dapat terlihat di surah al-Baqarah; dan al-Baqarah di surah al-Fatihah; dan al-Fatihah di ﴿بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحِيم - bismillâh al-rahmân al-rahîm, dan ﴿بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحِيم - bismillâh al-rahmân al-rahîm dipahat atau diukir di "Bismillâh."[1] Hal yang sama berlaku juga untuk ﴾الم﴿ - alif. lâm. mîm.

Berdasarkan kias alegoris berturutan ini, dan sebagaimana ditunjukkan oleh [ayat] "Itulah Kitab [al-Qur'an]," maka dari ﴿ الم - alif. lâm. mîm terjelma [arti]: "Inilah kalam Allah yang azali, yang dibawa turun oleh malaikat Jibril kepada Muhammad S.a.w."

Kedua: Huruf terputus-putus merupakan kode ilahi yang Dia sampaikan kepada Rasul-Nya yang memiliki kuncinya, sementara pikiran manusia belum menjangkaunya.

Ketiga: ﴿ الم - alif. lâm. mîm menunjukkan betapa hebat kecerdasan orang yang diberi wahyu tersebut, karena baginya suatu simbol [yang tak jelas] sepertinya begitu eksplisit dan terungkap jelas.[2]

Keempat: Huruf terputus-putus ini menunjukkan bahwa nilai huruf-huruf itu tidak terletak pada maknanya saja, tetapi pada hubungan mutual alaminya, seperti hubungan di antara angka-angka. Ilmu tentang rahasia huruf ('ilm asrâr al-hurûf) [3] telah mengungkap hubungan ini.

Kelima: Secara khusus, dengan hurufnya yang diputus-putus, ﴿ الم - alif. lâm. mîm hendak menunjukkan tiga titik utama artikulasi suara (makhraj): tenggorokan, lidah, dan bibir. Dan pada gilirannya, isyarat ini menunjukkan bahwa otak harus dipaksa berpikir detil, tirai kasih sayang harus diretas, serta mendorong seseorang untuk mempelajari warna-warni menakjubkan dari ukiran penciptaan huruf.

Wahai orang yang melumuri tangannya dengan seni balaghah! Rakitlah beragam potongan poin lembut ini, dan tataplah itu sebagai satu keseluruhan, kemudian dengarkan ia berkata padamu, "Ini firman Allah!"


[1] Maksudnya, Bismillâh merupakan satu kata yang mengungkap perkataan kita Bismillâh al-Rahmân al-Rahîm. Tentang naht (pahat kata), lihat al-Isytiqaq karya Ibnu Duraid 159.

[2] Yakni: karena kecerdasannya yang sempurna dia memahami apa yang merupakan simbol, isyarat, dan perintah tersembunyi, seolah-olah begitu jelas baginya. (T: 35)

[3] Ilmu rahasia huruf adalah: "ilmu yang membahas tentang sifat-sifat khas huruf sebagai individu atau susunan huruf. Topik bahasannya huruf-huruf alfabet atau hijaiyah, dan materinya adalah kesesuaian dan susunan kata, sementara bentuknya adalah pembagiannya seperti apa dan bagaimana, penulisan bagian-bagian dan apa yang dihasilkan darinya, tujuannya adalah pembentukan sesuai dengan apa yang diinginkan, dan kedudukannya adalah mencapai hal-hal spiritual, falak, pedukunan..." Lihat Kasyf al-Dhunun 1/560.




34. Page

Pembahasan Keempat:

Ketika ﴿ الم - alif. lâm. mîm dan saudara sesamanya tampil dalam bentuk tersebut, seolah-olah ia berkata: "Kami adalah pemimpin, kami tidak meniru siapa pun dan kami tidak mengikuti seseorang. Gaya kami menawan, dan cara kami unik."

Topik pembahasan ini juga berisi sejumlah poin kelembutan.

Pertama: Sudah merupakan kebiasaan para orator dan pembicara fasih untuk selalu mematuhi pola tertentu, merangkai contoh-contoh, dan mengikuti jalur yang baik untuk dilalui. Tapi huruf-huruf [al-Qur'an] ini baru sama sekali, tak pernah sebelumnya tersentuh oleh manusia atau jin.

Kedua: Dari awal-awal pembukaan sampai potongan-potong akhirnya, al-Qur'an tetap seperti sebelumnya. Betapa pun besar alasan untuk meniru, kerinduan besar teman-teman padanya, serta keinginan musuh-musuhnya untuk menantangnya, al-Qur'an belum pernah ditiru, belum ada hal serupa yang pernah digarap. Jika engkau menginginkan buktinya, lihatlah jutaan buku berbahasa Arab! Adakah yang sama dengan al-Qur'an, atau bahkan mendekatinya? Tidak! Bahkan orang buta huruf bodoh pun akan berseru ketika membandingkan buku-buku itu dengannya: "Al-Qur'an bukan di level buku-buku itu!" Bisa jadi al-Qur'an berada di bawah itu semua, dan ini mustahil; atau berada di atasnya, dan demikian seharusnya. Demikian nasibnya dalam memahami begitu banyak kemukjizatannya.

Ketiga: Sudah menjadi ciri seni manusia yang pada awalnya muncul masih kasar dan memiliki kekurangan di banyak hal. Kering dari keindahan. Baru kemudian [hasil seninya] disempurnakan dan dibuat lebih baik. Sementara gaya Qur'an, begitu muncul langsung tampil anggun, segar, dan selalu muda, dan masih menantang pikiran manusia, yang terus menua -- melalui penggabungan ide-ide dan penjiplakan satu sama lain. Ia mengalahkan semuanya, dan memproklamirkan kemenangannya: "Itu merupakan seni ciptaan Sang Pencipta segala kekuasaan dan takdir."

Wahai orang yang mengendus angin sepoi-sepoi balaghah!

Tidakkah lebah pikiranmu dapat mengumpulkan madu dari bunga keempat topik pembahasan di atas: "Aku bersaksi bahwa ini adalah firman Allah!?"