NAVIGATION
209. Page
﴿وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْماءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلئِكَةِ فَقَالَ أنْبِؤُنِي بِأَسْماءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقينَ قالُوا سُبْحانَكَ لا عِلْمَ لَنا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمقَالَ يا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّموَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تَبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ﴾
(Wa 'allama Adam al-asmâ kullahâ tsumma 'aradlahum 'ala al-malâ'ika fa-qâla anbi'unî bi-asmâ'i hâ'ulâ'i in kuntum shâdiqîn * Qâlü subhânaka lâ 'ilma la-nâ illâ mâ 'allamtanâ innaka anta al-'alîm al-hakîm * Qâla yâ Adam anbi'hum bi-asmâ'ihim fa-lammâ anba'ahum bi-asmâ'ihim qâla a lam aqul la-kum inni a'lamu ghayb al-samâwât wa'l-ardl wa a'lamu mâ tubdûna wa mâ kuntum taktumûn?)
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!' * Mereka menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana'. * Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini'. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?'
Mukaddimah
Ketahuilah: Inilah mukjizat Nabi Adam yang menantang malaikat. Bahkan, itulah mukjizat spesies manusia terkait klaim kekhalifahannya. Sungguh, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah.
Dengan memperhatikan ayat, ﴾وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ﴿ ("dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata [Lauh Mahfudz]," (Qs. al-An'am [6]: 59), dan didukung oleh fakta bahwa al-Qur'an memberikan teks-teks dan bukti-bukti yang jelas, serta mengajarimu melalui tanda-tanda dan indikasi, saya mengerti dari tanda-tanda mengagumkan dan indikasi-indikasi[1] kemukjizatan Qur'an dalam kisah-kisah para nabi dan mukjizat mereka, bahwa itu [dimaksud] untuk mendorong manusia mencari jalan dan berusaha mencapai prestasi yang serupa. Seolah-olah dengan kisah ini, al-Qur'an menunjuk jari ke jalur utama dan hasil akhir upaya manusia mencapai kemajuan di masa depan, sebab masa depan dibangun di atas fondasi masa lalu, sementara masa lalu merupakan cermin masa depan. Seolah-olah al-Qur'an mengelus-elus punggung umat manusia untuk mendesak dan mendorongnya, dengan mengatakan: "Kerahkan diri secara maksimal [dan temukan] sarana untuk mencapai sebagian keajaiban ini!"
Tidakkah engkau mengetahui bahwa jam dan kapal merupakan hadiah pertama yang diberikan tangan mukjizat kepada manusia!
Jika engkau menghendaki, sekarang perhatikan ayat-ayat ini:
﴾وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا﴿
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya." (Qs. al-Baqarah [2]: 31)
﴾وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ﴿
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (Qs. al-Hadid [34]: 10)
﴾وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ﴿
[1] Jika engkau ragu tentang apa yang penulis temukan tentang seluk-beluk nadzam al-Qur'an, saya dapat mengatakan bahwa kami telah merujuk buku Ibnu al-Farid dengan penuh optimis, membukanya secara acak, dan bait-bait ini muncul: "Seakan dua malaikat pencatat telah hinggap di hatinya # menginspirasi dengan apa yang ada di halaman itu." (Habib)
210. Page
"Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya." (Qs. al-Hadid [34]: 12)
﴾اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَرَ ۖ فَانفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا﴿
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu. Lalu memancarlah darinya dua belas mata air." (Qs. al-Baqarah [2]: 60)
﴾وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي﴿
"Dan kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku." (Qs. al-Maidah [5]: 110)
Selanjutnya, perhatikan apa yang telah dihasilkan rangkaian pemikiran manusia, dan yang telah disimpulkan ribuan ilmu rasional, masing-masing -- dengan keistimewaan, sifat, dan nama -- [berhubungan dengan] salah satu spesies di antara spesies-spesies yang terdapat di alam semesta, sehingga umat manusia tampil mewujudkan manifestasi ayat:
﴾وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا﴿
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya.") (Qs. al-Baqarah [2]: 31)
Lalu, renungkan kereta api dan telegraf, serta keajaiban karya cipta lainnya yang dihasilkan oleh pemikiran manusia, melalui peleburan besi dan tempaan tembaga, sehingga manusia itu tampil mewujudkan manifestasi ayat:
﴾وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ﴿
"Dan Kami telah melunakkan besi untuknya") (Qs. al-Saba' [34]: 10), dan ini menjadi dasar industrinya.
Pikirkan juga tentang pesawat yang dieram dan ditetaskan oleh pemikiran manusia, yang mampu meringkas perjalanan satu bulan menjadi hanya satu hari, sehingga manusia tampil mewujudkan manifestasi ayat:
﴾غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ﴿
"Perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan pula." (Qs. al-Saba' [34]: 12)
Dan pikirkan kemajuan yang dicapai dalam penemuan peralatan yang diciptakan melalui usaha manusia, dan tongkat yang dipukulkan ke gurun gersang lalu darinya muncul mata air yang menyembur keluar, mengubah padang pasir menjadi kebun, sehingga hampir-hampir manusia mewujudkan manifestasi ayat:
﴾اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ﴿
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" (Qs. al-Baqarah [2]: 60).
Sekarang, renungkan keajaiban obat yang dihasilkan melalui eksperimen manusia, yang mulai berhasil menyembuhkan orang yang terlahir buta, penderita kusta, dan penyakit-penyakit kronis, dengan izin Allah; engkau akan melihat bahwa [di antara ayat-ayat tersebut di atas dan penemuan-penemuan ilmiah masa depan] terdapat korespondensi penuh, sehingga engkau benar mengatakan bahwa [mukjizat] merupakan kriteria dan ukuran [bagi penemuan-penemuan masa depan], dan bahwa mukjizat menunjuk ke [penemuan-penemuan masa depan] serta mendorong [manusia agar bekerja keras untuk mencapainya].
Demikian pula, perhatikan firman-Nya Ta'ala, seperti:
﴾يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلاَمًا﴿
“Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." (Qs. al-Anbiya' [21]: 69)
﴾لَوْلاَ أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ﴿
"Andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya." (12:24) Artinya, menurut salah satu riwayat, dia tidak melihat mimpi bahwa Ya'qub menggigit jarinya.
﴾إِنِّي لأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ﴿
"Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf." (Qs. Yusuf [12]: 94)
﴾يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ﴿
211. Page
"Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersamanya [Daud]." (Qs. Saba' [34]: 10)
﴾عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ﴿
"Kami telah diberi pengertian tentang suara burung." (Qs. al-Naml [27]: 16)
﴾أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ﴿
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." (Qs. al-Naml [27]: 40)
Selanjutnya, perhatikan penemuan-penemuan manusia mulai dari tingkatan api yang tidak membakar dan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar; penemuan sarana untuk menarik gambar dan suara dari jauh, serta menghadirkannya kepada Anda sebelum mata Anda berkedip; temuan mesin yang 'berbicara' [seperti radio dan televisi]; pemanfaatan beberapa spesies burung seperti merpati, dan sebagainya. Engkau pasti akan melihat kesesuaian dan harmoni di antara dua macam [keajaiban] ini, sehingga memang layak engkau mengatakan bahwa [ayat-ayat al-Qur'an] telah mengisyaratkan dan menyinggung [penemuan-penemuan masa depan].
Demikian pula, renungkan keistimewaan mukjizat terbesar [al-Qur'an], yang merupakan keistimewaan berbicara dan berpikir, yang merupakan keistimewaan manusia, dan itulah sastra dan balaghah. Lalu pikirkan tentang cara tertinggi melatih jiwa manusia, sarana paling lembut membersihkan hati nurani, cara terbaik menghiasi pemikiran manusia, dan metode terbaik memperluas hati: ini tidak lain semacam kesasteraan. Karena beberapa alasan yang tak diketahui, sastra merupakan ilmu yang paling luas, memiliki lingkup terluas, yang paling menembus dan efektif, dan yang paling dekat dengan hati manusia. Bahkan, itulah sultan ilmu. Renungkanlah!
[Seperti sebelumnya], ayat-ayat ini memiliki tiga aspek yang terkait dengan nadzam dan susunan katanya:
Adapun nadzam ayat [pertama] dalam kaitannya dengan ayat sebelumnya, dapat dilihat dari "empat aspek":
Pertama: Ketika al-Qur'an menjelaskan hikmah penciptaan manusia [sebagai khalifah] di ayat sebelumnya, tak lain itulah bagian pertama dari jawabannya, yang lebih bersifat umum [mencakup] semua orang, yang paling mudah dan paling meyakinkan, yang paling singkat dan padat. Kemudian, melalui ayat ini, ia memberikan penjelasan, jawaban rinci, yang memuaskan bagi orang awam maupun elit.
Kedua: Setelah membuat pernyataan eksplisit tentang kekhilafahan manusia di ayat sebelumnya, melalui ayat yang satu ini ia membuktikan klaim itu melalui mukjizat spesies manusia dalam menghadapi para malaikat.
Ketiga: Ayat sebelumnya telah menunjukkan keunggulan manusia atas malaikat, ayat ini menyatakan penyebab keunggulannya.
Keempat: Setelah mengisyaratkan melalui ayat sebelumnya tentang manusia yang menerima kekhilafahan tertinggi di bumi, melalui ayat ini ia menyindir kemajuan argumen untuk mendukungnya. Sebab, berdasarkan keragaman kemampuan manusia, keragaman cara di mana ia dapat memanfaatkan segala sesuatu, banyaknya pengetahuannya, yang meliput alam semesta dengan kelima indera lahiriah dan batiniahnya, terutama dengan hati nuraninya yang tak terbatas, maka manusia adalah naskah yang komprehensif [dunia], dan lokus dari semua manifestasi [nama ilahi]. Tidakkah engkau melihat bahwa, berbeda dari malaikat, manusia bisa menikmati rasa sesuatu seperti madu melalui dua cara atau bahkan lebih! Maka renungkanlah!
Nadzam frasa ayat-ayat, yang secara fitri alami begitu halus dan fasih:
Pertama [frasa ﴾وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْماءَ كُلَّهَا﴿ ("dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya,")] memverifikasi (tahqiq) makna [frasa terakhir dari ayat sebelumnya]: ﴾إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ﴿ ("sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,") dan menguraikan apa yang dikandungnya, serta menguraikan ketidakjelasannya.
Selain itu, [fungsi] tertinggi khalifah di bumi ialah menjalankan peraturan-Nya dan menerapkan hukum-Nya, yang tergantung pada pengetahuan sempurna.
212. Page
Demikian juga, arah pembicaraan di ayat sebelumnya menyiratkan [kata-kata yang tak tertulis] ini: "Maka Dia menciptakannya, memerintahkan keberadaannya, meniupkan roh-Nya ke dalam dirinya, dan membesarkannya, kemudian Dia mengajarinya nama-nama dan mempersiapkannya untuk kekhilafahan itu."
Kemudian, karena [Allah Ta'ala] telah memilih [Adam] atas para malaikat, mengistimewakannya [melalui pemberian] pengetahuan tentang nama-nama, [memberikan penjelasan] tentang masalah keunggulannya dan kelayakannya sebagai khilafah, konteksnya sebagai salah satu tantangan menuntut Dia memaparkan sesuatu kepada [malaikat] untuk mengetahui keberatan mereka.
Setelah menyadari tidak mampu, mereka mengakui hikmah-Nya Ta'ala dan merasa tenang. Maka, al-Qur'an pun mengatakan: ﴾ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ﴿ ("Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!'")
﴾قالوا﴿qalû (“mereka berkata”), yaitu, mereka menyatakan diri tidak bersalah atas egoisme Iblis yang telah didesas-desuskan dalam pertanyaan mereka.
Kemudian, setelah ketidak-mampuan mereka yang timbul dari kurangnya kemampuan komprehensif tampak jelas, konteksnya menuntut pernyataan kompetensi Adam, demi menyelesaikan tantangan. Jadi ia mengatakan: ﴾يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ﴿ ("Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.")
Kemudian, ketika rahasia hikmah telah ditampilkan dan dijelaskan kepada Adam, konteks (maqâm) mengharuskan adanya jawaban ringkas terdahulu, dan menjadikannya semacam konsekuensi dari penjelasan rinci ini. Maka [al-Qur'an] mengatakan: ﴾أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ﴿ ("Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?")
Ketahuilah, penggunaan bentuk percakapan [pada ayat ini] menyingkap dan mengisyaratkan bahwa egoisme iblis telah menyebar di kalangan para malaikat, dan bahwa keberatan dari satu kelompok [iblis] telah turut mempengaruhi pertanyaan mereka.
Nadzam bagian-bagian dari frasa:
Kalimat ﴾وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا﴿ - wa 'allama Adam al-asmâa kullahâ (“dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya”), yaitu: [Allah Yang Maha Tinggi] menggambarkan [Adam] dengan fitrah yang mengandung prinsip-prinsip dasar semua jenis pencapaian dan kesempurnaan, Dia menciptakannya dengan kesiapan yang ditanam di dalamnya benih semua kualitas tinggi, Dia memperlengkapinya dengan sepuluh indera dan dengan hati nurani yang akan mewujudkan semua makhluk di dalamnya. Dia mempersiapkannya [dengan memberinya] ketiga fakultas ini, sehingga Dia dapat mengajarkan hakekat segala sesuatu berikut seluruh ragamnya. Lalu Dia mengajarinya semua nama.
"الواو - waw (dan)" di dalamnya menyiratkan kalimat-kalimat yang 'digulung' di bawah keringkasannya, seperti telah disebutkan di atas.
﴾عَلَّمَ﴿ - 'allama (“Dia mengajarkan”) mengisyaratkan pujian terhadap pengetahuan, menunjukkan derajatnya yang tinggi, dan bahwa itu merupakan poros kekhilafahan tersebut.
Demikian pula, itu pertanda bahwa nama-nama [benda] itu merupakan taufik dari Allah.[1] Hal ini dikuatkan oleh adanya hubungan -- sebagian besar -- antara nama dan hal-hal yang dinamai.
Ini juga menunjukkan bahwa mukjizat merupakan perbuatan Allah tanpa perantara. Ini berbeda dari [klaim] para filosuf yang menganggap, "Keajaiban adalah perbuatan roh yang luar biasa."
﴾آدَمَ﴿ - Adam, yaitu: Sosok bumi yang kekhilafahannya dikehendaki oleh Allah Ta'ala dan yang diberi nama Adam oleh-Nya. Penyebutan nama secara spesifik [dimaksud] untuk menyambutnya, memproklamirkannya, dan menghadirkannya dengan sosoknya.
﴾الأَسْمَاءَ﴿ - al-asmâ' (“nama-nama”): Sifat, karakteristik, dan sebutan yang menunjukkan sesuatu. Atau [ribuan] bahasa [atau kata-kata dan istilah - lughât] yang digunakan anak-anak Adam.
[1] Lihat Mafatih al-Ghayb karya al-Razi 2/161, Irsyad al-'Aql al-Salim 1/87.
213. Page
Juga, sebagaimana ditunjukkan melalui kata ﴾عَرَضَهُمْ﴿ - 'aradlahum (“mengemukakan mereka”), itu menunjukkan bahwa nama-nama tersebut identik dengan apa yang mereka namakan, sebagaimana diklaim oleh kaum Sunni.[1]
﴾كُلَّهَا﴿ - kullahâ (“seluruhnya”) menegaskan tentang sumber perbedaan [Adam] dan poros kemukjizatan [nama]. [Artinya, manusia dapat memperoleh pengetahuan nama-nama secara lengkap, sementara pengetahuan malaikat bersifat parsial.]
Kalimat, ﴾ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ﴿ - tsumma 'aradlahum 'ala al-malâ'ika fa-qâla anbi'unî bi-asmâ'i hâ'ulâi in kuntum shâdiqin (“kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!'”):
﴾ثُمَّ﴿ - tsumma (“kemudian”) berdasarkan rahasia jarak waktu (tarâkhî) yang diindikasikan di sini, dan sesuai tuntutan konteksnya, ia menyisyaratkan [kalimat yang tak terkatakan]: "Dan [Allah] berfirman: Dia lebih mulia dari kalian dan lebih berhak mengemban khilafah."
﴾عَرَضَهُمْ﴿ - 'aradlahum (“mengemukakannya”), yakni menampilkan segala jenis benda dengan dihamparkan untuk dijual kepada peminatnya, seolah-olah menawarkan barang untuk dijual kepada pembeli, atau memperlihatkan barisan kepada komandan.
Di dalamnya terdapat isyarat bahwa segala makhluk yang ada ini merupakan harta benda yang dapat dibeli oleh orang cerdas dengan pengetahuan, yang dapat diambil dengan memberinya nama, dan dapat dimiliki dengan mewujudkan bentuknya.
[Kata imbuhan] "هم - hum (mereka)" digunakan untuk makhluk rasional laki-laki, sehingga menguraikan dua hal yang membuat makhluk lebih unggul dari orang lain (taghlib) [yaitu, maskulinitas dan akal], serta metafora (majaz) yang diisyaratkan oleh kata "عَرَض - 'aradla".[2] Sebab, terbayangkan bahwa [Allah] mengirimkan beragam kelompok makhluk yang berjalan baris demi baris di depan mata, dalam posisi mereka sebagai laki-laki berakal, yang datang kepada [para malaikat].
Adapun ﴾عَلَى﴿'ala (“kepada”) mengisyaratkan bahwa apa yang disajikan kepada [malaikat] adalah bentuk [sesuatu] yang tertulis di Lauh [Mahfudz] Tertinggi.
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Qs. al-Baqarah [2]: 32)[3]
[1] Syarh al-'Aqidah al-Thahawiyah 131, 'Umdat al-Qari 25/95.
[2] Sebab, terdapat keunggulan laki-laki atas perempuan, keunggulan orang berakal atas yang lainnya. Adapun metafora (majaz) terletak pada perujukan "hum" kepada beragam jenis benda mati. (T: 243)
[3] Dengan cara yang sama sekali di luar kehendak saya, ayat mulia ini terucap dari lidah saya di penutup kebanyakan "al-Kalimât" dan "al-Maktûbât" dari Risalah a-Nur. Kini, saya menyadari bahwa tafsir saya ini juga ditutup dengan ayat ini. Semua "al-Kalimât" tidak lain kecuali tafsir hakiki terhadap ayat mulia ini, dan aliran air jernih mengalir dari lautnya, yang kemudian di ujung perjalanan ditumpahkan [kembali] ke dalamnya, hingga seakan-akan setiap kalimat dari "al-Kalimât" dimulai dengan ayat mulia ini. Karena itu, sejak waktu itu [ketika tafsir ini ditulis], selama duapuluh tahun, saya belum menyelesaikan penafsiran ayat ini agar saya mungkin dapat memulai tafsir untuk jilid keduanya. (Penulis)
214. Page
Kesaksian-kesaksian ini dikutip dari koran "Sabîl al-Rasyâd"[1] edisi ke-170 yang memuat kesaksian para filosuf Barat tentang pengakuan mereka atas kebenaran al-Qur'an.
Keterangan ini telah dimuat di "al-Sîrah al-Dzâtiyyah (Otobiografi)" dan di dalam risalah bernama "Yanbû' al-Nûr" secara ringkas, dan di risalah "Mursyid al-Syabâb" selengkapnya.
"Sungguh menyesal, saya tidak bisa hidup semasa dengan engkau, wahai Muhammad"
"Saya telah membaca dengan teliti, penuh perhatian, dan mendalam, semua kitab samawi yang, konon, telah datang dari Tuhan (yang bertujuan) untuk mengatur manusia pada masa yang berlainan. Karena kitab-kitab tersebut telah diubah, saya tidak menemui hikmah dan kebenaran yang saya cari di dalamnya. Undang-undang yang terdapat padanya sangat jauh dari ciri-ciri yang bisa menjamin kebahagiaan manusia. Janganlah untuk seluruh masyarakat, untuk individu saja tidak. Tetapi al-Qur'an umat Muhammad tidak demikian.
Saya telah meneliti al-Qur'an dari setiap sisinya. Saya dapati bahwa pada setiap kalimatnya terdapat hikmah yang besar.
Jika musuh-musuh muslimin menuduh bahwa kitab ini adalah karangan Muhammad. Namun, tuduhan yang muncul dari perkara yang luar biasa dan dari otak yang paling sempurna memberi makna bahwa mereka telah menjadi alat kebencian dan niat jahat dengan cara menutup mata dari kebenaran. Ini juga tidak sejajar dengan ilmu dan hikmah.
Saya mengakui bahwa Muhammad adalah tokoh yang unggul. Sesungguhnya, sangat tidak mungkin ada tangan qudrat mendatangkan ciptaan seperti ini ke medan dunia ini untuk kedua kalinya!
Wahai Muhammad! Aku sangat sedih karena tidak dapat hidup sezaman denganmu!
Kitab yang engkau sebarkan ini bukanlah karanganmu, tapi ia bersifat ilahi. Bahkan mengingkari bahwa ia datang dari Tuhan adalah sesuatu yang tidak masuk akal sama seperti menyatakan kebatilan hakekat ilmu. Umat manusia telah pernah melihat seorang tokoh yang hebat sepertimu hanya sekali dan tidak akan melihatnya lagi. Karena itu, aku tunduk di hadapanmu dengan penuh penghormatan."
Prince Bismarck
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan di "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Agama yang paling bersih, paling benar, dan paling lurus, adalah Islam
Penulis, orientalis terkemuka, spesialitas sastra Arab, dan penerjemah al-Qur'an, Dr. Maurice Bucaile, berkata sebagai berikut:
"Suatu suara dari Jazirah Arab telah menyelamatkan kaum Nasrani Bizantium dari perpecahan keyakinan batil yang mereka alami. Suara itu keluar dari Gua Hira, sebuah suara yang mengangkat firman ilahi ke posisi tertinggi. Namun, bangsa Romawi belum bisa mendengarkan suara ini.
Suara itu mengajari manusia agama paling suci, paling benar, dan paling lurus. Betapa benar dan jujur apa yang dikatakan Gordon Frey Hisin, seorang peneliti terkemuka, tentang agama mulia ini:
[1] Koran Sabîl al-Rasyâd diterbitkan pada akhir kekuasaan Daulah Utsmaniyah di bawah asuhan Muhammad Akif Arshowi dan Asyraf Adib.
215. Page
Di dalam agama ini tidak ada air suci, hal-hal yang perlu dianggap memiliki berkah, patung-patung, orang kudus, atau akidah yang melihat iman terlepas dari amal saleh, atau perkataan-perkataan yang menyebut bahwa penyesalan bermanfaat saat sakaratul maut, atau penjelasan-penjelasan yang mengatakan bahwa doa orang lain akan menyelamatkan para pendosa. Sebab, keyakinan seperti ini akan mudah dianut orang-orang yang menerimanya, tapi kemudian akan membuat mereka menjadi tawanan kaum agamawan pembimbing."
Ringkasan keterangan ini dimuat di dalam "Yanbû' al-Nûr" dan di "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Setiap kali masa berlalu, semakin banyak terungkap rahasia tinggi al-Qur'an
Dr. Maurice juga berkata saat menjawab pertanyaan yang diajukan koran "Leopard France Roman" terhadap kritik-kritik "Salomon Reinach." Dia termasuk salah seorang penerjemah al-Qur'an ke dalam bahasa Perancis:
Apa itu al-Qur'an?
Al-Qur'an adalah mukjizat kefasihan dan kebalaghahan yang mengungguli seluruh kritik. Di antara keistimewaan al-Qur'an yang membuat lima juta kaum Muslim menegakkan kepala ialah sebagai berikut: Keberadaan al-Qur'an sebagai kitab wahyu yang paling sempurna dan paling menawan dilihat dari setiap maknanya yang dapat dipahami dengan sebaik-baiknya. Bahkan, kami dapat mengatakan lebih dari itu. Al-Qur'an adalah kitab samawi paling baik dan paling indah yang dianugerahkan qudrat azali kepada manusia sejak dari azali. Penjelasan-penjelasan al-Qur'an jauh lebih sempurna dari filsafat Yunani terkait kebahagiaan umat manusia.
Al-Qur'an, puji dan syukur, berasal dari Tuhan Pencipta bumi dan langit. Keagungan Tuhan Yang Maha Agung Maha Mulia -- yang menciptakan segala sesuatu, mengarahkan, dan membimbing segala sesuatu sesuatu arahan-Nya -- tampak di setiap kata-kata al-Qur'an. Dan al-Qur'an merupakan sastra dilihat dari orang yang berkecimpung di bidang sastra. Ia khazanah kata-kata bagi orang-orang yang spesialisasinya bahasa. Ia sumber inspirasi dan keindahan kata-kata bagi paar penyair. Lebih dari itu, kitab ini merupakan lautan luas pengetahuan dilihat dari hukum fiqih.
Tidak satu pun dari kitab wahyu yang mampu menandingi ayat-ayat al-Qur'an secara fair sejak masa Nabi Daud a.s hingga masa Jane Thalmus. Setiap kali pemahaman dan persepsi tentang hakekat kehidupan meningkat di kalangan kelompok elit, semakin tinggi pula perhatian dan keterkaitan mereka, serta bertambah penghormatan mereka padanya. Penghormatan kaum muslimin terhadap al-Qur'an terus-menerus meningkat. Para penulis dan pengarang Islam menghiasi buku-buku mereka dengan kutipan dari ayat-ayat al-Qur'an. Karya-karya tersebut diilhami dan diinspirasi oleh ayat-ayat. Setiap kali pencapaian ilmu dan pendidikan meningkat, mereka selalu menyandarkan pemikiran mereka pada al-Qur'an.
Kaum muslimin sangat mencintai Kitab mereka, dan menyucikannya dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Sementara kalangan lain yang dinugerahi kitab-kitab ilahi tidak memperhatikan kitab-kitab mereka, dan tidak menghormatinya.
Salah satu penyebab penghormatan kaum muslimin terhadap al-Qur'an ialah bahwa mereka merasa tidak membutuhkan pembimbing keagamaan yang lain selama al-Qur'an masih ada. Sebetulnya, keistimewaan al-Qur'an dari sisi kefasihan, kebalaghahan, dan keindahannya, telah membuat kaum muslimin merasa tidak perlu mencari balaghah yang lainnya. Takluknya para pembesar sastra dan para penyair besar di hadapan al-Qur'an merupakan kenyataan pasti. Keindahan al-Qur'an yang kecemerlangan, daya tarik, dan manifestasinya membaharu dari hari ke hari, serta rahasianya yang tersingkap semakin banyak setiap hari tanpa henti, semua itu telah memaksa kaum muslimin yang merupakan guru syiir dan prosa untuk tunduk di hadapan keagungan dan ketinggian gaya bahasanya.
216. Page
Kaum muslimin menganggap al-Qur'an sebagai khazanah yang tak ternilai harganya hingga Hari Kebangkitan. Mereka berbangga dengannya, dan mereka memang sangat berhak untuk itu. Mereka memisalkannya sebagai sungai yang dialiri kalimat-kalimat paling fasih dan makna-makna paling tinggi.
Seandainya tuan "Reinach" diberi kesempatan berhubungan dengan kaum muslimin terkait al-Qur'an, pasti dia akan melihat bahwa kaum muslimin yang mendapat cahaya dan terpelajar memperlihatkan penghormatan terbesar pada ayat-ayat al-Qur'an. Mereka mematuhi perintah-perintahnya mengenai akhlak dengan kepatuhan seutuhnya. Mereka berusaha terus-menerus dapat melaksanakan perintah tersebut. Hingga para generasi baru dan alumni sekolah-sekolah modern tak akan berani menyatakan satu kalimat pun yang bernada penghinaan terhadap al-Qur'an dan Islam. Sebab, al-Qur'an layak untuk itu karena dua atribut:
Pertama: Al-Qur'an yang berada di tangan manusia saat ini, itulah kitab sama yang diwahyukan kepada Muhammad. Sementara Injil dan Taurat sudah mengandung banyak syubhat di dalamnya.
Kedua: Kaum muslimin menganggap al-Qur'an sebagai pemelihara terkuat Bahasa Arab, dan sumber terkuat yang mengubah dasar-dasar keagamaan menjadi praktek amaliah.
Atas dasar ini, jika tuan Reinach sudi memperbaiki bukunya, dia telah memberikan pelayanan besar di khidmat kemanusiaan dalam mencerahkan manusia mengenai cara penerjemahan al-Qur'an, serta telah membantu menghancurkan batas-batas kepercayaan yang salah.
Dr. Maurice
Salah seorang dari empat puluh enam filosuf yang namanya disebutkan di dalam "Yanbû' al-Nûr" dan "Rasâil al-Nûr."
Keutamaan ayat-ayat yang berhubungan dengan dzat Allah Yang Maha Mulia Maha Agung, dan kesucian al-Qur'an yang kudus dari awal hingga akhirnya
Ketika membahas tentang al-Qur'an Mulia di dalam "Muhammad dan al-Qur'an Mulia, John Davenport berkata:
Dua ciri khas di antara sekian banyak keistimewaan al-Qur'an yang dianggap paling penting:
Pertama: Keunggulan dalam susunan ayat-ayat terkait dzat Allah Yang Maha Mulia Maha Agung, sebab al-Qur'an tidak pernah menyandarkan kelemahan manusia apa pun kepada Dzat Allah Yang Maha Mulia Maha Agung.
Kedua: Al-Qur'an dari awal hingga akhirnya bebas sama sekali pemikiran, kalimat, dan hikayat yang lepas dari balaghah, dan dari yang bertentangan dengan indahnya penciptaan. Sementara kekurangan ini terdapat di kitab kaum Nasrani, "Kitab Suci."
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Thomas Carlyle, tokoh masyhur Amerika, berkata:
"Jika Anda membaca al-Qur'an sekali saja dengan teliti dan cermat, Anda akan segera dengan cepat menemukan ciri khas dan keistimewaannya yang begitu tampak jelas. Anda akan mampu membedakan keindahan dan kebaikannya dengan keindahan dan kebaikan buku-buku sastra lainnya. Salah satu ciri khas al-Qur'an yang paling tampak jelas adalah orisinalitasnya. Menurut pandangan saya dan kepuasan saya, al-Qur'an dari awal hingga akhirnya dipenuhi dengan keikhlasan dan kebenaran. Dakwah yang disampaikan Muhammad kepada dunia adalah kebenaran dan hakekat."
217. Page
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Islam menolak reinkarnasi dan trinitas
Edward Gibbon, salah seorang sejarawan Inggris terkemuka, dalam bukunya "Kelemahan dan Kejatuhan Imperium Roma," berkata:
Negara-negara di antara Sungai Gangga[1] dan Samudera Atlantik mengakui dan menerima al-Qur’an sebagai kanun dasar, dan ruh bagi kehidupan konstitusi. Dalam pandangan al-Qur’an tidak ada perbedaan antara penguasa kuat tirani dengan orang miskin yang sengsara. Belum ada tandingan atas aturan-aturan seperti ini yang dibawa al-Qur'an, yang diadakannya di sekitar prinsip-prinsip dasar ini.
Al-Qur’an telah menetapkan prinsip yang demikian yang unik di dunia.
Prinsip-prinsip dasar al-Qur'an menolah trinitas dan reinkarnasi Tuhan, serta kemanunggalan wujud (wihdat al-wujud). Sebab, keyakinan yang menyerupai tasawuf ini mengajarkan manusia bahwa adanya tiga tuhan yang kuat, bahwa Almasih adalah anak tuhan. Ajaran ini tidak menenangkan kecuali bagi penganut Nasrani yang fanatik. Tapi, al-Qur'an bebas dari ajaran rumit, sulit dipahami, dan tak jelas seperti ini. Al-Qur'an adalah bukti terkuat keesaan Allah. Orang yang mempunyai iman dan keyakinan terhadap keesaan Allah tidak akan ragu-ragu menerima poin pandangan Islam. Bahkan, Islam adalah agama yang jauh lebih agung dari yang kita kira sekarang.
Edward Gibbon
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Yang menjelaskan dan mendefinisikan hak-hak Pencipta dan hak-hak makhluk dengan sebaik-baiknya adalah Islam
Prinsip-prinsip yang diajarkan al-Qur'an dan disampaikan oleh Nabi Muhammad S.a.w menyusun suatu majalah akhlak yang menarik. Tidak mungkin menyangkal prinsip-prinsip dasar al-Qur'an yang diajukan ke kemanusiaan ke berbagai negara, berupa keutamaan, kebajikan, dan pemberian, sebagaimana mustahil untuk mengingkari bahwa prinsip-prinsip itu membantu mendekatkan orang yang ingin dekat dengan Allah Yang Maha Agung.
Hanya al-Qur'an yang dapat secara sempurna menjelaskan hak-hak Sang Khalik dan makhluk-Nya. Bukan hanya kaum muslimin saja yang mengakui hal itu, tapi kaum Nasrani dan Yahudi juga mengakui hal tersebut.
Marmaduke
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Keseraian utuh antara al-Qur'an dan hukum alam
Tidak ada masalah yang ditemukan dan disingkap -- atau usaha keras untuk menemukan dan menyingkap -- melalui sarana penemuan modern atau melalui bantuan ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam. Bahkan tampak adanya keserasian utuh antara ajaran-ajaran al-Qur'an Mulia dengan hukum alam, sementara kita melihat adanya usaha keras untuk
[1] Di antara sungai terkenal di India, yang sangat disucikan oleh penganut Hindu. Hal itu karena sifat airnya yang dapat disimpan dalam jangka panjang tanpa rusak, karena adanya kandungan mineral tertentu di dalamnya.
218. Page
menyerasikan antara agama Nasrani dengan hukum alam. Al-Qur'an merupakan kitab yang berhak mendapatkan segala penghormatan.
Louzon
Ringkasan keterangan orientalis Sedio ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Al-Qur'an memuat semua prinsip dasar akhlak yang mulia dan terhormat, serta menjaga manusia dari segala jenis kesesatan
Al-Qur'an telah mengajarkan hak-hak Allah, dan telah secara gamblang mengajarkan apa yang bisa diharapkan oleh makhluk dari Sang Khalik, dan hubungan antara makhluk dengan Sang Khalik.
Al-Qur'an memuat semua prinsip dasar akhlak dan filsafat. Semua hal seperti kebaikan dan keburukan, baik dan jahat, kuiditas yang hakiki, dan sebagainya, telah diungkap dalam al-Qur'an. Seluruh prinsip dasar dari hikmah dan filsafat, serta prinsip-prinsip yang mengajarkan seperti keadilan dan persamaan, kebaikan dan keutamaan, semuanya terdapat di dalam al-Qur'an.
Al-Qur’an memimpin manusia ke jalan tengah dan keselamatan, melindungi dari kejahatan, menyelamatkannya dari kegelapan dan dari kelemahan akhlak, membimbing ke arah cahaya akhlak yang mulia, dan mengubah keburukannya menjadi kebaikan, sehingga berkembang dan meningkat.
Orientalis Sedio
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Al-Qur'an adalah suara Nabi yang mungkin didengar semua alam, dan menggemakan gaungnya
Tentang Desa, Sahara, Kota, dan Negara
Apakah al-Qur'an puisi? Bukan. Ia bukan syiir. Namun, ia teks sangat indah menakjubkan dalam balaghah maupun kefasihannya. Al-Qur'an memiliki gaya bahasa yang lebih tinggi dari puisi. Bersamaan dengan itu, al-Qur'an bukanlah karya sejarah, biografi, atau kumpulan puisi seperti pesan-pesan Nabi Isa a.s yang disabdakannya di atas gunung. Al-Qur'an juga tidak seperti wejangan Budha, atau buku logika, atau buku nasehat seperti yang disampaikan Plato ke masyarakat umum.
Al-Qur'an adalah suara seorang nabi, yang dapat didengarkan oleh seluruh dunia. Pantulan dari suara ini menggema di istana, gurun, kota dan negara. Agama yang disampaikan oleh suara ini menemukan penyiarnya pertama kali, kemudian mewujud dalam bentuk suatu kekuatan yang terus membaharu, tumbuh, dan berkembang. Berkat itu semua, ia menyinari Asia yang menyatu dengan cahaya Yunani, merobek kegelapan dahsyat Eropa. Peristiwa ini terjadi di masa ketika agama Nasrani hidup pada eranya yang gelap.
Dr. Johnson
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Hakekat Universal al-Qur'an
Al-Qur'an memaklumatkan hakekat besar "keimanan kepada keesaan Allah"
219. Page
Penulis buku Glosarium Arab-Inggris Dr. City Youngest mengatakan tentang al-Qur'an sebagai berikut:
Al-Qur'an adalah salah satu dari buku yang paling utama yang dapat diambil manfaatnya oleh manusia. Dalam al-Qur’an, perilaku dan sifat orang besar tampak dalam gambaran sangat jelas. Betapa benar pernyataan Carlyle: "Keagungan al-Qur’an terletak pada kebenarannya yang universal."
Menurut pendapat saya, kejujuran Muhammad, aktivitas, kegiatan, dan keikhlasannya dalam mencari hakekat kebenaran, serta tekadnya yang teguh, imannya yang tidak goyah, ketekunan dan ketabahannya dalam menyampaikan kebenaran azali bagi mereka yang tidak ingin mendengarnya, semua itu merupakan bukti yang meyakinkan bahwa Nabi pemberani, yang kokoh dan teguh sikapnya tersebut adalah penutup para nabi.
Al-Qur'an merupakan sistem menawan untuk keimanan dan akhlak, dan untuk prinsip-prinsip dasar yang memberikan kesuksesan hidayah dan kehidupan bagi manusia. Ia membangun dasar dari semua prinsip dasar tersebut, yaitu keimanan kepada Dzat Yang Maha Agung, yang di tangan qudrat-Nya digenggam seluruh takdir alam semesta.
Al-Qur'an mencapai puncak ketinggian balaghah dan keindahan. Ia mengumumkan hakekat besar, yaitu keimanan kepada keesaan Allah. Adapun maksudnya ialah menaati kehendak Tuhan sambil mengingatkan akibat mendurhakai perintah Allah. Maka ia menggunakan bahasa yang halus dan indah, bahasa yang memicu pemikiran manusia, dan jika perlu memuliakan Rasul Mulia, atau mendesaknya untuk bekerja, atau mengingatkan manusia tentang kondisi seluruh nabi dan akibat yang dialami umat mereka. Dia memanfaatkan tahap-tahap perkembangan manusia secara serius.
Kita melihat al-Qur'an berhasil menjadikan suku-suku yang bermusuhan satu sama lain dan unsur-unsur yang tidak saling peduli serta terus berkelahi, menjadi satu kesatuan, mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dengan pemikiran mereka beserta apa yang ada pada mereka. Karena itu, kita harus mengakui kesempurnaan balaghah al-Qur'an. Sebab, balaghah al-Qur'an ini telah membuat suku-suku biadab menjadi agama sipil yang beradab, dan menambahkan kekuatan baru ke sejarah dunia lama.
Al-Qur'an telah mengilhami manusia -- yang sangat jauh satu sama lain dari segi ruang dan waktu, dan berbeda satu sama lain dalam hal temuan pemikiran -- perasaan mendalam. Al-Qur'an berhasil mengubah perbedaan dan pertentangan menjadi kekaguman dan kebaikan. Maka karena itulah, al-Qur'an layak dianggap sebagai kitab terbaik yang berhak dikagumi dan diapresiasi.
Al-Qur'an dianggap sebagai subjek ilmiah yang paling penting dan paling berguna, layak diteliti dan dipelajari oleh para ilmuwan yang sibuk bekerja demi pembangunan manusia.
Dr. City Youngest
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Gaya bahasa al-Qur'an tak ada tandingannya dari segi keindahan dan balaghahnya, dan al-Qur'an sendiri merupakan mukjizat yang menawan
Kritikus unik dan penerjemah al-Qur'an, Corselle, mengatakan:
Tak diragukan lagi bahwa al-Qur'an merupakan kitab paling sempurna dan paling baik dalam Bahasa Arab. Pena manusia tidak akan bisa menulis kitab penuh mukjizat ini, sebagaimana diyakini kaum muslimin. Al-Quran itu sendiri adalah mukjizat abadi, mukjizat yang lebih tinggi dan lebih hebat dari mukjizat menghidupkan orang mati. Kitab suci itu sendiri cukup menjadi bukti bahwa ia adalah kitab yang sumbernya dari langit. Muhammad adalah guru yang membawa mukjizat ini, yang menyatakan diri sebagai nabi.
Al-Qur'an menentang para penyair dan ahli pidato yang menyinari padang pasir kosong dan tandus Jazirah Arab untuk mendatangkan satu ayat saja yang serupa dengannya, tapi mereka tidak mampu
220. Page
menghadapi tantangan ini. Saya ingin menyebut satu contoh saja untuk memperlihatkan bahwa semua pembesar menundukkan kepala mereka di hadapan balaghah al-Qur'an:
Pemuka para penyair pada masa Muhammad adalah Labid. Dia termasuk penyusun tujuh syair yang digantungkan di Ka'bah. Labid, penyembah patung kala itu, harus tunduk dan dipermalukan di hadapan balaghah al-Qur'an. Dia mengakui balaghah al-Qur'an karena keindahan kata-katanya yang menawan. Labid merasa takjub dengan balaghah al-Qur'an, sehingga dia masuk Islam. Katanya, "Belum pernah didengar yang seperti al-Qur'an ini, kecuali ia pasti berasal dari lidah seorang nabi."
Bahasa al-Qur'an memang sangat fasih dan penuh balaghah. Sebagian besar ayat yang mengungkap keagungan Allah al-Haqq Ta'ala, keagungan-Nya dan sifat kebesaran-Nya memiliki keindahan yang tiada tandingannya.
Meskipun saya telah berusaha untuk menerjemahkannya dengan hati-hati dan cermat, pasti para pembaca akan melihat bahwa saya tidak mampu menerjemahkan al-Qur'an yang sesuai dengan maknanya yang asli dan yang sebenarnya. Meski terjemahan saya terbatas, pembaca bisa membaca banyak ayat menawan yang telah saya sebutkan itu dari terjemahan ini.
Corselle
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Al-Qur'an merupakan kelembutan ilahi bagi manusia,
Dan al-Qur'an membentuk negara-negara kuat dan besar
Rodwell, salah seorang pendeta Inggris yang sangat fanatik dan ekstrem, yang menyusun dan menerjemahkan ayat-ayat al-Qur'an menurut urutan turunnya, mengakui kebenaran berikut:
Al-Qur'an telah mengubah Arab Badui yang sederhana di Jazirah Arab dengan cara yang akan Anda anggap mereka seolah-olah tersihir. Meskipun kami telah mengatakan bahwa al-Qur'an bukan kitab wahyu sebagaimana yang dipikirkan kaum Nasrani, ia telah menjadi suatu kelembutan ilahi dan nikmat rabbani bagi bangsa Arab seluruhnya. Ia menghancurkan penyembahan berhala dan patung, membangun akidah keesaan Tuhan, menghapus penyembahan setan, peri, dan batu, serta melenyapkan tradisi biadab seperti mengubur anak perempuan hidup-hidup, juga menghapus semua khurafat, dan menetapkan batasan jelas untuk poligami.
Al-Qur'an menyucikan Dzat Agung dengan menyebutnya Tuhan Yang Maha Kuasa Mutlak yang menciptakan alam semesta seluruhnya, dan yang mengetahui segala yang tersembunyi atau yang tampak. Karena itu, al-Qur'an berhak mendapat pujian seutuhnya. Keimanan al-Qur'an terhadap Allah Yang Maha Esa dan Tunggal tidak tergoyahkan.
Meskipun penjelasan al-Qur'an ringkas dan singkat, ia menyampaikan keterangannya dengan kata-kata yang menjangkau kedalaman hakekat dan hikmah. Al-Qur'an memastikan bahwa ia memuat prinsip-prinsip dasar yang mampu mengadakan negara dan pemerintahan yang kuat dan sukses, meskipun tidak abadi.
Berkat prinsip-prinsip dasar al-Qur'an, penduduk Jazirah (Arab) yang kosong dan sepi, yang saling berlomba dalam kemiskinan, kepapaan, kemalangan, bersama kebodohan mereka, semua rela dan penuh semangat menerima agama baru. Mereka mendirikan negara-negara dan membangun kota-kota. Pada hakekatnya, berkat kehebatan kaum muslimin, kota-kota seperti Fustat, Baghdad, Cordova, dan Delhi, mencapai kebesaran yang menakutkan, yang mengguncang Eropa yang Nasrani seluruhnya.
Rodwell
221. Page
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Agama Islam adalah tiang dunia. Ia mengandung prinsip-prinsip dasar yang atasnya terpusat alam peradaban
Gaston Carr, seorang orientalis Perancis, menulis artikel di koran Le Figaro pada tahun 1913 tentang pertanyaan, adakah kemungkinan menjaga perdamaian di muka bumi jika Islam dihapuskan darinya ataukah tidak? Makalahnya diterjemahkan kala itu dan dimuat di koran-koran Timur.
Orientalis ini mengatakan:
Agama Islam yang merupakan agama ratusan juta orang merupakan tiang dunia seperti diyakini oleh penganutnya semua. Al-Qur'an yang merupakan sumber dari agama rasional ini dan hukumnya memuat prinsip-prinsip dasar yang di atasnya terpusat alam peradaban. Bahkan, dapat kami katakan bahwa peradaban dan kemajuan terbentuk dari gabungan prinsip-prinsip dasar yang berkembang dari Islam. Pada hakekatnya, agama mulia ini menyediakan bagi Eropa sumber-sumber penting paling kuat bagi kemajuan peradaban dunia. Meskipun kita tidak mengakui keutamaan Islam ini dan tidak perlu mensyukurinya, namun tak disangkal lagi memang begitulah yang sebenarnya.
Selanjutnya, penulis Perancis ini membuka pembahasan peran al-Qur'an dalam menjaga kedamaian umum: Apakah mungkin perdamaian akan berlanjut jika Islam dihapuskan dari muka bumi dan tak tertinggal seorang muslim pun? Tidak. Itu tidak mungkin.
Gaston Carr
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Al-Qur'an mengungguli seluruh kitab agama
Ilmuwan dan orientalis Jerman Jochahim Du Rulph mengatakan ketika membahas perhatian al-Qur'an terhadap kesehatan manusia:
Saya ingin berbicara salah satu sisi Islam yang belum pernah dilirik oleh salah seorang pun penulis Eropa hingga sekarang, yaitu perintah-perintahnya yang muncul untuk menjaga kesehatan. Pertama-tama perlu diakui, al-Qur'an mengungguli semua kitab agama dalam hal ini.
Jika kita merperhatikan secara cermat apa yang dijelaskan al-Qur'an berupa kaedah-kaedah yang sederhana secara lahiriah namun menarik dan menyehatkan, pada hakekatnya kita akan melihat bahwa sebagian penjuru dunia -- khususnya Asia dengan kerumunan besar serangganya -- bisa selamat dari ancaman bahaya signifikan berkat Kitab Suci ini. Islam melenyapkan sebagian besar mikroba yang merusak dengan mewajibkan pengikutnya untuk menjaga kebersihan dan bersuci.
Jochahim Du Rulph
Ringkasan keterangan ini dimuat di Risalah "Yanbû' al-Nûr" dan "al-Sîrah al-Dzâtiyyah."
Ensiklopedia ilmiah Inggris, yang beredar dengan nama The Chambers Encyclopedia, berbicara tentang Islam sebagai berikut:
Ayat-ayat al-Qur'an diukir pada karya cipta Islam yang menawan seperti kalung emas
Ayat-ayat al-Qur'an yang menyinari perangai Nabi Islam begitu menawan dan sangat berpengaruh. Bagian ini -- sejumlah ayat -- menerangkan prinsip-prinsip dasar akhlak dalam Islam. Namun, prinsip-
222. Page
prinsip tersebut tidak terbatas di satu atau dua surat saja, tapi ayat-ayat ini diukir pada karya cipta Islam yang menawan seperti kalung emas.
Al-Qur'an menyatakan buruk, dengan caya yang keras, semua sifat mulai dari sikap berlebihan, bohong, kikir, berfoya-foya, kejahatan, khianat, dan ghibah. Al-Qur'an menganggap semua ini sebagai keburukan pada dirinya.
Di sisi lain, al-Qur'an menjelaskan dan menampilkan niat baik, kebajikan, kebaikan, kasih sayang, malu, toleransi, sabar, tahan uji, sederhana, jujur, istiqamah, cinta damai, keadilan, tawakal, bergantung pada Allah, dan lebih dari semua menaati-Nya, sebagai dasar hakiki bagi keimanan dan sifat yang baik bagi mukmin hakiki dalam pandangan Islam.
Dia tokoh keempat puluh tujuh yang namanya disebutkan di "Yanbû' al-Nûr" dan "Rasâil al-Nûr."
Rasul Mulia, Porte Kesadaran dan Pemikiran
Dr. Edward Monte mengatakan di halaman 17 dan 18 dari bukunya, "Penyebaran Kristen dan Musuhnya Kaum Muslimin":
Jika kita dapat memperluas pengertian aliran rasional -- yakni rasionalisme -- dan makna pentingnya dalam sejarah, kita bisa mengatakan bahwa Islam adalah agama akal. Mazhab yang menilai akidah agama dengan timbangan akal dan logika tak akan ragu-ragu menerima bahwa rasionalisme sama sekali sejalan dengan agama Islam.
Tak dipertentangkan bahwa Rasul Islam adalah potret kesadaran dan pemikiran, bahwa kepalanya memancarkan cahaya keimanan dan keyakinan sempurna. Maka dia menggerakkan masyarakat pada masanya dengan kesadaran dan pemikiran itu sendiri, dan dia menyiapkan mereka dengan sifat ini.
Muhammad mengemukakan perbaikan-perbaikan -- yang ingin dilaksanakannya dengan sukses -- sebagai wahyu ilahi. Inilah wahyu ilahi, dan agama Muhammad sangat sesuai dengan ilham-ilham kaedah rasional. Maka dapat disimpulkan akidah Islam yang mendasar sebagai diyakini kaum muslimin sebagai berikut: "Allah itu satu, dan Muhammad rasul-Nya."
Pada hakekatnya, jika kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar Islam dengan tenang, cermat dan mendalam, kita akan melihat bahwa ia berakhir pada keyakinan mengenai keesaan Allah dan kerasulan Muhammad, kemudian mengenai kebangkitan kembali. Dasar-dasar akidah yang pada dasarnya merupakan dasar Islam ini dianggap oleh kaum muslimin penganut agama bersandarkan akal dan logika. Inilah ringkasan akidah al-Qur'an.
Kekuatan penopang yang membuat penyebaran Islam dan keunggulannya berlanjut terus tanpa henti ialah kesucian, ketulusan, dan kesederhanaan, yang terdapat dalam gaya bahasa al-Qur'an. Karena itulah, prinsip-prinsip dasar suci yang disampaikan Rasul Islam berkembang secara luas mendunia. Sumber ilham kaum muslimin, tempat mereka bersandar yang paling kuat dan paling kokoh adalah al-Qur'an.
Kitab yang menjelaskan dengan lidah suci, yang memuaskan, dengan kalimat-kalimat dan ungkapan yang mustahil diungguli kitab wahyu lainnya, adalah al-Qur'an.
Dan agama yang memiliki kesempurnaan dan rahasia sebatas ini, dan yang berada di hadapan pembahasan dan studi manusia, tak diragukan lagi memiliki kemampuan mukjizat yang menarik perhatian manusia, dan tak diragukan lagi bahwa Islam-lah yang memiliki kemampuan ini.
Dr. Edward Monte
223. Page
Bagian dari pembelaan yang disampaikan oleh Ali al-Qadar, salah seorang siswa Thullab al-Nur di Pengadilan terhadap penyitaan Risalah al-Nur di beberapa kota secara zalim, tanpa hak dan keadilan. Risalah al-Nur ini sudah lebih dari sekali memenangkan tuduhan tak bersalah di pengadilan.
Kami melihat perlunya pembelaan ini ditambahkan di sini sebagai pujian.
Kepada yang mulia hakim Pengadilan Pidana "Diyarbakir"[1]:
Saya sangat senang bisa tampil di hadapan pengadilan Anda yang adil. Pengadilan yang adil merupakan manifestasi dari Tuhan "al-Haqq (Yang Maha Benar)" dan "al-'Adl (Yang Maha Adil)" sebagai bagian dari nama-nama Tuhan Pencipta alam semesta, meskipun banyak nama-nama Tuhan lainnya. Betapa mulianya kursi hakim yang mulia, yang memerintah atas nama al-Haqq, dalam pengadilannya menurut ukuran Tuhan Yang Maha Adil Mutlak, dan yang mewakili Keadilan Islam yang nyata. Betapa agungnya! Pengadilan yang adil, yang memaksa orang-orang zalim patuh di hadapannya, yang memaksa orang-orang jahat mematuhi kebenaran, sungguh layak untuk diberi penghormatan yang tinggi.
Pengadilan merupakan tempat bersandar orang-orang tertindas, yang hak mereka dilanggar, yang kehormatan mereka diinjak-injak, tempat kaum miskin mengeluhkan kondisi mereka, mengadu di hadapannya, sehingga kebenaran dikembalikan ke posisinya yang benar di dunia yang fana ini. Betapa mulia kursi tersebut, yang merupakan tempat berlindung orang-orang tertindas, sekaligus tempat para penindas merugi dan hancur!
Dan pengadilan yang di hadiratnya berkumpul orang-orang yang benar dan yang salah, bukanlah tempat mengirimkan rasa takut. Bahkan, pengadilan selayaknya memberikan rasa cinta dan rasa hormat. Tempat ini, yang di depannya sama antara sultan, ahli ibadah, orang elit dan awam, lebih agung dari kesultanan. Terutama pengadilan Islam, yang mengajarkan keadilan kepada manusia di seluruh dunia sepanjang zaman, yang mencerminkan cahaya keadilan dengan kekuatannya di atas kertas hitam bagi manusia-manusia miskin. Pengadilan Islam berbeda dari pengadilan inkuisisi bagi seluruh kaum. Sejarah keadilan dan pengadilan kita telah mencatat dan menyaksikan ribuan contohnya.
Secara keseluruhan, dengan bangga saya ingin memperkenalkan di hadapan pengadilan yang adil dan diberkati ini apa yang dikatakan pelancong dan sejarawan Islam terkenal Aulia' Syalabi di dalam bukunya "al-Rihlat," di mana dia mengatakan:
Pengadilan berlangsung antara Yang Mulia Sultan Muhammad al-Fatih dengan seorang arsitek di hadapan hakim pertama Istanbul, Khidir Bek Celebi, sebagai berikut:
Sultan al-Fatih menyerahkan dua kolom marmer kepada arsitek Rumi untuk digunakan membuat sebuah monumen besar. Namun sang arsitek memendekkan kolom sebanyak tiga hasta, yang bertentangan dengan kehendak Sultan. Maka Sultan memerintahkan untuk memotong tangan sang arsitek Rumi sebagai hukuman atasnya. Perintah pun dilaksanakan. Si arsitek lalu mengajukan gugatan ke pengadilan. Ketika Yang Mulia Sultan dibawa masuk ke pengadilan, ia ingin langsung duduk di hadapan dewan. Tiba-tiba hakim memberitahu: "Saudara, jangan duduk. Anda akan diadili bersama lawan Anda, maka Anda harus tetap berdiri seperti dia."
Selanjutnya, Khidir Bek Celebi memberitahu Yang Mulia Sultan tertuduh bahwa dia juga dikenakan hukuman qisas, dan tangannya akan dipotong karena dia telah memotong tangan secara tidak adil. Tapi, karena si arsitek tidak menuntut hukuman qisas, hakim menghukumnya untuk membayar sepuluh lira emas setiap hari kepada sang arsitek sebagai kompensasi. Sultan al-Fatih malah menambah nilai kompensasi itu sebesar dua puluh lira emas karena lolos dari hukum qisas.
[1] Kota terbesar di tenggara Turki, terletak di sisi sungai Tigris.
224. Page
Contoh ini -- sebagai salah satu dari sekian banyak contoh indah yang menyaksikan keadilan pengadilan Islam -- memberi saksi bahwa raja terbesar sekalipun sama bagi kita dengan orang paling tak berdaya di hadapan pengadilan.
Inilah saya, hari ini, berdiri di hadapan pengadilan yang mewakili posisi hakim muslim terkenal seperti Khidir Bek Celebi, yang menjadikan keadilan Qur'ani sebagai sistem baginya. Inilah yang membuat saya senang, yang memenuhi hati saya dengan perasaan tenang.
Rahasia dari keutamaan dan kemuliaan yang dicapai nenek moyang kita yang pahlawan ialah rasa takut kepada Allah telah menetap di hati mereka. Cahaya al-Qur'an dan limpahannya yang tak terhingga mengalir di jiwa mereka. Mereka selalu terikat erat dengan hakekat suci, tanpa pernah terputus.
Saudara-saudara telah menggiring saya ke pengadilan di negeri ini, yang kita wariskan dari nenek moyang kita, yang masih membekaskan jejak darah suci yang mereka tumpahkan demi Allah dan demi al-Qur'an, dan di negari ini, di mana nenek moyang kita mengorbankan jiwa mereka yang mahal dan mulia demi menjaganya -- dengan tuduhan saya melakukan khidmat hakekat suci al-Quran, membaca tafsir al-Qur'an, dan memilikinya di rumah saya.
Ya, persidangan ini adalah sidang terhadap Risalah al-Nur ketimbang sidang terhadap saya sebagai pribadi. Sementara itu, Risalah al-Nur bersumber dari hakekat samawi al-Qur'an yang bayannya penuh mukjizat. Karena itu, nilai karangan-karangan yang tinggi [di dalam Risalah al-Nur] ini kembali langsung kepada al-Qur'an. Berarti, pengadilan ini adalah pengadilan terhadap al-Qur'an!
Firman Allah, yang merupakan kitab ahli tauhid, dengan semua ayatnya yang jelas, mengumumkan keesaan dan ketunggalan Sang Pencipta alam semesta. Dan al-Qur'an dengan kemukjizatannya yang mengherankan orang-orang berakal, dengan kebalaghahan dan kefasihannya, dengan gaya bahasanya yang jauh melintasi batas, dengan penjelasannya yang halus, dengan keunikan dan keuniversalannya yang tak terbatas, cukup sepenuhnya untuk memenuhi semua kebutuhan jin dan manusia sampai hari kiamat. Al-Qur'an adalah pembimbing menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia berbicara dengan seluruh lapisan umat manusia di sepanjang masa. Karena itu, ia memerlukan para ulama khusus yang mengajarkan apa yang diridhai Tuhan Pencipta alam semesta kepada hamba-hamba-Nya, yang menafsirkan ayat-ayatnya dan menerangkannya. Itu sebabnya, ribuan ulama peneliti di sepanjang masa telah menulis ratusan ribu tafsir al-Qur'an, sehingga mereka dapat menyinari segala masa dan peran, dengan cahaya dan terang al-Qur'an.
Dan Risalah al-Nur merupakan tafsir suci yang berbicara dengan pikiran masa kini. Ia muncul di masa sekarang ini dengan membawa limpahan al-Qur'an yang sesuai dengan kesempurnaan umat manusia, yang menyatakan bahwa hakekat penuh mukjizat yang ditunjukkan al-Qur'an konsisten dengan kesempurnaan tersebut.
Al-Qur'an mengumumkan tauhid ilahi, sedangkan Risalah al-Nur menjelaskan ayat-ayat yang menunjukkan keimanan kepada Allah dan mengajarkan hakekat keimanan. Dan inilah subjek nyata persidangan.
Siswa Thullab al-Nur telah digiring ke banyak pengadilan sejak tiga puluh tahun lalu karena provokasi dan hasutan dari musuh-musuh agama yang tersembunyi di balik topeng, orang-orang komunis, dan kaum Freemason. Pengadilan-pengadilan yang adil telah meneliti dengan cermat tuduhan-tuduhan yang dibuat musuh-musuh agama dan musuh-musuh al-Qur'an yang bersembunyi dan pengecut itu, serta menetapkan hukuman pembebasan lebih dari sekali, dengan mengatakan: "Tidak ada kesalahan atau pelanggaran apa pun, dan buku-buku itu adalah buku yang berguna." Pengadilan banding meratifikasi keputusan bersalah dari tiga kali pengadilan. Namun, meskipun hukum sudah ditegakkan, musuh-musuh agama yang pengecut itu memperbarui kegiatan mereka untuk terus membawa negeri ini ke ateisme umum. Mereka selalu berkhianat dengan menduduki lingkaran peradilan dan pengadilan untuk merusak ketenteraman dan keamanan negeri ini, yang sangat membutuhkan keduanya.
Tafsir suci yang ditinggalkan oleh para ulama leluhur kita yang saleh seperti saya jelaskan secara lisan sebelumnya terdiri dari dua bagian: satu bagian darinya terkait dengan hukum, dan bagian lainnya menafsirkan dan menjelaskan hakekat keimanan dan hikmah ayat-ayat al-Qur'an. Dan tafsir para ulama
225. Page
saleh leluhur kita banyak jenisnya, terutama karya ulama terhormat seperti al-Ghauts al-A'dham, Syaikh al-Jailani, Imam al-Ghazali, Muhyiddin Ibnu Arabi, dan Imam al-Rabbani. Semuanya termasuk jenis tafsir ini, terutama al-Matsnawi al-Syarif karya Maulana Jalal al-Din al-Rumi, merupakan tafsir maknawi dari jenis ini. Demikian pula Risalah al-Nur, merupakan tafsir mulia yang berbeda dan unik, yang termasuk dari jenis tafsir ini.
Karena jenis tafsir ini dipertukarkan di antara manusia dan tidak satu pun yang menghadapi masalah, maka tentunya Risalah al-Nur mestinya tidak perlu menghadapi masalah pula. Orang-orang yang mempermasalahkannya tak lain melakukannya hanya karena permusuhan mereka terhadap al-Qur'an dan kakek-nenek kita.
Risalah al-Nur menafsirkan rukun iman dan ayat-ayat al-Qur'an. Ia menjelaskannya dengan cara yang tidak bisa dipungkiri oleh seorang penolak atau ateis. Ia menunjukkan bukti konklusif matematis, meminta mata untuk melihat, mengenyangkan pikiran, dan mengisahkan kelembutan-kelembutan hingga batas tidak ada lagi ruang untuk tetap menyangkal suatu pun dari hakekat keimanan atau hakekat al-Qur'an. Karena itulah, orang-orang ateis dan komunis yang tidak bisa menerapkan ide-ide mereka bersamaan dengan kehadiran Risalah al-Nur di permukaan bumi di negara ini, maka satu-satu cara untuk menghadapinya, mereka bersikap seperti polisi moral, dengan bertekad mencegah penyebaran Risalah al-Nur dengan mengerahkan semua kekuatan dan dengan cara apa pun yang memungkinkan.
Risalah al-Nur mengajarkan pelajaran keimanan yang hakiki, mencegah murid-muridnya (thullab) dari melakukan segala jenis perbuatan jahat, dan menanamkan kejujuran di dalam hati. Orang yang memahaminya dengan benar tidak akan melakukan perbuatan buruk. Karena itu, para siswa al-Nur yang tersebar di seluruh negeri sama seperti penjaga keamanan maknawi.
Bagi seorang siswa al-Nur hakiki, tak boleh ada satu usaha atau kegiatan atau gerakan apa pun yang mengganggu keamanan negara. Seolah-olah murid-murid al-Nur telah menjadi para pembantu dan asisten petugas keamanan. Tidak ada kepentingan atau tujuan apa pun dari murid Risalah al-Nur kecuali memperoleh keridlaan ilahi dan amal-amal ukhrawi. Maka, orang-orang yang merencanakan konspirasi memusuhi Risalah al-Nur tidak lain hanyalah musuh-musuh agama yang bertopeng tersebut.
Saya telah menyebutkan di atas keberadaan keputusan tidak bersalah di banyak pengadilan. Sekarang saya ingin mengucapkan terima kasih dan rasa syukur atas pengadilan-pengadilan tinggi ini atas nama jutaan siswa al-Nur dengan menunjukkan tanggal dan nomor keputusan yang bisa saya berikan:
· Keputusan tidak bersalah di pengadilan pidana "Denizli" tanggal 15/06/1944 M untuk kebaikan semua Risalah al-Nur dan mengembalikannya ke pemiliknya.
· Keputusan Pengadilan Pidana Provinsi Eminonu di Istanbul pada tahun 1953, no 137/1951 M. Juga keputusan bebas tak bersalah no. 27/1952, yang diterbitkan di koran "Sabil al-Rasyad" yang telah diisampaikan kepada Anda di sesi sebelumnya.
· Juga, keputusan pengadilan pidana Mersin untuk kebebasan tak bersalah kuliah-kuliah Risalah al-Nur, termasuk di dalamnya "Tongkat Musa," tertanggal 09/04/1954 M no. 17/1954 M, serta keputusan no 421/1954 M yang telah saya serahkan ke pengadilan tinggi Anda dalam bentuk khusus.
Bersama keberadaan semua keputusan ini, terdapat pesan penting hendaknya tidak boleh ada lagi rencana buruk seseorang terhadap Risalah al-Nur, berdasarkan jaminan pengadilan ini. Kami menemukan diri kami berada di hadapan pengadilan Anda yang adil ini karena plot berbahaya dari musuh-musuh bertopeng pengecut yang kali ini menargetkan secara khusus kumpulan risalah "Tongkat Musa."
Kepada mata, Risalah al-Nur memperlihatkan keimanan kepada Allah dan tauhid dalam derajatnya yang tertinggi dan dalam bentuk ainul yakin dan hakkul yakin. Ia mengenyangkan semua [indera] halus sepuas-puasnya, sehingga dapat menyelamatkan keimanan dari taklid buta dan mengangkatnya ke derajat penyelidikan. Adapun buku "Tongkat Musa," di mana pelajaran keimanan suci mulia ini dibuktikan
226. Page
dalam bentuk dan dengan cara mengesankan yang tak pernah terlihat sebelumnya, ia seperti ringkasan dari tafsir Risalah al-Nur yang jumlah risalahnya mencapai hampir seratus tiga puluh risalah.
Dakwah terbesar semua kitab samawi dan semua nabi, semoga kedamaian dilimpahkan pada mereka, adalah deklarasi keilahian Tuhan Pencipta alam dan keesaan-Nya. Al-Qur'an sejak dari awal sampai akhirnya memperlihatkan tauhid dan menunjukkannya. "Tongkat Musa" merupakan tafsir suci terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan tauhid, memaksa ateis normal, filsuf besar, dan pemikir hebat, pada satu waktu mengakui dan membenarkan hakekat keimanan. "Tongkat Musa" menunjukkan kepada umat Islam dan umat manusia seluruhnya keesaan Allah Ta'ala dan bukti-bukti keesaan ini dengan tampilan yang bersinar seperti matahari. Selain itu, ia menjamin -- bahkan kepada orang awam sederhana untuk sebagian besar -- pemahaman lebih besar mengenai hakekat-hakekat tersebut dengan cukup mudah. "Tongkat Musa" berarti kalimat, seperti namanya, dan seperti Nabi Musa yang memancarkan air kehidupan dengan tongkatnya dari batu hitam, lembah, dan gurun gersang yang meledakkan api. Demikian pula kitab "Tongkat Musa" memancarkan cahaya tauhid yang menerangi alam dunia dan akhirat dengan menegaskan keesaan Allah, serta meluluhkan hati yang keras seperti batu seolah-olah lilin, dan membentuknya dengan segenap kecintaannya.
Karena keputusan-keputusan pengadilan bagi pembebasan [Risalah al-Nur itu selama ini] sudah ada, selain terdapat kebebasan hati nurani, serta tidak boleh ada tekanan terhadap orang yang bergiat dalam ilmu pengetahuan di satu negeri pun di seluruh dunia, maka seharusnya tidak boleh ada gangguan buruk apa pun terhadap Risalah al-Nur yang isinya mencakup pengetahuan para ulama terdahulu dan sekarang.
Bukti bahwa Risalah al-Nur membantu keamanan dan integritas negara ialah tidak pernah terlihat atau terjadinya tindakan yang mengganggu keamanan dari seorang murid di antara jutaan thullab al-Nur. Justeru, orang-orang melihat mereka sebagai orang-orang saleh yang lurus dalam tindakan dan perilaku mereka.
Penyitaan kitab kumpulan kuliah Risalah al-Nur dan Tongkat Musa dari perpustakaan kampus tempat saya bekerja dengan sendirinya menolak adanya unsur pelanggaran dalam buku-buku tersebut; sebab, setiap orang berbudaya yang bercahaya pasti memperoleh setiap jenis buku di perpustakaan, kemudian membaca dan memverifikasinya. Bahkan, buku yang menyebarkan pikiran-pikiran setan yang palsu dan mengajarkan kekacauan serta terorisme tersedia di sana bagi para peneliti dan pengkaji di siang bolong!!
Kesimpulan: Risalah al-Nur termasuk tafsir al-Qur'an yang tertinggi dan suci pada masa ini. Hakekatnya bersifat ilahi dan qur'ani. Maka, Risalah al-Nur akan terus dibaca selama al-Qur'an dibaca. Risalah al-Nur merupakan pameran hakekat perhiasan al-Qur'an dan pasarnya. Setiap orang memperdagangkan di pasar mulia ini apa yang disukainya. Dia pasti berharap dan berkeinginan mendapatkan kekayaan ukhrawi maknawi dari sana.
Saya ingin menunjukkan dengan kesempatan tampil ini bahwa sasaran dan tujuan kami adalah untuk menyelamatkan iman kita, pelayanan kepada keimanan, pelayanan terhadap al-Qur'an, dan bahwa urusan yang mengarah menuju akhirat tidak bisa dilakukan dengan cara apa pun yang menjadi subyek pelanggaran.
Musuh-musuh agama ini, mereka yang bersembunyi dan masih kita keluhkan, terus berusaha untuk mencegah kita melakukan tugas suci ini dengan segala macam plot dan rencana mereka. Sementara kami, tentu kami selalu siap mengorbankan dengan rela hati semua yang kami miliki demi keimanan dan al-Qur'an di jalan yang suci ini. Biarlah jiwa kami juga kami korbankan untuk hakekat suci, yang karenanya jutaan nenek moyang kita yang diberkati telah berjuang mengorbankan hidup mereka selama berabad-abad, meskipun mereka menyakiti kami dengan penderitaan dunia, menyiksa kami dengan adzab neraka, memotong-motong kami dengan pisau sedikit demi sedikit, dan menghadapkan kami pada segala jenis kematian yang hebat! Andaikan saya memiliki seribu jiwa -- bukan hanya satu -- saya siap untuk mengorbankan semuanya setiap saat demi al-Qur'an dan keimanan.
Batu-batu Tanah Air yang mulia ini, tanahnya, kubahnya, masjidnya, menaranya, saksi kuburannya, dan raganya; menyatakan dengan suara keras gema tauhid yang disampaikan al-Qur'an. Kekuatan apa
227. Page
pun tidak akan bisa melucuti dari dada suci bangsa ini cahaya azali keimanan, al-Qur'an, dan hakekat tauhid yang dicanangkan al-Qur'an dengan menumbus hingga ke partikel atom.
Saya berharap dari pengadilan Anda yang terhormat dan keadilan Anda yang tinggi, agar hakim membebaskan Risalah al-Nur yang mengungkap hakekat al-Qur'an dan keesaan Allah dalam bentuk yang mengesankan, menunjukkan tauhid hingga derajat terbesar, serta mengembalikan Risalah al-Nur kepada para pemiliknya.
Risalah al-Nur adalah milik al-Qur'an. Sebagaimana miliaran orang beriman, para wali, dan nabi-nabi yang berada di sisi masa lalu memiliki hubungan dengan firman Allah yang menghubungkan Arasy dengan kasur, demikian pula mereka memiliki hubungan maknawi dengan pengadilan terhadap Risalah al-Nur. Dan empat ratus juta penduduk muslim di bumi menunggu pembebasan Risalah al-Nur, kebebasannya dan penyebarannya. Kafilah-kafilah leluhur kita yang terhormat dan bercahaya, yang menarik diri dari masa lalu ke balik tirai kegaiban, memperlihatkan suatu makna ke persidangan Risalah al-Nur ini dari kedudukan mereka yang tinggi, sementara generasi-generasi masa depan yang berlimpah juga sedang menunggu keputusan bebas tak bersalah.
Muhammad Kayalar
Kapten Pensiunan