SINAR KEEMPAT BELAS

336. Page

Sinar Keempat Belas

Pledoi (Pembelaan)

Pelengkap singkat untuk pernyataan yang saya sampaikan kepada peradilan Afion;

Pernyataan yang sudah saya sampaikan kepada kalian dan juga untuk keadilan hukum, pernyataan terkait pemeriksaan rumah saya secara ilegal dari tiga sisi, saya dibawa untuk pemeriksaan, selanjutnya saya diberhentikan dan ditahan.

Ini semua menodai kemuliaan tiga peradilan, mencederai keadilan dan kehormatan peradilan-peradilan tersebut, bahkan melecehkannya, karena tiga peradilan tersebut dan tiga dewan ahli telah memeriksa semua tulisan saya selama duapuluh tahun, juga kitab-kitab yang saya tulis. Mereka sepakat memutuskan kami tidak bersalah. Maka kembalikan semua buku dan kitab-kitab kami.

Setelah pembebasan tiga tahun silam, saya hidup terkucil dari siapapun dan berada dalam pengawasan ketat, sehingga saya hanya bisa menulis sebuah risalah yang sama sekali tidak membahayakan kawan-kawan saya. Hubungan saya dengan dunia semi terputus, bahkan saya tidak sempat berkunjung ke kampung halaman saya sendiri meski sudah mendapat izin.

Peninjauan ulang terhadap permasalahan yang sama saat ini, yang mengisyaratkan sikap tidak perduli terhadap putusan adil tiga peradilan, semata menghina kehormatan tiga peradilan tersebut, selain meruntuhkan kemuliaannya.

Demi menjaga kehormatan peradilan-peradilan tersebut yang telah memberikan putusan adil terhadap saya, saya harap peradilan kalian mencari alasan dan permasalahan lain untuk kalian tuduhkan kepada saya, selain permasalahan Risalah-risalah An-Nur, membentuk organisasi, mendirikan tarekat sufi, dan berpotensi mengganggu keamanan dan pemerintahan.

Kesalahan dan kelalaian saya banyak sekali. Untuk itu, saya memutuskan untuk membantu kalian sebatas persoalan yang terkait dengan tanggungjawab saya. Di luar penjara, saya mengalami siksa yang jauh lebih menyakitkan dari pada di dalam penjara, hingga kuburan atau penjara menjadi tempat yang nyaman bagi saya saat ini. Saya benar-benar sudah bosan hidup.

Segala perlakuan hina, penyiksaan, pengawasan menyakitkan yang menyerupai penjara terisolir selama duapuluh tahun, sudah cukup kiranya, karena air sungai telah masuk ke dalam lubang, dan nyaris menodai kecemburuan Allah. Saat itu, alangkah menyesalnya negeri ini. Saya ingatkan ini pada kalian.

Tempat berlindung kami yang paling besar dan terkuat adalah;

حَسۡبُنَا اللّٰهُ وَنِعۡمَ الۡوَكِيۡلُ

 “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

Cukuplah Allah sebagai Penolong bagi saya, kepada-Nya saya bertawakal dan Dia Rabb Penguasa Arsy yang agung.

Sa’id An-Nursi

* * *


 



337. Page

Bantahan Terhadap Surat Dakwaan

بسم الله الرحمن الرحيم

Kepada-Nya jua kami memohon pertolongan

Setelah diam selama delapanbelas tahun, saya terpaksa kembali menyampaikan tuduhan ini untuk membantah surat dakwaan, meski sebelumnya salinan surat ini sudah pernah saya sampaikan ke sejumlah lembaga tinggi di Ankara.

Bagian akhir surah ini berisi rangkuman pembelaan singkat yang sudah pernah saya sampaikan kepada para penuntut umum dan para perwira kepolisian yang datang ke rumah saya di Kastamonu untuk penggeledahan selama tiga kali, juga saya sampaikan kepada kepala kepolisian dan sekelompok anggota kepolisian –pada penggeledahan ketiga- juga kepada peradilan Denizli dan Afion.

Perlu kalian ketahui, yang saya katakan adalah;

Sudah duapuluh tahun ini saya berdiam diri dan hidup terkucil. Delapan tahun di Kastamonu saya mendekam di pos polisi, demikian halnya di sejumlah tempat lainnya. Selama masa ini, saya selalu berada di bawah pengawasan dan pengintaian tanpa henti.

Berkali-kali mereka menggeledah rumah saya, namun tidak menemukan bukti apapun yang terkait dengan dunia atau politik. Andai saya ikut campur dalam urusan dunia ataupun politik, tentu pihak polisi dan lembaga keadilan mengetahui hal itu. Namun mereka tidak perduli. Artinya, mereka lebih bertanggungjawab dari pada saya.

Mengingat permasalahannya seperti ini, lantas kenapa kalian mengusik saya sampai sedemikian rupa tanpa alasan, selain membahayakan negara dan rakyat. Perlu diketahui, di seluruh dunia ini orang-orang yang hidup terkucil, berdiam diri dan menyibukkan diri dengan akhirat, sama sekali tidak diusik.

Kami, murid-murid An-Nur, bersumpah pada diri kami untuk tidak menjadikan Risalah-risalah An-Nur sebagai alat untuk berbagai kepentingan politik, bahkan untuk dunia secara keseluruhan, terlebih Al-Qur'an dengan tegas melarang kami untuk sibuk di ranah politik.

Ya, tugas utama Risalah-risalah An-Nur adalah mengabdi untuk Al-Qur'an, berdiri dengan berani menghadapi kekafiran mutlak yang melenyapkan kehidupan abadi, dan menjadikan kehidupan dunia racun dan neraka yang tak tertahankan.

Metode yang digunakan Risalah-risalah An-Nur adalah menampakkan hakikat-hakikat iman ditopang serangkaian dalil qath’i yang memaksa para filosof dan orang-orang zindiq yang paling membangkang sekalipun, menerima keimanan. Untuk itu, kami tidak patut menjadikan Risalah-risalah An-Nur sebagai alat untuk apapun juga karena beberapa faktor;

Faktor pertama;

Agar hakikat-hakikat Al-Qur'an yang lebih berharga dari intan tidak berubah menjadi potongan kaca retak dalam pandangan orang-orang lalai, karena mereka anggap seakan Risalah-risalah An-Nur sebagai propaganda politik demi tujuan-tujuan tertentu, di samping agar kita tidak merendahkan makna-makna Al-Qur'an nan begitu bernilai.


338. Page

Faktor kedua;

Metode Risalah-risalah An-Nur yang tidak lain merupakan kasih sayang, keadilan, kebenaran, hakikat, dan nurani, dengan tegas melarang kami untuk ikut campur dalam segala urusan politik atau kekuasaan pemerintah, karena jika ada sejumlah orang diuji dengan pengingkaran sehingga mengharuskan mereka dihukum, masing-masing dari mereka memiliki anak-anak, keluarga yang sakit, dan orang-orang tua yang tidak bersalah. Jika mereka yang patut mendapat hukuman ini tertimpa petaka atau musibah, tentu orang-orang yang tidak bersalah juga akan terkena imbasnya, karena untuk mendapatkan hasil yang diharapkan masih diragukan.

Untuk itu, kami dilarang keras untuk ikut campur dalam segala persoalan birokrasi yang bisa mengganggu keamanan negara dan pemerintahan melalui sarana-sarana politik.

Faktor ketiga;

Di tengah zaman aneh seperti zaman kita sekarang, menerapkan lima asas teguh adalah sebuah keharusan demi menyelamatkan negara dan kehidupan sosial dari kekacauan dan perpecahan.

Lima asas yang dimaksud adalah;

  1. Saling menghormati.
  2. Kasih sayang.
  3. Menjauhi yang haram.
  4. Menjaga keamanan.
  5. Menyingkirkan kekacauan dan bersikap patuh.

Bukti bahwa pandangan kehidupan sosial Risalah-risalah An-Nur menegaskan, menyebarkan, dan menghormati lima asas ini secara serius demi menjaga batu pertama keamanan negara adalah; selama duapuluh tahun Risalah-risalah An-Nur mampu menjadikan lebih dari 100 ribu orang berguna bagi negara dan rakyat tanpa menyakiti ataupun membahayakan seorang pun. Provinsi Isparta dan Kastamonu adalah bukti terbaik dan paling menonjol atas kebenaran pernyataan kami ini.

Karena hakikatnya seperti ini, maka tidak diragukan bahwa sebagian besar mereka yang mengusik bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur tidak lain mengkhianati negara, umat, dan kepemimpinan Islam. Mereka tahu –entah mereka sadari atau tidak- bahwa mereka melakukan tindakan tersebut demi kekacauan dan ekstrimisme.

130 bagian Risalah-risalah An-Nur yang memberikan 130 kebaikan dan manfaat untuk negara ini tidak bisa dilenyapkan oleh potensi-potensi bahaya yang diduga orang-orang lalai, pandangan pendek dan peragu hanya karena adanya kekurangan pada dua atau tiga risalah saja.

Untuk itu, siapapun yang merendahkan kedudukan Risalah-risalah An-Nur karena dugaan-dugaan dan syubhat semacam ini adalah orang yang sangat zalim yang jelas-jelas zalim.

Terkait segala kekurangan dan kesalahan terkait pribadi saya yang tidak penting ini, saya terpaksa mengatakan namun bukan atas dorongan saya;

Orang yang menghabiskan hidup terasing selama duapuluh tahun, mirip penjara terisolir, berdiam diri dan terkucil dari pergaulan dengan siapapun, tidak keluar rumah selama rentang waktu itu atas keinginan sendiri ke tempat kerumunan, pasar, dan 

339. Page

pertemuan-pertemuan besar, yang diperlakukan dengan berbagai macam kesulitan dan beban berat tidak seperti para orang-orang buangan lain, tidak pernah merujuk pemerintahan meski sekali pun, tidak pernah membaca dan mendengar surat kabar, dan tidak memperdulikan hal tersebut selama duapuluh tahun lamanya.

Bukti pernyataan ini adalah teman-teman dekat dan orang-orang tercinta selama dua tahun saat saya berada di Kastamonu dan tujuh tahun di tempat-tempat lain.

Bahkan, ia juga tidak mengetahui segala peristiwa perang dunia, tidak tahu mana yang menang dan mana yang kalah, tidak perduli dengan perjanjian apapun, bahkan tidak tahu siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam perang tersebut, tidak tertarik untuk mengetahui siapa saja mereka, yang menghadapi kekafiran mutlak dengan Risalah-risalah An-Nur, kekafiran yang melenyapkan kehidupan abadi, semakin meningkatkan derita kehidupan dunia, dan menjadikan kehidupan ini sebagai siksa di dalam siksa.

Bukti terbaik atas pernyataan ini adalah 100 ribu orang yang menyelamatkan iman dengan Risalah-risalah An-Nur yang bersumber dari luapan cahaya Al-Qur'an, yang menjadikan kematian 100 ribu orang sebagai tiket wisata, bukan sebagai hukuman mati abadi.

Lantas undang-undang seperti apa kiranya yang memperkenankan untuk mengusik orang seperti ini –ustadz An-Nursi sendiri maksudnya-, membuatnya merasa putus asa terhadap kehidupan, membuatnya menangis dan bersedih, sehingga membuat 100 ribu saudara-saudaranya turut menangis?

Bahkan kepentingan apa yang ada di baliknya?

Bukankah mereka telah melakukan pengkhianatan tiada bandingnya atas nama keadilan?

Bukankah mereka menyimpang dari undang-undang atas nama undang-undang itu sendiri?

Sementara jika kalian mengatakan dan beralasan seperti alasan yang disampaikan para pejabat sebagai justifikasi tindakan yang kalian lakukan, dan kalian mengatakan seperti yang mereka katakan bahwa Anda (ustadz An-Nursi maksudnya) dan sejumlah risalah-risalah Anda melanggar aturan dan prinsip-prinsip kami.

Maka jawabannya adalah;

Pertama;

Aturan dan prinsip-prinsip kalian yang dibuat-buat ini, sama sekali tidak berhak masuk ke dalam tempat-tempat i’tikaf orang-orang yang terkucil dari pergaulan.

Kedua;

Menolak suatu hal dan menerimanya dalam hati adalah dua hal berbeda, dan tidak melakukan sesuatu tersebut adalah hal lain yang jauh berbeda. Para pemimpin hanya memandang tangan, bukan hati.

Di setiap wilayah dan dimana saja selalu ada para penentang keras pemerintahan yang tidak ikut campur dalam segala urusan birokrasi ataupun keamanan. Bahkan pada era sayyidina Umar r.a., kaum Nasrani sedikit pun tidak diusik meski mereka mengingkari Islam dan undang-undang syariat.

Berdasarkan prinsip kebebasan berfikir, jika ada beberapa murid-murid An-Nur menolak aturan dan prinsip-prinsip kalian, atau memberikan kritik membangun dengan asas ilmiah, atau jika mereka melakukan tindakan dan perilaku yang tidak sesuai dengan 

340. Page

prinsip-prinsip tersebut yang menyelipkan permusuhan terhadap para pemimpin, undang-undang tidak berhak menginterogasi mereka, dengan satu syarat;

Mereka (murid-murid An-Nur) tidak ikut campur dalam segala utusan birokrasi, tidak mengganggu keamanan dan pemerintahan.

Terkait risalah-risalah yang dimaksud, seperti yang telah kami katakan, risalah-risalah tersebut bersifat rahasia dan pribadi, kami sudah melarang agar risalah-risalah tersebut tidak disebar, bahkan seseorang di antara murid-murid An-Nur membawakan satu salinan dari risalah tersebut yang memicu kejadian ini sebanyak satu atau dua kali dalam waktu delapan tahun di Kastamonu, namun pada hari yang sama, kami kehilangan risalah tersebut.

Namun sekarang, kalian (para penguasa negara) menyebar risalah tersebut secara paksa, sehingga risalah ini benar-benar menyebar dan dikenal.

Seperti diketahui, jika ada kekurangan yang mengharuskan adanya suatu kekeliruan dalam risalah tertentu, tentu hanya kata-kata itu saja yang dihapus, yang lain tetap dibiarkan. Mereka hanya menemukan limabelas kata saja yang menjadi inti kritikan di antara 100 risalah di antara Risalah-risalah An-Nur setelah melalui serangkaian pemeriksaan selama empatbelas bulan di peradilan Eskisehir.

Mereka juga hanya menemukan bagian yang menjadi inti kritikan dalam dua halaman di antara 400 halaman risalah “Dzulfiqar” karena tidak selaras dengan undang-undang sipil, karena dalam dua halaman tersebut terdapat penafsiran ayat-ayat khusus terkait warisan dan hijab wanita. Penafsiran ini saya tulis tigapuluh tahun silam.

Ini semua menegaskan bahwa Risalah-risalah An-Nur tidak membidik dunia, bahkan semua orang membutuhkannya. Untuk itu, risalah “Dzulfiqar” tidak perlu dirampas hanya karena dua halaman tersebut. Silahkan saja dua halaman tersebut dihilangkan, lalu kembalikan semua risalah tersebut kepada kami. Ya, kami berhak menuntut kembali risalah tersebut.

Namun jika menurut kalian atheisme sebagai bagian dari kebutuhan politik dan kalian mengatakan seperti yang dikatakan sebagian orang, “Dengan risalah-risalah Anda ini (ustadz An-Nursi maksudnya), Anda merusak peradaban kami, menghalangi kami untuk menikmati segala keindahan dan kenikmatan hidup.”

Saya katakan;

“Tidak mungkin bagi semua bangsa untuk hidup tanpa agama.” Ini adalah aturan umum yang diakui di seluruh dunia, khususnya jika ada kekafiran mutlak, karena kekafiran seperti ini menyebabkan siksa yang sangat pedih bagi seseorang, lebih dari siksa neraka di dunia, seperti yang telah ditegaskan lengkap dengan dalil-dalil yang tidak terbantahkan dalam risalah “mursyidusy syabab” (pedoman untuk para pemuda), risalah yang diterbitkan secara resmi, karena jika seorang muslim murtad –na’udzu billah- ia jatuh dalam kekafiran mutlak, ia tidak akan bertahan dalam kekafiran meragukan yang mengulur kehidupan orang hingga batasan tertentu, ia juga tidak menjadi seperti atheis-atheis asing. Bahkan dari sisi kenikmatan-kenikmatan hidup yang mungkin ia bayangkan, bagian yang ia miliki tidak lain hanya runtuh ke tingkatan 100 kali lebih rendah dari tingkatan hewan dimana masa lalu dan masa depan sama sekali tidak ada artinya, karena kematian seluruh wujud sebelumnya dan yang akan datang berikutnya, juga perpisahan abadi dengan semua itu, menimbulkan bekas derita-derita tiada henti dan silih berganti karena kesesatannya.


341. Page

Sementara jika keimanan datang, menyentuh wajah hati, dan bertahan di sana, orang-orang tulus yang tak terbatas jumlahnya, seketika itu juga hidup dan berkata dengan bahasa kondisional, “Kami tidak mati dan tidak akan dilenyapkan!”

Saat itu, kondisi neraka berubah menjadi kenikmatan harum dan taman rindang penuh kicauan burung.

Mengingat hakikatnya seperti ini, saya ingin mengingatkan hal berikut kepada kalian;

Jangan pernah melawan Risalah-risalah An-Nur yang bersumber dari Al-Qur'an, karena ia tidak akan terkalahkan. Jika tidak, kondisi negara ini akan disesali ketika ada yang berusaha memadamkan cahaya-cahaya Risalah-risalah An-Nur,[1] ia akan beralih ke tempat lain dan bersinar di sana.

Kalian harus tahu dengan baik, andai saya memiliki kepala sebanyak bilangan rambut yang ada di kepala, kemudian setiap harinya satu kepala dipisahkan dari tubuh saya, kepala yang sudah saya nazarkan untuk hakikat-hakikat Al-Qur'an ini tidak akan tunduk pada atheisme dan kekafiran mutlak, saya tidak akan pernah melepaskan diri dari pengabdian iman An-Nur ini, dan saya tidak bisa melepaskan diri dari pengabdian ini.

Segala kekurangan yang terdapat di dalam surat pernyataan orang yang sudah duapuluh tahun lamanya berada di tempat terkucil, tentu tidak perlu diperhatikan atau dikatakan menyimpang dari jalur, karena ia membela Risalah-risalah An-Nur, karena peradilan Eskisehir hanya menemukan satu atau dua materi dalam satu atau dua risalah di antara 100 risalah-risalah rahasia pribadi maupun umum di sela pemeriksaan terhadap Risalah-risalah An-Nur selama empatbelas bulan.

Perlu diketahui, kedua materi tersebut hanya mengharuskan hukuman ringan, hingga peradilan Eskisehir menjatuhkan hukuman penjara selama enam bulan pada limabelas pihak terdakwah yang jumlahnya mencapai 120 orang, dan kami juga mendapat putusan hukuman ini.

Mengingat seluruh bagian Risalah-risalah An-Nur beredar di kalangan para pihak berwenang –sejak beberapa tahun silam- dan dikembalikan kepada para pemilik masing-masing setelah proses pemeriksaan selama beberapa bulan …

Mengingat tidak terlihat adanya satupun indikasi yang mengusik keadilan dan keamanan negara selama delapan tahun di Kastamonu meski telah melalui beberapa kali penggeledahan …

Mengingat telah terbukti di hadapan lembaga penggeledahan terakhir di Kastamonu –beberapa tahun silam- bahwa sejumlah risalah ditemukan di bawah tumpukan kayu bakar yang membuktikan bahwa risalah-risalah tersebut tidak disebarluaskan, bahkan hilang …

Mengingat kepala kepolisian Kastamonu dan para pemimpin lembaga peradilan berjanji pada saya untuk mengembalikan seluruh kitab yang disembunyikan, dan sehari sebelumnya mereka akan membebaskan saya setelah perintah penghentian penyidikan tiba dari Isparta …

Mengingat peradilan Denizli dan Ankara telah membebaskan kami dan mengembalikan seluruh risalah kepada kami …

Berdasarkan enam fakta ini, dan berdasarkan putusan wajib peradilan Denizli serta para penuntut umumnya, di samping sebagai putusan wajib peradilan Afion dengan

[1] Mungkin gempa bumi hebat yang terjadi di tengah-tengah aksi penyerangan terhadap Risalah-risalah An-Nur membuktikan kebenaran, “kondisi negara ini akan disesali” (Penulis)




342. Page

para penuntut umumnya, saya akan mengambil seluruh hak-hak penting saya. Saya berharap pihak penuntut umum yang membela hak-hak publik, bersedia membela hak-hak pribadi saya yang kini sudah menjadi hak-hak publik terkait Risalah-risalah An-Nur. Bahkan, saya menantikan pembelaan ini dari si penuntut umum.

Sa’id “baru” yang telah menarik diri dari medan kehidupan sosial sejak duapuluh dua tahun silam, tidak mengetahui undang-undang terbaru ataupun asas-asas pembelaan saat ini, yang menyampaikan seratus halaman pembelaan lengkap dengan serangkaian bukti yang tidak bisa dicela, yang sebelumnya telah disampaikan kepada peradilan Eskisehir dan Denizli, dan menerima balasan atas segala kelalaiannya hingga saat itu, setelah itu dialihkan ke Kastamonu dan Emirdag, dimana ia menghabiskan hidup yang mirip sebagai penjara terisolir dan dalam pengawasan tiada henti …

Saya sampaikan, Sa’id “baru” dan kondisinya seperti ini mempengaruhi sikap diam dan memperkenankan Sa’id “lama” untuk angkat bicara.

Sa’id “lama” berkata;

Meski Sa’id “baru” berpaling dari dunia, tidak sudi berbicara dengan para pecinta dunia, tidak punya alasan untuk membela diri kecuali jika terpaksa, hanya saja persoalan ini berkaitan dengan banyak sekali orang-orang tidak bersalah dari kalangan petani dan para karyawan yang ditangkap karena adanya sedikit terkait dengan kami, membuat pekerjaan mereka terhenti karena tidak mampu memenuhi segala kebutuhan keluarga dan anak-anak di musim kerja saat ini, situasi ini sangat menyentuh perasaan saya dan membuat saya menangis dari lubuk hati yang paling dalam.

Untuk itu, saya bersumpah atas nama Allah Yang Maha Agung, andai saya bisa memikul seluruh beban berat mereka, pasti saya pikul, karena saya yang sepenuhnya bersalah –jika memang ada kesalahan-, mereka sama sekali tidak terlibat dan tidak bersalah.

Mengingat situasi yang memilukan ini, dan meski Sa’id “baru” bersikap diam, saya (Sa’id “lama”) berkata;

Mengingat Sa’id “baru” menjawab seratus pertanyaan tidak berguna pihak penuntut umum –provinsi Isparta, Denizli dan Afion-, maka saya berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada menteri dalam negeri, Syukri Qaya, dan juga kementerian keadilan saat ini;

Pertanyaan pertama;

Atas dasar apa saya dan 120 orang lainnya ditahan hanya karena perang mulut yang tidak memicu suatu insiden apapun, perang mulut yang terjadi antara orang biasa dari Ekridar, dia bukan murid An-Nur, dengan kepala kepolisian, Jawisy, hanya karena di tempatnya terdapat sebuah tulisan biasa saya, selanjutnya ia diperiksa pihak peradilan selama empat bulan, setelah itu semuanya dibebaskan kecuali limabelas orang dari kalangan orang-orang lemah dan miskin, dengan denda lebih dari seribu Lira untuk lebih dari 100 orang.

Atas dasar hukum apa kemungkinan-kemungkinan seperti ini dijadikan sebagai fakta? Atas dasar hukum apa 70 orang dari Denizli didenda senilai ribuan Lira setelah mereka meraih kebebasan?


343. Page

Pertanyaan kedua;

Dustur ilahi meneybutkan;

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۚ

 “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Al-An’am: 164)

Kami sudah melarang untuk menyebarkan risalah kecil, saya sendiri tidak mendapatkan salinan risalah ini sejak delapan tahun silam selain hanya sekali atau dua kali saja. Asli risalah ini ditulis duapuluh lima tahun silam. Risalah ini menyelamatkan iman dari segala syubhat pada sejumlah poin penting di dalamnya, menyelamatkan orang agar tidak mengingkari hadits-hadits mutasyabihat.

Saya katakan, ditemukannya risalah kecil ini dari seseorang yang tidak kami kenal, di tempat yang jauh dari kami, dengan manhaj yang secara maknawi berbeda dengan manhaj risalah tersebut, dan adanya tulisan risalah di Kotahia dan Baliksir, mengisyaratkan semua ini sudah direncakan. Selanjutnya penangkapan kami di bulan Ramadhan di tengah suhu yang sangat dingin karena kejadian tersebut bersama sebagian besar kaum petani dan pekerja yang tidak bersalah, penangkapan terhadap seseorang hanya karena tulisan kami ada di tempatnya, atau karena mengajak saya jalan-jalan dengan mobilnya, atau karena memperlihatkan adanya hubungan persahabatan dengan kami, atau hanya karena membaca salah satu kitab saya, menimpakan kerugian secara materi dan maknawi kepada mereka, kepada negara dan juga umat senilai puluhan Lira hanya berdasarkan syubhat-syubhat tidak bernilai.

Saya bertanya-tanya; undang-undang adil mana yang memberlakukan semua ini? Berdasarkan pasal undang-undang mana semua ini diterapkan?

Kita dituntut untuk mengetahui undang-undang tersebut agar tidak salah jalan!

Ya, salah satu sebab penangkapan kami di Denzili dan Afion adalah risalah “sinar kelima.” Perlu diketahui, asli risalah ini ditulis jauh sebelum era Darul Hikmah Islamiyah dengan tujuan untuk menyelamatkan iman kalangan awam terhadap mereka yang mengingkari sejumlah hadits-hadits nabawi karena tidak mengetahui maksud dan penakwilan-penakwilannya.

Bahkan mereka mengatakan tidak masuk akal. Dengan asumsi mustahil, anggaplah risalah ini ditujukan kepada dunia dan politik, dan saya tulis pada saat ini. Namun karena risalah ini bersifat rahasia dan tidak ditemukan di tempat kami saat proses penggeledahan berkali-kali, dan sejumlah kejadian masa depan yang disampaikan risalah ini benar adanya, selain risalah ini menghilangkan segala syubhat terkait iman, tidak mengusik keamanan dan kekuasaan, juga tidak mengusik individu-individu tertentu, tapi semata menjelaskan hakikat ilmiah secara menyeluruh.

Saya katakan; dengan asumsi mustahil, tetap tidak menimbulkan kesalahan apapun, karena risalah ini diambil secara rahasia untuk menghindari terjadinya polemik sebelum disampaikan di peradilan.

Selain itu, menolak sesuatu, tidak menerima seutuhnya untuk diamalkan, dan tidak mau mengamalkan sesuatu, semua ini tentu berbeda.

Risalah tersebut secara nyata tidak menerima kekuasaan yang akan muncul pada masa datang dalam waktu dekat, dan bahkan menolaknya. Dari sisi ini, risalah rahasia pribadi tentu tidak bisa disalahkan. Kami pun tidak menemukan kemungkinan adanya kesalahan apapun untuk situasi seperti ini dalam seluruh undang-undang keadilan di seluruh dunia.


344. Page

Kesimpulan;

Kekafiran mutlak melenyapkan kehidupan abadi, merubah kehidupan dunia menjadi racun sangat mematikan, melenyapkan segala kenikmatannya. Risalah-risalah An-Nur sejak tigapuluh tahun silam memusnahkan kekafiran ini. Risalah-risalah An-Nur meraih taufiq karena mampu mengalahkan konsep kekafiran besar yang diusung oleh para penganut materialisme-naturalisme. Dengan bukti-bukti nyata, Risalah-risalah An-Nur menyebutkan aturan-aturan kebahagiaan umat dalam kehidupan, dan bersumber pada hakikat luhur Al-Qur'an.

Dengan demikian, jika risalah-risalah yang kedudukannya seperti ini memiliki seribu satu kekurangan –bukan hanya satu atau dua masalah saja- tentu kebaikan-kebaikannya ribuan kali masih lebih unggul dari segala kekurangannya, bahkan melenyapkan kekurangan-kekurangan yang ada. Demikian pernyataan kami, dan kami siap membuktikan.

Pertanyaan ketiga;

Seperti diketahui, misalkan ada lima kata yang secara hukum tidak bisa diterima dalam suatu tulisan yang terdiri dari duapuluh kata, tentu lima kata tersebut dihapus sementara yang lain tetap dibiarkan. Ada limabelas kata yang dikira memiliki kekeliruan secara nyata dalam pengadilan Eskisehir setelah proses pemeriksaan selama empat bulan.

Lembaga perwakilan tidak menemukan apapun dalam risalah “Dzulfiqar” yang terdiri dari 400 halaman, selain dua halaman saja yang tidak selaras dengan undang-undang saat ini. Perlu diketahui, dua halaman tersebut hanya membahas penafsiran dua ayat yang ditulis 30 tahun silam yang menjadi sarana untuk memperbaiki ratusan ribu orang hingga saat ini, dan merealisasikan seribu manfaat untuk negara dan umat.

Selanjutnya, atas dasar apa penangkapan keluarga Galeshkan di tengah musim kerja dan di tengah musim sangat dingin yang sesuai dengan prinsip-prinsip republik? Dan undang-undang mana yang membolehkan penangkapan tersebut?

Sebagai informasi, yang dilakukan keluarga ini adalah memberikan pengabdian-pengabdian sederhana untuk Risalah-risalah An-Nur dan menyalinnya demi menyelamatkan keimanan mereka, mereka membantu saya kala terasing di Emirdag karena merasa iba mengingat saya sudah tua dan demi mencari ridha Allah.

 Mengingat prinsip-prinsip republik tidak menyinggung kelompok atheis sesuai prinsip kebebasan nurani dan perasaan, maka tentu lebih pantas jika prinsip-prinsip tersebut tidak mengusik mereka yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia, tidak berdebat dengan para pecinta dunia, bekerja demi akhirat, iman, dan negara dalam bentuk yang bermanfaat.

Selain itu, para politikus pemegang kekuasaan di Asia, benua yang mendapat kemuliaan dengan keberadaan para nabi, tidak patut memaksa rakyat untuk melepaskan diri dari keshalihan dan ketakwaan sebagai salah satu kebutuhan utama umat ini sejak seribu tahun silam, sama halnya seperti makanan dan obat.

Atas dasar kemanusiaan, seharusnya orang yang menghabiskan duapuluh tahun terisolir dan terkucil dari pergaulan, dimaafkan segala kesalahnnya yang tertera dalam sejumlah pertanyaan yang disampaikan oleh akal Sa’id “lama” duapuluh tahun silam.

Sebagai kewajiban saya, saya ingin mengingatkan sesuatu kepada kalian demi manfaat bagi umat dan keamanan;


345. Page

Menangkap atau berusaha memperlakukan mereka yang memiliki hubungan tidak kuat dengan kami dan Risalah-risalah An-Nur secara tidak baik, tidak menutup kemungkinan mendorong sebagian besar di antara mereka yang memiliki manfaat-manfaat positif bagi negara dan kekuasaan berubah menjadi musuh-musuh pemerintahan, membuka ruang untuk memicu kekacauan dan aksi-aksi teror.

Ya, jumlah orang yang imannya diselamatkan Risalah-risalah An-Nur, yang potensi bahaya mereka terhadap masyarakat dihindari, bahkan menjadi anggota-anggota masyarakat yang bermanfaat secara positif, kian meningkat melebihi 100 ribu orang. Mereka ini menduduki jabatan-jabatan tinggi di berbagai lingkup pemerintahan republik, mewakili berbagai lapisan masyarakat, mereka bekerja dengan pengorbanan dan ketulusan sempurna, dengan sangat jujur, bermanfaat, dan istiqamah.

Keadilan mengharuskan untuk melindungi dan membantu orang-orang seperti mereka ini, bukan berusaha memperlakukan mereka secara tidak baik.

Sekelompok pejabat resmi yang tidak pernah diam untuk mengadukan kami, tidak mengizinkan kami untuk berbicara, menggunakan berbagai macam alasan dan pernyataan palsu untuk mempersulit kami, mereka justru membuat kami semakin yakin bahwa perilaku mereka ini membuka celah kekacauan di dalam negara.

Atas nama kepentingan pemerintahan, saya mengatakan;

Mengingat peradilan Denizli dan Ankara tidak mengusik risalah “sinar kelima” setelah melalui proses pemeriksaan dan mengembalikan risalah tersebut kepada kami, maka seharusnya pemerintahan tidak membawa persoalan ini ke dalam urusan-urusan resmi untuk dijadikan polemik kembali.

Karena kami menyembunyikan risalah tersebut sebelum didapatkan dan diumumkan pihak peradilan, maka peradilan Afion tidak sepatutnya menjadikan risalah ini sebagai inti tanya-jawab, karena risalah ini sangat kuat dan tidak bisa ditolak, mengabarkan berbagai peristiwa sebelum terjadi, dan peristiwa-peristiwa tersebut terjadi tepat seperti yang diberitakan, terlebih risalah ini sama sekali tidak membidik urusan-urusan dunia. Intinya, salah satu makna risalah ini sesuai dengan seseorang yang sudah mati dan sudah selesai urusan.[1]

Nurani mendorong saya untuk mengingatkan kalian demi kepentingan negara dan umat, juga untuk menjaga keamanan, pemerintahan, dan birokrasi sebagai berikut;

Jangan sampai fanatisme terhadap orang yang sudah mati tersebut mendorong kalian untuk memasukkan pemberitaan gaib dan makna yang tertera dalam risalah tersebut ke dalam urusan-urusan resmi, karena cara ini membuka celah untuk semakin menyebarkan secara luas pemberitaan-pemberitaan tersebut.

Sa’id An-Nursi

                              

* * *


[1] Maksudnya Musthafa Kamal. (Penerjemah)



346. Page

Yang Terhormat;

Ketua peradilan Afion, penuntut umum, dan para anggota

Berikut saya sampaikan teks pledoi (pembelaan) kepada Anda semua, yang pernah saya sampaikan ke sejumlah lembaga peradilan di Denizli dan yang berisi sembilan asas.

Seperti yang Anda semua ketahui, saya ini adalah seseorang yang telah meninggalkan kehidupan sosial, khususnya kehidupan resmi dan politik yang memiliki ratapan sangat jeli. Untuk itulah saya tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi atau memikirkan semua itu, karena memikirkan masalah-masalah seperti ini sangat menyakiti saya.

Namun saya terpaksa menyelipkan pembelaan ini, karena dalam peradilan sebelumnya, sejumlah pertanyaan yang selalu diulang dan tidak penting, diajukan kepada saya oleh seseorang yang tidak adil. Pembelaan ini (yang dinilai sebagai penutup bagi seluruh jawaban yang saya sampaikan saat itu) kadang menyimpang dari topik utama, kadang ada pengulangan yang tidak diperlukan, kadang tidak tersusun dengan baik, kadang berisi kata-kata kasar yang bisa dimanfaatkan untuk menyerang saja, atau kata-kata yang berseberangan dengan sejumlah undang-undang baru yang tidak saya ketahui.

Namun karena pembelaan ini mengarah pada hakikat, maka sisi-sisi kekurangan yang ada di dalamnya bisa dimaafkan demi hakikat.

Pembelaan saya bersandar pada sembilan asas;

Asas pertama;

Mengingat pemerintahan republik tidak mengusik orang-orang atheis dan orang-orang bodoh karena alasan kebebasan nurani, maka pemerintahan seharusnya lebih tidak mengusik orang-orang yang taat beragama dan bertakwa.

Mengingat bangsa manapun tidak bisa hidup tanpa agama, khususnya jika kita mengacu pada pertimbangan bahwa bangsa-bangsa Asia tidak sama seperti bangsa-bangsa Eropah dari sisi agama, dan Islam tidak sama seperti Nasrani dari sisi kehidupan pribadi dan akhirat, dengan demikian muslim atheis tentu tidak sama seperti atheis-atheis lain.

Untuk itu, agama merupakan kebutuhan fitrah dalam nurani umat yang telah menerangi berbagai belahan bumi ini sejak 1000 tahun silam dengan agama Islam, dan dengan pembelaan heroik untuk agama ini dari segala serangan dunia. Tidak ada kemajuan atau peradaban apapun yang mampu menggantikan posisi ajaran perbaikan, agama, dan hakikat-hakikat iman dalam jiwa umat. Kemajuan dan peradaban tidak mampu menggantikan posisi agama, juga tidak mampu membuat umat melupakan agama.

Dengan demikian, pemerintahan manapun yang menguasai umat negara ini, yang memegang keadilan dan keamanan, jangan pernah mengusik Risalah-risalah An-Nur, dan jangan sampai ada siapapun memprovokasi pemerintah ke arah itu.

Asas kedua;

Menolak sesuatu dan tidak mau menerapkan sesuatu, tentu dua hal yang sangat berbeda. Di setiap pemerintahan, tentu ada kelompok oposisi, kelompok muslim di bahwa kekuasaan Majusi, dan mungkin ad kelompok Yahudi atau Nasrani di bawah kekuasaan Islam, seperti yang terjadi pada era Umar bin Al-Khaththab. Meski demikian, 

347. Page

kebebasan pribadi tetap dijaga bagi siapapun yang tidak mengganggu keamanan ataupun mengusik pemerintahan.

Pemerintah hanya mengurus persoalan lahiriah, dan tidak bisa ikut campur dalam urusan hati. Sebagai informasi, siapapun yang berniat mengganggu keamanan, politik, dan birokrasi negara, tentu harus membaca surat kabar dan mengikuti segala peristiwa yang terjadi di dunia, agar mengetahui segala trend dan situasi yang bisa dimanfaatkan, juga agar tidak salah langkah dan tergelincir.

Risalah-risalah An-Nur melarang keras para murid-muridnya untuk menempuh langkah ini. bahkan teman-teman dekat saya tahu, sejak duapuluh lima tahun silam saya menjauhi surat kabar, tidak pernah bertanya tentang surat kabar apapun, dan saya pun tidak punya minat untuk bertanya, apalagi membaca surat kabar.

Saat ini –sudah sepuluh tahun- saya tidak mengetahui sedikit pun tentang berita dan situasi dunia selain kekalahan Jerman dan kemenangan kelompok Bolshevisme (komunis), hingga Risalah-risalah An-Nur melarang dan menjauhkan saya dari kehidupan sosial.

Untuk itu, kebijaksanaan, undang-undang politik, dan aturan keadilan seharusnya melarang siapapun untuk mengusik saya atau saudara-saudara saya. Siapapun yang mengusik saya, pasti karena pengaruh dugaan, kedengkian, atau pembangkangan.

Asas ketiga;

Saya terpaksa harus memberikan penjelasan panjang lebar berikut sebagai tanggapan atas sejumlah bantahan keliru yang tidak berarti dan tidak penting yang disampaikan penuntut umum di peradilan sebelumnya terkait penjelasan dalam risalah “sinar kelima.”

Pihak penuntut umum tidak bersandar pada pasal undang-undang, tapi hanya bersandar pada cinta dan fanatisme terhadap orang yang sudah mati (Musthafa Kamal).

Pertama;

Sebelumnya, kami menjaga risalah “sinar kelima” secara rahasia sebelum jatuh ke tangan pemerintah. Meski segala upaya penggeledahan dilakukan, namun pemerintah tidak menemukan satu pun salinan risalah di tempat saya. Risalah ini hanya bertujuan menyelamatkan iman kalangan awam, melenyapkan berbagai syubhat mereka, menyelamatkan mereka dari bantahan dan pengingkaran terhadap sejumlah hadits mutasyabihat.

Risalah ini tidak membahas sedikit pun urusan-urusan dunia, selain menempatkan urusan-urusan seperti ini di nomor tiga atau empat, itupun hanya sebagai pembahasan sepintas lalu saja. Perlu diketahui, apa yang diberitakan oleh risalah ini benar adanya. Risalah ini tidak menyinggung para politikus ataupun pecinta dunia, juga tidak memusuhi ataupun menantang mereka, hanya menjelaskan hakikat hadits nabawi secara menyeluruh dan umum.

Namun mereka menerapkan hakikat tersebut pada seseorang yang terbilang luar biasa yang hidup di zaman sekarang ini, hingga terjadilah hakikat tersebut. Itulah mengapa mereka menyampaikan bantahan karena mereka fikir risalah ini ditulis pada tahun-tahun ini. Sebagai informasi, risalah ini ditulis jauh sebelum saya bergabung dengan Darul Hikmah Islamiyah. Namun seiring perjalanan waktu, risalah ini disertakan dalam rangkaian Risalah-risalah An-Nur. Berikut jelasnya;


348. Page

Empatpuluh tahun silam, saya berkunjung ke Istanbul, atau satu tahun sebelum pengumuman kebebasan. Panglima besar Jepang saat itu mengajukan sejumlah pertanyaan agama kepada beberapa ulama. Selanjutnya, ulama Istanbul menyampaikan pertanyaan-pertanyaan ini kepada saya, selain mereka juga menyampaikan sejumlah pertanyaan terkait persoalan yang sama. Di antara pertanyaan tersebut ada yang terkait dengan salah satu hadits;

“Di akhir zaman, muncul seseorang luar biasa, di dahinya tertulis; ini kafir.”

Saya kemudian menjawab, “Urusan umat ini akan dipimpin seseorang yang luar biasa, ia mengenakan topi dan memaksa semua orang memakainya.”

Setelah jawaban ini, mereka bertanya kepada saya;

“Bukankah orang yang mengenakan topi saat itu kafir?”

Saya menjawab;

“Saat tepi berada di kepala, ia berkata, ‘Jangan sujud.’ Namun iman yang ada di dalam kepala memaksa topi tersebut sujud, insya Allah, dan akan memasukkan topi tersebut ke dalam agama Islam’.”

Setelah itu mereka bertanya;

“Orang tersebut minum air dan tangannya berulang. Saat itu, semuanya tahu bahwa dia adalah As-Sufyani.”

Saya menjawab;

“Ada sebuah perumpamaan untuk orang boros; tangannya berlubang dan telapak tangannya tembus. Artinya, harta tidak bertahan lama di tangannya, semuanya akan mengalir dan hilang percuma.

Seperti halnya perumpamaan tersebut, sosok luar biasa dan aneh ini kecanduan khamr (benda cair), dan akan jatuh sakit karena kecanduan ini, sehingga memaksanya untuk boros tanpa batas dalam menggunakan uang, serta melatih yang lain untuk boros.”

Seseorang di antara mereka kemudian bertanya;

“Ketika orang tersebut mati, setan di provinsi Dikili Thash di Istanbul, akan menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa si fulan telah mati.”

Saya kemudian berkata padanya;

“Berita ini akan disiarkan melalui telegram.” Namun setelah saya mendengar penemuan radio, saya tahu jawaban ini tidak sempurna. Delapan tahun setelah itu saat saya berada di Darul Hikmah, saya berkata;

“Berita ini akan disiarkan ke seluruh dunia melalui radio.”

Setelah itu mereka mengajukan sejumlah pertanyaan tentang bendungan Dzul Qarnain, Ya’juj-Ma’juj, binatang bumi, Dajjal dan turunnya Isa a.s., lalu semuanya saya jawab, bahkan sejumlah jawaban ini saya cantumkan dalam sebagian karya-karya lama saya.

Tidak lama setelah itu, Musthafa Kamal mengirimkan dua surat kepada teman saya, Tahsin Bek yang saat ini menjabat sebagai gubernur salah satu kota, dan memanggil saya ke Ankara untuk memberi saya reward karena menerbitkan risalah “enam langkah.”[1]


[1] Saat itu ada dua pemerintahan di sana; pemerintahan khilafah di Istanbul yang tengah dijajah Inggris dan pemerintahan yang berpusat di Ankara di bawah kepemimpinan Musthafa Kamal yang tengah berperang, namun tidak dijajah. Ustadz An-Nursi saat itu berada di Istanbul, beliau menyebarkan risalah yang menentang penjajahan Inggris dan meruntuhkan politik mereka. Sebuah peristiwa besar terjadi di sana. (Penerjemah)




349. Page

Saya kemudian pergi ke Ankara, lalu Musthafa Kamal menawarkan jabatan penasehat umum di wilayah-wilayah timur kepada saya dengan gaji 300 Lira, tepatnya di provinsi Syaikh As-Sanusi, karena Syaikh As-Sanusi tidak menguasai bahasa Kurdi. Musthafa Kamal juga menunjuk saya sebagai wakil dewan perwakilan, direksi urusan agama dan anggota Darul Hikmah. Musthafa menawarkan semua ini dengan maksud untuk menyenangkan saya dan mengganti tugas saya sebelumnya.

Saat itu, Sultan Rasyad mengucurkan sembilan ribu Lira emas untuk pembangunan madrasah Az-Zahra –yang pondasinya sudah saya pasang- dan universitas Darul Funun di kota Van. Majlis perwakilan memutuskan untuk menambah dana ini hingga 150 ribu Lira perak. Keputusan ini ditandatangani atas kesepakatan 163 anggota dewan dari jumlah total anggota yang mencapai 200 orang.

 Namun ketika saya mengamati sebagian berita yang tertera dalam isi asli risalah “sinar kelima” berlaku pada seseorang yang saya lihat di sana, saya terpaksa meninggalkan seluruh jabatan penting tersebut, karena saya yakin, mustahil untuk menjalin kesepahaman dengan orang seperti ini, bekerja saja atau berdiri di hadapannya.

Saya kemudian menjauhi urusan-urusan dunia, politik, dan kehidupan sosial, dan menggunakan sepenuh waktu hanya untuk menyelamatkan iman. Namun sejumlah pejabat semena-mena dan tidak adil, meminta saya menulis dua atau tiga risalah terkait dunia. Demi memenuhi permintaan beberapa orang, akhirnya saya mengumpulkan dan menata asas-asas risalah lama terkait sejumlah pertanyaan tentang hadits-hadits mutasyabihat yang membahas tanda-tanda kiamat. Risalah ini berjudul “sinar kelima” sebagai bagian dari Risalah-risalah An-Nur.

Nomor Risalah-risalah An-Nur tidak disebutkan sesuai urutan penulisan, karena risalah “catatan ketigapuluh tiga” misalnya dikarang sebelum “catatan pertama,” seperti halnya teks asli “sinar kelima” dan sejumlah risalah lain telah ditulis sebelum Risalah-risalah An-Nur ada.

Intinya, fanatisme dan ikatan persahabatan penuntut umum dengan Musthafa Kamal memicu sejumlah pertanyaan dan bantahan yang tidak legal secara hukum, tidak penting, dan juga salah, sehingga membuat saya menyampaikan penjelasan panjang lebar yang menyimpang dari persoalan seperti ini.

Berikut saya sebutkan salah satu pernyataan si penuntut umum sebagai contoh saja yang menunjukkan kata-katanya dikotori oleh sifat pribadi yang menyimpang dari hukum.

Ia berkata, “Bukankah Anda menyesal sebelumnya karena tulisan Anda dalam ‘sinar kelima?’ Karena dalam tulisan tersebut Anda menghina dan merendahkannya (Musthafa Kamal) kala Anda berkata, ‘Ia menjadi seperti geriba air karena terlalu sering meminum khamr dan minum-minuman’.”

Berikut jawaban yang saya sampaikan karena fanatisme tercela dan benar-benar keliru yang muncul karena ikatan persahabatan di penuntut umum dengan Musthafa Kamal;

“Mulianya kemenangan pasukan pemberani tidak hanya dikaitkan dengan dia (Musthafa Kamal) semata, ia hanya memiliki bagian tertentu dari kemenangan ini. Tentu zalim dan menyimpang dari keadilan ketika seluruh harta rampasan perang pasukan, harta benda, dan gaji mereka semua diserahkan kepada seorang panglima saja.”

Si penuntut umum yang jauh dari keadilan itu menuduh saya tidak menyukai orang yang punya banyak sekali aib tersebut, sampai-sampai ia mengatakan saya 

350. Page

pengkhianat negara. Karena tuduhan ini, saya juga menuduhnya tidak menyukai pasukan, mengingat ketika ia menyerahkan seluruh kemuliaan dan harta rampasan perang makanwi pasukan, atas sikapnya ini, ia telah melucuti pasukan dari kemuliaan.

Padahal yang benar, segala hal positif, baik, dan keutamaan harus dibagi untuk seluruh kelompok pasukan. Sementara untuk hal-hal negatif, lalai, dan kerusakan, harus dibebankan kepada kepemimpinan, ketua, dan yang memegang kendali segala urusan, karena apapun tidak akan terwujud tanpa memenuhi seluruh persyaratan dan rukun. Seorang panglima dalam persoalan ini hanya satu syarat. Ketika ada satu syarat saja tidak terpenuhi, atau ketika satu rukun saja rusak, ini sudah cukup untuk melenyapkan keberadaan sesuatu.

Untuk itu, mungkin saja menyandarkan kerusakan kepada ketua dan pemimpin, karena segala kebaikan umumnya kebiasaan positif dan nyata, sehingga tidak bisa dibatasi hanya untuk para petinggi negara. Sementara segala keburukan dan kekurangan murni ketiadaan dan kerusakan yang menjadi tanggung jawab pada pemimpin.

Mengingat hakikatnya demikian dan inilah yang benar, lantas bagaimana mungkin dikatakan kepada seorang kepala suku yang meraih serangkaian kemenangan, “Bagus, wahai Hasan Aga?!”

Namun ketika suku tersebut kalah, penghinaan dilimpahkan kepada para semua anggota suku?! Perilaku seperti ini benar-benar menyimpang dan berseberangan dengan kebenaran.

Dengan demikian, si penuntut umum yang melayangkan tuduhan kepada saya, telah menyimpang dari kebenaran dan hakikat. Meski demikian, ia mengklaim memutuskan perkara atas nama keadilan.

Senada dengan kesalahan orang ini, sesaat sebelum perang dunia sebelumnya, sejumlah orang taat beragama dan bertakwa datang menemui saya di kota Van, mereka bilang kepada saya;

“Sejumlah pemimpin melakukan tindakan-tindakan melawan agama. Ikutlah bersama kami, karena kami akan mengumumkan pemberontakan melawan mereka.”

Saya katakan kepada mereka;

“Tindakan-tindakan anti agama dan keburukan-keburukan itu akan berimbas pada para pemimpin tersebut, kita tidak mungkin memikulkan tanggungjawab tindakan-tindakan tersebut kepada pasukan. Di tengah-tengah pasukan Utsmani ini terdapat 100 ribu wali-wali Allah. Saya tidak mampu menyabetkan pedang ke arah pasukan tersebut. Untuk itu, saya tidak bisa ikut bersama kalian.”

Mereka kemudian meninggalkan saya, mereka mengacungkan senjata, hingga terjadilah insiden Betlis[1] yang tidak mencapai sasaran apapun.

Tidak lama setelah itu, perang dunia terjadi. Pasukan ini ikut terlibat dalam peperangan dunia ini di bawah panji agama dan memasuki medan jihad. Ratusan ribu syuhada di antaranya naik ke tingkatan para wali. Dengan darah, mereka menandatangani piagam kewalian. Ini merupakan bukti kebenaran tindakan saya terkait pernyataan tersebut.

Apapun itu, saya terpaksa sedikit berbicara panjang lebar karena terpancing oleh tindakan si penuntut umum yang aneh, mengisyaratkan penghinaan terhadap saya dan juga Risalah-risalah An-Nur, padahal orang yang berbicara atas nama keadilan

[1] Pemberontakan yang diusung kabilah-kabilah Kurdi di kota Betlis melawan kekuasaan Persatuan Turki sesaat sebelum perang dunia pertama. (Penerjemah)




351. Page

seharusnya tidak membiarkan perasaan-perasaan pribadi ataupun pengaruh-pengaruh luar mempengaruhi dirinya selanjutnya menyeret pada kesalahan meski hanya secara parsial, atau tidak berpihak, dan mendorong untuk memutuskan perkara berdasarkan emosi-emosi pribadi dan kejiwaan.

Asas keempat;

Setelah peradilan Eskisehir memeriksa ratusan risalah dan artikel selama empat bulan, peradilan memutuskan hukuman penjara selama enam bulan untuk limabelas orang saja di antara 120 terdakwah. Sementara saya sendiri dihukum penjara selama satu tahun.

Meski mereka memeriksa seratus risalah (di antara risalah-risalah saya), namun mereka tidak menemukan apapun selain lima belas kata dalam satu atau dua risalah saja.

Pengadilan mengeluarkan putusan pembebasan saya terkait kasus pembentukan tarekat-tarekat sufi, organisasi-organisasi politik, terkait persoalan topi, dan kami sudah menjalani hukuman penjara selama beberapa waktu.

Berikutnya di Kastamonu, mereka tidak menemukan bukti apapun untuk menghukum saya meski mereka berulang kali menggeledah, mencari dan memeriksa. Beberapa tahun silam, pemerintah menarik seluruh bagian Risalah-risalah An-Nur tanpa kecuali di Isparta, baik risalah-risalah umum maupun yang bersifat pribadi. Setelah melalui pemeriksaan selama tiga bulan, Risalah-risalah An-Nur dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing. Beberapa tahun berikutnya, seluruh Risalah-risalah An-Nur kembali diperiksa peradilan Denizli dan Ankara selama dua tahun, setelah itu semuanya dikembalikan kepada kami.

Mengingat seperti ini hakikatnya, maka tuduhan terhadap saya dan Risalah-risalah An-Nur, juga murid-murid Risalah-risalah An-Nur yang dilayangkan sejumlah orang yang berbicara atas nama hukum tapi bertindak atas dasar kedengkian dan mencaci kami karena pengaruh hawa nafsu, perasaan-perasaan pribadi secara ilegal menurut hukum, ini bukan hanya berarti menuduh kami saja, tapi sebelum itu menuduh pengadilan Eskisehir dan Kastamonu, juga menuduh para pejabat keamanan di provinsi-provinsi tersebut.

Juga berarti bahwa lembaga peradilan di Isparta, Denizli dan peradilan tinggi tindak pidana di Ankara, dituduh ikut terlibat bersama kami dalam kesalahan ini –jika memang kami punya kesalahan- karena jika kami punya suatu kesalahan, artinya lembaga-lembaga keamanan di tiga atau empat provinsi tersebut tidak melihat apapun meski dengan pengawasan yang sangat ketat, atau mungkin melihat namun menutup mata.

Selain itu, kedua peradilan tersebut tidak mengetahui hal tersebut, meski mereka memeriksa secara jeli selama dua tahun, atau mungkin kedua peradilan ini tidak membaca dengan penuh perhatian. Dengan demikian, seluruh lembaga ini lebih mendapat tudingan melebihi kami. Sebagai informasi, andai kami berniat mengarah pada persoalan-persoalan dunia, tentu suara yang muncul dari kami tidak seperti dengungan lalat, tapi dengan suara menggelegar laksana gema meriam.

Ya, orang yang memberikan pembelaan secara tajam dan sangat membekas tanpa rasa takut atau malu di hadapan peradilan militer yang digelar karena insiden 31 Maret[1] di hadapan majlis dua delegasi tanpa memperdulikan amarah Musthafa Kamal.


[1] Insiden 31 Maret adalah gerakan pemberontakan pasukan pada tahun 1909 karena dipicu oleh sekelompok persatuan dan kemajuan. Kelompok ini menuduh Sultan Abdul Hamid memicu sebagai alasan untuk mencoptnya, padahal Sultan sendiri menepis tudingan ini dan menuntut untuk membentuk satuan tugas khusus untuk melakukan pemeriksaan. Hanya saja kelompok persatuan menolak permintaan ini, lalu mereka melengserkan Sultan. (Penerjemah)




352. Page

Bagaimana dia ini menuduh (Ustadz An-Nursi) memimpin secara rahasia selama delapanbelas tahun tanpa ada seorang pun yang menyadari adanya konspirasi-konspirasi politik?

Orang yang menyampaikan tuduhan seperti ini jelas punya kepentingan. Seperti halnya kami berharap kepada penuntut umum peradilan Denizli, kami juga berharap kepada penuntut umum peradilan Afion agar menyelamatkan kami dari segala tuduhan orang-orang yang berkepentingan itu, juga dari kedengkian mereka, serta memperlihatkan sisi keadilan dan kebenaran.

Asas kelima;

Salah satu aturan utama bagi para murid An-Nur adalah sebisa mungkin tidak terlibat dalam politik, urusan-urusan pemerintah dan segala birokrasinya, karena menjalankan pengabdian Al-Qur'an sudah cukup dan tidak lagi membuat mereka memerlukan hal lain.

Selanjutnya, mereka yang terjun di medan politik saat ini tidak akan mampu menjaga independensi ataupun keikhlasan karena adanya banyak sekali kecenderungan kuat. Satu di antara sekian banyak kecenderungan ini akan menyeret dan menjadikannya bekerja demi kepentingan kecenderungan tersebut, juga memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan dunia, sehingga akan merusak kesucian amal dan pengabdian iman.

Selain itu, kezaliman dan kesewenang-wenangan berat kini sudah menjadi aturan dan undang-undang persaingan dan pertikaian materi saat ini. Artinya, banyak sekali orang tidak bersalah menjadi korban kesalahan satu individu, atau si individu ini kalah dalam urusannya, saat itu orang yang meninggalkan agama demi dunia atau memperalat agama untuk keduniaan, mengira bahwa hakikat-hakikat suci Al-Qur'an –yang sepatutnya tidak dimanfaatkan untuk kepentingan apapun juga- telah dimanfaatkan dalam propaganda politik.

Selanjutnya, seluruh individu umat di seluruh lapisan, baik yang menentang maupun yang membela, pejabat maupun rakyat biasa, mereka semua punya bagian dalam hakikat-hakikat Al-Qur'an tersebut dan mereka memerlukan itu. Untuk itu, para murid An-Nur atas tetap netral sepenuhnya, dan penting bagi mereka untuk tidak terjun di bidang politik, persaingan materi, dan tidak ikut campur dalam hal-hal tersebut.

Asas keenam;

Tidak diperkenankan menyerang Risalah-risalah An-Nur dengan dalih adanya kekurangan pada pribadi saya atau sejumlah saudara-saudara saya, karena Risalah-risalah An-Nur terkait secara langsung dengan Al-Qur'an, dan Al-Qur'an terkait dengan Arsy yang agung.

Untuk itu, siapa yang berani menjulurkan tangan untuk mengusik Al-Qur'an atau menguraikan tali kuat itu?!

Selanjutnya, Risalah-risalah An-Nur tidak mungkin bertanggungjawab atas segala aib dan kekurangan kita secara pribadi. Ini tidak bisa dan tidak boleh, karena berkah materi dan maknawi Risalah-risalah An-Nur, juga pengabdian-pengabdian mulia yang diberikan kepada negara ini, telah terwujud berdasarkan isyarat tigapuluh tiga ayat Al-

353. Page

Qur'an, tiga karamah gaib Imam Ali, dan pilihan gaib Syaikh Al-Kailani. Jika tidak, negeri ini akan menghadapi banyak kerugian dan bahaya materi maupun maknawi yang tidak bisa dihindari.

Tipu daya musuh-musuh terselubung Risalah-risalah An-Nur dari kalangan kaum atheis, akan berbalik menyerang leher mereka sendiri, dan dengan izin Allah segala rencana-rencana setan yang mereka galakkan dan serangan-serangan yang mereka lancarkan terhadap kami, akan mengalami kegagalan, karena Risalah-risalah An-Nur tidak sama seperti orang lain.

Berkat pertolongan Allah, mereka tidak mungkin dipecah-belah, tidak mungkin membuat mereka meninggalkan dakwah, dan mereka tidak bisa dikalahkan.

Andai Al-Qur'an tidak menghalangi pembelaan materi, para murid An-Nur –yang meraih simpati dan penghargaan mayoritas umat, penghargaan yang dinilai sebagai sesuatu yang sangat penting di tengah-tengah umat- dan yang berada dimana-mana, tentu tidak akan terlibat dalam kejadian kecil seperti insiden Syaikh Sa’id atau insiden Manman, karena jika mereka tertimpa kezaliman berat –semoga tidak Allah takdirkan- dan Risalah-risalah An-Nur diserang, para kaum atheis dan munafik yang memperdaya pemerintahan, pasti akan sangat menyesal.

Kesimpulan;

Karena kami tidak mengusik para pecinta dunia, maka mereka seharusnya tidak mengusik akhirat dan pengabdian iman kami.

* * *

(Berikut ini saya cantumkan sebuah lintasan fikiran lama dan kisah pembelaan lembut seputar peradilan Eskisehir yang sampai saat ini masih tersimpan dan belum dimasukkan dalam notulen-notulan resmi peradilan, juga tidak disebutkan dalam pembelaan saya di hadapan peradilan tersebut)

Di peradilan itu, mereka bertanya kepada saya;

“Bagaimana pendapat Anda tentang pemerintahan republik?”

Saya menjawab;

“Kalian bisa memastikan melalui buku ‘catatan pribadi’ yang kalian miliki bahwa saya ini orang yang taat beragama dan termasuk pendukung pemerintahan republik sebelum kalian muncul di dunia ini, kecuali kedua peradilan yang sudah berusia lanjut.

Kesimpulan dari buku tersebut, saat itu saya hidup terkucil –sama seperti kondisi saya saat ini- di bawah kubah makam yang sunyi. Orang-orang memberi saya kuah daging, saya lantas membagi-bagikan isi kuah pada semut, dan saya cukup memakan roti yang saya celupkan ke dalam kuah tersebut.

Mereka menanyakan sebabnya kepada saya, saya menjawab, “Kelompok semut dan juga lebah hidup dalam pemerintahan republik. Saya memberikan isi kuah itu untuk menghormati pemerintahan republik kelompok binatang tersebut.”

Mereka berkata, “Dengan sikap seperti itu, Anda menyalahi salaf shalih.”

Saya menjawab;


354. Page

“Para al-khulafaur rasyidun adalah pemimpin-pemimpin republik. Pada saat yang bersama, Ash-Shiddiq r.a. tanpa diragukan sama seperti pemimpin republik sepuluh sahabat yang dijamin surga dan para sahabat lainnya. Namun bukan dalam simbol dan bentuk hampa. Masing-masing di antara mereka adalah presiden yang taat beragama, menyandang makna keadilan hakiki dan kebebasan syar’i.

Dengan demikian, wahai penuntut umum dan para anggota peradilan! Kalian saat ini menuduh saya memusuhi konsep yang sudah saya emban selama limapuluh tahun lamanya.

Namun jika yang kalian tanyakan seputar republik sekuler. Setahu saya, sekuler artinya netral. Seperti halnya pemerintahan seperti ini tidak mengusik kalangan atheis dan orang-orang bodoh dengan dalih kebebasan nurani, maka seharusnya mereka tidak mengusik orang-orang yang taat beragama dan orang-orang bertakwa.

Saat ini, saya tidak mengetahui situasi-situasi politik yang dilalui pemerintahan republik, karena sejak duapuluh lima tahun silam, saya menjauhi kehidupan sosial.

Jika pun pemerintahan saat ini memasuki fase mencekam dan mencengangkan karena bekerja demi kepentingan kaum atheis, dan mulai membentuk undang-undang yang menghukum siapapun yang bekerja untuk akhirat dan iman –na’udzu billah- maka saya tidak gentar untuk mengatakan bahwa andai saya memiliki seribu nyawa, tentu saya tidak ragu untuk mengorbankan semuanya demi keimanan dan akhirat saya. Lakukan apapun yang ingin kalian lakukan, dan kata-kata terakhir yang akan saya ucapkan adalah;

حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

 “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

Andai kalian menghukum mati saya secara semena-mena atau memenjarakan saya dengan pekerjaan-pekerjaan berat, saya akan menyampaikan kata-kata ini pada kalian;

Berkat pengungkapan Risalah-risalah An-Nur secara pasti, saya tidak akan mati. Tapi saya akan berwisata dan pergi ke alam cahaya dan bahagia. Sementara kalian wahai musuh-musuh kami yang terselubung, yang akan membunuh saya demi kepentingan kesesatan, saya katakan kepada kalian bahwa saya siap untuk menyerahkan nyawa dengan tenang dan tentram hati, karena say tahu kalian akan dihukum mati abadi dan dipenjara secara terisolir untuk selamanya. Untuk itu, pembalasan saya terhadap kalian akan sangat sempurna sekali.

Demikian kata-kata saya untuk kalian.

Asas ketujuh;

Berdasarkan sejumlah pemeriksaan dangkal –yang dilakukan di sejumlah tempat lain- peradilan Afion menuduh saya berusaha untuk mendirikan organisasi politik.

Sebagai jawaban, saya katakan;

Pertama;

Seluruh pendamping saya tahu bahwa saya tidak membaca satu surat kabar pun sejak sembilanbelas tahun silam, saya tidak pernah mendengar dan menanyakannya. Selama sepuluh tahun limabelas bulan, saya tidak mengetahui berita apapun selain kekalahan Jerman dan bahaya komunisme. Saya tidak mengetahui berita lain, saya tidak punya keinginan untuk mengetahui hal-hal tersebut.


355. Page

Untuk itu, orang seperti saya ini tentu tidak punya hubungan politik dan organisasi-organisasi politik meski sekecil apapun.

Kedua;

Risalah-risalah An-Nur yang jumlahnya mencapai 130 risalah, semuanya beredar luas dan terpampang di hadapan siapapun. Peradilan Eskisehir yakin bahwa Risalah-risalah An-Nur tidak memiliki tujuan apapun selain hakikat-hakikat keimanan. Untuk itu, peradilan ini hanya mengusik satu atau dua risalah saja.

Sementara peradilan Denizli sama sekali tidak mengusik satu risalah pun, seperti halnya pihak keamanan di Kastamonu tidak menemukan seorang pun yang dicurigai, selain hanya dua orang saja yang membantu segala persoalan saya, juga tiga orang lainnya karena alasan-alasan lemah, meski pihak keamanan terus mengintai dan mengawasi selama delapan tahun tanpa henti.

Ini bukti kuat bahwa murid-murid An-Nur sama sekali tidak membentuk organisasi politik. Jika yang dimaksud organisasi menurut pihak penuntut umum adalah jamaah iman yang bekerja untuk akhirat, jawaban yang kami sampaikan adalah, “Jika Anda menyebut organisasi untuk para mahasiswa universitas Darul Funun atau untuk setiap pekerja, maka kami bisa disebut organisasi sesuai pengertian ini.

Namun jika yang dimaksud adalah sebuah kelompok yang mengganggu keamanan negara dengan memanfaatkan motif-motif agama, kami menolak tuduhan seperti ini, karena tidak adanya keterlibatan murid-murid An-Nur selama duapuluh tahun dalam satu insiden pun yang mengganggu keamanan dalam negeri di tempat manapun, tidak adanya catatan kriminal murid-murid An-Nur terkait keamanan negara, baik catatan pemerintah maupun peradilan, ini merupakan bukti nyata atas kebatilan tuduhan tersebut.

Sementara jika kalian mengira bahwa memperkuat perasaan-perasaan agama akan mengganggu keamanan dalam negeri pada masa depan, dan inilah maksud tuduhan pembentukan organisasi yang Anda maksudkan, maka tanggapan kami sebagai berikut;

Pertama; para penceramah (khususnya pemimpin urusan agama) juga menjalankan hal yang sama.

Kedua; murid-murid An-Nur bukan hanya jauh dari hal-hal yang membahayakan keamanan dan ketentraman, tapi mereka juga berusaha sekuat tenaga dan dengan sepenuh keyakinan untuk menjaga umat dari kekacauan dan fitnah, berusaha dengan segenap kemampuan untuk menjamin ketenangan dan keamanan. Buktinya ada pada asas pertama di atas.

Ya! Kami adalah jamaah yang bertujuan untuk menyelamatkan diri terlebih dahulu, setelah itu menyelamatkan umat kami dari hukuman mati abadi dan penjara kubur yang terisolir selamanya, juga menjaga para warga negara dari kehidupan kacau, bodoh, dan menjaga diri –dengan hakikat-hakikat kuat sekuat baja yang tertera dalam Risalah-risalah An-Nur- dari atheisme yang bertujuan menghabisi kehidupan kita di dunia maupun akhirat.

Asas kedelapan;

Mereka melayangkan sejumlah tuduhan kepada kami atas dasar beberapa kata berpengaruh yang ada dalam Risalah-risalah An-Nur, juga sejumlah pemeriksaan dangkal yang dilakukan di beberapa tempat.

Sebagai jawaban, kami katakan;


356. Page

Mengingat tujuan kami terbatas untuk keimanan dan akhirat, bukan untuk bersaing, bertikai dan bertarung dengan para pecinta dunia, mengingat bahasan kecil yang sangat sedikit sekali terkait urusan dunia yang tertera dalam satu atau dua risalah, sama sekali bukan kami maksudkan, bahkan mungkin saja mereka (lawan-lawan Risalah-risalah An-Nur) salah memahami saat kami berjalan menempuh tujuan kami, maka tidak mungkin jika kata-kata tersebut dinilai bermuatan politik.

Mengingat kemungkinan dan kenyataan adalah dua hal berbeda, mengingat tuduhan yang diarahkan kepada kami bukan karena kami melakukan tindakan yang mengancam keamanan, tapi hanya kemungkinan atau berpotensi mengganggu keamanan, ini tuduhan batil dan tidak ada artinya, sama seperti tuduhan pembunuhan terhadap seseorang hanya karena ia mungkin melakukan kejahatan tersebut.

Perlu diketahui, peradilan Eskisehir, Kastamonu, Isparta dan Denizli tidak menemukan bukti apapun –meski mereka berusaha keras menyelidiki- dalam ribuan salinan Risalah-risalah An-Nur dan tulisan-tulisan yang beredar luas di tangan ribuan orang selama duapuluh tahun yang memperkuat tuduhan mereka. Peradilan Eskisehir tidak menemukan apapun selain risalah kecil, sehingga mereka terpaksa menggunakan pasal undang-undang karet untuk memikulkan tanggungjawab kepada kami. Meski pihak peradilan menghukum siapapun yang menyampaikan pelajaran agama, namun mereka hanya bisa mengeluarkan putusan hukuman penjara terhadap limabelas orang saja di antara 120 terdakwah, itupun hanya selama enam bulan.

Andaikan ada seseorang seperti kami berada di hadapan kalian, kemudian duapuluh risalah pribadi yang ia tulis selama satu tahun diselidiki, jika ini terjadi, tidak mungkinkah Anda menemukan duapuluh kata dalam risalah-risalah tersebut untuk kalian jadikan bukti untuk memikulkan tanggungjawab pada orang tersebut?

Untuk itu, tidak ditemukannya duapuluh kata untuk dijadikan bukti untuk menghukum si pemilik risalah di antara duapuluh ribu salinan risalah dan tulisan-tulisannya, merupakan bukti kuat bahwa tujuan Risalah-risalah An-Nur secara langsung adalah akhirat, tidak ada kaitannya dengan dunia.

Asas kesembilan;

Materi putusan tuntutan dicatat dalam peradilan Afion yang disampaikan penuntut umum yang adil di peradilan Denizli, dan sejumlah hakim pemeriksa yang tidak adil dan dangkal di sejumlah tempat lain, buktinya kami tidak diapa-apakan selama pemeriksaan. Selanjutnya, materi putusan ini beserta beberapa tulisan tanpa menyebutkan tanggal dan korespondensi yang terjadi selama duapuluh, limabelas, ataupun sepuluh tahun, diperlihatkan. Materi ini sudah dijawab dalam asas ketiga dan pertanyaan kedua dalam tuduhan yang diarahkan kepada saya, yang berkenaan dengan “sinar kelima” dan risalah-risalah lain yang mencapai 130 risalah dan tulisan yang diperiksa di peradilan Eskisehir. Kami sudah melalui masa hukuman, kami juga mendapat remisi, dan peradilan Denizli membebaskan kami.

Tapi kini, mereka berupaya mencari-cari alasan lemah dari risalah-risalah tersebut untuk dijadikan materi tuduhan terhadap kami.

Apakah gerangan orang yang dengan khutbahnya mampu menundukkan delapan batalion pasukan dalam insiden 31 Maret padahal mereka sama sekali tidak mencela reputasi Syaikhul Islam ataupun kata-kata ulama, mungkinkah dia ini meyakinkan dan hanya memanfaatkan orang-orang seperti itu selama delapan tahun? Bisakah dikatakan 

357. Page

bahwa dia hanya mampu memanfaatkan lima orang di sebuah provinsi besar; Kastamonu?

Kalian mengeluarkan seluruh tulisan-tulisan saya, baik risalah-risalah pribadi dan rahasia maupun risalah-risalah umum di Kastamonu dan Denizli.

Setelah melalui pemeriksaan selama tiga bulan, mereka tidak menangkap siapapun dalam provinsi yang besar itu selain Faidhi, Amin, Hilmi, Taufik dan Shadiq.

Lima orang ini biasa membantu saya untuk pekerjaan-pekerjaan pribadi saya demi mencari ridha Allah.

Dalam tiga setengah tahun di Emirdag, mereka menangkap tiga kawan, setelah itu mereka melepaskan tiga kawan ini kepada kami.

Jika memang saya bekerja seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan dangkal ini, tentu saya memanfaatkan 500 orang, bukan hanya lima atau sepuluh orang. Bahkan, saya bisa memanfaatkan 5 ribu orang, bahkan 500 ribu orang.

Berikut saya sampaikan kata-kata saya di peradilan Denizli untuk menunjukkan kebenaran dan untuk memperlihatkan seberapa jauh kesalahan mereka. Di bagian bawahnya, saya sebutkan satu atau dua contohnya;

Mereka menghukum kami karena kami mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang membantu untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah –di alam raya- yang merupakan sumber Risalah-risalah An-Nur. Ini mengikuti tradisi Islam yang sudah berlaku sejak era nubuwah. Kami menyebut kumpulan ayat-ayat tersebut sebagai Hizbul Qur’an.

Mungkinkah orang yang melakukan amalan seperti ini dikatakan merubah agama?!

Selanjutnya, meski selama setahun saya sudah merasakan siksaan karena risalah “hijab” yang mereka temukan di bawah tumpukan kayu bakar -risalah ini digandakan dan disebarkan pada tahun ini. Karena hal ini, mereka bermaksud menghukum kami.

Selanjutnya, ketika saya menyampaikan kata-kata kasar kepada orang terkenal yang mengendalikan pemerintahan Ankara, ia tidak sama sekali membalas kata-kata saya itu, bahkan lebih memilih diam. Hanya saja setelah ia meninggal dunia, hakikat sebuah hadits memperlihatkan kesalahan orang tersebut –saya menulis kata-kata ini empatpuluh tahun silam.

Fakta dan kritikan-kritikan yang bersifat fitrah dan penting –sebagian di antaranya bersifat rahasia dan sebagian lainnya bersifat umum- terkait orang tersebut, diterapkan oleh si penuntut umum dengan segala kepandaiannya, dan ia jadikan sebagai inti tanggungjawab yang ia bebankan kepada kami.

Mana keadilan hukum yang menjadi simbol dan tanda mata umat, juga sebagai salah satu pembiasan Allah?! Dan mana gagasan orang yang sudah mati dan hubungannya dengan negara sudah terputus?!

Selanjutnya, kami menjadikan kebebasan nurani dan keyakinan yang dijadikan asas pemerintahan republik, sebagai inti sandaran kami. Dengan materi ini, kami membela hak-hak kami. Namun peradilan menjadikan kebebasan berkeyakinan sebagai inti tanggungjawab, seakan kami ini menentang kebebasan nurani dan keyakinan.

Dalam risalah lain, saya mengkritik sisi-sisi buruk peradaban modern dan saya jelaskan apa saja kekurangannya. Selanjutnya pihak peradilan dalam berita acara pemeriksaan menuduhkan sejumlah hal yang tidak pernah terlintas di benak saya, yaitu tuduhan bahwa saya berpenampilan layaknya orang yang menolak untuk menggunakan 

358. Page

radio, naik kereta api dan pesawat terbang, sehingga saya bertanggungjawab karena menentang kemajuan peradaban modern!

 Berdasarkan contoh-contoh ini, bisa diperkirakan begitu jauh perlakuan mereka ini dari keadilan. Kami berharap agar peradilan Afion tidak mempertimbangkan berbagai dugaan dan syubhat yang tertera dalam berkas-berkas acara pemeriksaan, seperti halnya peradilan umum Denizli dan para penuntut umum di peradilan tersebut yang adil, tidak mempertimbangkan dugaan dan syubhat-syubhat seperti itu. Yang paling aneh dari semua itu adalah; kapal terbang, kereta api dan radio yang merupakan nikmat agung dari Allah, yang sepatutnya dibalas dengan bersyukur kepada Allah, umat manusia tidak membalas semua nikmat itu dengan syukur, hingga akhirnya bom-bom pesawat tempur menimpa kepala mereka. Radio adalah nikmat ilahi yang agung, dimana syukur yang dipersembahkan untuk nikmat ini adalah dengan menggunakan radio untuk menghafal Al-Qur'an yang dipancarkan kepada seluruh umat manusia.

Seperti yang telah saya sampaikan dalam “kalimat keduapuluh” bahwa Al-Qur'an mengabarkan tentang hal-hal luar biasa dari peradaban modern saat ini. Kami juga menjelaskan saat membicarakan tentang salah satu isyarat ayat Al-Qur'an, bahwa orang-orang kafir akan mengalahkan dunia Islam melalui kereta api.

Ketika saya mendorong kaum muslimin untuk membuat penemuan-penemuan peradaban yang menawan ini, pihak penuntut umum peradilan-peradilan sebelumnya justru menjadikan dorongan ini sebagai inti tuduhan yang diarahkan kepada kami, seakan saya menentang penemuan-penemuan seperti ini.

Selanjutnya seseorang di antara mereka berkata, “Risalah An-Nur muncul dari cahaya Al-Qur'an, maksudnya bersumber dari ilham Al-Qur'an. Risalah An-Nur adalah pewaris yang menjalankan tugas risalah dan syariat.” Pihak penuntut umum menyampaikan makna yang jelas-jelas keliru melalui catatan yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Risalah-risalah An-Nur, seakan tulisan-tulisan tersebut adalah Risalah-risalah An-Nur, dan mereka jadikan tulisan-tulisan tersebut sebagai materi tuduhan terhadap saya.

Seperti yang telah kami sampaikan di duapuluh bagian pembelaan dan bukti, kami tidak menjadikan agama, Al-Qur'an, dan Risalah-risalah An-Nur sebagai alat dan sarana untuk meraih dunia, dan sama sekali tidak patut dijadikan sarana. Satu pun hakikat Risalah-risalah An-Nur tidak akan kami tukarkan dengan kekuasaan dunia secara keseluruhan. Seperti inilah realita kami, dan ada ribuan bukti yang memperkuat pernyataan ini. Namun nampak dari arah dakwaan peradilan Afion dan dalam putusannya yang mengacu pada sejumlah pemeriksaan lain; Bahwa kami mencari dunia, berusaha menjalin konspirasi, meraih harta benda dunia, memperalat agama demi meraih materi-materi hina dan tidak berharga, berusaha untuk meruntuhkan nilai agama.

Mereka menuduh kami berdasarkan asas ini.

Karena seperti ini persoalannya, dengan segenap kemampuan yang ada, kami mengucapkan;

حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

 “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

Sa’id An-Nursi 


359. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Lanjutan Bantahan yang Ditujukan Kepada Peradilan Afion

Lawan bicara saya dalam bantahan ini bukan peradilan Afion dan para penuntut umum, tapi para petugas yang bekerja di sini, dalam lingkup pemeriksaan yang terasuki keraguan, dugaan, dan tujuan-tujuan pribadi, sehingga menjadikan beberapa bagian (dari Risalah-risalah An-Nur) untuk menghukum kami berdasarkan serangkaian pemeriksaan asal-asalan dan sejumlah informasi yang dijadikan sandaran oleh para penuntut umum, informan dan para pengungkap berita di tempat-tempat lain.

Pertama;

Sebutan organisasi –yang tidak pernah terlintas di benak dan sama sekali tidak berdasar- untuk murid-murid An-Nur yang tidak bersalah yang tidak punya kaitan apapun dengan politik, sehingga mereka yang malang ini dianggap termasuk dalam lingkup politik padahal sama sekali tidak punya tujuan apapun selain iman dan akhirat, mereka dianggap menyebarkan organisasi tersebut, dianggap sebagai anggota-anggota dan para pengikut aktif, atau menganggap orang-orang yang membaca dan yang meminta dibacakan Risalah-risalah An-Nur, atau menggandakan Risalah-risalah An-Nur sebagai orang-orang bersalah yang harus dibawa ke meja hijau. Ini semua jelas jauh dari keadilan.

Bukti pastinya adalah;

Mereka yang membaca buku-buku berbahaya laksana racun mematikan dan yang menyerang Al-Qur'an, seperti buku-buku karya Dr. Doze dan atheis-atheis lain sepertinya, tidak dianggap bersalah menurut undang-undang kebebasan berfikir dan kebebasan ilmiah, sementara membaca dan menulis Risalah-risalah An-Nur yang menjelaskan hakikat-hakikat Al-Qur'an dan iman, serta mengajarkan dan menjelaskan Risalah-risalah An-Nur yang sejelas mentari kepada mereka yang sangat memerlukan dan merindukannya, dianggap bersalah!

Selanjutnya, mereka menuduh kami karena beberapa kalimat saja yang tertera dalam beberapa risalah yang kami jadikan risalah-risalah rahasia –agar tidak disalahartikan, dan ini terjadi sebelum risalah-risalah yang dimaksud dibawa ke peradilan. Perlu diketahui, risalah-risalah tersebut sudah diperiksa peradilan Eskisehir –kecuali satu risalah- dan menjadikan risalah tersebut sebagai asas untuk tindakan yang diperlukan. Itupun peradilan Eskisehir hanya mempermasalahkan satu atau dua permasalahan dalam risalah “hijab.”

Permasalahan ini sudah saya jawab dalam penjelasan dan bantahan saya dengan jawaban-jawaban pasti, dan kami katakan, “Yang ada di tangan kami adalah cahaya, kami tidak memiliki tongkat komando politik.” Kami tegaskan hal itu dalam peradilan Eskisehir dengan duapuluh alasan.

Peradilan Eskisehir telah memeriksa seluruh Risalah-risalah An-Nur tanpa terkecuali, dan tidak mempermasalahkan satu pun di antara risalah-risalah tersebut. Namun para penuntut umum yang tidak adil itu menjeneralisasi kata-kata yang 

360. Page

dipermasalahkan yang tidak lebih hanya terdiri dari dua atau tiga rangkaian kata itu untuk seluruh Risalah-risalah An-Nur, mereka anggap para pengganda Risalah An-Nur bersalah, menuduh saya menentang dan melawan pemerintah.

Saya mempersaksikan teman-teman dekat saya dan mereka yang pernah bertemu saya, seraya bersumpah atas nama Allah bahwa sejak lebih dari sepuluh tahun silam, saya tidak mengenal siapapun selain dua presiden, seorang anggota dewan di parlemen dan gubernur Kastamonu. Selain mereka, saya tidak begitu mengenal pejabat-pejabat pemerintahan, menteri, jajaran pemimpin, dan juga wakil-wakil pemerintahan, dan saya juga tidak berhasrat untuk mengenal mereka. Hanya saja setahun ini ada satu atau dua orang yang menjalin hubungan dengan saya, sehingga melalui dua orang ini saya mengenal sekitar lima atau enam pejabat pemerintahan.

Mungkinkah orang yang ingin melawan pemerintah tidak mengenal siapa yang akan ia lawan, tidak tergerak untuk mengenal mereka, tidak memperdulikan siapa yang dihadapi apakah lawan atau kawan?!

Melalui semua kondisi ini bisa difahami bahwa mereka sengaja membuat-buat alasan yang sama sekali tidak berdasar. Karena persoalannya seperti ini, saya ingin mengatakan kepada orang-orang zalim dan tidak adil itu, bukan peradilan ini yang menjadi lawan bicara saya;

Saya sama sekali tidak memperdulikan apapun hukuman yang akan kalian terapkan pada saya, meski sekeras dan sekasar apapun juga, karena saya sudah berada di ambang pintu kuburan, sudah berusia tujuhpuluh lima tahun. Lantas adakah kebahagiaan yang lebih besar dari menukarkan satu atau dua tahun kehidupan tak bersalah dan teraniaya seperti ini dengan tingkatan syahadah (mati syahid)?

Selanjutnya, saya yakin sepenuhnya tanpa sedikit pun ada keraguan yang merasuk dalam diri saya, bahwa kematian bagi kami adalah pembebasan tugas dan visa untuk memasuki alam ketenangan dan kebahagiaan. Kami memiliki ribuan bukti dari Risalah-risalah An-Nur terkait hal ini. Bahkan meskipun kematian secara kasat mata sebagai peniadaan bagi kami, toh beban berat sesaat bagi kami berubah menjadi kebahagiaan, kunci rahmat, dan kesempatan besar untuk pindah ke alam baqa dan abadi.

Sementara kalian, wahai musuh-musuh kami yang terselubung, wahai mereka yang menyesatkan keadilan demi memuaskan orang-orang zindiq, membuat-buat dugaan palsu di otak para pemimpin negara agar fokus mengurus kami tanpa alasan dan tanpa sebab! Perlu kalian ketahui -silahkan kalian menggigil ketakutan- bahwa kalian telah memutuskan hukuman mati abadi dan penjara terisolir selamanya untuk kalian sendiri. Pembalasan untuk kami akan diambilkan berlipat kali dari kalian. Kami melihat hal itu dan kami merasa iba pada kalian.

Tidak diragukan, hakikat kematian yang mengosongkan kota ini sebanyak seratus kali menuju kuburan, pasti ada batasnya, lebih dari batas kehidupan, dan upaya untuk menghindari cengkeraman kuku hukuman mati abadi itu adalah persoalan utama umat manusia, bahkan merupakan kebutuhan paling utama dan mendesak.

Mengingat hakikatnya seperti ini, bukankah aneh jika segelintir orang menuduh murid-murid Risalah-risalah An-Nur –yang mengetahui rahasia dan hakikat tersebut- dan melayangkan tuduhan-tuduhan batil terhadap Risalah-risalah An-Nur yang menegaskan hakikat yang sama dengan ribuan dalil?

Siapapun yang masih punya akal meski hanya sedikit –bahkan orang gila sekalipun- pasti tahu bahwa dengan melayangkan tuduhan-tuduhan seperti ini, mereka 

361. Page

membuat diri mereka sendiri sebagai pihak terdakwah di hadapan kebenaran dan keadilan.

Ada tiga materi yang mengesankan adanya organisasi politik yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kami. Tiga materi inilah yang telah memperdaya orang-orang zalim itu.

Materi pertama;

Hubungan kuat yang mengikat murid-murid saya sejak dulu, membuat mereka mengira adanya organisasi.

 

Materi kedua;

Sebagian murid-murid Risalah-risalah An-Nur bekerja secara bersama-sama layaknya organisasi-organisasi Islam yang ada di manapun, yang dibolehkan undang-undang republik. Untuk itu, sebagian di antara mereka mengira murid-murid Risalah-risalah An-Nur berorganisasi, padahal niat beberapa murid tersebut sama sekali bukan untuk membentuk organisasi atau semacamnya, tapi semata ukhuwah murni dan ikatan akhirat yang kuat.

Materi ketiga;

Orang-orang zalim tersebut tahu bahwa mereka tenggelam dalam penyembahan terhadap dunia dan tersesat jauh sekali. Mereka menemukan beberapa undang-undang yang selaras dengan mereka. Untuk itu, mereka mengungkapkan apa yang selalu berada dalam fikiran mereka, “Sa’id dan teman-temannya menentang kami, menentang undang-undang pemerintah yang selaras dengan keinginan kami. Dengan demikian, mereka adalah organisasi politik.”

Saya katakan;

Wahai orang-orang sengsara! Andai dunia ini kekal abadi, andai manusia hidup selamanya di sana, dan andai segala tugas yang ada hanya terbatas di bidang politik saja, tentu kebohongan kalian ini punya makna. Namun perlu kalian ketahui, andai saya ini memasuki dunia politik, tentu kalian mengetahui seribu satu kalimat yang ditulis dalam bentuk tantangan politik, bukannya sepuluh kalimat dalam sebuah risalah. Dengan asumsi mustahil –seperti kata kalian- bahwa kami bekerja dan berupaya untuk tujuan-tujuan dunia, segala kenikmatan dunia yang tiada berharga, dan meraih politik dunia –inilah asumsi dimana setan tidak akan berupaya untuk meyakinkannya pada siapapun. Mengingat seluruh realita kami selama duapuluh tahun tidak menampakkan sesuatupun yang mengharuskan kami selalu diintai, mengingat pemerintah hanya melihat perilaku seseorang, bukan melihat hatinya, dan mengingat para pihak oposisi ada di setiap pemerintahan dalam bentuk yang kuat, maka tidak diragukan bahwa kalian tidak mampu memposisikan kami sebagai sasaran tuduhan sesuai undang-undang keadilan.

Kata-kata terakhir saya;

 حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ࣖ


“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah: 129)



Sa’id An-Nursi

* * *


362. Page

Peristiwa Ilegal Secara Hukum

Setelah kami bebas dari peradilan Denizli, meski saya menjauhi publik dan menarik diri selama tiga tahun seraya meninggalkan dunia politik secara total, namun peristiwa baru yang menyeret kami ke dalam penjara Afion, sama sekali tidak bersumber pada hukum, bahkan ilegal secara hukum berdasarkan sepuluh alasan;

Pertama;

Risalah-risalah An-Nur telah melalui pemeriksaan tiga peradilan, tiga dewan ahli, tujuh lembaga-lembaga tinggi di Ankara, dan sejumlah pemeriksa peradilan, mereka semua sepakat menyatakan Risalah-risalah An-Nur tidak bersalah tanpa terkecuali, juga Sa’id dan para pengikutnya yang jumlahnya mencapai 75 orang. Mereka tidak menghukum meski kurungan satu hari pun.

Meski demikian, perilaku semena-mena mereka terhadap Risalah-risalah An-Nur yang dianggap seakan lembaran-lembaran perusak keamanan negara, membuat siapapun yang punya keadilan meski sekecil apapun, tahu sejauh mana persoalan ini menyimpan dari hukum.

Kedua;

Orang yang hidup mengucilkan diri di Emirdag selama tiga tahun lamanya setelah dibebaskan, hidup terasing, bahkan pintu rumahnya dikunci dari dalam dan luar, tidak menerima siapapun untuk menemuinya kecuali untuk kepentingan yang sangat mendesak, yang sudah tidak lagi menulis; pekerjaan yang ia lakukan selama duapuluh tahun silam tanpa henti, namun kemudian pihak pemeriksa datang, merusak kunci pintu dan tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya untuk pemeriksaan politik dunia!

Ketiga;

Seperti yang beliau (ustadz An-Nursi) sampaikan di peradilan; orang yang tidak mengikuti berita-berita perang dunia –sesuai kesaksian tujuhpuluh orang- tidak pernah bertanya tentang hal itu, tetap bertahan pada kondisinya, tidak membaca surat kabar apapun sejak duapuluh lima tahun silam, tidak pernah mendengar berita, yang mengatakan;

“Saya berlindung kepada Allah dari (gangguan) setan dan politik” sejak tigapuluh tahun islam, menjauhi politik sekuat tenaga yang dimiliki, merasakan penyiksaan selama duapuluh dua tahun lamanya, tidak pernah sekalipun merujuk ke lembaga-lembaga pemerintahan –demi mendapatkan jaminan ketenangan- untuk mengalihkan perhatian publik karena memang ia tidak pernah terlibat dalam urusan-urusan politik, meski demikian apakah undang-undang membolehkan siapapun masuk ke dalam rumahnya dan tempat berdiam diri secara tiba-tiba seakan ia mengatur konspirasi-konspirasi politik, dan diperlakukan secara kejam?!

Siapapun yang memiliki perasaan meski hanya seberat biji sawi, tentu menderita karena kondisi seperti ini.


363. Page

Keempat;

Setelah melalui pemeriksaan selama enam bulan di peradilan Eskisehir, Risalah-risalah An-Nur dinyatakan bebas dari tuduhan upaya pembentukan organisasi politik atau pendirian tarekat sufi, meski sang pemimpin besar[1] menghasut sejumlah jajaran dan pejabat kementerian keadilan untuk melayangkan tuduhan-tuduhan tersebut atas dasar dugaan dan kedengkian pribadi. Namun Risalah-risalah An-Nur dinyatakan bebas dari tuduhan pembentukan organisasi dan tarekat sufi apapun, kecuali risalah “hijab” –yang merupakan bagian kecil dari Risalah-risalah An-Nur- yang mereka jadikan sandaran dan alasan –bukan secara hukum, tapi atas dasar keyakinan dan perasaan pribadi- sehingga memicu hukuman penjara selama enam bulan untuk beberapa murid An-Nur yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh di antara seratus yang disidang.

Karena mereka ini sudah ditahan selama empat setengah bulan hingga masa pemeriksaan Risalah-risalah An-Nur tuntas, berarti mereka hanya dipenjara selama satu setengah bulan saja.

Sepuluh tahun berikutnya, peradilan Denizli juga memeriksa dan mengklarifikasi seluruh tulisan, risalah, dan karangan-karangan yang ditulis selama duapuluh tahun secara seksama. Pemeriksaan ini berlangsung selama sembilan bulan –atas tuduhan karya-karya ini menghasut pendirian organisasi atau tarekat sufi. Kitab-kitab ini dikirim ke peradilan tinggi di Ankara dalam lima kardus, dimana seluruh risalah dan kitab ini diperiksa peradilan tinggi Ankara dan Denizli selama dua tahun lamanya.

Peradilan Ankara dan Denizli sepakat membebaskan risalah-risalah dan kitab-kitab tersebut dari segala tuduhan yang diarahkan padanya, seperti pembentukan organisasi, tarekat sufi, dan tuduhan-tuduhan lainnya.[2] Selanjutnya dikembalikan kepada para pemilik masing-masing. Seperti halnya Sa’id dan kawan juga dinyatakan tidak bersalah.

Dengan demikian, tuduhan bahwa Sa’id seorang politikus yang berusaha untuk membentuk organisasi, pakar konspirasi, menghasut para pejabat peradilan menindaknya karena dia dianggap sebagai tokoh tarekat, benar-benar menyimpang dari hukum. Siapapun yang perasaannya belum mati pasti mengetahui hal itu.

Kelima;

Mengingat kasih sayang adalah aturan hidup saya sejak tigapuluh tahun silam, asas faham saya dan juga faham Risalah-risalah An-Nur, maka saya menghindar untuk mengusik para penjahat yang telah memperlakukan saya secara zalim. Bukan hanya itu, bahkan saya juga tidak bisa untuk sekedar mendoakan keburukan kepada mereka, agar tidak membahayakan siapapun yang tidak bersalah.

Bahkan, kasih sayang inilah yang melarang saya untuk mengusik atau bahkan sekedar mendoakan keburukan pada sebagian orang-orang fasik, bahkan zalim yang tidak punya agama, yang menzalimi saya atas dorongan kedengkian hebat, agar tidak menimpakan bahaya materi pada orang-orang tua malang seperti ayah atau ibu si lelaki zalim tersebut,[3] atau membahayakan nyawa-nyawa yang tidak bersalah seperti anak-anaknya.


[1] Maksudnya Musthafa Kamal. (Penerjemah)

[2] Asas dan tujuan Risalah-risalah An-Nur adalah menampakkan hakikat Al-Qur'an bekerja demi iman tahqiqi. Untuk itu, Risalah-risalah An-Nur dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan pembentukan tarekat sufi oleh tiga peradilan.

[3] Maksudnya Musthafa Kamal. (Penerjemah)



364. Page

Demi empat atau lima nyawa tak berdosa itu, saya tidak bisa untuk mengusik si zalim dan pengkhianat tersebut, bahkan kadang saya memaafkan mereka.

Karena kasih sayang ini, saya tidak cukup hanya tidak mengusik pemerintah dan keamanan, tapi saya juga memerintahkan hal tersebut kepada seluruh teman-teman saya. Bahkan sejumlah pejabat keamanan yang adil di tiga provinsi mengakui bahwa murid-murid Risalah-risalah An-Nur adalah para penjaga keamanan maknawi, karena mereka menjaga keamanan dan pemerintahan.

Fakta ini dikuatkan oleh ribuan saksi, dibenarkan oleh rentang kehidupan selama duapuluh tahun bersama para murid yang jumlahnya mencapai ribuan. Pihak keamanan tidak pernah mencatat satu insiden pun yang mengganggu keamanan yang dilakukan murid-murid An-Nur.

Meski semua bukti ini, mereka (para musuh) tetap saja masuk secara paksa ke dalam rumah orang lemah ini (ustadz An-Nursi), seakan beliau tokoh revolusi dan pakar konspirasi. Mereka memperlakukan beliau secara tidak adil seakan beliau seorang pembunuh yang telah melakukan seratus tindak kejahatan –meski mereka tidak menemukan bukti apapun di rumah beliau. Mereka merampas salinan Al-Qur'an yang terbilang jarang ada, merampas papan-papan yang ada di atas kepala beliau seakan lembaran-lembaran kertas berbahaya.

Hukum apa kiranya yang membolehkan tindakan-tindakan anti terhadap ribuan orang taat beragama yang menjaga keamanan melalui akhlak baik? Kepentingan apa yang ada di balik hasutan dan dorongan agar mereka melawan keamanan dan pemerintahan?!

Keenam;

Berkat karunia Allah, saya tahu melalui luapan Al-Qur'an sejak tigapuluh tahun silam bahwa ketenaran sesaat dan fana, wibawa dunia yang bercorak egoisme dan mementingkan diri sendiri, penyembahan reputasi dan citra duniawi, semua ini tiada guna, tidak ada baiknya dan tidak bermakna. Seribu puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah.

Untuk itu, beliau (ustadz An-Nursi) sejak saat itu berupaya sekuat tenaga untuk bertarung melawan nafsu amarah bersama teman-teman yang melayani beliau. Mereka semua tahu secara ‘ilmul yaqin dan bersaksi bahwa beliau sekuat tenaga berusaha mematahkan kekuatan nafsu, melepaskan diri dari egoisme, menjauhi sifat nifaq dan dibuat-buat. Sejak duapuluh tahun silam, beliau berusaha menentang siapapun yang memberikan pujian atas dorongan baik sangka yang disukai setiap jiwa manusia, menentang siapapun yang menganggap beliau pantas menduduki maqam-maqam maknawi, bahkan sekuat tenaga menjauhi mereka, menolak sikap baik sangka teman-teman dan orang-orang dekat beliau yang berlebihan, hingga penolakan beliau ini menyakiti dan melukai perasaan mereka.

Dalam risalah-risalah jawaban beliau, beliau tidak menerima pujian dan baik sangka berlebihan melebihi yang seharusnya, karena beliau mengaitkan segala keutamaan kepada Risalah-risalah An-Nur sebagai tafsir Al-Qur'an, tidak beliau kaitkan dengan diri beliau. Bahkan beliau cegah diri beliau untuk mendapatkan segala keutamaan dan mengarahkan murid-murid Risalah-risalah An-Nur agar bergantung pada sosok maknawi Risalah-risalah An-Nur, beliau hanya menganggap diri beliau pengabdi biasa bagi Al-Qur'an.


365. Page

Ini secara kuat membuktikan bahwa beliau sama sekali tidak berusaha untuk menonjolkan pribadi beliau dan menarik siapapun untuk mencintai beliau. Bahkan beliau menolak hal tersebut.

Meski demikian, adakah undang-undang yang membolehkan untuk memikulkan tanggungjawab padanya (ustadz An-Nursi), membolehkan untuk menyergap rumah orang asing, sakit, terkucil seorang diri di dalam kamar, sudah tua renta, tiada daya dan upaya, merusak kunci rumahnya dan para petugas pemeriksa masuk ke dalam kamarnya seakan dia penjahat lalim, hanya karena sejumlah teman-teman jauhnya memberikan pujian padanya tidak seperti yang ia inginkan, memberikan pujian lebih dari yang seharusnya, dan menurut mereka ia pantas menduduki maqam maknawi karena mereka berbaik sangka secara berlebihan kepadanya, selanjutnya karena adanya seorang penceramah di kota Kotahia yang berkata dusta terkaitnya?!

Padahal saya tidak pernah mengirim risalah apapun ke kota tersebut. Hanya saja sebuah risalah ditulis di sana dan diberi tanda tangan palsu atas nama saya, hingga dikira saya bertanggungjawab atas risalah tersebut. Demikian halnya adanya sebuah kitab berpengaruh di kota Baliksir yang tidak diketahui siapa penulisnya.

Apakah hal-hal seperti ini membolehkan mereka memasuki rumah secara paksa dan melakukan penggeledahan di sana? Padahal yang mereka temukan di dalam rumah tersebut hanya buku-buku wirid dan papan-papan. Undang-undang dan politik mana di dunia ini yang membolehkan penyerangan seperti ini?!

Ketujuh;

Di saat-saat seperti sekarang ini dimana terdapat banyak sekali kecenderungan-kecenderungan politik baik di dalam maupun di luar negeri, yaitu di saat ada kesempatan yang bisa dimanfaatkan, maksudnya kesempatan untuk meraih simpati para politikus, bukannya simpati segelintir teman-temannya, beliau (ustadz An-Nursi) mengirim surat kepada seluruh teman-teman beliau;

“Jangan sampai kalian terseret arus atau masuk ke dalam pertarungan politik, dan jangan sampai kalian merusak keamanan,” dengan tujuan untuk menjauhi campur tangan politik secara total, di samping cara tersebut membahayakan keikhlasan dan menarik perhatian pemerintah kepada beliau. Juga bertujuan untuk menjauhi kesibukan dunia.

Akibat dugaan-dugaan hampa, kecenderungan politik sebelumnya memperlakukan beliau (ustadz An-Nursi) secara tidak baik karena beliau menjauhi dunia politik. Sementara kecenderungan politik baru, beliau menyatakan bahwa politik saat ini membantu kami namun tidak bekerjasama dengan kami. Pernyataan ini membuat beliau mengalami kesulitan dan beban berat. Meski demikian, beliau sama sekali tidak ikut campur dalam dunia para pecinta dunia, beliau hanya sibuk dengan urusan-urusan akhirat, sampai-sampai beliau tidak pernah mengirim satu surat pun kepada saudara beliau di desa Nurs selama duapuluh dua tahun, juga tidak mengirim surat kepada teman-teman beliau di beberapa provinsi selama duapuluh tahun, selain hanya beberapa surat saja.

Lantas undang-undang mana yang membolehkan untuk mengusik orang lemah dan sibuk dengan urusan akhirat hingga sedemikian ini?

Ketika tidak seorang pun mengusik kitab-kitab kalangan atheis yang jelas membahayakan negara, umat, dan akhlak, juga buku-buku terbitan kelompok komunis, atas nama undang-undang kebebasan, justru bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur 

366. Page

dirampas seakan risalah-risalah ini adalah lembaran-lembaran kertas berbahaya dan disidangkan di peradilan.

Selain tiga peradilan tidak menemukan apapun yang membahayakan dalam Risalah-risalah An-Nur, risalah-risalah tersebut juga sejak duapuluh tahun silam menyeru menuju kebaikan kehidupan sosial bagi negara dan umat ini, memperkuat akhlak dan memperkokoh keamanan, memperkuat ukhuwah Islam dengan dunia Islam; ukhuwah yang dinilai sebagai tiang sandaran dan kekuatan hakiki, menyeru untuk mengembalikan ikatan persahabatan dunia Islam kepada umat ini serta memperkokoh ikatan ini dalam bentuk yang berpengaruh.

Menteri dalam negeri menginstruksikan ulama urusan agama untuk memeriksa Risalah-risalah An-Nur dengan tujuan untuk memberikan kritikan. Tiga bulan selepas pemeriksaan, majlis ulama tidak mengkritik Risalah-risalah An-Nur, justru mengetahui nilainya dengan sebenarnya. Mereka menyatakan bahwa Risalah-risalah An-Nur adalah karya tulis yang sangat bernilai. Mereka selanjutnya meletakkan Risalah-risalah An-Nur, seperti “Dzulfiqar” dan “tongkat Musa” di perpustakaan majlis tersebut.

Seperti halnya para jamaah haji bisa menyaksikan kumpulan risalah-risalah “tongkat Musa” di Raudhah Rasulullah Saw.

Lantas adakah undang-undang, nurani, atau keadilan yang membolehkan perampasan dan pengumpulan Risalah-risalah An-Nur, untuk selanjutnya diajukan ke peradilan?!

Kedelapan;

Duapuluh dua tahun selepas pengasingan tanpa alasan dan penuh kesulitan, dan setelah kebebasan dikembalikan kepada beliau, beliau tidak berkeinginan untuk pergi ke kampung halaman tempat beliau lahir, tempat ribuan keluarga dan orang-orang tercinta berada. Beliau lebih memilih hidup terasing dan menyendiri agar tidak mendekati dunia, medan perang kehidupan sosial dan politik.

Beliau tidak shalat di masjid –meski shalat berjamaah pahalanya besar- dan memilih shalat sendirian di dalam kamar. Artinya, beliau adalah sosok yang cenderung menjauhi sikap hormat yang ditunjukkan orang-orang pada beliau. Selain itu, duapuluh tahun usia beliau membuktikan, juga dibuktikan oleh ribuan pribadi-pribadi Turki yang terhormat, bahwa beliau lebih memilih seorang Turki yang taat beragama dan bertakwa dari pada sejumlah orang-orang Kurdi yang tidak taat beragama. Selain itu, beliau menyatakan di peradilan bahwa seorang saudara dari Turki yang kuat iman seperti Hafizh Ali, lebih ia pilih dari pada seratus orang Kurdi.

Artinya, seseorang yang menghindari pertemuan dengan publik kecuali untuk keperluan yang sangat mendesak demi menghindari sikap hormat orang lain, tidak pergi kemanapun bahkan ke masjid, berusaha sekuat tenaga, seluruh karya tulisnya –sejak empatpuluh tahun silam- memperkokoh ukhuwah Islam, mengembangkan semangat cinta di antara sesama kaum muslimin, menganggap bangsa Turki sebagai bangsa pembawa panji Al-Qur'an dan meraih pujian Al-Qur'an, sangat mencintai bangsa ini karena alasan tersebut, mengalihkan seluruh kehidupan demi bangsa tersebut, lantas atas dasar apa mantan gubernur menyatakan dalam surat resmi yang berkhianat, yang berusaha untuk menyebarkan propaganda tertentu dengan maksud untuk menakut-nakuti teman-teman beliau, dengan menyatakan beliau orang Kurdi sementara kalian orang-orang Turki, beliau bermadzhab Syafi’i sementara kalian bermadzhab Hanafi? Dengan maksud menakuti hati siapapun dan agar semua orang mewaspadai serta menjauhi beliau.


367. Page

Selanjutnya saya bertanya-tanya; adakah undang-undang atau suatu kepentingan untuk memaksa seseorang yang hidup terkucil, memaksanya untuk mengenakan topi, padahal selama duapuluh tahun silam tidak ada seorang pun memaksanya untuk merubah model pakaiannya, juga ketika menjalani persidangan di dua peradilan?!

Perlu diketahui, separuh jumlah pasukan saat ini tidak mengenakan topi.

Kesembilan;

Bagian ini merupakan poin sangat penting dan kuat.[1] Namun saya bersikap diam karena terkait dengan politik.

Kesepuluh;

Bagian ini juga tidak diperbolehkan undang-undang, di samping tidak ada kepentingan apapun. Bagian ini hanya berupa dugaan-dugaan hampa tanpa makna dan sikap-sikap berlebihan yang merubah biji menjadi kubah (baca; membesar-besarkan masalah), yaitu gangguan dan serangan yang tidak diakui undang-undang manapun. Kami juga bersikap diam terkait persoalan ini agar kami tidak mengusik politik yang menurut faham kami tidak boleh dipandang.

Untuk menghadapi sepuluh bentuk perilaku ilegal menurut hukum, kami mengucapkan;

حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

Sa’id An-Nursi

* * *

Beberapa Poin Lain yang Ingin Saya Sampaikan

Kepada Pemerintah, Peradilan dan Kepolisian Afion

Pertama;

Munculnya sebagian besar nabi di timur dan di Asia, dan munculnya sebagian besar filosof di barat dan Eropah merupakan isyarat takdir sejak zaman azali bahwa agama adalah pemimpin di Asia, sementara filsafat berada di tingkatan kedua.

Berdasarkan simbol takdir ini, jika seorang penguasa di Asia tidak taat beragama, maka minimal ia jangan mengusik orang-orang bekerja di jalan agama, bahkan harus memberi mereka dorongan.

Kedua;

Al-Qur'an laksana akal dan fikiran tajam bagi bumi. Jika Al-Qur'an keluar dari bumi ini –na’udzu billah- tentu bumi gila, dan tidak mustahil akan membenturkan kepala

[1] Adanya kaum Nasrani dan Yahudi di dalam pemerintahan-pemerintahan Islam, juga adanya kaum muslimin di dalam pemerintahan-pemerintahan Nasrani dan Majusi, menunjukkan bahwa dari sisi undang-undang, tidak mungkin mengusik siapapun yang tidak sependapat selama tidak membahayakan pemerintahan atau keamanan negara secara nyata, karena kemungkinan-kemungkinan tidak bisa dijadikan asas untuk menimpakan tanggungjawab. Jika tidak, maka siapapun harus diajukan ke peradilan atas asas mereka berpotensi melakukan kejahatan. (Penulis)




368. Page

yang tidak lagi memiliki akal dengan salah satu benda angkasa yang berotasi dan memicu terjadinya kiamat.

Ya, Al-Qur'an adalah tali Allah yang kuat, yang mengikat antara Arsy (makhluk paling besar) dengan serangga (makhluk paling kecil). Al-Qur'an bertugas menjaga bumi, lebih dari peran gaya gravitasi. Risalah-risalah An-Nur adalah tafsir hakiki dan kuat untuk Al-Qur'an. Risalah-risalah yang telah memperlihatkan pengaruhnya sejak duapuluh tahun silam pada masa sekarang ini dan di negeri umat ini merupakan nikmat ilahi yang besar dan mukjizat Al-Qur'an yang tidak akan pernah padam.

Untuk itu, pemerintah tidak berhak mengusik risalah-risalah ini, tidak berhak meneror murid-muridnya agar menjauhinya. Sebaliknya, pemerintah harus menjaga risalah-risalah ini mendorong agar dibaca.

Ketiga;

Mengacu pada kebaikan-kebaikan yang diberikan orang-orang mukmin yang akan datang berikutnya kepada ruh orang-orang mukmin yang telah pergi melalui doa ampunan untuk mereka, saya berkata dalam peradilan Denizli;

Andaikan orang-orang mukmin –yang jumlahnya milyaran- bertanya kepada kalian pada hari peradilan terbesar, dan bertanya kepada orang-orang yang mempersulit para murid Risalah-risalah An-Nur –yang berupaya memperlihatkan hakikat-hakikat Al-Qur'an- dan yang memutuskan hukuman penjara kepada mereka dengan berkata;

“Kalian sangat toleran kepada kitab-kitab dan selebaran kalangan atheis dan komunis atas nama undang-undang kebebasan, toleran terhadap organisasi-organisasi yang memicu kekacauan tanpa pernah mengusik mereka sedikit pun, tapi kenapa kalian berniat melenyapkan Risalah-risalah An-Nur dan memenjarakan murid-muridnya dengan berbagai cara, padahal mereka berupaya untuk menyelamatkan negara dan umat dari atheisme, kerusakan, berusaha menyelamatkan para warga negara dari hukuman mati abadi.”

Andai mereka bertanya seperti itu kepada kalian, apa jawaban kalian? Dan kami juga mengajukan pertanyaan yang sama pada kalian.

Demikian yang saya katakan kepada mereka. Saat itu, orang-orang terhormat yang bersikap adil langsung memutuskan membebaskan kami dan memperlihatkan keadilan lembaga peradilan.

Keempat;

Saya menantikan panggilan dari dewan permusyawaratan Ankara atau Afion untuk tanya jawab seputar masalah-masalah besar yang menjadi tanggungjawab Risalah-risalah An-Nur.

Ya! Risalah-risalah An-Nur adalah perantara paling kuat dan obat paling mujarab untuk umat di negeri ini, demi mengembalikan ukhuwah Islam dan ikatan cinta kasih sebelumnya, baik sangka dan kerjasama maknawi antar 350 juta muslim demi mencari sarana-sarana kerjasama yang dimaksud.

Berikut ini kami sebutkan indikasi yang jelas atas hal tersebut;

Pada tahun ini, seorang ulama besar di Makkah Al-Mukarramah menerjemahkan bagian-bagian besar Risalah-risalah An-Nur ke bahasa India dan Arab. Terjemah-terjemah ini kemudian ia kirim ke India dan Hijaz seraya mengatakan;


369. Page

“Risalah-risalah An-Nur berusaha merealisasikan persatuan dan ukhuwah Islam yang merupakan sandaran paling kuat. Dengan demikian, Risalah-risalah An-Nur menunjukkan kepada kita bahwa bangsa Turki selalu terdepan dari sisi agama dan iman.”

Saya juga berharap ada pertanyaan terkait masalah-masalah besar sebesar gunung-gunung menjulang tinggi, seperti; seberapa besar peran Risalah-risalah An-Nur dan murid-muridnya melawan komunisme yang kini menjelma menjadi gerakan pengacau di negeri kita? Bagaimana cara melindungi dan menjaga negeri yang diberkahi ini dari aliran deras yang menghanyutkan dan menakutkan?

Saya menantikan dan mengharapkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Nyatanya, saya dikejutkan oleh persoalan-persoalan tiada guna yang tidak setara dengan sayap lalat sekalipun, hanya sebatas persoalan-persoalan kecil yang tidak mengharuskan beban tanggungjawab yang dipicu oleh kedengkian pribadi dan kebohongan-kebohongan disengaja yang merubah biji menjadi kubah (baca; membesar-besarkan persoalan).

Seperti itulah saya merasakan berbagai derita karena situasi-situasi seperti ini, yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan tiga peradilan sebelumnya, dimana ketiga peradilan ini telah membebaskan saya dari semau pertanyaan itu, disampaikan kepada saya, plus satu atau dua pertanyaan pribadi yang tidak berguna, dan beberapa pertanyaan yang tidak ada artinya.

Kelima;

Risalah-risalah An-Nur tidak mungkin dihadapi dan dilawan, karena ia tidak terkalahkan. Sejak duapuluh tahun silam, ia membungkam filosof-filosof yang paling membangkang, menyampaikan hakikat-hakikat iman dengan jelas sejelas mentari di siang hari,

Untuk itu, para penguasa negeri ini harus memanfaatkan kekuatan Risalah-risalah An-Nur.

Keenam;

Merendahkan kedudukan saya karena kesalahan-kesalahan pribadi saya yang tidak penting, dan menjatuhkan saya di mata masyarakat umum dengan melayangkan berbagai penghinaan kepada saya, sama sekali tidak membahayakan Risalah-risalah An-Nur, bahkan dari satu sisi justru memperkuat risalah-risalah tersebut, sebab jika lisan saya yang fana ini diam membisu, maka lisan ratusan ribu salinan Risalah-risalah An-Nur tidak akan pernah berhenti berbicara, tidak akan pernah berhenti untuk menyampaikan, seperti halnya ribuan murid-murid setia An-Nur yang memberikan kekuatan bicara dan bukti yang jelas, akan meneruskan peran suci An-Nur secara menyeluruh hingga hari kiamat, insya Allah, sama seperti kondisi mereka saat ini.

Ketujuh;

Seperti yang kami sampaikan dalam pembelaan kami di hadapan peradilan-peradilan sebelumnya yang mencantumkan alasan-alasan kami, para musuh kami yang terselubung, para penentang kami baik yang resmi maupun tidak yang memperdaya dan memanfaatkan pemerintah, juga memanfaatkan dugaan-dugaan hamba dan ketakutan-ketakutan yang menguasai sejumlah pejabat negara, dan mengarahkan lembaga keadilan melawan kami; mungkin mereka orang-orang tertipu secara sangat tidak baik, atau 

370. Page

bekerja demi kepentingan para perusuh yang berusaha merubah aturan kekuasaan secara berkhianat, atau mereka adalah musuh-musuh Islam, orang-orang murtad yang memerangi hakikat Al-Qur'an, dan para atheis-zindiq.

Ketika memerangi kami, mereka ini sama sekali tidak ragu menyebut kekusaan untuk kemurtadan total, menyebut peradaban untuk kebodohan dan kebebasan moral yang menakutkan, menyebut undang-undang untuk aturan kekafiran yang memaksa yang muncul dan berkenaan dengan hawa nafsu. Seperti itulah mereka benar-benar mempersulit kami, memanfaatkan dan menipu pemerintah, mengarahkan lembaga peradilan agar sibuk mengurus kami tanpa alasan apapun.

Untuk itu, kami serahkan orang-orang seperti ini kepada kekuasaan Yang Maha memaksa, dan kami berlindung di balik benteng;

حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

 “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung,” (QS. Ali ‘Imran: 173) agar kami dilindungi dari kejahatan orang-orang seperti mereka.

Kedelapan;

Setahun yang lalu, Russia mengirim banyak jamaah haji untuk menunaikan ibadah haji ke Baitul Haram demi sebuah propaganda dan memperlihatkan Russia sebagai negara yang menghormati Al-Qur'an, lebih dari bangsa-bangsa lain, juga untuk memprovokasi dunia Islam dari sisi agama untuk melawan bangsa yang taat beragama di negeri ini.

Mengingat bagian-bagian besar Risalah-risalah An-Nur menyebar di Makkah Al-Mukarramah, Madinah Al-Munawwarah, Damaskus, Aleppo, dan Mesir, mengingat risalah-risalah tersebut meraih penghargaan ulama dan berperan mematahkan propaganda komunisme, Risalah-risalah An-Nur menunjukkan kepada dunia Islam bahwa bangsa Turki dan ukhuwah mereka tetap berpegang teguh kepada agama dan Al-Qur'an, mereka laksana kakak bagi dunia Islam, laksana panglima pemberani dalam pengabdian Al-Qur'an.

Dengan kata lain, Risalah-risalah An-Nur menjelaskan dan menampakkan hakikat ini di pusat-pusat dan kota-kota Islam tersebut. Selanjutnya jika pengabdian-pengabdian luhur Risalah-risalah An-Nur dibalas dengan berbagai perlakuan mempersulit dan menimbulkan duka derita seperti ini, bukankah tidak mungkin jika bumi ini marah?

Kesembilan;

Berikut saya sampaikan kesimpulan penegasan suatu permasalahan yang saya cantumkan dalam pledoi (pembelaan) saya di hadapan peradilan Denizli;

Misalkan ada seorang panglima besar dan jenius mengaitkan seluruh kebaikan pasukan pada dirinya karena kecerdasannya, dan mengaitkan segala keburukan dan kepribadian-kepribadian negatifnya kepada pasukan, dengan cara seperti ini ia memperkecil jumlah kebaikan yang seharusnya sebanyak anggota pasukan, menjadi satu kebaikan saja. Dan ketika ia mengaitkan segala keburukan dan kesalahan kepada pasukan, ia memperbanyak keburukan-keburukan tersebut sebanyak anggota pasukan.

Ini kezaliman yang menakutkan dan menyimpang dari kebenaran. Untuk itu, saya berkata kepada pihak penuntut umum di salah satu peradilan sebelumnya, ketika ia 

371. Page

menyerang saya karena memberikan tamparan pelajaran kepada orang tersebut,[1] ketika saya menjelaskan sebuah hadits empatpuluh tahun silam, saya berkata kepada penuntut umum, “Ya, saya merendahkan kedudukannya dengan menyebutkan kabar-kabar dari sejumlah hadits nabawi. Tapi dalam saat yang bersamaan, saya menjaga kemuliaan pasukan dari berbagai kesalahan besar.

Sementara Anda justru mengotori kemuliaan pasukan yang dinilai sebagai pembawa panji Al-Qur'an, dan panglima pemberani dunia Islam. Anda menghapus segala kebaikan pasukan hanya karena seorang teman.”

Si penuntut umum itu kemudian tunduk pada keadilan dengan izin Allah, dan terhindar dari kesalahan.

Kesepuluh;

Mengingat seharusnya lembaga peradilan menjaga hakikat kebenaran, menjaga hak-hak siapapun yang merujuk kepada lembaga tersebut tanpa pilih kasih, dan bekerja demi keadilan serta atas nama keadilan semata, seperti yang kita ketahui dari sosok Imam Ali r.a. di masa khilafahnya, ia mengajukan perkara di hadapan peradilan bersama seorang Yahudi.

Salah satu pemimpin lembaga keadilan menyaksikan bahwa salah seorang petugas marah pada seorang pencuri lalim kala memotong tangan si pencuri itu. Si pemimpin kemudian mengeluarkan instruksi untuk memberhentikan si petugas saat itu juga, dan dengan menyesal, ia mengatakan, “Siapa mencampurkan perasaan-perasaan pribadi dalam proses keadilan, ia telah melakukan kezaliman besar.”

Ya, ketika seorang petugas melaksanakan putusan hukum, jika ia tidak merasa iba pada pihak terhukum, ia tidak boleh marah kepadanya. Jika ia melaksanakan hukuman dengan marah, berarti ia zalim. Bahkan, salah seorang hakim adil mengatakan, “Ketika pelaksana hukuman qisas pembunuhan marah saat eksekusi, ia dianggap sebagai pembunuh.”

Mengingat hakikat murni dan jauh dari kepentingan harus mendominasi dalam peradilan, maka tentu aneh jika murid-murid An-Nur –yang tidak bersalah, yang memerlukan seseorang untuk membebaskan mereka, dan yang memerlukan realisasi keadilan bagi hak mereka- diperlakukan hina dan kasar di sini, meski sudah ada putusan tiga peradilan yang menyatakan kami tidak bersalah, dan meski adanya banyak bukti kesiapan 90 persen umat ini untuk mati syahid.

Ini menunjukkan, tidak mungkin murid-murid An-Nur melakukan tindakan-tindakan berbahaya. Sebaliknya, mereka memberikan banyak manfaat untuk bangsa dan negara ini.

Karena kami memutuskan untuk tabah menghadapi segala musibah dan perlakuan hina dengan penuh kesabaran, maka kami bersikap diam dan menyerahkan segala urusan ini kepada Allah seraya mengatakan, “Bisa jadi ada kebaikan dalam hal ini.”

Namun saya khawatir jika perlakuan-perlakuan yang ditujukan kepada murid-murid An-Nur yang tidak bersalah ini disebabkan oleh informasi-informasi tendensius yang mengira akan muncul berbagai petaka. Untuk itu, saya terpaksa menulis permasalahan ini.

Jika ada kelalaian atau kesalahan dalam permasalahan ini, sepenuhnya berasal dari saya. Mereka yang malang ini tulus membantu saya karena dorongan iman, demi

[1] Maksudnya Musthafa Kamal. (Penerjemah)



372. Page

akhirat, dan dalam rangka menggapai ridha Allah. Meski mereka patut mendapat penghormatan, namun perlakuan-perlakuan kasar terhadap mereka ini membuat marah siapapun dan apapun, bahkan musim dingin pun akan marah.

Aneh dan membingungkan, mereka (musuh-musuh Risalah-risalah An-Nur) kembali mengusung dugaan-dugaan pembentukan organisasi, padahal tiga peradilan sudah memeriksa persoalan ini dan mengeluarkan putusan kami tidak bersalah. Selain itu, di antara kami tidak ada suatu tindakan pun yang mengundang tuduhan bahwa kami membentuk suatu organisasi. Sejumlah peradilan, pihak keamanan, dan para pakar ahli tidak menemukan bukti apapun terkait hal ini, karena yang ada di antara kami hanyalah ikatan ukhuwah Islam seperti hubungan antara guru dan murid-muridnya, antara dosen dengan para mahasiswa, antara penghafal Al-Qur'an dengan murid-muridnya yang berusaha menghafal Al-Qur'an.

Untuk itu, mereka yang menuduh murid-murid An-Nur membentuk organisasi, harus mengarahkan pandangan yang sama kepada seluruh pekerja, seluruh murid dan mahasiswa, dan juga seluruh penceramah. Untuk itu, saya berkewajiban membela mereka yang dijebloskan ke dalam penjara karena tuduhan-tuduhan murahan yang sama sekali tidak berdasar.

Mengingat sudah tiga kali saya membela Risalah-risalah An-Nur yang diperhatikan negeri ini dan juga dunia Islam, yang memunculkan banyak sekali manfaat materi maupun maknawi yang besar untuk umat ini, maka saya akan kembali memberikan pembelaan pada Risalah-risalah An-Nur berdasarkan hakikat yang sama. Tidak ada faktor apapun yang menghalangi pembelaan saya ini, tidak ada undang-undang ataupun politik apapun yang menghalangi dan melarang saya untuk memberikan pembelaan ini.

Ya, kami adalah organisasi. Organisasi dengan anggota mencapai 350 juta di setiap masanya. Setiap hari, seluruh anggota menampakkan sikap hormat secara penuh terhadap prinsip-prinsip organisasi suci ini dengan menjalankan shalat lima waktu dan menampakkan kesiapan untuk mengabdikan diri pada prinsip-prinsip tersebut.

Untuk saling membantu satu sama lain, mereka menghadiahkan doa dan hasil-hasil maknawi sesuai aturan suci;

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Inilah kami, anggota organisasi besar dan suci itu. Tugas khusus kami adalah menyampaikan hakikat-hakikat iman dan Al-Qur'an secara meyakinkan kepada mereka yang beriman, menyelamatkan mereka dan menyelamatkan diri kami sendiri dari hukuman mati abadi dan penjara barzakh seorang diri.

Namun kami tidak punya hubungan apapun dengan organisasi-organisasi dunia dan politik yang penuh dengan permainan dan cara-cara yang tidak lurus. Tidak ada hubungan apapun dalam organisasi kami dengan permainan organisasi-organisasi lain atau organisasi rahasia manapun, meski inilah yang selalu dituduhkan kepada kami padahal kami sama sekali tidak mendekati organisasi-organisasi manapun.

Bahkan setelah empat peradilan mengadakan pemeriksaan dan verifikasi terkait persoalan ini dengan baik, semuanya mengeluarkan putusan bebas.

Sa’id An-Nursi


373. Page

Pelengkap dan Lampiran Pledoi (Pembelaan)

Yang Diajukan Kepada Enam Peradilan Tinggi Tindak Pidana di Ankara dan Peradilan Afion

Dengan tegas saya berkata kepada peradilan Afion bahwa ketabahan dan kesabaran saya sudah habis, dan persoalan ini harus dihentikan, karena sudah dupuluh dua tahun ini saya diasingkan tanpa sebab dan selalu diawasi. Penjara terisolir dan pengasingan mutlak dari dunia yang ditimpakan kepada saya seakan belum cukup, karena mereka mengajukan saya ke peradilan sebanyak enam kali, memenjarakan saya sebanyak tiga kali tanpa alasan hukum apapun (selain dua atau tiga permasalahan saja), bahkan hanya berdasarkan dugaan dan kemungkinan, karena mereka tidak menemukan kesalahan hukum apapun dalam seratus risalah di antara Risalah-risalah An-Nur yang mengharuskan kami dihukum.

Mereka juga menghukum denda murid-murid An-Nur dengan nilai mencapai ribuan Lira.

Ini kezaliman dan pengkhianatan tanpa banding. Generasi-generasi selanjutnya akan memperlihatkan kezaliman ini dan juga mereka yang terlibat di dalamnya. Pada hari peradilan terbesar nanti, kami percaya sepenuhnya bahwa orang-orang zalim tersebut akan dilemparkan ke dalam neraka Jahanam dan berada pada tingkatan paling bawah. Inilah yang membuat kami sedikit merasa senang. Tanpa itu, tentu dengan segala kekuatan, kami akan membela seluruh hak-hak kami.

Selama limabelas tahun, kami dibawa ke enam peradilan, Risalah-risalah An-Nur dan seluruh tulisan kami selama duapuluh tahun diperiksa. Hasilnya, kami dinyatakan tidak bersalah sepenuhnya oleh lima lembaga peradilan.

Peradilan Eskisehir tidak menemukan bukti apapun yang mengharuskan adanya hukuman selain beberapa kalimat saja dalam risalah kecil (risalah Hijab) yang mereka jadikan alasan, dan dikaitkan dengan pasal undang-undang karet. Akhirnya peradilan ini memberikan hukuman ringan kepada kami.

Namun dalam nota ralat yang secara resmi kami layangkan ke Ankara setelah melalui peradilan banding, kami hanya menyinggung satu persoalan saja sebagai contoh bahwa putusan hukum ini tidak legal secara hukum. Kami menyatakan;

Ayat hijab yang menjelaskan salah satu tradisi Islam yang kuat yang tertera dalam aturan suci 350 juga muslim sejak 1300 tahun silam, ayat ini membantah sanggahan salah seorang zindiq, juga untuk menyelamatkan peradaban. Untuk itu, saya menafsirkan dan membela ayat ini dengan mengacu pada kesepakatan 350 ribu tafsir, mengikuti manhaj para pendahulu kami selama 1350 tahun.

Jika di dunia ini masih ada keadilan, maka harus mengeluarkan putusan pembatalan terhadap hukuman terhadap seseorang yang memberikan penafsiran seperti ini agar kotoran aneh di dahi lembaga keadilan pemerintahan Islam ini terhapus.

Ketika saya mengajukan nota ralat yang saya layangkan kepada penuntut umum dalam lembaga peradilan tersebut, ia merasa takut dan berkata;

“Saya mohon, ini semua tidak perlu, karena hukuman Anda ringan, dan masa hukuman yang tersisa juga tinggal sebentar lagi. Untuk itu, nota ini tidak perlu diajukan.”


374. Page

Tidak diragukan, Anda tahu saya mencantumkan beberapa contoh tuduhan-tuduhan aneh lainnya dalam bantahan dan pembelaan yang saya kirim kepada Anda, juga kepada lembaga-lembaga resmi di Ankara seperti contoh di atas.

Untuk itu, saya memohon kepada peradilan Afion atas nama keadilan, agar Risalah-risalah An-Nur yang memiliki berkah dan pengabdian setara dengan pengabdian pasukan secara keseluruhan, diberi kebebasan sepenuhnya demi kepentingan umat dan negara ini. Jika tidak, masuknya sejumlah teman-teman saya ke dalam penjara karena saya, mendorong saya untuk melakukan kesalahan yang patut mendapat hukuman paling berat agar saya meninggalkan kehidupan seperti ini, karena dalam hati saya terlintas sebagai berikut;

Pemerintah seharusnya melindungi dan membantu saya karena adanya maslahat besar bagi umat dan manfaat besar untuk negara dalam persoalan ini. Namun tindakan mempersulit yang ditujukan pemerintah kepada saya, mengindikasikan bahwa sekelompok atheis terselubung yang memerangi saya sejak empatpuluh tahun silam, dan sejumlah kelompok komunis yang bergabung dalam pemerintahan saat ini mampu menguasai sejumlah pos-pos penting dalam lembaga-lembaga resmi pemerintah. Mereka inilah yang mengarahkan serangan kepada saya.

Pemerintah sendiri mungkin tidak mengetahui hal ini, atau mungkin tahun namun membiarkan. Ada banyak sekali indikasi meresahkan seputar persoalan ini.

Yang terhormat ketua peradilan!

Perkenankan saya untuk mengajukan sebuah pertanyaan yang sering kali membingungkan saya.

Kenapa para politikus melucuti saya dari seluruh hak-hak sipil dan hak-hak kebebasan, bahkan mungkin hak-hak hidup saya, padahal saya tidak terlibat dalam politik ataupun terjun dalam medan perang politik?

Mereka memperlakukan saya seakan saya ini seorang pembunuh dengan tangan berlumuran darah ratusan korban, hingga mereka menjebloskan saya ke dalam tahanan seorang diri dan terkucil selama tiga setengah bulan. Di sela itu, mereka berusaha membunuh saya, dan sebelas kali mereka meracuni saya.

Ketika teman-teman dan murid-murid saya yang penuh semangat dan tulus bermaksud melindungi saya dari kejahatan mereka, mereka melarang murid-murid saya untuk berhubungan dengan saya. Bahkan mereka melarang saya untuk sekedar membaca buku-buku saya yang diberkahi dan tidak berisi apapun yang membahayakan, yang memberikan saya hiburan di tengah kesendirian, masa tua, sakit, dan keterasingan.

Saya memohon kepada penuntut umum agar memberi saya satu saja di antara buku-buku saya. Meski berjanji, ia tidak memberikan buku apapun kepada saya, sehingga saya terpaksa tinggal seorang diri di sebuah aula besar, terkunci rapat, dan dingin tanpa kesibukan apapun. Mereka memerintahkan para petugas, pelayan, dan penjaga untuk memusuhi dan memperlakukan saya dengan kasar, bukannya perlakuan baik yang mungkin memberikan sedikit hiburan dan kesenangan pada saya.

Berikut sebuah contoh kecil perlakuan mereka;

Saya mengirim sebuah memo kepada pemimpin, penuntut umum dan ketua peradilan, juga saya kirim kepada salah seorang saudara saya agar ditulis dengan huruf-huruf baru (latin) yang tidak saya ketahui. Penulisan selesai selanjutnya memo ini diajukan kepada mereka. Mereka menganggap langkah ini sebagai kejahatan besar yang saya lakukan. Mereka kemudian menutup seluruh jendela kamar dan mengguyur kamar 

375. Page

saya dengan air. Meski asap dalam ruangan sangat mengganggu saya, mereka tetap tidak membuka satupun jendela yang ada.

Meski menurut aturan penjara, penahanan terisolir tidak boleh lebih dari limabelas hari, namun mereka menahan saya secara terisolir selama tiga setengah bulan, mereka tidak mengizinkan siapapun kawan untuk berhubungan dengan saya.

Mereka kemudian memperlihatkan surat dakwaan kepada saya sebanyak empatpuluh halaman yang telah mereka tulis dan persiapkan selama tiga bulan. Karena saya tidak tahu huruf-huruf baru (latin), dalam kondisi sakit dan tulisan saya tidak bagus, saya meminta mereka untuk mengirim dua murid saya –yang memahami bahasa saya agar mereka menulis bantahan dan pembelaan saya- untuk membacakan nota tersebut, namun mereka tidak mengizinkan dan tidak menerima permintaan saya ini. Mereka berkata;

“Biar pengacara saja yang membaca nota ini.” Mereka bahkan tidak mengizinkan hal itu, bahkan mereka berkata kepada salah seorang saudara saya, “Tulislah nota dengan huruf-huruf lama (Arab), dan berikan padanya.” Hanya saja penulisan nota ini hanya bisa dilakukan dalam enam atau tujuh hari.

Bukannya membaca nota tersebut dalam satu jam, mereka mengulur pekerjaan ini hingga enam atau tujuh hari dengan tujuan agar tidak ada siapapun yang berhubungan dengan saya. Ini tindakan semena-mena mencengangkan yang membatalkan seluruh hak-hak pembelaan saya. Di belahan bumi manapun, seorang pembunuh yang melakukan seratus aksi kejahatan dan dijatuhi hukuman mati pun tidak diperlukan seperti ini. Saya mengalami derita berat karena saya tidak tahu sebab penyiksaan seperti ini. saya mendengar ketua hakim adalah orang adil dan penyayang. Untuk itu, saya mengajukan pengaduan ini kepada Anda sebagai percobaan pertama atau terakhir.

Ada empat asas dalam surat dakwaan;

Asas pertama;

Tuduhan bahwa saya bangga diri dan mengagungkan diri. Dengan sepenuh tenaga yang saya miliki, saya menolak tuduhan ini. Panitia khusus peradilan Denizli menyatakan, andai Sa’id mengaku sebagai Al-Mahdi yang dinanti-nantikan, tentu seluruh muridnya menerima pengakuan tersebut.

Asas kedua;

Dia (ustadz An-Nursi) menyembunyikan karya-karya tulisnya.

Para musuh terselubung jangan menyalah-artikan kata-kata ini, karena penyembunyian ini bukan karena tujuan politik atau tujuan apapun yang membahayakan keamanan negara. Adanya percetakan-percetakan dengan huruf-huruf lama (Arab) bukan berarti memberikan alasan untuk mereka menyerang kami.

Terkait tamparan Risalah-risalah An-Nur terhadap Musthafa Kamal,[1] enam peradilan mengetahui persoalan ini, demikian halnya lembaga-lembaga rujukan keadilan

[1] Penuntut umum melayangkan tuduhan karena salah faham terkait karamah Risalah-risalah An-Nur yang di antaranya terwujud dalam bentuk tamparan-tamparan pelajaran. Mereka mengira kami menyatakan bahwa segala musibah dan gempa bumi yang terjadi di sela penyerangan terhadap murid-murid An-Nur dan Risalah-risalah An-Nur tidak lain merupakan tamparan-tamparan Risalah-risalah An-Nur. Sama sekali tidak benar, kami tidak mengatakan ataupun menulis seperti itu. Bahkan di sejumlah tempat, kami menyatakan lengkap dengan serangkaian bukti bahwa Risalah-risalah An-Nur laksana sedekah yang diterima. Untuk itu, Risalah-risalah An-Nur merupakan sarana untuk menolak bala. Ketika Risalah-risalah An-Nur. Ketika Risalah-risalah An-Nur diserang, cahaya-cahaya meredup sehingga berbagai musibah punya kesempatan untuk muncul.

Ya, ratusan peristiwa dan kejadian, bukti dan kesaksian ribuan murid-murid An-Nur memberitahukan kepada kami, mustahil adanya faktor kebetulan dalam semua kejadian tersebut, seperti yang kami sampaikan sebagiannya di hadapan sejumlah peradilan. Kami percaya sepenuhnya bahwa keselarasan-keselarasan ini merupakan bukti bahwa Risalah-risalah An-Nur diterima, bukti adanya kemuliaan ilahi, semacam kemuliaan yang diberikan Al-Qur'an kepada Risalah-risalah An-Nur. (Penulis)




376. Page

resmi di Ankara. Mereka sama sekali tidak mengusik Risalah-risalah An-Nur, memutuskan untuk membebaskan kami, dan mengembalikan seluruh kitab-kitab kami, termasuk “sinar kelima.”

Selanjutnya, saya menunjukkan segala keburukan (Musthafa Kamal) tidak lain untuk menjaga kemuliaan pasukan. Dengan kata lain, tidak menyukai satu orang (Musthafa Kamal) tidak lain dimaksudkan untuk memuji pasukan dengan sepenuh cinta.

Asas ketiga;

Meski ada seratus ribu murid-murid An-Nur dan meski seratus ribu salinan Risalah-risalah An-Nur dibawa ke enam peradilan selama duapuluh tahun yang lalu, namun para petugas keamanan di sepuluh provinsi tidak mencatat apapun yang mengganggu keamanan atau meresahkan ketenangan negara.

Tidak adanya indikasi gangguan keamanan, baik menurut enam peradilan ataupun para pejabat sepuluh provinsi, merupakan bukti terbesar dan terbaik yang menolak tuduhan aneh yang mengatakan bahwa kami menghasut untuk mengganggu keamanan.

Terkait surat dakwaan baru, tidak ada gunanya memberi tanggapan, karena nota ini hanya pengulangan atas tuduhan-tuduhan sebelumnya meski sudah berulang kali dijawab. Sebelumnya, tiga peradilan telah memutuskan kami terbebas dari semua tuduhan tersebut. Ini semua masalah tidak penting. Mengingat tuduhan terhadap kami terkait permasalahan-permasalahan ini pada dasarnya merupakan tuduhan terhadap peradilan tinggi tindak pidana Ankara, peradilan Denizli, peradilan Eskisehir –seluruh peradilan ini melunak terhadap pendapat kami terkait persoalan-persoalan ini- maka jawabannya saya alihkan kepada lembaga-lembaga peradilan tersebut.

Ada dua atau tiga permasalahan lain selain permasalahan di atas;

Permasalahan pertama;

Meski mereka telah memutuskan kami tidak bersalah dan mengembalikan kitab tersebut (Risalah-risalah An-Nur) kepada kami setelah melalui pemeriksaan dan verifikasi selama dua tahun di peradilan Denizli dan peradilan tinggi tindak pidana Ankara, namun mereka kembali memunculkan satu atau dua permasalahan yang tertera dalam risalah “sinar kelima,” khususnya si panglima yang sudah mati dan sudah tamat riwayatnya,[1] sebagai materi tuduhan terhadap kami.

Kami katakan; kritikan menyeluruh dan benar terkait seseorang yang sudah mati, sudah tamat riwayatnya, dan hubungannya dengan pemerintah sudah terputus, menurut pandangan hukum tidak termasuk kesalahan.

Selanjutnya ia (penuntut umum) dengan kepandainnya melayangkan tuduhan dengan menyimpulkan penakwilan dari makna umum dan menyeluruh, dan menerapkan

[1] Maksudnya Musthafa Kamal. (Penerjemah)



377. Page

tuduhan ini demi kepentingan si pemimpin itu. Perlu diketahui, tidak ada satu pun undang-undang yang menganggap risalah pribadi dan rahasia yang sulit difahami kalangan umum dan hanya difahami satu di antara seratus orang, memiliki arti untuk dipertimbangkan. Tidak ada undang-undang yang menganggap risalah seperti ini sebagai suatu kesalahan.

Selanjutnya, risalah tersebut menjelaskan penakwilan hadits-hadits mutasyabih secara menawan. Ketika kami menjelaskan makna hakiki suatu hadits, dan makna tersebut sesuai dengan seseorang yang lalai, tidak ada undang-undang yang menganggap penjelasan ini sebagai suatu kesalahan, terlebih penjelasan seperti ini sudah ada sejak empatpuluh tahun silam, sudah diajukan ke tiga peradilan dan mahkamah, sudah dua kali diajukan kepada lembaga-lembaga peradilan resmi di Ankara dalam tiga tahun, namun tidak bantahan terkait pembelaan dan seluruh pembelaan saya yang menyebutkan sejumlah jawaban pasti.

Selanjutnya, mengkritik orang yang memicu banyak sekali keburukan dalam aksi revolusi, segala kebaikan revolusi tidak hanya miliknya, tapi milik pasukan dan pemerintahan. Ia hanya memiliki satu bagian saja.[1] Seperti halnya kritikan yang kami tujukan pada sisi-sisi keburukan orang tersebut (Musthafa Kamal) tidak dinilai sebagai kesalahan, maka bukan berarti kritikan tersebut sebagai serangan terhadap gerakan revolusi.

Lantas apa salah dan dosa mengkritik atau menyembunyikan rasa tidak suka pada seseorang yang merubah Masjid Ayasofia yang menjadi sumber kemuliaan abadi umat pemberani, mutiara berkilau segala pengabdian dan jihad umat demi Al-Qur'an, cinderamata berharga pedang-pedang para leluhur kita yang pemberani, merubah masjid tersebut menjadi tempat berhala dan patung, dan menjadikan wilayah kekuasaan syaikh menjadi sekolah tingkat tinggi untuk anak-anak perempuan.

Permasalahan kedua;

Seputar konsekwensi-konsekwensi tuduhan dalam nota dakwaan umum;

Setelah kami mendapatkan kebebasan di tiga peradilan, penjelasan menawan penakwilan sebuah hadits –dalam “sinar kelima”- yang ditulis empatpuluh tahun silam, menyelamatkan umat.

Syaikhul Islam –untuk golongan jin dan manusia- Zanbali Ali Afandi, mengatakan, “Tidak ada izin –dalam agama- untuk mengenakan topi, bahkan andaipun mengenakan secara bercanda.” Para syaikh dan ulama juga tidak membolehkan mengenakan topi. Inilah yang membuat orang-orang mukmin menghadapi suatu bahaya ketika mereka terpaksa mengenakan topi, karena mereka memiliki dua pilihan; meninggalkan agama, atau melakukan gerakan pembangkangan.

Salah satu alenia “sinar kelima” menyebutkan, topi akan dikenakan di kepala banyak orang dan berkata, “Jangan sujud!” Namun iman yang ada di dalam kepala memaksa topi bersujud, dan insya Allah menjadikannya muslim.


[1] Setelah Musthafa Kamal menguasai pemerintahan, ia membuat sejumlah undang-undang anti Islam; menghapus khilafah Islam, menghapus sekolah-sekolah agama, merubah huruf-huruf Arab menjadi huruf-huruf latin, melarang azan dengan bahasa Arab –melalui instruksi azan dengan bahasa Turki-, mengeluarkan undang-undang tentang pakaian, mengimpor undang-undang Switzerland, Perancis, dan lainnya, dan lainnya.




378. Page

Risalah ini menyelamatkan orang-orang beriman dari aksi pembangkangan, juga menyelamatkan mereka dari kemurtadan atas kemauan mereka sendiri, terlebih tidak ada undang-undang yang menuntut hal-hal seperti ini pada orang yang hidup menyendiri. Pemerintahan selama duapuluh tahun silam tidak memaksa saya mengenakan topi, seperti halnya kaum wanita, anak-anak, para imam masjid, para pegawai di instansi-instansi pemerintahan, dan sebagian besar orang-orang kampung juga tidak dipaksa mengenakan topi. Selain pada saat-saat belakangan ini, para pasukan juga tidak mengenakan topi. Seperti halnya mengenakan peci dan penutup kepala tidak dilarang di sebagian besar provinsi lain.

Meski demikian, tidak mengenakan topi menjadi materi tuduhan yang diarahkan kepada saya dan juga saudara-saudara saya. Lantas adakah undang-undang, kepentingan, ataupun alasan di dunia ini secara keseluruhan yang menganggap tuduhan seperti ini –yang sama sekali tidak berarti- sebagai kesalahan?

Asas ketiga yang menjadi inti tuduhan;

Tuduhan provokasi untuk mengacaukan keamanan di Emirdag.

Sebagai bantahan, saya katakan;

Pertama;

Kami cukup mengisyaratkan pada bantahan yang saya sampaikan kepada peradilan (Emirdag) dan juga enam rujukan keadilan resmi Ankara dengan sepengetahuan dan izin peradilan. Bantahan saya ini tidak terbantahkan. Untuk itu, saya sampaikan bantahan yang sama sebagai jawaban atas surat dakwaan yang dialamatkan kepada saya.

Kedua;

Siapapun yang berbicara dengan saya di Emirdag, para penduduk dan petugas keamanan, memberikan kesaksian setelah keluarnya putusan tidak bersalah kepada saya, bahwa dengan sepenuh kekuatan –dimana saya mendekam dalam kesendirian- saya menjauhkan diri dari keterlibatan apapun dalam politik maupun urusan dunia. Bahkan, saya tidak lagi menulis dan berkorespondensi, sehingga saya tidak menulis apapun selain dua paragraph kecil seputar malaikat dan hikmah pengulangan dalam Al-Qur'an. Dalam satu minggu, saya hanya membuat satu tulisan saja berisi dorongan untuk membaca Risalah-risalah An-Nur. Bahkan, saya hanya mengirim empat surat kepada saudara saya yang menjabat sebagai mufti –ia termasuk salah satu murid saya selama duapuluh tahun- dalam rentang waktu selama tiga tahun, dan ia selalu mengirimkan kartu ucapan selamat hari raya kepada saya, ia sangat meresahkan saya.

Sementara saudara saya lainnya yang berdomisili di kampung halaman saya, tidak satu surat pun yang saya kirimkan padanya selama duapuluh tahun. Meski demikian, surat dakwaan dengan pandainya kembali mengulang tuduhan lama; mengganggu keamanan dan menentang gerakan revolusi.

Sebagai bantahan, kami katakan;

Lebih dari duapuluh ribu salinan Risalah-risalah An-Nur selama duapuluh tahun, dibaca duapuluh ribu bahkan seratus ribu orang dengan penuh kerinduan dan penerimaan. Meski demikian, enam peradilan ataupun pihak-pihak keamanan di sepuluh provinsi tidak menemukan bukti apapun yang menunjukkan mereka bersalah.

Ini menunjukkan, andai ada satu kemungkinan saja di antara ribuan kemungkinan yang menunjukkan kami bersalah, tentu akan mereka jadikan bukti seakan sebagai realita 

379. Page

nyata. Andaipun ada satu kemungkinan di dalam dua atau tiga kemungkinan, namun tidak terlihat adanya pengaruh apapun, kemungkinan seperti ini tetap tidak dianggap sebagai kesalahan. Bahkan satu di antara seribu kemungkinan pun tidak nyata.

Siapapun –termasuk penuntut umum- berpotensi melakukan pembunuhan terhadap banyak orang, atau melakukan tindakan yang mengganggu keamanan demi kepentingan kelompok komunis dan pengacau. Dengan demikian, menganggap kemungkinan-kemungkinan yang dibesar-besarkan seperti ini seakan sebuah realita nyata, selanjutnya digunakan sebagai asas untuk menyampaikan tuduhan, adalah pengkhianatan terhadap keadilan dan undang-undang.

Selanjutnya, adanya pihak oposisi di setiap pemerintahan adalah hal yang wajar, dan pertentangan pemikiran bukanlah suatu kejahatan. Pemerintahan hanya menindak berdasarkan bukti nyata, tidak bisa menghukum berdasarkan apa yang ada di dalam hati. Kami khawatir jika orang-orang yang melayangkan tuduhan batil seperti ini pada seseorang yang tidak melakukan tindakan apapun yang membahayakan negara atau umat, bahkan justru memberikan banyak manfaat dan pengabdian, tidak ikut campur dalam segala urusan kehidupan sosial, bahkan dipaksa untuk hidup secara terkucil secara penuh, yang karya-karya tulisnya diterima dengan sepenuh penghormatan di sejumlah pusat-pusat keislaman, kami khawatir jika orang-orang seperti mereka ini diperalat untuk kepentingan komunisme dan kekacauan tanpa mereka sadari.

Melalui sejumlah indikasi, saya tahu bahwa musuh-musuh terselubung kami berusaha mencederai Risalah-risalah An-Nur dan merendahkan nilainya. Mereka menyebarkan dugaan adanya pemikiran Al-Mahdi –dari sisi politik- dalam Risalah-risalah An-Nur, mereka menyatakan bahwa Risalah-risalah An-Nur sebagai kendaraan pemikiran ini. Mereka mencari dan meneliti dengan harapan menemukan suatu bukti penguat dugaan-dugaan batil mereka. Mungkin, penyiksaan yang saya alami muncul karena dugaan-dugaan seperti ini.

Untuk orang-orang zalim yang terselubung, siapapun yang mendengar kata-kata mereka dan memusuhi kami, kami katakan;

Mustahil! Mustahil! Saya tidak pernah menyampaikan pernyataan seperti itu, saya tidak melampaui batasan saya, dan saya tidak mau memperalat hakikat-hakikat Al-Qur'an demi meraih reputasi dan nama besar demi kepentingan pribadi.

Tigapuluh tahun terakhir dari usia saya yang kini sudah mencapai tujuhpuluh lima tahun, Risalah-risalah An-Nur yang mencapai 130 risalah, dan ribuan orang yang percaya kepada saya dengan sebenarnya, membuktikan kebenaran pernyataan saya ini.

Ya, murid-murid An-Nur mengetahui hal ini. Selain itu, saya juga menyampaikan serangkaian bukti di hadapan sejumlah peradilan bahwa saya tidak bekerja demi meraih maqam, kedudukan pribadi, atau demi meraih derajat, reputasi maknawi maupun akhirat. Tapi dengan sepenuh kekuatan yang saya punya, saya berupaya untuk memberikan pengabdian iman kepada orang-orang yang beriman.

Saya tidak hanya siap mengorbankan kedudukan-kedudukan dunia nan fana saja, bahkan jika diperlukan, saya juga akan mengorbankan tingkatan-tingkatan akhirat nan kekal abadi kehidupan akhirat saya, meski siapapun berusaha untuk mendapatkan tingkatan-tingkatan ini. Teman-teman dekat saya juga tahu –jika diperlukan- saya rela meninggalkan surga dan masuk neraka asal saya menjadi sarana untuk menyelamatkan sebagian orang-orang mukmin malang.


380. Page

Saya sampaikan hal ini lengkap dengan bukti-buktinya dari beberapa sisi di hadapan sejumlah peradilan. Namun mereka tetap menuduhkan hal tersebut kepada saya dengan dalil pengabdian iman dan An-Nur saya tidak ikhlas. Mereka juga merendahkan nilai Risalah-risalah An-Nur dan menghalangi umat dari hak-haknya.

Apakah kiranya orang-orang sengsara itu mengira bahwa dunia ini kekal abadi selamanya? Ataukah mereka mengira bahwa semua orang sama seperti mereka, sama-sama memanfaatkan agama dan iman demi kepentingan-kepentingan dunia?

Dugaan seperti ini mendorong mereka untuk menyerang seseorang yang menantang orang-orang sesaat di dunia, orang yang rela mengorbankan kehidupan dunia demi pengabdian iman, dan bahkan jika diperlukan, ia siap mengorbankan kehidupan akhirat demi pengabdian ini.

Ia sama sekali tidak siap untuk menukarkan satu pun hakikat iman dengan kekuasaan dunia secara keseluruhan, seperti yang ia nyatakan dengan tegas di hadapan sejumlah peradilan.

Dugaan tersebut mendorong mereka untuk menyerang seseorang yang dengan segala kekuatannya menjauhi politik, seluruh tingkatan-tingkatan materi dunia, dan apapun yang berbau politik baik dari dekat maupun jauh demi keikhlasan, seseorang yang tabah menahan siksaan tiada bandingnya selama duapuluh tahun lamanya. Meski demikian, ia –sesuai faham keimanan- tidak pernah terjun ke dunia politik.

Selanjutnya, dari sisi jiwa, ia menganggap dirinya jauh lebih rendah dari tingkatan murid-muridnya. Untuk itu, ia selalu menanti doa dan permohonan ampun mereka untuknya. Meski ia menganggap dirinya lemah dan tidak penting, namun sejumlah saudara-saudaranya yang tulus, mengaitkan beberapa kelebihan Risalah-risalah An-Nur kepadanya melalui risalah-risalah pribadi mereka, karena ia merupakan penerjemah luapan-luapan iman nan kuat yang mereka dapatkan dari Risalah-risalah An-Nur. Tidak pernah terlintas di benak mereka adanya makna-makna yang berbau politik dalam Risalah-risalah An-Nur, hanya sekedar kata-kata biasa saja, karena kadang seseorang berkata kepada orang biasa sebagai berikut, “Engkau orang berjasa, engkau sultan-ku.” Artinya, dari sisi baik sangka, mereka memberikan tingkatan tinggi yang tidak patut baginya (ustadz An-Nursi). Risalah-risalah An-Nur seribu kali lebih tinggi dan bernilai dari tingkatannya (ustadz An-Nursi).

Seperti diketahui, ada satu-dua tradisi-tradisi lama yang masih berlaku dan diterima –tanpa ditentang siapapun- di kalangan para murid dan guru, seperti pujian berlebihan yang disampaikan murid kepada guru, melakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai bentuk rasa terimakasih kepada guru, adanya kata-kata pujian yang berlebihan di bagian akhir buku dan kitab yang masih bisa diterima, dan lainnya.

Lantas apakah hal seperti ini dinilai sebagai suatu kesalahan dari sisi manapun? Memang benar, dalam satu sisi pujian berlebihan menyalahi fakta sebenarnya. Namun orang seperti saya ini tidak punya siapa-siapa, menanggung beban terasing seorang diri sedemikian rupa, punya banyak musuh, dan ada banyak sekali faktor yang membuat para penolong dan pembelanya menjauhi dirinya.

Apakah bermasalah bagi mereka yang jauh dari keadilan itu jika saya memperkokoh semangat maknawi para pembantu dan penolong saya itu untuk melawan para penentang yang jumlahnya begitu banyak, jika saya menyelamatkan mereka agar tidak lari menjauh, saya halangi mereka agar semangat mereka yang nampak di balik 

381. Page

pujian berlebihan yang mereka sampaikan, tidak patah, dan jika saya merubah pujian ini menjadi Risalah-risalah An-Nur tanpa saya berikan jawaban menyeluruh dan pasti?!

Seperti itulah terlihat dengan jelas, seberapa jauhnya sejumlah pejabat resmi dari kebenaran, undang-undang, dan keadilan kala berusaha mencederai pengabdian iman yang dijalankan seseorang yang telah mencapai usia tua dan sudah berada di depan pintu kubur, seakan pengabdian ini digunakan untuk tujuan-tujuan dunia.

Kata-kata terakhir yang kami ucapkan kala menghadapi segala musibah;

اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)

Sa’id An-Nursi

* * *

Suplemen

Disebutkan dalam putusan pemeriksaan akhir peradilan pemeriksaan sebagai berikut;

Empat bulan sebelum dewan menteri melarang peredaran risalah “mukjizat-mukjizat Al-Qur'an” –kalimat keduapuluh lima- dan menarik risalah-risalah ini dari pasaran karena adanya penjelasan tiga ayat Al-Qur'an yang berseberangan dengan undang-undang sipil saat ini, juga berbenturan dengan peradaban.

Sebagai jawaban, saya katakan;

Risalah “mukjizat-mukjizat Al-Qur'an- saat ini tercantum dalam risalah “Dzulfiqar.” Risalah ini berjumlah hampir 400 halaman. Saya menerbitkan risalah ini sebagai bantahan terhadap kritikan-kritikan yang diarahkan peradaban berat terhadap Al-Qur'an, dengan bantahan pasti yang tidak mungkin dicela ataupun dibantah. Dua halaman di antaranya berisi penafsiran tiga ayat Al-Qur'an yang disebut secara terpisah dalam tiga risalah lama saya.

Ayat pertama berkenaan dengan hijab. Ayat kedua berkenaan dengan warisan, yaitu ayat;

فَلِاُمِّهِ السُّدُسُ

“Maka ibunya mendapat seperenam.” (QS. An-Nisa`: 11)

Ayat ketiga juga berkenaan dengan warisan;

فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ ٱلْأُنثَيَيْنِ ۗ

 “Maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan.” (QS. An-Nisa`: 176)

Meski saya menjelaskan hikmah hakikat-hakikat ketiga ayat ini dalam dua halaman duapuluh tahun silam (sebagian di antaranya tigapuluh tahun silam) secara lugas yang membungkam para filosof, namun mereka mengira seakan risalah ini saya tulis pada hari ini.

Seharusnya pemerintah tidak melarang penyebaran risalah “Dzulfiqar” yang berjumlah 400 halaman, dan hanya mencabut dua halaman itu saja, setelah itu 

382. Page

dikembalikan lagi kepada kami. Ini hak kami secara hukum, karena jika ada satu atau dua kata yang berbahaya dalam tulisan tertentu, kedua kata tersebut bisa dihapus dan tulisan tersebut diizinkan beredar luas.

Mengacu pada hal tersebut, kami menuntut hak kami di hadapan peradilan Anda yang adil.

Mengingat tidak ada seorang pun (di antara murid-murid saya) yang bisa datang untuk membacakan surat dakwaan berisi empatpuluh halaman yang dikeluarkan sebelum yang lalu, mereka membacakan nota ini pada hari ini (bertepatan dengan tanggal 21 Juni).

Mereka membacakan nota ini dan saya mendengar. Rupanya, pledoi (pembelaan) yang saya tulis dua bulan silam, juga pelengkap pledoi dan suplemen yang saya tulis sebulan yang lalu, juga yang saya kirim kepada Anda dan enam lembaga rujukan keadilan di Ankara, membantah surat dakwaan ini secara pasti. Untuk itu saya tidak punya alasan apapun untuk menulis pembelaan baru.

Namun saya ingin mengingatkan dua atau tiga poin terkait tuduhan Anda;

Poin pertama;

Asalan yang mendorong saya tidak memberikan jawaban atas surat dakwaan ini adalah karena saya tidak ingin mencederai kemuliaan tiga peradilan yang mengeluarkan putusan pembebasan kami, dan saya tidak ingin mengkhianatinya, mengingat tiga peradilan tersebut telah meneliti secara jeli seluruh asas yang tertera dalam surat dakwaan, kemudian mengeluarkan putusan pembebasan untuk kami.

Tidak menghormati putusan ini dan menganggapnya tidak berarti, dinilai sebagai tindakan melampaui batas dan semena-mena terhadap kemuliaan lembaga peradilan.

Poin kedua;

Dengan begitu lihai, pihak penuntut umum berusaha memberikan sejumlah makna yang sama sekali tidak terlintas di benak kami terkait dua atau tiga permasalahan di antara ribuan permasalahan untuk dijadikan materi tuduhan terhadap kami, padahal permasalahan-permasalahan ini terdapat di sejumlah bagian-bagian inti Risalah-risalah An-Nur, diterima oleh para ulama peneliti Al-Azhar di Mesir, juga ulama Aleppo, Makkah Al-Mukarramah, Madinah Al-Munawwarah, khususnya para ulama peneliti Majlis Urusan Agama Turki.

Untuk itu saya kaget dan merasa aneh ketika mengetahui penuntut umum menyampaikan sejumlah bantahan ilmiah dalam surat dakwaan, seakan ia seorang ulama dan syaikh Majlis Urusan Agama. Anggaplah saya memiliki sejumlah kesalahan. Kesalahan ini tidak bisa dianggap sebagai kesalahan yang harus dihukum, tapi hanya kesalahan ilmiah. Perlu diketahui, ulama manapun tidak menganggap apa yang dinilai penuntut umum ini sebagai kesalahan sebagai kesalahan, bahkan tidak mempermasalahkannya.

Selanjutnya, tiga peradilan membebaskan kami dan juga Risalah-risalah An-Nur secara keseluruhan, kecuali limabelas kata yang ada dalam “kilauan keduapuluh empat” tentang hijab, dimana peradilan Eskisehir memutuskan hukuman ringan terhadap saya dan limabelas persen di antara teman-teman saya.

Seperti yang telah saya sampaikan dalam pelengkap pledoi yang saya sampaikan kepada Anda, bahwa andai di muka bumi ini masih ada keadilan, tentu tidak menerima 

383. Page

putusan hukuman terhadap saya karena penafsiran saya dimana saya mengikuti putusan 350 ribu tafsir.

Dengan kecerdasan dan banyak sekali alasan, pihak penuntut umum memilih sejumlah kata-kata dan tulisan yang ditulis duapuluh tahun silam, lalu diselewengkan guna merugikan kami, yang berarti lima atau enam peradilan –bukan hanya tiga peradilan saja- yang membebaskan kami ikut terlibat bersama kami dalam kesalahan dan kejahatan yang dituduhkan kepada kami ini.

Saya mengingatkan pihak penuntut umum agar tidak mengusik kemuliaan lembaga-lembaga peradilan tersebut.

Poin ketiga;

Mengkritik dan menentang seorang pemimpin yang sudah mati, tamat riwayat dan hubungannya dengan pemerintah sudah terputus karena ia memicu sejumlah hal-hal negatif dalam revolusi, menurut pandangan hukum bukan dianggap sebagai kesalahan ataupun kejahatan. Kritikan yang kami sampaikan pun tidak secara langsung. Bahkan dengan lihai, pihak penuntut umum menerapkan nota penjelasan kami secara umum dan menyeluruh terhadap si pemimpin tersebut (Musthafa Kamal). Makna rahasia yang tidak kami jelaskan, justru disampaikan si penuntut umum ini pada semua orang, ia beberkan dan jadikan pusat perhatian banyak orang. Jika ada kekeliruan dalam makna-makna ini, berarti si penuntut umum ikut terlibat, karena dialah yang menarik dan menghasut perhatian publik terhadap makna-makna ini.

Poin keempat;

Meski tiga peradilan mengeluarkan putusan pembebasan kami secara pasti dari tuduhan pembentukan organisasi, namun penuntut umum berusaha membuka kembali file lama seputar tuduhan pembentukan organisasi rahasia. Ia berupaya keras mencari bukti dan alasan tidak nyata dalam hal ini.

Meski ada sejumlah organisasi politik membahayakan bangsa dan negara ini, tetap saja mereka diizinkan beroperasi, sementara kami justru dituduh memanfaatkan agama untuk menghasut rakyat mengganggu keamanan, padahal ribuan saksi dan bukti, serta putusan enam provinsi sama sekali tidak mengusik kami. Ini membuktikan bahwa persahabatan antara murid-murid An-Nur adalah persahabatan menuntut ilmu demi kebaikan umat, agama, juga demi jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Murid-murid An-Nur saling bekerjasama dan berjuang melawan seluruh kecenderungan-kecenderungan perusak, baik dari luar maupun dalam negeri. Untuk itu, tuduhan pembentukan organisasi rahasia dan mengganggu keamanan terhadap murid-murid An-Nur yang jumlahnya mencapai ratusan ribu, padahal selama duapuluh tahun belakangan tidak tercatat adanya satupun insiden yang mengusik keamanan negara, tuduhan semacam ini bukan hanya membuat bangsa manusia marah, tapi bumi pun akan marah dan menepis tudingan tersebut.

Intinya, saya tidak punya alasan untuk berbicara panjang lebar, karena pledoi saya –yang sudah saya tulis sebelum adanya surat dakwaan ini- dan juga pelengkap pledoi saya sudah cukup untuk membantah dan menjawab tudingan pihak penuntut umum.

Tahanan penjara Afion,

Sa’id An-Nursi 


384. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Berikut penjelasan saya untuk peradilan Afion dan ketua peradilan tinggi tindak pidana;

Saya telah memutuskan hubungan dengan dunia, karena sejak awal saya tercipta bukan untuk sabar menahan perilaku sewenang-wenang. Kehidupan saat ini terlihat begitu berat hingga saya merasa tidak mampu menjalani kehidupan yang penuh dengan kesewenang-wenangan tiada makna dan tidak penting seperti ini, karena saya tidak tahan menghadapi berbagai perilaku sewenang-wenang dan kencenderungan menguasai yang dimiliki ratusan pejabat resmi di luar penjara.

Saya merasa bosan dengan kehidupan seperti ini. Dengan sepenuh kekuatan yang saya miliki, saya menuntut kalian untuk menghukum saya. Karena saya tidak bisa menggapai kematian, berarti mau tidak mau terus mendekam di dalam penjara, padahal kalian semua tahu bahwa segala tuduhan batil yang dilayangkan kepada saya, sama sekali tidak ada dan tidak nyata. Untuk itu, semua bukti tidak cukup untuk menghukum saya.

Banyaknya kelalaian besar dalam diri saya terhadap tugas hakiki, inilah yang menyebabkan hukuman maknawi bagi saya. Andai saja pertanyaan tepat diajukan saat ini, tentu saya siap menjawab semua pertanyaan kalian.

Ya, satu-satunya kesalahan yang bersumber dari kelalaian-kelalaian besar saya dan yang tidak terampuni dari sisi hakikat adalah; karena tidak berkorban untuk dunia, saya tidak melakukan tugas luhur demi kepentingan bangsa, umat, dan agama yang dibebankan kepada saya. Ketidakmampuan saya untuk menjalankan tugas ini, bagi saya bukan alasan. Inilah yang saya rasakan saat ini saat berada di penjara Afion ini.

Orang-orang yang menuduh murid-murid An-Nur yang hubungan akhirat nan tulus mereka terbatas untuk Risalah-risalah An-Nur dan penulisnya, dan berusaha memikulkan tanggungjawab pembentukan organisasi politik, jauh sekali dari keadilan dan fakta.

Buktinya adalah putusan bebas tiga peradilan dengan tiga alasan. Selebihnya ingin saya sampaikan;

Inti dan asas kehidupan sosial umat manusia, khususnya umat Islam adalah cinta tulus di antara para kerabat, ikatan kuat antar kabilah dan kelompok, persaudaraan dan kerjasama maknawi terhadap saudara-saudara sesama mukmin dalam lingkup nasionalisme Islam, berkorban demi kaum dan bangsa, komitmen dan ikatan kuat yang tak tergoyahkan bersama hakikat-hakikat Al-Qur'an yang menyelamatkan kehidupan abadi, bersama para penyebar hakikat-hakikat ini, juga ikatan-ikatan lain yang merealisasikan asas kehidupan sosial.

Mengingkari inti dan asas ini mau tidak mau harus menerima bahaya merah (komunisme) yang mengintai kita dari utara, yang menanamkan benih-benih kekacauan, berusaha melenyapkan generasi-generasi dan nasionalisme, mengumpulkan anak-anak di sana, mereka awasi, dan mereka upayakan untuk melenyapkan perasaan kekerabatan dan nasionalisme, merusak peradaban manusia dan kehidupan sosial secara penuh.


385. Page

Saya katakan, dengan mengingkari inti dan asas kehidupan sosial ini, dan menerima faham merah (komunisme), saat itu mungkin murid-murid An-Nur baru bisa disebut organisasi.

Untuk itu, murid-murid An-Nur sejati memperlihatkan hubungan suci dengan hakikat-hakikat Al-Qur'an, dan memperlihatkan hubungan yang tak terpisahkan dengan saudara-saudara mereka dalam kehidupan akhirat. Karena mereka menerima hukuman apapun dengan lapang dada karena persaudaraan ini, mereka mengakui hakikat ini apa adanya di hadapan peradilan Anda yang adil. Dalam membela diri, mereka tidak merendahkan diri dengan menipu, bersikap munafik dan berdusta.

Yang ditahan,

Sa’id An-Nursi

* * *

Tambahan Pelengkap Bantahan

Yang Diajukan Kepada Pihak Penuntut Umum Peradilan Afion

Pertama;

Saya menjelaskan kepada peradilan, bahwa tuduhan baru ini didasarkan pada dakwaan-dakwaan lama peradilan Eskisehir dan Denizli, juga mengacu pada putusan yang diajukan oleh para pakar yang dangkal setelah melakukan pemeriksaan asal-asalan. Di hadapan peradilan Anda ini, saya menyatakan bahwa jika saya tidak membuktikan seratus kesalahan dalam tuduhan ini, saya rela menerima hukuman penjara selama seratus tahun. Saya saat ini siap membuktikan pernyataan ini. Jika kalian berkenan, akan saya sampaikan daftar kesalahan tuduhan ini yang jumlahnya lebih dari seratus kesalahan.

Kedua;

Ketika lembaran-lembaran dan kitab-kitab kami dikirim ke Ankara dari peradilan Denizli, saya mengirim kepada saudara-saudara saya –di tengah penantian dan keresahan saya atas keluarnya putusan terhadap kami- sebuah alenia di bagian penutup salah satu pledoi saya sebagai berikut;

Jika pada aparat penegak hukum yang memeriksa Risalah-risalah An-Nur dengan tujuan memberikan kritikan dan meluruskan, mampu memperkuat dan menyelamatkan keimanan mereka, lalu setelah itu mereka menjatuhkan hukuman mati kepada saya, maka saksikanlah bahwa saya mengalah dari semua hak-hak saya, karena kami ini tidak lain adalah para pengabdi keimanan, dan tugas utama Risalah-risalah An-Nur adalah memperkuat dan menyelematkan iman.

Untuk itulah kami berkewajiban memberikan pengabdian-pengabdian keimanan tanpa membedakan mana lawan mana kawan, dan tanpa bergabung dengan lembaga apapun juga.

Demikianlah wahai para pemimpin, para anggota peradilan! Mengacu pada hakikat ini Risalah-risalah An-Nur dengan segala hakikat-hakikatnya nan terang dan 

386. Page

dalil-dalil nyatanya, mampu menarik hati sebagian besar anggota-anggota peradilan, dan mendorong mereka condong kepadanya.

Untuk itu, saya tidak perduli apapun yang ingin mereka lakukan setelah itu, saya tidak perduli apapun putusan kalian kepada saya. Lakukan apapun yang kalian inginkan, kalian saya maafkan, saya tidak akan pernah memberontak ataupun marah kepada kalian. Inilah alasan kenapa saya tabah menghadapi berbagai macam derita, kezaliman, kesewenang-wenangan, dan penghinaan berat yang terus berulang dan yang menyulut amarah saya, yang belum pernah saya hadapi sebelumnya sepanjang hidup saya.

Lebih dari itu, saya tidak pernah mendoakan keburukan pada seorang pun.

Kumpulan Risalah-risalah An-Nur yang ada di hadapan kalian itulah pledoi saya yang tidak bisa dicela ataupun dikritik. Risalah-risalah An-Nur adalah bukti terbaik atas kepalsuan semua tuduhan yang dilayangkan kepada kami.

Satu hal yang mengherankan dan membingungkan; ketika para ulama terkemuka dari Mesir, Syam, Aleppo, Madinah Al-Munawwarah, Makkah Al-Mukarramah, dan ulama para pemimpin urusan agama meneliti kumpulan Risalah-risalah An-Nur, mereka tidak mengkritik satu pun bagian di antara risalah-risalah itu, bahkan mereka menganggap baik dan memuliakannya dengan sebenar-benarnya.

Dan ketika Risalah-risalah An-Nur mendorong seratus ribu para ahli hakikat untuk mempercayainya meski di tengah situasi-situasi sulit yang melingkupi, meski saya menghadapi keterasingan, masa tua, dan minimnya pembela, terlebih serangkaian serangan-serangan kasar silih-berganti tiada henti, saya sampaikan, ketika Risalah-risalah An-Nur mendapat penghormatan seperti disebutkan di atas, tiba-tiba ada “orang cerdas” mengumpulkan sejumlah tuduhan-tuduhan lemah terhadap kami yang ia sampaikan secara keliru, yang mengisyaratkan kedangkalannya, juga kedangkalan penilaiannya terhadap segala sesuatu kala ia menyatakan bahwa Al-Qur'an terdiri dari 140 surah! Dia inilah yang meluruskan Risalah-risalah An-Nur dengan menyatakan bahwa meski Risalah-risalah An-Nur berusaha menafsirkan Al-Qur'an dan menakwilkan hadits, namun tidak memiliki esensi ilmiah dan nilai luhur dari sisi penyajiannya kepada para pembaca.

Tidakkah difahami melalui kritikannya ini bahwa ia begitu jauh dari undang-undang, fatwa, kebenaran dan keadilan?!

Saya juga mengadukan kepada kalian;

Kalian telah membacakan tuntutan umum secara utuh selama dua jam yang melukai hati kami karena dakwaan tersebut mengandung lebih dari seratus kekeliruan seperti yang telah kami tulis dalam empatpuluh halaman. Namun kalian tidak mengizinkan saya waktu untuk memberikan bantahan barang dua menit saja untuk saya tulis dalam satu setengah halaman, meski saya sudah memohon hal tersebut. Untuk itu, atas nama keadilan, saya menuntut kalian untuk membaca bantahan saya secara lengkap.

Ketiga;

Di setiap pemerintah pasti ada oposisi. Undang-undang tidak membiarkan pemerintah untuk mengusik kelompok tersebut selama mereka tidak melanggar undang-undang. Lantas mungkinkah saya dan orang-orang seperti saya yang berpaling dari dunia dan bekerja untuk alam kubur, meninggalkan amal usaha demi kehidupan abadi sesuai faham yang dianut kakek-kakek kami selama 1350 tahun silam, sesuai petunjuk pendidikan Al-Qur'an kami nan agung, sesuai aturan-aturan yang disucikan 350 juga orang mukmin di setiap masanya, selanjutnya kami sibuk dengan kehidupan dunia nan 

387. Page

singkat, fana, tunduk pada undang-undang dan aturan sipil nan bodoh yang tidak bermoral, bahkan undang-undang zalim dan liar seperti undang-undang bolshivisme, selanjutnya kami bergabung dengan aturan-aturan seperti ini karena tekanan musuh-musuh kami dan usaha-usaha kalian?!

Di dunia ini, tidak ada undang-undang atau seorang pun yang memiliki keadilan meski sebesar atom pun, memaksa orang lain untuk menerima aturan ini atau itu.

Namun kami perlu menyampaikan kepada para penentang itu, “Kami tidak mengusik kalian, maka kalian jangan mengusik kami!”

Berdasarkan hakikat di atas, kami tidak setuju dengan seorang pemimpin yang mengeluarkan segala instruksi atas dasar keinginan diri atas nama undang-undang untuk merubah masjid Ayasofia menjadi rumah berhala, menjadikan kantor para syaikh menjadi sekolah lanjutan atas untuk para siswi. Kami tidak sependapat dengan pemimpin seperti ini, baik dari sisi pemikiran ataupun permasalahan, tidak pula dari sisi motif maupun hasil. Kami tidak harus menerima perintah seperti ini.

Faktanya, meski saya menjalani hidup sebagai tawanan dan pembuangan selama duapuluh tahun, yang selama itu saya merasakan berbagai macam siksaan, menghadapi berbagai bentuk kezaliman dan kesewenang-wenangan, meski saya memiliki ratusan ribu saudara-saudara An-Nur yang setia, namun kami tidak ikut campur dalam urusan-urusan politik, juga tidak ada satu insiden pun yang menunjukkan bahwa kami mengganggu keamanan dan melanggar peraturan.

Penghinaan terus menerus, perlakuan zalim yang saya hadapi, hidup terasing dan terbuang yang saya alami, yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, yang saya hadapi di masa-masa akhir hidup saya ini, membuat saya merasa jemu terhadap kehidupan.

Saya merasa bosan terhadap kebebasan terikat, kebebasan yang dibatasi oleh peraturan seenaknya, terikat oleh kezaliman dan kesewenang-wenangan. Saya menyampaikan sebuah permintaan kepada kalian, bukan untuk membebaskan saya atau meringankan hukuman saya seperti biasanya, tapi agar saya dihukum seberat-beratnya. Ya, hukuman paling berat dan kasar, bukan hukuman ringan, karena tidak ada lagi cara untuk terlepas dari perlakuan aneh dan buruk ini selain satu di antara dua solusi; penjara atau kuburan.

Jalan menuju kuburan tertutup di hadapan saya, saya tidak bisa menempuh jalan itu karena bunuh diri dilarang secara syar’i, di samping ajal adalah rahasia yang tidak diketahui. Manusia tidak mengetahui esensi ajal, apalagi bertindak semena-mena terhadap ajal. Untuk itu, saya menerima untuk dipenjara dimana sudah sekitar enam bulan ini saya ditahan.[1]

Namun saya tidak mengajukan permohonan di atas untuk saat ini, demi memenuhi keinginan saudara-saudara saya yang tidak bersalah.

Keempat;

Dalam rentang waktu tigapuluh tahun belakangan dari kehidupan saya, rentang waktu dimana saya menyebut diri saya sebagai Sa’id “baru,” saya menyatakan, bahwa saya telah mencurahkan segenap tenaga untuk mengendalikan nafsu amarah, menjaganya dari sifat ujub, keinginan untuk tenar dan bangga diri. Bahkan saya lebih dari seratus kali pernah menyakiti perasaan murid-murid An-Nur yang berbaik sangka pada pribadi saya

[1] Situasi ini tetap berlangsung hingga lebih dari tujuhbelas bulan. (Penulis)



388. Page

secara berlebihan. Ini dibuktikan oleh apa yang saya tulis dalam Risalah-risalah An-Nur dan hakikat-hakikatnya terkait diri saya, juga disaksikan oleh orang-orang adil yang sering menemui saya, dan semua teman-teman saya, karena saya bukanlah pemilik Risalah-risalah An-Nur, bahkan saya tidak lain hanya seorang calo lemah dan sederhana di toko perhiasan Al-Qur'an.

Selain itu, berdasarkan pembenaran dari saudara-saudara terdekat saya, juga sesuai banyak sekali pertanda yang mereka lihat, saya bertekad untuk tidak hanya mengorbankan jabatan-jabatan dunia dan segala kejayaan palsu dunia semata, bahkan andai pun kedudukan-kedudukan maknawi agung dilimpahkan kepada saya, saya pun akan mengorbankan semua itu demi pengabdian saya terhadap Al-Qur'an, karena saya khawatir jika bagian-bagian jiwa bercampur dengan keikhlasan saya dalam pengabdian Al-Qur'an. Dan inilah yang saya terapkan.

Meski demikian, peradilan kalian yang terhormat menjadikan perasaan-perasaan hormat yang diperlihatkan sebagian saudara-saudara saya –sebagai ungkapan terimakasih maknawi untuk penghormatan lebih dari seorang anak untuk ayahnya, mengingat mereka mendapatkan manfaat dari Risalah-risalah An-Nur- meski saya menolak dan tidak menerima penghormatan itu, peradilan kalian menjadikan permasalahan ini sebagai inti pertanyaan terhadap kami, seakan sebagai permasalahan politik, dan kalian mendorong sebagian di antara mereka untuk memungkiri penghormatan ini.

Aneh sekali! Apa salahnya pujian yang disampaikan orang lain, yang tidak diterima oleh orang lemah tak berdaya ini, dan yang menganggap dirinya tidak pantas menerima penghormatan seperti itu?!

Kelima;

Saya menyatakan kepada kalian secara terang-terangan, bahwa usaha melayangkan tuduhan bergabung kepada kelompok dan perkumpulan, serta ikut campur dalam segala urusan dalam negeri kepada murid-murid An-Nur yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan partai, perkumpulan, kelompok, dan aliran-aliran politik manapun, tidak lain berasal dari bisikan organisasi zindiq terselubung yang sudah bergerak sejak empatpuluh tahun silam untuk menghancurkan Islam dan menghapus iman dengan menggunakan semacam faham bolshivisme, sebuah organisasi yang memicu spirit ekstrim dan kekacauan di negara ini, baik mereka ketahui ataupun tidak, dan organisasi ini menentang kami.

Meski tiga peradilan berbeda sepakat membebaskan Risalah-risalah An-Nur dan para muridnya dari tuduhan bergabung kepada kelompok, selain satu peradilan saja, yaitu peradilan Eskisehir yang menjatuhkan hukuman penjara kepada saya selama satu tahun, dan hukuman penjara selama enam bulan kepada limabelas saudara-saudara saya di antara 120 orang yang ditangkap.

Mungkin faktor yang mendorong peradilan Eskisehir mengeluarkan keputusan ini adalah sebuah alenia yang sudah ditulis sejak dulu kala dalam rangkaian risalah kecil terkait satu permasalahan; permasalahan hijab. Bunyi alenia yang dimaksud sebagai berikut;

Kami mendengar, sejumlah penyemir sepatu menggoda istri seorang pejabat besar dunia yang berpakaian terbuka dan menggoda. Mereka menggoda wanita tersebut di siang hari di jantung ibukota Ankara. Bukankah perlakuan buruk ini merupakan tamparan 

389. Page

keras di wajah mereka yang tidak tahu malu dari kalangan musuh-musuh sifat menjaga diri dan hijab?!

Dengan demikian, membuat-buat alasan lemah dan tuduhan-tuduhan batil terhadap murid-murid Risalah-risalah An-Nur saat ini, tidak lain merupakan putusan menentang tiga peradilan sebelumnya, juga usaha melayangkan tudingan terhadap tiga peradilan tersebut sebagai pengkhianat dan membuat malu.

Keenam;

Risalah-risalah An-Nur tidak mungkin dilawan, karena ulama Islam yang menelaah risalah-risalah ini sepakat menyebutnya sebagai tafsir Al-Qur'an yang bermutu dan tulus. Dengan kata lain, Risalah-risalah An-Nur mengandung bukti-bukti yang memperkuat seluruh hakikat di dalamnya. Risalah-risalah An-Nur adalah salah satu mukjizat maknawi di antara sekian banyak mukjizat Al-Qur'an di zaman sekarang. Risalah-risalah An-Nur adalah bendungan kuat untuk menghadapi berbagai bahaya dan kehancuran yang mengintai negeri dan umat ini dari utara (Eropah).

Untuk itu, dari sisi hak-hak bersama, peradilan kalian seharusnya mendorong orang untuk mempelajari dan menelaah risalah-risalah ini, bukannya menakut-nakuti para muridnya atau mendorong mereka untuk menjauhinya. Inilah yang kami ketahui, bahkan yang kami nantikan dari Anda semua.

Seperti diketahui bersama, kitab-kitab para atheis dan sejumlah pemimpin zindiq, juga masalah dan surat-surat kabar mereka sama sekali tidak diusik –meski jelas sekali membahayakan umat, negara dan keamanan bersama- di bawah slogan kebebasan ilmiah, hal ini secara pasti mendorong kami untuk bersuara dan bertanya-tanya; apa sisi terlarang dari seorang pemuda tak bersalah yang memerlukan bantuan dan pertolongan, bergabung bersama barisan murid-murid An-Nur demi menyelamatkan iman dan agar tidak jatuh ke dalam jurang akhlak tercela?!

Bukankah bijak, adil, dan wajib jika peradilan dan kementerian pendidikan untuk merangkul, mendorong, dan menghargai tindakan ini dengan sebenarnya, bukannya melawan dan menangkapi kami tanpa alasan?!

Kata-kata terakhir saya;

Kami memohon kepada Allah semoga berkenan memberikan bimbingan kepada para pemimpin untuk membenarkan kebenaran dan menegakkan keadilan. Amin.

Cukuplah Allah sebagai Penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Penolong dan Pembela.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.

Sa’id An-Nursi


390. Page

Kata-kata Terakhir Saya

Saya ingin menjelaskan hal berikut kepada lembaga peradilan;

Melalui surat dakwaan, melalui situasi yang berulang kali saya alami, juga keberadaan saya dipenjara terisolir yang cukup lama, jelas bahwa saya menjadi incaran dalam permasalahan ini. Jika dicermati, ada kepentingan untuk merendahkan martabat saya dan mencederai saya, karena saya dianggap sebagai orang berbahaya bagi kekuasaan, keamanan, dan negara. Saya dianggap bekerja demi kepentingan-kepentingan dunia bertopeng agama demi kepentingan politik.

Sebagai bantahan atas tuduhan tersebut, berikut saya jelaskan kepada kalian secara pasti;

Berdasarkan dugaan-dugaan ini dan berdasarkan usaha kalian untuk memerangi saya secara pribadi, jangan kalian coba-coba mengusik Risalah-risalah An-Nur ataupun murid-murid An-Nur yang diberkahi, karena mereka adalah rakyat yang dikorbankan demi negara dan umat ini. Jika tidak, negara dan umat ini akan tertimpa kerugian besar. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan membuat negara dan umat ini menghadapi bahaya.

Saya ingin menegaskan kepada kalian;

Berdasarkan pandangan saya saat ini, saya memutuskan untuk menerima apapun penghinaan, siksa, dan hukuman yang diarahkan kepada saya, dengan syarat tidak ada bahaya apapun yang menimpa Risalah-risalah An-Nur dan murid-murid An-Nur karena saya, karena ini akan memberikan pahala bagi saya di akhirat nanti, sekaligus sebagai cara untuk menyelamatkan dan melepaskan diri saya dari segala keburukan nafsu amarah saya.

Saat saya menangis, di sisi lain saya tertawa. Andai saja orang-orang malang yang tidak bersalah ini tidak masuk ke dalam penjara bersama saya karena permasalahan ini, tentu kata-kata saya sangat keras sekali dalam memberikan pembelaan. Seperti yang kalian saksikan dan lihat sendiri, bagaimana penuntut umum melalui tulisan dalam surat-surat dakwaan berupaya mencari alasan-alasan lemah dan batil, lalu memperlihatkan seluruh tulisan saya baik bersifat pribadi ataupun tidak yang saya tulis selama duapuluh atau tigapuluh tahun sebelumnya, seakan saya menulis semua itu pada tahun ini. Selain itu, surat-surat dakwaan juga mengartikan sebagian di antara tulisan-tulisan saya secara keliru, pihak penuntut umum juga menyuguhkan semua tulisan itu seakan belum pernah dilihat, belum pernah dibahas oleh suatu peradilan pun, seakan tidak berhak mendapatkan ampunan secara hukum, dan tidak ada sebelumnya.

Ini semua bertujuan membidik saya dan meruntuhkan harkat-martabat saya. Meski sudah lebih dari seratus kali saya sampaikan bahwa saya ini bukan apa-apa dan tidak ada nilainya, dan meski lawan-lawan saya berusaha dengan segala cara untuk menyakiti dan merendahkan saya, namun kecintaan masyarakat luas kepada saya yang meresahkan para politikus menunjukkan bahwa pada zaman sekarang dan di tengah situasi-situasi seperti ini, iman sangat memerlukan orang-orang yang tidak mengorbankan hakikat –dalam persoalan agama- demi apapun juga secara mutlak, memerlukan seseorang yang tidak menjadikan agama sebagai sarana dan alat untuk tujuan apapun atau untuk apapun juga, tidak memberikan bagian untuk jiwanya, agar segala bimbingan 

391. Page

dalam pelajaran-pelajaran iman yang ia sampaikan bisa dimanfaatkan, dan qanaah sempurna bisa diraih.

Ya, dalam situasi apapun, belum pernah ada kebutuhan pelayanan iman yang mendesak seperti sekarang ini, karena banyak sekali bahaya mengepung kita dari luar dengan begitu keras dan buas. Meski saya telah mengakui dan menyampaikan, bahwa saya ini orang lemah tak berdaya, tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan dan mengisi kekosongan ini, namun ada saja sebagian orang mengira bahwa sebagian dari kebutuhan tersebut mungkin saja terwujud melalui diri saya, bukan karena keistimewaan tertentu yang saya miliki, tapi karena kebutuhan mendesak terhadap sosok yang melakukan pekerjaan ini dan tidak adanya seorang pun yang tampil secara nyata untuk mengemban tanggungjawab besar tersebut.

Sudah sedari dulu saya bingung dan heran mengamati permasalahan ini, karena meski saya memiliki banyak sekali kesalahan dan aib, meski saya sama sekali tidak layak untuk menjalankan pekerjaan besar ini, namun saya mulai memahami hikmah kenapa masyarakat luas mengalihkan perhatian dan rasa hormat kepada saya. Hikmah itu adalah;

Hakikat-hakikat yang terkandung dalam Risalah-risalah An-Nur, dan kepribadian maknawi yang ditunjukkan para murid-murid An-Nur, mungkin menutupi separuh wajah kebutuhan tersebut, terlebih di tengah situasi seperti sekarang ini. Meski bagian dari pengabdian saya tidak mencapai satu dari seribu, namun sebagian orang menganggap saya ini sebagai jelmaan hakikat luar biasa tersebut, mewakili sosok terpercaya dan tulus tersebut, sehingga mereka mengalihkan perhatian kepada saya.

Nyatanya, selain perhatian ini dalam batasan tertentu merugikan saya, juga memberatkan jiwa saya, bahkan saya lebih memilih diam tanpa alasan terhadap kerugian-kerugian maknawi tersebut demi menjaga hakikat-hakikat An-Nur dan kepribadian maknawinya.

Perhatian ini mungkin juga merujuk pada isyarat masa depan Imam Ali, Syaikh Al-Kailani, dan sejumlah wali lain terhadap hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur berdasarkan ilham ilahi dan kepribadian murid-murid maknawi An-Nur.

Ini tidak lain karena Risalah-risalah An-Nur merupakan cermin kecil yang membiaskan mukjizat maknawi Al-Qur'an pada masa sekarang ini, dan mungkin sebagian di antaranya menggunakan pribadi saya yang lemah ini dengan pertimbangan saya ini sebagai pengabdi hakikat luar biasa tersebut. Saya keliru ketika tidak mengalihkan perhatian parsial mereka pada saya untuk menakwilkan Risalah-risalah An-Nur. Ini semata karena kelemahan saya dan banyaknya faktor yang membuat para pembantu saya merasa takut. Adanya saya menerima sebagian kecil dari perhatian terhadap diri saya secara lahiriah, tidak lain untuk meningkatkan ketergantungan dan kepercayaan saya pada kata-kata saya sendiri, bukan karena faktor lain.

Saya ingin mengingatkan hal berikut pada kalian;

Sama sekali tidak ada gunanya untuk menghabisi diri saya yang fana dan yang sudah hampir mendekati pintu kuburan ini, juga tidak ada gunanya menganggap saya sepenting itu. Satu hal yang harus kalian ketahui dengan baik; melawan Risalah-risalah An-Nur adalah usaha tiada guna. Kalian tidak akan mampu melawan Risalah-risalah An-Nur, kalian tidak akan bisa mengalahkannya.

Jika kalian berusaha melawan Risalah-risalah An-Nur, kalian justru menimpakan bahaya besar terhadap umat dan negara secara bersamaan. Kalian tidak akan mampu memecah-belah persatuan murid-murid An-Nur, meski apapun usaha yang kalian 

392. Page

lakukan, karena tidak mudah menggiring para cucu dan anak-anak para kakek kami yang pemberani, yang mengorbankan lebih dari lima juta syuhada demi menjaga Al-Qur'an dan hakikat-hakikat Al-Qur'an nan berharga, untuk memungkiri dan melupakan masa lalu mereka nan luhur. Tidak ada upaya untuk menghalangi aksi-aksi heroik keagamaan mereka nan menawan yang selalu menjadi pusat perhatian dunia Islam dan mengundang decak kagum bagi mereka. bahkan andaipun mereka menarik diri dari medan, murid-murid An-Nur yang setia itu tetap tidak akan lepas tangan dari Risalah-risalah An-Nur yang merupakan cermin pembias hakikat agung, dan mereka tidak akan rela jika bahaya menimpa negara, umat, dan keamanan.

Kata-kata terakhir saya;

فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ࣖ


“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagi-Ku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah: 129)

Memo yang Dikirimkan Kepada Majlis Kementerian

Harapan penting saya

Pada bagian penutup kumpulan risalah berjudul “lentera cahaya” yang terdiri dari 300 halaman lebih, ada limabelas halaman (sinar kelima) yang saya tulis sejak lama sekali, menjadi penyebab majlis kementerian mengeluarkan keputusan untuk menarik kumpulan risalah ini.

Sebenarnya bisa saja yang ditarik hanya bagian yang diduga membahayakan di antara sekian banyak kumpulan “lentera cahaya” yang terbukti bermanfaat bagi banyak orang, khususnya mereka yang tertimpa musibah dan bencana, juga untuk para orang tua dan mereka yang memiliki keraguan dari sisi keimanan, selanjutnya mengizinkan 300 halaman lainnya untuk diterbitkan.

Untuk itu, atas nama mereka yang mendapatkan manfaat dari kumpulan risalah ini, juga mereka yang terlepas dari musibah, kehinaan, dan kesedihan masa tua, serta atas nama siapapun yang memerlukan hakikat-hakikat keimanan, kami memohon kepada dewan kementerian agar sudi kiranya mengizinkan kumpulan risalah tersebut diterbitkan.

Dalam kumpulan risalah “Dzulfiqar” yang berjumlah 400 halaman, yang saya tulis tigapuluh tahun silam sebagai bantahan terhadap para filosof Eropah, hanya ada dua halaman saja yang menyebut penafsiran dua ayat seputar waris dan hijab.

Dalam risalah “isyarat-isyarat kemukjizatan” yang saya tulis tigapuluh tahun silam, hanya ada satu baris kata saja yang membahas seputar perbankan kala membahas ayat;

وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ

Padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275)


393. Page

Tigapuluh tahun silam, ketika saya masih aktif sebagai anggota Darul Hikmah, saya menulis jawaban atas enam pertanyaan yang disampaikan kepala uskup Inggris kepada lembaga para syaikh Islam. Dalam jawaban ini, hanya ada satu baris kata saja yang tidak diperkenankan oleh undang-undang sipil yang ada saat ini.

Kami mengharap kepada Anda semua agar mengembalikan kumpulan risalah “Dzulfiqar” kepada kami yang ditarik dengan dalih adanya dua halaman dan satu baris kata saja yang diklaim melanggar undang-undang sipil saat ini, padahal risalah ini diterima di dunia Islam dengan sambutan besar, dan secara praktis manfaat-manfaatnya terbukti nyata, karena risalah ini secara menawan membuktikan tiga rukun iman. Kami berhak meminta risalah tersebut dikembalikan kepada kami, karena jika ada lima kalimat terlarang dalam suatu risalah, kata-kata tersebut bisa dihapus, lalu bagian-bagian lainnya bisa diterbitkan.

Untuk itu, berdasarkan hak hukum kami yang penting ini, kami meminta agar risalah tersebut dikembalikan kepada kami. Atas nama siapapun yang mengabdi kepada Al-Qur'an dan iman, serta berupaya untuk mewujudkan rasa aman, kedisiplinan, atas nama siapapun yang berbakti kepada negara dan umat ini melalui Risalah-risalah An-Nur, kami memohon Anda semua untuk menyelamatkan kami dari kezaliman yang menimpa kami karena ulah orang-orang yang memperbesar permasalahan.

Selanjutnya, risalah “enam serangan” yang saya tulis delapanbelas tahun silam kala saya berada dalam kondisi marah dan emosi, risalah ini membuat saya tertimpa kezaliman berat. Sejak saat itu, saya tidak pernah melihat risalah tersebut, dan saya simpan sebagai risalah pribadi yang tidak saya izinkan untuk disebarluaskan.

Meski demikian, risalah tersebut jatuh ke tangan tiga atau empat peradilan. Hanya saja semua peradilan ini mengembalikan risalah tersebut kepada para pemiliknya.

Sa’id An-Nursi

* * *


394. Page

Risalah Ucapan Terimakasih

 

Dengan Nama-Nya

 

Berikut risalah ucapan terimakasih yang saya sampaikan kepada dewan pakar kepemimpinan urusan agama. Di dalam risalah ini, saya menjelaskan tiga noktah untuk membantu mereka meralat kiritikan-kritikan parsial yang tertera dalam penelitian-penelitian mereka, dan yang secara jelas saya berikan jawabannya.

 

Noktah pertama;

Ucapan terimakasih saya haturkan kepada para ulama terhormat di lembaga tersebut karena tiga alasan. Secara pribadi, saya haturkan ucapan ini kepada mereka.

Pertama; karena mereka merangkum tigabelas risalah dari kumpulan risalah “tongkat Musa” –kecuali risalah “sinar kelima” dengan baik yang patut mendapatkan penghormatan dan decak kagum.

Kedua; bantahan yang mereka sampaikan atas tuduhan yang diarahkan kepada kami; tuduhan mendirikan tarekat sufi, membentuk sebuah organisasi, dan mengganggu keamanan negara.

Ketiga; pembenaran mereka atas pernyataan saya di hadapan peradilan, yaitu; jika ada kesalahan, sepenuhnya saya yang bertanggungjawab, para murid-murid An-Nur tidak ikut terlibat dalam kesalahan tersebut, dan mereka ini telah berusaha demi Risalah-risalah An-Nur untuk menyelamatkan iman mereka.

Para dewan ahli juga menyelamatkan dan membebaskan para murid Risalah-risalah An-Nur, serta membebankan segala kesalahan kepada saya. Saya secara pribadi mengatakan kepada mereka, “Semoga Allah meridhai mereka.”

Hanya saja mereka menganggap masing-masing dari al-marhum Faidhi dan al-marhum Hafizh Ali, juga sejumlah orang seperti kedua syahid ini ikut terlibat dalam segala kekeliruan saya. Mereka keliru dalam hal ini, karena murid-murid An-Nur seperti al-marhum Faidhi, al-marhum Hafizh Ali dan lainnya saling berlomba demi pengabdian iman, mereka ini tidak ikut terlibat dalam segala kekeliruan saya. Mereka terbebas dari segala kekeliruan saya, dan perhatian ilahi mengirim orang-orang seperti mereka sebagai bantuan bagi saya sebagai wujud kasih sayang bagi kelemahan saya.

Noktah kedua;

Para dewan ahli menolak riwayat-riwayat yang tertera dalam “sinar kelima.” Mereka menyatakan bahwa sebagian di antaranya dhaif, dan ada pula yang maudhu’. Mereka juga menyalahkan sebagian takwil untuk riwayat-riwayat tersebut. Tuntutan umum peradilan Afion ditulis berdasarkan pernyataan para dewan ahli ini. Dari sisi lain, kami telah menyebutkan sebanyak delapanpuluh satu kekeliruan tuntutan umum ini dalam sebuah daftar yang berjumlah limabelas halaman. Para dewan ahli yang terhormat selanjutnya menelaah daftar yang dimaksud.


395. Page

Berikut ini kami sebutkan beberapa contoh kekeliruan tuntutan umum tersebut;

Pihak penuntut umum menyatakan bahwa seluruh penakwilan dalam risalah tersebut keliru, dan seluruh riwayat yang tertera ada yang maudhu’ dan ada pula yang dhaif.

Kami menyatakan;

Takwil artinya makna yang ini mungkin dimaksudkan dari hadits tersebut. Ada kalanya kemungkinan makna tersebut mengacu pada ilmu mantiq, sehingga kemungkinan ini ditempuh dengan menegaskan sisi kemustahilannya, padahal makna tersebut disaksikan secara kasat mata, dan satu di antara keseluruhan makna tingkatan isyarat makna hadits tersebut benar-benar terwujud, sehingga kemungkinan dalam hadits ini tidak menyinggung makna tersebut secara mutlak, mengingat hadits tersebut menampakkan dan mempersaksikan makna tersebut pada zaman sekarang dengan kilauan mukjizat gaib.

Untuk itu, dalam daftar tersebut kami menyebutkan sejumlah kekeliruan pihak penuntut umum dari tiga sisi;

Sisi pertama;

Imam Ahmad bin Hanbal yang hafal satu juta hadits, demikian halnya Imam Al-Bukhari yang hafal limaratus ribu hadits, keduanya tidak berani menafikan riwayat-riwayat tersebut secara mutlak. Perlu diketahui, penafian riwayat-riwayat tersebut tidak mungkin secara logika.

Pihak penuntut umum sendiri tidak menelaah seluruh kitab-kitab hadits, sementara mayoritas umat Islam di setiap masanya menanti untuk melihat makna riwayat-riwayat tersebut, atau sebagian di antara keseluruhan makna-maknanya. Lebih dari itu, makna-makna tersebut hampir diterima umat dengan baik. Sebagian di antara makna-makna tersebut muncul di alam nyata, dan terlihat secara kasat mata.

Untuk itu, mengingkari riwayat-riwayat tersebut secara keseluruhan adalah sebuah kekeliruan dari sepuluh sisi.

Sisi kedua;

Riwayat maudhu’ adalah riwayat bukan hadits bersanad dari si fulan dan dari si fulan. Riwayat maudhu’ bukan berarti keliru secara makna. Mengingat umat menerima riwayat-riwayat tersebut, khususnya ahli hakikat, ahli mukasyafah, sebagian di antara ahli hadits dan ahli ijtihad, bahkan mereka menantikan realisasi seluruh maknanya, maka riwayat-riwayat tersebut tentu saja memiliki sejumlah hakikat yang mengarah pada makna umum, seperti yang lazim berlaku dalam kata-kata perumpamaan.

Sisi ketiga;

Saya bertanya; adalah suatu permasalahan atau riwayat yang tidak dibahas dalam kitab ulama lintas aliran dan madzhab, seperti permasalahan bahwa salah satu riwayat yang menyebut kedatangan para Dajjal di tengah-tengah umat adalah hadits berikut;

“Khilafah akan tetap berada di tangan anak pamanku, Abbas, hingga ia menyerahkannya kepada Dajjal.”[1]

Hadits ini mengabarkan fitnah Jengish Khan dan Holako, juga mengabarkan bahwa Dajjal akan muncul 500 tahun berikutnya, dan akan menghancurkan khilafah. Juga riwayat-riwayat lain yang

[1] Baca; Kanzul ‘Ummal (XIV/271, hadits nomor 33436), Musnad Al-Firdaus (III/447), Majma’ Az-Zawa`id IV/186), Jam’ul Fawa`id (I/849).




396. Page

mengabarkan tentang sosok-sosok lain di akhir zamani. Namun demikian, ada sejumlah pengikut madzhab atau pengusung pemikiran-pemikiran ekstrim, menolak riwayat-riwayat seperti ini. Mereka menyatakan bahwa riwayat-riwayat ini dhaif atau bahkan maudhu’.

Sengaja saya hanya membahas persoalan ini secara singkat padahal seharusnya dibahas secara panjang lebar, karena terjadinya dua gempa bumi saat saya menulis jawaban ini, sama seperti kejadian empat kali gempa bumi kala Risalah-risalah An-Nur dan murid-murid An-Nur diserang. Persoalan ini jelasnya demikian;

Keselarasan dua kali peristiwa gempa bumi di saat saya menghadapi berbagai beban derita pasca “operasi bedah” hasil putusan para dewan ahli yang diserahkan kepada saya pada sore hari, di samping kesedihan yang meliputi saya; kesedihan karena tinggal seorang diri dan tidak bisa bertemu dengan siapapun juga.

Ya, saya menerima putusan para dewan ahli kepemimpinan urusan agama setelah saya mendekam lebih dari delapan bulan di dalam penjara terisolir dan menghadapi berbagai kesulitan berat.

Ketika saya tengah menantikan adanya orang-orang yang membantu saya, tanpa diduga –pada pagi harinya- rupanya mereka memperkuat dakwaan pihak penuntut umum, karena dalam surat keputusan itu dinyatakan bahwa Sa’id menyatakan, empat kali gempa bumi sebelumnya merupakan karamah Risalah-risalah An-Nur.

Seperti yang saya sampaikan di bagian mukadimah, Risalah-risalah An-Nur merupakan sedekah yang diterima yang menjadi perantara untuk menolak berbagai musibah. Ketika Risalah-risalah An-Nur diserang, segala musibah memiliki kesempatan yang tersedia, lalu turun menimpa. Bumi kadang marah dalam bentuk gempa.

Ketika saya bertekad menulis bagian ini, terjadi dua kali gempa bumi[1] di sini, sehingga membuat saya harus mengurungkan niat. Untuk itu, saya mengalihkan kepada noktah ketiga berikut;

Noktah ketiga;

Wahai ulama-ulama kami para peneliti yang adil dan para pemilik hakikat!

Para ahlul ilmi sejak dulu kala, sebagai sebuah kebiasaan di antara mereka, memberikan pujian –kadang ada yang berlebihan- di bagian akhir sebuah karya tulis berkualitas. Ketika si penulis menunjukkan ucapan terimakasih kepada orang-orang yang memuji, ia tidak dituduh merasa kagum dan gila popularitas, bahkan oleh para pesaingnya sekalipun.

Untuk itu, kata-kata pujian yang ditulis sejumlah murid An-Nur dari kalangan orang-orang dekat dan mereka yang tulus –seperti al-marhum Hasan Faidhi dan asy-syahid Hafizh Ali- mengingat saya lemah, tidak berdaya, terasing seorang diri tanpa adanya keluarga maupun kerabat, di samping serangan para musuh zalim, juga sebagai bentuk dorongan bagi mereka yang memerlukan Risalah-risalah An-Nur, dimana pujian-pujian tersebut dianggap sebagai sikap terpedaya dan kagum pada diri sendiri, padahal semua pujian yang diberikan kepada saya sepenuhnya saya alihkan kepada Risalah-risalah An-Nur, meski tidak sepenuhnya saya menolak pujian-pujian itu, maka saya katakan bahwa saya tidak bisa menyelaraskan antara pernyataan kalian yang menganggap pujian tersebut sebagai sifat kagum pada diri sendiri, dengan kejelian ilmiah, kerjasama, kasih sayang dan keadilan yang kalian miliki. Inilah yang membuat saya terusik. Perlu diketahui, teman-teman saya yang tulus, yang memberikan pujian-pujian kepada saya, saya sekali tidak terlintas memikirkan politik dan segala hal terkait politik.


[1] Gempa bumi ini terjadi pada tanggal 18 September 1948 pada Jum’at pagi. (Atas nama murid-murid An-Nur di penjara Afion; Khalil, Musthafa, Muhammad Faidhi, Husrau).



397. Page

Kata-kata mereka tidak bisa ditanggapi demikian; Risalah-risalah An-Nur pada zaman sekarang ini dibenarkan oleh makna parsial dari makna isyarat yang menyeluruh, karena zaman sekarang membenarkan hal tersebut.

Anggap saja kata-kata ini terlalu berlebihan dan keliru, toh ini hanya kekeliruan ilmiah semata, karena setiap orang bisa menulis apa yang ia rasakan secara pribadi. Kalian sendiri lebih mengetahui perbedaan pemikiran di sejumlah kitab-kitab syariat yang ditulis para penganut duabelas madzhab, khususnya para pengikut fuqaha Hanafiyah, Syafi’iyah, Malikiyah, Hanabilah, dan berbagai kelompok ulama ilmu kalam dan ushuluddin yang hampir berjumlah tujuhpuluh kelompok.

Nyatanya, kesepakatan ulama tidak terlalu dibutuhkan seperti pada zaman sekarang ini, ataupun kenapa mereka tidak mendalami perdebatan-perdebatan. Untuk itu, kita harus menyingkirkan perbedaan dalam masalah-masalah furu’ dan tidak menjadikan perbedaan ini sebagai inti perdebatan.

 


398. Page

Tiga Pertanyaan yang Saya Ajukan Kepada Para Ulama Adil di Dewan Pakar Urusan Keagamaan

 

Pertanyaan pertama;

Si A memberikan pujian tulus kepada si B, lantas apakah si B bertanggungjawab atas pujian yang diberikan kepadanya, terlebih jika yang bersangkutan tidak menerima pujian tersebut dan ia alihkan pada yang lain? Hanya saja ia tidak menjelek-jelekkan kawan yang memberikan pujian tersebut agar tidak membuatnya benci, tapi hanya mengatakan, “Pujian itu 100 kali tingkatan berada di atas tingkatan saya.” Lantas apakah sikap diamnya ini dinilai sebagai sifat kagum pada diri sendiri dan demi mencari kepentingan pribadi?!

Pertanyaan kedua;

Di tengah serangan-serangan kejam yang dilancarkan terhadap agama saat ini, tiada diduga salah seorang murid An-Nur yang mencintai hakikat, menunjukkan perasaan pribadinya yang secara ilmiah keliru, namun tidak membahayakan. Lantas, patutkah ia mendapatkan penghinaan hingga sedemikian rupa?! Perlu diketahui, masih banyak sejumlah permasalahan agama yang jauh lebih besar.

Sementara itu, orang yang dipuji sedang menantikan peringatan lembut dari para ulama dan guru seperti Anda sekalian atas kekeliruan tersebut, atau dimaafkan dari hukuman oleh pihak keadilan.

Pertanyaan ketiga;

Risalah-risalah An-Nur sudah sejak duapuluh tahun silam membendung para penentang paling semena-mena yang jumlahnya tidak terbatas, juga menyelamatkan dan memperkuat keimanan ratusan ribu orang. Pantaskah kritikan seperti itu Anda semua layangkan kepada Risalah-risalah An-Nur hanya gara-gara satu atau dua permasalahan saya yang tertera di dalamnya?

Saya ingin mengingatkan kepada para ulama terhormat;

Mereka mengkritik mukadimah yang diletakkan di bagian awal pujian Ahmad Faidhi, seakan saya sendiri yang menyampaikan pujian itu pada diri saya sendiri. Perlu diketahui, mukadimah tersebut adalah bantahan saya terhadap pujian yang diberikan kepada saya. Sebagian di antaranya bahkan saya buang dan sebagian lainnya saya koreksi. Hanya saja saya tidak berkesempatan untuk meneruskan mukadimah tersebut karena memburu waktu. Setelah menyelesaikan mukadimah tersebut secara utuh, saya kirimkan kepada salah seorang saudara, selanjutnya mereka meletakkan mukadimah tersebut di tempat yang sesuai yang kami jadikan sebagai bahasan sangat pribadi.

Namun ketika mereka mengirimkan mukadimah tersebut kepada seorang saudara lainnya, tulisan tersebut dirampas pemerintah.

Pantaskah sebuah pujian ilmiah dan bersifat sangat pribadi, sebuah tulisan yang muncul dari perasaan emosional dan hanya beredar di antara sesama teman saja untuk mereka ralat secara utuh, mendapat tentangan sedemikian berat seperti ini?

Selanjutnya, seluruh risalah pribadi terkait ucapan selamat, dorongan untuk beramal, kemudian risalah-risalah ini dijilid agar tetap terjaga dalam satu atau dua jilid, kemudian risalah-risalah ini ditemukan pihak kepolisian di sela-sela penggeledahan; mungkinkah hukum-hukum disimpulkan dari risalah-risalah pribadi seperti ini, selanjutnya menjadi inti tanya-jawab, dan pada akhirnya dikaitkan dengan politik?! Apakah hal semacam ini diperlukan?!


399. Page

Persoalan ini mirip seperti orang yang tidak melihat ular-ular semena-mena yang menyerang Al-Qur'an, namun di saat yang bersamaan ia justru terusik oleh gigitan nyamuk! Bukankah demikian permasalahannya?!

Mengabaikan “lentera Oglo”[1] yang menganggap agama dan ajaran Muhammad sebagai racun mematikan dan sibuk mengurus kumpulan “lentera An-Nur” yang menjelaskan hakikat dengan jelas sejelas matahari, yang merupakan balsam penyembuh berbagai luka umat manusia secara keseluruhan, terlebih dengan dalih adanya sejumlah penakwilan terhadap sejumlah hadits dhaif dalam sebuah risalah di bagian penutup, bukankah langkah seperti ini justru membantu untuk merampas Risalah-risalah An-Nur?

Meski kami tidak keberatan dengan segala kritikan parsial kalian, kami menantikan perban untuk luka-luka kami dari Anda semua, wahai para ulama terhormat, dan menjadi pembela-pembela kami dengan kekuatan firasat Anda sekalian.

 

Yang ditahan,

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


[1] Perdana Menteri saat itu. (Penerjemah)



400. Page

Dengan Nama-Nya

 

Mukadimah

Untuk Sejumlah Alenia yang Tertera di Bawah Ini;

 

Untuk sedikit memberikan bantuan kepada peradilan banding yang membatalkan putusan pidana peradilan Afion demi kepentingan kami, dan yang memberikan sejumlah bukti tepat dan factual, berikut akan kami sebutkan secara singkat sejumlah kekeliruan yang terdapat dalam putusan tersebut. Di bagian bawah ini, kami masukkan sejumlah alenia yang diambil dari risalah-risalah pribadi yang dianggap pihak peradilan sebagai kesalahan untuk memidanakan kami.

Untuk itu, kami perlu menjelaskan apa saja kekeliruan mereka dan kami menganggap mereka yang memidanakan kami harus bertanggungjawab.

Sebagai contoh; di bagian akhir putusan, mereka menulis semacam sebuah daftar mencakup seluruh kesalahan saya agar mereka bisa menjatuhkan hukuman-hukuman berat kepada saya;

“Di antara pasal-pasal yang ditolak Sa’id An-Nursi adalah pasal tentang penghapusan kesultanan dan khilafah.”

Ini keliru dan alpa secara bersamaan, karena yang saya tulis dalam kilauan “risalah para orang tua” sebagai berikut;

“Kematian kesultanan khilafah sangat menyedihkan saya.”

Limabelas tahun silam, saya sudah menyampaikan jawaban di hadapan peradilan Eskisehir terkait persoalan ini, jawaban yang membuat mereka terdiam. Untuk itu, apa yang dianggap lintasan fikiran yang tidak penting sebagai sebuah kesalahan dan sudah melalui rentang waktu yang cukup lama, juga telah mendapatkan putusan bebas, saya sampaikan, yang menganggap hal itu sebagai kekeliruan, dialah yang keliru.

Untuk memperkuat tuduhan kekeliruan yang bersifat dugaan ini, putusan peradilan menyebutkan hadits yang saya cantumkan dalam salah satu risalah kilauan dan risalah mukjizat Muhammad Saw. sebagai berikut;

“Khilafah sepeninggalku (berlangsung selama) tigapuluh tahun, kemudian setelah itu berupa kerajaan lalim, rusak, dan kesewenang-wenangan.”[1]

Dalam sebuah risalah lama, saya menulis bahwa hadits ini menjelaskan tiga mukjizat gaib masa depan. Namun yang tertera dalam putusan peradilan seakan-akan menjadi kesalahan yang telah saya lakukan sebagai berikut;

Sa’id menyatakan dalam sebuah risalahnya; “Akan ada kerusakan dan kesewenang-wenangan setelah khilafah.”


[1] Hadits shahih, diriwayatkan dari Safinah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Khilafah sepeninggalku di tengah-tengah umatku (berlangsung selama) tigapuluh tahun, kemudian setelah itu kerajaan.” HR. Ahmad, At-Turmudzi, Abu Ya’la dalam Musnadnya, Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya. (Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, hadits nomor 3336. Muhaqqiq kitab menyatakan, “Hadits ini shahih.” Al-Fathur Rabbany, As-Sa’ath-Thabrani (XXIII/10), Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah, hadits nomor 4600, dengan sejumlah bentuk matan yang berbeda-beda.




401. Page

Wahai para anggota dewan pakar yang dangkal pemahaman!

Orang yang menganggap penjelasan mukjizat hadits yang secara isyarat gaib mengabarkan tentang sebuah kejadian yang akan terjadi di zaman sekarang ini, yang kehancurannya merata di seluruh dunia, dan yang mengabarkan tentang kerusakan besar yang merayap ke seluruh umat manusia baik secara materi maupun spiritual, saya sampaikan, orang yang menganggap penjelasan seperti ini sebagai sebuah kekeliruan, dialah yang bersalah baik secara materi maupun spiritual.

Mereka juga menulis; di antara kekeliruannya (Ustadz Sa’id An-Nursi maksudnya) adalah menganggap keberhasilan-keberhasilan revolusi (gerakan-gerakan revolusi) sebagai bid’ah, kesesatan, dan atheism. Ia anggap penutupan tempat-tempat belajar, tempat-tempat zikir, sekolah-sekolah agama, mengakui faham sekulerisme, kewajiban menulis dengan huruf-huruf latin sebagai pengganti huruf-huruf Al-Qur'an, kewajiban mengenakan topi, menanggalkan hijab, azan dan iqamat menggunakan bahasa Turki, menghapus pelajaran-pelajaran agama di berbagai sekolah, memberikan wanita hak waris sama seperti lelaki, menghapus poligami, dan langkah-langkah lainnya, ia menilai semua itu sebagai bid’ah, sesat, dan atheis.

Tidak diragukan, ia dituduh terbelakang.

Wahai para anggota dewan pakar yang tidak adil!

Jika Anda semua mampu mengingkari apa yang diperintahkan Al-Qur'an sebagai imam samawi yang disucikan 300 juta muslim di setiap masanya, yang berisi manhaj-manhaj kebahagiaan untuk mereka semua, simpanan suci yang mengandung berbagai rahasia kehidupan dunia dan akhirat, yang melalui banyak sekali ayat-ayat yang sangat tegas tanpa kemungkinan untuk ditakwilkan, memerintahkan berhijab, memerintahkan penerapan kaidah-kaidah waris, membolehkan poligami, mengajak untuk mengingat Allah, mendorong untuk mengajarkan dan menyebarkan ilmu-ilmu agama, menjaga syair-syiar keagamaan, dan lain sebagainya.

Jika kalian mampu memidanakan seluruh ahli ijtihad Islam, para hakim dan syaikh Islam, jika kalian mampu mengingkari risalah-risalah tersebut sudah ditulis sejak dulu kala, jika kalian mampu mengingkari putusan bebas sejumlah peradilan, aturan-aturan ampunan yang dikeluarkan secara benar, jika kalian mampu mengingkari sisi kerahasiaan dan kepribadian risalah-risalah tersebut, jika kalian mampu melenyapkan kebebasan nurani, keyakinan, dan kebebasan berfikir dari berbagai negeri dan juga pemerintahan, jika kalian mampu mengingkari penentangan risalah-risalah tersebut sebagai penentangan pemikiran dan ilmiah semata, maka saya katakan jika kalian mampu melakukan semua itu, maka silahkan saja menganggap saya bersalah karena tulisan-tulisan saya tersebut. Jika tidak, berarti kalian-lah yang bersalah dalam mahkamah peradilan, kebenaran, dan hakikat.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 


402. Page

ditulis pihak peradilan untuk menentang kami, padahal sebenarnya menentang mereka sendiri)

Saya sampaikan kepada peradilan dan pihak kementerian keadilan yang terhormat!

Memidanakan seseorang yang menafsirkan aturan ilahi paling suci yang notabene sebagai kebenaran itu sendiri, yang dijadikan rujukan hukum oleh 350 juta muslim di setiap masanya dalam kehidupan sosial dalam rentang waktu selama 1350 tahun, dimana dalam memberikan penafsiran, ia bertumpu pada kesepakatan dan pembenaran 350 ribu tafsir, yang menganut keyakinan-keyakinan yang dianut para kakek-kakek pendahulu kita dalam rentang waktu 1350 tahun, saya katakan bahwa memidanakan mufassir seperti ini adalah putusan zalim yang harus ditolak keadilan, jika memang di muka bumi ini masih ada keadilan. Putusan terkait orang tersebut dan yang merendahkan martabatnya, harus ditolak.

 

* * *

 

(Sebuah alenia yang secara aneh dan membingungkan ditulis pihak peradilan seakan menjadi materi yang menentang kami, padahal sebenarnya menentang mereka sendiri)

Dalam tulisan Keduapuluh enam, Sa’id An-Nursi membicarakan tentang dirinya sendiri sebagai berikut;

Saudara kalian yang malang ini (Imam Badiuzzaman sendiri, maksudnya) memiliki tiga kepribadian, masing-masing di antaranya berbeda dengan yang lain, jauh sekali perbedaannya.

Kepribadian pertama; kepribadian sesaat yang merujuk kepada Al-Qur'an semata karena kapasitas saya sebagai da’i yang menyeru dan menuntun menuju simpanan luhur Al-Qur'an. Dalam kepribadian ini terdapat banyak sekali akhlak-akhlak luhur dan mulia seperti yang diharuskan oleh wibawa dakwah menuju simpanan agung itu. Kepribadian ini bukan kepribadian saya, dan saya tidak memiliki kepribadian ini. Kepribadian ini semata sifat-sifat yang diharuskan oleh maqam yang ada, diharuskan oleh tugas yang saya perankan. Sifat-sifat seperti ini yang kalian lihat dalam diri saya, semua itu bukan milikku. Untuk itu, jangan memandang saya dari sisi sifat-sifat dan akhlak-akhlak ini, karena sifat-sifat dan akhlak-akhlak ini semata untuk menyesuaikan maqam yang ada.

Kepribadian kedua; ketika saya menghadap kepada Allah dalam ibadah, saya mendapatkan kepribadian khusus karena kebaikan dan karunia Allah. Kepribadian ini memperlihatkan jejak-jejak tertentu, kepribadian ini muncul dari makna ubudiyah asasi, seperti pengakuan akan kelalaian, pengakuan akan kelemahan dan kemiskinan, memohon kepada Allah dengan merendah diri. Di balik kepribadian ini, saya menilai diri saya lebih sengsara, lebih lemah, lebih miskin, dan lebih lalai dari siapapun juga. Jika pun seluruh dunia memuji saya, mereka semua tidak akan mampu memastikan bahwa saya ini orang shalih dan memiliki kesempurnaan.

Kepribadian ketiga; kepribadian hakiki yang sudah saya warisi sejak dulu. Kepribadian ini merupakan sifat-sifat yang diwarisi dari Sa’id lama yang sesekali menginginkan pamrih dan wibawa, akhlak-akhlak biasa dan irit hingga sampai tingkatan pelit kadang terlihat dalam diri saya, karena saya memang tidak berasal dari keluarga ningrat.

Untuk itu wahai saudara-saudara sekalian!

Saya tidak ingin memberitahukan akhlak-akhlak tidak baik yang tersembunyi dan banyaknya kekeliruan dalam kepribadian saya ini, agar kalian tidak membuat kalian merasa benci secara keseluruhan.


403. Page

Allah menampakkan kuasa kasih sayang-Nya dalam diri saya sesuai kaidah; dad haq ra qabiliyyat syarth nisat,[1] karena Allah menggunakan kepribadian saya yang setingkat prajurit pangkat paling rendah ini untuk mengabdi pada rahasia-rahasia Al-Qur'an yang merupakan maqam tertinggi bagi seorang marsekal.

Untuk itu, sejuta rasa syukur saya panjatkan kepada Allah, karena jiwa saya ini jauh lebih rendah dari siapapun, namun peran yang saya jalankan jauh lebih mulia dari siapapun.

 

Segala puji bagi Allah, ini adalah karunia Rabbku

 

* * *

 

Kata-kata ini ditulis pihak peradilan dalam putusannya disertai ancaman keras terhadap kami, padahal kata-kata yang ditulis limabelas tahun tersebut, sudah dirubah sedemikian rupa seperti itu.

Saudara-saudara sekalian!

Demi menjaga perasaan orang-orang yang tidak bersalah dan para orang tua, janganlah kalian merasa dendam kepada siapapun yang kelak akan membunuh saya secara semena-mena. Siksa kubur dan neraka sudah cukup buat mereka.

Alenia berikut ini sepatutnya mendorong mereka bersikap adil;

Kalian menganggap bagi tidak sejalur dan bertentangan secara total dengan kalian, buktinya adalah seluruh perlakuan kasar kalian. Kalian mengorbankan agama dan akhirat demi kepentingan dunia. Namun kami selalu siap untuk mengorbankan dunia demi kepentingan agama dan akhirat kami. Inilah rahasia pertentangan di antara kita menurut dugaan kalian.

Tidak kenapa, pengorbanan hanya beberapa tahun dari kehidupan kami yang berlalu dalam kehinaan dan kerendahan di bawah naungan putusan kalian yang kasar, sekasar hewan buas agar kami meraih mati syahid tulus di jalan Allah, semua itu bagi kami laksana air telaga Kautsar.

Namun mengacu pada luapan dan isyarat-isyarat Al-Qur'an, berikut ini akan kami kabarkan kepada kalian secara meyakinkan agar kalian menggigil ketakutan;

Setelah membunuh saya, kalian tidak akan hidup, karena tangan kuasa akan meraih kalian dari dunia yang merupakan dunia kalian dan yang sangat kalian cintai, tangan kuasa yang mengusir kalian dari dunia tersebut, lalu melemparkan kalian seketika itu juga menuju kegelapan-kegelapan abadi.

Sepeninggalku nanti, para pemimpin kalian yang berlaku semena-mena dan sewenang-wenang layaknya membunuh binatang, akan dibunuh, kemudian mereka semua akan dikirim kepada saya, leher mereka kemudian akan saya pegangi di hadirat ilahi, saya akan mengambil hak saya dari mereka dengan menimpakan keadilan ilahi kepada mereka di tingkatan para penghuni neraka paling bawah.


[1] Kemampuan bukanlah syarat untuk menerima karunia dan nikmat Allah.



404. Page

Wahai orang-orang sengsara yang menukarkan agama dan akhirat dengan harta benda dunia!

Jika kalian ingin hidup dengan sebenarnya, jangan mengusik ataupun menimpakan keburukan kepada saya. Jika kalian berpaling, maka ketahuilah bahwa balasan saya akan diambil dari kalian berlipat-lipat kali.

Kalian harus mengetahui ini dengan baik, dan silahkan kalian menggigil ketakutan!

Saya berharap dari rahmat Allah, semoga kematian saya lebih memberikan pengabdian kepada agama, lebih dari kehidupan saya, dan semoga kematian saya akan memecah kepala kalian laksana ledakan bom, membuat kepala kalian hancur berserakan.

Kalau kalian punya nyali, silahkan kalian mengusik saya. Jika kalian menyiksa saya, maka kalian harus tahu bahwa kalian tengah menantikan dan akan menghadapi azab.

 

* * *

 

(Alenia berikut disampaikan pihak peradilan untuk memidanakan saya, padahal alenia berikut sebenarnya menuduh mereka berlebihan)

Disebutkan dalam risalah-risalah An-Nur;

Musthafa Kamal masuk ke dalam dewan kepemimpinan republic di Ankara dalam keadaan sangat marah dan berkata kepada dewan ini, “Kami mengundang Anda ke mari agar Anda memberikan gagasan-gagasan maju dan pandangan-pandangan bermutu untuk kami. Namun saat datang, Anda justru menulis sejumlah hal berkenaan dengan shalat, sehingga Anda memicu perselisihan dan perpecahan di antara kita.”

Sa’id menanggapi, “Orang yang tidak shalat adalah pengkhianat, dan pemerintahan orang pengkhianat itu tertolak.”

Selanjutnya Musthafa Kamal memperlihatkan semacam sikap meminta kerelaan kepada Sa’id dan menarik amarah serta emosi diri. Meski Sa’id telah melukai perasaan Musthafa Kamal dan menentang prinsip-prinsipnya, namun Musthafa Kamal tidak sedikit pun mengusiknya.

Ini merupakan karamah nyata Risalah-risalah An-Nur dan kekuatan besar pribadi maknawi risalah-risalah ini, juga bagi murid-murid An-Nur sebagai pemimpin dan pahlawan-pahlawan masa depan, karamah yang ditakuti para pemimpin lalim, seperti halnya mereka takut kepada Sa’id “lama.”

 

* * *

 

(Sebuah alenia yang diberlakukan dan dianggap pihak peradilan bertanggungjawab, padahal sebenarnya peradilan membuat keputusan yang merugikan kami)

 

Disebutkan dalam risalah-risalah (Risalah-risalah An-Nur);

Kami tidak sehaluan dengan seorang pemimpin yang mengeluarkan segala instruksi sesuai keinginan dengan mengatasnamakan undang-undang, dan memberlakukan instruksi-instruksi tersebut 

405. Page

secara paksa untuk merubah masjid Jami’ Ayasofia menjadi rumah berhala, dan merubah kantor umum untuk para syaikh sebagai sekolah tingkat menengah atas untuk para siswi. Kami tidak sejalur dengan pemimpin seperti ini baik dari sisi pemikiran maupun esensi, tidak pula dari sisi motif, hasil, ataupun tujuan. Kami tidak harus menerima instruksi seperti ini.

Disebutkan dalam petisi Sa’id bertanggal 29 Agustus 1948;

Fikiran ini muncul di dalam hati saya; demi kebaikan umat dan demi manfaat untuk seluruh negeri, penting bagi pemerintah untuk menjaga saya secara penuh dan memberikan bantuan kepada saya. Hanya saja pemerintah justru mempersulit saya. Ini mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang memusuhi saya adalah organsisasi rahasia kelompok atheis dan sekelompok organisasi komunisme yang ikut bergabung bersama mereka. Mereka inilah kelompok-kelompok yang memegang kendali kekuasaan di sejumlah jabatan resmi dan penting negara, selanjutnya mereka menyerang dan melawan saya.

Sementara pemerintah, mungkin tidak mengetahui keberadaan mereka, atau justru membiarkan keberadaan mereka.

Apa salah dan apa dosa mengkritik atau menyembunyikan perasaan tidak suka kepada seseorang yang merubah masjid Jami’ Ayasofia yang merupakan sumber kemuliaan abadi bagi sebuah umat pemberani, mutiara berkaliau bagi segala pengabdian dan jihad umat demi Al-Qur'an, juga sebagai kenang-kenangan berharga di antara sejumlah hadiah persembahan pedang para leluhur umat yang gagah berani, merubah masjid ini menjadi rumah berhala dan patung-patung, serta merubah kantor umum untuk para syaikh menjadi sekolah lanjutan atas untuk para siswi?!

 

* * *

 

(Berikut ini merupakan alenia paling kuat yang dikira peradilan menimpakan hukuman kepada Sa’id. Kata-kata ini disampaikan Sa’id di depan peradilan Denizli terhadap para musuh yang terselubung. Hanya saja pihak peradilan salah memahami kata-kata ini, bahkan secara keseluruhan pihak peradilan salah menganggap kata-kata ini menentang negara dan pemerintahan, serta menganggap kata-kata ini sebagai alasan untuk menimpakan hukuman kepada saya)

Sejumlah undang-undang modern negara yang memberlakukan undang-undang revolusi dan diterapkan, ia (Sa’id) sebut sebagai kesewenang-wenangan kekafiran, republic ia sebut sebagai kesewenang-wenangan mutlak, pemerintahan ia sebut sebagai kemurtadan mutlak, komunisme dan peradaban ia sebut sebagai kebodohan mutlak.

 

* * *

 

(Sebuah alenia yang ditulis dalam putusan peradilan dengan rasa takjub dan penghormatan)

Disebutkan; penulisan Risalah-risalah An-Nur memiliki banyak sekali manfaat dunia dan akhirat, di antaranya;

  1. Jihad maknawi melawan para pengikut kesesatan.
  2. Si pengganda Risalah-risalah An-Nur membantu sang guru untuk menyebarkan hakikat-hakikat.


406. Page

3.Sebagai pengabdian bagi kaum muslimin dari sisi keimanan.

4.Meraih ilmu melalui pena.

5.Ibadah perenungan yang satu jam di antaranya kadang setara dengan ibadah selama satu tahun.

6.Husnul khatimah dan masuk ke dalam liang kubur dengan membawa iman.

Selain itu, penulisan Risalah-risalah An-Nur juga memiliki banyak manfaat duniawi, di antaranya;

  1. Keberkahan dalam rizki.
  2. Kelapangan dan kebahagiaan dalam hati.
  3. Kemudahan hidup.
  4. Kemudahan dalam segala pekerjaan.
  5. Turut terkait dalam doa para murid An-Nur, karena sama-sama meraih keutamaan penuntut ilmu.

Para mahasiswa tidak lama lagi akan mengetahui hal ini, dan universitas akan berubah menjadi madrasah An-Nur.

 

* * *

 

(Sungguh sangat membingungkan kala pengorbanan tulus ini dinilai sebagai kejahatan dan dosa)

Salah satu di antara dua rencana yang diterapkan orang-orang munafik yang terselubung di pihak kegelapan adalah merendahkan derajat saya, dan seakan nilai luhur Risalah-risalah An-Nur runtuh karena hal tersebut.

Rencana kedua; menyebarkan keresahan dan guncangan di tengah-tengah barisan para murid An-Nur, seakan dengan rencana ini mereka akan mencegah penyebaran Risalah-risalah An-Nur.

Jangan resah wahai saudara-saudara saya! Sebuah hakikat luhur memerlukan jutaan kepala sebagai tebusannya, termasuk kepala-kepala kita semua sebagai orang-orang lemah ini.

 

* * *

 

(Mereka menentang satu di antara sembilan faktor yang mendorong kenapa Risalah-risalah An-Nur diberi nama seperti itu. Mereka mengatakan, “Kami tidak mengetahui adanya seorang pun di antara murid-muridnya (Sa’id) yang istimewa menyandang nama An-Nur.”

Seperti yang telah kami jawab dalam catatan kaki, Nur Banli dan Nur As-Sa’ath-Thabrani termasuk salah satu murid istimewa dalam pengabdian An-Nur saat ini. Artinya, orang-orang munafik 

407. Page

tidak menemukan alasan apapun untuk memperkuat kritikan yang mereka sampaikan, dan mereka terpaksa berpegangan pada alasan-alasan parsial yang tiada artinya).

Dalam kalimat Keduapuluh enam, ia (Sa’id) menyebutkan;

Alasan memberi nama Risalah-risalah An-Nur untuk kumpulan al-kalimat (terdiri dari tigapuluh tiga bagian), al-maktubat (terdiri dari tigapuluh tiga bagian), al-lama’at (terdiri dari tigapuluh satu bagian), asy-syu’at (terdiri dari tigabelas bagian) adalah; kata “an-nur” selalu berada di hadapan saya dimanapun juga sepanjang kehidupan saya, di antaranya;

Desa saya namanya Nurs.

Al-marhumah ibu saya namanya Nuriah.

Nama guru saya dalam tarekat Naqsyabandiyah namanya Sa’id Nur Muhammad.

Salah satu guru saya dalam tarekat Qadariyah namanya Nuruddin.

Salah satu guru Al-Qur'an saya namanya Nuri.

Sebagian besar di antara murid-murid saya yang selalu berada di dekat saya namanya Nur. Anehnya, orang-orang munafik menyatakan bahwa di antara murid-murid An-Nur yang tergolong istimewa, tidak seorang pun di antara mereka menyandang nama Nuri.

Sebagian besar bagian yang menjelaskan dan menerangi kitab-kitab karya saya adalah perumpamaan-perumpamaan nan terang dan jelas.

Nama An-Nur sering kali memecahkan berbagai kesulitan yang saya hadapi dalam masalah hakikat-hakikat ilahi. Dan An-Nur adalah salah satu al-asma’ul husna.

Karena saya sangat mencintai Al-Qur'an dan pengabdian saya hanya tertuju pada Al-Qur'an, maka imam pribadi saya adalah sayyidina Utsman Dzun Nurain radhiyallahu ‘anhu.

 

* * *

 

(Risalah “enam serangan” yang saya tulis duapuluh tahun silam untuk menentang perilaku semena-mena nan zalim dan berat, adalah risalah yang sangat pribadi dan rahasia, dan sudah berulang kali dikaji di hadapan sejumlah peradilan. Risalah ini juga saya tulis dalam kondisi marah yang mendera di tengah-tengah perang dunia kedua. Amarah dan emosional ini jelas sekali terlihat. Hanya saja pencekalan terhadap risalah ini yang seakan baru ditulis saat ini, dan dianggap sebagai sebuah kesalahan, ini sangat jauh dari keadilan).

Tambahan risalah “enam serangan” diawali dengan mukadimah berikut;

 Tambahan ini ditulis untuk kalangan tertentu untuk menghindari kata-kata penghinaan dan perasaan tidak suka di kemudian hari terhadap kami. Dengan kata lain, agar wajah kami tidak terkena ludah penghinaan mereka, ataupun untuk mengusap ludah dari wajah kami kala ada yang bilang, “Celakalah orang-orang pada masa itu yang tidak memiliki kecemburuan!”

Ia (Sa’id) menulis sebuah putusan dan nota agar telinga-telinga tuli mengiang; telinga-telinga para pemimpin Eropah nan buas dan bersembunyi di balik kerudung kemanusiaan, juga agar tertanam di mata-mata nan buta; mata mereka yang tidak punya perasaan yang menguasakan orang-orang zalim dan para pengkhianat itu kepada kami, serta untuk menimpakan tamparan bak palu di kepala para 

408. Page

penyembah peradaban hina yang menimpakan berbagai derita neraka kepada umat manusia pada zaman sekarang ini, hingga teriakan membahana dimana-mana, “Hidup neraka!”

Di era belakangan ini, terjadi banyak sekali perilaku semena-mena nan buruk terhadap hak-hak kaum mukmin lemah yang dilakukan orang-orang atheis yang bersembunyi di balik tirai, dan secara khusus perilaku semena-mena mereka terhadap saya secara terang-terangan karena mereka memaksa masuk ke dalam masjid yang saya urus sendiri. Saat itu, saya bersama sejumlah teman tengah mengerjakan shalat, mengumandangkan azan dan iqamat dengan suara pelan.

Ada yang bilang kepada kami, “Kenapa kalian mengerjakan shalat dengan bahasa Arab dan mengumandangkan azan dengan suara pelan?!”

Habis sudah kesabaran saya untuk diam terhadap mereka. Saat itulah saya angkat bicara terhadap orang-orang bodoh dan hina yang tidak punya perasaan itu meski mereka tidak patut untuk diajak bicara. Bahkan, kata-kata ini juga saya tujukan terhadap para penguasa semena-mena yang mempermainkan segala kemampuan umat sesuai hawa nafsu kesewenang-wenangan mereka. Saya katakan;

Wahai orang-orang atheis dan para ahli bid’ah! Saya meminta kalian untuk menjawab enam pertanyaan berikut;

 

Pertanyaan pertama;

Setiap pemerintahan dan kaum seperti apapun juga, bahkan para kanibal yang memakan daging manusia, atau bahkan pemimpin kelompok rakus seperti apapun, tentu memiliki metode, asas, dan aturan yang mereka jadikan rujukan hukum.

Lantas atas dasar undang-undang dan asas apa kalian melakukan kesewenang-wenangan seperti ini. Tunjukkan undang-undang dan asas itu kepada kami! Ataukah kalian menilai hawa nafsu segelintir pejabat hina sebagai undang-undang, mengingat di seluruh dunia ini tidak ada satu undang-undang pun yang mengizinkan campur tangan dalam bentuk apapun terhadap peribadatan seseorang secara khusus?! Dan tidak ada satu undang-undang pun yang memberlakukan hal semacam itu.

 

* * *

 

(Sungguh disayangkan, mereka menjadikan satu atau dua rangkaian kata dari risalah “tujuh isyarat” sebagai alasan untuk mencekal risalah tersebut juga sebagai bukti yang menentang kami, padahal risalah ini adalah risalah lama, pribadi, dan rahasia, berisi hakikat kuat dan kokoh, dimana risalah ini layak disebarkan secara luas demi kepentingan kehidupan sosial bagi umat manusia dan dunia secara keseluruhan.

Orang paling bodoh sedunia adalah orang yang menantikan kemajuan dan kebahagiaan hidup dari orang-orang atheis dan bodoh seperti mereka.

Dengan menyalahgunakan jabatan penting, salah satu di antara orang-orang bodoh tersebut mengatakan, “Kita terbelakang karena mengatakan, ‘Allah … Allah,’ sementara orang-orang Eropah maju karena mengatakan, ‘Meriam … pistol’.”

Tanggapan untuk orang-orang seperti ini adalah diam sesuai kaidah, “Jawaban untuk orang bodoh adalah diam.” Namun kami perlu menyampaikan sesuatu kepada orang-orang berakal namun sengsara yang mengikuti segelintir orang-orang bodoh;


409. Page

Wahai orang-orang malang! Dunia ini tidak lain adalah negeri jamuan.

Mengingat kematian ada, kembali ke kuburan adalah sebuah keniscayaan, dunia ini pasti berlalu, dan kehidupan kekal abadi akan datang, untuk itu jika ada yang mengatakan, “Meriam … pistol,” sebanyak satu kali, maka harus diucapkan, “Allah … Allah,” sebanyak seribu kali.

 

* * *

 

(Ada satu hal yang membingungkan; satu rangkaian kata dari “kilauan Keenambelas” yang seharusnya menguntungkan kami, mereka ubah menjadi rangkaian kata yang merugikan kami. Mereka juga menampakkan keinginan untuk mencekal risalah yang begitu bernilai itu)

Di antara bagian risalah kilauan keenambelas;

Musibah dan petaka perang sangat berbahaya bagi pengabdian kami terhadap Al-Qur'an. Allah Yang Maha Kuasa, yang membersihkan wajah langit dari mendung dan menampakkan wajah langit nan cerah dalam hitungan menit, juga kuasa untuk melenyapkan awan hitam nan kelam yang kehilangan rahmat ini, dan menampakkan hakikat-hakikat syariat laksana mentari terang dengan mudah dan tanpa kerugian apapun.

Kami mengharapkan hal tersebut dari rahmat-Nya nan luas. Kami juga memohon kepada-Nya agar tidak membebankan harga mahal kepada kami, memberikan akal kepada kepala para pemimpin dan menganugerahkan iman untuk hati mereka. Ini sudah cukup bagi kami, dan saat itu segala persoalan akan terbenahi dan lurus dengan sendirinya.

Mengingat cahaya (Risalah-risalah An-Nur) berada di tangan kalian dan bukannya tongkat, maka cahaya (Risalah-risalah An-Nur) tentu tidak ditentang ataupun dijauhi, juga tidak menimbulkan bahaya jika diperlihatkan. Lantas kenapa kalian memerintahkan kawan-kawan kalian agar waspada dan melarang mereka menampakkan risalah-risalah nan bersinar terang bagi semua orang?!

Kandungan jawaban atas pertanyaan ini secara singkat sebagai berikut;

Kepala sebagian besar para pemimpin tertutup, mereka tidak bisa membaca. Jika pun membaca, mereka tidak mengerti, hingga mereka artikan dengan makna secara keliru, menentang dan menyerang. Untuk itu, demi menghindari serangan, Risalah-risalah An-Nur sepatutnya tidak diperlihatkan kepada mereka saat mereka sadar kembali.

Selain itu, tidak sedikit orang bersikap tidak adil, mengingkari Risalah-risalah An-Nur, atau menutup mata karena serangkaian tujuan pribadi, atau karena takut maupun ambisi.

Untuk itu, saya memerintahkan kepada saudara-saudara saya agar waspada dan berhati-hati dalam urusan ini. Jangan memberikan hakikat-hakikat pada seorang pun yang bukan ahlinya. Jika tidak, mereka akan melakukan suatu hal yang menimbulkan dugaan dan syubhat para pecinta dunia.

 

* * *

 

(Hijab adalah perintah Al-Qur'an, dan segala persoalan terkait hijab sudah dijawab secara tuntas dalam risalah-risalah An-Nur. Perlu diketahui, risalah hijab saya tulis sejak lama dan karena risalah ini kami merasakan penyiksaan. Namun demikian, risalah ini mereka anggap sebagai sebuah 

410. Page

kesalahan yang kami lakukan dan hujah yang merugikan kami. Selanjutnya, permulaan hakikat luhur yang tertera dalam risalah asy-syuyukh (para orang tua) dan risalah mursyidusy syabab (pedoman untuk para pemuda), hakikat ini sangat bernilai dan bermanfaat untuk siapapun. Namun hakikat ini mereka anggap sebagai kesalahan kami sekaligus sebagai alasan untuk mencekal risalah tersebut.

Semua ini menunjukkan, mereka tidak menemukan apapun untuk mereka jadikan alasan mengkritik ataupun mencela).

Dalam kilauan keduapuluh empat, (Sa’id) menyatakan setelah menjelaskan bahwa hijab adalah perintah Al-Qur'an;

Kami mendengar bahwa sejumlah tukang semir sepatu menggoda istri seorang pejabat besar duniawi. Si istri ini menampakkan bagian-bagian tubuh yang menggoda. Para tukang semir sepatu menggodanya di siang bolong di jantung ibu kota Ankara. Bukankah tindakan buruk ini merupakan tamparan keras di wajah mereka yang tidak mengenal makna rasa malu dari kalangan musuh-musuh sifat menjaga diri dan musuh-musuh hijab.

Disebutkan dalam kilauan keduapuluh enam khusus terkait risalah “para orang tua”;

Pada suatu hari di masa-masa akhir musim gugur, saya naik ke puncak benteng Ankara yang sudah tua dan usang lebih dari saya. Benteng ini terpampang di hadapan saya seakan sebagai peristiwa-peristiwa bersejarah yang telah membatu. Saya tertimpa kesedihan nan berat dan mendalam karena uban tahun di musim gugur, juga uban saya sendiri, masa tua benteng, masa tua Daulah Utsmaniyah nan luhur, dan kematian kesultanan khilafah.

Kondisi ini memaksa saya untuk memandang lembah-lembah masa lalu dan puncak-puncak masa depan nan tinggi dari puncak benteng.

Masa lalu membuat saya merasa kesepian, bukannya menghibur saya, sekaligus memberikan cahaya kepada saya.

Masa depan terlihat oleh saya dalam bentuk kuburan besar dan gelap bagi saya dan orang-orang seperti saya, juga bagi generasi yang akan datang, sehingga masa depan membuat saya tercengang, bukannya membuat saya senang.

Selanjutnya saya menatap ke masa sekarang, lalu hari itu nampak dalam pandangan saya nan sedih dan tatapan sejarah saya dalam bentuk keranda bagi jenazah tubuh saya nan terguncang laksana disembelih di antara kematian dan kehidupan.

 

* * *

 

(Mereka seharusnya menghormati rangkaian kata berikut ini dengan sebenarnya, namun mereka justru mengkritik dan menjadikannya sebagai hujah yang merugikan kami)

Disebutkan; sebagian besar gaji yang saya terima saat saya bekerja di Darul Hikmah Al-Islamiyyah, saya sumbangkan dan sedikit di antaranya saya simpan untuk melaksanakan kewajiban haji. Uang tidak seberapa itu cukup untuk segala keperluan saya karena berkah sifat qanaah dan irit, sehingga air muka saya tidak tertumpah. Uang-uang yang diberkahi itu hingga kini masih ada sisanya.

Selanjutnya di dalam kilauan keduapuluh dua, ia (Sa’id) mengatakan setelah mengisyaratkan risalah ini sebagai risalah rahasia dan pribadi untuk saudara-saudaranya yang jujur dan tulus;


411. Page

(Mereka yang mengira amalan tulus dan keinginan suci yang muncul dari kasih sayang keimanan dan yang seharusnya mengundang decak kagum ini sebagai suatu kekeliruan yang kami lakukan, tidak diragukan bahwa mereka adalah orang-orang keliru).

Disebutkan dalam sebuah risalah yang ditandatangani Sa’id;

Apa gerangan hikmah anak-anak kecil yang tak berdosa, dengan kisaran usia antara tujuh hingga sepuluh tahun, berlarian menghampiri saya begitu mereka melihat saya melintas dengan menunggangi kereta kuda, setelah itu mereka berkumpul di sekitar saya?

Saya bingung melihat pemandangan ini. Namun tiba-tiba sebuah fikiran terlintas di hati saya. Saya akhirnya tahu, anak-anak yang tak berdosa ini melalui indera keenam merasakan bahwa mereka akan meraih kebahagiaan melalui Risalah-risalah An-Nur, dan mereka akan terhindar dari kebinasaan-kebinasaan maknawi yang akan meliputi mereka.

 

* * *

(Anggapan bahwa alenia berikut sebagai kesalahan adalah sebuah kezaliman dan menyimpang dari keadilan. Alenia ini pada mulanya adalah pledoi saya, namun pada akhirnya saya anggap sebagai harapan dan keinginan)

Disebutkan; sejumlah ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits secara bersamaan mengisyaratkan kepada hakikat An-Nur pada zaman sekarang, juga menunjukkan sosok reformis terbesar yang akan muncul di akhir zaman, dan tugas paling penting di antara tiga tugas agung adalah menyelamatkan iman.

Juga disebutkan, bahwa menghidupkan syariat Islam, mendirikan khilafah, dan semacamnya merupakan tugas-tugas agung yang menyeluruh untuk lingkup yang sangat luas. Tidak masalah jika kedua tugas ini tidak disebut, karena ini merupakan sarana untuk mengkritik para penentang dan serangan para politikus. Untuk itu, sebagian kata-kata dalam risalah ini dibuang dan dirubah, selanjutnya akan dikembalikan kepada para peneliti dan pengkaji dari kalangan saudara-saudaranya.

Disebutkan dalam sebuah risalah yang ditandatangani Sa’id An-Nursi;

Kala dua ayat berikut;

اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ

 “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (QS. Al-Fath: 1)

وَّيَنْصُرَكَ اللّٰهُ نَصْرًا عَزِيْزًا

“Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang Kuat (banyak).”(QS. Al-Fath: 3)

Yang ditulis dengan marmer di pintu luar gedung kementerian militer yang sekarang sudah berubah menjadi universitas, merupakan perumpamaan atas izin penggunaan huruf Al-Qur'an, sarana penggunaan huruf Al-Qur'an yang dimaksudkan Risalah-risalah An-Nur, dan sebagai isyarat bahwa universitas tersebut kelak akan berubah menjadi madrasah An-Nur.

* * *


412. Page

 

(Kritikan seputar penjelasan saya terkait hakikat di dalam risalah takbir-takbir para jamaah haji yang mereka sampaikan, sudah dijawab dengan jawaban yang membungkam dan meyakinkan oleh Hasrau dalam catatan kaki yang ia cantumkan)

Disebutkan dalam sebuah risalah yang ditandatangani Sa’id An-Nursi, yang membahas tentang takbir-takbir para jamaah haji;

Sejumlah murid-murid penting An-Nur menduga bahwa Anda adalah sosok yang akan muncul di akhir zaman dari kalangan ahlul bait. Mereka tetap bersikeras dengan dugaan ini, namun Anda juga bersikeras menolak apa yang terlintas di benak mereka, menghindari dan menjauhi dugaan mereka ini. Permasalahan ini tentu saja berseberangan. Kami menginginkan solusi permasalahan ini.

Setelah menyebutkan pertanyaan mereka ini, ia (Sa’id) menyatakan;

Sosok maknawi yang diperankan Mahdi yang dinanti-nantikan, memiliki tiga tugas. Dan tugas yang paling penting di antara tiga tugas tersebut adalah menyelamatkan iman, berikutnya menghidupkan syiar-syiar Islam atas nama khilafah Muhammad. Sosok tersebut berusaha untuk menuntaskan tugas ini, mengingat banyak sekali hukum-hukum Al-Qur'an dan aturan-aturan syariat Muhammad yang tidak berfungsi.

Murid-murid An-Nur menganggap bahwa tugas pertama bersifat menyeluruh dalam tanggungjawab Risalah-risalah An-Nur, sementara dua tugas berikutnya adalah sebagai penunjang. Tidak heran jika mereka menerima sosok maknawi Risalah-risalah An-Nur sebagai imam Mahdi sesungguhnya, dan sesekali nama tersebut diberikan kepada orang lemah dan tak berdaya ini, dimana sebagian di antara mereka meyakini bahwa dia mewakili sosok maknawi tersebut.

Bahkan, melalui karamah-karamah gaib, sejumlah wali menganggap bahwa Risalah-risalah An-Nur adalah Imam Mahdi akhir zaman sekaligus sebagai pembimbingnya. Mereka menyatakan bahwa permasalahan ini difahami melalui tahqiq dan takwil. Hanya saja ada dua noktah yang tidak jelas, yang perlu ditakwilkan;

Noktah pertama;

Meski kedua tugas terakhir tidak sepenting tugas pertama dari sisi hakikat, namun khilafah Muhammad dan persatuan Islam bagi kalangan umum, para politikus, terlebih bagi pemikiran bagi masa sekarang ini, seribu kali lebih penting dari tugas pertama.

Meski Allah mengutus seorang Mahdi dan pembimbing di setiap masa, dan memang sosok tersebut sudah diutus pada zaman sekarang, namun mereka tidak meraih julukan Mahdi terbesar akhir zaman, karena mereka mengklaim satu sisi dan satu tugas di antara tugas tersebut.

Noktah kedua;

Sosok agung yang akan muncul di akhir zaman berasal dari ahlul bait. Meski saya laksana anak maknawi bagi sayyidina Ali r.a. karena saya menerima pelajaran hakikat darinya, dan keluarga Muhammad mencakup seluruh murid-murid hakiki An-Nur dalam salah satu maknanya, dimana melalui jalur ini saya dianggap termasuk ahlul bait, hanya saja dalam faham An-Nur, tidak ada yang namanya menampakkan figur, egoisme, ataupun keinginan untuk meraih maqam-maqam pribadi yang tinggi, meraih reputasi dan nama. Bahkan andai saya diberi maqam-maqam akhirat, menurut saya, saya terpaksa harus melepaskan diri dari semua itu agar saya tidak merusak keikhlasan dalam pengabdian An-Nur.


413. Page

Artinya, ia (Sa’id An-Nursi) memberikan jawaban yang mengisyaratkan persetujuannya terhadap persoalan ini, karena dalam jawaban ini tidak terdapat bantahan dan penolakan keras terkait persoalan Al-Mahdi.[1]

* * *

 

(Peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam alenia ini benar-benar terjadi secara aneh dan membingungkan, karena peristiwa gempa bumi terjadi tiga menit setelah saya mengatakan, “Kalian jangan membuat saya sedih, karena bumi akan marah kepada kalian.”

Mereka seharusnya menanggapi persoalan ini secara serius dan menganggap baik situasi ini sesuai tuntutan kasih sayang, mengingat persoalan ini bukan tempat kritikan ataupun bantahan).

Sepuluh jam setelah pemeriksaan yang berlangsung selama empat jam, yang ia lalui dengan merasakan kesulitan, kebakaran terjadi di Dairatul Ma’arif, seakan terjadi di saat yang bersamaan. Ini menunjukkan bahwa Risalah-risalah An-Nur adalah sarana tolak bala, dimana jika Risalah-risalah An-Nur diserang, berbagai musibah menemukan celah, dan pada akhirnya turun menimpa.

Disebutkan dalam risalah bernomor 141;

Setelah pemeriksaan (terhadap Sa’id An-Nursi) selama empat setengah jam, terjadi sejumlah kebakaran di Dairatul Ma’arif di Ankara, di garasi-garasi mobil dan sebuah laboratorium di Izmir, di sebuah apartemen besar di Athana.

Setelah itu ia menyatakan; janganlah kalian menghalangi saya dari Risalah-risalah An-Nur. Jika tidak, akan terjadi kerugian besar bagi saya dan juga negeri ini, karena bumi marah melalui gempa.

Tiga menit setelah pernyataan ini, terjadi gempa bumi selama tiga detik. Amarah bumi terlihat dan kebakaran melanda Dairatul Ma’arif ketika Risalah-risalah An-Nur dan para murid An-Nur diserang. Tidak mungkin jika semua peristiwa ini terjadi secara kebetulan.

Risalah-risalah An-Nur menjadi sarana untuk menolak banyak sekali musibah di negeri ini. Banyak sekali peristiwa yang menguatkan hal ini.

Disebutkan dalam risalah nomor 147;

Musim dingin marah hebat kala kami diserang. Udara menampakkan amarahnya melalui angin-angin kencang dan suhu yang sangat dingin. Ketika serangan-serangan terhadap Risalah-risalah An-Nur dan para murid An-Nur dihentikan, bahagia mereka merubah angin-angin kencang tersebut menjadi hari-hari musim semi nan menyenangkan.

Kebakaran yang menimpa Dairatul Ma’arif merupakan tamparan kuat.

 

* * *


[1] Wahai lembaga yang tidak adil; lantas seperti apa bantahan keras itu? (Atas nama murid-murid An-Nur, Hasrau).




414. Page

(Kondisi yang harus diberkahi, bukannya dipandang dengan tatapan penentangan)

Kali ini, mereka mengajukan pertanyaan kepada saya di hadapan peradilan dalam serangkaian pertanyaan yang tiada bermakna. Mereka bertanya, “Dengan apa Anda hidup?”

Saya menjawab, “Dengan berkah pengiritan. Seseorang yang berada di Isparta dan hidup hanya dengan sepotong roti selama bulan Ramadhan, satu kilo susu dan satu kilo beras, tentu tidak perlu mengalah untuk dunia secara keseluruhan demi penghidupan, dan tentu tidak terpaksa menerima hadiah-hadiah yang diberikan.”

* * *

 

(Pujian dan pembelaan yang diberikan Zubair[1] yang ia baca di hadapan peradilan, mengundang penghormatan dan anggapan baik atas izin Allah, karena pernyataan ini mereka cantumkan dalam putusan peradilan disertai rasa kagum).

Pada halaman 10 dalam salah satu konsesi yang ditulis Zubair dengan mesin tik dengan judul “Kaum muda kita menginginkan ilmu dan akhlak luhur yang mengajarkan kebenaran dan hakikat,” disebutkan;

Risalah-risalah An-Nur yang menyelamatkan kaum muslimin abad ke-XX dan umat manusia secara umum dari kegelapan pemikiran-pemikiran batil nan kelam, bukan bersumber dari pemikiran si penulisnya, tapi bersumber dari ilham yang diberikan Rabb seluruh alam ke dalam hati si penulis. Untuk itu, risalah-risalah tersebut amat luhur dan sangat berharga.

Disebutkan dalam halaman 12;

Jika ada yang berkata kepada seorang murid yang mengabdi untuk Risalah-risalah An-Nur, “Salinlah kitab-kitab ini sebagai pengganti Risalah-risalah An-Nur, saya akan memberikan kekayaan Ford kepadamu,” tentu ia akan menjawab sebelum mengangkat ujung pena kala menulis Risalah-risalah An-Nur, “Saya tidak akan menerima, meski kalian memberikan kekayaan dan kekuasaan seluruh dunia kepada saya.”

Disebutkan dalam halaman 15;

Jika keterkaitan kami dengan para penulis yang memiliki pemikiran bersih mencapai 100 tingkat, maka keterkaitan kami dengan sosok agung seperti Badiuzzaman yang membimbing kami menuju kebahagiaan dunia dan akhirat mencapai milyaran tingkat, bahkan tanpa batas.

Disebutkan dalam halaman 12;

Sosok maknawi Risalah-risalah An-Nur mendiagnosa berbagai penyakit sosial, spiritual dan keagamaan zaman sekarang, serta menawarkan obat penawar berbagai penyakit sosial akut berkat pertolongan Allah yang bersumber dari hakikat-hakikat Al-Qur'an.

 


[1] (1920-1971), lahir di sebuah bilangan wilayah Kania, ditunjuk sebagai pegawai di jawatan pos setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah. Ia kemudian menazarkan diri untuk pengabdian iman dan Al-Qur'an dengan menyebarkan Risalah-risalah An-Nur. Ia merupakan teladan keikhlasan dan ketekunan, hingga menjadi murid ustadz An-Nursi yang paling dekat. Dialah yang mengatur murid-murid An-Nur sepeninggal ustadz An-Nursi. Ia memiliki sejumlah memoar pribadi terkait muhasabah dan memperkuat kehendak. (Penerjemah)




415. Page

Disebutkan dalam halaman 44;

Badiuzzaman berkata, “Siapa membaca risalah-risalah ini selama setahun penuh, ia bisa menjadi seorang alim agung pada zaman sekarang.” Ya, pernyataan beliau ini benar.

Disebutkan dalam halaman 54;

Para hakim yang membaca Risalah-risalah An-Nur, tentu tidak dibayangkan mengeluarkan putusan-putusan tidak tepat.

* * *

 

Kepada Kepala Peradilan Banding;

Dalam persidangan peradilan banding yang kami rujuk untuk menggugurkan putusan lalim yang dikeluarkan peradilan Afion terkait kami, mereka tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk berbicara. Bahkan, mereka melayangkan dakwaan ketiga dengan kata-kata keras. Mereka juga tidak mengizinkan siapapun untuk membantu saya menulis surat banding. Di samping tulisan saya tidak bagus, saat itu saya sedang sakit.

Berikut ini pengaduan yang saya tulis saat sedang sakit, yang saya ajukan sebagai surat banding kepada Anda yang memperlakukan saya dengan seadil-adilnya sebanyak dua kali.

 

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Berikut ini petisi untuk peradilan perhimpunan terbesar dan pengaduan kepada maqam ilahi. Hendaklah petisi dan pengaduan ini didengarkan peradilan banding saat ini dan generasi-generasi yang akan datang, juga agar didengarkan para dosen universitas Darul Funun dan para mahasiswanya yang terpelajar; di antara ratusan musibah dan bencana yang saya hadapi selama duapuluh tiga tahun, saya memilih sepuluh di antaranya untuk saya sampaikan di hadapan keadilan maqam ilahi, Hakim mutlak, seraya mengadu kepada-Nya;

Pertama;

Meski saya orang lalai, namun saya menazarkan seluruh kehidupan saya demi kebahagiaan umat ini, juga untuk menyelamatkan keimanan mereka. Dengan segala kemampuan, saya berusaha untuk mengamalkan Risalah-risalah An-Nur agar saya mengorbankan diri saya demi sebuah hakikat yang ditebus oleh ribuan nyawa; hakikat Al-Qur'an. Berkat pertolongan dan karunia Allah, saya mampu menanggung berbagai macam bentuk penyiksaan, namun saya tidak mundur ataupun menarik diri.

Berikut saya sebutkan satu contoh di antara serangkaian perilaku pengkhianat dan zalim yang saya hadapi di penjara dan peradilan Afion;

Meski mereka menyampaikan surat dakwaan yang penuh dengan kebohongan kepada saya dan para murid An-Nur yang tidak bersalah (yang menantikan hiburan dari keadilan peradilan) sebanyak tiga kali, dimana pembacaan satu surat dakwaan menghabiskan waktu minimal dua jam, namun mereka hanya memberikan saya kesempatan selama satu atau dua menit saja untuk berbicara 

416. Page

dan memberikan tanggapan, padahal saya mengharapkan mereka mengizinkan saya untuk memberikan pembelaan terhadap hak-hak kami selama lima atau sepuluh menit.

Meski saya ditempatkan dalam sel terisolir selama duapuluh bulan, namun mereka tidak mengizinkan siapapun membesuk dan menengok saya, selain dua atau tiga teman saja, itupun hanya selama tiga atau empat jam saja. Teman-teman ini sedikit membantu saya menulis surat pembelaan di sela-sela kunjungan. Setelah itu, mereka juga melarang teman-teman saya ini, memperlakukan dan menyiksa mereka.

Mereka memaksa saya mendengarkan surat dakwaan pihak penuntut umum yang berjumlah limabelas halaman yang sarat dengan kebohongan dan kedustaan tendensius, serta salah faham.

Hingga saya menghitung ada delapanpuluh satu kekeliruan. Mereka tidak mengizinkan saya untuk berbicara ataupun memberikan bantahan. Andai mereka mengizinkan, tentu saya katakan kepada mereka;

Kalian memungkiri agama dan para leluhur kalian –karena kalian menyebut mereka berada dalam kesesatan. Kalian juga memungkiri nabi kalian, dan tidak menerima undang-undang Al-Qur'an. Sementara kalian tidak mengusik Yahudi, Nasrani, Majusi, ataupun kalangan munafik para pengacau dari kalangan pembela bolshivisme dengan bernaung di bawah slogan kebebasan berfikir dan kebebasan emosi.

Pemerintahan Inggris yang kita tahu fanatic terhadap Nasrani dan sejauh mana kesewenang-wenangannya, mengizinkan jutaan kaum muslimin yang berada di bawah kekuasaannya untuk membaca dan memetik pelajaran dari Al-Qur'an setiap saat. Pelajaran-pelajaran ini menolak seluruh keyakinan batil dan undang-undang kafir Inggris.

Selanjutnya, pihak oposisi setiap pemerintahan bisa menyampaikan pendapat secara terang-terangan, juga menyebarkan pemikiran-pemikiran yang berseberangan dengan pemerintah, namun demikian seluruh peradilan pemerintah tidak mengusik mereka.

Sementara saya sudah diperiksa selama empatpuluh tahun lamanya, seratus tigapuluh di antara kitab-kitab karya saya juga sudah diperiksa, juga seluruh korespondensi dan surat-surat saya, bahkan surat-surat pribadi juga diperiksa, di antaranya diperiksa di peradilan Isparta, Denizli, dan peradilan eksekusi Ankara, juga di kepemimpinan urusan agama. Peradilan banding juga memeriksa sebanyak dua kali –mungkin tiga kali- sehingga seluruh Risalah-risalah An-Nur dengan semua salinan-salinannya, baik yang bersifat pribadi ataupun bukan, berada di tangan peradilan banding ini selama kurang lebih tiga tahun lamanya.

Namun demikian, mereka tidak menemukan apapun dalam seluruh Risalah-risalah An-Nur yang mengharuskan untuk memberikan hukuman meski sekecil apapun.

Saya bertanya-tanya, apa gerangan kesalahan yang kami lakukan sehingga kalian mengeluarkan putusan hukuman keras terhadap kami dan memenjarakan kami dalam sel terisolir padahal saya berada sudah selemah ini, di tengah situasi zalim dan penindasan sekeras ini. Undang-undang, kepentingan, atau perasaan apa yang merestui hal ini? Padahal Risalah-risalah An-Nur –yang secara keseluruhan berada di tangan kalian- menjadi pemimpin kuat dan lurus bagi lebih dari 200 ribu murid-murid An-Nur hakiki yang siap untuk berkorban, sehingga Risalah-risalah An-Nur mengabdi demi keamanan dan ketentraman negara.

Selanjutnya, pledoi yang kami sampaikan yang berjumlah 400 halaman, membuktikan secara pasti bahwa kami tidak bersalah. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan ini pasti akan diajukan kepada kalian di hadapan peradilan terbesar pada hari perhimpunan kelak.


417. Page

Kedua;

Penafsiran saya terhadap ayat-ayat tegas seputar hijab, waris, zikir, dan poligami, dan tanggapan saya terhadap berbagai bantahan yang dilayangkan terhadap penjelasan-penjelasan tersebut oleh para penganut peradaban barat saat ini, mereka anggap sebagai salah satu tuduhan yang diarahkan kepada saya.

Di sini, saya kembali menyebut alenia yang pernah saya sampaikan limabelas tahun silam di hadapan peradilan Eskisehir, selanjutnya di hadapan peradilan banding Ankara. Alenia ini akan menjadi pengaduan saya di hadapan peradilan perhimpunan terbesar, juga sebagai peringatan bagi berbagai kalangan terpelajar generasi-generasi yang akan datang. Bersama risalah “hujah nan terang,” alenia ini akan setara dengan surat banding.

Alenia ini juga kembali saya sampaikan di hadapan pihak penuntut umum yang tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk berbicara, padahal dalam surat dakwaan yang ia sampaikan terdapat delapanpuluh kekeliruan, yang kembali ia sampaikan di hadapan peradilan yang pada akhirnya menjatuhkan hukuman penjara terisolir kepada saya selama dua tahun dua tahun, plus dua tahun pengasingan dan penempatan paksa.

Saya ingin menyampaikan kepada peradilan kementerian keadilan;

Memidanakan orang yang menafsirkan undang-undang ilahi paling suci yang merupakan inti kebenaran dan menjadi rujukan hukum 350 juta kaum muslimin di setiap masa dalam kehidupan sosial selama 1350 tahun lamanya, dan dalam memberikan penafsiran, ia berpedoman pada kesepakatan 350 penafsir, dan berpegang teguh pada akidah-akidah para pendahulu selama 1350 tahun, sekali lagi saya samapaikan, memidanakan si penafsir ini adalah putusan zalim yang tertolak oleh keadilan, jikapun masih ada keadilan di muka bumi ini. Keadilan pasti menolak dan membatalkan putusan terkait si penafsir tersebut.

Hendaklah pernyataan ini didengar oleh telinga-telinga tuli zaman sekarang ini.

Bukankah memidanakan orang yang meninggalkan politik, menjauhi kehidupan sosial, dan tidak mempercayai sisi pemikiran ilmiah sebagian undang-undang asing yang diterima di negeri ini karena tuntutan kondisi tertentu karena memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut, mengingkari Islam dan mengkhianati satu milyar para pendahulu kami nan pemberani dan taat beragama, serta mencela jutaan tafsir Al-Qur'an.

 

Ketiga;

Salah satu alasan yang mereka sebutkan untuk membenarkan putusan hukum terhadap saya adalah mengganggu keamanan dan ketentraman. Alasan ini dipicu oleh penafsiran keliru yang mereka lakukan terhadap makna kata-kata yang tertera dalam surat-surat pribadi yang tidak lebih dari limapuluh susunan kata, padahal Risalah-risalah An-Nur berisi lebih dari seratus ribu kata dan rangkaian kata. Mereka mempertimbangkan kemungkinan lemah dan sangat jauh sekali, tidak melebihi satu dari seratus, bahkan satu dari seribu. Mereka menganggap kemungkinan yang jauh ini sebagai kenyataan dan mereka bermaksud menghukum kami karena kemungkinan tersebut.

Saya mempersaksikan semua orang yang mengenal tigapuluh atau empatpuluh tahun terakhir dari kehidupan saya, dan ribuan murid-murid An-Nur terdekat;

Ketika panglima tertinggi Inggris yang menjajah Istanbul mulai menebar benih perselisihan di antara kaum muslimin, hingga memperdaya Syaikhul Islam dan sejumlah ulama lain, bahkan saling menyerang satu sama lain, serta memperlebar perselisihan di antara kelompok persatuan dan jamaah 

418. Page

persatuan[1] dengan tujuan untuk mempersiapkan kemenangan Yunani dan kekalahan gerakan berbasis keagamaan-kebangsaan, saya saat itu menulis buku berjudul “enam langkah melawan Inggris dan Yunani.” Sayyid Asyraf Adib[2] mencetak dan menerbitkan buku yang ikut membantu meruntuhkan rencana jahat si panglima tertinggi Inggris tersebut.

Untuk itu, orang yang tidak gentar terhadap ancaman hukuman mati yang disampaikan si panglima tertinggi Inggris, tidak pergi ke Ankara meski pemerintahan setempat[3] mengundangnya sebagai wujud penghormatan atas perjuangan yang ia lakukan, juga tidak gentar terhadap putusan hukuman mati yang dikeluarkan oleh panglima tertinggi Russia, sosok yang dengan satu kali pidato mampu meredakan delapan batalion pasukan yang tengah memberontak dan selanjutnya ditarik untuk kembali patuh dalam peristiwa 31 Maret, sosok yang ketika peradilan militer[4] berkata kepadanya, “Anda juga orang terbelakang, karena Anda menuntut penegakan hukum syariat,” sosok yang sedikitpun tidak gentar terhadap ancaman mereka, bahkan menjawab, “Jika pemerintahan menurut kalian adalah perlakuan semena-mena kelompok tertentu, maka hendaklah jin dan manusia bersaksi bahwa saya ini orang terbelakang. Saya siapa mengorbankan nyawa demi satu permasalahan saja di antara sekian banyak permasalahan syariat,” kata-kata yang membuat para perwira senior tercengang.” Ketika sosok ini membayangkan hukuman mati, mereka justru mengeluarkan putusan bebas untuknya, dan ia tidak mengucapkan terimakasih kepada mereka atas putusan bebas ini, bahkan saat berjalan keluar ruangan, ia mengatakan, “Hiduplah neraka untuk orang-orang zalim.”

Saat berada di dewan kepemimpinan Ankara –seperti dicantumkan dalam putusan peradilan Afion- kala Musthafa Kamal dengan nada marah berkata kepadanya;

“Kami mengundang Anda kemari dengan maksud kami ingin mendengarkan pandangan-pandangan Anda yang tepat. Namun Anda justru menulis banyak hal tentang shalat, sehingga Anda menanamkan benih perselisihan di antara kita.”[5]



[1] Kelompok persatuan adalah kelompok pemimpinnya melarikan diri ke luar negeri pasca runtuhnya daulah Utsmaniyah dalam perang dunia pertama dalam menghadapi kekuatan para pasukan sekutu, sementara jamaah persatuan adalah kelompok politik yang muncul pasca perang dunia berakhir. Para pengikut jamaah ini adalah lawan-lawan kelompok persatuan. (Penerjemah)

[2] Ia adalah salah seorang mujahid saat itu, sekaligus sebagai pemimpin redaksi majalah Sabilur Rasyad (Penerjemah).

[3] Saat itu ada dua pemerintahan; pemerintahan khilafah di Istanbul yang berada di bawah kekuasaan dan penjajahan negara-negara sekutu khususnya Inggris, dan pemerintahan kebangsaan di Ankara yang dipimpin Musthafa Kamal. Saat itu, Musthafa Kamal belum menyingkap wajah permusuhannya terhadap Islam. (Penerjemah)

[4] Peradilan militer yang dipimpin Khaur Rasyid Pasha yang dikenal kasar, yang mengeluarkan sejumlah putusan hukuman mati pasca insiden 31 Maret, dimana Ustadz An-Nursi termasuk di antara mereka yang diajukan ke peradilan. (Penerjemah)

[5] Ketika Ustadz An-Nursi tiba di Ankara, beliau mendapati banyak sekali diantara para anggota dewan tidak shalat. Beliau kemudian menyampaikan sebuah pidato menggugah yang beliau awali dengan kata-kata berikut, “Wahai para delegasi, kalian kelak akan dibangkitkan untuk suatu hari yang besar.” Hasilnya, enampuluh anggota dewan kembali mengerjakan shalat, dan majlis memperlebar mushalla yang ada di dalam gedung dewan. (Penerjemah)




419. Page

Ia lantas menjawab di hadapan sekitar limapuluh anggota dewan;

“Permasalahan terbesar setelah permasalahan iman adalah shalat. Siapa tidak shalat, ia dianggap sebagai pengkhianat, dan pemerintahan pengkhianat itu tertolak.”

Si panglima tersebut terpaksa menahan amarah dan memberikan imbalan padanya.

Selain itu, pihak keamanan pemerintahan tidak mencatat satu pun insiden yang dilakukan murid-murid An-Nur di enam provinsi yang mengganggu keamanan, padahal mereka berjumlah ratusan ribu, selain satu insiden kecil terkait pembelaan yang dibenarkan menurut undang-undang yang dilakukan oleh salah seorang murid An-Nur.

Tak seorang pun mendengar ada murid An-Nur masuk penjara karena tindak kesalahan atau kejahatan. Saat masuk penjara pun, ia membenahi para tahanan. Selain itu, meski ratusan ribu salinan Risalah-risalah An-Nur tersebar di berbagai penjuru negeri ini, namun tidak seorang pun melihat risalah-risalah ini membahayakan, bahkan yang mereka temukan tidak lain adalah manfaat risalah-risalah ini salam duapuluh tiga tahun.

Tiga peradilan tiga provinsi mengeluarkan putusan bebas untuk Risalah-risalah An-Nur, di samping ratusan ribu murid-murid An-Nur bersaksi dan kesaksian mereka ini dibuktikan melalui tutur kata dan tindakan bahwa Risalah-risalah An-Nur begitu bernilai.

Lantas bisakah seseorang yang hidup terpencil, terisolir, tua renta, miskin, menganggap dirinya sudah berada di tepi kuburan, meninggalkan segala yang fana dengan sepenuh kekuatan dan keyakinan, sehingga tidak lagi memperdulikan apapun tingkatan dunia, bahkan ia begitu sibuk mengerjakan amalan untuk menghapus segala kesalahan-kesalahan masa lalu, sibuk mengerjakan hal-hal yang berguna bagi kehidupan abadi, di samping ia begitu memerlukan kasih sayang, ingin sekali menjauhkan orang-orang tak bersalah dan para orang tua dari segala mara bahaya, di samping ia juga menghindari mendoakan keburukan terhadap siapapun yang berbuat zalim dan menyiksanya, bisakah orang seperti ini dituduh yang bukan-bukan dan dikatakan bahwa si tua renta yang hidup terisolir ini berusaha mengganggu keamanan dan ketentraman, bertujuan untuk meraih konspirasi-konspirasi duniawi, dan inilah tujuan di balik seluruh komunikasi dan korespondensi yang ia tulis, dengan demikian ia bersalah?

Siapa yang mengatakan seperti itu dan menjatuhkan putusan kepadanya di tengah situasi-situasi nan berat, tidak diragukan mereka adalah orang-orang bersalah, sangat bersalah. Kelak, mereka akan membayar harga perbuatan ini di hadapan peradilan terbesar pada hari perhimpunan.

Orang seperti dia yang meredakan delapan batalion militer dan memaksa mereka untuk tunduk pada pemerintahan melalui satu kali pidato, yang empatpuluh tahun silam mampu membuat ribuan orang bergabung kepadanya dan menjadi pembela-pembelanya melalui sebuah tulisannya, sosok yang tidak pernah menundukkan kepala di hadapan para panglima lalim, tidak takut ataupun mencari muka di hadapan mereka, dan yang berkata di hadapan sejumlah peradilan;

“Perlu kalian semua ketahui dengan baik, andai saya memiliki kepala sebanyak rambut di kepala saya, lalu setiap harinya satu kepala saya dipenggal dari tubuh saya, saya tetap tidak akan menundukkan kepala yang telah saya nazarkan untuk hakikat-hakikat Al-Qur'an ini di hadapan kezindiqan dan kekafiran mutlak. Saya tidak akan mengkhianati negara, umat dan agama Islam.”

Lantas bisakah orang seperti ini yang tidak memiliki hubungan dengan seorang pun di kota Emirdag selain hanya segelintar kawan akhirat saja, ditambah tiga orang yang mengurus segala keperluan saya, di katakan;

Sa’id secara tersembunyi beraksi di Emirdag untuk mengusik keamanan. Ia telah meracuni pemikiran sebagian penduduk di sana. Duapuluh orang di sana memberikan pujian kepadanya dan 

420. Page

menulis ulang tulisan-tulisan pribadinya, ini membuktikan bahwa dia secara tersembunyi beraksi melawan kekuasaan pemerintahan revolusi?!

Berdasarkan tudingan ini, ia (ustadz An-Nursi) dimusuhi dan dipenjara selama dua tahun. Ia diletakkan dalam penjara terisolir dan benar-benar terkucil. Mereka tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara dan memberikan pembelaan diri di hadapan peradilan.

Untuk itu, saya mengalihkan mereka yang menyiksa saya dan begitu jauh menyimpang dari keadilan, kepada nurani mereka.

Lantas masuk akalkah dan mungkinkah orang seperti ini yang meraih antusias banyak orang melebihi yang seharusnya ia terima, yang mendorong ribuan orang untuk patuh dan taat melalui satu kali pidato, membuat ribuan orang bergabung dalam organisasi persatuan Muhammad melalui suatu tulisan, yang pidatonya didengar 50 ribu orang di Masjid Jami’ Ayashofia dengan penuh penghormatan, lantas masuk akalkah dan mungkinkah orang seperti ini secara tersembunyi beraksi selama tiga tahun di kota Emirdag, selanjutnya hanya mampu meyakinkan segelintir orang saja, meninggalkan segala persoalan akhirat, dan tenggelam dalam konspirasi-konspirasi politik hingga memenuhi kuburannya –yang berada di dekatnya- dengan kegelapan, bukannya dengan cahaya?!

Mungkinkah itu?! Setan sendiri tidak mungkin menerima hal itu.

 

Keempat;

Keengganan saya mengenakan topi mereka anggap sebagai faktor penting untuk memidanakan saya, dan mereka tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk berbicara.

Saya sebenarnya sudah berniat untuk berkata kepada mereka;

Saya pernah ditahan di kota Kastamonu selama tiga bulan di pos polisi setempat, namun tak seorang pun berkata kepada saya, “Anda harus mengenakan topi.”

Di hadapan tiga peradilan, saya tidak pernah sekalipun mengenakan topi, saya juga tidak pernah tidak mengenakan penutup kepala dalam persidangan di hadapan ketiga peradilan ini. Meski demikian, tak seorang pun mengusik saya.

Orang-orang zalim yang tidak punya bagian dari agama, menjadikan hal tersebut sebagai alasan, dan secara melanggar undang-undang mereka menyakiti saya selama duapuluh tiga tahun, mereka juga sering kali mempersulit saya.

Anak-anak, para wanita, mayoritas masyarakat pedesaan, para pejabat di lingkungan-lingkungan pemerintahan, dan mereka yang mengenakan penutup kepala, tidak dipaksa untuk mengenakan topi, karena tidak ada manfaat ataupun kepentingan materi di balik pemaksaan ini.

Orang seperti saya dipaksa menghadapi situasi sulit selama duapuluh tahun lamanya hanya karena tidak mengenakan topi dan segala kebohongan lain. Sebagai informasi, seluruh ahli ijtihad dan para Syaikhul Islam melarang mengenakan topi. Saat ini, mereka kembali menyakiti dan menghukum saya tanpa alasan yang dibenarkan.

Seperti halnya tak seorang pun mengusik mereka yang menenggak minuman keras secara terang-terangan pada siang hari bulan Ramadhan dan mereka yang tidak mengerjakan shalat atas nama kebebasan pribadi, maka mereka yang melayangkan tuduhan kepada saya karena penolakan yang berkali-kali saya sampaikan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas sikap mereka ini kala mereka menyaksikan penjara terisolir abadi di dalam kuburan, dan kala mereka menghadiri peradilan terbesar.


421. Page

 

Kelima;

Risalah-risalah An-Nur yang diterima 100 ribu ahli iman, yang mempersembahkan berbagai manfaat selama duapuluh tahun –secara murni tanpa terkotori oleh bahaya apapun- untuk umat dan bangsa, dicekal hanya karena faktor sepele. Sebagai contoh, rangkaian risalah Dzulfiqar (mukjizat-mukjizat Muhammad Saw.) yang menyelamatkan iman 100 ribu orang, dicekal karena menyebutkan penafsiran dua ayat Al-Qur'an secara benar dalam dua halaman di antara seluruh halaman risalah ini yang mencapai 400 halaman, padahal rangkaian risalah ini sudah melalui rentang waktu yang cukup lama, dan di sela-sela itu banyak grasi yang diberikan.

Lantas apakah rangkaian risalah yang begitu berharga ini bisa dicekal hanya karena dua halaman saja?

Saat ini, risalah-risalah lain yang amat bernilai juga dicekal hanya karena satu atau dua rangkaian kata saja –yang mereka artikan secara keliru- di dalam seribu rangkaian kata. Siapapun yang mendengarkan surat dakwaan ketiga dan putusan yang kami lansir ini, pasti membenarkan kata-kata saya.

Untuk setiap musibah yang kami lihat, kami mengucapkan;

اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)

 حَسۡبُنَا اللّٰهُ وَنِعۡمَ الۡوَكِيۡلُ

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

 

Keenam;

Saya katakan kepada mereka yang melayangkan dakwaan kepada penerjemah Risalah-risalah An-Nur yang malang –maksudnya beliau sendiri- karena pujian berlebihan yang dilayangkan sejumlah murid-murid An-Nur kepadanya, juga karena baik sangka berlebihan dengan mengirimkan surat-surat berisi dorongan semangat, ucapan selamat, penghargaan, dan ucapan terimakasih setelah mereka memetik manfaat besar dari bukti-bukti keimanan yang tak tergoyahkan, di samping mereka meraih ilmu-ilmu keimanan pada tingkatan ‘ilmul yaqin.

Saya katakan kepada mereka;

Saya ini orang lemah, tak berdaya, terbuang, dan semi buta huruf. Kala mereka menghasut semua orang untuk memusuhi saya melalui serangkaian propaganda dan membuat mereka takut kepada saya, saat itulah saya menulis hakikat-hakikat nan amat bernilai setiap kali saya menemukan obat bagi segala penyakit saya, obat yang berasal dari Al-Qur'an dan hakikat-hakikat Al-Qur'an, dan saya yakin obat ini akan menjadi terapi kesembuhan bagi umat dan bangsa. Namun mengingat tulisan saya tidak bagus, saya sangat memerlukan orang-orang untuk membantu saya. Akhirnya perhatian ilahi memberikan beberapa pembantu terdekat, tulus, dan teguh untuk saya.

Tentu lumrah jika saya tidak mampu menolak secara tegas sikap baik sangka dan pujian tulus mereka, atau saya menegur mereka karena sikap ini sehingga perasaan mereka terluka. Perilaku seperti ini berseberangan dengan cahaya-cahaya yang bersumber dari simpanan Al-Qur'an, di samping memusuhi dan merendahkan martabatnya.


422. Page

Untuk itu, agar mereka yang memiliki pena-pena intan dan hati pemberani tidak menjauhi saya, saya mengalihkan pujian yang mereka layangkan kepada diri saya yang lemah dan rugi ini, kepada Risalah-risalah An-Nur yang patut mendapatkan pujian tersebut, karena Risalah-risalah An-Nur membiaskan mukjizat maknawi Al-Qur'an. Saya juga mengalihkan pujian tersebut kepada kepribadian maknawi murid-murid An-Nur.

Saat saya berkata kepada mereka, “Kalian memberi saya bagian yang seratus kali melebihi bagian saya,” saat itu saya sedikit menyakiti perasaan mereka. Lantas adakah materi undang-undang yang menempatkan seseorang di posisi terdakwah gara-gara pujian yang diberikan orang lain kepadanya, padahal ia sendiri tidak menyukai pujian tersebut?!

Adakah materi undang-undang seperti ini sebagai pembenar dakwaan yang dilayangkan para pejabat resmi terhadap saya atas nama undang-undang?!

Perlu diketahui, kata-kata saya berikut disebutkan pada halaman 54 putusan surat dakwaan terhadap kami;

Sosok agung yang akan muncul di akhir zaman berasal dari keturunan ahlul bait. Kita sebagai murid-murid An-Nur, bisa dikategorikan sebagai ahlul bait dari sisi maknawi saja. Selanjutnya, dalam aliran An-Nur, tidak ada tempat bagi sikap egoisme, mengagungkan sosok tertentu, ambisi meraih kedudukan-kedudukan duniawi, ambisi meraih wibawa ataupun reputasi. Bahkan, saya menganggap diri saya terpaksa bahkan untuk meninggalkan kedudukan-kedudukan akhirat –jika kedudukan-kedudukan tersebut diberikan kepada saya- agar tidak merusak keikhlasan yang ada dalam faham An-Nur.

Juga disebutkan pada halaman 22 dan 23 dari putusan surat dakwaan;

Mengetahui kelalaian diri di hadapan Allah, mengetahui betapa dirinya sangat memerlukan bantuan Allah dan tiada berdaya di hadapan-Nya, serta berlindung kepada-Nya adalah sebuah pengorbanan dan kekhusyukan, sehingga melalui kepribadian tersebut, saya menilai diri saya sebagai orang paling sengsara, tiada berdaya, miskin dan paling lalai di hadapan Allah dari siapapun juga. Andaipun seluruh dunia bersatu padu memberikan pujian kepada saya, dunia tetap tidak mampu meyakinkan saya bahwa saya ini orang shalih dan mulia.

Saya tidak ingin lebih jauh memberitahukan segala keburukan pribadi saya yang ketiga juga segala kondisi buruk pribadi saya ini, agar kalian tidak menjauhi saya secara keseluruhan. Karunia ilahi semata yang menundukkan pribadi saya yang laksana prajurit tingkat paling bawah untuk melayani rahasia-rahasia Al-Qur'an yang menempati jawaban marsekal tertinggi. Jiwa ini adalah jiwa paling rendah di antara seluruh jiwa yang ada, namun tugas ini adalah tugas paling luhur di antara seluruh tugas yang ada. Untuk itu, seribu satu syukur saya panjatkan kepada Allah.

Meski bagian atas surat dakwaan ini mengutip kata-kata kami dan diselipkan di bagian akhir, namun mereka yang bermaksud menempatkan saya di posisi pihak bersalah hanya karena pujian yang diberikan sejumlah orang kepada saya, dan saya disebut-sebut sebagai pembimbing agung serta Al-Mahdi –mengingat saya menunjukkan mereka melalui makna yang tertera dalam Risalah-risalah An-Nur- mereka pasti akan mendapatkan balasan atas segala dosa dan kesalahan yang telah mereka perbuat.

Ketujuh;

Peradilan Denizli, peradilan tindak pidana Ankara, dan berbagai peradilan tingkat banding sepakat mengeluarkan putusan bebas untuk kami dan seluruh Risalah-risalah An-Nur, dimana seluruh risalah-risalah An-Nur dikembalikan kepada kami bersamaan dengan seluruh surat-surat kami, meski mereka menyatakan bahwa meski dengan asumsi terdapat kekeliruan dalam putusan bebas peradilan Denizli, namun mengingat peradilan banding telah membebaskan Anda, maka putusan bebas ini sudah menjadi kepastian dan berlaku, Anda tidak lagi bisa dibawa ke peradilan.


423. Page

Meski tiga tahun di kota Emirdag saya lalui dengan menyendiri, hanya berhubungan dengan segelintir orang yang merawat saya secara bergantian, dan saya hanya berbincang bersama segelintir orang yang taat beragama, itu pun jarang saya lakukan dan ketika dalam kondisi penting, serta hanya berlangsung dalam beberapa menit saja, dan saya hanya mengirim satu surat saja dalam satu pekan untuk memberikan dorongan membaca Risalah-risalah An-Nur –bahkan saya hanya mengirim tiga surat dalam jangka waktu tiga tahun kepada saudara kandung saya yang bertugas sebagai mufti- bahkan saya tidak aktif menulis padahal kegiatan ini tekun saya lakukan sejak tigapuluh tahun belakangan, selain hanya mengarang dua noktah dalam duapuluh halaman saja yang membahas dua poin penting dan sangat berguna bagi ahli iman dan ahli Al-Qur'an.

Kedua noktah yang dimaksud adalah hikmah pengulangan dalam Al-Qur'an dan sejumlah permasalahan seputar malaikat. Saya tidak mengarang apapun selain kedua noktah ini. Meski demikian, saya mendapat kemudahan untuk menyatukan risalah-risalah yang dinyatakan bebas oleh sejumlah peradilan dan kemudian dibuat dalam bentuk jilid-jilid kitab.

Ketika peradilan mengembalikan limaratus salinan risalah “ayat besar” yang diterbitkan dengan huruf-huruf lama (huruf-huruf Arab), saya menyetujui saudara-saudara saya untuk menyalin risalah ini dengan alat pengganda –karena saya tahu undang-undang tidak melarang hal tersebut secara resmi- dengan maksud agar dunia Islam memetik manfaat dari risalah tersebut. Sementara saya hanya sibuk mengoreksi risalah-risalah saja tanpa sedikit pun berkecimpung di dunia politik. Bahkan, saya lebih suka hidup terasing dan tidak kembali ke kampung halaman seperti yang dilakukan para buangan lainnya, meski sudah ada izin resmi yang membolehkan untuk itu, agar saya tidak sibuk dengan urusan dunia ataupun politik.

Untuk itu, mengarahkan dakwaan ketiga yang mengandung banyak hal batil dan dusta, juga memberikan penafsiran-penafsiran keliru, upaya memidanakan orang seperti ini, memuat dua inti mencengangkan –saya tidak akan menyebutkannya untuk saat ini- dimana rentang waktu duapuluh bulan belakangan ini membuktikan hal tersebut.

Saya katakan, “Kuburan dan neraka sudah cukup bagi mereka. Saya mengalihkan permasalahan saya kepada peradilan terbesar pada hari kiamat kelak.”

 

Kedelapan;

Setelah disimpan selama dua tahun di peradilan Denizli dan peradilan Ankara, akhirnya risalah “sinar kelima” dikembalikan kepada kami. Dan setelah putusan bebas diberikan, risalah tersebut diterbitkan –dengan menyertakan pledoi saya di peradilan tersebut- di bagian akhir rangkaian “lentera An-Nur.”

Saya memang menyimpan risalah tersebut sebagai surat pribadi saya, bukan untuk diperlihatkan kepada masyarakat umum. Namun mengingat pihak peradilan menyebarkan isi risalah ini kemudian dikembalikan lagi kepada kami setelah dinyatakan bebas, saya pun menyatakan tidak masalah risalah tersebut diterbitkan. Untuk itu, saya mengizinkan mereka untuk menerbitkan risalah tersebut.

Risalah ini ditulis sekitar 40 tahun silam seputar penakwilan hadits-hadits mutasyabih yang sudah menyebar di kalangan masyarakat luas sejak dulu kala. Meski sejumlah ulama hadits menyatakan sebagian dari hadits-hadits tersebut dhaif, namun saya menulis risalah tersebut dengan tujuan untuk menyelamatkan ahli iman dari berbagai syubhat, mengingat makna-makna tekstual hadits-hadits tersebut memicu banyak reaksi penentangan. Hanya saja sebagian di antara penakwilan hadits-hadits tersebut nampak jelas di hadapan mata. Karena alasan inilah kami terpaksa menyembunyikan risalah ini, dan menjadikannya sebagai risalah pribadi agar tidak ditafsirkan secara keliru.


424. Page

Setelah sejumlah peradilan meneliti dan menyebarkan isi risalah tersebut kemudian dikembalikan lagi kepada kami, namun lagi-lagi risalah yang sama dijadikan alasan untuk memidanakan kami. Untuk itu, kami mengalihkan sejauh mana jauhnya perlakuan ini dari keadilan dan kebenaran kepada nurani mereka yang bermaksud memidanakan kami karena keyakinan kami. Seperti halnya kami juga mengalihkan pengaduan kami ini kepada peradilan ilahi terbesar, dan kami mengucapkan;

حَسۡبُنَا اللّٰهُ وَنِعۡمَ الۡوَكِيۡلُ

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

Kesembilan;

Poin ini penting sekali. Hanya saja sengaja tidak kami sebutkan agar tidak membuat orang-orang yang menjatuhkan vonis hukuman kepada kami marah, agar mereka mau membaca Risalah-risalah An-Nur.

Kesepuluh;

Poin ini kuat dan penting, namun kami juga sengaja tidak membahasnya untuk saat ini agar tidak membuat mereka marah.

 

Sa’id An-Nursi,

Tahanan penjara terisolir

 

* * *


425. Page

Sebuah Petisi yang Diajukan Kepada Majlis Kabinet

Berikut ini adalah sebagian isi petisi yang diajukan kepada majlis kabinet 15 tahun silam di hadapan peradilan Eskisehir;

Para anggota dewan sekalian!

Saya menghadapi kezaliman yang jarang ada di dunia. Mengingat diam terhadap kezaliman ini merupakan bentuk penghinaan terhadap kebenaran dan tidak menghormati kebenaran, saya terpaksa menyebarkan sebuah hakikat yang sangat penting sekali sebagai berikut;

Anda sekalian harus menghukum mati saya dan menjelaskan apa kesalahan saya yang mengharuskan untuk dihukum selama 101 tahun dalam lingkup undang-undang, atau Anda sekalian harus membuktikan bahwa saya gila dan hilang akal, atau bebaskan risalah-risalah kami, kami, dan juga kawan-kawan kami secara penuh, dan kalian harus menghukum mereka yang ikut andil menyakiti kami.

Ya! Setiap pemerintahan harus memiliki satu undang-undang dan asas, dimana hukuman-hukuman diberikan sesuai undang-undang tersebut. Mengingat di dalam undang-undang pemerintahan republik tidak terdapat satu materi pun yang membenarkan untuk menimpakan hukuman berat kepada saya dan juga kawan-kawan saya, maka kami seharusnya mendapat kompensasi, penghargaan, dan balasan, di samping kebebasan penuh untuk kami, karena jika pengabdian Al-Qur'an yang saya berikan dinilai sebagai aksi melawan pemerintah, maka harus ada vonis hukuman 101 tahun kepada saya, atau hukuman mati, juga vonis hukuman-hukuman keras terhadap siapapun yang berkenaan dengan saya dalam pengabdian ini, bukannya menghukum saya selama satu tahun dan hukuman enam bulan untuk teman-teman saya.

Namun jika pengabdian kami ini tidak memusuhi pemerintahan, maka harus dihargai dan diberi balasan, bukannya diberi hukuman, kurungan penjara, tindakan menyakitkan, dan tuduhan yang bukan-bukan, mengingat 120 risalah menjadi penerjemah pengabdian ini, mampu menantang para filosof Eropah, meruntuhkan seluruh asas-asas pemikiran mereka, dan menjadikan semua itu sebagai jejak peninggalan sejauh mata memandang.

Pengabdian efektif dan berpengaruh ini tentu saja akan menimbulkan hasil yang menakutkan, atau buah amal perbuatan nan luhur dan sangat bermanfaat. Untuk itu, tidak mungkin pihak peradilan mengeluarkan vonis hukuman satu tahun penjara kepada saya. Kita seakan bermain-main layaknya permainan anak kecil demi menaburkan abu di hadapan mata banyak orang, melalaikan masyarakat umum, dan bersembunyi di balik konspirasi orang-orang zalim melawan kami, karena orang-orang seperti saya ini kalau tidak naik ke atas tiang gantungan dengan penuh rasa bangga dan selanjutnya dihukum mati, maka harus menjadi orang-orang merdeka di posisi yang laik mereka dapatkan.

Ya! Pencuri mahir mampu mencuri intan-intan senilai ribuan Lira. Jika si pencuri ini mencuri potongan kaca senilai beberapa sen saja, kemudian dijatuhi hukuman yang sama seperti hukuman mencuri intan-intan berharga, tentu tak seorang pencuri atau orang yang punya akal dan perasaan pun yang melakukan hal itu, mengingat pencuri seperti ini cerdas, tidak gegabah melakukan tindakan amat bodoh dan dungu.

Wahai para pemimpin sekalian!

Anggap saja saya ini seperti pencuri tersebut seperti yang kalian kira. Lantas kenapa ia memilih kawasan miskin di antara kawasan-kawasan kota Isparta, dimana ia hidup menyendiri di sana selama sembilan tahun?! Untuk itu, dari pada mengarahkan pemikiran sejumlah orang tulus –yang telah dijatuhi vonis ringan- untuk memusuhi pemerintah dan membuat saya serta Risalah-risalah An-Nur –yang menjadi tujuan hidup saya- beresiko terkena bahaya, lebih baik saya tinggal di sebuah kawasan besar di Ankara atau Istanbul –seperti dulu- dan mengarahkan ribuan orang menuju tujuan yang ingin saya capai.


426. Page

Saat itulah saya ikut campur dalam berbagai urusan dunia dengan kemuliaan yang patut bagi faham saya, bukannya menghadapi hukuman ringan dan tidak berarti seperti ini.

Untuk menjelaskan sejauh mana kekeliruan orang-orang yang ingin mendorong saya ke posisi yang sama sekali tidak berguna dan tidak penting, saya terpaksa harus menyebutkan sebagian sifat egois dan riya’ saya, bukannya sebagai kebanggaan ataupun pujian;

Mereka yang membaca pledoi saya yang dicetak dengan judul “kesaksian dua madrasah terhadap musibah,” pasti akan bersaksi bahwa ia –maksudnya beliau sendiri- mampu menarik delapan batalion pasukan kembali pada kepatuhan dalam peristiwa 31 Maret melalui satu kali pidato.

Seperti halnya sejumlah surat kabar saat itu melansir; melalui satu tulisan di era perang pembebasan yang berjudul “enam langkah, ia –beliau sendiri- mampu merubah pandangan para ulama Inggris melawan Inggris. Ini tentu saja membawa pengaruh sangat positif dalam gerakan keagamaan-kebangsaan.

Di masjid Jami’ Ayashofia, ribuan orang mendengarkan khutbahnya. Di majlis dewan perwakilan Ankara, ia disambut dengan tepuk tangan hangat, 163 anggota dewan menyetujui alokasi 150 ribu Lira untuk pembangunan universitas Darul Funun. Kala ia mengajak shalat, presiden republik di dewan kepemimpinan menghadapi ajakan ini dengan sikap marah, kemudian tanpa rasa takut, ia menanggapi sikap presiden tersebut. Saat ia aktif di Darul Hikmah Islamiyah, pemerintahan menilai dia adalah orang yang paling tepat untuk menyampaikan hikmah Islam kepada para filosof Eropah secara berpengaruh.

Terkait tulisannya yang berjudul “isyarat-isyarat mukjizat” yang ia tulis di tengah peperangan –yang saat ini dicekal- panglima tertinggi, Anwar Pasha, merasa sangat kagum pada tulisan ini, hingga ia segera menerimanya dengan segenap hormat –sebuah tindakan yang tidak pernah ia lakukan pada siapapun juga- dan memutuskan untuk memberikan kertas-kertas yang diperlukan untuk mencetak tulisan tersebut, agar ia mendapat bagian dari kemuliaan hadiah dan pahalanya.

Orang seperti ini tentu tidak bisa diam terhadap perlakuan si panglima, seakan ia dengan gegabah melakukan tindak kejahatan tiada berarti, seperti mencuri keledai, menculik anak perawan, mencopet, atau yang lain. Karena jika ia bersikap diam, tentu akan menjadi aib bagi dirinya sendiri, bagi kapasitas keilmuannya yang suci dan segala pengabdiannya, juga bagi ribuan kawan-kawannya yang sangat bernilai, karena ketika kalian memvonis hukuman penjara satu tahun kepadanya, kalian seakan memperlakukannya layaknya pencuri kambing.

Setelah kalian menempatkannya –ustadz Sa’id An-Nursi- secara paksa dan di bawah pengawasan ketat selama sepuluh tahun yang dipenuhi dengan berbagai kesulitan dan derita, dan setelah kalian menyiksanya, kini kalian menjatuhkan hukuman penjara satu tahun kepadanya, dan kembali menempatkan secara paksa selama satu tahun lagi.

Dari pada menanggung beban berat, perlakuan semena-mena dan kesewenang-wenangan seorang polisi tingkat rendah –padahal dia tidak tahan menghadapi perilaku semena-mena seorang sultan- tentu lebih baik baginya untuk dihukum gantung.

Jika orang sepertinya berniat ikut campur dalam berbagai urusan dunia dan tugas sucinya memperkenankan untuk itu, tentu ia mampu mendalangi insiden yang puluhan kali lebih besar dari insiden “Manman” dan gerakan revolusi Syaikh Sa’id. Dengan kata lain, tentu ia mampu memperdengarkan suara gemuruh laksana gema meriam kepada kalian, bukannya suara dengungan seperti dengungan sayap-sayap lalat.

Ya! Saya memperlihatkan di hadapan pandangan pemerintahan republik bahwa segala musibah yang saya hadapi saat ini adalah buah serangkaian konspirasi dan propaganda organisasi bolshivisme terselubung, karena ada sejumlah propaganda umum dan menyeluruh yang belum pernah terlihat sebelumnya, juga ada situasi mencekam dan juga teror. Buktinya, tak seorang pun di antara 

427. Page

kawan-kawan saya yang jumlahnya mencapai 100 ribu orang, mampu mengirimkan satu pun surat kepada saya sejak enam bulan terakhir. Mereka juga tidak mampu mengirimkan ucapan penghormatan atau salam kepada saya.

Para konspirator yang berusaha memperdaya dan melalaikan pemerintah ini, melalui keputusan-keputusan rahasia, mampu menata pemeriksaan dan interogasi di mana saja, mulai dari wilayah-wilayah timur hingga wilayah-wilayah barat negeri ini.

Rencana yang dijalankan para konspirator ini merancang seakan di luar sana ada sebuah peristiwa penting dimana saya -bersama ribuan orang-orang seperti saya- patut mendapatkan hukuman keras karenanya. Namun pada akhirnya hanya berupa hukuman ringan yang berlaku bagi orang biasa yang melakukan tindak pencurian ringan, karena vonis yang dijatuhkan hanya berupa hukuman penjara selama enam bulan untuk limabelas orang tak bersalah di antara 150 orang lainnya.

Lantas adakah orang yang punya akal dan akal menikam singa besar di bagian ekor dengan pedang tajam yang ia pegang lalu membangunkannya untuk melawan singa tersebut? Jika memang ia ingin melindungi keselamatan diri dari serangan singa tersebut, atau jika bermaksud membunuhnya, tentu menikamkan pedang tersebut di bagian lain dari hewan buas tersebut.

Hukuman ringan yang kalian jatuhkan kepada saya menunjukkan bahwa kalian mengira saya ini sama seperti orang tersebut. Jika memang saya ini melakukan tindakan yang jauh dari akal dan perasaan seperti itu, lantas kenapa kalian memenuhi negeri ini dengan rasa takut? Apa motif di balik semua propaganda yang menggiring opini publik untuk melawan saya? Kalian seharusnya memperlakukan saya layaknya orang gila biasa, lalu kalian mengirim saya ke rumahsakit jiwa.

Sementara jika saya ini orang penting sepenting rencana-rencana yang kalian rancang untuk melawan saya, tentu tidak masuk akal dan logika menikam singa atau binatang buas tersebut di bagian ekornya lalu membangunkannya untuk menyerangnya. Yang benar, ia harus menjaga keselamatan diri sebisa mungkin dari singa tersebut. Untuk itulah saya lebih memilih hidup menyendiri sejak sepuluh tahun silam atas keinginan saya sendiri, dan saya rela menanggung berbagai derita dan kesulitan yang tidak mampu ditanggung oleh siapapun juga. Saya sama sekali tidak ikut campur dalam persoalan pemerintahan dan saya sedikit pun tidak berminat untuk itu, karena tugas suci saya melarang saya melakukan hal tersebut.

Wahai para anggota dewan!

Mungkinkah seseorang yang duapuluh lima tahun silam mampu menarik simpati tigapuluh ribu orang melalui satu karya tulis –berdasarkan kesaksian surat-surat kabar saat itu-, menarik perhatian pasukan pergerakan, menjawab sejumlah pertanyaan pembesar pendeta Inggris dengan enam kata yang menginginkan jawaban 600 kata, dan yang menyampaikan orasi di permulaan era kebebasan[1] laksana seorang politikus berpengalaman, mungkinkah hanya ditemukan limabelas kata dalam 120 risalah di antara sekian banyak risalah ini yang berkenaan dengan politik dan urusan-urusan dunia?

Mungkinkah bagi siapapun yang berakal yakin bahwa orang seperti ini menempuh jalur politik dan memiliki tujuan-tujuan duniawi? Karena jika ia memiliki perhatian terhadap politik dan menyerang pemerintah, tentu hal tersebut terlihat secara jelas ataupun melalui isyarat di seratus tempat dalam satu buku karyanya saja.


[1] Era kebebasan adalah era pertama kekuasaan organisasi persatuan dan pembangunan selepas pencopotan sultan Abdul Hamid. Istilah ini menyebar dan dikenal meski keliru, karena mereka mendirikan pemerintahan berbasis partai diktator. (Penerjemah)




428. Page

Jika memang ia bertujuan melayangkan kritikan politik, bukankah bisa saja baginya untuk membahas persoalan lain selain masalah hijab dan waris, dimana kedua persoalan ini termasuk bagian dan aturan yang sudah ada sejak lama?

Siapapun yang memiliki pemikiran politik tertentu, tentu bisa saja menemukan ratusan ribu topik yang dijadikan sasaran kritikan terhadap pemerintahan yang melakukan revolusi besar-besaran ini, tidak hanya sebatas membahas dua topik yang sudah lumrah saja.

Mungkinkah revolusi yang digalakkan pemerintahan republik ini hanya terbatas pada dua permasalahan kecil saja? Meski saya tidak bermaksud mengarahkan kritikan apapun terhadap pemerintahan republik, namun mereka mengutip dua atau tiga kata yang tertera dalam satu atau dua buku yang saya tulis sejak lama, dan mereka menuduh saya menyerang kekuasaan pemerintah dan revolusi.

Saya ingin bertanya kepada Anda sekalian; masuk akalkah jika segala penjuru negeri ini disibukkan dan suasana mencekam disebarluaskan hanya karena saya membahas suatu permasalahan ilmiah yang tidak mengharuskan untuk mengeluarkan suatu hukuman sekecil apapun?!

Vonis hukuman ringan dan tidak berarti bagi saya dan sejumlah kawan saya, menyebarkan berbagai propaganda secara intens dan kuat melawan kami di seantero negeri, menyebarkan suasana mencekam dan menakutkan agar menjauhkan mereka dari kami dan membuat kami dibenci di mata mereka, menarik kekuatan besar ke kota Isparta yang dilakukan menteri dalam negeri –Syukri Kaya- guna melakukan tugas yang bisa dilakukan satu prajurit saja, yaitu menangkap saya untuk selanjutnya memenjarakan saya, kunjungan perdana menteri Ashamat Enono ke wilayah-wilayah timur Turki terkait persoalan ini, larangan bagi saya untuk berbicara selama dua bulan penuh di dalam penjara, tidak diperkenankannya siapapun untuk menanyakan kondisi saya ataupun mengirim salam kepada saya padahal saya tinggal seorang diri dalam keterasingan ini, ini semua mengisyaratkan kepada suatu posisi yang sangat aneh sekali, posisi tiada guna dan hikmahnya yang tidak patut bagi pemerintahan manapun di dunia ini.

Perlu diketahui, asal usul kata hukumah (pemerintahan) artinya membahas segala persoalan secara bijak, bukan hanya pemerintahan republik saja yang seharusnya menjaga dan menghormati undang-undang.

Saya ingin melindungi hak-hak saya dalam lingkup undang-undang, saya menuduh siapapun yang melanggar dan menginjak undang-undang atas nama undang-undang sebagai pelaku tindak pidana. Tidak diragukan, undang-undang pemerintahan republik menolak segala tindakan para penjahat tersebut. Saya juga berharap agar seluruh hak-hak saya dikembalikan.

 

Sa’id An-Nursi.

 

* * *


429. Page

Catatan;

Catatan keenam belas dari risalah Al-Maktubat beserta tambahannya dinilai sebagai pembelaan untuk Ustadz An-Nursi dan Risalah-risalah An-Nur. Untuk itu Ustadz An-Nursi mencamtumkan catatan ini dalam sinar keempatbelas. Bagi yang berkenan, silahkan merujuk catatan ini dalam risalah Al-Maktubat. (Penerjemah)

 

* * *

Risalah-risalah dari Balik Terali Besi

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته أبدا دائما

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan setia!

Saya melihat tiga cahaya hiburan yang saya jelaskan dalam tiga noktah untuk mereka yang dipenjara, para petugas yang mengawasi dan menjaga mereka, dan siapapun yang membantu pekerjaan mereka serta memberi mereka makan.

Noktah pertama;

Satu hari di antara hari-hari usia yang berlalu di dalam penjara, mungkin saja memberikan pahala ibadah sepuluh hari pada seseorang, mungkin saja merubah saat-saat nan fana –dari sisi hasilnya- menjadi saat-saat kekal abadi, bahkan menghabiskan waktu selama beberapa tahun di dalam penjara mungkin saja menjadi media penyelamat dari penjara abadi selama jutaan tahun.

Keuntungan besar ini bisa diraih ahli iman, dengan syarat mereka harus mengerjakan segala kewajiban, bertobat kepada Allah dari segala dosa dan kemaksiatan yang membuatnya masuk ke dalam penjara, menghadap kepada-Nya dengan bersyukur seraya bersabar dan mengharap pahala. Perlu diketahui, penjara sendiri menghalangi yang bersangkutan dari berbagai dosa.

Noktah kedua;

Lenyapnya derita adalah kenikmatan, seperti halnya lenyapnya kenikmatan adalah derita.

Ya! Siapapun yang memikirkan hari-hari yang ia lalui dengan senang dan ceria, ia merasa menyesali hari-hari itu, hingga lisannya menuturkan kata-kata penyesalan, “Aduh, oh … !” Namun jika ia memikirkan hari-hari yang berlalu penuh musibah dan ujian, ia merasa senang dan bahagia karena semua itu telah berlalu, hingga lisannya menuturkan, “Alhamdulillah dan puji syukur hanya untuk-Nya,” karena ujian telah berlalu dan menyisakan pahala, sehingga dadanya lapang dan ia merasa lega.

Dengan kata lain, derita sesaat meninggalkan kenikmatan maknawi dalam ruhani. Sebaliknya, kenikmatan sesaat menyisakan luka maknawi dalam ruhani.

Mengingat hakikatnya seperti ini dan saat-saat beragam musibah yang telah berlalu bersama seluruh duka citanya termasuk dalam kategori ketiadaan dan hari-hari musibah sama sekali belum tiba, ia juga termasuk dalam kategori ketiadaan, tidak ada duka cita tanpa alasan, dan tiada derita dari ketiadaan.


430. Page

Tentu bodoh menampakkan keluh kesah dan menghabiskan kesabaran saat ini karena saat-saat derita yang telah berlalu dan duka derita yang sama sekali belum datang. Perlu diketahui, semua duka derita dan ujian seperti ini termasuk dalam kategori ketiadaan. Juga bodoh jika menampakkan sikap mengeluh terhadap Allah dan membiarkan nafsu amarah yang lalai tanpa diperhitungkan, selanjutnya menghabiskan waktu dengan penyesalan dan tarikan nafas panjang.

Bukankah orang yang melakukan tindakan seperti itu lebih bodoh dari orang yang terus makan dan minum sepanjang hari karena takut lapar atau dahaga beberapa hari setelahnya?!

Ya! Ketika seseorang tidak membuang-buang kekuatan kesabaran kesana-kemari –pada masa lalu dan masa depan- dan ia arahkan kekuatan tersebut pada hari yang ia lalui, kekuatan tersebut sudah cukup untuk menguraikan ikatan-ikatan tali kesulitan baginya.

Bahkan saya teringat –bukannya mengeluh- bahwa segala kesulitan materi maupun maknawi yang belum pernah saya lihat sepanjang hidup saya yang saya lalui di penjara ketiga dalam rentang waktu beberapa hari ini, khususnya larangan bagi saya untuk menunaikan pengabdian An-Nur, di samping berbagai macam penyakit yang saya alami, terlebih hati dan ruhani saya sama-sama memeras kesulitan dan rasa putus asa, tiba-tiba pertolongan ilahi memberikan hakikat sebelumnya sebagai bekal bagi saya hingga dada saya terasa lapang dan segala kesulitan berlalu, saya pun menerima penjara, berbagai duka derita dan penyakit dengan rela hati, karena orang yang sudah berada di tepi kuburan seperti saya ini, tentu menganggap perubahan satu jam di antara jam-jam yang mungkin ia lalui dalam kelalaian menjadi sepuluh jam ibadah, sebagai suatu keuntungan besar. Akhirnya saya banyak-banyak bersyukur kepada Allah.

 

Noktah ketiga;

Membantu para tahanan dengan lemah lembut, memberi mereka makanan yang mereka perlukan, memerban luka-luka maknawi mereka dengan balsam hiburan, meski semua ini pekerjaan ringan, namun mengandung pahala besar, karena memberi mereka makanan yang dikirim dari luar penjara sama seperti sedekah dan ditulis dalam catatan amal baik siapapun yang melakukan perbuatan ini, baik mereka yang membawa makanan tersebut dari luar penjara, para penjaga ataupun pengawas yang ikut membantu mereka, terlebih jika yang ditahan adalah orang yang sudah tua renta, sakit, terasing dari kampung halamannya, atau miskin, karena pahala sedekah maknawi ini kian banyak.

Pahala agung ini bisa diraih dengan syarat kewajiban shalat ditunaikan agar pengabdian yang dilakukan semata karena Allah. Syarat lain; pengabdian yang dilakukan disertai kasih sayang dan cinta, tanpa sedikit pun mengungkit-ungkit kebaikan yang diberikan.

 

* * *

 


431. Page

Catatan Kaki untuk Risalah Mursyidusy Syabab (Pedoman untuk Para Pemuda)

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Para tahanan sangat memerlukan hiburan hakiki dan tulus yang ada dalam Risalah-risalah An-Nur, khususnya para tahanan muda yang menerima tamparan-tamparan pelajaran dan teguran karena kencenderungan dan keinginan diri, hingga mereka harus menghabiskan usia indah di balik jeruji besi. Untuk itu, kebutuhan akan Risalah-risalah An-Nur bagi mereka sama seperti kebutuhan akan roti.

Darah muda mendetakkan keinginan emosi dan lebih merespon keinginan ini dari pada merespon akal. Ketajaman keinginan diri –seperti yang sama diketahui- tidak memandang resiko, sehingga lebih memilih satu dirham kenikmatan sesaat dari pada satu ton kenikmatan akhirat. Karena dorongan keinginan diri, seorang pemuda membunuh seseorang yang tak bersalah demi kenikmatan balas dendam selama satu menit, namun setelah itu ia harus merasakan ribuan jam derita penjara sebagai akibat perbuatan ini.

Seorang pemuda terseret pada kesenangan sesaat dalam permainan dan senda gurau –dalam persoalan terkait kemuliaan-, lantas setelah itu ia menenggak derita sejuta hari penjara, dan rasa takut terhadap musuh yang mengintai.

Seperti itulah kebahagiaan usianya berlalu begitu saja di antara keresahan dan guncangan, rasa takut dan derita.

Akibatnya, banyak para pemuda malang jatuh dalam banyak sekali kesalahan dan persoalan rumit, hingga merubah hari-hari kehidupan nan lembut dan manis, menjadi hari-hari paling getir dan kasar, dan dalam situasi yang mengundang iba, terlebih setelah badai dari utara (Eropah) menerpa berisi banyak sekali fitnah yang menghancurkan pada zaman sekarang kala hawa nafsu para pemuda yang tidak melihat resiko, menghalalkan kehormatan wanita dan para gadis, serta mendorong mereka untuk membaur dengan lawan jenis secara tidak bermoral dan kotor, terlebih menghalalkan harta benda milik orang-orang kaya untuk orang-orang fakir dungu.

Kemanusiaan tentu menggigil ketakutan melihat kejahatan-kejahatan mungkar yang dilakukan ini.

Untuk itu, di tengah zaman sulit ini, setiap pemuda muslim harus menyingsingkan lengan baju demi menyelamatkan situasi, menghunus pedang-pedang intan hujah Risalah-risalah An-Nur serta dalil-dalil kuatnya –yang tertera dalam risalah “buah,” “pedoman untuk para pemuda,” dan risalah-risalah lain. Harus membela diri, menangkal serangan memusnahkan yang dilancarkan kepada mereka dari dua sisi.

Jika tidak, masa depan para pemuda di dunia ini akan terabaikan, kehidupan bahagia mereka akan lenyap, dan tidak mendapatkan kenikmatan akhirat, sehingga segala sesuatunya berubah menjadi derita dan siksa, karena kaum muda akan terbaring di rumahsakit-rumahsakit karena bertindak berlebihan dan berlaku bodoh. Di samping akan memenuhi penjara karena perilaku dungu dan menyimpang. Hari-hari tuanya akan menangis pilu dan menghela nafas panjang dipenuhi penyesalan dan derita.

Namun jika si pemuda menjaga diri dengan pendidikan Al-Qur'an, melindungi diri dengan hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur, ia akan menjadi pemimpin hakiki, manusia sempurna, muslim yang tulus dan bahagia, penguasa di atas seluruh makhluk.


432. Page

Ya, ketika seorang pemuda menyerahkan satu jam saja dari duapuluh empat jam sehari di dalam penjara untuk mendirikan shalat fardhu, bertaubat dari segala keburukan dan kemaksiatan yang membuatnya masuk penjara, menjauhi segala kesalahan dan dosa seperti halnya penjara menjauhkan yang bersangkutan dari semua itu, satu jam ini akan memberikan banyak sekali manfaat bagi kehidupan dan masa depannya, juga bagi negara dan umatnya, orang-orang tercinta dan para sanak kerabat. Terlebih, ia akan meraih masa muda kekal abadi dalam kenikmatan abadi, bukan masa muda dunia yang hanya bertahan tidak lebih dari limabelas tahun semata.

Hakikat ini disampaikan dan kabarkan secara pasti oleh seluruh kitab-kitab samawi, khususnya Al-Qur'anul Karim.

Ya! Manakala seorang pemuda mensyukuri nikmat masa muda –masa-masa indah dan baik- dengan tetap istiqamah meniti jalan lurus dan menunaikan ibadah, kenikmatan yang diberi ini akan kian bertambah dan tidak berkurang, akan bertahan abadi dan tidak akan pernah lenyap, dan akan lebih menyenangkan serta membahagiakan.

Jika tidak, masa muda justru akan menjadi ujian dan musibah menyakitkan, penuh duka, kesedihan, dan berbagai kesulitan hingga masa muda lenyap begitu saja tanpa guna. Sehingga masa muda menjadi petaka bagi dirinya sendiri, juga bagi sanak kerabat, negara dan umat.

Setiap jam di antara jam-jam yang dilalui narapidana yang diputuskan bersalah secara semena-mena, menjadi seperti ibadah satu hari penuh baginya, jika ia menunaikan shalat fardhu. Dan baginya, penjara merupakan tempat untuk menyendiri dan mengucilkan diri, seperti halnya orang-orang zuhud dan para ahli ibadah menyendiri di dalam gua-gua agar fokus beribadah.

Dengan kata lain, si narapidana bisa menjadi seperti orang-orang zuhud tersebut.

Setiap jamnya akan menjadi ibadah duapuluh jam baginya, jika ia fakir, sakit, sudah tua, hatinya terpaut dengan hakikat-hakikat iman, kembali kepada Allah, dan menunaikan shalat fardhu. Dan baginya, penjara menjadi madrasah pendidikan dan bimbingan, tempat untuk membina jalinan kasih, hingga hari-hari ia lalui bersama teman-teman dengan senang hati, terlebih rasa bahagia dan tatapan kasih sayang yang mengarah kepadanya.

Bahkan, mungkin ia lebih memilih untuk tetap berada di dalam penjara dari pada hidup bebas di luar dimana banyak sekali dosa dan kesalahan dari segala penjuru datang bertubi-tubi menghampiri, merasa senang karena pendidikan dan pembersihan jiwa yang ia terima di dalam penjara.

Dan ketika keluar dari penjara, ia bukan lagi sebagai pembunuh ataupun orang yang ingin membalas dendam, tapi keluar sebagai orang shalih yang bertaubat kepada Allah, dan mendapatkan banyak sekali pengalaman hidup, sehingga ia menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat bagi negara dan bangsa, hingga situasi ini mendorong sejumlah tahanan yang pernah tinggal bersama kami di penjara Denizli untuk mengatakan setelah mereka mendapatkan pelajaran-pelajaran keimanan dalam keluhuran akhlak dari Risalah-risalah An-Nur meski dalam waktu relatif singkat;

“Andai mereka mendapatkan pelajaran iman dari Risalah-risalah An-Nur dalam lima pekan, itu lebih laik untuk membenahi mereka dari pada memenjarakan mereka selama limabelas tahun.”

Mengingat kematian tiada lenyap dari wujud, mengingat ajal tertutup di hadapan mata kita oleh penutup gaib, mungkin saja ajal menimpa kita kapan saja, mengingat pintu kuburan tiada tertutup, dimana umat manusia pergi tanpa kembali di balik pintu ini satu kafilah demi satu kafilah, mengingat kematian bagi orang-orang mukmin tidak lain adalah tiket liburan dan pembebasan dari hukuman mati abadi –seperti yang dijelaskan melalui hakikat Al-Qur'an-, mengingat kematian bagi orang-orang sesat lagi bodoh adalah hukuman mati abadi seperti yang mereka saksikan setiap harinya, karena kematian merupakan perpisahan abadi dengan seluruh orang-orang tercinta dan sanak kerabat, bahkan perpisahan dengan seluruh wujud, maka tidak diragukan bahwa orang paling bahagia adalah 

433. Page

orang yang bersyukur kepada Rabb seraya bersabar dan mengharap pahala di balik jeruji besi, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, mengabdikan diri untuk Al-Qur'an dan iman dengan berpedoman pada Risalah-risalah An-Nur.

Wahai manusia yang diuji dengan berbagai kenikmatan dan beragam kesenangan!

Saya tahu secara yakin sepanjang tujuhpuluh lima tahun usia, dan melalui ribuan pengalaman yang saya lalui dalam kehidupan seperti halnya melalui berbagai peristiwa yang saya lalui, bahwa daya rasa hakiki, kenikmatan yang tiada ternoda oleh derita, kenikmatan yang tiada terkotori oleh kesedihan, dan kebahagiaan sempurna dalam hidup tiada lagi ada di dalam iman dan dalam lingkup hakikat-hakikat iman semata.

Tanpa itu, satu kenikmatan dunia mengandung banyak sekali derita, dan manakala dunia memberi Anda satu kenikmatan seukuran biji anggur, ia melayangkan sepuluh tamparan menyakitkan pada Anda, seraya merenggut kenikmatan dan kesenangan hidup.

Wahai orang-orang malang yang diuji dengan musibah penjara!

Mengingat dunia kalian sedih dan menangis, mengingat kehidupan kalian ternoda oleh berbagai duka derita dan musibah, maka berusahalah semampu kalian agar akhirat kalian tidak menangis, agar kehidupan abadi kalian senang, nikmat, dan bahagia.

Untuk itu wahai saudara-saudara sekalian, manfaatkanlah kesempatan ini, karena seperti halnya menjaga tapal perbatasan selama satu jam di hadapan musuh di tengah situasi berat mungkin saja berubah menjadi satu tahun ibadah, seperti itu juga setiap saat yang kalian lalui di dalam penjara juga akan berubah menjadi saat-saat abadi di akhirat jika kalian menunaikan segala kewajiban.

Saat itulah segala kesulitan dan musibah menjadi rahmat dan ampunan.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

434. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Bukan bela sungkawa yang saya ucapkan, tapi saya mengucapkan selamat kepada kalian, karena takdir ilahi menuntun kita ke madrasah Yusuf yang ketiga ini karena sebuah hikmah yang telah Ia tentukan, Ia akan memberi kita sebagian dari rizki kita di tempat ini, dan rizki kita memanggil kita kemari.

Mengingat segala pengalaman kami secara pasti mengajarkan kepada kami –hingga detik ini- bahwa perhatian ilahi memperlakukan kita secara lemah lembut dan membuat kita meraih rahasia ayat;

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ

 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Saudara-saudara kita yang baru masuk madrasah Yusuf (penjara) sangat memerlukan hiburan yang diberikan Risalah-risalah An-Nur, dan mereka yang bekerja dalam lingkup keadilan adalah pegawai-pegawai yang lebih memerlukan kaidah dan undang-undang luhur yang terkandung dalam Risalah-risalah An-Nur, lebih dari pegawai-pegawai lain.

Bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur menjalankan tugas kalian di luar penjara dalam kapasitas yang jauh lebih banyak, dan kemenangan-kemenangan Risalah-risalah An-Nur tiada terhenti.

Setiap jam nan fana yang berlalu di dalam penjara ini menjadi seperti jam-jam ibadah kekal abadi. Berdasarkan poin-poin tersebut, kita perlu menghiasi diri dengan kesabaran dan keteguhan seraya bersyukur kepada Sang Pencipta kita dan bergembira di balik peristiwa ini.

Risalah-risalah kecil berisi hiburan yang saya tulis di dalam penjara Denizli, saya kembalikan kepada kalian secara keseluruhan.

Kami memohon kepada Allah, semoga alenia-alenia yang penuh dengan berbagai hakikat tersebut juga memberikan kalian pelipur lara.

 

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Pertama;

Pujian tak terhingga hanya untuk Allah semata. Para pemimpin spiritual dari kalangan mufti, penceramah, imam, dan ulama yang merupakan sahabat-sahabat hakiki bagi Risalah-risalah An-Nur, kini bermunculan di lapangan, dimana para pemuda, guru, dan pelajar saat ini adalah murid-murid An-Nur terdepan.

Untuk itu, sejuta ucapan selamat dan berkah Allah semoga terlimpah kepada kalian; Adham, Ibrahim, dan Ali Utsman, karena kalian telah memutihkan wajah-wajah para pemilik sekolah-sekolah berbasis agama, dan merubah sikap enggan dan ragu mereka menjadi sikap berani.

Kedua;

 Mereka yang memicu peristiwa sebagai akibat dari perbuatan dan emosi mereka yang tulus untuk Allah, tidak sepatutnya menyesal, karena penjara Denizli memberkahi mereka yang tidak waspada dalam segala tindakan dari sisi hasilnya, mengingat lelahnya tidak seberapa namun manfaat 

435. Page

maknawinya begitu besar sekali. Kita memohon kepada Allah semoga masa madrasah Yusuf (penjara) yang ketiga ini lebih pendek dari sebelumnya.

Ketiga;

Kita harus bersyukur kepada Allah dalam menghadapi situasi-situasi sulit di penjara ini, karena pahala semakin bertambah seiring beban berat yang dihadapi. Dan dalam saat yang bersamaan, kita menjalankan tugas kita -pengabdian iman- dengan ikhlas.

Urusan keberhasilan dan hasil atas jerih payah kita, sepenuhnya kita serahkan kepada Allah, kita tidak bisa campur tangan di sana. Kita tetap sabar dan bersyukur kepada Allah di balik tempat-tempat i’tikaf ini seraya mengatakan, “Sebaik-baik urusan adalah yang paling kuat.”

Kita harus tahu bahwa peristiwa ini tidak lain merupakan pertanda bahwa amalan-amalan kita diterima, juga sebagai bukti dan tanda bahwa kita telah melalui ujian dalam jihad suci kita.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Kepada Pemimpin Penjara dan Instansi Terkait

Sebuah permintaan sederhana yang secara lahir tidak penting, namun sangat penting bagi saya;

Kehidupan saya yang berlalu di balik penjara terisolir dan pelepasan mutlak (dari semua hak-hak), usia saya yang telah menginjak 75 tahun, membuat fisik saya lemah, karena tidak lagi kuat menerima vaksinasi terhadap berbagai penyakit. Sebelumnya, saya pernah diberi suntikan vaksinasi, namun lukanya tidak juga sembuh hingga duapuluh tahun lamanya, bahkan vaksinasi menjadi seperti racun yang melekat.

Dua dokter di penjara Emirdag mengetahui hal itu. Empat tahun silam, mereka memberikan vaksinasi kepada saya bersama para narapidana lain di penjara Denizli. Setelah itu, saya terbaring sakit selama duapuluh hari. Sebagai informasi, vaksinasi yang diberikan sama sekali tidak menimbulkan efek bahaya pada seorang pun di antara tahanan lain. Allah menjaga dan melindungi saya, sehingga saya tidak perlu dilarikan ke rumahsakit.

Dengan kata lain, tubuh saya sama sekali tidak kuat menerima vaksinasi, terlebih saya sudah uzur karena sudah menginjak 75 tahun. Tubuh saya kurus, mungkin hanya kuat menerima vaksinasi anak berusia 10 tahun. Apalagi saya menghabiskan hidup seorang diri dalam pelepasan mutlak (dari hak-hak) tanpa berbaur dengan seorang pun.

Dua bulan silam, gubernur mengirim sejumlah dokter ke Emirdag, mereka kemudian mengecek kondisi saya secara keseluruhan, mereka tidak menemukan penyakit apapun selain kondisi sangat lemah dan sendatan pada punggung. Kondisi saya ini sama sekali tidak kuat menerima vaksinasi. Untuk itu, saya memohon kepada Anda agar tidak membawa saya ke rumahsakit, jangan membawa saya ke suatu tempat di bawah pengawasan dokter dan orang-orang yang tidak saya kenal, karena saya tidak mampu bertahan di tempat seperti itu sepanjang hidup saya, khususnya pada duapuluh tahun terakhir yang saya lalui dalam pelepasan mutlak (dari hak-hak).


436. Page

Meski saat ini saya mulai merasa nyaman untuk masuk kuburan, namun saya lebih memilih untuk tinggal di dalam penjara, karena saya mendapatkan perlakuan manusiawi di dalam penjara ini, di samping agar saya tidak menyakiti perasaan pihak kantor, terlebih untuk memberikan hiburan di hati para tahanan.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Pertama;

Jangan berduka –wahai saudara-saudara sekalian- atas segala perlakuan hina dan menyakitkan yang mereka timpakan kepada saya, karena mereka tidak mampu menemukan kekurangan dalam Risalah-risalah An-Nur, sehingga mereka mengalihkan segenap perhatian kepada pribadi saya yang terbilang biasa dan sangat lalai ini, karena saya rela menghadapi situasi ini. Bahkan, andai pun saya menemukan ribuan perlakuan hina, duka derita, dan musibah demi keselamatan Risalah-risalah An-Nur dan agar nilainya nampak, tentu saya bersyukur kepada Allah, puji syukur disertai rasa bangga, karena itulah tuntutan yang saya petik dari pelajaran An-Nur.

Untuk itu, kalian jangan berduka terhadap saya dari sisi ini.

Kedua;

Perlakuan semena-mena yang mencolok dan berskala luas, juga serangan kuat nan lalim ini, saat ini sudah ringan, dari duapuluh menjadi satu, karena mereka hanya mengumpulkan beberapa orang saja, bukannya ribuan orang-orang khusus –dari kalangan murid-murid An-Nur. Mereka juga hanya mengumpulkan beberapa orang saja, bukannya ratusan ribu dari kalangan saudara-saudara kita yang berkecimpung dan yang terkait dengan Risalah-risalah An-Nur.

Dengan kata lain, musibah ini kini sudah ringan kondisinya karena pertolongan ilahi.

Ketiga;

Jangan resah dan putus asa wahai saudara-saudara sekalian, karena matan gubernur Emirdag yang merancang berbagai konspirasi dan rencana-rencana terselubung terhadap kita selama dua tahun lamanya, telah pergi berkat pertolongan ilahi.

Menteri dalam negeri mungkin meredakan serangan terhadap kita karena dua alasan; ia berasal dari kampung halaman saya, dan para leluhurnya adalah orang-orang yang taat beragama.

Keempat;

Banyak sekali pengalaman dan peristiwa membuktikan secara meyakinkan bahwa bumi dan langit berguncang serta menangis karena tangisan dan kesedihan Risalah-risalah An-Nur. Berulang kali kami menyaksikan hal ini dengan mata kepala kami, dan kami buktikan di hadapan peradilan.

Saya yakin, kebahagiaan musim panas –pada mulanya- tahun ini yang berbarengan dengan penyebaran Risalah-risalah An-Nur secara tersembunyi, serta senyum musim panas ini yang berbarengan dengan penggandaan Risalah-risalah An-Nur, juga keselarasan antara amarah dan tangisan musim dingin dengan kegelisahan karena Risalah-risalah An-Nur dicekal, sering kali digeledah di berbagai tempat, dan dihentikan segala aktivitasnya, semua ini tidak lain merupakan 

437. Page

pertanda kuat bahwa Risalah-risalah An-Nur adalah mukjizat hakikat-hakikat Al-Qur'an nan terang yang muncul di zaman sekarang, karena bumi dan langit punya ikatan dengannya.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Pada hari ini, terlintas di benak saya secara tiba-tiba untuk memberikan ucapan selamat kepada para tahanan yang datang, bukannya memberikan ucapan bela sungkawa kepada mereka –berkenaan dengan Risalah-risalah An-Nur- karena dituntun oleh takdir ilahi dan rizki yang dibagikan di tempat ini, karena masing-masing dari kebanyakan orang dalam batasan tertentu menyelamatkan saudara-saudara kita yang tidak bersalah dari keletihan dan beban berat dalam duapuluh tahun atau tigapuluh tahun belakangan, bahkan dalam seratus tahun belakangan ini.

Adanya kalian terus bekerja di jalan iman melalui Risalah-risalah An-Nur, berarti dalam saat yang bersamaan masing-masing dari kalian menjalankan peran besar, sama seperti pekerjaan selama sepuluh tahun yang dituntaskan seseorang yang seharusnya baru bisa dituntaskan selama seratus tahun.

Demikian halnya mereka yang memasuki mujahadah nan melelahkan ini, mereka yang menghadiri ujian yang berlaku di dalam madrasah Yusuf yang baru ini (penjara), dan benar-benar mendapatkan hasil nan berharga dan menyeluruh, dengan mudah bisa bertemu dengan saudara-saudara mereka yang tulus, ikhlas dan rindu ingin bertemu mereka, saling bertukar fikiran dalam pelajaran yang menyenangkan dan nikmat, di samping kebahagiaan di dunia tidak berlangsung lama, dan akan segera lenyap bak debu yang beterbangan, saya katakan, mereka yang meraih keuntungan sebesar ini dengan keletihan yang tidak seberapa, patut mendapat ucapan selamat.

Saudara-saudara saya sekalian!

Serangan berskala luas yang dilancarkan kepada kita ini tidak lain bertujuan untuk membendung kemenangan-kemenangan Risalah-risalah An-Nur, di samping sebagai bentuk perang melawan hati. Semakin mereka menyerang Risalah-risalah An-Nur, mereka semakin tahu risalah-risalah tersebut kian bersinar terang dan semakin penting dan meluas lingkup pelajaran-pelajarannya, sehingga Risalah-risalah An-Nur tidak akan terkalahkan, hanya saja risalah-risalah ini berada di balik tirai “rahasia yang bersinar.”

Untuk itu, mereka merubah strategi dan tidak menyerang Risalah-risalah An-Nur secara nyata. Karena berada dalam pertolongan ilahi, kita harus bersyukur kepada Rabb kita Yang Maha Mulia, seraya menghiasi diri dengan sabar secara sempurna.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


438. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Sudah tiba waktunya kini bagi saya untuk menjelaskan dua kondisi saya yang tidak lazim;

Pertama;

Terlintas di benak saya, adanya kita tidak bisa bertemu dengan saudara-saudara yang lebih saya cintai melebihi nyawa saya sendiri –di dalam penjara pelucutan mutlak (dari segala hak-hak)- mengandung maslahat dan pertolongan ilahi, karena sebagian besar saudara-saudara akhirat kita yang membayar limapuluh Lira agar bisa datang ke Emirdag untuk bertemu dengan saya selama limapuluh menit dan kadang hanya selama duapuluh menit saja, ternyata pulang dengan hampa tanpa bisa bertemu dengan saya. Mereka justru dijebloskan ke dalam penjara ini dengan alasan sederhana.

Andaipun waktu saya yang sempit dan kondisi spiritual saya yang muncul dari kesendirian memperkenankan pertemuan itu, namun pengabdian An-Nur tetap tidak memperkenankan untuk bertemu dan berbincang-bincang secara sempurna bersama para sahabat setia tersebut.

Kedua;

Para mujahidin di berbagai peperangan menyaksikan seorang alim mulia. Mereka menuturkan kesaksian batin padanya, lalu ia berkata, “Sejumlah wali muncul dalam wujud saya, mereka mewakili saya melakukan sejumlah amalan agar saya mendapatkan pahala, agar para ahli iman memetik manfaat dari pelajaran-pelajaran yang saya sampaikan.”

Sama persis seperti hal di atas, banyak orang melihat saya di sejumlah masjid Jami’ kota Denizli padahal saya mendekam di penjara kota tersebut. Bahkan, mereka melaporkan hal tersebut kepada pihak-pihak terkait, juga kepada sipir dan para penjaga penjara. Sebagian di antara mereka dengan nada resah dan terguncang berkata, “Siapa yang membukakan pintu penjara untuknya?” Kejadian ini persis seperti kejadian di atas.

Dari pada mengaitkan satu kejadian luar biasa yang bersifat parsial kepada sosok saya yang sangat lalai ini, lebih baik mengetahui bahwa risalah “stempel pembenaran gaib” menegaskan hal-hal luar biasa Risalah-risalah An-Nur dan menjelaskan risalah-risalah ini meraih kepercayaan orang-orang beriman, seratus kali dan bahkan seribu kali lebih dari kepercayaan mereka terhadap kejadian luar biasa di atas. Terlebih para pahlawan Risalah-risalah An-Nur melalui kondisi-kondisi mereka yang luar biasa dan juga tulisan-tulisan mereka nan indah, membenarkan bahwa Risalah-risalah An-Nur diterima.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

439. Page

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan setia!

Kalian tidak perlu merisaukan saya, karena saya bahagia dan terjaga, saya bersama kalian dalam satu bangunan yang sama, saya rela hati dan senang. Tugas kita untuk saat ini adalah mengirim salinan surat pembelaan ke Isparta. Dan jika memungkinkan, surat tersebut bisa digandakan menjadi duapuluh salinan dengan menggunakan mesin tik dengan huruf lama maupun huruf baru, agar surat pembelaan ini dibaca pihak penuntut umum di sana. Selanjutnya, satu salinan lain diserahkan kepada para pembela kami, dan satu salinan lainnya diserahkan kepada kepala peradilan, agar permohonan kami diserahkan kepada wakil, untuk selanjutnya dikirimkan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab di Ankara dengan menggunakan huruf-huruf baru dan lama, seperti yang dilakukan di kota Denizli.

Dan jika memungkinkan, siapkan lima salinan risalah ini untuk sejumlah instansi terkait, karena Risalah-risalah An-Nur yang dicekal sudah dikirim dengan menggunakan huruf-huruf lama ke instansi-instansi tersebut, khususnya dewan kepemimpinan urusan agama, dan dikembalikan lagi kepada kami di sini.

Selanjutnya, sampaikan kepada wakil kami, Sayyid Ahmad, saat menulis surat pembelaan dengan mesin tik, ia harus mengamati kebenaran kata-kata secara jeli, karena surat pemberitahuan saya tidak sama seperti surat-surat pemberitahuan pada umumnya, karena kekeliruan dalam penulis satu huruf atau satu poin, akan merubah permasalahan dan merusak makna.

Kembalikan mesin tik saya yang menggunakan huruf-huruf lama dan baru, jika memang mereka tidak mengizinkan untuk itu. Saudara-saudara saya sekalian tidak perlu marah, gelisah ataupun putus asa, karena pertolongan ilahi dengan cepat akan membantu kita sesuai kandungan ayat;

¨bÎ) yìtB Ύô£ãèø9$# #ZŽô£ç„ ÇÏÈ

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh: 6)

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Risalah-risalah An-Nur berhadapan dengan kalian menggantikan saya. Risalah-risalah ini menuntun dan mengajari dengan baik saudara-saudara kita yang baru, yang merindukan pelajaran-pelajaran An-Nur.

Terbukti melalui serangkaian pengalaman, bahwa menyibukkan diri dengan Risalah-risalah An-Nur, entah dengan membaca, membacakan, atau menulis, memberikan kesenangan bagi hati, kelapangan bagi ruhani, berkah dalam rizki, dan kesehatan bagi jasmani.

Saat ini, Allah telah menganugerahkan salah seorang pahlawan An-Nur kepada kalian. Dia adalah Husrau. Madrasah Yusuf (penjara) kelak juga akan menjadi tempat belajar madrasah Az-Zahra yang diberkahi, insya Allah. Hingga saat ini, saya masih menyembunyikan Husrau untuk seluruh pecinta dunia. Hanya saja serangkaian risalah yang saya sebarkan secara nyata menampakkan Husrau bagi para pecinta dunia, sehingga tidak ada lagi yang perlu ditutup-tutupi.


440. Page

Untuk itu, saya menuturkan sebagian di antara pengabdiannya kepada sejumlah orang-orang terdekat. Saya –dan juga Husrau- akan menjelaskan hakikat tanpa menyembunyikan sesuatupun jika memang diperlukan.

Hanya saja saat ini ada dua orang semena-mena dan ditakuti di antara mereka yang menguping hakikat, berhadapan dengan kami. Kedua orang ini nampak bekerja demi kepentingan atheisme dan komunisme. Salah satunya dikenal di Emirdag, dan satunya lagi dikenal di sini. Keduanya berupaya menyebar berbagai syubhat melawan kami dengan konspirasi dan kepalsuan tingkat tinggi, bertujuan untuk menggentarkan hati para pejabat.

Untuk itu, kita harus benar-benar waspada, jangan menampakkan keresahan, dan menantikan pertolongan ilahi melalui tawakal sebagai modal kekuatan bagi kita.

 

Sa’id An-Nursi

 

Saudara-saudara seagama sekalian dan teman-teman sepenjara!

Terlintas di benak saya agar saya menjelaskan sebuah hakikat penting pada kalian, yang dengan izin Allah akan menyelamatkan kalian dari siksa dunia dan akhirat. Berikut penjelasan hakikat yang dimaksud dengan sebuah perumpamaan;

Seseorang membunuh saudara orang lain atau salah satu kerabatnya. Aksi pembunuhan yang muncul dari nikmatnya balas dendam yang tidak memerlukan waktu satu menit ini, menimbulkan duka derita jutaan menit berupa kesempitan di dada dan duka derita penjara.

Di saat yang bersamaan, keluarga korban juga senantiasa merasa resah dan menantikan kesempatan untuk menuntut balas ketika memikirkan si pembunuh atau melihat keluarga si pembunuh, sehingga usia dan kenikmatan hidup mereka terbang percuma karena selalu mengalami siksaan rasa takut, resah, dengki, dan amarah.

Masalah ini tidak bisa diatasi ataupun diobati selain dengan mendamaikan kedua kubu, seperti yang diperintahkan Al-Qur'an, diserukan oleh kebenaran dan hakikat. Perdamaian ini mencakup kebaikan kedua kubu, dituntut oleh kemanusiaan dan didorong oleh Islam.

Ya, maslahat dan hakikat ada di dalam perdamaian, dan perdamaian itu baik, karena ajal itu satu, tidak berubah. Bagaimanapun juga, andaipun tidak dibunuh, si korban pembunuhan tetap tidak akan hidup karena ajalnya sudah tiba, sementara si pembunuh menjadi media takdir ilahi. Jika tidak didamaikan, keduanya akan selalu merasa takut dan siksa dendam selamanya.

Untuk itu, Islam memerintahkan seorang muslim untuk tidak memutuskan hubungan dengan saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari. Namun jika pembunuhan tidak disebabkan karena permusuhan mengakar dan kedengkian mendalam, dan api fitnah disulut oleh salah seorang munafik, saat itu juga harus didamaikan, karena tanpa perdamaian, tentu musibah kecil tersebut akan membesar dan berlaku selamanya.

Sementara ketika kedua kubu berdamai, si pembunuh bertaubat dari dosa yang ia lakukan dan terus mendoakan korban yang ia bunuh, saat itu kedua kubu mendapatkan banyak hal, karena cinta dan kasih sayang menyebar di antara keduanya, sehingga si keluarga korban memaafkan musuhnya seraya menemukan saudara-saudara yang bertakwa dan baik, sebagai ganti satu saudara yang meninggal, di samping kedua belah pihak sama-sama menerima qadha dan qadar Allah, khususnya mereka yang pernah mendengar pelajaran-pelajaran An-Nur, mereka diserukan untuk menjauhi apapun yang akan merusak hubungan di antara dua orang, karena persaudaraan yang mengikat 

441. Page

mereka dalam lingkup An-Nur, kepentingan bersama, kenyamanan fikiran dan kelapangan dada yang diharuskan oleh iman, semua ini mengharuskan untuk melenyapkan segala perselisihan, dan mendatangkan kesepakatan serta kesatuan.

Inilah yang dialami antar tahanan di penjara Denizli yang saling memusuhi satu sama lain. Selanjutnya berkat karunia Allah, mereka bersaudara yang saling mencintai setelah menerima pelajaran-pelajaran dari Risalah-risalah An-Nur. Bahkan, mereka menjadi salah satu sebab pembebasan kami, hingga kalangan atheis dan orang-orang dungu tidak bisa berbuat apapun melihat ikatan cinta akhirat ini, selain terpaksa mengucapkan, “Masya’Allahbarakallah!”

Dengan demikian, para tahanan merasa lapang dada dan bernafas lega berkat karunia Allah, karena di sini saya melihat sejauh mana perlakuan zalim yang dialami para tahanan, karena seratus tahanan di antaranya dipersulit hanya karena kesalahan satu orang, hingga mereka tidak ikut keluar bersamanya ke halaman penjara di waktu-waktu istirahat.

Perlu diketahui, keluhuran budi seorang mukmin tidak membiarkannya untuk menyakiti mukmin lain. Lantas bagaimana ia menyakiti saudaranya sendiri hanya demi kepentingan pribadi. Untuk itu, ia harus segera bertaubat dan kembali kepada Allah setiap kali merasa bersalah dan melakukan sesuatu yang menyebabkan orang mukmin lain tersakiti.

 

Sa’id An-Nursi


* * *



Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan setia!

Ucapan selamat saya sampaikan kepada Risalah-risalah An-Nur, kalian, dan juga saya sendiri karena serangkaian kabar gembira nan berarti yang disampaikan Husrau, Hafizhi dan Sayyid dari Partan.

Ya, mereka yang pergi menunaikan ibadah haji tahun ini, selain mendapati ulama-ulama mulai di Makkah Al-Mukarramah berupaya menerjemahkan rangkaian-rangkaian Risalah-risalah An-Nur ke dalam bahasa Arab dan India, juga mendapati Madinah Al-Munawwarah menerima Risalah-risalah An-Nur, karena risalah-risalah ini ditempatkan di Raudhah suci di dekat bilik makam nabawi yang diberkahi. Dengan kata lain, Risalah-risalah An-Nur meraih penerimaan nabawi dan termasuk dalam ridha Rasul mulia Muhammad Saw.

Risalah-risalah An-Nur telah mengunjungi tempat-tempat suci tersebut untuk menggantikan saya seperti yang kami niatkan, dan seperti yang disampaikan para jamaah haji kepada kami.

Manfaat lain di antara sekian banyak manfaat yang disebarkan para pahlawan Risalah-risalah An-Nur di balik munculnya kelompok-kelompok korektor adalah; saya sudah tidak perlu lagi repot-repot mengoreksi Risalah-risalah An-Nur, dan mereka menjadi seperti seratus korektor, karena mereka memiliki banyak sekali referensi.

Untuk itu, puji dan syukur tanpa batas saya panjatkan kepada Allah.

Saya memohon kepada Allah, semoga berkenan mencatat seribu kebaikan dalam catatan kebaikan mereka untuk setiap huruf rangkaian Risalah-risalah An-Nur. Amin, amin, amin.

Sa’id An-Nursi


* * *


442. Page

Mimpi Lembut Mengandung Kabar Gembira, yang Takwilnya Terlihat Jelas

Ali yang biasa membantu saya dalam segala hal, datang kepada saya dan berkata;

“Saya bermimpi, engkau dan Hasrau mencium tangan Rasulullah Saw.” Tidak lama setelah itu, saya menerima sebuah surat yang berisi bahwa rangkaian risalah “tongkat Musa” yang ditulis dengan tulisan tangan Husrau, disaksikan para jamaah haji di Raudhah.

Dengan kata lain, rangkaian risalah tersebut mencium tangan maknawi Rasul mulia Saw. dan mendapat ridha beliau.

 

Sa’id An-Nursi

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia, dan kawan-kawan sekalian di dalam penjara!

Pertama;

Kalian tidak perlu risau karena kita tidak bisa bertemu satu sama lain, karena secara maknawi kita selalu bertemu setiap saat. Setiap kali kalian membaca risalah apa saja yang kalian dapatkan atau mendengarnya, saat itu kalian melihat saja dan berbincang bersama saya di sela risalah tersebut dalam kapasitasnya sebagai pengabdi Al-Qur'an sebagai pengganti pribadi saya yang biasa-biasa saja ini. Perlu diketahui, saya juga bertemu kalian dalam hayalan dalam seluruh bait-bait doa saya, dalam tulisan-tulisan dan hubungan kalian, karena kita sama-sama bekerja dalam satu lingkup yang sama, sehingga kita seperti selalu bertemu.

Kedua;

Kami sampaikan kepada para penghuni baru di antara murid-murid Risalah-risalah An-Nur di madrasah Yusuf ini (penjara);

Terbukti melalui banyak sekali hujah yang kuat dan kabar-kabar gembira Al-Qur'an yang membungkam dan memaksa para ahli tunduk, bahwa murid-murid An-Nur yang tulus akan meraih husnul khatimah dan masuk surga membawa iman, dan setiap murid An-Nur –sesuai tingkatannya- turut serta bersama saudara-saudara maknawi meraih berbagai keuntungan, juga termasuk dalam doa-doa mereka berkat luapan cahaya kebersamaan maknawi An-Nur, seakan ia menjalankan ibadah dan memohon ampun dengan seribu lisan.

Demikian dua manfaat dan hasil penting yang melenyapkan segala kesulitan dan beban berat di zaman aneh ini. Seperti itulah murid-murid Risalah-risalah An-Nur meraih dua keuntungan besar dengan modal yang sangat kecil.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


443. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan setia!

Surat-surat pembelaan (pledoi) yang disampaikan di peradilan Afion mengandung banyak hakikat luhur berkenaan dengan kami, Risalah-risalah An-Nur, negeri ini, dan dunia Islam. Untuk itu, sebagian di antara surat-surat pembelaan tersebut harus disalin sepuluh kali dengan huruf-huruf baru, agar selanjutnya dikirimkan ke instansi-instansi tertinggi di Ankara.

Tugas kita saat ini adalah menyampaikan fakta-fakta tersebut kepada lembaga-lembaga pemerintah, instansi-instansi keadilan dan juga kepada umat. Saya tidak perduli apakah mereka membebaskan ataukah menghukum kami.

Mungkin tugas ini merupakan salah satu hikmah yang telah ditentukan takdir ilahi, sehingga membawa kami ke madrasah (penjara) ini.

Segeralah kalian menyalin surat pembelaan (pledoi) tersebut dengan mesin tik, karena kami harus menyampaikan surat-surat tersebut kepada lembaga-lembaga tinggi agar mereka membebaskan kami pada hari ini. Jangan sampai kalian terpedaya oleh seseorang yang menunda-nunda penyalinan surat tersebut, karena penundaan dirasa sudah cukup dan tidak perlu lagi diulang. Jadikanlah surat pembelaan ini sebagai stempel kasturi untuk sejumlah surat pembelaan yang saya sampaikan sejak limabelas tahun silam akibat satu persoalan saja, juga untuk menghadapi kezaliman kasar, siksa pedih tiada bandingnya, dan alasan-alasan tiada guna yang dibuat-buat.

Karena kita telah mendapatkan hak untuk menyalin surat-surat pembelaan menggunakan mesin tik sesuai aturan undang-undang dan juga dari peradilan-peradilan sebelumnya, untuk itu tidak seorang pun bisa melarang kami untuk menggunakan hak kami ini secara undang-undang. Jika kalian tidak menemukan solusi secara resmi untuk penyalinan surat pembelaan ini, hendaknya pengacara kami menyalin surat tersebut sebanyak lima salinan, dan ia harus bisa dipercaya demi menjaga keselamatan dan validitas surat pembelaan tersebut.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara saya sekalian, para tahanan baru maupun lama!

Saya tidur dengan keyakinan sempurna bahwa pertolongan ilahi jua yang menempatkan kita di sini, untuk kalian. Dengan kata lain, kedatangan kami di sini tidak lain untuk memberikan hiburan yang disampaikan Risalah-risalah An-Nur kepada kalian, meringankan berbagai beban berat penjara dari diri kalian melalui hakikat-hakikat iman, menjaga kalian dari berbagai petaka dunia, menguraikan kehidupan kalian yang penuh dengan kesedihan dan duka cita dari hal-hal tiada guna, dan menyelamatkan akhirat kalian agar tidak menjadi seperti dunia kalian yang sedih dan menangis.

Mengingat hakikatnya seperti itu, kalian harus bersaudara dan saling mencintai sebagai murid-murid An-Nur, seperti mereka yang pernah tinggal bersama kami di penjara Denizli.

Kalian melihat sendiri para penjaga penjara yang berusaha sekuat tenaga melayani kalian, mereka mengalami banyak sekali beban berat dalam memeriksa, bahkan mereka juga harus 

444. Page

memeriksa makanan kalian agar tidak ada benda yang melukai di dalamnya, mereka melerai agar kalian tidak saling berlaku semena-mena satu sama lain seakan kalian ini binatang-binatang buas yang saling menyerang satu sama lain untuk dibunuh. Terlebih, mereka tidak menikmati waktu istirahat karena khawatir terjadinya pertengkaran di antara kalian.

Maka katakanlah kepada saudara-saudara kalian yang baru masuk penjara itu, yang memiliki keberanian fitrah, harga diri, dan lainnya, tidak ubahnya seperti kalian.

Katakan di hadapan institusi keadilan dengan keberanian maknawi nan agung saat ini;

“Bukan hanya benda-benda tajam sederhana saja, bahkan andai kalian memberi kami pistol pun, kami tetap tidak akan berlaku semena-mena terhadap teman dan orang-orang tercinta yang ikut mengalami penderitaan bersama kami, bahkan andaipun di antara kami pernah terjadi permusuhan lama, kami memaafkan mereka semua, dan dengan segenap kemampuan, kami akan berusaha agar tidak menyakiti perasaan mereka.

Inilah keputusan yang kami ambil berdasarkan tuntunan Al-Qur'an dan perintah ukhuwah Islam, juga sesuai kepentingan kami secara bersama-sama.

Seperti itulah kalian merubah penjara ini menjadi madrasah yang baik dan diberkahi.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Mereka yang berada dalam langkah politik, peran dan tugas yang sama, atau mengabdikan diri pada kehidupan sosial, atau yang memiliki bisnis tertentu, setiap kelompok pecinta dunia tentu memiliki suatu perkumpulan umum yang khusus untuk kalangan mereka, dimana di perkumpulan tersebut mereka membahas segala persoalan mereka.

Tidak ubahnya seperti murid-murid An-Nur yang aktif dalam pengabdian suci keimanan tahqiqi, kedatangan mereka di tempat perkumpulan umum di tengah-tengah madrasah Yusuf ini (penjara) berdasarkan perintah takdir ilahi dan putusan perhatian rabbani, tentu mengandung banyak sekali manfaat maknawi nan sangat luhur. Mereka insya Allah akan menikmati manfaat dan hasil-hasil nan bernilai, masing-masing dari setiap tokoh murid-murid An-Nur akan menjadi seperti huruf alif, dimana huruf alif nilainya satu jika hanya sendirian. Namun ketika berdiri sejajar dengan tiga alif lain, saat itu ia bernilai seribu seratus satu.

Demikian halnya pahala, nilai, dan pengabdian luhur seorang saudara yang tergabung dalam pertemuan ini, dengan izin Allah menjadi seribu.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

 


445. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya


Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Alasan mereka menutup dan menyegel seluruh jendela saya dengan paku pada hari ini adalah untuk mengucilkan saya dari para tahanan lain, dan agar tidak ada salam dan penghormatan timbal-balik di antara kami, namun mereka memperlihatkan alasan lain yang sama sekali tidak ada nilainya. Untuk itu, kalian tidak perlu risau.

Bahkan, kesibukan mereka mengurus diri saya yang tidak penting ini dan lalai untuk mempersulit Risalah-risalah An-Nur juga para murid An-Nur, adanya mereka menimpakan berbagai penghinaan dan siksa kepada saya, menyakiti hati dan hakikat saya namun sama sekali tidak mengusik Risalah-risalah An-Nur, hal ini membuat saya menerima situasi ini dengan rela hati. Bahkan saya bersyukur kepada Rabb seraya bersabar, sehingga saya sedikit pun tidak terguncang ataupun resah. Kalian juga tidak perlu terluka, karena saya yakin musuh-musuh terselubung kita yang mengalihkan perhatian para petugas penjara kepada saya, merupakan pertolongan ilahi dan suatu kebaikan demi keselamatan dan maslahat Risalah-risalah An-Nur, juga bagi murid-muridnya.

Untuk itu, untuk sebagian saudara jangan marah ataupun mengucapkan kata-kata menyakitkan yang melukai perasaan mereka. Mereka harus waspada dalam bertingkah laku tanpa memperlihatkan keresahan ataupun guncangan. Jangan membahas masalah ini dengan siapapun, karena di luar sana ada banyak mata-mata yang memutarbalikkan perkataan saudara-saudara kita yang polos dan baru yang sama sekali belum belajar, untuk selanjutnya dialihkan pada makna lain, membesar-besarkan masalah kecil dan mereka laporkan kepada pihak-pihak berwajib.

Situasi kita saat ini semuanya serius, tidak ada yang main-main. Meski demikian, kalian tidak perlu gusar. Kalian harus tahu, kita berada di bawah perhatian pertolongan ilahi, dan kita telah bertekad untuk menghadapi apapun beban berat dengan kesabaran yang baik, bahkan dengan bersyukur kepada Allah. Kita semua diperintahkan untuk bersyukur, karena satu dirham dari hasil kerja keras akan memberikan satu ton pahala dan rahmat.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya


Saudara-saudara saya yang terhormat dan setia!

Saya menyerahkan seluruh proses pembelaan kepada para tokoh murid-murid An-Nur yang pernah datang dan yang akan datang kemari. Saya melakukan hal ini karena dua alasan penting dan dengan sangat hati-hati. Saya terpaksa melakukan hal ini. Dan secara khusus, saya serahkan kepada Husrau, Rafat, Thahir, Faidhi dan Shabri.

Alasan pertama;

Saya tahu secara pasti melalui instansi pemeriksaan dan melalui banyak sekali pertanda, bahwa mereka berusaha membuat berbagai macam persoalan untuk menyerang saya dengan segala kekuatan yang mereka memiliki, menghindari kemenangan saya terhadap mereka dari sisi pemikiran. Mereka punya catatan resmi dalam hal ini, hingga ketika membicarakan sesuatu, seolah saya akan menjelaskan kemampuan ilmiah dan kapasitas politik yang mengalahkan argumen peradilan-peradilan dan membuat para politikus diam tak mampu menjawab.


446. Page

Untuk itu, mereka melarang saya berbicara dengan berbagai alasan lemah. Bahkan di salah satu pemeriksaan, saya menjawab sebuah pertanyaan dengan mengatakan, “Saya tidak ingat.” Hakim merasa heran dan bingung dalam persoalan ini, ia berkata, “Bagaimana orang seperti Anda yang memiliki kecerdasan dan ilmu di atas rata-rata bisa lupa?”

Ya! Mereka yakin bahwa keluhuran dan identifikasi-identifikasi ilmiah nan detail di dalam Risalah-risalah An-Nur sebagai buah fikiran saya. Inilah yang membuat mereka heran dan bingung. Mereka tidak menginginkan saya berbicara dengan siapapun juga. Seakan siapapun yang menemui dan berhadapan dengan saya, akan langsung menjadi murid militan An-Nur!

Untuk itulah mereka melarang saya menemui siapapun juga, sampai-sampai kepala urusan keagamaan berkata, “Siapapun menemuinya (ustadz An-Nursi), pasti akan tertarik kepadanya. Daya tariknya kuat sekali.”

Dengan kata lain, maslahat kita mengharuskan saya untuk menyerahkan segala urusan saya kepada kalian untuk saat ini. Seluruh surat-surat pembelaan (pledoi) saya yang kalian simpan, baik yang lama maupun yang baru, menggantikan saya untuk bertukar pikiran dengan kalian. Surat-surat tersebut dirasa sudah cukup untuk permasalahan ini.

Alasan kedua;

Saya tunda pada waktu lain, insya Allah.

Isyarat singkat untuk peringatan maknawi adalah sebagai berikut;

Faktor yang membuat saya meninggalkan dunia politik, membaca berbagai surat kabar dan segala hal-hal fana lain selama duapuluh lima tahun belakangan ini, dan yang mencegah saya untuk sibuk dengan semua itu adalah kewajiban akhirat yang sangat mulia, di samping kondisi spiritual yang begitu berpengaruh.

Dua alasan ini juga menghalangi saya secara total untuk menyibukkan diri dengan permasalahan ini dengan segala hal-hal mendetail terkait permasalahan tersebut. Kalian juga menjalankan tugas saya melalui musyawarah bersama dua wakil kalian.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Saat shalat, terlintas di hati saya sebagai berikut;

Mengacu pada sikap baik sangka secara berlebihan sejumlah saudara-saudara terhormat, mereka menantikan pelajaran, bimbingan, cita-cita, dan bantuan Anda untuk mereka, baik secara materi maupun spiritual. Seperti halnya Anda mewakilkan dan menitipkan urusan-urusan dunia Anda kepada dewan musyawarah di antara para tokoh murid-murid An-Nur, seperti itu juga Anda mewakilkan amalan-amalan akhirat, Al-Qur'an, iman, dan ilmiah Anda kepada sosok maknawi murid-murid terdekat nan tulus, karena mereka menjalankan tugas tersebut di samping juga menjalankan tugas mereka sendiri dengan sebaik-baiknya. Mereka saat ini benar-benar menjalankan tugas itu, dan mereka selalu menjalankannya.

Contoh; jika seseorang yang menemui Anda, ingin meminta nasehat dan pelajaran kepada Anda dalam waktu singkat mendapatkan satu dirham, ia bisa mendapatkan seratus dirham dari 

447. Page

nasehat, pelajaran, dan tuntunan dari bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur. Terlebih, ia berdampingan dan meminta nasehat dari Risalah-risalah An-Nur sebagai pengganti Anda.

Kalangan khusus murid-murid An-Nur menjalankan tugas ini setiap saat. Kami memohon kepada Allah agar kepribadian maknawi mereka yang memiliki maqam tinggi dan doa yang diterima, menjadi pelindung, guru, dan penolong bagi mereka.

Seperti itulah peringatan yang terlintas di dalam hati saya, hingga memberikan hiburan ruhani, memberikan kabar gembira dan kebahagiaan pada ruhani.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan setia!

Peristiwa ledakan yang terjadi pada dua hari silam tanpa adanya sebab secara kasat mata, bukan kebetulan belaka. Kedua ledakan tersebut mengisyaratkan sebuah tujuan mendalam.

Pertama; ledakan mesin penghangat yang kuat yang berada di aula saya secara tiba-tiba dan menimbulkan suara keras, menghancurkan potongan baja yang ada di bawahnya. Khayath Hamdi gelisah karena ledakan ini, dan membuat kami bingung. Sebagai informasi, mesin penghangat ini berisi batu arang penghangat di tengah musim dingin.

Kedua; pecahnya gelas yang diletakkan di tempat minum secara aneh di aula Faidhi tanpa sebab secara kasat mata. Peristiwa ini terjadi pada hari kedua setelah peristiwa ledakan mesin penghangat.

Yang terlintas di benak adalah; bom-bom yang dipasang untuk meledakkan kami, diletakkan oleh salinan surat pembelaan yang dikirim ke enam kantor pihak penguasa di Ankara, dan mesin penghangat amarah yang dinyalakan untuk membakar kami, hancur tanpa menimpakan bahaya kepada kami.

Mungkin mesin penghangat yang menjadi teman bermanfaat, yang mendengar keluhan dan permohonan saya itu, memberitahukan saya seraya berkata, “Saya tidak perlu melakukan itu, dan Anda akan keluar dari penjara ini.”

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


448. Page

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan tulus!

Para hari ini, saya merasa resah dan sedih karena kalian karena sebuah peringatan maknawi yang melintas di dalam hati. Saya sedih karena kondisi saudara-saudara kita yang ingin keluar segera keluar dari penjara akibat keresahan fikiran penghidupan.

Saat memikirkan hal ini, sebuah fikiran melintas di hati bersamaan dengan hakikat dan kabar gembira sebagai berikut;

Lima hari lagi akan tiba tiga bulan yang sangat diberkahi, bulan-bulan yang membawa pahala besar, karena amal ibadah pada bulan-bulan tersebut dilipatgandakan, karena satu kebaikan dibalas sepuluh kebaikan yang sama di semua waktu. Sementara pada bulan Rajab, kebaikan dilipatgandakan hingga lebih dari seratus kali. Pada bulan Sya’ban, kebaikan dilipatgandakan hingga tigaratus kali. Dan pada bulan Ramadhan, kebaikan diangkat hingga seribu kali.

Pada malam-malam bulan Ramadhan, kebaikan dilipatgandakan hingga ribuan kali. Dan pada malam qadar, kebaikan dilipatgandakan hingga tigapuluh ribu kali.

Ya! Tiga bulan ini merupakan pasar akhirat nan luhur dan mulai untuk perdagangan, dimana perdagangan ini memberikan banyak sekali keuntungan dan manfaat akhirat pada seseorang. Bulan-bulan tersebut merupakan tempat pameran istimewa bagi para ahli hakikat dan ahli ibadah.

Bulan-bulan inilah yang menjamin delapanpuluh tahun bagi orang-orang beriman dalam rentang waktu tiga bulan saja. Untuk itu, menghabiskan tiga bulan tersebut di madrasah Yusuf (penjara) yang memberikan keuntungan sepuluh kali lipat, adalah sebuah laga dan keuntungan besar. Apapun beban berat dan kesulitan yang ada, itulah inti rahmat.

Jika demikian halnya dalam urusan ibadah, maka seperti itu pula dengan pengabdian An-Nur dan usaha untuk menyebarkan Risalah-risalah An-Nur, karena segala pengabdian dilipatgandakan hingga lima kali dari sisi kualitas, jika bukan dari sisi kuantitas, karena mereka yang datang dan pergi dari negeri jamuan ini (penjara), akan menjadi perantara-perantara penyebaran pelajaran-pelajaran An-Nur. Keikhlasan satu orang saja kadang membawa manfaat setara dengan duapuluh orang.

Selanjutnya, tidak penting jika terdapat sedikit beban berat dan kesulitan karena penyebaran rahasia keikhlasan yang ada dalam Risalah-risalah An-Nur di antara para tahanan yang sangat memerlukan hiburan dari Risalah-risalah An-Nur, khususnya mereka yang di dalam urat nadinya mengalir aksi-aksi heroik politik.

Terkait pikiran penghidupan, seperti diketahui bahwa bulan-bulan ini merupakan pasar akhirat, sementara sebagian di antara kalian masuk ke dalam penjara ini sebagai pengganti sebagian besar murid-murid An-Nur. Bahkan sebagian di antara kalian masuk penjara sebagai pengganti seribu orang lainnya. Untuk itu, mereka tentu akan mendapatkan bantuan untuk pekerjaan-pekerjaan kalian di luar penjara.

Seperti itulah pikiran yang terlintas, saya merasa bahagia sekali karenanya, dan saya tahu, berada di tempat ini hingga hari ‘id nanti adalah sebuah nikmat ilahi yang besar.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 


449. Page

Kepada;

Perdana Menteri, Kementerian Keadilan, dan Kementerian Dalam Negeri[1]

Para tokoh negara mengenal saya dari dekat, khususnya mereka yang pernah menghadapi situasi-situasi besar yang pernah dilalui negara ini sejak pengumuman kebebasan (undang-undang kebebasan), saat perang dunia pertama, saat pasukan-pasukan sekutu menyerang negeri ini dan masuk ke Istanbul, berbagai peristiwa lain yang terjadi setelah itu di masa pembentukan pemerintahan berbasis kebangsaan dan di era pengumuman republik.

Mereka yang mengetahui situasi-situasi tersebut, yang saat ini menduduki jabatan-jabatan negara, tentu mengenal saya dengan baik. Meski demikian, izinkanlah saya untuk secara singkat memaparkan perjalanan hidup saya kepada Anda sekalian.

Saya lahir di desa Nurs, provinsi Bitlis. Sepanjang masa belajar dan menuntut ilmu, saya sering terlibat dalam perdebatan ilmiah dengan semua ulama yang saya temui, dan saya mengalahkan mereka karena pertolongan rabbani, hingga saya tiba di Istanbul.

Di sana, di tengah situasi Istanbul yang dikotori oleh penyakit ketenaran dan reputasi, saya tidak berhenti untuk mengadakan debat-debat ilmiah. Namun karena fitnah orang-orang yang dengki dan para musuh, akhirnya saya dibawa ke rumahsakit jiwa atas perintah sultan Abdul Hamid –semoga Allah mencurahkan rahmat yang luas padanya.

Setelah itu saya menarik perhatian pemerintahan persatuan dan kemajuan berdasarkan pengabdian-pengabdian saya di sela pengumuman undang-undang dan dalam insiden 31 Maret.

Saya mengajukan proyek pembangunan sebuah universitas kepada mereka di kota Van dengan nama Madrasah Az-Zahra, bentuknya sama seperti Al-Azhar Asy-Syarif. Bahkan saya sempat meletakkan batu pertama pembangunan universitas tersebut. Namun saat terjadi perang dunia pertama, murid-murid saya dan para relawan membentuk kelompok Al-Anshar, dan saya sendiri yang bertindak sebagai panglima mereka. Kami terjun ke dalam peperangan bersama front Kafkas melawan Russia yang bertindak semena-mena di Bitlis.

Saya akhirnya menjadi tawanan mereka. Namun pertolongan rabbani menyelamatkan saya dari tawanan, dan saya kembali ke Istanbul. Di sana, saya ditunjuk sebagai anggota Darul Hikmah Islamiyah. Saya segera memerangi para prajurit yang menjajah Istanbul di tengah situasi sulit tersebut dengan segenap kekuatan yang Allah berikan kepada saya, hingga perang-perang kemerdekaan berakhir kemudian pemerintahan kebangsaan terbentuk di Ankara. Pemerintahan akhirnya kembali mempertimbangkan proyek pembangunan universitas di kota Van untuk menghargai seluruh pengabdian saya tersebut.

Sampai saat itu, kehidupan saya penuh dengan pengabdian untuk negara, sejalan dengan gagasan pengabdian agama yang saya usung melalui jalur politik. Namun setelah era tersebut, saya memalingkan wajah saya dari dunia secara keseluruhan, dan saya mengubur Sa’id “lama” –sesuai istilah saya- dan saya menjadi Sa’id “baru” yang secara keseluruhan hidup untuk akhirat.

Saya kemudian menarik diri dari kehidupan sosial, dan mengibaskan tangan dari apapun yang berkenaan dengan mereka, hingga saya benar-benar mengucilkan diri dan berdiam diri di perbukitan Yusa, Istanbul. Setelah itu di gua-gua pegunungan Van dan Bitlis. Saya selalu terlibat dalam pertarungan tiada henti melawan ruh dan perasaan. Saya hidup menyendiri menuju alam ruhani saya seraya menjunjung slogan, “Saya berlindung diri kepada Allah dari setan dan politik.”


[1] Surat pembelaan ini ditulis para pengacara ustadz An-Nursi dan atas izin beliau, kemudian dikirimkan ke institusi-institusi tinggi tersebut. (Shankur)




450. Page

Saya alihkan seluruh fikiran dan tenaga saya untuk merenungkan makna-makna Al-Qur'an, saya memulai kehidupan Sa’id “baru.” Takdir membuang saya dari satu kota ke kota lain.

Di sela-sela itu, muncul makna-makna luhur dari luapan-luapan Al-Qur'an dari dalam relung hati saya. Saya mendiktekan makna-maka tersebut kepada orang-orang yang ada di sekitar saya. Risalah-risalah yang saya sebut sebagai Risalah-risalah An-Nur, benar-benar muncul dari cahaya Al-Qur'anul Karim. Nama tersebut muncul dari dalam perasaan saya.

Saya yakin sepenuhnya, bahwa risalah-risalah tersebut bukan hasil fikiran saya, tapi semata ilham yang Allah tuangkan ke dalam hati saya dari cahaya Al-Qur'an. Saya mendoakan berkah kepada siapapun yang menyalin risalah-risalah tersebut, karena saya yakin bahwa tidak ada cara lain untuk menjaga iman banyak orang selain dengan cara ini. Untuk itu, Anda jangan mencegah luapan-luapan tersebut bagi mereka yang memerlukannya.

Risalah-risalah tersebut diambil tangan-tangan terpercaya untuk disalin dan disebar. Saya yakin, ini semua merupakan bimbingan rabbani dan tuntunan ilahi untuk menjaga iman kaum muslimin, sehingga tak seorang pun mampu mencegah bimbingan dan tuntunan ilahi itu. Saya pun merasa perlu mendorong siapapun yang bekerja di bidang ini seperti yang diperintahkan agama kepada saya.

Risalah-risalah yang jumlahnya lebih dari 130 buah ini tidak membahas tentang urusan-urusan dunia dan politik secara sengaja. Risalah-risalah ini hanya berkenaan dengan urusan-urusan akhirat dan iman.

Meski demikian, risalah-risalah ini menjadi kesibukan utama bagi para oportunis dan mereka yang memancing di air keruh, hingga akhirnya saya ditahan di provinsi Eskisehir, Kastamonu, dan Denizli, di samping sejumlah peradilan juga mengadakan penelitian ilmiah terhadap Risalah-risalah An-Nur. Penelitian ini dilakukan oleh para pakar ahli. Namun kebenaran –berkat karunia Allah- selalu nampak dengan jelas, keadilan menempati posisinya yang layak, meski mereka yang selalu menantikan kesempatan, yang memancing di air keruh, tidak pernah merasa jemu. Bahkan mereka membuat saya ditahan kali ini, mereka membawa saya ke Afion dengan dalih tuduhan-tuduhan berikut dan saya ditahan untuk diinterogasi;

Pertama; Anda mendirikan organisasi politik.

Kedua; Anda menyebarkan pemikiran-pemikiran menentang pemerintahan.

Ketiga; Anda memiliki tujuan politik.

Faktor-faktor pemicu semua tudingan di atas sekaligus sebagai bukti-buktinya adalah sepuluh rangkaian kata di sejumlah risalah saya.

Wahai menteri yang terhormat!

“Berikan saya kata-kata yang tidak mungkin untuk ditafsirkan, dan dengan kata-kata itu saya akan menjatuhkan hukuman mati kepada kalian,” demikian kata-kata Napoleon.

Apa kiranya kata-kata yang diucapkan seseorang, yang tidak menjadi sebab penafsiran, kesalahan, dan dosa? Terlebih bagi orang seperti saya yang sudah berusia 75 tahun, yang telah melepaskan diri dari segala urusan dunia dan mengibaskan tangan dari semua itu secara total, serta hanya membatasi seluruh kehidupan untuk akhirat.

Untuk itu, tulisan-tulisan orang seperti saya ini pasti bebas-lepas, karena disertai niat baik dan baik sangka, tanpa adanya keraguan ataupun perasaan tidak enak. Karenanya, mencari-cari kesalahan dan tuduhan di balik kata-kata semua tulisan-tulisan saya tersebut, adalah sebuah kezaliman nyata.


451. Page

Untuk itu, Risalah-risalah An-Nur yang berjumlah 130 risalah, sama sekali tidak berisi tulisan berkenaan dengan urusan-urusan dunia secara sengaja. Semuanya semata berkenaan dengan akhirat dan iman. Tidak aneh, karena risalah-risalah ini bersumber dari luapan cahaya Al-Qur'anul Karim. Sama sekali tidak berisi tujuan dan maksud dunia ataupun politik sama sekali.

Setiap peradilan yang menangani permasalahan-permasalahan ini pasti memutuskan bebas dengan keyakinan yang sama. Untuk itu, menyibukkan peradilan dengan persoalan tidak penting, mencopot para pegawai yang beriman, yang tidak bersalah dari pekerjaan dan kesibukan yang biasa mereka jalani, adalah sesuatu yang sangat disayangkan bagi negara dan bangsa.

Ya! Sa’id “lama” yang mencurahkan segenap kehidupannya demi membahagiakan umat, menebar keamanan dan kebahagiaan di seluruh negeri, menarik diri secara keseluruhan dari dunia, dan menahan tangan dari segala urusan dunia, mungkinkah ia menyibukkan diri dengan politik setelah menjadi Sa’id “baru” dan menginjak usia 75 tahun?

Saya yakin, kalian juga menerima hal ini secara sempurna.

 

Saya memiliki satu tujuan;

Dalam rentang waktu dimana saya semakin dekat dengan kuburan ini, di tengah negeri yang merupakan negeri Islam ini, kita mendengar suara burung-burung hantu bolshivisme. Suara ini mengancam asas-asas keimanan di dunia Islam, membuat bangsa khususnya kaum muda berlarian menghampirinya setelah keimanan mereka tercabut.

Dengan segala wujud yang saya punya, saya memerangi orang-orang seperti mereka. Saya menyerukan kaum muslimin khususnya para pemuda agar beriman, karena kita selalu berada dalam peperangan melawan kelompok atheis ini. Insya Allah, saya akan mewakili di hadapan-Nya dengan mengangkat panji jihad ini. Seluruh amalan saya terbatas untuk hal ini. Saya khawatir jika kelompok penganut bolshivisme juga menghalangi saya untuk menggapai tujuan ini. Inilah yang paling saya khawatirkan.

Tujuan suci adalah saling membantu, bekerjasama, dan bersatu padu dengan siapapun yang memerangi musuh-musuh iman tersebut. Bebaskan saya agar saya menjalin kerjasama dengan kekuatan-kekuatan jihad demi mengumandangkan tauhid, memperkokoh iman di negeri ini, dan membenahi para pemuda yang telah diracuni oleh komunisme.

 

Yang ditahan,

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


452. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan tulus!

Obat paling manjur di dunia ini, khususnya pada zaman sekarang, terlebih bagi mereka yang tertimpa berbagai musibah, juga untuk murid-murid An-Nur yang tertimpa kegelisahan berat dan rasa putus asa nan kelam adalah;

Saling menghibur satu sama lain, membuat yang lain senang, memperkuat kekuatan spiritualnya, memerban luka-luka kesulitan, kesedihan, dan rasa jemu, menghibur hatinya yang tengah berduka laksana seorang saudara sejati yang rela berkorban, karena ukhuwah sejati dan berbaris akhirat yang mengikat kalian, tidak berpihak ataupun membuat marah.

Saya bergantung dan mengandalkan kalian secara keseluruhan, karena kalian tahu persis putusan dan tekad saya. Dengan senang hati, saya rela berkorban nyawa demi kalian, bukan hanya mengorbankan kenyamanan, martabat dan kehormatan saya saja. Bahkan, kalian mungkin menyaksikan hal itu dari saya, sampai-sampai saya bersumpah untuk kalian, bahwa sudah delapan hari ini hati saya menderita karena siksaan berat, hanya gara-gara insiden kecil yang memicu adanya perantara di antara dua tokoh An-Nur dan membuat keduanya sedih, bukannya menghibur, sehingga ruhani, hati, dan akal saya berteriak bersamaan dan menangis seraya berkata;

“Aduh, aduh! Tolong, tolong, wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih! Jaga dan lindungilah kami dari (kejahatan) setan jin dan manusia. Penuhilah hati saudara-saudara saya dengan kesetiaan penuh, cinta murni, persaudaraan tulus, dan kasih sayang sempurna.”

Saudara-saudara sekalian yang teguh dan kokoh sekokoh besi! Bantulah saya dalam menjalankan tugas saya, karena persoalan kita sangat jeli dan sensitif. Saya menyerahkan seluruh tugas saya kepada pribadi maknawi kalian karena saya sangat percaya kepada kalian. Untuk itu, kalian harus berusaha –sekuat tenaga- untuk membantu dan menolong saya. Meski insiden ini tidak berarti dan bersifat parsial, namun ketika ada bulu sekecil apapun mengenai mata kita, tentu membuat mata kita sakit. Insiden kecil ini dinilai sebagai kejadian besar, karena yang menyampaikan kejadian tersebut adalah tiga ledakan materi dan tiga kesaksian spiritual.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan setia!

Ledakan mesin penghangat saya dan pecahnya gelas-gelas Faidhi dan Husrau, mengisyaratkan kita akan tertimpa musibah.

Ya, kerjasama hakiki dan ikatan tulus yang menjadi tumpuan paling kuat dan titik sandaran kita, harus tercipta dengan menutup mata terhadap kesalahan-kesalahan satu sama lain, dan tidak marah terhadap Husrau yang merupakan pahlawan An-Nur, wakil kepribadian maknawi An-Nur, dan menggantikan posisi saya.

Beberapa hari ini saya merasakan dada saya sesak dan dengan resah saya berkata, “Musuh-musuh kita telah menemukan cara untuk mengalahkan kita.”


453. Page

Waspadalah … waspadalah … waspadalah! Sesegera mungkin untuk membenahi karatan yang ada di tengah ikatan baja kalian yang kuat. Atas nama Allah saya bersumpah bahwa insiden ini –terlebih pada saat ini- membahayakan penerapan Al-Qur'an dan pengabdian iman, lebih dari bahaya masuknya kami ke dalam penjara.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan tulus!

Malam Mi’raj laksana malam qadar kedua. Pahala yang diraih dengan amalan yang berkesinambungan, pada malam hari ini meningkat dari satu menjadi seribu. Demikian halnya dengan rahasia yang terselubung di balik kebersamaan maknawi, kalian akan menjalankan ibadah-ibadah dan memanjatkan doa-doa pada malam yang diberkahi ini, khususnya di tempat i’tikaf yang berpahala besar ini, berdoa dengan 40 ribu lisan seperti sebagian malaikat yang bertasbih dengan 40 ribu lisan. Dengan demikian, kalian bersyukur kepada Rabb melalui ibadah-ibadah pada malam ini, mengingat tidak ada satu pun di antara seribu bahaya yang menimpa kita, yang akan menimpa kita akibat badai yang akan datang.

Kami mendoakan berkah atas sikap waspada kalian yang sempurna, dan dalam saat yang bersamaan kami menyampaikan kabar gembira kepada kalian bahwa pertolongan rabbani telah nampak dengan jelas untuk kita.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Terlebih dahulu, saya mendoakan berkah malam kalian; malam Mi’raj dengan segenap ruh dan jasad yang saya punya.

Kedua;

Sejak duapuluh tahun silam, seruan kami adalah agar para murid An-Nur –sebisa mungkin- jangan mengganggu pemerintah dan jangan mengusik keamanan negara. Hanya saja kasus penahanan kami di penjara ini mungkin dianggap sebagai salah satu pertanda kuat dan bukti bahwa seruan kami tersebut terluka, karena mereka yang menyerang kita menyangka kita mengganggu keamanan negara dan pemerintah.


454. Page

Namun pertolongan ilahi muncul secara luar biasa melalui karamah keikhlasan dan kesetiaan kalian, karena beratnya musibah kini terasa ringan, dari seratus menjadi satu. Qubbah (kubah) pun menjadi habbah (biji) berkat karunia Allah.

Tanpa itu, mereka yang membesar-besarkan permasalahan, merubah habbah (biji) menjadi qubbah (kubah) terkait kami, memanfaatkan kesempatan ini untuk menyebarkan segala kebohongan terhadap kami, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka mendorong masyarakat luas untuk mempercayai kebohongan-kebohongan itu.

Ketiga;

Jangan memikirkan ataupun merisaukan saya, karena keberadaan saya bersama kalian dalam satu bangunan yang sama, menghilangkan semua kesulitan, dan beban berat saya.

Ya, perkumpulan kita di sini sangat penting dari berbagai sisi dan memiliki banyak manfaat untuk pengabdian iman, bahkan hakikat-hakikat penting yang terkandung dalam “pelengkap bantahan” yang dikirim ke enam instansi tinggi kali ini, yang menarik perhatian mereka dan pemberlakuan vonis terhadap mereka –dalam batasan tertentu- melenyapkan seluruh beban berat dan keletihan kami.

Keempat;

Menyibukkan diri dengan Risalah-risalah An-Nur –sesempatnya- menghilangkan rasa jemu dan kesulitan, dan bisa juga dianggap sebagai lima bentuk ibadah.

Kelima;

Beratnya musibah sebelumnya telah mereda dari seratus menjadi satu berkat pelajaran Risalah-risalah An-Nur. Tanpa itu, tentu saja –menurut ruang dan waktu yang ada- habbah (biji) menjadi banyak sekali qubbah (kubah). Dengan kata lain, ini sama seperti melemparkan percikan api ke bubuk mesiu. Bahkan ada sekelompok pejabat resmi berkata, “Mereka yang mendengarkan pelajaran-pelajaran An-Nur, tidak akan ikut campur dalam urusan pemerintah.”

Andaikan semua orang mendengarkan pelajaran-pelajaran An-Nur, tentu tidak akan terjadi apapun.

Untuk itu wahai saudara-saudara saya sekalian, sebisa mungkin janganlah kalian membuka ruang untuk sikap dualisme ataupun perpecahan, agar tidak lagi semakin menambah sempitnya penjara dan rasa jemu. Hendaklah seluruh tahanan bersaudara dan saling mencintai laksana murid-murid An-Nur, jangan saling memutuskan hubungan satu sama lain.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


455. Page

Saudara-saudara sekalian yang setia dan tulus!

Wajib bagi kita untuk menerapkan aturan-aturan kilauan keikhlasan dan rahasia keikhlasan hakiki di antara sesama kita sebatas kemampuan kita dan dengan segenap kekuatan yang kita miliki, saya menurut berita yang meyakinkan, saya tahu tiga bulan yang lalu ada tiga orang ditugaskan untuk menebarkan kelemahan di antara saudara-saudara kita yang setia dengan menyebar perbedaan pemikiran dan aliran di antara sesama mereka, memanfaatkan mengendurnya semangat orang-orang kuat, menyebarkan syubhat, dugaan, dan rasa takut ke dalam hati mereka yang lemah, kurang sabar dan tabah, agar mereka tidak lagi mengabdi untuk An-Nur, sehingga mereka akan semakin memperpanjang masa tahanan kita tanpa alasan.

Untuk itu kalian harus benar-benar waspada! Kalian jangan sampai mengguncang cinta mendasar dan tulus yang mengikat hati kalian, karena guncangan kecil saja dalam ukhuwah dan cinta, meski sekecil satu biji kecil, tentu sangat membahayakan kita, karena sebagian ulama Denizli telah menjauhi kita hanya karena guncangan kecil.

Kami rela mengorbankan nyawa demi saudara-saudara kami jika memang diperlukan. Inilah yang dituntut oleh pengabdian Al-Qur'an dan iman pada kita. Untuk itu, jangan sampai kalian berkeluh kesah satu sama lain yang tentu saja akan menyebabkan ketegangan saraf akibat kesempitan atau karena faktor lain. Hendaknya kalian saling melapangkan satu sama lain dengan meningkatkan rasa cinta kepada saudara, meningkatkan ketulusan untuk sesama, membebankan kelalaian pada diri sendiri dengan sepenuh kerendahan hati dan penerimaan. Tanpa itu, kita akan tertimpa bahaya besar, karena habbah (biji) kecil akan menjadi qubbah (kubah) besar yang sulit dibenahi.

Saya singkat pembicaraan ini sampai sekian saja, seraya mengalihkan permasalahan ini kepada firasat kalian.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Berdasarkan sebuah peringatan maknawi yang penting, kalian memiliki satu atau dua tugas An-Nur yang penting; berusaha dengan segenap kemampuan yang kalian miliki untuk menyampaikan pelajaran-pelajaran Risalah-risalah An-Nur agar tidak memicu kecenderungan untuk berpihak pada kubu tertentu ataupun perpecahan diriwayatkan antara para tahanan malang di madrasah Yusuf (penjara) ketiga ini, mengingat para perusak yang berbahaya selalu mengintai di balik tirai untuk memanfaatkan perselisihan, tujuan-tujuan pribadi, kedengkian dan pembangkangan.

Mengingat sebagian besar sahabat-sahabat kita di penjara ini memiliki semangat heroik dan rela mengorbankan nyawa demi negara, umat dan orang-orang tercinta jika memang diperlukan, maka tidak diragukan bahwa para pemberani tersebut wajib mengorbankan pembangkangan, tujuan-tujuan pribadi, dan permusuhan demi keselamatan umat, kenyamanan para tahanan, dan terhindar dari kerusakan yang didalangi lawan-lawan terselubung yang beraksi secara rahasia demi kekacauan dan terorisme, mencampurkan pemikiran masyarakat luas dengan faham komunisme, sehingga mereka harus mengorbankan permusuhan yang sama sekali tidak ada manfaatnya itu, bahkan sangat berbahaya, terlebih pada saat sekarang yang aneh ini.


456. Page

Jika tidak demikian, maka persoalan ini –di tengah situasi sulit seperti saat ini- layaknya orang yang melemparkan percikan api ke dalam bubuk mesiu, dan akan membahayakan seratus tahanan lemah, murid-murid An-Nur yang tidak bersalah, dan juga provinsi Afion ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi sarana bagi ujung jari-jari asing nan terorganisir untuk masuk ke dalam negara ini.

Mengingat kita masuk penjara demi mereka berkat takdir ilahi, bahkan sebagian di antara kami tidak ingin meninggalkan penjara agar kebahagiaan dan kenikmatan maknawi mereka tetap terus bertahan, maka kami siap untuk mengorbankan kenyamanan dan kenikmatan kami demi kenyamanan saudara-saudara kami, kami rela menanggung segala kesempitan dan keluh kesah dengan kesabaran yang baik.

Untuk itu bagi saudara-saudara baru kami harus menjadi seperti tahanan-tahanan penjara Denizli, agar tidak saling berkeluh kesah satu sama lain, tidak memutuskan hubungan, tidak merasa jemu ataupun marah. Sebaliknya, mereka harus berdamai satu sama lain sebagai saudara-saudara yang saling mencintai, untuk menghibur perasaan saudara-saudara kita, juga demi menghormati bulan Sya’ban dan Ramadhan. Ini penting.

Kita semua –termasuk saya- menganggap mereka termasuk dalam lingkup murid-murid An-Nur, bahkan mereka termasuk dalam doa-doa kami.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Penundaan masa peradilan kita dan kedatangan saudara-saudara kita yang diizinkan untuk datang kemari pada saat peradilan, terdapat banyak sekali kebaikan di sana. Dan yang baik terdapat di dalam sesuatu yang dipilih Allah.

Ya! Persoalan Risalah-risalah An-Nur berkenaan dengan dunia Islam secara keseluruhan khususnya negeri ini. Untuk itu, kerumunan-kerumunan massa yang begitu banyak dan gaduh seperti ini menarik perhatian masyarakat umum kepada hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur.

Seperti itulah pelajaran-pelajaran Risalah-risalah An-Nur nan menawan disampaikan secara jelas kepada para kawan dan lawan, hingga rahasia paling tersembunyi dari pelajaran Risalah-risalah An-Nur diperlihatkan di hadapan musuh-musuh bebuyutannya tanpa ragu di tengah kerumunan-kerumunan yang berada di luar perkiraan dan kewaspadaan kami, tidak seperti cara menyembunyikan risalah-risalah yang biasa kami lakukan, berbanding terbalik dengan upaya merendahkan kedudukan Risalah-risalah An-Nur yang dilakukan lawan-lawan kami, terlebih kondisi ini berada di luar kemampuan dan kehendak kami.

Mengingat hakikatnya seperti ini, maka kita harus menganggap segala kesulitan yang kita hadapi di sini yang hanya sedikit, sebagai obat getir yang kita telan dengan sabar dan syukur seraya mengatakan, “Segala kondisi pasti berlalu.”


457. Page

Kedua;

Saya mengirim surat kepada kepala sekolah Yusuf (penjara) ini;

Ketika saya ditawan di Russia, revolusi bolshivisme terjadi pertama kali dari penjara, seperti halnya revolusi Perancis juga muncul dari penjara, dan diusung oleh para tahanan yang di dalam sejarah disebut sebagai kelompok anarkhis.

Untuk itu, kami murid-murid An-Nur di penjara Eskisehir, Denizli, dan Afion setiap saat berusaha sebisa mungkin untuk membenahi para tahanan. Usaha ini memunculkan buah baik di Eskisehir dan Denizli. Dan insya Allah akan memberikan lebih banyak manfaat lagi di sini.

Bahkan di tengah rentang waktu dan tempat yang sulit ini, badai[1] itu telah berlalu dan mereda, dari seratus menjadi satu karena pelajaran-pelajaran An-Nur, karena jika tidak seperti itu, tentu kecenderungan-kecenderungan di luar penjara yang merusak, yang selalu menantikan kesempatan, tentu memanfaatkan berbagai perselisihan dan kejadian-kejadian seperti ini, dan tentu melemparkan percikan-percikan api ke dalam bubuk mesiu dan memicu kebakaran.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat, tulus, dan teguh dalam pengabdian Al-Qur'an! Wahai mereka yang menjauhi kami karena tertimpa kesempitan!

Jiwa saya saat ini membuat saya sedih karena memikirkan kalian akibat kesempitan materi dan maknawi. Namun tiba-tiba sebuah fikiran terlintas ke dalam hati; andai kalian menghadapi sepuluh kali lipat dari kesulitan dan keletihan ini dan dalam bentuk lain, tentu tidak akan ada artinya demi bisa bertemu dengan salah seorang saudara di sini, pertemuan yang tidak akan lama lagi.

Selanjutnya, penting sekali bagi murid-murid An-Nur untuk bertemu secara bersama-sama setiap berapa tahun sekali, seperti halnya para ahli hakikat dulu bertemu sebanyak satu atau dua kali setiap tahunnya. Dalam pertemuan tersebut, mereka mengadakan perbincangan dan dialog sama seperti faham Risalah-risalah An-Nur yang berhias ketakwaan dan olah ruhani, persis seperti faham Risalah-risalah An-Nur dengan ciri menyampaikan pelajaran-pelajaran kepada semua orang, siapapun yang secara khusus memerlukan, dan bahkan kepada para penentang. Juga untuk membuat sosok maknawi angkat bicara dalam lingkupnya. Dengan demikian, madrasah Yusuf ini (penjara) adalah tempat terbaik bagi murid-murid An-Nur dan sangat tepat sekali untuk tujuan-tujuan tersebut, dimana berbagai beban berat terasa ringan, bahkan andaipun berupa seribu beban berat dan kesempitan.

Adanya sebagian saudara-saudara kita yang menjauh dan menarik diri dari medan amal untuk An-Nur karena merasa jemu mendekam di dalam penjara sebelumnya, ini merupakan kerugian besar bagi mereka, meski sama sekali tidak menimpakan bahaya apapun kepada Risalah-risalah An-Nur dan

[1] Maksudnya adalah pembanganan yang menyebar di tengah barisan para tahanan penjara Afion, namun murid-murid An-Nur tidakt terlibat dalam insiden ini. (Penulis)




458. Page

para murid An-Nur. Bahkan sebagai penggantinya, murid-murid lain yang lebih tabah dan tulus ikut bergabung.

Karena ujian dunia pasti berlalu dengan cepat dan memberikan pahala serta manfaatnya kepada kita, maka kita harus percaya kepada pertolongan ilahi seraya bersyukur kepada Rabb di sela-sela kesabaran.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Ketika kalian menyerahkan dua bagian akhir kepada kepala peradilan melalui perantara orang terhormat yang kalian pilih agar ia menelaah bagian tersebut secara tidak resmi, hendaklah bagian tersebut sudah diketik menggunakan huruf-huruf baru ataupun huruf-huruf lama, dan sertakan pula tulisan berikut bersamaan dengan keduanya;

Sa’id mengucapkan terimakasih banyak kepada Anda dan ia berpesan, “Para penjaga sudah membuka pintu-pintu jendela, hanya saja pihak penuntut umum tidak mengizinkan seorang pun di antara saudara-saudara saya untuk datang kemari. Ia mengharap dengan sangat kepada Anda agar mushaf yang disimpan di peradilan dan ditulis dengan khath yang sangat berharga dan luar biasa itu agar Anda kembalikan kepadanya untuk ia baca pada bulan-bulan yang diberkahi ini.

Perlu diketahui, tiga juz di antara mushaf tersebut telah dikirim ke jajaran kepemimpinan urusan agama, agar mereka mencetak mushaf tersebut. Lebih dari itu, ia berharap kepada Anda agar menyerahkan salah satu di antara rangkaian Risalah-risalah An-Nur yang telah diserahkan kepada peradilan, Anda serahkan kepadanya agar menjadi hiburan baginya dalam menghadapi pelucutan mutlak (dari segala hak-hak) dan kesempitan, di samping agar ia merasa senang dengan membaca dan menemani risalah tersebut dalam keterasingan.

Perlu diketahui, rangkaian-rangkaian Risalah-risalah An-Nur tersebut sudah melalui tiga atau empat peradilan, namun mereka sama sekali tidak mengusiknya. Terlebih, banyak kalangan ulama Makkah Al-Mukarramah, Madinah Al-Munawwarah, Syam, Aleppo, dan para tokoh ulama Al-Azhar di Mesir, memberikan penghormatan pada Risalah-risalah An-Nur, bahkan mereka kagum tanpa sedikit pun memberikan kritikan ataupun mengusiknya, berdasarkan kesaksian para jamaah haji yang sudah pulang.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


459. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Faidhi punya dua salinan hizb An-Nur. Jika kalian tidak membutuhkannya, kirimkan dua salinan tersebut kepada saya, atau hendaknya Muhammad Faidhi membuat salinan lain. selebihnya, kami memerlukan risalah Ramadhan dan risalah “ayat besar” yang sudah dicetak.

Segera mungkin kalian perbaiki sikap kasar yang ada di antara kalian.

Waspadalah terhadap hal ini, karena penyimpangan sekecil apapun akan menimpakan bahaya pada lingkup An-Nur. Untuk itu, kalian jangan bertindak emosional karena perasaan-perasaan yang muncul akibat kesempitan. Ledakan mesin penghangat mengisyaratkan insiden ini.


Sa’id An-Nursi


* * *

Saudara-saudara saya yang terhormat dan tulus;

Husrau, Muhammad Faidhi, dan Shabri

Saya berharap untuk berpesan kepada kalian dengan sepenuh kepercayaan saya agar menjaga keselamatan Risalah-risalah An-Nur, setelah itu saya masuk ke dalam kubur dengan tenang hati. Saya yakin, apapun yang terjadi, tidak akan ada sesuatupun yang menghalangi kalian satu sama lain. Saat ini terdapat pemberitahuan resmi yang ditulis dengan huruf besar bertujuan untuk memicu sikap kasar di antara para tokoh murid-murid An-Nur.

Mengingat kalian siap mengorbankan nyawa demi orang lain –jika memang diperlukan- sesuai tuntutan kesetiaan tulus kalian dan ikatan kalian dengan Risalah-risalah An-Nur nan kuat, maka tidak diragukan, dan bahkan kalian wajib mengorbankan perasaan-perasaan kecil dan sepintas lalu yang tidak penting demi kebaikan orang lain, karena jika tidak demikian, tentu di tengah situasi seperti ini kita akan tertimpa bahaya-bahaya besar, dan tidak menutup kemungkinan terjadinya perpecahan dalam lingkup An-Nur. Saat menuturkan kata-kata ini, saya gemetar karena takut pada nasib seperti itu.

Sejak tiga hari silam, saya tertimpa kesulitan berat yang belum pernah saya lihat sebelumnya, dan mengguncang saya sangat keras. Saat ini saya tahu pasti, ketergantungan kalian satu sama lain, meski sekecil apapun –laksana bulu yang mengenai mata- akan menimpa laksana bom dalam kehidupan An-Nur kita.

Bahkan saya juga perlu menyampaikan hal berikut kepada kalian; ada usaha-usaha melelahkan untuk memperlihatkan bahwa kita terkait dengan insiden keributan sebelumnya. untuk itu, saat ini mereka berusaha menyebarkan sikap kasar –meski hanya sedikit- di antara kalian.

Saya memutuskan untuk tidak memperhatikan kelalaian siapapun di antara kalian, meski saya harus menanggung berbagai beban berat dan kesulitan sepuluh kali lipat melebihi dari yang kalian rasakan demi menjaga perasaan kalian. Untuk itu, saya atas nama guru maknawi murid-murid An-Nur, meminta kalian untuk meninggalkan sikap egois dan jangan menerapkan sikap tersebut, baik dalam saat benar ataupun salah.

Jika memang ada jari-jari tersembunyi yang bermain di tempat aneh tersebut karena keberadaan kalian, maka hendaknya salah seorang di antara kalian pergi ke aula Thahiri.


Sa’id An-Nursi


* * *


460. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus, dan teman-teman sekolah di madrasah Yusuf (penjara) ini!

Malam berikutnya adalah malam pertengahan Sya’ban. Malam tersebut laksana benih luhur untuk satu tahun penuh dan semacam program untuk takdir-takdir umat manusia. Karena itulah malam pertengahan Sya’ban meraih sebagian kesucian malam qadar.

Seperti halnya kebaikan-kebaikan dilipatgandakan hingga 30 ribu kali pada malam qadar, seperti itu pula amal shalih dan setiap huruf Al-Qur'an yang dibaca pada malam pertengahan Sya’ban, terangkat hingga duapuluh ribu pahala.

Jika kebaikan dilipatgandakan hingga sepuluh kali di seluruh waktu, maka pada tiga bulan (Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan) kebaikan terangkat hingga seratus dan bahkan seribu kalinya. Pada malam-malam masyhur seperti ini, kebaikan terangkat menjadi sepuluh, duapuluh dan tigapuluh ribu kali.

Malam-malam yang diberkahi ini setara dengan ibadah limapuluh tahun. Untuk itu, manfaatkan –sebisa mungkin- dengan membaca Al-Qur'an, beristighfar, dan bershalawat kepada Rasulullah Saw.

Di malam ini terdapat keuntungan yang sangat besar sekali.

 

Sa’id An-Nursi

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته أبدا دائما

 

Semoga Allah menyelamatkan kalian di dunia dan akhirat.

Kami mendoakan berkah untuk kalian pada malam pertengahan Sya’ban dengan sepenuh hati dan jiwa kami. Itulah malam dimana orang beriman bisa meraih usia maknawi setara 50 tahun ibadah. Untuk itu, setiap murid An-Nur yang tulus ikhlas pada malam hari ini, ia seakan beribadah kepada Rabb dan memohon ampun kepada-Nya dengan 40 ribu lisan seperti sebagian malaikat yang bertasbih dengan 40 ribu lisan.

Kami mengharap dari rahmat Allah dengan ketenangan sempurna, dengan kebersamaan maknawi, dan dengan kerjasama maknawi.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

 


461. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Pertama;

Ada sebagian orang menentang suatu permasalahan dari “sinar kelima” berkenaan dengan Dajjal karena terpengaruh oleh pernyataan para pengikut hawa nafsu dan para ahli bid’ah dari kalangan ulama yang mengingkari munculnya Dajjal, atau bahkan jumlah pada Dajjal (para pendusta) dalam Islam.

Hadits nabawi berikut ini mungkin menjadi dalil terbaik untuk meruntuhkan pernyataan-pernyataan tersebut.

Disebutkan dalam hadits shahih;

“Khilafah akan terus berada pada anak pamanku –saudara kandung ayahku- Abbas, hingga ia menyerahkannya kepada Dajjal.”

Selain sebagai salah satu mukjizat menawan di antara mukjizat-mukjizat nabi kita Saw., hadits nabawi ini secara tegas menunjukkan bahwa khilafah Abbasiyah akan muncul dan akan berlangsung lama sekitar 500 tahun, kemudian hancur di tangan salah satu di antara tiga Dajjal seperti Jengish Khan dan Holako, lalu ia memimpin kekuasaan Dajjal di dunia Islam.

Dengan kata lain, hadits ini secara tekstual menunjukkan bahwa dunia Islam akan tertimpa fitnah tiga Dajjal sesuai penjelasan berbagai hadits terkait masalah ini.

Berita gaib dalam hadits ini mengandung dua mukjizat nyata di antara mukjizat-mukjizat Rasulullah Saw.

Pertama; khilafah Abbasiyah akan muncul di kemudian hari dan akan berlangsung selama 500 tahun.

Kedua; khilafah ini akan runtuh di tangan Dajjal yang zalim dan semena-mena seperti Jengish Khan dan Holako.

Aneh sekali! Mungkinkah pemilik syariat yang di dalam kitab-kitab hadits mengabarkan tentang hal-hal kecil terkait syiar-syiar Islam dan Al-Qur'an, lantas tidak memberitahukan tentang kejadian-kejadian aneh di zaman kita ini? Mungkinkah murid-murid An-Nur yang menazarkan diri demi pengabdian Al-Qur'an secara tulus dan dalam bentuk nan menawan dan luas, pengabdian-pengabdian yang diakui para lawan dan kawan itu tidak diisyaratkan dalam hadits-hadits, khususnya di tengah zaman aneh seperti zaman kita sekarang ini, dan di tengah situasi sulit seperti situasi-situasi kita ini,?!

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 


462. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Kepada;

Pemimpin An-Nur yang terhormat, pengabdi Al-Qur'an, saudara saya; Rafat Bek

 

Risalah ini merupakan satu noktah di antara sekian banyak noktah ayat mulia berikut;


 وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ

 “Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan.” (QS. Al-Baqarah: 61)

Kala kaum Yahudi berlebihan mencintai kehidupan dan rakus terhadap dunia, mereka patut mendapatkan tamparan nista dan kehinaan kapanpun dan di manapun.

Hanya saja terkait persoalan Palestina ada sedikit perbedaan, karena cinta hidup dan rakus dunia yang sudah menjadi tabiat dan kebiasaan Yahudi sepanjang masa, menempati posisi perasaan kebangsaan dan keagamaan, dimana mereka mulai merasa bahwa Palestina merupakan kuburan Bani Israil dan para nabi terdahulu berasal dari kaum mereka.

Mengacu kepada perasaan kebangsaan dan keagamaan ini, mereka tidak menerima tamparan pelajaran dengan cepat kali ini. Jika tidak demikian, lantas bagaimana sekelompok kecil mampu hidup bertahan di tengah masyarakat Arab nan begitu besar yang mengelilingi dari segala penjuru itu tanpa menerima tamparan cepat dan mereka tidak tertimpa kenistaan dan kehinaan.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

Pertanyaan;

Adakah ayat Al-Qur'an yang menunjukkan bumi ini bulat, dan di surat yang mana, karena dalam fikiran saya terdapat syubhat seputar bumi ini apakah datar ataukah bulat, di samping kawasan setiap pemerintahan negara di batasi lautan, lantas siapa gerangan yang menjaga ujung-ujung lautan yang luas ini?

Mulla Ali, dari Emirdag

Jawab;

Risalah-risalah An-Nur sudah membahas permasalahan ini dan permasalahan-permasalahan sejenis lainnya. Perlu diketahui, ulama menerima bahwa bumi ini bulat, dan hal tersebut tidak berseberangan dengan agama. Ayat yang menunjukkan bumi ini dihamparkan, bukan berarti tidak menunjukkan bahwa bumi ini bulat.

Menghadap kiblat adalah salah satu syarat shalat menurut para ahli ijtihad, dan syarat berlaku untuk semua rukun. Untuk itu, menghadap kiblat wajib saat rukuk dan sujud. Dan ini hanya bisa berlaku jika bumi ini berbentuk bulat. Kiblat menurut pengertian syariat merupakan tiang cahaya yang naik dari atas Ka’bah hingga Arsy. Untuk itu, menghadap kiblat dalam rukun-rukun shalat hanya berlaku jika bumi ini bulat, dan kiblat sebagai tiang cahaya, seperti yang telah kami sebutkan.


Sa’id An-Nursi


* * *


463. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ

“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Isra`: 44)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Dengan sepenuh hati dan ruhani, kami memberkahi datangnya bulan Ramadhan Al-Mubarak, dan kami memohon kepada Allah semoga menjadikan malam qadar lebih baik dari seribu bulan untuk kalian, amin, dan menerimanya dari kalian semua setara dengan delapanpuluh tahun usia yang dihabiskan dengan beribadah, amin.

Kedua;

Saya yakin, keberadaan kita di tempat ini hingga hari ‘id adalah sebuah kebaikan dan manfaat besar, karena jika kita dibebaskan, tentu kita terhalang dari kebaikan-kebaikan madrasah Yusuf (penjara) ini. Terlebih, kita akan disibukkan oleh urusan-urusan dunia di bulan yang diberkahi ini, bulan Ramadhan yang murni sebagai bulan akhirat, dan tentu saja akan merusak kehidupan spiritual kita.

Untuk itu, kebaikan ada pada sesuatu yang dipilih Allah, dan insya Allah akan terdapat kebahagiaan dan kebaikan yang lebih banyak. Kalian juga mengetahui dalam peradilan wahai saudara-saudara saya, bahwa mereka tidak mampu menemukan bukti apapun yang bisa menjerat kita, bahkan dengan undang-undang mereka sendiri. Untuk itu, mereka bergantung pada masalah-masalah sepele yang tidak ada sangkut pautnya dengan undang-undang, hingga mereka mengorek tulisan-tulisan dan masalah-masalah sepele yang bersifat sangat pribadi, karena mereka tidak menemukan celah untuk mengusik kita dari permasalahan-permasalahan besar An-Nur.

Selanjutnya kita memiliki maslahat lain, yaitu mereka menyibukkan diri mengurus pribadi saya yang tidak penting ini, mereka merendahkan martabat saya, bukannya sibuk mengurus murid-murid An-Nur yang begitu banyak dan Risalah-risalah An-Nur yang tersebar luas, sehingga takdir ilahi tidak memperkenankan mereka mengusik murid-murid An-Nur dan Risalah-risalah An-Nur. Mereka hanya sibuk mengurus diri saya.

Saya ingin menjelaskan kepada kalian, seluruh sahabat dan teman-teman saya;

Dengan senang hati, dengan sepenuh jiwa dan raga yang saya miliki, bahkan dengan nafsu amarah yang ada dalam diri saya, saya menerima seluruh beban berat yang menimpa diri saya demi keselamatan Risalah-risalah An-Nur dan kalian semua. Mengingat surga tidak murah, seperti itu pula neraka juga bukan sesuatu yang melebihi kebutuhan.

Mengingat dunia dan segala beban beratnya fana dan pasti berlalu dengan cepat, maka segala kezaliman yang ditimpakan musuh-musuh terselubung kita kepada kita, kita akan membalas mereka 

464. Page

berlipat-lipat kali, bahkan hingga seratus kali lipat di hadapan peradilan terbesar di akhirat, dan sebagian kecil di antaranya di dunia.

Bukannya merasa dengki ataupun marah kepada mereka, kami justru menyesalkan kondisi mereka.

Mengingat hakikatnya demikian, maka kita harus bertawakal kepada Allah, berserah diri atas segala takdir ilahi yang berlaku dan pertolongan ilahi yang menjaga kita tanpa merasa resah, dan harus waspada, menghiasi diri dengan kesabaran dan syukur, memperkuat tali-tali cinta kasih dan persatuan, berdialog dengan saudara-saudara di sini di hari-hari yang diberkahi pada bulan yang diberkahi ini; bulan Ramadhan, melalui hari-hari bulan Ramadhan dalam suasana persaudaraan tulus, hiburan indah, dan ikatan kuat, serta menyibukkan diri dengan berzikir di bulan ini yang mengangkat pahala hingga seribu kali lipat, berusaha untuk tidak marah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang pasti berlaku dan fana ini, dan tekun mempelajari pelajaran-pelajaran ilmiah kita.

Ini adalah bagian besar yang Allah berikan kepada siapa yang Ia kehendaki.

Pelajaran-pelajaran An-Nur sangat berpengaruh dengan baik di tengah ujian berat seperti ini. Membacakan pelajaran-pelajaran An-Nur bahkan terhadap para penentang, adalah kemenangan-kemenangan An-Nur yang begitu penting dan bernilai.

Tambahan;

Adanya sebagian di antara saudara-saudara kita memungkiri sebagai murid-murid An-Nur tanpa adanya keperluan untuk itu, khususnya saudara … (tidak disebutkan namanya), di samping menutupi pengabdian-pengabdian An-Nur sebelumnya nan luhur tanpa adanya keharusan untuk itu, meski tindakan ini termasuk perbuatan buruk, namun pengabdian-pengabdian mereka sebelumnya membuat kami memaafkan dan tidak marah pada mereka.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


465. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya


وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ

“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Isra`: 44)


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Malam-malam yang akan datang memberikan delapanpuluh sekian tahun usia penuh ibadah pada seseorang. Besar kemungkinan malam qadar terjadi pada malam-malam tersebut sesuai yang disebutkan dalam hadits shahih;

“Carilah malam qadar pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.”[1] Untuk itu, kita harus memanfaatkan kesempatan berharga ini, karena inilah kebahagiaan besar, khususnya di tempat-tempat yang mendatangkan pahala seperti ini.

Kedua;

Sesuai kandungan pepatah yang mengatakan, “Siapa beriman kepada takdir, ia terhindar dari kesedihan.” Juga sesuai kaidah bijak, “Ambillah yang terbaik dari segala sesuatu.” Demikian halnya firman Allah Swt.;


الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ

 “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar: 18)

Mengacu pada ayat dan kaidah-kaidah di atas, kita harus memandang segala sesuatu dari sisi yang baik, agar hati kita tidak sibuk dengan kondisi-kondisi buruk yang tiada berguna yang tidak kita perlukan, bahkan merugikan dan menimbulkan kesempitan.

Seperti disebutkan dalam “kalimat kedelapan,” ada dua orang, salah satunya masuk ke dalam taman sementara yang lain meninggalkannya. Orang beruntung dan bahagia adalah orang yang melihat bunga-bunga dan segala obyek indah di taman, sehingga ia merasa lapang dada, nyaman dan senang. Sementara orang satunya lagi yang sengsara, pandangannya hanya tertuju pada benda-benda kotor dan rusak karena ia tidak mampu membersihkan semua itu, ia kemudian merasa mual dan sesak, bukannya bersenang-senang di taman, dan justru meninggalkannya.

Lembaran-lembaran kehidupan sosial umat manusia saat ini, terlebih madrasah Yusuf (penjara) laksana taman. Di sana terdapat hal-hal yang buruk dan baik, hal-hal yang menyedihkan dan yang menyenangkan secara berhadapan. Untuk itu, orang cerdas adalah orang yang menyibukkan diri dengan hal-hal indah tanpa memperdulikan yang buruk dan rusak, sehingga ia bersyukur kepada Rabb dan merasa bahagia, bukannya mengeluh dan risau.


Sa’id An-Nursi


* * *


[1] Baca; Shahih Al-Bukhari, kitab: keutamaan malam qadar, hadits nomor 3, Shahih Muslim, kitab; puasa, bab; keutamaan malam qadar, hadits nomor 1165-1176.




466. Page

 

Saudara-saudara sekalian yang terhormat, tulus, dan tegar!

Dengan sepenuh ruhani dan kalbu, saya memberkahi kalian, karena kalian telah memerban luka kami dengan cepat, sehingga saya benar-benar merasa bahagia dan senang pada malam ini karena luka saya sudah sembuh.

Seperti diketahui, madrasah Az-Zahra kini semakin meluas, membekali banyak fikiran dan hati dengan rahasia keikhlasan hakiki, pengorbanan, meninggalkan sifat egois, dan bersikap rendah hati secara sempurna dalam lingkup An-Nur. Madrasah Az-Zahra menyebarkan hal-hal tersebut di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, jangan sampai pelajaran-pelajaran kuat dan ikatan ukhuwah nan kokoh tersebut dirusak oleh hal-hal sepintas lalu yang bersifat parsial yang muncul dari perasaan dan emosi.

Kilauan keikhlasan adalah penasehat terbaik dalam persoalan ini.

Saat ini, sebuah rencana besar dirancang untuk menyerang kita, memecah belah Risalah-risalah An-Nur, mengguncang ikatan di antara murid-murid An-Nur dengan cara menyebarkan perilaku kasar di antara murid-murid An-Nur, memunculkan rasa jemu di antara sesama mereka, dan menciptakan perpecahan dari sisi perbedaan faham dan pemikiran.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara saya yang terhormat;

Sayyid Rafat

 

Dengan kesucian Al-Qur'an, dengan hak ikatan Al-Qur'an kalian, dan dengan kemuliaan pengabdian agung kalian dalam faham An-Nur selama duapuluh tahun, hilangkanlah sikap memutuskan hubungan dan amarah di antara kalian, karena sikap seperti ini merupakan hal besar. Meski terlihat kecil secara lahir, namun menyakitkan bagi situasi kita saat ini.

Sikap seperti ini menjadi bantuan besar bagi orang-orang munafik terselubung yang berusaha untuk membinasakan dan melenyapkan kita. Saudara-saudara saya sekalian! Tinggalkanlah amarah di antara sesama kalian, karena bersikap marah satu sama lain laksana melemparkan percikan api ke dalam bubuk mesiu. Doronglah yang lain agar meninggalkan amarah. Jika tidak demikian, besar kemungkinan ber-rithel-rithel mara bahaya akan menimpa kita, juga pengabdian Al-Qur'an dan iman, hanya gara-gara hak kecil dan bersifat pribadi yang tidak setara dengan satu dirham.

Seraya bersumpah dengan nama Allah, saya menenangkan kalian, jika seseorang di antara kalian yang menghina dan meruntuhkan kemuliaan pribadi saya secara keseluruhan, namun dalam saat yang bersamaan ia tidak melepaskan diri dari pengabdian Al-Qur'an, iman, dan An-Nur, maka saya memaafkannya, saya mengalah untuk menuntut hak saya, saya berdamai dan berusaha untuk tidak marah kepadanya.


467. Page

Karena kalian tahu musuh-musuh kita memanfaatkan sikap kasar di antara sesama saudara, maka kalian harus segera berdamai, tinggalkan sikap manja yang tiada berguna, bahkan sangat berbahaya. Jika tidak, bahaya besar akan menimpa pengabdian iman kita.

Mengingat pertolongan ilahi memberi kita banyak orang sebagai pengganti mereka yang hilang dan memisahkan diri dari kita, maka pertolongan ilahi akan membantu dan memberikan dukungan pada kita dengan izin Allah.


Sa’id An-Nursi

 

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Kalian tidak perlu risau, karena kami berada di dalam naungan dan penjagaan pertolongan ilahi. Beban-beban berat secara lahir mengandung banyak sekali rahmat. Mereka memaksa para pakar ahli agar merendahkan satu bagian saja di antara risalah-risalah An-Nur. Tidak diragukan, hati para dewan ahli sudah menjadi bagian dari orang-orang An-Nur.


Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang tulus dan tegar yang tidak tertimpa keresahan dan guncangan, juga tidak meninggalkan akhirat dengan kembali ke dunia nan fana!

Kalian jangan bersedih karena kita harus bertahan di tempat ini lebih lama lagi karena mereka ingin memperlebar permasalahan kita. Kalian harus ridha dan bersyukur, seperti halnya saya, karena usia tiada pernah berhenti. Usia selalu melangkah menuju ketiadaan, dan usia meraih keabadian melalui buah-buah akhirat di tempat-tempat i’tikaf seperti ini, terlebih lingkup pelajaran Risalah-risalah An-Nur kian meluas.

Sebagai contoh; ulama dewan ahli terpaksa membaca “lentera An-Nur” secara seksama. Perlu diketahui, kemungkinan adanya kekurangan dalam pengabdian iman kita –dari satu atau dua sisi- mungkin saja ada jika kita dibebaskan saat ini.

Saya tidak berminat untuk meninggalkan penjara, meski saya menghadapi banyak beban berat melebihi kalian. Kalian pun demikian, usahakan sebatas kemampuan untuk bersabar, tabah, melatih pola kehidupan di tempat ini dengan menyibukkan diri menyalin dan mempelajari Risalah-risalah An-Nur, agar kalian menemukan hiburan dan kesenangan.


Sa’id An-Nursi

 

* * *


468. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Mungkin ada beberapa di antara kita hendak bepergian untuk menunaikan kewajiban haji pada tahun ini andai saja diizinkan. Kita memohon kepada Allah semoga menerima niat kita ini, seakan kita bepergian untuk menunaikan haji dengan sebenarnya, memberikan pahala besar kepada kita atas pengabdian iman dan An-Nur seperti pahala haji di tengah situasi dan kondisi penuh dengan kesulitan dan beban berat yang kita hadapi saat ini.

Kedua;

Risalah-risalah An-Nur adalah tafsir Al-Qur'anul Karim nan berharga dan hakiki, seperti yang sering kami katakan. Saat ini, terlintas di dalam benak saya untuk menjelaskan sebuah hakikat mengingat makna hakiki dari hakikat tersebut kurang jelas.

Tafsir ada dua macam;

 Pertama; tafsir yang lazim diketahui, yang menjelaskan dan menegaskan makna kata-kata dan rangkaian kalimat Al-Qur'an.

Kedua; penjelasan dan penegasan hakikat-hakikat iman Al-Qur'an dengan dikuatkan hujah-hujah dan dalil-dalil yang jelas. Tafsir bagian ini sangat penting sekali.

Tafsir-tafsir yang dikenal dan beredar luas terkadang hanya membahas tafsir jenis kedua secara garis besar, dan Risalah-risalah An-Nur menjadikan jenis tafsir ini sebagai asasnya secara langsung. Risalah-risalah An-Nur adalah tafsir maknawi Al-Qur'anul Karim yang membungkam para filosof yang paling membangkang.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Apakah gerangan kami dan Risalah-risalah An-Nur lebih berbahaya di tengah-tengah masyarakat, dimana setiap penulis urat kabar menulis apapun semaunya dan setiap kelompok membentuk perkumpulan secara bebas tanpa campur tangan siapapun? Padahal ketika pendidikan agama lenyap, kaum muslimin tidak akan memiliki sarana kekuasaan selain kesewenang-wenangan mutlak dan suap yang tiada terbatas, karena seperti halnya orang muslim yang meninggalkan agamanya tidak bisa menjadi orang Yahudi atau Nasrani murni, tapi menjadi atheis dan tersesat sangat jauh sekali, demikian pula ia tidak hanya menjadi orang komunis semata, tapi juga menjadi anarkhis dan teroris. Saat itu, pemerintahan kekuasaannya tidak lain berbentuk kesewenang-wenangan absolut.

Sementara kami murid-murid An-Nur, kami berusaha untuk membantu pemerintahan, memperkuat keamanan dan negara, memberikan kebahagiaan kepada umat dan bangsa. Mereka yang 

469. Page

memusuhi kami adalah para teroris atheis, musuh-musuh umat dan bangsa. Untuk itu, pemerintah seharusnya bahkan wajib berupaya melindungi dan membantu kami, bukannya mengusik dan memperlakukan kami secara semena-mena.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Pembebasan terhadap Rafat, Adham, anggota keluarga Jalisykhan, Burhan, dan murid-murid An-Nur lain yang menyebarkan Risalah-risalah An-Nur, menunjukkan bahwa penyebaran Risalah-risalah An-Nur tidak terlarang, sehingga pemerintah tidak mengusik risalah-risalah tersebut.

Kedua;

Pembebasan tersebut merupakan indikasi putusan tidak adanya pembentukan partai ataupun organisasi.

Ketiga;

Memperpanjang masa permasalahan kita dan menarik perhatian publik terhadap Risalah-risalah An-Nur dalam lingkup yang luas, tidak lain sama seperti seruan umum untuk membaca Risalah-risalah An-Nur dan pemberitahuan resmi yang menggugah keinginan para pendengar yang merindukan untuk membacanya. Memperpanjang masa penahanan merupakan sarana bagi kami dan juga orang-orang beriman untuk meraih manfaat-manfaat agung yang seratus kali berada di atas beban-beban berat kami. Juga sebagai isyarat pengaruh pelajaran keimanan nan suci dalam lingkup yang lebih luas di bumi –laksana bom atom- melawan serangan-serangan total, menyeluruh, kasar, dan rakus yang dilancarkan para pasukan kesesatan besar di zaman sekarang ini.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya yang terhormat dan setia;

Rafat, Muhammad Faidhi, dan Shabri

Saya menerima peringatan kalbu, maka secara tulus saya berharap kepada kalian demi Risalah-risalah An-Nur, demi keberkahan ‘id dan demi hak-hak ukhuwah sebelumnya di antara kita;

Wahai ketiga saudara saya, berusahalah untuk memerban luka baru kami yang menganga lebar, karena musuh-musuh kita melancarkan dua rencana terhadap kita;


470. Page

Pertama; merendahkan kedudukan saya.

Kedua; menyebarkan sikap kasar di antara kita, menebar semangat untuk mengkritik, menentang dan marah di antara sesama kalian, khususnya terhadap Husrau.

Saya sampaikan kepada kalian, andaipun Husau memiliki seribu kelalaian dan kelalaian, saya tetap takut untuk membicarakannya, karena membicarakan sosok seperti Husrau adalah sebuah pengkhianatan besar untuk saat ini, karena membicarakannya berarti membicarakan Risalah-risalah An-Nur secara langsung, dan juga saya. Hal tersebut tentu saja menguntungkan pihak-pihak yang memperlemah kita. Ini adalah sebuah pengkhianatan besar hingga mesin penghangat saya meledak.

Saya yakin, siksaan yang menimpa saya akhir-akhir ini akibat terlepasnya ikatan di antara kalian yang sama sekali tidak punya tujuan apapun, bahkan sangat membahayakan.

Jari-jari besar ikut bermain di dalam penjara ini, khususnya di ruang nomor 6. Wahai saudara-saudara saya! Janganlah kalian membuat saya menangis dan sedih di hari ‘id ini. Segeralah kalian berdamai dari hati.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Saya berharap mereka saat ini membebaskan dua atau tiga di antara saudara-saudara kami. Hanya saja pertolongan ilahi menunda kebebasan mereka karena serangkaian manfaat yang akan mereka raih. Bahkan, keberadaan kita di tengah situasi yang hampir berlaku selama duapuluh hari seperti ini, penting adanya, bahkan sangat penting sekali, karena keberadaan kita di hari ‘id ini secara bersamaan adalah penting untuk kita sendiri, untuk Risalah-risalah An-Nur, pengabdian kita, dan kenyamanan kita baik secara materi maupun spiritual.

Mari kita mengambil bagian kita secara penuh dari doa para jamaah haji, juga untuk keselamatan Risalah-risalah An-Nur yang dikirim ke Ankara setelah dicekal sebelumnya. Mudah-mudahan jumlah orang yang simpati terhadap kita semakin meningkat karena kita dizalimi, sehingga mereka menganut faham An-Nur. Dan hendaknya peristiwa ini menjadi bukti bahwa kami tidak berkhianat terhadap bangsa dan umat dengan membiarkan kesalahan-kesalahan besar dilakukan untuk saat ini.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


471. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Penjara adalah tempat terbaik bagi kita di saat-saat yang penuh dengan syubhat, dugaan, guncangan dan keresahan seperti saat ini. Dengan izin Allah, Risalah-risalah An-Nur akan memberikan kebebasan kepada kita dan juga mereka, karena selama Risalah-risalah An-Nur membacakan dirinya sendiri dalam bentuk tiada bandingnya dan hingga sedemikian luas di tengah situasi-situasi sulit seperti saat ini dan di balik banyak sekali lawan-lawan yang menentang. Di samping mendorong murid-muridnya untuk melakukan berbagai amal untuk Islam di dalam penjara, tanpa memberikan ruang untuk menghinakan mereka berkat pertolongan ilahi.

Untuk itu, kita dibebankan untuk bersyukur kepada Allah dan mempercayai hal ini, bukannya mengeluh.

Ketabahan saya untuk memikul berbagai beban berat dan kesulitan, semata muncul karena keyakinan dan kepercayaan ini, sehingga saya tidak ikut campur dalam kehendak Allah.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Salah satu di antara dua salinan risalah ada pada saya, dan satunya lagi di pedang kepala penjara. Saya minta, koreksilah salinan lainnya dengan mengacu pada salinan dengan tulisan tangan saya.

Ketika saat membaca risalah “ayat besar” kali ini, saya merasa risalah ini memiliki nilai penting dan luhur, khususnya maqam kedua dan dialog maknawi di bagian akhirnya. Saya benar-benar mendapatkan manfaat dari risalah tersebut.

Agar kalian juga bisa memetik manfaat, hendaknya sebagian di antara kalian membaca dan yang lain mendengar, dan hendaknya dua di antara saudara-saudara kita menelaah di sela-sela proses koreksi dan jangan menganggur.

Kedua;

“Kalimat kesepuluh” yang khusus terkait saya dan surat-surat yang ada di sini dan di tempat-tempat lain jangan dibuang, jangan diabaikan tanpa dibaca. Saya menyerahkan pengawasan terhadap surat-surat ini kepada Jailan.[1]

 

Sa’id An-Nursi

* * *


[1] Lahir di Emirdag, provinsi Afion, pada tahun 1933, ia selalu mendampingi Ustadz An-Nursi saat masih berusia 11 tahun, dan meninggal dunia pada tahun 1963 pasca kecelakaan mobil. (Penerjemah)




472. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat, tulus dan tegar!

Pertama;

Penundaan (putusan atas) permasalahan kita mengandung kebaikan, dan kebaikan terdapat di dalam sesuatu yang dipilih Allah. Hati saya menginginkan penundaan ini, dan putusan bebas terhadap Risalah-risalah An-Nur juga mengharuskan demikian. Dengan penundaan ini, insya Allah mereka akan mendapat pertolongan untuk memberikan hiburan di antara kalian, memperkuat spirit maknawi, mendorong untuk belajar, membuat pertemuan-pertemuan yang baik, menyalin dan menelaah Risalah-risalah An-Nur, melenyapkan titik zahmah (kesempitan) untuk selanjutnya dirubah menjadi rahmah (rahmat), merubah saat-saat nan fana menjadi saat-saat kekal abadi.

Kedua;

Ucapan selamat hari raya berlaku di rumah singgah sementara milik peradilan. Untuk itu, kami mengirim manisan ‘id untuk kalian; air zamzam pemberian walikota Kaunia, saudara Zubair, dan madu desa Nurs yang begitu besar artinya bagi saya. Tuangkan air di wadah madu, aduklah dengan baik, kemudian tuangkan air Zamzam. Silahkan kalian minum dengan sedap lagi baik akibatnya.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat, tulus dan tegar!

Sebuah pertanyaan yang memiliki tujuan penting disampaikan kepada saya, dari sumber yang sangat penting. Mereka bertanya sebagai berikut;

Meski kalian bukan organisasi berdasarkan kesaksian tiga peradilan yang telah mengeluarkan putusan bebas terkait persoalan ini, dan setelah enam provinsi melakukan tugas pengawasan dan mata-mata selama duapuluh tahun lamanya, pada akhirnya terbukti bahwa kalian tidak terkait dengan tudingan tersebut, tudingan yang dari awal memang dibuat-buat. Meski demikian, hubungan yang mengikat murid-murid An-Nur satu sama lain tiada bandingnya dalam organisasi ataupun lembaga manapun.

Bisakah Anda berkenan menjelaskan masalah ini dan menguraikan kerumitan ini?

Dan berikut jawaban yang saya sampaikan kepada mereka;

Ya, murid-murid An-Nur bukanlah organisasi ataupun semi-organisasi, dan mereka tidak akan menjadi seperti itu, terlebih mereka menjauhkan diri untuk bergabung kepada organisasi-organisasi yang dibentuk untuk tujuan-tujuan pribadi ataupun kelompok, dengan sasaran untuk meraih kepentingan-kepentingan politik ataupun dunia –entah bersifat positif ataupun negatif.

Mengingat anak cucu para pahlawan negeri ini adalah pasukan-pasukan berani mati yang rela mengorbankan jutaan nyawa –dengan sepenuh rasa senang dan rela hati- demi meraih tingkatan mati syahid, tentu saja mereka mewariskan sebagian dari semangat pengorbanan tersebut, hingga mereka memperlihatkan ikatan luar biasa yang mendorong saudara mereka yang lemah tak berdaya ini untuk berkata di hadapan peradilan Denizli;


473. Page

“Hakikat yang ditebus jutaan pahlawan dengan kepala-kepala mereka, kepala-kepala kami juga menjadi tebusan untuknya.”

Ia mengatakan kata-kata tersebut atas nama mereka, hingga membuat peradilan terdiam, bingung, dan tercengang.

Dengan kata lain, di antara murid-murid An-Nur terdapat para pahlawan hakiki yang rela berkorban nyawa, tulus dan ikhlas karena Allah semata, hanya menginginkan wajah-Nya, menggapai ridha-Nya, dan kehidupan akhirat, sehingga orang-orang Masoni, komunis, para pengikut kesesatan, pembuat onar, orang-orang zindiq, atheis, organisasi Thasynaq dan organisasi-organisasi berbahaya lainnya, tidak menemukan celah untuk mengalahkan murid-murid An-Nur. Akhirnya, mereka memperdaya pemerintahan dan lembaga-lembaga peradilan melalui undang-undang karet dengan tujuan untuk memecah belah mereka dan mematahkan kekuatan mereka.

Ketahuilah, runtuhlah amalan mereka! Dengan izin Allah, mereka tidak mendapatkan apapun dari mereka. Sebaliknya, mereka akan menjadi sarana untuk meningkatkan jumlah para pahlawan yang rela berkorban demi An-Nur dan keimanan.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Saya akan menuturkan sebuah dialog yang pernah terjadi empatpuluh tahun silam, mirip dengan dialog yang terjadi kemarin;

Hubungan murid-murid Sa’id “lama” dengan guru mereka sangat erat sekali, hingga sampai pada tingkatan pengorbanan. Untuk itu, Sa’id “lama” mampu membendung banyak sekali aksi-aksi yang digalang kelompok-kelompok Armenia dan para pasukan berani mati Thasynaq di sekitar kota Van dan Bitlis, bahkan menghentikan mereka.

Ketika ia mendapati murid-muridnya memegang pistol dan madrasahnya berubah menjadi semacam tangsi militer –karena kitab dan pistol berdampingan-, datanglah seorang komandan pasukan dengan pangkat letnan jendral. Ia menyaksikan pemandangan ini dan berkata, “Ini bukan madrasah agama, tapi tangsi militer.”

Ia kemudian mengeluarkan perintah seraya berkata, “Kumpulkan pistol-pistol kalian!” Ini ia lakukan karena merasa ragu pasca insiden Bitlis. Akhirnya mereka mendapatkan limabelas pucuk pistol dari kami. Kurang lebih dua bulan setelah itu, terjadi perang dunia pertama, lalu saya meminta kepada mereka agar pistol-pistol tersebut dikembalikan.

Berkenaan dengan situasi dan kondisi ini, mereka bertanya kepada saya;

Kelompok-kelompok Armenia yang punya pasukan berani mati dalam jumlah besar, mereka takut kepada Anda, bahkan mereka menghindar agar tidak bersinggungan dengan Anda, mereka menjauhi Anda kala Anda menjauh dari pergaulan di gunung Arok di kota Van. Apa gerangan kekuatan yang Anda miliki hingga sampai seperti ini?

Saya menjawab;

Pasukan-pasukan berani mati Armenia yang melakukan aksi-aksi heroik secara luar biasa, ini semua hanya mereka lakukan demi meraih kehidupan dunia nan fana, demi meraih kepentingan nasionalisme sesaat dan berskala kecil, juga untuk menjaga keselamatan diri.


474. Page

Saat menghadapi mereka, para murid An-Nur berjuang demi meraih kehidupan kekal abadi, demi kepentingan-kepentingan positif umat Islam nan luhur dan agung. Mereka yakin, ajal hanya ada satu dan tidak berubah. Satu hal yang tidak perlu diragukan, murid-murid An-Nur tidak pernah ketinggalan untuk ikut berjuang bersama para pasukan berani mati itu. Bahkan jika diperlukan, mereka akan mengorbankan kehidupan dan ajal yang telah ditentukan, mengorbankan usia yang tidak lebih dari hitungan beberapa tahun saja demi meraih jutaan tahun usia kekal abadi, demi menjaga keselamatan milyaran orang-orang mukmin yang bertakwa.

Mereka rela mengorbankan semua itu tanpa ragu, dengan sepenuh kebanggaan dan kemuliaan.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat, yang memiliki kasih sayang dan kesetiaan!

Sudah dua hari ini saya sakit karena demam di kepala dan di seluruh saraf. Dalam situasi seperti ini, saya memerlukan teman-teman dan hiburan dengan bertemu mereka. Namun kesendirian dan pelepasan aneh (dari seluruh hak-hak), sangat menyusahkan saya. Keluhan seperti ini muncul ke dalam hati saya;

Untuk apa penyiksaan seperti ini? Apa gunanya untuk pengabdian kami demi Al-Qur'an dan iman?

Seketika, terlintas fikiran ke dalam hati saya pada pagi hari ini;

Masuknya kalian ke dalam ujian berat ini, adanya kalian dipilah secara detail di dalam batu uji untuk kesekian kali untuk memisahkan emas dari tembaga, adanya kalian diuji dari berbagai sisi melalui serangkaian pengalaman zalim untuk mengetahui sejauh mana ketahanan bagian-bagian nafsu amarah kalian, selanjutnya kalian dibersihkan hingga tiga kali, semua ini sangat penting sekali bagi pengabdian kalian yang murni demi kebenaran dan hakikat.

Untuk itu, takdir ilahi dan pertolongan rabbani memperkenankan ujian tersebut, karena pemberitahuan tentang pengabdian luhur di tengah medan ujian seperti ini dalam menghadapi para penentang semena-mena lagi zalim yang berpegangan pada alasan-alasan tidak berguna, membuat banyak orang mengerti bahwa pengabdian Al-Qur'an ini secara langsung muncul dari kebenaran dan hakikat, tanpa terasuki tipu daya, egoisme, sikap terpedaya, tujuan pribadi, ataupun kepentingan-kepentingan dunia, mengingat orang-orang mukmin awam tidak akan mempercayai pengabdian ini tanpa melalui ujian, karena mungkin saja bahasa kondisional mereka berkata, “Mereka berkata mungkin bermaksud untuk memperdaya dan menipu kami.”

Orang-orang mukmin terpelajar juga ragu dan mengatakan, “Mereka melakukan hal itu mungkin untuk mencapai tingkatan-tingkatan tertentu, meraih kepercayaan masyarakat terhadap mereka dan meraih decak kagum, seperti yang dilakukan sebagian pemilik kedudukan spiritual.” Saat itu mereka tidak mempercayai pengabdian. Namun setelah melalui ujian, siapapun terpaksa menerima hal ini, bahkan bagi orang yang paling membangkang dan ragu sekalipun.

Karenanya, satu beban berat kalian mendapat keuntungan seribu, insya Allah.

Sa’id An-Nursi

* * *


475. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya


Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pemberitahuan sebuah insiden yang terjadi ketika saat ditawan di Russia[1] di sebuah surat kabar, semakin menarik perhatian orang, meski ada upaya larangan dan usaha untuk menjauhkan orang-orang dari kami. Kepala penjaga berkata, “Tiga orang pejabat resmi kemarin berkata di halaman penjara -mereka ini termasuk orang-orang yang ditugaskan untuk menimpakan kehinaan kepada kami, khususnya saya, ‘Ketika Sa’id muncul dari balik jendela, orang-orang berkumpul dan melihatnya. Untuk itu, ia tidak lagi diperkenankan berdiri di jendela. Jika tidak, saya akan memindahkannya ke aula lain’.”

Saudara-saudara saya sekalian! Kalian jangan sedih, karena saya telah memutuskan untuk menanggung apapun berat. Insya Allah, seluruh beban berat akan berganti menjadi kebahagiaan dan kesenangan berkat doa kalian.

Asal usul kejadian ini memang benar, namun saya tidak akan menjelaskan kejadian ini karena tidak adanya saksi. Hanya saja saya tidak tahu jika ada sejumlah prajurit datang untuk menghukum mati saya, saya baru tahu saat itu. Saya juga tidak mengetahui kata-kata yang diucapkan panglima Russia agar saya tidak marah. Seorang kapten muslim yang ada di tempat kejadian dan yang menyampaikan berita ini kepada surat kabar terkait, memahami kata maaf yang berkali-kali diucapkan si panglima Russia.

Saudara-saudara saya sekalian! Setiap kali saya menyibukkan diri dengan Risalah-risalah An-Nur, segala beban kesulitan mereda dan lenyap. Dengan kata lain, tugas kita adalah menyibukkan diri dengan Risalah-risalah An-Nur dan tidak memperhatikan urusan-urusan sepintas lalu, menghiasi diri dengan sabar dan syukur.

 

Sa’id An-Nursi

 

* **

Watak Badiuzzaman yang Membingungkan Akal

 

(Artikel ini diangkat dalam majalah Ahlussunnah yang terbit di Istanbul pada tanggal 15 Oktober 1948, ditulis oleh seorang pengacara)

 

Ketika saya dilukai dan ditawan di sebuah tempat di Bitlis dalam perang dunia pertama, Badiuzzaman juga ditawan pada hari yang sama. Saya kemudian dipindahkan ke barak tawanan terbesar di Siberia, kemudian saya dipindahkan ke pulau Nanakon, wilayah Bako.

Suatu hari, ketika Nicola Nikolafin berkunjung ke barak militer tersebut untuk pemeriksaan, seluruh tawanan berdiri untuknya. Saat ia melintas di hadapan Imam Badiuzzaman, beliau sama sekali tidak bergerak dan tidak memperdulikan kehadirannya. Inilah yang menarik perhatian panglima tertinggi tersebut. Ia kemudian kembali dan melintas di hadapan Badiuzzaman dengan alasan lain,

[1] Maksudnya Ustadz An-Nursi tidak berdiri untuk panglima Russia. (Penerjemah)




476. Page

beliau tetap tidak memperdulikannya. Pada kali ketiga, si panglima tertinggi ini berhenti di hadapan beliau, lalu terjadi dialog berikut dengan perantara seorang penerjemah;

“Apa dia tidak mengenaliku?”

“Ya, saya mengenalinya, dia adalah Nicola Nikolafin, paman kaisar dan panglima tertinggi pasukan Kaukas.”

“Lantas kenapa dia bersikap menghina?”

“Sama sekali tidak! Mohon maaf sebelumnya, saya tidak bermaksud menghinanya, saya melakukan ini semata karena perintah keyakinan saya.”

“Apa yang diperintahkan keyakinan Anda?”

“Saya ini seorang ulama muslim, saya memiliki iman di dalam hati saya. Orang yang memiliki iman di dalam hati tentu lebih baik dari orang yang tidak memiliki iman. Jika saya berdiri untuk menghormatinya, berarti saya tidak menghormati keyakinan saya. Untuk itu saya tidak berdiri untuknya.”

“Karena dia menyebut saya tidak punya iman, berarti dia telah menghina saya, menghina pasukan saya, menghina bangsa saya, dan juga menghina kaisar. Saat ini juga, adakan peradilan militer untuk menginterogasinya.”

Berdasarkan perintah ini, dibentuklah peradilan militer. Para perwira Turki, Jerman, dan Norwegia mendesak Badiuzzaman untuk meminta maaf kepada panglima Russia. Namun beliau menjawab sebagai berikut;

“Saya hendak pergi menuju negeri akhirat dan berada di hadapan Rasul mulia Saw. Yang saya perlukan hanya paspor menuju akhirat. Saya tidak bisa melakukan sesuatu yang berseberangan dengan keimanan saya.”

Kata-kata ini membuat semuanya diam menantikan jawaban.

Peradilan berakhir dengan keluarnya putusan hukuman mati sesuai pasal penghinaan terhadap Kaisar dan pasukan Russia. Setelah itu datanglah sekelompok pasukan dipimpin seorang perwira Russia untuk membawa beliau (ustadz Badiuzzaman) ke tempat pelaksanaan hukuman mati. Badiuzzaman kemudian menghampiri si perwira Russia itu, dan dengan senang hati berkata kepadanya, “Beri saya waktu limabelas menit saya untuk menunaikan kewajiban saya.”

Beliau menghampiri air wudhu, dan di sela beliau melaksanakan shalat, Nicola Nikolafin datang dan berkata kepada beliau;

“Saya minta maaf, saya mengira Anda melakukan hal itu dengan maksud menghina saya, sehingga saya menempuh jalur hukum untuk Anda. Namun sekarang saya tahu, Anda melakukan tindakan tersebut bersumber dari iman Anda, dan Anda melaksanakan perintah keyakinan Anda. Untuk itu, saya membatalkan putusan hukum terhadap Anda. Anda patut mendapatkan segenap hormat dan decak kagum karena keshalihan dan ketakwaan Anda. Saya meminta maaf karena telah mengusik Anda. Dan untuk kesekian kalinya, saya mengulang permintaan saya; saya minta maaf.”

Kemuliaan agama, watak luhur yang menjadi teladan baik bagi seluruh kaum muslimin ini, disampaikan oleh salah seorang sahabat dalam tangsi tawanan, ia berpangkat kapten, dan ia adalah saksi mata kejadian ini.


477. Page

Begitu mengetahui kejadian ini, tanpa saya sadari air mata saya berderai.[1]

Abdurrahim Zabsu

 

* * *

Saudara-saudara saya sekalian!

Mengingat saya tidak lagi memiliki selera makan dan saya terusik oleh hadiah, saya mengirim jatah makanan saya kepada kalian yang berupa tiga buah minyak, sekeranjang anggur, sekantong apel, dua kaleng teh dan gula. Saya bermaksud untuk mengirimkan sesuatu sebagai hadiah untuk kalian. Namun saya tahu kalian juga punya makanan-makanan tersebut.

Saya menerima hadiah tersebut agar madrasah Az-Zahra tidak marah sambil berkata, “Dia tidak mau memakan hadiah saya!” Juallah bahan-bahan makanan ini kepada mereka yang memerlukan dengan harga murah, juga untuk mereka yang berhak menerima, karena hasil penjualannya akan saya belikan telur, susu, dan roti, agar menjadi hadiah yang diberkahi, menjadi obat bagi saya, untuk para pembeli, juga untuk madrasah Az-Zahra. Hendaknya Husrau bertindak untuk mengawasi penjualan bahan-bahan makanan tersebut, sementara Jailan dan Hifzhi bertugas menjual.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Berkenaan dengan tulisan yang diangkat di majalah seputar penawanan saya, terlintas di benak saya;

Seorang panglima lalim Russia meninggalkan emosi dan meredakan amarah setelah saya memperlihatkan kemuliaan iman kepadanya, ia kemudian meminta maaf. Namun para pejabat resmi yang mengetahui keteguhan iman pelajaran Risalah-risalah An-Nur nan kuat dan murni, yang seratus kali lebih kuat dari yang diperlihatkan oleh kepribadian saya, saya katakan, “Jika hati mereka tidak melunak dan tetap membangkang, maka tidak ada lagi yang bisa membersihkan mereka selain neraka Jahanam, karena usia yang pendek dan terbatas ini tidak muat untuk menampung kejahatan besar seperti itu, mengingat minyak yang sudah rusak tentu tidak bisa dimakan, berbeda dengan susu.

Kita memohon kepada Allah, semoga Risalah-risalah An-Nur menyelamatkan sebagian besar di antara mereka sebelum mereka rusak.

Sa’id An-Nursi

* * *


[1] Meski Ustadz kami tidak menyuruh untuk memasukkan artikel yang ditulis majalah Ahlussunnah ini, namun sengaja saya cantumkan di bagian ini karena mengandung banyak pelajaran penting, membangkitkan perasaan dan perhatian. (Husrau)




478. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Terlintas di benak saya untuk menjelaskan sebuah perlakuan membingungkan yang mengandung pelajaran, yang terjadi ketika saya dua kali ditawan (di Russia dan di sini);

Suatu ketika kami berada di Kostorma, Russia, bersama sembilanpuluh perwira yang ditawan di satu aula. Sesekali, saya menyampaikan pelajaran kepada mereka. Suatu hari, seorang panglima Russia datang dan menyaksikan situasi ini, ia berkata, “Orang Kurdi itu adalah pemimpin para relawan yang membunuh banyak sekali prajurit kami. Sekarang ia datang dan menyampaikan pelajaran politik di sini. Ini tidak mungkin. Larang dia melakukan hal itu!”

Namun dua hari berikutnya ia berkata, “Nampaknya pelajaran Anda bukan tentang politik, tapi tentang agama dan akhlak. Silahkan Anda teruskan.” Ia mengizinkan saya untuk menyampaikan pelajaran.

Selanjutnya ketika saya ditawan untuk kedua kalinya;

Institusi keadilan melarang saudara-saudara terdekat saya yang mendengar pelajaran-pelajaran saya selama duapuluh tahun, datang menemui saya. Saya juga dilarang agar tidak ada seorang pun datang membantu saya mengurus keperluan-keperluan pribadi saya agar ia tidak mendapatkan pelajaran dari saya.

Padahal, Risalah-risalah An-Nur tidak menyisakan kebutuhan untuk menimba pelajaran dari yang lain, terlebih tidak ada lagi pelajaran yang tersisa untuk kita selain Risalah-risalah An-Nur dan kita tidak punya rahasia tersembunyi. Bagaimanapun juga, ada sedikit hal yang menghalangi untuk menyebutkan permasalahan panjang ini.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Sebuah kondisi ruhani penting diperlihatkan kepada saya sebanyak dua atau tiga kali, mirip seperti kondisi yang mendorong saya untuk hidup menyendiri di gunung Yusya di Istanbul tigapuluh tahun silam, dan membuat saya menjauhi kehidupan sosial Darul Hikmah Islamiyah nan berkilau. Bahkan, saya tidak mengizinkan almarhum Abdurrahman, murid pertama sekaligus pahlawan Risalah-risalah An-Nur, untuk tinggal bersama saya, agar ia bisa menuntaskan sebagian pekerjaan-pekerjaan penting saya.

Kondisi yang dimaksud adalah revolusi spiritual yang menampakkan esensi Sa’id “baru.”

Saat ini mulai muncul pertanda-pertanda dalam diri saya mirip seperti kondisi tersebut. Saya yakin, pertanda ini sebagai isyarat munculnya Sa’id ketiga yang akan meninggalkan dunia secara keseluruhan.

Dengan kata lain, Risalah-risalah An-Nur dan murid-muridnya yang militant akan menggantikan tugas saya, sehingga saya sudah tidak lagi diperlukan. Seperti diketahui, setiap bagian-

479. Page

bagian Risalah-risalah An-Nur dan setiap murid-murid An-Nur yang teguh, memberikan pelajaran dan bimbingan lebih baik dan lebih sempurna dari saya.

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Pertama;

Berdasarkan sejumlah pertanda, saya kira risalah mursyidusy syabab (pedoman untuk para pemuda) memberikan nilai penting lebih dari rangkaian-rangkaian Risalah-risalah An-Nur lainnya. Saya yakin, noktah tauhid pada kata هو yang ada di dalam risalah ini, mematahkan punggung musuh-musuh kita kalangan zindiq, memecah-belah faktor alam yang mereka jadikan sandaran, sehingga tidak ada lagi yang bisa ditutup-tutupi setelah sebelumnya tertutupi oleh tanah tebal dalam batasan tertentu.

Hanya saja setelah noktah tauhid tersebut muncul, ia tidak bisa disembunyikan di balik udara yang tipis dan transparan. Dengan kata lain, ia tidak bisa menyembunyikan diri di sisi manapun juga untuk memperdaya institusi keadilan dengan kekafiran dan pembangkangan. Dengan izin Allah, Risalah-risalah An-Nur akan mengalihkan perhatian institusi keadilan pada kepentingannya. Serangan ini akan menemui kegagalan dan tidak akan membuahkan hasil.

Kedua;

Artikel yang diangkat pada saat sekarang ini, baik di majalah Ahlussunnah ataupun surat kabar lokal, juga wawancara surat kabar yang disampaikan Zubair, menjadi iklan baik untuk menyibukkan diri dengan Risalah-risalah An-Nur. Bacalah –sebagai ganti saya- pembahasan-pembahasan khusus terkait kita dan membuat saya tersentuh. Beritahukan hal itu kepada saya.

 

Sa’id An-Nursi

 

 * * *

 


480. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus;

Muhammad, Musthafa, Ibrahim, dan Jailan

Pertama;

Kemarin, saya melihat kalian berempat berada dalam pertemuan penuh persaudaraan nan lembut. Saya merasa senang sekali dan bersyukur kepada Allah karena hal ini. Saya mendengarkan perbincangan kalian dengan senang, seakan saya ikut bersama kalian dalam pertemuan itu. Namun tiba-tiba saya melihat ada seseorang yang menguping pendengaran kalian selama setengah jam, saya merasa resah dan berkata dalam hati, “Mungkin di antara mereka ada seorang mata-mata yang merubah makna kata-kata, lalu membuat habbah (biji kecil) menjadi qubbah (kubah), mengingat mereka mendengar penuh perhatian.

Kalian yang tengah berbicara tidak menoleh ke arah mereka karena tidak waspada, di samping karena nikmatnya pertemuan yang ada di sana. Untuk itu, saya menulis sebuah tanggapan untuk kalian terkait permasalahan ini.

Alhamdulillah, saya tahu pembicaraan kalian tidak menyinggung hal-hal berbahaya. Meski demikian, bersikap waspada tetap penting untuk saat-saat sulit seperti sekarang ini.

Kedua;

Melalui risalah tambahan yang berisi sikap baik sangka berlebihan terhadap saya, seratus kali melebihi batasan saya, saya tahu bahwa akan muncul sosok lain seperti almarhum Hasan Faidhi, pemimpin murid-murid An-Nur di Denizli. Dengan izin Allah, di Afion akan muncul banyak sekali orang-orang seperti Hasan Faidhi, sehingga Afion tidak kalah dari Denizli. Saat itu, segala beban berat kita berganti menjadi kesenangan dan rahmat.

 

Sa’id An-Nursi

* * *

 

Saudara-saudara saya sekalian!

Saya tidak pernah memperhatikan surat kabar-surat kabar. Hanya saja, majalah Ahlussunnah dan Sabilur Rasyad mengangkat sejumlah artikel yang menguntungkan kita, yang tentu saja membingungkan para musuh dari kalangan orang-orang zindiq dan pendengki. Saya menduga, tidak menutup kemungkinan mereka berupaya untuk membungkam teman-teman kita.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *


481. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Hiburan Mengandung Sebuah Hakikat yang Melenyapkan Musibah-Musibah Nan Membuat Keluh Kesah

 

Pertama; merubah segala beban berat menjadi rahmat dan kesenangan.

Kedua; kelapangan yang muncul dari kerelaan hati dan berserah diri pada keadilan takdir ilahi.

Ketiga; kesenangan yang muncul dari perlindungan pertolongan ilahi khusus untuk murid-murid An-Nur.

Keempat; kenikmatan yang muncul dari hilangnya musibah yang pasti berlalu.

Kelima; pahala besar.

Keenam; tidak ikut campur dalam kehendak Allah.

Ketujuh; mendapat luka paling ringan dan beban berat paling kecil ketika tertimpa serangan kasar paling berat.

Kedelapan; mengecilnya musibah secara signifikan bagi orang lain yang tertimpa ujian.

Kesembilan; bahagia yang muncul dari pengaruh sejumlah pemberitahuan berakhirnya ujian sulit dalam pengabdian An-Nur dan iman.

Sembilan kesenangan maknawi ini merupakan obat nikmat dan salep lembut yang tidak bisa didefinisikan untuk meredakan segala derita kita nan berat.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Dengan (Menyebut) Namanya

Pertama;

Karena pertolongan ilahi, saya tidak leluasa mendengarkan segala kebohongan yang disampaikan pihak penuntut umum. Andai saya mendengar, tentu akan saya tanggapi dengan kata-kata kasar.

Yang saya katakan dalam peradilan, “Saya akan mengalihkan Anda pada peradilan,” maksudnya, saya akan mengalihkan Anda pada peradilan terbesar karena kezaliman Anda kepada kami, juga peradilan dunia karena tindakan Anda yang tidak sesuai undang-undang.

Maksud kata-kata saya, “Saya tidak punya pengacara,” setiap kita memiliki pengacara untuk seluruh permasalahan kita. Namun serangan yang ditujukan kepada saya secara pribadi, saya sendiri yang menjamin untuk memberikan tanggapan.


482. Page

Sampaikan ini kepada Ahmad Hikmat.

Kedua;

Surat-surat pembelaan (pledoi) kita sebelumnya sudah cukup untuk meruntuhkan segala kebohongan penuntut umum.

Ketiga;

Musthafa, Utsman dan Jailan mengirim surat kepada saya, mereka memberitahukan bahwa apa yang disampaikan di depan peradilan tidak berimbas buruk di tengah lingkup An-Nur, dan sama sekali tidak memperkeruh kejernihan kalbu. Saya juga tahu bahwa sang pahlawan dan pemimpin, Thahiri, juga mendapat kabar yang sama.

Keempat;

Mengingat kekafiran dan kesesatan menyerang kita secara terorganisir bersandar pada berbagai organisasi dan lembaga, seperti itu juga dengan takdir ilahi menghukum kita melalui kezaliman mereka yang buruk bersandar pada berbagai organisasi. Dengan kata lain, persatuan di antara para ahli iman penting sekali untuk saat sekarang ini. Karena kita tidak mengetahui hakikat ini, kita menerima tamparan pelajaran keadilan dari takdir ilahi.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Tempat terbaik bagi kita di masa pemerintahan kementerian semena-mena yang melarang pelaksanaan ibadah haji, menumpahkan percuma air Zamzam, memberikan izin untuk menimpakan kezaliman paling berat kepada kami, tidak perduli terdapat pencekalan risalah “Dzulfiqar” dan “lentera An-Nur,” menaikkan pangkat para pejabat yang menyiksa kami secara sengaja tanpa landasan undang-undang, tidak mendengarkan suara ataupun tangisan kami, tangisan orang-orang zalim mutlak dari tempat-tempat kami dengan bahasa kondisional, adalah penjara. Hanya saja jika kita dipindahkan ke penjara lain, keselamatan akan datang secara menyeluruh.

Kedua;

Seperti halnya mereka memaksa orang-orang paling jauh dari kami untuk membaca risalah-risalah paling pribadi, demikian halnya mereka mendorong kami dan dengan mendesak untuk membentuk organisasi, karena ukhuwah Islam yang ada dalam persatuan jamaah ahli iman tumbuh berkembang di tengah-tengah para murid An-Nur secara tulus, suci, berhias pengorbanan serius dan sempurna yang diwariskan para leluhur kami, jutaan pahlawan yang rela mengorbankan nyawa dengan sepenuh kerinduan demi sebuah hakikat.

Dengan hakikat tersebut, murid-murid An-Nur terikat secara terat, sehingga sampai saat ini tidak diperlukan untuk membentuk organisasi apapun, baik organisasi politik ataupun organisasi resmi, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. 


483. Page

Dengan demikian, saat ini takdir ilahi perlu menguasakan mereka kepada kita, karena mereka-lah yang melakukan kezaliman dengan menuduh kita membuat organisasi. Takdir ilahi berkata kepada kita, “Kenapa kalian tidak membentuk golongan Allah yang hakiki dengan keikhlasan dan kerjasama sempurna?” Sehingga takdir ilahi memberikan tamparan pelajaran kepada kita melalui tangan mereka. Takdir ilahi berlaku adil.

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara-saudara sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Menurut saya, kalian tidak memerlukan hiburan. Kalian cukup memperkuat semangat maknawi satu sama lain. Surat yang saya terima juga sudah cukup bagi saya.

Seperti diketahui, serangan terakhir ini tidak lain merupakan kezaliman, tindakan ilegal secara hukum, dan teror yang muncul akibat dugaan-dugaan hampa dan kelemahan.

Kondisi masyarakat dan sikap para anggota keamanan sama seperti penentangan terhadap serangan tiada guna tersebut.

Kedua;

Apakah seluruh pembelaan (pledoi) saya sudah cukup kala berbagai tuduhan dilayangkan kepada kita? Apakah para pengacara dan Zubair mengupayakan permasalahan ini? Apakah mereka merasa resah? Mereka sama sekali tidak perlu merasa resah.

Pasal yang mereka tuduhkan kepada kami, harus dituduhkan kepada siapapun yang memiliki ukhuwah keimanan, bahkan seluruh jamaah shalat di belakang para imam, dan juga murid-murid para guru. Dengan kata lain, mereka menghadapi para penentang kuat, sehingga mereka melancarkan serangan sedemikian rupa dengan membuat-buat kemungkinan bukannya fakta.

Ketiga;

Saya yakin, kita harus bertahan di penjara ini hingga musim semi mendatang, karena seperti diketahui, segala persoalan terhenti pada musim dingin, dan pertolongan ilahi akan memberikan bantuan kepada kita, insya Allah.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

 

 


484. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Pertama;

Bersikap waspada, antisipasi, disertai musyawarah dan sikap teguh adalah hal penting.

Kedua;

Saya menyerahkan seluruh pekerjaan saya di sini kepada Zubair dan Jailan, karena secara spiritual terlintas di dalam benak saya bahwa Zubair adalah pengganti keponakan saya, almarhum Abdurrahman, dan Jailan adalah pengganti keponakan saya yang lain, alharhum Fuad.

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Perlakuan semena-mena dan serangan kali ini dilancarkan dalam lingkup yang sangat luas.

Kepala pemerintahan dan para menteri menyerang kami sesuai rencana yang digariskan berdasarkan dugaan-dugaan hampa. Berdasarkan informasi dan banyak sekali pertanda yang saya terima, dengan informasi-informasi dusta dan rencana-rencana buruk kaum munafik terselubung, mereka secara dusta menyatakan bahwa kami terikat erat dengan sebuah organisasi yang menyerukan untuk menghidupkan kembali khilafah Islam, dan terkait dengan organisasi rahasia tarekat Naqsaybandiyah.

Bahkan, mereka memperlihatkan kami berada di barisan depan dan sebagai pemimpin. Sampai-sampai mereka membuat pemerintah terguncang dan sangat resah, dengan dalih sejumlah besar Risalah-risalah An-Nur yang ada di Istanbul dan yang dikirim ke dunia Islam, dimana risalah-risalah ini mendapatkan sambutan dan diterima di sana, ini menunjukkan aktivitas para murid An-Nur. Sehingga dengan demikian, mereka membuat pemerintah merasa takut, memicu saraf kecemburuan dan kedengkian para ulama negara, mengobarkan dugaan-dugaan hampa dan keraguan para pejabat hingga menghasut mereka untuk memusuhi kami.

Mereka mengira ada banyak bukti dan pertanda untuk memidanakan kami. Mereka yakin bahwa Sa’id “baru” tidak tahan menghadapi situasi yang ada saat ini, tidak seperti Sa’id “lama,” sehingga ia mengganggu pemerintahan. Namun segala puji bagi Allah dengan pujian dan syukur tanpa batas, serangan musibah tersebut kini menjadi ringan dari seribu menjadi satu, karena mereka tidak menemukan hubungan apapun juga dengan berbagai organisasi dan perkumpulan. Bagaimana mereka menemukan semua itu yang sama sekali tidak ada?!

Untuk itu, pihak penuntut umum terpaksa harus membuat kebohongan-kebohongan, dan mengaitkan hal-hal yang bersifat parsial dan tidak penting kepada kami.

Mengingat hakikatnya seperti ini, kami dan Risalah-risalah An-Nur selamat dari 99 persen musibah. Untuk itu, kita harus menantikan perhatian pertolongan ilahi dengan syukur, sabar, dan berdoa, agar musibah ini benar-benar hilang. Maka kita harus bersyukur, bahkan bersyukur seribu kali, bukannya mengeluh. Kita juga harus memberikan pertolongan kepada mereka yang datang dan pergi meninggalkan madrasah Yusuf (penjara) ini, juga menghibur mereka dengan pelajaran-pelajaran An-Nur.

Sa’id An-Nursi

 

* * *


485. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

 

Saudara saya yang terhormat dan tulus!

Melalui peringatan keras, saya tahu bahwa kau dan Ahmad Faidhi telah menempuh jalur di luar jalur An-Nur; tidak saling bermusuhan, tidak hanyut bersama para pecinta dunia (kekuasaan pemerintah), tidak masuk dalam permasalahan politik, dan hanya membela diri ketika sangat diperlukan. Kata-kata yang kalian sampaikan dan kalian baca di hadapan peradilan yang menyinggung banyak hal dan berbahaya, mengisyaratkan adanya permusuhan dan disampaikan dengan bahasa politik. Cara ini menimpakan banyak sekali bahaya terhadap Risalah-risalah An-Nur, hingga mengundang hukuman untuk kita semua, juga sangat memberatkan saya.

Saya tidak marah padamu ataupun Ahmad Faidhi. Hanya saja surat yang kalian baca di hadapan peradilan tersebut, seharusnya diperlihatkan dulu kepada saya. Surat pembelaan tersebut saya berikan kepada kalian berdua sebagai putusan ilahi. Kalian harus berupaya seperti saya untuk membenahi hal tersebut. Dan yang paling harus dilakukan Faidhi adalah meninggalkan pembelaan politik dengan segala kekuatan yang ia miliki, antusias secara total kepada Risalah-risalah An-Nur seperti Thahiri, dan hendaklah menyibukkan diri dengan murid-murid An-Nur yang baru.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Pembelaan (Pledoi) Murid-murid An-Nur

(Pembelaan-pembelaan ini disampaikan murid-murid An-Nur di peradilan Afion pada tahun 1948. Pada mulanya, mereka divonis hukuman mati untuk menyebarkan rasa takut di dalam jiwa. Namun pada akhirnya risalah-risalah An-Nur dikembalikan)

Hubungan-hubungan pribadi nan jernih yang mengikat murid-murid An-Nur dengan Risalah-risalah An-Nur, juga dengan penerjemahnya (Ustadz An-Nursi), dan tidak ada apapun yang mereka harapkan dari ikatan ini selain pahala akhirat, saya sampaikan, mereka yang berupaya menandai hubungan tulus ini sebagai ikatan dunia ataupun hubungan politik dengan maksud untuk memidanakan murid-murid An-Nur di hadapan peradilan, mereka terlalu jauh dari kebenaran dan keadilan, terlebih jauh sekali dari kesepakatan tiga peradilan yang membebaskan mereka dari tuduhan tersebut.

Selebihnya kami sampaikan;

Mustahil melayangkan tudingan bergabung dengan organisasi dan perkumpulan-perkumpulan politik kepada para murid An-Nur, kecuali melalui dua hal berikut;

Pertama;

Mengingkari ikatan-ikatan mendasar sebagai penopang kehidupan sosial umat manusia, khususnya umat Islam; cinta tulus di antara sesama kerabat, hubungan erat antara kabilah dan kelompok, ukhuwah pendukung secara maknawi yang terkandung dalam ajaran Islam, ikatan kuat dengan ciri pengorbanan terhadap sesama bangsa dan kaum, ikatan yang tak terlepas, menerapkan hakikat-hakikat Al-Qur'an dan meneladani para penyebar hakikat-hakikat yang menyelamatkan kehidupan abadi, juga ikatan-ikatan lain yang mengikat para anggota masyarakat dan mewujudkan kehidupan sosial yang sehat.


486. Page

Kedua;

Menerima bahaya merah (komunisme) yang datang dari utara (Eropah) yang menyebarkan benih-benih kekacauan dan terorisme, melenyapkan ikatan-ikatan keturunan dan kaum, sehingga memutuskan ikatan ayah dan anak, melenyapkan hubungan-hubungan kerabat dan kaum, membuka jalan untuk merusak peradaban umat manusia dan masyarakat insani secara menyeluruh.

Dengan kedua hal ini saja, tudingan bergabung kepada organisasi dan perkumpulan-perkumpulan, bisa dilayangkan kepada murid-murid An-Nur. Karena itulah murid-murid An-Nur tanpa ragu memperlihatkan hubungan di antara sesama mereka yang tergoyahkan melalui hakikat-hakikat Al-Qur'an dan ukhuwah akhirat. Mereka menjelaskan hakikat kondisi mereka di hadapan peradilan Anda yang adil tanpa perlu melakukan penipuan, kebohongan ataupun mencari muka untuk membela diri.

 

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Pembelaan (Pledoi) Murid-murid An-Nur

(Pembelaan-pembelaan ini disampaikan murid-murid An-Nur di peradilan Afion pada tahun 1948, dalam situasi yang dipenuhi dengan putusan hukuman mati untuk menebarkan rasa takut di dalam jiwa. Pada mulanya, mereka divonis mati. Namun pada akhirnya risalah-risalah An-Nur dikembalikan)

Hubungan-hubungan pribadi nan jernih yang mengikat murid-murid An-Nur dengan Risalah-risalah An-Nur, juga dengan penerjemahnya (Ustadz An-Nursi), dan tidak ada apapun yang mereka harapkan dari ikatan ini selain pahala akhirat, saya sampaikan, mereka yang berupaya menandai hubungan tulus ini sebagai ikatan dunia ataupun hubungan politik dengan maksud untuk memidanakan murid-murid An-Nur di hadapan peradilan, mereka terlalu jauh dari kebenaran dan keadilan, terlebih jauh sekali dari kesepakatan tiga peradilan yang membebaskan mereka dari tuduhan tersebut.

Selebihnya kami sampaikan;

Mustahil melayangkan tudingan bergabung dengan organisasi dan perkumpulan-perkumpulan politik kepada para murid An-Nur, kecuali melalui dua hal berikut;

Pertama;

Mengingkari ikatan-ikatan mendasar sebagai penopang kehidupan sosial umat manusia, khususnya umat Islam; cinta tulus di antara sesama kerabat, hubungan erat antara kabilah dan kelompok, ukhuwah pendukung secara maknawi yang terkandung dalam ajaran Islam, ikatan kuat dengan ciri pengorbanan terhadap sesama bangsa dan kaum, ikatan yang tak terlepas, menerapkan hakikat-hakikat Al-Qur'an dan meneladani para penyebar hakikat-hakikat yang menyelamatkan kehidupan abadi, juga ikatan-ikatan lain yang mengikat para anggota masyarakat dan mewujudkan kehidupan sosial yang sehat.

Kedua;

 Menerima bahaya merah (komunisme) yang datang dari utara (Eropah) yang menyebarkan benih-benih kekacauan dan terorisme, melenyapkan ikatan-ikatan keturunan dan kaum, sehingga 

487. Page

memutuskan ikatan ayah dan anak, melenyapkan hubungan-hubungan kerabat dan kaum, membuka jalan untuk merusak peradaban umat manusia dan masyarakat insani secara menyeluruh.

Dengan kedua hal ini saja, tudingan bergabung kepada organisasi dan perkumpulan-perkumpulan, bisa dilayangkan kepada murid-murid An-Nur. Karena itulah murid-murid An-Nur tanpa ragu memperlihatkan hubungan di antara sesama mereka yang tergoyahkan melalui hakikat-hakikat Al-Qur'an dan ukhuwah akhirat. Mereka menjelaskan hakikat kondisi mereka di hadapan peradilan Anda yang adil tanpa perlu melakukan penipuan, kebohongan ataupun mencari muka untuk membela diri.

 

Yang ditahan,

Sa’id An-Nursi

 

* * *

Pembelaan (Pledoi) Husrau

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion;

 

Pihak penuntut umum mengarahkan dua dakwaan kepada saya. Salah satunya dakwaan umum dan menyeluruh, dan yang satunya lagi dakwaan khusus.

Dakwaan umum adalah usaha saya demi Risalah-risalah An-Nur dan saya terlibat dalam kejahatan asumtif yang dikaitkan kepada ustadz saya.

Sementara dakwaan khusus adalah seputar masalah-masalah pribadi dan khusus berkenaan dengan kehidupan saya yang cenderung menyendiri dan secara nyata tidak melakukan dosa atau kejahatan apapun, karena ini hanya masalah-masalah kecil dan tidak penting.

Sebagai bantahan atas dakwaan seputar keterlibatan saya dalam kejahatan asumtif yang dikaitkan dengan ustadz saya, dan seputar pengabdian saya demi Risalah-risalah An-Nur, saya katakan;

Saya ikut serta dalam aliran ustadz saya, bahkan saya terlibat dan membantu beliau dengan segenap nyawa dan hati dalam kejahatan yang dituduhkan kepada beliau terkait persoalan Risalah-risalah An-Nur yang memberikan pengabdian-pengabdian suci untuk dunia Islam, khususnya untuk negeri dan umat ini. Saya akan selalu memuji dan bersyukur kepada Allah hingga akhir usia, karena pertolongan yang Ia berikan kepada saya dalam pengabdian iman ini.

Lembaga peradilan yang terhormat!

Bukti keberhasilan paling nyata yang kami lihat dari pengabdian kami untuk Risalah-risalah An-Nur adalah; tulisan huruf-huruf Al-Qur'an saya pada mulanya sangat jelek sekali. Namun sedikit demi sedikit semakin membaik hingga melampaui kemampuan saya, dimana saya bisa menulis tiga salinan Al-Qur'an indah tiada bandingnya, salah satunya ada di tangan kalian.

Bukti kedua;

Saya diberi kemudahan untuk menulis hampir 600 risalah di antara Risalah-risalah An-Nur yang memberikan manfaat besar sekali bagi negeri, umat, agama, dan akhlak baik sejak duapuluh 

488. Page

tahun silam, bahkan teman-teman saya tahu, saya diberi kemudahan untuk menulis 14 risalah dalam waktu relatif singkat, hanya satu bulan.

Menurut saya, kurang penting bagi saya untuk memberikan pembelaan terhadap sejumlah poin yang dinilai pihak penuntut umum sebagai kejahatan saya dalam pengabdian saya terhadap ustadz saya kala menjalankan tugas suci, karena saya membenarkan dan menyetujui dengan sepenuh kekuatan yang saya miliki seluruh pembelaan yang ditulis ustadz saya, dan dalam tambahan pembelaan beliau. Dan saya menganggap pembelaan tersebut sebagai pembelaan saya, dan saya sampaikan di hadapan peradilan Anda yang luhur berdasarkan atas asas tersebut.

Lembaga peradilan yang terhormat!

Ustadz saya –yang saat ini berada di peradilan Anda- dengan karya-karya tulis beliau seputar iman dan hakikat-hakikat Al-Qur'an, juga dengan risalah-risalah An-Nur beliau, tidak mengincar tujuan dunia ataupun politik. Selain mendukung dan memberkahi segala pengabdian suci yang beliau berikan untuk negeri dan umat ini, saya dan teman-teman saya menyatakan bahwa bahkan para pendukung nasionalisme di tengah lingkungan pemerintah Persatuan Turki juga mendukung hal ini. Kami melihat mereka menganggarkan 19 ribu Lira emas agar beliau leluasa membangun madrasah beliau yang beliau beri nama Madrasah Az-Zahra di kota Van.

Siapapun juga, bahkan para nasionalis, kagum pada nasionalisme, fanatisme keagamaan, dan pengabdian-pengabdian ilmiah ustadz kami, dan mereka mendukung semua itu.

Untuk itu, kami melihat 160 dari jumlah total 200 anggota dewan menandatangani persetujuan untuk menganggarkan 150 ribu Lira untuk universitas Darul Funun.

Saya ingin menyatakan dan mengumumkan di hadapan peradilan Anda yang terhormat, bahwa saya sangat bangga dengan pengabdian yang saya jalankan untuk Risalah-risalah An-Nur, karena saya menyalinnya selama duapuluh tahun ini. Pengabdian inilah yang dianggap pihak penuntut umum sebagai kejahatan dan kesalahan saya, karena ustadz saya –semoga Allah memberkahi beliau- yang sepanjang hidup bekerja untuk memberikan pengabdian suci dengan maksud untuk meletakkan batu pertama kebahagiaan negeri dan umat ini. Inilah yang menyebabkan sebagian besar orang-orang yang dengki, para musuh dan mereka yang berusaha untuk memidanakan beliau di berbagai peradilan, tidak mampu mengusik kata-kata beliau yang tegas dan menyentuh, sehingga mereka tidak bisa berbuat apapun selain menerima apa yang beliau katakan.

 

Yang ditahan,

Husrau Altinbasak

 

 

* * *


489. Page

Pembelaan (Pledoi) Thahiri

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Pidana Afion

Saya diberitahu pihak penuntut umum peradilan Afion bahwa dakwaan yang diarahkan kepada saya dan juga ustadz saya, Badiuzzaman Sa’id An-Nursi, dan teman-teman saya lainnya adalah memanfaatkan perasaan keagamaan untuk menghasut rakyat mengusik keamanan negara. Inilah alasan saya diajukan ke peradilan.

Saya sudah menjawab semua pertanyaan dengan benar yang disampaikan kepada saya (baik di peradilan perdamaian Isparta ataupun dalam lembaga pemeriksaan di Afion). Peradilan Denizli mengembalikan seluruh kitab-kitab kami setelah mengeluarkan putusan bebas untuk kami tanpa menghukum kami.

Karena kami –bersama saudara-saudara yang lain dari kalangan murid-murid ustadz saya, Badiuzzaman- membaca dan menyalin Risalah-risalah An-Nur dan saling berkorespondensi satu sama lain di antara kami, di samping enam tahun silam –tanpa izin dari ustadz saya- mencetak 500 salinan risalah “sinar ketujuh” karya Badiuzzaman di sebuah percetakan di Istanbul dengan huruf-huruf lama, peradilan Denizli dengan putusannya yang bertanggal 20/7/1945 mengembalikan seluruh kitab-kitab tersebut kepada kami lengkap dengan kardus-kardusnya. Saat itu, risalah-risalah ini dibagi-bagikan kepada para murid An-Nur yang sangat merindukannya –dengan mengganti ongkos cetak.

Mengacu pada putusan hukum yang bersifat pasti sesuai putusan banding yang dikeluarkan peradilan terhormat ini, dua tahun yang lalu saya mendatangkan sejumlah kertas dan mesin tik dari Istanbul ke Isparta.

Saudara saya, Husrau Altinbasak mengetik dua di antara tiga kumpulan risalah yang Anda simpan, sementara kumpulan risalah ketiga, saya sendiri yang mengetiknya. Kami terlebih dahulu mengetik kumpulan risalah “Dzulfiqar,” “mukjizat Al-Qur'an,” dan “mukjizat Muhammad.” Sebagian di antara salinan risalah-risalah ini kami jual, dan hasil penjualannya kami gunakan untuk membeli kertas-kertas yang diperlukan untuk menyalin risalah “tongkat Musa,” yang akhirnya diterbitkan.

Ketika saya mengirim tigapuluh kumpulan risalah ke Ikrid, pihak berwenang menangkap saya lalu menyerahkan saya ke lembaga-lembaga peradilan Ikrid. Tidak lama setelah itu, rumah Husrau Altinbasak digeledah lembaga-lembaga peradilan kota Isparta. Mesin tik bersamaan dengan sejumlah Risalah-risalah An-Nur dirampas. Kami kemudian diajukan ke peradilan setahun yang lalu.

Pada akhirnya, vonis penjara selama satu bulan dijatuhkan kepada kami –Husrau, saya sendiri, dan seorang teman kami- karena kami menerbitkan buku-buku agama yang tidak terlarang tanpa izin resmi. Kami kemudian mengajukan banding atas putusan ini. Sebelum hasil banding keluar, kami dibawa ke penjara Afion.

Seperti itulah hukuman dijatuhkan kepada saya di hadapan peradilan Anda yang terhormat karena saya menjalankan pengabdian demi agama dan saudara-saudara seagama saya, dengan alasan sejumlah permasalahan yang tercantum dalam risalah “sinar kelima” –yang telah dikembalikan pihak peradilan kepada kami- yang berisi penjelasan sejumlah hadits. Pihak penuntut umum peradilan Afion melayangkan dakwaan kepada saya, pengarang risalah, Husrau Altinbasak, bersama 46 murid-murid An-Anur lain bahwa kami mengganggu keamanan negara, menulis dan membacakan risalah-risalah, seraya menuntut agar kami dihukum.

Sebagai warga negara hakiki negeri ini, saya akan berbicara di hadapan Anda tanpa menyimpang dari kebenaran;

Sejak beberapa tahun silam, saya menjadi salah seorang murid ustadz saya, Sa’id An-Nursi, yang sangat saya hormati. Melalui risalah-risalah, beliau mendidik kami, mendidik dan melembutkan akhlak keagamaan kami. Meski kami memandang beliau sebagai seorang reformis, namun beliau 

490. Page

menolak hal ini. Dengan yakin saya bersaksi bahwa beliau, risalah-risalah beliau, ataupun murid-murid beliau, sama sekali tidak memiliki upaya apapun untuk mengganggu keamanan negara, terlebih salah satu dakwaan yang diarahkan kepada kami berkenaan dengan hasil penjualan kitab-kitab.

Saat peradilan Isparta memeriksa permasalahan ini secara dekat, peradilan tidak menjatuhkan hukuman apapun kepada kami, karena dalam penghidupan kami, kami tidak memerlukan hasil penjualan kitab-kitab tersebut, dan kami tidak mencari penghidupan di sana. Kami ingin menyampaikan di hadapan peradilan Anda yang terhormat, bahwa hasil penjualan kitab-kitab tersebut untuk menutupi dana pembelian mesin tik, kertas, dan tinta.

Segala jerih payah dan pengabdian kami yang muncul dari niat tulus dan di jalan Allah ini, tidak mungkin menimbulkan kesalahan ataupun kejahatan. Untuk itu, kami meminta peradilan Anda yang terhormat dan nurani Anda yang hidup, agar Risalah-risalah An-Nur dikembalikan kepada kami.

 

Yang ditahan,

Thahiri

* * *

Pembelaan (Pledoi) Zubair

Di Hadapan Lembaga Peradilan Tinggi Tindak Pidana Afion

 

Saya didakwah membentuk organisasi rahasia dan mengganggu keamanan negara. Mengingat Anda akan menerima secara penuh penjelasan yang akan saya sampaikan kepada Anda di bawah ini bahwa saya tidak melakukan kejahatan tersebut, maka dari awal saya menolak dakwaan tersebut.

Ya! Saya adalah salah seorang murid An-Nur. Saya menyatakan dan menyampaikan ini dengan sepenuh rasa senang dan yakin, karena mengingkari hal ini sangat berseberangan dengan pelajaran-pelajaran Yang Mulia (ustadz An-Nursi), yang mengajarkan Risalah-risalah An-Nur kepada kami. Untuk itu, saya tidak bersedia melakukan tindak kejahatan tersebut.

Siapapun yang membaca Risalah-risalah An-Nur secara rutin, ia tidak akan membaca secara sembunyi-sembunyi. Bahkan sebaliknya, ia merasa bangga dan menyampaikannya tanpa ragu ataupun takut, karena Risalah-risalah An-Nur tidak berisi kata-kata ataupun satu kata pun yang mengharuskan orang untuk takut ataupun ragu.

Saya bermaksud untuk menjelaskan nilai Risalah-risalah An-Nur dalam sebuah tulisan yang terdiri dari empatpuluh hingga limapuluh halaman. Saya tidak mengatakan bahwa saya memuji Risalah-risalah An-Nur, tapi semata karena saya tidak mampu menunaikan hak satu bagian kecil di antara Risalah-risalah An-Nur dengan sebenarnya, lantas bagaimana dengan seluruh bagian risalah-risalah tersebut?!

Karena Risalah-risalah An-Nur adalah tafsir hakiki Al-Qur'anul Karim yang merupakan akal serta mentari jagad raya yang menyinari, menerangi, menuntun dan menunjukkan jalan umat manusia sejak lebih dari 1350 tahun silam.

Seperti yang saya sampaikan, jika Anda menemukan satu bagian saja yang berkenaan dengan organisasi rahasia dalam tulisan-tulisan yang ingin saya jelaskan nilainya, Anda bisa menjatuhkan hukuman kepada saya saat ini, karena saat menyebarkan karya-karya tulis yang berbahaya. Namun Risalah-risalah An-Nur yang dikarang dalam bentuk menawan dan belum ada sebelumnya, yang diterima dan didukung oleh tokoh-tokoh dunia, memiliki kemampuan untuk membenahi masyarakat 

491. Page

rusak, memiliki kemampuan untuk membimbing dan menyelamatkan manusia abad XX dari kesesatan, materialisme, penyembahan terhadap alam, kehidupan yang bodoh, kegelapan pemikiran yang ditimbulkan oleh materialisme, dan berkat luapan serta cahaya Al-Qur'an, Risalah-risalah An-Nur membuka pintu-pintu kebahagiaan dan keselamatan abadi untuk umat manusia.

Jika dalam penjelasan Risalah-risalah An-Nur tidak terdapat satu permasalahan pun yang memperkuat dakwaan yang dikaitkan padanya, maka vonis hukuman terhadap saya berseberangan dengan asas keadilan. Sesuai keyakinan kami, inilah yang akan Anda lihat dan Anda terima.

Dalam interogasi, saya ditanya, “Ada yang mengatakan bahwa Anda adalah salah satu murid Risalah-risalah An-Nur?”

Saya menjawab, “Saya tidak punya kelayakan untuk menjadi murid seorang ustadz jenius seperti Badiuzzaman Sa’id An-Nursi. Namun jika beliau menerima hal ini, maka dengan sepenuh kebanggaan saya katakan, ‘Ya! Saya adalah salah satu murid Risalah-risalah An-Nur’.”

Penulis Risalah-risalah An-Nur –ustadz saya yang tiada bandingnya, Badiuzzaman Sa’id An-Nursi- sering kali menghadapi kebohongan-kebohongan yang dihembuskan pada musuh-musuh tersembunyi beliau dan beberapa kali beliau dibawa ke pengadilan. Namun beliau dibebaskan oleh semua pengadilan.

Sebuah lembaga yang terdiri dari pada ustadz dan ulama meneliti setiap baris kumpulan Risalah-risalah An-Nur secara seksama. Melalui hasil penelitian, mereka mengakui bahwa Risalah-risalah An-Nur ditulis dengan ilmu yang besar, dan risalah-risalah ini adalah tafsir hakiki Al-Qur'an. Mengingat hakikatnya seperti ini, lantas kenapa beliau dibawa ke peradilan lagi?

Saya akan menyampaikan kepada Anda keyakinan penuh saya terkait permasalahan ini;

Mereka yang membaca Risalah-risalah An-Nur, khususnya para pemuda yang sadar, akan mendapatkan iman yang kuat, sehingga menjadi sosok yang taat beragama secara kuat, tak tergoyahkan dan tidak akan lamban untuk berkorban, selain ia akan mencintai negara.

Ketika iman yang kuat berada di suatu tempat, di sana tidak ada ruang bagi kebodohan dan dekadensi moral akibat faham naturalisme sebagian ideologi berbahaya. Semakin bertambah jumlah orang-orang yang mempersenjatai diri dengan iman nan kuat ini, akan semakin sempit ruang untuk memperluas faham masoni dan komunisme.

Mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur'an, Risalah-risalah An-Nur membuktikan sejauh mana kepalsuan filsafat materialisme yang menjadi tumpuan orang-orang komunis, dengan cara menunjukkan bukti dan argumentasi-argumentasi kuat. Juga membuktikan sejauh mana jauhnya filsafat materialisme dari kebenaran dan hakikat melalui bukti-bukti akal, fikiran, dan logika. Dengan demikian, Risalah-risalah An-Nur menerangi akal dan menyelamatkan orang-orang yang jatuh ke dalam kegelapan pemikiran yang rusak ini. Risalah-risalah An-Nur juga menegaskan keberadaan Allah kepada para penganut faham materialisme yang hanya mempercayai apa yang mereka lihat saja, melalui dalil-dalil kuat yang mustahil untuk dipungkiri ataupun diabaikan.

Risalah-risalah ini membacakan dirinya sendiri kepada murid-murid tingkat lanjutan atas dan juga para mahasiswa karena memiliki gaya penuturan yang menarik, mengakar, dan memiliki nilai sastra tingkat tinggi.

Untuk itu, orang-orang komunis dan masoni menyadari bahwa Risalah-risalah An-Nur adalah halangan kuat bagi pemikiran-pemikiran beracun mereka. Tidak heran jika mereka menggunakan berbagai macam kebohongan untuk melenyapkan Risalah-risalah An-Nur, dan melarang membacanya karena risalah-risalah ini merupakan referensi dan sumber keimanan yang kuat, karena ia merupakan tafsir hakiki Al-Qur'an. Meski tidak terlihat satu pun indikasi kebohongan yang mereka kaitkan dengan Risalah-risalah An-Nur, namun mereka tetap melancarkan serangan.


492. Page

Jelas bahwa mereka bermaksud meneror dan ingin menjauhkan kami dari Risalah-risalah An-Nur dari sisi lain, agar mereka menyebarkan buku-buku beracun milik mereka kepada kami, sehingga dengan cara seperti ini mereka mampu menghapus dan melenyapkan iman dari umat kami dan dari kaum muda kami, agar dekadensi moral terjadi. Dengan demikian, mereka menjamin pemerintahan ini runtuh untuk selanjutnya mereka serahkan negeri dan umat ini ke negara asing. Inilah cita-cita mereka.

Saya ingin menyatakan di hadapan peradilan Anda secara terus terang dan tanpa ragu; mereka harus tahu dengan baik, bahkan mereka harus menggigil ketakutan karena kami tidak akan takut menghadapi segala bentuk permainan mereka, karena kami mengetahui kebenaran dan hakikat, kami mempelajari semua itu dari Risalah-risalah An-Nur dan kami percayai kebenaran itu.

Kaum muda Turki melek dan tidak tidur. Bangsa Turki yang muslim ini, tidak mungkin tunduk pada kekuasaan negara manapun. Pemuda muslim berani mati –berdasarkan keimanan kuat yang yakin- tidak akan membiarkan negerinya dijual. Bangsa Turki yang taat beragama dan pemberani, dan para pemuda Turki yang beriman tidak akan bersikap pengecut ataupun takut.

Oleh karenanya, kami membaca dan akan selalu membaca Risalah-risalah An-Nur, karena risalah-risalah ini meningkatkan level kami dari akhlak insani menuju tingkatan paling tinggi, di samping ia juga mengajarkan agama kepada kami –para pemuda- yang menjadi sebab kemajuan kami di berbagai bidang, menebarkan rasa cinta terhadap negeri dan umat, mendidik kami untuk berpedoman pada nilai-nilai keagamaan yang membuat kami rela mengorbankan apapun yang kami miliki.

Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, saya mendapatkan manfaat besar dari Risalah-risalah An-Nur padahal saya hanya membaca sebagian kecil saja. Andaikan saya punya kekayaan, tentu akan saya gunakan untuk menerbitkan satu kumpulan penuh Risalah-risalah An-Nur yang memberikan banyak sekali manfaat bagi negeri, umat, dan kemanusiaan secara keseluruhan, karena saya benar-benar siap untuk mengorbankan apapun yang saya punya demi agama, demi kebahagiaan dan keselamatan abadi negeri dan umat ini.

Sebelumnya saya merasa takut dalam jiwa dan ruhani. Ketika saya mencari-cari kitab untuk saya baca, saya menemukan Risalah-risalah An-Nur yang saat saya baca, saya tahu bahwa saya tidak bisa meninggalkan kitab tersebut, karena saya merasa bahwa inilah yang mampu memenuhi kebutuhan kalbu saya, karena dalam kitab tersebut saya menemukan bukti-bukti dan dalil-dalil akal serta iman yang menyelamatkan dari syubhat-syubhat ilmiah dan keimanan, sehingga saya terhindar dari keresahan dan kesempitan akibat syubhat-syubhat yang ada dalam diri saya. Melalui hakikat-hakikat ini saya tahu, bahwa Risalah-risalah An-Nur ditulis untuk manusia zaman sekarang.

Untuk memiliki keistimewaan-keistimewaan luhur seperti etika dan pendidikan tinggi, orang harus memiliki iman yang kuat. Mengingat Risalah-risalah An-Nur memaparkan berbagai hakikat iman dengan dalil-dalil yang sangat kuat dan dengan perumpamaan-perumpamaan yang jelas, saya merasa bahwa iman saya semakin kuat setiap kali membaca risalah-risalah tersebut. Inilah yang menyelamatkan saya dari keruntuhan dalam kesesatan ini, menyelamatkan saya untuk meninggalkan agama saya yang menyatukan segala sisi kebenaran dan hakikat –sebagai asas peradaban paling tinggi-, juga menyelamatkan saya untuk menjadi santapan empuk binatang buas merah (komunisme).

Oleh karenanya, Risalah-risalah An-Nur menyelamatkan para pembacanya dari berbagai musibah materi maupun spiritual, memberi mereka ilmu melebihi ilmu yang dimiliki lulusan universitas, menanamkan cinta Islam, cinta negeri dan umat di dalam diri mereka, mengajari mereka untuk taat Allah, bekerja secara serius, rajin, dan kasih sayang.

Siapapun yang membaca Risalah-risalah An-Nur, ia tidak akan meninggalkannya meski apapun harga yang harus ditebus, dan tidak mungkin untuk melepaskan perasaan-perasaan tulus berupa penghormatan terhadap Risalah-risalah An-Nur dari hati siapapun juga.


493. Page

Pihak penuntut umum menyebut Risalah-risalah An-Nur sebagai karangan-karangan berbahaya. Saya menolak dengan keras kebohongan yang hanya diucapkan oleh orang yang tidak punya nurani dan perasaan ini.

Tuntutan umum menyebutkan bahwa saya mendorong untuk membaca Risalah-risalah An-Nur.

Ya, ini benar. Hanya saja hati para kalangan terpelajar terluka oleh kebohongan lain, bahkan menangis dan gigi-gigi mereka berkeretak.

Abad XX adalah abad penyebaran pemikiran-pemikiran yang diperkuat dengan dalil-dalil, dimana setiap orang tidak akan memperhatikan atau mengimani sesuatu pun tanpa dalil ataupun bukti. Untuk itu, kami menuntut pihak penuntut umum untuk membuktikan bahwa Risalah-risalah An-Nur adalah kitab-kitab berbahaya.

Di antara tujuan di balik berbagai kebohongan yang dihembuskan pada musuh terselubung adalah mematahkan kerjasama dan ikatan di antara kami, ikatan yang muncul dari perasaan cinta, penghormatan, dan kasih sayang ukhuwah yang mengingat di antara para pembaca Risalah-risalah An-Nur yang terkait dengan ikatan-ikatan Islam demi pengabdian Al-Qur'an semata, bukan untuk tujuan apapun yang lain.

Jika memang ini tujuan mereka, berarti mereka salah dan melakukan hal sia-sia tanpa guna. Saya –dalam kapasitas saya sebagai pembaca Risalah-risalah An-Nur yang paling awam, yang paling minim pemahaman, dan berada di barisan belakang di antara mereka- menyampaikan tanggapan untuk mereka;

Andai pun salah seorang di antara kami berada di timur dan yang lain di barat, andai ada di antara kami berada di utara sementara yang lain berada di selatan, andai seseorang di antara kami berada di akhirat dan yang lain berada di dunia, kami tetap bersama-sama. Andaipun seluruh kekuatan semesta ini bersatu padu, tetap tidak akan mampu menjauhkan kami dari ustadz kami, Sa’id An-Nursi ataupun Risalah-risalah An-Nur, dan kami tidak akan terpisahkan.

Ini karena kami mengabdikan diri untuk Al-Qur'an dan kami akan tetap seperti itu, di samping karena kami mengimani hakikat akhirat. Oleh karenanya, tidak ada satu kekuatan pun yang mampu melepaskan cinta dan kerjasama maknawi di antara kami ini, karena kaum muslimin akan bersatu di negeri kebahagiaan abadi.

Izinkan saya menyampaikan kepada Anda sebuah hakikat penting berikut atas nama keamanan dan keselamatan negeri serta umat kita;

Salah satu rencana terselubung kaum komunis adalah menghasut rakyat melawan pemerintah, di samping putusan-putusan palsu dan dusta yang dikeluarkan para pihak bertanggungjawab di lingkungan pemerintahan untuk menjebloskan Badiuzzaman Sa’id An-Nursi ke dalam penjara dan menampakkan bahwa karya-karya beliau berbahaya, karena di luar sana ada banyak upaya untuk menyebarkan propaganda-propaganda dusta yang tidak bisa dibenarkan oleh seorang rakyat pun.

Mengingat umat ini sejak beberapa tahun lamanya yakin bahwa Badiuzzaman Sa’id An-Nursi adalah salah satu sosok jenius Islam zaman sekarang, dan ia memiliki kepribadian tiada duanya dari berbagai sisi, maka mustahil bagi propaganda manapun untuk melenyapkan ataupun merusak keyakinan yang benar ini.

Puja dan puji saya panjatkan kepada Allah atas kemudahan yang Ia berikan kepada saya untuk memetik manfaat dari karya-karya tulis seorang ustadz besar, sepenuh hati dan eksistensi saya, saya berhutang kepada ustadz ini, karena saya mendapatkan pelajaran-pelajaran bernilai seputar iman dan Islam. Dengan sepenuh lapang dada, saya menerima untuk tinggal di dalam penjara ini meski beberapa tahun lamanya demi ustadz mulia yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menulis 

494. Page

dan menghadapi beban berat demi menyelamatkan kaum muda agar tidak menjadi santapan komunisme dan menghuni penjara terisolir kekal abadi sebagai tempat kambalinya.

Sejak duapuluh tahun silam, Risalah-risalah An-Nur yang merupakan tafsir Al-Qur'an, memberikan pelajaran-pelajaran iman, Islam, dan akhlak luhur kepada jutaan orang, dan menjaga mereka dari atheisme. Andai saya divonis hukuman mati demi Risalah-risalah An-Nur, tentu saya segera menuju tiang gantungan sambil mengucapkan, “Allah … Allah … wahai Rasulullah.”

Risalah-risalah An-Nur yang melindungi kaum muda kita agar tidak jatuh dalam pangkuan komunisme, keluar dari agama, jatuh dalam kehinaan-kehinaan petaka dan musibah yang menyebabkan kaum muda berkhianat terhadap negeri yang hukumannya tidak lain adalah vonis mati dengan ditembak, saya siap divonis mati dengan ditembak demi Risalah-risalah An-Nur, dan saya akan membusungkan dada untuk timah-timah panas tersebut tanpa gentar ataupun ragu. Andai pun mereka memotong tubuh saya satu persatu dengan pisau demi ustadz saya, Badiuzzaman, tentu saya berdoa kepada Allah semoga darah yang tertumpah di sekitar saya menulis; Risalah-risalah An-Nur … Risalah-risalah An-Nur.

Lembaga peradilan yang terhormat!

Membaca Risalah-risalah An-Nur dan menimba ilmu di dalamnya adalah sebuah inovasi, sangat mendasar dan tiada bandingnya, karena terus meraih ilmu lain umumnya bertujuan untuk meraih keuntungan materi atau kedudukan tertentu. Dengan kata lain, terus menekuni pelajaran-pelajaran lain selain pelajaran-pelajaran An-Nur umumnya hanya karena motivasi untuk meraih keuntungan-keuntungan materi atau reputasi.

Berbeda dengan Risalah-risalah An-Nur, ia mirip universitas terbuka yang tidak terorganisir. Mereka yang rutin menghadiri universitas ini dengan membaca Risalah-risalah An-Nur, tidak ingin meraih tujuan duniawi apapun. Yang mereka inginkan tidak lain hanyalah memberikan pengabdian iman dan Al-Qur'an, bukan yang lain.

Meski demikian, Risalah-risalah An-Nur yang merupakan karya berbasis ilmiah dan keimanan nan serius, dibaca sepenuh kerinduan dan cinta, dibaca dengan kesenangan dan kebahagiaan besar hingga para pembaca risalah-risalah ini yang tulus, merasa ingin membaca berulang kali. Mereka yang menyalin dan membaca Risalah-risalah An-Nur, ketika dibawa ke peradilan dan kehidupan mereka terancam, mereka mengaku membaca dan bertekad untuk selalu membaca Risalah-risalah An-Nur. Meski mereka yakin akan menerima vonis mati, tentu sikap tegar mereka ini tak tergoyahkan.

Keistimewaan yang terdapat ada dalam Risalah-risalah An-Nur, di antara sifat-sifatnya yang luar biasa ini tentu membuat kalian bertanya-tanya;

“Apakah nyawa mereka yang mengakui itu begitu murah bagi mereka hingga sedemikian itu?!”

Dengan demikian, ada sebuah hakikat luhur di dalam Risalah-risalah An-Nur dan Badiuzzaman, dan tentu tidak ada hal-hal berbahaya di dalam karya-karya tulis ini, karena mereka tidak memungkiri para pembacanya.

Murid-murid sekolah mempelajari pelajaran-pelajaran mereka karena adanya kekuatan yang mewajibkan mereka untuk disiplin dan belajar, sementara Badiuzzaman, beliau tidak memaksa siapapun untuk membaca Risalah-risalah An-Nur. Ratusan ribu pembaca risalah-risalah ini, sebagian besar di antara mereka tidak pernah melihat beliau, namun mereka memiliki ikatan kuat dengan beliau yang tidak mudah terputus, mereka rela menjadi murid-murid Risalah-risalah An-Nur dan menerima pelajaran dari risalah-risalah tersebut.


495. Page

Aturan belajar nan menawan dan tidak biasa ini, belum pernah disaksikan dalam sejarah lama maupun sejarah modern, dan tidak disaksikan di universitas manapun.

Pihak penuntut umum berkata kepada saya, “Sikap hormat yang Anda tunjukkan pada Badiuzzaman, tidak Anda perlihatkan kepada mufassir-mufassir lain.”

Ini benar, karena sikap hormat disesuaikan dengan tingkat kesempurnaan, dan ucapan terimakasih juga disesuaikan dengan tingkat faidah yang didapatkan. Dan, besarnya faidah yang didapatkan dari karya-karya Badiuzzaman, tidak kami lihat dalam karya-karya lain.

Kalangan masoni dan komunis berusaha agar kami dan kaum muda khususnya, tidak mengenal Badiuzzaman yang dinilai sebagai penulis dan pemikir muslim terbesar abad XX. Namun kaum muda muslim Turki dan umat Islam, mengenal ustadz pemimpin ini, mereka mendapatkan manfaat dari beliau, dan membuat yang lain juga memetik manfaat dari beliau.

Inilah sebab kenapa ikatan kuat dan kepercayaan terhadap Badiuzzaman tidak mungkin terguncang ataupun terputus.

Karena Risalah-risalah An-Nur menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan keahlian luar biasa dan dengan bahasa kami, bahasa Turki, tanpa membuat ayat-ayat Al-Qur'an kehilangan keistimewaannya yang dinilai sebagai mukjizat terbesar bagi Risalah-risalah An-Nur, untuk itu seluruh lapisan masyarakat dari kaum lelaki hingga wanita, pejabat maupun para pekerja, ilmuan maupun filosof, semuanya bisa membaca dan memetik manfaat darinya.

Melalui manfaat-manfaat yang mereka ketahui di dalam Risalah-risalah An-Nur –dimana masing-masing sesuai kemampuan yang dimiliki- mereka semakin mencintainya. Semua membaca risalah-risalah ini, baik murid-murid tingkat lanjutan atas maupun para mahasiswa, para dosen maupun filosof. Selain kalangan terpelajar ini memetik manfaat, mereka juga menyepakati keindahan gaya bahasa penulisan Risalah-risalah An-Nur, sehingga mereka semakin rindu untuk membaca satu kumpulan utuh risalah-risalah ini.

Siapapun yang baru mengenal Badiuzzaman dan Risalah-risalah An-Nur yang memiliki pengetahuan lurus, menyesal kenapa tidak tahu sejak dulu. Untuk menebus masa-masa yang terlewat itu, mereka memanfaatkan segala kesempatan yang ada –meski hanya lima menit- untuk membaca Risalah-risalah An-Nur secara rutin. Tidak pernah terlihat adanya keinginan kuat seperti ini terhadap karya-karya tulis milik siapapun juga, baik karya tulis ilmuan sosial, kejiwaan, ataupun filosof, karena yang memanfaatkan karya-karya mereka hanya kalangan terpelajar saja.

Ketika murid sekolah tingkat lanjutan atas atau seorang wanita membaca buku karya seorang filosof, ia tidak bisa mendapatkan manfaat dari buku tersebut. Namun siapapun –masing-masing berdasarkan kemampuan yang dimiliki- bisa mendapatkan manfaat dari Risalah-risalah An-Nur.

Untuk itu, di luar sana ada suatu umat yang menantikan putusan bebas Anda untuk Badiuzzaman dan murid-muridnya. Andai saja Sa’id An-Nursi tidak menyampaikan pelajaran tentang kesabaran dan ketabahan di masa-masa ujian dan kesulitan kepada murid-muridnya –seperti yang beliau lakukan kala mengumpulkan murid-murid beliau ketika beliau bertindak sebagai panglima pasukan berani mati dalam peperangan- tentu ribuan murid-murid An-Nur akan mendirikan tenda-tenda di perbukitan kota Afion menantikan putusan bebas peradilan tinggi tindak kejahatan Afion.

Hingga saat ini, tak seorang pun mampu membuktikan bahwa aktivitas Sa’id An-Nursi dan murid-murid An-Nur, termasuk dalam lingkup aktivitas organisasi rahasia menurut undang-undang. Lantas kenapa hal itu tidak bisa dibuktikan? Tidak mampukah seseorang yang dianggap sebagai pakar hukum dan bahkan mencapai tingkatan penuntut umum, untuk membuktikan hal tersebut menurut undang-undang?


496. Page

Sama sekali tidak, ia sama sekali bukan tidak mampu untuk itu. Namun karena memang tidak adanya pembentukan organisasi rahasia, maka tak seorang pun mampu membuktikan keberadaan organisasi seperti itu.

Pada mulanya, pihak penuntut umum menyatakan bahwa murid-murid An-Nur bukan organisasi. Pandangan dan penilaiannya ini benar sesuai koridor hukum. Namun tidak lama setelah itu ia menyatakan –tak seorang pun tahu kenapa-, “Mereka organisasi.” Pernyataan ini tentu saja berseberangan. Ini jelas merupakan pendapat pribadinya, dan bukan keputusan hukum. Kami yakin, lembaga peradilan mengetahui hakikat ini secara sempurna dan tahu bahwa tidak ada organisasi rahasia yang menyatukan murid-murid An-Nur.

Wahai para hakim yang terhormat!

Jika hati terpotong-potong saat sedih, maka sudah seharusnya hati terkoyak kecil-kecil sebanyak bilangan atomnya karena sedih mendengar berita seorang pemuda jatuh di dalam jurang atheisme.

Putusan bebas yang akan kalian keluarkan, akan menjadi media efektif untuk menyelamatkan para pemuda Islam dan dunia islam dari petaka menakutkan ini. Inilah salah satu sebab yang mengikat saya dengan Badiuzzaman dan seluruh karya-karya tulisnya dengan ikatan yang tak terlepaskan.

Putusan bebas untuk Risalah-risalah An-Nur yang akan kalian keluarkan dan izin peredaran risalah-risalah ini, akan menyelamatkan para pemuda Turki dan kaum muslimin dari musibah atheisme, karena Risalah-risalah An-Nur yang merupakan gudang penyimpanan hakikat-hakikat luhur, akan dikenal suatu hari nanti di berbagai belahan dunia. Untuk itu, kalian akan menjadi pusat penghormatan seluruh umat manusia. Generasi-generasi saat ini dan juga yang akan datang, akan berterimakasih kepada Anda atas putusan bebas yang kalian berikan. Generasi-generasi ini akan selalu mengenang Anda dengan segala hormat setiap kali mereka membaca Risalah-risalah An-Nur dan memetik manfaat dari luapannya nan agung.

Kala saya menyampaikan kata-kata ini dengan tulus kepada kalian, saya harap jangan sampai kalian mengira saya ini bersikap munafik atau mencari muka, sama sekali tidak, karena saya tidak takut pada siapapun di peradilan yang mengadili Badiuzzaman ini.

Namun izinkan saya menyampaikan penjelasan singkat berikut;

Jika pihak penuntut umum terus menyampaikan dakwaan buruk terhadap Risalah-risalah An-Nur, penulis dan para pembacanya, padahal Risalah-risalah An-Nur dinilai sebagai obat manjur melawan komunisme dan masoni di negeri yang diberkahi ini. Jika ia tidak melepaskan dakwaan-dakwaan yang benar-benar keliru, seluruh emosi pribadi dan perasaan-perasaan diri, berarti ia menjadi penolong kelompok masoni dan komunis untuk berkembang dan menyebar.

 

* * *

Bagian dari Surat yang Disampaikan Kepada Peradilan Banding

Melalui pembuktian, Risalah-risalah An-Nur memperkuat iman lemah orang-orang yang terpengaruh oleh berbagai syubhat yang disebarkan bulletin-bulletin para perkumpulan atheis.

Salah satu rahasia terdalam kenapa para pemuda terkait dan berpegang teguh pada Risalah-risalah An-Nur seakan mereka terkena arus listrik adalah sebagai berikut;

Badiuzzaman Sa’id An-Nursi sejak beberapa tahun silam berupaya mengingkari jati diri dan memberikan banyak pengorbanan tanpa tanding pada masa tua dan sakit –pada fase dimana beliau 

497. Page

memerlukan perawatan dan perhatian, dengan kesabaran dan ketabahan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata dalam menghadapi berbagai macam penindasan dan penyiksaan yang dilakukan para musuh terselubung beliau dari kalangan masoni dan komunis, juga kalangan-kalangan yang diperdaya kedua kelompok ini.

Dengan pandangannya yang tajam dan pengamatan terhadap realita, beliau mengetahui konspirasi-konspirasi terselubung yang mencengangkan dan rencana-rencana melawan iman. Beliau tahu bagaimana rencana-rencana ini runtuh karena karya-karya beliau yang berbasis keimanan.

Namun bukankah menyedihkan dan memilukan jika sang pemimpin Islam dan kepribadian besar tiada duanya ini harus merasakan siksaan penjara sejak duapuluh lima tahun silam, ditahan dalam penjara terisolir secara penuh, dan upaya pembunuhan terhadap beliau?!

Meski pengarang Risalah-risalah An-Nur merasakan siksaan akibat dugaan-dugaan hampa yang muncul dari perilaku-perilaku hina dan berbagai rencana kelompok-kelompok komunis, namun antusias yang terus meningkat untuk membaca Risalah-risalah An-Nur dengan sepenuh kerinduan, akan tetap bertahan dan terus berlangsung.

Bukti pertama dan yang terbesar adalah para pemuda yang membaca risalah “tongkat Musa” yang disalin dengan huruf-huruf baru, mereka mulai belajar membaca huruf-huruf Al-Qur'an agar bisa membaca risalah-risalah lain. Dengan demikian, mereka menghancurkan benteng besar bernama kebodohan terhadap huruf Al-Qur'an. Inilah kebodohan yang menjadi penghalang untuk mempelajari banyak sekali ilmu dan memaksa mereka untuk membaca buku-buku karya orang-orang yang paling jauh dari agama dan iman.

Ketika kaum muda bangsa manapun menerima Al-Qur'an dan ilmu-ilmu yang bersumber dari cahaya Al-Qur'an, siap siaga dan mempersenjatai diri dengan ilmu-ilmu itu, artinya bangsa tersebut mulai menempuh jalur perkembangan dan kemajuan. Para pemuda yang ruhani mereka dahaga akan iman dan Islam, kini mulai mengisi ruhani dengan luapan Risalah-risalah An-Nur yang merupakan tafsir Al-Qur'an. Dengan demikian, para pemuda yang memiliki iman dan ilmu, akan memerangi atheisme dan komunisme.

Mereka tidak akan membiarkan negeri mereka dijual kepada lawan-lawan Islam. Untuk itu, jika orang-orang komunis mampu melenyapkan kertas dan tinta, tentu para pemuda seperti saya ini dan orang-orang tua akan mengorbankan nyawa demi menyebarkan Risalah-risalah An-Nur yang merupakan gudang penyimpangan hakikat-hakikat. Bahkan jikapun terpaksa, mereka rela menjadikan kulit mereka sebagai kertas, dan darah mereka sebagai tinta.

Ya, ya, ya … seribu kali ya.

Pihak penuntut umum menyatakan di sela-sela dakwaannya, “Sa’id An-Nursi meracuni pemikiran para mahasiswa melalui karya-karya tulisnya.”

Sebagai bantahan terhadap dakwaan tersebut, kami menyatakan;

“Jika Risalah-risalah An-Nur racun, maka kami memerlukan berton-ton racun tersebut. Dan jika pihak penuntut umum mengetahui tempat di mana terdapat banyak racun ini, maka segeralah ia kirimkan racun-racun itu kepada kami.”

Ketika kami –murid-murid An-Nur- menghadapi kezaliman orang-orang zalim kala kami menunaikan pengabdian iman dan Islam, kami lebih memilih untuk menyerahkan nyawa di penjara dan di atas tiang-tiang gantungan, bukan di atas kasur kenyamanan, karena kami menganggap kematian secara teraniaya di dalam penjara –karena pengabdian Al-Qur'an- sebagai karunia ilahi yang besar. Kami lebih memilih kematian seperti itu dari pada kehidupan yang secara kasat mata terlihat merdeka namun pada hakikatnya kesewenang-wenangan mutlak.


498. Page

Yang ditahan di penjara Afion,

Zubair Kunduz Alib

Dari provinsi Konya

 

Catatan;

Setelah pledoi dan surat pembelaan ini dikirim ke peradilan banding, ketua peradilan banding mengirim telegram berisi perintah untuk segera membebaskan Zubair dari penjara.

 

* * *

Pembelaan (Pledoi) Musthafa Shankur[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Pidana Afion

 

Pihak penuntut umum menuntut vonis hukuman kepada saya juga dengan dakwaan saya bergabung dengan organisasi orang-orang An-Nur dan menghasut rakyat melawan pemerintah.

Pertama;

Tidak ada organisasi bernama organisasi orang-orang An-Nur, dan saya tidak bergabung dengan organisasi apapun dari sisi ini. Saya bergabung dengan organisasi Islam nan suci dan agung, organisasi ilahi dan bercahaya terang yang menyampaikan kabar gembira kebahagiaan dan keselamatan abadi kepada seluruh umat manusia, yang didirikan sejak lebih dari 1350 tahun silam oleh kebanggaan seluruh alam, Muhammad Saw., yang beranggotakan 350 juta orang di setiap masanya. Dengan segenap kekuatan, saya bertekad bulat –alhamdulillah- untuk taat pada segala perintah-perintah suci beliau.

Adapun Risalah-risalah An-Nur dimana pihak penuntut umum menganggap sikap saya yang berguru pada risalah-risalah tersebut sebagai kesalahan dan kejahatan, risalah-risalah tersebut mengajarkan tugas-tugas keagamaan dan keimanan kepada saya, mengajarkan kepada saya bahwa Islam adalah agama paling luhur dan suci, dan Islam adalah satu-satunya jalan untuk menggapai kebahagiaan umat manusia.

Mengajarkan kepada saya bahwa Al-Qur'an adalah perintah ilahi, pandangannya meliputi seluruh kejadian sejak zaman azali hingga selama-lamanya, ia adalah kitab samawi yang paling luhur, kitab mukjizat dari empatpuluh sisi, kalam azali yang menyampaikan kabar gembira kebahagiaan abadi kepada seluruh umat manusia, sehingga menjadikan para perindunya merasakan keagungan karunia yang diberikan.


[1] Lahir di bilangan Aflani, provinsi Zanghuldag pada tahun 1929, dialah yang selalu mendampingi ustadz An-Nursi baik saat bermukim maupun bepergian, ia berguru kepada beliau hingga meluruhkan diri dalam Risalah-risalah An-Nur, seperti yang dikatakan ustadz An-Nursi. Beliau menyerahkan urusan murid-murid An-Nur kepadanya, juga pada beberapa saudara terhormat. Semoga Allah memanjangkan dan memberkahi usianya. (Penerjemah).




499. Page

Mengajarkan kepada saya bahwa Rasul Saw. yang diutus Rabb seluruh alam adalah manusia paling sempurna dengan seluruh kondisinya, manusia paling jujur dan paling luhur dari segala sisi kesempurnaan. Dengan cahaya Islam, ia memberikan berita gembira terbesar dan hiburan paling suci. Dengan kekuasaan maknawi, ia mengatur seperlima umat manusia sejak 14 abad silam. Seluruh kebaikan yang dilakukan umatnya, dicatat dalam kitab amal baiknya sejak seribu tigaratus sekian puluh tahun lamanya. Ia adalah sebab penciptaan seluruh wujud. Ia adalah kekasih Allah.

Mengajarkan kepada saya bahwa akhirat, surga, dan neraka adalah benar dan hakikat melalui bukti-bukti dan hujah-hujah nyata bersumber dari Al-Qur'an al-mu’jizul bayan.

Melalui kata-kata dan rangkaian kalimatnya, Risalah-risalah An-Nur bersaksi bahwa ia adalah luapan cahaya Al-Qur'anul Karim dan cahaya Muhammad Saw., karena risalah-risalah ini menisbatkan diri pada Al-Qur'an dan keberadaannya sebagai tafsir khusus. Berdasarkan pengertian ini, Risalah-risalah An-Nur bersifat samawi.

Risalah-risalah An-Nur –yang dituduh menghasut rakyat melawan pemerintah- dengan seluruh bagian-bagiannya (seperti al-kalimat, al-lama’at, asy-syu’a’at, al-maktubat), semata memberikan pelajaran-pelajaran seputar hakikat-hakikat ilahi, undang-undang Islam dan rahasia-rahasia Al-Qur'an. Lantas bagaimana membaca Risalah-risalah An-Nur sebagai karya-karya yang tulis berada di puncak pengajaran bagi akhlak mulia dan hakikat-hakikat iman, dianggap sebagai tindak kejahatan atau bersalah?!

Apakah mengunjungi penulis karya seperti risalah-risalah yang diberkahi ini, yang mencapai puncak iman, akhlak, dan kemuliaan, atau membentuk ukhuwah demi Al-Qur'an bersama murid-murid An-Nur yang dipersenjatai dengan keimanan kuat dan akidah tak tergoyahkan, yang berjanji pada diri sendiri untuk menjaga kemuliaan Islam dan hakikat-hakikat Al-Qur'an di masa sekarang ini, yang tidak memiliki tujuan selain meraih ridha Allah, apakah ini dianggap membentuk sebuah organisasi?!

Nurani bersih dan nurani adil mana yang mampu mengeluarkan vonis hukuman terhadap hal tersebut?!

Para hakim yang terhormat!

Risalah-risalah An-Nur dengan seluruh bagian-bagiannya, mulai dari al-kalimat dan al-lama’at, hingga asy-syu’a’at yang diakui para ulama besar, yang memberikan tingkatan keimanan luhur, dan kerinduan besar bagi yang membacanya, tidak lain merupakan tafsir Al-Qur'an al-mu’jizul bayan.

Setiap bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur adalah mentari yang melenyapkan penyakit-penyakit dan kegelapan-kegelapan maknawi.

Terkait ustadz kami, pengarang Risalah-risalah An-Nur, beliau menghabiskan masa hidup secara keseluruhan demi keimanan dan Al-Qur'an. Beliau menanggung berbagai jenis siksaan dan kesulitan demi tujuan ini. Dengan menyebarkan hakikat-hakikat Al-Qur'an pada masa sekarang, beliau berupaya menyelamatkan bangsa ini dari serangan ganas komunisme dan berbagai macam atheisme.

Lembaran putih kehidupan beliau yang jauh dari segala kekurangan, membuktikan bahwa beliau ditugaskan dan dipersiapkan untuk menjalankan peran suci ini. Beliau tidak memberikan pelajaran-pelajaran amoral ataupun seni merusak kepada kami. Yang beliau ajarkan adalah pelajaran-pelajaran untuk menyelamatkan iman. Ini mungkin menjadi tujuan terbesar dan paling penting bagi umat manusia di muka bumi ini.

Upaya menyelamatkan iman ratusan ribu umat manusia dengan Risalah-risalah An-Nur yang beliau galakkan sejak hampir 25 tahun ini, khususnya bagi orang-orang malang seperti saya yang 

500. Page

sama sekali tidak mengetahui apapun tentang Islam, dan pelajaran-pelajaran tentang iman yang beliau sampaikan kepada kami yang merupakan puncak kebahagiaan serta tujuan hidup, tidak diragukan merupakan karunia ilahi.

Kami katakan kepada mereka yang menerima hakikat-hakikat namun mengingkari pengabdian suci yang beliau berikan, dan menganggap beliau berbahaya bagi kehidupan sosial;

Jika menyelamatkan umat manusia dari berbagai petaka menakutkan, seperti dekadensi moral, atheisme, tidak beriman, dan membimbing banyak orang untuk beriman, menempuh jalan yang telah digariskan Allah, menyeru untuk menaati perintah-perintah agama, membahagiakan umat manusia dengan kebahagiaan abadi ala Islam, jika ini semua dianggap sebagai dosa dan kejahatan, saat itu kalian bisa menyatakan bahwa beliau berbahaya bagi kehidupan sosial.

Jika tidak, berarti pernyataan tersebut merupakan kebohongan terbesar dan kejahatan tak terampuni.

Risalah-risalah An-Nur tidak berorientasi dunia, tapi berorientasi pada kebahagiaan kekal abadi akhirat, berorientasi untuk menggapai ridha Allah Nan Maha Abadi, Azali, Maha Penyayang yang menciptakan keindahan di dunia tidak lain sebagai bayangan kecil bagi keindahan-Nya, dan menciptakan kelembutan-kelembutan surga secara keseluruhan tidak lain sebagai kilauan cinta-Nya.

Mengingat tujuan ilahi nan  suci dan tujuan luhur ini ada, maka saya seribu kali membebaskan Risalah-risalah An-Nur dari kejatuhan dalam hal-hal hina dan terlarang yang menghasut rakyat melawan pemerintah. Kami berlindung kepada perlindungan Allah dari segala kejahatan orang-orang yang tidak menginginkan kami untuk mempelajari masalah-masalah agama kami, tidak memberikan pengabdian untuk keimanan kami, sehingga mereka membuat-buat berbagai kebohongan terhadap kami demi menumpas kami.

Para hakim yang terhormat!

Mustahil cahaya Risalah-risalah An-Nur dipadamkan. Bukti paling besarnya adalah meski berbagai upaya dilakukan sejak duapuluh lima tahun silam untuk melenyapkan risalah-risalah ini, namun justru sebaliknya, Risalah-risalah An-Nur kian menyebar dan lebih bersinar, karena pemilik dan penolong risalah-risalah ini adalah Allah yang di tangan-Nya jua segala kunci-kunci perbendaharaan segala sesuatu sejak zaman azali hingga selama-lamanya, di samping karena hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur adalah hakikat-hakikat Al-Qur'an yang dijamin untuk dijaga dan dilindungi Allah. Cahaya-cahaya Risalah-risalah An-Nur akan tetap bertahan dan menyebar, insya Allah.

Para hakim yang terhormat!

Jika membaca dan menyalin Risalah-risalah An-Nur yang mengajari kami iman dan Islam dengan segenap kerinduan dan cinta, yang tidak punya tujuan apapun selain menggapai ridha Allah, yang merupakan tafsir Al-Qur'an al-mu’jizul bayan di zaman sekarang, jika memberikan risalah-risalah yang mengandung hakikat-hakikat iman ini kepada saudara-saudara sesama mukmin dianggap sebagai tindak kejahatan, jika ikatan keagamaan dan ukhuwah Islam yang menyatukan kaum mukminin di jalan ridha Allah, Al-Qur'an, iman, dan yang dinilai sebagai salah satu perintah suci agama, jika memang ikatan seperti ini menurut pandangan kalian dianggap membentuk sebuah organisasi, maka saya tentu sangat bahagia sekali untuk bergabung dengan organisasi seperti ini, lebih besar dari seluruh pemberian dan lencana.

Puji tak terbatas saya panjatkan kepada Allah karena berkenan memberikan kebahagiaan besar kepada orang malang seperti ini berkat karunia dan kelembutan-Nya, ketika Ia menjadikan saya sebagai salah seorang murid Risalah-risalah An-Nur. Sebagai penutup, saya hanya bisa mengucapkan:


501. Page

حَسۡبُنَا اللّٰهُ وَنِعۡمَ الۡوَكِيۡلُ

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ

 “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung’.” (QS. At –Taubah: 129)

 

Guru,

Musthafa Shankur

 

* * *


502. Page

Nota Pembelaan Musthafa Shankur di Hadapan Peradilan Banding

 

Pertama;

Peradilan tinggi tindak pidana menganggap membaca, menyalin, dan memberikan Risalah-risalah An-Nur kepada salah seorang saudara sesama mukmin yang memerlukan untuk ia manfaatkan yang saya lakukan, sebagai suatu kesalahan dan kejahatan, karena menurut dakwaan, saya menghasut rakyat melawan pemerintah. Seperti yang telah saya sampaikan dalam pembelaan saya untuk menanggapi dakwaan ini;

Risalah-risalah An-Nur yang kalian anggap menghasut rakyat melawan pemerintah, tidak lain adalah tafsir hakiki Al-Qur'anul Karim. Dengan seluruh bagian-bagiannya, Risalah-risalah An-Nur memberikan pelajaran-pelajaran terkait hakikat-hakikat iman, memberikan kebahagiaan besar kepada siapapun yang membaca atau menyalinnya.

Risalah-risalah An-Nur sama sekali tidak berorientasi pada masalah-masalah dunia yang tiada berarti dan fana, seperti menghasut orang melawan pemerintah yang hanya dilakukan para pembuat onar dan orang-orang hina. Risalah-risalah An-Nur berorientasi untuk menggapai ridha Allah yang merupakan puncak tertinggi kebahagiaan.

Saya bangga dalam kapasitas saya sebagai pengabdi lemah dan salah seorang murid Risalah-risalah An-Nur yang memberi saya kenikmatan dan kemuliaan ilahi terbesar kala membaca dan menyalinnya. Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah karena telah berbuat baik kepada saya dengan memberikan nikmat ini kepada orang fakir dan miskin seperti saya. Namun demikian, mereka mengeluarkan vonis hukuman kepada saya karena mereka menganggap kaitan saya dengan iman dan Islam sebagai suatu kejahatan tanpa dasar hukum ataupun argumen apapun, sehingga mereka benar-benar dan secara tegas menyalahi kebenaran dan hakikat.

Kedua;

Saya bersaksi, ketika saya belajar di institut Kalkawi di Kastamonu, salah seorang guru menyampaikan pelajaran-pelajaran atheisme kepada kami, mereka mengatakan kepada kami bahwa Muhammad-lah yang menulis Al-Qur'an, Islam sudah tidak berlaku lagi, dan peradaban kini melangkah menuju kemajuan. Untuk itu, mengikuti Al-Qur'anul Karim adalah salah besar dan merupakan suatu kemunduran.

Bahkan, suatu hari salah seorang guru berkata kepada kami;

“Kaum muslimin menjalani kehidupan dalam derita dan siksa tanpa henti, karena mereka terus shalat dan mengingat akhirat, suasana derita selalu menyebar di seluruh masjid-masjid Islam. Berbeda dengan orang-orang Nasrani yang menjalani kehidupan dalam cinta, di tengah suasana musical dan senda gurau.”

Mereka berupaya untuk memutuskan segala ikatan yang mengaitkan hati kami dengan iman dan Islam, menempatkan kekafiran dan atheisme sebagai penggantinya.

Ketika saya disuntik dengan pemikiran-pemikiran beracun seperti ini, dan iman saya beresiko diculik dengan pelajaran-pelajaran atheisme berbahaya seperti ini, hingga saya terseret di dalam arus pemikiran-pemikiran yang mulai saya sebar di sekitar saya –na’udzu billah- tiba-tiba saya membaca Risalah-risalah An-Nur yang cahayanya bersumber dari Al-Qur'anul Karim, yang menyampaikan hakikat-hakikat iman dan Islam melalui bukti-bukti nan terang dan dalil-dalil luar biasa, yang membuktikan bahwa agama Islam merupakan media untuk menggapai kebahagiaan dan keselamatan umat manusia, Islam adalah mentari maknawi yang tidak akan pernah padam cahayanya, tanpa diduga risalah-risalah ini melenyapkan segala pemikiran beracun dan menebarkan iman di dalam hati saya.


503. Page

Di tengah kesenangan nan melimpah dan kebahagiaan tanpa batas ini, saya sampaikan kondisi saya kepada ustadz Badiuzzaman, pengarang risalah-risalah ini, sosok penuh kasih, setia, dan pemimpin hakiki, bagaimana saya sel amat dari kehidupan lalai dan sesat, merapat ke tepi pantai iman dan cahaya, bagaimana Risalah-risalah An-Nur yang memberi kami iman hakiki dinilai sebagai mentari hidayah untuk seluruh umat manusia di zaman sekarang ini, juga sebagai media untuk menggapai bahagia.

Dengan mengarang risalah-risalah ini dan memposisikan diri dalam tugas suci ini, sejatinya beliau memberikan pengabdian iman nan besar. Dengan demikian beliau merupakan karunia ilahi nan besar bagi seluruh umat manusia, khususnya bagi orang-orang beriman. Di hadapan beliau, saya sampaikan penyesalan, duka derita dan kebencian saya terhadap berbagai tindakan semena-mena terhadap Al-Qur'an dan Islam yang dilancarkan kelompok-kelompok terselubung di antara para pengikut Dajjal As-Sufyani, dan bagaimana mereka –seperti yang telah saya sampaikan baru saja- menghiasi atheisme pada umat Islam, berupaya menghancurkan asas-asas Islam nan suci yang mengikat jutaan umat manusia, dan berusaha menghancurkan kebahagiaan maknawi mereka.

Di hadapan beliau, saya sampaikan penyesalan dan kebencian saya terhadap orang-orang gila yang bertepuk tangan untuk para perusak dan merasa senang terhadap perilaku-perilaku mereka yang merusak, zalim, dan hina.

Saya berkata kepada teman-teman saya yang terasuki keraguan, “Mari kita menghindarkan diri dari hawa nafsu ini, mari kita menunduk di hadapan hakikat-hakikat Al-Qur'an, mari kita segera menuju madrasah An-Nur yang membimbing kita menuju jalan kebahagiaan pada zaman sekarang, mari kita meninggalkan segala kebohongan orang-orang bodoh lagi pendusta itu, kebohongan-kebohongan yang kita dengar selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, yang kita beri tepukan tangan, yang mereka sampaikan kepada kita seakan sebuah kebenaran itu sendiri, mari kita menjadikan Badiuzzaman Sa’id An-Nursi sebagai guru kita, kita berpegangan pada pelajaran-pelajaran beliau dengan sepenuh hati agar kita keluar dari kegelapan menuju cahaya.”

Bukankah kata-kata ini muncul dari rasa senang yang bersumber dari keimanan, cinta Al-Qur'an dan Islam yang menjadi pegangan, juga muncul dari cinta besar yang bersarang di sanubari umat, keinginan agar setiap orang meraih keinginan hakiki demi meraih kebahagiaan tanpa batas?

Lantas apakah mengaitkan diri kepada Allah dan memandang Islam sebagai agama paling luhur, juga sebagai sumber kemuliaan, kabar gembira kebahagiaan, dan menyampaikan semua itu, dianggap sebagai tindak kejahatan?!

Saat ini, serangan meruntuhkan dan menghancurkan mulai mengarah kepada Islam dan Al-Qur'an dari segala penjuru, berbagai kebohongan mulai dibentuk untuk menyerang Al-Qur'an dan nabi Muhammad Saw., serta upaya untuk mencela pribadi nan luhur dan tinggi tersebut. Di sisi lain, buku-buku yang menebarkan racun atheisme, terlepas dari agama dan akhlak, pujian terhadap orang-orang sengsara dari kalangan musuh-musuh Islam rendahan, para pendurhaka terhadap Allah, buku-buku yang menyebut segala tindakan ilegal dan bid’ah mereka dengan decak kagum dan penghargaan, justru diizinkan. Buku-buku seperti ini mengabaikan keluhuran Al-Qur'an, mengabaikan ketinggian kedudukan Rasul mulia Saw., dan kebenarannya.

Perlu diketahui, Risalah-risalah An-Nur menjelaskan keberadaan Allah, menjelaskan bahwa seluruh wujud di jagad raya ini bersaksi akan keesaan Pencipta, Ia adalah Zat yang wajib ada, dan manusia dengan akal dan fikiran yang diberikan Allah, merupakan cermin nama-nama Allah nan indah, karena itulah manusia dinilai sebagai penguasa di atas seluruh makhluk. Jika manusia mengaitkan diri kepada Allah, menjaga diri dari kesesatan, kebodohan, dan dosa-dosa besar, ia patut meraih tingkatan tamu mulia di ‘illiyyin paling atas, menikmati segala kenikmatan surga nan kekal abadi.


504. Page

Namun jika ia mengingkari Sang Pencipta, jatuh dalam kesesatan, kelalaian, menyekutukan dan durhaka kepada-Nya, ia lebih sesat dari hewan, dan patut mendapatkan tingkatan makhluk yang paling rendah di dalam siksaan kekal abadi di neraka.

Al-Qur'an adalah kalam Allah yang hukum dan perintah-perintahnya tiada berubah. Islam meraih tangan kita menuju peradaban terbaik. Kebahagiaan hakiki dan kekal abadi tidak akan terwujud bagi umat manusia selain dengan mengikuti perintah-perintah Al-Qur'an dan mengaitkan diri kepadanya.

Inilah masalah-masalah yang dijelaskan dan dibuktikan Risalah-risalah An-Nur secara pasti. Dan dari sinilah Risalah-risalah An-Nur meraih posisi luhur, karena ia bersumber dari mukjizat-mukjizat Al-Qur'an dan cahaya ilahi. Lantas apakah mengimani, menyebarkan dan menyatakan hal ini dianggap sebagai tindak kejahatan?!

Anehnya, membaca cerita-cerita yang ditulis untuk mengobarkan syahwat nan fana dan ilegal, menyebarkan buku-buku yang membahayakan keselamatan umat dan negara, menyerang Islam, memuji dan menyanjung buku-buku seperti ini, semua ini diizinkan dan tidak dianggap sebagai suatu kesalahan. Namun membaca dan menyalin Risalah-risalah An-Nur yang memperkenalkan kami kepada mentari Islam –yang menjadi petunjuk ratusan juta umat manusia dan di sanalah manusia menemukan kebahagiaan hakiki-, menyeru dan memperkenalkan kami kepada mentari tersebut, menyebarkan hakikat-hakikat iman, memuji dan menyanjung risalah-risalah ini –padahal kami tiada mampu untuk memberikan pujian yang sepatutnya ia dapatkan- dianggap sebagai kesalahan dan kejahatan.

Adakah seseorang yang di hatinya masih memiliki iman meski sebesar atom dan keinginan kuat untuk menjaga keselamatan negara dan umat ini meski hanya sebesar atom, mampu menganggap hal tersebut sebagai kesalahan?!

Para hakim yang terhormat!

Seruan yang disampaikan di hadapan kedudukan kalian yang tinggi ini, pada hakikatnya adalah seruan iman dan Al-Qur'an, seruan kebahagiaan abadi dan pembebasan untuk jutaan umat manusia. Para nabi dan rasul, khususnya rasul kita yang paling mulia, Muhammad Saw., para wali, ahli hakikat, dan para leluhur kita yang beriman, yang telah berlalu menuju negeri akhirat, dari sisi maknawi memiliki hubungan dengan seruan agung ini.

Saat ini, kalian punya kesempatan untuk meraih cinta, doa dan syafaat jutaan ahli hakikat, dan hakikat luhur bernama Risalah-risalah An-Nur, ada di hadapan kalian. Apakah tingkatan dan kedudukan-kedudukan dunia nan fana dan hina menjadi tujuan risalah-risalah ini? Ataukah risalah-risalah ini bertujuan untuk meraih ridha Allah yang tidak lain adalah kebahagiaan dan kesenangan terbesar, kebahagiaan puncak yang tidak ada lagi kebahagiaan lain setelah itu?

Apakah kata-katanya mendorong orang untuk berakhlak hina dan tercela, ataukah membekali mereka dengan iman, menghiasi mereka dengan keutamaan dan akhlak luhur?

Risalah-risalah An-Nur ada di hadapan kalian, ia bersumber dari kemukjizatan maknawi Al-Qur'an yang merupakan cahaya ilahi. Mengingat meraih iman, dan beralih dengan membawa iman dari dunia menuju kebahagiaan negeri akhirat merupakan tujuan manusia yang paling utama, mengingat Risalah-risalah An-Nur –berkat luapan Al-Qur'an- mempersembahkan hakikat-hakikat iman, mendekatkan ratusan ribu para pembaca dan mereka yang menyalaninnya pada tujuan ini, maka tidak ada pilihan lain bagi keadilan kalian nan luhur dan kecintaan kalian terhadap hakikat, selain memahami wajah Al-Qur'an, wajah hakiki Risalah-risalah An-Nur, menghargai nilai hakikinya, mengetahui bahwa murid-murid An-Nur hanya berupaya menggapai ridha Allah, tidak ada tujuan lain selain itu.


505. Page

Para hakim yang terhormat!

Guru kami yang terhormat, Badiuzzaman, yang menggapai tingkatan tertinggi keutamaan dan akhlak mulia, dengan segala kasih sayang dan cinta kasih yang beliau miliki, berusaha menyelamatkan umat manusia dari kegelapan pemikiran dan penjara abadi. Beliau-lah yang merasakan berbagai macam derita dan siksa demi tugas yang beliau pikul untuk menyebarkan hakikat-hakikat Al-Qur'an.

Guru kami ini berkali-kali dijebloskan ke dalam penjara tanpa alasan, tidak sesuai dengan peri-keadilan, padahal beliau dalam kondisi sakit, sudah tua, dan hidup seorang diri tanpa keluarga. Meski demikian, tujuan beliau hanya terbatas untuk menyelamatkan iman banyak orang dengan segenap ilmu, kecerdasan, iman, ubudiyah yang beliau miliki. Hati siapapun pasti remuk menderita karena beban berat yang dihadapi syaikh yang mencintai kebaikan untuk umat manusia ini di penjara Afion, seperti suhu dingin menusuk tulang, banyak sekali beban derita dan kesulitan, di tengah usia beliau yang menginjak 75 tahun. Untuk itu, kami menantikan keadilan luhur kalian yang terkait dengan hakikat-hakikat, kami menantikan cinta kalian, kecintaan kalian terhadap kemanusiaan yang menampakkan kasih sayang, cinta, dan keadilan.

 

Musthafa Shankur

 

* * *

 


506. Page

Pembelaan (Pledoi) Muhammad Faidhi[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Keberadaan saya sebagai sekretaris ustadz saya, Sa’id An-Nursi, adanya saya sangat terkait dengan beliau dan Risalah-risalah An-Nur, adanya saya memberikan pengabdian besar di bidang ini, semua ini dianggap pihak penuntut umum sebagai dakwaan yang mengharuskan saya untuk diinterogasi.

Sebagai tanggapan atas dakwaan ini, saya menerima tuduhan tersebut dengan sepenuh kekuatan yang saya miliki dan saya bangga karenanya, karena saya diciptakan dengan naluri mencintai dan merindukan ilmu. Buktinya, ketika mereka menggeledah rumah saya dalam peristiwa Denizli, mereka menemukan 580 buku-buku ilmiah dan berbahasa Arab, mereka mencatat secara resmi hal tersebut, padahal saya ini orang miskin, terbilang masih muda, dan pengetahuan tentang bahasa Arab saya juga masih kurang. Namun kecintaan saya terhadap ilmu dan keinginan kuat saya untuk belajar, mendorong saya untuk memiliki berbagai macam buku yang hanya dimiliki satu di antara seribu orang.

Naluri keilmuan dalam diri mendorong saya untuk mencari seorang guru dan pembimbing hakiki. Pujian tak terbatas saya panjatkan kepada Allah karena telah menuntun saya untuk menemukan yang saya cari dengan cepat, padahal saya kira masih lama. Ya, kehidupan guru saya, Sa’id An-Nursi, bersaksi bahwa satu-satunya tujuan beliau adalah kerinduan akan ilmu dan meraih ilmu-ilmu Islam.

Saya memastikan melalui pengamatan dan membaca sejarah hidup beliau –yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku- juga dari informasi-informasi yang saya dapatkan dari murid-murid pertama beliau, bahwa kegemaran naluriah saya dalam menuntut ilmu, juga dimiliki guru saya namun dalam bentuk yang luar biasa, sampai-sampai beliau masih saja menjaga diri sebagai seorang penuntut ilmu –tidak seperti ulama lulusan madrasah-madrasah Islam dulu- inilah yang membuat beliau mampu menghadapi segala macam ujian dan musibah.

Karena para politikus tidak memahami kondisi-kondisi luar biasa guru saya, mereka berusaha mengaitkan kondisi-kondisi ini dengan politik yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan beliau, hingga mereka menjebloskan beliau ke dalam penjara. Namun Allah menjadikan kecintaan terhadap ilmu yang ada dalam beliau ini sebagai kunci hakikat-hakikat Al-Qur'an, hingga muncullah Risalah-risalah An-Nur yang mencengangkan para ilmuan dan filosof.

Di sela-sela itu, saya bertemu guru saya di kota Kastamonu yang saya cari-cari sepanjang hidup saya, karena naluri cinta ilmu yang ada di dalam diri saya. Saya menganggap hal ini sebagai kebaikan ilahi. Saya akan selalu bersyukur kepada Allah karena karunia ini hingga akhir usia nanti.

Demi menjaga kemuliaan ilmu dan posisi beliau, beliau tidak menerima –sebelumnya beliau juga tidak menerima- sedekah, hadiah, dan semacamnya, beliau juga melarang hal itu kepada murid-murid beliau. Beliau tidak pernah menundukkan kepala pada siapapun.

Di antara kondisi beliau yang tidak biasa adalah, ketika berada dalam peperangan kala berada di garis depan, beliau tidak mau masuk ke dalam parit demi menjaga kemuliaan ilmu. Di hadapan tiga

[1] Lahir di Kastamonu pada tahun 1912, mendampingi ustadz An-Nursi selama enam tahun di sana, ditahan bersama beliau di penjara Denizli pada tahun 1943, dan penjara Afion pada tahun 1948, meninggal dunia pada tahun 1989. (Penerjemah)




507. Page

panglima menakutkan,[1] beliau bersikap layaknya seorang guru yang menjaga kemuliaan ilmu tanpa memperdulikan amarah mereka, bahkan beliau membuat mereka terdiam. Kala saya mengetahui guru saya ini menjaga kemuliaan umat, negara, dan kemuliaan ulama Turki, rela mengorbankan apapun demi semua itu, saya menerima beliau sebagai guru hakiki saya. Dengan asumsi mustahil dan kita katakan, andaikan beliau memiliki seratus kekurangan, tentu kita harus memandang beliau dengan tatapan maaf dan tidak menentang beliau.

Para warga negara –atas nama negara dan umat- menghormati beliau di era pemerintahan sebelumnya dan juga di era republik. Contoh penghormatan mereka terhadap pengabdian mulia ustadz Badiuzzaman di bidang ilmu adalah alokasi dana sebesar 19 ribu Lira emas yang dikucurkan pemerintahan persatuan dan kemajuan untuk pendirian madrasah ustadz, Madrasah Az-Zahra, di kota Van, yang dimaksudkan untuk dijadikan seperti Al-Azhar. Meski pondasi pembangunan sudah dimulai, namun terjadinya perang dunia pertama menunda pembangunan madrasah ini. 24 tahun silam, pemerintahan republik mengalokasikan dana sebesar 150 ribu Lira untuk pembangunan Darul Funun milik ustadz Badiuzzaman (Madrasah Az-Zahra). Ustadz ini berusaha seorang diri untuk mendirikan universitas seperti universitas Al-Azhar yang dalam pembangunannya melibatkan kerjasama ribuan ulama. Mengingat realisasi tujuan ini sudah hampir terwujud, maka seluruh warga negara, para pecinta umat dengan seluruh ulama, wajib menghormati dan memuji ustadz ini.

Karena kami telah mendapatkan ustadz seperti beliau, kami siap untuk menanggung segala beban berat dan kesulitan.

Di hati, saya memendam tanda penghormatan paling tulus kepada beliau, karena dengan segenap luapan ilmu dan fakta-fakta jejak kehidupan luhur beliau yang memerlukan 130 buku untuk memuat semuanya, membantu saya melalui jalan ilmu dan iman. Saya akan tetap membawa rasa hormat ini hingga selamanya, insya Allah.

Meski pemeriksaan berlalu selama tiga bulan untuk membuktikan dakwaan yang diarahkan kepada saya oleh penuntut umum seputar memanfaatkan perasaan-perasaan keagamaan dengan tujuan untuk mendirikan organisasi rahasia yang mengganggu keamanan negara, hanya saja segala pemeriksaan tidak menemukan apapun, karena organisasi seperti ini memang tidak ada, di samping kami tidak punya hubungan dengan organisasi manapun.

Satu-satunya hubungan kami hanya dengan Risalah-risalah An-Nur yang telah memasuki ujian sulit di hadapan undang-undang pemerintahan republik, namun risalah-risalah tersebut meraih kebebasan dari beberapa peradilan yang memiliki kelayakan, juga meraih penghormatan dari sejumlah dewan ahli. Ikatan ini bukanlah pengkhianatan terhadap negara dan umat, bahkan ikatan ini bernilai ilmiah dan berguna bagi negara serta umat. Tidak ada tujuan ataupun niat lain di luar ini.

Berdasarkan hal tersebut dan mengingat persoalan pembebasan kami sudah jelas sekali, maka kami memohon kepada peradilan kalian yang adil dan luhur agar mengeluarkan putusan bebas untuk kami, seperti yang dilakukan peradilan Denizli, sehingga keadilan terlihat nyata.

 

Tahanan penjara Afion, Kastamonu,

Muhammad Faidhi Bamukaji

 

* * *


[1] Maksudnya panglima Khaur Rasyid Pasha di peradilan, Musthafa Kamal, dan panglima Russia, Nicola Nikolafen. (Penerjemah)




508. Page

 

Pembelaan (Pledoi) Ahmad Faidhi[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Para hakim yang terhormat!

Bukankah hak dan kewajiban seorang mukmin adalah bertemu dengan seorang ulama agama, membaca kitab-kitabnya terkait hakikat-hakikat agama, menyalin kitab-kitab tersebut dan bersegera menyelamatkan saudara-saudara seagama demi pengabdian agama, Al-Qur'an dan Rasulnya?!

Adakah materi undang-undang yang melarang kami menjalankan pengabdian agama ini? apakah mengkritik aliran-aliran kafir dan tidak bermoral yang dilakukan sebagian pihak, dianggap sebagai suatu kesalahan? Kami adalah masyarakat yang taat beragama yang tidak ada sangkut pautnya dengan politik ataupun lembaga negara.

Berbaik sangka dan menghormati seseorang adalah sebuah keyakinan pribadi. Kami yakin, Badiuzzaman adalah ulama agama terbesar zaman sekarang. Bagi kami, beliau adalah sosok kebenaran dan hakikat yang menjelaskan hakikat-hakikat agama tanpa sikap hipokrit apapun dan tidak mencari muka pada siapapun. Adanya kami menyebut beliau sebagai mujahid semata karena segala pengabdian agama dan pembelaan beliau melawan berbagai aliran yang menghancurkan iman dan akhlak yang mengancam negeri kami, bersandar pada hakikat-hakikat Al-Qur'an nan kuat. Tak seorang pun mampu menghukum kami karena keyakinan kami, karena kami berada di suatu negeri yang menjamin kebebasan berkeyakinan. Untuk itu, kami tidak dipaksa untuk memberikan laporan pada siapapun.

Terkait permasalahan sosok-sosok yang akan muncul pada akhir zaman seperti yang disebutkan dalam hadits, saya sampaikan;

Kami tidak mengarang hal-hal seperti ini, karena semua itu ada di dalam agama. Rasulullah Saw. dalam salah satu hadits menyebutkan bahwa usia umat Muhammad tidak lebih dari 1500 tahun. Hadits-hadits seperti ini menyebut banyak sekali kejadian-kejadian sejarah penting dalam kehidupan umat Muhammad dan dalam kehidupan dunia secara keseluruhan di bawah judul; tanda-tanda kiamat.

Hadits-hadits ini mengingatkan umat Muhammad dari segala keburukan kejadian-kejadian tersebut. Disebutkan, siapapun yang jatuh dalam keburukan-keburukan ini karena lalai ataupun tidak tahu, ia akan jatuh dalam kesengsaraan dan kebinasaan abadi. Banyak sekali dalil-dalil seputar permasalahan ini. Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasul-Nay dan Al-Qur'an. Untuk itu, mengacu pada iman dan kebenaran Rasulullah Saw., kenapa kita tidak berusaha untuk menghindarkan diri dari kebinasan abadi? Tidakkah kita melihat apa yang terjadi di sekitar kita? Tidakkah kita menjelaskan masalah ini berdasarkan hakikat-hakikat agama dan bertanya-tanya; sudah tibakah zaman nan genting itu? Apakah kita generasi yang dekat dengan segala kebinasaan dan hal-hal yang berbahaya itu? Apakah kita pura-pura tidak mengetahui bukti-bukti nyata yang ada di hadapan kita, bersikap masa bodoh terhadap hakikat-hakikat ilmiah yang menegaskan keberadaan Tuhan, meninggalkan agama dan mengikuti faham yang menganggap atheisme sebagai salah satu penopang terbesar peradaban Eropah?


[1] Berasal dari sari salah satu wilayah Isparta, dipenjara bersama ustadz An-Nursi di Afion, dikenal dd pembelaan-pembelaannya yang kuat, meninggal pada tahun 1972 dalam usia 74 tahun. Semoga Allah melimpahkan rahmat yang luas kepadanya. (Penerjemah)




509. Page

Jika kita melakukan hal itu, lantas siapa yang akan menyelamatkan kita dari kebinasaan abadi? Apakah kita bersikap masa bodoh dan tidak memikirkan hal ini? Mungkinkah orang yang yakin tidak ada sesuatu pun di atas Al-Qur'an dan hakikat-hakikat Al-Qur'an, akan melemparkan diri ke dalam kebinasaan abadi karena takut pada hukuman-hukuman fana? Mungkinkah ia memperhatikan sebagian nilai-nilai fana? Apakah ia akan melepaskan diri dari tugas mengabdi untuk Allah, Rasul dan agamanya?

Inilah faktor-faktor sejati yang mengikat kami dengan Badiuzzaman. Adakah sumber agama lain untuk menghilangkan dahaga-dahaga ruhani kami yang memerlukan kebutuhan azali?

Pihak penuntut umum memerintahkan kami untuk membaca buku-buku berbahasa Arab dan ilmiah yang menghiasi perpustakaan-perpustakaan yang tidak selaras dengan semangat zaman kita saat ini. Mungkin pihak penuntut umum yang terhormat –dan siapa saja yang memiliki pemikiran yang sama- tidak tertarik pada simpanan ilmiah yang ada dalam kumpulan Risalah-risalah An-Nur dan hakikat-hakikat luhur yang terkandung di dalam risalah-risalah tersebut. Ia mungkin saja tidak tertarik ataupun mengkritik risalah-risalah tersebut. Ini kembali padanya dan ia bebas dalam hal ini. Namun ia tidak bisa campur tangan dalam kecintaan atau alasan kami lebih memilih buku yang ini atau yang itu. Kami mencintai Risalah-risalah An-Nur, dan menurut kami, risalah-risalah tersebut adalah agama hakiki yang tidak mengandung kemunafikan sedikit pun, dan ia adalah tafsir Al-Qur'anul Karim.

Ukuran untuk menilai mana yang lebih baik dan lebih kuat adalah persoalan perasaan dan hati, tak seorang pun bisa ikut campur dalam persoalan ini. Ya, kami yakin bahwa penulis Risalah-risalah An-Nur memberikan pelajaran hakikat. Meski pihak penuntut umum memungkiri dan tidak menerima beliau, tetap tidak melemahkan ataupun menggoyah keyakinan kami. Kami menerima Risalah-risalah An-Nur bukan karena karamah kauniyah-nya, tapi karena karamah ilmiah sempurna yang menantang masyarakat-masyarakat berilmu dalam pelajaran-pelajaran An-Nur.

Meski masa belajar penulis Risalah-risalah An-Nur tidak lebih dari tiga bulan, namun beliau mampu meluapkan dan menyebarkan ilmu ini. Dalam ilmunya yang luar biasa dan di sebagian besar permasalahan ilmiah, beliau menggunakan bahasa logika tingkat tinggi yang membingungkan dan mencengangkan para pemikir besar, beliau menggunakan gaya bahasa menarik, indah, dan meluap dengan hangat, mendetakkan cinta dan perasaan nan menggelora kala beliau mencapai paruh usia, hingga kitab-kitab karya beliau nampak seakan lautan iman, simpanan tauhid, dan samudera hikmah.

Bisakah kalian menunjukkan kami kepada Badiuzzaman kedua? Kalian menganggap kami terlalu banyak menyebut keutamaan ustadz kami yang tidak melirik kilauan seluruh fenomena fana, tidak memperkenankan diri untuk mengalah demi kepentingan meski sebesar apapun, ataupun persoalan-persoalan yang mengotori manusia meski sekuat apapun seruannya, tidak pernah menantikan atau meminta apapun pada siapapun, tidak menerima apapun yang ditawarkan kepada beliau, memberikan perumpamaan terbaik sikap menjaga diri dan kesucian diri, sabar menghadapi berbagai hal yang tidak diinginkan dan kesulitan, menazarkan diri untuk menampakkan hakikat, cahaya-cahaya Al-Qur'an, dan ilmu-ilmu Muhammad Saw.

Hati beliau nan penuh kasih, menangis menderita dan iba melihat berbagai duka derita negeri dan umat ini. Meski menghadapi berbagai jenis pengkhianatan dan perlakuan hina, beliau tetap tidak meninggalkan tugas membahagiakan orang-orang di sekitar beliau. Meski sudah tua dan sengsara, beliau tetap mencurahkan jerih payah melelahkan dan berjuang sekuat tenaga di jalan Allah untuk menyelamatkan manusia dari kelamnya kebodohan dan gelombang atheisme. Pada masa dimana nilai-nilai moral lenyap seperti ini, kami melihat beliau –selain sisi kemuliaan ilmiah yang sudah disebut sebelumnya- sebagai contoh pengorbanan dan sikap lebih mementingkan orang lain (altruisme), juga sebagai contoh sikap istiqamah, kesucian diri, teladan kesempurnaan yang menjadi panutan dan mihrab akhlak mulia. Apakah menurut kalian kata-kata kami ini berlebihan?


510. Page

Inilah pandangan kami tentang Badiuzzaman dan karya-karya tulis beliau. Lantas apakah ikatan kami dengan beliau yang muncul dari keimanan kami, apakah keterlibatan kami bersama ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits nabawi dalam menilai buruk kekafiran dan dekadensi moral, membuat kami lusuh oleh kotoran-kotoran politik nan fana? Apakah membenahi jiwa-jiwa tak bersalah sebagian anak bangsa negeri ini yang tidak mendapatkan kemudahan untuk mempelajari hakikat-hakikat agama sejak duapuluh lima tahun silam, disebut merusak? Apakah menyelamatkan mereka dari kebinasaan abadi, menyampaikan sesuatu dari Allah, dari Rasul-Nya, dan dari Al-Qur'an kepada mereka, dianggap merusak mereka?

Para hakim yang terhormat!

Kami ini bukan para politikus, karena menurut kami, politik mengandung ribuan petaka, bahaya, dan tanggungjawab bagi orang-orang seperti kami yang berada di luar jalur politik. Kami sama sekali tidak memperdulikan fenomena-fenomena fana, karena kami hanya memandang dunia dari sisi baiknya yang mengantar menuju ridha Allah. Untuk itu, kami menolak keras tuduhan bahwa kami memanfaatkan politik dan menentang negara. Jika memang ini tujuan dan maksud kami, tentu pasti ada fenomena dan tanda sekecil apapun yang mengarah ke sana selama duapuluh lima tahun belakangan.

Ya, kami memang memiliki sifat menentang, namun menentang dekadensi moral dan atheisme. Penentangan ini muncul dari keterlibatan kami dengan Al-Qur'an yang sangat tegas dalam menjelaskan persoalan-persoalan seperti ini.

Jika penjelasan kami yang muncul dari keikhlasan, niat tulus, dan hakikat ini tidak cukup untuk meyakinkan kalian, maka silahkan kalian menjatuhkan vonis hukuman apapun semau kalian. Namun kalian jangan pernah lupa, nabi Isa a.s. yang saat ini 600 juta kaum Nasrani mengaitkan diri kepadanya, divonis mati oleh para pejabat pemerintahan pada masa itu laksana seorang pencuri biasa, padahal hatinya berdetak demi kebahagiaan umat manusia, dan untuk menyampaikan amanat yang ia emban.

Tutur kata kami yang bebas ini mungkin mendorong kalian untuk menjatuhkan vonis hukuman kepada kami. Kami akan menerima hukuman tersebut dengan sepenuh rasa bangga. Dan yang akan kami lakukan adalah mengangkat tangan memohon kepada Zat yang menuntaskan segala keperluan seraya mengucapkan;

حَسۡبُنَا اللّٰهُ وَنِعۡمَ الۡوَكِيۡلُ

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

 

Ahmad Faidhi Kul,

Dari kawasan Urtaklar,

Yang ditahan di penjara Afion

 

* * *


511. Page

Pembelaan (Pledoi) Jailan

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Pihak penuntut umum yang membesar-besarkan masalah, menjadikan habbah (biji kecil) menjadi qubbah (kubah), secara khusus melayangkan dakwaan dalam jumlah besar kepada saya di antara dakwaan-dakwaan palsu yang diarahkan kepada Risalah-risalah An-Nur, dan menghadirkan saya (di peradilan) layaknya seorang politikus berbahaya dan sosok konspiratif karena saya memberikan pengabdian kepada ustadz saya dan Risalah-risalah An-Nur, inilah pengabdian yang pada hakikatnya saya banggakan. Sebagai bantahan atas dakwaan tersebut, saya menyampaikan;

Saya punya hubungan erat dengan ustadz saya, Badiuzzaman, yang saya mendapat banyak sekali manfaat dengan membaca buku-buku agama, iman, dan akhlak karya beliau, hingga saya siap untuk mengorbankan jiwa dan kehidupan saya demi tujuan ini. Hanya saja hubungan ini bukan –seperti yang dikira pihak penuntut umum- hubungan yang membahayakan negeri dan umat, bukan pula untuk menghasut rakyat melawan pemerintah. Hubungan ini erat dan tidak akan terlepas selamanya, karena bertujuan untuk menyelamatkan diri kami dari hukuman mati abadi kuburan –yang tidak mungkin dihindari siapapun juga-, menyelamatkan iman orang-orang seperti saya di antara saudara-saudara seagama di zaman berbahaya ini, membersihkan akhlak mereka dan menjadikan mereka sebagai anggota-anggota masyarakat yang bermanfaat bagi negeri dan umat.

Saya termasuk salah satu orang dekat beliau, karena saya mengabdi kepada beliau selama empat tahun namun dalam beberapa rentang waktu yang terputus-putus, dan saya bangga karena hal itu. Selama masa ini, yang saya lihat dari beliau hanya keutamaan tulus, tidak pernah saya mendengar satu katapun dari beliau yang menyebut beliau sebagai Imam Mahdi atau reformis. Ratusan ribu Risalah-risalah An-Nur dan ratusan ribu murid-murid An-Nur yang menyelamatkan iman dengan membaca risalah-risalah tersebut, menyaksikan sikap rendah hati beliau nan sempurna. Ustadz saya yang diberkahi ini menganggap diri beliau sebagai salah seorang murid An-Nur dan mempersembahkan diri sesuai asas ini.

Hal tersebut mudah diketahui dengan membaca risalah-risalah yang ada di hadapan kalian, khususnya risalah “keikhlasan” yang ada dalam rangkaian risalah “tongkat Musa,” karena dalam risalah ini beliau mengatakan bahwa hakikat-hakikat abadi laksana mentari atau intan, tidak bertumpu pada orang-orang tertentu, dan tidak mungkin bagi orang-orang fana memilikinya. Beliau sering kali mengatakan hal ini di berbagai risalah dan surat beliau.

Akal sehat tentu tidak menilai bahwa beliau membanggakan diri atau menyebut diri sebagai Imam Mahdi dan reformis. Jika kalian membaca risalah-risalah dan tulisan-tulisan beliau dengan cermat dan adil, kalian pasti tahu dan yakin bahwa beliau adalah ulama di zaman beliau. Zaman jarang memunculkan sosok seperti beliau di bidang ilmu agama, beliau tidak ada bandingnya sebagai penyelamat iman sejak beberapa masa lamanya, beliau punya jasa dan berkah bagi negeri dan umat ini, lebih dari segala manfaat yang diberikan para pasukan, terlebih di masa dimana kobaran-kobaran api merah bolshivisme beralih ke kawasan kita, bermaksud untuk melahap negeri kita.

Menyesal sekali saya tidak beruntung berguru kepada beliau dan karya-karya beliau yang bernilai ini sejak kecil.

Lembaga peradilan yang terhormat!

Saya menyaksikan sendiri, membaca Risalah-risalah An-Nur banyak memberikan manfaat agung tak terbatas. Untuk itu, saya mencetak risalah mursyidusy syabab (pedoman untuk para pemuda) di kota Eskisehir dengan izin resmi, dengan tujuan agar para warga negara seperti saya ini memetik manfaat risalah tersebut. Dengan kata lain, saya memberikan pengabdian untuk negeri ini. Saya ingin bertanya kepada Anda sekalian;


512. Page

Saya –orang yang sangat mengharapkan rahmat Allah- mencetak Risalah-risalah An-Nur yang merupakan tafsir hakiki Al-Qur'anul Karim, tanpa mendapat celaan ataupun kritikan dari orang lain. Maksudnya, saya memberikan pengabdian keimanan. Lantas benarkah dan adilkah jika saya menghadapi perlakuan kasar seperti ini, padahal seharusnya saya mendapat penghormatan?

Saya memohon kepada peradilan Anda yang adil untuk mengeluarkan putusan bebas untuk menyebarkan Risalah-risalah An-Nur yang menjadi santapan ruhani kami, sebab keselamatan kami, dan kunci kebahagiaan abadi kami. Jika memang sebagian pengabdian yang telah kami sebutkan di atas menurut pandangan kalian sebagai kesalahan atau kejahatan, saya ingin menyatakan kepada Anda semua bahwa dengan lapang dada, saya akan menerima hukuman seberat apapun yang akan kalian jatuhkan.

 

Jailan Jalisykan

Dari Emirdag

Yang ditahan di penjara Afion

 

* * *

 

Pembelaan (Pledoi) Utsman[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Sebagai bantahan terhadap dakwaan yang diarahkan kepada saya seputar keterlibatan saya melalui sejumlah aksi bersama Badiuzzaman Sa’id An-Nursi yang dituduh membentuk organisasi rahasia dan memanfaatkan perasaan-perasaan keagamaan untuk mengganggu keamanan negara dan menentang pemerintahan, saya menyatakan sebagai berikut;

Pertama;

Saya –sama seperti murid-murid An-Nur lainnya- mendapatkan dan membaca Risalah-risalah An-Nur untuk belajar akhlak-akhlak Al-Qur'an yang merupakan slogan pendidikan peradaban dan keagamaan yang patut bagi kemuliaan sejarah bangsa muslim Turki, untuk menjaga agama dan iman saya dari pengaruh ideologi-ideologi asing, dan saya menjadi bagian yang bermanfaat bagi negara dan umat saya.

Kerusakan dan kehinaan menggantikan posisi akhlak mulia yang dikenal para leluhur kita yang mencatatkan prestasi-prestasi dalam sejarah. Kerusakan ini kini mulai menyebar dan merusak kehidupan sosial, sampai-sampai para pemilik akhlak buruk sendiri merasa jijik pada dekadensi moral yang menyebar ini, yang meresahkan opini publik, dan menjadi buah bibir di rumah, menjadi topik yang dibicarakan di surat-surat kabar dan majalah yang dinilai sebagai corong opini publik.


[1] Mengenal ustadz An-Nursi di Kastamonu, berguru dan selalu mendampingi beliau di penjara, wafat pada tahun 1991 dalam usia 84 tahun. Semoga Allah berkenan melimpahkan rahmat nan luas padanya. (Penerjemah)




513. Page

Selanjutnya, kondisi-kondisi memilukan ini kini menyebar dengan cepat dan sudah menjadi petaka bersama. Di tengah fase seperti ini, Risalah-risalah An-Nur mampu menyelamatkan saya dari dekadensi moral, seperti halnya menyelamatkan para pembaca muslimnya. Saya memberikan risalah-risalah ini pada sejumlah orang yang berulang kali dan mendesak memintanya dari saya –setelah mereka tahu saya membaca risalah-risalah tersebut- dengan maksud agar mereka bisa memetik manfaat dari pelajaran akhlak yang tertera di dalamnya. Melalui upaya yang saya lakukan ini, saya ikut membantu menyelamatkan banyak orang yang nyaris jatuh dalam dekadensi moral, yang harus menjadi bagian-bagian yang membahayakan negeri dan umat.

Melalui ajaran-ajaran yang disampaikan, Risalah-risalah An-Nur mampu menyelamatkan mereka, menjadikan mereka individu-individu yang bermanfaat bagi amt manusia, membentengi mereka dari serangan wabah penyakit komunisme merah yang kini mulai menyebar di negeri kita, yang dunia mulai terguncang ketakutan kepadanya.

Untuk itu, Badiuzzaman bisa disebut mujahid maknawi yang patut mendapat penghormatan dan penghargaan. Senjata dan aksi dalam jihad ini adalah Risalah-risalah An-Nur yang dalam rentang waktu selama duapuluh tahun, mampu merubah duapuluh ribu orang –mungkin lebih- menjadi individu-individu yang bermanfaat bagi negeri dan umat.

Lantas bagaimana dorongan yang saya sampaikan untuk membaca Risalah-risalah An-Nur dianggap sebagai kesalahan, bagaimana mengarang Risalah-risalah An-Nur dinilai sebagai dakwaan bagi penulisnya? Pertanyaan ini saya tujukan kepada nurani Anda sekalian.

Kedua;

Terkait pernyataan pihak penuntut umum yang menyatakan hadits tersebut maudhu’, putusan ini tidak ilmiah, karena hadits tersebut shahih, tertera dalam kitab-kitab hadits dan ulama hadits menerima hadits tersebut.

Di masa pemerintahan dictator –maksudnya sebelum era kebebasan- Jepang dan gereja Inggris mengajukan sejumlah pertanyaan kepada ulama pada masa itu, lalu ulama Istanbul mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada Badiuzzaman yang menyertakan penjelasan hadits tersebut dalam risalah yang saat ini bernama “sinar kelima.” Adanya para tokoh ulama menerima dan tidak menentang jawaban-jawaban tersebut, menunjukkan hadits yang dimaksud shahih.

Bukan ini saja bagian Risalah-risalah An-Nur, tapi seluruh hakikat dan pelajaran yang tertera di dalamnya sangat kuat, dimana dunia Islam hakiki tidak mampu menentangnya. Untuk itu kita tahu bahwa seluruh ulama hakiki negeri ini –sejak era dictator- khususnya ulama kepemimpinan urusan agama, mau tidak mau harus menghormati dan menghargai risalah-risalah ini. Dengan demikian, tidak mungkin jika hakikat-hakikat dan bukti-bukti kuat Risalah-risalah An-Nur dipadamkan oleh satu atau dua orang yang tidak punya bagian ilmu hakiki, dan tidak memiliki ilmu selain hanya namanya saja. Bahkan, ini akan menjadi lelucon menggelikan.

Risalah-risalah An-Nur dibaca dengan sepenuh penghormatan di segala penjuru negeri ini, dibaca seluruh lapisan masyarakat untuk menyelamatkan kehidupan abadi dan keimanan mereka, di samping karena manfaat-manfaat materi maupun spiritual Risalah-risalah An-Nur nyata dan jelas. Oleh karenanya, ribuan warga negara yang mendapatkan manfaat dan terkesima oleh hakikat-hakikat Al-Qur'an dan iman, merasa berhutang budi kepada pengarang risalah-risalah ini.

Lantas apakah surat-surat yang dikirim sebagian orang kepada pengarang Risalah-risalah An-Nur –atas dorongan hutang budi- dan memahami hadits yang menjadi topik dakwaan dengan mengacu pada hakikat-hakikat yang tak terbantahkan, memperhatikan hadits tersebut seakan apa yang disampaikan dalam hadits telah terjadi di negeri ini dengan dalih adanya sejumlah tindakan dan pengaruh, menjelaskan harapan mereka bahwa di negeri kita ini tidak akan terjadi kekacauan yang 

514. Page

ditimbulkan oleh bahaya merah (komunisme), apakah semua ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap pemerintahan? Apakah tindakan-tindakan tersebut dinilai sebagai kritikan terhadap revolusi?

Meski sang alim mulia ini pernah beberapa kali disidang dalam peradilan karena kebohongan-kebohongan tersebut kemudian diputuskan bebas, namun beliau masih saya didakwah dengan tuduhan yang sama, ditahan dalam penjara terisolir, dan dibawa ke peradilan, padahal beliau adalah orang yang hidup menyendiri, sudah tua dan tidak berkeluarga.

Terkait kami, segala upaya ilmiah dan usaha untuk menyelamatkan iman, dinilai sebagai bukti bahwa kami berusaha mengganggu keamanan negara. Kami bertanya kepada peradilan Anda sekalian; perasaan dan nurani adil mana yang mampu mengeluarkan putusan seperti ini? Kami menyampaikan pertanyaan ini kepada nurani Anda sekalian.

Ketiga;

Selanjutnya beralih kepada sebab dakwaan lain yang menyatakan bahwa kami membawa foto-foto Badiuzzaman seakan foto-foto suci, mengumpulkan tulisan-tulisan beliau dan mengirimkan sejumlah surat kepada beliau. Sebagai bantahan kami katakan;

Sama seperti orang lain, saya punya hak untuk mengirim surat dan kartu-kartu ucapan selamat kepada beliau, berteman dengan orang-orang yang mencintai beliau, atau membawa foto beliau, bukan hanya foto beliau yang sederhana, bahkan jika foto beliau dihiasi permata ataupun emas, tentu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan jasa yang diberikan ulama besar ini, karena beliau telah menyelamatkan kehidupan spiritual dan kehidupan abadi saya dari hukuman mati, membuat saya merasakan kebahagiaan dalam kehidupan materi saya, dan karya-karya tulis beliau menjadi media untuk menyelamatkan iman ribuan orang lain seperti saya. Ini hak saya dan menurut saya ini bukan kesalahan.

Terakhir, saya ingin menyampaikan;

Pihak-pihak keamanan di dua provinsi dan di sejumlah peradilan, menyatakan bahwa murid-murid An-Nur –yang menyelamatkan diri dari akhlak bodoh dengan membaca Risalah-risalah An-Nur dan juga menyelamatkan orang lain- sejak bertahun-tahun lamanya mengabdikan diri untuk negeri dan umat ini secara mulia, pengabdian yang tidak bisa dilakukan ribuan personil keamanan.

Namun bukannya mendapat sikap hormat dan pujian, murid-murid An-Nur disalahfahami dan diperlakukan seakan boneka-boneka asing. Kami ditangkap dan dibawa ke beberapa peradilan, seluruh kepentingan dan pekerjaan kami terbengkalai, keluarga dan anak-anak kami tidak terurus di tengah situasi kemiskinan. Demokrasi mana yang merelakan kondisi memilukan seperti ini untuk keluarga-keluarga kami dan anak-anak kami yang menangis, nurani hakim mana yang merelakan hal seperti ini? Pertanyaan ini saya ajukan kepada peradilan dan nurani Anda sekalian.

Atas nama peradilan Anda sekalian yang terhormat, atas nama bangsa Turki yang mulia, dan atas nama majlis Turki yang adil dimana kalian bekerja di bawa naungannya, saya memohon agar Anda semua mengeluarkan putusan bebas untuk Risalah-risalah An-Nur yang segala faedah dan manfaatnya tidak mungkin dipungkiri, dan saya memohon agar Anda semua juga memutuskan bebas untuk kami.

Musthafa Utsman

Dari Safaranbolo

Yang ditahan di penjara Afion

* * *


515. Page

 

Pembelaan (Pledoi) Hifzhi Bayram[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Dakwaan yang dituduhkan kepada saya adalah membaca karya-karya tulis ulama Islam, Badiuzzaman, yang didakwah memanfaatkan perasaan-perasaan keagamaan untuk mengganggu keamanan negara. Perlu diketahui, karya-karya tulis tersebut sangat bernilai dan besar manfaatnya bagi umat dan negara, memberikan pelajaran-pelajaran yang sangat berguna tentang hakikat-hakikat Al-Qur'an dan iman. Saya juga didakwah memberikan karya-karya tulis ini kepada sejumlah teman-teman saya –untuk memenuhi permintaan mereka- setelah mereka tahu sejauh mana saya memetik manfaat dari karya-karya tersebut dari sisi keagamaan dan akhlak. Dakwaan lain adalah surat persahabatan atau surat ilmiah yang dikirim sejumlah kenalan saya ke alamat saya. Inilah sejumlah alasan yang dikaitkan dengan saya agar saya dinyatakan bersalah.

Saya menolak sejumlah permasalahan berikut yang dijadikan materi dakwaan;

Pertama;

Saya tidak yakin, membaca Risalah-risalah An-Nur dengan maksud belajar dan menjaga agama serta iman yang saya lakukan, memberikan risalah-risalah ini pada sebagian orang dengan niat belajar, sebagai tindakan salah atau kejahatan, karena risalah-risalah ini sudah melalui sejumlah peradilan, dinyatakan bebas dan dikembalikan kepada penulisnya. Risalah-risalah ini meraih penghargaan ulama berbagai negeri Islam dan ulama negeri kita. Risalah-risalah ini tidak berisi pemikiran-pemikiran rusak, seperti yang dinyatakan pihak penuntut umum.

Setiap risalah dari seluruh risalah-risalah ini adalah tafsir penting Al-Qur'an dari awal hingga akhir. Risalah-risalah ini mengajak semua orang menggapai keluhuran akhlak dan kemuliaan, memberikan pelajaran-pelajaran Islam dan pendidikan agama secara berpengaruh, sehingga menjadi sarana untuk menjaga berbagai bangsa agar tidak jatuh dalam neraka. Untuk itu, Risalah-risalah An-Nur bukan hanya kitab-kitab yang berguna bagi umat dan negeri ini saja, tapi juga berguna bagi seluruh umat manusia dari sisi spiritual, karena tak seorang pun yang mencatat suatu insiden yang membahayakan negeri atau umat, atau peristiwa menentang negara yang melibatkan murid An-Nur dimanapun juga. Pihak-pihak keamanan dan kepolisian tidak pernah mencatat insiden apapun yang dilakukan murid-murid An-Nur terhadap mereka.

Berikutnya, tidak ada organisasi rahasia untuk membaca Risalah-risalah An-Nur secara rahasia, karena murid-murid An-Nur tidak ada sangkut pautnya dengan organisasi apapun, baik berbasis keilmuan ataupun politik, secara nyata ataupun rahasia. Bahkan, Badiuzzaman bersama sejumlah murid-murid An-Nur dibawa ke peradilan tinggi tindak pidana Denizli beberapa tahun silam dengan dakwaan yang sama. Peradilan mengadakan pemeriksaan secara detail dan mendalam, selanjutnya peradilan terpaksa mengeluarkan putusan bebas untuk semuanya, juga untuk Risalah-risalah An-Nur.

Saya tidak tahu, bagaimana membaca karya-karya tulis seorang penulis yang dinyatakan bebas, juga semua buku-buku karyanya, dijadikan bukti atas tindak kejahatan besar seperti kejahatan mengganggu keamanan negara dan usaha melawan pemerintahan yang ada, dan bagaimana hal tersebut menjadi sebab dakwaan? Apa gerangan tingkat keadilan dalam persoalan ini? Pertanyaan ini saya tujukan kepada nurani Anda sekalian.


[1] Dialah yang menyerahkan anaknya, Husna, sejak kecil untuk mengabdi dan berguru kepada ustadz Badiuzzaman, hingga menjadi teladan dalam kesetiaan dan keikhlasan. (Penerjemah)




516. Page

Kedua;

Ada surat lain yang dikirim kepada saya saat saya berada di penjara. Surat tersebut dikirim dari wilayah Bayazid dari seseorang yang tidak saya kenal. Surat ini juga menjadi sebab dakwaan saya. Saya tidak pernah melihat surat tersebut dan tidak tahu apa isinya. Jika surat tersebut berisi Risalah-risalah An-Nur, saya menerimanya. Silahkan kalian tanyakan surat tersebut agar saya menjawab dakwaan yang dituduhkan kepada saya ini.

Kata-kata pihak penuntut umum menyinggung sedikit tentang Imam Mahdi. Saya hanya mendengar kata-kata ini darinya. Ustadz saya sepenuhnya terbebas dari dakwaan-dakwaan seperti ini. Persoalan ini sama sekali tidak pernah disinggung baik dalam tutur kata maupun risalah-risalah beliau. Di setiap kesempatan, beliau selalu mengingatkan murid-murid beliau agar tidak mengagungkan atau menunjukkan sikap hormat berlebihan pada beliau, atau memberikan kedudukan tinggi pada beliau. Saya yakin, beliau adalah ulama terbaik di masa beliau, beliau jauh dari kecintaan terhadap reputasi dan wibawa, beliau adalah ulama asli.

 

Yang ditahan,

Hifzhi Bayram

 

* * *

 

Pembelaan (Pledoi) Musthafa Ajit[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Berikut ini saya akan menanggapi dakwaan palsu yang dituduhkan pihak penuntut umum kepada ustadz saya, Badiuzzaman;

Pengabdian yang saya berikan kepada ustadz saya dan Risalah-risalah An-Nur, tidak lain hanya merupakan setetes lautan kasih sayang dan kebaikan yang saya terima. Seperti halnya potongan kaca dikorbankan demi meraih simpanan intan yang sangat berharga, kapanpun juga saya siap mengorbankan kehidupan saya demi Risalah-risalah An-Nur yang merupakan sarana untuk menyelamatkan kehidupan abadi saya.

Manfaat-manfaat akhirat dan dunia Risalah-risalah An-Nur terwujud. Oleh karenanya, melepaskan diri dari manfaat-manfaat mulia tersebut, menampakkan kelelahan terhadap Risalah-risalah An-Nur dan ustadz saya yang mulia dengan dalih agar kehidupan dunia yang penuh guncangan dan pendek ini tidak tertimpa bahaya berupa penjara dan kesulitan-kesulitan yang tidak lama lagi akan lenyap, saya menganggap hal tersebut sebagai penghinaan besar terhadap ustadz saya, ‘Allamatuzzaman (ulama zaman sekarang, maksudnya ustadz Badiuzzaman), pengkhianatan terhadap satu-satunya tujuan mulia beliau; pengabdian iman dan Al-Qur'an.


[1] 1924-1992, dari Emirdag, salah satu bilangan provinsi Afion, dipenjara tahun 1948 dan 1961 karena aktivitasnya dalam pengabdian An-Nur. Dalam waktu cukup lama, ia bekerja sebagai juru tulis di dewan kepemimpinan urusan agama. (Penerjemah)




517. Page

Saya sama sekali tidak ingin menyalahi perintah-perintah beliau, ataupun menyimpang dari izin beliau.

Para hakim yang terhormat!

Kenapa Anda sekalian membesar-besarkan keberadaan saya -padahal saya ini orang miskin- sebagai murid seorang ulama besar yang memerangi bolshivisme yang berusaha menebarkan racun di negeri kita yang tercinta ini. Ini menunjukkan bahwa kekayaan yang dimiliki An-Nur jauh melebihi kekayaan dunia secara keseluruhan. Untuk itu, bebaskan ustadz saya dan Risalah-risalah An-Nur agar beliau menyelamatkan jutaan para pemuda Turki, agar mereka menjadi warga yang bermanfaat bagi negara.

Ya, kebutuhan kami para pemuda bangsa Turki akan Risalah-risalah An-Nur jauh melebihi kebutuhan orang sesak nafas akan udara, melebihi kebutuhan orang yang berada dalam kegelapan akan sinar terang, melebihi kebutuhan orang lapar dan dahaga yang tersesat di tengah padang pasir akan air dan makanan, bahkan melebihi kebutuhan orang tenggelam untuk diselamatkan.

Tentu tidak patut bagi kemuliaan keadilan jika kehidupan Badiuzzaman yang meraih sikap baik sangka kami yang berlebihan, antusias kami terhadap beliau dan ikatan erat kami dengan beliau, dilenyapkan, demikian halnya dengan orang-orang lemah yang menjadi murid beliau dengan niat ulus.

 

Yang ditahan di dalam penjara,

Musthafa Ajit dari Emirdag

 

* * *

 

Pembelaan (Pledoi) Khalil Jalisykan[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Lembaga peradilan yang terhormat!

Dalam surat dakwaan yang disampaikan penuntut umum, disebutkan bahwa pengabdian yang saya berikan kepada ustadz saya sebagai kebohongan besar yang saya lakukan. Ustadz saya yang datang ke negeri kita sebagai tamu pada tahun 1944 dan bermukim di sana selama empat tahun, sejak empatpuluh tahun silam telah meninggalkan segala kenikmatan dan kenyamanan hidup, menazarkan diri untuk pengabdian iman dan Islam, khususnya untuk menyelamatkan kebahagiaan abadi kaum muslimin di negeri kita, untuk membendung pemikiran-pemikiran yang membahayakan agama bangsa muslim Turki, seperti pemikiran-pemikiran bolshivisme yang sangat berbahaya baik dari sisi materi maupun spiritual, juga pemikiran-pemikiran lain yang membahayakan negeri dan umat,

[1] Keluarga Jalisykan memberikan pengabdian-pengabdian mulia demi Risalah-risalah An-Nur, mereka terus mengabdikan diri kepada ustadz An-Nursi ketika beliau ditempatkan secara paksa di Emirdag. Jalisykan dan ayahnya, Utsman, termasuk orang-orang pertama dalam pengabdian An-Nur. Ia meninggal dunia pada tahun 1965 dalam usia 35 tahun. Semoga Allah melimpahkan rahmat nan luas kepadanya.




518. Page

melalui pelajaran-pelajaran iman dan akhlak Risalah-risalah An-Nur yang keutamaannya diakui seluruh ulama.

Lantas apakah pengabdian saya terhadap ustadz saya setiap saat selamat tiga tahun –dan saya bangga akan hal itu- dianggap sebagai kesalahan? Mereka juga menilai pengunduran diri dari pekerjaan saya sebagai juru tulis (di dewan kepemimpinan urusan agama) demi pengabdian An-Nur, sebagai kesalahan. Jika saya mengorbankan hidup demi ustadz saya dan demi Risalah-risalah An-Nur –yang membimbing kita menuju kebenaran dan hakikat, yang merupakan tafsir hakiki Al-Qur'anul Karim- apakah saya dianggap bersalah dan berkhianat terhadap negara?

Saya tanyakan ini pada Anda sekalian.

Kepala peradilan yang terhormat!

Saya membaca dan menyalin sebagian dari Risalah-risalah An-Nur. Pujian besar saya panjatkan kepada Allah karena manfaat yang saya dapatkan dari risalah-risalah ini, karena sejak awal hati saya sangat mencintai ilmu. Meski saya terkait erat dengan risalah-risalah ini, namun saya tidak menemukan hasutan terhadap rakyat melawan pemerintahan ataupun seruan untuk mendirikan organisasi rahasia yang mengganggu keamanan negara di dalamnya. Saya pun tidak pernah mendengar apapun dari ustadz saya seputar pengakuan sebagai Imam Mahdi, reformis, ataupun pernyataan berisi hasutan melawan keamanan negara.

Satu-satunya pengabdian dan tujuan Risalah-risalah An-Nur, ustadz kami, dan kami sebagai murid-murid An-Nur adalah memberikan pengabdian suci untuk Islam, khususnya pengabdian suci untuk bangsa muslim Turki dari sisi iman dan akhlak. Oleh karenanya, penting dan wajib kiranya untuk tidak mengusik Risalah-risalah An-Nur dan murid-murid An-Nur mengingat segala pengabdian mereka. Inilah tujuan kami, dan kami tidak punya tujuan lain. Tugas ini kami lakukan demi meraih ridha Allah.

Tidak mungkin bagi kami menjalankan tugas suci ini demi dunia, demi kenikmatan dan kepentingan-kepentingan dunia. Kami sama sekali tidak menghinakan diri untuk hal-hal seperti ini. Murid-murid An-Nur tidak menyibukkan hati demi meraih tujuan-tujuan dunia, karena hati mereka sibuk dengan iman dan masalah-masalah akhirat. Oleh karenanya, tidak pernah sedikit pun terlintas di benak kami niat membentuk organisasi rahasia seperti yang dituduhkan pihak penuntut umum. Kami tidak tahan menghadapi tuduhan seperti ini.

Lembaga peradilan yang terhormat!

Kami yakin, Anda semua percaya pada tujuan kami, murid-murid An-Nur, Anda semua percaya kami tidak terkait apapun dengan dakwaan yang disampaikan pihak penuntut umum. Untuk itu, kami memohon kepada peradilan Anda semua yang terhormat, dan nurani Anda sekalian, agar kalian mengembalikan kitab-kitab kami, membebaskan kitab-kitab tersebut, dan mengeluarkan vonis bebas kepada kami.

 

Khalil Jalisykan

Dari Emirdag

Yang ditahan dipenjara Afion

 

* * *


519. Page

Pembelaan (Pledoi) Musthafa Kol[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Saya bukan anggota sebuah organisasi rahasia, demikian pula ustadz saya, Badiuzzaman tidak membentuk organisasi seperti ini, karena beliau senantiasa memberi kami pelajaran-pelajaran tentang hakikat-hakikat Al-Qur'an, beliau sering melarang kami dengan keras memiliki hubungan dengan politik. Saya hanya murid seorang ustadz besar, Sa’id An-Nursi, saya mencintai beliau dan Risalah-risalah An-Nur dari sepenuh hati dan ruhani. Saya siap menerima hukuman apapun demi Risalah-risalah An-Nur dan ustadz saya.

Melalui Risalah-risalah An-Nur, ustadz saya telah menyelamatkan iman dan kehidupan akhirat saya. Beliau hanya bertujuan untuk menyelamatkan seluruh kaum muslimin dan warga negara kita dari atheisme, agar mereka meraih kebahagiaan abadi. Terbukti dengan jelas di berbagai peradilan, bahwa tidak ada hubungan apapun antara kami dengan tujuan politik. Meski demikian, kami masih saya dihadapkan di peradilan tanpa sebab dan tanpa alasan yang dibenarkan. Dari balik semua ini, kami mengerti bahwa mereka ingin meruntuhkan persatuan dan kerjasama kami, padahal kerjasama kami sama sekali tidak berorientasi dunia ataupun politik. Intinya, kami sangat menghormati ustadz kami, karena siapapun yang membaca Risalah-risalah An-Nur, pasti meraih iman dan Islam yang kuat, akhlak dan kesempurnaan nan luhur.

Yang kami punya hanya cinta berat di dalam hati untuk ustadz kami, saya terikat dengan ustadz seperti beliau dan murid-murid An-Nur dengan segenap jiwa dan raga. Ikatan ini tidak mungkin terlepas ataupun terputus, meski digantung. Saya dan seluruh saudara-saudara saya yang tidak bersalah, dengan sepenuh kekuatan, memohon pembebasan Risalah-risalah An-Nur. Saya memohon pembebasan ustadz besar kami, pembebasan saudara-saudara saya, murid-murid An-Nur, yang tidak bersalah, juga pembebasan saya.

 

Musthafa Kol,

Dari Isparta

 

* * *

                                                     

 


[1] Ia termasuk salah satu penyalin pertama Risalah-risalah An-Nur, lahir di desa Sawa, provinsi Isparta, lahir pada tahun 1899, kenal ustadz An-Nursi pada tahun 1942, meninggal dunia pada tahun 1985 (Penerjemah).




520. Page

Pembelaan (Pledoi) Ibrahim Fakazali[1]

Di Hadapan Peradilan Tinggi Tindak Kejahatan Afion

 

Para hakim yang terhormat!

Dakwaan yang dituduhkan kepada kami dan terkait dengan dunia (politik), sama sekali tidak benar. Anda sekalian –para hakim terhormat- tentu tahu melalui pandangan pertama terhadap kami, bahwa kami ini bukan orang-orang yang berkecimpung di medan politik. Andai ratusan para ahli yang memiliki kelayakan memastikan kebenaran dakwaan kasar dan aneh yang diarahkan kepada kami, andai akal saya seratus kali lebih besar dari akal saya saat ini, tentu pengaruh spiritual yang diberikan Risalah-risalah An-Nur dan pengarangnya kepada saya, sudah cukup bagi saya untuk meninggalkan kenikmatan politik yang hanya sementara dan fana. Dengan segenap jiwa dan raga, saya akan melarikan diri menuju jalan yang mengantarkan ke akhirat, jalan menuju keselamatan dari neraka.

Hubungan kami, baik terhadap pengarang Risalah-risalah An-Nur yang mulia, penghormatan kami, membaca dan menyalin Risalah-risalah An-Nur, atau hubungan kami dengan sesama murid-murid An-Nur, semata merupakan hubungan akhirat. Peradilan tinggi tindak pidana Denizli dan peradilan banding tingkat tinggi mengakui dan membenarkan hal ini. Pemikiran-pemikiran yang kami dapatkan dari Risalah-risalah An-Nur mengajak kami untuk tidak melalaikan hubungan An-Nur ini, agar tidak kami tukar dengan harta ataupun materi dunia apapun. Iman ini akan tetap bersama kami hingga detik-detik akhir usia kami.

Lembaga peradilan yang terhormat!

Karena kami dikumpulkan di tempat ini karena dakwaan mencengangkan, nurani dan kecintaan saya terhadap negeri saya mengharuskan untuk menjelaskan sebuah hakikat penting berikut;

Saya menyaksikan sendiri di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan tempat saya tinggal, sejauh mana perbaikan-perbaikan besar yang dicapai Risalah-risalah An-Nur. Orang-orang juga menyaksikan hal yang sama. Lebih dari sepuluh tahun ini, banyak orang –termasuk saya- tahu jalan untuk pulang dan memperhatikan keluarga, meninggalkan hal-hal buruk, dan mengenal nikmatnya kebahagiaan keluarga. Orang tua mereka mengangkat tangan mendoakan orang yang menjadi penyebab perubahan baik ini. Anda semua bisa mendengarkan kisah ini lebih lanjut dari para penduduk kawasan kami dan sekitarnya.

Ketika Risalah-risalah An-Nur masuk ke dalam penjara Denizli, pengaruh risalah-risalah ini sangat positif. Pengaruh positif ini hingga kini masih menjadi buah bibir banyak orang. Demikian halnya ketika saya masuk ke dalam penjara Afion, saya melihat para tahan yang pernah berbincang dengan saya, mendoakan kebaikan untuk murid-murid An-Nur. Mereka menuturkan kepada saya perbedaan besar antara kondisi mereka sebelumnya dan saat ini.

Ini merupakan fakta-fakta nyata yang ada di depan mata siapapun juga. Saya merasa aneh sekali, bagaimana bisa saya dikatakan aktif di bidang politik hanya karena saya mengirim surat-surat persahabatan kepada pengarang Risalah-risalah An-Nur yang mulia, atau surat-surat persahabatan dan hiburan pada sejumlah orang? Risalah-risalah ini berguna bagi saya dan seluruh warga dari sisi akhlak, sosial, dan kehidupan akhirat, karena ia adalah tafsir hakiki Al-Qur'anul Karim.


[1] Lahir pada tahun 1910 di bilangan Ainopolo, mengunjungi ustadz Badiuzzaman di Kastamonu pada tahun 1941, mengabdikan diri demi keimanan melalui Risalah-risalah An-Nur. Hingga kini, ia masih menjalani jihad keimanan seperti sedia kala. (Penerjemah)




521. Page

Di tengah situasi mencengangkan dan aneh ini, saya menyatakan bahwa tidak mungkin jika aktivitas ini menjadi inti dakwaan ataupun kesalahan. Kemungkinan yang ada adalah para musuh-musuh Al-Qur'an –dan juga para musuh Risalah-risalah An-Nur- yang terselubung, mereka-lah yang menyebarkan dugaan-dugaan palsu dan rasa takut terhadap kami di dalam jiwa para aparat keadilan dan keamanan, agar mereka menjebloskan kami ke dalam penjara.

Para hakim yang terhormat akan mengetahui hakikat-hakikat ini, mereka akan meletakkan tangan di atas nurani untuk mengeluarkan vonis adil yang pahalanya besar di sisi Allah.

Dan mereka akan menjadikan bangsa muslim Turki yang menantikan putusan-putusan ini dengan penuh perhatian di segala penjuru negeri, memuji dan berterimakasih kepada mereka.

 

Ibrahim Fakazali,

Yang ditahan di penjara Afion

 

* * *