SINAR KELIMA BELAS

522. Page

Sinar Kelima Belas

 

Hujah Terang Bersinar

Sinar ini terdiri dari dua maqam

 

Pelajaran ini secara kasat mata terlihat sebagai risalah kecil, namun pada hakikatnya merupakan risalah besar, kuat, dan luas sekali. Risalah ini merupakan buah keimanan, buah matang Al-Qur'an-Firdaus dari kehidupan pemikiran saya, juga dari perpaduan ‘ilmul yaqin dan ‘ainul yaqin dalam kehidupan maknawi-tahqiqi An-Nur.

 

Sa’id An-Nursi





523. Page

Maqam Pertama

 

Maqam ini terdiri dari tiga bagian;

Bagian pertama;

Bagian dari pelajaran yang disampaikan di madrasah Yusuf (penjara) ketiga. Bagian ini merupakan intisari catatan keduapuluh.

 

بسم الله الرحمن الرحيم

Kepada-Nya Jua Kami Memohon Pertolongan

 

Orang yang menghabiskan waktu selama 35 tahun mengucilkan diri dari pergaulan, meninggalkan dan melupakan dunia khususnya di malam-malam hari, hingga merasa asing terhadap siapapun juga karena banyaknya beban pengawasan tiada henti atas seluruh aktivitasnya, pengawasan yang menyelipkan kedengkian dan niat tidak baik selama duapuluh tiga tahun, hingga merasa susah untuk menghabiskan waktu meski hanya sesaat saja bersama seseorang di satu tempat, selain bersama orang yang merindukan Risalah-risalah An-Nur dan yang mengurus segala keperluannya.

Saya sampaikan, mereka memindahkan orang lemah ini –saya yang tidak berdaya- ke dalam penjara kelima secara paksa, penjara yang penuh sesak. Mereka melarang saudara-saudara saya untuk menemui saya, dengan alasan karena saya mengadu kepada peradilan banding sekitar penempatan saya di penjara terisolasi selama sebelas bulan.

Ketika saya terguncang dan resah karena tidak mampu bertahan di tengah-tengah suasana yang penuh sesak seperti ini, tanpa diduga udara yang sangat dingin datang –sebagai pertanda amarah- dimana andai saya berada di tempat yang lama, tentu saya tidak tahan, sehingga kesulitan saya berubah menjadi kemudahan, dan kesulitan tersebut turun kepada saya menjadi rahmat dari Allah. Saat itu, terlintas di benak saya;

Mengingat murid-murid An-Nur menjalankan tugas –menggantikanmu- menyampaikan hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur dengan kesungguhan dan keikhlasan, di setiap aula penjara, maka aula kelima yang mirip sebagai tempat orang-orang zuhud untuk mengasingkan diri ini, akan selalu berganti dan berubah. Oleh karenanya, tempat ini sangat memerlukan pelajaran-pelajaran An-Nur.

Demikian halnya para pemuda dan orang-orang tua, mereka sangat memerlukan pelajaran-pelajaran keyakinan mendalam untuk menegaskan keberadaan Allah dan menegaskan keesaan-Nya, karena mereka terbiasa membaca tulisan-tulisan di berbagai surat kabar berisi serangan Russia terhadap keimanan dengan serangan-serangan atheisme nan mencekam dan mengingkari Sang Pencipta Nan Maha Agung.

Itulah yang terlintas di dalam hati saat membaca zikir selepas shalat, saya selanjutnya membaca tahlil yang biasa saya baca sejak dulu sebanyak sepuluh kali setiap kali usai shalat fajar;

لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو حي لا يموت بيده الخير وهو على كل شيء قدير إليه المصير

(Tiada Tuhan –yang berhak disembah- selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan pujian, Maha menghidupkan dan mematikan, Ia Maha Hidup dan tidak mati, di 

524. Page

tangannya segala kebaikan berada, Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan kepada-Nya tempat kembali –seluruh makhluk-).[1]

Tahlil agung dan tauhid luhur yang mengandung nama paling agung ini –menurut salah satu riwayat- sudah dijelaskan dalam “catatan keduapuluh” secara gamblang sejelas mentari dalam sebelas kata dalam sebelas bukti keberadaan Allah yang bersifat wajib, juga keesaan dan rububiyah-Nya. Pada risalah tersebut, saya juga menyebutkan sebelas kabar gembira yang menyenangkan.

Ya, saya membaca rangkaian kalimat suci ini dengan renungan mendalam dan fikiran dalam sebuah intisari singkat “catatan keduapuluh.” Lalu tiba-tiba terlintas di dalam benak saya;

Sampaikan intisari singkat ini sebagai pelajaran untuk seorang alim mulia, Nadir, dan para pemuda yang ada di tempat ini.

Saya kemudian mengucapkan, “Bismillah,” lalu mulai menyampaikan pelajaran;

Di dalam kalam tauhid ini terdapat sebelas kabar gembira dan sebelas hujah keimanan. Berikut akan saya jelaskan hujah-hujah saja dengan isyarat singkat sekali, seraya mengalihkan segala penjelasan dan kabar gembira yang dimaksud kepada “catatan keduapuluh” dan bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur.

Ketika saya menulis pelajaran ini, menurut hemat saya perlu untuk menyertakan kata-kata dan sejumlah noktah yang saya sampaikan kepada para tahanan.

Sebelas kalimat dari kalam tauhid yang dimaksud adalah sebagai berikut;


[1] Nabi Saw. membaca setiap kali usai shalat wajib (selepas salam);

لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد (يحيي ويميت وهو حي لا يموت بيده الخير وهو على كل شيء قدير إليه المصير)

“Tiada Tuhan –yang berhak disembah- selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan pujian, Maha menghidupkan dan mematikan, Ia Maha Hidup dan tidak mati, di tangannya segala kebaikan berada, Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan kepada-Nya tempat kembali –seluruh makhluk,” sebanyak tiga kali, dan;

اللهم لا مانع لما أعطيت ولا معطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد منك الجن

“Ya Allah, tiada yang mencegah apa yang Engkau beri, tiada yang memberi apa yang Engkau cegah, kekayaan dan kemuliaan tiada berguna bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalih), hanya dari-Mu jua kekayaan dan kemuliaan.” Hadits shahih. Takhrij dan tambahan-tambahan pada lafazh hadits ini silahkan dibaca di; Al-Ahaditsh Ash-Shahihah (196). Bagian hadits yang tidak tercantum dalam tanda kurung tertera dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Tambahan dalam tanda kurung pertama milik Ahmad dan Abu Dawud, tambahan kedua milik Ath-Thabrani, tambahan ketiga milik An-Nasa`i dan Abu Khuzaimah.

Saya sampaikan, hadits yang disebutkan ustadz An-Nursi ini termasuk salah satu keajaiban, karena ketika saya menelaah hadits-hadits tentang zikir pagi dan petang, juga zikir-zikir selepas shalat, saya mendapati bentuk lafazhnya berbeda-beda. Menyatukan tambahan-tambahan dengan cara seperti ini sangat sulit, memerlukan banyak sekali referensi dan jam terbang di bidang hadits. Lantas apa gerangan penjelasan di balik nash yang disebut ustadz An-Nursi dengan beberapa tambahan tersebut tanpa merujuk referensi-referensi seperti yang dimiliki para ahli hadits. Satu-satunya penjelasannya adalah; ini sebagai kemuliaan ilahi.




525. Page

Kalimat pertama; la ilaha illallah

Hujah keimanan yang ada di dalam kalimat ini adalah risalah “ayat besar,” risalah luar biasa tiada bandingnya.

Karena risalah ini, murid-murid An-Nur mendapatkan putusan bebas dari peradilan, meraih kemenangan di penjara Denizli, di peradilan Ankara dan Denizli. Risalah ini secara sembunyi-sembunyi menyebar luas secara berpengaruh. Karena risalah ini dicetak secara sembunyi-sembunyi, murid-murid An-Nur ditangkap dan ditahan selama sembilan bulan.

Ya, sinar “ayat besar” memperlihatkan tigapuluh tiga kesepakatan agung dan hujah-hujah menyeluruh di alam raya ini, dimana setiap hujah menyeluruh risalah ini mengisyaratkan bukti-bukti tak terbatas yang menegaskan keberadaan dan keesaan Zat yang wajib ada secara terang dan jelas, sejelas siang hari, hingga membuat langit berbicara melalui kata-kata bintang khususnya, kemudian membuat bumi berbicara melalui rangkaian kata hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan, dan seterusnya, hingga membuat seluruh wujud berbicara melalui kata-kata berbagai hakikat penciptaan, kemungkinan, dan perubahan.

Bagi yang ingin mencari iman nan kuat dan tak tergoyahkan, siapapun yang ingin mencari pedang takkan tumpul dalam menghadapi kekacuan atheis, silahkan merujuk risalah “ayat tbesar.”

Kalimat kedua; wahdahu

Isyarat singkat hujah yang ada di dalam kalimat ini sebagai berikut;

Setiap sisi dan sudut alam raya ini menyaksikan kesatuan yang jelas;

Contoh; jagad raya ini secara keseluruhan sangat mirip sekali dengan sebuah kota yang ramai berpenghuni, mirip sebuah istana menjulang tinggi dan kitab fasih yang berwujud, dimana setiap ayatnya, bahkan setiap hurufnya, dan bahkan setiap titiknya adalah mukjizat dan Al-Qur'an yang berwujud.

Ya, sebagaimana hal tersebut menjelaskan kesatuan yang jelas di jagad raya, seperti itu pula lampu istana tersebut juga satu, pelitanya yang menjelaskan waktu juga satu, dapur si pemilik perapian juga satu, yang memberi air juga satu, semuanya satu, hingga mencapai 1001 kesatuan dan persatuan.

Kesatuan yang ditampakkan alam raya dalam segala sesuatu ini menegaskan bahwa pemilik istana, kota, dan kitab tersebut, pemilik Al-Qur'an besar yang berwujud, penulis dan pengarangnya, ada dan tunggal.

Kalimat ketiga; la syarika lahu

Isyarat singkat hujah yang terdapat dalam kalimat ini sebagai berikut;

Ayat agung;

قُلْ لَّوْ كَانَ مَعَهٗ ٓ اٰلِهَةٌ كَمَا يَقُوْلُوْنَ اِذًا لَّابْتَغَوْا اِلٰى ذِى الْعَرْشِ سَبِيْلًا

 “Katakanlah, ‘Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy’.” (QS. Al-Isra`: 42) Ayat ini merupakan sumber, guru, dan asas sinar risalah “ayat besar.”

Ya, andai ada tuhan-tuhan bersama-Nya, dan mereka ikut campur dalam penciptaan dan rububiyah, tentu rusak tatanan jagad raya ini, padahal yang terlihat adalah tatanan yang sangat sempurna dan jeli dalam segala sesuatu, dimulai dari sayap lalat kecil, kelopak mata dan sarang kecilnya, hingga pesawat-pesawat terbang yang merupakan burung-burung tanpa batas, juga hingga 

526. Page

tata surga. Intinya, tatanan paling sempurna baik yang bersifat parsial ataupun menyeluruh, kecil maupun besar, terlihat di balik segala sesuatu di alam nyata ini. Tatanan sempurna ini membuktikan secara kuat, intervensi mustahil ada, dan ia sama sekali tidak ada. Juga membuktikan secara jelas keberadaan dan keesaan Zat yang wajib ada.

Kalimat keempat; lahul mulk

Isyarat singkat hujah panjang yang tertera di dalam kalimat ini adalah sebagai berikut;

Dengan pandangan kita, kita melihat bahwa di balik tirai gaib terdapat Zat yang mengatur segala sesuatu, pemilik kuasa mutlak dan ilmu tanpa batas, karena Ia menjadikan wajah bumi sebagai ladang nan luas sekali seluas bumi secara keseluruhan, menyebarkan benih-benih lebih dari 100 ribu jenis tumbuh-tumbuhan di setiap musim semi, semuanya disebar secara bercampur satu sama lain, selanjutnya hasil-hasilnya dipanen dalam bentuk matang dan berbeda, tanpa bercampur satu sama lain, dalam keteraturan sempurna, dibagikan tangan rahmat dan hikmah pada 200 ribu jenis hewan-hewan dengan rizki tertentu yang cocok bagi mereka dan sesuai kebutuhan.

Seperti itulah Ia mengatur segala urusan seluas kerajaan-Nya nan luas terbentang, kaya dan suka memberi, khususnya ladang bumi.

Orang yang tidak mempercayai adanya Pengatur Maha Bijak, Maha Raja, dan Maha Penyayang ini, terpaksa harus mengingkari bumi dengan seluruh hasilnya, dan menjadi seperti orang-orang sophis dungu.

Kalimat kelima; lahul hamd

Isyarat singkat hujah luas yang tertera dalam kalimat ini adalah sebagai berikut;

Dengan pandangan kita melihat dan dengan akal kita tahu pasti bahwa Sang Pemberi rizki, Maha Penyayang, Maha berbuat baik dan Maha Mulia mengatur segala urusan kota jagad raya, mengatur segala utusan makhluk hidup bumi, merawat tenda manusia dan hewan, bahkan Ia merubah bumi ini menjadi kapal dagang, menjadi kereta api yang mendatangkan berbagai rizki untuk menebarkan rasa syukur dan pujian karena berbagai nikmat tanpa batas yang Ia berikan, dengan menjadikan musim semi nan terbentang di muka bumi laksana gerbong kereta api berisi seratus ribu jenis makanan, memenuhi kantung-kantung susu yang mirip kaleng dengan susu-susu segar sebagai bantuan bagi para makhluk hidup miskin yang kehabisan rizki di akhir musim dingin.

Untuk itu, siapapun yang memiliki akal meski sekecil atom, tentu percaya bahwa semua ini merupakan perbuatan-perbuatan Yang Maha memberi rizki, Maha Penyayang. Siapa yang tidak mempercayai hal ini dan tersesat jauh sekali, mau tidak mau harus mengingkari seluruh nikmat nan tersusun rapi dan rizki-rizki tertentu yang membangkitkan puji serta syukur. Ia tidak lain adalah makhluk bodoh dan hewan berbahaya.

Kalimat keenam; yuhyi

Isyarat singkat hujah yang terdapat dalam kalimat ini sebagai berikut;

Seperti dijelaskan dalam “kalimat kesepuluh” dan di bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur dengan berbagai bukti kuat;

Di setiap musim semi, pasukan subhani nan besar terdiri dari 300 ribu jenis makhluk hidup dengan anggota-anggota kelompok tak terbatas dengan berbagai bentuk dan contoh berbeda-beda, disebar di muka bumi. Mereka semua diberi kehidupan, dibekali apapun yang diperlukan untuk hidup dan juga aturan sempurna. Ini menjelaskan 100 ribu contoh di antara contoh-contoh perhimpunan terbesar, bahkan menjadi tanda-tandanya.


527. Page

Zat yang menghidupkan seluruh makhluk nan beragam tanpa batas secara bersamaan, yang semuanya bercampur dan membaur satu sama lain, tanpa salah, lupa, ataupun kekurangan, juga tidak bingung, mampu membedakan semuanya meski sama-sama bercampur satu sama lain tanpa melupakan satupun di antaranya, memberikan kehidupan untuk mereka semua dengan penuh keseimbangan dan keteraturan, membangkitkan semuanya dari nutfah yang merupakan tetes-tetes air yang serupa, dan dari benih-benih yang mirip satu sama lain, dari biji-biji kecil yang tidak bisa dibedakan satu sama lain selain hanya sedikit saja, dari sel-sel telur serangga yang mirip satu sama lain, dari nutfah dan sel-sel telur burung yang mirip satu sama lain kecuali dengan perbedaan kecil sekali.

Maka, Zat yang menghidupkan ratusan ribu makhluk hidup yang terdiri dari anggota-anggota kelompok tak terbatas, dengan bentuk yang berbeda satu sama lain, dengan ciptaan dan penghidupan yang berbeda, membangkitkan ratusan ribu jenis makhluk, menulis seratus ribu kitab yang saling berbeda satu sama lain di atas lembaran bumi dan musim semi, ditulis secara bersamaan dan saling merasuk tanpa adanya salah tulis dan dalam kesempurnaan puncak, mengatur semuanya dengan pertolongan tanpa batas, melakukan semua itu dengan hikmah tanpa batas … ya … yang melakukan ini semua tidak lain adalah Yang Maha Pencipta, Maha mengetahui, Maha menghidupkan, Maha Hidup dan tiada pernah berhenti mengurus makhluk.

Siapa yang tidak meyakini hal ini, mau tidak mau harus mengingkari dirinya sendiri, mengingkari seluruh makhluk hidup yang tersebar di bumi secara keseluruhan, yang terdapat di dalam pita kaset zaman di seluruh musim semi masa lalu, yang ada di permukaan bumi dan ruang angkasa nan hidup. Ia tidak lain adalah makhluk hidup paling dungu dan sengsara.

Kalimat ketujuh; wa yumit

Isyarat singkat hujah-hujah kalimat ini sebagai berikut;

Kala 300 ribu jenis makhluk hidup dibebaskan dari tugas atas nama kematian pada musim gugur, kita menyaksikan setiap jenis dan setiap anggota kelompok makhluk hidup menyimpan benih-benihnya di tangan hikmah milik Sang Maha Penjaga, Maha Mulia. Benih-benih itu adalah kaleng-kaleng kecil lembar-lembar kerja, catalog seluruh pekerjaan, dan daftar apa saja yang akan ia kerjakan di musim semi mendatang. Benih-benih tersebut mirip ruh abadinya dari satu sisi –seperti benih-benih buah Tin yang sangat kuning, yang berisi seluruh program kehidupan pohon Tin, ia laksana ruh abadi baginya- lalu di sanalah Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana, Maha Hidup yang tiada pernah mati, menulis dengan pena takdir masa hidup pohon tersebut, ia seakan kitab besar.

Maka, siapa tidak mempercayai keberadaan Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana, Maha Hidup yang tiada pernah mati, ia bukan hanya manusia paling bodoh dan hewan yang kehilangan perasaan, tapi ia juga lebih sengsara dari setan yang neraka dinyalakan karenanya dan divonis hukuman mati abadi.

Ya, pekerjaan-pekerjaan yang mengisyaratkan hujah-hujah semua kalimat di atas, yang merupakan pekerjaan-pekerjaan bijaksana menyeluruh, sangat luar biasa, dan mengandung mukjizat-mukjizat tanpa batas, mustahil ada tanpa Pelaku, bahkan hal tersebut seratus kali mustahil dan batil secara absolut. Mengaitkan pekerjaan-pekerjaan tersebut kepada sebab-sebab yang buta, tuli, lemah, tidak punya perasaan, benda mati, bercampur, dan tidak tertata, seribu satu kali mustahil dan sama sekali tidak berdasar.

Jika pekerjaan-pekerjaan bijaksana tersebut diserahkan ke pada selain Pelaku Yang Maha Bijaksana, tentu mengharuskan adanya kuasa mutlak, kebijaksanaan mutlak, dan kesempurnaan menawan nan menyeluruh pembentuk seluruh rerumputan dan tumbuh-tumbuhan di setiap atom tanah, dan tentu mengharuskan adanya kemampuan untuk memahami dan memahamkan percakapan, pembicaraan, dan kata-kata seluruh telepon dan radio di setiap atom udara, seperti disebutkan dalam noktah tauhid dalam kata huwa di dalam risalah mursyidusy syabab (pedoman untuk para pemuda).


528. Page

Setan manapun tentu tidak mampu membuat siapapun menerima konsep aneh ini, karena kekafiran dan pengingkaran yang berada jauh di luar lingkup akal, sangat jauh dari hakikat, menghina seluruh wujud, dan kesewenang-wenangan terhadap seluruh wujud, tidak ada balasannya selain neraka, dan ini adalah inti keadilan.

Untuk itu, perlu dikatakan, “Hiduplah neraka untuk para pengingkar seperti mereka!”

Kalimat kedelapan; wa huwa hayyun la yamut

Isyarat singkat hujah yang ada di balik kalimat ini sebagai berikut;

Mentari-mentari yang disaksikan pada siang hari di gelembung-gelembung air permukaan laut dan di permukaan sungai mengalir misalnya, lenyap seiring lenyapnya gelembung-gelembung air tersebut, setelah itu muncul mentari-mentari yang sama seperti sebelumnya. Ini mengisyaratkan dan membuktikan adanya mentari di langit. Lenyap dan kematian mentari menunjukkan adanya mentari kekal abadi.

Demikian halnya makhluk-makhluk yang ada di permukaan lautan jagad raya yang selalu berganti, di ruang hampa udara yang terus berubah, dan di dalam ladang atom-atom jagad raya. Makhluk-makhluk ini mengalir dengan cepat dan secara terus menerus di sungai masa nan bergelombang, berisi seluruh kejadian dan wujud fana, mati bersama sebab-sebab lahiriahnya. Dengan demikian, alam raya ini merasakan kematian setiap tahun dan setiap hari, untuk selanjutnya digantikan dengan yang baru. Alam-alam nan mengalir di ladang atom mati setelah mendapatkan hasil-hasilnya.

Seperti halnya lenyapnya gelembung-gelembung air dan mentari-mentari kecil menunjukkan adanya mentari kekal abadi, demikian halnya kematian makhluk-makhluk tak terbatas, lenyapnya hasil-hasil tersebut, dan pembebasan tugas dengan aturan sempurna bersamaan dengan sebab-sebab lahiriahnya, ini secara pasti menunjukkan keberadaan Zat yang wajib ada, Yang Maha Hidup dan tiada mati, menunjukkan adanya mentari abadi, Maha Pencipta Yang Maha Abadi, Maha Pemerintah paling suci, menunjukkan keesaan dan keberadaan-Nya secara jelas, seribu kali lebih jelas dari keberadaan seluruh wujud itu sendiri.

Buktinya adalah seluruh wujud itu sendiri.

Untuk itu, Anda sekalian tentu mengetahui sejauh mana kebodohan, ketulian, dan kejahatan orang yang tidak mendengar suara-suara melengking tinggi yang memenuhi ruang angkasa secara keseluruhan ini, yang tidak mendengar kesaksian-kesaksian pasti dan benar ini.

Kalimat kesembilan; biyadihil khair

Isyarat singkat hujah yang ada dalam kalimat ini sebagai berikut;

Di setiap lingkup alam raya ini, di setiap jenis, tingkatan, hingga di setiap anggota kelompok, bahkan di setiap bagian tubuhnya, dan bahkan di setiap bagian-bagian terkecil tubuhnya, kita menyaksikan gudang cadangan dan alat penyimpanan untuk menyimpan rizki, kita menyaksikan ladang dan gudang yang mempersiapkan dan menjaga kebutuhan setiap makhluk. Tangan gaib menyerahkan rizki kepada tangan makhluk tersebut pada waktu yang tepat dan dari arah yang tidak diduga-duga, bahkan di luar kemampuan dan kehendak si makhluk itu sendiri.

Gunung-gunung misalnya, menyimpan apa yang diperlukan makhluk hidup dan juga manusia, seperti barang-barang tambang, obat-obatan dan segala kebutuhan hidup. Gunung adalah gudang penyimpanan yang sangat sempurna berdasarkan perintah dan pengaturan Yang Maha Esa lagi Maha Tunggal. Demikian halnya bumi sebagai ladang, tempat penyimpanan biji-bijian, dan dapur yang mempersiapkan rizki seluruh makhluk hidup dengan sepenuh keteraturan dan keseimbangan dengan kekuatan Maha Pemberi rizki Yang Maha Bijaksana. Bahkan di dalam tubuh setiap manusia, 

529. Page

dan di setiap bagian tubuhnya terdapat gudang dan tempat penyimpanan, bahkan di setiap bagian-bagian terkecil tubuh juga terdapat tempat penyimpanan super kecil yang sesuai untuk menyimpan rizki-rizki cadangan.

Seperti itulah di dalam setiap wujud terdapat alat penyimpanan, bahkan ukhuwah pun punya tempat penyimpanan, yaitu dunia, sementara ladang dan tempat penyimpanan surga adalah alam Islam dan alam insani hakiki yang menumbuhkan kebaikan dan cahaya. Salah satu tempat penyimpanan neraka adalah bahan-bahan rusak dan kelompok-kelompok terkontaminasi yang memunculkan buah-buah kejahatan, keburukan dan kekafiran. Keburukan-keburukan ini muncul dari ketiadaan yang mengotori alam-alam wujud yang baik adanya. Tempat penyimpanan dan sumber energi panas binatang-bintang adalah neraka, sementara simpanan dan sumber energi cahayanya adalah surga.

Demikianlah kalimat “biyadihil kahir” yang mengisyaratkan seluruh simpanan-simpanan tanpa batas, menjelaskan sebuah hujah secara gamblang.

Ya, kalimat “biyadihil kahir” dan “bi yadihi maqalidu kulli syai” adalah dua hujah rububiyah dan kesatuan nan luas tanpa batas. Kedua kalimat ini memiliki hal-hal luar biasa dan mukjizat tanpa batas di hadapan siapapun yang masih punya mata.

Di antara simpanan-simpanan dan perbendaharaan-perbendaharaan tanpa batas tersebut, perhatikan penjelasan berikut ini saja;

Sang Pengatur Yang Maha Bijaksana yang memiliki kunci-kunci seluruh biji dan benih yang merupakan tempat-tempat penyimpanan kecil berisi seluruh perangkat program seluruh kemampuan pohon besar atau bunga nan harum, seperti halnya Ia membangungkan penjaga pintu biji-bijian dengan perintah-Nya, “Bangunlah!” dengan kunci kehendak dan neraca aturan nan sempurna, Ia juga membuka simpanan bum nan besar dengan kunci hujan, selanjutnya membuka seluruh simpanan-simpanan kecil; biji-bijian yang merupakan nutfah tumbuh-tumbuhan dan seluruh asal usul hewan, tetes-tetes air yang merupakan nutfah burung dan serangga yang terbentuk dari unsur udara dan air, Ia merekahkan semua itu secara keseluruhan dan bersamaan tanpa kesalahan melalui perintah merekah dan menampakkan diri. Pada saat yang bersamaan, Ia membuka seluruh simpanan alam raya baik yang menyeluruh maupun parsial, materi maupun maknawi, dengan kunci khusus untuk masing-masing di antaranya dengan tangan hikmah, kemauan, rahmat, dan kehendak.

Jika Anda ingin mengetahui dan melihat hal tersebut, perhatikan simpanan-simpanan kecil Anda; hati, otak, tubuh, dan lambung Anda, perhatikan kebun Anda dan musim semi yang merupakan bunga bumi, perhatikan bunga-bunga dan buah-buahnya, Allah merekahkan semua itu dengan tangan gaib melalui kunci-kunci yang berbeda dan beragam, yang muncul dari pabrik kun fayakun, Ia merekahkan dan membuka semua itu dengan aturan sempurna, keseimbangan, rahmat dan hikmah, lalu muncullah satu bahkan seratus rithel (1 rithel = 7,5 kg) makanan dari kaleng-kaleng kecil, Ia keluarkan semua itu dengan sangat teratur dan seimbang, sebagai jamuan mewah untuk para makhluk hidup.

Lantas mungkinkah kekuatan buta, alam yang tuli, faktor kebetulan yang acak, sebab-sebab yang mati, bodoh, dan tidak berdaya, ikut campur dalam perbuatan tanpa batas hingga mencapai tingkatan keteraturan, ilmu, dan penglihatan sedemikian rupa, ikut campur dalam penciptaan jeli yang memiliki hikmah sempurna yang sama sekali tidak menyertakan unsur kebetulan secara mutlak, ikut campur dalam perilaku terukur tanpa adanya kesalahan secara mutlak, ikut campur dalam rububiyah mulia dan adil secara sempurna tanpa adanya kezaliman sedikitpun?!

Mungkinkah makhluk yang tidak melihat segala sesuatu secara menyeluruh di saat yang bersamaan, tidak mampu menata dan mengatur seluruhnya sekaligus, tidak mampu menjadikan atom-atom dan bintang-bintang yang berotasi secara bersamaan di bahwa perintahnya, ikut campur dalam pengaturan segala sesuatu yang seluruh sisinya memiliki hikmah, mukjizat, dan keseimbangan?!


530. Page

Untuk itu, siapa yang tidak beriman kepada Pelaku segala sesuatu, Maha Pengatur lagi Penyayang, Rabb Yang Maha Bijaksana, yang di tangan-Nya segala kebaikan berada, Pemilik perbendaharaan segala sesuatu, dan tersesat jauh sekali, ia tidak akan mendapatkan apapun selain neraka yang menyala-nyala dan marah, hingga;

كَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الۡغَيۡظِ‌ؕ

 “Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah,” (QS. Al-Mulk: 8) seperti yang disampaikan Allah, hingga neraka Jahanam berkata dengan bahasa kondisional, “Ia patut mendapatkan siksaku yang kekal abadi, karena ia bukan orang yang patut mendapat rahmat.”

Kalimat kesepuluh; wa huwa ‘ala kulli syai`in qadir

Isyarat singkat hujah yang terdapat dalam kalimat ini sebagai berikut;

Semua yang memiliki perasaan, yang datang ke dunia, tempat jamuan ini, dan membuka kedua mata, pasti melihat;

Kekuasaan yang memegang jagad raya secara keseluruhan dalam genggamannya, memiliki ilmu azali mutlak, tidak keliru ataupun lupa, memiliki hikmah abadi tanpa adanya kesia-siaan di dalamnya secara mutlak, dan mencakup pertolongan sempurna, yang menjadikan setiap anggota pasukan atom tertarik laksana daya tarik Maulawi, lalu dipergunakan dalam berbagai tugas, dan dalam saat yang bersamaan memutar bumi dalam lingkaran luas dengan jarak sejauh perjalanan 24 juta tahun dalam hitungan satu tahun, memutar bumi laksana seorang Maulawi yang tertarik dengan aturan yang sama.

Kala kuasa tersebut mendatangkan hasil-hasil berbagai musim untuk hewan dan manusia, dengan aturan yang sama dan di saat yang bersamaan ia menjadikan matahari sebagai gelas dan roda yang ia putar di pusatnya laksana putaran orang yang tertarik hati dan pecinta, menundukkan bintang-bintang yang berotasi yang merupakan anggota pasukan mentari nan tertata rapi dalam pengabdian dan tugas-tugas mulia dengan sepenuh keseimbangan dan keteraturan.

Dengan aturan hikmah yang sama dan di saat yang bersamaan, kuasa tersebut mencatat ratusan ribu jenis makhluk hidup di atas lembaran bumi secara keseluruhan, dimana masing-masing di antaranya laksana ratusan ribu kitab, semuanya ia tulis secara bersamaan dan saling merasuk tanpa bercampur dan tanpa lupa, seraya menampakkan ribuan contoh perhimpunan terbesar.

Kuasa yang sama dan di saat yang bersamaan, merubah lembaran udara menjadi papan penghapusan dan penegasan, seraya menjadikan seluruh atom-atom seakan bagian akhir dan titik-titik pena kitab tersebut, menggunakan atom-atom tersebut untuk banyak sekali peran dalam lingkup perintah dan kehendak ilahi yang telah ditentukan, hingga kuasa tersebut memberikan kemampuan kepada setiap atom-atom tersebut untuk menerima kata-kata dan percakapan secara keseluruhan, seakan ia mengetahui dan menyampaikan kata-kata tersebut tanpa kesalahan dan tidak bingung, seakan atom-atom tersebut telinga-telinga dan lisan-lisan kecil. Ini membuktikan bahwa unsur udara adalah Arsy perintah dan kehendak ilahi.

Mengacu pada isyarat singkat ini, maka;

Zat yang menjadikan alam raya ini laksana sebuah kota nan tertata rapi, istana nan ramai berpenghuni, ruang jamuan mewah, kitab mukjizat, dan Al-Qur'an yang nyata, Zat yang memegang seluruh tingkatan makhluk, seluruh lingkup dan tugas-tugasnya dalam genggaman kuasa dengan neraca ilmu dan aturan hikmah, mulai dari atom hingga kumpulan alam raya secara keseluruhan, Zat yang mengatur segala kondisi alam raya, menampakkan hikmah-Nya nan sempurna dan rahmat-Nya nan luas di balik kuasa nan mulia itu, yang memberitahukan keberadaan dan keesaan-Nya melalui rububiyah mutlak-Nya secara jelas, sejelas mentari di siang hari, lalu memerintahkan untuk beriman kepada-Nya sebagai balasan atas perkenalan-Nya, memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya 

531. Page

sebagai imbalan atas daya tarik cinta yang membuat para makhluk mencintai-Nya, memerintahkan untuk bersyukur dan memujinya sebagai balasan atas segala nikmat yang Ia beri.

Untuk itu, orang-orang yang tidak mengenal Zat Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, tidak berusaha menggapai cintai-Nya melalui ibadah, tapi malah mengingkari dan memendam semacam sikap permusuhan kepada-Nya, mereka ini tidak lain adalah setan-setan dalam wujud manusia, laksana Namrud-Namrud dan Fir’aun-Fir’aun kecil. Mereka ini tentu saja patut mendapatkan siksa abadi tanpa batas.

Kalimat kesebelas; wa ilaihil mashir

Yaitu kembali ke lingkup hadirat-Nya, kembali ke alam kekal abadi-Nya, kembali ke negeri akhirat-Nya, kembali ke rumah kebahagiaan kekal abadi-Nya, seperti halnya Ia adalah tempat kembali seluruh makhluk alam raya, sehingga seluruh rangkaian sebab-sebab bersandar pada-Nya dan kembali pada kuasa-Nya. Perlu diketahui, sebab-sebab merupakan tirai penutup yang dipasang di hadapan seluruh pekerjaan kuasa tersebut demi menjaga wibawa dan kemuliaannya nan suci. Dengan demikian, seluruh sebab-sebab lahiriah merupakan tirai-tirai penutup yang tidak memiliki pengaruh dalam menciptakan apapun. Andai bukan karena perintah dan kehendak-Nya, tentu segala sesuatu –bahkan atom- tidak akan mampu bergerak.

Berikut kami isyaratkan secara singkat hujah yang terdapat di dalam kalimat ini;

Pertama;

Hakikat perhimpunan, akhirat, dan kehidupan abadi yang diungkapkan oleh kalimat suci ini, penegasan dan pembenarannya kami alihkan ke “kalimat kesepuluh” dan penjelasan tambahannya, “kalimat keduapuluh sembilan” yang menegaskan realisasi pastinya sepasti realisasi musim semi mendatang, “masalah ketujuh” dari risalah buah, “sinar munajat” dan bagian-bagian lain Risalah-risalah An-Nur terkait keimanan.

Risalah-risalah tersebut menegaskan rukun iman ini dengan hujah-hujah tanpa batas, bahwa realisasi akhirat benar adanya, sepasti realisasi keberadaan dunia ini, hujah-hujah yang memaksa bahkan pengingkar yang paling membangkang untuk mempercayainya.

Kedua;

Sepertiga Al-Qur'an membicarakan tentang akhirat dan perhimpunan, dan membangun segala pernyataan di atas asas hakikat tersebut. Untuk itu, seperti halnya seluruh mukjizat dan hujah-hujah Al-Qur'an yang menegaskan kebenarannya, menunjukkan adanya akhirat, demikian halnya seluruh mukjizat Rasul Saw. yang membuktikan kebenaran nubuwah beliau, seluruh bukti-bukti kebenaran nubuwah beliau lainnya, dan seluruh hujah-hujah kebenaran beliau, semuanya memperkuat keberadaan akhirat dan perhimpunan, karena sebagian besar dakwah yang Nabi mulia Saw. sampaikan sepanjang hidup beliau, semuanya tentang akhirat. Demikian halnya 124 ribu nabi mulia, semuanya menyeru menuju kehidupan dan kebahagiaan abadi. Mereka menyampaikan kabar gembira ini kepada umat manusia, dan mereka menegaskan kebenaran dakwah mereka dengan mukjizat-mukjizat dan bukti-bukti pasti yang tak terbatas.

Untuk itu tidak diragukan, seluruh mukjizat dan hujah-hujah para nabi yang menunjukkan nubuwah dan kebenaran dakwah mereka, juga menunjukkan adanya akhirat dan kehidupan abadi yang merupakan dakwah terbesar mereka, sekaligus dakwah yang paling langgeng.

Mengacu pada hal di atas, seluruh dalil yang memperkuat seluruh rukun iman, memperkuat adanya akhirat, terbukanya pintu-pintu negeri bahagia nan kekal abadi.


532. Page

Ketiga;

Pencipta yang menciptakan alam raya dengan seluruh atom, benda-benda yang berotasi, bagian-bagian dan tingkatan-tingkatannya, seraya memberikan suatu tugas bahkan banyak sekali tugas pada masing-masing di antaranya dengan sepenuh hikmah, menundukkan semua itu secara terus menerus tanpa henti seraya memperlihatkan kesempurnaan, kuasa, dan rububiyah-Nya.

Zat yang mengirim kelompok-kelompok makhluk satu kelompok demi satu kelompok, bahkan mengirim makhluk-makhluk secara silih berganti ke tempat jamuan alam dan medan ujian kehidupan dunia ini untuk memperlihatkan pembiasan-pembiasan tanpa batas nama-nama-Nya nan indah dan kekal abadi, juga untuk merekam bentuk-bentuk seluruh makhluk, segala pekerjaan dan kondisinya dengan kamera-kamera alam barzakh dan cinema-cinema akhirat yang dipasang di alam permisalan. Setelah semuanya bebas tugas, kelompok-kelompok lain dikirim satu kelompok demi satu kelompok. Bahkan, sebagian makhluk nan berlabuh dan berotasi dikirim ke medan tersebut untuk menjalankan tugas-tugas mulia, dan menjadi cerminan pembiasan nama-nama-Nya nan indah.

Lantas mungkinkah Sang Pencipta Yang Maha Mulia, dan Pemilik kesempurnaan ini tidak menciptakan negeri balasan? Tidak mengadakan perhimpunan dan kebangkitan untuk golongan manusia yang dengan perasaan dan akal di dunia fana ini ia membalas seluruh maksud-maksud Sang Pencipta Yang Maha Mulia itu, yang mencintai Sang Pencipta dengan seluruh kemampuan yang ia miliki, yang mengenal dan memperkenalkan diri-Nya pada yang lain, yang bertawasul kepada-Nya dengan doa-doa tanpa batas untuk menggapai kebahagiaan abadi dan kehidupan akhirat, yang memohon kehidupan abadi yang merupakan inti kenikmatan, yang ia minta dengan segenap fitrah, ruhani, dan kemampuan yang ia miliki, karena ia merasakan berbagai derita tanpa batas.

Lantas mungkinkah si manusia ini tidak akan mendapatkan balasan dan hukuman? Seribu kali tidak mungkin.

Rincian dan penjelasan isyarat singkat ini tertera secara jelas dan dengan hujah-hujah kuat dalam Risalah-risalah An-Nur. Untuk itu, permasalahan yang sangat panjang lebar ini saya alihkan ke sana.

 

سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

 “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)

 

* * *


533. Page

Intisari Singkat Surah Al-Fatihah

Bagian Kedua;

 

Dari satu pelajaran saja yang saya sampaikan di madrasah Yusuf (penjara) ketiga, dalam durasi waktu singkat sekali ketika saya dipindahkan dari pelepasan (segala hak-hak) dan penjara terisolir menuju aula umum dan pergaulan dengan orang lain.

 

Sebuah contoh pelajaran singkat yang saya sampaikan kepada murid-murid An-Nur di dalam penjara;

Al-Fatihah yang dibaca di dalam shalat, memerintahkan hati saya untuk menjelaskan setetes di antara samuderanya dan kilauan di antara luapan-luapan tujuh warna spectrum-nya. Kami sudah pernah menulis noktah-noktah lembut yang sangat baik dan indah untuk simpanan Al-Qur'an nan luhur ini di dalam “catatan keduapuluh sembilan” di salah satu bagiannya, khususnya dalam kelana ilusi pada huruf ن kata نعبد , juga di dalam risalah “delapan rumus,” tafsir “isyarat-isyarat mukjizat,” dan di semua bagian Risalah-risalah An-Nur.

Namun dari satu sisi, saya terpaksa menulis renungan saya dalam shalat karena intisari Al-Qur'an nan baik tersebut mengisyaratkan rukun iman dan hujah-hujahnya, juga menulis intisari penjelasan ini dengan singkat sekali, sama seperti bagian pertama.

Saya memulai dengan membaca, “Alhamdulillah” seraya mengalihkan, “Bismillahirrahmanirrahim” pada bilangan Risalah-risalah An-Nur.

 

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 1-7)

Kalimat pertama; alhamdulillah

Isyarat singkat hujah keimanan kalimat ini sebagai berikut;

Sumber pujian dan syukur di alam raya ini adalah nikmat-nikmat yang diberikan secara sengaja, khususnya pengiriman susu murni dan lezat yang ada di antara kotoran dan darah, untuk anak-anak kecil yang tak berdaya, juga segala kebaikan, hadiah, kemuliaan, dan jamuan-jamuan rahmani yang menutupi seluruh permukaan bumi, bahkan melimpah ruah menutupi seluruh alam raya.

Harga dan nilai yang dipersembahkan untuk semua nikmat itu adalah ucapan, “Bismillah,” di permulaan, dan, “Alhamdulillah,” sebagai penutupnya. Di antara keduanya terdapat perasaan nikmat di sela-sela kenikmatan itu sendiri, selanjutnya mencapai tingkat mengenal Rabb Nan Maha Mulia. 

534. Page

Perhatikan diri Anda, lambung dan seluruh indera Anda, betapa semua itu memerlukan banyak hal dan nikmat! Dan betapa semua itu memerlukan rizki, kenikmatan dan daya rasa dengan pujian dan syukur yang harus dibayar sebagai harganya! Perhatikan ini dan analogikan seluruh makhluk hidup dengan diri Anda.

Pujian tanpa batas yang diucapkan dengan lisan-lisan kondisional maupun lisan perkataan atas segala kenikmatan nan menyeluruh, semuanya menjelaskan rububiyah menyeluruh dan keberadaan Zat yang disembah, Maha Terpuji, Maha Pemberi nikmat, dan Maha Penyayang dengan jelas sekali, sejelas mentari.

Kalimat kedua; rabbil ‘alamin

 Isyarat singkat hujah dalam kalimat ini sebagai berikut;

Dengan pandangan, kita menyaksikan ribuan alam dan wujud-wujud kecil di jagad raya ini, bahkan jutaan di antaranya dimana sebagian besar di antaranya saling merasuk satu sama lain. Meski aturan untuk masing-masing di antara seluruh wujud dan syarat-syarat pengaturan berbagai kondisinya berbeda-beda, namun semuanya diedarkan dengan sangat teratur. Untuk itu, alam raya ini adalah sebuah lembaran terbentang di hadapan penglihatan Allah setiap saat. Seluruh alam menulis dengan panda kuasa dan takdir-Nya, senantiasa memperbarui dan mengganti, sehingga memunculkan kesaksian-kesaksian bersifat menyeluruh dan juga parsial, kesaksian-kesaksian sebanyak bilangan atom dan wujud yang terbentuk dari atom-atom tersebut di setiap saat akan kewajiban keberadaan dan keesaan Rabb seluruh alam yang mengatur jutaan alam dan wujud yang bergerak dengan rububiyah mutlak yang memiliki ilmu dan hikmah tanpa batas, memiliki pertolongan dan rahmat yang luas meliputi segala sesuatu.

Orang yang tidak percaya kepada rububiyah mulia yang merawat dan mengatur segala sesuatu, dimulai dari atom hingga rangkaian tata surga dan hingga lingkaran galaksi Bimasaksi, dari tempat penyimpanan super kecil di dalam butuh hingga tempat penyimpanan bumi dan hingga alam raya secara keseluruhan, kuasa yang merawat dan mengatur seluruh kondisi alam raya dengan aturan, rububiyah, dan hikmah yang sama, tidak merasakan, tidak mengetahui, dan tidak menyaksikan hal itu, berarti ia membuat dirinya patut mendapat siksa kekal abadi tanpa belas kasih dan rahmat.

Kalimat ketiga; arrahmanir rahim

Isyarat singkat hujah di dalam kalimat ini sebagai berikut;

Rahmat tanpa batas dan hakikatnya di dalam raya ini dilihat dengan jelas, sejelas cahaya matahari. Rahmat nan luas ini secara pasti bersaksi –seperti kesaksian cahaya akan adanya matahari- akan keberadaan Zat Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang yang tertutup tirai gaib.

Ya, bagian penting dari rahmat adalah rizki, karena rizki memberi makna Maha Pemberi rizki kepada nama Ar-Rahman (Maha Pengasih). Rizki itu sendiri menunjukkan keberadaan Zat Yang Maha Pemberi rizki Yang Maha Penyayang secara jelas, hingga membuat orang yang masih memiliki perasaan meski sebesar atom, terpaksa mempercayai dan mengimani hal tersebut.

Contoh; Allah mempersiapkan rizki seluruh makhluk hidup, khususnya makhluk-makhluk lemah, terlebih makhluk-makhluk kecil, dimana mereka ini tersebar di seluruh bumi dan jagad raya. Allah mempersiapkan rizki dalam bentuk luar biasa untuk mereka, berada di luar usaha dan kemampuan mereka, rizki yang tidak berasal dari apapun, dari benih-benih yang serupa, dari tetes-tetes air, dan biji-biji tanah, hingga Allah menundukkan induk-induk burung untuk anak-anak burung kecil dan tak berdaya, yang mendekam di sarang-sarang di atas pepohonan, induk-induk tersebut seakan pasukan yang siap menerima segala perintah.

Induk-induk burung berkelana ke berbagai tanaman dan sumber mata air untuk mendatangkan rizki buat anak-anaknya. Bahkan, Allah menundukkan singa lapar untuk anaknya. Ia memberi makan 

535. Page

anaknya dengan daging hasil buruannya tanpa ia makan sedikitpun. Allah mengirim susu nan lezat di antara kotoran dan darah merah untuk hewan-hewan dan manusia kecil, Allah kirim melalui sumber-sumber kantong susu tanpa bercampur dan terkotori, seraya menjadikan kasih sayang induk membantu mereka.

Rizki-rizki yang tepat secara luar biasa bersegera menghampiri seluruh pepohonan yang memerlukan rizki, memberikan kenikmatan kepada perasaan-perasaan manusia yang memerlukan rizki-rizki materi maupun non materi, berbuat baik kepada kala, hati, dan ruhani sebagai jamuan makan rizki nan luas, hingga seakan ratusan ribu jamuan makan nikmat saling merasuk, dan ratusan ribu meja makan yang berbeda, saling berpelukan satu sama lain laksana dedaunan bunga, laksana kelopak-kelopak penutup biji, satu kelopak di dalam satu kelopak. Ini menunjukkan kepada siapapun yang masih punya mata akan keberadaan Zat Yang Maha Pengasih, Maha Pemberi rizki, Maha Penyayang dan Maha Mulia dengan lisan-lisan sebanyak bilangan meja-meja makan yang terbentang dan sebanyak makanan yang ada di atasnya, lisan-lisan yang berbeda satu sama lain, baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Jika dikatakan; musibah, keburukan, dan kejahatan yang ada di dunia ini menafikan rahmat yang meliputi segala sesuatu, dan memperkeruh kejernihannya.

Jawab; bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur sudah menjawab pertanyaan ini, khususnya risalah takdir. Jawaban pertanyaan ini kami alihkan ke risalah tersebut, namun perlu kami sampaikan isyarat singkat berikut;

Setiap unsur, jenis, dan wujud memiliki banyak tugas yang bersifat menyeluruh ataupun sebagian, dan masing-masing dari tugas-tugas tersebut memiliki banyak sekali hasil dan manfaat, dimana sebagian besar di antaranya adalah hasil-hasil indah, maslahat-maslahat yang bermanfaat, kebaikan, dan rahmat. Sebagian kecil di antaranya menjadi buruk, parsial, nampak dengan jelas, dan zalim karena kehilangan kapabilitas dan melakukan suatu kesalahan, atau karena patut mendapat balasan dan pelajaran, atau menjadi perantara untuk membuahkan banyak kebaikan.

Jika rahmat mencegah unsur dan wujud menyeluruh tersebut menjalankan tugas demi mengakali agar keburukan kecil tidak muncul, tentu hasil-hasil baik dan indah lain tidak terjadi, sehingga yang muncul hanya kejahatan dan keburukan sebanyak bilangan hasil yang didapatkan, karena tidak adanya kebaikan adalah keburukan, dan merusak keindahan adalah keburukan. Artinya, jika ratusan keburukan dan kezaliman dilakukan untuk mengakali agar satu keburukan tidak muncul, ini secara total menafikan hikmah, maslahat, dan rahmat yang menjadi ciri rububiyah.

Contoh; salju, es, api, hujan dan benda-benda lain, masing-masing memiliki ratusan hikmah dan maslahat. Ketika ada orang lalai melakukan suatu keburukan terhadap diri sendiri, misalkan memasukkan tangan ke dalam api lalu berkata, “Di balik penciptaan api tidak ada rahmat,” saat itu manfaat-manfaat api yang baik dan bermanfaat, yang jumlahnya tiada terbatas, mendustakan kata-katanya tersebut dan menampar mulutnya.

Hawa nafsu dan perasaan-perasaan hina manusia tidak mengetahui akibat, secara pasti tidak bisa menjadi ukuran dan neraca undang-undang rahmaniyah, hakimiyah, dan rububiyah yang berlaku di alam raya, karena manusia melihat wujud dari balik perasaan-perasaan diri sesuai warna-warni cerminnya. Hati nan kelam dan jauh dari rahmat, melihat seluruh wujud menangis, terkoyak di antara besi-besi pengait kezaliman, dan berguling-guling di lautan kezaliman. Padahal jika ia menatap seluruh wujud dengan pandangan iman, tentu akan melihat wujud manusia besar yang mengenakan tujuhpuluh ribu pakaian bersih, dengan jahitan rahmat, kebaikan, dan hikmah, bertumpuk satu sama lain seakan bidadari surga mengenakan tujuhpuluh pakaian. Tentu ia melihat alam raya ini tersenyum dan tertawa bahagia karena rahmat. Ia akan melihat manusia yang di dalam tubuhnya terdapat alam kecil, karena setiap manusia adalah alam kecil, sehingga dari lubuk hati dan ruhani paling dalam, ia mengucapkan;


536. Page

 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan.”

Kalimat keempat; maliki yawmiddin

Isyarat singkat hujah dalam kalimat ini sebagai berikut;

Pertama;

Seluruh dalil yang mengisyaratkan perhimpunan dan akhirat, yang memperkuat hujah “wa ilaihil mashir” pada penutup bagian awal pelajaran ini, juga memperkuat hakikat iman nan luas yang diisyaratkan kalimat maliki yawmiddin.

Kedua;

Seperti halnya rububiyah, Pencipta alam raya ini, rahmat-Nay nan luas dan hikmah-Nya nan abadi, seperti itu juga sifat-sifat-Nya nan luhur secara mutlak dan ratusan nama-nama-Nya nan indah, juga mengharuskan adanya akhirat, seperti dijelaskan pada bagian akhir “kalimat kesepuluh,” demikian halnya Al-Qur'anul Karim melalui ribuan ayat dan bukti-buktinya, seperti itu juga Rasul mulia Saw. melalui ratusan mukjizat dan hujah-hujahnya, seluruh nabi dan rasul, kitab-kitab samawi, dan lembaran-lembaran suci dengan dalil-dalil tanpa batasnya, semuanya menguatkan adanya akhirat.

Selanjutnya, siapa tidak beriman akan keberadaan kehidupan di negeri akhirat, sejatinya ia melemparkan diri ke dalam neraka maknawi yang diciptakan kekafiran, sehingga ia senantiasa merasakan azab selama berada di dunia, karena berbagai krisis masa lalu dan juga masa depan, seluruh makhluk dan wujud terus menimpakan hujan siksa kepada ruh dan kalbunya kala semuanya lenyap dan pergi, sehingga menimpakan berbagai derita dan siksa tanpa batas laksana siksa neraka sebelum ia memasuki tempat tersebut di akhirat, seperti yang telah dijelaskan dalam risalah mursyidusy syabab (pedoman untuk para pemuda).

Ketiga;

Dengan rumus “yawmiddin,” kami mengisyaratkan hujah perhimpunan nan agung dan kuat. Namun kondisi yang muncul tiba-tiba, membuat pembahasan hujah tersebut harus ditunda pada waktu lain, dan mungkin hujah tersebut sudah tidak lagi diperlukan, karena Risalah-risalah An-Nur telah menegaskan melalui ratusan hujah-hujah kuat dan pasti bahwa pagi hari perhimpunan dan musim semi kebangkitan pasti akan datang, sepasti datangnya siang selepas malam, dan datangnya musim semi selepas musim dingin.

Kalimat kelima; iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in

Sebelum mengisyaratkan hujah yang ada di dalam kalimat ini, terlintas di benak saya untuk menjelaskan secara singkat wisata hayalan yang memiliki hakikat, mengacu pada penjelasan “catatan keduapuluh sembilan,” sebagai berikut;

Kala saya mencari mukjizat-mukjizat Al-Qur'an seperti yang telah dijelaskan dalam Risalah-risalah An-Nur, khususnya tafsir “isyarat-isyarat mukjizat” dan risalah “delapan rumus,” dan ketika saya menemukan sejumlah mukjizat seputar pemberitaan gaib di ayat terakhir surah Al-Fath, dan mukjizat sejarah dalam ayat berikut;

 فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu.” (QS. Yunus: 92)


537. Page

Bahkan, saya melihat kilauan-kilauan mukjizat di sebagian besar kata-kata Al-Qur'an dan noktah-noktah mukjizat nan jeli di sebagian huruf-hurufnya. Saat itu, kala saya membaca surah Al-Fatihah dalam shalat, terlintas sebuah pertanyaan di dalam hati untuk mengajarkan sebuah mukjizat huruf ن dalam kata نعبد dan نستعين

Pertanyaan yang dimaksud adalah; kenapa Allah menyebut نعبد dan نستعين dengan nun mutakallim ma’al ghair, kenapa Allah tidak menyebut أعبد dan أستعين ?

Tanpa diduga, terbuka di hadapan hayalan saya sebuah medan wisata nan luas dari bukti huruf ن, saya kemudian mengetahui sebuah rahasia agung dalam shalat jamaah dengan tingkatan syuhud (kesaksian hati), saya melihat manfaat-manfaatnya nan agung dan saya tahu pasti bahwa satu huruf ini adalah mukjizat tersendiri. Jelasnya;

Kala saya shalat di masjid Jami’ Bayazid, dan ketika saya membaca (إياك نعبد وإياك نستعين), saya melihat jamaah di masjid Jami’ itu memperkuat kata-kata saya melalui kata-kata serupa yang mereka ucapkan, mereka secara penuh ikut serta bersama saya dalam membaca doa pada kalimat (اهدنا) seraya membenarkan saya. Pada saat yang sama, tirai di hadapan hayalan saya tersingkap, lalu saya melihat seakan masjid-masjid Istanbul berubah menjadi masjid Bayazid besar, dan seluruh jamaah yang shalat di dalamnya mengucapkan kata-kata seperti yang saya baca; (إياك نعبد وإياك نستعين), mereka membenarkan kata-kata saya mengamini doa saya.

Kala mereka menjadi penolong-penolong saya, tirai lain di hadapan hayalan saya terbuka, saya kemudian melihat dunia Islam berubah menjadi wujud sebuah masjid yang sangat besar sekali, Makkah dan Ka’bah menjadi mihrab masjid nan besar tersebut, para jamaah yang berbaris lurus, mengharapkan wajah dalam bentuk melingkar ke arah mihrab suci sambil membaca seperti yang saya baca; (إياك نعبد وإياك نستعين), masing-masing di antara mereka membenarkan semuanya dan berdoa atas nama mereka, seraya menjadikan semua orang yang shalat sebagai penolong-penolongnya.

Kala saya memikirkan bahwa jalan yang ditempuh jamaah sebesar ini secara pasti tidak bengkok dan apa yang mereka ucapkan benar adanya, dimana doa mereka tidak tertolak, bahkan mengusir syubhat-syubhat setan.

Kala saya mempercayai manfaat-manfaat shalat berjamaah secara syuhud (kesaksian hati), tirai lain tersingkap dan saya melihat;

Seakan alam raya ini masjid besar dan seluruh kelompok makhluk tekun melaksanakan shalat berjamaah, masing-masing mengetahui cara shalat dan tasbihnya, menjalankan semacam shalat khusus dengan bahasa kondisional, untuk melaksanakan ubudiyah luas dan agung sebagai balasan rububiyah Zat Yang disembah, Yang Maha Mulia nan menyeluruh, sehingga masing-masing membenarkan kesaksian tauhid yang diucapkan seluruh makhluk, dimana masing-masing di antara mereka menegaskan hasil yang sama.

Kala saya menyaksikan hal-hal ini, tirai lain tersingkap, lalu saya melihat;

Seperti halnya alam raya yang merupakan manusia besar, dengan bahasa kondisional, bahasa kesiapan, dan kebutuhan fitrah berkata kepada sebagian besar bagian-bagiannya, dan dengan bahasa kata-kata kepada makhluk-makhluk yang memiliki perasaan; (إياك نعبد وإياك نستعين), seraya memperlihatkan ubudiyah kepada Sang Pencipta sebagai balasan atas rububiyah-Nya nan penuh kasih, seperti itu juga tubuh saya sebagai alam raya kecil, juga tubuh setiap makhluk yang shalat bersama saya di jamaah besar ini, dengan seluruh atom, kekuatan dan perasaan, semuanya mengucapkan; (إياك نعبد وإياك نستعين) dengan bahasa ketaatan dan kebutuhan, sebagai balasan atas rububiyah Sang Pencipta, tunduk pada perintah ilahi, dan berserah pada kehendak-Nya.

Saya melihat jamaah yang terdiri dari atom-atom, kekuatan dan perasaan itu setiap saat menyampaikan kebutuhan akan pertolongan Sang Pencipta Nan Maha Mulia, mereka sampaikan kebutuhan itu di hadapan rahmat dan pertolongan-Nya. Saya menyaksikan rahasia agung shalat 

538. Page

berjamaah, saya melihat mukjizat indah huruf ن dalam kata نعبد , dan saya simpan wisata hayalan ini di pintu ن yang saya masuki. Saya kemudian memuji Allah seraya mengucapkan, “Alhamdulillah,” saya berusaha untuk mengucapkan; (إياك نعبد وإياك نستعين) dengan bahasa tiga jamaah tersebut; teman-teman besar dan kecil.

Sampai di sini mukadimah-nya, dan sekarang kita kembali kepada inti pembahasan; isyarat singkat hujah yang diisyaratkan; (إياك نعبد وإياك نستعين)

Pertama;

Dengan pandangan, kita menyaksikan perbuatan dan penciptaan besar yang terus berlangsung dalam keteraturan dan keselarasan sempurna di jagad raya secara keseluruhan, khususnya di muka bumi. Kita menyaksikan rububiyah mutlak, penuh kasih, dan mengatur di balik perbuatan dan penciptaan, untuk mengabulkan segala permohonan akan bantuan dan pertolongan yang diucapkan makhluk-makhluk hidup tanpa batas, untuk memenuhi doa-doa tindakan, kondisional, maupun kata-kata, jawaban yang berciri kesempurnaan hikmah dan puncak pertolongan.

Kami melihat penampakan-penampakan uluhiyah mutlak dan ma’budiyah menyeluruh di dalam rububiyah, di dalam fenomena-fenomena jawaban doa setiap makhluk hidup secara tersendiri, sebagai balasan atas ribuan contoh ibadah fitrah dan usaha yang diperankan seluruh makhluk, khususnya makhluk hidup, khususnya manusia. Akal sehat dan iman melihat hal itu, seperti yang dikabarkan seluruh kitab-kitab samawi dan para nabi.

Kedua;

Kesibukan masing-masing dari tiga jamaah yang disebutkan dalam mukadimah sebelumnya, seperti yang dirumuskan huruf ن dalam kata نعبد secara bersamaan dalam menjalankan ibadah-ibadah fitrah dan usaha dalam bentuk yang berbeda, secara pasti menunjukkan bahwa mereka semua bersyukur sebagai balasan atas uluhiyah Zat yang disembah, juga sebagai kesaksian-kesaksian pasti tanpa batas yang menunjukkan keberadaan Zat yang disembah dan yang disucikan.

Masing-masing dari tiga jamaah tersebut, setiap kelompok dan anggota-anggotanya, mulai dari rangkaian alam raya secara keseluruhan hingga kelompok atom-atom satu tubuh, memohon pertolongan dalam bentuk tindakan dan kondisi, masing-masing di antara mereka semua memiliki doa khusus, seperti yang dirumuskan huruf ن dalam kata نستعين .

Oleh karenanya, usaha untuk menolong, membantu, dan mengabulkan doa masing-masing dari seluruh makhluk, adalah kesaksian benar yang sama sekali tidak menerima syubhat akan keberadaan Sang Pengatur Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Contoh; seperti yang disampaikan dalam “kalimat keduapuluh tiga” bahwa jawaban untuk tiga jenis doa yang dipanjatkan seluruh makhluk di bumi ini secara keseluruhan, jawaban yang sangat luar biasa dan tidak terduga, secara pasti bersaksi akan keberadaan Rabb Maha Penyayang dan Maha memperkenankan permohonan.

Ya, seperti halnya melalui pandangan kita, kita menyaksikan jawaban atas doa setiap benih dan biji yang memohon kepada Sang Pencipta melalui bahasa kesiapan agar menjadi sebuah pohon dan bulir, seperti itu juga kita menyaksikan pengiriman rizki untuk seluruh hewan yang tangan mereka tidak mampu menjangkaunya, pemenuhan segala kebutuhan hidup, dan jawaban atas segala permohonan yang berada di luar kemampuan mereka. Mereka memohon kepada Yang Maha Esa, Maha Tunggal melalui bahasa kebutuhan fitrah.

Seluruh jawaban dan bantuan ini bersaksi dengan kesaksian yang benar akan keberadaan Sang Pencipta Yang Maha Mulia, yang mengabulkan seluruh doa-doa yang diucapkan melalui bahasa kebutuhan fitrah, seperti yang kita saksikan dengan mata kepala kita, mengirim makhluk-makhluk 

539. Page

menawan yang tidak punya perasaan sebagai bantuan untuk hewan-hewan tersebut di saat yang tepat dan dengan hikmah sempurna.

Mengacu pada kedua bagian ini, jawaban atas seluruh jenis doa yang dipanjatkan melalui bahasa kata-kata, khususnya doa para nabi dan orang-orang khusus dalam bentuk jawaban yang luar biasa, memperkuat hujah keesaan yang ada di dalam; إياك نستعي

Kalimat keenam; ihdinash shirathal mustaqim

Isyarat singkat hujah kalimat ini sebagai berikut;

Seperti halnya jalan pintas dari satu tempat ke tempat lain adalah jalan yang lurus dan garis paling pendek yang membentang antara satu titik ke titik jauh adalah garis lurus, demikian halnya jalan paling benar dalam hal-hal spiritual, tarekat-tarekat spiritual, faham-faham kalbu, dan yang paling istiqamah adalah yang paling pendek dan mudah.

Contoh; seluruh perbandingan dan analogi yang ada di dalam Risalah-risalah An-Nur antara jalur iman dan kekafiran, menjelaskan secara pasti bahwa jalan iman dan tauhid adalah jalan pintas, paling benar, paling mudah dan yang paling istiqamah, sementara jalan kekafiran dan pengingkaran adalah jalan yang sangat panjang, banyak persoalan dan bahaya di sana.

Maka tidak diragukan, alam raya yang digiring di jalan lurus dan bijak yang merupakan jalan pintas dan paling mudah dalam segala sesuatu, mustahil jika hakikat kesyirikan dan kekafiran ada di sana. Berbeda dengan hakikat-hakikat iman dan tauhid yang bersifat wajib dan penting di alam raya, sepenting keberadaan matahari di dalamnya.

Demikian halnya jalan paling mudah, bermanfaat, singkat, dan paling selamat dalam hal akhlak-akhlak manusia, adanya di jalan yang lurus dan di dalam keistiqamahan.

Contoh; ketika kekuatan akal kehilangan batasan terbaik; hikmah dan istiqamah yang mudah dan bermanfaat, kekuatan tersebut cenderung berlebihan dan lalai dalam tindak kejahatan membahayakan dan kedunguan berbahaya, sehingga menghadapi hal-hal membinasakan dalam menempuh jalan panjang. Ketika kekuatan amarah tidak menempuh jalan keberanian yang merupakan garis lurus, kekuatan ini cenderung berlebihan dalam tindakan-tindakan gegabah, perilaku semena-mena yang sangat berbahaya, dan kezaliman nan buruk, juga cenderung pada kelalaian, takut pada apapun, takut yang menghinakan dan menyakitkan, sehingga merasakan siksaan batin tanpa henti, sebagai balasan atas kesalahan yang dilakukan; kehilangan garis lurus.

Ketika kekuatan syahwat dalam diri manusia menjauhi jalan istiqamah dan menjaga diri, syahwat cenderung bersikap berlebihan dalam keburukan dan kekejian yang memicu banyak musibah, juga lalai dalam ketenangan. Maksudnya, menghalangi diri dari berbagai kenikmatan, sehingga merasakan berbagi derita; penyakit-penyakit maknawi.

Mengacu pada hal di atas, istiqamah adalah jalan paling bermanfaat, paling mudah, dan paling pendek di antara seluruh jalan yang dilalui dalam kehidupan manusia, baik kehidupan individu maupun bermasyarakat. Ketika manusia kehilangan jalan lurus, jalan yang ditempuh akan sangat panjang sekali, penuh petaka, musibah dan bahaya.

Dengan kata lain, اهدنا الصراط المستقيم adalah doa menyeluruh dan ubudiyah luas, seperti halnya kalimat ini mengisyaratkan hujah tauhid, pelajaran hikmah dan akhlak.


540. Page

Kalimat ketujuh; shirathal ladzina an’amta ‘alaihim

Isyarat singkat hujah dalam kalimat ini sebagai berikut;

Pertama;

Siapa yang dimaksud ‘alaihim?

Kalimat ini dijelaskan ayat berikut;

فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ

 “Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa`: 69)

Ayat ini menjelaskan empat golongan manusia yang akan meraih nikmat menempuh jalan yang lurus. “Nabi-nabi,” mengisyaratkan pemimpin para nabi, Muhammad Saw., “Para shiddiqin,” mengisyaratkan Abu Bakar Ash-Shiddiq, “Orang-orang yang mati syahid,” mengisyaratkan Umar, Utsman, dan Ali. Dengan demikian, ayat ini mengabarkan dan menjelaskan kilauan mukjizat bahwa orang-orang yang tampil setelah Rasulullah Saw. adalah; Abu Bakar Ash-Shiddiq, selanjutnya Umar, berikutnya Utsman, lalu Ali. Semoga Allah meridhai mereka semua. Mereka semua akan mati syahid dan menjabat khilafah.

Kedua;

 Empat golongan yang merupakan jenis manusia paling benar, paling lurus perilaku, dan paling tinggi kedudukan, dengan segenap kekuatan yang diberi, dengan hujah, mukjizat, karamah, dalil, dan mukasyafah, menyeru menuju tauhid. Seruan mereka dibenarkan sebagian besar umat manusia sejak zaman Adam a.s. Maka tidak diragukan, hakikat tersebut adalah hakikat pasti, sepasti keberadaan matahari.

Oleh karenanya, kesepakatan sejumlah besar manusia-manusia terbaik yang kebenaran dan keadilan mereka nampak jelas melalui ratusan ribu mukjizat dan hujah-hujah tak terbatas, kesepakatan mereka dalam permasalahan-permasalahan positif, seperti tauhid dan kewajiban keberadaan Pencipta, adalah hujah pasti yang melenyapkan segala syubhat.

Ya, hakikat agung yang diimani empat kelompok di atas yang mewakili golongan manusia paling lurus, sebagai hasil penting penciptaan alam raya dan sebagai khalifah bumi, sebagai makhluk hidup dengan kesiapan yang paling komplit dan paling tinggi kedudukannya, bahkan mereka adalah pembimbing manusia yang paling benar, imam-imam manusia dalam segala kesempurnaan, mereka ini berdasarkan ijma’ dan kesepakatan, mengabarkan hakikat tersebut yang mereka imani dan yakini secara kuat dengan haqqul yaqin, ‘ilmul yaqin dan ‘ainul yaqin. Mereka tentang dengan keyakinan ini hingga tak tergoyahkan, seraya menampakkan alam raya dengan seluruh wujud yang ada sebagai bukti.

Bukankah orang yang tidak mengetahui dan mengingkari hakikat nan jelas ini telah melakukan kejahatan tak terbatas, dan bukankah ia patut mendapatkan siksa kekal abadi?!

Kalimat kedelapan; ghairil maghdhubi ‘alaihim waladh dhallin

Isyarat singkat hujah dalam kalimat ini sebagai berikut;

Sejarah manusia dan kitab-kitab suci berdasarkan kesepakatan mengabarkan secara pasti dan tegas, berdasarkan riwayat mutawatir, kejadian-kejadian menyeluruh, pengetahuan dan musyahadah manusia, bahwa jawaban atas permohonan pertolongan para nabi yang meniti jalan lurus secara gaib dan tidak biasa dalam ribuan kejadian, terkabulnya permintaan-permintaan mereka, turunnya amarah 

541. Page

dan musibah-musibah langit dalam ratusan kejadian karena mereka dimusuhi orang-orang kafir, secara pasti dan tidak diragukan menunjukkan bahwa alam raya dan golongan manusia yang ada di dalamnya memiliki Rabb Maha Bijaksana, Maha Adil, Maha berbuat baik, Maha Mulia, Maha Perkasa, Maha mengatur, dan Maha menundukkan.

Pertolongan dan keselamatan luar biasa diberikan kepada para nabi mulia dari sisi-Nya, seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Hud, dan Shalih dalam kejadian-kejadian bersejarah nan luas, dan di saat yang bersamaan, musibah-musibah langit menakutkan turun ke dunia menimpa kaum-kaum zalim dan kafir, seperti Tsamud, ‘Ad, dan Fir’aun sebagai balasan atas sikap durhaka mereka terhadap para rasul.

Ya, ada dua aliran besar yang terus bertarung di tengah-tengah umat manusia sejak zaman Adam a.s.

Aliran pertama adalah para nabi, orang-orang shalih dan orang-orang beriman yang meraih kenikmatan dan kebahagiaan dunia-akhirat karena menempuh jalan yang lurus. Perilaku lurus, amal perbuatan, dan segala aktivitas mereka sejalan dengan keindahan hakiki, aturan, dan kesempurnaan alam raya. Oleh karenanya, mereka meraih kelembutan-kelembutan Rabb seluruh alam dan kebahagiaan dunia-akhirat. Mereka menjadi faktor terangkatnya derajat manusia hingga tingkatan para malaikat, bahkan lebih tinggi lagi. Mereka meraih dan membuat orang-orang beriman meraih surga maknawi bahkan di dunia, di samping kebahagiaan abadi di akhirat. Ini semua karena rahasia hakikat-hakikat iman.

Aliran kedua adalah orang-orang yang tersesat dari jalan lurus, mereka menjadikan akal sebagai sarana azab dan alat duka derita karena bersikap berlebihan dan lalai. Mereka menginginkan umat manusia berada di tingkatan-tingkatan neraka paling bawah, lebih sesat dari binatang ternak, sehingga mereka patut mendapat murka ilahi, lalu tamparan-tamparan berbagai musibah turun menimpa mereka sebagai balasan atas kezaliman yang mereka lakukan di dunia.

Lebih dari itu, karena kesesatan dan akal yang terikat dengan segala wujud, mereka menjadikan alam raya sebagai tempat segala kesedihan, duka derita, tempat perkumpulan orang-orang kesusahan, dan tempat penyembelihan para makhluk hidup, mereka berguling-guling dalam pusaran kelenyapan dan perpisahan. Oleh karenanya, ruh dan nurani orang sesat terbatas untuk neraka maknawi di dunia, sehingga ia patut mendapatkan siksa pedih di akhirat.

Dengan demikian, ayat terakhir surah Al-Fatihah;

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

“(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat,” (QS. Al-Fatihah: 7) menjelaskan dua aliran besar ini.

Sumber, asas, dan pedoman seluruh perbandingan dalam Risalah-risalah An-Nur adalah ayat ini, karena Risalah-risalah An-Nur menjelaskan ayat ini dengan ratusan perbandingan. Penjelasannya kami alihkan kepada risalah-risalah tersebut, dan isyarat singkat ini dirasa sudah cukup.

Kalimat kesembilan; amin

Karena huruf ن dalam kata نعبد dan نستعين menjelaskan tiga kelompok besar kepada kita, khususnya kelompok ahli tauhid di masjid dunia Islam, khususnya jutaan orang yang menjalankan shalat pada saat itu, dan menjadikan kita termasuk di dalam shaf-shaf mereka, huruf tersebut membuka jalan lurus di hadapan kita untuk meraih doa-doa mereka, dan agar kita meraih pembenaran mereka untuk kita karena mereka mengucapkan kata-kata seperti yang kita ucapkan, di samping agar kita meraih syafaat mereka.


542. Page

Demikian halnya doa, “Amin” yang kita ucapkan. Dengan doa ini, kita memperkuat doa-doa para ahli tauhid yang tengah menjalankan shalat. Kita membenarkan doa mereka. Dengan ucapan, “Amin,” kita mengharap Allah mengabulkan pinta mereka yang memohon pertolongan dan syafaat, seraya mengalihkan ubudiyah dan doa kecil kita kepada ubudiyah dan doa menyeluruh sebagai balasan atas rububiyah nan menyeluruh dan mencakup segalanya.

Artinya, kata “Amin” memberikan cakupan menyeluruh dan luas, bahkan mungkin setara dengan jutaan kata “Amin” berdasarkan rahasia ukhuwah keimanan dan persatuan Islam, juga melalui media radio-radio maknawi dan ikatan persatuan jamaah yang berjumlah lebih jutaan orang yang berbaris lurus dalam shalat di masjid dunia Islam.[1]

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb seluruh alam.

 

سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)

 

* * *


[1] Seperti itulah ketika orang awam mengambil sedikit bagian sebesar biji-bijian, sementara manusia sempurna yang mengalami peningkatan secara ruhani, ia meraih bagian besar laksana pohon kurma. Masing-masing berdasarkan tingkatan yang dimiliki. Namun bagi yang tidak memiliki peningkatan ruhani, tidak sepatutnya mengingat makna-makna ini secara sengaja kala membaca Al-Fatihah, agar tidak merusak ketenangan dan kekhusyukan. Ketika ia telah menggapai maqam tersebut, makna-makna ini akan muncul dengan sendirinya. (Penulis)

Kami meminta ustadz kami untuk menjelaskan kata “secara sengaja” yang tertera dalam catatan kaki ini, yang di bagian bawahnya kami tulis kata-kata berikut;

Atas nama murid-murid An-Nur Di madrasah Yusuf (penjara) ketiga,

Jailan

(Jawaban ustadz An-Nursi); menurut saya, merenungkan makna-makna tasyahud dan surah Al-Fatihah secara luas dan luhur mungkin bisa dilakukan, namun makna-makna tersebut jangan dicari secara sengaja, tapi hanya sebagai penyerta saja, karena faktor yang menimbulkan semacam kelalaian dalam hati adalah rincian makna-makna bacaan tasyahud dan surah Al-Fatihah ini, sementara makna-maknanya secara garis besar melenyapkan kelalaian, menyinari ibadah dan munajat, serta membuatnya bersinar terang, sehingga nilai-nilai shalat, bacaan Al-Fatihah, dan tasyahud, nampak secara sempurna.

yang dimaksud “tidak menyibukkan secara sengaja” yang tertera di bagian akhir bagian kedua adalah menyibukkan diri dengan rincian makna-makna bacaan yang kadang melupakan shalat itu sendiri, dan mungkin merusak ketenangan dan konsentrasi hati. Jika tidak demikian, saya merasakan manfaat-manfaatnya nan besar ketika renungan ini hanya bersifat tambahan dan secara singkat. (Penulis)




543. Page

بسم الله الرحمن الرحيم

Kepada-Nya jua kami memohon pertolongan

 

Bagian Ketiga

Untuk satu pelajaran saja yang disampaikan di madrasah Yusuf (penjara) ketiga

 

Mukadimah

 

Bagian kedua ditulis berdasarkan perintah maknawi yang muncul dari surah Al-Fatihah yang ada di dalam shalat, dan berdasarkan luapan cahaya kalimat syahadat; asyahdu alla ilaha illallah (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan –yang berhak diibadahi- selain Allah). Demikian halnya bagian ketiga. Bagian ini terpaksa ditulis –karena dorongan tiga sebab yang tidak saya izinkan untuk dijelaskan saat ini- karena peringatan maknawi yang muncul dari rangkaian kalimat; asyhadu anna Muhammadar rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah), dan berdasarkan luapan cahaya ayat di akhir surah Al-Fath yang menampakkan lima mukjizat gaib, yaitu firman Allah Swt. berikut;


هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًۭا ٢٨ مُّحَمَّدٌۭ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًۭا سُجَّدًۭا يَبْتَغُونَ فَضْلًۭا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًۭا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةًۭ وَأَجْرًا عَظِيمًۢا ٢٩


Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 28-29)


Penjelasan rinci dan hujah-hujah bagian ini berdasarkan pada dalil-dalilnya, saya alihkan ke risalah “mukjizat Muhammad” yang diterbitkan dalam rangkaian risalah “Dzulfiqar,” dan zikir An-Nur yang dikarang dengan bahasa Arab.

Tiga isyarat singkat akan disampaikan terkait bagian ini. Pada isyarat kedua dan ketiga akan disebutkan penjelasan mirip terjemah bagian khusus kesaksian Muhammad utusan Allah dalam sebuah risalah kecil yang ditulis di sini, bersumber dari ringkasan zikir An-Nur yang berbahasa Arab yang merupakan zikir abadi dan renungan dengan bahasa Arab, bersamaan dengan kalimat tauhid yang saya baca saat berzikir.


Isyarat pertama;

Muhammad Saw. yang menerima fenomena-fenomena rububiyah Rabb seluruh alam, keabadian uluhiyah dan nikmat-nikmat-Nya yang tiada terhingga, beliau menerima semua itu dengan ubudiyah menyeluruh dan memperkenalkan Rabb beliau. Nabi mulia ini penting sekali, sepenting 

544. Page

mentari bagi alam raya ini karena beliau adalah guru besar bagi umat manusia, nabi paling agung dan kebanggaan alam, yang menerima pesan, “Andai bukan karenamu, andai bukan karenamu, tentu Aku tidak menciptakan bintang-bintang.”[1]

Seperti halnya hakikat Muhammad adalah sebab, hasil dan buah paling sempurna dari penciptaan alam, demikian halnya segala kesempurnaan hakiki seluruh makhluk terwujud karena risalah Muhammad, karena risalah ini menjadi cermin abadi milik Yang Maha Indah, Maha Mulia, dan Maha Abadi yang membiaskan penampakan sifat-sifat agung-Nya, jejak-jejak segala perbuatan-Nya nan bijaksana, risalah-risalah fasih yang Ia kirim dari golongan tertinggi, membawa alam abadi, menghasilkan negeri bahagia dan kekal abadi, membuahkan akhirat abadi yang dirindukan oleh seluruh makhluk yang memiliki perasaan. Juga hakikat-hakikat lain yang terwujud melalui hakikat dan risalah Muhammad.

Oleh karenanya, seperti halnya alam raya ini bersaksi secara pasti dan sangat kuat kebenaran risalah beliau Saw., demikian halnya seluruh umat manusia, bahkan seluruh makhluk-makhluk yang memiliki perasaan, khususnya dunia Islam, mereka semua bersaksi akan kebenaran kabar gembira yang disampaikan risalah dan hakikat Muhammad secara kuat dan pasti; kehidupan abadi yang diminta umat manusia dengan cinta dan kerinduan abadi setiap saat, diminta dengan bahasa seluruh kekuatan esensi manusia secara keseluruhan, dengan bahasa seluruh kesiapan diri, dengan bahasa doa, ibadah, dan permohonan-permohonan yang disampaikan kepada Zat Yang Maha Penolong, Maha Kuasa.

Umat manusia memohon kehidupan kekal abadi, selamat dari ketiadaan dan kesia-siaan, hukuman mati abadi dan kefanaan mutlak yang lebih menakutkan dan menyakitkan dari neraka.

Seperti halnya umat manusia bersaksi bahwa Muhammad Saw. adalah kebanggaan umat manusia dan makhluk paling mulia secara keseluruhan, demikian halnya masuknya seluruh kebaikan dan kebajikan yang beliau dapatkan sebanyak 350 juta setiap hari dari orang-orang mukmin setiap masa dalam catatan amal baik beliau sesuai kaidah “sebab sama seperti pelaku,” demikian halnya sosok tiada duanya tersebut meraih maqam tinggi melalui ubudiyah menyeluruh dan luapan-luapan rabbani setara ibadah ratusan juta bahkan milyaran hamba-hamba yang berbuat baik, ini semua merupakan kesaksian sangat kuat akan kebenaran risalah beliau Saw.

 

Isyarat kedua;

Alenia berikut yang selalu saya renungkan dan yang menjadi bagian dari zikir saya, mengisyaratkan lebih dari duapuluh kali akan kesaksian kebenaran risalah Muhammad Saw. 

Redaksi alenia zikir ini kami singkat sebagai berikut;

محمد رسول الله صادق الوعد الأمين بشهادة ظهوره دفعة مع أميته بأكمل دين وإسلامية وشريعة وبأقوى إيمان واعتقاد وعبادة وبأعلى دعوة ومناجاة ودعوات بأعم تبليغ وأتم متانة خارقات مثمرات لامثل لها

(Muhammad utusan Allah, benar janjinya dan terpercaya berdasarkan kesaksian munculnya beliau bersamaan dengan ummiyah (buta huruf) beliau membawa agama paling sempurna, agama Islam dan syariat, dengan iman paling kuat, akidah, ibadah, dengan dakwah paling luhur, munajat dan doa, dan dengan penyampaian menyeluruh, kekuatan paling sempurna, luar biasa, membuahkan hasil yang tiada banding)


[1] Ulama membahas riwayat ini secara makna dan lafazh. Pernyataan Ali Al-Qari adalah yang terbaik di antara kelompok-kelompok yang menegaskan dan menafikan kata-kata ini. Ia menyatakan, bahwa kata-kata ini secara makna shahih meski dhaif dari sisi lafazh. (Syarhusy Shifa, I/26). (Penerjemah)




545. Page

Kesaksian pertama dari kesaksian-kesaksian ini adalah;

Hujah risalah yang muncul dari sebelas kondisi beliau Saw.

Ya, meski buta huruf dan tidak belajar baca-tulis, beliau diberi agama yang membuat orang-orang berakal dan para filosof selama 14 abad lamanya bingung, kagum, dan terpesona, dan unggul di atas seluruh agama-agama samawi. Beliau menampakkan agama itu sekaligus tanpa adanya pengalaman sebelumnya. Kondisi seperti ini tiada bandingnya.

Seperti halnya Islam yang muncul dari tutur kata, perbuatan, dan kondisi-kondisi beliau, bimbingan yang beliau berikan kepada 350 juta umat manusia di setiap masa, mendidik ruhani mereka, membersihkan jiwa mereka, menerangi akal mereka, mendorong mereka menuju peningkatan maknawi. Kondisi seperti ini tiada bandingnya.

Seperti halnya beliau diberi syariat terang dan agung, yang dengan undang-undangnya nan adil, syariat ini menata umat manusia selama 14 abad lamanya, tatanan yang mewujudkan kemajuan di bidang materi maupun spiritual. Kondisi seperti ini tiada bandingnya.

Seperti halnya kemunculan beliau dengan membawa iman kuat dan akidah kokoh yang menjadi inspirasi para ahli hakikat setiap saat dan mereka percayai secara sepakat bulat bahwa beliau menempati derajat paling tinggi dan tingkatan paling luhur, terlebih para penentang, lawan, dan musuh-musuh beliau pada masa itu –meski begitu banyak sekali- tidak mampu menimbulkan syubhat, waswas ataupun keraguan sedikit pun. Ini secara jelas menunjukkan bahwa beliau juga tidak punya saingan dalam kekuatan iman, keimanan beliau nan luhur dan menyeluruh juga tidak ada bandingnya.

Seperti itu juga beliau menampakkan ubudiyah dan ibadah agung yang menyatukan prinsip dan tujuan tanpa meniru siapapun seraya mengamati dan menjaga rahasia-rahasia ibadah yang paling mendetail, bahkan di tengah-tengah situasi sulit sekalipun, beliau tetap menjalankannya secara sempurna dan baik. Kondisi seperti ini tiada bandingnya.

Seperti halnya beliau memohon kepada Sang Pencipta, memanjatkan doa-doa lembut yang tak seorang pun menggapai tingkatan doa-doa dan munajat tersebut hingga saat ini, meski banyak sekali fikiran yang muncul.

Contoh; beliau menjadikan 1001 nama di antara nama-nama ilahi sebagai penolong doa beliau dalam munajat al-jausyan al-kabir. Beliau menyebut Sang Pencipta dengan sifat menawan yang patut bagi-Nya dan memperkenalkan-Nya dengan perkenalan tiada duanya.

Tidak adanya seorang pun yang mampu mencapai tingkat makrifatullah seperti beliau, adalah sebuah kondisi tiada duanya juga.

Seperti halnya beliau menyeru umat manusia menuju agama Islam, seruan yang sarat akan kepercayaan, beliau menyampaikan risalah dengan berani, dimana penentangan kaum, paman, negara-negara besar dunia, para pengikut agama-agama sebelumnya dan para musuh, sama sekali tidak membuat beliau gentar dan takut. Bahkan beliau menantang dunia dan meraih kemenangan di atas semuanya. Kondisi seperti ini tiada bandingnya.

Delapan kondisi luar biasa tiada bandingnya ini adalah kesaksian sangat kuat akan kebenaran beliau dan dakwah beliau Saw. Kondisi-kondisi ini menunjukkan sejauh mana ketenangan, kesungguhan, kepercayaan, kesempurnaan kejujuran dan keadilan beliau.

Oleh karenanya, dunia Islam memberikan ucapan selamat dan berkah kepada nabi mulia Saw. ini di setiap duduk tasyahud dalam shalat setiap hari dengan jutaan lisan;


546. Page

السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته

“Kesejahteraan, rahmat, dan berkah Allah semoga terlimpah kepadamu, wahai nabi,” seraya mempersembahkan loyalitas pada tugas nubuwah dan membenarkan kabar gembira kebahagiaan abadi yang beliau bawa, sehingga dunia Islam menyambut beliau dengan ucapan selamat dan terimakasih, karena beliau telah membuka jalan lurus menuju kehidupan abadi yang dicari-cari umat manusia dengan cinta mendalam, kerinduan fitrah nan deras, dan dengan kesiapan yang kuat sekali melalui ucapan;

السلام عليك أيها النبي

“Semoga kesejahteraan terlimpah kepadamu, wahai nabi,” sebagai ungkapan kunjungan dan pertemuan maknawi dengan beliau, ucapan selamat datang untuk beliau atas nama 350 juta bahkan milyaran orang-orang mukmin.

 

Kesaksian kedua dari duapuluh kesaksian menyeluruh yang mengandung banyak kesaksian adalah;

“… dan kesaksian seluruh hakikat-hakikat iman akan kebenaran beliau.”

Yaitu, hakikat, realisasi dan kebenaran enam rukun iman, secara pasti bersaksi akan risalah Muhammad Saw. dan kebenaran beliau, karena kepribadian maknawi kehidupan risalah beliau, asas seluruh dakwah beliau, dan esensi nubuwah beliau tidak lain adalah enam rukun tersebut.

Oleh karenanya, seluruh bukti yang menunjukkan realisasi rukun-rukun tersebut juga menunjukkan risalah Muhammad Saw. benar adanya dan beliau adalah sosok yang benar lagi dibenarkan.

Seperti halnya risalah “buah” dan tambahan “kalimat kesepuluh” menjelaskan seluruh rukun iman menunjukkan realisasi akhirat, seperti itu juga setiap rukun iman dengan seluruh hujah-hujahnya adalah bukti risalah beliau Saw.

Kesaksian menyeluruh ketiga yang mengandung ribuan kesaksian;

“… dan dengan kesaksian diri beliau melalui ribuan mukjizat, kesempurnaan, dan keluhuran akhlak.”

Yaitu, beliau laksana mentari sebagai bukti tersendiri. Seperti halnya risalah “mukjizat Muhammad” yang merupakan risalah luar biasa, menunjukkan lebih dari 300 mukjizat berdasarkan riwayat-riwayat shahih, demikian halnya terbelahnya bulan menjadi dua bagian saat beliau tunjuk dengan jari tangan beliau seperti secara tegas disebutkan dalam ayat;

ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ ١

 “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” (QS. Al-Qamar: 1)

Demikian halnya memancarnya air dari lima jari-jari beliau dengan deras laksana air memancar dengan deras dari lima mata air, menghilangkan dahaga seluruh pasukan, dan kesaksian mereka akan kebenaran hal ini yang dinukil kepada kita melalui riwayat-riwayat shahih dan mutawatir, terlebih kejadian luar biasa ini terulang sebanyak dua kali dan di beberapa tempat lainnya, demikian halnya tanah yang beliau lemparkan dengan tangan yang sama terhadap pasukan musuh yang menyergap tiba-tiba lalu tanah tersebut mengenai mata mereka semua, hingga mereka kalah kala menyerang, seperti disebutkan dengan jelas dalam ayat;


547. Page

وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ

“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” (QS. Al-Anfal: 17)

Demikian halnya kerikil bertasbih di tangan yang sama, tasbih yang jelas dan nyata seperti disebut dalam riwayat-riwayat shahih, dan mukjizat-mukjizat nyata lain yang muncul dari tangan beliau, yang sebagian di antaranya diriwayatkan dalam kitab-kitab sejarah melalui riwayat-riwayat mutawatir yang jumlahnya lebih dari ratusan dan bahkan ribuan menurut para ulama ahli tahqiq.

Demikian halnya kesepakatan para kawan dan lawan bahwa beliau berada di puncak akhlak mulia dan perangai terpuji,[1] kesepakatan seluruh ahli tahqiq yang menempuh jalan beliau, mengikuti jejak beliau, yang mencapai kesempurnaan-kesempurnaan, yang mengetahui hakikat dengan ‘ainul yaqin, dan pembenaran mereka semua secara haqqul yaqin, bahwa kesempurnaan-kesempurnaan Muhammad berada di tingkat puncak, seperti ditunjukkan oleh luapan-luapan dunia Islam yang muncul dari agama beliau Saw., dan hakikat-hakikat agung agama Islam.

Oleh karenanya, tidak diragukan bahwa nabi mulia ini sendiri secara luas, menyeluruh, dan jelas bersaksi akan risalah beliau.

Kesaksian keempat yang mengandung banyak sekali kesaksian-kesaksian kuat;

“… dan dengan kesaksian Al-Qur'an melalui hakikat-hakikat dan bukti-bukti tak terbatas.”

Yaitu, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan melalui hakikat-hakikat dan hujah-hujahnya yang tak terbatas dan terhingga, bersaksi akan risalah dan kebenaran beliau Saw.

Ya, Al-Qur'anul Karim yang merupakan mukjizat nyata melalui empatpuluh sisi, seperti yang ditegaskan risalah mukjizat Al-Qur'an dalam rangkaian risalah “Dzulfiqar,” yang menyinari selama 14 abad lamanya, yang menata seperlima umat manusia dengan undang-undang kuat yang tak tergantikan, yang menantang dan hingga kini terus menantang para penentang, hingga tak seorang pun hingga saat ini berani-berani menyaingi Al-Qur'an meski hanya dengan satu surah saja, bahkan enam sisi Al-Qur'an sama sekali tidak terasuki syubhat. Enam maqam besar membenarkan kebenaran dan keadilan beliau berdasarkan enam hakikat yang tak tergoyahkan, seperti yang telah ditegaskan dalam risalah “ayat besar,” yang setiap saat dibaca ratusan juta lisan dengan sepenuh cinta dan penghormatan, yang setiap saat tertulis secara luhur di hati jutaan para penghafal, yang dari kesaksiannya, seluruh kesaksian dan keimanan dunia Islam memancar, dan seluruh ilmu tentang iman dan Islam mengalir dari sumbernya.

Seperti halnya Al-Qur'an membenarkan kitab-kitab samawi sebelumnya, ia juga mendapat pembenaran maknawi kitab-kitab dan lembaran-lembaran samawi.

Melalui seluruh hakikat dan hujah yang menegaskan kebenaran dan keadilan beliau, Al-Qur'an bersaksi akan kebenaran beliau dan risalah beliau.

Kesaksian menyeluruh kelima, keenam, ketujuh, dan kedelapan;

“… dan dengan kesaksian zikir jausyan kaabir melalui isyarat-isyarat sucinya, Risalah-risalah An-Nur dengan dalil-dalilnya yang kuat, masa lalu melalui pertanda-pertanda secara mutawatir, dan masa depan melalui pembenaran ribuan peristiwa.”


[1] Bahkan Sayyidina Ali r.a. berkata dengan keberanian luar biasa, “Ketika kami tertimpa situasi pelik –dalam peperangan- kami berlindung dan membentengi diri dengan Rasulullah Saw.” Sejarah menukil, musuh-musuh beliau juga bersaksi bahwa beliau Saw. berada di puncak setiap perangai mulia, seperti halnya keberanian beliau yang berada di tingkatan puncak. (Penulis)




548. Page

Yaitu, seperti halnya jausyan kabir yang berisi 1001 nama di antara nama-nama ilahi baik secara tegas maupun melalui isyarat, dan bersumber –dari satu sisi- dari Al-Qur'anul Karim.

Munajat nabawi luar biasa yang unggul di atas munajat seluruh ‘arif, yang naik ke tingkatan-tingkatan makrifat ilahi, yang disampaikan Jibril a.s. sebagai wahyu dalam suatu peperangan seraya mengatakan, “Lepaskan baju perang itu, dan bacalah jausyan ini.” Hakikat-hakikat yang terkandung di dalam munajat dan sifat-sifat yang tertuju kepada Rabb Yang Maha Mulia, juga secara tulus bersaksi akan kebenaran dan risalah Muhammad Saw.

Demikian halnya Risalah-risalah An-Nur yang bersumber dari Al-Qur'an, dan dari satu sisi bersumber dari jausyan kabir, merupakan satu hujah bagi risalah Muhammad melalui bagian-bagiannya yang mencapai 130 risalah, yang melalui dalil akal dan logika menegaskan seluruh hakikat risalah beliau Saw. Bahkan, ajaran dan pemahamannya yang mudah, yang tidak mampu dijelaskan filsafat terkait permasalahan-permasalahan di luar jangkauan akal, yang ditampakkan seakan permasalahan-permasalahan mudah dan masuk akal seakan nyata. Risalah-risalah yang berjumlah 130 bagian ini secara menyeluruh bersaksi akan kebenaran dan risalah Muhammad Saw.

Demikian halnya masa lalu sebagai kesaksian menyeluruh akan risalah beliau, karena berbagai pertanda yang merupakan hal-hal luar biasa yang terjadi sebelum kenabian dan dianggap sebagai mukjizat-mukjizat yang akan datang, disebutkan dalam banyak sekali kejadian dalam kitab-kitab sejarah secara mutawatir dan pasti. Tanda-tanda luar biasa sebelum kenabian ini bersaksi secara tulus akan risalah beliau Saw.

Tanda-tanda luar biasa sebelum kenabian itu banyak macamnya, sebagian di antaranya akan dijelaskan dalam kesaksian berikutnya, bagian lain sudah disebutkan dalam rangkaian risalah “Dzulfiqar,” dan dinukil kitab-kitab sejarah secara shahih.

Contoh; pengiriman burung-burung Ababil untuk melempari pasukan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar sesaat sebelum beliau lahir, runtuhnya berhala-berhala di Ka’bah pada malam kelahiran beliau, runtuhnya istana Kisra dan padamnya api kaum Majusi yang terus menyala selama 1000 tahun, naungan awan untuk beliau seperti yang disampaikan pendeta Bahira dan Halimah As-Sa’diyah, dan kejadian-kejadian lain yang mengabarkan nubuwah beliau sebelum beliau diangkat menjadi nabi.

Demikian halnya masa depan, yaitu kejadian-kejadian pasca beliau wafat, yang beliau sampaikan, yang jumlahnya banyak sekali dan beragam. Di antaranya; pemberitaan gaib beliau terkait keluarga dan para sahabat, dan penaklukan-penaklukan Islam.

Di dalam risalah mukjizat Muhammad (yang diterbitkan dalam rangkaian risalah Dzulfiqar), disebutkan delapanpuluh peristiwa melalui riwayat shahih yang terjadi tepat seperti yang beliau kabarkan. Contoh; kematian sayyidina Utsman r.a. saat membaca mushaf sebagai syahid, kematian sayyidina Husain r.a. di Karbala, penaklukan Syam, Persia, Istanbul, berdirinya daulah Abbasiyah dan runtuhnya daulah ini di tangan Jengis Khan dan Holako, dan mukjizat-mukjizat lain dalam pemberitaan gaib yang Nabi Saw. sampaikan, yang muncul dalam delapanpuluh peristiwa yang dinukil kepada kita secara shahih, berdasarkan penuturan rinci kitab-kitab sejarah.

Pemberitaan-pemberitaan gaib dengan berbagai jenisnya dan berbagai peristiwa masa depan yang jumlahnya banyak sekali, menunjukkan kebenaran beliau. Dengan kata lain, masa depan secara kuat dan menyeluruh bersaksi akan risalah Muhammad Saw.

Kesaksian kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dan keduabelas yang mengisyaratkan kebenaran risalah beliau Saw.;

 “… dan dengan kesaksian ahlul bait, dengan kekuatan keyakinan mereka dalam membenarkan beliau hingga tingkatan haqqul yaqin, kesaksian para sahabat dengan sepenuh 

549. Page

keimanan dalam membenarkan beliau hingga tingkatan ‘ilmul yaqin, dan kesaksian para wali quthub yang selaras dengan risalah beliau melalui mukasyafah dan musyahadah dengan yakin.”

Di antara kesaksian menyeluruh yang bersaksi secara tulus akan kebenaran dan keadilan Muhammad Saw.;

Kesaksian kesembilan;

Yaitu kesaksian ahlul bait Muhammad Saw. yang mencapai tingkatan “Ulama umatku laksana nabi-nabi Bani Israil,” dan mereka yang setara dengan keluarga Ibrahim a.s. dalam shalawat tasyahud. Mereka adalah para wali agung dan duabelas imam, khususnya Imam Ali, Hasan dan Husain sebagai pemimpin mereka semua. Juga syaikh Al-Kailani, Ahmad Rifa’i,[1] Ahmad Al-Badawi,[2] Ibrahim Ad-Dasuqi,[3] Abu Hasan As-Syadzali,[4] semoga Allah menyucikan hati mereka, dan para wali quthub serta imam-imam lainnya, mereka semua bersaksi berdasarkan kesepakatan dan keyakinan, juga melalui mukasyafat, musyahadat, karamah dan petunjuk yang mereka tampakkan di tengah-tengah umat, dengan keimanan nan kuat, mereka membenarkan risalah Muhammad dan kebenaran rasul mulia Saw.

Kesaksian kesepuluh;

Kesaksian para sahabat yang merupakan manusia terbaik dan paling tinggi kedudukannya setelah para nabi, yang menata dunia dari timur hingga barat dengan keadilan yang lurus setelah mereka mendapatkan sinar cahaya Muhammad Saw. dalam waktu relatif singkat, meski mereka orang-orang pedalaman dan buta huruf, mereka mengalahkan negara-negara besar dan menjadi guru bagi bangsa-bangsa maju yang berperadaban, memiliki ilmu dan politik. Mereka adalah para guru, politikus, dan orang-orang bijak nan adil bagi bangsa-bangsa maju.


[1] Ar-Rifa’i (512-578 H.), Ahmad bin Ali bin Yahya Ar-Rifa’i, Abu Abbas, imam, zuhud, pendiri tarekat Rifa’iyah, lahir di desa Hasan, kawasan Wastih, Irak pada tahun 512 H., mendalami ilmu dan belajar di Wasith, ia tinggal di desa Ummu Ubaidah di tengah-tengah padang pasir di antara Wasith dan Bashrah, meninggal dunia di sana pada tahun 578 H. (Wafayatul A’yan, I/55, Ath-Thabaqat Al-Kubra, I/140, Nurul Abshar, 220, Al-A’lam, I/174, Jami’ Karamatil Awliya`, I/490).

[2] Sayyid Al-Badawi (596-675 H./1200-1276 M.), Ahmad bin Ali bin Ibrahim Al-Husaini, Abu Abbas Al-Badawi, sufi, terkenal di Mesir, asli Maghrib, lahir di Pas, berkelana ke berbagai penjuru negeri, menetap di Makkah dan Madinah, masuk ke wilayah Mesir di masa raja Azh-Zhahir Bibris. Azh-Zhahir Bibris keluar bersama pasukan untuk menyambut kedatangannya, lalu ditempatkan di ruang jamuannya. Ia pernah berkunjung ke Syria dan Irak pada tahun 634. Para penulis biografinya hanya menyebut karya-karya tulisnya berjudul Hizb –masih berupa manuskrip-, washaya dan shalawat. Sebagian di antara mereka menyebut biografi Al-Badawi dalam buku tersendiri, seperti buku berjudul As-Sayyid Al-Badawi, karya Muhammad Fahmi Abdul Lathif. (Al-A’lam, I/175). (Penerjemah)

[3] Ad-Dasuqi (633-676 H.), Ibrahim bin Abul Majd bin Quraisy bin Muhammad, nasabnya terhubung hingga Husain, cucu Nabi Saw. Ia adalah satu dari empat wali quthub, mendalami madzhab Asy-Syafi'i kemudian meniti jejak sufi, ia memiliki banyak murid, ia berasal dari Dasuq, kawasan sebelah barat Mesir. (Penerjemah)

[4] Asy-Syadzali (591-656 H.), Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy-Syadzali. Syadzalah adalah sebuah perkampungan di Afrika, ia buta, zuhud, tinggal di Iskandaria, syaikh sekte Syadzaliyah, pemilik wirid bernama Hizb Asy-Syadzali. (Ath-Thabaqat Al-Kubra, II/4, Al-A’lam, IV/305, Nurul Abshar, 234, Jami’ Karamatil Awliya`, II/341). (Penerjemah)




550. Page

Mereka merubah masa saat itu menjadi masa terbaik dan era kebahagiaan. Setelah para sahabat meneliti dan meniti setiap kondisi Muhammad Saw., menyaksikan kekuatan banyak sekali mukjizat-mukjizat beliau, meninggalkan permusuhan lama, menjauhi jalan yang ditempuh para leluhur, rela mengorbankan jiwa dan harta sebagai sebuah pengorbanan mulia dan luhur, bergabung dalam panji Islam seperti Khalid bin Walid, Ikrimah bin Abu Jahal, dan lainnya yang rela meninggalkan para leluhur dan kabilah, maka keimanan para sahabat mulia yang mencapai tingkatan ‘ainul yaqin, adalah kesaksian tulus dan menyeluruh akan kebenaran Muhammad Saw. dan kebenaran risalah beliau.

Kesaksian kesebelas;

Kesaksian ribuan ahli tahqiq, yaitu kesaksian para ahli ijtihad, imam-imam terkemuka, ulama ahli tahqiq yang disebut sebagai orang-orang suci dan tulus, juga filosof-filosof bijak seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd yang beriman secara logika dan akal, meski faham mereka berbeda-beda, bersandar pada ribuan hujah pasti dan bukti-bukti kuat hingga mencapai tingkatan ‘ilmul yaqin. Keimanan mereka semua terhadap Muhammad, risalah, dan kejujuran beliau adalah kesaksian menyeluruh hingga tidak mungkin dibantah selain orang yang memiliki kecerdasan setara dengan kecerdasan mereka semua.

Risalah-risalah An-Nur adalah satu di antara sekian banyak saksi tulus di zaman sekarang yang jumlahnya tak terbatas dan terhingga. Namun kala hujah para pengingkar runtuh dan tidak menemukan alasan, mereka berusaha membungkam Risalah-risalah An-Nur melalui peradilan-peradilan, dengan memperdaya para aparat keamanan dan lembaga-lembaga keadilan.

 

Kesaksian keduabelas;

Kesaksian para wali quthub yang masing-masing di antara mereka membawahi bagian penting dari umat Islam dalam halaqah pelajaran dan bimbingan. Dengan bimbingan luar biasa, arahan yang benar dan karamah-karamah nyata, para wali ini mendorong mereka untuk menapaki peningkatan spiritual berlandaskan hujah-hujah musyahadah dan mukasyafah.

Para wali yang merupakan ahli tahqiq dan hakikat tiada duanya ini, melalui mukasyafah dalam penapakan ruhani, menyaksikan kebenaran Muhammad Saw., kebenaran risalah beliau, dan beliau berada di puncak tingkatan kejujuran, keadilan, serta kebenaran. Kesaksian mereka berdasarkan kesepakatan dan keselarasan akan nubuwah dan risalah Muhammad Saw., merupakan pembenaran kuat hingga tidak mungkin ditolak kecuali orang yang meraih segala tingkat kesempurnaan dan keutamaan yang mereka raih.

Kesaksian ketigabelas;

Kesaksian ini terdiri dari empat hujah pasti, luas dan menyeluruh;

“… dan dengan kesaksian masa-masa lalu berdasarkan pemberitaan-pemberitaan para dukun dan peramal, musyahadah pemberitaan para rasul dan nabi tentang risalah Muhammad dalam kitab-kitab suci.”

Ringkasan makna alenia ini akan dijelaskan secara singkat. Penjelasan menyeluruh dan landasannya tertera dalam risalah “mukjizat-mukjizat Muhammad” yang diterbitkan dalam rangkaian risalah “Dzulfiqar.”

Alenia yang dimaksud sebagai berikut;

Orang-orang terkenal pada masa-masa lalu, khususnya para nabi, peramal, dan dukun, mereka semua sepakat mengabarkan kedatangan Muhammad Saw. dan risalah beliau. Kabar-kabar yang 

551. Page

disebut sebagai irhashat ini nyata, terulang, dan tertera dalam kitab-kitab sejarah dan hadits dengan riwayat-riwayat shahih dan sebagian di antaranya mutawatir. Risalah “mukjizat Muhammad” telah menjelaskan dan menegaskan ribuan irhashat ini. Untuk itu, kami alihkan ke sana dan cukup kami sampaikan isyarat singkat berikut;

Terkait pemberitaan para nabi, dalam “catatan kesembilanbelas” sudah disebutkan duapuluh tanda khusus terkait nubuwah Muhammad Saw., mencakup hampir ratusan ayat-ayat dalam kitab-kitab samawi, seperti Taurat, Injil, dan Zabur. Husain Al-Jasr[1] dalam kitabnya menyebut seratus di antara tanda-tanda yang memberitakan nubuwah Muhammad Saw., meski banyak sekali terjadi perubahan dalam kitab-kitab tersebut karena oleh kalangan orang-orang Nasrani dan Yahudi.

Untuk para dukun, di antara yang paling terkenal ada dua nama; Syaq dan Suthaih. Melalui perantara makhluk-makhluk halus dan jin, mereka mengabarkan hal gaib. Melalui riwayat-riwayat mutawatir dan tegas yang tidak diragukan, mereka mengabarkan kedatangan Rasul Saw., beliau kelak akan melenyapkan daulah Persia, dan tidak lama lagi akan muncul seorang nabi di Hijaz.

Ka’ab bin Luay –salah satu kakek Nabi Saw.-, Saif bin Dzi Yazin salah satu raja Yaman, Taba’ salah satu raja Habasyah dan para peramal lain, mereka adalah para pemimpin di masanya, mereka secara tegas memberitakan tentang risalah Muhammad Saw., dan mereka sampaikan dalam bentuk syair, bahkan salah seorang raja di antara mereka berkata, “Saya lebih memilih untuk melayani Muhammad dari pada kekuasaan ini.” Yang lain berkata, “Andai saya menjumpainya, tentu saya menjadi saudara sepupunya.” Yaitu, saya akan menjadi seperti Ali r.a. yang rela berkorban untuknya dan menjadi menterinya.

Penjelasan penting terkait kabar ini sudah disebutkan dalam “catatan kesembilanbelas.” Bagaimanapun juga, para peramal ini memberikan kesaksian tulus, menyeluruh, dan kuat akan risalah dan kebenaran Muhammad Saw., seperti yang disampaikan dalam kitab-kitab sejarah.

Demikian halnya makhluk-makhluk spiritual. Meski mereka ini tidak dijadikan saksi, namun kata-kata mereka didengar. Mereka disebut sebagai hawatif. Mereka ini memberikan kesaksian tulus laksana para peramal dan dukun akan risalah dan nubuwah Muhammad Saw., kesaksian sangat tegas sekali.

Seperti itu juga dengan banyaknya para penyampai kabar, bahkan sembelihan-sembelihan yang disembelih untuk berhala, dan berhala-berhala itu sendiri, juga saksi-saksi kubur. Mereka semua mengabarkan tentang nubuwah Muhammad Saw., memberikan kesaksian tulus akan risalah dan kebenaran beliau melalui bahasa sejarah.

Kesaksian keempatbelas;

Kesaksian kuat alam raya, yang diisyaratkan oleh alenia berikut;

“… dan dengan kesaksian seluruh wujud melalui tujuan dan maksud-maksud ilahi terhadap risalah Muhammad nan menyeluruh, karena hasil seluruh tujuan wujud dan maksud-maksud ilahi, nilai, peran, keindahan, kesempurnaan, realisasi hikmah hakikat-hakikatnya, bergantung kepada risalah insani, khususnya risalah Muhammad, karena risalah beliau adalah fenomena dan inti tujuan-tujuan ilahi yang paling sempurna. Tanpa risalah beliau, tentu seluruh wujud pelengkap dan kitab

[1] (1261-1327 H./1845-1909 M.), seorang ulama di bidang fiqh dan sastra, dari keluarga berilmu di Tripoli, Syam, ia memiliki banyak sekali karya-karya syair, belajar di Al-Azhar pada tahun 1279 hingga 1284, setelah itu pulang ke Tripoli dan menjadi tokoh di masanya di bidang ilmu dan wibawa, ia meninggal dunia di sana. Di antara karya tulisnya; Ar-Risalah Al-Hamidiyyah fi Haqiqatid Diyanah Al-Islamiyyah and Al-Hushun Al-Hamidiyyah di bidang akidah Islam.




552. Page

besar yang memiliki makna-makna abadi ini menjadi debu yang beterbangan, makna-maknanya berhamburan dan seluruh kesempurnaannya runtuh. Ini mustahil dari segala sisi.”

Risalah “ayat besar” menyebutkan alenia khusus berikut;

Seperti halnya alam raya ini menunjukkan Sang Pencipta, Penulis, dan Pembentuk yang menciptakan, mengatur, dan menatanya seakan sebuah istana mewah, atau seakan sebuah kitab besar, atau seakan pameran menawan dan besar, alam raya juga mengharuskan adanya siapa yang mengungkapkan makna-makna yang tertera dalam kitab besar ini, mengetahui dan mengajarkan maksud-maksud ilahi di balik penciptaan alam raya, mengajarkan hikmah-hikmah rabbani di balik segala perubahan dan pergantian, mengajarkan hasil-hasil pelaksanaan tugas, memberitahukan nilai esensi dan kesempurnaan-kesempurnaan segala wujud yang ada, menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang membingungkan; dari mana datangnya wujud-wujud ini, dan kemana akan kembali, kenapa semua wujud tidak bertahan di sini saja, kenapa harus segera pergi?

Juga menjelaskan makna-makna kitab besar dan hikmah ayat-ayat kauniyah-Nya. Artinya, alam raya ini mengharuskan adanya penyeru agung dan tulus, ustadz muhaqqiq, dan guru ahli. Dari sisi keharusan ini, alam raya menunjukkan dan memberikan kesaksian kuat serta menyeluruh akan kebenaran nabi mulia Saw., sebagai manusia terbaik yang menuntaskan tugas-tugas tersebut, juga kapasitas beliau sebagai utusan Rabb seluruh alam yang terbaik dan paling jujur. Oleh karenanya, alam raya ini bersaksi seraya mengucapkan, “Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.”

Ya, esensi, nilai, dan keistimewaan-keistimewaan alam raya terwujud dengan cahaya yang dibawa Muhammad Saw. Dengan cahaya ini, segala hasil, tugas, dan nilai seluruh wujud diketahui. Dengan cahaya ini, alam raya secara keseluruhan merupakan korespondensi ilahi nan fasih, Al-Qur'an rabbani, dan pameran jejak-jejak subhani nan luhur, karena tanpa cahaya Muhammad Saw., esensi alam raya ini tentu menjadi tempat perkumpulan orang-orang sedih nan sunyi, senyap, menakutkan, bercampur, kacau, dan silih berganti jatuh dalam gelapnya ketiadaan, kesia-siaan, dan kefanaan.

Berdasarkan hakikat ini, segala keistimewaan, kesempurnaan, perubahan-perubahan bijak, dan makna-makna abadi alam raya dengan kuat menuturkan, “Kami bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.”

Kesaksian kelimabelas yang mengandung banyak kesaksian;

 Seluruh perubahan, pergerakan, diam, kehidupan, kematian, dan segala aturan yang berlaku di alam raya ini semata terjadi atas perintah, kehendak, dan kekuatan Zat Maha Suci yang wajib ada, yang mengatur alam raya ini, mulai dari atom hingga bintang-bintang yang berotasi. Untuk itu, seluruh proses rububiyah dan tindakan-tindakan rahmaniyah bersaksi akan risalah Muhammad Saw.

Alenia berbahasa Arab berikut (teks asli) mengungkapkan kesaksian luhur dan tinggi tersebut;

“… dan dengan kesaksian Pemilik, Pencipta, dan Pengatur seluruh wujud akan risalah Muhammad, melalui tindakan-tindakan rahmani dan proses-proses rahmani, seperti tindakan rahmani menurunkan Al-Qur'an al-mu’jizul bayan kepada beliau, menampakkan berbagai macam mukjizat di tangan beliau, pertolongan dan perlindungan yang Ia berikan kepada beliau di segala kondisi, agama beliau yang Ia abadikan dengan segenap hakikat-hakikatnya, pemberitahuan kedudukan kesucian, kemuliaan, dan kemuliaan beliau di atas seluruh makhluk melalui musyahadah (kesaksian hati) dan kesaksian mata kepala, juga seperti tindakan rububiyah-Nya dengan menjadikan risalah beliau sebagai mentari maknawi seluruh wujud, menjadikan agama beliau sebagai catalog seluruh kesempurnaan para hamba-Nya, menjadikan hakikat beliau sebagai cermin menyeluruh penampakan uluhiyah-Nya, juga melalui tugas-tugas penting dan diperlukan seluruh makhluk di seluruh wujud ini yang Ia pikulkan kepada beliau, sepenting rahmat, hikmah, dan keadilan, dan sepenting makanan, air, udara, dan cahaya.


553. Page

Penjelasan rinci kesaksian luhur, pasti, dan luas sekali ini kami alihkan ke Risalah-risalah An-Nur. Dan berikut kita akan melihat makna-makna globalnya saja melalui isyarat singkat;

Dengan mata kepala, kita menyaksikan di alam raya ini, bahwa di antara kebiasaan rububiyah yang berlaku secara adil, bijak, dan menjaga setiap saat adalah melindungi orang-orang baik dan memberi pelajaran kepada para pendusta yang merusak. Kita menyaksikan hal itu di balik perbuatan-perbuatan-Nya nan tertata rapi.

Berdasarkan keharusan tindakan-tindakan rahmani, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan diturunkan kepada Muhammad Saw., berbagai macam mukjizat yang jumlahnya mencapai sekitar seribu mukjizat, ditampakkan di tangan beliau, penjagaan yang Allah berikan kepada beliau di bawah kasih sayang-Nya dalam segala kondisi beliau, bahkan di tengah situasi-situasi paling berbahaya, bahkan Allah menjaga beliau dengan burung merpati dan laba-laba!

Pertolongan yang Ia berikan pada beliau dalam menjalankan tugas, agama beliau dengan seluruh hakikat-hakikatnya terus Ia pertahankan, memberikan mahkota Islam di kepala bumi dan umat manusia, kedudukan dan kemuliaan beliau Ia angkat ke tingkatan paling tinggi dan paling mulia, melebihkan beliau di atas seluruh wujud melalui maqam yang disukai, diterima, dan kekal abadi yang Ia berikan kepada beliau, melebihi seluruh keutamaan umat manusia, memberi beliau kepribadian dengan perangi-perangi terpuji dan mulia yang paling indah berdasarkan kesepakatan kawan maupun lawan, hingga Ia jadikan seperlima umat manusia sebagai umat beliau.

Ini semua memberikan kesaksian tulus dan pasti akan kebenaran dan risalah beliau.

Dari sisi tindakan-tindakan rububiyah, kita juga menyaksikan bahwa yang mengatur alam raya ini, yang menata segala urusannya, menjadikan risalah Muhammad Saw. sebagai mentari maknawi alam raya. Seperti ditegaskan dalam Risalah-risalah An-Nur, dengan risalah ini, Allah melenyapkan seluruh kegelapan seraya memperlihatkan hakikat-hakikat terang alam raya, Ia bahagiakan seluruh makhluk yang memiliki perasaan, bahkan alam raya secara keseluruhan dengan kabar gembira kehidupan abadi, menjadikan agama beliau sebagai catalog segala kesempurnaan seluruh hamba-hamba yang Ia terima, sebagai manhaj lurus untuk perbuatan-perbuatan ubudiyah, menjadikan hakikat Muhammad yang merupakan kepribadian maknawi beliau, sebagai cermin menyeluruh penampakan-penampakan uluhiyah-Nya sesuai petunjuk Al-Qur'anul Karim dan zikir jausyan kabir.

Bahkan –di samping hakikat-hakikat yang telah kami isyaratkan di atas- Allah menjadikan beliau meraih kebaikan-kebaikan umat secara keseluruhan setiap hari selama 14 abad lamanya, menjadikan beliau sebagai teladan terbaik, pembimbing paling agung, pemimpin paling mulia bagi umat manusia seluruhnya, berdasarkan jejak-jejak beliau dalam kehidupan sosial, spiritual, dan kemanusiaan. Allah menjadikan umat manusia memerlukan agama, syariat, dan hakikat-hakikat yang beliau sampaikan dalam Islam,[1] layaknya kebutuhan akan rahmat, hikmah, keadilan, makanan, udara, air, dan cahaya.


[1] Di balik beban masa tua dan kelemahan yang saya hadapi, saya merasakan satu di antara sejuta rizki maknawi yang dibawa nabi mulia, Muhammad Saw. Andai mampu, tentu saya berterimakasih dan mendoakan shalawat kepada beliau dengan jutaan lisan. Jelasnya;

Saya sangat terluka oleh perpisahan dan ketiadaan, padahal dunia yang saya cinta dan para pecinta dunia, meninggalkan saya melalui kematian yang mereka alami, dan saya tahu pasti saya juga akan pergi, sehingga saya merasa putus asa dan menderita. Namun saya mendapatkan hiburan dan saya selamat secara total dari rasa putus asa ini karena mendengarkan kabar gembira kebahagiaan dan kehidupan abadi yang disampaikan nabi mulia Saw., bahkan ketika saya membaca, “Assalamu’laika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuh,” dalam tasyahud, saya menyampaikan baiat dan ketaatan, kepada beliau, juga berserah diri pada tugas beliau, saya memberkahi tugas beliau seraya menyampaikan semacam ucapan terimakasih kepada beliau sebagai balasan atas kabar gembira kebahagiaan abadi yang beliau sampaikan. Seperti itulah kaum muslimin membaca salam ini sebanyak lima kali sehari. (Penulis)




554. Page

Seluruh hujah menyeluruh dan pasti yang berjumlah duabelas hujah ini merupakan kesaksian luhur akan risalah Muhammad.

Lantas mungkinkah jika risalah Muhammad tidak menjadi mentari maknawi alam raya yang meraih kesaksian-kesaksian menyeluruh dan luas sebanyak ini dari Rabb seluruh alam yang tidak lalai untuk menjaga dan mengatur sesuatu pun, bahkan sayap lalat dan bunga kecil sekalipun.

 

* * *

Masing-masing dari limabelas kesaksian ini mengandung banyak sekali kesaksian, bahkan kesaksian ketiga menegaskan pernyataan, “Saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah” secara pasti dan kuat, karena seribu kesaksian termasuk di dalam kesaksian ini berdasarkan bahasa mukjizat. Seluruh kesaksian ini memberitahukan realisasi, nilai, dan urgensinya dimana ratusan juta lisan di seluruh dunia Islam, menyampaikan pernyataan tersebut kepada alam raya sebanyak lima kali dalam sehari.

Seperti halnya milyaran orang-orang beriman tanpa ragu menerima dan membenarkan bahwa asas pernyataan tersebut adalah hakikat Muhammad –sebagai benih asli alam raya, sebab penciptaannya, dan buahnya yang paling sempurna- dan Rabb seluruh alam menjadikan kepribadian maknawi Muhammad sebagai penyeru luhur menuju kekuasaan rububiyah-Nya, pemecah teka-teki seluruh wujud dan penciptaan, contoh terang bagi kelembutan dan rahmat-Nya, lisan fasih kasih sayang dan cinta-Nya, penyampai akbar gembira kehidupan dan kebahagiaan abadi di alam abadi yang paling agung, penutup para nabi dan rasul-Nya yang paling agung.

Oh ruginya orang yang tidak beriman kepada sebuah hakikat yang memiliki esensi sedemikian ini atau tidak perduli padanya! Betapa berat kesalahannya, betapa besar kebodohan dan kejahatan yang ia lakukan!

Seperti halnya surah Al-Fatihah yang ada di dalam shalat melalui isyarat-isyarat dalam bagian keduanya menjelaskan hujah-hujah pasti akan kebenaran pernyataan hakikat tauhid dalam kalimat “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan –yang berhak diibadahi- selain Allah,” dan memberikan tanda-tanda pembenaran tanpa batas padanya, demikian halnya pada bagian ketiga ini, surat Al-Fatihah memberikan kesaksian-kesaksian kuat yang membenarkan kalimat “Saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah” dalam bacaan tasyahud, dan memberikan tanda-tanda pembenaran tanpa batas padanya.

Oleh karenanya, wahai Maha Penyayang di antara para penyayang! Dengan kesucian Rasul mulia ini Saw., berilah kami pertolongan untuk mendapatkan syafaat beliau, mengikuti sunnah beliau, jadikanlah kami berada di dekat beliau, dan para sahabat beliau di negeri kebahagiaan abadi.

Amin, amin, amin.

Ya Allah! Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada beliau, keluarga, dan para sahabat beliau sebanyak huruf Al-Qur'an yang dibaca dan tertulis.

Amin.

سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)



555. Page

Maqam Kedua

 

Dari

Hujah Terang

 

بسم الله الرحمن الرحيم

Kepada-Nya jua kami memohon pertolongan

 

Sebuah hakikat di ayat terakhir surah Al-Fatihah, mengisyaratkan perbandingan antara para pengikut hidayah dan istiqamah, dengan para pengikut kesesatan dan kesewenang-wenangan. Ayat ini adalah sumber seluruh perbandingan dan analogi yang tertera dalam Risalah-risalah An-Nur. Perbandingan ini dijelaskan secara gamblang dan dengan kata-kata menawan, serta diungkapkan dengan ungkapan mukjizat oleh firman Allah dalam surah An-Nur sebagai berikut;

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ

Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nur: 35)

Dan ayat berikutnya;

اَوْ كَظُلُمٰتٍ فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰىهُ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌۗ ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ اِذَآ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ يَجْعَلِ اللّٰهُ لَهٗ نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ


 “Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.” (QS. An-Nur: 40)

Ayat pertama, ayat An-Nur, yang mengarah dan menatap ke arah Risalah-risalah An-Nur dengan sepuluh isyarat, seperti yang telah ditegaskan dalam “sinar pertama,” memberitahukan dengan kabar masa depan dan mukjizat tentang tafsir Al-Qur'an tersebut.

Mengingat ayat ini menjadi faktor utama sebutan nama An-Nur untuk Risalah-risalah An-Nur, dan mengacu pada penjelasan mukjizat maknawi ayat agung ini seperti disebutkan dalam wisata hayalan penjelasan mukjizat huruf ن dalam kata نعبد pada salah satu bagian “catatan keduapuluh sembilan,” maka pengelana dunia dalam risalah “ayat besar” yang bertanya kepada seluruh wujud dan berbagai makhluk di sela pencarian Sang Pencipta, ia mengenali-Nya melalui tigapuluh tiga cara dan 

556. Page

bukti-bukti pasti dengan ‘ilmul yaqin dan ‘ainul yaqin bahwa si pengelana sendiri mengembara dengan akal, hati, dan hayalannya ke lorong-lorong waktu, bumi dan langit tanpa lelah. Bahkan ia terus berkelana untuk memuaskan dahaga diri, hingga ia berkelana di segala penjuru dunia nan luas, mencari di seluruh sisi-sisi dunia laksana orang yang berkelana di sebuah kota, sesekali bersandar kepada akal, sesekali bersandar pada Al-Qur'an, dan sesekali pula bersandar kepada hikmah filsafat, mengungkap tingkatan-tingkatan paling jauh dengan tatapan hayalan, hingga ia melihat hakikat-hakikat di alam nyata seperti apa adanya. Ia kemudian memberitahukan sebagian di antara hakikat-hakikat itu dalam risalah “ayat besar.”

Berikut akan kami jelaskan secara singkat tiga alam saja di antara sekian banyak alam dan tingkatan yang dimasuki si pengelana itu melalui wisata hayalan, yang merupakan inti hakikat. Hanya saja hakikat tersebut muncul dalam bentuk perumpamaan.

Kami akan menjelaskan alam-alam tersebut sebagai contoh saja untuk perbandingan yang ada di bagian akhir surat Al-Fatihah, juga sebagai perumpamaan dari sisi kekuatan akal semata.

Untuk seluruh kesaksian dan perbandingannya, kami alihkan kepada perbandingan-perbandingan yang ada di dalam Risalah-risalah An-Nur.

 

Contoh pertama;

Si pengelana yang datang ke dunia hanya untuk mencari dan mengenal Penciptanya itu, berbicara kepada akal seraya berkata;

Kami telah bertanya kepada sesuatu tentang Pencipta kami, dan kami telah mendapatkan jawaban tuntas, namun seperti yang disebutkan dalam pepatah, “Untuk bertanya tentang matahari, harus bertanya kepada matahari itu sendiri,” maka kami akan berkelana lagi untuk mengenal Pencipta kami melalui penampakan sifat-sifat mulia-Nya, seperti mengetahui, berkehendak, dan berkuasa, juga melalui jejak-jejak indah-Nya, dan penampakan nama-nama-Nya nan indah.

Ia kemudian masuk ke dunia untuk tujuan itu, langsung naik ke atas bahtera bumi laksana para pengikut kesesatan yang mewakili kelompok lain, mengenakan kacamata ilmu dan filsafat tanpa diikat hikmah Al-Qur'an. Melalui kacamata itu, ia melihat hukum geografi yang tidak berpedoman kepada Al-Qur'an, ia kemudian mengetahui bahwa bumi ini berkelana di ruang hampa tanpa batas, dalam satu tahun menempuh jarak 24 ribu tahun perjalanan, dengan kecepatan 70 kali melebihi kecepatan peluru, dengan membawa ratusan ribu jenis makhluk hidup tak berdaya dan lemah di atas pundaknya.

Andai bumi tersesat jalan selama satu menit saja, atau berbenturan dengan bintang lain yang berotasi, ia akan berhamburan dan berjatuhan di ruang hampa tanpa batas, melemparkan seluruh makhluk hidup lemah yang ada di atasnya, menuang semuanya dalam ketiadaan dan kesia-siaan.

Ia akhirnya merasakan kegelapan-kegelapan maknawi nan mencekam dan mencekik, laksana kegelapan-kegelapan di lautan dalam yang muncul dari pemahaman kelompok “yang dimurka dan orang-orang sesat.” Dari lubuk hati paling dalam, ia lantas berkata, “Oh menyesal sekali! Apa yang harus kita perbuat? Kenapa kita naik bahtera menakutkan ini? Bagaimana kita bisa selamat?” Ia kemudian membuat kacamata filsafat buta itu dan memecahnya.

Ia kemudian masuk ke dalam kelompok “orang-orang yang telah diberi nikmat atas mereka.” Tanpa diduga, hikmah Al-Qur'an memberikan kacamata kepada akalnya yang menjelaskan hakikat secara sempurna, seraya berkata kepadanya, “Lihatlah sekarang!” Ia melihat lalu mengetahui;

Nama “Rabb langit dan bumi” muncul dari menara firman Allah Ta’ala;


557. Page

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15) Nama itu menjadikan bumi ini bahtera aman dan selamat, membelah gelombang samudera alam raya nan luas dengan sangat teratur dalam lingkaran di sekitar matahari demi banyak sekali hikmah dan manfaat, memuat makhluk-makhluk hidup dengan segala rizki yang diperlukan. Bumi mendatangkan hasil-hasil musiman kepada mereka yang memerlukan rizki.

Allah menempatkan dua malaikat bernama Tsur dan Hut sebagai nahkoda yang mengarahkan bahtera tersebut. Kedua malaikat ini menjalankan bahtera dalam kelana melalui kerajaan rabbani yang sangat berwibawa dan menakutkan, untuk menghibur seluruh makhluk dan tamu-tamu Sang Pencipta di ruang hampa alam raya nan luas ini.

Seperti itulah kelana ini menjelaskan hakikat;

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ

 “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi,” karena perjalanan ini memperkenalkan Sang Pencipta melalui pembiasan nama tersebut.

Setelah sang pengelana mengetahui makna ini melalui pengamatan terhadap bumi, dari ruhani dan perasaan paling dalam, ia mengucapkan, “Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam,” lalu ia masuk ke dalam kelompok yang telah diberi nikmat.

 

Contoh kedua dari alam-alam yang disaksikan si pengelana;

Setelah si pengelana meninggalkan bahtera bumi, ia memasuki alam manusia dan hewan. Ia menatap alam ini dengan kacamata filsafat naturalisme tanpa memandang kehidupan dan ruhani bersumber dari agama. Ia kemudian melihat;

Kebutuhan-kebutuhan tanpa batas para makhluk yang tak terhingga, musuh-musuh tanpa batas yang mengelilingi mereka, menyakiti dan menimpakan bahaya besar kepada mereka dalam peristiwa-peristiwa kasar tak mengenal belas kasih, sementara mereka juga tidak memiliki modal selain hanya satu dari seribu, atau hanya satu dari seratus ribu untuk menghadapi semua kebutuhan itu.

Mereka tidak mampu menghadapi hal-hal tersebut dan segala yang membahayakan, selain satu di antara sejuta! Si pengelana merasa tersiksa menghadapi kondisi nan memilukan dan menakutkan ini –karena manusia memiliki hubungan-hubungan lembut, kasih sayang terhadap sesama, dan akal. Ia sangat menderita dan sedih melihat kondisi mereka, hingga membuatnya merasa derita putus asa bak siksa berat neraka. Ia menyesal seribu kali karena memasuki alam nan menyedihkan dan menyusahkan ini.

Kala menghadapi derita dan segala beban yang ia rasa, tanpa diduga hikmah Al-Qur'an memberikan bantuan kepadanya, menyerahkan kacamata “orang-orang yang telah diberi nikmat” kepadanya seraya berkata, “Lihatlah!” Si pengelana itu kemudian melihat dan mengetahui;

Setiap nama di antara nama-nama Allah nan indah, seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Razzaq (Maha Pemberi rizki), Al-Mun’im (Maha Pemberi nikmat), Al-Karim (Maha Mulia), dan Al-Hafizh (Maha Penjaga), muncul laksana mentari nan terang melalui cahaya langit dan bumi yang Allah tampakkan di menara ayat-ayat berikut;


558. Page

مَا مِنْ دَاۤبَّةٍ اِلَّا هُوَ اٰخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَا ۗ

“Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.” (QS. Hud: 56)

وَكَاَيِّنْ مِّنْ دَاۤبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَاۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 60)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.” (QS. Al-Isra`: 70)

¨bÎ) u‘#tö/F{$# ’Å"s9 5OŠÏètR ÇÊÌÈ

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan.” (QS. Al-Infithar: 13)

Dunia manusia dan hewan akhirnya dipenuhi rahmat menyeluruh kebaikan merata, hingga seakan berubah menjadi surga sesaat. Si pengelana akhirnya tahu bahwa dunia ini dengan segala isinya memperkenalkan Tuan Rumah Yang Maha Mulia pemilik ruang jamuan nan indah, patut disaksikan, dan penuh dengan pelajaran ini. Ia kemudian memanjatkan seribu pujian dan syukur kepada Allah seraya mengucapkan, “Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam.”

 

Contoh ketiga dari perjalanan si pengelana yang mengandung ratusan musyahadah;

Si pengelana dunia yang ingin mengenal Sang Pencipta dari balik penampakan nama-nama-Nya nan indah dan sifat-sifat-Nya nan mulia, berbicara kepada akal dan hayalannya seraya berkata;

“Mari kita naik ke langit-langit tertinggi seperti ruh-ruh dan para malaikat, kita tinggalkan jasad-jasad kita di bumi, lalu kita bertanya kepada para penghuni langit tentang Pencipta kita.”

Akal kemudian naik ke atas fikiran dan ruh naik ke atas hayalan, mereka kemudian naik ke langit dengan menjadikan ilmu astronomi sebagai pembimbing, mereka memandang dengan kacamata “orang-orang sesat yang dimurkai,” yaitu dengan kacamata filsafat yang sama sekali tidak memperdulikan agama. Si pengelana itu kemudian melihat bahwa ribuan benda-benda langit dan bintang-bintang mengorbankan api, bumi ini membesar seribu kali lipat, melesak dengan kecepatan seratus kali melebihi kecepatan peluru padahal mereka ini benda mati yang tidak memiliki perasaan, mereka seakan liar. Ketika salah satu di antara benda-benda ini tersesat jalan selama satu menit saja dan berbenturan dengan benda-benda lain yang juga tidak memiliki perasaan, kekacauan akan menyebar dan terjadi seperti kiamat di alam tanpa batas itu.

Setiap arah yang dilihat si pengelana, membuatnya merasa kesepian, tercengang, bingung, dan takut. Ia seribu kali menyesal karena telah naik ke langit, karena akal dan hayalan rusak serta kacau, hingga keduanya berkata, “Kami tidak ingin mengetahui makna-makna buruk dan menyiksa seperti siksaan neraka ini. Kami menjaga diri bahkan untuk menyaksikan hal-hal seperti ini, karena tugas utama kami adalah melihat hakikat-hakikat indah dan memperlihatkannya pada yang lain.”


559. Page

Kala akal dan hayalannya berkata seperti ini, tanpa diduga, pembiasan ayat;

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ

Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi,” memunculkan nama-nama ilahi; Pencipta langit dan bumi, yang menundukkan matahari dan bulan, Rabb seluruh alam, dan nama-nama lain, muncul bak mentari di menara sejumlah ayat berikut;

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (QS. Al-Mulk: 5)

اَفَلَمْ يَنْظُرُوْٓا اِلَى السَّمَاۤءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنٰهَا وَزَيَّنّٰهَا

“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya.” (QS. Qaf: 6)

ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ

“Dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.” (QS. Al-Baqarah: 29)

Cahaya nama-nama itu kemudian memenuhi seluruh langit dengan cahaya dan malaikat, merubah langit menjadi masjid besar dan perkemahan agung. Si pengelana kemudian masuk dalam kelompok “orang-orang yang telah diberi nikmat,” selamat dari kegelapan laksana kegelapan-kegelapan di dalam lautan dalam. Tanpa diduga, ia melihat sebuah kerajaan indah, agung, dan rapi laksana surga. Nilai dan tugas akal dan hayalannya meningkat seratus kali tingkat kala keduanya menyaksikan apapun dan siapapun yang memperkenalkan kepada Sang Pencipta Nan Maha Mulia di setiap sisinya.

Demikian akhir bahasan luas ini, cukup dengan isyarat singkat ini, seraya mengalihkan seluruh kesaksian-kesaksian si pengelana di alam raya ini kepada Risalah-risalah An-Nur, dengan menganalogikan tiga contoh di atas di antara ratusan contoh kelana untuk mengetahui Zat yang wajib ada di sela-sela penampakan nama-nama-Nya. Kami alihkan penjelasan rinci tentang pengenalan Sang Pencipta alam raya –seperti pengenalan si pengelana tersebut- di sela jejak-jejak dan penjelmaan sifat ‘ilm (mengetahui), iradah (kehendak), dan qudrah (kuasa) di antara tujuh sifat luhur Pencipta kita dan hujah-hujah perwujudan tiga sifat mulia ini kepada Risalah-risalah An-Nur.

Alenia dalam bahasa Arab berikut adalah wirid renungan yang bersumber dari intisari zikir An-Nur yang menjelaskan tiga tingkatan di antara tigapuluh tiga tingkatan kalimat “Allahu akbar.” Di sela penjelasan zikir ini dan zikir-zikir serupa lainnya, kami mengisyaratkan beberapa hal secara singkat yang menyita perhatian sebagian besar ulama ilmu kalam dan akidah terkait sifat-sifat tersebut dan pembiasan-pembiasannya di alam raya, serta mempercayai sifat-sifat tersebut dengan iman nan kuat secara ‘ainul yaqin.

Alenia berbahasa Arab berikut (teks asli) membuka jalan menuju keimanan sempurna melalui tiga sifat tersebut –dengan ‘ilmul yaqin- terhadap keberadaan dan keesaan Zat yang wajib ada secara pasti (tanpa memerlukan dalil).

 



560. Page

بسم الله الرحمن الرحيم

 

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا

 “Dan Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Isra`: 111)

Allah Maha Besar dari segala sesuatu dari sisi kuasa dan ilmu-Nya, karena Ia Maha Mengetahui segala sesuatu dengan ilmu menyeluruh, wajib, dan esensi bagi Zat-Nya, mengharuskan tidak ada sesuatu pun yang terlepas dari-Nya berdasarkan rahasia kehadiran, kesaksian, dan cakupan cahaya, juga rahasia keharusan wujud untuk pengetahuan dan cakupan cahaya ilmu dengan alam wujud.

Ya, segala keteraturan nan seimbang, keseimbangan nan teratur, hikmah-hikmah yang dimaksudkan dan menyeluruh, pertolongan-pertolongan khusus nan menyeluruh, perhatian-perhatian nan indah, tujuan kesempurnaan keteraturan, keselarasan, kerapian, kesempurnaan, keseimbangan, dan keistimewaan mutlak dalam kesempurnaan kemudahan mutlak, semua ini menunjukkan cakupan ilmu Yang Maha mengetahui hal-hal gaib terhadap segala sesuatu.

اَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَۗ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ  

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk: 14)

Oleh karenanya, mengaitkan petunjuk keindahan penciptaan manusia dengan perasaan-perasan manusia, pada kaitan petunjuk kebaikan penciptaan manusia terhadap ilmu Sang Pencipta manusia, laksana mengaitkan kilauan kecil pada lalat di tengah malam nan kelam, kepada sinar mentari di siang hari.

Berikut akan kami isyaratkan secara singkat tentang ilmu ilahi; hakikat keimanan nan luhur, di sela terjemah singkat alenia berbahasa Arab (teks asli), seraya mengalihkan penjelasan rincinya pada Risalah-risalah An-Nur.[1]

Ya, sebagaimana rahmat menjelaskan dirinya sendiri sejelas mentari melalui rizki-rizki luar biasa, dan terbukti melalui petunjuk pasti bahwa di balik tirai gaib ada Maha Pengasih, Maha Penyayang, seperti itu juga ilmu yang disebut dalam ratusan ayat Al-Qur'an, yang –dari satu sisi- merupakan sifat paling utama di antara tujuh sifat agung, juga menjelaskan dirinya sendiri sejelas cahaya mentari melalui buah dan hikmah aturan dan keseimbangan, juga secara mutlak menunjukkan keberadaan Maha mengetahui segala sesuatu.

Ya, mengaitkan petunjuk keindahan ciptaan manusia nan tertata rapi dan terukur dengan perasaan dan ilmunya, mengaitkan petunjuk penciptaan manusia dalam bentuknya yang terbaik pad ilmu dan hikmah Pencipta manusia, laksana mengaitkan kilauan kecil cahaya kunang-kunang di tengah gelap malam pada sinar mentari di siang hari.

Sebelum menjelaskan dalil-dalil ilmu ilahi, terlebih dahulu perlu kita ketahui bahwa petunjuk pembiasan sifat suci tersebut di berbagai wujud terhadap keberadaan Zat suci secara sangat jelas,

[1] Bagian kedua ini ditulis saat menghadapi penyakit parah yang belum pernah saya lihat sepanjang hidup saya karena keracunan. Untuk itu, saya minta untuk memandang segala kekurangan saya dengan tatapan maaf. Husrau bisa memperbaiki, merubah dan mengganti yang dipandang perlu. (Penulis)




561. Page

diperkuat dan secara eksplisit terkadang dalam percakapan di malam Mi’raj Nabawi alam percakapan ilahi kala beliau Saw. mengucapkan;

“Segala penghormatan yang diberkahi, segala pengagungan dan kebaikan hanya milik Allah,” atas nama seluruh makhluk hidup dan berbagai jenis makhluk, karena beliau adalah utusan dan Rasul. Beliau mempersembahkan hadiah-hadiah seluruh makhluk hidup kepada Sang Pencipta dalam bentuk pengetahuan seluruh makhluk yang Ia rawat dengan penampakan-penampakan ilmu. Beliau mengucapkan kata-kata itu saat memberi salam, mewakili seluruh makhluk yang memiliki perasaan.

Artinya, empat kelompok makhluk hidup mempersembahkan empat kalimat; salam penghormatan, berkah, pengagungan, dan kebaikan. mempersembahkan segala salam penghormatan, ubudiyah, makrifat nan indah dan baik terhadap Yang Mengetahui segala hal gaib melalui penampakan-penampakan ilmu azali-abadi. Oleh karenanya, membaca dialog Mi’raj suci dengan maknanya nan luas ini menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslimin dalam tasyahud.

Berikut akan kami jelaskan satu di antara sekian makna dialog luhur tersebut dengan empat isyarat singkat. Untuk penjelasan detailnya kami alihkan ke Risalah-risalah An-Nur.

 

Kalimat pertama; at-tahiyyatu lillah

Makna kalimat ini secara singkat demikian;

Ketika seorang pekerja mahir membuat mesin luar biasa berbekal ilmu luas dan kecerdasan luar biasa yang ia miliki, siapapun yang melihat mesin luar biasa itu tentu memberikan ucapan selamat kepada si pembuatnya dengan penghormatan dan decak kagum, memberikan hadiah dan salam penghormatan baik secara materi maupun non materi, disertai pujian penuh anggapan baik. Mesin sendiri memberikan ucapan selamat dan mendoakan si pembuatnya melalui bahasa kondisional, memberi hadiah dan salam penghormatan maknawi dengan menampakkan keinginan-keinginan si pembuat tersebut secara sempurna, menampakkan kreasinya nan jeli dan menunjukkan keahlian ilmiahnya.

Demikian halnya seluruh kelompok makhluk hidup di seluruh wujud ini, bahkan setiap kelompok di antara semua itu, setiap anggotanya, tidak lain merupakan mesin mukjizat dari segala sisi, memberikan ucapan selamat kepada Sang Pencipta Nan Maha Mulia yang memperkenalkan diri melalui penampakan-penampakan ilmu-Nya nan luas, yang melihat hubungan segala sesuatu dengan segala sesuatu, mengantarkan segala kebutuhan hidup padanya tepat pada waktunya, memberikan salam penghormatan dan berkah kepada-Nya dengan berkata, “Segala penghormatan untuk Allah,” melalui lisan-lisan kondisi kehidupannya, seperti halnya ucapan selamat juga disampaikan bahasa tutur kata makhluk hidup yang memiliki perasaan, seperti manusia, jin, dan malaikat.

Oleh karenanya, seluruh makhluk hidup membayar harga kehidupan mereka secara langsung melalui makna ibadah kepada Sang Pencipta yang mengetahui segala kondisi makhluk secara keseluruhan. Rasul mulia Muhammad Saw. ketika berada di hadapan Zat yang wajib ada pada malam Mi’raj atas nama seluruh makhluk hidup, mengungkapkan salam penghormatan ini dengan berkata, “Segala salam penghormatan untuk Allah,” menggantikan salam, seraya mempersembahkan penghormatan, hadiah, dan salam maknawi seluruh kelompok makhluk hidup.

Ya, jika mesin rapi dan biasa-biasa saja menunjukkan pencipta mahir dan cerdas melalui rangkaian nan tertata dan seimbang, maka setiap mesin hidup yang memenuhi alam raya dengan jumlah tak terbatas, memperlihatkan seribu satu mukjizat ilmiah. Tidak diragukan, seluruh makhluk hidup menunjukkan keharusan keberadaan Sang Pencipta abadi, menunjukkan ubudiyah-Nya melalui penampakan-penampakan ilmu laksana cahaya mentari jika dibandingkan dengan mesin tersebut yang hanya laksana cahaya kunang-kunang.


562. Page

 

Kalimat luhur kedua di antara kalimat-kalimat Mi’raj; al-mubarakat

Karena shalat merupakan Mi’raj orang mukmin, seperti disebutkan dalam hadits, di dalamnya terdapat cahaya penampakan-penampakan Mi’raj agung, dan mengingat si pengelana dunia menemukan Penciptanya Yang Maha mengetahui hal gaib melalui sifat ilmu di setiap alam, maka kita juga akan memasuki alam berkah nan luas bersama si pengelana itu, alam yang membuat siapapun memanjatkan doa dan ucapan selamat.

Kita akan berusaha untuk mengenal Sang Pencipta dengan ‘ilmul yaqin –seperti si pengelana itu- di sela penampakan-penampakan mukjizat sifat ilahi nan jeli; sifat ilmu, di sela menyaksikan alam penuh berkah tersebut, khususnya makhluk-makhluk hidup kecil dan lembut yang diberkahi dan tidak berdosa, benih dan biji-bijian yang merupakan kaleng-kaleng kecil berisi seluruh kemampuan dan program makhluk-makhluk hidup.

Ya, dengan mata, kita melihat makhluk-makhluk kecil, lembut, dan tak berdosa, juga tempat-tempat penyimpanan dan kaleng-kaleng kecil nan diberkahi itu bangkit sekaligus dengan ilmu Yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana untuk menjalani tujuan penciptaan, hingga seluruh pergerakan itu membuat siapapun yang menatap dengan pandangan hakikat, mengatakan, “Barakallah, masya`Allah,” sebanyak sejuta kali.

Ya, masing-masing dari nutfah, telur, benih, dan biji berada di dalam aturan detail yang berasal dari ilmu. Aturan ini berada di dalam neraca yang datang dari keahlian sempurna. Neraca ini berada di dalam penataan baru. Penataan ini berada di dalam takaran dan neraca baru. Takaran dan neraca ini berada di dalam perawatan, pemilahan, dan tanda-tanda pembeda yang disengaja agar tidak mirip dengan padanan-padanannya. Tanda-tanda pembeda ini berada di dalam riasan dan keindahan sempurna. Hiasan ini berada di dalam perangkat-perangkat sempurna, pembentukan yang serasi, detail, dan bijak. Pembentukan ini berada di dalam perbedaan daging, buah, dan bagian yang bisa dimakan dari makhluk-makhluk tersebut untuk memenuhi kebutuhan makhluk-makhluk yang memerlukan rizki secara mulia, sesuai dengan daya rasa mereka. Pemenuhan kebutuhan ini berada di dalam ukiran dan pembentukan hiasan berbeda yang dirias dengan ilmu dan mukjizat. Pembentukan ini berada di dalam aroma-aroma harum yang beragam, dan rasa-rasa nikmat yang berbeda, dimana bentuk-bentuk seluruh makhluk memiliki perbedaan satu sama lain dengan sepenuh keteraturan tanpa keliru ataupun alpa dalam kecepatan dan keluasan mutlak, meski jumlahnya begitu banyak secara mutlak.

Keberlangsungan kondisi luar biasa ini di setiap musim, menjadikan setiap anggota secara keseluruhan memperlihatkan ilmu ilahi melalui limabelas bahasa, menarik segala perhatian pada kemahiran luar biasa Rabb mereka, dan menunjukkan ilmu-Nya yang luar biasa, sehingga sejelas mentari, mereka memperkenalkan Pencipta mereka yang wajib ada, Maha Mengetahui segala hal gaib.

Kesaksian mereka nan luas dan jelas ini, juga ucapan selamat kepada Sang Pencipta yang diungkapkan Nabi Saw. di malam Mi’raj mewakili seluruh makhluk melalui kata-kata beliau, “Segala berkah,” sebagai ganti salam.

 

Kalimat ketiga; ash-shalawat

Seratus juga orang-orang beriman mengucapkan kata-kata suci yang diucapkan pada Mi’raj besar Muhammad dan diucapkan pada Mi’raj khusus setiap orang mukmin dalam tasyahud saat shalat, minimal sepuluh kali setiap hari karena mengikuti Rasul mulia Saw., mereka membacanya di segala penjuru alam raya ini seraya mempersembahkan bacaan tersebut ke hadirat ilahi.


563. Page

Berdasarkan penjelasan gamblang dan penegasan kuat serta pasti di dalam risalah Mi’raj (kalimat ketigapuluh satu), juga penjelasan seluruh hakikat-hakikat Mi’raj, bahkan terhadap kata-kata yang disampaikan kepada orang atheis, pengingkar, dan penentang. Penjelasan rinci dan hujah-hujahnya kami alihkan ke risalah tersebut.

Namun berikut ini akan kami isyaratkan secara singkat makna luas kalimat Mi’raj ketiga yang diucapkan alam-alam luar biasa berbagai kelompok makhluk yang memiliki ruh dan perasaan. Kita akan menyaksikan alam-alam itu, seraya berusaha untuk mengetahui keesaan dan keberadaan Pencipta kita, kesempurnaan rahmaniyah dan rahimiyah-Nya, keagungan kuasa-Nya dan cakupan kehendak-Nya nan menyeluruh di balik penampakan-penampakan ilmu azali.

Ya, di alam ini kita menyaksikan bahwa setiap makhluk bernyawa, dengan perasaan dan fitrah –jika bukan dengan perasaan dan akal- merasa tidak berdaya dan lemah tanpa batas, di samping memiliki banyak musuh dan apapun yang menyakiti dengan jumlah tak terbatas. Masing-masing dari mereka berguling-guling dalam kemiskinan tanpa batas, padahal ia memiliki banyak kebutuhan tanpa batas.

Karena kemampuan dan modal yang ia miliki tidak cukup untuk memenuhi satu pun di antara seribu kebutuhan, ia memohon dan menangis dengan segenap kekuatan yang ia miliki, memohon melalui fitrah dan secara eksplisit. Kala ia menghampiri kantor Zat Yang Maha mengetahui dan Maha Kuasa melalui suara dan bahasa khusus, melalui doa, tawasul, permohonan sepenuh hati, dan shalawat khusus, tiba-tiba kita menyaksikan bahwa Zat Yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha mengetahui secara mutlak, mengetahui semua kebutuhan makhluk hidup, memenuhi semua kebutuhan itu, melihat setiap penyakit mereka dan meringankan beban mereka, mendengar setiap seruan dan doa yang mereka panjatkan secara fitrah lalu Ia kabulkan permohonan mereka. Ia kemudian merubah tangisan mereka menjadi senyum manis, mengganti permohonan bantuan yang mereka panjatkan menjadi berbagai macam puji dan syukur.

Bantuan yang berciri hikmah, ilmu, dan rahmat ini secara jelas menunjukkan keberadaan Zat Yang Maha memperkenankan, Maha menolong, Maha Penyayang dan Maha Mulia melalui pembiasan-pembiasan ilmu dan rahmat.

Oleh karenanya, seluruh shalawat dan ibadah yang berasal dari seluruh alam; alam para makhluk bernyawa, naik menuju Zat Yang Maha memperkenankan permohonan dan Maha menolong itu. Muhammad Saw. mengungkapkan, mempersembahkan, dan mengistimewakan kalimat tersebut –dengan makna ini- dalam Mi’raj besar, dan dibaca setiap mukmin dalam Mi’raj kecil di setiap shalat, “Segala pengagungan dan kebaikan untuk Allah.”

 

Kalimat luhur yang keempat; ath-thayyibatu lillah

Mengingat banyak sekali hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur terlintas di benak saya dalam bacaan-bacaan shalat, saya merasa –berdasarkan hikmah ini- seakan terdorong untuk menjelaskan hakikat kalimat-kalimat surah Al-Fatihah dan tasyahud dengan isyarat-isyarat singkat bukan atas keinginan saya.

Kalimat suci (ath-thayyibat) yang diucapkan dalam Mi’raj Muhammad yang mengandung makna-makna baik tanpa batas, yang diucapkan manusia, jin, malaikat, dan makhluk-makhluk halus yang memiliki makrifat, iman, dan perasaan menyeluruh, yang memperindah alam raya ini secara keseluruhan dengan segala kebaikan, kebajikan, dan ibadah mereka nan indah yang semuanya mengarah kepada alam keindahan, yang secara sempurna mengetahui segala keindahan dan keelokan tanpa batas Zat Maha Indah mutlak dan abadi, keindahan abadi nama-nama-Nya nan indah yang menghiasi alam raya, sehingga mereka semua membalas dengan ibadah-ibadah menyeluruh dengan 

564. Page

sepenuh cinta dan kerinduan, dengan aroma-aroma wangi iman nan terang dan makrifat nan luas, juga dengan puja dan puji yang mereka persembahkan kepada Pencipta mereka Nan Maha Agung.

Berdasarkan makna nan luas kata ath-thayyibat yang tak terbatas dan kandungan kata-kata yang diucapkan dalam Mi’raj, umat secara keseluruhan membaca kalimat suci ini dalam tasyahud setiap hari tanpa bosan ataupun jemu.

Ya, alam raya ini adalah cermin yang membiaskan keindahan abadi dan keelokan tanpa batas, bahkan termasuk salah satu pembiasan-Nya. Segala keindahan dan keelokan di alam raya ini berasal dari keindahan abadi itu, semuanya menjadi indah dengan menisbatkan diri kepada-Nya, lalu menapak naik. Tanpa penisbatan ini, tentu alam raya berubah menjadi tempat perkumpulan orang-orang kesusahan nan sepi, kacau, rusak, dan tidak karuan.

Penisbatan ini diketahui melalui makrifat dan pembenaran manusia, jin, malaikat, dan para makhluk halus. Mereka adalah para penyeru yang menuntun menuju kekuasaan uluhiyah, bahkan puja dan puji indah yang disampaikan para penyeru kepada Zat yang mereka sembah, juga kata-kata yang mereka sampaikan kepada seluruh penjuru alam raya dan juga Arsy yang agung, saat itu seluruh atom udara siap untuk menjalankan tugas ini, seakan atom-atom tersebut adalah lisan kecil yang berbicara dan telinga kecil yang mendengar demi menyampaikan kalimat-kalimat yang baik tersebut ke hadirat ilahi. Setelah itu terlintas di hati saya akan adanya kemungkinan kuat untuk memberikan tugas yang sangat luar biasa tersebut kepada udara.

Seperti halnya manusia dan malaikat memperkenalkan Zat yang disembah melalui iman dan ibadah, demikian halnya Zat Yang Maha Bijaksana juga memperkenalkan diri secara nyata dan terang melalui kesiapan-kesiapan menyeluruh yang Ia tanamkan dalam diri para makhluk sebagai penyeru menuju kekuasaan uluhiyah, juga melalui beragam perangkat menawan dan luar biasa, serta kerumitan-kerumitan ilmiah yang ada dalam diri mereka. Allah menjadikan masing-masing di antara mereka memiliki kaitan dengan alam raya secara keseluruhan, seakan masing-masing di antara mereka adalah miniatur alam raya.

Contoh; penciptaan kekuatan memori, hayalan, berfikir, dan kekuatan-kekuatan tersembunyi lainnya di tempat kecil di dalam otak manusia yang tidak lebih besar dari buah kenari, selanjutnya kekuatan memori ini dijadikan seperti perpustakaan besar, ini menunjukkan bahwa Allah menampakkan dirinya melalui pembiasan-pembiasan ilmu azali secara jelas, sejelas mentari di siang hari.[1]

Berikut akan kami sampaikan isyarat-isyarat singkat sekali terkait makna alenia berbahasa Arab di bagian mukadimah bahasan yang mengisyaratkan hujah-hujah menyeluruh ilmu ilahi nan meliputi segala sesuatu. Hujah-hujah agung ini mengandung banyak sekali bukti tanpa batas dan menjelaskan ilmu azali melalui limabelas dalil.

 

Dalil pertama; keteraturan-keteraturan nan seimbang.

 Maksudnya, keselarasan yang telah ditentukan ukurannya dan yang disaksikan dalam seluruh makhluk, juga keteraturan yang terukur di dalamnya, keduanya bersaksi akan keberadaan ilmu yang meliputi segala sesuatu. Ya, segala sesuatu mulai dari seluruh alam raya yang laksana sebuah istana menawan dan tertata rapi seluruh bagian-bagiannya, juga tata surya, unsur udara yang atom-atomnya menyebarkan kata-kata dan suara secara membingungkan dan luar biasa, yang menjelaskan

[1] Sakit keras yang saya alami tidak memungkinkan saya untuk menjelaskan masalah ini. Yang saya tulis ini tidak lain hanya referensi dan bantuan bagi Husrau untuk menjalankan tugas menerjemahkan alenia ini. (Penulis)




565. Page

keteraturan menawan, juga permukaan bumi yang mempersiapkan 300 ribu jenis makhluk hidup setiap musim semi dalam aturan dan penataan sempurna, hingga setiap perangkat seluruh makhluk hidup, bahkan setiap bagian tubuh yang ada di dalamnya, bahkan setiap bilik tempat penampungan super kecil di dalam tubuhnya, bahkan setiap atom-atom tubuhnya, semua ini tidak lain merupakan jejak ilmu lembut yang meliputi segala sesuatu yang tidak pernah salah ataupun lupa.

Ya, aturan nan terukur dan penataan yang sempurna dalam segala sesuatu seperti tersebut di atas, secara pasti menunjukkan, menjelaskan, dan bersaksi akan adanya ilmu yang meliputi segala sesuatu.

 

Dalil kedua; keseimbangan nan tertata rapi.

Maksudnya, adanya neraca dan takaran yang sangat tertata dan seimbang di dalam seluruh ciptaan di alam raya baik yang bersifat parsial ataupun menyeluruh, mulai dari benda-benda langit yang berotasi hingga sel-sel darah merah dan putih yang mengalir di dalam darah, secara pasti menunjukkan dan bersaksi akan adanya ilmu yang meliputi segala sesuatu.

Ya, seperti yang kita saksikan bahwa tubuh dan segala perangkat manusia atau lalat, bahkan bilik-bilik kecil di dalam tubuh, sel-sel darah merah dan darah putih, semuanya diletakkan di tempat yang sesuai dengan neraca yang sangat sensitif dan dengan takaran yang sangat detail, semuanya saling selaras satu sama lain, selaras dengan seluruh bagian tubuh lain. Ini secara pasti menunjukkan, siapa yang tidak memiliki ilmu yang meliputi segala sesuatu, tentu tidak mampu memberikan kondisi-kondisi tersebut kepada segala sesuatu, mustahil ia bisa melakukan hal itu.

Seluruh makhluk hidup dan semua jenis makhluk, mulai dari atom hingga benda-benda langit yang tertata rapi, semuanya berada dalam keseimbangan sempurna tanpa menyimpang barang seukuran lekukan jari pun, semuanya ditata oleh takaran nan tertata rapi. Ini secara pasti menunjukkan dan bersaksi akan adanya ilmu yang meliputi segala sesuatu.

Dengan kata lain, setiap bukti di antara bukti-bukti ilmu, juga merupakan bukti keberadaan Zat Yang Maha mengetahui, Maha melihat, karena mustahil ada ciptaan tanpa penyandang sifat. Oleh karenanya, seluruh hujah-hujah ilmu azali adalah hujah kuat akan keberadaan Zat yang wajib ada.

 

Dalil ketiga; hikmah-hikmah menyeluruh yang dimaksudkan.

Maksudnya, hikmah-hikmah yang dimaksudkan berdasarkan ilmu dikaitkan dengan setiap ciptaan dan setiap kelompok yang ada di alam raya, tempat terjadinya penciptaan dan perbuatan tanpa henti, perubahan dan kehidupan silih berganti, penugasan dan pembebasan tugas silih berganti. Inilah kondisi-kondisi yang memiliki banyak manfaat dan peran yang secara pasti tidak mungkin di sandarkan pada faktor kebetulan. Oleh karenanya, siapa tidak memiliki ilmu menyeluruh, tidak mungkin baginya menciptakan apapun dari semua itu dan di sisi manapun.

Contoh; lisan adalah satu di antara seratus perangkat manusia yang merupakan salah satu di antara makhluk hidup tak terbatas. Lisan tidak lain hanyalah sepotong daging, namun ia adalah media bagi ratusan hikmah, hasil, buah, dan manfaat karena dua tugas penting yang ia jalankan;

Tugas merasakan makanan; lisan menyampaikan beragam rasa nikmat bermacam-macam makanan kepada tubuh dan perut, di samping lisan adalah pemeriksa cerdas bagi dapur-dapur rahmat ilahi.


566. Page

Tugas bertutur kata; lisan adalah penerjemah terpercaya dan pusat untuk mengutarakan isi hati dan segala hal yang terlintas di dalam ruhani dan otak. Ini semua secara jelas dan pasti menunjukkan adanya ilmu menyeluruh yang tidak diragukan.

Jika satu lisan memberikan petunjuk hingga sedemikian rupa termasuk berbagai hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya, maka lisan-lisan tanpa batas, para makhluk hidup dan ciptaan-ciptaan tanpa batas, dengan jelas melebihi terangnya matahari menunjukkan dan memberikan kesaksian akan adanya ilmu tanpa batas. Semuanya memberitahukan bahwa tidak ada sesuatu pun yang berada di luar lingkup ilmu gaib ataupun berada di luar kehendak Allah.

 

Dalil keempat; pertolongan-pertolongan khusus nan menyeluruh.

Maksudnya, berbagai jenis pertolongan, kasih sayang, dan penjagaan khusus yang sesuai dengan setiap jenis, bahkan setiap anggota, juga menyeluruh untuk apapun yang ada di alam makhluk hidup dan makhluk-makhluk yang memiliki perasaan, secara pasti menunjukkan adanya ilmu yang meliputi segala sesuatu, memberikan kesaksian-kesaksian tanpa batas akan keharusan adanya Zat Yang Maha mengetahui, pemilik pertolongan, yang mengetahui seluruh makhluk yang mendapatkan pertolongan, dan mengetahui seluruh kebutuhan mereka.

Perhatian;

Penjelasan kata-kata alenia berbahasa Arab (teks asli) yang merupakan intisari Risalah-risalah An-Nur yang bersumber dari Al-Qur'an merupakan isyarat akan luapan hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur yang bersumber dari kilauan ayat-ayat Al-Qur'an, khususnya bukti dan hujah-hujah berkenaan dengan ‘ilm (ilmu), iradah (kehendak), dan qudrah (kuasa), karena Risalah-risalah An-Nur menjelaskan bukti-bukti ilmiah yang diisyaratkan kata-kata berbahasa Arab tersebut (teks asli) dengan perhatian penuh.

Dengan kata lain, masing-masing dari kata-kata tersebut merupakan penjelasan sebuah noktah dan isyarat ayat-ayat Al-Qur'an. Jika tidak demikian, berarti Risalah-risalah An-Nur bukan penafsiran, penjelasan, dan terjemah kata-kata berbahasa Arab tersebut.

Kita kembali kepada inti pembahasan kita;

Dengan mata kepala, kita menyaksikan bahwa Zat Yang Maha mengetahui, Maha Penyayang, mengenali kita, mengetahui kondisi kita dan kondisi seluruh makhluk bernyawa. Untuk itu, kasih sayang dan penjagaan Ia berikan kepada mereka semua, rahmat-Nya menjaga mereka semua dengan jelas, memenuhi segala kebutuhan masing-masing dari mereka, sehingga Ia memberikan pertolongan kepada mereka dengan perhatian dan kasih sayang-Nya.

Berikut kami sebutkan satu contoh saja di antara contoh-contoh tanpa batas; pertolongan-pertolongan khusus dan umum yang muncul dari rizki manusia, juga obat-obatan dan bahan-bahan mineral yang diperlukan, secara gamblang menjelaskan ilmu yang meliputi segala sesuatu, bersaksi akan adanya Zat Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang sebanyak bilangan rizki, obat-obatan, dan bahan-bahan mineral.

Ya, penghidupan yang diberikan kepada manusia, khususnya yang tiada berdaya, kecil, dan lemah, khususnya lagi rizki dari dapur perut yang diberikan kepada bagian-bagian tubuh yang memerlukan, hingga ke bilik-bilik kecil dengan ukuran yang sesuai, demikian halnya gunung-gunung menjulang tinggi yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan mineral dan obat-obatan yang dibutuhkan manusia, serta contoh perbuatan-perbuatan hakimiyah lainnya, tidak mungkin didapatkan tanpa ilmu yang meliputi segala sesuatu.


567. Page

Faktor kebetulan yang acak, kekuatan buta, faktor alam yang tuli, sebab-sebab yang mati dan tidak memiliki perasaan, dan unsur-unsur sederhana yang diatur, secara pasti tidak mungkin ikut campur dalam penghidupan, penataan, penjagaan, dan pengaturan yang berciri ilmu, penglihatan, hikmah, rahmat, dan pertolongan ini. Sebab-sebab kasat mata tidak lain hanya tirai penutup kemuliaan kuasa ilahi atas perintah dan izin Yang Maha mengetahui secara mutlak, dan dalam lingkup ilmu dan hikmah-Nya.


Dalil kelima dan keenam; qadha nan tertata rapi dan qadar nan membuahkan.

Maksudnya, bentuk dan ukuran segala sesuatu khususnya tumbuh-tumbuhan, pepohonan, hewan, dan manusia, sudah ditentukan secara sempurna dengan aturan-aturan dua jenis ilmu azali; qadha dan qadar. Masing-masing di antara semua makhluk tersebut diukur sesuai posturnya, lalu diberi bentuk rapi yang sangat bijak. Ini semua menunjukkan adanya ilmu tanpa batas dan bersaksi sebanyak bilangan makhluk akan keberadaan Sang Pencipta Yang Maha mengetahui.

Mari kita ambil satu contoh saja di antara sekian banyak contoh tanpa batas; sebuah pohon dan seorang manusia. Kita melihat pohon tersebut berbuah dan manusia tersebut memiliki banyak sekali perangkat yang telah ditentukan batasan-batasan lahir dan batinnya dengan kompas gaib dan pena ilmu nan jeli, karena setiap bagian tubuhnya diberi bentuk dengan sangat rapi agar menghasilkan buah dan manfaat-manfaatnya, serta menjalankan tugas-tugas fitrahnya.

Mengingat hal tersebut hanya terjadi dengan ilmu tanpa batas, maka tentu saja memerlukan ilmu tanpa batas Sang Pencipta Yang Maha membentuk rupa, Maha mengetahui, Maha menentukan, yang mengetahui hubungan segala sesuatu, mengukur kaitan segala sesuatu dengan segala sesuatu secara keseluruhan, mengetahui segala sesuatu seperti pohon dan manusia, mengetahui seluruh jenis-jenisnya, menentukan segala takdir secara lahir dan batin dengan kompas dan pena qadha dan qadar-Nya, serta membentuk wujud segala sesuatu secara bijak, sesuai pengetahuan dan ilmu.

Artinya, segala bukti dan kesaksian akan keharusan adanya Allah dan ilmu-Nya yang mutlak, jumlahnya sebanyak bilangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.


Dalil ketujuh dan kedelapan; ajal yang telah ditentukan dan rizki yang telah ditetapkan.

Ajal dan rizki yang nampak seakan tidak diketahui dan tidak ditentukan, sejatinya telah ditentukan di bawa tirai penutup dalam daftar qadha dan qadar azali, dalam lembaran takdir-takdir kehidupan. Ajal setiap makhluk hidup sudah ditentukan, tidak maju atau mundur sesaat pun. Rizki setiap makhluk bernyawa telah ditentukan dan dikhususkan. Semuanya telah tertulis dalam papan qadha dan qadar.

Banyak sekali dalil yang menunjukkan hukum ini, di antaranya;

Kematian sebuah pohon besar dengan mewariskan biji-bijian yang merupakan nyawa baginya untuk menjalankan tugas-tugas yang ia jalankan, hanya berlaku dengan undang-undang Zat Yang Maha Bijaksana, Maha mengetahui, dan Maha menjaga. Air susu murni yang mengalir deras dari kantung susu sebagai rizki bagi anak kecil, keluarnya susu ini di antara kotoran dan darah tanpa bercampur satu sama lain, keluar dalam kondisi murni dan bersih, mengalir ke mulut si anak, dengan kuat membantah adanya kemungkinan faktor kebetulan dalam hal ini, dan menjelaskan secara pasti bahwa hal tersebut berlaku berdasarkan aturan pemilik kasih sayang yang berasal dari Zat Yang Maha memberi rizki, Maha mengetahui, dan Maha Penyayang. Silahkan Anda analogikan seluruh makhluk hidup dan makhluk bernyawa dengan dua contoh kecil ini.

Pada hakikatnya, ajal dan rizki sudah ditentukan. Keduanya sudah dicantumkan dalam catatan takdir dan keduanya sudah ditentukan. Namun secara kasat mata, keduanya nampak tertutup di balik alam gaib, tergantung di tali-tali tak terlihat, nampak seakan tidak ditentukan, seakan keduanya terikat pada faktor kebetulan. Ini semua demi hikmah jeli dan sangat penting.


568. Page

Jika ajal ditentukan (baca; diketahui) laksana terbenamnya mentari, tentu orang menghabiskan separuh usia dalam kelalaian dan menyia-nyiakan usia, menjauhkan diri dari amal usaha demi akhirat, selanjutnya paruh usia berikutnya ia lalaikan dengan merasuki hal-hal menakutkan, laksana orang yang setiap hari melangkah satu ayunan menuju tiang-tiang gantungan, dan tentu musibah yang ada di balik ajal berlipat ganda hingga ratusan kali! Karena rahasia inilah musibah-musibah –yang biasa menimpa manusia- tetap berada di balik tirai gaib. Bahkan ajal dunia (kiamat) pun Allah sembunyikan -sebagai rahmat dan kasih sayang-Nya- di balik tirai gaib karena sebab yang sama.

Terkait rizki, mengingat rizki merupakan simpanan terbesar yang meluapkan berbagai nikmat setelah nikmat hidup, sumber paling meluap yang memancarkan syukur dan pujian, simpanan ubudiyah, doa, dan berbagai macam harapan paling komplit, secara kasat mata diperlihatkan seakan tidak diketahui dan terikat pada faktor kebetulan, dengan tujuan agar pintu mencari rizki melalui doa kepada Sang Pemberi rizki Yang Maha Mulia tidak tertutup, agar pintu berlindung dan bertawasul dengan perantara puji dan syukur kepada Allah tidak tertutup, karena jika rizki ditentukan (baca; diketahui) laksana terbit dan terbenamnya mentari, tentu esensinya berubah secara keseluruhan, tentu pintu-pintu harapan, jendela-jendela permohonan, dan tangga-tangga doa yang diselimuti syukur dan ridha tertutup. Bahkan, pintu-pintu ubudiyah nan khusyuk pun tertutup secara keseluruhan.

Dalil kesembilan dan kesepuluh; keahlian dan perhatian nan berhias indah.

Maksudnya, setiap ciptaan di antara seluruh makhluk indah yang tersebar di seluruh permukaan bumi, khususnya pada musim semi, menampakkan pembiasan-pembiasan keindahan dan keelokan abadi. Sebagai contoh; bunga, buah-buahan, burung, dan serangga khususnya yang mencengangkan dan berkilau, di balik bentuk dan segala perangkat yang dimiliki, terdapat keahlian luar biasa, ciptaan nan jeli, keahlian menawan, dan kesempurnaan luar biasa milik Sang Pencipta Yang Maha mulia, di balik berbagai bentuknya yang beragam dan modelnya yang berbeda-beda, terdapat bukti yang secara pasti menunjukkan adanya ilmu yang meliputi segala sesuatu, dan keahlian ilmiah yang memiliki keahlian dan seni –jika bisa dibilang demikian-, serta memberikan kesaksian-kesaksian tulus bahwa campur tangan faktor kebetulan dan sebab-sebab yang tidak memiliki perasaan, adalah sebuah kemustahilan di dalam kemustahilan.

“Perhatian-perhatian berhias indah” menunjukkan bahwa di balik ciptaan-ciptaan indah tersebut terdapat hiasan lembut, menawan, dan mewah, serta keelokan penciptaan nan menarik, sehingga menjalankan perannya berdasarkan ilmu tanpa batas, Ia mengetahui kondisi terbaik dan paling lembut bagi segala sesuatu, ingin menampakkan kesempurnaan penciptaan dan kesempurnaan keindahan-Nya kepada para makhluk yang memiliki perasaan, dimana Ia menciptakan dan membentuk bunga dan serangga paling kecil dengan penuh perhatian, dengan kemahiran unggul dan keahlian menawan.

Riasan yang menandakan adanya perhatian dan pertolongan ini secara pasti menunjukkan ilmu yang meliputi segala sesuatu, bersaksi akan keharusan adanya Pencipta Yang Maha mengetahui dengan kesaksian sebanyak bilangan makhluk-makhluk nan elok tersebut.

Dalil kesebelas yang mengandung lima dalil dan hujah;

Puncak kesempurnaan keteraturan, keseimbangan, keistimewaan, dan kemutlakan dalam kemudahan mutlak.

Penciptaan segala sesuatu dalam jumlah yang banyak secara mutlak disertai keahlian mutlak.

Dalam kecepatan mutlak disertai keahlian mutlak.

Dalam keluasan mutlak disertai kesempurnaan indahnya penciptaan.

Dalam kejauhan mutlak disertai keselarasan mutlak.

Dalam pembauran mutlak disertai pembedaan mutlak.


569. Page

Dalil ini merupakan bentuk lain dari dalil yang tertera di bagian akhir alenia berbahasa Arab sebelumnya (teks asli) dan lebih indah. Dalil ini menjelaskan lima atau enam bukti nan luas. Berikut ini akan kami isyaratkan secara singkat dan pendek karena sakit keras yang saya alami.

Pertama;

Kita menyaksikan di atas bumi ini bahwa penciptaan makhluk-makhluk yang memiliki kehidupan menawan dengan sangat mudah secara serentak, muncul dari ilmu dan keahlian nan sempurna, bahkan sebagian di antaranya diciptakan dalam satu menit, dalam bentuk yang rapi dan terukur, dan berbeda dengan makhluk-makhluk lain yang serupa. Ini secara sempurna menunjukkan adanya ilmu tanpa batas, menunjukkan kesempurnaan ilmu tersebut hingga setingkat dengan kemudahan dan kesederhanaan yang muncul dari keahlian ilmiah dalam penciptaan.

Kedua;

Penciptaan para makhluk dalam jumlah begitu banyak tanpa batas secara sempurna, tanpa kekeliruan ataupun kebimbangan, menunjukkan adanya ilmu tanpa batas di dalam kuasa tanpa batas, juga memberikan kesaksian-kesaksian tanpa batas akan keberadaan Zat Yang Maha mengetahui secara mutlak dan Maha Kuasa secara mutlak.

Ketiga;

Penciptaan makhluk-makhluk yang sangat terukur dalam kecepatan luar biasa, menunjukkan adanya ilmu tanpa batas, dan memberikan kesaksian sebanyak bilangan makhluk-makhluk tersebut akan keberadaan Zat Yang Maha mengetahui secara mutlak dan Maha Kuasa secara mutlak.

Keempat;

Penciptaan makhluk-makhluk hidup yang tak terbatas dalam keluasan mutlak seluas bumi secara keseluruhan dalam kesempurnaan bentuk, keindahan riasan, dan keelokan ciptaan, menunjukkan adanya ilmu yang meliputi segala sesuatu, yang tidak pernah keliru ataupun lupa, melihat segala sesuatu sekaligus, kesibukan terhadap sesuatu tidak menghalangi-Nya untuk mengurus sesuatu yang lain. Seluruh wujud memberikan kesaksian secara bersamaan bahwa semuanya adalah ciptaan Zat Yang Maha mengetahui segala sesuatu, Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kelima;

Penciptaan anggota-anggota berbagai jenis makhluk hidup yang terpisah jarak yang sangat jauh, salah satunya di timur sementara yang lain di barat, salah satunya di utara sementara yang lain di selatan, dalam saat yang bersamaan dan dalam bentuk yang sama, mirip namun berbeda satu sama lain saat dicermati, mustahil terjadi tanpa kuasa Zat Yang Maha Kuasa dengan kekuasaan mutlak yang mengatur seluruh alam raya ini dengan kuasa-Nya, mustahil tanpa ilmu mutlak yang meliputi segala wujud dengan seluruh kondisinya. Oleh karenanya, makhluk-makhluk ini memberikan kesaksian-kesaksian tanpa batas akan keberadaan ilmu yang meliputi segala sesuatu, dan keberadaan Zat Yang Maha mengetahui segala hal gaib.

Keenam;

Penciptaan banyak sekali makhluk hidup dengan perbedaan khusus dan sempurna, dengan tanda-tanda pembeda dari makhluk-makhluk serupa lainnya meski semuanya membaur menjadi satu di tempat-tempat gelap –seperti biji-bijian yang ada di bawah tanah- tanpa bercampur, tanpa salah dan tidak membingungkan meski semuanya membaur secara mutlak, penciptaan seluruh perangkat masing-masing dari seluruh makhluk tersebut tanpa kekurangan apapun, secara jelas sejelas mentari menunjukkan adanya ilmu azali, dan memberikan kesaksian jelas sejelas siang hari akan adanya rububiyah dan penciptaan Zat Yang Maha Kuasa secara mutlak, Maha mengetahui secara mutlak.


570. Page

Cukup sekian ringkasan penjelasan panjang di atas. Untuk penjelasan-penjelasan rincinya kami alihkan ke Risalah-risalah An-Nur.

Selanjutnya kita akan membahas masalah iradah (kehendak) yang ada di dalam intisari singkat berikut.

“Allah Maha Besar dari segala sesuatu dari sisi kuasa dan ilmu, karena Ia Maha berkehendak terhadap segala sesuatu, apa yang Allah kehendaki terjadi, dan apa yang tidak Ia kehendaki tidak terjadi, karena penataan penciptaan seluruh makhluk baik dari sisi esensi, sifat, ataupun identitas di antara sekian banyak kemungkinan tanpa batas, cara-cara mendalam, berbagai kemungkinan yang saling bercampur dan mirip, di antara gerakan berbagai unsur yang bercampur namun sangat teratur secara jeli, semuanya diukur dengan neraca yang sangat sensitif, masing-masing dibedakan secara tertentu dengan riasan dan keteraturan, penciptaan makhluk-makhluk hidup dari unsur sederhana dan mati secara tertata rapi, seperti manusia dengan segala perangkat yang dimiliki yang diciptakan dari air mani, burung dengan seluruh bagian tubuhnya yang diciptakan dari telur, pohon dengan segala dahan dan rantingya yang diciptakan dari benih dan biji, semua ini menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak, pilihan, maksud, dan kehendak Allah.

Seperti halnya kesamaan segala sesuatu dalam asal usul bagian-bagian tubuh dan jenis, menunjukkan Pencipta anggota-anggota kelompok makhluk hidup tersebut adalah Zat Yang Maha Esa, Maha Tunggal, seperti itu juga perbedaan nan rapi dan identifikasi yang berbeda satu sama lain, menunjukkan Pencipta tersebut Maha Esa, Maha Tunggal, Maha berbuat sesuai kehendak, melakukan apa yang Ia kehendaki, dan menetapkan hukum-hukum menurut kehendaki-Nya.”

Alenia ini adalah satu dalil panjang dan menyeluruh di antara dalil-dalil kehendak ilahi yang mengandung hujah-hujah menyeluruh nan banyak sekali. Melalui terjemah singkat makna alenia ini, kami akan menjelaskan sebuah dalil yang secara pasti menegaskan kehendak ilahi, terlebih seluruh dalil tentang ilmu ilahi yang disebutkan sebelumnya, juga merupakan dalil tentang kehendak ilahi, karena pembiasan dan jejak ilmu dan kehendak ilahi, secara bersamaan terlihat di setiap ciptaan.

Intisari makna alenia berbahasa Arab (teks asli) tersebut sebagai berikut;

Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Apapun yang Allah kehendaki pasti terjadi dan yang tidak Ia kehendaki tidak akan terjadi, Ia melakukan apa yang Ia kehendaki, apapun tidak terjadi jika tidak Ia kehendaki. Satu di antara sekian hujah-hujah alenia ini sebagai berikut;

Kita melihat bahwa setiap ciptaan memiliki perbedaan esensi dan sifat-sifat tertentu, dan dengan bentuk yang memiliki tanda pembeda, padahal setiap kondisi ini mungkin saja bercampur menjadi satu, berlalu di jalur-jalur nan dalam dan banyak di sela pembauran segala unsur dan di balik ciptaan-ciptaan lain yang serupa yang memicu kealpaan dan ketidakjelasan.

Penciptaan makhluk tersebut –di tengah kondisi-kondisi yang kacau dan bercampur ini- dalam aturan jeli, terukur dan rapi, dimana setiap bagian tubuh dan perangkat-perangkatnya memiliki bentuk sesuai neraca super-sensitif dan sempurna, masing-masing ditempatkan di posisi yang tepat, diberi sejumlah fungsi dan tugas, wajahnya diberi tanda tersendiri nan berhias indah, bagian-bagian tubuhnya diciptakan dalam bentuk yang berbeda dari asal usul sederhana dan mati, menjadi makhluk hidup dengan bentuk sempurna, seperti penciptaan manusia yang memiliki ratusan perangkat berbeda-beda dalam bentuk nan luar biasa dari setetes air (mani), penciptaan burung dengan seluruh perangkat dan bagian-bagian tubuh yang berbeda satu sama lain dari telur sederhana, penciptaan pohon dengan dahan dan ranting-ranting yang rindang, serta bagian-bagiannya yang berbeda dari sebuah biji kecil yang terbentuk dari unsur-unsur sederhana dan mati; karbon, nitrogen, unsur asam, unsur air (oksigen dan hydrogen), selanjutnya diberi bentuk nan rapi dan mengeluarkan buah, tanpa diragukan dan secara pasti, bahkan hingga tingkatan wajib dan harus, menegaskan bahwa setiap ciptaan di antara seluruh ciptaan tersebut diberi bentuk khusus dan sempurna untuk seluruh atom, perangkat, bentuk, dan esensinya atas kehendak Zat Yang Maha Kuasa dengan kekuasaan mutlak, atas kehendak dan 

571. Page

maksud-Nya, dan ciptaan tersebut tunduk pada putusan kehendak yang menyeluruh terhadap segala sesuatu.

Petunjuk satu ciptaan ini terhadap kehendak ilahi, tanpa diragukan menjelaskan bahwa seluruh ciptaan memberikan kesaksian tulus dan fasih tanpa batas, sebanyak anggota-anggota seluruh jenisnya, secara pasti dan nyata, sejelas mentari dan siang hari akan kehendak ilahi yang menyeluruh terhadap segala sesuatu, di samping merupakan hujah-hujah pasti tanpa batas akan kewajiban keberadaan Zat Yang Maha Kuasa, Maha berkehendak.

Selanjutnya, seluruh dalil-dalil ilmi yang disebutkan sebelumnya juga merupakan dalil-dalil kehendak ilahi, karena keduanya bekerja bersama kuasa ilahi, sehingga keduanya tidak terpisah satu sama lain. Seperti halnya kesamaan bagian-bagian tubuh satu jenis makhluk hidup untuk seluruh anggota makhluk tersebut menunjukkan Penciptanya Esa dan Tunggal, demikian halnya perbedaan pada rona muka yang memiliki hikmah, juga secara pasti menunjukkan bahwa Sang Pencipta tersebut Maha Esa dan Tunggal, Maha berbuat, Maha berkehendak, menciptakan segala sesuatu atas kehendak dan maksud.

Demikian penjelasan terjemah singkat alenia berbahasa Arab di atas (teks asli) yang secara menyeluruh menunjukkan kehendak ilahi.

Saya sebenarnya bermaksud menulis sejumlah noktah penting khusus terkait kehendak ilahi seperti yang tertera dalam permasalahan ilmu ilahi. Hanya saja sakit akibat keracunan melelahkan otak saya. Untuk itu, saya menunda penjelasan ini pada lain waktu, insya Allah.

Sementara alenia terkait kuasa ilahi sebagai berikut;

“Allah Maha Besar dari segala sesuatu dari sisi kuasa dan ilmu, karena Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan kuasa mutlak, menyeluruh, pasti, wajib, dan esensial untuk Zat suci. Oleh karenanya, mustahil adanya campur tangan kebalikan dari kuasa, sehingga tidak ada tingkatan-tingkatan di sana. Untuk itu, sama saja bagi kuasa ini antara atom dan bintang, bagian kecil dan bagian menyeluruh, biji dan pohon, alam dan manusia … berdasarkan rahasia kesaksian tujuan kesempurnaan keteraturan, keselarasan, keistimewaan dan keahlian mutlak, disertai kemudahan dalam kebanyakan, kecepatan, dan pembauran mutlak … berdasarkan rahasia cahaya, transparasi, perbandingan, keseimbangan, keteraturan dan pelaksanaan … berdasarkan rahasia bantuan kesatuan, kemudahan persatuan, dan penampakan kesatuan … berdasarkan rahasia kewajiban, kemurnian, dan perbedaan esensi … berdasarkan rahasia tidak adanya batasan, tidak berpihak, dan tidak terbagi … berdasarkan rahasia perubahan segala halangan menjadi hikmah wasilah dan kemudahan … berdasarkan rahasia bahwa atom, bagian kecil, biji-bijian, dan manusia tidak kalah fasih dan indah dari penciptaan bintang, sesuatu yang menyeluruh, pohon, dan alam.

Oleh karenanya, Pencipta makhluk-makhluk kecil, Dialah Pencipta makhluk-makhluk besar sesuai perkiraan dan kesaksian.

Juga berdasarkan rahasia bahwa segala yang diliputi dan benda-benda kecil laksana contoh-contoh tulisan kecil atau laksana titik-titik yang diperah. Untuk itu, segala sesuatu yang diliputi dan menyeluruh harus berada dalam genggaman Sang Pencipta untuk memasukkan contoh ke dalam ciptaan tersebut dengan neraca-neraca ilmu-Nya atau memerah ciptaan dari contoh tersebut dengan aturan-aturan hikmah-Nya.

Berdasarkan rahasia seperti halnya Al-Qur'an kemuliaan yang ditulis pada atom yang disebut sebagai esensi tunggal dengan atom-atom ether (udara), tidak kalah fasih dan luar biasa dari Al-Qur'an keagungan yang tertulis di lembaran langit dengan tinta bintang dan mentari, seperti itu juga bunga mawar tidak kalah fasih dan indah dari bintang terang, semut tidak kalah fasih dan indah dari gajah, kuman tidak kalah fasih dan indah dari badak, lebah tidak kalah fasih dan indah dari pohon kurma bagi kuasa Pencipta seluruh wujud.


572. Page

Seperti halnya tujuan kesempurnaan kecepatan dan kemudahan dalam penciptaan segala sesuatu membuat orang-orang sesat berada dalam kekacauan yang menimbulkan berbagai kemustahilan tanpa batas akibat dugaan-dugaan hampa, seperti itu juga kesempurnaan kecepatan dan kemudahan dalam penciptaan segala sesuatu menegaskan kepada para pengikut petunjuk akan persamaan antara bintang dengan atom bagi kuasa Pencipta seluruh wujud. Maha Mulia keluhuran Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain-Nya, Allah Maha Besar.”

Sebelum menjelaskan secara singkat makna alenia berbahasa Arab (teks asli) nan agung terkait kuasa ilahi ini, berikut akan kami jelaskan sebuah hakikat yang terlintas di dalam hati saya;

Keberadaan kuasa ilahi lebih pasti dari keberadaan alam raya, bahkan seluruh makhluk merupakan kata-kata menjelmakan, menjelaskan, dan menampakkan kuasa tersebut secara ‘ainul yaqin. Seluruh makhluk adalah kesaksian-kesaksian -sebanyak bilangan mereka- akan Zat penyandang sifat Yang Maha Kuasa secara mutlak.

Oleh karenanya, tidak perlu menegaskan kuasa tersebut dengan hujah ataupun bukti-bukti. Yang diperlukan adalah menegaskan sebuah hakikat agung terkait kuasa tersebut yang merupakan asas penting dalam iman, batu pertama nan kuat bagi perhimpunan dan kebangkitan, pusat permasalahan-permasalahan keimanan yang banyak jumlahnya, hakikat-hakikat Al-Qur'an nan luhur, dan seruan yang disampaikan ayat;

مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ اِلَّا كَنَفْسٍ وَّاحِدَةٍ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.” (QS. Luqman: 28)

Tanpanya, akal tiada berdaya dan akan selalu berada dalam kebimbangan dan kelemahan, bahkan sebagian di antaranya tersesat.

Asas, batu pertama, inti, seruan, dan hakikat tersebut adalah makna ayat di atas.

Artinya, wahai jin dan manusia, penciptaan dan kebangkitan kalian semua pada hari perhimpunan, mudah bagi kuasa-Ku semudah menciptakan satu jiwa saja. Dialah yang menciptakan musim semi laksana menciptakan satu bunga saja dengan mudah sekali. Bagi kuasa tersebut, tidak ada bedanya antara sesuatu yang bersifat parsial maupun menyeluruh, kecil maupun besar, sedikit ataupun banyak. Kuasa tersebut menjalankan benda-benda langit yang berotasi dengan mudah, semudah menjalankan atom-atom.

Alenia berbahasa Arab (teks asli) di atas menjelaskan masalah agung ini dengan hujah kuat dan pasti dalam sembilan tingkatan.

Alenia berikut ini mengisyaratkan asas tingkatan-tingkatan yang dimaksud, dan secara singkat terangkum sebagai berikut;

“Karena Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan kuasa mutlak, menyeluruh, pasti, wajib, dan esensial untuk Zat suci. Oleh karenanya, mustahil adanya campur tangan kebalikan dari kuasa, sehingga tidak ada tingkatan-tingkatan di sana. Untuk itu, sama saja bagi kuasa ini antara atom dan bintang, bagian kecil dan bagian menyeluruh, biji dan pohon, alam dan manusia.”

Artinya, Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan kuasa yang meliputi segala sesuatu, kuasa ini wajib sewajib Zat-Nya, dan wajib ada –seperti istilah ilmu mantiq- bagi Zat yang wajib ada, mustahil kuasa ini terpisah dari-Nya.

Mengingat kuasa ini wajib bagi Zat Maha Suci hingga sedemikian rupa, maka tidak diragukan bahwa kelemahan yang merupakan kebalikan dari kuasa, tidak merasuk ke dalam kuasa tersebut dari sisi manapun, sehingga kelemahan tidak mengenai Zat Maha Suci. 


573. Page

Mengingat adanya tingkatan-tingkatan dalam sesuatu menyertakan kebalikanya -contohnya demikian; tingkatan-tingkatan panas menyertakan unsur dingin, tingkatan-tingkatan keindahan menyertakan keburukan- maka mustahil kelemahan yang merupakan kebalikan kuasa, mendekati kuasa dzatiyah, sehingga mengharuskan tidak adanya tingkatan-tingkatan dalam kuasa mutlak ini.

Karena tidak ada tingkatan-tingkatan dalam kuasa mutlak ini, maka sama saja bagi kuasa ini antara bintang dan atom, tidak ada bedanya antara bagian kecil dan bagian menyeluruh, manusia dan alam raya. Menghidupkan satu biji dan menghidupkan sebuah pohon nan tinggi menjulang, menghidupkan satu jiwa dan menghidupkan seluruh makhluk bernyawa pada hari perhimpunan, sama saja dan mudah bagi kuasa ini, sehingga tidak ada bedanya antara besar dan kecil, sedikit maupun banyak. Bukti nyata dan pasti hakikat ini adalah penciptaan segala sesuatu secara sempurna, teratur, terukur, berbeda satu sama lain, dengan kecepatan mutlak disertai kemudahan mutlak dan sempurna yang kita saksikan.

Hakikat ini adalah kandungan tingkatan alenia pertama berikut;

“… dan berdasarkan rahasia tujuan kesempurnaan keteraturan, keseimbangan, perbedaan, dan keahlian mutlak disertai kemudahan mutlak dalam kebanyakan, kecepatan, dan pembauran.”

Tingkatan kedua;

“ … dan berdasarkan rahasia cahaya, transparasi, perbandingan, keseimbangan, keteraturan dan pelaksanaan.”

Kami alihkan penjelasan rinci tingkatan ini ke bagian akhir “kalimat kesepuluh,” “kalimat keduapuluh sembilan,” dan “catatan keduapuluh.” Dan berikut hanya akan kami isyaratkan secara singkat saja;

Ya, seperti halnya masuknya cahaya dan bayangan matahari –dari sisi cahaya- atas kuasa rabbani ke permukaan laut dan di setiap gelembung air dengan mudah semudah masuknya cahaya dan bayangkan matahari ke dalam potongan kaca, demikian halnya kuasa cahaya bagi Zat yang merupakan cahaya seluruh cahaya. Untuk itu, menciptakan langit, bintang-bintang, dan menjalankannya, sama seperti menciptakan lalat, atom-atom dan menjalankannya. Tidak ada yang sulit bagi kuasa ini.

Seperti halnya bayangan matahari terdapat di dalam sebuah cermin kecil dan di dalam kelopak mata atas kuasa ilahi, dengan kemudahan yang sama cahaya dan bayangan-bayangan tersebut diberikan kepada segala benda berkilau atas perintah ilahi, juga diberikan kepada seluruh tetes air, seluruh atom-atom transparan, dan permukaan lautan, maka demikian halnya pembiasan dan pengaruh kuasa mutlak dalam menciptakan satu jiwa, semudah menciptakan seluruh makhluk hidup karena sisi kuasa dan esensi seluruh ciptaan bersifat transparan dan berkilau, sehingga bagi kuasa ini tidak ada bedanya antara banyak dan sedikit, kecil ataupun banyak.

Seperti halnya jika dua buah kenari di letakkan di dua sisi timbangan yang sangat sensitif yang mampu menimbang gunung, kemudian biji kecil diletakkan di salah satu sisi timbangan, maka biji kecil ini dengan mudah mengangkat salah satu sisi timbangan hingga ke puncak gunung, dan merendahkan sisi lainnya hingga ke dasar lembah. Jika dua gunung dengan ukuran sama diletakkan di kedua sisi timbangan tersebut menggantikan dua buah kenari sebelumnya, saat itu salah satu di antara dua gunung akan dengan mudah terangkat ke langit sementara yang satunya turun hingga ke dasar lembah jika pada salah satu sisi timbangan diletakkan biji kecil. Maka seperti itu juga dengan kemungkinan yang sama kedua sisinya menurut istilah ilmu kalam. Maksudnya, adanya segala sesuatu yang mungkin ada dan mungkin tidak, sama saja jika tidak ada sebab.

Dalam kemungkinan dan kesamaan antara ada dan tidak ada ini, tidak ada bedanya antara sedikit maupun banyak, kecil maupun besar. Demikian halnya seluruh makhluk bersifat mungkin, mengingat ada dan tidaknya para makhluk sama saja dalam lingkaran kemungkinan, maka kuasa Zat 

574. Page

yang wajib ada bersifat azali dan mutlak. Misalkan kuasa ini memberikan wujud untuk satu kemungkinan dengan sangat mudah, mengenakan segala sesuatu yang cocok untuknya dengan mengabaikan keseimbangan antara ada dan tiada, selanjutnya melepaskan pakaian wujud nyata dari sesuatu tersebut ketika tugasnya sudah selesai, lalu dikirim menuju ketiadaan secara lahir, bahkan menuju wujud maknawi dalam lingkup ilmu.

Artinya, ketika segala sesuatu disandarkan kepada Zat Yang Maha Kuasa secara mutlak, maka menghidupkan musim semi mudah semudah menghidupkan satu bunga saja, menghidupkan seluruh manusia pada perhimpunan mudah semudah menghidupkan satu jiwa saja. Sementara jika penciptaan segala sesuatu disandarkan kepada sebab-sebab, saat itu menciptakan satu bunga saja sangat sulit sesulit menciptakan musim semi secara keseluruhan, dan menciptakan seekor lalat saja akan sulit sesulit menghidupkan seluruh makhluk hidup.

Seperti halnya sebuah kapal dan pesawat terbang besar akan bergerak hanya dengan memencet tombolnya berdasarkan rahasia keteraturan, semudah memasang dan mengaktifkan jam, seperti itu juga memberikan cetakan maknawi, ukuran khusus dan batasan-batasan tertentu berdasarkan aturan-aturan ilmu azali, undang-undang hikmah abadi, asas-asas tertentu, dan penampakan-penampakan menyeluruh kehendak ilahi kepada segala sesuatu yang bersifat menyeluruh ataupun sebagian, yang kecil ataupun besar, yang sedikit ataupun banyak, menjadikan segala sesuatu berada dalam aturan ilmu dan kehendak secara sempurna. Maka tidak diragukan, menggerakkan tata surya, merotasikan bahtera bumi di garis orbit setiap tahun, mudah bagi Zat Yang Maha Kuasa secara mutlak semudah mengalirkan darah termasuk sel-sel darah merah dan darah putih yang ada di dalamnya, dan mengalirkan atom-atom darah sesuai aturan dan hikmah. Bahkan, kuasa ini menciptakan manusia lengkap dengan seluruh perangkat-perangkat luar biasa dari setetes air dalam cakupan aturan alam raya tanpa letih ataupun lelah.

Dengan kata lain, ketika penciptaan alam raya disandarkan kepada kuasa azali mutlak, tentu mudah semudah menciptakan seorang manusia. Dan jika tidak disandarkan kepada kuasa azali mutlak, saat itu menciptakan seorang manusia lengkap dengan seluruh perangkat-perangkat nan luar biasa dan perasaan-perasaan lembut, akan sulit sekali sesulit menciptakan alam raya secara keseluruhan.

Seperti halnya ketika seorang komandan pasukan memerintahkan seorang prajurit untuk menyerang, ia akan langsung menyerang berdasarkan rahasia kepatuhan, pelaksanaan, dan penerimaan perintah, maka dengan perintah yang sama, si komandan mampu menggiring sekelompok pasukan besar yang patut untuk menyerang.

Demikian halnya ciptaan-ciptaan dimana masing-masing di antaranya patuh sepenuhnya kepada undang-undang kehendak ilahi untuk menerima isyarat-isyarat perintah rabbani-takwini, laksana seorang prajurit yang siap sedia, dan laksana orang budak yang diperintah, dalam kecenderungan dan kerinduan fitrah dalam lingkup aturan-aturan alur gerakan yang telah ditentukan oleh ilmu dan hikmah azali. Ciptaan ini seribu kali lebih patuh dan taat pada perintah-perintah melebihi kepatuhan sekelompok pasukan.

Ciptaan-ciptaan tersebut khususnya makhluk hidup, ketika menerima perintah rabbani, “Keluarlah dari ketiadaan menuju alam nyata, dan jalankan tugasmu!” Saat itu kuasa ilahi dengan sangat mudah memberikan wujud khusus padanya dengan bentuk yang telah ditentukan oleh ilmu azali dan kehendak ilahi, selanjutnya menggandeng tangannya ke medan alam nyata.

Dengan kemudahan, kekuatan dan kuasa yang sama, Allah menciptakan pasukan makhluk hidup di musim semi dan menyerahkan serangkaian tugas kepada mereka.

Artinya, ketika segala sesuatu disandarkan kepada kuasa tersebut, saat itu menciptakan pasukan atom secara keseluruhan dan menciptakan kelompok bintang-bintang, semuanya mudah semudah menciptakan satu atom dan satu bintang saja. Sementara ketika segala sesuatu disandarkan 

575. Page

kepada sebab-sebab, saat itu menciptakan satu atom di dalam kelopak mata atau di dalam otak –yang memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas luar biasa- akan memunculkan berbagai persoalan dan kerumitan, serumit menciptakan seluruh makhluk hidup.

Tingkatan ketiga;

“ … berdasarkan rahasia bantuan kesatuan, kemudahan persatuan, dan penampakan kesatuan.”

Kita akan melihat kandungan tingkatan ini melalui beberapa isyarat singkat sebagai berikut;

Seperti halnya seorang panglima besar dan sultan yang disegani mudah mengatur segala urusan negeri nan luas dan umat yang besar, semudah mengatur penduduk satu perkampungan dari sisi kesatuan kekuasaan dan kerja rakyat sesuai perintah-perintahnya, karena menurut kesatuan kuasa, seluruh individu umat laksana anggota-anggota pasukan, sehingga mereka semua menerapkan segala perintah dan undang-undang dengan mudah.

Sementara jika segala urusan diserahkan kepada beberapa penguasa, selain kekuasaan akan jatuh dalam lembah perselisihan dan kekacauan, saat itu mengatur satu kampung saja atau bahkan satu rumah saja, akan memicu berbagai persoalan seperti mengatur negeri nan luas.

Selanjutnya, setiap individu umat yang patuh dan terkait dengan seorang panglima, laksana seorang pasukan yang bersandar pada kekuatan sang panglima tersebut, bertumpu pada simpanan persenjataannya dan mengandalkan pasukan besarnya. Oleh karenanya, ia mampu menawan seorang raja dan melaksanakan pekerjaan berlipat kali dari biasanya. Sehingga, penisbatan diri kepada sultan tersebut merupakan kekuatan agung tanpa batas, sehingga dengan penisbatan ini, ia melaksanakan pekerjaan-pekerjaan besar dan mulia. Sementara ketika penisbatan ini terputus, kekuatan besar itu lenyap diterpa angin, sehingga ia tidak hanya mampu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sebatas kemampuan lengan dan kekuatan parsial yang ia punya, hanya mampu membawa sedikit bekal di atas punggung, dan hanya memiliki beberapa kali tembakan saja. Jika si prajurit ini diminta melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan seorang prajurit yang menyandarkan diri kepada sultan tersebut, tentu diperlukan adanya kekuatan sekelompok pasukan penuh di lengannya dan simpanan seluruh persenjataan sultan di punggungnya.

Seperti hal di atas, Sultan azali-abadi, Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dari sisi kesatuan kekuasaan mutlak, mengatur alam raya ini dengan mudah, semudah mengatur satu kota, menciptakan musim semi dengan mudah, semudah menciptakan satu taman, menghidupkan seluruh orang mati dalam perhimpunan dengan mudah, semudah menciptakan dedaunan pohon, bunga, dan buah-buahan kebun tersebut di musim semi mendatang, menciptakan lalat dengan aturan burung nasar besar dengan mudah sekali, menjadikan manusia laksana alam raya besar juga dengan sangat mudah.

Ketika permasalahan ini disandarkan kepada sebab-sebab, maka menciptakan satu kuman saja sulit, sesulit menciptakan seekor badak besar, menciptakan satu buah saja sulit, sesulit menciptakan sebuah pohon utuh yang memiliki banyak persoalan. Bahkan, setiap atom di antara atom-atom yang bekerja menjalankan berbagai tugas menawan dalam bilik-bilik tubuh salah satu makhluk hidup, harus diberi mata yang melihat segala sesuatu dan ilmu yang mengetahui segala sesuatu agar bisa menjalankan tugas-tugas hidup nan jeli dan sempurna.

Selanjutnya, kemudahan dalam kesatuan mencapai tingkatan berikut; mendatangkan segala keperluan sekelompok pasukan dari satu tangan dan satu pabrik, semudah memenuhi keperluan seorang prajurit dengan peralatan-peralatan militer. Namun ketika banyak tangan ikut campur, setiap keperluan diambil dari berbagai pabrik, saat itu memenuhi perlengkapan seorang prajurit –dari sisi kuantitas- tidak mungkin tercapai tanpa melalui seribu satu persoalan, karena kesulitan ini sesulit mempersiapkan keperluan seribu pasukan karena banyak pemimpin dan perwira ikut campur di sana.


576. Page

Selanjutnya, ketika mengatur seribu pasukan dan para penerima perintah disandarkan kepada seorang perwira, tentu mudah semudah mengatur seorang prajurit dari satu sisi, sementara ketika pengaturan ini diserahkan kepada sepuluh perwira atau kepada para prajurit sendiri, saat itu akan terjadi banyak percampuran, kekacauan, dan persoalan.

Demikian halnya ketika segala sesuatu disandarkan kepada Yang Maha Esa lagi Maha Tunggal, semuanya mudah semudah menyadarkan satu hal saja. Sementara ketika disandarkan pada sebab-sebab, urusan satu makhluk hidup akan sulit, sesulit mengatur urusan bumi secara keseluruhan, bahkan mustahil.

Dengan kata lain, di dalam kesatuan terdapat kemudahan hingga setingkat wajib dan harus, sementara di dalam perpecahan dan campur tangan banyak tangan terdapat kesulitan hingga setingkat tidak mungkin.

Seperti disebutkan dalam al-maktubat di antara serial Risalah-risalah An-Nur, ketika pergantian malam dan siang, pergerakan bintang, pergantian musim setiap tahun seperti musim gugur, musim dingin, musim semi dan musim panas, kepada satu pengatur dan satu Pemerintah, saat itu Sang Pemerintah Agung memerintahkan bumi yang merupakan salah pasukan-Nya, “Berdirilah, berputarlah, berjalanlah!” saat itu bumi tertarik dengan cinta dan bergerak laksana seorang Maulawi mabuk cinta sebanyak dua kali dalam sehari sepanjang tahun, menjadi sarana mudah sekali untuk perubahan musim, pergerakan bintang-bintang nyata dan hayalan, memperlihatkan kemudahan sempurna di dalam kesatuan.

Namun ketika urusan ini diserahkan –bukan kepada Sang Pemerintah Yang Maha Esa- tapi kepada sebab-sebab, kepada keinginan dan kemauan bintang-bintang, lalu dikatakan kepada bumi, “Berhentilah, jangan bergerak!” saat itu mungkin saja bumi menempuh jarak jutaan bahkan milyaran tahun setiap malam sepanjang tahun agar terjadi pergantian musim, siang dan malam, melalui ribuan bintang dan matahari yang bentuknya ribuan kali lebih besar dari bumi!

Artinya, ini susah dan sulit hingga pada tingkat mustahil dan tidak mungkin.

Tingkatan ketiga;

Kalimat “penampakan kesatuan” yang mengisyaratkan hakikat sangat luas, mendalam, detail, dan agung. Penjelasan dan penegasan kalimat ini ke Risalah-risalah An-Nur, namun akan kami isyaratkan satu di antara sekian noktah kalimat tersebut dalam sebuah perumpamaan singkat.

Ya, seperti halnya mentari menyinari seluruh bumi dengan cahayanya dan menjadi perumpamaan kesatuan, maka mentari dengan bayangannya, perumpamaannya dengan tujuh warnanya, wujud esensinya yang membias pada segala benda transparan seperti cahaya, ia menjadi perumpamaan bagi kesatuan.

Andaikan mentari memiliki ilmu, kuasa, dan kehendak, andaikan potongan-potongan kaca, tetes-tetes air, dan gelembung-gelembung air dimana mentari membias di sana memiliki kemampuan, tentu ada mentari sempurna atas aturan kehendak ilahi di dalam dan di samping setiap benda-benda tersebut, dan tentu sifat dan wujud mentari ada di sana, tanpa menghalangi atau mengurangi keberadaannya di semua tempat untuk diatur, sehingga menjadi berbagai fenomena besar perintah, pengaruh, dan hikmah kuasa rabbani, sehingga terlihat jelas kemudahan luar biasa di dalam kesatuan.

Demikian halnya Sang Pencipta Yang Maha Mulia, melalui kesatuan, Ia melihat segala sesuatu secara keseluruhan, Ia mengawasi semua itu dengan ilmu, kehendak, dan kuasa-Nya yang meliputi segala sesuatu, seperti halnya dari sisi kesatuan dan pembiasannya, Ia berada di dekat segala sesuatu, khususnya makhluk-makhluk hidup, dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang luhur, dimana Ia menciptakan golongan lalat dengan sangat mudah sekali dalam saat yang bersamaan dalam aturan burung nasar, dan menciptakan manusia dalam aturan alam raya nan besar. Oleh karenanya, Ia menciptakan seluruh makhluk hidup dengan banyak sekali mukjizat, dimana seandainya seluruh 

577. Page

sebab bersatu padu untuk menciptakan seekor burung Bulbul atau seekor lalat, tentu tidak mampu. Untuk itu, Zat yang menciptakan burung Bulbul, Dialah yang menciptakan seluruh burung, bukan yang lain. Zat yang menciptakan seorang manusia, Dialah yang menciptakan alam raya, bukan yang lain.

Tingkatan keempat dan kelima;

“Berdasarkan rahasia kewajiban, kemurnian, dan perbedaan esensi, berdasarkan rahasia tidak adanya batasan, tidak berpihak, dan tidak terbagi.”

Sangat sulit sekali menyampaikan makna kedua tingkatan ini agar difahami kalangan umum. Untuk itu, kami akan menjelaskan maksudnya secara singkat dengan menyebut beberapa noktah singkat.

Artinya, Zat Maha Kuasa secara mutlak, memiliki wujud yang paling kuat di antara tingkatan-tingkatan wujud, yaitu tingkatan wajib, tingkatan azali dan abadi, jauh dan terhindar dari segala materi, menyandang esensi suci yang berbeda dengan seluruh esensi. Bagi kuasa-Nya, mengatur bintang-bintang sama seperti mengatur atom-atom. Menciptakan perhimpunan terbesar mudah bagi kuasa-Nya laksana menciptakan musim semi, dan menghidupkan seluruh manusia dalam perhimpunan mudah bagi kuasa-Nya laksana menghidupkan satu jiwa saja.

Mengingat seukuran lekukan jari dari kekuatan tingkatan-tingkatan wujud mampu menahan dan mengatur gunung besar bagi tingkatan bawah dari tingkatan-tingkatan wujud, sebagai contoh; cermin dan kekuatan menjaga, dimana keduanya ini adalah wujud nyata yang merupakan wujud yang kuat. Keduanya ini bisa menyatu dan mengatur seratus gunung dan seribu kitab dari wujud perumpamaan dan wujud maknawi yang lemah dan ringan. Maka seberapa rendahnya wujud perumpamaan dari sisi kekuatan dari wujud nyata, karena segala jenis wujud yang diciptakan bagi segala kemungkinan juga ribuan kali lebih rendah dan lebih ringan dari wujud Zat yang wajib ada secara kekal abadi dan azali, dimana satu pembiasan saja dari wujud suci tersebut meski seukuran atom, mampu mengatur sebuah alam segala kemungkinan.

Mohon maaf, ada tiga sebab yang mirip seperti penyakit akibat keracunan (yang saya alami) pada saat ini, tidak memungkinkan (bagi saya) untuk menjelaskan hakikat agung ini beserta noktah-nokahnya. Untuk itu, saya mengalihkan penjelasan hakikat ini ke Risalah-risalah An-Nur dan pada lain waktu, insya Allah.

Tingkatan keempat;

“Berdasarkan rahasia perubahan segala halangan menjadi hikmah wasilah dan kemudahan.”

Seperti halnya berdasarkan aturan pembiasan kehendak ilahi dan perintah kauniyah –yang oleh ilmu pengetahuan modern disebut sebagai mata rantai kehidupan- bahan-bahan yang diperlukan dan segala rizki bergerak atas arahan kehendak dan perintah dari mata rantai kehidupan sebagai penggeraknya menuju buah-buahan sebuah pohon besar yang tidak memiliki perasaan, menuju dedaunan dan buah-buahannya, dimana dahan-dahannya yang bercabang dan akar-akarnya yang kuat, tidak menjadi penghalangnya, bahkan menjadi media-media dan perantara-perantara yang mempermudah.

Demikian halnya penciptaan alam raya dan seluruh makhluk, seluruh halangan dan rintangan tidak berlaku di hadapan pembiasan kehendak ilahi dan arahan perintah rabbani, bahkan menjadi media yang mempermudah. Untuk itu, kuasa abadi yang menciptakan alam raya dan seluruh makhluk bumi dengan mudah semudah menciptakan pohon, tidak ada yang sulit baginya. Andai seluruh penciptaan tidak disandarkan kepada kekuasaan tersebut, maka menciptakan dan mengatur satu pohon saja akan sesulit mengatur seluruh pohon, bahkan sesulit menciptakan dan mengatur bumi, karena saat itu segala sesuatu menjadi penghalang.


578. Page

Andaikan seluruh sebab dalam kondisi ini bersatu padu, tentu tidak mampu mengirim rizki-rizki yang diperlukan perut mata rantai kehidupan yang berasal dari perintah dan kehendak, tidak mampu mengantarkan rizki-rizki tersebut secara teratur ke buah-buahan, dedaunan dan ranting-ranting pohon. Kecuali jika setiap bagian-bagian pohon, bahkan setiap atom-atomnya diberi mata yang melihat seluruh bagian pohon dan seluruh atom-atomnya, diberi ilmu yang meliputi segala sesuatu, dan diberi kuasa yang berkuasa terhadap segala sesuatu.

Naiklah ke atas lima tingkatan ini dan lihatlah, betapa banyaknya kesulitan dan kemustahilan di dalam kesyirikan dan kekafiran. Ketahuilah seberapa jauh kemustahilan kesyirikan dan kekafiran, seberapa jauh keduanya dari norma-norma akal dan logika, dan sejauh mana kemudahan yang ada di jalan iman dan Al-Qur'an, bahkan sejauh mana kebenaran dan hakikat nikmat yang ada di jalan ini hingga ke tingkatan wajib. Lihatlah hakikat ini dan ucapkan, “Segala puji bagi Allah atas nikmat iman.”

(Berbagai tekanan dan kesulitan mengharuskan untuk menunda pembahasan bagian terakhir dari tingkatan agung ini ke lain waktu, insya Allah).

Tingkatan ketujuh;

“Berdasarkan rahasia bahwa atom, bagian kecil, biji-bijian, dan manusia tidak kalah fasih dan indah dari penciptaan bintang, sesuatu yang menyeluruh, pohon, dan alam.”

Perhatian;

Asas, simpanan dan mentari hakikat-hakikat sembilan tingkatan ini adalah dua ayat surah AlIkhlash berikut;

قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ‌, اَللّٰهُ الصَّمَدُ‌

“Katakanlah, ‘Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al-Ikhlash: 1-2) Hakikat-hakikat tingkatan ini merupakan isyarat singkat kilauan pembiasan-pembiasan rahasia ahadiyah (keesaan) dan shamadaniyah (tempat bergantung segala sesuatu).

Mari kita perhatikan maksud tingkatan ketujuh ini melalui satu atau dua noktah saja. Untuk penjelasan rincinya, kami alihkan ke Risalah-risalah An-Nur.

Maksud tingkatan ini adalah atom yang menjalankan tugas-tugas luar biasa di mata dan otak, tidak kalah indah dan menawan dari bintang, satu bagian tidak kalah fasih dari bagian-bagian secara keseluruhan. Contoh; otak dan mata tidak kalah indah dan menawan dari manusia, individu parsial tidak kalah indah dari jenis secara umum dari sisi indahnya keterampilan dan bentuk yang luar biasa. Manusia juga tidak kalah indah dari jenis seluruh makhluk hidup dari sisi perangkat-perangkat luar biasa, biji yang menjadi seperti catalog, program dan kekuatan memori, tidak kalah terampil dari pohonnya yang menjulang tinggi dari sisi penciptaan dan penyimpanan, manusia yang merupakan miniatur alam raya, tidak kalah indah dari alam raya nan besar dari sisi manusia memiliki bentuk yang paling sempurna, memiliki perangkat-perangkat luar biasa, komplit, siap untuk menjalankan ribuan tugas luar biasa.

Oleh karenanya, Zat yang menciptakan atom tentu mampu menciptakan bintang, Zat yang menciptakan lisan –salah satu bagian tubuh manusia- tentu mampu menciptakan manusia dengan mudah, Zat yang menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna, tentu Kuasa menciptakan seluruh makhluk hidup dengan kemudahan sempurna, seperti makhluk-makhluk yang Ia ciptakan di hadapan mata kita, Zat yang menciptakan biji sebagai catalog dan daftar kosakata, buku panduan, dan rantai kehidupan, tentu Dialah yang menciptakan seluruh pohon, Zat yang menciptakan manusia yang mirip biji maknawi dan buah alam raya yang komplit, yang menampakkan seluruh nama-nama ilahi dan menjadi cerminnya, terikat dengan seluruh wujud, juga sebagai khalifah bumi, 

579. Page

tentu Ia memiliki kuasa yang mampu menciptakan dan menata alam raya secara keseluruhan dengan mudah, semudah menciptakan manusia.

Oleh karenanya, Zat yang menciptakan dan mengatur atom, bagian kecil segala sesuatu, biji dan manusia, tentu saja Dialah yang menciptakan bintang-bintang, seluruh jenis makhluk, segala yang menyeluruh, pepohonan, dan seluruh wujud. Dialah Pencipta dan Rabbnya. Mustahil dan tidak mungkin selain-Nya.

Tingkatan kedelapan;

“Berdasarkan rahasia bahwa segala yang diliputi dan benda-benda kecil laksana contoh-contoh tulisan kecil atau laksana titik-titik yang diperah. Untuk itu, segala sesuatu yang diliputi dan menyeluruh harus berada dalam genggaman Sang Pencipta untuk memasukkan contoh ke dalam ciptaan tersebut dengan neraca-neraca ilmu-Nya atau memerah ciptaan dari contoh tersebut dengan aturan-aturan hikmah-Nya.”

Artinya, mengaitkan bagian-bagian kecil yang diliputi, individu, dan biji-bijian yang tercakup oleh sesuatu yang menyeluruh dengan hal-hal menyeluruh yang besar dan meliputi, mirip seperti contoh-contoh kecil dan contoh-contoh tulisan kecil yang sesuai dengan bagian-bagian kecil tersebut. Untuk itu, hal-hal menyeluruh yang meliputi berada dalam genggaman Pencipta seluruh bagian-bagian kecil dan di bawah aturan-Nya. Tujuannya adalah agar Ia memasukkan kitab hal yang meliputi dan besar itu ke dalam ratusan bagian dan buku-buku kecil sesuai aturan-aturan ilmu-Nya dan dengan pena-pena kecil-Nya.

Selanjutnya, mengaitkan bagian-bagian kecil yang diliputi kepada bagian-bagian menyeluruh yang meliputi dan contoh kedua bagian ini, mirip dengan tetes-tetes perasan dari bagian-bagian menyeluruh yang meliputi. Contoh; biji semangka laksana tetes perasan dari seluruh bagian semangka, atau biji tersebut adalah noktah dimana di dalam noktah tersebut kitab semangka ditulis secara utuh hingga memiliki catalog, daftar isi, dan program-program semangka.

Karena hakikatnya seperti ini, maka bagian-bagian kecil, tetesan, noktah, dan individu-individu tersebut harus berada di tangan Sang Pencipta sesuatu yang menyeluruh dan meliputi, untuk selanjutnya setiap individu, tetesan, dan noktah diperas dari bagian menyeluruh tersebut sesuai aturan hikmah-Nya nan sangat sensitif.

Artinya, Pencipta satu biji dan satu individu, Dialah Pencipta sesuatu yang menyeluruh dan besar, Dialah Pencipta hal-hal menyeluruh dan berbagai jenis yang lebih besar dan meliputi hal-hal tersebut, bukan yang lain. Oleh karenanya, Pencipta satu jiwa, Dialah yang menciptakan seluruh manusia, yang membangkitkan satu orang mati, Dialah yang membangkitkan jin, manusia, dan seluruh makhluk yang mati pada perhimpunan.

Silahkan Anda lihat sejauh mana kebenaran firman;

مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ اِلَّا كَنَفْسٍ وَّاحِدَةٍ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

 “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.” (QS. Luqman: 28)

Lihatlah sejauh mana kepastiannya, lihatlah kebenaran tersebut dalam bentuknya yang paling jelas.

Tingkatan kesembilan;

 “Berdasarkan rahasia seperti halnya Al-Qur'an kemuliaan yang ditulis pada atom yang disebut sebagai esensi tunggal dengan atom-atom ether (udara), tidak kalah fasih dan luar biasa dari Al-Qur'an keagungan yang tertulis di lembaran langit dengan tinta bintang dan mentari, seperti itu juga bunga 

580. Page

mawar tidak kalah fasih dan indah dari bintang terang, semut tidak kalah fasih dan indah dari gajah, kuman tidak kalah fasih dan indah dari badak, lebah tidak kalah fasih dan indah dari pohon kurma bagi kuasa Pencipta seluruh wujud.

Seperti halnya tujuan kesempurnaan kecepatan dan kemudahan dalam penciptaan segala sesuatu membuat orang-orang sesat berada dalam kekacauan yang menimbulkan berbagai kemustahilan tanpa batas akibat dugaan-dugaan hampa, seperti itu juga kesempurnaan kecepatan dan kemudahan dalam penciptaan segala sesuatu menegaskan kepada para pengikut petunjuk akan persamaan antara bintang dengan atom bagi kuasa Pencipta seluruh wujud. Maha Mulia keluhuran Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain-Nya, Allah Maha Besar.”

Sebenarnya saya ingin menjelaskan kandungan tingkatan terakhir ini secara panjang lebar. Namun sayang, tekanan dan kesulitan akibat perilaku serampangan menghalangi niat tersebut, di samping kelemahan yang mendera tubuh saya akibat keracunan, juga penyakit-penyakit lain yang menyakitkan. Untuk itu, terpaksa saya hanya menyampaikan sejumlah isyarat singkat kandungan tingkatan ini.

Makna tingkatan ini; seperti halnya jika Al-Qur'an nan agung ditulis di atom –yang dalam ilmu kalam dan filsafat disebut sebagai esensi tunggal yang tak terbagi- dengan atom-atom udara yang lebih kecil, Al-Qur'an nan agung lainnya juga ditulis di lembaran-lembaran langit dengan bintang-bintang dan mentari, kemudian keduanya dibandingkan, tidak diragukan bahwa Al-Qur'an yang tertulis dengan esensi tunggal tidak kalah fasih, i’jaz dan menawan dari Al-Qur'an yang menghiasi wajah langit, bahkan jauh lebih fasih dari satu sisi.

Demikian halnya bunga mawar, ia tidak kalah fasih dan indah dari bintang terang, semut tidak lebih rendah dari gajah, bahkan mikroba jauh lebih indah bentuknya dari badak, lebah dengan fitrahnya nan luar biasa lebih menakjubkan dari pohon kurma bagi kuasa Pencipta seluruh wujud.

Artinya, Pencipta lebah menciptakan seluruh hewan, Zat yang membangkitkan satu jiwa, Dialah yang mengumpulkan dan membangkitkan semua manusia di padang Mahsyar, Ia pasti akan mengumpulkan mereka semua. Tidak ada yang sulit bagi kuasa tersebut, seperti halnya ratusan ribu contoh perhimpunan terlihat di setiap musim semi di hadapan mata kita.

Kandungan dan maksud singkat rangkaian kalimat terakhir sebagai berikut;

Orang tidak mengetahui hakikat-hakikat kuat tingkatan-tingkatan tersebut, dan munculnya berbagai wujud ke alam nyata dengan sangat cepat dan mudah, pembentukan dan penciptaan wujud-wujud tersebut oleh kuasa Sang Pencipta Yang Maha Kuasa secara mutlak, terlihat samar bagi orang-orang sesat, dikiranya semua itu terbentuk dan tercipta dengan sendirinya. Mereka membuka pintu-pintu kebohongan and kemustahilan tanpa batas yang terombang-ambing oleh dugaan-dugaan dan fikiran-fikiran untuk diri mereka sendiri, karena dalam kondisi tersebut –misalnya- mengharuskan untuk memberi kuasa yang mampu menciptakan segala sesuatu setiap atom makhluk hidup, juga ilmu dan penglihatan yang melihat segala sesuatu. Artinya, adanya mereka tidak menerima Tuhan Yang Esa, terpaksa mereka harus menerima tuhan-tuhan sebanyak bilangan atom-atom sesuai pandangan mereka, mereka patut masuk ke tingkatan paling bawah para penghuni neraka Jahanam.

Sementara mereka yang mendapat petunjuk, hakikat-hakikat kuat tingkatan-tingkatan sebelumnya dan hujah-hujah kuat memberikan keyakinan sempurna, keimanan kuat dan pembenaran dengan ‘ainul yaqin pada hati dan akal mereka, hingga mereka yakin tanpa disertai keraguan ataupun syubhat dan dengan sepenuh ketenangan hati bahwa tidak ada bedanya antara bintang dengan atom, sesuatu yang paling kecil dan yang paling besar sama bagi kuasa ilahi, karena kita menyaksikan sendiri makhluk-makhluk luar biasa di hadapan kita. Oleh karenanya, setiap ciptaan luar biasa membenarkan pernyataan ayat; 


581. Page

مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ اِلَّا كَنَفْسٍ وَّاحِدَةٍ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.” (QS. Luqman: 28)

Juga bersaksi bahwa hukum ayat ini adalah inti kebenaran dan hakikat, seraya berkata dengan bahasa kondisional, “Allah Maha Besar.” Sementara kita mengucapkan, “Allah Maha Besar sebanyak bilangan makhluk, kita membenarkan hukum ayat ini sepenuh kekuatan dan keyakinan, kita bersaksi bahwa hukum ayat ini adalah inti kebenaran dan hakikat berdasarkan hujah-hujah tanpa batas.”

 

سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)

 

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada Rasul yang Engkau utus sebagai rahmat bagi seluruh alam

 

Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam

 

* * *