SINAR KESEBELAS

197. Page

Sinar Kesebelas

Sinar ini merupakan pembelaan untuk Risalah-risalah An-Nur terhadap atheisme dan kekafiran mutlak, juga pembelaan sejati kami dalam penjara ini. Apapun yang kami lakukan tidak lain adalah untuk risalah ini.

Risalah ini merupakan salah satu buah penjara dan memori penjara Denizli. Risalah ini ditulis dalam dua hari di antara hari-hari jum’at.

بسم الله الرحمن الرحيم

 

فَلَبِثَ فِى السِّجْنِ بِضْعَ سِنِيْنَ

 “Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.” (QS. Yusuf: 42)

Yusuf a.s. adalah pemimpin para tahanan berdasarkan rahasia pemberitahuan ayat ini. Dengan demikian, penjara dalam batasan tertentu adalah “madrasah Yusuf.”

Mengingat murid-murid Risalah-risalah An-Nur pernah dua kali memasuki madrasah dalam jumlah yang besar, maka tentu saja diharuskan adanya peningkatan total terhadap proses belajar mengajar ringkasan-ringkasan pendek berbagai permasalahan yang disebutkan dalam Risalah-risalah An-Nur, juga permasalahan-permasalahan yang ada kaitannya dengan penjara dalam madrasah yang dibuka untuk pendidikan ini.

Berikut akan kami jelaskan lima atau enam di antara ringkasan-ringkasan itu;

Permasalahan Pertama

Seperti dijelaskan dalam “kalimat keempat,” bahwa Pencipta kita berlaku baik terhadap kita dalam duapuluh empat jam sehari yang menjadi modal utama kehidupan, sehingga dengan modal ini kita membeli segala keperluan dua kehidupan kita (dunia dan akhirat).

Untuk itu, seberapa besar kesalahan yang kita lakukan jika kita pergunakan duapuluh empat jam untuk kehidupan dunia nan pendek sekali, lalu satu jam sisanya tidak kita gunakan untuk shalat wajib lima waktu untuk kehidupan akhirat kita yang sangat lama sekali?!

Seperti apa kiranya kerugian besar yang akan kita tanggung akibat kesalahan ini dari sisi hati dan ruhani, serta rusaknya akhlak akibat beban berat ini, akibat kita menghabiskan kehidupan dengan putus asa, sehingga kita akan mengalami penyesalan besar karena melanggar pendidikan ini, apalagi kita tidak pernah mempelajari pendidikan itu sama sekali. Silahkan dibandingkan sendiri.

Jika kita pergunakan satu jam saja untuk shalat wajib lima waktu, maka setiap jam yang kita lalui dalam tahanan dan musibah, kadang senilai ibadah sehari penuh. Satu jam fana yang kita lalui akan senilai beberapa jam abadi, sehingga lenyaplah putus asa, beban berat hati dan ruhani dalam batasan tertentu.

Juga menjadi sebab ampunan dan kafarat untuk segala kesalahan yang menyebabkan kita masuk penjara, dan kita mendapat pelajaran; hikmah penjara.




198. Page

Untuk itu, masing-masing silahkan memikirkan ujian, pelajaran, dan persahabatan lembut dan menghibur bersama teman-teman sependeritaan, inilah yang akan memberikan keuntungan.

Seperti yang telah disampaikan dalam “kalimat keempat” bahwa ada orang yang membayar lima atau sepuluh lira dari duapuluh empat lira harta yang ia miliki untuk berjudi yang diikuti seribu orang demi mendapatkan keuntungan senilai seribu lira, namun ia enggan membayar barang satu lira saja di antara duapuluh empat lira yang ia miliki demi mendapatkan simpanan mutiara abadi, padahal kans untuk mendapatkan hadiah seribu lira dalam perjudian dunia tersebut adalah seribu banding satu, karena perjudian ini diikuti seribu orang.

Sementara undian akhirat bagi kemampuan umat manusia, kans orang-orang beriman untuk mendapatkan husnul khatimah adalah sebesar 999 banding 1000 berdasarkan pemberitahuan para pembawa kabar yang benar dengan jumlah tak terbatas dari kalangan para wali dan orang-orang pilihan yang membenarkan pemberitaan-pemberitaan 124 ribu nabi melalui mukasyafah.

Silahkan dibandingkan, betapa menyalahi maslahat ketika orang berlari mengejar perjudian dan menjauhi pilihan kedua?!

Dengan demikian, bagi para kepala penjara, para penjaga dan tahanan, juga bagi para pemimpin birokrasi negara, para security dan penjaga keamanan, harus merasa senang karena pelajaran Risalah-risalah An-Nur, karena pengalaman menunjukkan, menangkap dan mengatur seribu orang yang taat beragama, dan mereka yang selalu ingat penjara neraka Jahanam setiap saat, jauh lebih mudah dari menangkap dan mengatur sepuluh orang yang tidak punya shalat dan tidak punya akidah, juga mereka yang hanya memikirkan penjara dunia semata, tidak tahu mana halal mana haram, dan mereka yang terbiasa berperilaku bodoh hingga batasan tertentu.

Kesimpulan Permasalahan Kedua

Kematian –seperti yang telah dijelaskan dalam risalah “mursyidusy syabab” dari Risalah-risalah An-Nur secara garis besar- adalah suatu keniscayaan pasti, keberadaannya tegas dan nyata, kematian akan menimpa kita seperti datangnya malam selepas hari ini, sepasti datangnya musim dingin setelah musim gugur ini.

Seperti halnya penjara ini merupakan ruang tamu sesaat bagi mereka yang keluar-masuk penjara tanpa henti, seperti itu juga permukaan bumi ini adalah tempat istirahat sementara untuk kembali meneruskan perjalanan bagi para kafilah-kafilah yang bergerak cepat menempuh perjalanan.

Kematian yang mengosongkan setiap kota dan mengalihkannya ke kuburan sebanyak seratus kali, pasti menginginkan sesuatu dari kita yang jauh lebih penting dari kehidupan kita.

Risalah-risalah An-Nur telah mengungkap rahasia hakikat besar nan mencengangkan ini.

Kesimpulan singkatnya sebagai berikut;

Mengingat kematian tidak dibunuh, mengingat pintu kuburan tidak ditutup, mengingat ada cara untuk melepaskan diri dari tangan algojo kematian dan penjara kuburan yang terisolir sendirian, maka tidak diragukan bahwa persoalan ini merupakan fikiran dan keresahan terbesar manusia, melebihi segala fikiran yang ada.


199. Page

Ya, ada solusi untuk menghadapi ajal. Dan melalui rahasia Al-Qur'an, Risalah-risalah An-Nur menyebutkan solusi tersebut secara pasti, sepasti dua kali dua sama dengan empat.

Berikut kesimpulan singkat solusi yang dimaksud;

Kematian mungkin merupakan hukuman mati abadi dan tiang gantungan yang menggantung seseorang, seluruh orang-orang tercinta dan karib kerabat, atau tiket pembebasan tugas untuk berwisata ke alam lain yang abadi, memasuki istana kebahagiaan dengan dokumen iman.

Kuburan mungkin merupakan penjara yang terisolir sendirian dan gelap, liang tanpa dasar, atau mungkin merupakan pintu keluar dari penjara dunia ini menuju negeri jamuan dan tanaman-tanaman abadi nan terang.

Risalah “mursyidusy syabab” (pedoman untuk para pemuda) sudah menyebutkan hakikat ini dengan contoh.

Contoh; tiang gantungan dipasang di halangan penjara ini untuk eksekusi hukum gantung, dan di balik dinding tempat tiang gantungan di pasang, terdapat lingkaran undian yang sangat besar. Undian ini diikuti seluruh manusia yang ada di dunia ini. Kita yang berjumlah 500 orang dalam penjara ini akan dipanggil satu persatu tanpa terkecuali menuju lapangan tersebut yang tidak bisa dihindari.

Di setiap tempat diumumkan, “Kemarilah dan terimalah pengumuman hukuman mati, naiklah ke atas tiang gantungan,” atau, “Terimalah piagam penjara terisolir abadi ini, dan masuklah melalui pintu terbuka ini.”

Atau, “Berita gembira untuk Anda, Anda meraih tiket senilai jutaan lira emas, mari silahkan ambil tiket ini.”

Saat kami melihat dengan mata kepala mereka naik ke tiang gantungan satu persatu, kami menyaksikan eksekusi hukum gantung, dan kami tahu sebagian di antara mereka menjadikan tiang gantungan sebagai tangga untuk naik ke lingkaran hadiah besar –seakan kami melihat mereka dengan mata kepala secara langsung- melalui pemberitaan-pemberitaan qath’i para petugas besar dan terhormat yang ada di sana, tanpa di duga ada dua utusan masuk ke dalam penjara kami ini dengan membawa alat-alat musik, khamr, dan permen yang sangat manis secara lahiriah.

Mereka berusaha memberikan makanan itu kepada kami, tapi permen tersebut beracun. Setan-setan manusia telah meracuni permen itu.

Mereka juga membawa sejumlah kitab dan risalah-risalah pendidikan, makanan-makanan halal, minuman-minuman yang diberkahi dan mereka berikan semua itu kepada kami. Secara bersamaan dan serius, mereka berkata kepada kami, “Jika kalian menerima hadiah-hadiah yang diberikan kelompok pertama –yang pada hakikatnya sebagai ujian bagi kalian- dan kalian makan, kalian akan digantung seperti orang-orang yang digantung di tiang-tiang gantungan di hadapan kalian itu.

Dan jika kalian menerima hadiah-hadiah yang kami bawa yang berisi firman Penguasa seluruh negeri, bukannya hadiah-hadiah kelompok pertama, lalu kalian baca kitab-kitab dan risalah-risalah pendidikan berisi doa dan zikir, kalian akan terhindar dari hukum gantung. Kalian semua harus yakin –seterang siang hari- akan mendapatkan tiket senilai jutaan lira emas dalam lingkup hadiah ini sebagai kebaikan khusus dari Sang Penguasa itu.

Jika kalian memakan permen haram, tidak jelas dan beracun itu, kalian akan mengalami sakit perut karena pengaruh racun kala kalian naik ke tiang gantungan.


200. Page

Seperti itulah kami memberitahukan kepada kalian perintah-perintah Sang Penguasa itu secara qath’i dan sesuai kesepakatan.”

Seperti contoh ini, 124 ribu nabi yang memiliki mukjizat-mukjizat tanpa batas sebagai tanda kebenaran mereka, lebih dari 124 juta wali shalih yang membenarkan pemberitaan yang disampaikan para nabi –setelah mereka menyaksikan melalui mukasyafah dan daya rasa hati-, milyaran ulama ahli tahqiq, ijtihad, dan jujur iman yang telah berlalu, dan mereka-mereka yang menegaskan melalui dalil-dalil qath’i secara logika, juga dengan hujah-hujah kuat secara fikiran dan meyakinkan, mereka semua secara pasti menegaskan pemberitaan yang disampaikan dua kelompok manusia yang terkenal itu, mereka percaya dan menegaskan pemberitaan itu, bahwa akan muncul sebuah tiket yang diraih –dengan kans 100 persen- oleh orang-orang yang beriman dan taat sebagai simpanan abadi yang tiada pernah habis di antara undian golongan umat manusia yang ada di balik tiang gantungan ajal yang kita lihat setiap saat, dengan syarat harus meninggal dunia dalam kondisi husnul khatimah.

Mereka yang terus menerus berada dalam kebodohan, keharaman, kefasikan, dan tidak punya keyakinan, akan menerima pengumuman eksekusi mati abadi jika tidak bertobat kepada Allah. Ketentuan ini berlaku untuk mereka yang tidak beriman kepada akhirat. Atau pengumuman penjara yang terisolir untuk selamanya, gelap, dan di dalam penderitaan abadi. Ini berlaku untuk mereka yang mengimani keabadian ruh, namun terus menerus berada dalam kelalaian, dengan kemungkinan pasti sebesar 99 persen.

Jelas, orang yang tidak mau mendengarkan pemberitaan –secara ijma dan mutawatir, juga bersandar pada firman-firman- tiga golongan agung –yang masing-masing dari mereka ini adalah mentari, bulan, dan bintang golongan manusia- dan tiga golongan ini adalah para ahli hakikat, mereka adalah tiga duta luhur dan agung yang merupakan para pemimpin manusia nan suci.

Orang yang tidak menempuh jalan lurus yang membentang hingga menuju kebahagiaan abadi yang ditunjukkan oleh tiga golongan suci tersebut, orang yang tidak memperdulikan kemungkinan bahaya besar dengan prosentase 99 persen –sementara ia meninggalkan sebuah jalan karena perkataan satu orang bahwa jalan tersebut berbahaya, dan lebih memilih jalan yang lain yang lebih panjang- kami katakan bahwa kondisi orang ini sebagai berikut;

Ia memilih jalan yang lebih kacau, sulit, dan panjang yang mengantar menuju penjara neraka Jahanam, menuju kesengsaraan abadi dengan kemungkinan 99 persen, meninggalkan jalan yang lebih singkat dan lebih mudah yang mengantarkan menuju surga dan kebahagiaan abadi dengan kemungkinan 100 persen berdasarkan pemberitaan-pemberitaan pasti para pemberitahu yang tak terbatas jumlahnya, sementara ia di dunia meninggalkan jalan yang lebih singkat dari kedua jalan yang ia tempuh hanya berdasarkan satu pemberitahu saja yang kemungkinan berdusta, karena di sana terdapat bahaya dengan prosentase satu persen, kemungkinan kurungan penjara selama satu bulan, dan lebih memilih jalan lebih panjang yang tidak ada manfaatnya hanya karena tidak ada bahayanya.

Orang seperti ini laksana orang yang terbelenggu, sengsara, dan mabuk yang tidak memperdulikan banyaknya naga nan menakutkan yang terlihat dari jauh yang akan menyerangnya, ia justru disibukkan oleh lalat-lalat, dan perhatiannya hanya tertuju pada lalat-lalat tersebut, ia seakan hilang akal, hati, ruh, dan kemanusiaan.


201. Page

Karena hakikat kondisinya seperti ini, maka kita selaku para tahanan, harus menerima hadiah-hadiah utusan kedua tersebut, agar kita bisa membalas penuh atas musibah penjara yang menimpa kita ini. Artinya, seperti halnya musibah ini menjebloskan kita ke dalam penjara selama 15, 5, 10, 2, atau tiga tahun karena nikmatnya balas dendam hanya selama satu menit saja, juga karena kenikmatan-kenikmatan bodoh selama beberapa menit saja, atau selama satu-dua jam, dan menjadikan dunia kita menjadi penjara, maka mau tidak mau kita harus benar-benar membalas musibah tersebut dan menentangnya dengan merubah satu atau dua jam dari rentang waktu dalam penjara menjadi ibadah selama satu atau dua hari, merubah dua atau tiga tahun hukuman kita menjadi duapuluh atau tigapuluh tahun usia abadi berkat hadiah-hadiah kafilah yang diberkahi itu.

Kita jadikan hukuman kita di penjara selama sepuluh atau duapuluh tahun sebagai sarana yang akan menyelamatkan kita dari penjara neraka Jahanam yang berlaku selama jutaan tahun, dengan menertawakan kehidupan kita nan kekal abadi, sebagai kebalikan dari tangisan kita terhadap dunia nan fana.

Kita harus menegaskan bahwa penjara adalah tempat pendidikan, kita harus berusaha menjadi orang-orang yang berpendidikan, berguna bagi negara dan rakyat, amin, agar para sipir dan kepala penjara tahu bahwa orang-orang yang mereka kira penjahat, pencuri, pengangguran, pembunuh, bodoh, suka bermain-main, dan membahayakan negara, pada dasarnya mereka adalah murid-murid yang belajar di sebuah madrasah. Untuk itu, silahkan mereka merasa bangga dan bersyukur kepada Allah.

Permasalahan Ketiga

Kesimpulan sebuah kejadian yang memberikan pelajaran yang telah dijelaskan dalam risalah “mursyidusy syabab” (pedoman untuk para pemuda);

Pada hari perayaan republik, saya duduk di depan jendela penjara Eskisehir,[1] kala itu ada sejumlah anak gadis tengah bermain-main di sekolah lanjutan atas yang posisinya bersebelahan dengan penjara, mereka menari-nari dengan tertawa. Seketika itu juga melalui cinema maknawi, terlihat oleh saya kondisi mereka limapuluh tahun setelahnya.

Saya melihat empatpuluh, limapuluh, atau mungkin enampuluh di antara para anak gadis dan murid-murid perempuan beralih ke tanah di dalam kubur, dan mereka disiksa di sana; sepuluh di antara mereka mencapai usia tujuhpuluh atau delapanpuluh tahun dengan raut muka yang jelek, menjijikkan pandangan yang menantikan cinta kasih mereka, karena mereka tidak menjaga diri pada masa muda.

Saya menyaksikan hal itu secara nyata, dan saya menangisi kondisi mereka yang mengundang rasa iba dan kasihan. Beberapa teman di penjara mendengar tangisan saya, mereka kemudian datang dan bertanya, lalu saya katakan kepada mereka, “Pergilah kalian, biarkan saja seperti ini.”

Ya, apa yang saya lihat adalah sebuah hakikat, bukan hayalan. Seperti halnya setelah musim panas dan musim gugur akan datang musim dingin, seperti halnya di balik musim panas para pemuda dan musim gugur usia tua akan dilanjutkan musim dingin kuburan dan barzakh.


[1] Salah satu kota Turki.



202. Page

Andai saja kejadian-kejadian masa depan yang akan terjadi limapuluh tahun berikutnya diperlihatkan, seperti halnya kejadian-kejadian limapuluh tahun silam diperlihatkan sekarang melalui cinema, kondisi orang-orang sesat dan bodoh limapuluh atau enampuluh tahun kedepan diperlihatkan sekarang, tentu mereka menangis pilu karena tawa mereka saat ini, menangisi segala kenikmatan terlarang mereka saat ini.

Kala saya sibuk menyaksikan hal tersebut di penjara Eskisehir, tanpa diduga ada sosok maknawi yang menyebarkan kebodohan dan kesesatan terpampang di hadapan saya, ia seakan setan dari golongan manusia, ia berkata kepada saya;

“Kami dan yang lain ingin merasakan berbagai macam kenikmatan hidup, biarkan saja kami, kau tidak perlu ikut mencampuri urusan kami.”

Saya kemudian menanggapi kata-katanya, “Karena kau tidak mengingat kematian karena kenikmatan, dan kau lemparkan dirimu dalam kegelapan dan kebodohan, maka ketahuilah dengan pasti bahwa masa lalu secara keseluruhan mati, tidak ada, kuburan menakutkan dimana jenazah-jenazah membusuk di sana karena kesesatanmu.

Seperti halnya beragam duka derita tanpa batas muncul karena perpisahan, karena kematian abadi yang dialami orang-orang tercintamu yang tiada terbatas, duka derita yang menimpa akal dan hatimu –jikapun kau masih punya akal dan hati, dan sama sekali belum mati- yang menghapus kenikmatan parsial yang dinikmati dalam kondisi mabuk dan dalam waktu yang sangat singkat sekali, seperti itu pula masa depan pun tiada, gelap, mati, dan menjadi tempat menakutkan karena kau tidak punya keyakinan.

Orang-orang malang yang datang dari sana, mereka yang menjulurkan kepala ke alam wujud, dan yang melalui zaman sekarang, kepala mereka semua dipotong dengan golok algojo ajal dan dilemparkan menuju ketiadaan.

Itulah kenapa masa lalu selalu menghujani keresahan pedih tanpa batas di kepalamu yang tidak punya iman karena akalmu selalu sibuk tanpa henti, dan menghancurkan kenikmatan parsialmu nan bodoh.

Jika kau bersedia meninggalkan kesesatan dan kebodohan, memasuki lingkup istiqamah melalui iman tahqiqi, dengan cahaya iman kau akan melihat;

Masa lalu bukan tiada, bukan kuburan berbau busuk dan merusak segala sesuatu. Tapi masa lalu terlihat sebagai alam nyata dan bercahaya yang mungkin berubah menjadi masa depan. Masa lalu adalah ruang tunggu bagi ruh-ruh yang masih tersisa untuk memasuki istana-istana bahagia di masa depan. Untuk itu, masa lalu tidak menimbulkan duka derita, tapi justru memberikan semacam kenikmatan-kenikmatan maknawi surga, bahkan di dunia ini sesuai kekuatan iman.

Melalui cinema iman, manusia juga menyaksikan bahwa masa depan bukan alam sepi dan gelap. Bahkan dengan pandangan iman, jamuan-jamuan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik keagungan dan kemuliaan yang memiliki rahmat dan kemuliaan tanpa batas, yang menjadikan setiap musim semi dan musim panas sebagai jamuan, nampak terbentang di istana-istana bahagia abadi, Ia penuhi kedua musim itu dengan kenikmatan, pameran-pameran berbagai kebaikan-Nya dibuka di sana, dan manusia secara berbondong-bondong digiring ke sana, sehingga ia bisa merasakan –dalam batasan tertentu- kenikmatan-kenikmatan alam baqa sesuai tingkatan iman yang dimiliki.

Dengan demikian, kenikmatan hakiki yang tidak terkotori oleh duka derita apapun, hanya terdapat di dalam iman, dan tidak mungkin terwujud tanpa iman.


203. Page

Berikut akan kami jelaskan sebuah faidah dan kenikmatan dengan sebuah contoh –sudah ditulis dalam catatan kaki dalam risalah “mursyidusy syabab” (pedoman untuk para pemuda) terkait topik di atas- di antara ribuan faidah dan hasil yang diberikan iman bahkan di dunia ini;

Contoh; saat anak semata wayang Anda yang sangat Anda cintai mengalami sakaratul maut, dan Anda memikirkan perpisahan abadi dengan anak Anda disertai putus asa. Namun tanpa diduga, datang seseorang laksana Khadhir atau Luqman Al-Hakim lalu memberikan obat pada anak Anda, lalu anak Anda yang Anda cintai itu membuka kedua mata dan selamat dari kematian. Anda tentu tahu betapa kondisi ini memberikan rasa senang dan bahagia pada Anda.

Demikian halnya ketika jutaan manusia yang kau cintai seperti anak tadi, yang memiliki ikatan kuat denganmu, mereka membusuk di dalam kuburan masa lalu dalam pandanganmu. Tiba-tiba tanpa diduga, hakikat iman memunculkan cahaya dari jendela hati –laksana Luqman Al-Hakim- ke kuburan yang dikira medan besar pembuangan. Dengan cahaya itu, seluruh mayit dari yang pertama hingga terakhir, dibangkitkan dan dengan bahasa kondisional, mereka berkata, “Kita belum mati, dan tidak akan mati. Kami akan bertemu lagi dengan kalian,” karena iman –membangkitkan senang dan bahagia tanpa batas bahkan di dunia ini- menegaskan bahwa hakikat keimanan merupakan biji yang andai memiliki wujud, tentu akan memunculkan surga khusus, dan tentu akan menjadi pohon Thuba bagi biji itu.

Setelah saya katakan seperti itu kepada si penentang itu, ia kembali berkata kepada saya;

“Kami akan menjalani hidup dengan bodoh dan bermain-main tanpa perlu memikirkan segala urusan rumit seperti itu, kami akan menghabiskan masa hidup dengan nyaman dan nikmat, minimal seperti hewan.”

Sebagai tanggapan, saya mengatakan;

Kau tidak bisa menjadi seperti hewan, karena hewan tidak punya masa lalu ataupun masa depan, hewan tidak tersiksa ataupun sedih karena masa lalu, ia pun tidak merasa resah dan takut pada masa depan, sehingga ia merasakan kenikmatan sepenuhnya, hidup nyaman dan tidur enak, bersyukur kepada Sang Pencipta. Bahkan, hewan yang dipersiapkan untuk disembelih pun tidak merasakan apapun. Hanya saja ia berusaha untuk merasa pada saat pisau memotong lehernya. Namun perasaan itu juga lenyap dan hilang dari dirinya, sehingga tidak merasakan derita apapun.

Untuk itu, rahmat dan kasih sayang ilahi terbesar adalah Allah tidak memperlihatkan hal gaib kepada kita, Ia tutupi apa yang akan terjadi. Hal ini terlihat dengan jelas dalam bentuk paling sempurna khususnya pada hewan-hewan yang tidak punya dosa.

Tapi wahai manusia! Anda benar-benar terhalang dari kenikmatan yang dirasakan hewan, kenikmatan yang muncul karena terhalangnya hal gaib lantaran dalam batasan tertentu menurut nalar, masa lalu dan masa depan Anda berada di luar lingkup alam gaib.

Kesedihan dan beragam perpisahan memilukan yang muncul karena masa lalu, kecemasan dan berbagai keresahan yang muncul dari masa depan, mengguncang kenikmatan parsial Anda, meruntuhkan Anda ke tingkatan yang seratus kali lebih dari tingkatan hewan dari sisi kenikmatan.

Karena hakikatnya seperti ini, Anda harus menanggalkan dan membuang akal Anda sehingga Anda menjadi hewan yang tidak punya beban apapun, atau Anda sadar 

204. Page

diri melalui iman, dan mendengarkan Al-Qur'an, sehingga Anda mendapatkan kenikmatan-kenikmatan jernih dan murni bahkan di dunia fana ini, seratus kali lebih dari kenikmatan hewan.

Dengan hujah ini, saya mengalahkannya.

Si pembangkang itu kembali berkata, “Kalau begitu, kami minimal akan hidup seperti orang-orang Eropah yang atheis itu!”

Saya memberikan tanggapan;

“Kau juga tidak bisa menjadi seperti orang-orang atheis Eropah, karena jika pun mereka mengingkari seorang nabi, mereka tetap mengimani seluruh nabi. Jika pun mereka tidak mengenal para nabi, mereka beriman kepada Allah. Bahkan jika pun mereka tidak mengenal Allah, mereka memiliki watak-watak yang menjadi inti segala kesempurnaan.

Lain soal jika seorang muslim mengingkari nabi akhir zaman sebagai nabi penutup, nabi paling agung, nabi yang agama dan dakwahnya paling menyeluruh, dan melepaskan ikatan dari leher, orang seperti ini tidak akan mengakui seorang nabi pun, bahkan tidak menerima keberadaan Allah, karena sebelumnya ia mengenal Allah, seluruh nabi, dan segala kesempurnaan melalui perantara beliau Saw., sehingga para nabi tidak akan bertahan dalam hati tanpa beliau.

Keran itu, orang-orang dengan latar belakang agama berbeda, masuk ke dalam agama Islam sejak dulu kala. Namun tidak mungkin bagi seorang muslim menjadi Yahudi, Majusi, atau Nasrani secara hakiki (setelah murtad meninggalkan Islam). Ia menjadi atheis, watak-wataknya rusak dan menjadi orang yang membahayakan negara dan juga manusia.

Saya tegaskan semua itu padanya, sehingga si pembangkang itu tidak lagi memiliki apapun untuk dijadikan pegangan. Ia kemudian menyelinap pergi menuju neraka Jahim.

Wahai kawan-kawan saya yang belajar di madrasah Yusuf ini! Mengingat hakikatnya seperti ini, dan Risalah-risalah An-Nur telah menegaskan hakikat ini dengan jelas sejelas matahari hingga mampu mematahkan penentangan para pembangkang, membawa mereka masuk ke dalam kandang iman sejak duapuluh tahun islam, maka kita harus menempuh jalan iman dan istiqamah yang merupakan jalan paling bermanfaat, mudah, dan paling selamat bagi agama, masa depan, akhirat, negara, dan bangsa kita.

Mari kita mengisi waktu luang dengan membaca hafalan kita dan surah-surah Al-Qur'an yang kita hafal, mempelajari makna-maknanya melalui kawan-kawan kita yang mengetahuinya, bukannya menyibukkan diri dengan angan-angan dan fikiran-fikiran yang mengusik. Mari kita mengganti shalat-shalat fardhu yang tidak kita tunaikan pada waktunya. Mari kita saling memetik manfaat dari akhlak-akhlak baik di antara sesama kita. Kita rubah penjara ini menjadi taman yang diberkahi seperti tanaman-tanaman dengan varietas baik, menumbuhkan hasil.

Mari kita melaksanakan amal-amal shalih seperti ini, agar masing-masing di antara para pengelolah penjara dan siapapun yang mengurus tempat ini menjadi ustadz yang lurus, pembimbing penuh kasih sayang, dan ditugaskan mempersiapkan orang-orang untuk surga, mengawasi pendidikan mereka dalam madrasah Yusuf, bukannya sebagai tukang penyiksa seperti malaikat Zabaniyah bagi para penjahat dan pembunuh.


205. Page

Permasalahan Keempat

Seperti yang telah dijelaskan dalam risalah “mursyidusy syabab,” (pedoman untuk para pemuda), sebuah pertanyaan disampaikan saudara-saudara saya yang mengabdi kepada saya;

Sejak limapuluh hari silam –dan sekarang sudah lebih dari tujuh tahun, sementara kondisi yang ada masih tetap seperti sedia kala- guru tidak pernah menanyakan sedikitpun tentang perang dunia nan mencekam yang memicu kekacauan di bumi, dan yang berkaitan dengan kemampuan-kemampuan Islam. Perang dunia sama sekali tidak menarik perhatian guru, padahal sejumlah orang-orang yang taat beragama dan ulama, meninggalkan jamaah dan masjid untuk mendengarkan radio.

Apakah gerangan ada hal lain yang lebih besar dari perang dunia? Ataukah berbahaya jika melibatkan diri dalam peperangan ini?

Saya menjawab;

Modal usia kita sangat sedikit sekali, sementara urusan-urusan penting sangat banyak sekali.

Di alam setiap orang, terdapat banyak sekali lingkup, laksana lingkaran-lingkaran yang saling merasuk satu sama lain, dimulai dari lingkup hati, perut, tubuh, rumah, kampung, kota, negara, bumi, umat manusia, hingga lingkup makhluk hidup dan dunia.

Dalam setiap lingkup, setiap orang memiliki peran tertentu. Namun peran terbesar, yang paling langgeng dan penting justru berada dalam lingkup paling kecil.

Dalam lingkup-lingkup besar tersebut, mungkin saja ada tugas paling kecil, dan mungkin saja hanya sesaat dari waktu ke waktu saja.

Dengan kata lain, peran-peran dari sisi kecil dan besarnya bisa saja selaras dengan lingkup-lingkup yang berbanding terbalik sesuai ukuran ini.

Namun, lingkup-lingkup besar memiliki daya tarik. Karena daya tarik inilah orang kadang sibuk dengan hal-hal yang tiada berguna, sehingga menghalangi untuk memberikan pengabdian-pengabdian dan tugas-tugas penting dalam lingkup-lingkup kecil, menyia-nyiakan modal hidup tanpa guna, menyia-nyiakan usia nan sangat berharga untuk hal-hal yang tidak berguna.

Orang yang mengikuti segala pertikaian dalam perang dunia dengan serius, kadang hatinya memihak salah satu pihak, namun tidak melihat sisi kelamnya, sehingga ikut serta dalam kezaliman yang dilakukan pihak tersebut.

Jawaban untuk poin pertama;

Ya, misalkan ada sebuah kasus lebih besar dari perang dunia diangkat di hadapan setiap orang, khususnya kaum muslimin, dan kasus ini merupakan kasus paling penting yang mendominasi seluruh bumi, dimana andaikan masing-masing di antara mereka memiliki kekayaan dan kekuatan sebesar kekayaan dan kekuatan Inggris dan Jerman, dan ia punya akal, tentu tanpa ragu ia gunakan semua itu untuk memenangkan kasus ini saja.

Kasus yang dimaksud adalah; 100 ribu manusia-manusia ternama di antara bintang-bintang dan para pembimbing tanpa batas mengabarkan berdasarkan kesepakatan, bersandar pada ribuan janji Pemilik dan Pengatur alam raya ini –sebagian di antara mereka melihat dengan mata kepala secara langsung- bahwa di hadapan setiap orang diangkat permasalahan untung atau rugi terkait ladang atau kerajaan abadi yang dihiasi dengan taman-taman dan istana-istana seluas bumi ini sebagai imbalan iman. 


206. Page

Ketika seseorang tidak mendapatkan dokumen iman secara utuh, ia kalah dalam permasalahan ini. Pada zaman sekarang, banyak orang kalah dalam kasus ini akibat wabah penyakit materialisme. Salah seorang ahli mukhasyafah dan tahqiq menyaksikan bahwa beberapa orang di antara empatpuluh orang di negeri tertentu, meraih dokumen iman itu saat mereka tengah mabuk cinta, sementara yang lain tidak meraih dokumen tersebut.

Andai orang tersebut diberi kekuasaan alam raya secara keseluruhan, apakah gerangan kekuasaan ini mampu menggantikan sedikit pun dari kasus yang tidak ia menangkan itu?!

Kami murid-murid An-Nur yakin bahwa menyibukkan diri dengan hal-hal sampingan yang tiada bermanfaat –seakan kita akan tetap bertahan hidup di dunia untuk selamanya- seraya meninggalkan segala tugas yang membuat kita memenangkan kasus itu, meninggalkan pengabdian-pengabdian yang mendorong untuk menyerahkan kasus ini pada seorang pengacara mahir, dimana sembilanpuluh dari seratus orang tidak kalah dalam kasus ini ketika menyerahkan urusan tersebut kepada si pengacara, adalah murni sebuah kebodohan.

Untuk itu, kami yakin bahwa jika akal setiap orang di antara kita meningkat seratus kali, tentu akan menggunakan akal hanya untuk tugas tersebut semata.

Saudara-saudara baru saya yang mengalami musibah penjara! Andai kalian membaca Risalah-risalah An-Nur seperti saudara-saudara lama saya yang masuk penjara bersama saya –saya katakan ini dan sebagai saksinya adalah ribuan murid-murid An-Nur lain seperti mereka, saya tegaskan bahwa Risalah-risalah An-Nur merupakan tetes air yang muncul dari mukjizat maknawi Al-Qur'an yang memenangkan kasus besar tersebut untuk sembilanpuluh dari seratus orang, yang menyerahkan iman tahqiqi ke tangan duapuluh ribu orang dalam duapuluh tahun, yang merupakan piagam kemenangan kasus ini, juga sebagai nota dan sertifikat keimanan, ia adalah pengacara terbaik di zaman sekarang ini.

Meski musuh-musuh saya, kalangan atheis, dan materialis menipu sejumlah pejabat pemerintahan dengan serangkaian tipu daya nan berkhianat sejak delapanbelas tahun belakangan, dan beberapa kali memasukkan kita ke dalam penjara pada masa lalu dengan harapan memusnahkan kita, seperti halnya mereka menjebloskan kita ke dalam penjara kali ini, mereka tetap tidak akan mampu mengusik 130 bagian yang ada di dalam benteng baja Risalah-risalah An-Nur, kecuali dua atau tiga saja.

Untuk itu, siapa yang ingin melimpahkan kasus ini kepada pengacara, si pengacara akan mewakili untuk memenangkan kasus itu.

Tidak perlu risau, karena Risalah-risalah An-Nur tidak akan pernah dilarang.

Risalah-risalah penting dari Risalah-risalah An-Nur beredar bebas –kecuali dua atau tiga risalah saja- di tangan para pejabat pemerintahan republik. Insya Allah suatu hari nanti para pejabat akan membagi-bagikan Risalah-risalah An-Nur kepada para tahanan seperti membagi roti dan obat-obatan untuk merubah penjara menjadi panti rehabilitasi dan pendidikan.

Permasalahan Kelima

Masa muda pasti berlalu seperti yang telah dijelaskan dalam risalah “mursyidusy syabab” (pedoman untuk para pemuda). Maka tidak diragukan, masa muda akan beralih 

207. Page

menjadi masa tua dan kematian, sepasti musim panas membuka jalan untuk musim gugur dan musim dingin, sepasti pergantian siang menjadi sore dan malam.

Firman-firman samawi secara keseluruhan menyampaikan kabar gembira bahwa ketika pemuda dan pemudi nan fana bertindak dengan menjaga diri dalam kebaikan dalam lingkup istiqamah, ia akan meraih masa muda kekal abadi selamanya.

Seperti halnya pembunuhan selama satu menit yang dilakukan karena marah dibalas dengan siksa penjara selama jutaan menit, seperti itu juga setiap pemuda yang punya akal percaya melalui pengalaman bahwa kenikmatan-kenikmatan dalam lingkup terlarang, menimbulkan duka derita di dalam kenikmatan-kenikmatan tersebut, jauh lebih banyak dari kenikmatan-kenikmatan itu sendiri, terlebih kelak akan menimbulkan persoalan akhirat, siksa kubur, derita penyesalan yang muncul akibat hilangnya kenikmatan, memicu berbagai dosa dan hukuman dunia.

Seperti itulah kondisi pemuda kala mengalihkan masa muda dalam senda gurau dan kesesatan.

Contoh; banyak sekali dampak buruk cinta terlarang, seperti derita cemburu, derita perpisahan, derita cinta bertepuk sebelah tangan, yang menjadikan kenikmatan parsial yang ada dalam cinta laksana madu beracun.

Jika Anda ingin mengetahui bagaimana para pemuda masuk rumahsakit-rumahsakit karena cinta lantaran tidak menggunakan masa muda dengan baik, masuk penjara karena perilaku bodoh, masuk bar, tempat-tempat hiburan, dan kuburan, silahkan tanyakan kepada rumahsakit-rumahsakit, penjara, bar dan kuburan, Anda akan mendengarkan rintihan, teriakan-teriakan tangisan, dan beban penyesalan akibat tamparan-tamparan yang umumnya sebagai hukuman karena menggunakan masa muda secara tidak baik, perilaku bodoh, dan kenikmatan-kenikmatan terlarang.

Kitab-kitab dan firman-firman samawi, khususnya Al-Qur'an melalui banyak sekali ayat-ayat qath’i, mengabarkan dan menyampaikan kabar gembira bahwa ketika seorang pemuda berlalu dalam lingkup istiqamah, masa muda baginya menjadi sebuah kenikmatan ilahi yang sangat lembut dan baik, perantara segala kebaikan nan manis dan kuat, dan di akhirat kelak akan memberikan masa muda nan indah dan kekal abadi.

Mengingat hakikatnya seperti ini, mengingat lingkup halal sudah cukup menjamin kebahagiaan, kenikmatan dan kenyamanan, mengingat kenikmatan satu jam dalam lingkup haram menimbulkan hukuman penjara kadang selama satu tahun, dan terkadang pula selama puluhan tahun, maka tidak diragukan bahwa nikmat masa muda nan manis dan lembut harus dialihkan dalam penjagaan diri dan istiqamah sebagai rasa syukur atas karunia tersebut.

Permasalahan Keenam

Sebuah isyarat singkat tentang satu dalil di antara ribuan dalil menyeluruh rukun iman kepada Allah yang memiliki penjelasan dan hujah-hujah qath’i tanpa batas di sejumlah bagian dalam Risalah-risalah An-Nur.

Saat berada Kastamonu, sejumlah pelajar tingkat atas mengunjungi saya, mereka bilang pada saya, “Beritahukanlah tentang Pencipta kami, karena guru-guru kami tidak pernah membahas tentang Allah.”

Sebagai seorang da’i, saya sampaikan pada mereka, “Setiap disiplin ilmu yang kalian pelajari sebenarnya membicarakan tentang Allah dengan bahasanya tersendiri, 

208. Page

juga memberitahukan tentang Dia. Maka dengarkan kata-kata ilmu, bukan penuturan para guru.

Sebagai contoh: di dalam apotik terdapat sejumlah botol, masing-masing berisi komposisi-komposisi kimia dan anti toksin, semuanya dibuat dengan takaran-takaran yang tepat. Itu semua jelas menunjukkan adanya seorang apoteker mahir, ahli kimia sekaligus orang bijak. Seperti itu juga dengan apotik bulatan bumi ini yang memperlihatkan –bahkan untuk orang buta sekalipun- adanya Sang Maha Bijaksana Pemilik kemuliaan, Dia-lah apotekernya. Ilmu kedokteran yang kalian pelajari juga memberitahukan tentang Dia, memberitahukan keindahan dan besarnya bumi yang jauh lebih besar dari apotik-apotik yang ada di pasaran, karena di sana terdapat empatratus ribu komposisi dan obat-obatan herbal yang ada di dalam tanaman dan hewan.

Contoh: sebuah pabrik luar biasa mampu memproduksi ribuan jenis kain dari bahan dasar sederhana. Pabrik ini tentu saja memberitahukan si pemilik dan juga mekaniknya yang mahir. Seperti itu juga dengan mekanik rabbani yang bernama bulatan bumi dimana ratusan ribu kepala ada di sana, setiap kepalanya terdapat ratusan ribu pabrik-pabrik luar biasa nan menawan yang memberitahukan dan memperkenalkan Siapa Pencipta dan Pemiliknya dalam kapasitasnya yang jauh lebih besar, indah, dan sempurna dari pabrik buatan manusia sesuai ilmu mekanik yang kalian pelajari.

Contoh lain: sebuah gudang yang begitu sempurna untuk penyimpanan berbagai macam makanan, begitu juga dengan toko-toko yang diatur secara rapi dan berisi ribuan jenis makanan setelah didatangkan dari berbagai tempat. Tempat ini jelas memberitahukan adanya si pemilik makanan, pemilik gudang dan para petugas di sana. Demikian halnya tempat penyimpanan makanan dan rizki dan perahu kesucian yang berlabuh secara teratur setiap tahunnya dalam lingkaran yang memerlukan waktu selama duapuluh empat tahun, di sana terdapat ratusan ribu makhluk, masing-masing memerlukan rizki tersendiri, berlayar melalui beberapa musim, saat musim semi bumi dipenuhi dengan ribuan makanan dengan berbagai macamnya layaknya sebuah kereta besar, untuk selanjutnya datang menemui orang-orang miskin yang kehabisan rizki pada musim dingin.

Gudang dan toko-toko yang berisi ribuan jenis barang, harta, kaleng, dan sari-sari makanan ini memperlihatkan dan memberitahukan pemiliknya. Demikian halnya dengan gudang bumi yang begitu besar dan menawan ini juga jauh lebih memberitahukan dan memperlihatkan Sang Pemilik dan Pengaturnya, sesuai ukuran dan standar ilmu gizi yang telah atau yang akan kalian pelajari.

Contoh lain: ada sekelompok pasukan terdiri dari empatratus ribu kelompok, setiap kelompok memiliki rizki tersendiri, seperti itu juga dengan persenjataan, pakaian, pelatihan dan aturan tersendiri. Sang komandan memiliki kemampuan luar biasa yang hampir sama seperti mukjizat untuk seluruh pasukan, ia memberi rizki untuk setiap kelompok pasukan, memberi persenjataan, pakaian, dan semua perlengkapan yang tidak sama antara satu kelompok dengan kelompok lain, tanpa melupakan satu prajurit pun di antara mereka semua. Saya sampaikan, tidak diragukan bahwa pasukan dan markas militer ini jelas menunjukkan adanya sang komandan besar tersebut, membuat orang lain kagum dan menghormatinya.


209. Page

Sama persis seperti contoh di atas, Sang Komandan memberi dan mengatur setiap kelompok makhluk yang jumlahnya mencapai empatratus ribu kelompok tumbuhan dan hewan di barisan pasukan kesucian yang dimobilisasi di tengah markas militer bumi di setiap musim semi, semuanya diberi pakaian, rizki, persenjataan, pelatihan, dan semua perlengkapan yang tidak sama satu sama lain, dalam bentuk yang amat sempurna dan serasi, tanpa meluapkan satu pun di antara mereka semua, semuanya jelas, tidak kacau ataupun bercampur.

Markas militer bumi dengan kesempurnaan dan ukurannya yang jauh lebih besar dari militer manusia, juga markas militer manusia, jelas memberitahukan -kepada siapapun yang berakal, sesuai ilmu kemiliteran yang akan kalian pelajari- adanya Pengatur, Pemilik, dan Komandan Suci, membuat semua makhluk memuji dan memahasucikan-Nya.

Contoh lain: misalkan di salah satu kota ada jutaan lampu listrik yang tersebar di berbagai tempat di kota tersebut dengan supply tenaga yang tidak habis-habis. Lampu-lampu listrik seperti ini dan juga pabrik pembuatnya tentu secara aksioma dan mengagumkan menunjukkan si pembuat yang memiliki kemampuan luar biasa mirip mukjizat dan diteriaki dengan kata-kata, “Hidup, hidup!” Pembuat yang mampu mengatur listrik dan membuat lampu, mendirikan pabrik dan mendatangkan bahan bakar.

Sama persis seperti contoh di atas, lampu yang berupa bintang-bintang di kota alam ini di atap istana dunia ini yang satu di antaranya ribuan kali lebih besar dari bulatan bumi, bergerak tujuhpuluh kali lebih cepat dari lesakan meriam seperti yang dijelaskan dalam ilmu astronomi, semua binatang-bintang itu tidak pernah terlepas dari aturan yang mengikat, tidak saling bertuburukan satu sama lain, tidak padam dan kehabisan bahan bakar.

Sesuai penjelasan ilmu astronomi yang kalian pelajari, matahari yang bentuknya sejuta lebih besar dari bentuk bumi, yang sudah ada sejak lebih dari sejuta tahun lalu, yang merupakan lampu penghangat ruangan jamuan Ar-Rahman, agar tetap terus menyala, setiap hariya memerlukan bahan bakar seukuran laut bumi, memerlukan arang seukuran gunung-gunung bumi, dan kayu-kayu seukuran seribu kali bumi, agar tidak padam.

Sama seperti contoh di atas, lampu-lampu listrik istana dunia di kota jagad raya yang begitu besar ini menunjukkan kemampuan dan kekuasaan tanpa batas, mampu menyalakan matahari dan bintang-bintang lainnya tanpa bahan bakar, tanpa kayu bakar, tanpa arang, dan tidak dibiarkan padam, meski mampu berjalan dengan kecepatan sangat tinggi, dan tidak diperkenankan untuk saling bertubrukan satu sama lain. Semua itu memberitahukan Penguasa jagad raya Yang Maha Agung, Pemberi cahaya, Pengatur dan Penciptanya, sama seperti aturan ilmu kelistrikan yang telah atau akan kalian pelajari, yang membuat seluruh makhluk memuji dan memahasucikan-Nya dengan tingkatan ubudiyah.

Contoh lain: ada sebuah buku, setiap barisnya tertulis kata-kata dengan tulisan yang jelas, setiap kalimatnya mencantumkan salah satu surah Al-Qur'an dengan tinta yang jelas. Tidak diragukan, buku luar biasa seperti ini yang mengandung banyak sekali makna, dan semua permasalahan yang tertera saling menguatkan satu sama lain, jelas memberitahukan penulisnya punya kemampuan luar biasa, memberitahukan 

210. Page

kesempurnaan dan keahlian yang ia isyaratkan, hingga mengundang penghormatan orang dengan mengucapkan, “MasyaAllah,” “Barakallah.”

Sama persis seperti contoh ini, kita bisa melihat dengan mata kepala adanya sebuah pena yang menulis di atas buku jagad raya nan begitu besar ini, menulis di atas satu lembaran bumi, juga saat musim semi dengan ribuan jenis tanaman dan hewan yang merupakan bagian kecil dari lembaran bumi. Ini sama seperti tigaratus ribu buku yang tidak sama dengan yang lain, tanpa adanya kealpaan ataupun kelalaian di sana, semuanya ditulis dengan rapi dan teratur. Kadang menuliskan kasidah dalam sebuah kalimat seperti pepohonan, juga daftar isi seluruh buku dalam satu titik seperti biji-bijian.

Saya sampaikan, buku jagad raya ini, alam nan begitu besar dan Al-Qur'an yang berwujud nyata yang menunjukkan makna-makna tanpa batas, dimana setiap kalimatnya mengandung banyak sekali hikmah, semua itu memberitahukan Sang Penulis jagad raya ini dengan kesempurnaan-kesempurnaan tanpa batas sesuai ukuran-ukuran nan luas, sama persis seperti contoh di atas.

Mata yang berfungsi seperti alat untuk melihat ilmu hikmah segala sesuatu seperti yang kalian pelajari, seni baca tulis yang kalian jalani di sekolah, semua itu memberitahukan kemahasucian Allah dan membuat makhluk memuji-Nya.

Sebagai analogi untuk semua disiplin ilmu di atas, setiap ilmu di antara ratusan disiplin ilmu, memberitahukan Sang Pencipta jagad raya ini, Pemilik kemuliaan, melalui nama-nama-Nya, memberitahukan sifat-sifat-Nya, memberitahukan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya dengan ukurannya yang amat luas.

Saya sampaikan kepada para siswa-siswa muda itu, “Al-Qur'an dengan penjelasan mukjizatnya, berulang kali memberitahukan kepada kita siapa Pencipta kita di berbagai ayat, ‘Rabb langit dan bumi,’ ‘Ia menciptakan langit dan bumi,’ untuk mengajarkan hujah yang merupakan bukti nyata keesaan nan agung dan menyilaukan ini’.”

Mereka percaya sepenuhnya dan mengatakan, “Kami bersyukur kepada Rabb kami tanpa batas, karena kami telah mendapatkan pelajaran kesucian dan hakikat murni. Semoga Allah meridhai Anda.”

Saya sampaikan pada mereka:

“Manusia laksana mesin hidup yang bisa merasakan berbagai macam derita dan juga kenikmatan. Makhluk malang yang memiliki banyak sekali musuh tanpa batas yang terlihat ataupun tidak, padahal ia jelas sekali lemah, punya banyak sekali kebutuhan lahir-batin tanpa batas, di samping ia jelas sekali miskin. Makhluk sengsara yang pasti lenyap dan berpisah. Namun kala ia bersandar pada kekuasaan Sang Pemilik Kemuliaan dengan iman dan ubudiyah, ia akan menemukan titik sandaran sebagai senjata untuk menghadapi semua musuh, titik sandaran sebagai inti untuk mewujudkan semua keperluan.

Manusia tentu amat senang dan bersyukur, juga bangga di balik syukur yang dipanjatkan kala mengaitkan diri pada Penguasa dengan kuasa dan rahmat mutlak dengan keimanan, melayani-Nya dengan ubudiyah, merubah pemberitahuan kematian menjadi tiket liburan baginya. Silahkan Anda analogikan sendiri lainnya.

Seperti nasehat yang saya sampaikan kepada para siswa itu, saya juga ingin memberitahukan pada para tahanan yang mendapat ujian:


211. Page

“Siapa yang mengenal dan taat kepada Allah, ia bahagia meski berada di balik jeruji. Dan siapa yang lupa Allah, ia berada di balik jeruji dan kesengsaraan, meski ia berada di istana.”

Bahkan orang teraniaya yang merasa bahagia pun bilang pada orang-orang lalim lagi sengsara kala ia dieksekusi mati:

“Sungguh, aku tidak dimatikan, tapi aku bepergian menuju kesenangan. Dan aku akan membalas kalian, jika kalian diputuskan mati untuk selamanya.”

Ia pun menyerahkan nyawa dengan senang seraya mengucapkan, “La ilaha illallah.

 

سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ

Referensi : https://tafsirweb.com/294-surat-al-baqarah-ayat-32.html

 “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”


212. Page

Permasalahan Ketujuh

 

Buah Hari Jum’at di Penjara Denizli

 

بسم الله الرحمن الرحيم

وَمَآ اَمْرُ السَّاعَةِ اِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ اَوْ هُوَ اَقْرَبُۗ

 “Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi).” (QS. An-Nahl: 77)

مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ اِلَّا كَنَفْسٍ وَّاحِدَةٍ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

 “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.” (QS. Luqman: 28)

فَانْظُرْ اِلٰٓى اٰثٰرِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتٰىۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 “Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar-Rum: 50)

Para tahanan yang bisa berhubungan dengan saya di penjara Denizli, membaca pelajaran yang saya sampaikan melalui bahasa berbagai disiplin ilmu pengetahuan sekolah-sekolah modern –seperti disebutkan dalam masalah keenam sebelumnya- di hadapan murid-murid sekolah lanjutan atas yang mengatakan, “Perkenalkan Pencipta kami kepada kami,” saat saya berada di kota Kastamonu. Mereka merindukan akhirat karena meraih keimanan. Mereka juga berkata, “Perkenalkan akhirat kepada kami dengan definisi sempurna agar kami tidak disesatkan jiwa kami dan setan-setan zaman sekarang, agar mereka tidak memasukkan kami ke penjara lagi seperti kondisi kami saat ini.”

Kondisi ini mengharuskan untuk menjelaskan ringkasan rukun iman kepada akhirat atas keinginan para murid Risalah-risalah An-Nur di penjara Denizli, juga atas keinginan orang-orang yang membaca enam permasalahan sebelumnya.

Sebagai ringkasan singkat Risalah-risalah An-Nur, saya sampaikan;

Seperti halnya kita bertanya kepada bumi dan langit tentang pencipta kita dalam “masalah keenam,” lalu bumi dan langit memperkenalkan Rabb kita kepada kita dengan jelas sejelas matahari melalui bahasa berbagi disiplin ilmu pengetahuan, kita juga terlebih dahulu akan bertanya kepada Rabb kita tentang akhirat, kemudian bertanya kepada nabi kita Saw., berikutnya bertanya kepada Al-Qur'an, para nabi, kitab-kitab suci, para malaikat, berikutnya bertanya kepada alam raya.

Pada tingkatan pertama, kita bertanya kepada Allah tentang akhirat, lalu Allah melalui para nabi yang Ia utus, melalui firman-firman-Nya, melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, menjawab, “Ya, akhirat ada, dan Aku akan menggiring kalian ke sana.”

“Kalimat kesepuluh” telah menjelaskan duabelas hakikat terang dan pasti sebagai jawaban untuk sebagian al-asma’ul husna tentang akhirat. Sementara pada bagian ini kami akan menyampaikan isyarat singkat sekali, cukup mengacu pada penjelasan tersebut.


213. Page

Ya, seperti halnya setiap kekuasaan memberikan balasan bagi siapapun yang patuh dan hukuman bagi siapapun yang membangkang, seperti itu juga kekuasaan sarmadiyah dalam tingkatan rububiyah mutlak juga memiliki balasan yang sesuai dengan rahmat dan keindahan bagi mereka yang mengaitkan diri dengan kekuasaan tersebut melalui iman, berserah diri pada firman-firman kekuasaan melalui ketaatan, memiliki siksa yang sesuai dengan keperkasaan dan kemuliaan bagi mereka yang mengingkari kekuasaan yang memiliki keperkasaan melalui pengingkaran dan kemaksiatan.

Seperti itulah nama-nama Allah, seperti Rabbul ‘alamin (Rabb seluruh alam) dan As-Sulthan Ad-Dayyan (Maha Penguasa, Maha membalas), memberikan jawaban.

Karena dengan mata, kita melihat rahmat menyeluruh, kasih sayang dan kemuliaan merata di permukaan bumi dengan jelas layaknya kita melihat matahari dan siang hari, maka tidak diragukan bahwa rahmat dan kasih sayang yang menghiasi seluruh pepohonan dan tumbuh-tumbuhan berbuah bak bidadari di musim semi, yang meletakkan berbagai jenis buah-buahan di kedua tangan, dan berkata kepada kita dengan membentangkan kedua tangan, “Ayo, silahkan kalian ambil dan makan.”

Rahmat dan kasih sayang memberi kita madu manis yang memiliki obat melalui lebah, mengenakan sutera paling lembut kepada kita di tangan ulat yang tidak memiliki tangan, menyimpan ribuan ton makanan dalam benih dan biji-bijian sepenuh tangan, memasukkan makanan-makanan dalam tempat-tempat penyimpanan sangat kecil sebagai makanan cadangan.

Tanpa ragu kami katakan bahwa rahmat dan kasih sayang ini tidak akan pernah melenyapkan orang-orang mukmin tercinta, yang pandai bersyukur dan ahli beribadah yang diberi makan oleh rahmat dan kasih sayang dengan lembut sampai sedemikian rupa, bahkan rahmat dan kasih sayang membebaskan orang-orang mukmin dari tugas kehidupan dunia agar mendapatkan rahmat yang lebih luas.

Seperti itulah nama Ar-Rahim (Maha Penyayang) dan Al-Karim (Maha Mulia) memberikan jawaban atas pertanyaan kita, dan kedua nama ini mengatakan bahwa surga benar adanya.

Karena dengan mata kepala kita melihat tangan hikmah bekerja di seluruh makhluk, di permukaan bumi, mengatur segala pekerjaan dengan neraca-neraca keadilan yang akal manusia tidak mampu memikirkan yang lebih baik darinya, sebagai contoh;

Hikmah azali yang menulis dalam kekuatan memori kecil manusia yang hanya sebesar biji kecil, menulis sejarah dan perjalanan hidupnya, juga berbagai peristiwa tanpa batas yang dialami, menjadikan memori tersebut laksana perpustakaan, lalu diserahkan ke tangan setiap orang –berdasarkan rahasia ingatan setiap saat- dan diletakkan di dalam kantong otak sebagai nota kecil untuk daftar segala amal perbuatannya yang kelak akan dibuka di hadapan mahkamah untuk diadili setelah dibangkitkan dan dikumpulkan, kita tahu bahwa keadilan abadi yang dimasukkan ke dalam setiap bagian tubuh seluruh ciptaan dengan ukuran-ukuran yang sangat sensitif, yang menampakkan keserasian, keseimbangan, keteraturan, dan keindahan bentuk dengan ukuran-ukuran tidak berlebihan, dimulai dari bakteri hingga badak bercula satu, dari lalat hingga burung elang, dari tumbuh-tumbuhan berbunga hingga bunga musim semi yang menumbuhkan milyaran bahkan trilyunan bunga, yang memberikan hak hidup pada setiap makhluk hidup dengan ukuran sempurna, menjadikan segala kebaikan membuahkan hasil-hasil baik, juga menjadikan segala keburukan membuahkan hasil-hasil buruk, menampakkan 

214. Page

dirinya dengan kuat melalui tamparan-tamparan yang menimpa umat-umat zalim yang semena-mena sejak zaman Adam a.s.

Saya sampaikan, tidak diragukan bahwa hikmah azali dan keadilan abadi tidak ada tanpa akhirat, seperti halnya matahari tidak ada tanpa siang. Keduanya sama sekali tidak mengizinkan adanya kezaliman berat tanpa batas, tidak mengizinkan adanya kesewenang-wenangan dan kesia-siaan dengan menyamakan kematian orang yang paling zalim dan orang-orang teraniaya. Seperti itulah nama Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-Hakam (Maha Kuasa, Maha Bijaksana), Al-‘Adl (Maha Adil), dan Al-‘Adil (Maha Adil) memberikan jawaban pasti untuk pertanyaan kita di atas.

Mengingat seluruh kebutuhan dan keinginan fitrah yang berada di luar kemampuan para makhluk hidup dipenuhi, yang tangan-tangan mereka tidak mampu menjangkaunya, dan mengingat seluruh yang mereka minta diberikan saat itu juga –melalui kesiapan fitrah dan kebutuhan utama yang mana keduanya adalah bagian dari doa- dari tangan gaib yang sangat menyayangi dan mendengar, mengingat enam atau tujuh doa di antara sepuluh doa manusia diterima, apalagi doa kalangan khusus dan para wali, maka dari semua ini difahami bahwa di luar sana ada Yang Maha mendengar dan memperkenankan permohonan dari balik tirai yang mendengar keluhan dan duka siapapun yang dirundung duka, dan doa siapapun yang memerlukan uluran tangan, bahkan Ia memenuhi kebutuhan paling sederhana untuk makhluk hidup paling kecil, mendengar keluhannya paling samar, mengasihinya, memperkenankan keinginannya dan meridhainya.

Muhammad Saw. yang merupakan makhluk paling utama, memiliki doa golongan manusia yang paling penting dan menyeluruh seputar keabadian akhirat yang berkenaan dengan seluruh alam raya, seluruh nama-nama dan sifat-sifat ilahi, menjadikan seluruh nabi yang merupakan mentari, bintang dan para penuntun umat manusia, memperkuat beliau, mengamini doa beliau, yang mengamini doa setiap umat beliau yang taat beragama yang memanjatkan doa rahmat untuk beliau setiap hari beberapa kali, bahkan seluruh makhluk ikut serta berdoa bersama beliau dan mengatakan, “Benar, ya Rabb kami, kabulkan doa beliau, dan kami juga memohon kepada-Mu apa yang beliau minta.”

Saya sampaikan, tidak diragukan dari sisi manapun bahwa satu doa saja untuk kehidupan dan kebahagiaan abadi di akhirat –dengan seluruh persyaratan yang tidak tertolak- yang diucapkan Muhammad Saw. di antara sebab-sebab tanpa batas yang mengharuskan adanya perhimpunan, sudah cukup menunjukkan keberadaan surga, dan menunjukkan bahwa penciptaan akhirat mudah bagi kuasa-Nya semudah menciptakan musim semi.

Seperti itulah nama Al-Mujib (Maha memperkenankan permohonan), As-Sami’ (Maha mendengar), dan Ar-Rahim (Maha Penyayang), menjawab pertanyaan kita.

Mengingat kematian dan kebangkitan menyeluruh di balik pergantian musim di muka bumi, memperlihatkan adanya Pelaku di balik tabir yang berbuat di bumi dengan jelas, seperti siang hari menunjukkan adanya matahari, menciptakan bumi nan besar laksana taman dengan sepenuh aturan, bahkan semudah menciptakan dan mengatur satu buah pohon, menciptakan musim semi nan luas dan besar semudah menciptakan sekuntum bunga dengan keindahannya yang terukur, semua ini menunjukkan adanya pena kuasa yang menulis kelompok-kelompok tumbuh-tumbuhan dan hewan di atas lembaran bumi laksana 300 ribu kitab yang mencerminkan 300 rib contoh perhimpunan dan kebangkitan, ditulis dengan indah, tertata rapi dan sarat makna, semuanya diciptakan 

215. Page

secara bersamaan dan saling merasuk tanpa kesalahan sedikit pun, tanpa bercampur meski membaur satu sama lain, tanpa kekacauan, kealpaan ataupun kesalahan meski serupa satu sama lain, bekerja dengan rahmat dan hikmah tanpa batas dalam menjalankan seluruh tugas agung, memberikan maqam yang sangat tinggi kepada manusia dengan menundukkan alam raya nan besar untuknya, menghiasi dan menghamparkan bumi seakan rumah baginya, menjadikannya sebagai khalifah bumi dengan memberikan amanat besar yang gunung, langit, dan bumi merasa takut memikulnya, memuliakannya dengan tingkatan perwira –dalam batasan tertentu- bagi seluruh makhluk hidup lain, memuliakannya dengan khitab dan kalam subhani-Nya, menjanjikan kebahagiaan abadi dan keabadian akhirat secara pasti melalui seluruh firman-firman samawi-Nya, maka tidak diragukan dari sisi manapun bahwa Ia akan menciptakan dan membuka negeri bahagia untuk umat manusia yang dimuliakan itu, Ia akan mendatangkan perhimpunan dan kiamat. Semua ini mudah bagi kuasa-Nya, semudah menciptakan musim semi.

Seperti itulah nama Al-Muhyi (Maha menghidupkan), Al-Mumit (Maha mematikan), Al-Hayyu (Maha Hidup), Al-Qayyum (tiada berhenti mengurus makhluk), Al-Qadir (Maha Kuasa), dan Al-Alim (Maha mengetahui), menjawab pertanyaan kita tentang Pencipta kita.

Ya, kuasa yang menghidupkan seluruh pepohonan dan akar setiap tumbuh-tumbuhan di setiap musim semi, menciptakan 300 ribu hewan dan tumbuh-tumbuhan sebagai contoh perhimpunan dan kebangkitan, akan memperlihatkan seribu contoh perhimpunan dan kebangkitan dalam dua ribu musim semi, memperlihatkan seribu dalilnya ketika seribu tahun yang dilalui umat Muhammad Saw. dibandingkan dengan seribu tahun yang dilalui umat Musa, dan ketika keduanya dicermati dengan baik.

Untuk itu, anggapan mustahil terhadap perhimpunan jasad bagi kuasa ilahi adalah kebutaan dan kebodohan, bodoh sekali.

Mengingat 124 ribu nabi –mereka adalah manusia-manusia ternama- secara sepakat menyampaikan tentang kebahagiaan abadi dan keabadian akhirat dengan bersandar pada ribuan janji-janji Al-Haq Ta’ala, dan mereka menegaskan kebenaran mereka melalui serangkaian mukjizat, seperti itu juga para wali dalam jumlah tak terbatas menegaskan hakikat yang sama melalui mukasyafah dan daya rasa batin, maka tidak diragukan bahwa hakikat ini jelas sekali sejelas matahari, dan orang yang meragukan hakikat ini adalah orang gila yang kacau fikirannya.

Ya, seperti halnya hukum dan fikiran seorang atau sejumlah spesialis di bidang ilmu pengetahuan atau disiplin tertentu seputar alam raya ini meruntuhkan dan menghapus fikiran-fikiran yang berseberangan yang dilontarkan oleh seribu orang yang bukan spesialis di bidang ilmu ataupun disiplin tersebut, meski mereka ilmuan dan spesialis di bidang ilmu pengetahuan lain, seperti halnya dua orang yang menyebut keberadaan sesuatu dalam suatu permasalahan mengalahkan seribu orang yang mengingkari dan menafikan sesuatu tersebut, dan keduanya memenangkan permasalahan tersebut, seperti kasus penegasan keberadaan hilal Ramadan pada hari yang diragukan apakah hilal saat itu ada atau tidak, juga seperti pengakuan bahwa di bumi ini ada kebun pohon kelapa yang mirip kemasan susu, karena orang yang menegaskan memenangkan kasus dengan mudah ketika ia memperlihatkan satu buah kelapa saja, atau menunjuk ke arah kebun pohon kelapa.

Sementara orang yang menafikan dan mengingkari, ia tidak bisa membuktikan permasalahan yang ia sampaikan, kecuali setelah pencarian panjang dan penyelidikan di 

216. Page

seluruh permukaan bumi untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang ia ingkari dan nafikan benar-benar tidak ada dimanapun.

Demikian halnya orang yang mengabarkan dan menegaskan keberadaan surga dan negeri kebahagiaan, ia memenangkan kasus ini hanya dengan memperlihatkan salah satu jejaknya, memperlihatkan salah satu bayangannya layaknya di layar cinema, dan hanya menunjukkan salah satu tetesan di antara tetesan-tetesan surga dan negeri kebahagiaan.

Sementara orang yang menafikan keberadaan surga dan negeri kebahagiaan, ia tidak mampu memenangkan kasus ini, kecuali dengan membuktikan pengingkaran dan penafiannya. Ia harus melihat dan memperlihatkan bukti-buktinya dari seluruh alam raya dan seluruh zaman, dari zaman azali hingga selama-lamanya.

Berdasarkan titik tolak penting ini, para ahli tahqiq sepakat dan menerima sebagai undang-undang dasar bahwa penafian dan pengingkaran yang tidak tertuju pada tempat tertentu atau tertuju kepada seluruh jagad raya seperti hakikat-hakikat iman, tidak mungkin ditegaskan, dengan catatan keduanya tidak mustahil secara esensi.

Mengacu pada hakikat qath’i ini, seberapa bodoh dan gilanya orang yang jatuh dalam syubhat terkait rukun-rukun iman yang ditegaskan oleh 120 ribu pemberitahu yang benar dan sepakat dimana mereka ini adalah para spesialis, juga rukun-rukun iman yang ditegaskan oleh jumlah ahli hakikat dan ahli tahqiq yang tak terbatas.

Mereka yang mengingkari hakikat-hakikat iman jatuh dalam syubhat karena pengingkaran sejumlah filosof yang akal mereka melorot ke mata, dan mereka yang tidak punya hati, yang tidak bisa melihat hal-hal maknawi serta menganggapnya mustahil, padahal pemikiran-pemikiran ribuan filosof yang menentang, tidak sepatutnya menimbulkan syubhat atau keraguan apapun terkait masalah-masalah iman ketika berseberangan dengan pemberitaan seorang pemberitahu yang benar. Silahkan Anda analogikan sendiri.

Mengingat dengan mata kepala kita menyaksikan rahmat dan hikmah menyeluruh serta perhatian tanpa henti dengan jelas yang ada dalam diri kita dan di sekitar kita, seperti kita menyaksikan siang hari, seperti halnya kita melihat jejak-jejak dan pembiasan-pembiasan kekuasaan rububiyah nan mencengangkan, keadilan luhur dan jeli, pekerjaan-pekerjaan luhur sarat kemuliaan, bahkan hikmah yang mengenakan serangkaian kearifan pada satu buah pohon sebanyak buah dan bunga-bunganya, rahmat yang memberikan segala kebaikan dan nikmat kepada semua insan sebanyak bilangan bagian-bagian tubuh, perasaan dan kekuatannya, keadilan yang memiliki kemuliaan dan perhatian yang menampar kaum-kaum pendurhaka, seperti kaum Nuh, Hud, Shalih, Ad, Tsamud dan Fir’aun, serta menjaga hak-hak makhluk paling kecil.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ تَقُوْمَ السَّمَاۤءُ وَالْاَرْضُ بِاَمْرِهٖۗ ثُمَّ اِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةًۖ مِّنَ الْاَرْضِ اِذَآ اَنْتُمْ تَخْرُجُوْنَ

 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan peritnah-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).” (QS. Ar-Rum: 25)

Dengan kemukjizatan agung, ayat ini mengatakan, “Seperti halnya pasukan-pasukan taat yang tidur dan istirahat di asrama militer, segera bergegas menjalankan tugas kala sang panglima memobilisasi mereka dengan suara sangkakala, seperti itu pula langit nan luas terbentang dan bumi nan besar yang mirip asrama militer terkait 

217. Page

kepatuhan langit dan bumi pada segala perintah, keduanya memberikan naungan pada pasukan-pasukan Penguasa azali.

Ketika mereka yang tidur pulas dalam kematian di asrama militer akhirat dibangkitkan dengan suara sangkakala malaikat Israfil a.s., mereka dikenakan pakaian jasad seketika itu juga, lalu muncul ke luar, karena asrama militer bumi menegaskan dan menunjukkan demikian dengan memperlihatkan situasi yang sama di setiap musim semi melalui suara sangkakala malaikat halilintar.

Maka tidak diragukan –dan tanpa syubhat apapun- tidak mungkin kekuasaan rububiyah abadi –yang keagungan mutlak tanpa batasnya terlihat dengan menampakkan bumi pada setiap musim semi dengan kondisi yang sama- menerima tidak adanya negeri akhirat, negeri perhimpunan dan kebangkitan yang diharuskan secara pasti oleh rahmat, hikmah, perhatian, keadilan, kekuasaan abadi- seperti yang telah dijelaskan dalam “kalimat kesepuluh.”

Untuk itu, kekuasaan rububiyah abadi tidak menerima perubahan keindahan rahmat tanpa batas menjadi kekerasan yang sangat buruk, perubahan kesempurnaan hikmah tanpa batas menjadi kesia-siaan penuh kelalaian, menjadi sesuatu yang berlebihan tanpa guna. Tidak menerima perubahan perhatian nan sangat lembut itu menjadi duka derita dan kepedihan puncak. Tidak menerima perubahan keadilan yang sangat seimbang, adil, dan benar menjadi kezaliman yang sangat buruk. Juga tidak menerima keruntuhan kekuasaan abadi yang sangat agung dan kuat, karena ketika ada kelemahan dan kelalaian dalam bentuk tidak adanya perhimpunan, tentu keagungan kekuasaan abadi lenyap secara keseluruhan dan kesempurnaan rububiyah ternoda.

Ini sama sekali tidak mungkin dan akal manapun tidak menerima kemungkinan tersebut. Ini 100 persen mustahil, batil, tertolak, dan berada di luar lingkup kemungkinan, karena betapa zalim, kasar, berkhianat tanpa belas kasih jika rahmat, hikmah, perhatian, keadilan, dan kekuasaan abadi melenyapkan manusia untuk selamanya, padahal semua kekuasaan rububiyah ini merawat manusia dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang, memberikan ilham padanya untuk merindukan kebahagiaan abadi dan kehidupan kekal selamanya di akhirat melalui serangkaian perangkat, seperti akal dan hati.

Betapa melanggar hikmah manakala kekuasaan rububiyah menyia-nyiakan seluruh instrumen dan kesiapan manusia yang memiliki ribuan manfaat secara total, tanpa hasil dan tanpa hikmah melalui kematian tanpa adanya kebangkitan, padahal di otak manusia saja terdapat ratusan hikmah dan faidah.

Betapa menafikan hikmah kekuasaan dan kesempurnaan rububiyah manakala kelemahan dan kebodohan diperlihatkan –Maha Sempurna Allah- dengan tidak dipenuhinya ribuan janji yang disampaikan.

Semua yang memiliki perasaan memahami hal itu. Silahkan Anda terapkan perhatian dan keadilan dengan menganalogikan pada hal-hal ini.

Melalui hakikat ini, nama Ar-Rahman (Maha Pengasih), Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-‘Adl (Maha Adil), Al-Karim (Maha Mulia), Al-Hakim (Maha Bijaksana), menjawab pertanyaan kita tentang akhirat kepada Sang Pencipta, dan menegaskan keberadaan akhirat tanpa adanya keraguan ataupun syuhbat, sejelas matahari.

Mengingat dengan mata kita menyaksikan adanya pencatatan menyeluruh yang memiliki keagungan, yang memberlakukan hukum-hukumnya, karena seluruh wujud setiap makhluk hidup dan setiap peristiwa dicatat, setiap tugas fitrah yang dijalankan makhluk hidup ditulis, demikian pula lembaran catatan tasbih-tasbih yang diucapkan 

218. Page

dengan bahasa kondisional terhadap nama-nama ilahi, semua ini ditulis dan dicatat di papan-papan percontohan, dalam biji-biji dan benih, dan di setiap tempat penyimpanan yang merupakan contoh-contoh kecil Lauhul Mahfuzh, khususnya kekuatan memori manusia yang merupakan perpustakaan besar (dari sisi kandungan) namun kecil (dari sisi bentuknya) sekali di dalam otak, juga cermin-cermin pembiasan materi dan spiritual, semuanya dicatat dan ditulis dengan baik, kemudian ketika waktunya tiba, seluruh tulisan-tulisan maknawi diperlihatkan dalam bentuk materi di hadapan mata kita.

Setiap musim semi –sebagai satu di antara sekian banyak bunga kuasa- melalui bunga nan besar di hadapan seluruh alam dengan kekuatan jutaan contoh dan dalil, dengan jutaan lisan, menyampaikan hakikat-hakikat perhimpunan yang paling luar biasa dalam ayat;

وَاِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْۖ

 “Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka.” (QS. At-Takwir: 10)

Juga secara kuat menegaskan bahwa segala sesuatu –khususnya manusia- tidak diciptakan untuk jatuh ke dalam kefanaan, ketiadaan, dan kebinasaan. Para makhluk –khususnya manusia- hidup tidak diciptakan untuk ketiadaan, tapi mereka diciptakan agar memasuki alam baqa melalui peningkatan iman, memasuki rutinitas dengan menyucikan jiwa, dan menjalankan tugas abadi melalui kesiapan jiwa.

Ya, setiap musim semi kita menyaksikan banyak sekali tumbuh-tumbuhan tanpa batas yang muncul pada musim gugur, mati.

Setiap pohon, akar, biji, dan benih perhimpunan musim semi sama-sama membaca ayat;

 وَاِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْۖ

Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka.” (QS. At-Takwir: 10) Mereka menafsirkan salah satu makna ayat ini dengan bahasa masing-masing, dan dengan contoh peran yang mereka jalankan pada tahun-tahun yang lalu. Dengan demikian, seluruh tumbuh-tumbuhan memperkuat adanya pencatatan agung, dan menampakkan empat hakikat agung dalam segala sesuatu yang tertera dalam ayat;

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ

 “Dialah yang Awal dan yang Akhir yang Zhahir dan yang Batin.” (QS. Al-Hadid: 3)

Mereka semua mengajarkan pencatatan kepada kita dalam tingkatan-tingkatan yang paling besar, dan mengajarkan kepada kita bahwa perhimpunan itu mudah dan pasti, semudah dan sepasti musim semi.

Ya, pembiasan-pembiasan empat nama ini di balik seluruh makhluk, mulai dari yang paling kecil dan parsial, hingga yang paling besar dan menyeluruh.

Contoh; seperti halnya biji yang merupakan asal usul pohon, adalah kotak kecil nan menyeluruh –nama Al-Awwal (yang awal) nampak pada biji ini- seluruh program pohon nan menawan, bagian-bagian penciptaan tanpa celah dan kekurangan, seluruh syarat-syarat pembentukan, dan menegaskan keagungan pencatatan, seperti halnya buah yang membiaskan nama Al-Akhir (yang akhir) juga merupakan kotak kecil berisi catalog seluruh peran fitrah yang dijalankan pohon tersebut, daftar pekerjaan-pekerjaannya, 

219. Page

aturan hidupnya yang kedua, serta memperkuat adanya pencatatan dalam tingkatan-tingkatan yang paling besar.

Seperti halnya wujud nyata pohon yang membiaskan nama Azh-Zhahir (yang zhahir) adalah pakaian yang dirancang dengan indah, pakaian bidadari dengan berbagai macam hiasan dan pernik-pernik emas seakan diberi tujuhpuluh warna yang menampakkan keagungan kuasa, kesempurnaan hikmah, dan keindahan rahmat dalam lingkup pencatatan di hadapan tatapan mata.

Seperti halnya di dalam pohon terdapat sebuah mesin –sebagai cermin nama Al-Bathin (yang batin)- sebagai laboratorium dan ruang uji kimia nan menawan, indah, dan luar biasa, juga sebagai wadah rizki yang memiliki neraca yang tidak meninggalkan dahan, buah, ataupun satu daun pun tanpa makanan, dimana semua ini menegaskan kesempurnaan kuasa, keadilan, keindahan rahmat, dan hikmah, maka seperti itu pula bumi merupakan pohon dari sisi musim-musim tahunan.

Seluruh biji dan benih yang disimpan di dalam pencatatan pada musim gugur melalui pembiasan nama Al-Awwal (yang awal) merupakan rangkaian kecil perintah-perintah ilahi seputar pembentukan pohon di muka bumi yang diselimuti musim semi yang menumbuhkan milyaran dahan dan ranting, menghasilkan milyaran buah-buahan, dan memunculkan milyaran bunga.

Biji dan benih merupakan daftar aturan-aturan yang berasal dari takdir, lembar-lembar kerja, dan catatan kecil pelayanan-pelayanan yang dijalankan musim panas lalu, karena secara pasti catatan dan lembaran-lembaran ini memperlihatkan bahwa Yang Maha Menjaga melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuasaan, keadilan, hikmah dan rahmat tanpa batas.

Sementara pohon tahunan bumi terakhir, pohon ini menyimpan seluruh peran dan tugas yang dilaksanakan pohon tersebut selama musim gugur, menyimpan seluruh tasbih-tasbih fitrah terhadap nama-nama ilahi yang ia jalankan, menyimpan lembar-lembar kerja yang akan dibuka dalam perhimpunan musim semi yang akan datang.

Semua ini disimpan dalam kotak-kotak yang sangat kecil sekali sebesar semut, dan diserahkan kepada tangan hikmah Yang Maha menjaga, dan nama “Huwal Akhir” (Dia yang akhir) dibaca di wajah seluruh alam raya dengan lisan-lisan tanpa batas.

Bagian luar pohon ini memunculkan 300 ribu jenis pohon menyeluruh dan beragam yang memperlihatkan 300 ribu contoh dan pertanda perhimpunan, membentangkan jamuan-jamuan rahmaniyah, razzaqiyah, rahimiyah dan karimiyah tanpa batas, sehingga memasang jamuan-jamuan makan untuk para makhluk hidup.

Ini mengingatkan nama “Huwazh Zhahir” (Dia yang zhahir) melalui lisan-lisan sebanyak bilangan buah, bunga dan makanan, menyampaikan puja dan puji pada-Nya, dan secara jelas sejelas siang hari memperlihatkan hakikat;

                               

 وَاِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْۖ

 “Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka.” (QS. At-Takwir: 10)

Sementara bagian dalam pohon nan besar dan menjulang tinggi ini adalah wadah dan laboratorium yang sangat jeli dan teratur dengan sempurna menjalankan mesin-mesin menawan dan pabrik-pabrik nan terukur, karena dengan modal satu dirham, pohon ini memasak ribuan rithel dan ton makanan, lalu dipersembahkan kepada mereka yang lapar, 

220. Page

bekerja dengan neraca nan jeli yang tidak menyisakan ruang sekecil apapun untuk faktor kebetulan, mengumumkan serta menegaskan nama Huwal Bathin (Dia yang batin) dengan ratusan ribu cara dan bentuk, seperti sebagian malaikat yang bertasbih dengan 100 ribu lisan.

Selanjutnya, seperti halnya bumi yang merupakan pohon dari sisi kehidupan tahunan, seperti halnya ia memperlihatkan pencatatan dari sisi empat nama sebelumnya dan menjadikannya sebagai kunci perhimpunan, seperti itu juga bumi merupakan pohon menawan yang mengirim buah-buhannya ke pasar akhirat mengacu pada kehidupan duniawi, juga sebagai pembias dan cermin empat nama-nama tersebut, membuka jalan yang membentang menuju akhirat, dimana akal kita tidak mampu menjangkau dan mengungkapkan luasnya. Namun kami akan menyampaikan sebatas berikut ini;

Seperti halnya jarum jam yang menghitung detik, menit, jam, dan hari yang mirip satu sama lain, mempertegas satu sama lain, terpaksa harus membenarkan seluruh jarum yang melihat pergerakan jarum detik, seperti itu juga perjalanan hari yang mirip satu sama lain yang menghitung detik demi detik dunia ini yang merupakan jam besar Sang Pencipta langit dan bumi, menghitung tahun demi tahun dengan menghitung menit demi menitnya, menghitung masa demi masa yang mengisyaratkan jam demi jam yang dilalui, perputaran jarum-jarum jam yang memberitahukan hari demi hari yang dilalui, yang mirip satu sama lain dan menegaskan satu sama lain, mengabarkan kedatangan musim semi yang akan datang melalui sejumlah pertanda tanpa batas, mengabarkan kedatangan pagi abadi musim dingin nan gelap bagi dunia fana, maka secara pasti juga memberitahukan kedatangan pagi hari setelah malam ini, dan musim semi setelah musim dingin ini.

Seperti itulah nama-nama;

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ

 “Dialah yang Awal dan yang Akhir yang Zhahir dan yang Batin,” (QS. Al-Hadid: 3) beserta nama Al-Hafizh (Maha memelihara), menjawab pertanyaan kita kepada Pencipta kita tentang perhimpunan melalui hakikat yang telah disebut di atas.

Karena kita melihat dengan mata dan memahami dengan akal bahwa manusia adalah puncak dan buah pohon jagad raya ini yang paling komplit, dan manusia adalah benih asli pohon jagad raya dari sisi hikmah Muhammad Saw., juga sebagai ayat terbesar Al-Qur'an jagad raya, juga ayat kursinya.

Karena manusia menyandang nama paling agung, tamu paling mulia di istana alam raya, petugas paling aktif di tengah istana alam raya, ia diizinkan untuk mengatur seluruh penduduk alam raya, dan pengawas yang paling bernilai dan terkenal dari sisi reputasi dan tanggungjawab. Karena dibekali ratusan ilmu pengetahuan dan ribuan disiplin, manusia diberi tugas untuk mengawasi segala pemasukan dan belanja, dan bercocok tanam di kampung bumi di kota alam raya, selain sebagai pengawas Sang Penguasa azali-abadi di wilayah bumi di negeri alam semesta, sehingga ia bekerja di bawah pengawasan dan khalifah-Nya.

Manusia adalah pekerja Sang Penguasa yang segala tingkah lakunya dicatat dengan rapi, baik yang kecil maupun yang besar. Ia adalah hamba menyeluruh yang ditugaskan untuk beribadah secara menyeluruh, memikul amanat besar di atas pundaknya, amanat yang langit, bumi dan gunung enggan untuk memikulnya. Di hadapan 

221. Page

manusia terbuka dua jalan luar biasa; di salah satu jalan ini, manusia adalah makhluk hidup paling sengsara, dan di jalan satunya lagi, ia adalah makhluk paling bahagia.

Manusia adalah cerminan nama-nama ilahi secara keseluruhan, karena nama paling agung Sang Penguasa alam raya ini membias pada manusia. Manusia adalah lawan bicara khusus-Nya. Manusia paling mengerti dan memahami khitab dan kalam subhani, makhluk hidup yang paling miskin di alam raya ini, memiliki kehidupan yang malang.

Selain lemah dan miskin tanpa batas, manusia juga memiliki serangkaian tujuan dan keinginan tanpa batas, memiliki musuh dan segala hal berbahaya yang menyakiti tanpa batas. Manusia adalah makhluk hidup yang paling kaya dari sisi kesiapan, namun paling menderita dari sisi menikmati hidup. Segala kenikmatan manusia dikotori oleh banyak sekali duka derita yang berat. Manusia adalah makhluk yang paling merindukan dan memerlukan keabadian, yang paling layak dan berhak untuk hidup abadi.

Manusia adalah makhluk yang selalu memohon hidup abadi dan bahagia abadi dengan doa-doa tanpa batas, memohon sepenuh hati untuk meraih keinginan itu. Manusia adalah makhluk yang seandainya seluruh kenikmatan dunia diberikan padanya, tentu tidak bisa memuaskan keinginannya untuk tetap hidup.

Manusia adalah mukjizat kuasa shamadani dan makhluk ilahi yang sangat menakjubkan dan menawan, mencintai Zat yang berbuat baik padanya hingga ke tingkatan penyembahan, membuat dirinya dicintai sehingga ia pun dicintai. Manusia adalah makhluk mencakup seluruh alam raya, seluruh organ manusia bersaksi bahwa ia diciptakan untuk pergi menuju keabadian. Manusia terkait dengan Al-Haq yang merupakan salah satu nama Allah melalui duapuluh hakikat menyeluruh seperti hakikat-hakikat ini. Manusia selalu mendikte nama Al-Hafizh (Maha mencatat, Maha menjaga) agar mencatat seluruh amal perbuatannya yang berkenaan dengan alam raya, Zat yang memenuhi kebutuhan paling sederhana bagi makhluk hidup paling kecil.

Allah mendengar doa dan permohonannya, memperkenankan doanya, mencatat seluruh amal perbuatannya, meminta para malaikat pencatat amal perbuatan untuk mencatat segala amal perbuatannya yang penting, dan yang meraih nama tersebut dengan pandangan yang jeli melebihi apapun yang lain.

Saya sampaikan, tidak perlu diragukan dan tanpa syubhat apapun, perhimpunan dan kebangkitan manusia pasti akan terjadi sesuai duapuluh hakikat tersebut. Seluruh pengabdian yang pernah dilakukan akan diberi balasan, dan ia akan dihukum atas segala kesalahan yang ia lakukan sesuai nama Al-Hafizh (Maha menjaga, Maha mencatat).

Di hadapan manusia akan dibuka pintu-pintu negeri jamuan kebahagiaan abadi di negeri abadi, dan pintu-pintu penjara kesengsaraan abadi. Tidak akan pernah lenyap seorang perwira yang pernah memimpin sebagian besar kelompok di dunia ini, berbuat kerusakan di sana dan kadang mencampuradukkan urusan-urusan dunia. Ia tidak akan lenyap di tanah, tidur selamanya di sana tanpa dibangunkan lagi untuk ditanyai tentang segala amal perbuatannya.

Jika tidak, maka dugaan bahwa Allah tidak mendengar doa-doa tanpa batas terkait hak-hak manusia yang mengarah kepada keabadian, yang dipanjatkan dengan lisan duapuluh hakikat di atas, yang gemanya mengguncang Arsy maupun serangga, doa-doa sekuat halilintar –padahal Allah mendengar suara lalat dan memperkenankan permohonannya dengan memberikan kehidupan padanya. Anggapan bahwa hak-hak tanpa batas ini akan disia-siakan, demikian juga anggapan sia-sianya hikmah –yang sama sekali tidak menyia-nyiakan apapun meski hanya seukuran sayap lalat berdasarkan 

222. Page

kesaksian keteraturan dan keindahan sayap lalat- sama seperti menyia-nyiakan segala persiapan manusia yang terkait dengan seluruh hak-hak di atas secara menyeluruh, menyia-nyiakan segala keinginan dan harapan manusia yang membentang hingga selama-lamanya, menyia-nyiakan sebagian besar kaitan dan hakikat alam raya yang memenuhi segala kesiapan dan keinginan.

Kami katakan, anggapan bahwa semua hal di atas disia-siakan secara menyeluruh adalah kezaliman dan keburukan yang berada di luar lingkup kemungkinan, karena seluruh wujud yang mengakui nama-nama Al-Haq (Maha Benar), Al-Hafizh (Maha menjaga, Maha mencatat), Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-Jamil (Maha Indah), Ar-Rahim (Maha Penyayang), menolak anggapan tersebut dan mengatakan, “Itu seratus persen mustahil, dan tertolak dari seribu sisi.”

Nama Al-Haq (Maha Benar), Al-Hafizh (Maha menjaga, Maha mencatat), Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-Jamil (Maha Indah), Ar-Rahim (Maha Penyayang), menjawab pertanyaan kita kepada Pencipta kita tentang perhimpunan dan menyatakan, “Seperti halnya kami ini benar dan nyata, maka perhimpunan juga benar dan pasti akan terwujud, seperti keberadaan semua wujud yang memberikan kesaksian pada kita.”

Mengingat …

Saya sebenarnya ingin menulis lebih banyak lagi. Namun saya rasa cukup sampai di sini saja karena masalah ini sudah jelas, sejelas matahari.

Seperti halnya setiap bagian nama-nama Allah yang berjumlah seratus, bahkan seribu yang tertuju pada jagad raya, secara pasti menegaskan keberadaan para penyandang nama-nama tersebut –mengacu pada hakikat-hakikat yang telah disebutkan pada contoh-contoh sebelumnya, juga mengacu pada poin “mengingat” di atas- melalui cermin dan pembiasan-pembiasan nama-nama tersebut di seluruh wujud, bagian dari nama-nama tersebut juga menunjukkan dan menegaskan perhimpunan dan negeri akhirat secara pasti.

Seperti halnya Rabb kita memberikan jawaban suci dan pasti untuk permohonan yang kita pinta pada-Nya melalui firman-firman-Nya, melalui kitab-kitab yang Ia turunkan, dan melalui nama-nama-Nya dimana Dialah yang menyandang semua nama tersebut, Ia juga memberikan jawaban melalui lisan para malaikat-Nya.

Artinya, membuat mereka berbicara dengan cara berbeda dan mereka menjawab permohonan kita dengan mengatakan, “Ada banyak sekali kejadian dan peristiwa sekuat ratusan riwayat mutawatir pertemuan kalian dengan makhluk-makhluk ruhani dan juga kami sejak masa Adam a.s., ada banyak sekali tanda-tanda dan petunjuk tanpa batas yang menunjukkan keberadaan dan ubudiyah kami makhluk-makhluk ruhani. Kami berkata dan selalu berkata ketika bertemu dengan para pemimpin kalian, ‘Kami berkelana di ruang-ruang akhirat dan di sebagian rumah-rumah akhirat.’ Dengan demikian, tidak diragukan bahwa ruang-ruang abadi nan indah yang kami datangi, juga istana-istana dan rumah-rumah berhampar dan berhias yang ada di baliknya, menantikan kedatangan tamu-tamu terhormat untuk menjamu mereka. Kami sama sekali tidak meragukan hal itu’.”

Mengingat Pencipta kita menunjuk Muhammad Saw. pengajar guru paling agung, guru paling sempurna, dan pembimbing paling tulus untuk kita, ia tidak sesat ataupun menyesatkan, dan diutus sebagai penutup para nabi, maka terlebih dahulu kita harus bertanya kepada guru kita ini terkait apa yang kita tanyakan kepada Pencipta kita, dengan harapan kita naik dari tingkatan ‘ilmul yaqin ke tingkatan ‘ainul yaqin dan haqqul yaqin, serta sampai pada kesempurnaan.


223. Page

Seperti halnya Nabi Saw. –beliau adalah salah satu mukjizat Al-Qur'an- melalui seribu mukjizat dimana masing-masing di antaranya merupakan tanda kebenaran untuk beliau dari Sang Pencipta, menegaskan bahwa Al-Qur'an benar adanya dan Al-Qur'an adalah kalam Allah, demikian halnya Al-Qur'an –sebagai mukjizat terbesar beliau- melalui empatpuluh jenis kemukjizatannya, menegaskan beliau benar, terpercaya, dan utusan Allah, maka tidak diragukan bahwa hakikat perhimpunan yang beliau sampaikan dan tegaskan oleh masing-masing dari keduanya dengan seribu ayat –salah satunya lisan alam nyata yang berarti mempercayai seluruh nabi dan wali di seluruh kehidupannya, dan lisan lainnya adalah lisan gaib yang berarti membenarkan seluruh firman samawi dan hakikat-hakikat kauniyah- benar adanya dan nyata, senyata matahari dan siang hari.

Ya, persoalan seperti perhimpunan yang merupakan persoalan paling menakjubkan dan penting, yang berada di luar lingkup akal, hanya bisa diurai dan difahami melalui pelajaran dua guru agung seperti dua guru ini.

Adanya para nabi dahulu tidak menjelaskan hakikat ini kepada umat mereka seperti halnya Al-Qur'an adalah karena masa yang ada saat itu adalah masa primitif dan era kekanak-kanakan bagi umat manusia. Untuk itu, penjelasan yang disampaikan dalam pelajaran-pelajaran “Sekolah Dasar” umumnya sederhana.

Kesimpulan;

Mengingat sebagian besar nama-nama Allah mengharuskan adanya akhirat, maka tidak diragukan bahwa seluruh hujah yang menunjukkan nama-nama itu juga menunjukkan adanya akhirat dari satu sisi.

Mengingat para malaikat mengabarkan mereka melihat rumah-rumah akhirat dan alam baqa, tidak diragukan bahwa dalil-dalil yang menegaskan keberadaan para malaikat, ruh, dan ruhani, serta ibadah mereka, juga menunjukkan adanya akhirat.

Mengingat dakwah dan persoalan utama dalam kehidupan Muhammad Saw. secara keseluruhan adalah akhirat setelah tauhid, maka tidak diragukan bahwa seluruh mukjizat dan hujah yang menunjukkan nubuwah dan kebenaran beliau, juga menguatkan –dari satu sisi dan secara tidak langsung- keberadaan dan kedatangan akhirat.

Mengingat seperempat Al-Qur'an berisi perhimpunan dan akhirat, Al-Qur'an berusaha menegaskan keduanya ini melalui ribuan ayat dan mengabarkan tentang keduanya, maka tidak diragukan bahwa seluruh hujah dan dalil yang menguatkan dan menunjukkan Al-Qur'an benar adanya, juga secara tidak langsung menunjukkan dan menguatkan adanya akhirat, akhirat pasti terwujud dan terbuka.

Sekarang perhatikan dan pandanglah bagaimana rukun iman ini kuat dan pasti!

Kesimpulan Permasalahan Kedelapan

Kami sebenarnya memiliki banyak pertanyaan tentang perhimpunan dalam “permasalahan ketujuh,” namun jawaban Pencipta kita melalui nama-nama-Nya, memberikan kita keyakinan dan kepuasan yang kuat hingga tidak lagi memerlukan pertanyaan-pertanyaan lain. Untuk itu, permasalahan ini cukup sampai di sini saja.

Berikut akan disimpulkan satu di antara sekian manfaat dan hasil dalam permasalahan ini yang diwujudkan keimanan kepada akhirat seputar kebahagiaan akhirat dan dunia.


224. Page

Bahasan terkait kebahagiaan akhirat kami alihkan pada Al-Qur'an al-mu’jizul bayan, karena seluruh penjelasan Al-Qur'an tidak lagi memerlukan penjelasan lain.

Berikut ini –dengan kesimpulan singkat- akan kami jelaskan tiga atau empat hasil saja di antara ratusan hasil terkait kehidupan pribadi dan sosial manusia, sementara penjelasan terkait kebahagiaan dunia kami alihkan ke Risalah-risalah An-Nur.

Pertama;

Seperti halnya manusia –berbeda dengan makhluk hidup lain- memiliki hubungan dengan lingkungan rumah, ia juga memiliki hubungan dengan dunia. Seperti halnya memiliki hubungan dengan sanak kerabat, ia juga memiliki hubungan erat dan fitrah dengan golongan manusia. Seperti halnya manusia menyukai kehidupan sementara di dunia, ia juga menginginkan hidup di negeri abadi hingga sampai pada tingkat rindu.

Seperti halnya manusia berusaha memenuhi kebutuhan makan, ia juga dipaksa oleh fitrah untuk memenuhi hidangan dan makanan-makanan luas seluas dunia, bahkan membentang hingga ke keabadian untuk akal, hati, ruhani, dan kemanusiaan. Manusia benar-benar mengusahakan hal itu. Ia memiliki banyak sekali keinginan dan tuntutan yang sama sekali tidak terpuaskan selain dengan kebahagiaan abadi, hingga suatu ketika saat masih kecil, saya bertanya kepada alam hayalan saya seperti yang telah disinggung dalam kalimat kesepuluh, “Mana yang lebih kau suka; kau diberi umur selama sejuta tahun dengan kekuasaan dunia, namun kau akan berakhir pada ketiadaan dan kefanaan, ataukah wujud abadi namun biasa dan banyak kesulitan?”

Hayalan saya lebih memilih pilihan kedua dan merasa jijik pada pilihan pertama seraya berkata, “Saya ingin hidup abadi, meski di neraka Jahanam.”

Mengingat kenikmatan-kenikmatan dunia ini tidak memuaskan kekuatan hayalan yang merupakan salah satu pelayan esensi manusia, maka tidak diragukan bahwa esensi manusia menyeluruh memiliki hubungan dengan keabadian menurut fitrahnya.

Keimanan terhadap akhirat bagi manusia yang miskin secara mutlak –yang bermodal pilihan parsial, yang terkait dengan keinginan dan angan tanpa batas- adalah buah dan manfaat, karena keimanan ini adalah harta simpanan besar yang cukup dan memadai. Ia adalah inti kebahagiaan dan kenikmatan, sumber pertolongan, inti hiburan terhadap berbagai duka derita dunia tanpa batas.

Untuk itu, andai manusia mengorbankan kehidupan dunia demi meraih harta simpanan keimanan ini, tentu masih terbilang murah.

Buah dan manfaat iman yang kedua yang mengarah kepada kehidupan pribadi;

Manfaat yang sangat penting ini telah dijelaskan dalam “permasalahan kedua” dalam salah satu catatan kami risalah “mursyidusy syabab” (pedoman untuk para pemuda).

Ya, duka paling utama yang selalu menyita fikiran setiap orang adalah cara memasuki negeri ketiadaan seperti yang telah dilalui orang-orang tercinta dan sanak kerabat yang telah masuk ke dalam kuburan lebih dahulu.

Si manusia malang yang mengorbankan ruh demi seorang kekasih. Kala membayangkan kematian ribuan, jutaan bahkan milyaran orang-orang tercinta dalam perpisahan abadi, ia tersiksa, lebih berat dari siksa neraka karena fikiran ini. Tiba-tiba, 

225. Page

keimanan terhadap akhirat datang kepadanya, membuka pandangannya, menghilangkan tirai penutup dari dirinya, dan berkata kepadanya, “Lihatlah!”

Ia kemudian melihat dengan cahaya iman, ternyata ia merasakan kenikmatan ruhani yang mengisyaratkan kenikmatan surga melalui musyahadah bahwa orang-orang yang ia cinta selamat dari kematian abadi dan kefanaan. Mereka dengan senang hati menanti kedatangannya di alam cahaya.

Cukup sekian saja, karena hasil ini sudah dijelaskan dengan serangkaian hujah dalam Risalah-risalah An-Nur.

Faidah iman yang ketiga terkait kehidupan pribadi;

Keunggulan manusia di atas seluruh makhluk hidup, tingginya kedudukan dan tingkatan manusia semata karena sifat-sifat luhur yang dimiliki, kesiapan-kesiapan menyeluruh, ibadah menyeluruh, dan lingkup wujudnya nan luas.

Nyatanya, manusia memiliki sifat-sifat luhur seperti fanatisme, cinta, persaudaraan, dan kemanusiaan sesuai zaman yang ada saat ini, yang terbatas I antara masa lalu dan masa depan yang tidak ada, mati, dan gelap.

Contoh; seseorang mencintai dan melayani ayah, saudara, istri, umat, dan negara yang sebelumnya tidak ia kenali dan tidak sempat ia lihat setelah berpisah dengan mereka, sehingga jarang mendapatkan kesempatan untuk berteman dan berperilaku tulus secara sempurna, sehingga sifat-sifat baik dan kemuliaan-kemuliaan diri mengecil berbanding lurus dengan kondisi tersebut, karena ia berubah secara drastis dan runtuh ke tingkatan yang lebih rendah dan lebih lemah dari hewan dari sisi akal, bukannya lebih baik dan lebih mulia dari hewan.

Tiba-tiba, keimanan terhadap akhirat datang menolong, merubah zamannya yang sempit laksana kuburan menjadi zaman yang sangat luas sekali, mencakup masa lalu dan masa depan, memperlihatkan lingkup wujud nan luas seluas dunia kepadanya, bahkan membentang dari zaman azali hingga abadi selamanya.

Ia mencintai ayahnya karena keberadaannya sebagai seorang ayah, bahkan di negeri kebahagiaan dan di alam barzakh. Ia mencintai saudaranya karena keberadaannya sebagai saudara yang terus berlaku hingga selama-lamanya. Ia mencintai istrinya yang menurutnya sebagai pendamping hidup paling cantik bahkan di surga. Ia menghormati, menyayangi, menolong dan membela mereka semua.

Ia tidak memperalat pengabdian-pengabdian penting yang merupakan hubungan-hubungan paling mulia dalam lingkup wujud dan kehidupan nan agung dan luas untuk hal-hal tiada guna di dunia, atau untuk tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan kecil, sehingga ia mendapat pertolongan untuk menjalin persahabatan lurus dan keikhlasan sempurna.

Segala kesempuranan dan sifat-sifat baiknya mulai meningkat –berbanding lurus dengan kondisi tersebut, dan masing-masing berdasarkan tingkatan yang dimiliki- nilai kemanusiaannya juga meningkat.

Manusia yang tidak mampu mencapai tingkatan burung parkit dalam hal menikmati kehidupan, menjadi tamu paling bahagia dan paling mulia di alam raya, melebihi seluruh makhluk hidup, di samping menjadi hamba terbaik dan yang paling dicintai Pemilik alam raya ini.

Sekian saja penjelasan ini, cukup dengan penjelasan dan hujah-hujahnya yang tertera dalam Risalah-risalah An-Nur.


226. Page

Faidah iman yang keempat terkait kehidupan sosial manusia;

Kesimpulan faidah ini yang dijelaskan dalam “sinar kesembilan” dari Risalah-risalah An-Nur sebagai berikut;

Anak-anak kecil yang merupakan seperempat manusia, tidak bisa hidup sesuai kemuliaan manusia, dan memikul segala kesiapan-kesiapan manusia tanpa keimanan terhadap akhirat.

Tanpa iman, ia akan hidup tidak menentu arah, memainkan permainan-permainan masa kecil untuk meninabobokan diri, melupakan duka, resah, dan derita, karena kematian anak-anak kecil sepertinya di lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap otaknya nan lembut, hatinya nan lemah yang memikul derita-derita jangka panjang, dan ruhnya yang lemah yang tidak mampu melawan.

Kala pengaruh ini menjadikan kehidupan dan akal sebagai alat siksa dan penyiksaan untuk orang malang tersebut, tiba-tiba ia merasa senang dan lapang dada karena pelajaran keimanan terhadap akhirat, menggantikan duka derita dan keresahan di balik mainan-mainannya hingga tidak terlihat, ia berkata, “Saudara dan teman saya ini meninggal dunia, ia menjadi burung surga, merasakan kenikmatan yang lebih baik dari kita, berkelana di sana. Ibu saya juga meninggal dunia, tapi ia pergi menuju rahmat ilahi, ia akan memeluk saya lagi dan akan memanjakan saya. Saya akan melihat ibu saya yang tercinta dan penuh kasih sayang.”

Seperti itulah ia mampu menjalani kehidupan yang layak bagi kemuliaan insan.

Demikian halnya para orang tua yang mereka adalah seperempat manusia. Mereka tidak menemukan hiburan untuk kehidupan mereka yang tidak lama lagi akan padam, lalu dimasukkan ke tanah, dunia mereka nan indah dan lembut tertutup rapat, selain dalam keimanan terhadap akhirat. Jika tidak, para orang ayah yang penuh cinta dan terhormat, para ibu yang sangat menyayangi dan rela berkorban, mengalami jeritan-jeritan ruhani, dan guncangan jiwa yang menjadikan dunia penjara dalam derita dan putus asa, menjadikan kehidupan sebagai siksa berat dan keras bagi mereka.

Namun keimanan terhadap akhirat berkata kepada mereka, “Tidak perlu resah, karena kalian memiliki masa muda abadi, kehidupan terang, dan usia tanpa batas tengah menanti. Dengan senang, kalian akan bertemu kembali dengan anak-anak dan para kerabat yang telah pergi meninggalkan kalian. Seluruh kebaikan kalian tercatat rapi, kalian akan mendapatkan pahalanya.”

Seperti itulah keimanan terhadap akhirat memberi mereka hiburan dan kelapangan, dimana andai seratus masa tua berkumpul di kepala masing-masing di antara mereka, tentu tidak mampu membuat mereka putus asa.

Demikian halnya para pemuda yang mereka adalah sepertiga manusia, gairah mereka meluap, kalah oleh perasaan, dan tidak setiap saat berpegangan pada akal mereka yang pemberani. Jika mereka kehilangan keimanan terhadap akhirat dan tidak ingat siksa jahanam, maka harta benda, kehormatan orang-orang yang menjaga diri, kenyamanan dan kehormatan para orang tua di tengah-tengah masyarakat berada dalam bahaya, karena sebagian pemuda seperti ini menghancurkan kebahagiaan keluarga hanya demi kenikmatan sesaat selama satu menit saja, sehingga disiksa dalam penjara seperti ini selama empat atau lima tahun, dan menjadi seperti hewan pemangsa.

Kala keimanan kepada akhirat datang membantu, ia akan segera sadar kembali, merasa iba dan hormat kepada orang-orang hendak ia perlakukan secara semena-mena, 

227. Page

dan akan mengatakan, “Mata pemerintah memang tidak melihat saya dan saya bisa bersembunyi dari mereka. Namun para malaikat Penguasa Pemilik kemuliaan yang memiliki penjara seperti neraka Jahanam, melihat dan mencatat segala keburukan saya. Saya tidak belas lepas, saya hanya musafir yang punya tugas. Saya pun akan menjadi tua dan lemah seperti mereka.”

Sekian saja, cukup dengan penjelasan makna ini dalam Risalah-risalah An-Nur lengkap dengan dalil-dalilnya.

Demikian halnya mereka yang mewakili golongan penting umat manusia, mereka adalah orang-orang sakit dan teraniaya, juga orang-orang seperti kita yang tertimpa musibah, miskin dan terpenjara yang dijatuhi hukuman-hukuman berat. Jika orang-orang seperti mereka ini tidak ditolong keimanan terhadap akhirat, maka kematian yang selalu terpampang di depan mata masing-masing dari mereka melalui peringatan sakit, pengkhianatan orang zalim yang tidak memungkinkan bagi serang pun di antara mereka untuk menuntut balas padanya, dan orang yang tidak mampu menyelamatkan kehormatan diri dari perlakuan semena-mena orang lain, putus asa pilu karena kematian anak-anak dan hilangnya harta benda secara sia-sia karena musibah-musibah besar, kesulitan yang membuat marah yang muncul akibat siksa penjara seperti penjara kita ini selama lima atau sepuluh tahun hanya gara-gara kenikmatan selama beberapa menit saja, satu atau dua jam saja, tentu tidak diragukan bahwa semua ini merubah dunia menjadi penjara, merubah kehidupan menjadi siksa kasar bagi orang-orang malang seperti mereka.

Namun ketika keimanan terhadap akhirat membantu mereka, mereka bernafas lega. Kesempitan, kesulitan, keresahan, dan gejolak untuk menuntut balas hingga batasan tertentu, hilang dari diri mereka, dan kadang benar-benar hilang sesuai tingkat keimanan masing-masing di antara mereka.

Bahkan bisa saya katakan, “Andai saja keimanan terhadap akhirat tidak menolong kami –saya dan sejumlah saudara-saudara saya- di penjara yang kami masuki tanpa sebab ini, dan di tengah musibah besar kami ini, tentu akan terasa sangat berat memikul beban ini meski hanya satu hari saja seberat kematian, dan tentu akan memicu kami merasa bosan hidup.”

Namun pujian tanpa batas saya panjatkan kepada Allah, karena meski saya mengalami banyak sekali derita akibat musibah yang menimpa sekian banyak saudara-saudara yang lebih saya cintai melebihi diri saya sendiri, meski saya menyesal atas hilang dan tangisan kitab-kitab saya yang sangat bernilai, ribuan Risalah-risalah An-Nur yang lebih saya cintai dari kedua mata saya sendiri, meski sejak lama saya tidak mampu memikul beban kesewenang-wenangan orang lain terhadap saya meski hanya sedikit saja, saya tegaskan pada Anda sekalian seraya bersumpah atas nama Allah, bahwa cahaya dan kekuatan keimanan terhadap akhirat memberi saya kesabaran, hiburan dan keteguhan. Bahkan mungkin juga memberi saya keinginan, cita-cita, dan semangat untuk meraih pahala terbesar, berjihad di tengah ujian nan menyenangkan, karena saya menganggap diri saya berada di dalam madrasah lembut, baik, dan diberkahi yang layak disebut “madrasah Yusuf” seperti yang saya sebut di bagian awal risalah ini.

Andai bukan karena berbagai penyakit yang kadang menimpa saya, perasaan-perasaan yang muncul akibat masa tua, tentu saya lebih banyak menelaah pelajaran-pelajaran saya dengan senang hati dan menyenangkan. Bagaimanapun juga, kita menyimpang dari persoalan utama terkait maqam ini. Untuk itu, mohon dimaafkan dan tidak dikritik.


228. Page

Selain itu, setiap orang memiliki dunia kecil, bahkan surga kecil; rumah. Jika keimanan terhadap akhirat tidak menguasai kebahagiaan rumah tersebut, ia pasti merasa resah. Setiap anggota keluarga pasti menderita secara mencengangkan, tergantung tingkat kasih sayang, cinta, dan hubungannya dengan orang lain yang ada di rumah itu. Surga keluarga akan berubah menjadi neraka. Atau ia akan meninabobokan akal dengan permainan dan kebodohan sesaat.

Dalam hal ini, ia seperti burung unta yang melihat seorang pemburu. Ia tidak bisa lari ataupun terbang, lalu memasukkan kepala ke dalam pasir agar tidak terlihat oleh si pemburu. Demikian pula setiap anggota keluarga yang tidak memiliki iman, ia memasukkan kepala di dalam kelalaian agar tidak terlihat oleh kematian, ketiadaan, dan perpisahan. Artinya, ia menemukan solusi sederhana sesaat, seperti menghapus dan menggugurkan perasaan untuk sesaat, karena seorang ibu misalnya, akan gemetar ketakutan ketika melihat anak-anaknya –yang karena mereka ini sang ibu rela mengorbankan nyawa- terancam bahaya.

Demikian pula anak-anak yang tidak mampu menyelamatkan orang tua dan saudara-saudara dari berbagai ujian dan musibah tiada henti, mereka selalu merasa sedih dan takut.

Mengacu pada contoh tersebut, kehidupan keluarga yang dikiranya bahagia di dunia nan terguncang dan tiada menetap ini, kehilangan kebahagiaan dari banyak sisi, karena hubungan dan kedekatan dalam kehidupan singkat tidak memberikan persahabatan hakiki, ketulusan sempurna, cinta tulus dan murni yang jauh dari kepentingan, sehingga akhlak melemah karena berbanding lurus dengan kondisi yang ada, bahkan jatuh runtuh dan runtuh.

Ketika keimanan terhadap akhirat memasuki rumah ini, seketika itu juga akan memberikan sinar dan cahaya. Hubungan, kasih sayang, kedekatan, dan cinta yang terjalin di antara para anggota keluarga, bukan sesaat jika dibandingkan dengan rentang waktu singkat yang mereka habiskan bersama. Bahkan, mereka saling menghormati satu sama lain secara hakiki, mencintai, mengasihi, merasakan dan menunjukkan persahabatan pada yang lain dengan anggapan hubungan tersebut akan terus berlanjut hingga di negeri akhirat dalam kebahagiaan abadi. Saling memaafkan segala kekurangan, tidak memandang segala kesalahan, dan memaafkan. Dan begitu seterusnya.

Saat itu, akhlak terangkat tinggi, dan kebahagiaan hakiki insani mulai berkembang di tengah-tengah keluarga.

Cukup sekian saja, karena makna poin ini juga sudah dijelaskan dalam Risalah-risalah An-Nur lengkap dengan dalil-dalilnya.

Demikian halnya sebuah kota yang merupakan rumah luas bagi para penduduknya. Jika keimanan terhadap akhirat tidak menguasai para anggota keluarga besar ini, tentu berbagai kondisi dan tindakan tidak baik menyebar disana-sini, seperti niat-niat tidak baik, kepentingan, penipuan, pemalsuan, egoisme, sikap dibuat-buat, pamer, suap, dan tipuan, bukannya keikhlasan, kejujuran, perangai baik, kehormatan, pengorbanan, pahala akhirat dan ridha Allah yang merupakan asas akhlak-akhlak baik.

Saat itu, teror dan sikap liar atas nama keamanan dan kemanusiaan menyebar, kehidupan kota tersebut terkena racun, anak-anak mulai berakhlak tidak baik, para pemuda mabuk-mabukan, orang-orang kuat berbuat zalim, para orang tua menangis.

Mengacu pada kondisi di atas, negara juga merupakan rumah, negeri juga rumah bagi keluarga umat. Ketika keimanan terhadap akhirat menyebar di rumah-rumah nan 

229. Page

luas ini, penghormatan tulus, kasih sayang lurus, cinta dan bantuan tanpa suap, pengabdian dan pergaulan tanpa tipuan, kebaikan dan perangai baik tanpa pamer, keagungan dan nilai kebaikan tanpa egoisme, muncul dalam kehidupan tersebut, karena keimanan terhadap akhirat berkata kepada anak-anak, “Ada surga, maka tinggalkan akhlak tidak baik.”

Keimanan ini mematangkan dan mendidik mereka dengan pelajaran Al-Qur'an. Keimanan ini berkata kepada para pemuda, “Ada neraka, maka tinggalkan mabuk-mabukan.” Keimanan menyadarkan mereka.

Keimanan ini berkata kepada orang zalim, “Ada siksaan berat, dan kau akan menerima tamparan-tamparan.” Iman membuatnya tunduk pada keadilan. Keimanan ini berkata kepada orang tua, “Kebahagiaan akhirat nan abadi jauh lebih besar dari segala macam kebahagiaan yang terlepas dari tanganmu, masa muda nan indah dan kekal tengah menantikanmu, maka berusahalah untuk menggapai kebahagiaan dan masa muda abadi itu.” Iman merubah tangisannya menjadi tawa.

Mengacu pada hal di atas, keimanan terhadap akhirat menampakkan pengaruh baik, menyinari dan menerangi setiap kelompok baik secara menyeluruh ataupun sebagian. Untuk itu, telinga para aktivis sosial dan akhlak yang memiliki perhatian terhadap kehidupan sosial manusia, harus mendengarkan penjelasan ini.

Jika ribuan manfaat akhirat keimanan terhadap akhirat dianalogikan dengan lima atau enam contoh yang kami sampaikan ini, pasti difahami bahwa inti kebahagiaan dunia dan akhirat adalah keimanan semata, bukan yang lain.

Berikut kami sampaikan isyarat singkat terhadap syubhat lemah dari sisi wujud nyata perhimpunan, cukup mengacu pada jawaban-jawaban kuat yang tertera dalam “kalimat keduapuluh delapan” dan seluruh risalah dalam Risalah-risalah An-Nur.

Cermin-cermin nama-nama ilahi yang paling menyeluruh ada pada jasmani, tujuan-tujuan ilahi dalam penciptaan alam raya dan sentralnya yang paling memadai ada pada jasmani, berbagai macam kebaikan rabbani nan indah yang paling banyak ada pada jasmani, biji-biji doa yang dipanjatkan umat manusia kepada Sang Pencipta melalui bahasa kebutuhan dan rasa syukur yang mereka persembahkan kepada Sang Pencipta, juga ada pada jasmani, sebagian besar jenis biji maknawi seluruh alam dan ruhani, juga ada pada jasmani.

Mengacu pada hal tersebut, karena ratusan hakikat terpusat di dalam jasmani, maka Sang Pencipta Nan Maha Bijaksana mengenakan wujud pada semua wujud yang ada dengan efektivitas yang sangat cepat sekali untuk memperbanyak jasmani di bumi, untuk dijadikan sebagai perwujudan hakikat-hakikat tersebut. Mereka ini kemudian dikirim ke tempat pameran, setelah itu membebaskan mereka dari tugas, kemudian (Allah) mengirim yang lain sebagai penggantinya.

Dengan demikian, (Allah) membuat pabrik alam raya ini selalu bekerja tanpa henti, menyulam hasil-hasil jasmani, menjadikan bumi laksana kamar tidur bagi akhirat dan surga.

Bahkan untuk menyenangkan perut jasmani manusia, mendengar dan menerima doa perut itu dengan penuh perhatian demi keberlangsungan hidup melalui bahasa kondisional, dan untuk memperkenankan doanya, berbagai macam makanan sangat menawan, berbagai nikmat dan dalam ratusan ribu bentuk yang sangat berharga tanpa batas, juga ribuan jenis kenikmatan, datang menghampiri jasmani.


230. Page

Ini semua secara pasti dan tanpa ragu menunjukkan, bahwa sebagian besar kenikmatan-kenikmatan surga dan sebagian besar jenis-jenis kenikmatan tersebut bersifat jasmani. Dan kenikmatan paling penting –yang diinginkan semua orang- untuk kebahagiaan abadi adalah kenikmatan jasmani.[1]

Lantas adakah kiranya kemungkinan Yang Maha Kuasa, Maha Penyayang, Maha mengetahui dan Maha Mulia –yang menerima doa perut biasa untuk keberlangsungan hidup dengan bahasa kondisionalnya, membuatnya bahagia dengan makanan-makanan materi penuh mukjizat tanpa batas, terus mengabulkan tanpa adanya faktor kebetulan- tidak menerima seluruh doa menyeluruh tanpa batas yang dipanjatkan manusia melalui perut insani nan besar –sementara ia adalah hasil alam raya yang paling penting, khalifah Allah di bumi, makhluk dan hamba terbaik bagi Sang Pencipta- agar kenikmatan-kenikmatan jasmani diberikan kepadanya di negeri baqa, kenikmatan-kenikmatan yang selalu diinginkan secara fitrah?

Mungkinkah Ia tidak mengabulkan doa-doa itu melalui perhimpunan jasmani?! Tidak menjadikan manusia bahagia selamanya?! Sehingga Allah laksana orang yang mendengar suara lalat namun tidak mendengar suara petir, seperti orang yang memperhatikan keperluan-keperluan prajurit biasa dengan sepenuh perhatian namun tidak memperhatikan seluruh kelompok pasukan secara mutlak! Ini seratus persen mustahil dan batil.

Ya, sesuai nash tegas dan qath’i ayat berikut;

وَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ ۚوَاَنْتُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَۚ

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata.” (QS. Az-Zukhruf: 71)

Manusia akan melihat dan merasakan kenikmatan-kenikmatan jasmani yang lebih ia sukai dari apapun kenikmatan lain, merasakan contoh-contohnya di dunia dalam bentuk yang sesuai dengan surga, dan akan diberi pahala ibadah-ibadah khusus, syukur nan murni yang ditunaikan anggota-anggota badan, seperti lisan, mata, telinga dengan kenikmatan-kenikmatan jasmani khusus untuk anggota-anggota badan itu.

Al-Qur'an menjelaskan kenikmatan-kenikmatan jasmani itu secara tegas, yang tidak mungkin makna lahiriahnya ditakwilkan dengan berbagai macam penakwilan sehingga makna tersebut tidak diterima.

Intinya, buah dan hasil keimanan terhadap akhirat menunjukkan sebagai berikut;

Seperti halnya hakikat perut yang merupakan salah satu organ tubuh manusia dan segala kebutuhannya secara pasti menunjukkan adanya makanan, seperti itu juga hakikat, segala kesempurnaan dan kebutuhan fitrah manusia, segala keinginan dan harapan abadi, hakikat-hakikat keimanan terhadap akhirat yang menuntut serangkaian hasil dan manfaat tersebut, segala kesiapan manusia yang lebih pasti menunjukkan adanya akhirat, surga, dan kenikmatan-kenikmatan jasmani abadi, memperkuat wujud nyata semua itu, maka seperti itu juga bagian Risalah-risalah An-Nur –khususnya “kalimat kesepuluh” dan dua maqam dari “kalimat keduapuluh delapan” dan “kalimat keduapuluh sembilan,” juga “sinar kesembilan” dan “risalah munajat”- melalui hujah-hujah dan secara nyata tanpa menyisakan ruang syubhat apapun, menegaskan bahwa hakikat segala kesempurnaan dan tanda-tanda kauniyah alam raya ini memiliki banyak makna, seluruh hakikat insani yang

[1] Maksudnya wujud kenikmatan materi di surga.



231. Page

berkenaan dengan hakikat-hakikat tersebut, menunjukkan dan menguatkan adanya negeri akhirat, menunjukkan datangnya perhimpunan, terbukanya surga dan neraka.

Berikut akan kami sampaikan kisah panjang ini secara ringkas, seraya mengalihkan penjelasan tuntasnya pada risalah-risalah yang telah disebutkan di atas.

Penjelasan-penjelasan Al-Qur'an seputar neraka sangat jelas dan nyata, hingga tidak memerlukan penjelasan-penjelasan lain. Hanya saja berikut ini akan kami sampaikan penjelasan sangat singkat terkait beberapa noktah yang menghilangkan beberapa syubhat lemah, seraya mengalihkan penjelasan-penjelasan rincinya ke Risalah-risalah An-Nur.

Noktah pertama;

Pengertian neraka tidak menghilangkan kenikmatan-kenikmatan buah keimanan sebelumnya, karena rahmat rabbani tanpa batas berkata kepada seseorang yang takut, “Kemarilah, masuklah melalui pintu taubat,” agar keberadaan neraka tidak membuatmu takut, dan justru membuatmu mengenali kenikmatan-kenikmatan surga secara sempurna, selanjutnya engkau dan juga makhluk-makhluk lain yang diperlakukan secara semena-mena hak-haknya, akan dibalaskan, sehingga kalian merasa lega dan bahagia.

Jika kau tenggelam dalam kesesatan dan tidak mampu melepaskan diri, keberadaan neraka seribu kali lebih baik dari hukuman mati abadi, di samping neraka dalam batasan tertentu merupakan rahmat bagi orang-orang kafir, karena manusia –bahkan hewan-hewan kecil- merasa nikmat karena kenikmatan dan kebahagiaan orang-orang terdekat, anak-anak, dan orang-orang tercinta.

Untuk itu wahai orang atheis! Kau akan berakhir menuju ketiadaan dan hukuman mati abadi dari sisi kesesatanmu. Kau akan masuk neraka atau ketiadaan yang murni sebagai keburukan, sehingga ruh, hati, dan esensimu sebagai manusia terbakar ribuan kali lebih panas dari jilatan api neraka, karena seluruh orang-orang tercinta, orang-orang dekat, asal usul dan keturunanmu –dimana kau senang karena kebahagiaan mereka- akan sama-sama lenyap tanpa bekas bersamamu.

Karena jika neraka tidak ada, tentu surga juga tidak ada, karena semuanya berakhir menuju ketiadaan karena kekafiranmu. Sementara jika kau masuk neraka dan tetap berada dalam lingkup keberadaan, saat itu orang-orang tercinta dan orang-orang dekatmu mungkin bahagia berada di surga, atau mungkin pula meraih semacam rahmat dalam lingkup wujud. Dengan demikian, kau harus berpihak pada neraka, karena memilih sikap yang berseberangan dengan neraka artinya berpihak ada ketiadaan, sehingga kau berpihak pada tidak adanya kebahagiaan orang-orang tercinta tanpa batas.

Ya, neraka Jahanam adalah negeri yang nyata dan mencengangkan, memiliki keluhuran, berperan sebagai penjara dalam bentuk bijak dan adil milik Yang Maha Bijaksana untuk lingkup keberadaan yang murni baik. Neraka memiliki banyak sekali kenikmatan-kenikmatan lain di samping perannya sebagai penjara, memiliki banyak sekali hikmah dan pengabdian terkait alam baqa. Neraka adalah tempat milik Allah bagi banyak sekali makhluk hidup, seperti malaikat Zabaniyah.

Noktah kedua;

Keberadaan neraka dan siksa kerasnya tidak menafikan rahmat tanpa batas, keadilan hakiki dan hikmah bijak nan tiada berlebihan, bahkan rahmat, keadilan, dan hikmah-lah yang mengharuskan keberadaan neraka.


232. Page

Seperti halnya menghukum orang zalim yang menerjang hak ribuan orang tidak bersalah, membunuh hewan buas yang mengoyak ratusan hewan teraniaya, semata merupakan seribu rahmat untuk makhluk-makhluk teraniaya dalam lingkup keadilan.

Seperti halnya memaafkan orang zalim dan melepaskan hewan buas tersebut merupakan perlakuan kasar –hingga seratus kali lipat- bagi ratusan makhluk-makhluk malang demi kepentingan satu orang atau satu hewan yang tidak pada tempatnya, seperti itu juga orang kafir yang masuk penjara Jahanam bersama yang lain, ia patut mendapatkan ancaman ayat;

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa`: 48)

Karena dengan kekafiran mutlaknya, ia melanggar hak-hak nama-nama ilahi dengan mengingkarinya, karena ia melanggar hak-hak semua wujud yang mengakui nama-nama ilahi itu dengan mendustakan kesaksian mereka semua, karena ia melanggar hak-hak seluruh makhluk dengan mengingkari seluruh tugas-tugas luhur mereka yang laksana tasbih-tasbih terhadap nama-nama itu, karena ia melanggar hak-hak seluruh wujud yang ada dengan mendustakan tujuan penciptaan mereka, dan sebab keberadaan mereka yang merupakan jawaban atas ubudiyah sebagai pembiasan-pembiasan rububiyah ilahi dan cermin-cerminnya.

Ini kejahatan besar dan kezaliman buruk yang tidak bisa diampuni.

Tidak dimasukkannya orang seperti ini ke dalam neraka karena alasan rahmat tidak pada tempatnya, merupakan tindakan kasar tanpa batas terhadap orang-orang yang mengadu tanpa batas, yang hak-hak mereka dilanggar.

Seperti halnya orang-orang yang mengadu menginginkan keberadaan neraka, maka kemuliaan keluhuran dan keagungan kesempurnaan juga secara pasti menginginkan keberadaannya.

Ya, seperti halnya seorang tolol dan durhaka yang berbuat semena-mena terhadap hak-hak penduduk suatu wilayah tertentu, andai dia berbuat jahat kepada penguasa negeri itu dengan mengatakan, “Kau tidak bisa memasukkanku ke dalam penjara, dan tidak akan bisa.”

Tidak diragukan, si penguasa wilayah tersebut akan membuat penjara untuk orang tidak sopan ini lalu ia jebloskan orang tersebut ke dalam penjara, meski tidak ada penjara di kawasan tersebut.

Seperti itu juga dengan orang kafir –dengan kekafiran mutlaknya- berbuat jahat kepada kemuliaan keluhuran ilahi, berlaku buruk dan mengingkari kuasa-Nya, melukai kesempurnaan rububiyah-Nya dengan pelanggaran yang ia lakukan, maka tidak diragukan bahwa penciptaan neraka Jahanam untuk orang-orang kafir seperti mereka ini dan memasukkan mereka ke dalamnya, merupakan kondisi kemuliaan dan keluhuran rububiyah, bahkan andai pun tidak ada sebab ataupun hikmah keberadaan neraka untuk serangkaian tugas yang banyak.

Selanjutnya, esensi kekafiran juga memberitahukan adanya neraka.

Ya, seperti halnya jika esensi iman memiliki wujud nyata, tentu segala kenikmatan iman akan berwujud surga secara khusus, sehingga secara tersirat memberitahukan adanya surga dari sisi ini. Demikian pula yang telah dijelaskan dalam 

233. Page

Risalah-risalah An-Nur dengan sejumlah dalil, juga yang telah diisyaratkan dalam permasalahan-permasalahan sebelumnya bahwa di balik kekafiran terdapat serangkaian duka derita nan gelap dan mencengangkan, serta siksa maknawi, terlebih untuk kekafiran mutlak, kemunafikan dan kemurtadan, dimana jika berbentuk nyata, pasti berwujud neraka secara khusus untuk si murtad ini.

Dengan demikian, kekafiran secara tersirat mengabarkan adanya jahanam besar. Benih beracun ini menunjukkan adanya pohon Zaqqum dari sisi perkembangan miniatur hakikat-hakikat yang ada di ladang dunia ini di akhirat kelak. Benih dan biji itu mengatakan, “Saya adalah ragi dan salah satu contoh buah pohon Zaqqum bagi si celaka yang membawa saya di hatinya.”

Mengingat kekafiran adalah pelanggaran tanpa batas terhadap banyak sekali hak, tidak diragukan bahwa kekafiran adalah kejahatan tanpa batas, karena kejahatan ini membuat pelakunya patut mendapatkan siksa tanpa batas.

Mengingat keadilan manusia menerima hukum penjara selama hampir delapan juta menit dalam limabelas tahun bagi pelaku kejahatan pembunuhan yang dilakukan selama satu menit, dan hukuman ini dianggap selaras dengan maslahat dan hak-hak bersama, maka tidak diragukan bahwa satu menit kekafiran mutlak membuat si pelaku tersiksa selama hampir delapan milyar menit dari kekafiran sama seperti seribu kali pembunuhan.

Dengan demikian, hukuman ini sesuai dengan aturan keadilan itu.

Siapa menghabiskan satu tahun usia dalam kekafiran, ia patut mendapatkan siksa hampir selama 2.880.000.000.0000 menit. Ia mendapatkan siksaan itu sesuai rahasia ayat;

وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنۡدَهٗۤ اَجۡرٌ عَظِيۡم

 “Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar,” dan ayat-ayat lainnya.

Penjelasan-penjelasan Al-Qur'an Al-Hakim seputar surga dan neraka, hujah-hujah yang tertera dalam “Risalah-risalah An-Nur” yang menafsirkan Al-Qur'an dan bersumber dari Al-Qur'an terkait keberadaan surga dan neraka, tidak lagi memerlukan penjelasan lain.

Serangkaian ayat-ayat, seperti;

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali ‘Imran: 191)

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ اِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا, ۖ اِنَّهَا سَاۤءَتْ مُسْتَقَرًّا وَّمُقَامًا

 “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.’ Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman’.” (QS. Al-Furqan: 65-66)

Adanya seluruh nabi –khususnya Rasulullah Saw.- dan para ahli hakikat memohon perlindungan dari neraka Jahanam yang pasti ada menurut mereka berdasarkan wahyu dan musyahadah, mereka sering membaca dalam doa, “Lindungilah kami dari neraka,” “Selamatkanlah kami dari neraka,” “Bebaskanlah kami neraka,” menjelaskan 

234. Page

bahwa persoalan terbesar manusia adalah selamat dari neraka. Hakikat yang sangat penting, dan keagungan puncak alam raya ini adalah Jahanam, karena sejumlah ahli musyahadah, mukasyafah, dan ahli tahqiq menyaksikan adanya Jahanam, sebagian lainnya melihat tetesan dan naungannya, sehingga mereka berteriak karena takut kepada neraka seraya mengatakan, “Bebaskanlah kami dari neraka.”

Ya, adanya kebalikan antara kebaikan dan keburukan, kenikmatan dan derita, cahaya dan kegelapan, panas dan dingin, baik dan buruk, hidayah dan kesesatan, menyatunya masing-masing di antara kebalikan-kebalikan berikut di alam raya ini, semata karena sebuah hikmah yang sangat besar, karena ketika tidak ada keburukan, tentu kebaikan tidak diketahui, jika tidak ada derita, tentu kenikmatan tidak diketahui, cahaya tanpa kegelapan tidak ada artinya, adanya suhu dingin mewujudkan tingkatan-tingkatan suhu panas, satu hakikat kebaikan menjadi seribu hakikat keburukan, ribuan jenis tingkatan-tingkatan keburukan muncul ke alam nyata, banyak sekali kenikmatan-kenikmatan surga tersembunyi tanpa adanya neraka.

Mengacu pada hal-hal di atas, segala sesuatu diketahui melalui kebalikannya dari satu sisi, dan satu hakikat berkembang menjadi banyak sekali hakikat.

Mengingat wujud-wujud yang membaur ini berlalu dari negeri fana menuju negeri baqa, seperti halnya segala hal seperti kebaikan, kenikmatan, cahaya, kebaikan, keindahan, dan keimanan berlalu menuju surga, demikian halnya segala hal berbahaya seperti keburukan, derita, kegelapan, keburukan, dan kekafiran, semuanya berlalu menuju neraka, maka tidak diragukan bahwa alam raya yang selalu bergerak ini, tertuang ke dalam dua telaga ini dan berhenti di sana.

Cukup sampai di sini saja, dan penjelasan rincinya kami alihkan ke noktah-noktah yang memiliki sejumlah tanda di bagian akhir “kalimat keduapuluh sembilan.”

Untuk itu wahai teman-teman sekalian di madrasah ini, madrasah Yusuf! Perantara mudah dan solusi untuk menyelamatkan diri dari penjara abadi nan mencengangkan ini –terlebih kita akan memetik manfaat dari penjara dunia ini setelah kita terlepas dari banyak sekali dosa yang tidak mampu ditundukkan oleh tangan-tangan kita- adalah memohon ampun dari segala dosa yang telah berlalu, menjalankan segala kewajiban, berikutnya merubah setiap jam usia kita di penjara ini menjadi ibadah satu hari.

Inilah kesempatan terbaik bagi kita untuk menyelamatkan diri dari penjara abadi, dan agar kita memasuki surga bercahaya itu. Namun jika kita sia-siakan kesempatan ini, akhirat kita akan menangis seperti tangisan dunia kita, dan kita akan menerima tamparan;

خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ

 “Rugilah ia di dunia dan di akhirat.” (QS. Al-Hajj: 11)

Hari raya Adha tiba kala maqam ini ditulis. Saya membayangkan, merasa, bahkan yakin adanya Al-Haq Ta’ala menjadikan seperlima umat manusia -300 juta manusia- membuat mereka semua mengumandangkan takbir, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” dan takbir yang dikumandangkan para jamaah haji yang jumlahnya lebih dari duapuluh juta orang pada ‘id kali ini di Arafah, mereka semua seakan memperdengarkan gema takbir kalimat suci nan besar “Allahu akbar” yang dikumandangkan bumi ke planet-planet langit lain yang berotasi di langit. Takbir ini berhadapan dengan pembiasan menyeluruh rububiyah ilahi melalui sebuah tanda agung;


235. Page

وَرَبِّ الْاَرْضِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

 “Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam,” (QS. Al-Jatsiyah: 36) melalui ubudiyah luas dan menyeluruh laksana gema kalimat “Allahu akbar” yang diucapkan Rasul Saw. bersama para keluarga dan sahabat 1300 tahun silam, dan beliau perintahkan agar dibaca.

Setelah itu saya berkata kepada diri saya, “Lantas adakah hubungan antara kalimat suci ini dengan permasalahan kita?”

Saat itu juga terlintas dalam benak saya bahwa seluruh kalimat yang termasuk syiar-syiar agama –khususnya kalimat takbir di atas- seperti, “Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar” yang menyandang nama al-baqiyatush shalihat (amalan-amalan yang kekal lagi shalih), mengingatkan dan mengisyaratkan permasalahan kita baik sebagian ataupun keseluruhan.

Contoh; salah satu sisi makna “Allahu akbar” adalah kuasa dan ilmu Al-Haq Ta’ala lebih besar dari segala-galanya, dimana tidak ada sesuatu pun yang keluar dari lingkup ilmu-Nya, tidak dapat melarikan diri dari kontrol kuasa-Nya. Allah lebih besar dari segala sesuatu yang kita takuti.

Untuk itu, Allah Maha Besar untuk mendatangkan perhimpunan, menyelamatkan kita dari ketiadaan, memberi kita kebahagiaan abadi. Maha Besar dari segala sesuatu, luar biasa dan berada di luar kemampuan akal, karena menghimpun dan membangkitkan umat manusia mudah bagi kuasa itu, semudah menciptakan satu jiwa berdasarkan nash ayat berikut;

مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ اِلَّا كَنَفْسٍ وَّاحِدَةٍ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

 “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 28)

Berdasarkan makna ini, siapapun mengucapkan kalimat, “Allahu akbar, Allahu akbar,” kala menghadapi musibah-musibah besar, maksud dan tujuan-tujuan agung, sehingga menjadikan kalimat ini sebagai hiburan, kekuatan, dan titik sandar.

Ya, seperti halnya kalimat takbir ini dengan kedua kalimat padannya; “Subhanallah,” dan “Alhamdulillah,” merupakan benih dan inti shalat yang merupakan catalog seluruh ibadah, dimana pembacaan kalimat-kalimat ini secara berulang dalam shalat semakin memperkuat makna shalat itu sendiri, kalimat ini juga mengisyaratkan tiga hakikat agung sebagai jawaban kuat atas sejumlah pertanyaan manusia yang muncul karena kebimbangan, kenikmatan, dan rasa takut yang ia rasakan kala menghadapi hal-hal menakjubkan, indah, besar dan luar biasa yang ia lihat di alam raya ini, dan yang menjadi inti kebimbangan, syukur, keagungan dan kebesaran, seperti yang telah dibahas dalam “kalimat kesembilan.”

Seperti dijelaskan pada bagian akhir “kalimat keenambelas,” kadang seorang prajurit biasa bersama mersekal di hadapan sultan pada hari ‘id, sementara di hari-hari biasa, si prajurit hanya bisa mengenal sang sultan melalui seorang perwira, seperti itu juga setiap orang dalam melaksanakan ibadah haji, ia mulai mengenal Al-Haq Ta’ala melalui tanda; Rabb langit dan Rabb seluruh alam, seperti para wali dalam batasan tertentu. Setiap kali tingkatan-tingkatan kebesaran tersingkap di hatinya, kalimat “Allahu akbar” menjawab seluruh persoalan yang terulang, membingungkan, dan mendesak yang menguasai ruhani diri.


236. Page

Seperti dijelaskan di bagian-bagian akhir “kilauan ketigabelas,” seperti halnya kalimat “Allahu akbar” mencabut akar-akar bisikan setan yang paling berbahaya dan memberikan tanggapan pasti, seperti halnya kalimat ini memberikan jawaban singkat namun kuat untuk pertanyaan kita seputar akhirat, demikian halnya kalimat “Alhamdulillah” mengingatkan dan mengharuskan adanya perhimpunan, juga berkata kepada kita, “Makna-maknanya saya tidak berlaku tanpa akhirat, karena pujian dan syukur sejak zaman azali hingga abadi –siapapun yang bersyukur dan yang disyukuri- hanya milik-Nya semata.

Karena saya menunjukkan makna ini, maka puncak seluruh kenikmatan yang menjadikan nikmat sebagai nikmat hakiki, yang menyelamatkan seluruh makhluk yang punya perasaan dari musibah-musibah ketiadaan tanpa batas, tidak lain hanyalah kebahagiaan abadi. Kebahagiaan ini selaras dengan makna-makna menyeluruh saya.”

Ya, “Alhamdulillah” yang diucapkan setiap mukmin minimal 150 kali dalam sehari setiap kali setelah shalat fardhu seperti yang diajarkan syariat, yang mengandung makna pujian dan syukur nan luas seluas azali dan abadi, tidak lain merupakan upah tunai surga, kebahagiaan abadi, dan harga yang dibayar segera.

Kalimat “Alhamdulillah” tidak sebatas untuk kenikmatan-kenikmatan dunia nan pendek, fana, dan dikotori berbagai duka derita, juga tidak khusus untuk itu saja, tapi orang mukmin mengarah pada nikmat-nikmat dunia tersebut sebagai sebab nikmat-nikmat abadi, lalu ia syukuri.

Kalimat suci “Subhanallah” –yang menunjukkan bahwa Al-Haq Ta’ala Maha Suci dari sekutu, kekurangan, kezaliman, kelemahan, kekerasan, kebutuhan, penipuan, dan seluruh kelalaian yang berseberangan dengan kesempurnaan, keindahan, dan keluhuran-Nya- mengingatkan pada kebahagiaan abadi dan negeri akhirat yang menjadi inti keluhuran, keindahan, kesempurnaan dan keagungan kuasa Al-Haq Ta’ala, juga menunjukkan keberadaan surga.

Jika tidak, andai tidak ada kebahagiaan abadi –seperti yang telah ditegaskan sebelumnya- tentu kekuasaan, kesempurnaan, keluhuran, keindahan, dan rahmat-Nya dicampuri berbagai kekurangan.

Untuk itu, masing-masing dari “Bismillah,” “La ilaha illallah,” dan seluruh kalimat-kalimat yang diberkahi –seperti tiga kalimat suci sebelumnya- seperti halnya merupakan biji dan intisari rukun-rukun iman, juga intisari hakikat-hakikat Al-Qur'an seperti halnya sari daging dan gula yang ditemukan pada zaman sekarang, seperti halnya tiga kalimat ini merupakan biji shalat dan Al-Qur'an, dan terlihat di permulaan beberapa surah laksana intan berkilau, kalimat-kalimat ini juga merupakan bahan-bahan dasar hakiki, asas, dan biji hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur –yang sebagian besar bagian-bagiannya diawali tasbih-tasbih.

Kalimat-kalimat ini juga merupakan wirid tarekat Muhammad Saw. –dari sisi kewalian dan ubudiyah Muhammad Saw.- dalam halaqah zikir tasbih selepas shalat, karena kalimat ini dibaca lebih dari 100 juta mukmin di setiap waktu shalat dalam halaqah zikir terbesar tersebut, seraya memegang tasbih mereka membaca, “Subhanallah,” sebanyak tigapuluh tiga kali, “Alhamdulillah” sebanyak tigapuluh tiga kali, dan “Allahu akbar” sebanyak tigapuluh tiga kali.

Anda semua tentu tahu sejauh mana nilai bacaan tiga kalimat yang diberkahi ini –yang merupakan intisari dan biji Al-Qur'an, iman, dan shalat, seperti yang telah 

237. Page

yang merupakan intisari dan biji Al-Qur'an, iman, dan shalat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya- sebanyak tigapuluh tiga kali selepas shalat dalam halaqah zikir agung, dan sejauh mana pahalanya yang besar.

Seperti halnya “permasalahan pertama” di bagian awal risalah ini merupakan pelajaran indah seputar shalat. Bagian akhirnya juga menjadi pelajaran penting seputar tasbih-tasbih shalat. Ini terjadi tanpa saya fikirkan ataupun rencanakan. Seakan terjadi bukan karena kehendak dan niat saya.

Segala puji bagi Allah atas nikmat yang Ia beri.

سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

 “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)


238. Page

Permasalahan Kesembilan

 

بسم الله الرحمن الرحيم

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ


 “Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.’ Dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdoa), ‘Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali’.” (QS. Al-Baqarah: 285)

Sebuah pertanyaan maknawi nan mencengangkan dan sebuah kondisi yang muncul seiring munculnya nikmat ilahi nan agung, menjadi latarbelakang penjelasan sebuah noktah menyeluruh, luhur, besar, menyeluruh dan panjang di antara sekian banyak noktah ayat di atas.

Suatu ketika terlintas di dalam ruh saya secara maknawi; kenapa orang yang mengingkari sebagian hakikat keimanan, kafir? Kenapa orang yang tidak menerima hakikat iman tidak menjadi muslim? Mengingat keimanan kepada Allah dan akhirat harus melenyapkan kegelapan-kegelapan tersebut laksana mentari!

Selanjutnya, kenapa orang yang mengingkari salah satu rukun dan hakikat iman menjadi orang murtad? Kenapa ia jatuh dalam kekafiran mutlak? Dan kenapa orang yang tidak menerima satu pun di antara keduanya, terlepas dari Islam?

Karena jika ia beriman kepada rukun-rukun iman lainnya, tentu sepatutnya membersihkan keimanan tersebut dari kekafiran mutlak!

Jawab;

Iman adalah hakikat kesatuan yang muncul dari enam rukunnya, tidak bisa dipisah-pisahkan. Iman adalah satu kesatuan menyeluruh yang tidak bisa dipisah, dan masing-masing di antara enam rukunnya juga tidak bisa dibagi-bagi, karena setiap rukun iman menegaskan rukun lainnya dengan serangkaian hujah yang menegaskan rukun yang sama. Masing-masing di antaranya menjadi hujah besar yang memperkuat rukun lain.

Dengan demikian, pemikiran batil tidak mampu mengguncang seluruh rukun iman dengan seluruh dalil-dalilnya, tidak mampu meruntuhkan dan mengingkari satu rukun pun, bahkan satu hakikat pun di antara hakikat-hakikat iman dari sisi pandang hakikat, bahkan mungkin yang bersangkutan melakukan kekafiran pembangkangan karena menutup mata di bawah tirai “tidak menerima,” dan secara perlahan jatuh dalam kekafiran mutlak, kemanusiaannya terhapus, sehingga jatuh ke dalam neraka Jahanam secara materi maupun spiritual.

Pada maqam ini, kami akan menjelaskan sebuah noktah agung dalam enam poin dengan ringkasan-ringkasan secara garis besar seraya memohon pertolongan Allah, seperti yang telah kami jelaskan dalam maqam ini melalui sejumlah isyarat sangat ringkas kala menegaskan keberadaan perhimpunan dalam “risalah buah” dengan ringkasan-ringkasan sangat singkat, bahwa rukun-rukun iman lainnya juga menegaskan adanya perhimpunan.


239. Page

Poin pertama;

Keimanan kepada Allah dengan hujah-hujahnya, menegaskan rukun-rukun iman lain dan menegaskan keimanan kepada akhirat, seperti yang telah dijelaskan dalam “permasalahan ketujuh” dari “risalah buah” secara gamblang.

Ya, kekuasaan rububiyah yang azali dan abadi, kekuasaan uluhiyah nan abadi yang mengatur alam raya tanpa batas laksana sebuah istana, kota, atau negeri dengan segala isi dan kebutuhannya, memutar alam raya ini dalam gugusan neraca dan keteraturan, yang memperbarui dan merubah alam raya ini dengan beragam hikmah, memenuhi keperluan-keperluan seluruh atom, bintang, dan lalat secara bersamaan laksana sebuah kelompok pasukan nan tertata rapi, yang menggerakkan alam raya ini dengan latihan dan tugas dalam lingkup manuver-manuver tingkat tinggi dalam lingkup perintah dan kehendak kuasa-Nya, menjalankan dan mengiring alam raya ini menuju pameran dan wisata dalam ubudiyah.

Saya katakan, mungkinkah dan bisakah akal menerima jika keberadaan negeri akhirat yang merupakan tempat menetap untuk selamanya, pusat abadi, fenomena abadi kekuasaan abadi, tidak abadi selamanya?! Ribuan kalian tidak mungkin.

Dengan demikian, kekuasaan dan rububiyah Al-Haq Ta’ala, sebagian besar nama-nama dan hujah-hujah keberadaan-Nya yang bersifat wajib, menguatkan dan mengharuskan adanya akhirat, seperti yang telah dijelaskan dalam “permasalahan ketujuh.”

Pandanglah dan yakinilah titik sandaran kuat yang ada di dalam kutub keimanan ini, dan imanilah seakan Anda melihatnya.

Selanjutnya, seperti halnya keimanan kepada Allah tidak ada tanpa adanya akhirat, lantas –seperti yang telah dijelaskan dalam “kalimat kesepuluh” dengan isyarat-isyarat singkat- mungkinkah dari sisi manapun, bahkan apakah akal menerima terkait Allah, yang disembah dengan sebenarnya, yang menjadikan alam raya ini kitab shamadani nyata untuk memperlihatkan uluhiyah dan ubudiyah-Nya, dimana setiap halamannya menunjukkan makna-makna sebanyak yang ada dalam kitab tersebut, dimana setiap tulisannya mengungkapkan makna-makna sebanyak yang tertera dalam satu halaman, dan Ia jadikan alam raya ini sebagai Al-Qur'an subhani nan nyata, dimana setiap ayat kauniyah, setiap kata, bahkan setiap titik dan setiap hurufnya adalah mukjizat, Ia jadikan alam raya ini sebagai masjid rahmani nan besar dengan dekorasi interior ayat-ayat tanpa batas, ukiran-ukiran penuh makna tanpa batas, dimana setiap sudutnya digunakan oleh setiap kelompok yang menjalankan ibadah-ibadah fitrah.

Saya katakan, mungkinkah dari sisi manapun, bahkan apakah akal menerima terkait Allah Ta’ala, yang disembah dengan sebenarnya, bahwa Ia tidak mengutus guru-guru sebagai para utusan untuk mengajarkan makna-makna kitab besar itu, mungkinkah Ia tidak mengutus para ahli tafsir sebagai utusan-utusan untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an shamadani itu?

Mungkinkah Ia tidak menunjuk para imam yang menjalankan berbagai macam ibadah tanpa batas di masjid besar itu?! Mungkinkah para guru, ahli tafsir, dan para imam tersebut tidak menerima firman-firman?!

100 ribu kali tidak mungkin.

Selanjutnya, Sang Pencipta Nan Maha Penyayang dan Mulia yang menciptakan alam raya ini sebagai ruang jamuan tamu, tempat pameran dan wisata, beragam karunia 

240. Page

nikmat tanpa batas ditata rapi di sana, juga berbagai seni dan benda-benda antic tanpa batas nan menawan, Ia ciptakan alam raya ini untuk menampakkan keindahan rahmat, kasih sayang, dan kesempurnaan rububiyah-Nya bagi para makhluk yang punya perasaan, mendorong mereka untuk bersyukur dan memuji.

Mungkinkah atau apakah akal menerima jika Ia tidak berbicara dengan makhluk-makhluk yang memiliki perasaan di ruang jamuan tamu tersebut?!

Bukankah Ia memberitahukan -melalui perantara para rasul- kepada mereka tugas-tugas syukur sebagai balasan atas semua kenikmatan itu, juga tugas-tugas ubudiyah terhadap pembiasan rahmat dan daya tarik cinta-Nya yang membuat mereka mencintai-Nya?!

Ribuan kali tidak mungkin.

Selanjutnya, Sang Pencipta yang mencintai ciptaan-Nya dan menginginkan yang lain untuk mencintai ciptaan-Nya itu, menghiasi alam raya ini dengan ciptaan-ciptaan menawan dengan bentuk yang sesuai untuk memperlihatkan bahwa Ia ingin dibalas dengan penghormatan dan penilaian baik. Buktinya, Ia menjaga daya rasa seluruh mulut yang berjumlah ribuan jenis. Ia ingin memperkenalkan Zat-Nya, membuat seluruh makhluk mencintai-Nya melalui setiap ciptaan-Nya, dan memperlihatkan semacam keindahan maknawi-Nya.

Lantas mungkinkah jika Ia tidak berbicara dengan manusia-manusia besar yang menjadi pemimpin para makhluk hidup di alam ini?!

Mungkinkah Ia tidak membangkitkan seorang rasul kepada mereka, sehingga keindahan-keindahan ciptaan-Nya tidak mengundang kekaguman dan penghormatan, sehingga nama-nama-Nya nan indah, tinggi dan luhur tidak mengundang penilaian baik, sehingga pengenalan dan daya tarik cinta-Nya tidak dibalas?!

100 ribu kali tidak mungkin.

Selanjutnya, Zat Yang Maha berbicara dan Maha mengetahui melalui anugerah-anugerah dan kebaikan tanpa batas, mengabulkan doa-doa seluruh makhluk hidup yang Ia angkat agar seluruh kebutuhan fitrah-Nya terpenuhi, Ia kabulkan seluruh permohonan dan keinginan yang mereka panjatkan melalui bahasa kondisional, Ia kabulkan semua ini pada saat yang tepat dan dengan cara yang mengisyaratkan maksud, pilihan dan kehendak, dan Ia berbicara dengan mereka secara jelas.

Lantas mungkinkah jika Ia tidak berbicara dengan mereka dengan kata-kata dan kalam seperti Ia berbicara dengan seluruh makhluk hidup melalui bahasa tindakan dan kondisional?!

Mungkinkah Ia tidak mengutus lembaran-lembaran dan kitab-kitab kepada mereka?!

Mustahil tanpa batas.

Dengan demikian, keimanan kepada Allah menegaskan hakikat “(beriman) kepada kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya.”

Artinya, keimanan kepada Allah menegaskan keimanan kepada para nabi dan kitab-kitab suci secara pasti dan qath’i se-qath’i keimanan kepada Allah, dengan serangkaian hujah-hujah tanpa batas.

Selanjutnya, mungkinkah dari sisi manapun, bahkan apakah akal menerima jika Muhammad Saw. –makhluk pilihan Allah, nabi terbaik dan utusan paling agung, dan dialah manusia yang mengenal Sang Pencipta dengan sebaiknya, yang ingin memperkenalkan dan membuat para makhluk mencintai-Nya melalui ciptaan-ciptaan-

241. Page

Nya, menuntut mereka untuk bersyukur melalui tindakan nyata maupun bahasa kondisional- melalui hakikat Al-Qur'an yang memenuhi dan mengguncang seluruh alam raya, yang memperkenalkan beliau pada umat manusia, bersyukur kepada beliau, menjadikan yang lain bersyukur kepada beliau, mencintai beliau dan membuat yang lain mencintai beliau, yang membuat bumi mengucapkan, “Subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar” hingga didengar langit, yang mengumpulkan seperlima umat manusia di belakang beliau, membagi mereka menjadi dua dari sisi kualitas dan kemanusiaan selama 1300 tahun lamanya hingga membangkitkan daya tarik cinta darat dan lautan, yang membalas seluruh pembiasan rububiyah Sang Pencipta dengan ibadah menyeluruh, dengan suara lantang menyeru seluruh alam dan masa, mengajari dan membimbing mereka dengan surah-surah Al-Qur'an menuju tujuan-tujuan ilahi, yang menampakkan kemuliaan, nilai dan tugas umat manusia, yang dibenarkan seribu mukjizat?!

100 ribu kali tidak mungkin.

Dengan demikian, hakikat “Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah” dengan segenap hujah-hujahnya menegaskan hakikat “Saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.”

Selanjutnya, mungkinkah jika Sang Pencipta alam raya ini menjadikan makhluk-makhluk-Nya saling berbicara satu sama lain dengan ratusan ribu bahasa, mendengar dan mengajari mereka semua berbicara, namun Ia sendiri tidak berbicara?!

Tidak mungkin!

Selanjutnya, apakah akal menerima jika Ia tidak memberitahukan tujuan-tujuan ilahi-Nya di alam raya ini melalui firman, tidak mengirim sebuah kitab seperti Al-Qur'an yang mengungkap makna jagad raya, memberikan jawaban hakiki atas tiga pertanyaan penting dan menyeluruh berikut; dari mana datangnya para makhluk? Kemana mereka semua akan pergi? Kenapa mereka datang ke sini satu rombongan demi satu rombongan, singgah sesaat setelah itu pergi?

Tidak mungkin!

Selanjutnya, mungkinkah Al-Qur'an al-mu’jizul bayan yang menerangi selama tigabelas abad lamanya, yang dibaca oleh ratusan juta lisan dengan penuh penghormatan setiap saat, yang dicatat di dalam hati jutaan para penghafal dengan kesucian, yang mengatur kualitas sebagian besar manusia, mendidik jiwa, ruhani, hati, dan akal mereka, membersihkan, menjernihkan, dan mengajarinya, yang empatpuluh sisi di antara sekian banyak sisi kemukjizatannya disebutkan dalam Risalah-risalah An-Nur, yang mukjizat-mukjizatnya dijelaskan dalam “catatan kesembilan belas” yang memiliki karamah dan mukjizat yang menjelaskan salah satu bagian mukjizat Al-Qur'an untuk empatpuluh golongan dan untuk setiap lapisan umat manusia, yang ditegaskan sebagai kalam Allah secara pasti, dan Muhammad Saw. melalui seribu mukjizat beliau merupakan salah satu mukjizat Al-Qur'an.

Saya katakan, mungkinkah dari sisi manapun jika Al-Qur'an al-mu’jizul bayan bukan kalam Zat Yang Maha berbicara sejak azali, Pencipta abadi, dan bukan firman-Nya?!

100 ribu kali tidak mungkin.

Dengan demikian, keimanan kepada Allah dengan seluruh hujah-hujahnya menegaskan bahwa Al-Qur'an kalam Allah.

Selanjutnya, mungkinkah jika Sang Penguasa meninggalkan langit dan bintang-bintang kosong belaka sementara Ia memenuhi dan mengosongkan permukaan bumi 

242. Page

dengan berbagai makhluk hidup secara terus menerus tanpa henti, meramaikan bumi kita dengan makhluk-makhluk yang memiliki perasaan untuk memperkenalkan diri-Nya, agar mereka menyembah dan memahasucikan-Nya?!

Mungkinkah Ia tidak menciptakan penghuni-penghuni yang tepat untuk langit dan menempatkan mereka di istana-istana langit itu?!

Mungkinkah Ia meninggalkan kekuasaan rububiyah dalam lingkup kerajaan terbesar-Nya tanpa pelayan, tanpa makhluk-makhluk agung, tanpa petugas, tanpa rasul ataupun pengawas, tanpa penonton, tanpa para pengabdi, tanpa rakyat?!

Tidak mungkin sebanyak bilangan malaikat-Nya.

Mungkinkah dari sisi manapun jika Sang Penguasa Yang Maha Bijaksana, Maha mengetahui, dan Maha Penyayang yang menulis jagad raya ini laksana kitab, yang mencatat seluruh sejarah hidup setiap pohon di seluruh biji-bijinya, menulis seluruh peran hidup setiap rumput dan bunga di seluruh benih-benihnya, mencatat seluruh kejadian hidup setiap makhluk yang memiliki perasaan dalam kekuatan memori mereka yang kecil sekecil biji sawi secara menawan, mencatat setiap perbuatan dan peristiwa yang terjadi di seluruh kekuasaan-Nya dengan mengambil gambar-gambarnya dengan berbagai macam kamera, menciptakan surga dan neraka nan besar, shirat dan mizan terbesar demi merealisasikan keadilan, hikmah, dan rahmat yang merupakan asas-asas rububiyah paling penting.

Saya katakan, mungkinkah dari sisi manapun jika Sang Penguasa Yang Maha Bijaksana, Maha mengetahui, dan Maha Penyayang tidak mencatat amal perbuatan manusia terkait alam raya?!

Mungkinkah Ia tidak mencatat segala amal perbuatan mereka untuk diberi hukuman dan balasan?!

Mungkinkah Ia tidak mencatat segala keburukan dan kebaikan mereka dalam papan-papan takdir?!

Tidak mungkin sebanyak bilangan huruf tulisan takdir di Lauhul Mahfuzh.

Dengan demikian, hakikat keimanan kepada Allah dengan hujah-hujahnya, menegaskan hakikat keimanan kepada para malaikat dan takdir secara pasti, setiap rukun-rukun iman saling menegaskan satu sama lain, laksana matahari menunjukkan adanya siang, dan siang hari menunjukkan adanya matahari.

Poin kedua;

Pernyataan-pernyataan seluruh kitab dan lembaran samawi, khususnya Al-Qur'an Al-Hakim, pernyataan seluruh nabi, khususnya Muhammad Saw., intinya terkait lima atau enam asas. Mereka berusaha penuh semangat untuk selalu mengajarkan dan menegaskan asas-asas tersebut, seluruh hujah dan bukti yang memperkuat nubuwah dan kebenaran mereka, mengarah pada asas-asas tersebut, sehingga semakin memperkuat kebenaran mereka.

Asas-asas itu adalah beriman kepada Allah, beriman kepada akhirat, dan seluruh rukun lainnya.

Dengan demikian, enam rukun iman tidak mungkin terpisah satu sama lain, karena masing-masing saling memperkuat dan mengharuskan satu sama lain. Enam rukun iman ini adalah satu kesatuan menyeluruh yang tidak bisa dibagi-bagi, dan tidak mungkin terbagi.


243. Page

Seperti halnya jika ada sebuah pohon, seperti pohon Thuba yang akar-akarnya berada di langit, dimana setiap ranting, buah dan daunnya bergantung pada kehidupan pohon besar nan menyeluruh tanpa batas itu.

Siapa yang tidak mampu mengingkari pohon nan kuat dan nyata laksana matahari itu, tidak mampu mengingkari kehidupan satu pun daun yang terkait dengan pohon tersebut. Bahkan andaipun mengingkari, pohon tersebut akan mendustakannya dan membuatnya diam tak mampu berbicara dengan hujah-hujah sebanyak bilangan ranting, buah, dan dedaunannya.

Demikian halnya keimanan terhadap enam rukun juga sama seperti contoh tersebut.

Saya sebenarnya bermaksud untuk menjelaskan enam rukun iman dalam tigapuluh tiga noktah dalam mukadimah maqam ini, dengan enam maqam dimana setiap maqam-nya terdiri dari lima noktah.

Saya juga bermaksud untuk menjawab sebuah pertanyaan penting yang disampaikan di bagian mukadimah ini secara rinci. Namun adanya satu-dua hal menghalangi saya untuk menjalankan niat tersebut.

Saya kira tidak lagi memerlukan penjelasan tambahan untuk orang-orang cerdas, karena poin pertama dinilai sebagai standar yang sudah cukup. Seperti yang diketahui dengan baik, jika seorang muslim mengingkari satu di antara hakikat-hakikat iman, ia jatuh dalam kekafiran mutlak, karena dalam Islam disebutkan penjelasan-penjelasan menyeluruh terkait hakikat-hakikat tersebut, sementara di dalam agama-agama lain hanya disebutkan secara garis besar.

Selain itu, rukun-rukun iman saling terangkai satu sama lain laksana rantai. Muslim yang tidak mengakui dan tidak percaya kepada Muhammad Saw., ia tidak mengenal Allah dengan sifat-sifat-Nya, juga tidak mengenal akhirat.

Keimanan seorang muslim bertumpu pada hujah-hujah kuat tanpa batas yang tak tergoyahkan, dimana tidak ada lagi alasan bagi si muslim untuk mengingkari, seakan akal dipaksa untuk menerima keimanan itu.

Poin ketiga;

Suatu ketika saya membaca, “Alhamdulillah.” Setelah itu saya mencari sebuah nikmat yang menyamai makna kalimat ini yang sangat luas tanpa batas. Tiba-tiba, terlintas dalam benak saya rangkaian kalimat berikut;

“Segala puji bagi Allah atas nikmat keimanan kepada Allah, atas keesaan-Nya, wujud-Nya yang wajib ada, sifat-sifat dan nama-nama-Nya dengan pujian sebanyak pembiasan nama-nama-Nya sejak zaman azali hingga abadi.”

Saya kemudian merenung, dan ternyata nikmat ini benar-benar selaras dengan kalimat tahmid itu, seperti yang akan dijelaskan berikutnya.


244. Page

Permasalahan Kesepuluh dari Risalah Buah

 

Bunga Emirdag

Jawaban kuat untuk bantahan-bantahan terkait pengulangan-pengulangan Al-Qur'an

Saudara-saudara saya sekalian yang mulia dan tulus!

Meski permasalahan ini terasa rumit dan tidak jelas karena kondisi saya yang malang, saya tahu pasti bahwa di bawah kata-kata yang rumit ini ada semacam mukjizat yang sangat bernilai.

Sayangnya, saya tidak bisa mengungkapkan mukjizat itu. Meski kata-katanya samar, namun merupakan ibadah fikiran, rumah karang esensi suci nan luhur dan berkilau, karena kata-kata ini milik Al-Qur'an. Untuk itu, silahkan diperhatikan intan yang ada di tangan kata-kata ini, jangan melihat pakaiannya yang usang. Jika dirasa tepat, silahkan kalian jadikan “permasalahan kesepuluh.” Jika tidak tepat, anggap saja kata-kata ini sebagai balasan atas surat-surat ucapan selamat (hari raya) yang kalian kirimkan.

Saya terpaksa menulis risalah ini secara garis besar dan sangat singkat dalam sehari atau dua hari di bulan Ramadhan kala saya sedang sakit dan dalam kondisi kesehatan yang menurun, juga di saat saya tidak bisa makan dengan baik, seraya menyelipkan sejumlah hakikat dan hujah dalam satu rangkaian kalimat.

Untuk itu, mohon dimaafkan kiranya, kekeliruan yang ada tolong dibetulkan dan tolong menutup mata atas kekurangan yang ada.[1]

Risalah ini merupakan bunga kecil Emirdag nan bersinar dan juga bulan mulia Ramadhan kali ini. Risalah ini adalah “masalah kesepuluh” dari buah penjara Denizli yang menghilangkan segala ilusi para pengikut kesesatan nan busuk dan beracun, dengan menjelaskan satu di antara sekian banyak hikmah pengulangan-pengulangan Al-Qur'an.


[1] Anda bisa membenahi bagian ini. Usahakan untuk menjadikan rangkaian-rangkaian kata yang panjang menjadi beberapa kalimat agar mudah difahami (penulis).



245. Page

Permasalahan Kesepuluh

Saudara-saudara saya sekalian yang mulia dan tulus!

Ketika saya membaca Al-Qur'an al-mu’jizul bayan di bulan Ramadhan, saya merenungkan makna-makna tigapuluh tiga ayat yang isyarat-isyaratnya terhadap Risalah-risalah An-Nur telah disebutkan dalam “sinar pertama.” Saya kemudian memahami bahwa setiap ayatnya –bahkan ayat-ayat dan pembahasan pada halaman mushaf- seakan memuji Risalah-risalah An-Nur dan murid-murid An-Nur dari sisi karena mereka meraih sebagian luapan dan makna-maknanya- khususnya ayat An-Nur dalam surah An-Nur yang mengisyaratkan Risalah-risalah An-Nur dengan sepuluh jari, dan sepuluh ayat kegelapan setelahnya yang mengisyaratkan para penentangnya, dan memberi mereka bagian lebih, seakan maqam ini muncul dari bagian kecil namun meraih bagian menyeluruh.

Saya merasa bawa satu bagian dari bagian-bagian menyeluruh itu yang ada di masa sekarang adalah Risalah-risalah An-Nur dan para murid-muridnya.

Ya, khitab Al-Qur'an menampakkan mukjizat dan cakupan menyeluruh nan luhur dari sisi keleluasaan, keluhuran, dan peliputan yang diraih dari maqam rububiyah umum nan luas milik Zat Yang Maha berbicara dan azali, juga maqam luas bagi siapa yang menjadi lawan bicara atas nama umat manusia, bahkan atas nama alam raya, juga dari maqam tuntunan-tuntunan seluruh umat manusia dan anak cucu Adam sepanjang masa yang sangat luas sekali, dari maqam penegasan undang-undang ilahi yang menyeluruh, luhur dan sangat tinggi terkait pengaturan dunia dan akhirat, bumi dan langit, azali dan abadi, juga rububiyah Pencipta alam raya dan seluruh makhluk, karena tingkatan lahiriah dan sederhana, bahkan tingkatan-tingkatan khitab yang memanjakan pemahaman-pemahaman sederhana kalangan awam sebagai kalangan mayoritas di antara mereka yang menjadi lawan bicara pelajaran Al-Qur'an, juga memberikan bagian sempurna bagi tingkatan-tingkatan teratur.

Al-Qur'an tidak hanya sekedar menuturkan kisah dan pelajaran dari penuturan sejarah, bahkan Al-Qur'an seakan baru diturunkan, berbicara kepada setiap tingkatan umat manusia sepanjang masa sebagai bagian dari aturan menyeluruh, khususnya ancaman-ancaman yang menyebut, “Orang-orang zalim” “Orang-orang zalim,” yang diulang berkali-kali, dan pernyataan tegas terkait beratnya petaka-petaka langit dan bumi yang menjadi hukuman bagi kezaliman mereka, menarik perhatian siapapun kepada perilaku-perilaku zalim tiada banding pada masa sekarang ini dengan menyebutkan berbagai macam siksa yang turun kepada kaum Ad, Tsamud, dan Fir’aun, juga memberikan hiburan bagi orang-orang beriman yang teraniaya dengan menyebut selamatnya para nabi seperti Ibrahim dan Musa.

Ya, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan yang memperlihatkan masa lalu secara utuh layaknya pementasan layar cinema, memperlihatkan masa-masa lalu yang mati yang menurut pandangan kelalaian dan kesesatan sebagai alam ketiadaan nan sepi, menyakitkan dan kuburan memilukan yang lenyap. Al-Qur'an memperlihatkan setiap masa lalu dan setiap tingkatan manusia laksana lembaran hidup sebagai pelajaran, alam menakjubkan yang memiliki ruh dan kehidupan dari ujung ke ujung, kerajaan rabbani yang nyata, wujud yang memiliki hubungan dengan kita.


246. Page

Untuk itu, Al-Qur'an menyampaikan pelajaran kepada kita dengan kemukjizatan tinggi, kadang membawa kita ke masa-masa lalu itu dan kadang pula menyampaikan berita tentang masa-masa lalu itu kepada kita.

Al-Qur'an nan agung kedudukannya yang memperlihatkan alam raya dengan kemukjizatan yang sama yang menurut pandangan kesesatan mati, sengsara, dan tempat sepi tanpa batas, berguling dalam perpisahan dan ketiadaan. Al-Qur'an memperlihatkan alam raya laksana sebuah kitab shamadani, kota rahmani, pameran ciptaan-ciptaan rabbani, membangkitkan kehidupan pada benda-benda mati itu dan menjadikannya laksana para petugas yang saling berbincang satu sama lain, dan berusaha untuk menolongnya.

Dengan demikian, Al-Qur'an mengajarkan hikmah nan hakiki, bersinar dan menyenangkan kepada manusia, jin, dan para malaikat. Sehingga tidak diragukan, Al-Qur'an memiliki keistimewaan-keistimewaan suci, seperti setiap huruf-hurufnya memiliki sepuluh kebaikan, dan kadang seribu kebaikan, bahkan ribuan kebaikan, selain itu jin dan manusia secara keseluruhan tidak mampu untuk membuat sepertinya, meski mereka bersatu padu, Al-Qur'an berbicara kepada seluruh umat manusia dan alam raya dengan kata-kata yang patut dengan maqam mereka, Al-Qur'an terukir dengan manis di hati jutaan para penghafal setiap waktu dan setiap saat, tidak membuat jemu dan bosan meski terus diulang dan dibaca, Al-Qur'an tertanam dalam otak-otak sederhana anak-anak, meski di dalamnya terdapat beberapa bagian dan rangkaian kalimat yang mungkin saja tidak jelas bagi mereka, Al-Qur'an terasa nikmat di telinga orang-orang sakit dan mereka yang menderita, bahkan bagi orang-orang sekarat, seakan Al-Qur'an air zamzam.

Keistimewaan-keistimewaan suci Al-Qur'an ini memberikan kebahagiaan dunia-akhirat para murid-muridnya, dan menampakkan kehalusan fitrah. Al-Qur'an datang dari langit secara langsung tanpa membuka celah apapun untuk sikap memaksakan diri, dibuat-buat ataupun pamer, menampakkan kemukjizatan sangat lembut, dan tuntunan dengan membuka lembaran-lembaran yang paling jelas dan paling pasti seperti langit dan bumi –berdasarkan rahasia hikmah kelembutan untuk menyesuaikan pemahaman-pemahaman sederhana kalangan awam sebagai kalangan mayoritas- memberitahukan mukjizat-mukjizat kuasa-Nya nan menawan, tulisan-tulisan hikmah-Nya yang sarat makna.

Al-Qur'an juga menampakkan mukjizat memahamkan banyak sekali makna dalam satu rangkaian kata dan dalam satu kisah bagi seluruh tingkatan lawan bicara yang berbeda, dengan mengulang rangkaian-rangkaian kata nan indah, karena Al-Qur'an adalah kitab doa, dakwah, zikir dan tauhid yang menjadikan pengulangan dan memetik pelajaran sebagai suatu keharusan, bahkan untuk kejadian-kejadian sederhana yang dialami para sahabat dalam rangka mendirikan Islam dan membukukan syariat, karena pemberitaan segala sesuatu –bahkan untuk hal-hal paling sederhana dan kurang penting dalam peristiwa parsial dan biasa- berada di bawah pengawasan rahmat-Nya, dalam lingkup aturan dan kehendak-Nya.

Al-Qur'an menampakkan mukjizat ini dari sisi adanya aturan-aturan menyeluruh yang ada di dalamnya, membuat kejadian-kejadian kecil tersebut membuahkan hasil-hasil yang sangat penting sekali –seakan sebagai benih- dalam mendirikan Islam dan syariat secara umum dan menyeluruh.

Ya, kebutuhan yang terus terulang mengharuskan adanya pengulangan. Untuk itu, pengulangan sebagian rangkaian kata yang sekuat ribuan hasil, pengulangan sejumlah 

247. Page

ayat yang merupakan hasil dalil-dalil tanpa batas dalam memicu perubahan besar, luas, dan penting tanpa batas, yang menyampaikan pelajaran dan jawaban atas sekian pertanyaan yang terus berulang kepada banyak sekali tingkatan berbeda selama duapuluh tahun, yang menegaskan bahwa di luar sana ada Zat yang menghancurkan alam raya nan besar ini dan merubah bentuknya pada hari kiamat, melenyapkan dunia dan digantikan dengan akhirat nan besar, yang menegaskan bahwa seluruh bagian-bagian kecil dan bagian-bagian menyeluruh, dimulai dari atom hingga bintang, semuanya berada di tangan Zat Yang Maha Esa dan Tunggal, berada di bawah kendali-Nya, yang menampakkan murka ilahi dan sikap tegas rabbani untuk memperhitungkan kezaliman manusia yang membuat marah alam raya, langit, bumi dan seluruh unsur sebagai hasil penciptaan alam raya.

Ya, pengulangan kata dan ayat bukanlah suatu kekurangan, bahkan sebagai mukjizat yang sangat kuat, tingkat bahasa yang sangat tinggi, kefasihan yang cocok dengan tuntutan keadaan.

Contoh;

Rangkaian kata;

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

 “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,” yang diulang sebanyak 114 kali meski kata-kata ini satu ayat, ini merupakan hakikat yang mengaitkan antara serangga sebagai makhluk paling kecil dengan Arsy sebagai makhluk yang paling besar, menerangi alam raya, diperlukan setiap manusia setiap saat, seperti yang telah dijelaskan dalam “kilauan keempatbelas” dari Risalah-risalah An-Nur, dimana seandainya kata-kata ini diulang jutaan kali, tentu kebutuhan terhadap kata-kata ini tetap tidak tuntas.

Kata-kata ini bukan hanya diperlukan setiap hari layaknya roti, tapi kebutuhan terhadap kata-kata ini merupakan kebutuhan kerinduan setiap saat layaknya udara dan cahaya.

Contoh;

Pengulangan ayat;

 وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ

“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,” sebanyak delapan kali dalam surah Tha Sin Mim[1] yang berisi tentang selamatnya para nabi dan siksaan yang menimpa kaum mereka dimana kisah mereka disampaikan sebagai perhitungan hasil penciptaan alam raya dan atas nama rububiyah secara umum.

Andai ayat ini –yang sekuat ribuan hakikat- diulang sebanyak ribuan kali untuk memberitahukan bahwa keperkasaan rabbani mengharuskan untuk menyiksa kaum-kaum zalim itu dan rahmat ilahi mengharuskan untuk menyelamatkan para nabi, tetap saja kebutuhan dan kerinduan pengulangan ayat ini tidak akan berakhir. Bahkan pengulangan ayat ini merupakan gaya bahasa tingkat tinggi yang memiliki ijaz (kata-kata singkat) dan i’jaz (mengandung mukjizat).


[1] Maksudnya surah Asy-Syu’ara`.



248. Page

Contoh;

Ayat;

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

 “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam surah Ar-Rahman, dan ayat;


 وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ

 “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,” dalam surah Al-Mursalat yang menyampaikan kepada masa, bumi dan langit seraya memberikan peringatan bahwa kekafiran bangsa manusia dan jin, pengingkaran nikmat, kezaliman dan perlakuan semena-mena yang mereka lakukan terhadap seluruh hak-hak makhluk yang membuat alam raya marah, memancing amarah langit dan bumi, merusak hasil-hasil penciptaan alam, membalas keagungan kekuasaan ilahi dengan pengingkaran dan penghinaan, andaikan kedua ayat ini diulang sebanyak ribuan kali dalam pelajaran umum sekuat ribuan permasalahan, yang memiliki hubungan dengan ribuan hakikat seperti ini, tentu kebutuhan akan pengulangan kedua ayat tersebut tidak tuntas. Ini adalah ijaz (kata-kata singkat) yang memiliki kemuliaan dan i’jaz (kemukjizatan) yang memiliki kefasihan dan keindahan.

Contoh;

Pengulangan kalimat;

“Maha Suci Engkau, tiada tuhan (yang berhak diibadahi) selain-Mu, berilah kami aman, berilah kami aman, bebaskanlah kami, lindungilah kami, dan selamatkanlah kami dari neraka,” sebanyak seratus kali dalam munajat nabawi bernama al-jausyan al-kabir, yang merupakan salah satu jenis munajat Al-Qur'an yang hakiki dan sempurna, bersumber dari Al-Qur'an, dan yang merupakan salah satu intisari Al-Qur'an karena berisi hakikat terbesar di alam raya ini seperti tauhid, juga berisi tiga tugas makhluk yang paling penting terhadap rububiyah, seperti tasbih, tahmid dan taqdis, adanya persoalan manusia yang paling penting; selamat dari kesengsaraan abadi, adanya hasil ubudiyah yang mengharuskan, dan adanya kelemahan manusia.

Saya katakan, andaikan kalimat ini diulang sebanyak ribuan kali, tetap terasa seakan belum diulang.

Dengan demikian, pengulangan-pengulangan Al-Qur'an semata mengacu pada asas ini, bahkan kadang mengungkapkan tentang hakikat tauhid secara tersurat maupun tersirat sebanyak duapuluh kali dalam satu halaman sesuai tuntutan situasi, pemahaman dan kefasihan penjelasan, di samping pengulangan tidak menimbulkan rasa jemu, bahkan memberikan kekuatan dan membangkitkan kerinduan.

Dalam Risalah-risalah An-Nur telah dijelaskan lengkap dengan dalil-dalilnya bagaimana pengulangan-pengulangan Al-Qur'an tepat pada tempatnya, sesuai, dan diterima dari sisi gaya bahasa.

Terkait rahasia hikmah perbedaan antara surah-surah Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur'an al-mu’jizul bayan dari sisi gaya bahasa, kemukjizatan, penjelasan rinci dan garis besar adalah sebagai berikut;

Golongan pertama di antara para lawan bicara dan penentang Al-Qur'an di Makkah adalah kaum musyrik dan kalangan buta huruf Quraisy, sehingga situasi ini mengharuskan adanya gaya bahasa tingkat tinggi dan kuat, kata-kata global dan singkat yang memuaskan dan memberikan ketenangan, pengulangan untuk memperkuat (makna).


249. Page

Untuk itu, sebagian besar surah-surah Makkiyah mengulang rukun-rukun iman dan tingkatan-tingkatan tauhid, menyampaikan poin tersebut secara berulang secara singkat, sangat kuat, dengan tingkat gaya bahasa yang tinggi dan mengandung mukjizat, juga menegaskan prinsip permulaan dan pengembalian, menegaskan keberadaan Allah dan akhirat yang bukan hanya dalam satu halaman, ayat, kalimat, atau satu kata saja, bahkan kadang dalam satu huruf, juga dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti mendahulukan kata-kata yang seharusnya diletakkan di belakang, dan mengakhirkan kata-kata yang seharusnya disebut di depan, menyebut kata dalam bentuk makrifat (definite noun) dan nakirah (indefinite noun), pembuangan kata dan penyebutan dalam bentuk yang sangat kuat yang membingungkan para ahli dan pakar bahasa.

Risalah-risalah An-Nur khususnya “kalimat keduapuluh lima” dengan penjelasan-penjelasan tambahannya, yang menyebutkan empatpuluh sisi kemukjizatan Al-Qur'an secara garis besar, serta penafsiran “isyarat-isyarat kemukjizatan” yang menyebut sisi-sisi kemukjizatan dalam rangkaian kata Al-Qur'an secara menawan dan ditulis dalam bahasa Arab, menunjukkan bahwa surah-surah dan ayat-ayat Makkiyyah memiliki gaya bahasa yang lebih tinggi dari gaya bahasa balaghah, dan mukjizat kata-kata singkat yang paling luhur.

Sementara surah-surah dan ayat-ayat Madaniyah, golongan pertama di antara para lawan bicara dan penentang Al-Qur'an adalah ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang percaya kepada Allah, sehingga situasi ini mengharuskan untuk menjelaskan asas-asas agama dan rukun-rukun iman kepada para ahli kitab.

Penjelasan cabang-cabang syariat dan hukum yang menjadi sebab perbedaan pandangan, penjelasan bagian-bagian kecil yang menjadi sumber dan aalsan hukum-hukum menyeluruh dengan gaya bahasa yang halus, jelas dan rinci sesuai tuntutan keindahan bahasa, tuntunan dan kesesuaian antara tutur kata dan kondisi.

Untuk itu, dalam surah-surah dan ayat-ayat Madaniyah dalam rangkaian kasus parsial, Al-Qur'an menuturkan dengan gaya bahasa tiada banding yang hanya dimiliki Al-Qur'an dalam lingkup penjelasan dan penuturan sederhana pada umumnya. Inilah kesimpulan, tanda dan hujah yang kuat dan tinggi, rangkaian kata tauhid, iman, dan akhirat yang menjadikan kasus parsial syar’i tersebut menjadi kasus menyeluruh. Mengamalkan kasus tersebut mengandung keimanan kepada Allah, sehingga maqam tersebut bersinar terang, bernilai tinggi dan luhur.

Risalah-risalah An-Nur menjelaskan sejauh mana kesimpulan dan tanda yang mengungkapkan tauhid dan akhirat, yang banyak disebutkan di bagian-bagian akhir ayat, seperti;

أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

 “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

                      

وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

 “Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”

وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

 “Dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

 “Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.”

Ini adalah bagian dari gaya bahasa, kefasihan, keistimewaan, dan noktah tingkat tinggi, serta menegaskan bahkan terhadap para penentang bahwa di balik kesimpulan-

250. Page

kesimpulan ayat ini terdapat mukjizat besar, dimana sepuluh di antara noktah, keistimewaan, intisari, dan tanda ini telah dijelaskan dalam “cahaya kedua” dari “sinar kedua” dalam “kalimat keduapuluh lima.”

Ya, Al-Qur'an seketika itu juga mengalihkan perhatian lawan bicaranya kepada poin-poin luhur dan menyeluruh yang ada dalam cabangan-cabangan syariat dan aturan-aturan sosial tersebut, merubah gaya bahasa yang biasa-biasa saja menjadi gaya bahasa tingkat tinggi, mengalihkan perhatian lawan bicara dari pelajaran syariat menuju pelajaran tauhid.

Dengan demikian terbukti bahwa Al-Qur'an adalah kitab syariat, hukum, hikmah, akidah, iman, zikir, fikir, doa dan dakwah. Dalam satu kesempatan, Al-Qur'an mengajarkan banyak sekali tujuan-tujuan tuntunan Al-Qur'an. Untuk itulah kefasihan luar biasa dan berbagai mukjizat gaya bahasa balaghah ayat-ayat Makkiyah nampak dengan jelas.

Contoh;

Pada dua kalimat berikut (رب العالمين) dan (ربك); (ربك) menjelaskan tentang keesaan, sementara (رب العالمين) menjelaskan kesatuan. Keesaan juga mengungkapkan tentang kesatuan.

Bahkan dalam satu kalimat, Allah memasukkan matahari dalam pupil mata langit dengan ayat yang sama, seperti halnya Ia melihat satu atom dalam pupil mata, memasukkan atom tersebut ke sana dan Ia susun. Ia juga membuat mata untuk langit. Sebagai contoh, Ia berfirman;

وَهُوَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

 “Dan Dia Maha mengetahui segala isi hati,” setelah ayat;

يُوۡلِجُ الَّيۡلَ فِى النَّهَارِ وَيُوۡلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيۡلِ‌ؕ

 “Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam.”

Juga firman;

يُوۡلِجُ الَّيۡلَ فِى النَّهَارِ وَيُوۡلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيۡلِ‌ؕ

 “Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam,” setelah ayat;

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ

 “Dialah yang menciptakan langit dan bumi.”

 Dialog sederhana dan parsial ini menarik perhatian tingkatan buta huruf dan pemahaman awam menuju daya tarik hati nan tinggi dan tuntunan serta dialog luhur dari sisi gaya bahasa dan kefasihan, seakan ayat-ayat ini mengatakan, “Dia Maha mengetahui lintasan-lintasan hati di tengah keagungan penciptaan langit dan bumi, Ia mengatur dan membolak-balikkannya.

Soal;

Di dalam Al-Qur'an disinyalir adanya kekurangan karena kadang hakikat penting tidak nampak di hadapan pandangan-pandangan dangkal, juga disebabkan karena (orang) tidak memahami kaitan dalam penjelasan intisari tauhid tingkat tinggi atau aturan menyeluruh dari kejadian parsial dan biasa pada maqam-maqam tertentu.

Sebagai contoh, menurut pandangan ilmu balaghah, tidak ada kaitan antara menyebut aturan yang sangat luhur dalam ayat;


251. Page

وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ

 “Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 76) Dengan langkah Yusuf yang mengambil saudaranya melalui sebuah akal-akalan. Apa rahasia dan hikmahnya?

Jawab;

Esensi Al-Qur'an di sebagian besar surah-surah panjang dan sedang yang masing-masing di antaranya merupakan Al-Qur'an kecil, juga di sebagian besar halaman dan maqam yang tidak hanya mengandung dua atau tiga maksud saja, tapi mengandung banyak sekali kitab seperti kitab zikir, iman, fikir, kitab syariat, hikmah, tuntunan, dan berbagai pelajaran lain.

Dengan demikian, Al-Qur'an yang merupaan bagian dari membaca kitab alam raya nan besar dari sisi cakupan rububiyah ilahi terhadap segala sesuatu, dan dari sisi ungkapan tentang keagungan pembiasan-pembiasan rububiyah, di samping karena Al-Qur'an mengajarkan makrifatullah, tingkatan-tingkatan tauhid, hakikat-hakikat iman, menjaga banyak sekali tujuan dalam satu kesempatan, bahkan dalam satu halaman; maka tidak diragukan bahwa Al-Qur'an dalam satu kesempatan saja membahas pelajaran baru lainnya meski dengan kaitan yang lemah namun jelas terhadap suatu permasalahan, sehingga permasalahan-permasalahan lain yang sangat kuat disertakan dengan kaitan lemah ini, cocok dengan kesempatan tersebut, dan tingkat bahasanya terangkat tinggi.

Soal lain;

Apa hikmah penegasan adanya akhirat dan tauhid, penegasan adanya balasan untuk umat manusia secara tersurat dan tersirat yang disebut ribuan kali dalam Al-Qur'an, menarik segala perhatian ke sana, mengajarkan hakikat tersebut melalui setiap surah, setiap halaman, dan di setiap kesempatan?

Jawab;

Dari sisi pengajaran masalah-masalah besar, menghilangkan syubhat-syubhat tanpa batas, meruntuhkan pengingkaran dan pembangkangan berat dalam lingkup kemungkinan, dalam perubahan-perubahan terkait kejadian-kejadian di dalam raya, terkait permasalahan-permasalahan paling besar dan penting terkait tugas manusia yang memikul amanat besar dan sebagai khalifah di bumi. Tugas yang menjadi inti kesengsaraan dan kebahagiaan abadi.

Maka tidak diragukan, tentu tidak berlebihan jika Al-Qur'an mengalihkan segala perhatian menuju permasalahan-permasalahan tersebut sebanyak ribuan bahkan jutaan kali agar manusia mempercayai perubahan-perubahan mencengangkan tersebut, menerima permasalahan-permasalahan besar yang pasti bagi manusia dalam perubahan-perubahan tersebut, karena permasalahan-permasalahan ini dibaca berulang sebanyak jutaan kali dalam Al-Qur'an, namun tidak membuat jemu dan bosan, juga tidak menghilangkan kebutuhan akan pengulangan itu sendiri.

Sebagai contoh; hakikat kabar gembira kebahagiaan abadi yang ditunjukkan ayat;

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ەۗ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيْرُۗ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Buruj: 11)


252. Page

Dan ayat;

خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ

“Mereka kekal di dalamnya.” (QS. An-Nisa`: 57)

Andai ayat yang mengatakan, “Hakikat kematian yang memperlihatkan dirinya setiap saat di hadapan manusia yang malang, menyelamatkan manusia dan dunianya, menyelamatkan seluruh orang-orang tercinta dari ketiadaan abadi, dan memberikan kekuasaan abadi padanya,” diulang sebanyak milyaran kali dan diberi perhatian besar sebesar alam raya ini, tentu tidak berlebihan, dan tentu tidak mengurangi nilainya.

Dengan demikian, Al-Qur'an al-mu’jizul bayan yang mengajarkan masalah-masalah penting hingga batas yang paling jauh seperti masalah-masalah tersebut di atas, yang berusaha untuk meyakinkan, menegaskan, dan mendorong untuk beriman dengan menegaskan perubahan-perubahan mencengangkan yang merubah alam raya laksana rumah, tidak diragukan bahwa tidak berlebihan jika Al-Qur'an ribuan kali mengalihkan perhatian pada masalah-masalah tersebut secara tersurat maupun tersirat, bahkan pengulangan-pengulangan ini memperbarui keindahan yang setara dengan kebutuhan-kebutuhan utama seperti roti, obat, udara, dan cahaya.

Contoh lain; hikmah Al-Qur'an menyebut ayat-ayat ancaman keras, tegas, kuat, dan berulang seperti;

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

وَاِنَّ الظّٰلِمِيْنَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

“Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.” (QS. Asy-Syura: 21) Hikmahnya adalah kekafiran dan pengingkaran manusia adalah pelanggaran terhadap hak-hak alam raya dan sebagian besar makhluk-makhluk, seperti yang telah dijelaskan secara pasti dalam Risalah-risalah An-Nur –karena kekafiran dan pengingkaran memicu amarah langit dan bumi, juga seluruh unsur-unsur lama raya, sehingga mereka menimpakan tamparan-tamparan kepada orang-orang zalim. Neraka Jahanam marah terhadap orang-orang pengingkar lagi zalim hingga hampir-hampir pecah dan terputus karena luapan amarah, seperti secara tegas disampaikan dalam ayat berikut;

اِذَآ اُلْقُوْا فِيْهَا سَمِعُوْا لَهَا شَهِيْقًا وَّهِيَ تَفُوْرُۙ, تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ


 “Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah

.” (QS. Al-Mulk: 7-8)

Kejahatan menyeluruh dan pelanggaran-pelanggaran tanpa batas seperti ini, andai diulang tidak hanya sebanyak seribu kali, bahkan jutaan dan milyaran kali oleh Penguasa alam raya dalam firman-Nya terkait kejahatan dan hukumannya yang keras dan berat, bukan dari sisi kecilnya manusia atau tidak pentingnya mereka, tapi dari sisi besarnya kejahatan mereka dan pelanggaran-pelanggaran kekafiran yang mengerikan, juga dari sisi pentingnya hak-hak para hamba, menampakkan keburukan tanpa batas yang terkandung di dalam kekafiran dan kezaliman para pengingkar, tentu pengulangan sebanyak itu tidaklah berlebihan ataupun sebagai kekurangan, karena ratusan juta umat manusia 

253. Page

membacanya setiap hari sejak seribu tahun silam dengan sepenuh kerinduan dan kebutuhan tanpa jemu ataupun bosan.

Ya, alam setiap orang berlalu setiap hari dan setiap saat, berikutnya alam baru terbuka untuknya. Seperti halnya “la ilaha illallah” menjadikan lentera bagi setiap tirai yang selalu berubah melalui pengulangan kalimat “la ilaha illallah” sebanyak seribu kali karena kebutuhan dan kerinduan untuk menerangi seluruh alam sesaat, maka seperti itu pula Al-Qur'an menyampaikan pengulangan-pengulangan yang memiliki tujuan karena sebuah hikmah agar manusia –dengan membaca Al-Qur'an- benar-benar memperhatikan hukuman atas tindak-tindak kejahatan dan ancaman keras dari Sang Maha Penguasa azali, ancaman yang mematahkan pembangkangan kuat, agar manusia melepaskan diri dari kesewenang-wenangan jiwa, agar mengenakan banyak sekali penutup sesaat, juga wujud-wujud yang berotasi dan berganti, agar manusia tidak memperburuk bentuk wujud-wujud yang ada yang membias pada cermin kehidupan manusia, agar manusia tidak menjadikan kondisi-kondisi yang sepintas lalu itu memusuhinya yang semestinya bisa digunakan untuk kepentingannya.

Bahkan, setan pun mengelak jika ancaman Al-Qur'an yang diulang-ulang dengan kuat dan tegas seperti ini tidak ada hakikat nyatanya. Selain itu, Al-Qur'an menunjukkan bahwa siksa neraka adalah inti keadilan bagi para pengingkar yang tidak mau mendengarnya.

Contoh; pengulangan kisah Musa a.s. yang mengandung banyak hikmah dan manfaat, seperti tongkat Musa a.s., pengulangan kisah-kisah para nabi karena sejumlah hikmah, seperti; nubuwah seluruh nabi menyampaikan hujah kebenaran risalah Muhammad Saw., dimana siapa yang tidak mampu mengingkari mereka semua, ia juga tidak akan mampu mengingkari risalah sosok ini (Muhammad Saw.) dari sisi hakikat.

Karena siapapun tidak mampu membaca Al-Qur'an secara keseluruhan setiap saat, maka pengulangan kisah-kisah tersebut, seperti halnya pengulangan rukun-rukun iman yang penting, bertujuan menjadikan setiap surah-surah yang panjang dan sedang seperti Al-Qur'an kecil.

Saya sampaikan, pengulangan kisah-kisah karena serangkaian hikmah seperti tersebut di atas, tidaklah berlebihan, tapi sebagai kefasihan dalam kemukjizatan, juga mengingatkan bahwa peristiwa Muhammad Saw. adalah peristiwa paling besar untuk seluruh umat manusia, juga permasalahan terbesar bagi alam raya.

Ya, di dalam Risalah-risalah An-Nur telah disebutkan banyak sekali hujah dan pertanda secara qath’i seputar pemberian maqam tertinggi dalam Al-Qur'an yang diberikan kepada Muhammad Saw., hakikat “Muhammad utusan Allah” yang setara dengan rukun “la ilaha illallah,” dengan kandungan empat rukun iman, risalah Muhammad Saw. adalah hakikat alam raya yang paling besar, Muhammad Saw. adalah yang paling mulia di antara seluruh makhluk, sosok maknawi menyeluruh yang disebut sebagai hakikat Muhammad dan maqam suci beliau merupakan mentari terang bagi seluruh alam, dan beliau layak mendapatkan maqam nan menawan ini.

Satu di antara seribu hujah qath’i itu adalah;

Zat Yang Maha mengetahui alam gaib melihat dan mengetahui bahwa hakikat Muhammad yang merupakan sosok maknawi Muhammad Saw., di masa depan akan menjadi seperti pohon Thuba bagi surga karena seluruh kebaikan umat beliau di setiap zaman disatukan dalam catatan kebaikan-kebaikan beliau sesuai aturan “sebab sama seperti pelaku.” 


254. Page

Dengan cahaya yang beliau bawa, beliau menerangi hakikat-hakikat seluruh alam raya. Beliau tidak hanya membuat golongan jin, manusia, para malaikat dan makhluk hidup bersyukur kepada-Nya, tapi juga seluruh alam raya, langit dan bumi juga bersyukur kepada-Nya.

Doa rahmat dan fitrah yang dipanjatkan jutaan bahkan milyaran orang-orang shalih di antara umat beliau yang diterima –berdasarkan bukti diterimanya doa tumbuh-tumbuhan dengan bahasa kesiapan, doa hewan dengan bahasa kebutuhan fitrah yang terpampang di hadapan mata kita- untuk Nabi Saw. setiap hari, hadiah amal maknawi yang mereka persembahkan untuk beliau terlebih dahulu, tercantumnya berbagai cahaya tanpa batas dalam catatan kebaikan-kebaikan beliau dari sisi bacaan Al-Qur'an semata, karena setiap huruf Al-Qur'an yang mencapai 300 ribu huruf –yang dibaca umat- ada pahalanya, dimulai dari sepuluh kali lipat, seratus kali lipat, dan bahkan kadang hingga ribuan kali lipat kebaikan.

Karena maqam inilah Zat Yang Maha mengetahui hal gaib memberikan nilai-nilai penting nan agung itu untuk beliau dalam Al-Qur'an, Ia menjelaskan melalui firman-Nya, bahwa untuk mengikuti dan mendapatkan syafaat beliau, hanya diraih dengan mengikuti sunnah beliau yang merupakan persoalan umat manusia yang paling penting, Ia memperhatikan sisi kemanusiaan beliau dari waktu ke waktu yang merupakan biji pohon Thuba nan agung dan tabiat manusiawi beliau di awal pertumbuhan beliau.

Mengingat hakikat-hakikat yang diulang dalam Al-Qur'an berisi urgensi dan nilai ini, maka fitrah lurus mengakui bahwa di dalam pengulangan hakikat-hakikat tersebut terdapat mukjizat maknawi nan kuat dan luas, kecuali bagi mereka yang terkena penyakit hati dan nurani akibat wabah penyakit materialisme, dan mereka termasuk dalam kaidah;

Orang mukmin mengingkari cahaya matahari karena matanya pedih

Mulut mungkin mengingkari rasa air karena sakit

Dua Catatan Kaki Penutup Permasalahan Kesepuluh

Catatan kaki pertama;

Duabelas tahun silam, saya mendengar atheisme yang paling berbahaya mulai memperlihatkan niat tidak baik terhadap Al-Qur'an melalui penerjemahan Al-Qur'an. Mereka merancang sebuah rencana secara matang dengan mengatakan, “Al-Qur'an harus diterjemahkan agar nilainya diketahui. Artinya, agar semua orang tahu pengulangan-pengulangan tambahan dalam Al-Qur'an, dan agar terjemahnya dibaca, sebagai ganti Al-Qur'an.”

 Namun hujah-hujah Risalah-risalah An-Nur yang tak terbantahkan secara pasti menegaskan bahwa Al-Qur'an tidak mungkin diterjemahkan secara hakiki, tidak mungkin ada bahasa yang mampu menjaga segala keistimewaan dan noktah-noktah Al-Qur'an selain bahasa Arab sebagai bahasa nahwu. Terjemah-terjemah manusia yang biasa dan parsial tidak mungkin mengungkapkan ungkapan-ungkapan mukjizat menyeluruh kata-kata Al-Qur'an yang setiap hurufnya memiliki pahala sepuluh hingga seribu kebaikan, tidak mungkin dibaca di masjid-masjid.

Risalah-risalah An-Nur membantah rencana besar ini melalui penyebarannya dimana-mana. Namun saya kira, “permasalahan kesepuluh” ini diilhamkan kepada saya kala saya berada dalam situasi sulit, gelisah dan resah karena usaha kaum munafik yang 

255. Page

menerima pelajaran dari orang zindiq layaknya orang bodoh dan gila yang berupaya untuk memadamkan mentari Al-Qur'an dengan tipuan mulut –laksana anak-anak kecil yang bodoh- demi kepentingan setan. Saya tidak mengetahui hal ini, karena saya tidak bisa menemui siapapun.

Catatan kaki kedua;

Suatu ketika saya duduk di tingkat atas hotel Syahr yang terkenal itu setelah kami keluar dari penjara Denizli. Di hadapan saya terlihat taman-taman indah pohon poplar seakan mereka berada dalam halaqah zikir dalam bentuk lembut dan sangat manis.

Tarian, ranting dan dedaunan pohon-pohon itu –karena saya berpisah dengan semua saudara-saudara saya dan saya tinggal seorang diri- memicu kesedihan hati saya nan berduka dengan gerakan-gerakan yang menarik cinta dengan sentuhan angin.

Tiba-tiba musim gugur dan dingin terlintas di benak saya, kelalaian menarik saya hingga menimbulkan rasa iba terhadap pepohonan lembut dan hidup yang bersikap manja sepenuh cinta, hingga kedua mata saya berlinangan, kesedihan-kesedihan perpisahan dan ketiadaan nan luas seluas alam raya menumpuk sesak di kepala saya dengan mengingat dan merasakan ketiadaan perpisahan pepohonan nan hidup itu di bawah tirai alam raya yang berhias indah.

Tanpa diduga, sebuah cahaya yang disampaikan hakikat Muhammad Saw. menolong saya, lalu merubah duka dan kesedihan tanpa batas itu menjadi bahagia dan ceria.

Saya akhirnya terus memuji Muhammad Saw. karena bantuan cahaya dan hiburan yang diberikan kepada saya, karena kondisi ini hanya bertepatan dengan zaman itu saja dalam bentuk sebagai berikut –ini merupakan satu di antara jutaan luapan yang nampak di hadapan saya, seperti halnya sebuah luapan untuk setiap orang beriman-; 

Tatapan lalai pada kesempatan pertama menampakkan kelembutan-kelembutan yang muncul pada suatu musim itu seakan tanpa tugas dan hasil, seakan gerakan-gerakannya tidak muncul dari rasa cinta, bahkan seakan semuanya jatuh dari ketiadaan dan perpisahan.

Kondisi ini melukai segenap perasaan saya yang mencintai hidup abadi, keindahan, kasih sayang terhadap sesama manusia dan kehidupan, hingga nyaris merubah dunia menjadi neraka maknawi, merubah akal menjadi alat penyiksaan.

Di tengah situasi seperti ini, cahaya yang dibawa Muhammad Saw. sebagai hidayah bagi umat manusia, melenyapkan tirai dan menampakkan adanya serangkaian hikmah dan makna pohon-pohon tersebut sebanyak bilangan dedaunan masing-masing di antaranya, bukannya kematian, ketiadaan, kerusakan, kesia-siaan, dan perpisahan.

Cahaya ini memiliki tiga bagian hasil dan kelembutan seperti yang telah disebutkan dalam Risalah-risalah An-Nur sebagai berikut;

Bagian pertama;

Terkait nama-nama Sang Pencipta.

Contoh; seperti halnya ketika ada seseorang menciptakan sebuah mesin menawan, semua orang tentu bertepuk tangan untuknya seraya mengucapkan, “Masyaallah,” dan, “Barakallah.” Bahkan mesin tersebut juga memberikan ucapan selamat kepada dan bertepuk tangan kepada si pencipta melalui bahasa kondisional dengan menampakkan hasil-hasil yang menjadi tujuan mesin diciptakan. 


256. Page

Dengan demikian, setiap makhluk hidup dan segala sesuatu adalah mesin seperti mesin dalam contoh di atas yang memberikan ucapan selamat dan bertepuk tangan kepada Pemiliknya.

Bagian kedua;

Di antara sederetan hikmah, ada yang mengarah kepada pandangan para makhluk hidup dan makhluk-makhluk yang punya perasaan, sehingga pandangan-pandangan mereka menjadi alat untuk membaca dan kitab ilmu pengetahuan bagi mereka, selanjutnya meninggalkan makna-maknanya dalam lingkup wujud dalam otak makhluk-makhluk yang memiliki perasaan, meninggalkan bentuk-bentuk mereka dalam memori, dalam papan-papan permisalan, dalam buku-buku catatan alam gaib, selanjutnya meninggalkan alam nyata dan kembali lagi ke alam gaib.

Artinya, mereka meninggalkan wujud formalitas dan mendapatkan banyak sekali jenis dari wujud maknawi.

Ya, karena Allah ada, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, maka tidak diragukan bahwa ketiadaan, kematian, penghapusan dan kefanaan tidak memiliki ruang di alam orang-orang yang beriman dari sisi hakikat, dan alam orang-orang kafir dipenuhi ketiadaan, perpisahan, kematian, dan kefanaan.

Berikut sebuah perumpamaan yang beredar luas yang mengajarkan hakikat tersebut;

“Siapa punya Allah, ia punya apa saja, dan siapa tidak punya Allah, ia tidak punya apapun.”

Kesimpulan;

Seperti halnya iman menyelamatkan manusia dari ketiadaan abadi saat kematian, seperti itu juga iman menyelamatkan alam khusus setiap orang dari ketiadaan dari kegelapan ketiadaan. Sementara kekafiran –khususnya kekafiran mutlak- melenyapkan si manusia dan melenyapkan alam khususnya melalui kematian, untuk selanjutnya dilemparkan menuju kegelapan neraka maknawi, merubah kenikmatan-kenikmatan hidup menjadi racun pahit.

Untuk itu, silahkan mengiang telinga orang-orang yang lebih memilih kehidupan dunia dari pada akhirat, silahkan mereka mencari solusi untuk mengatasi kondisi tersebut, atau mereka harus masuk ke dalam keimanan dan selamat dari dua kerugian besar tersebut.

سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

 “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)


257. Page

Sebuah Risalah yang Dikirim Hasrau Kepada Gurunya

Terkait Permasalahan Kesepuluh

Tuan dan Guru saya yang tercinta!

Pujian tanpa batas saya panjatkan kepada Allah karena kami mendapatkan “buah Emirdag” yang disebut sebagai “permasalahan kesepuluh” dari buah penjara Denizli yang meringankan sedihnya perpisahan selama dua bulan lamanya, derita terputusnya kabar berita Guru dari kami, risalah yang memberi hati kami kehidupan baru, memberikan angin sepoi nan jernih dan baru untuk ruh kami, yang termasuk salah satu keindahan pengulangan-pengulangan ayat-ayat nan luhur dan mulia, ayat-ayat cinta kasih Al-Qur'an, risalah yang menjelaskan hikmah keharusan dan urgensi pengulangan-pengulangan dalam Al-Qur'an, risalah pembelaan menawan untuk Risalah-risalah An-Nur.

Semakin kami mencium bunga yang patut mendapat penghormatan ini, kerinduan yang terpendam dalam ruh kami benar-benar kian meningkat.

Seperti halnya sembilan permasalahan menampakkan keindahannya karena keberadaannya sebagai sebuah wasilah agung bahwa kita tidak bersalah atas beban berat penjara selama sembilan bulan ini, seperti itu juga bunga kita yang bernama “permasalahan kesepuluh” menunjukkan –dengan standar yang sama- keindahannya, dengan menampakkan hal-hal luar biasa dalam kemukjizatan kata-kata singkat Al-Qur'an.

Benar wahai guru saya yang tercinta, seperti halnya kelembutan dan keindahan luar biasa dalam bunga mawar mengalihkan segala pandangan dari duri-duri yang ada di ranting pepohonannya, seperti itu juga bunga An-Nur ini juga membuat kami melupakan beban berat penjara yang berlangsung selama sembilan bulan, menghilangkan semua beban berat itu secara total.

Bunga An-Nur yang ditulis dengan cara yang mendorong untuk kembali dibaca saat tengah dibaca, ditulis dengan cara yang membingungkan akal, menampakkan keluhuran Al-Qur'an hingga mengharuskan untuk mengorbankan alam secara keseluruhan demi keluhuran itu dengan menampakkan nilai sempurna pengulangan-pengulangan Al-Qur'an –karena mengandung banyak sekali keindahan- di hadapan sikap penghinaan sebagian orang terhadap Al-Qur'an seraya berupaya menjadikan Al-Qur'an sebagai hal biasa di hadapan manusia secara khusus melalui penerjemahan Al-Qur'an.

Ancaman keras dan menakutkan secara berulang terhadap orang-orang zalim di setiap masa yang tertera dalam Al-Qur'an al-mu’jizul bayan, mendorong murid Guru yang malang ini untuk selalu bersyukur tanpa batas dan bahagia nan amat besar, Al-Qur'an yang terbukti tetap segar seakan baru diturunkan, karena para penempuh jalan menuju Rabb, berpegang teguh padanya di setiap masa dengan kekuatan besar, mereka tunduk pada segala perintah dan larangannya.

Murid Guru ini juga terdorong oleh kelembutan penuh kasih sayang Al-Qur'an yang diulang-ulang untuk orang-orang teraniaya dan menjadikan orang-orang zalim –khususnya dalam ancaman Al-Qur'an yang tertuju pada masa kita sekarang ini- selalu berteriak merintih sejak enam atau tujuh tahun silam dalam kondisi yang tiada bandingnya, seakan mereka berada dalam neraka samawi yang menyerupai contoh ketakutan terbesar.

Juga murid-murid An-Nur yang berada di depan orang-orang teraniaya pada zaman sekarang, keselamatan secara umum dan khusus yang diraih murid-murid An-Nur 

258. Page

–ini nyata adanya- laksana keselamatan yang diberikan kepada para nabi umat-umat terdahulu, adanya kaum atheis –para penentang Al-Qur'an- mendapat tamparan siksa neraka, dan dilanjutkannya penulisan “bunga Emirdag” dengan membuat dua catatan tepi nan indah dan lembut, semua ini mendorong murid Guru untuk memanjatkan puji syukur tanpa batas.

Bahkan, berkali-kali saya sampaikan kepada saudara-saudara saya, “Sepanjang hidup, belum pernah saya merasakan kebahagiaan dan kesenangan seperti yang diberikan bunga indah itu kepada saya, seperti yang saya sampaikan kepada guru saya yang tercinta.”

Semoga Allah senantiasa meridhaimu, wahai guru kami yang tercinta. Dengan pundak yang lemah, kau memikul beban berat dan besar. Semoga Allah membahagiakan guru hingga selama-lamanya dengan meringankan beban-beban berat guru. Amin, amin, amin!

Benar wahai guru saya yang tercinta! Kami selalu ridha kepada Allah, Al-Qur'an, dan kekasih-Nya, Nabi Saw., yang memiliki kedudukan dan Risalah-risalah An-Nur, kami juga ridha kepadamu, wahai guru kami yang tercinta, yang menyeru menuju Al-Qur'an.

Kami sama sekali tidak menyesal karena mengaitkan diri Al-Qur'an, dalam hati kami pun tidak ada sedikit pun niat buruk meski seberat atom, kami tidak mencari dan menginginkan apapun selain Allah dan ridha-Nya.

Semakin waktu berlalu, kerinduan untuk sampai kepada Al-Haq Ta’ala dalam ridha-Nya semakin membumbung dalam hati kami.

Puji syukur tanpa batas kami panjatkan kepada Allah yang menuturkan –tanpa kami sadari- bahwa memaafkan orang yang berbuat jahat kepada kita, menyerahkan urusan mereka kepada Allah tanpa mengecualikan seorang pun di antara mereka, bahkan berbuat baik kepada siapapun bahkan orang-orang zalim yang berlaku semena-mena kepada kita, merupakan salah satu syiar Islam yang tertanam kuat dalam hati setiap murid Risalah-risalah An-Nur.

Murid Guru yang lalai,

Hasrau

Permasalahan Kesebelas

Ratusan contoh buah-buah menyeluruh dan parsial tanpa baas dari pohon keimanan nan suci, telah dijelaskan dan disebutkan dalam Risalah-risalah An-Nur lengkap dengan dalil-dalilnya, seperti buah surga kebahagiaan abadi, dan melihat Allah. Untuk itu, penjelasannya kami alihkan ke lentera-lentera An-Nur (Risalah-risalah An-Nur).

Pada bagian ini –bagian mukadimah “permasalahan kesebelas” dari “risalah buah”- kami tidak menjelaskan satu pun buah rukun-rukun iman nan menyeluruh, kami hanya akan menjelaskan sebagian dari satu buah parsial saja dan bagian-bagian khususnya.


259. Page

Pertama;

Suatu hari, saya membaca doa yang intinya, “Ya Rabb! Jagalah saya dari kejahatan jin dan manusia dengan kesucian dan syafaat Jibrail, Mikail, Israfil dan Izrail.” Saat menyebut nama Izrail a.s. yang membuat siapapun takut dan gemetar, saya merasakan sebuah kondisi nikmat dan baik yang memunculkan hiburan, saya kemudian mengucapkan, “Alhamdulillah,” dan saya benar-benar mulai mencintai Izrail a.s.

Berikut akan kami sampaikan isyarat sangat singkat terkait buah parsial di antara banyak sekali buah bagian kecil rukun-rukun iman kepada para malaikat.

Pertama;

Hal paling berharga yang dimiliki seseorang dan yang sekuat tenaga ia jaga dan lindungi adalah nyawa. Saya merasa yakin, menyerahkan nyawa kepada tangan kuat dan terpercaya untuk dijaga agar tidak sia-sia dan lenyap, memberikan kebahagiaan meluap.

Setelah itu terlintas di benak saya para malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia. Saya merenung kemudian saya menemukan mereka memiliki buah-buah nikmat seperti buah ini.

Kedua;

Setiap orang berusaha untuk mengabadikan kata-kata dan perbuatannya yang berharga dengan penuh kerinduan melalui tulisan, bait-bait syair atau bahkan melalui film, terlebih jika tindakan-tindakan tersebut memiliki buah-buah abadi di surga. Ia sangat merindukan hal itu.

Catatan para malaikat yang berdiri di pundak setiap orang untuk memperlihatkan segala amal perbuatannya dalam bentuk abadi dan memberikan balasan bagi pelakunya, membuat saya merasa bahagia dan nikmat yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Kala sunyinya kesepian meresahkan saya, kala dunia nan tiada berharga ini runtuh di hadapan saya ketika para pengikut dunia melucuti saya dari segala sesuatu dalam kehidupan sosial, kala mereka menjauhkan saya dari seluruh kitab, teman-teman, para pelayan, dan segala sesuatu yang memberikan hiburan bagi saya, tanpa diduga satu di antara sekian banyak buah keimanan kepada para malaikat datang memberikan bantuan kepada saya, memperindah alam dan dunia saya, memenuhi dunia saya dengan para malaikat dan makhluk-makhluk ruhani, membuat alam saya tertawa dengan senang, dan menampakkan kepada saya bahwa dunia para pengikut kesesatan menangisi kesepian, kehampaan dan kegelapan.

Kala hayalan saya merasa bahagia dan senang karena kenikmatan-kenikmatan buah ini, hayalan saya memetik satu buah –seperti buah ini- di antara sekian banyak buah keimanan terhadap para rasul dan merasakannya. Tiba-tiba, keimanan saya terhadap mereka menerangi zaman-zaman itu, seakan saya hidup bersama para nabi yang berada pada masa-masa lalu, menjadikan keimanan saya menjadi iman nan menyeluruh dan membuatnya semakin luas, memberikan ribuan penguat atas pernyataan-pernyataan nabi akhir zaman sayyidina Muhammad Saw. terkait iman, dan membuat para setan bisu.

Akhirnya, muncul sebuah pertanyaan di dalam hati saya yang secara pasti sudah dijawab dalam risalah “hikmah istiadzah.”

Saya ditanya secara maknawi, “Kenapa orang-orang sesat sering kali mengalahkan orang-orang yang mendapat petunjuk, bahkan kadang duapuluh di antara mereka mengejutkan seratus orang-orang yang mendapat petunjuk, padahal buah dan manfaat-manfaat nikmat tanpa batas seperti ini, hasil dan manfaat-manfaatnya sangat 

260. Page

baik bagi kebaikan, di samping pertolongan dan perhatian Yang Maha Penyayang di antara para penyayang membantu dan memberi mereka kekuatan?”

Saat hanyut dalam fikiran ini, terlintas di benak saya bantuan-bantuan Al-Qur'an nan agung untuk melawan bisikan-bisikan setan yang sangat lemah, Al-Qur'an mengirim banyak sekali dalil, para malaikat dan pertolongan Allah untuk orang-orang beriman.

Risalah-risalah An-Nur telah menjelaskan hikmah hal di atas dengan serangkaian hujah pasti. Untuk itu, kami hanya akan memberikan isyarat singkat sekali untuk menjawab pertanyaan di atas.

Ya, tidak mungkin sebuah istana tetap bertahan ketika ada seorang bodoh, menyamar, tidak dikenal, dan berbahaya berusaha menyalakan api di dalamnya tanpa penjagaan seratus pengawal, atau dengan meminta bantuan kepada negara dan sultan, seakan ratusan orang –bukan hanya satu orang saja- berusaha melemparkan api ke istana tersebut, karena keberadaan istana bergantung pada keberadaan berbagai syarat, rukun dan sebab. Jika ada satu syarat saja yang tidak dipenuhi, istana pasti hancur dan terbakar meski hanya dengan sebuah korek api yang dinyalakan orang bodoh, istana akan terhapus dan lenyap.

Demikian halnya setan-setan manusia dan jin, dengan tindakan sederhana saja, mereka menimbulkan kehancuran, kerusakan, dan kebakaran maknawi berskala besar.

Ya, ragi dan asas segala kesalahan, keburukan, dan kejahatan adalah ketiadaan, kerusakan, dan kehancuran. Ketiadaan dan kerusakan merasuk di bawah keberadaan lahiriahnya.

Dengan demikian, segala kejahatan, setan-setan manusia dan jin, bersandar pada titik yang satu ini, mereka melawan kekuatan tanpa batas dengan kekuatan yang sangat lemah, sehingga setiap saat mereka memaksa para pengikut kebenaran dan hakikat untuk berlindung dan mendekat kepada Allah untuk menjauhi mereka.

Untuk itu, Al-Qur'an memberikan banyak bantuan untuk melindungi mereka, menyerahkan sembilanpuluh sembilan nama-nama ilahi nan indah ke tangan-tangan mereka, mengeluarkan perintah-perintah kuat untuk mereka agar mereka tegar dan teguh menghadapi para musuh.

Melalui jawaban ini, muncul secercah hakikat nan sangat besar sekali, sebuah asas untuk sebuah permasalahan besar nan mencengangkan; seperti halnya berisi hasil-hasil seluruh alam wujud, dan menjadikan biji yang ditumbuhkan dunia berkembang menjadi kuat dan abadi, seperti itu juga neraka yang mematangkan hasil-hasil ketiadaan untuk memperlihatkan segala hasil pedih alam ketiadaan dan kefanaan yang sangat menakutkan. Pabrik neraka yang sangat menakutkan, membersihkan seluruh makhluk alam wujud dari segala kotoran alam ketiadaan.

Kita tidak akan membahas permasalahan ini sekarang. Insya Allah akan dijelaskan berikutnya.

Selanjutnya, sebagian di antara buah dan contoh keimanan kepada para malaikat terkait Munkar dan Nakir sebagai berikut;

Dengan peran saya, saya memasuki kuburan–melalui hayalan- yang pasti akan saya masuki seperti halnya orang lain. Kala saya merasa kesepian karena secara mutlak saya terlepas dari segala sesuatu, saya merasa shock karena putus asa berada di dalam kuburan, di dalam penjara yang terisolasi, gelap, dingin, sempit, dan hanya seorang diri.

Tiba-tiba dua teman yang diberkahi dari kelompok Munkar dan Nakir muncul menghampiri saya, keduanya mulai berdebat dengan saya, kuburan saya meluas, hati saya 

261. Page

lapang, bercahaya, dan dipenuhi kehangatan. Jendela-jendela menuju alam arwah terbuka. Dengan sepenuh hati, saya dibuat bahagia oleh kondisi yang saya lihat dalam hayalan ini. Kelak, saya akan melihatnya secara nyata, dan saya pun bersyukur kepada Allah.

Seperti halnya ketika seorang murid yang belajar ilmu nahwu-sharaf meninggal dunia di madrasah didatangi Munkar dan Nakir, lalu kedua malaikat ini bertanya kepadanya; من ربك (siapa Rabbmu?), lalu dengan ilmu nahwu ia menjawab karena merasa masih berada di madrasah, “من   mubtada’, ربك khabar. Ini mudah. Tanyakan soal yang sulit.” Jawaban ini membuat kedua malaikat dan para ruhani yang ada tertawa, juga membuat tertawa seorang wali yang segala kondisi kubur tersingkap di hadapannya kala ia menyaksikan kejadian ini, membuat rahmat ilahi tersenyum, sehingga si murid ini selamat dari siksa kubur.

Seperti itu juga al-marhum Hafizh Ali, pahlawan Risalah-risalah An-Nur yang gugur sebagai syahid. Ia meninggal dunia kala menulis dan membaca risalah buah dengan penuh kerinduan di dalam penjara. Ia menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat kubur terkait hakikat-hakikat risalah buah seperti yang ia jawab di hadapan pengadilan.

Saya dan murid-murid Risalah-risalah An-Nur akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara hakiki pada masa depan dengan hujah-hujah Risalah-risalah An-Nur nan terang dan kuat, seperti jawaban yang kita sampaikan saat ini secara maknawi, kita dorong mereka untuk percaya dan memberikan ucapan selamat, insya Allah.

Selanjutnya, satu contoh kecil seputar kebahagiaan dunia keimanan terhadap para malaikat adalah; seperti halnya anak kecil tak berdosa menerima pelajaran keimanan dalam ilmu fiqh berkata kepada temannya ketika sedang menangis kencang karena saudaranya meninggal dunia, “Jangan menangis, tapi bersyukurlah kepada Allah, karena saudaramu pergi ke surga bersama para malaikat, dia berkelana di sana, merasakan kenikmatan yang lebih baik dari kita, ia terbang di sana laksana malaikat, dan melihat-lihat seluruh tempat di sana.”

Kata-kata ini merubah tangisan temannya menjadi senyuman dan kebahagiaan. Saya pun demikian, persis seperti anak kecil ini. Saya menerima dua berita kematian yang sangat memilukan di tengah musim dingin nan menyedihkan dan dalam kondisi yang pedih ini.

Pertama; berita kematian keponakan saya, al-marhum Fuad yang meraih ranking pertama di universitas dan yang menyebarkan hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur.

Kedua; berita kematian saudari saya yang bernama Hanam. Ia tengah menunaikan ibadah haji, dan saat thawaf, ia mengalami sakaratul maut, dan meninggal dunia.

Ketika dua kematian dua kerabat ini membuat saya menangis, seperti halnya kematian al-marhum Abdurrahman yang disebutkan dalam risalah syuyukh (para orang tua), melalui cahaya keimanan saya melihat melalui spiritual dan hati bahwa Fuad yang tak berdosa dan sayyidah shalihah, Hanam, kini berteman dengan para malaikat dan bidadari sebagai ganti manusia, keduanya telah selamat dari segala bahaya dan dosa-dosa dunia.

Akhirnya saya merasakan kebahagiaan besar sebagai pengganti kesedihan berat itu. Saya sampaikan ucapan selamat kepada keduanya. Saya sampaikan ucapan selamat kepada saudara saya, Abdul Majid Abu Fuad, saya menyampaikan selamat kepada diri 

262. Page

saya sendiri, dan saya bersyukur kepada Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

Bagian ini sengaja ditulis dengan niat sebagai doa rahmat bagi kedua al-marhum tersebut.

Seluruh perbandingan dalam Risalah-risalah An-Nur menjelaskan buah-buah iman yang merupakan inti kebahagiaan dunia akhirat, serta mengabarkan bahwa keimanan setiap orang mukmin akan memberikan kebahagiaan abadi padanya, dan akan menumbuhkan kebahagiaan itu, dimana buah-buah besar dan menyeluruh di dunia ini nampak dalam bentuk kebahagiaan hidup dan kenikmatan umur, dan akan terungkap dalam wujud kebahagiaan tersebut.

Saya menulis lima di antara buah-buah iman nan menyeluruh dan sangat banyak sekali dalam “kalimat ketigapuluh satu” sebagai buah Mi’raj, lima buah lainnya saya tulis sebagai contoh dalam “ranting kelima” dari “kalimat keduapuluh empat.”

Pada bagian awalnya kami sampaikan;

Setiap rukun iman memiliki buah-buah yang beragam dan banyak sekali bahkan tanpa batas, salah satu buahnya itu adalah surga secara keseluruhan, buah berikutnya adalah kebahagiaan abadi, buah selanjutnya dan yang paling nikmat adalah melihat Allah.

Sejumlah buah-buah keimanan yang baik seputar kebahagiaan dunia akhirat sudah dijelaskan dalam perbandingan di bagian akhir “kalimat ketigapuluh dua” dengan baik.

Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa buah-buah rukun iman kepada takdir nan berharga juga nampak di dunia ini adalah; kata-kata “Siapa beriman kepada takdir, ia terhindar dari kesulitan (hidup),” beredar luas seperti kata perumpamaan.

Di bagian akhir risalah takdir telah dijelaskan satu di antara buah keimanan terhadap takdir nan menyeluruh dengan sebuah contoh lembut, dengan tamsil masuknya dua orang ke dalam sebuah taman istana nan indah dan menawan.

Bahkan melalui ribuan pengalaman hidup, saya tahu bahwa tanpa keimanan terhadap takdir, kebahagiaan hidup dunia akan rusak belaka. Setiap kali memandang musibah-musibah pilu dari sisi keimanan terhadap takdir, saya melihat musibah sangat ringan sekali. Saya merasa heran bagaimana orang yang tidak beriman terhadap takdir bisa hidup.

Salah satu di antara buah rukun iman terhadap para malaikat nan menyeluruh telah disinggung dalam “maqam kedua” dari “kalimat keduapuluh dua” sebagai berikut;

Malaikat Izrail a.s. menuturkan dalam munajatnya kepada Allah, “Hamba-hamba-Mu marah dan mengadukan diriku kala aku menjalankan tugas mencabut nyata.” Sebagai jawabannya, dikatakan kepadanya, “Aku akan menjadikan berbagai macam penyakit dan musibah sebagai tirai penutup tugasmu, agar seluruh pengaduan hamba-hamba-Ku tertuju padanya, bukan kepadamu.”

Dengan demikian, Izrail juga bertugas untuk menutupi, agar seluruh pengaduan-pengaduan batil tidak tertuju kepada Allah, mengingat wajah hikmah, rahmat, keindahan, dan maslahat dalam kematian tidak bisa dilihat setiap orang yang menatap sisi lahiriah, lalu menentangnya, setelah itu mengadu.

Untuk itu, Izrail menjadi tirai penutup demi suatu hikmah, agar pengaduan-pengaduan batil ini tidak mengarah kepada Yang Maha Penyayang secara mutlak.


263. Page

Demikian halnya tugas seluruh malaikat lainnya, bahkan tugas seluruh sebab-sebab lahiriah adalah menutupi keagungan rububiyah, agar kemuliaan dan kesucian kuasa ilahi, serta rahmat-Nya yang meluas dalam segala sesuatu yang keindahannya terlihat namun hikmah-hikmahnya tidak diketahui, tetap terjaga dan tidak menjadi sasaran bantahan. Di samping agar kuasa ilahi terhadap segala sesuatu tidak terlihat dalam pandangan lahiriah tidak terlihat hina, tidak berguna dan kasar.

Dengan dalil-dalil tanpa batas, Risalah-risalah An-Nur menegaskan bahwa sebab apapun tidak memiliki pengaruh hakiki, sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan. Stempel tauhid yang tertera dalam segala sesuatu menunjukkan hal itu secara pasti, karena penciptaan adalah milik Allah secara khusus. Sebab-sebab tidak lain hanya merupakan tirai dan penutup. Makhluk-makhluk yang memiliki perasaan seperti para malaikat, tidak lain hanyalah pengabdi-pengabdi fitrah dan ubudiyah perbuatan yang disebut sebagai tindakan parsial yang tidak menciptakan, meski memiliki pilihan parsial.

Ya, kemuliaan dan keagungan mengharuskan sebab-sebab menjadi tirai penghalang tangan kuasa dalam pandangan akal, sementara tauhid dan kesatuan mengharuskan agar sebab-sebab mengibaskan tangan dari pengaruh hakiki.

Seperti halnya para malaikat dan sebab-sebab lahiriah yang dipergunakan dalam hal-hal baik dan segala urusan wujud menjaga kuasa rabbani dari kelalaian dan kezaliman dalam berbagai hal yang tidak diketahui keindahannya, jug sebagai sarana-sarana taqdis dan tasbih ilahi, seperti itu juga jin, manusia, dan unsur-unsur membahayakan dalam hal-hal kejahatan dan ketiadaan, semua ini menyelamatkan kuasa subhani dari tudingan berkhianat, dari bantahan-bantahan batil, juga agar tidak menjadi sasaran segala keluhan.

Dengan demikian, sebab-sebab lahiriah melayani, membebaskan dan memahasucikan segala taqdis dan tasbih dari segala kelalaian di alam raya ini, karena seluruh kelalaian hanya muncul dari ketiadaan dan tidak adanya kemampuan, muncul dari kerusakan dan tidak adanya peran –dimana semua hal ini adalah ketiadaan-, juga muncul dari perbuatan-perbuatan nihil yang tiada memiliki wujud. Tirai setan dan kejahatan ini menjadi sumber segala kekurangan tersebut, menerima berbagai bantahan dan pengaduan yang memang patut ia dapatkan, sehingga semua sebab-sebab lahiriah ini menjadi sarana-sarana untuk memahasucikan Allah, karena kekuatan dan kemampuan ilahi tidak memerlukan hal-hal buruk, bersifat tiada dan merusak.

Dengan demikian, tindakan kecil dan sederhana, kekuatan kecil, bahkan tidak menjalankan peran, kadang memicu pada ketiadaan, penghancuran dan pengrusakan besar, dimana para pelaku kejahatan dan keburukan ini dikira mampu, padahal sebenarnya mereka tidak memiliki pengaruh sama sekali selain ketiadaan. Mereka tidak memiliki kekuatan mutlak apapun selain perbuatan parsial. Segala kejahatan tersebut murni muncul dari ketiadaan.

Untuk itu, makhluk-makhluk jahat itu adalah pelaku-pelaku hakiki dan asli. Jika mereka punya perasaan, mereka akan dihukum dan mereka pantas untuk menerimanya. Intinya, makhluk-makhluk jahat adalah pelaku-pelaku keburukan. Sementara untuk segala kebaikan dan amal shalih –karena kebaikan bersifat nyata-, makhluk-makhluk baik bukanlah para pelaku dan pengaruh hakiki. Mereka hanya menerima semua itu, menerima karunia ilahi. Balasan yang mereka terima murni sebagai karunia ilahi.


264. Page

Al-Qur'an menyampaikan makna ini melalui ayat berikut;

 مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ


“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisa`: 79)

Kesimpulan;

Kala alam-alam wujud dan alam-alam ketiadaan tanpa batas saling berbenturan dan memunculkan buah seperti surga dan neraka, kala seluruh alam-alam wujud mengucapkan, “Alhamdulillah,” “Alhamdulillah,” sementara seluruh alam ketiadaan mengucapkan, “Subhanallah,” “Subhanallah,” akal para malaikat muncul bersama setan, kala kebaikan-kebaikan muncul bersama keburukan-keburukan, kala ilham dan was-was bertikai di sekitar hati berdasarkan aturan pertarungan menyeluruh, tiba-tiba satu di antara sekian buah keimanan kepada para malaikat muncul, memecahkan kesulitan, menerangi alam raya nan gelap, dan menampakkan satu di antara sekian cahaya ayat;

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.” (QS. An-Nur: 35) Dan buah ini memberikan kenikmatan penuh kepada kita.

“Kalimat keduapuluh empat” dan “kalimat keduapuluh sembilan” yang menunjukkan karamah huruf-huruf alif, mengisyaratkan buah menyeluruh lainnya di antara buah keimanan terhadap para malaikat. Selain itu, keberadaan dan tugas para malaikat sudah kami sebutkan dengan jelas.

Ya, keagungan rububiyah rahimiyah ingin memperkenalkan diri dan membuat seluruh makhluk di seluruh penjuru alam raya, di segala sesuatu baik yang kecil maupun menyeluruh, dan segala jenis makhluk mencintainya. Untuk itu sudah seharusnya keagungan, rahmat, pengenalan dan daya tarik cinta itu dibalas dengan ubudiyah luas nan menyeluruh yang dipenuhi oleh perasaan dan kesadaran dalam rasa syukur dan penyucian. Peran ini tidak mampu dijalankan demi kepentingan benda-benda mati yang tiada memiliki peraasan, juga demi tiang-tiang alam raya nan agung ini selain para malaikat dengan jumlah tak terbatas. Tidak mungkin ada makhluk yang melakukan tugas-tugas bijak nan besar milik kekuasaan rububiyah di seluruh penjuru alam raya, di bumi maupun di langit, di dalam perut maupun permukaan bumi, selain para malaikat.

Aturan-aturan filsafat yang tiada memiliki ruhani, membayangkan penciptaan bumi dan kondisi fitrah bumi dalam bentuk yang gelap dan sangat sepi. Berbeda dengan keagungan rububiyah yang menjadikan bumi menjadi buah dalam bentuk yang bersinar terang dan menyenangkan, karena bumi dipikul dua malaikat bernama Tsur dan Hut. Maksudnya, bumi berada di bawah pengawasan kedua malaikat ini, karena bumi diciptakan dari surga. Unsur dan hakikat akhirat yang disebut batu yang merupakan batu pertama bagi bumi nan fana ini, dikirim dari surga, sebagai isyarat bahwa sebagian dari bumi ini akan dialihkan ke surga nan abadi.

Batu tersebut dijadikan titik sandar bagi malaikat Tsur dan Hut. Makna ini diriwayatkan dari sebagian nabi Bani Israil, juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Sayangnya, makna suci dan majaz ini mengalami pergeseran konsep seiring perjalanan waktu hingga menyimpang dari akal sehat, dan karena anggapan kalangan awam sebagai hakikat.


265. Page

Mengingat para malaikat berkelana di tanah, bebatuan dan pusat bumi seperti halnya berkelana di udara, maka mereka tidak memerlukan batu, ikan, ataupun kerbau yang memiliki wujud jasmani untuk menopang bumi.

Contoh; bumi bertasbih dengan kepala sebanyak bilangan jenis makhluk yang ada, dengan lisan sebanyak bilangan anggota seluruh jenis makhluk, dengan organ sebanyak bilangan bagian tubuh, dedaunan, dan buah anggota-anggota tersebut.

Untuk itu, bumi tentu memiliki malaikat yang ditugaskan untuk mengurusnya yang memiliki 40 ribu kepala, di setiap kepala terdapat 40 ribu lisan yang bertasbih sebanyak 40 ribu kali, hingga dengan ilmu dan kesadaran, ia menjalankan ubudiyah fitrah nan agung di luar kesadaran yang ia persembahkan ke hadirat ilahi, seperti yang disampaikan oleh pengabar terpercaya, Nabi Saw.

Wujud para malaikat dalam esensi yang sangat luar biasa, seperti Jibrail a.s. yang menyampaikan dan menunjukkan hubungan antara manusia yang merupakan hasil penciptaan jagad raya paling penting, dengan Rabb mereka. Israfil dan Izrail yang menjalankan tugas-tugas ilahi khusus, seperti membangkitkan, menghidupkan, dan membebas-tugaskan makhluk melalui kematian. Inilah hal-hal yang paling besar dan penting yang ada di alam makhluk hidup yang diatur oleh kedua malaikat tersebut dalam ubudiyah. Mikail a.s. yang dengan kesadaran dan pengertian, menunaikan berbagai macam syukur di luar kesadaran dalam lingkup kehidupan yang dipersembahkan kepada kebaikan-kebaikan rahmani di balik rizki sebagai jenis rahmat yang paling lengkap, luas, dan paling nikmat yang diberikan di bawah pengawasan malaikat Mikail.

Saya sampaikan, wujud para malaikat dalam esensi-esensi yang sangat luar biasa ini dan keberadaan ruh-ruh merupakan tuntutan kekuasaan dan keagungan rububiyah. Keberadaan para malaikat dan keberadaan kelompok-kelompok khusus bagi masing-masing di antara mereka adalah sebuah kepastian yang tidak diragukan, hingga keberadaan kuasa dan keagungan rububiyah terlihat dengan jelas di alam raya ini laksana mentari.

Hakikat-hakikat lain terkait malaikat secara khusus silahkan diqiyaskan dengan hakikat ini.

Ya, Yang Maha Kuasa Pemilik keluhuran dan keindahan yang menciptakan 400 ribu jenis makhluk hidup di bumi, bahkan menciptakan banyak sekali makhluk-makhluk bernyawa dari unsur-unsur busuk paling sederhana dan menyebarkan makhluk-makhluk tersebut di seluruh penjuru bumi, membuat mereka berbicara dengan banyak sekali lisan dengan mengucapkan, “Masya’Allah,” “Barakallah,” “Subhanallah,” di hadapan mukjizat-mukjizat ciptaan-Nya, dan mengucapkan, “Allahu akbar,” di hadapan kebaikan-kebaikan rahmat-Nya, maka tidak diragukan bahwa Ia menciptakan para penghuni yang cocok untuk langit yang amat besar, makhluk-makhluk ruhani yang terus beribadah dan tidak durhaka kepada-Nya, Ia ramaikan langit dengan mereka tanpa menyisakan satu pun ruang kosong, Ia menciptakan berbagai jenis malaikat dengan jumlah yang lebih banyak dari kelompok-kelompok hewan. Sebagian di antara mereka berwujud sangat kecil, menunggangi tetes-tetes hujan dan salju, berbicara kepada ciptaan dan rahmat ilahi dengan bahasanya tersendiri. Ada juga yang menunggangi bintang-bintang yang berotasi dan menunjukkan ubudiyahnya –kala ia terbang di ruang angkasa- kepada alam dengan takbir dan tahlil terhadap keagungan dan kemuliaan rububiyah.

Ya, kesepakatan seluruh kitab dan agama-agama samawi sejak Adam a.s. terkait keberadaan dan ubudiyah para malaikat, kisah dan riwayat adanya percakapan antara 

266. Page

malaikat dengan manusia di sepanjang masa secara mutawatir, semua ini menegaskan secara pasti keberadaan dan interaksi para malaikat dengan kita, seperti keberadaan penduduk-penduduk Amerika yang belum pernah kita lihat.

Untuk itu, kemarilah dan pandanglah buah menyeluruh yang kedua ini dengan cahaya iman, dan rasakan. Ketahuilah bagaimana buah menyeluruh ini meramaikan alam raya dari ujung ke ujung, menghiasi dan merubah alam raya ini menjadi sebuah masjid dan tempat ibadah besar, memperlihatkan sebuah wujud hidup yang memiliki perasaan, cahaya, dan keindahan di hadapan pandangan manusia. Berbeda dengan apa yang diperlihatkan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menampakkan alam raya ini sebagai wujud mati, dingin, gelap, dan menakutkan. Untuk itu, buah menyeluruh ini memberikan kenikmatan pembiasan kehidupan abadi kepada orang-orang beriman, bahkan di dunia. Dan masing-masing mendapat bagian sesuai kadar keimanan yang dimiliki.

Pelengkap;

Seperti halnya keesaan Sang Pencipta, penciptaan, rububiyah, dan kesucian-Nya menuturkan adanya kuasa, nama, hikmah, dan ciptaan itu sendiri di seluruh penjuru alam raya berdasarkan rahasia keesaan dan kesatuan melalui bahasa kondisional setiap ciptaan kecil maupun menyeluruh, seperti itu juga Ia menciptakan para malaikat dimana-mana, membuat mereka bertasbih dengan lisan mereka dalam ubudiyah yang ditunaikan seluruh makhluk melalui bahasa kondisional tanpa kesadaran. Para malaikat tidak pernah melanggar perintah sama sekali, mereka tidak melakukan apapun selain ubudiyah murni, tidak ikut campur dalam urusan apapun tanpa perintah. Bahkan, mereka tidak memiliki syafaat tanpa izin. Mereka meraih kemuliaan;

بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُوْنَ

 “(Malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan.” (QS. Al-Anbiya`: 26)

وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

 “Dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)


267. Page

Bagian dari Salah Satu Surat Pahlawan Risalah-Risalah An-Nur, Hasrau, Terkait Buah Permasalahan Kesebelas

 

 

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ

 “Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Isra`: 44)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته أبدا دائما

Guru dan junjungan kami yang tercinta, tak ternilai, dan diberkahi!

Buah –dengan sembilan permasalahannya- yang mengandung banyak sekali kebaikan dan manfaat bagi bangsa dan negara, bukan hanya sebagai media penyelamat para murid-murid (An-Nur) saja dalam bentuk nan mencengangkan di tengah zaman mencekam, di antara para pendurhaka dan musuh-musuh bebuyutan, tapi melalui dua permasalahannya (permasalahan kesepuluh dan kesebelas), buah ini memberikan pujian khususnya bagi murid-murid An-Nur yang menempuh jalan hakikat.

Risalah yang membahas tentang huru-hara kubur nan menakutkan, tempat hakiki yang pasti akan mereka kunjungi, membuat mereka senang untuk berbincang dan berteman dengan para malaikat yang akan mereka lihat dan ajak berbicara di bawah tanah (kubur), sebuah tempat yang menakutkan siapapun juga, tempat yang sangat mencekam, menyakitkan, dan penuh derita khususnya bagi orang-orang lalai, sehingga membuat mereka (murid-murid An-Nur) merasa senang dengan tempat ini, lebih senang dari sebelumnya.

Untuk itu, risalah ini melenyapkan ketakutan-ketakutan mereka terhadap persinggahan pertama di antara persinggahan-persinggahan akhirat nan menakutkan itu, sehingga membuat mereka bernafas lega. Risalah ini menjadi lampu listrik dengan sinar membentang hingga radius 100 ribu tahun bagi orang seperti saya yang tidak mampu melihat alam cahaya itu, juga menjadi taman permisalan penuh bunga yang keharumannya senantiasa tercium harum.

Ya, kami berharap andai saja bisa menceritakan segala luapan yang kami dapatkan dari Risalah-risalah An-Nur di hadapan guru kami yang tercinta, layaknya seorang murid membaca pelajaran di hadapan gurunya setiap hari. Hanya saja guru kami yang tercinta untuk sementara ini berhenti berbicara.

Guru kami yang terhormat! Hakikat Risalah-risalah An-Nur, keindahan (risalah) buah, dan luapan bunganya membuat saya angkat bicara dengan riang gembira atas nama kota saya, membangkitkan semangat hati yang banyak berbicara seperti ini. Kini, Risalah-risalah An-Nur melalui buah kesebelas mendapatkan nasib baik dan mendapat banyak bantuan di kawasan kami secara lebih kuat dari sebelumnya, sehingga Risalah-risalah An-Nur mulai terbuka dan menggeliat.

Muridmu yang sangat lalai,

Husrau 


268. Page

Sepucuk Surat Terkait Ucapan Selamat Atas Kedatangan Bulan Ramadhan

Atas nama seluruh murid-murid An-Nur di Isparta,[1] dan surat ini dirubah menjadi tigabelas poin

Dengan Nama-Nya

 

وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ

 “Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Isra`: 44)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Guru kami yang mulia dan junjungan kami yang terhormat! Wahai yang kedua matanya yang diberkahi mengalirkan darah, bukannya air mata demi keselamatan dunia Islam di dunia dan akhirat dengan luapan Al-Qur'an, hakikat Risalah-risalah An-Nur, dan cita-cita para murid An-Nur nan tulus. Wahai yang tertimpa berbagai penyakit dan ujian melebihi yang menimpa nabi Ayyub a.s. di tengah situasi penuh guncangan fitnah akhir zaman, yang dengan cahaya Al-Qur'an, dalil-dalil Risalah-risalah An-Nur dan idealisme murid-murid An-Nur, berusaha untuk mengobati berbagai penyakit materi dan spiritual dunia Islam laksana Luqman Al-Hakim.

Wahai yang menegaskan bahwa bagian-bagian An-Nur (Risalah-risalah An-Nur) yang ada di kedua tangannya yang diberkahi benar dan hakikat, wahai yang membalas mereka yang berniat jahat padanya dengan hakikat Al-Qur'an, hujah Risalah-risalah An-Nur, ketulusan dan keikhlasan murid-murid An-Nur, juga dengan doa kebaikan untuk mereka, dengan perlakuan baik terhadap mereka karena iba terhadap mereka lebih dari perasaan iba siapapun, hingga rela mengorbankan jiwa dan nyata demi dunia Islam meski dalam kondisi sakit, usia senja, dan mengundang ratap tangis.

Wahai yang tertimpa ujian penjara bersama murid-muridnya karena menerbitkan kitab “ayat terbesar” yang merupakan sebuah karya penting, yang merubah penjara ini menjadi madrasah Yusuf, menjadi ruang-ruang pelajaran dengan bimbingan Al-Qur'an dan pelajaran Risalah-risalah An-Nur, juga dengan idealisme dan semangat murid-murid An-Nur, yang membuat orang-orang lalai di antara mampu mengkhatamkan Al-Qur'an sebelum keluar dari penjara ini, yang menghilangkan seluruh beban berat kami dalam musibah ini, membuat kami kuat menanggungnya dengan kekuatan kesucian Al-Qur'an, dan menjadi perantara yang membuktikan kami tidak bersalah melalui risalah buah dan risalah-risalah pembelaan yang ia tulis, juga dengan kemukjizatan Al-Qur'an al-mu’jizul bayan dan dalil-dalil kuat Risalah-risalah An-Nur, keikhlasan para murid An-Nur, dan izin ilahi, sehingga ia menjadikan setiap satu harinya laksana hari raya bagi kita dan juga dunia Islam, yang menegaskan bahwa Risalah-risalah An-Nur adalah cahaya di atas cahaya, dan membuatnya patut dibaca dan ditulis secara bebas hingga hari kiamat, yang menegaskan bahwa alam manusia sangat memerlukan cahaya-cahaya, layaknya kebutuhan akan air, roti dan udara, sangat memerlukan hidangan suci Al-Qur'an,

[1] Sebuah kota di Turki.



269. Page

makanan akhirat Risalah-risalah An-Nur, dan selera murid-muridnya, yang menegaskan bahwa ribuan orang yang membaca dan menulis cahaya-cahaya tersebut (Risalah-risalah An-Nur) memasuki kuburan dengan membawa iman, yang menjadikan murid-murid yang menisbatkan diri kepadanya mengalah namun tidak kalah, yang saat ini mendinginkan api hati kami yang terbakar karena perpisahan setiap saat melalui pelajaran-pelajaran samawi Al-Qur'an, asas-asas Risalah-risalah An-Nur, kecerdasan murid-muridnya, juga melalui “pelajaran kesepuluh” dan “pelajaran kesebelas” dari risalah buah dan bunga-bunganya, melalui permasalahan-permasalahan risalah buah yang diberkahi laksana air kehidupan, air telaga Kautsar dan bunga-bunganya, sehingga membimbing kami menuju kebahagiaan dan kesenangan.

Wahai yang menyelamatkan kematian –yang lebih ditakuti oleh alam raya melibihi apapun yang lain- dari ketiadaan abadi bagi orang-orang beriman, merubah kematian menjadi tiket liburan berdasarkan janji pasti dan ancaman Al-Qur'an, pengungkapan pasti Risalah-risalah An-Nur dan musyahadah murid-muridnya yang sudah tiada, dan pandangan ahli mukasyafah kala melihat mereka di dalam kuburan, yang menegaskan bahwa kematian adalah perjalanan menyenangkan menuju alam cahaya, yang mengabarkan bahwa kematian adalah hukuman mati abadi bagi orang-orang kafir dan munafik, yang menegaskan bahwa kuburan nan menakutkan, gelap, dingin, dan sempit ini adalah sebuah tanam surga bagi orang-orang beriman, juga salah satu pintu surga, dan kubur adalah salah satu liang neraka penuh ular dan kalajengking bagi orang-orang kafir, munafik dan zindiq berdasarkan pemberitaan-pemberitaan qath’i Al-Qur'an al-mu’jizul bayan yang dibenarkan oleh empatpuluh empat sisi kemukjizatannya, dibenarkan oleh seribu mukjizat Muhammad Saw., juga dengan hujah-hujah –yang mengalahkan dan terus mengalahkan para musuh bebuyutan- yang tertera dalam Risalah-risalah An-Nur yang bersumber dari Al-Qur'an, juga melalui berbagai pertanda dan pengalaman yang diterima para murid Risalah-risalah An-Nur, yang menjadikan malaikat Munkar dan Nakir yang akan tiba di alam kubur sebagai dua teman menyenangkan bagi siapapun yang menempuh jalan pengikut kebenaran dan hakikat, yang memasukkan para murid Risalah-risalah An-Nur dalam lingkaran para penuntut ilmu, yang mengungkap melalui kematian al-marhum pahlawan syahid, Hafizh Ali, bahwa mereka (murid-murid An-Nur dan para pengikut kebenaran) menjawab pertanyaan-pertanyaan Munkar dan Nakir dengan Risalah-risalah An-Nur, yang berdoa dan memohon kepada rahmat ilahi bagi siapapun di antara kita yang masih hidup agar menjawab seruan Risalah-risalah An-Nur, yang memperkenalkan Al-Qur'an dan menegaskan dalam bentuk nan luar biasa dan sangat indah –dengan cara yang belum pernah terlihat ataupun terdengar sebelumnya-bahwa Al-Qur'an kalam Allah Al-Haq, kitab samawi paling agung dan terbaik, yang menegaskan bahwa di dalam surah Al-Fatihah terdapat ribuan surah Al-Fatihah, dalam surah Al-Ikhlash terdapat ribuan surah Al-Ikhlash, setiap huruf-huruf Al-Qur'an memiliki sepuluh pahala dan kadang sampai seratus, seribu, dan bahkan ribuan pahala dan kebaikan dengan menampakkan semacam kemukjizatan maknawi Al-Qur'an sesuai setiap tingkatan di antara empatpuluh tingkat kemukjizatan Al-Qur'an, yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah kalam azali yang mengarah ke seluruh alam raya, dan melalui risalah “kemukjizatan-kemukjizatan Al-Qur'an” dan “delapan simbol” Risalah-risalah An-Nur yang menjelaskan Al-Qur'an, juga melalui tulisan mushaf pakar khath (tulisan Arab) seperti yang tertera dalam Lauhul Mahfuzh karena perintah “Tulislah!” yang ditujukan kepada Husrau sebagai pengganda dan pahlawan Risalah-risalah An-Nur 

270. Page

dengan jerih payah luar biasa yang diberikan saudara-saudara dan murid-muridnya, meski tak seorang pun berkesempatan menulis Al-Qur'an sejak masa bahagia (masa Nabi Saw. dan para sahabat) hingga saat ini dalam bentuk menawan dan luar biasa, yang menegaskan bahwa Al-Qur'an memiliki empatpuluh sisi kemukjizatan, dengan menampakkan kemukjizatan Al-Qur'an yang sudah ada sejak 1300 tahun silam, menolak para penentangnya, dan dengan dalil-dalil kokoh Risalah-risalah An-Nur hingga terlihat nyata di depan mata, melalui pena-pena intan para murid Risalah-risalah An-Nur, dengan Risalah-risalah An-Nur yang menantang dunia, dimana belum ada kitab sepertinya yang muncul hingga saat ini, khususnya “kalimat keduapuluh lima” dan penjelasan-penjelasan tambahannya yang membungkam para penentang yang paling membangkang sekalipun.

Wahai yang menyebutkan ribuan mukjizat melalui risalah yang bernama “mukjizat-mukjizat Muhammad” dalam Risalah-risalah An-Nur yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. adalah rasul sebenarnya, beliau adalah rasul terbaik dan pemimpin mereka yang jumlahnya mencapai 124 ribu, yang menjelaskan betapa beruntungnya orang yang mengikuti sunnah Rasul itu, karena mengikuti sunnah beliau di zaman sekarang, pahalanya seperti seratus orang yang mati syahid, berdasarkan pemberitahuan Al-Qur'an terhadap seluruh jagad raya bahwa Rasul Mulia ini adalah rahmat untuk seluruh alam, juga berdasarkan penegasan Risalah-risalah An-Nur dari awal hingga akhir melalui bukti-bukti bahwa beliau adalah rahmat bagi seluruh alam, dan pemberitahuan –bahkan bagi orang-orang buta sekalipun- bahwa segala perbuatan dan kondisi Rasul ini adalah pembimbing paling kuat yang menjadi teladan, yang terbaik di seluruh alam raya, juga berdasarkan bukti hilangnya berbagai musibah setelah Risalah-risalah An-Nur menyebut di Anatolia dan sejumlah kota secara khusus, dan turunnya berbagai musibah kala mereka berniat membungkam Risalah-risalah An-Nur, juga bukti aktivitas-aktivitas dakwah yang digalakkan para murid Risalah-risalah An-Nur, serta kaitan sangat kuat mereka dengan Risalah-risalah An-Nur di tengah situasi-situasi sulit.

Yang menegaskan dengan ‘ainul yaqin bahwa seperti halnya sedekah menolak musibah dan petaka, demikian halnya Risalah-risalah An-Nur juga menolak musibah dan petaka di Anatolia sejak duapuluh tahun silam.

Pembuktian bahwa Risalah-risalah An-Nur tidak bersalah saat ini, menuntun guru tercinta terlebih dahulu, kemudian menuntun kami –sebagai murid-murid guru yang lemah dan lalai-, dan menuntun dunia Islam menuju kesenangan dan kebahagiaan, membuat kami merasakan hari raya kedua nan agung.

Untuk itu, berkenaan dengan kesempatan ini, kami mengucapkan selamat hari raya agung untuk guru kami yang diberkahi, selamat atas kedatangan Ramadhan yang merupakan hari raya ketiga, dan selamat atas Lailatul Qadar, seraya berharap semoga kami bertemu dengan kesempatan-kesempatan penuh berkah seperti ini berikutnya, kami mohon maaf atas segala kelalaian kami yang lalai ini. Salam kami untuk guru, cium kami untuk tangan dan kaki guru yang diberkahi, dan kami memohon doa guru yang diberkahi, wahai guru dan junjungan kami.

Murid-murid Risalah-risalah An-Nur,

Yang berdomisili di Isparta dan sekitarnya


271. Page

Demikian surat panjang yang ditulis penulis Risalah-risalah An-Nur atas nama seluruh murid-murid An-Nur yang dikirim kepada guru dengan menambahkan tigabelas poin sebagai ungkapan syukur maknawi, juga untuk menghindarkan diri dari sikap terpedaya dan ingkar nikmat, karena menolak isi surat yang seratus kali lebih unggul dari tingkatan saya ini dengan disertai sikap rendah hati, adalah tindakan kufur nikmat dan penghinaan terhadap baik sangka seluruh murid Risalah-risalah An-Nur. Sebaliknya, menerima segala isi surat ini juga merupakan sikap terpedaya dan egois.

Demikian surat ini saya kirim kepada kalian agar disertakan dalam penutup “permasalahan kesebelas” risalah buah dengan judul; surat dari murid-murid Risalah-risalah An-Nur yang ada di Isparta dan sekitarnya

Saudara kalian,

Sa’id An-Nursi