SINAR KETIGA BELAS

288. Page

Sinar Ketigabelas

Sinar ini merupakan risalah-risalah terang yang sangat penting yang dikirim Ustadz An-Nursi kepada murid-murid beliau (di penjara). Risalah ini menjelaskan secara tuntas jihad Risalah-risalah An-Nur nan terang.

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya yang terhormat dan setia!

Selamat atas malam kalian yang diberkahi, malam qadar, dan hari ‘id bahagia yang tidak lama lagi akan datang. Saya sampaikan ucapan selamat dengan segala yang saya miliki, saya titipkan kalian kepada rahmat Yang Maha Pengasih Maha Penyayang sebagai amanat, juga kepada keesaan-Nya, Jalla wa ‘Ala.

Meski menurut saya kalian tidak memerlukan hiburan, namun inti kaidah “siapa beriman kepada takdir, ia terhindar dari segala kesusahan,” sudah dirasa cukup. Namun saya ingin mengatakan;

Saya menyaksikan secara meyakinkan (syuhudul yaqin) hiburan sempurna yang dimunculkan oleh makna isyarat ayat;

وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَاِنَّكَ بِاَعْيُنِنَا وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِيْنَ تَقُوْمُۙ

 “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.” (QS. Ath-Thur: 48) Jelasnya;

Ketika saya merenungkan bulan Ramadhan penuh berkah yang telah kita lalui dengan nyaman dan tenang dengan melupakan segala duka dunia, tiba-tiba kejadian besar yang tiada mampu ditanggung menimpa kita, sebuah peristiwa yang sama sekali tidak terlintas di dalam benak. Saya kemudian menyaksikan peristiwa itu melalui pandangan mata batin sebagai pertolongan ilahi untuk saya, Risalah-risalah An-Nur, kalian semua, bulan Ramadhan, dan untuk saudara-saudara kita semua.

Terkait manfaat-manfaat kejadian ini untuk saya pribadi, berikut akan saya sampaikan beberapa saja di antaranya;

Manfaat pertama;

Peristiwa ini mendorong saya untuk terus melalui bulan Ramadhan dengan emosi kuat, keseriusan tegas, permohonan kuat dan doa lembut seraya mengatasi sakit.

Manfaat kedua;

Keinginan untuk bertemu dan dekat dengan kalian pada tahun ini terasa begitu kuat. Saya rela menjalani segala beban berat ini demi bisa menemui se seorang di antara kalian, dan agar bisa datang ke Isparta.

Manfaat ketiga;

Seluruh kondisi memilukan seketika berubah, baik di Kastamonu, di tengah jalan, atau di sini, dalam bentuk tidak wajar, tidak seperti yang saya inginkan dan bayangkan, yang membuktikan bahwa tangan perhatian rabbani berada di balik semua kejadian ini, bahkan membuat kami mengatakan, “Yang baik adalah apa yang dipilih Allah.” Risalah-risalah An-Nur –yang selalu saya fikirkan- mendorong bahkan mereka yang tenggelam

 



289. Page

dalam kelalaian dan mereka yang menjabat kedudukan-kedudukan duniawi terpandang, membaca Fatihah (pembukaan) bidang-bidang pekerjaan baru di berbagai bidang lain.

 Duka derita dan penyesalan masing-masing di antara kalian yang menumpuk dalam diri saya, yang mengusik perasaan saya dan membuat saya sangat iba pada kalian, terlebih duka derita saya sendiri, juga terjadinya musibah ini di bulan Ramadhan yang setiap jamnya bernilai seratus jam, membuat setiap seratus jam pahala tersebut laksana sepuluh jam ibadah, hingga mencapai seribu jam ibadah.

Selanjutnya, orang-orang yang mempelajari Risalah-risalah An-Nur seperti kalian yang tulus, memahaminya dengan benar, mengetahui bahwa dunia ini fana dan sepintas lalu, dunia ini tidak lain hanyalah kedai sementara, juga yang mengorbankan apapun demi keimanan dan akhirat, yang meyakini bahwa segala kesulitan yang dihadapi dalam madrasah Yusuf ini sebagai kenikmatan dan manfaat abadi, manfaat-manfaat ini merubah derita dan tangisan kalian yang muncul karena perasaan lembut menjadi ucapan selamat dan penghargaan atas ketegaran kalian.

Selanjutnya saya katakan, “Segala puji bagi Allah atas segala kondisi, selain kekafiran dan kesesatan.”

Selain manfaat-manfaat pribadi bagi saya ini, juga terdapat banyak sekali manfaat untuk kalian, untuk saudara-saudara kita, Risalah-risalah An-Nur, dan bulan kita yang diberkahi; Ramadhan, dimana jika tirai penutup diangkat dari hadapan kalian, tentu manfaat-manfaat ini mendorong kalian untuk mengucapkan, “Ya Rabb, bagi-Mu segala puji dan syukur. Sungguh, ujian yang menimpa kita ini adalah perhatian bagi kita.” Saya yakin seperti itu.

Janganlah kalian –wahai saudara-saudara saya- mencela orang-orang yang menyebabkan kalian mengalami peristiwa ini, karena nasib nan besar dan luas ini sudah diuturkan sejak dulu kala. Dan kejadian ini datang untuk meringankan beban kalian secara maknawi, dan kejadian ini –dengan izin Allah- akan cepat berlalu, sehingga kalian tidak lagi menderita, tapi mendapatkan bimbingan ayat berikut;

 وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Sa’id An-Nursi

* * *


290. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat!

Saya sangat beruntung sekali dekat dengan kalian. Sesekali saya berbicara dengan hayalan kalian sehingga saya terhibur. Perlu kalian ketahui, andai bisa, saya akan memikul segala beban berat dan kesulitan kalian dengan segenap kebanggaan dan senang hati.

Karena kalian, saya mencintai Isparta dan kawasan-kawasan sekitar dengan tanah dan bebatuannya. Hingga saya mengatakan dan akan saya katakan dalam pertemuan-pertemuan resmi, “Andai para pemimpin negara di Isparta menghukum saya, sementara propinsi lain menyatakan saya tidak bersalah, tentu saya lebih memilih kota ini.”

Ya, saya berasal dari Isparta dari tiga sisi, meski saya tidak mampu membuktikan secara sejarah. Namun saya yakin, asal usul Sa’id kecil di Esparit[1] telah pergi dari sini.

Di samping itu, provinsi Isparta memberi saya saudara-saudara tulus yang membuat saya tidak hanya mengorbankan Abdul Majid dan Abdurrahman untuk kalian, bahkan saya rela mengorbankan diri saya sendiri dengan sepenuh hati.

Saya yakin, di dunia saat ini tidak ada siapapun yang mengalami kesulitan dari sisi hati, ruhani dan pemikiran yang lebih ringan dari para murid An-Nur, karena hati, ruhani dan akal mereka tidak merasakan kesulitan berkat karunia cahaya-cahaya iman tahqiqi.

Untuk musibah-musibah materi dan segala beban berat dunia, mereka hadapi semua ini dengan dada yang dipenuhi syukur dan sabar berkat pelajaran yang mereka dapatkan dari Risalah-risalah An-Nur bahwa semua ini hanya sepintas lalu dan tiada berarti, selain membawa pahala dan sarana untuk membuka dan memperluas bidang kerja pengabdian iman. Dalam kondisi apapun, mereka tegar bahwa iman tahqiqi adalah sumber kebahagiaan, bahkan di dunia.

Ya, mereka gigih berusaha untuk merubah segala beban berat fana ini menjadi rahmat abadi seraya mengatakan;

“Mari kita lihat apa yang akan dilakukan Sang Penolong, karena yang Ia lakukan tidak lain adalah yang terbaik.”

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang agar memperbanyak orang-orang seperti mereka ini, menjadikan mereka pusat kebanggaan, kemuliaan, dan kebahagiaan negara ini, memberi mereka kebahagiaan abadi di surga Firdaus. Amin.

Sa’id An-Nursi

* * *


[1] Sebuah wilayah dimana kampung Nurs, tempat kelahiran Ustadz An-Nursi berada di dekatnya. (Penerjemah)




291. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan tulus!

Takdir ilahi yang menimpa kita ini –dari sisi keadilan takdir- disebabkan oleh kecenderungan sejumlah murid-murid An-Nur untuk meraih hal-hal duniawi dengan memanfaatkan Risalah-risalah An-Nur yang tidak selaras dengan rahasia keikhlasan. Untuk itu, mereka berada di hadapan para oportunis dunia untuk menyaingi mereka.

Untuk mendapat sebuah risalah yang aslinya ditulis duapuluh lima tahun silam (sinar kelima) di tempat nun jauh, yang hanya saya dapatkan satu atau dua kali selama delapan tahun, dan hilang dalam waktu yang sama, mendorong sejumlah ulama untuk ikut bersaing, sehingga mereka menebar dugaan palsu dan keraguan di tengah-tengah sejumlah institusi keadilan.

Dalam saat yang bersamaan, berita pencetakan risalah “ayat besar” dengan huruf-huruf baru (latin) tanpa persetujuan saya, bukannya risalah “kunci iman” yang saya harapkan untuk dicetak, dan sampainya satu salinan dari risalah “ayat besar” kemari, berita ini membias di sejumlah institusi pemerintahan, sehingga kedua permasalahan ini bercampur tidak jelas.

“Sinar kelima” seakan telah dicetak dengan melanggar undang-undang sipil, yang membuat para pemilik kepentingan pribadi merasa takut dan membesar-besarkan hal itu, menjadikan satu biji menjadi seratus kubah, hingga mereka memperlakukan kita secara zalim dan semena-mena di tempat i’tikaf ini.

Takdir ilahi mengantarkan kami ke tempat ini agar kami meraih banyak manfaat. Kami mendapatkan pahala besar lebih dari yang didapatkan orang-orang zuhud di tempat-tempat i’tikaf yang bisa mereka pilih dengan bebas. Takdir ilahi memanggil kami ke madrasah Yusuf ini sekali lagi untuk mengajarkan pelajaran ikhlas kepada kita secara sempurna, dan untuk meluruskan segala hubungan dan ikatan kita dengan dunia yang sangat tidak bernilai.

Untuk menanggapi segala keraguan dan dugaan para pecinta dunia, kami menyampaikan;

“Sinar ketujuh” dari awal hingga akhir membahas tentang iman. Hal ini terasa kabur bagi kalian dan kalian telah tertipu. “Sinar kelima” berbeda secara keseluruhan dengan “sinar ketujuh,” karena risalah tersebut adalah risalah rahasia pribadi, bahkan kami sendiri tidak menemukan risalah tersebut meski segala usaha pencarian sudah dilakukan. Risalah ini aslinya ditulis duapuluh tahun silam. Kami tidak merestui risalah tersebut dicetak secara terpisah atau diperlihatkan pada siapapun saat ini, karena risalah ini mengabarkan tentang berbagai kejadian yang akan datang, dan kenyataan membenarkan hal itu. Risalah ini tidak menantang siapapun.

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Seiring ucapan selamat hari raya untuk kalian sekali lagi, saya sampaikan, “Jangan bersedih karena kita tidak bertemu secara lahiriah, karena pada hakikatnya kita selalu bersama. Kebersamaan ini akan tetap berlangsung di jalan keabadian, dengan izin Allah. Saya yakin, pahala abadi yang kalian raih dalam amalan demi keimanan, nilai-nilai utama, keistimewaan-keistimewaan ruhani dan keindahan-keindahan hati, akan 

292. Page

melenyapkan duka derita dan amarah yang menimpa kalian untuk sementara waktu saat ini.

Ya, hingga saat ini tidak ada siapapun seperti murid-murid An-Nur yang menghadapi beban lebih berat demi amalan suci yang paling agung. Ya, surga itu mahal, tidak murah, dan menyelamatkan iman dari cengkeraman kekafiran mutlak yang menghapus kehidupan dunia akhirat secara bersamaan, memiliki nilai yang sangat penting saat ini. Bahkan andaipun terjadi suatu beban berat, tetap harus dihadapi dengan kerinduan, syukur, dan sabat, karena Sang Pencipta yang mempergunakan dan mendorong kita dalam pengabdian ini, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.

Untuk itu, kita harus menghadapi segala musibah yang menimpa dengan rela hati, senang, berlindung kepada rahmat-Nya dan merasa tenang pada hikmah-Nya.

Salah seorang saudara kita memikul tanggungjawab penuh karena mencetak risalah “ayat besar.” Ia benar-benar menunjukkan bahwa ia memiliki keutamaan dan kemuliaan tinggi di akhirat karena menulis hizb Al-Qur'an[1] dan hizb An-Nur. [2]

Kondisinya membuat saya menangis bahagia yang amat mendalam.

Sinar ketujuh (ayat besar) menarik perhatian banyak orang, karena pencekalan yang dilakukan saat ini dan bersifat sementara, menyelipkan sebuah hikmah yang mempersiapkan ruang dan kemenangan-kemenangan yang layak bagi risalah ini pada masa yang akan datang.

Kami berharap pada rahmat Allah agar Ia tidak menyia-nyiakan segala pengabdian dan dana yang dikeluarkan saudara kita tersebut, juga kawan-kawannya, dan semoga Ia menjadikan risalah tersebut bersinar terang.

Kalian semua termasuk dalam doa-doanya melalui kata ganti mutakallim ma’al ghair, seperti; “Selamatkan kami, rahmatilah kami, jagalah kami,” tanpa terkecuali, dan berusaha untuk selalu bersama secara maknawi laksana banyak tubuh dengan satu nyawa. Ia merasa berduka lebih dari duka derita dan beban yang kalian rasakan. Ia menantikan cita-cita, bantuan, ketegaran, keteguhan, dan pertolongan dari sosok maknawi kalian. Dia adalah;

Saudara kalian,

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara saya yang terhormat, Sayyid Rafat!

Pertanyaan-pertanyaanmu yang bercirikan ilmu menjadi kunci bagi sejumlah hakikat terang dari rangkaian maktubat dalam serial Risalah-risalah An-Nur. Untuk itu, saya tidak kesulitan atas pertanyaan-pertanyaan yang kau ajukan. Jawaban singkat untuk pertanyaan ini adalah;

Karena Al-Qur'an adalah khutbah azali yang disampaikan kepada seluruh lapisan umat manusia dan seluruh kelompok ahli ibadah, maka tentu saja memiliki banyak sekali makna sesuai tingkat pemahaman masing-masing, juga mengandung banyak sekali

[1] Hizb Al-Qur'an adalah rangkaian ayat-ayat pilihan dari surah-surah Al-Qur'an yang mendalami iman, fokus untuk renungan iman terkait alam raya. (Penerjemah)

[2] Hizb An-Nur adalah intisari renungan-renungan pemikiran. Hizb ini ditulis Ustadz An-Nursi dengan bahasa Arab. Insya Allah akan diterbitkan bersama suplemen Risalah-risalah An-Nur. (Penerjemah)




293. Page

tingkatan di dalam maknanya yang menyeluruh. Kadang sebagian mufassir lebih memilih makna umum saja, makna yang jelas saja, yang wajib saja, atau makna sunnah muakkad saja.

Contoh; ketika mufassir menyebut firman Allah Swt.;

وَمِنَ الَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَاِدْبَارَ النُّجُوْمِ

“Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari.” (QS. Ath-Thur: 49) Menurutnya, ayat ini menjelaskan dua rakaat shalat tahajud yang merupakan sunah nabawi. Selanjutnya menyimpulkan firman-Nya berikut;

 وَمِنَ الَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَاِدْبَارَ النُّجُوْمِ ࣖ

“Dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).” (QS. Ath-Thur: 49) Sebagai sunnah muakkad fajar.

Padahal, makna pertama memiliki banyak sekali bagian makna, lebih dari makna tersebut.

Saudaraku! Pembicaraan kita belum berakhir.

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Setelah menunaikan shalat zhuhur, kalian datang menghampiri saya melalui lintasan fikiran kala saya tengah berzikir, kalian semua sedih karena memikirkan nasib diri dan kondisi para kerabat yang tinggal bersamanya. Seketika itu juga, muncul di dalam hati;

Dulu, orang-orang yang lebih mementingkan akhirat dari dunia, mengucilkan diri di dalam gua-gua dan tempat-tempat ibadah demi menyelamatkan diri dari dosa-dosa kehidupan sosial sebagai upaya tulus untuk meraih akhirat. Mereka semua melalui kehidupan dengan aktivitas spiritual. Saya katakan, andai mereka ini ada di zaman sekarang, tentu mereka adalah murid-murid Risalah-risalah An-Nur.

Tidak diragukan, murid-murid An-Nur –di tengah situasi-situasi seperti saat ini- sepuluh kali lebih miskin dari mereka, mendapatkan keutamaan dan keistimewaan-keistimewaan sepuluh kali dari yang mereka dapatkan, dan menikmati ketenangan sepuluh kali lipat dari yang mereka rasakan.

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan diberkahi!

Salam melimpah dan banyak (semoga terlimpah pada kalian semua).

Dulu, saat kita berada di kota kita, kita membaca surah Al-Ikhlash sebanyak seribu kali pada hari Arafah. Tapi saat ini, saya mampu membaca surah ini sebanyak 500 kali sehari sebelum hari Arafah dan 500 kali pada hari Arafah.

Maka siapa di antara kalian yang bisa membacanya sekaligus dalam satu hari, silahkan saja.

Meski saya tidak berjumpa kalian dan tidak berada di tengah-tengah kalian, namun saya sering melihat masing-masing di antara kalian melalui pertemuan khusus dalam doa dan kadang dengan namanya.


294. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat!

Saat berzikir usai shalat fajar pada hari ini, saya merasa sedih karena kondisi Hafizh Taufik,[1] karena terlintas dalam benak saya bahwa untuk sekali lagi ia mengalami beban berat dan kesulitan. Namun seketika itu juga terlintas dalam benak saya, “Sampaikan ucapan selamat untuknya!” Ia berniat untuk menarik diri dari sesaat maqam agung Risalah-risalah An-Nur dan mundur untuk meraih nasib agung Risalah-risalah An-Nur demi kewaspadaan tiada guna, padahal amalan ini suci dan agung, selain Risalah-risalah An-Nur memberikan kemudahan baginya untuk mendapatkan bagian agung dan pahala besar.

Ya, tidak sepatutnya mengundurkan diri dari kemuliaan maknawi nan luhur seperti ini demi keletihan sesaat dan kesulitan sepintas lalu.

Ya, wahai saudara-saudara saya sekalian! Segala sesuatunya hanya sepintas lalu dan pasti lenyap meski nikmat dan menyenangkan, semuanya akan lenyap tanpa guna dan menyisakan penyesalan. Padahal pengabdian ini memberikan banyak sekali manfaat agung dunia-akhirat meski meletihkan dan menyulitkan dari sisi pandang pengabdian suci, karena di dalam pengabdian ini terdapat banyak sekali manfaat nikmat yang menghilangkan segala beban berat tersebut.

Saya yakinkan kalian, saya senang terhadap kondisi saya, saya menghiasi diri dengan sabar dan syukur secara penuh meski saya paling tua di antara kalian –kecuali satu orang di antara kalian- dan yang paling banyak memikul beban berat. Bersyukur atas musibah yang menimpa tidak lain demi pahala yang ada di dalamnya, juga karena manfaat-manfaat akhirat dan dunia di baliknya.

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat!

Ada sejumlah hal yang menghalangi penuntasan penulisan permasalahan risalah “buah,” di antaranya suhu yang sangat dinging, dan kelompok Masoni yang terkejut oleh kekuatan risalah ini. Seiring dengan hilangnya halangan-halangan ini, insya Allah risalah “buah” akan diteruskan.

Saya merenungkan musibah yang menimpa kita ini dari sisi takdir ilahi. Rupanya, musibah yang menimpa saya lenyap dan berganti menjadi rahmat ilahi.

Ya! Seperti yang telah dijelaskan dalam “risalah takdir” bahwa di dalam setiap kejadian terdapat dua sebab;

Pertama; sebab lahiriah yang mengatur manusia berdasarkan putusan sebab itu. Dalam hal ini, manusia sering kali terzalimi.

Kedua; sebab hakiki dimana takdir ilahi menentukan berdasarkan sebab ini, sehingga takdir berlaku adil pada kejadian yang sama –meski di bawah kezaliman manusia.


[1] Hafizh Taufik (1887-1965), termasuk salah satu murid dan penulis Risalah-risalah An-Nur generasi pertama. Dijuluki Hafizh karena dia hafal Al-Qur'an dan dijuluki Asy-Syami karena ia lama tinggal di Syam mendampingi ayahnya yang bertugas sebagai perwira di sana. Ia diakui shalih, berilmu, dan bertakwa. Ia selalu mendampingi Ustadz An-Nursi di Barla, di penjara Eskisehir dan Denizli. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya padanya. (Penerjemah)




295. Page

Contoh;

Seseorang dijebloskan ke dalam penjara karena tuduhan pencurian yang tidak ia lakukan. Namun takdir ilahi memutuskan untuk memenjarakan orang tersebut karena kejahatan terselubung yang ia lakukan, sehingga takdir berlaku adil di sela perlakuan zalim manusia itu sendiri.

Dalam permasalahan kita ini, ujian sulit yang kita lalui untuk membedakan intan dengan potongan kaca yang tiada bernilai, membedakan siapa saja yang tulus dan rela berkorban dengan mereka yang ragu dan bimbang, membedakan mereka yang tulus ikhlas dengan mereka yang tidak meninggalkan egoisme dan kepentingan-kepentingan pribadi.

Ujian sulit yang kita lalui ini menyelipkan dua sebab;

Pertama; pengabdian agama adalah pengabdian luar biasa di sela aksi saling membantu, keterkaitan, dan keikhlasan kuat hingga memicu amarah para pecinta dunia dan politik. Orang memandang sebab ini, sehingga ia menzalimi kita.

Kedua; mengingat kita semua tidak menunjukkan keikhlasan penuh, tidak memperlihatkan kerjasama secara sempurna, dan tidak menunjukkan kelayakan membuat kita patut mengemban pengabdian suci, takdir ilahi memandang sebab ini, lalu berlaku adil pada kita.

Takdir ilahi ini adalah rahmat ilahi bagi kita dalam keadilan yang sama, kala sesama saudara yang saling merindukan satu sama lain berkumpul dalam suatu pertemuan, lalu merubah segala musibah menjadi ibadah, merubah harta benda tiada guna menjadi sedekah, menarik perhatian banyak orang pada risalah-risalah yang tengah disalin, dan menjelaskan kepada kita bahwa harta benda dunia, anak keturunan dan kenyamanan di dunia hanya bersifat sementara dan pasti akan lenyap. Manusia pasti meninggalkan semua itu dan pindah ke tanah, sehingga tidak perlu merusak akhirat hanya karena kenikmatan dunia sesaat. Harus melatih diri untuk bersabar, menjadi teladan baik, pemimpin pemberani, bahkan imam bagi saudara-saudaranya pada masa yang akan datang. Dan masih banyak sisi lainnya yang secara keseluruhan adalah rahmat ilahi semata.

Namun ada satu sisi yang menyita perhatian saya;

Ruh dan hati akan disibukkan oleh luka-luka yang mendera kita akibat serangkaian musibah dan kesulitan dalam kehidupan yang kita lalui sebagai suatu kepastian, laksana akal, hati, dan mata yang meninggalkan fungsi-fungsi penting manakala jari-jari orang terluka, sehingga organ-organ tubuh disibukkan oleh luka tersebut.

Kondisi ini bahkan menarik saya untuk memikirkan majlis kalangan Masoni, padahal saat itu seharusnya melupakan dunia. Saya berfikir untuk menimpakan tamparan-tamparan pelajaran bagi mereka. Namun saya menemukan hiburan dalam kesabaran bahwa Allah menerima kondisi kelalaian ini sebagai jihad fikiran.

Saya menerima salam dari Ali Kul, saudara Hafizh Muhammad, guru terhormat, untuk Risalah-risalah An-Nur.


296. Page

Sebagai balasan, saya mengirim seribu salam dan doa untuknya, juga untuk seluruh saudara-saudaranya, untuk seluruh penduduk perkampungan Sau,[1] baik yang masih hidup maupun yang sudah tiada.

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Keteguhan dan ketegaran kalian meruntuhkan seluruh rencana kalangan Masoni dan munafik, serta menjadikan seluruh rencana itu hampa tiada guna.

Ya, wahai saudara-saudara saya! Tidak ada gunanya untuk bersembunyi, karena orang-orang zindiq itu menyamakan Risalah-risalah An-Nur dan para murid-murid An-Nur dengan tarekat-tarekat sufi, khususnya tarekat Naqsyabandiyah, dan mereka melancarkan serangkaian serangan kepada kita dengan cara serupa yang pernah mereka gunakan untuk menumpas tarekat-tarekat sufi dengan sasaran untuk memecah belah kami dan merendahkan kedudukan kami. Mereka menggunakan;

Pertama; cara-cara ancaman dan teror, serta menampakkan berbagai tindakan tidak baik dalam faham ini.

Kedua; menyebar berbagai kekurangan dan kelalaian sendi-sendi faham ini dan para pengikutnya.

Kedua; cara-cara yang mereka gunakan untuk menghadapi tarekat Naqsyabandiyah dan tarekat-tarekat lain adalah menyebarkan kerusakan melalui filsafat materialisme, menyebarkan kebodohan peradaban nan sangat menggoda, memanfaatkan segala kenikmatannya nan membius dan beracun untuk menghancurkan tali-tali pengikat persaudaraan di antara mereka, merendahkan ustadz dan para pembimbing mereka, menghina faham mereka dengan menyebarkan aturan-aturan ilmu pengetahuan dan filsafat.

Inilah cara dan senjata yang sama yang mereka gunakan untuk menyerang kita. Namun mereka tertipu, karena faham Risalah-risalah An-Nur dibangun di atas asas keikhlasan sempurna, meninggalkan egoisme diri, merasakan rahmat ilahi di tengah tumpukan dan beban berat pekerjaan, menari kenikmatan-kenikmatan abadi, merasakan kenikmatan-kenikmatan itu di balik duka derita sepintas lalu, menampakkan luka-luka membekas dalam segala kenikmatan bodoh, menjelaskan bahwa inti kenikmatan murni tanpa batas di dunia berada dalam iman, khususnya menjalankan ajaran hakikat-hakikat, memahami segala permasalahan yang tidak mampu disampaikan oleh filsafat apapun juga.

Dengan demikian, segala angan dan rencana mereka akan menemui kegagalan dengan izin Allah, dan mereka akan diberitahu bahwa faham Risalah-risalah An-Nur tidak bisa disamakan dengan tarekat-tarekat sufi, selanjutnya mereka akan terdiam.

* * *


[1] Sau adalah sebuah perkampungan di dekat tempat pembuangan Ustadz An-Nursi, Barla. Para penduduk perkampungan ini secara keseluruhan; kaum muda, tua, lelaki, dan perempuan, mengabdikan diri demi iman dengan cara menyebarkan dan menggandakan Risalah-risalah An-Nur. (Penerjemah)




297. Page

Peristiwa Jenaka;

Suatu pagi, seseorang di antara mereka memanggil-manggil saya dari ruang sebelah, saya kemudian naik ke jendela.

Dia bilang kepada saya, “Pintu ruangan kami tertutup dengan sendirinya, dan kami tidak bisa membukanya meski segala upaya telah kami lakukan.”

Saya bilang, “Itu isyarat untuk kalian bahwa orang-orang yang selalu kalian awasi dan tidak kalian bukakan pintu untuk mereka, adalah orang-orang tidak bersalah seperti kalian.

Mereka memperlakukan saya secara hina hanya karena pertemuan satu menit salah seorang saudara seagama saya yang sudah sepuluh tahun ini tidak pernah bertemu, mereka menutup seluruh pintu bahkan pintu luar dengan alasan lain. Untuk itulah pintu kalian tertutup sebagai balasan atas perbuatan kalian.”

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya yang terhormat!

Dalam satu tahun, saya hanya menggunakan satu kilo gandum dan beras. Ini jelas merupakan berkah yang besar. Hanya saja kalian sekarang tidak membiarkan saya memasak sendiri. Untuk itu, saya ingin memberi kalian sebuah hadiah yang diberkahi.

Suatu ketika, saya melihat sebuah berkah luar biasa dari gandum-gandum itu. Saat saya mengeringkan biji-bijinya setelah dimasak, saya –dan juga yang lain- melihat biji-biji tersebut memanjang sepuluh kali lipat.

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat!

Para penjaga dan lainnya mendengar saya kata saya sibuk membaca wirid pada malam ini, lalu terlintas di dalam hati saya;

Tidakkah terlihatnya amalan seperti ini mengurangi pahala?

Saya gemetar dan terguncang, namun saat itu juga terlintas di benak saya perkataan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali berikut, “Mungkin menampakkan lebih baik dari menyembunyikan.”

Maksudnya, membaca wirid secara terang-terangan membawa manfaat bagi orang lain, mendorong mereka untuk mengikuti atau mengingatkan mereka dari kelalaian, atau untuk menampakkan kemuliaan agama, laksana menampakkan syiar-syiar Islam di hadapan orang tersesat dalam kebodohan. Dan masih banyak lagi manfaat lainnya, khususnya pada zaman sekarang. Dengan demikian, riya` tidak merasuk dalam amalan orang-orang yang mempelajari pelajaran ikhlas secara sempurna. Bahkan cara ini jauh lebih baik dari pada belajar secara sembunyi-sembunyi, dengan syarat tidak dibuat-buat. Seperti itulah saya menemukan hiburan dari perkataan (Imam Al-Ghazali) tersebut.

Ketika hakim pemeriksa memanggil saya dua hari yang lalu, saya memikirkan bagaimana cara membela saudara-saudara saya. Saya kemudian membuka buku Al-Hizb Al-Mashun karya Imam Al-Ghazali, lalu ayat-ayat berikut menarik perhatian saya;


298. Page

 اِنَّ اللّٰهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُوْرٍ

 “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj: 38)

يَسْعٰى نُوْرُهُمْ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ

“Sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)

اللّٰهُ حَفِيْظٌ عَلَيْهِمْۖ

“Allah mengawasi (perbuatan) mereka.” (QS. Asy-Syura: 6)

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَـَٔابٍ

Referensi : https://tafsirweb.com/3989-surat-ar-rad-ayat-29.html “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Thuba: 29)

رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


 “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim: 8)

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan jujur!

Mereka yang melalui ujian berat dalam dua madrasah Yusuf ini –yang dulu dan sekarang- namun tidak terguncang, tidak meninggalkan pelajaran keimanan, tidak melepaskan diri dari kapasitas sebagai seorang murid meski apapun kondisi terjadi, dan serangan-serangan yang begitu banyak dan besar tidak melukai semangat mereka, mereka ini disambut para malaikat dan makhluk-makhluk ruhani, seperti halnya mereka juga akan disambut oleh ahli hakikat dan generasi yang akan datang.

Saya yakin hal itu. Hanya saja kesulitan materi karena adanya orang-orang sakit dan miskin di antara kalian, di antara kalian harus menghadapi persoalan ini dengan menghibur orang-orang seperti mereka itu, harus menjadi teladan baik dalam kesabaran dan akhlak mulia, harus menjadi saudara yang menyayangi dengan saling membantu dan berperilaku lembut, harus menjadi lawan bicara yang cerdas dan menjawab segala pertanyaan tentang pelajaran keimanan, harus menjadi cermin jernih untuk membiaskan perangai-perangai mulia, saat itu segala macam kesulitan berlalu, rasa jemu dan amarah lenyap.

Ya! Seperti itulah saya membayangkan persoalan ini dan saya terhibur, wahai saudara-saudara saya, wahai orang yang lebih saya cintai melebihi nyawa saya sendiri.

Suatu hari nanti, saya akan mengirimkan jubah milik maulana Khalid[1] yang sudah berusia 120 tahun. Seperti halnya ia mengenakan jubah itu pada saya, saya akan

[1] Abul Baha Dhiyauddin, dikenal sebagai Maulana Khalid Asy-Syahrazawi (1190 M./1242 H.), reformis di masanya, termasuk salah satu imam tarekat Naqsyabandiyah, unggul dalam hal ilmu dan ketakwaan di antara ulama semasanya, mendidik banyak sekali wali, berguru pada Abdullah Ad-Dahlawi, meninggal dunia di Syam. Jubah yang dimaksud diwarisi Sayyidah Asiya, ia simpan jubah itu hingga pada akhirnya ia hadiahkan pada salah seorang murid An-Nur di Isparta, selanjutnya dihadiahkan kepada Ustadz An-Nursi yang beliau simpan hingga wafat. (Penerjemah).




299. Page

mengirimkan jubah itu pada kalian kapanpun kalian mau, agar masing-masing dari kalian mengenakan jubah tersebut atas namanya.

Saat saya pertama kali datang kemari, dokter memberikan suntikan vaksin anti cacar kepada saya, namun lengan saya justru membengkak hingga merembet ke bagian bawah hingga saya tidak bisa tidur, dan sangat mengganggu saat saya wudhu. Apakah gerangan tubuh saya ini tidak tahan dengan vaksin anti cacar, ataukah ada hal lain?

Duapuluh tahun silam saat berada di Ankara, saya diberi suntikan vaksin anti cacar. Hingga kini, bekas suntikan vaksin ini selalu mengalami peradangan setiap saat dan mengusik saya. Saya khawatir jika suntikan vaksin kali ini juga akan berakibat sama. Lantas bagaimana dengan kalian?

 

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Satu hikmah kenapa keadilan ilahi menuntun kita ke madrasah Yusuf (penjara Denizli) adalah para tahanan dan para penghuninya, bahkan mungkin juga para pejabat dan instansi keadilan, memerlukan Risalah-risalah An-Nur dan murid-murid An-Nur, lebih dari yang diperlukan di tempat lain.

Karena itulah kita masuk ke dalam penjara sebagai ujian berat untuk tugas keimanan dan akhirat, mengingat hanya satu atau dua dari duapuluh atau tigapuluh tahanan yang menjalankan shalat dan menunaikan hak-hak shalat seperti menjalankan rukun-rukunnya dengan baik. Namun ketika empatpuluh atau limapuluh murid-murid An-Nur masuk penjara, dan mereka secara keseluruhan menjalankan shalat secara sempurna tanpa terkecuali, mereka mendapatkan pelajaran dan bimbingan nyata melalui bahasa kondisional, karena pelajaran dan bimbingan tersebut melenyapkan kesulitan, amarah, dan beban berat, bahkan membuat mereka menyukai hal itu.

Mengingat para murid An-Nur membimbing ke arah keimanan melalui tindakan dan kondisi, kami berharap kepada rahmat Allah, semoga dengan Risalah-risalah An-Nur, menjadikan mereka –karena mereka membawa keimanan tahqiqi di dalam hati dan benteng nan kokoh- menyelamatkan orang-orang beriman dari panah syubhat para pengikut kesesatan.

Tidak masalah jika para pecinta dunia melarang kami untuk berbicara dan bertemu dengan siapapun, karena bahasa kondisional lebih jelas dari bahasa lisan, dan lebih berpengaruh.

Mengingat masuk penjara dimaksudkan sebagai pendidikan, jika mereka memang mencintai umat dengan sebenarnya, maka izinkan mereka bertemu dengan murid-murid An-Nur yang ditahan agar dalam satu bulan atau bahkan dalam satu hari, mereka mendapatkan pendidikan yang diharapkan yang hanya bisa didapatkan dalam rentang waktu lebih dari satu tahun, agar para tahanan menjadi individu-individu yang berguna bagi negara dan bangsa, menyelamatkan masa depan dan akhirat mereka.


300. Page

Tentu akan sangat bermanfaat jika ada risalah “mursyidusy syabab” (pedoman untuk para pemuda) di sini. Semoga Allah mempermudah risalah tersebut masuk ke tempat ini.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan jujur!

Pada hari ini, saya teringat sebuah perbincangan kalian seputar Syaikh Dhiyauddin,[1] perbincangan antara saya dengan kakak saya, al-marhum Mulla Abdullah.[2] Setelah itu saya memikirkan kalian, dan saya berkata dalam hati;

Yang nampak tegar hingga seperti ini di zaman sekarang dimana tidak seorang pun yang mampu tegar bertahan, adalah orang-orang yang bertakwa, ikhlas dan muslim sejati yang tidak tergoyah tentang pusaran segala kondisi yang amat membakar dan memilukan seperti ini.

Saya katakan, andai hijab –hijab gaib- disingkap dan nampak di hadapan saya bahwa mereka semua berada di tingkatan para wali shalih, bahkan andai pun mereka nampak dalam tingkatan kutub (tingkatan wali tertinggi), ini sama sekali tidak merubah pandangan saya terkait mereka, juga tidak merubah perhatian dan hubungan yang saya berikan kepada mereka pada saat ini, kecuali hanya sedikit saja.

Demikian halnya, andaipun mereka terlihat sebagai orang-orang awam biasa, saya tetap tidak mengurangi sedikit pun nilai mulia dan kedudukan tinggi yang saya berikan kepada mereka saat ini.

Seperti itulah putusan yang saya berikan, karena pengabdian menyelamatkan iman di tengah situasi-situasi sulit dan syarat-syarat berat seperti ini adalah pengabdian di atas segalanya.

Kedudukan-kedudukan pribadi dan segala keistimewaan yang bersumber dari baik sangka, semua itu terguncang di tengah situasi-situasi kacau seperti saat ini, sehingga baik sangka menipis di tengah situasi seperti ini, seperti itu juga dengan cinta.

Lebih dari itu, orang mulia dan istimewa merasa perlu melakukan sesuatu yang dibuat-buat, dan menampakkan wibawa yang dibuat-buat demi menjaga kedudukan di mata orang lain.

Untuk itu, puji syukur tanpa batas saya panjatkan kepada Allah karena kita sama sekali tidak memerlukan sikap hampa yang dipaksa-paksakan seperti ini.

Sa’id An-Nursi

* * *


[1] Salah seorang wali terkenal di timur Turki, ia adalah ayah Syaikh Ma’shum. Percakapan yang dimaksud akan disampaikan secara terpisah dalam penjelasan tambahan, insya Allah.

[2] Mulla Abdullah; kakak Ustadz An-Nursi, beliau mengajari Ustadz An-Nursi saat masih kecil, kemudian beliau balik berguru pada Ustadz An-Nursi kala melihat keunggulan Ustadz An-Nursi. (Penerjemah)




301. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Dengan sepenuh hati dan akal, saya doakan semoga sepuluh malam terakhir kalian diberkahi. Saya memohon kepada Allah dan berharap kepada rahmat-Nya nan luas agar memberi kita semua keuntungan-keuntungan besar karena di antara kita terkait kebersamaan maknawi.

Tadi malam saya bermimpi layaknya mimpi yang dialami orang tidur, saya mendatangi kalian, lalu saat saya mulai mengimami kalian shalat, saya langsung terbangun. Saat saya menantikan impian terwujud –menurut pengalaman saya-, tanpa diduga ada dua saudara kita yang diberkahi di perkampungan Sau dan Huma[1] datang menemui saya sebagai ta’bir mimpi atas nama kalian semua. Saya sangat senang sekali, seakan saya telah bertemu dengan kalian semua.

Saudara-saudara saya sekalian!

Meski tempat ini –penjara- menimbulkan semacam rasa takut terhadap Risalah-risalah An-Nur di kalangan para pemimpin dan pejabat pemerintahan, namun kondisi yang sama juga menyebabkan para penentang, para ahli agama, dan para pejabat memberikan perhatian dan kerinduan pada Risalah-risalah An-Nur.

Jangan resah wahai saudara-saudara saya sekalian, cahaya-cahaya itu (Risalah-risalah An-Nur) pasti akan muncul.[2]

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat!

Saya kira risalah kecil buah penjara Denizli akan menjadi pledoi hakiki dan terakhir kami, karena seluruh rencana yang dirancang untuk menghabisi kami pada masa lalu, rencana-rencana yang muncul akibat dugaan dan keraguan yang dikobarkan terhadap kami sejak tahun silam, menetapkan tuduhan dalam lingkup yang luas; tuduhan bahwa kami menerapkan tarekat sufi, tuduhan bahwa kami ini organisasi rahasia, kaki tangan kelompok-kelompok asing, mengobarkan dan memanfaatkan emosi keagamaan demi kepentingan politik, berusaha untuk meruntuhkan pemerintahan republik, mengusik negara, merusak keamanan negara, dan alasan-alasan lain yang tidak berdasar. Itulah mengapa mereka melancarkan serangan terhadap kami.

Segala puji dan syukur tanpa batas untuk Allah, karena segala rencana mereka menemui kegagalan, karena di tengah-tengah medan yang sangat luas, di antara ratusan murid, ratusan risalah dan tulisan selama duabelas tahun ini, mereka hanya menemukan pembahasan-pembahasan terkait hakikat iman, Al-Qur'an, akhirat, dan usaha untuk kebahagiaan abadi

[1] Huma; sebuah perkampungan Barla.

[2] Perhatikan! Ketika seluruh kekuatan dunia di penjara Denizli secara terang-terangan membidik Ustadz An-Nursi, kemudian beliau dibawa ke pengadilan dan hukuman mati diputuskan untuk beliau, beliau berkata, “Jangan resah wahai saudara-saudara saya sekalian, cahaya-cahaya itu (Risalah-risalah An-Nur) pasti akan muncul.” Perhatikan, bagaimana kata-kata beliau ini menjadi kenyataan. (Murid-murid Risalah-risalah An-Nur)




302. Page

Untuk itu, mereka mulai mencari-cari alasan yang sangat tidak berarti untuk menutupi segala kesalahan.

Di tengah serangan yang mereka lancarkan kepada kami dengan melalaikan dan memperdaya sejumlah pejabat pemerintahan, juga memprovokasi mereka untuk mengambil tindakan terhadap kami yang dilakukan oleh organisasi atheis nan besar dan bersembunyi di balik topeng yang bekerja secara langsung saat ini demi membela kekafiran mutlak, saat itu risalah “buah” yang begitu jelas sejelas mentari, yang melenyapkan segala syubhat dan dugaan, yang begitu kuat sekuat indera penciuman orang pedalaman, menjadi pembelaan kuat bagi kami untuk menghadapi mereka, dan dengan izin Allah akan membuat mereka diam.

Saya merasa, risalah tersebut ditulis untuk kita demi tujuan ini.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat!

Meski tempat kalian sangat sempit sekali, namun hati kalian jauh lebih luas, terlebih kalian memiliki kebebasan lebih banyak dari yang kami miliki.

Perlu kalian semua ketahui, wahai saudara-saudara saya! Asas kekuatan dan titik sandaran kita adalah kerjasama. Jangan pernah kalian melihat kekurangan masing-masing yang akan memicu emosi amarah akibat musibah-musibah ini, karena mengeluh sama seperti menentang takdir ilahi.

Jangan pernah ada yang berkata, “Andai tidak begini, tentu tidak terjadi seperti ini.” Jangan saling marah satu sama lain, karena saya tahu, tidak ada jalan selamat dan cara untuk menghindari serangan mereka, karena mereka selalu menyerang kita meski apapun yang kita lakukan. Yang bisa kita lakukan hanya bersabar, bersyukur, menerima qadha ilahi dengan rela hati, dan berserah diri pada qadar-Nya, agar kita mendapatkan perhatian ilahi.

Untuk itu, kita harus berusaha untuk mendapatkan pahala besar dan kebaikan yang banyak dalam rentang waktu sebentar dan dengan amalan tidak seberapa.

Doa tulus kami, semoga saudara-saudara kami di sana diberi keselamatan.

* * *

Saudara-saudara saya yang setia dan jujur!

Bertemu teman-teman dan duduk bersama saudara-saudara adalah sumber hiburan nan deras akibat perubahan cepat dalam kehidupan dunia yang dialami seseorang, karena kefanaan dan kerusakan dunia, juga karena seluruh kenikmatan dunia yang nan fana yang tidak ada gunanya sedikitpun, di samping karena tamparan-tamparan perpisahan yang menimpa manusia.

Ya! Kadang seseorang rela menempuh jarak perjalanan duapuluh hari dan mengeluarkan 100 Lira agar bisa bertemu dengan saudaranya hanya dalam beberapa jam saja.

Di tengah zaman aneh ini dimana jarang sekali ada teman nan tulus, serangkaian beban berat dan musibah yang menimpa kita, selain hilangnya harta benda yang begitu 

303. Page

berarti, tentu tidak terasa jika sudah bertemu dengan empatpuluh atau limapuluh teman-teman dan saudara-saudara yang tulus meski hanya sekali dalam dua bulan, duduk dan berbincang bersama mereka di jalan Allah, terhibur dan menghibur mereka secara hakiki.

Saya pribadi menerima seluruh musibah dan beban berat ini dengan harapan bisa bertemu salah seorang saudara saja di sini setelah sepuluh tahun berpisah dengan mereka.

Perlu kalian ketahui, mengeluh artinya menentang takdir, dan bersyukur artinya berserah diri pada takdir.

Percayalah wahai saudara-saudara saya sekalian, andai ajal tiba saat ini dan saya meninggal dunia, tentu akan saya sambut dengan senang hati dan lapang dada, karena saya yakin sepenuhnya bahwa di antara kalian terdapat banyak Sa’id-Sa’id, masih muda dan kuat, yang akan menjalankan tugas Risalah-risalah An-Nur, membela, menjaga, dan mewarisinya, jauh lebih dari peran Sa’id yang lemah, tak berdaya, dan sakit-sakitan ini.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang setia, jujur, dan terhormat!

Karena kalian terkait dengan Risalah-risalah An-Nur demi meraih pahala akhirat dan menunaikan ibadah, maka tidak diragukan bahwa setiap jam yang kalian lalui –dengan sejumlah persyaratan dan di tengah kondisi yang sulit- menjadi seperti ibadah duapuluh jam, bekerja selama duapuluh jam dalam pengabdian Al-Qur'an dan iman –karena mengandung jihad maknawi- memberikan nilai seratus jam ibadah, seratus jam yang berlalu dalam pertemuan dengan para mujahid hakiki dari kalangan saudara-saudara yang baik –masing-masing di antara mereka nilainya sama seperti seratus orang-, mengikat tali-tali persaudaraan dengan mereka, memberi mereka bantuan –dengan kekuatan maknawi- juga meminta bantuan dari mereka, menghibur mereka juga terhibur karena mereka, terus bersama mereka dalam pengabdian iman nan luhur dengan ikatan hakiki dan keteguhan sempurna, memetik manfaat dari budi pekerti mulia mereka, meraih kelayakan bagi seorang murid di madrasah Az-Zahra dengan memasuki ruang ujian di sini, di madrasah Yusuf (penjara), lalu setiap murid mendapatkan bagiannya masing-masing, mendapat rizki yang telah ditentukan, dan mendapatkan pahala.

Ini semua mengharuskan kami untuk bersyukur karena kalian datang ke tempat ini, menghiasi diri dengan kesabaran, memikul seluruh beban berat dan kesulitan seraya merenungkan manfaat-manfaatnya.

Sa’id An-Nursi

* * *


304. Page

Saudara-saudara saya sekalian!

Dari hari saya berharap munculnya para pahlawan kokoh sekokoh besi dan baja seperti Hasrau [1]dan Hafizh Ali di sini, Kastamonu dan sekitarnya, seperti yang muncul di Isparta.

Puji dan syukur tanpa batas kami panjatkan kepada Allah, karena Kastamonu telah mewujudkan keinginan saya secara sempurna, memberi kami sejumlah pahlawan sebagai bantuan bagi kami.

Salam saya untuk saudara-saudara sekalian yang selalu terlintas dalam hayalan saya satu persatu yang tidak bisa saya sebutkan nama mereka. Doa saya semoga mereka selalu selamat dan aman.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat, jujur, setia, dan tegar!

Berikut akan saya jelaskan salah satu kondisi saya pada kalian, bukannya untuk membuat kalian menderita karena saya, atau agar kalian membuat rencana-rencana bersifat materi yang diperlukan, tapi semata agar saya memetik manfaat dari doa-doa kalian sesuai kaidah; menyatukan segala upaya maknawi, juga agar lebih mengontrol diri, waspada, sadar, teguh, dan menjaga ikatan kalian nan kokoh.

Penyiksaan dan kesulitan yang saya terima di sini dalam satu hari, setara dengan penyiksaan dan beban berat selama sebulan yang saya terima di penjara Eskisehir. Kalangan Masoni menguasakan seorang Masoni zalim kepada saya, agar mereka mendapatkan justifikasi dari kata-kata saya, “Sudah cukup sampai di sini!” akibat temperamental saya dan sifat amarah saya karena menghadapi penyiksaan, sehingga dengan kata-kata seperti ini, mereka mengalahkan saya dan menjadikan kata-kata itu sebagai alasan untuk terus berlaku semena-mena, juga untuk menutupi segala kebohongan mereka.

Saya bersabar seraya bersyukur, saya anggap kesabaran sebagai pengaruh luar biasa di antara sekian pengaruh kebaikan Tuhan. Saya memutuskan untuk tetap bersabar dan bersyukur, karena selama kita berserah diri pada takdir ilahi, maka segala kesulitan yang kita rasakan ini menjadi sarana untuk mendapatkan pahala lebih banyak, sesuai kaidah; sebaik-baik urusan adalah yang paling kuat. Sehingga dari sisi ini, kami menganggap segala kesulitan sebagai nikmat maknawi.

Selanjutnya, umumnya musibah-musibah duniawi nan fana akan berakhir dengan kebahagiaan dan kebaikan. Kami yakin penuh secara haqqul yaqin bahwa kami telah menazarkan kehidupan kami untuk sebuah hakikat agung yang lebih terang dari matahari, hakikat indah seindah surga, hakikat nikmat senikmat kebahagiaan abadi.

Untuk itu, tidak sepatutnya kita mengeluh sedikit pun. Justru kondisi-kondisi sulit ini harus mendorong kita untuk mengatakan, “Kami menjalani jihad maknawi yang kami

[1] Hasrau; orang pertama yang menggandakan dan menyebarkan ratusan risalah di tengah situasi yang sangat pelik, ia habiskan sebagian besar hidupnya bersama ustadz An-Nursi di penjara Eskisehir, Denizli, dan Afion. Dialah yang menulis mushaf atas arahan ustadz An-Nursi untuk memperlihatkan kemukjizatan dari sisi keselarasan-keselarasan lembut nama Allah dalam satu mushaf. Ia lahir tahun 1899, meninggal dunia di Istanbul tahun 1977. Semoga Allah melimpahkan rahmat nan luas padanya. (Penerjemah).




305. Page

banggakan, kami bersyukur kepada Rabb kami yang berkenan memberikan kesempatan itu pada kami.”

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat!

Wasiat pertama dan terakhir saya adalah jagalah ikatan di antara kalian, hindarilah egoisme, sikap terpedaya, dan persaingan, juga waspada dan mengontrol diri.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Melalui tuntutan yang disampaikan penuntut umum, difahami bahwa rencana-rencana kalangan zindiq yang bersembunyi di balik topeng, yang memperdaya dan melalaikan sejumlah pejabat pemerintahan, mengalami kegagalan, terbukti palsu dan dusta.

Namun kini mereka berpegangan pada alasan-alasan lemah, seperti tuduhan mendirikan organisasi, membentuk perkumpulan rahasia untuk menutupi kebohongan mereka. Imbasnya, mereka melarang siapapun juga untuk bertemu dengan saya, seakan ketika saya bertemu dengan seseorang, ia langsung bergabung dengan saya saat itu juga. Bahkan para pejabat-pejabat besar pun merasa takut atau memerintahkan para bawahan untuk mempersulit saya.

Saya sebenarnya sudah bertekad untuk menyampaikan poin berikut sebagai penutup bantahan yang kami sampaikan kepada mereka, namun ada suatu kejadian menghalangi tekad saya ini. Poin yang dimaksud adalah sebagai berikut;

Ya, kami adalah organisasi. Organisasi yang beranggotakan 350 juta orang di setiap masanya. Mereka menegaskan penghormatan sempurna, ikatan tulus, dan kaitan mereka dengan prinsip-prinsip organisasi suci ini dengan mendirikan shalat lima waktu sehari semalam, saling berlomba memberikan bantuan satu sama lain, baik melalui doa pribadi ketika tidak berada di hadapan orang yang di doakan, atau meraih keuntungan-keuntungan maknawi nan banyak sesuai undang-undang ilahi;

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Dengan demikian, kita adalah anggota organisasi suci nan agung itu. Tugas kita dalam organisasi ini adalah menyampaikan hakikat-hakikat iman yang terkandung dalam Al-Qur'an kepada para pencari kebenaran dan keimanan dengan cara yang terbaik dan paling bersih demi menyelamatkan diri kita dan juga mereka dari hukuman mati abadi, barzakh penjara terisolir abadi.

Untuk organisasi-organisasi dunia yang didirikan di atas asas tipu muslihat dan trik-trik politik, kami sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal-hal seperti ini, bahkan kami menghindarinya.

Sa’id An-Nursi


306. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Saya menderita karena kalian semua pada fajar hari ini, namun seketika itu juga terlintas “risalah orang-orang sakit” di benak saya, lalu memberikan hiburan.

Ya, musibah ini mirip seperti penyakit sosial, dan sebagian besar obat-obat keimanan yang tertera dalam risalah tersebut sangat berpengaruh mengobati penyakit ini, khususnya duka derita yang ditimbulkan musibah yang berlalu sesaat sebelumnya, sementara pahala, kebaikan dan manfaat-manfaat dunia akhiratnya, juga manfaat-manfaat keimanan dan Al-Qur'an tetap bertahan, tepat seperti yang saya sampaikan kepada orang sakit yang diberkahi itu.

Dengan kata lain, satu musibah yang telah berlalu itu berubah menjadi banyak sekali nikmat beragam nan abadi.

Untuk masa depan, karena masa ini belum ada saat ini, maka saat ini tidak ada derita untuk musibah yang akan terjadi di kemudian hari. Untuk itu, derita yang muncul dari ketiadaan karena dugaan artinya tidak percaya pada rahmat dan kuasa Allah. Ini yang pertama.

Kedua; sebagian besar umat manusia di muka bumi ini mengalami musibah-musibah materi dan maknawi dari sisi hati, ruh, dan fikiran. Jika dibandingkan dengan musibah mereka, musibah kami lebih ringan dan menguntungkan, selain memberikan banyak keuntungan dan manfaat secara materi dan maknawi bagi hati, ruh, iman, kesehatan, dan keselamatan.

Ketiga; andai kita tidak masuk ke tempat ini (penjara) di tengah situasi kacau seperti ini, tentu musibah tidak seberapa yang menimpa kita ini terasa sangat berat sekali kala berhadapan dengan para pejabat yang hati mereka dirasuki keraguan dan ilusi, dan tentu saja musibah sikap dibuat-buat dan mencari muka di hadapan para penguasa, menimpa kita.

Keempat; melihat orang-orang tercinta nan hakiki –yang lebih mencintai orang lain melebihi saudara kandung sendiri- di tengah musim dingin secara materi maupun maknawi nan berlipat ini, dimana segala aktivitas terhenti di saat-saat seperti ini, di tengah madrasah Yusuf yang merupakan satu di antara sekian madrasah Az-Zahra, bertemu dengan saudara-saudara akhirat laksana para pembimbing yang tulus memberi nasehat, berkunjung dan memetik manfaat dari keistimewaan-keistimewaan pribadi mereka, berbekal kebaikan-kebaikan mereka yang berjalan cepat laksana perjalanan cahaya pada benda-benda transparan, meraih semua manfaat ini dengan harga sangat ringan dan beban tidak seberapa, terlebih berbekal dari bantuan maknawi mereka, juga dari kebahagiaan dan hiburan mereka, ini semua menjadikan musibah berubah wujud menjadi pemandangan perhatian rabbani secara maknawi.

Ada sebuah kejadian jenaka terkait perhatian rabbani tersembunyi ini. Para tahanan menyebut murid-murid An-Nur yang datang kemari dengan panggilan ulama. Sebutan hormat dan mulia untuk mereka nampak melalui lisan semua orang dengan sebutan ulamanya para ulama.

Di balik kejadian jenaka ini terdapat sebuah isyarat lembut; penjara berubah menjadi madrasah ilmiah, para murid-murid An-Nur menjadi guru dan pengajar di sana, dan dengan izin Allah, seluruh penjara akan menjadi madrasah-madrasah berkat para ulama ini.

Sa’id An-Nursi

* * *


307. Page

Saudara-saudara saya sekalian!

Andaikan sesekali risalah-risalah kecil yang menghibur seperti ini dibaca, di samping membaca risalah “buah,” khususnya masalah-masalah terakhir, andai para ikhwah bertukar fikiran membahas masalah-masalah Risalah-risalah An-Nur yang terlintas di benak mereka, tentu dengan izin Allah akan meraih kemuliaan penuntut ilmu-ilmu syar’i.

Para ulama terkemuka memberikan perhatian besar terhadap para penuntut ilmu-ilmu syar’i, bahkan Imam Asy-Syafi’i rhu. berkata, “Tidurnya para penuntut ilmu terhitung ibadah.”

Untuk itu, seandainya terjadi seratus ribu kesulitan karena menuntut ilmu, ini adalah kemuliaan tinggi di tengah situasi-situasi menyakitkan dan berat seperti ini, khususnya pada zaman sekarang dimana madrasah-madrasah syar’i jarang ada. Segala kesulitan yang terjadi tidak perlu menyita perhatian. Sebaliknya, kita harus bahagia dan senang di wajah musibah-musibah itu dengan mengatakan, “Sebaik-baik segala urusan adalah yang paling sulit.”

Terkait beban hidup keluarga saudara-saudara kita yang miskin, mengingat melihat musibah yang lebih besar kala tertimpa musibah adalah musibah dan melihat yang lebih sedikit dalam hal kenikmatan adalah nikmat, sesuai kaidah Al-Qur'an, keimanan dan kaidah Risalah-risalah An-Nur. Untuk itu, mereka benar-benar berada dalam kenikmatan, delapanpuluh persen lebih dari yang dirasakan orang lain. Sehingga mereka tidak berhak mengeluh, bahkan mereka wajib bersyukur delapanpuluh kali lipat; syukur di atas syukur yang sudah ada.

Selanjutnya, rizki yang dibagikan Allah kepada kita semata sudah ditetapkan takdir ilahi. Keadilan rahmat ilahi menyatukan kita, meninggalkan keluarga dan anak-anak untuk menggapai rizki hakiki mereka, membebaskan mereka dari tugas menggunakan rizki secara berlebihan untuk sementara waktu, seperti halnya suatu hari nanti rizki akan benar-benar dicabut.

Karena hakikatnya seperti ini, kita harus mengucapkan;

حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

 “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)

Seraya menyerahkan segala urusan kepada-Nya, dan bersyukur kepada-Nya.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan jujur!

Saya beruntung dan bersyukur kepada Allah karena berada dekat dengan kalian dalam satu bangunan (penjara), meski saya tidak berhadapan langsung dengan kalian. Kadang, terlintas di benak saya untuk melakukan rencana-rencana yang seharusnya namun bukan karena keinginan saya sendiri.


308. Page

Contoh; kalangan Masoni mengirim seorang tahanan sebagai mata-mata pendusta ke penjara di sebelah kami.

Mengingat merusak lebih mudah –khususnya bagi para pemuda dungu seperti mereka ini- saya tahu bahwa kalangan zindiq berusaha menebar kerusakan dan meruntuhkan akhlak karena bimbingan dan perbaikan yang kalian lakukan, kala saya berfirasat si terdakwah ini merasakan derita memilukan dan merusak para pemuda.

Saudara-saudara sekalian! Untuk menghadapi situasi ini, kalian harus benar-benar waspada, sebisa mungkin jangan menampakkan amarah terhadap para tahanan lama, dan jangan memancing mereka marah pada kalian atau berusaha untuk memicu perpecahan dan dualisme, dengan tetap mengontrol diri dan bersabar.

Saudara-saudara kita harus menjaga kekuatan kerjasama dan ukhuwah dengan memperlihatkan pengorbanan, menjauhi egoisme, dan merendahkan hati sebisa mungkin.

Menyibukkan diri dengan urusan-urusan dunia sangat menyakiti saya. Untuk itu, saya mengandalkan kecerdasan kalian karena saya tidak bisa fokus ke sana jika tidak terpaksa.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian!

Penting kiranya untuk menjelaskan sebuah permasalahan yang terlintas di benak saya pada pagi hari untuk menghadapi segala kemungkinan;

Jiwa dan setan dalam diri saya sejak duapuluh tahun silam selalu mencari hakikat-hakikat yang saya petik dari Al-Qur'an, yang sangat jelas sekali sejelas matahari atau siang hari yang tidak menerima sedikit pun keraguan seraya mengatakan;

“Bagaimana pandangan para filosof zindiq terhadap hakikat-hakikat ini dan apa sandaran mereka?”

Karena jiwa dan setan dalam diri saya tidak menemukan celah atau kekurangan apapun, keduanya terdiam. Saya yakin bahwa hakikat yang membungkam jiwa dan setan saya yang sangat sensitif dan bekerja secara bersamaan, mampu memaksa manusia paling membangkang sekalipun untuk diam.

Mengingat kita selalu bekerja demi sebuah hakikat yang paling penting dan mulia, hakikat paling kuat dan kokoh yang tidak mungkin dinilai dan diukur dengan nilai materi apapun juga, ringan rasanya untuk mengorbankan jiwa, nyawa, teman, dan orang tercinta, bahkan dunia secara keseluruhan demi terwujudnya hakikat ini. Untuk itu, kita harus tegar sepenuhnya dan bersabar menghadapi seluruh musibah dan ujian yang mungkin saja akan menimpa kita, menghadapi semua kesulitan yang dilancarkan para musuh dengan lapang dada, karena sangat tidak menutup kemungkinan jika para syaikh atau ulama yang secara lahiriah menampakkan ketakwaan dihasut untuk melawan kita, baik terpedaya karena diri sendiri ataupun karena hasutan orang lain.

Untuk menghadapi situasi seperti ini, kita harus menjaga persatuan dan kerjasama, tidak menyia-nyiakan waktu dalam perdebatan tiada guna bersama mereka.

Sa’id An-Nursi


309. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Saya merasakan adanya peringatan maknawi pada fajar hari ini, bahwa sebab hakiki serangan luas dan perlakuan semena-mena terhadap kita bukan karena “sinar kelima,” tapi “hizb An-Nur,” “kunci iman,” dan “hujah nyata.”[1]

Saya kemudian membaca dengan seksama sebagian “hizb An-Nur,” saya merenungkan “kunci iman,” lalu saya mengetahui;

Kaum zindiq tidak mampu mempertahankan faham mereka dalam menghadapi serangan-serangan dua pedang intan nan tajam ini. Namun mereka memperlihatkan “sinar kelima” sebagai sebab nyata karena risalah ini sedikit berhubungan dengan politik. Dengan risalah ini, mereka melalaikan dan menghasut pemerintah untuk menindak kami.

Bersamaan dengan peringatan ini, terlintas di benak saya;

Andaikan sebagian di antara saudara-saudara kita yang lemah untuk sementara waktu tidak beraktivitas, mungkin selamat dari musibah ini, sehingga saya ingin memaafkan mereka karena alasan ini.

Namun tiba-tiba terlintas dalam hati saya;

Orang yang hubungannya tetap terjalin hingga sebatas ini dan masuk ke dalam ujian (penjara) ini sebanyak dua kali, yang karenanya menghadapi kesulitan dan bahaya, sama sekali tidak boleh melepaskan ikatan secara hati –dimana langkah ini murni berbahaya tanpa memberikan manfaat apapun. Bahkan tidak menutup kemungkinan ia melakukan hal itu karena tipuan orang lain dengan meninggalkan ikatan secara lahiriah semata. Jika tidak, maka ia bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga terhadap kita semua dan juga aliran suci kita, selanjutnya tamparan pelajaran akan menimpanya, tidak seperti apa yang ia maksudkan, sebagai balasan atas perbuatan yang ia lakukan.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Siapapun yang merasakan siksaan dan beban berat penjara yang sangat dingin dan sempit dari penjara-penjara lain, tentu saja ingin melarikan diri dan menjauhi segala tindak kejahatan yang menyebabkan orang masuk ke dalam penjara ini. Namun sebab lahiriah (Risalah-risalah An-Nur) yang memberikan keimanan tahqiqi, husnul khatimah dan pahala besar amal-amal shalih ratusan orang yang muncul dari kebersamaan maknawi, seluruh manfaat ini merubah segala beban berat nan getir itu menjadi rahmat manis dan nikmat bagi mereka yang mengalami berbagai beban berat.

Untuk itu, harga dari dua manfaat itu adalah keteguhan sempurna dan kesetiaan murni yang tak tergoyahkan.

Untuk itu, menyesal dan melepaskan diri (dari tugas Risalah-risalah An-Nur) adalah kerugian besar. Penjara ini lebih baik para murid An-Nur yang tiada memiliki ikatan apapun dengan dunia, atau memiliki ikatan yang sangat lemah sekali. Bahkan, penjara adalah tempat bebas bagi mereka dalam satu sisi tertentu.


[1] Risalah “hujah nyata” adalah bagian kedua dari kumpulan risalah “tongkat Musa,” berisi sebelas hujah keimanan. (Penerjemah)




310. Page

Sementara mereka yang memiliki ladang (baca; sumber penghasilan) di dunia dan segala urusan hidup berlaku seperti yang mereka inginkan, semua uang yang mereka keluarkan sama seperti sedekah yang dilipatgandakan untuk mereka, seluruh saat-saat usia yang berlalu berubah menjadi ibadah-ibadah yang dilipatgandakan. Untuk itu, mereka sepatutnya bersyukur, bukannya mengeluh.

Sementara kalangan fakir, miskin dan orang-orang lemah, karena mereka ini tidak mendapatkan pahala banyak di luar penjara, bahkan memikul banyak tanggungjawab berat, penjara ini memberi mereka banyak kebaikan dan pahala besar tanpa perlu memikul tanggungjawab dan beban berat yang terasa ringan karena terhibur oleh sesama saudara, dan menjadi dorongan bagi mereka untuk bersyukur.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang setia dan terhormat!

Seorang bertakwa di Kastamonu berkata kepada saya seraya mengeluh, “Saya mengalami kejatuhan dan kemunduran dari kondisi sebelumnya, karena saya kehilangan kondisi, daya rasa nurani dan cahaya.”

Saya kemudian berkata kepadanya, “Tidak seperti itu, bahkan Anda mengalami peningkatan, Anda kini berada di atas daya rasa nurani dan mukasyafat yang memanjakan dan membuat jiwa merasakan buah-buah akhirat di dunia, memberikan perasaan-perasaan egois dan terpedaya pada diri. Anda terbang ke tingkatan lebih tinggi dan lebih luhur dengan mengorbankan diri untuk orang lain, meninggalkan sifat egois dan sikap terpedaya, dan tidak mencari daya rasa-daya rasa fana.

Ya, kebaikan ilahi yang penting adalah tidak membuat orang yang tidak meninggalkan egoisme diri merasakan kebaikannya, agar tidak terpedaya dan bangga diri.

Saudara-saudara saya sekalian!

Berdasarkan hakikat tersebut, siapapun yang memikirkan orang seperti ini, atau terlalu memperhatikan maqam-maqam menyilaukan yang mengundang baik sangka orang lain, ketika orang seperti ini melihat sejumlah murid di antara kalian yang mengenakan pakaian takwa, rendah hati secara sempurna, dan mengabdi untuk orang lain, ia tentu menilai kalian sebagai kalangan awam atau orang-orang biasa lalu berkata, “Mereka inikah para pahlawan hakikat, atau mereka inikah yang menyatukan dunia secara keseluruhan?! Tidak mungkin! Jauh sekali perbedaan antara mereka ini dengan para mujahidin di jalan pengabdian suci ini, yang mengalahkan para wali shalih di zaman sekarang, sehingga mereka wali-wali tersebut tidak mampu menyusul mereka.”

Jika ia teman, harapannya akan pupus, dan jika lawan, ia merasa dirinya benar.

Sa’id An-Nursi

* * *


311. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Buah-buah[1] penjara kalian ini menurut saya manis dan sangat penting, sama seperti buah-buahan Firdaus. Seperti halnya buah-buah tersebut mewujudkan cita-cita besar yang saya yakini kalian-lah wujudnya dan yang membenarkan pernyataan-pernyataan saya, buah-buah ini juga menampakkan kekuatan kerjasama dan ikatan dalam bentuk yang terbaik

Ketika pena-pena yang diberkahi itu menyatu, akan memperlihatkan nilai 300 atau 400 pena dengan syarat dan tekanan seperti ini, laksana tiga atau alif menyatu (seperti yang dijelaskan dalam risalah keikhlasan). Kondisi ruhani yang menjaga persatuan kalian di tengah situasi kacau seperti ini, membenarkan pernyataan saya kemarin.

Ya, seperti halnya seorang wali besar tidak mampu naik ke tingkatan sahabat kecil dalam amalan untuk Islam, seperti yang disepakati ahlussunnah, demikian halnya –contoh tidak perlu dipermasalahkan- salah seorang saudara kita yang tulus yang rela meninggalkan nasib baik di zaman sekarang, mengabdi demi iman, berusaha mengorbankan diri demi kepentingan orang lain, mencurahkan segenap kemampuan untuk menjaga kerjasama dan persatuan, orang seperti ini meraih posisi yang lebih tinggi dari posisi wali.

Seperti itulah yang saya yakini, dan kalian perlu memperkuat keyakinan saya ini, agar Allah selalu meridhai kalian. Amin.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

“Risalah buah” memiliki nilai penting dan sangat berharga. Saya berharap semoga dengan risalah ini Allah membuka hati banyak orang suatu saat nanti. Kalian sendiri mengetahui nilai risalah ini dan kalian hormati dengan sebenarnya, hingga kalian tidak meninggalkan madrasah Yusuf ini tanpa pelajaran.

Terkait manfaat risalah ini diri saya pribadi;

Jika buah segala keletihan yang kalian rasakan dan seluruh dana yang kalian keluarkan adalah risalah ini semata, atau risalah pembelaan, atau bertemu dengan kalian di suatu tempat, tentu segala dana dan keletihan tersebut terasa tidak ada apa-apanya. Bahkan, andaipun sepuluh kali musibah seperti ini datang mendera, tentu terbilang murah demi hal-hal di atas.

Saya merasa yakin sepenuhnya melalui banyak sekali pengalaman saya, khususnya di penjara sempit ini;

Sibuk membaca dan menulis Risalah-risalah An-Nur sangat meringankan beban kesulitan dan amarah, menimbulkan rasa senang dan lapang dada. Sementara jika saya tidak menyibukkan diri dengan Risalah-risalah An-Nur, musibah semakin terasa berlipat kali, dan hal-hal sepele membuat saya tersiksa. Karena satu-dua hal, saya mengira Husrau, Hafizh, dan Thahiri mengalami kesulitan berat. Namun saya tahu, mereka dan juga yang lain lebih tegar dan lebih berserah diri pada urusan Allah, mereka merasakan lega dan tenang hati.


[1] Maksudnya risalah-risalah yang mereka gandakan.



312. Page

Saya bertanya; apa gerangan sebabnya? Kini saya tahu, mereka menjalankan tugas hakiki, tidak disibukkan oleh hal-hal yang tidak membawa guna, tidak ikut campur dalam urusan qadha dan qadar, tidak resah ataupun terguncang, juga tidak menyalahkan siapapun juga; amarah yang muncul karena egoisme dan kepentingan.

Mereka memutihkan wajah para murid An-Nur melalui ketegaran dan ketenangan hati. Mereka menampakkan kekuatan maknawi Risalah-risalah An-Nur di hadapan orang-orang zindiq.

Kita memohon kepada Allah semoga berkenan memberikan kerendahan hati dan kemuliaan secara sempurna, pengorbanan untuk orang lain, sifat-sifat patriotic dan leadership untuk mereka, dan semoga menjadikan karunia ini merata untuk seluruh saudara-saudara kami. Amin.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian!

Sikap terpedaya yang muncul dari kelalaian dan cinta dunia, berkuasa pada zaman sekarang. Untuk itu, para pengikut kebenaran harus meninggalkan sikap terpedaya, egoisme, dan kepentingan-kepentingan diri, bahkan meskipun dalam hal yang dibenarkan.

Mengingat para murid Risalah-risalah An-Nur sejati telah melelehkan sifat egoisme diri yang mirip potongan salju dalam sosok maknawi, dan terlibat dalam kegiatan bersama, mereka dengan izin Allah tidak terguncang di tengah topan badai ini.

Ya, rencana penting dan manjur untuk menghadapi orang-orang munafik adalah mengumpulkan orang-orang seperti mereka ini yang masing-masing di antaranya memiliki kepribadian seorang perwira dan hakim dalam satu permasalahan, di tempat sempit yang memicu emosi, amarah, perdebatan sengit, kritikan, dan pertikaian memecah-belah kekuatan maknawi mereka, kemudian mereka diberi pelajaran karena kehilangan kekuatan maknawi dengan mudah.

Mengingat murid-murid Risalah-risalah An-Nur menempuh faham persahabatan, persaudaraan, dan rela berkorban demi saudara, dengan izin Allah akan menggagalkan rencana penting yang terbukti manjur untuk orang-orang munafik ini.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang setia dan terhormat!

Pada masa lalu, banyak sekali murid menisbatkan diri pada seorang syaikh luhur di sebuah kawasan. Sejumlah pejabat negara kemudian merasa terusik oleh mereka ini karena dikhawatirkan mengganggu mereka dalam persoalan-persoalan politik. Para pejabat kemudian bermaksud untuk memecah belah jamaah si syaikh tersebut, lalu si syaikh berkata kepada mereka, “Saya hanya memiliki satu setengah murid saja, tidak ada yang lain. Kalau kalian mau, kami akan menggelar ujian untuk mereka.”


313. Page

Syaikh kemudian memasang tenda di salah satu sudut kota, dan memanggil ribuan muridnya ke sana, setelah itu ia mengeluarkan perintah, “Saya akan mengadakan ujian. Siapa yang benar-benar murid saya dan taat pada perintah saya, dia akan masuk surga.”

Syaikh kemudian memanggil mereka ke dalam tenda satu persatu. Rupanya, syaikh ini menyembelih seekor kambing secara sembunyi-sembunyi di dalam tenda, dan para murid mengira si syaikh menyembelih salah seorang murid terdekatnya lalu ia kirim ke surga.

Saat ribuan murid melihat darah mengalir dari dalam tenda, mereka semua meninggalkan si syaikh dan tidak mendengarkan perintahnya, bahkan mereka menolak dan mengingkarinya, kecuali hanya satu orang saja, ia berkata, “Biarkan kepala saya menjadi tebusan baginya.” Ia kemudian pergi menemui syaikh dan disusul oleh seorang wanita setelahnya, sementara yang lain pergi meninggalkan syaikh. Syaikh akhirnya berkata kepada sejumlah pejabat, “Kalian sudah menyaksikan sendiri, saya hanya punya satu setengah murid!”

Sementara kami, seribu satu syukur kami panjatkan kepada Allah, karena Risalah-risalah An-Nur hanya kehilangan satu setengah murid saja dalam ujian dan peradilan di Eskisehir, tidak seperti syaikh tersebut, karena sepuluh ribu orang, bukannya satu setengah orang, bergabung dengan para murid Risalah-risalah An-Nur. Ini semata karena karunia Allah, kemudian jerih payah para pahlawan Isparta dan sekitarnya.

Dengan izin Allah, sebagian besar murid-murid An-Nur tidak akan hilang sia-sia dalam ujian ini berkat idealisme para pahlawan timur dan barat negeri ini. Bahkan, kami sertakan sepuluh orang sebagai ganti satu orang yang hilang.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Pada masa lalu, ada seorang non muslim menemukan sarana untuk mencapai tingkatan khalifah syaikh dalam sair dan suluk dalam tarekat sufi, ia kemudian menjalankan tugas sebagai seorang pembimbing. Kala murid-muridnya yang ia didik mulai mencapai peningkatan ruhani, salah seorang muridnya mengungkap bahwa pembimbing mereka ini berada dalam kejatuhan puncak, lalu orang tersebut –melalui firasat- mengetahui bahwa si murid tersebut telah mengetahui kondisinya melalui mukasyafah, ia kemudian berkata kepada si murid itu, “Berarti kau sudah tahu siapa sebenarnya saya!”

Si murid kemudian berkata kepadanya, “Karena saya telah mencapai tingkatan ini atas bimbingan Anda, saya akan menunda urusan Anda dan saya akan menghormati Anda lebih dari sebelumnya.”

Si murid kemudian berdoa kepada Allah Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa agar memberikan petunjuk kepada pembimbingnya menuju jalan yang lurus hingga menyelamatkannya dari kondisi yang ia alami. Si murid ini unggul di atas seluruh murid lainnya dalam hal peningkatan ruhani, ia kemudian menjadi seorang pembimbing hakiki bagi merek.


314. Page

Dengan demikian, murid kadang menjadi syaikh bagi syaikhnya.

Dengan demikian, yang disebut keutamaan dan senioritas adalah seorang murid tidak meninggalkan saudaranya kala terlihat tertimpa ujian kerusakan, bahkan ia semakin meningkatkan persaudaraan dengannya dan berusaha untuk memperbaikinya. Inilah kondisi orang-orang setia dan jujur.

Sementara orang-orang munafik, mereka memanfaatkan situasi-situasi seperti ini, dan menyebarkan pernyataan berikut, “Orang-orang yang selalu kalian perhatikan itu hanya orang-orang biasa dan lemah,” dengan tujuan untuk merusak baik sangka yang ada di antara para saudara, juga untuk memperlemah kerjasama di antara mereka.

Bagaimanapun juga, segala mara bahaya yang menimpa kita dalam musibah ini, sejatinya merupakan persoalan dunia Islam secara keseluruhan. Untuk itu, musibah ini punya nilai besar dimana segala musibah lain terasa ringan jika dibandingkan dengan musibah ini. Perlu diketahui, kejadian-kejadian serupa seperti ini tidak menjadi permasalahan dunia Islam karena sejumlah faktor politik keagamaan ataupun faktor-faktor lain.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya yang terhormat dan setia!

Perhatian besar saya terhadap kerjasama dan ikatan kalian tidak terbatas untuk manfaat-manfaat yang didapatkan Risalah-risalah An-Nur semata, tapi untuk kaum mukmin secara keseluruhan yang tidak berada dalam lingkup iman tahqiqi, karena mereka sangat memerlukan titik sandaran dan hakikat kuat yang dijadikan pegangan bagi sebuah jamaah, sehingga mereka berpegang teguh pada hakikat pasti itu dengan teguh untuk menghadapi segala aliran sesat nan besar, karena mereka memiliki hujah yang kuat, pembimbing yang teguh, rujukan yang tidak tertipu ataupun menipu, tidak mundur ataupun terguncang.

Sehingga siapapun yang menyaksikan ikatan dan kerjasama kalian yang kuat, hatinya pasti tenang karena ia mengetahui ada sebuah hakikat kuat yang tidak bisa dikorbankan demi apapun juga tidak tunduk di hadapan para pengikut kesesatan, sehingga keimanannya kian menguat, kekuatan spiritualnya kian mendalam dan dengan izin Allah terhindar untuk bergabung dengan barisan orang-orang bodoh dan para pecinta dunia.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang setia dan jujur!

Jauhi dan waspadailah perdebatan, karena telinga-telinga yang menguping memanfaatkan kondisi seperti itu, karena seperti apapun dan bagaimanapun, orang yang berdebat berada di atas kebatilan dalam situasi kita seperti sekarang ini, entah dia benar atau salah! Karena tidak menutup kemungkinan akan menimpakan bahaya besar bagi kita, sementara ia hanya memiliki sedikit sekali kebenaran.


315. Page

Sekali lagi saya sampaikan kepada kalian sebuah hakikat yang pernah saya sampaikan kepada saudara-saudara saya yang sensitif di penjara Eskisehir;

Suatu ketika saya bersama sembilanpuluh orang perwira –dalam perang dunia sebelumnya- ditawan di sebuah ruangan di selatan Russia, saya tidak mengizinkan adanya suara gaduh dan teriakan dengan memberi mereka nasehat karena mereka menghormati saya, lebih dari kemuliaan yang saya miliki.

Saat lengah, amarah yang bergejolak karena ketegangan saraf yang menguasai jiwa mereka, memicu perdebatan-perdebatan sengit, lalu saya berkata kepada sejumlah orang di antara mereka, “Pergilah ke tempat sumber suara gaduh dan teriakan itu, dan bantulah yang salah, bukan yang benar.”

Mereka menjalankan perintah saya ini, lalu perdebatan-perdebatan yang berbahaya itu berhenti.

Setelah itu mereka bertanya kepada saya, “Kenapa Anda melakukan tindakan batil ini?”

Saya jelaskan kepada mereka, “Orang yang benar disebut bersikap adil ketika ia mengorbankan sebagian haknya demi kenyamanan dan kepentingan orang lain yang jumlahnya lebih banyak, sementara orang salah yang umumnya terpedaya dan egois, tidak mau mengorbankan apapun, sehingga akan semakin membuat gaduh.”

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian!

Bacalah berulang kali dan dengan seksama risalah-risalah kecil terkait inti hiburan, kesabaran dan ketabahan, karena saya ini yang paling lemah dan paling banyak mendapatkan bagian dari musibah yang memicu amarah ini, namun berkat karunia Allah, saya mampu menahan kesulitan ini.

Puji dan syukur untuk Allah, saya sedikit pun tidak marah terhadap mereka yang memikulkan segala kesalahan dan beban berat kepada saya, saya tidak marah kepada mereka yang membela diri dan secara tidak langsung memikulkan segala beban berat kepada jamaah, dan memikulkan semua itu kepada saya dengan asumsi kesatuan persoalan.

Mengingat kita semua saudara karena Allah, saya mohon teladanilah saya dalam kesabaran ini.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia! Sahabat-sahabat saya di ruang tamu dunia ini!

Malam ini, saya memikirkan –dengan perasaan Sa’id “lama” nan mulia- kenapa kita sama-sama dibawa ke peradilan sementara tangan saya diborgol dengan kawalan sejumlah pasukan bersenjata lengkap. Amarah saya muncul, dan seketika itu juga terlintas di dalam hati saya;


316. Page

Situasi ini sepatutnya dihadapi dengan syukur berhias kebanggaan dan gembira, bukan dengan amarah. Karena dalam pandangan makhluk-makhluk yang memiliki perasaan, malaikat, makhluk spiritual, para pengikut kebenaran dari kalangan manusia, mereka yang memiliki nurani dan para pemilik iman tahqiqi, mereka nampak seperti kafilah para pahlawan penuh berkah yang bersatu demi kebenaran, hakikat, mengangkat panji Al-Qur'an dan iman pada masa sekarang ini.

Karena rahmat ilahi dan ridha rabbani tertuju kepada mereka, dan mereka dihormati dalam pandangan rahmat dan ridha dengan anggapan baik dan decak kagum, maka pandangan hina segelintir orang-orang bodoh dan liar sama sekali tidak punya nilai dan tidak penting.

Bahkan ketika naik mobil –karena sakit- saya merasa sangat tidak berkenan. Sebaliknya, saya merasa lapang dada bersama kalian ketika dibawa dengan kedua tangan diborgol seperti kalian. Dengan kata lain, kondisi tersebut muncul dari rahasia ini.

Berikut saya ulang kembali pesan yang sudah sering saya sampaikan;

Dalam sejarah, tidak ada seorang pun yang memikul beban berat dan mendapatkan pahala paling besar demi kebenaran seperti halnya murid-murid Risalah-risalah An-Nur. Untuk itu, apapun berat yang kita rasakan, tetap terasa tidak seberapa.

Sa’id An-Nursi

* * *


317. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ

“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Isra`: 44)

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Sulit bagi kita untuk terhindar dan melarikan diri dari musibah ini karena dua alasan;

Pertama; kita harus datang kemari agar takdir ilahi memberi bagian pada kita. Untuk itu, inilah situasi terbaik.

Kedua; kita tidak mampu melepaskan diri konspirasi dan jebakan yang dipasang untuk kita. Saya sudah merasakan hal itu, tapi demi keikhlasan. Bahkan Syaikh Abdul Hakim[1] dan Syaikh Abdul Baqi pun tidak terhindar. Artinya, saling mengeluh dalam musibah ini adalah tindakan batil yang tidak berdasar, tidak bermakna, berbahaya, dan semacam berpaling dari Risalah-risalah An-Nur.

Waspadalah dan waspadalah, jangan sampai menganggap segala amal dan pengabdian yang diperlihatkan orang-orang terdekat sebagai pemicu musibah ini, sehingga akan memunculkan amarah terhadap mereka, karena ini namanya meninggalkan Risalah-risalah An-Nur, menyesal karena telah mempelajari hakikat-hakikat iman. Musibah maknawi ini jauh lebih besar dari musibah materi.

Seraya bersumpah atas nama Allah, saya menenangkan kalian bahwa meski bagian saya dalam musibah ini lebih banyak dari kalian semua hingga duapuluh atau tigapuluh kali lipat, namun saya tidak pernah marah pada siapapun yang memicu musibah ini dengan niat tulus, juga karena amalan yang ia lakukan demi pengabdian tanpa ia lakukan secara waspada.

Bahkan, andaipun musibah ini meningkat sepuluh kali lipat, saya tetap tidak marah kepada mereka. Selain itu, tidak ada gunanya menyalahkan apa yang sudah berlalu, karena itu tidak bisa dibenahi.

Saudara-saudara saya sekalian!

Keresahan justru melipatgandakan musibah, menjadi akar dalam hati untuk memperkokoh musibah materi bertahan di sana, terlebih keresahan mengisyaratkan semacam sikap berpaling dan mengkritik takdir ilahi, serta menuduh rahmat ilahi.

Mengingat di balik segala sesuatu terdapat sisi keindahan dan pembiasan rahmat ilahi, dan mengingat takdir melakukan apapun sesuai keadilan dan hikmah, untuk itu kita ditugaskan untuk tidak memperhatikan segala beban berat yang tidak seberapa demi tugas suci di zaman ini dan yang bersentuhan dengan dunia Islam secara keseluruhan.

Sa’id An-Nursi


[1] Syaikh Abdul Hakim al-Arwasi (1864-1943), berkelana ke Irak dan Turki untuk menuntut ilmu selama duapuluh tahun, mendirikan madrasah ilmu pengetahuan Islam di Turki dan mengajar di sana selama duapuluh tahun, memiliki kedudukan tinggi di dunia sufi, melawan Russia dalam perang dunia pertama. Saat lembaga dan sekolah-sekolah agama diutup, ia mengatakan bahwa negara tidak menutup pintu lembaga-lembaga pendidikan, tapi yang ditutup adalah tempat-tempat kosong dalam ruhani, karena tempat-tempat tersebut sudah ditutup sejak lama sekali. (Penerjemah)




318. Page

* * *

(Sebuah kondisi parsial dan biasa di antara sekian kondisi saya yang perlu ditulis untuk kalian)

Saudara-saudara saya sekalian!

Saya yakin sepenuhnya bahwa tatapan mata dengki menimpa saya, sangat berimbas kepada saya, dan membuat saya sakit. Saya sudah sering kali mengalami hal seperti ini.

Dari dasar ruhani yang paling dalam, saya ingin selalu mendampingi kalian dalam segala kondisi. Namun sesuai kaidah masyhur; “Tatapan mata memasukkan unta ke dalam tungku, dan memasukkan orang ke dalam kubur,”[1] tatapan mata dengki menimpa saya, karena orang yang menatap saya mungkin ia menatap dengan tatapan permusuhan hebat atau dengan tatapan penghormatan. Kedua tatapan ini dimiliki sejumlah orang yang memiliki keistimewaan menimpakan penyakit melalui tatapan mata. Untuk itu, jika bisa dan mereka tidak memaksa saya untuk menyertakan kalian, saya tidak ingin datang ke peradilan dengan disertai kalian.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya yang terhormat dan setia!

Sesuai kandungan ayat;

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ

 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Dan berdasarkan kaidah baku; “Kebaikan ada pada sesuatu yang dipilih Allah,” sampainya sebagian besar Risalah-risalah An-Nur ke tangan orang-orang asing bagi kita, menantang orang-orang sombong yang paling semena-mena, dan menampakkan kesalahan-kesalahan para pejabat tinggi negara, membuat risalah-risalah tersebut menyebar di bawah tirai kaidah; “Kau sebarkan rahasia dengan jelas.”

Untuk itu, tujuan yang dibidik hingga saat ini (oleh para musuh) adalah merendahkan persoalan Risalah-risalah An-Nur. Namun bagaimana pun juga, mereka tahu bahwa persoalan ini adalah persoalan yang sangat besar. Risalah-risalah An-Nur yang menarik perhatian banyak orang, membuka jalan menuju kemenangan-kemenangan nyata, dan membuat para musuh membacanya dengan rasa kagum dan penuh perhatian. Bahkan, Risalah-risalah An-Nur menerangi dan menyelamatkan banyak sekali orang-orang yang ragu dalam peradilan Eskisehir, mereka yang bimbang dan memerlukan bantuan, sehingga merubah seluruh beban berat menjadi rahmat.


[1] “‘Aini (tatapan mata jahat) itu benar adanya, ia memasukkan unta ke dalam tungku dan memasukkan orang ke dalam kubur.” HR. Abu Nu’aim dari Jabir secara marfu’. Hadits “Aini (tatapan mata jahat) itu benar adanya,” tanpa tambahan adalah hadits Muttafaq alaih dari Abu Hurairah, sementara tambahannya dhaif. (Dinukil secara singkat dari Kasyful Khafa`, hadits nomor 1797, II/76).




319. Page

Pengabdian suci ini akan memperlihatkan banyak kemenangan dengan izin Allah kali ini dalam lingkup yang lebih luas, di peradilan-peradilan dan di sejumlah lembaga.

 Ya, siapapun yang melihat gaya bahasa Risalah-risalah An-Nur, tidak mungkin tidak memperhatikannya, karena Risalah-risalah An-Nur tidak sama seperti karya-karya tulis lain dari sisi pengaruh terhadap akal dan hati saja, tapi juga menguasai jiwa dan perasaan.

Pembebasan yang diberikan kepada kalian, tidaklah membahayakan hakikat ini. Namun pembebasan saya menimbulkan bahaya, karena bahkan nafsu amarah saya menerima jika saya bukan hanya mengorbankan kehidupan dunia demi sebuah hakikat yang bersinggungan dengan dunia Islam, tapi juga mengharuskan untuk mengorbankan kehidupan dan kebahagiaan akhirat saya demi membahagiakan orang-orang yang beriman dengan Risalah-risalah An-Nur.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang setia dan jujur!

Sejak beberapa hari ini, saya merubah salah satu doa saya, saya mengganti kata, “Orang-orang yang jujur” dalam doa saya yang berisi, “Ampunilah kami,” atau, “Berilah murid-murid Risalah-risalah An-Nur yang jujur taufiq,” yang selalu saya baca hingga saat ini hingga kadang sebanyak seratus kali, agar doa-doa ini tidak terhalang untuk saudara-saudara yang menganggap diri mereka terpaksa menjalankan rukhsah syar’i dan secara lahiriah melepaskan diri dari kita, sehingga menimbulkan kesulitan dan syubhat akibat amarah dan putus asa, serta bersikap melanggar ketetapan hati dan kesetiaan.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara saya yang terhormat, Hafizh Ali.

Tidak perlu kau risaukan penyakitmu, kami memohon kepada Allah semoga memberimu kesembuhan. Amin. Kau mendapatkan banyak keuntungan, karena setiap jam ibadah dalam penjara setara dengan duabelas jam ibadah. Jika kau memerlukan obat, saya punya beberapa yang akan saya kirimkan padamu. Perlu diketahui bahwa wabah ringan tengah menyebar di tengah-tengah kita. Pada hari ketika saya pergi menuju peradilan, saat itu saya sedang sakit. Mungkin kau membantu saya saat itu, sehingga kau pun mengambil sebagian dari penyakit saya, seperti kisah-kisah heroik luar biasa yang pernah terjadi pada masa silam. Sebagian di antara mereka rela sakit demi saudaranya, atau bahkan rela mati demi saudaranya.

Sa’id An-Nursi

* * *


320. Page

Takziyah Indah pada Waktu yang Tepat

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Di setiap musibah, kita selalu mengucapkan;

 اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ


 “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)

Ucapan bela-sungkawa saya sampaikan pada diri saya sendiri, kalian semua, dan Risalah-risalah An-Nur. Namun ucapan selamat saya sampaikan kepada al-marhum Hafizh Ali dan kuburan Denizli, karena saudara kita yang mengetahui hakikat risalah “buah” secara ‘ilmul yaqin, telah meninggalkan jasad di dalam kubur, namun ruhnya naik ke bintang-bintang dan alam ruhani laksana para malaikat untuk menggapai maqam ‘ainul yaqin dan haqqul yaqin, menetap dalam kenyamanan dan ketenangan, terbebas dari tugas yang telah ia jalankan dengan baik.

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, agar mencatat segala kebaikannya dalam catatan amal perbuatannya sebanyak bilangan seluruh huruf-huruf Risalah-risalah An-Nur yang ditulis dan dibaca. Amin.

Semoga curahan rahmat-Nya turun sebanyak bilangan seluruh huruf-huruf Risalah-risalah An-Nur yang ditulis dan dibaca untuk ruhnya. Amin.

Semoga menjadikan Al-Qur'an dan Risalah-risalah An-Nur sebagai pendamping lembut untuknya di dalam kubur. Amin.

Memberikan sepuluh pekerja untuk pabrik An-Nur sebagai gantinya. Amin, amin, amin.

Untuk kalian wahai saudara-saudara saya, sebutlah Hafizh Ali dalam doa kalian, seperti yang saya sebut, seraya menggunakan seribu lisan sebagai ganti lisannya, dan berharap kepada rahmat-Nya agar memberikan seribu kehidupan dan seribu lisan untuknya, sebagai ganti satu kehidupan dan satu lisan yang hilang darinya.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Puji dan syukur tanpa batas kami panjatkan kepada Allah karena telah memberi kami kemudahan untuk meraih kemuliaan maqam nan luhur untuk para penuntut ilmu dan amalan-amalan mulia mereka melalui perantara kalian di zaman aneh dan tempat yang asing ini.

Terbukti melalui banyak sekali kejadian berdasarkan kesaksian para ahli mukasyafah alam kubur, bahwa seorang penuntut ilmu yang rajin dan gemar mempelajari ilmu yang meninggal dunia di saat menuntut ilmu, ia melihat dirinya serasa masih hidup, diberi rizki –layaknya syuhada- dan terus belajar. Bahkan salah seorang ahli mukasyafah alam kubur yang terkenal, mengamati bagaimana seorang penuntut ilmu yang meninggal dunia saat sedang belajar ilmu sharf dan nahwu, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Munkar dan Nakir di dalam kubur. Saat ditanya malaikat, “Siapa Rabbmu?” 

321. Page

(من ربك), ia menjawab, “(من) mubtada` dan (ربك) khabar,” sesuai ilmu nahwu yang mereka pelajari, ia mengira dirinya masih berada di sekolah menuntut ilmu.

Berdasarkan kejadian ini;

Saya yakin bahwa al-marhum Hafizh Ali sibuk dengan Risalah-risalah An-Nur seperti kebiasaannya saat masih hidup, ia tetap berada dalam kondisi sebagai penuntut ilmu yang tengah mempelajari ilmu paling luhur, meraih tingkatan syuhada dengan sebenarnya dan menjalani model kehidupan mereka.

Berdasarkan kaidah ini, saya selalu berdoa untuknya, juga untuk Muhammad Zuhdi dan Hafizh Muhammad dengan mengatakan;

“Ya Rabb! Pergunakanlah mereka hingga hari kiamat, agar mereka tetap sibuk dengan hakikat-hakikat iman dan rahasia-rahasia Al-Qur'an dalam Risalah-risalah An-Nur dengan penuh kebahagiaan dan kesenangan. Amin, insya Allah.

Sa’id An-Nursi

* * *


Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Saya tidak bisa melupakan saudara Hafizh Ali. Derita perpisahan dengannya sangat mengguncang diri saya. Saya kira, al-hamrhum Hafizh Ali telah pergi menggantikan saya, seperti mereka yang rela berkorban dan kadang merenggang nyawa demi sahabat-sahabat mereka. Andai orang-orang seperti kalian tidak memberikan pengabdian-pengabdian luhur seperti yang dilakukan (Hafizh Ali), tentu amal untuk Al-Qur'an dan Islam tertimpa bahaya besar.

Setiap kali saya teringat para pewarisnya –yaitu kalian sendiri- duka derita itu lenyap, berganti kesenangan dan kelapangan.

Seperti halnya kami berbincang bersama saudara-saudara kami di Isparta melalui korespondensi sementara kami di sini, kami mempersembahkan salam penghormatan untuk mereka dan membicarakan banyak hal bersama mereka, seperti itu juga dengan alam barzakh yang ditempati Hafizh Ali, yang dalam pandangan saya menjadi seperti kota Isparta dan Kastamonu, hingga saya mendengar salah seorang di antara mereka pergi ke sana pada malam ini –meninggal dunia maksudnya- saya sepuluh kali menyesal karena tidak menitipkan salam untuk Hafizh Ali.

Setelah itu terlintas di hati saya;

Tidak perlu ada perantara untuk menyampaikan salam, karena ikatan Hafizh Ali seperti telepon, terlebih dia selalu datang dan mencium (tangan)!

Karena syahid agung (Hafizh Ali) membuat saya mencintai kota Denizli, sehingga saya tidak ingin meninggalkan kota ini.

Pengabdian-pengabdian iman dan An-Nur (Risalah-risalah An-Nur) yang ia jalani bersama Muhammad Zuhdi dan Hafizh Muhammad, dengan izin Allah akan tetap abadi, mereka menyaksikan pengabdian-pengabdian itu di tempat terdekat, bahkan mungkin mereka juga membantu keberhasilan pengabdian-pengabdian tersebut.

Sa’id An-Nursi 


322. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan jujur!

Keikhlasan, kesetiaan, dan keteguhan yang kalian miliki, sudah cukup untuk menutupi sisi kekurangan kalian satu sama lain kala kalian berada di tengah kesulitan dan beban-beban berat seperti ini.

Ikatan ukhuwah yang terpatri oleh rantai Risalah-risalah An-Nur adalah sebuah kebaikan agung yang melenyapkan seribu keburukan. Untuk itu kalian harus saling berinteraksi dengan cinta dan saling memaafkan sesuai kaidah; kebaikan-kebaikan mengalahkan keburukan-keburukan seperti yang ada dalam perhimpunan terbesar, dimana keadilan ilahi melenyapkan keburukan-keburukan karena kebaikan-kebaikan yang lebih berat.

Sebaliknya, emosi dan amarah karena satu keburukan saja, emosi berbahaya yang muncul karena keluh kesah dan kesulitan, adalah kezaliman berlipat ganda.

Kita memohon kepada Allah semoga melenyapkan keluh kesah dan rasa jemu melalui kerjasama satu sama lain di antar kalian untuk memberikan kesenangan dan hiburan.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya yang terhormat, diberkahi, dan setia!

Saya tidak bisa berbincang dengan kalian sejak beberapa hari ini karena saya mengalami sakit berat karena keracunan, yang hingga saat ini belum pernah saya lihat penyakit seperti ini.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah 'Azza wa Jalla atas nama Risalah-risalah An-Nur hingga akhir hayat saya, saya bangga terhadap saudara-saudara saya yang tetap tegar, kuat, dan terus bekerja, yang tak tergoyahkan dalam lingkup An-Nur[1] dan lingkup bunga mawar,[2] juga para saudara-saudara setia di Kastamonu. Bersama mereka, saya menemukan hiburan sempurna dan titik kekuatan untuk menghadapi segala siksa yang dituangkan orang-orang zalim kepada kami. Bahkan, andaipun saya meninggal dunia saat ini, tentu ajal saya sambut dengan lapang dada dan hati gembira selama mereka masih ada.

Keraguan dan dugaan-dugaan yang sama sekali tidak berdasar, menghinggapi para pecinta dunia, seakan saya menantang mereka di lapangan. Untuk itu, mereka menjebloskan saya ke dalam penjara, sementara takdir ilahi memasukkan saya ke dalam penjara karena saya tidak mengajak mereka menuju kebaikan dan tidak berusaha untuk memperbaiki mereka.


[1] Lingkup An-Nur maksudnya sejumlah murid-murid An-Nur di kampung Islam Kawi, khususnya Hafizh Ali. (Penerjemah)

[2] Lingkup bunga mawar maksudnya sejumlah murid-murid An-Nur di Isparta, khususnya Husrau. (Penerjemah).




323. Page

Jika saya mendekam dalam penjara bersama beberapa orang tercinta saya, tentu kekuasaan-kekuasaan di Ankara menuntut untuk menggelar peradilan terbuka yang berkaitan dengan dunia Islam.

Insya Allah kami akan mengirim sejumlah salinan risalah “buah” dan beberapa bagian risalah “pledoi” (pembelaan) dengan huruf-huruf baru (latin) ke lembaga-lembaga tinggi.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya terhormat dan setia!

Sebagian hadits-hadits nabawi mutasyabihat, bukan khusus ataupun parsial, juga tidak tertuju pada tempat-tempat umum. Sebagian lainnya menjelaskan fitnah-fitnah agama yang menimpa umat Islam dalam suatu zaman saja dan di tempat-tempat tertentu, seperti Hijaz dan Irak.

Pada hakikatnya, pada era penguasa-penguasa Abbasiyah, muncul banyak sekelompok sesat yang membahayakan Islam, seperti Mu’tazilah, Rafidhah, Jabriyah, zindiq, dan atheis yang tidak menampakkan diri secara terang-terangan.

Para imam Islam agung, seperti Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Al-Ghazali, Syaikh Al-Kailani, dan Al-Junaidi Al-Baghdadi,[1] memadamkan api fitnah-fitnah yang menyusup ke ranah syariat dan akidah.

Meski kemenangan iman ini sudah berlalu 300 tahun silam, namun kelompok-kelompok sesat yang tidak menampakkan diri secara terang-terangan, menimpakan fitnah Holako dan Jengis Khan kepada kaum muslimin melalui politik.

Hadits dan juga Imam Ali r.a. telah mengisyaratkan fitnah ini secara tegas, juga waktunya. Mengingat fitnah zaman sekarang adalah fitnah terbesar, sejumlah hadits dan isyarat-isyarat Al-Qur'an mengabarkan fitnah ini dengan seluruh waktunya.

Berdasarkan hal tersebut, ketika sebuah hadits menjelaskan serangkaian peristiwa yang dilalui umat ini secara menyeluruh, kadang menjelaskan satu peristiwa dengan waktunya sebagai sebuah contoh menyeluruh. Hadits-hadits mutasyabihat seperti ini mungkin tidak diketahui maknanya secara benar.

Sejumlah bagian Risalah-risalah An-Nur menegaskan secara jelas penakwilan hadits-hadits tersebut, dan menampakkan hakikat ini lengkap dengan kaidah dan asas-asasnya dalam “kalimat keduapuluh empat” dan “sinar kelima.”

Sa’id An-Nursi

* * *


[1] Junaid bin Muhammad, Abu Qasim Az-Zajjaj Al-Qawariri (m. 297 H./ 910 M.), sufi, zuhud, pemimpin kelompok sufi, lahir dan meninggal dunia di Baghdad, belajar ilmu fiqh dari Sufyan Ats-Tsaur, dan belajar ilmu tasawuf dari pamannya, As-Suri As-Saqathi.




324. Page

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Terlintas di hati saya untuk menjelaskan sebuah hakikat agar kalian tidak saling bersikap egois satu sama lain dan tidak setia.

Suatu ketika, saya melihat seorang wali agung meninggalkan sifat egois dan nafsu amarahnya lenyap. Saya melihatnya sangat mengeluhkan nafsu amarah, saya dibuat bingung karenanya, setelah itu saya tahu pasti bahwa untuk meneruskan mujahadah yang mendatangkan pahala hingga akhir usia, nafsu amarah yang mati itu berubah menjadi saraf dan perasaan.

Seperti itulah para wali agung mengeluhkan musuh kedua; pewaris nafsu amarah.

Terlebih nilai, maqam, dan keistimewaan maknawi tidak mengarah ke dunia ini agar bisa merasakan dirinya sendiri. Bahkan, di antara mereka yang berada di maqam-maqam tertinggi, menganggap diri mereka paling lemah, tak berdaya, dan rugi, karena mereka tidak merasakan kebaikan ilahi diberikan kepada mereka.

Ini menunjukkan bahwa mukasyafah, karamah, daya rasa batin, dan cahaya yang dalam pandangan kalangan awam sebagai inti kemuliaan, bukan merupakan bagian ataupun inti maqam-maqam dan nilai maknawi tersebut. Bukti penguat hakikat ini adalah satu jam kehidupan seorang sahabat setara dengan satu hari kehidupan seorang wali, bahkan berhari-hari kala si wali mengalami banyak beban berat dan beri’tikaf. Kondisi-kondisi maknawi luar biasa dan mukasyafah seperti yang dimiliki para wali, tidak nampak pada setiap sahabat.

Untuk itu wahai saudara-saudara sekalian!

Merenunglah dengan baik dan awasi diri kalian, agar nafsu amarah tidak memperdaya kalian dengan keburukan dari sisi menyamakan orang lain dengan diri Anda, juga dengan berburuk sangka pada orang lain. Jangan sampai ada syubhat merasuk ke dalam diri kalian bahwa Risalah-risalah An-Nur tidak mendidik murid-muridnya.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan jujur!

Menteri pendidikan membuka tirai penutup wajahnya dan memperlihatkan kekafiran nyata dengan pakaian lain. Ia menulis laporan tersebut dengan cara lain sebelum menerima pembelaan-pembelaan kami lainnya.

Meski sebenarnya saya tidak punya fikiran untuk mengirim surat pembelaan ke kementerian pendidikan, namun karena saran dan dukungan saudara-saudara kami, penting kiranya untuk mengirimkan surat pembelaan tersebut, karena si menteri yang fanatik terhadap kekafiran hingga seperti itu, tidak mungkin hanya bersedekap di hadapan lembaran-lembaran dan surat-surat rahasia yang dikirim ke Ankara, atau menghadapi lembaran-lembaran tersebut tanpa marah.

Surat-surat pledoi (pembelaan) yang tidak bisa dicela ini menimpa kepalanya laksana serangan halilintar. Bagusnya, hal itu tidak terjadi.

Dengan izin Allah, risalah-risalah tersebut akan membangkitkan kecenderungan kuat yang selaras dengan Risalah-risalah An-Nur dalam lingkup kementerian pendidikan.

Saudara-saudara sekalian!


325. Page

Mengingat hakikat sebagian orang seperti yang telah kami jelaskan di atas, maka menyerah pada orang-orang seperti ini sama saja bunuh diri, bahkan dianggap sebagai penyesalan karena telah berafiliasi kepada Islam, bahkan dianggap terlepas dari agama, karena fanatisme atheis mereka telah mencapai batas dimana mereka tidak hanya menginginkan orang-orang seperti kita ini sekedar tunduk, menyerah, dan bertindak secara dibuat-buat saja, tapi mereka mengatakan, “Tinggalkan hati, nurani, dan perasaanmu, dan bekerjalah untuk dunia semata.”

Untuk menghadapi situasi seperti ini, kita tidak bisa berbuat apapun selain menjaga kekuatan secara sempurna, menjaga diri, berserah diri kepada Allah 'Azza wa Jalla, menyerahkan segala urusan kepada perhatian-Nya, dengan berdoa semoga Risalah-risalah An-Nur mampu mengalahkan mereka dengan hakikat-hakikat kuat, dan yang sampai ke tangan mereka sebanyak empat kardus.

Serangkaian pengalaman menunjukkan kepada kita, sama sekali tidak gunanya menghindar, bersikap kasar, atau menyembunyikan perasaan marah satu sama lain, juga tidak ada gunanya menjauhi Risalah-risalah An-Nur atau berusaha untuk menyerah pada orang-orang seperti mereka, atau bahkan sekedar bertemu mereka. Perjalanan waktu membuktikan pengalaman-pengalaman ini.

Jangan pernah gelisah meski apapun yang terjadi, karena ketakutan-ketakutan si menteri itu laksana ketakutan tikus. Jikapun ketakutan ini menunjukkan sesuatu, maka menunjukkan sifat pengecut dan kelemahannya. Ketakutan itu tidak menunjukkan upaya semena-mena sebatas keterpaksaan si menteri untuk melarikan diri dan membela diri.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat, setia, teguh, yang mengetahui esensi dan nilai tawakal!

Saya tidak punya keinginan untuk membaca surat kabar apapun atau menanyakan apapun tentang hal-hal seperti ini sejak duapuluh tahun silam. Namun hari ini saya membaca sebuah permasalahan di surat kabar –sangat disayangkan dan sebagai wujud sikap mengalah demi memenuhi keinginan sejumlah saudara-saudara kami yang lemah- lalu saya mengetahui bahwa banyak sekali kecenderungan yang menjalankan peran penting baik secara tersembunyi maupun terang-terangan.

Mengingat kita pernah terlihat di lapangan, tidak heran jika kita terkait dengan kecenderungan-kecenderungan itu.

Kita memohon kepada Allah semoga Risalah-risalah An-Nur yang dikirim dalam empat kardus, yang berisi bukti-bukti pasti yang tidak bisa dicaci yang disertai sejumlah data pembelaan, memberikan hal-hal baik untuk kita, iman, Al-Qur'an dan Islam.

Kami tidak ikut campur dengan segala urusan dunia mereka, mereka juga tidak data membuktikan bahwa kami ikut campur dalam urusan mereka. Untuk itu, Ankara terpaksa meminta seluruh Risalah-risalah An-Nur untuk pemeriksaan.

Karena hakikatnya seperti ini, dan sampai saat ini kita melihat adanya pembiasan perhatian rabbani dalam amal untuk Risalah-risalah An-Nur yang tidak bisa dipungkiri, 

326. Page

dimana masing-masing dari kita semua merasakan hal itu entah secara keseluruhan atau sebagian, mengingat seluruh trend politik dunia mengerahkan segenap kekuatan untuk saling menyerang, sementara kami hanya mampu menerima qadha ilahi dengan rela hati, menerima takdir-Nya, meraih hiburan agung dan luhur yang muncul dari amal untuk iman, Al-Qur'an, dan cahaya, maka yang harus kita lakukan adalah tidak gelisah, terguncang, dan putus asa. Kita harus saling bekerjasama, saling memberi semangat, tidak takut, menghadapi musibah ini dengan tawakal, tidak marah karena tulisan-tulisan berbagai surat kabar yang disampaikan secara serampangan, dan tidak membesar-besarkan persoalan kecil. Sebaliknya, kita harus mengentengkan segala hal yang mereka besar-besarkan.

Saudara-saudara saya sekalian!

Kehidupan dunia ini tidak penting, khususnya pada zaman sekarang, di tengah situasi dan tekanan-tekanan seperti ini. Ya, mari kita sambut apapun musibah yang menimpa dengan rela hati.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan jujur!

Beberapa di antara saudara-saudara kita menemukan hiburan indah sebagai pelipur lara. Mereka menuturkan;

Beberapa saudara kita yang baru masuk penjara, harus tabah dan sabar menghadapi musibah ini selama beberapa tahun, bahkan sepuluh tahun akibat melakukan tindakan melanggar hukum dalam satu atau dua jam. Bahkan sebagian di antara mereka berkata, “Segala puji bagi Allah, kami selamat dari dosa-dosa lain.” Lantas kenapa kita harus mengeluhkan kesulitan dan beban berat akibat perbuatan yang sangat dianjurkan syariat, dan pengabdian iman melalui perantara Risalah-risalah An-Nur yang hanya menghabiskan waktu selama beberapa bulan saja.

Saya berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkahi kalian sebanyak jutaan kali.”

Ya, menghadapi beban berat selama lima atau sepuluh bulan dengan niat untuk menyelamatkan imannya dan iman orang lain selama lima atau sepuluh tahun, sejatinya merupakan sumber rasa syukur dan kebanggaan demi sebuah pengabdian yang baik dan luhur, demi ibadah pemikiran yang tinggi.

Disebutkan dalam hadits; “Sungguh, bahwa Allah memberikan petunjuk pada seseorang melalui (usaha)mu, itu lebih baik bagimu dari pada unta merah.”[1]


[1] Bagian dari sebuah hadits shahih, diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab peperangan-peperangan, bab; perang Khaibar, kitab jihad, bab; doa Nabi Saw., dan bab; keutamaan orang yang masuk Islam melalui seseorang, kitab; keutamaan para sahabat Nabi Saw., bab; keutamaan-keutamaan Ali bin Abi Thalib, juga diriwayatkan Ahmad (V/333), dan Muslim, hadits nomor 2406.




327. Page

Perhatikan jumlah orang-orang yang menyelamatkan –dan yang akan menyelamatkan- iman mereka dari jeratan syubhat besar melalui pengabdian dan tulisan-tulisan kalian, baik di sini maupun di segala penjuru negeri atau di Ankara. Untuk itu, bersyukurlah kepada Rabb kalian melalui kesabaran dan kerelaan hati secara penuh.

Jika Partai Rakyat Republik yang berkuasa di Ankara tetap menentang Risalah-risalah An-Nur yang memiliki hujah-hujah kuat dan yang dikirim ke sana, bukannya berusaha untuk menjaga Risalah-risalah An-Nur melalui perdamaian dengan risalah-risalah tersebut, ini berarti tempat terbaik bagi kita adalah penjara. Juga berarti bahwa orang-orang atheis telah menyatukan atheisme dengan komunisme, dan pemerintah terpaksa harus tunduk pada kelompok yang paling kuat. Saat itulah Risalah-risalah An-Nur menarik diri dari lapangan dan berhenti beroperasi, selanjutnya berbagai musibah materi dan maknawi mulai menyerang.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

بسم الله الرحمن الرحيم

يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ

“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri.” (QS. Al-An’am: 130)

Jawaban ustadz kami atas sebuah pertanyaan untuk memecahkan kerumitan terkait diutusnya rasul-rasul dari golongan jin seperti yang difahami dari ayat ini.

Saudara saya yang terhormat!

Sungguh, pertanyaanmu ini sangat penting. Namun tugas Risalah-risalah An-Nur yang paling utama adalah menyelamatkan umat manusia dari jeratan perangkap kesesatan dan kegelapan kekafiran mutlak, maka rangkaian prioritas menghalangi kita untuk membahas masalah-masalah seperti ini. Untuk itu, tidak perlu memulai membahas masalah ini.

Perlu diketahui, salaf shalih juga tidak terlalu banyak membahas masalah ini, karena masalah-masalah gaib seperti ini kadang dipergunakan secara tidak baik, dan para pemilik niat jahat bisa saja menjadikan persoalan ini sebagai sarana untuk menggapai kepentingan pribadi, sama seperti para ahli hipnotis saat ini yang menipu dan memperdaya banyak orang atas nama menerima kabar dari jin. Untuk itu, masalah-masalah seperti ini jangan terlalu banyak dibahas agar tidak berimbas tidak baik pada agama.

Selanjutnya, tidak ada seorang nabi pun yang diutus di tengah-tengah jin setelah penutup para nabi, Nabi Saw.


328. Page

Selanjutnya, Risalah-risalah An-Nur telah berusaha di zaman sekarang ini untuk menegaskan keberadaan jin dan makhluk-makhluk ruhani dengan dalil-dalil qath’i untuk meruntuhkan konsep materialisme yang menyebar bak wabah penyakit di tengah-tengah umat manusia. Menurut saya, permasalahan-permasalahan seperti ini ada di urutan nomor tiga, dimana penjelasan rincinya saya serahkan kepada orang lain saja.

Semoga Allah mempersiapkan salah seorang murid An-Nur untuk menafsirkan surah Ar-Rahman, dan memecahkan permasalahan ini.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Di setiap musibah kita selalu mengucapkan;

اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)

Wafatnya Hafizh Ali, Hafizh Muhammad dan Muhammad Zuhdi bukan hanya kehilangan besar bagi kita dan Isparta semata, tapi juga kehilangan bagi dunia Islam. Namun pembiasan perhatian rabbani terus berlaku hingga saat ini. Ketika ada seorang murid-murid An-Nur hilang, muncul dua atau tiga murid-murid lain dengan model yang sama, lalu mereka muncul di lapangan.

Besar harapan kami munculnya banyak murid-murid yang bersungguh-sungguh –dengan model berbeda- yang menjalankan tugas para pahlawan itu. Dengan izin Allah mereka akan muncul. Tiga sosok penuh berkah itu telah menjalankan tugas seratus tahun dalam rentang waktu singkat.

Kita memohon kepada Allah semoga mencurahkan tetes-tetes rahmat kepada mereka sebanyak bilangan huruf-huruf Risalah-risalah An-Nur yang mereka baca, tulis, dan sebarkan. Amin.

Sampaikan ucapan bela-sungkawa saya kepada para kerabat Hafizh Muhammad dan kampung halamannya nan baik. Saya menjadikan Hafizh Muhammad sebagai teman Hafizh Ali dan Muhammad Zuhdi, dan saya sertakan nama tiga orang tersebut dalam daftar nama-nama para guru saya yang mencapai tingkatan kutub (tingkatan wali paling tinggi dalam sufi). Saya juga menjadikan Hafizh Akif sebagai teman Ashim dan Luthfi.

Sa’id An-Nursi

* * *


329. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Di balik penundaan terhadap permasalahan kita terdapat sebuah kebaikan, karena kebaikan ada pada sesuatu yang dipilih Allah, karena kecintaan terhadap orang yang sudah meninggal tersebut disampaikan di seluruh sekolah, lembaga-lembaga pemerintahan, dan di tengah-tengah rakyat secara umum. Situasi seperti ini tentu saja menimbulkan pengaruh memilukan dan sangat menyakitkan bagi dunia Islam dan masa depan.

Selanjutnya, adanya mereka yang memiliki hubungan dengan orang tersebut –dia adalah orang terakhir yang mereka tinggalkan- mendapatkan Risalah-risalah An-Nur yang menyebutkan serangkaian dalil pasti tentang siapa sebenarnya orang tersebut, dan membacanya secara seksama, adalah sebuah kejadian penting, dimana masuknya ribuan orang seperti kita ke dalam penjara, bahkan jikapun kita semua dihukum mati, masih terbilang tidak ada apa-apanya demi membela agama Islam, karena Risalah-risalah An-Nur minimal menyelamatkan sebagian besar para pembangkang dari kekafiran mutlak dan kemurtadan, mengeluarkan mereka dari kekafiran yang penuh dengan keraguan, menghalangi mereka untuk berlaku semena-mena dan sewenang-wenang.

“Silahkan saja kepala-kepala kami menjadi tebusan bagi sebuah hakikat yang jutaan kepala pahlawan rela dikorbankan untuknya.”

Inilah kata-kata yang saya sampaikan secara terang-terangan di hadapan wajah mereka di depan peradilan ini adalah penutup pledoi (pembelaan) saya. Melalui kata-kata ini, kami menyatakan bahwa kami tegar hingga akhir, kami tidak akan pernah meninggalkan dakwah ini. Dengan harapan semoga di antara kalian (murid-murid An-Nur) tidak ada yang meninggalkannya.

Untuk itu, sabar dan tabahlah, karena bagian rizki dan tugas kita di sini sama sekali belum berakhir. Tidak akan ada gerangan pembangkang melawan Risalah-risalah An-Nur demi membela faham hukuman mati abadi dan penjara terisolir untuk selamanya yang disebutkan dalam “risalah buah” dengan hujah-hujah kuat yang tidak mungkin diingkari. Bahkan, akan dicari cara damai, atau membiarkan Risalah-risalah An-Nur. Sabar adalah kunci kelapangan dan kesenangan.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Mereka yang menimpakan siksaan kepada kita, menggenggam erat segala sarana kehidupan, keindahan peradaban, kesenangan dan kenikmatan, juga menuduh kami bahwa kami ini tidak memperdulikan model kehidupan seperti itu. Bahkan mereka ingin menghukum mati kita atau hukuman-hukuman berat di penjara. Namun mereka tidak punya alasan hukum untuk itu.

Sementara kami menggenggam erat kematian yang merupakan tirai penutup kehidupan abadi. Kami juga berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan mereka dari 

330. Page

segala beban tanggungjawab hakiki, dari hukuman mati, hukuman mati abadi, dan penjara terisolir untuk selamanya.

Bahkan andaipun mereka memutuskan hukuman paling berat kepada saya karena risalah-risalah kuat yang dikirim ke Ankara, hati dan jiwa saya akan suka rela menerima hukuman-hukuman tegas tersebut, selama mereka yang memutuskan hukuman mati itu selamat berkat Risalah-risalah An-Nur.

Artinya, kami menginginkan mereka hidup di dua alam dan kami carikan segala faktor kehidupan tersebut untuk mereka, sementara mereka ingin menghukum mati kami dan mencari-cari alasan untuk itu.

Hanya saja hakikat kematian yang begitu jelas sejelas matahari, nampak dengan jelas sejelas siang hari, dan dibenarkan 30 ribu jenazah umat manusia setiap hari, mengumumkan dan menjelaskan seribu hukuman mati abadi dan tigapuluh ribu penjara terisolir kepada orang-orang sesaat.

Kami tidak akan kalah di hadapan mereka, silahkan saja mereka putuskan apapun yang mereka putuskan, karena ayat;

فَاِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْغٰلِبُوْنَ

 “Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang,” (QS. Al-Ma`idah: 56) mengabarkan kemenangan kami atas mereka sejak duabelas tahun yang lalu.

Karena inilah masalahnya, maka selanjutnya akan kami katakan kepada peradilan dan kepada semua orang;

Kami berusaha untuk menyelamatkan diri kami dari hukuman mati abadi kematian yang selalu terpampang di hadapan mata kami dan yang selalu mengintai kami. Kami berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri dari penjara terisolir abadi nan gelap dalam kuburan yang selalu membuka pintu lebar-lebar, memanggil-manggil kami, dan memasukkan kami ke dalamnya. Kami membantu kalian untuk menyelamatkan diri kalian dari musibah yang tidak bisa kalian hindari itu.

Ketahuilah! Permasalahan dunia dan politik yang paling penting menurut pandangan kalian, kurang penting menurut pandangan kami dan pandangan hakikat, bahkan tidak penting dan tidak bernilai bagi mereka belum pernah menduduki jabatan-jabatan tersebut, bahkan termasuk hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka. Sementara tugas penting manusia yang kami tekuni, terkait dengan seluruh umat manusia di semua rentang waktu.

Untuk itu, mereka yang tidak tertarik dengan tugas kami dan berusaha melenyapkan dan menghilangkannya, terlebih dahulu mereka harus menghilangkan kematian dan menutup pintu kuburan.

Sa’id An-Nursi

* * *


331. Page

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Luapan amarah, kedengkian, tuduhan, dan serangan kasar yang ditujukan menteri pendidikan terhadap kita sebelum mengetahui pembelaan kami, mempelajari seluruh lembaran dan tulisan kami, adalah sebuah pembiasan perhatian rabbani. Bahkan ini semua dilakukan dengan perasaan terpendam si menteri, kala kami tengah menantikan sikap keras dan kasar Ankara terkait permasalahan besar akibat pemeriksaan lembaga-lembaga tertinggi negara terhadap risalah-risalah rahasia, seperti “sinar kelima,” tambahan “risalah enam serangan,” dan pembelaan saya yang menentang keras dan menyerang kekafiran mutlak dengan penuh keberanian.

Saat kami tengah menantikan putusan tersebut, ternyata seluruh lembaga tinggi di Ankara bersikap lunak, bahkan berdamai.

Satu hikmah pembiasan perhatian rabbani ini adalah Risalah-risalah An-Nur dibaca secara menyeluruh di seluruh penjuru negeri, juga dibaca secara seksama dan penuh kerinduan di lembaga-lembaga tinggi negara. Sehingga tidak diragukan, membaca pelajaran luhur seperti ini, di tengah zaman seperti ini, di tengah-tengah masyarakat luas dan lembaga-lembaga tinggi secara menyeluruh merupakan perhatian rabbani dan isyarat kuat kemenangan Risalah-risalah An-Nur atas kekafiran mutlak.

Saudara-saudara saya sekalian!

Beberapa di antara mereka yang telah berkeluarga dengan penghasilan kecil, mungkin memiliki alasan untuk menarik diri dari medan Risalah-risalah An-Nur dan menjauhi kami, mungkin melepaskan diri dari Risalah-risalah An-Nur di tengah situasi keras, sulit dan bahaya menimpa mereka.

Ketika saya memikirkan dugaan yang mungkin benar ini, situasinya berubah setelah menemui jalan keluar, lalu saya berkata;

Orang yang sudah membayar seluruh harga mahal ini baik secara materi maupun maknawi demi menjaga barang yang sangat berharga ini, yang merasakan berbagai macam siksa karenanya, sungguh rugi secara nyata jika meninggalkan hakikat tersebut. Tentu berbahaya bagi seseorang dan juga pengabdian iman yang tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun ketika seseorang di antara mereka meninggalkan bagian-bagian Risalah-risalah An-Nur, memutuskan hubungan dengan Risalah-risalah An-Nur, tidak menjaga kami, tidak mau membantu kami, dan meninggalkan pengabdian secara total.

Untuk itu, kesetiaan, ikatan, hubungan, dan pengabdian iman tidak sepatutnya diganti dengan apapun. Namun tetap harus waspada.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Kalahnya para pakar di Ankara di hadapan hakikat-hakikat Risalah-risalah An-Nur, merupakan sebuah pembiasan perhatian rabbani dan penjagaan ilahi. Meski banyak faktor untuk mengkritik dan menentang, namun mereka memutuskan Risalah-risalah An-Nur tidak bersalah –menurut informasi yang saya dengar.


332. Page

Sebagai informasi, kata-kata kuat dan keras risalah-risalah rahasia pribadi, tantangan-tantangan pembelaan yang menyinggung mereka, serangan keras terhadap menteri pendidikan, adanya dua anggota di dewan ahli yang mengenyam pendidikan filsafat materialisme yang berada di dalam kementerian pendidikan, adanya seorang ulama besar yang mendukung aksi-aksi revolusi, provokasi organisasi zindiq yang sejak satu tahun silam bersembunyi di balik Partai Rakyat Republik dan kementerian agama untuk melawan kami.

Saya sampaikan ketika kami menantikan bantahan-bantahan keras dari lembaga ahli –karena sejumlah faktor di atas- dan tuduhan-tuduhan yang menimpakan hukuman berat pada kami, rupanya penjagaan ilahi dan perhatian rahmani membantu kami, dan memperlihatkan maqam luhur Risalah-risalah An-Nur di hadapan mereka, mengalihkan perhatian dari keberadaan saya sebagai tahanan politik yang punya catatan sebelumnya – seperti persoalan Eskisehir dan peristiwa 31 Maret yang terkenal itu-, menunjukkan bahwa kami hanya bekerja untuk agama dan akidah, dan tidak adanya konspirasi politik di alam kami. Mereka mengatakan;

“Sa’id An-Nursi sejak dulu kadang mengaku sebagai pewaris nubuwah, berperan sebagai reformis pengabdian Al-Qur'an dan iman. Dengan kata lain, ia kadang menggunakan daya tarik spiritual.”

Kata-kata ini merupakan gaya bahasa filsafat atheis yang berarti ketika seseorang bekerja untuk agama, berarti dia melakukan reformasi dengan warisan nubuwah!

Mereka menggunakan bahasa filsafat atheis ini dengan mengkritik sikap baik sangka yang berlebihan sejumlah saudara-saudara kami, dan mengaitkan daya tarik spiritual kepada saya melalui tutur kata mereka yang kasar untuk membebaskan saya dari politik dan upaya agar tidak menimpakan hukuman kepada saya, terlebih untuk meredakan ketajaman para penentang dan musuh kami dengan sedikit kelembutan, juga untuk mematahkan cinta kedudukan –menurut dugaan mereka- dalam diri saya, juga sikap egois, dan kepentingan pribadi karena disamakan dengan yang lain.

Namun Risalah-risalah An-Nur secara keseluruhan, dari awal hingga akhir merupakan jawaban jelas sejelas matahari terhadap kata-kata tersebut, melenyapkan seluruh makna yang beraroma kata-kata tersebut, karena faham kami adalah meninggalkan sifat egois, terpedaya, dan berpegang teguh pada ukhuwah.

Untuk itu, tidak ada hal-hal dangkal yang mengisyaratkan sifat terpedaya bagi kami, terlebih kehidupan Sa’id “baru” dalam Risalah-risalah An-Nur yang bercorak merendahkan diri kepada Allah, meluruskan sikap baik sangka berlebihan sebagian saudara-saudaranya melalui pelajaran-pelajaran yang berulang kali disampaikan tanpa memandang perasaan siapapun, melenyapkan seluruh makna yang tercium dari ungkapan di atas.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Untuk saat ini, saya tidak bisa mengirim salinan putusan yang telah disepakati oleh dewan ahli agar tidak membahayakan pihak yang memberitahukan juga yang menulis.


333. Page

Dewan ahli berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan dan menjaga kita dari kejahatan orang-orang sesat dan para ahli bid’ah. Mereka sepakat memutuskan kami tidak bersalah atas segala tuduhan yang dialamatkan kepada kita –karena mereka merasa bertanggungjawab terhadap Risalah-risalah An-Nur yang menjadi pembimbing mereka-, sebagian besar Risalah-risalah An-Nur ditulis dalam bentuk ilmiah dan keimanan, Sa’id telah menjelaskan apa yang ia yakini secara gamblang dan tulus, ia tidak memiliki kekuatan dan kemampuan seperti yang dituduhkan padanya, seperti mendirikan tarekat sufi, mendirikan jamaah, dan menentang pemerintah. Kekuatan dan kemampuan yang ia miliki hanya untuk menyampaikan hakikat-hakikat Al-Qur'an bagi mereka yang membutuhkannya.

Terkait risalah-risalah rahasia yang dinyatakan bukan sebagai risalah ilmiah, mereka mengatakan, “Ia (ustadz An-Nursi maksudnya) kadang menimbulkan daya tarik spiritual, menggelorakan perasaan dan mengguncang ruhani. Untuk itu, ia tidak sepatutnya bertanggungjawab atas apapun yang terjadi karena karya-karya tulis ini.”

Demikian yang difahami dari putusan mereka.

Seperti itulah yang menurut istilah Sa’id “lama” dan Sa’id “baru,” ia memiliki dua kepribadian. Pada kepribadian kedua terdapat kekuatan iman luar biasa dan ilmu hakikat-hakikat Al-Qur'an.

Untuk menjaga perasaan para penganut filsafat materialisme, dewan ahli mengatakan, “Mungkin ia tertarik secara spiritual, dan ada yang tidak beres di otaknya.” Mereka mengatakan seperti ini demi menyelamatkan kita dari segala resiko beban berat risalah-risalah rahasia pribadi, juga untuk meredakan perasaan para penentang kita. Mereka juga berkata untuk menjaga perasaan, “Mungkin dia (ustadz An-Nursi) mengalami kerusakan otak, menganggap hayalan sebagai kenyataan.”

Asas dan jawaban tuntas yang meruntuhkan kemungkinan mereka adalah Risalah-risalah An-Nur yang mereka dapatkan, yang mengalahkan seluruh akal, juga risalah “pembelaan” dan risalah “buah” yang membuat para pengacara bingung dan heran.

Pujian yang banyak saya panjatkan kepada Allah karena saya –berdasarkan kemungkinan tersebut- diberi sesuatu yang diisyaratkan dalam sebuah hadits.

Selanjutnya, para pakar sepakat memutuskan untuk membebaskan kami semua –saya dan saudara-saudara saya- dari segala tuduhan. Mereka berkata, “Mereka terkait dengan Sa’id karena karya-karya ilmiahnya yang detail demi menyelamatkan iman dan akhirat mereka. Kami tidak menemukan pertanda apapun atau kata-kata tegas apapun yang mengindikasikan niat tidak baik terhadap pemerintahan, tidak pula dalam semua korespondensi mereka ataupun buku-buku mereka.”

Putusan ini ditandatangani tiga orang; salah satunya seorang filosof bernama Najati, Yusuf Dhiya (seorang ilmuan), dan Yusuf (seorang filosof).

Ada sebuah keselarasan lembut; ketika kami menyebut penjara ini sebagai madrasah Yusuf dan risalah “buah” adalah buah dari madrasah Yusuf, kedua istilah ini sesuai dengan nama dua orang yang menandatangani kebebasan kami. Dengan bahasa kondisional, mereka berkata, “Kami juga punya bagian tersembunyi dalam pelajaran madrasah Yusuf ini.”

Bukti lembut mereka terkait daya tarik ruhani adalah kata-kata berikut;

“Kalimat ketigapuluh dua, catatan ketigapuluh tiga dengan tigapuluh tiga jendelanya,” dan kata-kata serupa lainnya. Juga kata-kata berikut, “Ia (ustadz An-Nursi 

334. Page

maksudnya) mendengar tasbih yang diucapkan kucing, ‘Ya Rahim, ya Rahim,” ia menganggap dirinya sebagai saksi kubur.”

Kata-kata seperti ini mereka jadikan sebagai bukti daya tarik ruhani dan hayalan dianggap nyata.

Sa’id An-Nursi

* * *

Dengan (Menyebut) Nama-Nya

Saudara-saudara saya sekalian yang terhormat dan setia!

Selama kita masih berada di bawah perhatian rabbani seperti diisyaratkan melalui banyak sekali pertanda, mengingat Risalah-risalah An-Nur tidak terkalahkan oleh para musuh zalim yang jumlahnya sangat banyak, mengingat dalam batasan tertentu Risalah-risalah An-Nur membungkam menteri pendidikan dan Partai Rakyat Republik, mengingat merek yang membesar-besarkan masalah kita secara keseluruhan hingga membuat pemerintah resah dan terguncang, berusaha menutupi segala kebohongan dengan segala cara, maka kita harus bersabar dan waspada, dengan menyerahkan segala utusan kepada Allah sepenuhnya, tetap tegar dalam pengabdian iman, tidak pupus harapan, tidak putus asa karena apa yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan, dan jangan terguncang menghadapi topan badai sementara yang pasti akan lenyap.

Ya, pupus harapan yang meruntuhkan dan mematahkan kekuatan maknawi para pecinta dunia, justru menjadi dorongan untuk bekerja dan bersungguh-sungguh bagi murid-murid Risalah-risalah An-Nur yang melihat kelembutan-kelembutan perhatian dan sentuhan-sentuhan rahmat di balik beban berat, kesulitan, dan mujahadah.

Para politikus pecinta dunia 40 tahun silam membawa saya ke rumahsakit jiwa karena tuduhan gangguan jiwa non-permanent pada saya, lalu saya katakan kepada mereka, “Apa yang menurut kalian logis, justru menurut saya tidak masuk akal. Saya terlepas dari hal-hal seperti itu. Menurut saya, kaidah berikut berlaku pada kalian; semua orang gila, namun sesuai keinginan diri, tingkatan gila setiap orang berbeda-beda.”

Kata-kata yang sama juga saya sampaikan saat ini kepada mereka yang menuduh saya terkena gangguan jiwa non-permanent karena kritikan yang saya sampaikan dan juga saudara-saudara saya terhadap tanggungjawab besar, seakan ada semacam gangguan mental menyerang saya karena risalah-risalah rahasia pribadi itu.

Sekali lagi saya katakan seraya menyampaikan kerelaan saya atas tuduhan gangguan jiwa karena dua alasan;

Pertama; disebutkan dalam sebuah hadits yang intinya demikian; di antara tanda kesempurnaan iman orang-orang mukmin adalah ketika orang-orang mengiranya gila.[1]

Kedua; saya tidak hanya menerima tuduhan gangguan jiwa saja, tapi saya juga rela mengorbankan seluruh akal dan kehidupan saya dengan sepenuh kebanggaan demi menyelamatkan saudara-saudara saya dari kegelapan-kegelapan penjara ini.


[1] Ada sejumlah riwayat yang semakna dengan kata-kata ini, di antaranya; “Banyak-banyaklah mengingat Allah hingga orang-orang mengatakan, ‘(Dia) gila’.” HR. Ahmad (III/86), Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra (IX/399), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (I/499).




335. Page

Jika menurut kalian perlu mengirim surat ucapan terimakasih kepada tiga orang tersebut dan kami menyertakan kalian dalam keuntungan-keuntungan maknawi yang kami dapatkan, silahkan saja.

Sa’id An-Nursi

* * *

Saudara-saudara saya yang setia dan tulus, teman-teman saya yang tulus dalam pengabdian Al-Qur'an dan iman!

Mengingat saat-saat perpisahan antara kita sudah semakin dekat, sepatutnya kalian saling memaafkan kekurangan saudaranya secara menyeluruh karena sesuatu yang memicu emosi, seperti kegelisahan dan kesalahan yang melanggar aturan-aturan keikhlasan, karena persaudaraan kalian lebih kuat dari persaudaraan nasab. Seorang saudara tentu menutupi kekurangan saudaranya sendiri, melupakan kekurangannya dan memaafkannya.

Perselisihan dan egoisme kalian yang tidak terduga, saya serahkan kepada nafsu amarah, dan menurut saya hal itu tidak patut bagi murid-murid Risalah-risalah An-Nur, bahkan saya menganggapnya sebagai egoisme sesaat yang juga ada dalam diri pada wali shalih yang kalah oleh nafsu amarah.

Untuk itu saudara-saudara saya sekalian, janganlah kalian meruntuhkan baik sangka saya terhadap kalian dengan bersikap keras kepala dan membangkang. Berdamailah!

Sa’id An-Nursi

* * *