Kilauan Kedua Puluh Dua

Kilauan Kedua Puluh Dua

Tiga Isyarat

Risalah ini sebenarnya merupakan “Masalah Ketiga” untuk “Nota Ketujuhbelas,” bahagian dari “Kilauan Ketujuhbelas.” Namun ia dijadikan “Kilauan Kedua Puluh Dua” dari “Nota Kedua Puluh Satu,” dan termasuk bahagian dari kitab al-Lama’at kerana pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam risalah ini sangat kuat dan menyeluruh, jawapan-jawapannya juga tegas dan jelas. Kerana itu, al-Lama’at perlu memberikan ruang untuk risalah ini.

Risalah ini bersifat rahsia  dan peribadi untuk saudara-saudara dekat aku yang paling ikhlas dan tulus.

بِاسْمِه۪ سُبْحَانَهُ

Risalah kecil ini aku tujukan kepada gabenor Isparta yang adil, juga untuk peradilan dan para aparat keamanan di sana, kerana keterkaitannya dengan para penduduk dan pemerintahan Isparta. Risalah ini bersifat sangat rahsia. aku menulisnya sewaktu berada di sebuah perkampungan Barla, di bilangan Isparta, duapuluh dua tahun silam, untuk saudara-saudara aku yang paling dekat dan tulus. Jika memang dianggap perlu, silakan saja risalah ini digandakan dengan mesin pencetak, entah dengan huruf-huruf baru mahupun lama, agar mereka yang selama ini ingin mengetahui dan selalu mengintai rahsia -rahsia  aku sejak duapuluh lima atau pun tigapuluh tahun silam mengetahui bahawa kami sama sekali tidak mempunyai rahsia  apa pun. Dan agar mereka mengetahui bahawa rahsia -rahsia  kami yang palingterselubung adalah apa yang tertera dalam risalah ini.

بِاسْمِه۪ سُبْحَانَهُ

 بِسْـــــــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَي اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِه۪ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَئٍ قَدْرًا

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs. al-Thalaq [65]: 3)

Masalah ini terdiri dari tiga isyarat:

Isyarat Pertama:Ada satu pertanyaan penting khusus berkenaan dengan aku peribadi dan Risalah  an-Nur. Banyak orang bertanya, “Anda tidak mencampuri urusan para pecinta dunia dan segala ehwal mereka. Tapi mengapa Anda memberikan kesempatan bagi mereka untuk ikut mencampuri urusan akhirat Anda, padahal undang-undang pemerintah mana pun sama sekali tidak mengatur urusan kelompok yang mengucilkan diri dari dunia?”

Atas pertanyaan ini, Sa’id “Baru” menjawabnya dengan cara diam. Ia hanya berkata, “Biarkan takdir Ilahi saja yang mewakili aku menjawab pertanyaan ini.” Hanya saja kepala Sa’id “Lama” yang dipinjamnya dengan penuh amanat terpaksa harus menjawab, “Yang seharusnya menjawab pertanyaan ini adalah pihak pemerintahan Isparta dan penduduk daerah setempat, kerana mereka ini lebih banyak bersinggungan dengan aku menurut arti yang terkandung dalam pertanyaan ini. Sebab, pemerintahan daerah ini dengan aparatnya yang berjumlah ribuan orang, dan penduduknya yang berjumlah ratusan ribu jiwa, terpaksa harus memikirkan persoalan ini sebagai pengganti aku, juga untuk membelaku. Mengapa aku harus ikut angkat bicara bersama mereka yang melemparkan tuduhan kepada aku, dan mengapa pula aku harus membela diri?!

Sudah sembilan tahun aku tinggal di daerah ini.Setiap kali era berganti, bukan hanya sekali aku berpaling dari dunia mereka, sehingga tidak  sedikit pun keadaan aku yang menjadi rahsia  lagi. Bahkan, sebahagian besar catatan peribadi aku pun banyak beredar di kalangan pegawai pemerintah. Jika benar aku memiliki rencana tertentu yang meresahkan para pecinta dunia dan membuat mereka resah, atau jika benar aku mempunyai usaha dan pemikiran untuk merosak dunia mereka, merosak undang-undang mereka, tentu mereka sudah mengusik aku dan tidak akan tinggal diam. Terlebih itu, pemerintahan setempat juga gencar mengawasiku. Begitu pula halnya pemerintahan lain yang berada di bawah wewenang Isparta. Mereka tetap saja memata-matai aku selama sembilan tahun belakangan, meski aku sudah terang-terangan menyampaikan segala rahsia  aku di hadapan siapa pun yang pernah menemuiku.

Jika pun aku mempunyai kesalahan yang membahayakanbagi kebahagiaan rakyat dan negara, sertamembahayakan masa depan negara dalam kurun waktu sembilan tahun belakang, maka yang seharusnya bertanggungjawab atas hal itu adalah semua pegawai pemerintahmulai dari gabenor hingga ketua Rukun Tetangga di pedesaan. Merekalah yang harus membela aku, agar mereka dapat bebas dari tanggung jawab terhadap pihak-pihak yang membesar-besarkan masalah terkaitku. Jadi, jawapan atas pertanyaan ini aku alihkan kepada mereka.

Faktor yang mendorong penduduk daerah ini membela aku, lebih dari pembelaan aku sendiri, adalah kerana sejak sembilan tahun belakangan, kami melalui Risalah  an-Nur telah memperlihatkan pengaruh nyata dalamupayamerealisasikan kehidupan abadi bagi umat yang sudah aku anggap sebagai saudara kandung sendiri dan sebagai teman yang diberkati. Juga dalam usaha untuk memperkuat iman dan kebahagiaan mereka. tidak  seorang pun di antara mereka merasa kurang berkenan, resah, atau dirugikan oleh risalah-risalah ini. Di balik risalah-risalah itu pun tidak  terlihat adanya jejak-jejak atau tanda-tanda beraroma kepentingan politik atau duniawi.

Alhamdulillah, melalui Risalah  an-Nur, wilayah Isparta memperoleh keberkatan dari sisi kekuatan iman dan agama, sama seperti keberkatan yang pernah diraih oleh negeri Syam di masa lalu, atau olehUniversitas Al-Azhar di Mesir yang menjadi madrasah bagi seluruh dunia Islam. Di sana, kekuatan iman mampu mengalahkan sikap apatis, dan cinta ibadah mengalahkan kemaksiatan. Melalui Risalah  an-Nur, daerah ini meraih keunggulan dan keistimewaan dalam semangat keagamaannya yang tinggi, lebih dari yang dimiliki daerah lain. Berdasarkan alasan di atas, seluruh penduduk Isparta merasa berkewajiban membela aku dan Risalah  an-Nur, meskipun seandainya di antara mereka terdapat kalangan atheis.

Mereka telah mempergunakan hak pembelaan mereka yang begitu penting untuk diriku. Kerana itulah, aku enggan mempergunakan hak aku yang tidak ada maknanya ini untuk membela diri. Apalagi, di saat yang sama, terdapat ribuan murid yang sudah bekerja, dan masih terus bekerja, alhamdulillah, untuk menggantikan aku yang lemah ini dalam menyelesaikan tugasnya. Orang yang memiliki ribuan pengacara demikian tidak  perlu memberikan pembelaan sendiri.

Isyarat Kedua: Sebuah jawapan untuk pertanyaan yang bersifat kritikan.

Para pecinta dunia berkata, “Mengapa anda berpaling dan menjauhi kami, tidak  pernah sekali pun mendatangi kami? Anda lebih memilih diam, setelah itu anda mengeluhkan kami berlaku kasar. Anda bilang kami memperlakukan anda secara zalim?! Padahal kami adalah orang-orang yang berpegang pada prinsip. Kami memiliki undang-undang tersendiri sesuai dengan tuntutan masa kini. Tapianda tidak mahu menerapkan undang-undang ini, serta menolak pemberlakuannya. Orang yang menerapkan undang-undang yang berlaku tentulah bukan orang zalim, sementara orang yang menolak undang-undang tentulah orang durhaka. Pada masa kebebasan dan era republik yang telah kami mulai ini, konstitusi menolak segala bentuk perlakuan semena-mena, sesuai dengan prinsip persamaan yang kami akui.

Sebaliknya, anda justeru  berusaha menarik perhatian publik dengan tampil dalam sosok seorang alim, syaikh, dan sesekali dalam sosok seorang zuhud. Dari fakta, Anda saat ini, juga sebelum-sebelumnya, terlihat jelas bahawa Anda bermaksud membentuk kekuatan sendiri dan meraih posisi sosial di luar kekuatan pemerintahan.

Cara seperti ini mungkin dapat diterima oleh kaum borjuis yang suka berlaku semena-mena, menurut istilah saat ini. Kami lebih menerima prinsip-prinsip sosialisme, kerana sosialisme dan komunisme yang muncul akibat kesedaran dan kemenangan masyarakat kelas bawah itu lebih bermanfaat bagi kami. Tidak seperti keadaan anda yang mengusik, mempersulit, dan menyalahi prinsip-prinsip kami. Untuk itu, anda tidak  berhak menyesali atau pun menyalahkan tindakan-tindakan kami yang mempersulit anda.”

Jawapan: Siapa pun yang membuat model praktek baru dan membuka jalan baru dalam kehidupan sosial tidak akan berhasil menerapkannyadalam hal-hal kebajikan selama gerakannya tidak selaras dan menyatu dengan kanon fitrah yang ada di jagat raya, sehingga seluruh gerakan dan perilakunya hanya dalam hitungan untuk merosak dan menghancurkan.

Kerana kanon fitrah merupakan keharusan, maka penerapan prinsip-prinsip persamaan hanya dapat dilakukan dengan mengubah fitrah manusia dan melenyapkan hikmah utama penciptaan manusia.

Dari sisi keturunan dan penghidupan, aku ini termasuk lapisan masyarakat bawah, termasuk di antara mereka yang menerima prinsip-prinsip persamaan hak sebagai faham dan pemikiran, juga termasuk di antara mereka yang sejak dulu berjuang menentang kezaliman dan dominasi lapisan masyarakat khusus yang disebut borjuis kerana dorongan kasih sayang dan keadilan yang bersumber dari Islam.

Kerana itu, aku selalu bersama dengan keadilan secara utuh sepenuh kekuatan yang aku miliki. aku menentang kezaliman, dominasi, penguasaan, dan kesewenang-wenangan.

Sayangnya, fitrah manusia dan rahsia  hikmah penciptaan manusia berseberangan dengan prinsip persamaan mutlak, kerana sebagaimana Sang Pencipta menumbuhkan banyak sekali hasil dari sesuatu, mencatat banyak sekali amalan dalam satu lembaran, menjadikan satu makhluk menjalankan banyak sekali fungsi, maka demikian pula dengan spesies manusia yang dapat menjalankan ribuan macam peranan demi menampakkan kuasa dan hikmah-Nya yang sempurna.

Berdasarkan rahsia  ini, Allah menciptakan spesies manusia sesuai fitrah yang dapat menumbuhkan ribuan bulir, untuk menampakkan tingkatan-tingkatan berbagai jenis makhluk hidup yang mencapai ribuan tanpa adanya batas tertentu bagi kekuatan, kelembutan dan perasaan-perasaan manusia, seperti halnya yang berlaku bagi dunia haiwan. Allah memberikan kemampuan pada manusia yang memungkinkannya dapat berkelana menapaki maqam-maqam tanpa batas, hingga nilainya sama seperti ribuan jenis makhluk hidup, padahal spesies manusia hanya satu. Itulah mengapa manusia menjadi khalifah di bumi, hasil seluruh wujud yang ada, dan penguasa seluruh makhluk hidup.

Kerana itu, ragi paling utama untuk memperbanyak variasi spesies manusia dan detakan terbaik yang mendorong spesies manusia adalah perlombaan untuk meraih keutamaan dengan disertai keimanan hakiki. Melenyapkan keutamaan tidak mungkin dilakukan tanpa mengubah esensi manusia, memadamkan akal, mematikan hati dan melenyapkan ruhani.

Ya, kata-kata tegas yang disampaikan sosok agung yang menyatakan, “Mustahil melenyapkan kebebasan dengan kezaliman dan kesewenang-wenangan, maka silakan kau coba untuk melenyapkan pengetahuan manusia, kalau kau mampu,” perlu ditamparkan ke muka orang zalim pada masa sekarang ini yang bertindak semena-mena secara mengerikan di balik topeng kebebasan. Hanya saja pukulan ini tidak perlu ditamparkan ke muka orang tersebut yang memang tidak berhak. Sebagai gantinya, aku akan tamparkan kata-kata itu pada wajah zaman sekarang.

“Mungkinkah hakikat dihilangkan dengan kezaliman dan kesewenang-wenangan?!”

Silakan kau cuba menghilangkan hati dari dalam diri manusia, jika kau memang mampu.

Atau, “Mungkinkah keutamaan dilenyapkan dengan kezaliman dan kesewenang-wenangan?!”

Silakan kau cuba menghilangkan nurani dari diri manusia, jika kau memang dapat.

Di samping keutamaan dan iman bukan sebagai media untuk berkuasa dan mendominasi, keduanya juga tidak mungkin menjadi media untuk bertindak semena-mena, kerana dominasi dan kekuasaan adalah kehinaan, terlebih jalan hidup orang-orang mulia membaur dengan kehidupan sosial umat manusia dari kalangan lemah, miskin dan rendahan. Alhamdulillah, kehidupan kami berlalu di jalan ini, dan tetap seperti ini.

Bukannya aku mendakwa membanggakan diri sebagai orang mulia. aku hanya berniat mengungkapkan rasa syukur dan menyampaikan nikmat-nikmat Ilahi yang dikurniakan kepadaku.

Atas kurnia dan kemuliaan-Nya, Allah menganugerahkan amalan mulia, pengabdian terhadap ilmu-ilmu keimanan dan al-Qur'an, serta pemahamannya. Alhamdulillah, nikmat Ilahi ini aku curahkan sepanjang hidup demi kemaslahatan dan kebahagiaan umat Islam atas taufiq dari Allah. Sama sekali bukan menjadi media untuk menguasai atau pun memonopoli siapa pun. Selain itu, aku menjauhi tuntutan yang diinginkan sebahagian besar orang lalai mengingat banyak orang mengalihkan perhatian dan menerimaku. Sengaja aku menjauhi kedua hal tersebut, dan menurutku keduanya berbahaya, kerana kedua hal inilah duapuluh tahun usia aku sebelumnya berlalu tanpa guna. Namun aku anggap keadaan tersebut sebagai tanda kekaguman banyak orang terhadap Risalah  an-Nur, sehingga aku tidak perlu marah atau pun menjauhi mereka.

Wahai para pecinta dunia!

Saya sedikit pun tidak  ikut campur dalam urusan dunia anda. aku pun tidak  ada hubungannya dengan prinsip-prinsip anda dari sisi manapun. aku tidak mempunyai niat mahupun minat untuk ikut campur dalam urusan dunia lagi. Kehidupan aku sejak sembilan tahun silam membuktikan kata-kata aku ini. Lantas ada apa dengan undang-undang yang mempersulit dan selalu mengintai aku ini layaknya orang jahat, seolah orang yang selalu mencari-cari kesempatan dan memiliki pemikiran untuk berbuat semena-mena serta berkuasa? Memangnya demi kepentingan apa saja semua ini?

Semua perlakuan keras dan buruk terhadap aku ini bukan hanya menyebabkan aku saja yang marah. Bahkan jika semua umat manusia mengetahui permasalahan ini, mereka semua pasti marah.Bahkan seluruh alam semesta pun tentu marah. Pemerintahan mana pun di dunia ini tidak akan mengizinkan adanya perlakuan yang melebihi batasan hukum yang tidak dibenarkan oleh siapa pun ini!

Isyarat Ketiga:Pertanyaan gila penuh kekeliruan.

Sebahagian praktisi hukum berkata, “Kerana anda tinggal di negara ini, anda tentu wajib tunduk pada undang-undang yang dikuatkuasakan. Lalu mengapa anda melepaskan diri dari undang-undang tersebut di balik topeng menyendiri dan mengasingkan diri? Intinya, anda menganggap diri Anda memiliki keistimewaan dan keutamaan, yang dengan keistimewaan ini anda menguasai sebahagian orang. Anda memberlakukan aturan dan kekuatan anda di luar wewenang undang-undang pemerintah saat ini. Sepak terjang anda seperti ini bertentangan dengan undang-undang negara yang mengacu pada asas persamaan. Mengapa anda menggiring orang untuk mencium tangan aAnda padahal anda tidak  memiliki kedudukan. Mengapa pula anda mengenakan pakaian egoisme, dan bangga pada diri sendiri agar kata-kata anda didengar banyak orang?”

Jawapan: Pihak pemerintah harus terlebih dulu menerapkan undang-undang dan hukum pada diri mereka, setelah itu baru diterapkan pada orang lain. Nyatanya, anda justeru  lebih dulu merosak undang-undang anda sendiri sebelum orang lain, kerana anda hanya menerapkan undang-undang tersebut pada orang lain tanpa anda terapkan pada diri anda sendiri. Anda melanggar dan menentang undang-undang tersebut kerana anda ingin menerapkan undang-undang persamaan mutlak tersebut kepadaku.

Saya sampaikan, “Ketika seorang prajurit biasa naik ke tingkatan sosial marsekal, mendapat penghormatan dan perhatian banyak orang seperti halnya yang diraih si marsekal. Atau sebaliknya, ketika marsekal berubah menjadi prajurit biasa dengan keadaan-keadaan yang sederhana layaknya prajurit biasa, dan tiada lagi memiliki nilai penting apa pun di luar tugas dan kedudukannya. Atau misalkan seorang jenderal jenius memiliki strategi khusus yang membuat para prajuritnya selalu meraih kemenangan, mendapat perlakuan, penghormatan, dan cinta sama seperti yang didapatkan seorang prajurit bodoh, saat itu anda baru boleh bilang kepada aku berdasarkan undang-undang persamaan anda, ‘Jangan kau sebut dirimu alim, jangan menerima perlakuan hormat dan penghargaan orang lain, pungkirilah kemuliaanmu, layani pembantumu, dan bertemanlah dengan para pengemis'!”

Jika anda bilang, “Penghormatan, kedudukan, perhatian, dan fokus orang ini hanya berlaku saat seseorang menjalankan tugas dan khusus diterima para aparat, sementara Anda tidak  mempunyai jabatan, sehingga tidak  mungkin bagi Anda menerima penghormatan masyarakat layaknya aparat?”

Jawapan: Kalau manusia hanya berupa jasad saja, tetap hidup selamanya di dunia tanpa mati, pintu kubur ditutup, dan kematian dibunuh, saat itulah jabatan hanya berlaku bagi para pegawai tentera, birokrasi, dan pemerintahan, dan tentu kata-kata anda di atas mempunyai makna.

Tapi nyatanya, manusia bukan sekadar jasad. Hati, lisan, akal, dan otak pun masih melekatkerana terus diberi asupan makanan kepada jasad. Anggota-anggota tubuh ini pun tidak dapat dilenyapkan, bahkan harus diperhatikan dan dipelihara.

Mengingat pintu kuburan selalu terbuka, kerana permasalahan penting dan paling utama yang dihadapi setiap individu adalah keresahan terhadap masa depan di balik kubur, maka jelas sekali bahawa jabatan-jabatan dan tugas yang bertumpu pada ketaatan dan penghormatan setiap individu umat tidak  terbatas pada jabatan-jabatan sosial, politik, atau tentera semata yang berhubungan dengan dunia.

Seperti halnya memberikan surat dan tiket kepada para musafir untuk berwisata adalah sebuah tugas, seperti itu pula memberikan surat dan cahaya kepada para musafir di jalan kegelapan menuju keabadian adalah tugas tiada bandingnya. tidak  ada nilai yang setara dengan tugas ini. Mengingkari tugas dan jabatan seperti ini mustahil, sama seperti mengingkari kematian, mengingkari dan mendustakan kesaksian 30 ribu orang yang mempercayai kematian jenazah mereka sendiri setiap hari, yang menguatkan “kematian itu benar adanya.”

Mengingat di luar sana terdapat banyak sekali tugas-tugas maknawi yang bertumpu pada keperluan-keperluan maknawi yang utama, dan tugas terbesar dalam ranah ini adalah iman, mempelajari dan memperkuat keimanan yang menjadi paspor untuk perjalanan menuju keabadian, lentera hati di balik kegelapan alam barzakh, dan kunci kebahagiaan abadi, maka jelas sekali bahawa ahli makrifat yang menunaikan tugas ini tidak akan menilai nikmat Ilahi dan keutamaan iman sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Mereka tidak akan jatuh ke dasar jurang orang-orang bodoh dan fasik. Mereka tidak  akan mengotori diri dengan bid’ah-bid’ah kaum rendahan dan bodoh.

Inilah sebab mengapa aku menyendiri dan mengasingkan diri yang tidak anda suka, dan anda fikir menyalahi persamaan. aku tidak sedang berbicara dengan orang-orang sombong, egois, menerjang batasan-batasan diri hingga mencapai tingkatan Fir’aun yang menyalahi dan merosak undang-undang persamaan seperti anda-anda ini yang selalu mempersulit aku dengan penyiksaan-penyiksaan. tidak  sepatutnya aku tunduk dan merendahkan diri di hadapan anda, kerana tunduk di hadapan orang-orang sombong adalah suatu kehinaan.

Pesan ini aku sampaikan kepada orang-orang yang bersikap objektif, rendah hati dan adil di antara anda. Alhamdulillah, aku tahu betul kekurangan dan kelemahanku.Saya tahu betul kekurangan-kekurangan aku yang tidak  terhingga, dan aku bukan apa-apa. Namun dengan beristighfar, aku mendapat hiburan. aku sedikit pun tidak  mengincar kedudukan untuk meraih penghormatan kaum muslimin dengan kesombongan. Yang aku minta hanyalah doa, bukan penghargaan dan penghormatan. aku yakin, perilaku aku ini dikenal seluruh teman-temanku. Hanya saja saat menyampaikan pengabdian al-Qur'an, dan saat menyampaikan pelajaran-pelajaran hakikat iman, aku menjaga kemuliaan ilmu ini seperti yang seharusnya, demi hakikat-hakikat dan kemuliaan al-Qur'an. aku mengenakan pakaian kemuliaan sesaat agar tidak menundukkan kepala di hadapan para pengikut kesesatan. aku yakin, undang-undang para pecinta dunia berada di luar jangkauan untuk mencampuri persoalan seperti ini.

Cara Perlakuan yang Menimbulkan Keraguan

Seperti diketahui, ahli pengetahuan di setiap tempat pasti menghiasi segala sesuatu berdasarkan neraca ilmu pengetahuan. Kala mereka menemukan atau melihat pengetahuan dan ilmu pada seseorang, mereka pasti menghormati dan mengikat hubungan demi ikut mengambil bahagian dari pengetahuan tersebut. Bahkan andaipun si guru berasal dari negeri yang menjadi musuh negeri ini, para ahli ilmu tetap mengunjunginya demi menghormati ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.

Namun ketika majlis tinggi ilmu pengetahuan Britain meminta jawapan atas enam pertanyaan yang mereka ajukan kepada para syaikh Islam, salah seorang ahli ilmu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut hingga mendapat penghargaan dan pujian. Belum pernah ada ahli ilmu di negeri ini yang pernah mendapat penghormatan seperti itu sebelumnya.

Dialah yang membela salah satu undang-undang penting kalangan asing, undang-undang yang paling agung menurut para filosof di bidang ilmu dan pengetahuan hakikat. Dialah yang menantang para filosof Eropah dengan bersandar pada kekuatan ilmu dan pengetahuan yang ia dapatkan dari al-Qur'an. Dialah yang –enam bulan sebelum pengumuman kebebasan- mengajak ulama dan para tenaga pengajar modern di Istanbul untuk berdebat, menjawab semua pertanyaan mereka secara tepat dan benar, tanpa sedikit pun kekurangan, dan tanpa bertanya pada siapa pun.

Dialah yang mewakafkan seluruh hidupnya demi kebahagiaan umat ini, menyebarkan ratusan risalah dengan bahasa mereka, bahasa Turki, dan mencerahkan mereka dengan risalah-risalah itu.[1]

Ahli pengetahuan yang menyakiti orang yang telah melakukan amalan-amalan tersebut, anak negeri sendiri, saudara seagama mereka, teman dan saudara mereka, merasakan berbagai ujian, kesulitan dan beban berat yang mereka timpakan. Ia lebih sering dimusuhi dan diperlakukan secara tidak baik melebihi yang lain, padahal mereka adalah sebahagian orang yang mengaku-aku sebagai ahli pengetahuan dan ilmu. Bahkan di antara mereka ada juga sejumlah syaikh dan ulama resmi.

Demi Allah, katakan pada aku, keadaan seperti ini disebut apa?!

Apakah itu namanya peradaban dan kemajuan?! Ataukah cinta ilmu dan pengetahuan?! Fanatisme nasionalisme?! Ataukah cinta undang-undang republik?! Sama sekali tidak! Ini semua semata merupakan takdir Ilahi yang mengungkapkan kepadanya secara jelas permusuhan orang-orang yang ia harapkan untuk menjadi teman, agar ia tidak jatuh dalam riya keilmuan akibat penghormatan dan penghargaan yang akan ia terima andai saja mereka menampakkan persahabatan, di samping agar ia dapat mengabdi dengan keikhlasan.

Penutup

Serangan-serangan membingungkan yang menurut aku wajib disyukuri

Para pecinta dunia yang egois tiada banding, sangat sensitif sekali. Sebab andai sikap mereka ini muncul kerana kesedaran, tentu akan menempati tingkatan karamah, atau tentu sebagai suluk dalam tingkat kejeniusan besar. Jelasnya:

Berdasarkan ukuran sensitifitas egoisme, mereka merasakan sesuatu yang tidak dirasakan oleh diri dan akal aku saat merasa egois disertai sebagai riyakecil. Mereka menentang aku dengan sepenuh egoisme yang ada dalam diri aku yang sebenarnya tidak aku rasakan. aku mempunyai lapan atau sembilan pengalaman selama lapan atau sembilan tahun, kala aku memikirkan takdir Ilahi pasca seluruh perlakuan zalim yang mereka timpakan kepadaku. aku bertanya, “Mengapa orang-orang seperti mereka ini dikuasakan terhadap saya?” aku akhirnya mencoba untuk mencari tahu apa saja yang menyusup dalam diriku. aku akhirnya tahu, mungkin diri aku mulai cenderung pada sifat egoisme secara naluriah tanpa aku sedari, atau mungkin jiwa aku telah memperdaya aku sendiri. Saat itulah aku bilang bahawa takdir Ilahi berlaku adil terhadap aku melalui perlakuan zalim orang-orang zalim seperti mereka ini.

Contoh:Salah seorang teman mempersilakan aku menunggangi seekor kuda yang cantik pada musim panas ini. Kami kemudian jalan-jalan dan berwisata.Lalu muncul suatu keinginan dalam diri aku atas suatu kenikmatan kerana terpedaya tanpa aku sedari. Tiba-tiba para pecinta dunia menghalangi keinginan aku ini dengan keras, sampai-sampai mereka juga memutuskan sebahagian besar keinginan-keinginan aku, bukan saja keinginan tersembunyi tersebut.

Bahkan selepas Ramadhan ini, jiwa aku menginginkan sesuatu di balik keinginan agar saudara-saudara aku kian bertakwa dan ikhlas, sesuatu di balik penghormatan yang diberikan orang-orang yang datang berkunjung dan sikap baik sangka mereka terhadap aku kala aku berada dalam keadaan terpedaya dan egois yang dikotori oleh riya tanpa aku sedari, dengan merasa bangga yang terselubung di balik tirai ucapan terimakasih setelah imam agung dari kalangan ulama terdahulu menyampaikan pujian kepada kami melalui karamah gaib. Ternyata saat itu para pecinta dunia mulai mengusik aku kerana perasaan mereka yang amat sensitif.Mereka seakan dapat merasakan zarah-zarah  riya. aku pun bersyukur kepada Allah kerana kezaliman orang-orang seperti mereka menjadi perantara bagi aku untuk ikhlas.

رَبِّ اَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاط۪ينِ{ وَاَعُوذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَحْضُرُونِ

“Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada-Mu Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”(Qs. al-Mukminun [23]: 97-98)

اَللّٰهُمَّ يَاحَافِظُيَاحَف۪يظُ يَاخَيْرَ الْحَافِظ۪ينَ اِحْفَظْن۪ي وَاحْفَظْ رُفَقَٓائ۪ي مِنْ شَرِّ النَّفْسِ وَ الشَّيْطَانِ وَ مِنْشَرِّ الْجِنِّ وَ الْأِنْسَانِ وَ مِنْ شَرِّ اَهْلِ الضَّلاَلَةِ وَ اَهْلِ الطُّغْيَانِ اٰم۪ينَ اٰم۪ينَ اٰم۪ينَ

Ya Allah! Wahai Yang Maha Menjaga, wahai Yang Maha Menjaga, Wahai Penjaga terbaik di antara para penjaga.

Jagalah aku, jagalah teman-teman aku dari keburukan jiwa, syaitan, kejahatan jin, manusia, orang-orang sesat dan semena-mena

Amin … amin … amin …

سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَٓا اِلَّأ مَا عَلَّمْتَنَٓا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَل۪يمُ الْحَك۪يمُ

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

[1]         Sa’id “Baru” mengatakan, “Saya tidak ikut-ikutan dengan Sa’id “Lama” terkait pernyataan-pernyataan yang ia sampaikan dengan nada membanggakan diri ini, namun aku juga tidak dapat membuatnya diam. aku membiarkan dia menuturkan kata-katanya dalam risalah ini, setelah itu aku tekankan dia untuk diam, agar memperlihatkan sebagian sifat egoisme dirinya di hadapan para egois.”